IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PEDESAAN OLEH APARATUR PEMERINTAH DESA DI DESA DARMACAANG KECAMATAN CIKONENG KABUPATEN CIAMIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PEDESAAN OLEH APARATUR PEMERINTAH DESA DI DESA DARMACAANG KECAMATAN CIKONENG KABUPATEN CIAMIS"

Transkripsi

1 IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PEDESAAN OLEH APARATUR PEMERINTAH DESA DI DESA DARMACAANG KECAMATAN CIKONENG KABUPATEN CIAMIS IIS WINAWATI ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan belum berjalan optimal sesuai dengan tujuan ditetapkan, hal ini dapat terlihat dari masalah: Penentuan dilaksanakan di Desa Darmacaang tidak berdasarkan atas musyawarah mufakat, Partisipasi hal masih kurang. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini: 1.Bagaimana Implementasi Program Pembangunan Insfrastruktur Pedesaan oleh Aparatur Pemerintah Desa di Desa Darmacaang Ciamis? 2. Bagaimana hambatanhambatan Implementasi Program Pembangunan Insfrastruktur Pedesaan oleh Aparatur Pemerintah Desa di Desa Darmacaang Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis? 3. Bagaimana upaya-upaya dilakukan untuk mengatasi hambatan timbul Implementasi Program Pembangunan Insfrastruktur Pedesaan oleh Aparatur Pemerintah Desa di Desa Darmacaang Ciamis? Metode penelitian digunakan adalah deskriptif kualitatif. (Moleong, 2007:308) metode analisis data ini terdiri dari reduksi data, display data, kesimpulan dan verifikasi. Dalam penelitian ini menjadi informan adalah 25 orang, terdiri dari Aparatur pemerintah Desa Darmacaang 7 orang, BPD 7 orang, LPMD 7 orang dan Tokoh perwakilan tiap dusun 4 orang. Berdasarkan hasil wawancara Implementasi Program Pembangunan Insfrastruktur Pedesaan oleh Aparatur Pemerintah Desa di Desa Darmacaang sudah dilaksanakan, namun hasilnya tidak merata. Hal ini disebabkan aparatur pemerintah desa Program Insfrastruktur Pedesaan masih banyak kekurangan seperti: Penentuan dilaksanakan tidak berdasarkan atas musyawarah mufakat, Partisipasi hal masih kurang. Hambatan dihadapi: Kurangnya partisipasi dari hal pemilihan jenis maupun, kurangnya sosialisasi dan informasi dilakukan aparatur pemerintah desa kepada sehingga tidak memahami isi pembanggunan menyebabkan Program Pembangunan Insfrastruktur tidak berjalan secara optimal. Upaya dilakukan: pemerintah desa berusaha meningkatkan kualitas seperti berusaha meningkatkan partisipasi, mengadakan sosialisasi, menyediakan informasi sehingga ikut serta. Kata kunci : Program Pembangunan, Insfrastruktur Pedesaan, Aparatur Pemerintah Desa Darmacaang. Halaman 1

2 A. PENDAHULUAN Pembangunan nasional adalah manusia Indonesia seutuhnya dan seluruh Indonesia. Pelaksanaannya menkut dinamis, jiwa dan manusianya, kondisi ruang dan ruang gerak lingkungan serta sarana dan prasarana lainnya. Pembangunan tidak selamanya berjalan dengan baik seringkali diperlukan perubahan dan perombakan mendasar menuju kearah kemajuan. Pembangunan nasional multi dimensi secara pengelolaannya melibatkan segenap aparat pemerintahan, baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah bahkan sampai ditingkat desa.komponen atau aparat dimaksud hendaknya memiliki kemampuan optimal tugasnya. Namun dilaksanakan di Desa Darmacaang belum terealisasikan dengan baik hal ini terbukti dari akses jalan berlubang belum semuanya diperbaiki sehingga aktivitas terganggu. Pembangunan dilaksanakan pemerintah bersama-sama dengan untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh. Pembangunan desa bertujuan untuk menciptakan mempunyai keuletan dan ketangguhan, untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah mengadakan dapat meningkatkan kesejahteraan sejalan dengan proses. Salah satu pemerintah yaitu melalui insfrastruktur pedesaan (PPIP). Program tersebut diharapkan dapat mengatasi berbagai permasalahan terdapat di dengan jalan memberikan kesempatan atau peluang nyata kepada sehingga mampu meningkatkan kualitas hidupnya. Namun Program Pembangunan Insfrastruktur Pedesaan dilaksanakan di Desa Darmacaang Ciamis belum berjalan dengan baik hal ini terbukti dari akses jalan berlubang belum semuanya diperbaiki sehingga aktivitas terganggu selain itu belum tersedianya parit di pinggir jalan sehingga jalan tergenang air mengakibatkan jalan cepat rusak. Bupati Ciamis mengeluarkan Peraturan Bupati Nomor 6 Tahun 2009 tentang Program Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah Desa Rangka Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Pasal 1 Peraturan Bupati Ciamis Nomor 6 Tahun 2009 dijelaskan bahwa Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) adalah: Kegiatan berbasis kepada dengan pendekatan keberpihakan kepada penduduk miskin, partisipatif, keswadayaan, keterpaduan kepada penduduk miskin, partisipatif keswadayaan, keterpaduan dan penguatan kepastian kelembagaan. Berdasarkan ketentuan PERBUP diatas diharapkan dapat mengutamakan kepentingan sehingga kebutuhan dapat terlayani dengan baik. Halaman 2

3 Hasil observasi awal dilakukan penulis di desa Darmacaang Ciamis, terlihat bahwa Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan belum berjalan optimal sesuai dengan tujuan ditetapkan, hal ini dapat terlihat dari masalah: 1. Penentuan dilaksanakan di Desa Darmacaang tidak berdasarkan atas musyawarah mufakat, karena masih ada jenis lebih prioritas untuk dibangun tetapi tidak terakomodir di. Contohnya: tempat umum seperti posyandu padahal harus lebih diprioritaskan untuk dibangun tetapi karena kurang berkoordinasi dan bermusyawarah terlebih dahulu dengan sehingga mendahulukan kurang prioritas dengan kebutuhan. 2. Partisipasi hal masih kurang sehingga dilaksanakan menjadi lambat penyelesaiannya. Contohnya : karena kurang swadaya dari, sehingga hal pekerjaan tidak selesai tepat waktu. Berdasarkan latar belakang telah dikemukakan, maka beberapa masalah dapat dirumuskan dan akan dibahas laporan penelitian ini adalah: 1. Bagaimana Implementasi Program Pembangunan Insfrastruktur Pedesaan oleh Aparatur Pemerintah Desa di Desa Darmacaang Ciamis? 2. Bagaimana hambatan-hambatan Implementasi Program Pembangunan Insfrastruktur Pedesaan oleh Aparatur Pemerintah Desa di Desa Darmacaang Ciamis? 3. Bagaimana upaya-upaya dilakukanuntuk mengatasi hambatan timbul Implementasi Program Pembangunan Insfrastruktur Pedesaan oleh Aparatur Pemerintah Desa di Desa Darmacaang Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis? B. LANDASAN TEORITIS Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode deskriptif kualitatif bertujuan untuk mendeskriptifkan atau menggambarkan secara tepat dan utuh dari sifat individu, kelompok, keadaan dan gejala lain suatu serta berusaha untuk menganalisis data ada. Menurut pendapat Arikunto (2010 : 3) menjelaskan bahwa Penelitian dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan kondisi atau lainlain sudah disebutkan hasilnya dipaparkan bentuk laporan. Penelitian deskriptif merupakan penelitian paling sederhana dibandingkan dengan penelitianpenelitian lain, karena penelitian ini peneliti tidak melakukan apa-apa terhadap objek atau wilayah diteliti. Pada umunya tujuan utama penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek diteliti secara tepat. Dalam Halaman 3

4 perkembangannya akhir-akhir ini metode deskriptif banyak digunakan oleh peneliti karena dua alasan. Pertama dari pengamatan empiris didapat bahwa sebagaian besar laporan penelitian dilakukan bentuk deskriptif. Kedua metode deskriptif sangat berguna untuk mendapatkan pariasi permasalahan berkaitan dengan bidang pendidikan maupun tingkah laku manusia. Yang menjadi objek penelitian ini adalah Aparatur pemerintah Desa Darmacaang Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis sebanyak 7 orang, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Darmacaang Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis sebanyak 7 orang, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa(LPMD) Desa Darmacaang Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis sebanyak 7 orang, Tokoh perwakilan tiap dusun 4 orang. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Teknik telaah pustaka 2. Observasi 3. Wawancara Menurut Miles dan Huberman (Moleong, 2007:308), pada dasarnya analisis data dapat dijelaskan sebagai beerikut: 1. Reduksi data 2. Display data 3. Kesimpulan dan verifikasi C. Metodologi Penelitian 1. Implementasi Kebijakan Studi implementasi merupakan suatu kajian mengenai studi kebijakan mengarah pada proses dari suatu kebijakan. Implementasi kebijakan merupakan suatu proses atau untuk mencapai hasil akhir telah ditetapkan. Secara umum istilah implementasi kamus Besar Bahasa Indonesia berarti atau penerapan ( Poerwadarminto, 1990:327). Istilah implementasi biasanya dikaitkan dengan suatu dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan kamus besar Webster (Wahab,2006:64) merumuskan secara pendek bahwa to implement mengimplementasikan berarti menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu dan untuk menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu. Pengertian tersebut mempunyai arti bahwa untuk mengimplementasikan sesuatu harus disertai sarana mendukung nantinya akan menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu itu. Sejalan dengan pendapat tersebut diatas Mazmanian dan Sabatier (Widodo,2010:87) mendefinisikan implementasikan kebijakan adalah memahami hal-hal seharusnya terjadi setelah suatu dinyatakan berlaku atau dirumuskan. Pemahaman tersebut mencakup usahausaha untuk mengadministrasikannya dan menimbulkan dampak nyata pada. Bertolak dari sudut pandang para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan merupakan suatu atau usaha dilakukan oleh pelaksana kebijakan dengan harapan akan memperoleh suatu hasil sesuai dengan tujuan atau sasaran dari suatu kebijakan. 2. Program Pembangunan a. Pengertian Program Halaman 4

5 Jugiyanto (2008:5) mengemukakan adalah kata, ekspresi atau pernyataan disusun dan dirangkai menjadi satu kesatuan prosedur berupa urutan langkah untuk menyelesaikan suatu masalah. Senada dengan pendapat diatas Sindunata (2007:1) menjelaskan bahwa adalah sebuah pernyataan disusun berguna memberikan jalan untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan merupakan rancangan mengenai asas serta usaha berbagai hal akan dijalankan. b. Pengertian Pembangunan Pembangunan merupakan suatu proses untuk melakukan suatu perubahan ke arah lebih baik melalui upaya dilakukan secara terencana. Riyadi dan Dedy (2005: 35) merupakan sebuah proses perubahan dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana. Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa adalah rancangan atau upaya dilakukan untuk meningkatkan kesejahtraan baik dari konteks ekonomi maupun sosial bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan tanpa merusak lingkungan. D. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Implementasi Program Pembangunan Insfrastruktur Pedesaan oleh Aparatur Pemerintah Desa di Desa Darmacaang Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis Berikut ini penulis sajikan Rekapitulasi Hasil Wawancara Tentang Implementasi Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan oleh Aparatur Pemerintah Desa di Desa Darmacaang Ciamis sebagai berikut: Rekapitulasi Hasil Wawancara Tentang Implementasi Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan oleh Aparatur Pemerintah Desa di Desa Darmacaang Ciamis Faktor Pendukung Kebijakan Pemilihan dilakukan berdasarkan musyawarah desa sehingga diperoleh dukungan dari (acceptable). Indikator Masyarakat diikut sertakan pemilihan jenis dikan oleh desa. 2, 3, 4, 5, 6, dan 14 atau 28 % diikut sertakan pemilihan jenis Tanggapan informan Informan no 7, 10, 11, 13, 15, 16, 17, 19, 20, 21 dan 24 atau 44% kurang dilibatkan pemilihan jenis Informan no 8, 9, 12, 18, 22, 23 dan 25 atau 28 % mayarakat tidak dilibatkan pemilihan jenis Halaman 5

6 Masyarakat terlibat dikan oleh desa. dikan oleh desa. Informan no 2, 4, 6, 15, dan 20 atau 20% : Masyarakat terlibat dikan oleh desa. dikan oleh desa. 3, 5, 8, 10, 12, 14, 19, 21, 22, 23, dan 24 atau 48% :M asyarakat kurang terlibat dikan oleh desa. dikan oleh desa. Informan no 7, 9, 11, 13, 16, 17, 18, dan 25 atau 32% Masyarakat tidak terlibat dikan oleh desa. Penyelenggara an dilakukan bersama secara terbuka dan diketahui semua unsur (transparant). Aparatur desa mengadakan sosialisasi kepada secara terbuka tentang penyelenggara an akan Aparatur Desa menyediakan informasi akurat tentang 3, 6, 11, 13, 14dan 17 atau 28% Aparatur desa mengadakan sosialisasi kepada secara terbuka tentang penyelenggara an akan Informan no 3, 4, 7, 9, dan 19 atau 20% Aparatur Desa menyediakan Informan no 2, 5, 7, 10, 12, 15, 19, dan 20 atau 32% Aparatur desa kurang mengadakan sosialisasi kepada secara terbuka tentang penyelenggara an akan 12, 14, 16, 17, 18, 22 dan 25 atau 32% Aparatur Desa Informan no 4, 8, 9, 16, 18, 21, 22, 23, 24 dan 25 atau 40% Aparatur desatidak mengadakan sosialisasi kepada secara terbuka tentang penyelenggara an akan Informan no 2, 5, 6, 8, 10, 11, 13, 15, 20, 21, 23 dan 24 atau 48% Halaman 6

7 akan Aparatur Desa menggerakan swadaya insfrastruktur. informasi akurat tentang akan 3, 5, 7, 9, 12, dan 14 atau 28% Aparatur Desa menggerakan swadaya insfrastruktur. kurang menyediakan informasi akurat tentang akan Informan no 2, 4, 6, 11, 15, 16, 17, 19, 21, 22, dan 25 atau 44% Aparatur Desa kurang menggerakan swadaya insfrastruktur. Aparatur Desa tidak menyediakan informasi akurat tentang akan Informan no 8, 10, 13, 18, 20, 23 dan 24 atau 28% Aparatur Desa tidak menggerakan swadaya insfrastruktur. Penyelenggara an harus dapat dipertanggung jawabkan (accountabel). Adanya evaluasi pembanguanan dialokasikan dari Program Pembangungu nan Insfrastruktur Pedesaan (PPIP). Adanya sasaran jelas setiap Informan no 3, 5, 8, dan 9 atau 16% Adanya evaluasi pembanguanan dialokasikan dari Program Pembangungu nan Insfrastruktur Pedesaan (PPIP). 5, 7, 10, 17 dan 25 atau 24% 2, 6, 10, 12, 14, 16, 19, 20, 22, 23 dan 25 atau 48% kurangnya evaluasi dialokasikan dari insfrastruktur pedesaan (PPIP). Informan no 3, 4, 6, 11, 12, 14, 15, 18, 19, 20, 22, 23 dan Informan no 4, 7, 11, 13, 15, 17, 18, 21 dan 24 atau 36% tidak adanya evaluasi dialokasikan dari insfrastruktur pedesaan (PPIP). Informan no 2, 8, 9, 13, 16, dan 21 atau 24% Halaman 7

8 Penyelenggara an dapat memberikan Adanya kejelasan penetapan alokasi waktu setiap Adanya laporan pertanggung jawaban dialokasikan ke infrastruktur pedesaan (PPIP) Pembangunan telah dilaksanakan dapat Adanya sasaran jelas setiap 3, 5, 6, 7, 10, 13 dan 22 atau 32% adanya kejelasan penetapan alokasi waktu setiap Informan no 2, 5, 6, 8, 9, 15, 17,21 dan 22 atau 36% Adanya laporan pertanggung jawaban dialokasikan ke infrastruktur pedesaan (PPIP). 2, 5, 6, 9, 10, 12, 15, 18, 21, 22 dan 23 atau 24 atau 52% kurang adanya sasaran jelas setiap Informan no 4, 8, 9, 11, 16, 17, 20, 21, 23, 24 dan 25 atau 44% kurang adanya kejelasan penetapan alokasi waktu setiap Informan no 3, 4, 7, 10, 11, 12, 14, 16, 19, 20, 23, dan 24 atau 48% kurang adanya laporan pertanggung jawaban dialokasikan ke infrastruktur pedesaan (PPIP) Informan no 4, 7, 8, 11, 14, 16, 17 dan 25 atau 32% tidak adanya sasaran jelas setiap Informan no 2, 12, 14, 15, 18, dan 19 atau 24% tidak adanya kejelasan penetapan alokasi waktu setiap 13, 18 dan 25 atau 16% tidak Adanya laporan pertanggung jawaban dialokasikan ke infrastruktur pedesaan (PPIP) Informan no 3, 13, 19, 20, dan 24 atau 20% Halaman 8

9 manfaat kepada secara berkelanjutan (susitainable). dirasakan manfaatnya oleh. Adanya pemeliharaan dan pengelolaan secara bersama-sama dari maupun aparatur desa terhadap hasil 48% Pembangunan telah dilaksanakan dapat dirasakan manfaatnya oleh. Informan no 2, 3, 5, 7, 11, 14, 15, 18, 21,23 dan 25 atau 44% adanya pemeliharaan dan pengolahan secara bersama-sama dari maupun aparatur desa terhadap hasil Pembangunan telah dilaksanakan kurang dirasakan manfaatnya oleh. 4, 6, 9, 10, 12, 13, 17, 20 dan 22 atau 40% kurangnya pemeliharaan dan pengolahan secara bersama-sama dari maupun aparatur desa terhadap hasil Pembangunan telah dilaksanakan tidak dirasakan manfaatnya oleh. Informan no 8, 16, 19 dan 24 atau 16% tidak adanya pemeliharaan dan pengolahan secara bersama-sama dari maupun aparatur desa terhadap hasil Rata-rata 29, 45 % 42, 18 % 28, 37% Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa Implementasi Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan oleh Aparatur Pemerintah Desa di Desa Darmacaang Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis sudah dilaksanakan namun hasilnya tidak merata, hal ini dapat dilihat dari pendapat informan bahwa Program Pembangunan Insfrastruktur Pedesaan sudah dilaksanakan dengan optimal 29,45%, kemudian kurang optimal sebesar 42,18% sedangkan tidak optimal sebesar 28,37%. Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui bahwa sebagian besar Implementasi Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan oleh Aparatur Pemerintah Desa di Desa Darmacaang Ciamis kurang dilaksanakan secara optimal. 2. Hambatan-Hambatan dihadapi Implementasi Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan oleh Aparatur Pemerintah Desa di Desa Darmacaang Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis Halaman 9

10 Berdasarkan hasil penelitian telah penulis lakukan di Desa Darmacaang Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis melaksanakan Implementasi Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan, nya belum berjalan secara optimal hal ini disebabkan karena terdapat hambatan-hambatan diantaranya sebagai berikut: 1. Pemilihan dilakukan berdasarkan musyawarah desa sehingga diperoleh dukungan dari (acceptable). a. Masyarakat diikut sertakan pemilihan jenis dikan oleh desa. Berdasarkan informan dari Aparatur Pemerintah Desa hambatan-hambatannya: Jumlah peserta musyawarah dari unsur sedikit, disebabkan kurang meluangkan waktu memenuhi undangan Pemerintah Desa untuk mrngikuti musyawarah akan b. Masyarakat terlibat dikan oleh desa. Berdasarkan informan dari Aparatur Pemerintah Desa hambatan-hambatannya: Kurangnya partisifasi dikan oleh desa, hal ini disebabakan kurangnya respon terhadap dilaksanakan oleh desa. Hal ini dibuktikan dengan sibuk dengan pekerjaannya sendiri sehingga mereka tidak peduli terhadap dilaksanakan oleh desa. 2. Penyelenggaraan dilakukan bersama secara terbuka dan diketahui semua unsur (transparant). a. Aparatur Desa mengadakan sosialisasi kepada secara terbuka tentang penyelenggaraan akan Berdasarkan informan dari Aparatur Pemerintah Desa hambatanhambatannya: Materi disampaikan oleh Aparatur Pemerintah Desa sosialisasi kurang di pahami oleh selaku peserta sosialisasi. b. Aparatur Desa menyediakan informasi akurat tentang akan Berdasarkan informan dari Aparatur Pemerintah Desa hambatanhambatannya: Kurangnya jaringan media komunikasi kepada mengenai Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan ada, sehingga banyaknya tidak memahami isi dari akan dilaksanakan, hal ini menyebabkan banyak tidak berfartisipasi. c. Aparatur Desa menggerakan swadaya insfrastruktur. Berdasarkan informan dari Aparatur Pemerintah Desa hambatan- Halaman 10

11 hambatannya: Masyarakat kurang peduli terhadap akan dilaksanakan, hal ini disebabkan lebih memprioritaskan kepentingan sendiri sehinnga nya tidak ada ditempat. 3. Penyelenggaraan harus dapat dipertanggung jawabkan (accountabel). a. Adanya evaluasi pembanguanan dialokasikan dari Program Pembangungunan Insfrastruktur Pedesaan (PPIP). Berdasarkan informan dari Aparatur Pemerintah Desa hambatan-hambatannya: Materi evaluasi kurang dipahami oleh unsur, sehingga punya presepsi tidak baik dari. b. Adanya sasaran jelas setiap. Berdasarkan informan dari Aparatur Pemerintah Desa hambatan-hambatannya: Kurangnya pemantauan oleh Aparatur Pemerintah Desa disebabkan sibuk dengan pekerjaannya sebab Aparatur Pemerintah Desa punya presepsi bahwa penanggungjawab sudah ada yaitu panitia. c. Adanya kejelasan penetapan alokasi waktu setiap. Berdasarkan informan dari Aparatur Pemerintah Desa hambatan-hambatannya: Kurangnya kejelasan penetapan alokasi waktu setiap. Hal ini dibuktikan dengan pekerjaan dilakukan terlalu mengulur waktu sehingga pekerjaan dilaksanakan tidak tepat waktu. d. Adanya laporan pertanggung jawaban dialokasikan ke Program Pembangunan Insfrastruktur Pedesaan (PPIP). Berdasarkan informan dari Aparatur Pemerintah Desa hambatan-hambatannya: Agenda penyampaian laporan pertanggungjawaban dari telah dilaksanakan sebagian besar dari unsur kelembagaan di Desa, karena dianggap sudah bisa mewakili tetapi presepsi banyak berpikir negatif seolah-olah hasilnya tidak sesuai dan tertutup untuk. 4. Penyelenggaraan dapat memberikan manfaat kepada secara berkelanjutan (susitainable). a. Pembangunan telah dilaksanakan dapat dirasakan manfaatnya oleh. Hambatan-hambatannya: Kurangnya manfaat dirasakan oleh dari hasil dilkasanakan. Hal ini dibuktikan dengan manfaatnya hanya dirasakan ruang lingkup sekitar lokasi. b. Adanya pemeliharaan dan pengelolaan secara bersama-sama dari maupun aparatur desa terhadap hasil. Berdasarkan informan dari Aparatur Pemerintah Desa hambatanhambatannya: Kurang kepedulian dan pengelolaan secara bersamasama dari maupun Halaman 11

12 aparatur pemerintah desa terhadap hasil. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya bangunan tidak terpelihara seperti posyandu kotor, sehingga bangunan mudah rusak dan cepat kumuh. 3. Upaya-Upaya Mengatasi Hambatan-hambatan Implementasi Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan oleh Aparatur Pemerintah Desa di Desa Darmacaang Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis Berdasarkan hasil penelitian telah penulis lakukan di Desa Darmacaang Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis melaksanakan Implementasi Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan terdapat berbagai hambatan, untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut dilakukan berbagai upaya sebagai berikut. 1. Pemilihan dilakukan berdasarkan musyawarah desa sehingga diperoleh dukungan dari (acceptable). a. Masyarakat diikut sertakan pemilihan jenis dikan oleh desa. Upayaupaya dilakukan: Pemerintah Desa Darmacaang selaku pelaksana kebijakan Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan berusaha menanamkan rasa kepedulian akan pentingnya berfartisipasi bentuk ide, gagasan sehingga diharapkan dapat berfartisipasi. b. Masyarakat terlibat dikan oleh desa. Upayaupaya dilakukan: Pemerintah Desa Darmacaang berusaha melibatkan tokoh-tokoh dikan oleh desa, sehingga terciptanya kerjasama antara pemerintah Desa dengan. 2. Penyelenggaraan dilakukan bersama secara terbuka dan diketahui semua unsur (transparant). a. Aparatur Desa mengadakan sosialisasi kepada secara terbuka tentang penyelenggaraan akan Upaya-upaya dilakukan: Pemerintah Desa Darmacaang berusaha meningkatkan sosialisasi penyampaian informasi kebijakan pemerintah mengenai Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan kepada dengan jelas dan dapat dipahami, supaya memiliki pemahaman tentang akan dilaksanakan oleh desa. b. Aparatur Desa menyediakan informasi akurat tentang akan Upaya-upaya dilakukan: Pemerintah desa berusaha menyediakan media informasi akurat tentang akan dilaksanakan, supaya Halaman 12

13 mengetahui dan memahami isi dari akan dilaksanakan oleh desa. c. Aparatur Desa menggerakan swadaya insfrastruktur. Upaya-upaya dilakukan: Pemerintah Desa berusaha menggerakkan swadaya, supaya lebih bisa memprioritaskan 3. Penyelenggaraan harus dapat dipertanggung jawabkan (accountabel). a. Adanya evaluasi pembanguanan dialokasikan dari Program Pembangungunan Insfrastruktur Pedesaan (PPIP). Upaya-upaya dilakukan: Pemerintah Desa Darmacaang berusaha lebih memaparkan isi materi evaluasi lebih jelas lagi tentang dilaksanakan supaya lebih dipahami oleh. Sehingga persefsi menjadi baik tentang. b. Adanya sasaran jelas setiap. Upaya-upaya dilakukan: Pemerintah Desa berusaha terus memantau setiap sesuai dikan dan berusaha saling bekerja sama antara aparat desa dan panitia supaya tidak saling mengandalkan. c. Adanya kejelasan penetapan alokasi waktu setiap. Upaya-upaya dilkukan: Pemerintah Desa berusaha merumuskan dengan matang setiap akan dilaksanakan supaya memiliki sasaran jelas alokasi waktu setiap. d. Adanya laporan pertanggung jawaban dialokasikan ke Program Pembangunan Insfrastruktur Pedesaan (PPIP). Upaya-upaya dilakukan: Pemerintah Desa berusaha melibatkan tokoh agenda penyampaian laporan pertanggung jawaban dari telah dilaksanakan supaya tidak selalu berfikir negatif. 4. Penyelenggaraan dapat memberikan manfaat kepada secara berkelanjutan (susitainable). a. Pembangunan telah dilaksanakan dapat dirasakan manfaatnya oleh. Upaya-upaya dilakukan: Pemerintah Desa berusaha meningakatkan kualitas dilaksanakan supaya tidak hanya dirasakan manfaatnya oleh ruang lingkup sekitar lokasi tetapi semua dapat merasakan manfaatnya. b. Adanya kepedulian dan pengelolaan secara bersama-sama dari maupun aparatur desa terhadap hasil. upaya-upaya dilakukan: Pemerintah Desa berusaha meningkatkan pemeliharaan dan pengelolaan secara bersama-sama Halaman 13

14 dengan terhadap hasil. Dengan adanya upaya-upaya tersebut diharapkan dapat mengatasi hambatan-hambatan dihadapi Implementasi Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan oleh Aparatur Pemerintah Desa di Desa Darmacaang Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis, sehingga hasil nya dapat memberikan manfaat kepada. E. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Setelah penulis menyajikan pembahasan mengenai Implementasi Program Pembangunan Insfrastruktur Pedesaan Oleh Aparatur Pemerintah Desa di Desa Darmacaang Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1. Implementasi Program Pembangunan Insfrastruktur Pedesaan Oleh Aparatur Pemerintah Desa di Desa Darmacaang Ciamis sudah dilaksanakan namun hasilnya tidak merata, hal ini disebabkan aparatur pemerintah desa insfrastruktur pedesaan masih banyak kekurangan seperti: Penentuan dilaksanakan di Desa Darmacaang tidak berdasarkan atas musyawarah mufakat, Partisipasi hal masih kurang. Seharusnya pemerintah desa memiliki tanggungjawab penuh atas keberhasilan Program Pemabangunan Insfrastruktur Pedesaan sudah di atur Peraturan Bupati Nomor 6 Tahun 2009 tentang Program Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah Desa Rangka Program Pembangunan Insfrastruktur Pedesaan. Hal ini dapat dibuktikandegan pendapat informan bahwa sudah dilaksanakan dengan optimal 29,45%, kemudian kurang optimal sebesar 42,18% sedangkan tidak optimal sebesar 28,37%. Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui bahwa sebagian besar Implementasi Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan oleh Aparatur Pemerintah Desa di Desa Darmacaang Ciamis kurang dilaksanakan secara optimal. 2. Hambatan-hambatan dihadapi proses Implementasi Program Pembangunan Insfrastruktur Pedesaan Oleh Aparatur Pemerintah Desa di Desa Darmacaang Ciamis Pelaksanaan Program Pembangunan Insfrastruktur Pedesaan adalah kurangnya partisipasi dari hal pemilihan jenis maupun, kurangnya sosialisasi dan informasi dilakukan aparatur pemerintah desa kepada sehingga tidak memahami isi pembanggunan menyebabkan insfrastruktur tidak berjalan secara optimal. 3. Upaya-upaya untuk mengatasi hambatan-hambatan proses Implementasi Program Pembangunan Insfrastruktur Pedesaan Oleh Aparatur Pemerintah Halaman 14

15

16 Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Rohman, Arief Pengertian Pembangunan Masyarakat Desa ngertian--desa.htm (online) (diakses tanggal 16 Maret 2016). Sugiyono MetodePenelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Wahab, Solohin Analisa Kebijakan Negara. Jakarta: Rineka Cipta. b. Dokumen Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Desa. Peraturan Bupati Nomor 6 Tahun 2009 tentang Program Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah Desa Rangka Program Pembangunan Insfrastruktur Pedesaan (PPIP). Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis Nomor 8 Tahun 2007 Tentang Pedoman Penyusunan Organisasi Daerah. Halaman 16

17 RIWAYAT HIDUP PENULIS Penulis bernama Iis Winawati, lahir di Ciamis, 25 September 1993 berjenis kelamin perempuan dan beragama Islam. Penulis beralamatkan di Dusun Nasol RT.07 RW.02 Desa Cikoneng Kabupaten Ciamis. Jenjang pendidikan pertama kali penulis tempuh adalah SD Negeri 3 Ciamis lulus pada tahun 2003, SMP Negeri 1 Ciamis lulus pada tahun 2006, SMA Negeri 3 Ciamis lulus pada tahun 2009 dan pada tahun 2011 diterima sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik dengan Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Galuh Ciamis dengan nomer handphone Halaman 17

IMPLEMENTASI PROGRAM DESA PERADABAN OLEH PEMERINTAH DESA CIMINDI KECAMATAN CIGUGUR KABUPATEN PANGANDARAN WINA HERMAWATI ABSTRAK

IMPLEMENTASI PROGRAM DESA PERADABAN OLEH PEMERINTAH DESA CIMINDI KECAMATAN CIGUGUR KABUPATEN PANGANDARAN WINA HERMAWATI ABSTRAK IMPLEMENTASI PROGRAM DESA PERADABAN OLEH PEMERINTAH DESA CIMINDI KECAMATAN CIGUGUR KABUPATEN PANGANDARAN WINA HERMAWATI ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh Implementasi Program Desa Peradaban

Lebih terperinci

PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) OLEH KEPALA DESA DI KANTOR DESA SAGULING KECAMATAN BAREGBEG KABUPATEN CIAMIS LISNA WULANDARI ABSTRAK

PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) OLEH KEPALA DESA DI KANTOR DESA SAGULING KECAMATAN BAREGBEG KABUPATEN CIAMIS LISNA WULANDARI ABSTRAK PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) OLEH KEPALA DESA DI KANTOR DESA SAGULING KECAMATAN BAREGBEG KABUPATEN CIAMIS LISNA WULANDARI ABSTRAK Penelitian ini berjudul Penerapan Standar Pelayanan Minimal

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN,

PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan pasal 63 Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT OLEH PEMERINTAH DESA DI DESA CIMINDI KECAMATAN CIGUGUR KABUPATEN PANGANDARAN NENA NURHASANAH ABSTRAK

PELAKSANAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT OLEH PEMERINTAH DESA DI DESA CIMINDI KECAMATAN CIGUGUR KABUPATEN PANGANDARAN NENA NURHASANAH ABSTRAK PELAKSANAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT OLEH PEMERINTAH DESA DI DESA CIMINDI KECAMATAN CIGUGUR KABUPATEN PANGANDARAN NENA NURHASANAH ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi belum baiknya pelaksanaan pemberdayaan

Lebih terperinci

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN ANGGARAN 2015

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN ANGGARAN 2015 SALINAN BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Kualitatif. Metode Penelitian Kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DI DESA MANGKUBUMI KECAMATAN SADANANYA KABUPATEN CIAMIS ASTRI SULASTRI ABSTRAK

PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DI DESA MANGKUBUMI KECAMATAN SADANANYA KABUPATEN CIAMIS ASTRI SULASTRI ABSTRAK PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DI DESA MANGKUBUMI KECAMATAN SADANANYA KABUPATEN CIAMIS ASTRI SULASTRI ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi oleh adalah keterkaitan mengenai fakta dan data mengenai proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan penelitian kualitatif adalah bersifat penemuan. Bukan sekedar

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan penelitian kualitatif adalah bersifat penemuan. Bukan sekedar BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Menurut Sugiyono dalam bukunya Metode Penelitian Pendidikan pada umumnya jangka waktu penelitian kualitatif cukup lama, karena

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DESA DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 10 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 10 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 10 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN

Lebih terperinci

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2011

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2011 BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 18 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA DI DESA SUNGAI RAYA KECAMATAN SUNGAI RAYA KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA DI DESA SUNGAI RAYA KECAMATAN SUNGAI RAYA KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA DI DESA SUNGAI RAYA KECAMATAN SUNGAI RAYA KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Abdul Harsin 1, Zulkarnaen 2, Endang Indri Listiani 3 ABSTRAK Tujuan penelitian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 04 TAHUN 2009 T E N T A N G PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUMAJANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2012

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2012 BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, 2 Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG RUMUSAN DAN PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG RUMUSAN DAN PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG RUMUSAN DAN PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO,

Lebih terperinci

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adala pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penilaian yang

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I KETENTUAN UMUM PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HALMAHERA TIMUR, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian yang berjudul Manajemen Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Bagi Guru di SMP Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang ini merupakan jenis

Lebih terperinci

PERATURAN DESA GIRIPANGGUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG. RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA (RKPDes)TAHUN 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DESA GIRIPANGGUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG. RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA (RKPDes)TAHUN 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DESA GIRIPANGGUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA (RKPDes)TAHUN 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA GIRIPANGGUNG, Menimbang : a. bahwa atas dasar hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 76 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan teoritis dan empiris dalam penelitian sangat di perlukan. Oleh karena itu sesuai dengan judul skripsi ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif

Lebih terperinci

Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa Oleh Pemerintah Desa Di Desa Parakanmanggu Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran.

Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa Oleh Pemerintah Desa Di Desa Parakanmanggu Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran. Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa Oleh Pemerintah Desa Di Desa Pangandaran Wida Puspawardani ABSTRAK Berdasarkan hasil observasi di ketahui bahwa Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN ANGGOTA BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PERIODE DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG

PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN ANGGOTA BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PERIODE DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN ANGGOTA BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PERIODE 2018-2024 DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk mencari dan menemukan data yang diperoleh dalam penelitian dan membuat analisis dengan maksud agar penelitian dan kesimpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian membutuhkan data yang obyektif, pembahasan penelitian dibahas secara teoritis dan empiris. Pembahasan teoritis bersumber pada kepustakaan yang merupakan karangan ahli

Lebih terperinci

pelaksanaan pemerintahan terbebas dari praktek-praktek KKN,

pelaksanaan pemerintahan terbebas dari praktek-praktek KKN, VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH KECAMATAN BAREGBEG KABUPATEN CIAMIS VISI Agar terselenggaranya good goverment ( pemerintahan yang baik ) tentunya diperlukan perencanaan

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA ( RPJM-DESA ) DAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DESA ( RKP-DESA ) DENGAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Jenis Penelitian Metode adalah cara cepat untuk melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama dalam mencapai suatu tujuan. Sedangkan penelitian

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAGIRI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan pembangunan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI WEWENANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PEMBAHASAN RAPERDES, PENGAWASAN PELAKSANAAN

IMPLEMENTASI WEWENANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PEMBAHASAN RAPERDES, PENGAWASAN PELAKSANAAN IMPLEMENTASI WEWENANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PEMBAHASAN RAPERDES, PENGAWASAN PELAKSANAAN PERATURAN DESA, DAN MENAMPUNG SERTA MENYALURKAN ASPIRASI MASYARAKAT (Studi kasus BPD di Desa Salakan,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. fenomena, gejala, fakta, atau informasi sosial. Penelitian kualitatif adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. fenomena, gejala, fakta, atau informasi sosial. Penelitian kualitatif adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah sebuah penelitian kualitatif yang didasarkan pada fenomena, gejala, fakta, atau informasi sosial. Penelitian kualitatif adalah suatu

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI RENCANA PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini mengkaji dan mendeskripsikan tentang manajemen pengembangan program kecakapan hidup bagi siswa di MAN Kendal yang meliputi perencanaan pengembangan,

Lebih terperinci

Dini Indriani ABSTRAK

Dini Indriani ABSTRAK Optimalisasi Kinerja Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana Dalam Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Di Desa Sirnabaya Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis Dini Indriani ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Sugiyono (2015, hlm. 2) mengatakan, Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode

Lebih terperinci

KINERJA PEMERINTAHAN DESA SEBAGAI PENYEDIA PELAYANAN PUBLIK DI DESA WRINGINPITU KECAMATAN MOJOWARNO KABUPATEN JOMBANG

KINERJA PEMERINTAHAN DESA SEBAGAI PENYEDIA PELAYANAN PUBLIK DI DESA WRINGINPITU KECAMATAN MOJOWARNO KABUPATEN JOMBANG KINERJA PEMERINTAHAN DESA SEBAGAI PENYEDIA PELAYANAN PUBLIK DI DESA WRINGINPITU KECAMATAN MOJOWARNO KABUPATEN JOMBANG Arizki Afrizal Ahmad Universitas Negeri Malang E-mail: Arizki_Afrizal@yahoo.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan pendekatan deskriptif (deskriptif kualitatif). Menurut Bogdan

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan pendekatan deskriptif (deskriptif kualitatif). Menurut Bogdan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian dan empiris dalam penelitian sangat diperlukan. Oleh karena itu sesuai dengan judul skripsi ini, penulis menggunakan penelitian

Lebih terperinci

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. b. c. Mengingat : 1.

Lebih terperinci

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KABUPATEN NATUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Pada poin ini akan membahas mengenai jenis penelitian serta tempat dan waktu penelitian, berikut adalah penjelasannya: 1. Jenis Penelitian Penulisan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penelitian ini tergolong ke dalam penelitian deskriptif. Pengertian

III. METODE PENELITIAN. penelitian ini tergolong ke dalam penelitian deskriptif. Pengertian 26 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kemampuan Kepala DesaMargasari dalam pengelolaan pembangunan fisik. Tipe penelitian ini tergolong ke dalam

Lebih terperinci

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN, DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. suatu kegiatan guna mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. suatu kegiatan guna mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. 1 64 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. 1 Sedangkan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Rukaesih A. Maolani metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Rukaesih A. Maolani metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Prosedur Penelitian Menurut Rukaesih A. Maolani metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) atau penelitian naturalistik. Usaha manusia untuk memenuhi dorongan rasa ingin tahu

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini dimulai dari

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini dimulai dari BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini dimulai dari perumusan masalah hingga penulisan laporan akhir penelitian.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian mempunyai peranan penting dalam penelitian karena akan mengarahkan peneliti bagaimana langkah-langkah yang harus peneliti lakukan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk mencari dan menemukan data yang diperoleh dalam penelitian dan membuat analisis dengan maksud agar penelitian dan kesimpulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu jenis penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan/penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu langkah prosedur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Setiap penelitian memerlukan metode agar proses penelitian dapat berjalan lancar dan mencapai tujuan yang telah disiapkan. Usaha manusia untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata atau tulisan dari perilaku orangorang

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata atau tulisan dari perilaku orangorang BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Perspektif Pendekatan Penelitian Penelitian ini bermaksud untuk memperoleh gambaran yang mendalam tentang kemampuan masyarakat pesisir memahami serta berpartisipasi terhadap

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang: a. bahwa berdasarkan ketentuan Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dipengaruhi atau ditentukan oleh tepat tidaknya penelitian atau penentuan metode

BAB III METODE PENELITIAN. dipengaruhi atau ditentukan oleh tepat tidaknya penelitian atau penentuan metode BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah salah satu faktor yang terpenting dan sangat menentukan dalam penelitian, hal ini disebabkan karena berhasil tidaknya suatu penelitian banyak dipengaruhi atau ditentukan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN. (Lembaran Resmi Kabupaten Sleman) Nomor: 2 Tahun 2014 Seri E BUPATI SLEMAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN. (Lembaran Resmi Kabupaten Sleman) Nomor: 2 Tahun 2014 Seri E BUPATI SLEMAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN (Lembaran Resmi Kabupaten Sleman) Nomor: 2 Tahun 2014 Seri E BUPATI SLEMAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Bogdan & Taylor yang dikutip oleh Lexy J. Moleong mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan. Penelitian lapangan yaitu penelitian di lakukan dalam situasi alamiah akan tetapi di dahului oleh semacam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 97

Lebih terperinci

TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bogdan Dan Taylor (Andi Prastowo, 2011: 22) menyatakan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Bogdan Dan Taylor (Andi Prastowo, 2011: 22) menyatakan metode BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Bogdan Dan Taylor (Andi Prastowo, 2011: 22) menyatakan metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-kata

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH +- PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MELAWI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang tidak bisa dijelaskan dan dianalisa melalui data-data statistik sehingga

BAB III METODE PENELITIAN. yang tidak bisa dijelaskan dan dianalisa melalui data-data statistik sehingga BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. SUBJEK DAN LOKASI PENELITIAN Penentuan subjek penelitian dipilih dengan tujuan dan lebih bersifat selektif, informan yang diambil sebagai subjek penelitian karena peneliti

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 08 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 08 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 08 TAHUN 2013 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN, DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 69 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif yaitu suatu pendekatan penelitian yang menghasilkan data

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. mengungkapkan fenomena atau peristiwa sosial tertentu dan pemahaman atau

METODE PENELITIAN. mengungkapkan fenomena atau peristiwa sosial tertentu dan pemahaman atau 78 III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menjembatani antara dunia konseptual dengan dunia empirik. Suatu penelitian sosial diharapkan dapat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. mengungkapkan fenomena-fenomena atau masalah-masalah berlandaskan

III. METODE PENELITIAN. mengungkapkan fenomena-fenomena atau masalah-masalah berlandaskan III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, karena mengungkapkan fenomena-fenomena atau masalah-masalah berlandaskan atas logika keilmuan.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 09 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 09 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 09 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Bogdan dan Taylor, mendefinisikan "Pendekatan Kualitatif" sebagai. organisasi ke dalam variabel atau hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Bogdan dan Taylor, mendefinisikan Pendekatan Kualitatif sebagai. organisasi ke dalam variabel atau hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor, mendefinisikan "Pendekatan Kualitatif" sebagai prosedur

Lebih terperinci

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH

BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH 31 BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH 4.1 Kondisi Kemiskinan Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan tidak sematamata didefinisikan

Lebih terperinci

PELAYANAN HAK MENDAPATKAN PENDIDIKAN PADA SISWA KURANG MAMPU (Studi Kasus Pelaksanaan Program Sintawati di SMA Negeri 1 Gondang Kabupaten Sragen

PELAYANAN HAK MENDAPATKAN PENDIDIKAN PADA SISWA KURANG MAMPU (Studi Kasus Pelaksanaan Program Sintawati di SMA Negeri 1 Gondang Kabupaten Sragen PELAYANAN HAK MENDAPATKAN PENDIDIKAN PADA SISWA KURANG MAMPU (Studi Kasus Pelaksanaan Program Sintawati di SMA Negeri 1 Gondang Kabupaten Sragen NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratanguna

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI MAJALENGKA Nomor : 11 TAHUN 2009 Tanggal : 26 Juni 2009 Tentang : PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2009.

PERATURAN BUPATI MAJALENGKA Nomor : 11 TAHUN 2009 Tanggal : 26 Juni 2009 Tentang : PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2009. LAMPIRAN I : PERATURAN BUPATI MAJALENGKA Nomor : 11 TAHUN 2009 Tanggal : 26 Juni 2009 Tentang : PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2009. PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian tesis ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penggunaan pendekatan kualitatif ini merupakan suatu cara

Lebih terperinci

SIDANG TESIS MAHASISWA: ARIF WAHYU KRISTIANTO NRP DOSEN PEMBIMBING : Ir. SRI AMIRANTI SASTRO HUTOMO, MS

SIDANG TESIS MAHASISWA: ARIF WAHYU KRISTIANTO NRP DOSEN PEMBIMBING : Ir. SRI AMIRANTI SASTRO HUTOMO, MS SIDANG TESIS PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN (Studi Kasus Pelaksanaan Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Desa Campurejo Kecamatan Panceng Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. langsung ke lokasi yang dijadikan obyek penelitian yang berorentasi pada

BAB III METODE PENELITIAN. langsung ke lokasi yang dijadikan obyek penelitian yang berorentasi pada BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang hendak peneliti lakukan adalah penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan turun langsung

Lebih terperinci

PENGARUH KINERJA PERANGKAT DESA TERHADAP KEBERHASILAN PEMBANGUNAN INSFRASTRUKTUR PEDESAAN DI DESA SUKAJAYA KECAMATAN CIMERAK KABUPATEN CIAMIS

PENGARUH KINERJA PERANGKAT DESA TERHADAP KEBERHASILAN PEMBANGUNAN INSFRASTRUKTUR PEDESAAN DI DESA SUKAJAYA KECAMATAN CIMERAK KABUPATEN CIAMIS 1 PENGARUH KINERJA PERANGKAT DESA TERHADAP KEBERHASILAN PEMBANGUNAN INSFRASTRUKTUR PEDESAAN DI DESA SUKAJAYA KECAMATAN CIMERAK KABUPATEN CIAMIS oleh : IMAN HERDIMAN NIM. 3506090138 ABSTRAK Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Cibeunying Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung. Kelurahan Cibeunying merupakan satu

Lebih terperinci

PERAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PERAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI PERAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Geografi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan peneliti adalah penelitian kualitatif. Secara harfiah, penelitian kualitatif adalah jenis penelitian

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH

Lebih terperinci

Pelaksanaan Program Pembangunan Fisik di Desa Gunungsari Kecamatan Sadananya Kabupaten Ciamis. Anis Karnita ABSTRAK

Pelaksanaan Program Pembangunan Fisik di Desa Gunungsari Kecamatan Sadananya Kabupaten Ciamis. Anis Karnita ABSTRAK Pelaksanaan Program Pembangunan Fisik di Kabupaten Ciamis Anis Karnita ABSTRAK Latar belakang penelitian ini adalah Kecamatan Sadananya Kabupaten Ciamis belum optimal, karena sesuai dengan kenyataanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sejak awal hingga akhir. Pada bagian ini memuat hal-hal yang berkaitan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. sejak awal hingga akhir. Pada bagian ini memuat hal-hal yang berkaitan dengan BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian menjelaskan semua langkah yang dikerjakan penulis sejak awal hingga akhir. Pada bagian ini memuat hal-hal yang berkaitan dengan anggapan-anggapan dasar atau

Lebih terperinci