PERUBAHAN TRADISI KUBUR BATU MASYARAKAT ADAT MARAPU PADA ERA MODERNISASI DI KAMPUNG RAJA KECAMATAN KAMBERA KOTA WAINGAPU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERUBAHAN TRADISI KUBUR BATU MASYARAKAT ADAT MARAPU PADA ERA MODERNISASI DI KAMPUNG RAJA KECAMATAN KAMBERA KOTA WAINGAPU"

Transkripsi

1 PERUBAHAN TRADISI KUBUR BATU MASYARAKAT ADAT MARAPU PADA ERA MODERNISASI DI KAMPUNG RAJA KECAMATAN KAMBERA KOTA WAINGAPU Ferbryanto Wadu 1), I Gusti Putu Bagus Suka Arjawa 2), I Nengah Punia 3) 1,2,3) Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Udayana ryan_wadu@yahoo.com 1), suka_arjawa@yahoo.com 2),nengah-puniah@yahoo.com 3) ABSTRACT The tradition of the stone grave for Sumbanese society is cultural habit as a final form of respect for the deceased. However, the tradition of the stone tomb has changed. The change happens because the society has experienced a change of mindset that is from traditional to a modern one in a sense that society does not eliminate the customary cultural heritage (Merapu). The problems that are examined in this research are: 1) why there is a change of stone tradition of indigenous people in the era of modernization in Kampung Raja, 2) how the impact of changing the tradition of stone grave of indigenous peoples in the era of modernization in Kampung Raja. The purpose of this research is to answer the problem by using qualitative research method. The theory used is the theory of social change Wiliam F Ogburn. Based on the results of this study indicates that the tradition of the stone tomb has changed but did not eliminate the tradition. People still do it but in a simpler and less costly way. The changes have a positive impact on the community, among others, the positive impact is to reduce conflicts between families, reduce poverty and improve economic and people's habits into positive one.. Keywords: stone tomb tradition, marapu, social change, modernization. 1. PENDAHULUAN 1.1 latar belakang Kebudayaan disetiap daerah yang ada di Indonesia mempunyai ciri khas tersendiri dan menjadi suatu Identitas daerah tersebut. Seperti halnya kebudayaan yang ada di Pulau Sumba yaitu tradisi upacara kematian dan pemakaman. Masyarakat Sumba Percaya ada kehiduapan sesudah meninggal. Oleh sebab itu, ritual-ritual yang berkaitan dengan upacara kematian harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Ritual yang berkaitan dengan upacara kematian dan pemakaman menjadi sangat penting ketika jiwa almarhum di lepas menuju tanah leluhur (Parai Marapu). Ada beberapa proses yang dilakukan untuk mencapai puncaknya yaitu kubur batu. Kubur batu merupakan tradisi masyarakat Sumba saat jenazah dikebumikan. Saat dikebumikan, belasan bahkan puluhan ekor hewan seperti kuda, kerbau, babi dan lainnya disembelih sebagai simbol persembahan kepada 1

2 marapu yang menyertai perjalanan almarhum menuju parai marapu. Kain tenun, emas dan barang berharga lainnya ikut dikuburkan sebagai bekal untuk menjalani kehidupan yang baru. Dalam tradisi kubur batuini, setelah jenazah diturunkan pada lubang kubur yang telah disediakan, selanjutnya ditutupi lebih dahulu dengan batu yang berukuran besar dan kemudian dilindungi dengan batu yang lebihbesar yangditopang oleh empat batang batu atau lebih sebagai kakinya. Kuburan seperti itu namanya reti ma pawiti (kuburan yang berkaki), biasanya hanya untuk orang golongan bangsawan karena biayanya mahal. Rakyat biasa kuburannya cukup ditutup batu besar saja(woha, 2007:306).Untuk membangun kuburan besar yang berkaki, masih diperlukan upacara tarik batu kubur(ruruhu watu), tergantung tempat batu itu didapat. Upacara tarik batu kubur membutuhkan pengaturan cara dengan pemotongan batu dari alam dan melakukan persembahyangan terlebih dahulu untuk meminta ijin dan memohon kelancaran pengangkutannya. Upacara menarik batu kubur juga membutuhkan biaya yang besar. Oleh karena itu hanya bangsawan atau orang yang mampu saja yang dapat melaksanakannya. Tetapi upacara penarikan batu kubur dewasa ini sudah di sesuaikan dengan kemajuan teknologi (Woha, 2007:307). Seiring dengan perkembangan zaman, tradisi kubur batumengalami perubahan. Perubahan itu tampak dari pola pikir masyarakat yang semakin maju, dari pola pikir tradisional menjadi modern. Hal ini akan menimbulkan perubahan terhadap pribadi masyarakat dan dapat merubah pola tingkah laku masyarakat baik secara perlahan-lahan maupun secara cepat. Kampung Raja berada di Kecamatan Kambera dan merupakan salah satu yang melakukan tradisi kubur batu dalam upacara kematianyang ada di pulau Sumba. Masyarakatnya telah mengalami suatu perubahan dalam tatahan kehidupan karena letaknya di daerah perkotaan sehingga segala bentuk perubahan mudah masuk di dalam masyarakat. Hal itu terlihat dari kuburan batu potong asli alam ke model kuburan beton. Hal itu karena masayarakat telah berpikir efesien dan secara ekonomis kuburan beton lebih terjangkau ketimbang menggunakan batu potong asli dan biaya yang dikeluarkan dalam upacara kematian juga tidak sebanyak dari sebelumnya. Manusia sebagai mahluk sosial mempunyai tradisi seperti yang tercermin pada upacara pemakaman yang merupakan tradisi dan pola budaya pada sistem kepercayaan yang merupakan bagian dari sistem religi sebagai inti dari setiap kebudayaan. Religi sebagai salah satu unsur kebudayaan, memiliki beberapa komponen yang mempuyai peranannya sendiri, namun berkaitan erat satu dengan yang lainnya. Adapun komponen itu antara lain emosi keagamaan, sistem keyakinan, sistem ritus dan upacara, peralatan ritus 2

3 dan upacara, dan umat agama (Kontjaraningrat, 1987:80). Penganut marapu percaya adanya Dewa-Dewa yang hidup disekeliling mereka dan percaya bahwa arwah nenek moyang tetap hidup serta ikut menentukan kehidupan masyarakat, sehingga mereka memperlakukan arwah nenek moyang secara istimewa. Perlakuan istimewa tersebut antara lain diwujudkan dalam bentuk pemberian sesaji yang dipersembahkan padaroh leluhur. Seiring kedatangan Agama Kristen dan Khatolik,membuat kepercayaan marapu semakin memudar. Akan tetapi, Marapu belum benar-benar hilang dari Pulau Sumba. Orang Sumba tetap menjalankan adat istiadat yang pada hakekatnya merupakan warisan dari leluhur mereka yang memeluk Marapu (Handini, 2016:7). Masyarakatsebagai suatu sistem senantiasa mengalami perubahan. Perubahan-perubahan pada kehidupan masyarakat mempunyai kepentingan yang tidak terbatas. Perubahan-perubahan akan nampak setelah tatanan sosial dan kehidupan masyarakat yang lama dapat dibandingkan dengan tatanan sosial dan kehidupan masyarakat yang baru. Kehidupan masyarakat, dapat dibandingkan antara sebelum dan sesudah mengenal surat kabar, listrik, dan televisi. Perubahanperubahan dalam suatu masyarakat dapat mengenai norma-norma, pola-pola perilaku, stratifikasi di masyarakat dan juga lembaga masyarakat (Nasir, 2014:3). Masyarakat Kampung Raja merupakan masyarakat yang telah mengalami perubahan pada era modernisasi. Era modernisasi yang dimaksud disini adalah adanya perkembangan dan kemajuan yang dialami masyarakat sehingga mereka menerima sesuatu yang baru dan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Modernisasi yang terjadi menyebabkan budaya, agama, dan ekonomi berkembang seiring perkembangan kehidupan masyarakat. Kampung Raja berada dekat di daerah perkotaan, sehingga segala macam bentuk perubahan dengan mudah masuk dan mempengaruhi masyarakat Kampung Raja. Perubahan yang dialami masyarakat Kampung Raja akibat adanya perubahan pola pikir. Perubahan pola pikir tersebut berdampak langsung pada tradisi yang diyakini oleh masyarakat Kampung Raja. Tradisi tersebut masih dipertahankan masyarakat sebagai warisan budaya. Masyarakat hanya menyesuaikan diri dengan segala bentuk perubahan yang ditandai dengan adanya perkembangan jaman. Dalam hal ini masyarakat Kampung Raja hanya berusaha agar tradisi tersebut bisa berjalan lebih efesien dalam artian proses upacara yang relatif lebih singkat dari sebelumnya dan lebih disederhanakan serta lebih mementingkan manfaat dari tradisi tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka terdapat dua permasalahan 3

4 yang dijadikan fokus dalam penelitian ini. Kedua permasalahan tersebut yaitu: 1. Mengapa terjadi perubahan tradisi kubur batu masyarakat adat marapu pada era modernisasi di Kampung Raja? 2. Bagaimana dampak dari perubahan tradisi kubur batu masyarakat adat marapu pada era modernisasi di Kampung Raja? 2. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjuan Hasil Penelitian Yang Relevan. Diambil dari penelitian yang dilakukan Ni Nyoman Ayu Vidya Trisna Prilyandani(2016)dengan judul: Kubur Batu(Reti) Di Kampung Kawangu Kecamatan Pandawai Kabupaten Sumba Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dijelaskan bahwa penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bentuk dengan melakukan klasifikasi tipe berdasarkan ukuran. Sistem penguburan pada reti di Kampung Kawangu memiliki keunikan karena penguburan diletakan pada dalam batu di atas permukaan tanah dan makna reti bagi masyarakat pendukungnya. Ardhy Sahistya (2013) dengan judul: Tradisi Penggunaan Pasung dalam Slametan Kematian di Desa Tirtomulyo Kecamatan Plantungan Kabupaten Kendal. Dijelaskan bahwa tradisi penggunaan pasung dalam slametan kematian masih terjaga karena masyarakat percaya bahwa anggapan masyarakat lokal tentang ora ilok masih dijaga oleh masyarakat Desa Tirtomulyo karena adanya ketakutan masyarakat bahwa apabila tidak menggunakan pasung maka akan menyusahkan untuk si arwah mencapai alam barzah dengan lancar. Di Desa Tirtomulyo terdapat kepercayaan lokal bahwa penggunaan pasung tersebut akan menolong si arwah di dalam perjalanannya menuju ke alam selanjutnya yang dikenal oleh masyarakat lokal dengan nama alam barzah. Misela Rayo(2012) dengan judul Persepsi Masyarakat Terhadap Upacara Rambu Solo Berdasarkan Stratifikasi Sosial (Studi Kasus Kel. Ariang Kec. Makale Kab. Tana Toraja).Menjelaskan bahwa persepsi, masyarakat Toraja melaksanakan upacara Rambu solo sebagai bakti penghormatan terakhir serta wujud kasih sayang pada orang-tua dan untuk menaikkan status dengan mempertahankan harga diri dalam masyarakat sehingga pada akhirnya yang terjadi adalah pemborosan. Sedangkan Status sosial seseorang dalam upacara Rambu solo dapat dilihat dari jenis pesta kematian, seberapa lama pelaksanaan upacara berlangsung, berapa jumlah hewan yang dikurbankan, sampai pada simbolsimbol yang dipakai dalam upacara yang dapat menunjukkan strata seseorang yang meninggal. Dari ketiga penelitian disebut samasama membahas tentang suatu tradisi dalam upacara kematian. Tetapi adapun perbedaan yang dilakukan oleh setiap 4

5 penulis. Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini mengenai perubahan yang terjadi dalam upacara kematian yang disebabkan oleh adanya perubahan pola pikir masyarakat dari yang tradisional ke modern. Jadi, masyarakat berpikir rasional, efektif dan efesien terhadap budaya tersebut tetepi tidak menghilangkan tradisi tersebut yang merupakan warisan budaya. Masyarakat hanya menyesuaikan diri dan mementingkan manfaatnya tersebut. 2.2 Konsep Tradisi Berbicara mengenai tradisi, hubungan masa lalu dan masa kini haruslah lebih dekat. Tradisi mencakup kelangsungan masa lalu di masa kini ketimbang sekedar menunjuka fakta bahwa masa kini berasal dari masa lalu. Kelangsungan masa lalu di masa kini mempunyai dua bentuk: material dan gagasan, atau objektif dan subjektif. Menurut arti yang lebih lengkap, tradisi adalah keseluruhan benda material dan gagasan yang berasal dari masa lalu namun benar-benar masih ada kini, belum dihancurkan, dirusak, ataupun dilupakan. Di sini tradisi hanya berarti warisan apa yang benar-benar tersisa dari masa lalu (Sztompka, 2010:69) Kubur Batu Kubur baru merupakan puncak dari upacara kematian saat jenazah dikebumikan. Kubur batu ini berupa sebuah batu yang terdiri dari empat buah batang batu yang menopang batu persegi panjang sebagai penutup kuburan Marapu Marapu adalah kepercayaan asli Orang Sumba yang bertumpu pada pemujaan arwah nenek moyang dan meyakini roh leluhur sebagai penghubung antara mereka yang masih hidup dengan Sang Pencipta.Marapu berasal dari dua kata, yaitu ma yang berarti yang dan rapu yang berarti dihormati, disembah, dan didewakan (Wellem dalam Handini, 2016:6) Modernisasi Modernisasi merupakan perubahan sosial. Modernisasi mencakup suatu transformasi secara menyaluruh masyarakat tradisional atau masyarakat pra-modern menjadi masyarakat yang mengalami perubahan dalam pola pikirnya (Soekanto, 2013:304). 2.3 Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori perubahan sosial dari Wiliam F Ogburn. 3. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Menurut Creswell (Sugiyono,2014:347) dalam penelitian kualitatif berarti proses eksplorasi dan memahami makna perilaku individu serta kelompok, menggambarkan masalah sosial atau masalah kemanusiaan.lokasi penelitian berapa di Kampung Raja, Kecamatan Kambera, Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur. 3.2 Sumber Data 5

6 Sumber data dibedakan menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dibuat oleh peneliti dengan maksud untuk penyelesaikan masalah yang ditangaini. Sedangkan data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti dengan maksud untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. 3.3 Kriteria Dan Penentuan Informan Dalam penelitian ini menggunakan dua informan yaitu informan pangkal dan informan kunci. Informan pangkal yakni tertua adat atau orang yang paling tau di wilayah tersebut dan informan kunci adalah masyarakat yang menjalankan tradisi tersebut. 3.4 Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Namun adapun instrumen tambahan yaitu kamera dan handphone yang berfungsi membantu dalam penelitian. 3.5 Teknik Pengumpulan Data Observasi Observasi yang dilakukan adalah dengan melakukan pengamatan secara langsung di lokasi penelitian Wawancara Mendalam Melakukan wawancara mendalam terhadap informan dengan menggunakan pedoman wawancara Dokumentasi Dokumentasi yang berbentuk data merupakan catatan kejadian maupun peristiwa yang terjadi dimasa lalu dan dimasa sekarang. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. 3.6 Teknik Analisi Data Teknik analisis data dilakukan dengan cara reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan yang dilakukan secara bertahap. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.2 Mengapa Terjadinya Perubahan Tradisi Kubur Batu? Tradisi kubur batu merupakan budaya masyarakat Sumba dalam upacara kematian saat jenazah dikebumikan. Belasan bahkan puluhan ekor hewan dikurbankan sebagai simbol persembahan kepada leluhur yang akan menyertai almarhum ke tanah leluhur atau tempat teristirahatan terakhir. Akan tetapi, tradisi yang terdahulu terbeda dengan tradisi yang sekarang. Hal ini karena adanya perubahan yang terjadi sehingga membuat tradisi tersebut perlaham-lahan mengalami perubahan. Perubahan itu terjadi karena adanya perkembangan zaman pada era modernisasi ini sehingga membuat masyarakat menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut dan mengubah pola pikir masyarakat dari tradisional ke modern. Perubahan ini terjadi disebabkan oleh perubahan yang terasal dari dalam masyarakat (intern) dan perubahan yang berasal dari luar masyarakat (ektern) Perubahan Yang Berasal Dari Luar Masyarakat. 6

7 Perubahan yang berasal dari dalam masyarakat antara lain: (1). Bertambahnya jumlah penduduk. Bertambahnya jumlah penduduk yang ada di Kelurahan Prailiu membuat masyarakatnya mengalami perubahan. Perubahan itu terjadi karena Kelurahan tersebut berada di kawasan pusat Kota Kabupaten Sumba Timur yaitu Kota Waingapu. Sehingga berpotensi untuk menarik minat masyarakat untuk bertempat tinggal diwilayah tersebut. Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan adanya perubahan pada pola perilaku dan struktur kehidupan masyarakat sehingga membuat pola pikir masyarakat berkembang kearah yang lebih modern. Jika dahulu pemikiran masyarakat akan suatu tradisi masih fanatik, tetapi dengan adanya perubahan membuat masyarakat berpikir rasional, efesien dan praktis terhadap tradisi tersebut. Masyarakat masih mempertahanan tradisi tersebut sebagai warisan budaya dan tidak menghilangkan tradisi melainkan hanya membawa perubahan tersebut ke arah yang lebih bermanfaat baik bagi masyarakat ataupun tradisi itu sendiri. (2) Adanya penemuan-penemuan baru sebagai sebab dari perubahan sosial yang dibedakan menjadi dua yaitu discovery dan invention. Discovery merupakan penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik berupa alat, ataupun berupa gagasan yang diciptakan oleh individu atau kelompok. Sedangkan invention adalah ketika penemuan itu diterima oleh masyarakat. Misalnya bangunan kuburan yang terbuat dari beton dan perlahan diterima oleh masyarakat dan proses upacara kematian pun lebih sederhana dari seblumnya. (3) Kesibukan masyarakat dalam artian tuntutan ekonomi dan pekerjaan membaut masyarakat harus disiplin waktu dan memanfaatkan waktu itu dengan sebaikbaiknya. Dahulu upacara kematian membutuhkan proses yang lama dan menghabiskan biaya, waktu dan tenaga. Hal ini yang menjadi bahan bertimbangan masyarakat untuk memilih cara yang sederhana dan tidak menyia-nyiakan waktu. Sehingga waktu tersebut mereka gunakan untuk bekerja meningkat taraf ekonomi keluarga kearah yang lebih baik. (4) Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Adanya perkembangan tersebut membuat trasidi kematian mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman sehingga membuat adanya pendapat yang bervarisi di masyarakat. Pemikiran masyarakat akan adat perlahan berubah, mereka menyadari bahwa proses upacara kematian harus disederhanakan dan tidak menghilangkan adat dan tujuannya adalah supaya kehidupan masyarakat kedepannya menjadi lebih baik. (5) Perkembangan Agama Kristen sebagai agama mayoritas di Pulau Sumba. Adanya perkembangan agama baru membuat masyarakat beralih memeluk Agama tersebut sebagai agama baru dan agama resmi yang sudah disahkan oleh 7

8 pemerintah, sehingga setiap adanya kematian itu sudah diibadahkan secara Agama Kristen. Jika masyarakat mau melakukan proses adat diperbolehkan sebab tidak adanya larangan dari gereja asalkan tidak menyimpang dari ajaran Agama Perubahan Yang Berasal Dari Luar Masyarakat Kebudayaan yang mendominasi yaitu budaya yang dianggap memiliki pengaruh lebih besar dan lebih bermanfaat bagi kehidupan masyarakat misalnya tradisi kubur batu dari alam beralih ke kuburan dari beton atau kuburan Kristen. Dengan adanya prosesperubahan tersebut membuat proses-proses adat kematian lainnya jugamenjadi lebih sederhana. Hal ini dianggap merupakan sesuatu yang lebih praktis dalam hal ekomoni, waktu dan tenaga. Hal ini terjadi karena adanya difusi budaya yang membuat penyebaran kebudayaan dari individu kepada individu lainnya atau dari masyarakat lain. Adanya perkembangan zaman pada era modernisasi membuat masyarakat harus menyesuaikan diri dengan keadaaan tersebut. Masyarakat Sumba sudah menyadari bahwa dampak dari tradisi yang dilakukan itu bagi kehidupan mereka, sehingga mereka mengalami perubahan pola pikir yang rasional, efesien dan efektif. Namun, tidak menghilangkan tradisi tersebut dan masyarakat masih mempertahankan tradisi tersebut. Peralihan status keagamaan bagi masyarakat Sumba mempengaruhi penyelenggaraan upacara ritual marapu. Jika dulu setiap adanya upacara kematian itu dilakukan dengan kepercayaan lokal. Tetapi, ketika terjadinya peralihan status keagamaan membuat setiap proses pasti sudah diibadahkan secara agama dan baru dilakukannya proses adat atau bisa dikatakan adanya perpaduan antara agama dan adat. Meskipun tradisi tersebut sudah mengalami perubahan, solidaritas atau partisipasi masyarakat pun masih sangat dipertahankan. Jika mendengar sanak saudara yang meninggal mereka akan langsung berdatangan untuk membantu keluarga yang mengalami kedukaan. Disinilah nantinya akan ada nilai kegotong royong dan kebersamaan yang dilakukan masyarakat sangat kuat. 4.3 Dampak Dari Perubahan Tradisi Kubur Batu? Setiap perubahan yang terjadi tentu mempunyai sebab akibat apalagi mengenai suatu tradisi yang ada di masyarakat. Perubahan tradisi kubur batu dalam proses upacara kematian berdampak pada kondisi sosial yang ada pada masyarakat Dampak Kekerabatan Dampak kekerabatan dalam artian adalah Saat melakukan upacara kematian, sering kali terjadi perdebatan antar keluarga besar untuk menentukan apakah akan dilakukannya proses adat. Hal ini yang sedikit bertentangan dengan pihak keluarga 8

9 dan sering kali terjadinya konflik antar keluarga serta membuat hubungan antar keluarga menjadi renggang. Apalagi jika harus melakukan suatu upacara itu membutuhkan banyak biaya.jadi setiap tamu atau rombongan Kabihu yang datang itu harus dikurbankan hewan untuk menyambut mereka. Jika mereka datang dengan membawa hewan, emas ataupun sebagainya itu akan dicatat dan akan dibalas kembali oleh keluarga yang berduka kepada mereka, jika mereka mengalami kedukaan. Jika tidak adanya balasan makanya terjadinya ketidak cocokan antara keluarga atau kerabat. Tetapi sering kali juga membuat hubungan keluarga dan kerabat menjadi lebih erat dengan adanya upacara kematian. Adanyaperubahan membuat hubungan kekerabatan antar keluarga yang dahulu renggang sekarang mulai membaik Dampak Ekonomi Keluarga Yang dimakusd adalah mengurangi tingkat kemiskinan dan meningkatkan perekonomian. Adat kematian merupakan sesuatu yangtidak mensejahterakan pada kehidupan masyarakat. Dengan adanya perubahan pada tradisi ini membuat masyarakat akan lebih meningkatkan taraf hidup kearah yang lebih baik dan setidaknya dapat mengurangi kemiskinan. Masyarakat menyadari bahwa tradisi itu membuat mereka hanya bekerja dan mencari nafkah hanya untuk melaksanakan adat yang merupakan suatu pemborosan. Apalagi sekarang ini tuntutan ekonomi sangat meningkat ditambah lagi biaya pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan makan dan minum membuat masyarakat lebih fokus untuk mensejahterakan kehidupan keluarga.salah satu yang menghambat pertumbuhan ekonomi masyarakat adalah budaya itu sendiri. Proses adat yang berkepanjangan dan membutuhkan banyak biaya membuat masyarakat mau tidak mau mengahabiskan hasil jerih payah mereka hanya untuk melakukan proses upacara. Ketika masyarakat itu mengalami perubahan pola pikir membuat mereka sadar jika terus seperti ini akan membuat mereka tidak sejahtera dan anak merekapun mengikuti jejak mereka. Sehinga sebagian masyarakat menerima setiap perubahan yang terjadi dan mendesak anak mereka sebagai generasi penerus agar terus bersekolah sampai jenjang yang lebih tinggi. Karena masyarakat sadar akan pentingnya pendidikan bagi kehidupan mereka. Dengan tingginya tingkat pendidikan membuat masyarakat mengalami suatu pembaharuan ke arah yang lebih baik Dampak Kebiasaan Masyarakat Dampak kebiasaan masyarakat maksudnya adalah aktivitas atau kebiasaan yang menyia-nyiakan waktu dan tidak memanfaatkan waktu dengan sebaiknya. Aktivitas yang dilakukan masyarakat selain membantu keluarga yang berduka melainkan juga melakukan aktivitas lain seperti berjudi hal inilah yang sangat 9

10 merugikan bagi masyarakat. Sehingga dapat menyia-nyiakan waktu yang ada dan tidak di pergunakan dengan sebaiknya. Tempat kematian dijadikan lokasi perjudian. Masyarakat yang pada umumnya hanya datang turut belasungkawa ketika melihat aktivitas perjudian mereka pun turut mengambil bagian untuk mencari uang tambahan. Berjudi pada acara kematian sudah merupakan hal yang biasa dilakukan oleh masyarakat dan banyak diantara mereka mengatakan hanya untuk sekedar bersenang-senang. Ketika perubahan itu terjadi setidaknya aktivitas rutin yang dilakukan mayarakat saat berada di tempat kematian menjadi berkurang. Jika dulu lamanya penyimpanan jenazah membuat masyarakat hanya menghabiskan aktivitas mereka di tempat kematian danmenyia-nyiakan waktunya. Tetapi, dengan berkembangnya pola pikir masyarakat membuat mereka tahu mana waktu yang terbaik untuk turut berbelasungkawa agar tidak mengganggu kesibukan masyarakat dalam hal pekerjaan. Pemerintah daerah, Komunitas Peduli Adat Sumba Timur yang bekerja sama dengan LSM Wahana Visi Indonesia WVI sedang berjuang mensosialisasikan proses penyederhanakan adat kematian ke Desadesa untuk kesejahteraan masyarakat itu sendiri dan meningkatkan perekonomian masyarakat. Proses penyederhaan adat kematian bukan berarti menghilangkan adat melainkan membawanya lebih kepada makna yang sebenarnya. Persolan adat yang memberatkan umumnya sangat dirasakan oleh masyarakat. Dahulu bisa dikatakan masyarakat Sumba kaya akan hewan sehingga pada saat upacara kematian selalu dikurbankan sejumlah hewan dalam ritual adat. Ketika adanya persoalan ekonomi dan persaingan dalam segala aspek kehidupan masyarakat diberbagai bidang membuat mereka mau tidak mau harus bisa menyesuaikan diri dengan keadaan kesebut. Jika upacara kematian terus dilakukan membuat masyarakat tidak akan semakin maju membangun kehidupan yang sejahtera melainkan akan terus berapa pada garis kemiskinan yang pada akhirnya akan menimbulkan masalah-masalah baru bagi masyarakat. 5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Perubahan tersebut disebabkan oleh dua hal yaitu adalah perubahan yang berasal dari dalam masyarakat dan perubahan yang berasal dari luar masyarkat. Perubahan yang berasal dari dalam masyarakat itu adalah bertambahnya jumlah penduduk, adanya penemuanpenemuan baru, kesibukan masyarakat dalam artian adalah tuntukan ekonomi dan pekerjaa yang membuat mereka harus disiplin dan memanfatkan waktu dengan sebaiknya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan perkembangan agama Kristen sebagai agama mayoritas. Sedangkan perubahan 10

11 yang berasal dari luar masyarakat itu adalah adanya pengaruh dari kebudayaan lain yang mempengaruhi budaya setempat, adanya pekembangan zaman pada era modernisasi membuat masyarakat harus menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut dan adanya peralihan status keagamaan bagi sebagian masyarakat Sumba mempengaruhi terhadap penyelenggaraan upacara kematian. Proses perubahan tradisi umumnyadapat dirasakan oleh masyarakat. Persoalan adat kematian umum dirasakan oleh masyarakat yang begitu memberatkan dan merupakan sesuatu yang menghabiskan banyak biaya Masyarakat selalu berada pada garis kemiskinan yang membuat ketidaksejahteraan kehidupan masyarakat. Masyarakat menerima perubahanperubahan yang terjadi pada tradisi mereka, letak wilayah Kampung Raja yang dekat dengan Kota Waingapu menyebabkan masyarakat terbuka terhadap pengaruh perkembangan zaman pada era modernisasi sehingga terbentuknya perubahan pola pikir masyarakat terhadap suatu tradisi yang dilakukan. Adanya perubahan pola pikir masyarakat yang pemikiran tradisional ke pemikiran yang modern akan suatu tradisi kubur batu membuat masyarakat tidak lagi fanatik terhadap budaya melainkan mereka berpikir rasional serta efesien terhadap tradisi tersebut. Setiap mengalami perubahan pasti mempunyai akibat yang ditimbulkan apalagi jika perubahan itu tentang suatu tradisi yang ada di masyarakat. Sama halnya yang terjadi di masyarakat Kampung Raja. Perubahan tradisi kubur batu dalam proses kematian berdampak pada kondisi sosial yang ada pada masyarakat. Adanya perubahan tradisi dapat dirasakan dampak yang bersifat positif bagi masyarakat. Dampak tersebut antara lain: mereka tidak lagi diberatkan oleh tuntutan adat dan resiko perdebatan yang membuat hubungan keluarga menjadi renggang akibat adanya tradisi kubur batu serta adanya perubahan tradisi dapat menjauhkan masyarakat dari garis kemiskinan. Adanya perubahan tradisi kubur batu menjadi lebih sederhana membuat hubungan antar keluarga mulai membaik, ekonomi keluarga juga setidaknya dapat diatasi karena tidak lagi diberatkan tuntutan adat serta kebiasaan masyarakat dapat berkurang. 6. DAFTAR PUSTAKA Prilyandani, Ni Nyoman Ayu Vidya Trisna(2016). Kubur Batu(Reti) Di Kampung Kawangu Kecamatan Pandawai Kabupaten Sumba Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur. Skripsi. Universitas Udayana. Rayo, Misela Persepsi Masyarakat Terhadap Upacara Rambu Solo Berdasarkan Stratifikasi Sosial (Studi Kasus Kel. Ariang Kec. Makale Kab. 11

12 Tana Toraja). Skripsi. Universitas Hasanuddin. Sztompka, Piotr Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada. Woha, Umbu Pora Sejarah, Musyawarah dan Adat Istiadat Sumba Timur. Kupang. Cipta Sarana Jaya. Soekanto, Soerjono Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta:Rajawali Pers. Handini, Retno, I Made Geria, Simanjuntak, Truman Pesona Budaya Sumba. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional bekerjasama dengan Gadjah Mada University Press. Sahistya, Ardhy Tradisi Penggunaan Pasung Dalam Slametan Kematian Di Desa Tritomulyo Kecamatan Plantungan Kabupaten Kendal. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Nasir, Sri Rahayu Rahmah Perubahan Sosial Masyarakat Lokal Akibat Perkembangan Pariwisata Dusun Wakka Kab. Pinrang. Universitas Hassanudin. Sugiyono Metode Penelitain Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Banbung: Alfabeta. 12

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan identitas dari komunitas suatu daerah yang dibangun dari kesepakatan-kesepakatan sosial dalam kelompok masyarakat tertentu. Budaya menggambarkan

Lebih terperinci

KUBUR BATU (RETI) DI KAMPUNG KAWANGU KECAMATAN PANDAWAI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

KUBUR BATU (RETI) DI KAMPUNG KAWANGU KECAMATAN PANDAWAI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KUBUR BATU (RETI) DI KAMPUNG KAWANGU KECAMATAN PANDAWAI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Ni Nyoman Ayu Vidya Trisna Prilyandani 1*, I Wayan Ardika 1, Coleta Palupi Titasari 3 [123] Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Kebudayaan merupakan hasil karya manusia yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Beberapa kebudayaan diantaranya dimulai pada masa prasejarah yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan pustaka yang berkaitan dengan topik yang

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

KEDUDUKAN ANAK KAUNAN YANG DIANGKAT OLEH TOPARENGNGE (KAUM BANGSAWAN) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT TONDON DI KABUPATEN TORAJA UTARA

KEDUDUKAN ANAK KAUNAN YANG DIANGKAT OLEH TOPARENGNGE (KAUM BANGSAWAN) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT TONDON DI KABUPATEN TORAJA UTARA KEDUDUKAN ANAK KAUNAN YANG DIANGKAT OLEH TOPARENGNGE (KAUM BANGSAWAN) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT TONDON DI KABUPATEN TORAJA UTARA Oktavianus Patiung Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki aneka ragam budaya. Budaya pada dasarnya tidak bisa ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan individu yang ada dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano Menurut Hertz, kematian selalu dipandang sebagai suatu proses peralihan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. penting yang menjadi pokok atau inti dari tulisan ini, yaitu sebagai berikut :

BAB V PENUTUP. penting yang menjadi pokok atau inti dari tulisan ini, yaitu sebagai berikut : BAB V PENUTUP Pada bagian V ini, penulis akan memaparkan tentang kesimpulan dan saran. 5. 1. Kesimpulan Dari pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis menyimpulkan beberapa hal penting yang menjadi pokok

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KRITIS. budaya menjadi identitasnya. Apabila manusia dicabut dari budayanya, ia bukan lagi orang

BAB IV TINJAUAN KRITIS. budaya menjadi identitasnya. Apabila manusia dicabut dari budayanya, ia bukan lagi orang BAB IV TINJAUAN KRITIS Dari pemaparan pada bab-bab sebelumnya kita dapat melihat bahwa manusia selalu menyatu dengan kebudayaannya dan budaya itu pun menyatu dalam diri manusia. Karena itu budaya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi lokasi penelitian ini adalah Tana Toraja. Daerah ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi lokasi penelitian ini adalah Tana Toraja. Daerah ini adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki potensi budaya yang beraneka ragam, dan dimiliki oleh masing-masing daerah di dalamnya. Salah satu daerah yang

Lebih terperinci

KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja

KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja Upacara pemakaman yang dilangsungkan saat matahari tergelincir ke barat. Jenazah dimakamkan di gua atau rongga di puncak tebing batu. Sebagai tanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang terdiri dari berbagai suku-sukubangsa yang tinggal di berbagai daerah tertentu di Indonesia. Masing- masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, berinteraksi, bermasyarakat dan menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, letak Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. Indonesia yang terkenal dengan banyak pulau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang

Lebih terperinci

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan 5.1. Kesimpulan B A B V P E N U T U P Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan umum bahwa integrasi sosial dalam masyarakat Sumba di Kampung Waiwunga, merupakan konstruksi makna

Lebih terperinci

sendiri diatur dalam pasak 303 ayat (3) KUHP yang berbunyi:

sendiri diatur dalam pasak 303 ayat (3) KUHP yang berbunyi: Saat ini, berbagai macam dan bentuk perjudian sudah meluas dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Sebagian masyarakat memandang bahwa perjudian sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam proses penyebarluasan firman Tuhan, pekabaran Injil selalu berlangsung dalam konteks adat-istiadat dan budaya tertentu, seperti halnya Gereja gereja di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua. BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kematian bagi masyarakat Tionghoa (yang tetap berpegang pada tradisi) masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber malapetaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang diungkapkan dalam bentuk cara bertindak, berbicara, berfikir, dan hidup. Daerah kebudayaan Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning bangsa (kebudayaan itu menjadi cermin besar yang menggambarkan peradaban suatu bangsa). Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehidupan dan kematian merupakan dua hal yang harus dihadapi oleh setiap manusia termasuk orang Toraja, karena ini merupakan hukum kehidupan menurut adat Toraja. Sebagai

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berisi mengenai simpulan yang dikemukakan penulis sebagai analisis hasil temuan dalam permasalahan yang di kaji.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan IMPLEMENTASI NILAI GOTONG-ROYONG DAN SOLIDARITAS SOSIAL DALAM MASYARAKAT (Studi Kasus pada Kegiatan Malam Pasian di Desa Ketileng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sesuatu yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI Dalam bab ini berisi tentang analisa penulis terhadap hasil penelitian pada bab III dengan dibantu oleh teori-teori yang ada pada bab II. Analisa yang dilakukan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan berubah entah itu memerlukan proses yang lambat ataupun cepat.

BAB I PENDAHULUAN. akan berubah entah itu memerlukan proses yang lambat ataupun cepat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan Sosial sering menjadi tema utama dalam proses penelitian ilmiah. Proses perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat pun dapat dilihat dalam berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata Tahlil secara etimologi dalam tata bahasa Arab membahasnya sebagai sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti mengucapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya menempati posisi sentral dalam tatanan hidup manusia. Manusia tidak ada yang dapat hidup di luar ruang lingkup budaya. Budaya dapat memberikan makna pada hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat dari kemajemukan tersebut adalah terdapat beraneka ragam ritual yang dilaksanakan dan dilestarikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bab ini merupakan uraian simpulan dari skripsi yang berjudul Perkembangan Islam Di Korea Selatan (1950-2006). Simpulan tersebut merujuk pada jawaban permasalahan

Lebih terperinci

46 47 48 49 50 Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Bapak Albert Taguh (Domang Kabupaten Lamandau) 1. Apakah yang dimaksud dengan upacara Tewah? 2. Apa tujuan utama upacara Tewah dilaksanakan? 3. Siapa yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan sosial. Sudah tentu dalam kondisi yang demikian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Saparan di Kaliwungu Kendal BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis Pelaksanaan Tradisi Saparan di Kaliwungu Kabupaten Kendal Pelaksanaan tradisi Saparan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang lain, baik itu komunikasi Verbal maupun Non verbal. Dimana tanpa adanya komunikasi maka

Lebih terperinci

TRADISI METHIL SEBAGAI SALAH SATU WARISAN KEARIFAN LOKAL DI DESA KARANGMALANG KECAMATAN KASREMAN KABUPATEN NGAWI. Inka Septiana. Sosiologi Antropologi

TRADISI METHIL SEBAGAI SALAH SATU WARISAN KEARIFAN LOKAL DI DESA KARANGMALANG KECAMATAN KASREMAN KABUPATEN NGAWI. Inka Septiana. Sosiologi Antropologi TRADISI METHIL SEBAGAI SALAH SATU WARISAN KEARIFAN LOKAL DI DESA KARANGMALANG KECAMATAN KASREMAN KABUPATEN NGAWI Inka Septiana Sosiologi Antropologi Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract Culture

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus BAB V Penutup 5.1 Kesimpulan dan Refleksi Upacara slametan sebagai salah satu tradisi yang dilaksanakan jemaat GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus sebagai juruslamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Setiap manusia hidup dalam suatu lingkaran sosial budaya tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Setiap manusia hidup dalam suatu lingkaran sosial budaya tertentu. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Setiap manusia hidup dalam suatu lingkaran sosial budaya tertentu. Dimana dalam lingkungan sosial budaya itu senantiasa memberlakukan nilai-nilai sosial budaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan - kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan - kemampuan serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan - kemampuan serta kebiasaan yang didapatkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

Oleh : Siti Masriyah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Oleh : Siti Masriyah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Perubahan Cara Pandang Masyarakat Terhadap Mitos dalam Tradisi Bersih Makam Ki Hajar Welaran di Gunung Paras Desa Karangsambung Kecamatan Karangsambung Kabupaten Kebumen Oleh : Siti Masriyah Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku dan budaya yang ada di Indonesia menjadi salah satu ciri khas masyarakat Indonesia. Masing-masing etnis yang ada di Indonesia tentu memiliki keunikan

Lebih terperinci

BEBERAPA MOTIVASI MASYARAKAT TORAJA MEMOTONG TERNAK KERBAU PADA ACARA ADAT (RAMBU SOLO DAN RAMBU TUKA ) ABSTRACT.

BEBERAPA MOTIVASI MASYARAKAT TORAJA MEMOTONG TERNAK KERBAU PADA ACARA ADAT (RAMBU SOLO DAN RAMBU TUKA )   ABSTRACT. Jurnal Ilmu dan Industri Peternakan 1(1): 44-, 13 ISSN. 3-73 BEBERAPA MOTIVASI MASYARAKAT TORAJA MEMOTONG TERNAK KERBAU PADA ACARA ADAT (RAMBU SOLO DAN RAMBU TUKA ) Sitti Nurani Sirajuddin 1., S. Baba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV. BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP 4.1. PENDAHULUAN Bertolak dari uraian tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan penelitian yang terdapat dalam Bab I, yang dilanjutkan dengan pembahasan

Lebih terperinci

Analisis Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Desa Cihideung sebagai Desa Wisata

Analisis Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Desa Cihideung sebagai Desa Wisata Analisis Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Desa Cihideung sebagai Desa Wisata Hanifah Gunawan 1, Karim Suryadi 2, Elly Malihah 3 1 SMA Negeri 2 Cianjur 2 Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi 3 Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan diwujudkan dalam program Visit Indonesia yang telah dicanangkannya sejak tahun 2007. Indonesia sebagai

Lebih terperinci

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah pikiran yang dapat berbentuk fisik (tangible) dan non-fisik (intangible). Tinggalan fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan semakin berkembangnya cara berfikir masyarakat pada masa sekarang ini. Ternyata tak jarang juga dapat menyebabkan berubahnya pola pikir masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merayakan upacara-upacara yang terkait pada lingkaran kehidupan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat Karo. Upacara atau perayaan berhubungan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau yang tentunya pulau-pulau tersebut memiliki penduduk asli daerah yang mempunyai tata cara dan aspek-aspek

Lebih terperinci

Filled Notes. 1. Wawancara dengan Bapak YB. Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret : Rumah Bapak YB : WITA.

Filled Notes. 1. Wawancara dengan Bapak YB. Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret : Rumah Bapak YB : WITA. LAMPIRAN 90 Filled Notes 1. Wawancara dengan Bapak YB Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret 2012 : Rumah Bapak YB : 16.30-18.35 WITA a) Arti kematian bagi orang Sabu. Made atau meninggal menurut kepercayaan

Lebih terperinci

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki ciri khas dengan berbagai macam bentuk keberagaman. Keberagaman tersebut terlihat dari adanya perbedaan budaya

Lebih terperinci

EKSISTENSI LEMBAGA PERKREDITAN DESA SETELAH DIKELUARKANNYA UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

EKSISTENSI LEMBAGA PERKREDITAN DESA SETELAH DIKELUARKANNYA UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO EKSISTENSI LEMBAGA PERKREDITAN DESA SETELAH DIKELUARKANNYA UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO Oleh I Gede Made Gandhi Dwinata I Made Sarjana Ni Putu Purwanti Hukum Bisnis Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di segala aspek kehidupan. Keanekaragaman tersebut terlihat dari beragamnya kebudayaan

Lebih terperinci

HOTEL RESORT BINTANG III DI KAWASAN PEGUNUNGAN RANTEPAO TANA TORAJA SULAWESI SELATAN

HOTEL RESORT BINTANG III DI KAWASAN PEGUNUNGAN RANTEPAO TANA TORAJA SULAWESI SELATAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Perkembangan Pariwisata di Indonesia Wilayah Indonesia merupakan wilayah kepulauan terbesar di sekitar garis khatulistiwa. Indonesia terdiri lebih dari 17.508

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan penyebaran agama-agama di Indonesia selalu meningkat, baik itu agama Kristen Katholik, Protestan, Islam, dan sebagainya. Tidak hanya menyebarkan

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam 40 BAB III PENYAJIAN DATA A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam masyarakat Pujud Data yang disajikan adalah data yang diperoleh dari lapangan yang dihimpun melalui observasi,

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 INFORMED CONSENT Lembar Pernyataan Persetujuan oleh Subjek Saya yang bertanda tangan dibawah

Lebih terperinci

Ketika Budaya Sasi Menjaga Alam Tetap Lestari

Ketika Budaya Sasi Menjaga Alam Tetap Lestari Ketika Budaya Sasi Menjaga Alam Tetap Lestari Kuwati, M. Martosupono dan J.C. Mangimbulude Magister Biologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Email: kuwatifolley@yahoo.co.id Pendahuluan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah sebagai upacara peniadaan jenazah secara terhormat.

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah sebagai upacara peniadaan jenazah secara terhormat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kematian adalah akhir dari kehidupan. Dalam kematian manusia ada ritual kematian yang disebut dengan pemakaman. Pemakaman dianggap sebagai akhir dari ritual kematian.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simalungun merupakan salah satu suku dengan ragam keunikan yang dimiliki, tanah yang subur, masyarakat yang ramah dan lemah lembut. Memiliki kekayaan warisan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Angkola sampai saat ini masih menjalankan upacara adat untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi masyarakat Angkola. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa Hutajulu merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Onan Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang berpotensi, dan yang

Lebih terperinci

MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI

MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI Nama : Ruth Stella Novianty Marbun NPM : 18813140 Dosen Pembimbing : Moch. Ravii Marwan, S.T., M.I.Kom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Y, Wartaya Winangun, Tanah Sumber Nilai Hidup, Yogyakarta: Kanisius, 2004, hal

BAB I PENDAHULUAN. 1 Y, Wartaya Winangun, Tanah Sumber Nilai Hidup, Yogyakarta: Kanisius, 2004, hal BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Permasalahan Dalam kehidupan di dunia, setiap makhluk hidup pasti tergantung pada 3 unsur pokok, yaitu: tanah, air, dan udara. Ketiga unsur tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang berada di garis khatulistiwa dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat yang dapat berwujud sebagai komunitas desa, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ageng Sine Yogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ageng Sine Yogi, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan wilayah yang memiliki keanekaragaman kebudayaan dan masyarakat multikultural. Setiap wilayah memiliki corak dan kekhasannya masing-masing,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh tentang upaya pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai Sembahyang Rebut kepada

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan. 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia.

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan. 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia. BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang permasalahan 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia. Orang-orang Tionghoa asli sudah datang ke pulau Jawa jauh sebelum kedatangan orang Barat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kompetisi yang ketat. Pengaruh budaya asing juga sangat membentuk kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kompetisi yang ketat. Pengaruh budaya asing juga sangat membentuk kepribadian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dalam masa pembangunan saat ini dituntut untuk melakukan kompetisi yang ketat. Pengaruh budaya asing juga sangat membentuk kepribadian masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota

Lebih terperinci

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi Made Reisa Anggarini 1, I Wayan Redig 2, Rochtri Agung Bawono 3 123 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dalam artian bahwa sesungguhnya manusia hidup dalam interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap lingkungan budaya senantiasa memberlakukan nilai-nilai sosial budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap lingkungan budaya senantiasa memberlakukan nilai-nilai sosial budaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap lingkungan budaya senantiasa memberlakukan nilai-nilai sosial budaya yang diacuh oleh warga masyarakat penghuninya. Melalui suatu proses belajar secara berkesinambungan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS Salah satu adat perkawinan di Paperu adalah adat meja gandong. Gandong menjadi penekanan utama. Artinya bahwa nilai kebersamaan atau persekutuan atau persaudaraan antar keluarga/gandong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Manusia sebagai mahluk sosial tidak dapat hidup seorang diri, karena kelemahan kelemahan fisiknya dan karena harus belajar berbagai unsur budaya dari orang lain. Di

Lebih terperinci

2015 TRANSFORMASI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT ADAT CIREUNDEU

2015 TRANSFORMASI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT ADAT CIREUNDEU BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini arus informasi sangat mudah didapatkan karena semakin meningkatnya kemampuan manusia dalam mengembangkan intelektualnya dalam bidang ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat dan diwariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi berikutnya. Indonesia

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI

BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI 8.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan dalam penelitan ini maka dibuat kesimpulan dari fokus kajian mengenai, perubahan ruang hunian, gaya hidup dan gender,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang kaya budaya dan keberagaman etnis, bahasa, tradisi, adat istiadat, dan cara berpakaian. Indonesia terkenal

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku bangsa Sabu atau yang biasa disapa Do Hawu (orang Sabu), adalah sekelompok masyarakat yang meyakini diri mereka berasal dari satu leluhur bernama Kika Ga

Lebih terperinci

MITOS PESAREAN MBAH DAMARWULAN DALAM TRADISI SELAMETAN SURAN DI DESA SUTOGATEN KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO

MITOS PESAREAN MBAH DAMARWULAN DALAM TRADISI SELAMETAN SURAN DI DESA SUTOGATEN KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO MITOS PESAREAN MBAH DAMARWULAN DALAM TRADISI SELAMETAN SURAN DI DESA SUTOGATEN KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Siti Nurfaridah program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa flowersfaragil@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi PLPBK DI KAWASAN HERITAGE MENTIROTIKU Kabupaten Toraja Utara memiliki budaya yang menarik bagi wisatawan dan memilki banyak obyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki kebudayaan sendiri yang menjadi ciri khas bagi setiap suku tersebut. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kebudayaan dan Kesenian. 1. Kebudayaan sebagai proses pembangunan Koentjaraningrat dalam Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan mendeskripsikan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan bangsanya. Sebagai bangsa yang heterogen, Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa,

Lebih terperinci