SEMINAR NASIONAL ke-8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi EVALUASI KONDISI GEOKIMIA BATUAN DAERAH BANTEN, JAWA BARAT
|
|
- Susanto Atmadja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 EVALUASI KONDISI GEOKIMIA BATUAN DAERAH BANTEN, JAWA BARAT Heni Susiati 1, Basuki Wibowo 2, Kurnia Anzhar 3, dan June Mellawati 4 1,2,3,4 Pusat Pengembangan Energi Nuklir, BATAN Jln. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan heni_susiati@batan.go.id ABRAK Pada kegiatan survey tapak PLTN, Safety Guide No. DS 405, Volcanic Hazard in Site Evaluation for Nuclear Power Plant, Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) telah memberikan pedoman tentang beberapa kegiatan yang dapat memberikan bahaya eksternal di sekitar tapak PLTN. Hal ini dilakukan karena aspek keselamatan instalasi PLTN dan masyarakat serta lingkungan yang ada di sekitar PLTN menjadi pertimbangan utama yang sangat penting. Tujuan kajian adalah mengetahui kondisi geokimia di Banten, Jawa Barat, yang diperkirakan dapat membahayakan keberadaan PLTN. Kegiatan mencakup pengumpulan dan pengolahan data sekunder, interpretasi, evaluasi dan studi lapangan serta analisis laboratorium untuk mengetahui kondisi batuan volkanik yang berpotensi memberikan ancaman keselamatan terhadap pengoperasian PLTN. Hasil menunjukkan pola kimia himpunan batuan volkanik Banten di dalam diagram variasi memperlihatkan penurunan besi dan MgO, CaO dan Al 2 O 3, bersamaan dengan kenaikan SiO 2 dan K 2 O. Pola demikian menunjukkan evolusi magmatik yang beravinitas kalk-alkali. Pola kimia unsur utama batuan volkanik daerah sebagian besar contoh batuan yang dianalisis menunjukkan pola yang sama, yang mengindisikan adanya hubungan kogenetik. Kata kunci: tapak PLTN, geokimia, batuan volkanik, kogenetik. PENDAHULUAN Kajian aspek geologi untuk inventarisasi pemilihan lokasi tapak fasilitas nuklir (PLTN) merupakan salah satu aspek yang sangat diperlukan. Hal ini karena fasilitas nuklir harus bebas dari ancaman bahaya eksternal alamiah geologi diantaranya adanya aktivitas kegunungapian. Seperti diketahui, calon tapak PLTN Kramatwatu-Bojonegoro, Banten berjarak 10 km dari Gunung Gede-Merak, dan 50 km dari Gunung Rawadano, oleh karena itu diperlukan kajian bahaya kegunungapian guna memastikan besaran tingkat ancaman bahaya vulkanik yang diperkirakan akan mempengaruhi. Dalam dokumen IAEA DS-405 tentang aspek bahaya kegunungapian pada tapak PLTN disebutkan bahwa pengumpulan data geokimia batuan vulkanik penting terkait dengan gambaran aktifitas gunungapi di sekitar tapak. IAEA memberikan catatan tentang beberapa jenis kegiatan eksternal yang berpotensi menginisiasi terjadinya kecelakaan di sekitar lokasi PLTN, sehingga kegiatan akibat kejadian alam (external events) tersebut merupakan salah satu aspek penting yang harus dikaji dan dievaluasi, khususnya dalam proses penentuan tapak PLTN terpilih. Tujuan kajian geokimia komplek Gunungapi Banten adalah untuk mengetahui struktur geokimia dari jajaran gunungapi tersebut, dimana jajaran yang masuk dalam katagori subduksi depan (fore arc subduction) akan cenderung bersifat eksplosif. Sedangkan jajaran gunungapi yang masuk dalam kata-gori subduksi belakang (back arc subduction) akan cenderung bersifat efusif. Selain itu, kondisi geokimia juga dapat memberikan indikasi apakah tingkat kebolehjadian tektoniknya cukup memberikan triger gunung tersebut aktif. Sampel batuan vulkanik yang diambil mewakili batuan yang berasal dari Gunung Rawadano dan sekitarnya, serta batuan vulkanik yang berasal dari Gunung Gede Merak dan sekitarnya, sehingga secara keseluruhan distribusi spasial dan temporal aspek geokimia dari komplek kegunungapian Rawadano dapat diketahui dan diinterpretasikan pada aspek bahaya vulkanik yang muncul pada tapak PLTN Kramatwatu. Hasil kajian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam seleksi tapak dan menyusun desain dasar dalam evaluasi tapak PLTN di Indonesia. Selain itu dengan diketahuinya faktor eksternal akibat peristiwa bencana alam yang dapat menimbulkan kejadian eksternal, akan dapat diselidiki karakteristik kegiatan eksternal yang mempengaruhi keselamatan operasi PLTN. Secara regional lokasi tapak PLTN Kramatwatu-Bojonegoro, Banten berada pada radius 50 km dari kompleks Gunungapi Rawadano terdiri dari Gunung Rangkong, Gede Merak yang berumur pleistosen bawah, Gunung Rawadano yang berumur plestosen tengah, Gunung Asupan, Dome Wadas, Gede Merak, Dome Pasir Terbang, Marikangen yang berumur plestosen atas, dan Gunung karang, Pinang, Pulosari, Parakasak yang berumur holosen. Berdasarkan peta geologi Banten, salah satu produk vulkanik yang utama dari Gunung Rawadano adalah endapan piroklastik yang besar yang disebut Tufa Banten, sehingga asesmen bahaya vulkanik pada tapak dari kluster Gn. Rawadano serta kluster Gn. Gede Merak perlu dilakukan untuk memastikan keselamatan tapak melalui analisis siklus geokimianya dengan melakukan pengambilan contoh, analisis geokimia oksida mayor. SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013 G 1
2 METODE PENELITIAN Kegiatan mencakup pengumpulan dan pengolahan data sekunder, interpretasi, evaluasi dan studi lapangan serta evaluasi hasil analisis laboratorium untuk mengetahui kondisi batuan volkanik yang berpotensi memberikan ancaman keselamatan terhadap pengoperasian PLTN. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut: a) Pengumpulan sampel batuan vulkanik yang mewakili wilayah Gn. Rawadano dan sekitarnya, serta batuan dari Gn. Gede Merak dan sekitarnya; b) Evaluasi hasil analisis laboratorium untuk menentukan komposisi elemen mayor; c) Pembuatan diagram mayor terkait dengan kondisi tektonik dan magmatis yang menyertainya; d) Melakukan analisis geokimia terkait dengan tingkat bahaya vulkanik pada tapak PLTN Kramatwatu. DATA DAN PEMBAHASAN Geologi daerah penelitian Geologi daerah telitian meliputi kompleks gunungapi Gede-Salak, G.Pinang, G.Marikangen dan lereng utara Komplek Kaldera Rawa Danau. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan interpretasi foto udara, daerah penelitian terbagi atas 2 kelompok batuan gunungapi dengan sumber erupsi atau letusan dari Rawa Danau dan Gede Salak. Kelompok batuan Rawa Danau tersusun atas aliran piroklastika dan lava, sedangkan kelompok batuan Gede Salak tersusun atas aliran piroklastik, aliran lava, dan kubah lava. Selain itu, endapan permukaan berupa alluvium berada di daerah penelitian sebagai endapan permukaan. Penentuan susunan stratigrafi didasarkan pada konsep stratigrafi gunungapi dengan mempertimbangkan bentuk kontak antar satuan, pola morfologi dan aliran sungai. Data Sebanyak 32 sampel batuan terpilih dianalisis unsur utamanya, dimana 30 sampel berupa lava dan 2 contoh fragmen batuapung (pumice) dari Tufa Banten. Hasil analisis kimia batuan disajikan pada Tabel 1-3. Gambar 1.Peta Geologi Lokasi Daerah Penelitian Dari hasil analisis geokimia batuan volkanik dari daerah Banten, terlihat nilai hilang di bakar (LOI) berkisar dari 0.32% 5.63%; hal ini menunjukkan adanya intensitas ubahan yang dialami contoh batuan tersebut antara lain pengubahan hidrotermal dan mungkin juga pengaruh pelapukan. B B Tabel 1. Hasil analisis geokimia batuan volkanik dari daerah Banten. Dome Wadas BTN 1-A B B C B 05-6-B C1- Pumice Satuan RDKS RDI GKrL RDI RDI GLv3 GKbL GKbL GKrL GKlv Tufa Tufa Banten Banten Metoda XRF XRF XRF XRF XRF XRF XRF XRF XRF XRF XRF XRF TiO Al2O Fe2O FeO MnO MgO CaO Na2O K2O P2O LOI Total F112 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013 G 2
3 (Na2O+K2O) SEMINAR NASIONAL ke-8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi Tabel 2. Hasil analisis geokimia batuan volkanik dari daerah Banten (lanjutan) B Pinang8 U 8 Sheet Joint -7B U 7-8 U-1-2 IR-4 Bawah Satuan GKrL GKrL RDKS GKrL GLv5 GKrL GAp3 GLv5 GLv4 GKrL GLv7 Metoda XRF XRF XRF XRF XRF XRF XRF XRF XRF XRF XRF TiO Al2O Fe2O FeO MnO MgO CaO Na2O K2O P2O LOI Total IR-12 Tabel 3. Hasil analisis geokimia batuan volkanik dari daerah Banten (lanjutan) IR-3 B A-1 Pinang-3-10 Tengah Bawah Atas B Bawah Marikangen Satuan GLv2 GLv2 GLv2 GKrL GKrL GLv3 RDKS GKrL RDLV Metoda XRF XRF XRF XRF XRF AAS AAS AAS AAS TiO Al2O Fe2O FeO MnO MgO CaO Na2O K2O P2O LOI Total Hasil Hasil analisis laboratorium menunjukkan kandungan SiO 2 berkisar antara 52,09 69,53%; Al 2 O 3 antara 14,69-17,89%; K 2 O dan TiO 2 berturut-turut bervariasi antara 0,30 3,72% dan 0,26 1,04%. Kandungan MgO berkisar antara 1,48 9,18%; sedangkan Fe 2 O * 3 bervariasi rendah antara 0,64 1,55%. Unsur oksida lainnya memperlihatkan jumlah yang tidak bergitu bervariasi tinggi, yaitu : Na 2 O antara 1,75 4,66%; P 2 O 5 : 0,02 0,46%; CaO: 0,21-4,65% dan MnO : 0,05 0,16%. Dari kandungan SiO 2 nya, sebagai besar contoh batuan yang dianalisis adalah termasuk batuan andesit dan dasit, hanya dua contoh yang mempunyai kadungan SiO 2 paling rendah yang termasuk ke dalam kelompok batuan andesit-basaltik (B B-1 dan Pinang 8). Hal ini menunjukkan bahwa populasi batuan produk dari komplek volkanik Gunung Gede - Salak dan Rawa daerah Banten ini komposisinya berkisar dari andesit-basaltik, andesit hingga dasit seperti tertuang pada Gambar Foidite Picro Tephrite Basanite TephriPhonolite Phonotephrite ic Andesite Phonolite ic Trachyandesite Trachy Trachyandesite Andesite Trachyte Trachydacite Dacite Rhyolite Gambar 2. Diagram Klasifikasi Batuan Vulkanik Daerah Banten SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013 G 3
4 TiO2 P2O5 Na2O Fe2O3 K2O FeO MnO Al2O3 MgO CaO SEMINAR NASIONAL ke-8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi Dari perajahan batuan volkanik daerah Banten dalam diagram segitiga A (Na 2 O+K 2 O), F (FeO*) dan M (MgO) menurut Irvin dan Baragar (1971), diperlihatkan dengan jelas bahwa semua batuan andesit dan dasit tergolong kedalam afinitas batuan kalk-alkali, sedangkan batuan andesitbasaltik (B B-1 dan Pinang 8) tergolong kedalam afinitas toleit (Gambar 4.29). Beberapa ciri pola kimia batuan kalk-alkali tersebut adalah sebagai berikut : kandungan SiO 2 berkisar antara 53.61% %, Al 2 O 3 = 14.69%-17.89%; K 2 O = %; TiO 2 = 0.26 %-4 %. Sedangkan beberapa ciri pola kimia afinitas batuan toleit diantaranya kandungan SiO 2 berkisar antara 59-58%, K 2 O = %; TiO 2 = 0.76 %-0.77 %. Berdasarkan data Tabel 1 sampai dengan Tabel 3 diperoleh diagram seperti yang tertuang pada Gambar Gambar 3. Diagram variasi unsur utama terhadap SiO 2, batuan volkanik daerah Banten Kelompok himpunan batuan yang mempunyai kandungan SiO 2 kurang dari 53%, karena jumlah contohnya hanya dua, maka gambaran pola geokimia unsur utama batuannya tidak nampak. Sedangkan untuk kelompok yang mempunyai kandungan SiO 2 lebih dari 53%, dari diagram variasi terlihat bahwa unsur-unsur MgO, CaO dan Al 2 O 3 mempunyai korelasi negatif dengan SiO 2, begitu pula MnO, meskipun yang terakhir ini mempunyai sebaran yang lebih luas, yang berarti bahwa koefisien korelasinya relatif kecil. Sedang-kan korelasi positip dengan ditunjukkan dengan jelas oleh K 2 O. Besi yang dinyatakan sebagai FeO maupuin Fe 2 O 3 mempunyai kecende-rungan korelasi negatip dengan SiO 2, meskipun distribusi tititktitiknya agak sedikit menyebar. Pola kimia untuk unsur-unsur Na 2 O, TiO 2 dan P 2 O 5 dalam diagram variasi nampak menyebar, hal ini disebabkan oleh akumulasi felspar (Na 2 O), mineral opak (titanomagnetit) (TiO 2 ) dan apatit (P 2 O 5 ) yang tidak merata pada masing-masing batuan. Evolusi gunungapi di daerah penyelidikan, diawali dengan pembentukkan kompleks gunungapi Rawa Danau (G.Marikangen dan G.Pinang) yang berada di sebelah selatan. Produknya terdiri dari lava (satuan RDLv dan RDKs), dan batuan piroklastik Tufa Banten yang mencirikan tipe letusan eksplosif. Di sebelah utara kompleks gunungapi Rawa Danau berkembang kompleks gunungapi Gede-Salak berkomposisi basaltic andesit sampai dasit yang tersusun oleh aliran piroklastika, aliran lava dan kubah lava, serta beberapa kubah lava dari sistem kerucut samping, sehingga tipe letusan gunungapi Gede-Salak termasuk tipe ekplosif dan efusif. Berdasarkan gambaran geokimianya, sumber tektonik busur depan pada gunung Rawadano dan sekitarnya mempunyai kebolehjadian yang lebih besar jika dibandingkan dengan busur belakang pada Gede Merak. Karena tapak PLTN Keramatwatu berjarak 10 km dari Gn.Gede Merak dan 50 Km dari Rawadano maka bahaya aspek vulkanik Rawadano dapat diabaikan. KESIMPULAN Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Hasil analisis geokimia batuan menunjukkan bahwa kandungan SiO 2 berkisar antara 52,09 69,53%; Al 2 O 3 antara 14,69-17,89%; K 2 O dan TiO 2 berturut-turut bervariasi antara 0,30 3,72% dan 0,26 1,04%. Kandungan MgO berkisar antara 1,48 9,18%; sedangkan Fe 2 O 3 * bervariasi rendah antara 0,64 1,55%. Unsur oksida lainnya memperlihatkan jumlah yang tidak bergitu bervariasi tinggi, yaitu : Na 2 O antara 1,75 4,66%; P 2 O 5 : 0,02 0,46%; CaO: 0,21-4,65% dan MnO : 0,05 0,16%. SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013 G 4
5 Batuan produk dari kompleks volkanik Gunung Gede-Salak dan Rawa Danau daerah Banten jenisnya dari andesit-basaltik, andesit hingga dasit dan sebagian besar tergolong ke dalam batuan afinitas kalk-alkali, kecuali batuan Gunung Pinang yang termasuk kedalam batuan afinitas toleit. Pola kimia himpunan batuan volkanik daerah Banten di dalam diagram variasi memperlihatkan penurunan besi dan MgO, CaO dan Al 2 O 3 berbareng dengan kenaikan SiO 2 dan K 2 O; pola demikian menunjukkan evolusi magmatik yang berafinitas kalk-alkali. Pola kimiawi unsur utama batuan volkanik daerah Banten dari hasil perajahan dalam diagram variasi (Harker) sebagian besar contoh batuan yang dianalisis menunjukkan pola yang sama, yang mengindikasikan adanya hubungan ko-genetik, terkecuali dua contoh dari Gunung Pinang yang memperlihatkan pola yang berbeda atau pola yang tidak sama. Tingkat bahaya Gn.Gede Merak yang berjarak 10 km dari tapak PLTN Keramatwatu relatif kecil karena kebolehjadian tektonik pada Gn. tersebut bersifat subduksi belakang, sedangkan tingkat bahaya Gn. Rawadano yang berjarak 50 km dari tapak PLTN Keramatwatu dapat diabaikan walaupun mempunyai tingkat kebolehjadian tektonik yang lebih tinggi DAFTAR PUAKA Djoharman, L., 1968, G. Karang, Sedikit Geologi Pendahuluan, Dinas Volkanologi, Seksi Petapi. Delaure, Ch., 1979, Geothermal Study, Banten Area, West Java, Volcanological Report, Exploration Division, Pertamina Geothermal Division IAEA, Safety Guide IAEA No. DS 405, Volcanic Hazard in Site Evaluation for Nuclear Power Plant, Martin, H, Effect of steeper Archean geothermal gradient on geochemistry of subduction-zone magmas, Geology Journal, Vol. 14, McCulloch, M. T, Sm-Nd isotopic constraints on the evolution of Precambrian crust in the Aus-tralian continent, Geodyn. Ser. Vol. 17, Pusat Pengembangan Energi Nuklir BATAN, Laporan Akhir Aspek Kegunungapian. Pekerjaan Survey Tapak di Banten oleh LAPI- ITB, Santoso, S., 1991, Peta Geologi Lembar Anyer, Jawa, sekala 1: , Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. Rusmana, E., Suwitodirdjo, K., Suharsono, 1991, Peta Geologi Lembar Serang, Jawa, sekala 1: , Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013 G 5
KAJIAN GEOKIMIA KOMPLEKS GUNUNG API GEDE MERAK PADA CALON TAPAK PLTN KRAMATWATU-BANTEN
SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013
Lebih terperinciINTERPRETASI HASIL ANALISIS GEOKIMIA BATUAN GUNUNGAPI RUANG, SULAWESI UTARA
INTERPRETASI HASIL ANALISIS GEOKIMIA BATUAN GUNUNGAPI RUANG, SULAWESI UTARA Oktory PRAMBADA Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi Sari Gunungapi Ruang (+714 m dpl) yang merupakan gunungapi strato
Lebih terperinciTUGAS VULKANOLOGI ANALISA GUNUNG RINJANI BERDASARKAN TIPE LETUSAN DAN DATA GEOKIMIA
TUGAS VULKANOLOGI ANALISA GUNUNG RINJANI BERDASARKAN TIPE LETUSAN DAN DATA GEOKIMIA Disusun Oleh: Kelas D Yudha Prasetya 111.130.070 Linda Mahadita 111.130.079 Monica Wulandari 111.130.111 Satryo Budiraharjo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Menurut Schieferdecker (1959) maar adalah suatu cekungan yang umumnya terisi air, berdiameter mencapai 2 km, dan dikelilingi oleh endapan hasil letusannya.
Lebih terperinciKAJIAN EVOLUSI GEOKIMIA DAN KAITANNYA DENGAN TINGKAT BAHAYA GUNUNG API MURIA TERHADAP TAPAK PLTN MURIA
Kajian Evolusi Geokimia dan Kaitannya dengan Tingkat Bahaya Gunung Api Muria Terhadap Tapak PLTN Muria (Basuki Wibowo, June Mellawati, Heni Susiati) KAJIAN EVOLUSI GEOKIMIA DAN KAITANNYA DENGAN TINGKAT
Lebih terperinciBatuan Gunungapi Sibual Buali, Sumatera Utara (Sofyan Primulyana, dkk)
BATUAN GUNUNGAPI SIBUAL BUALI, SUMATERA UTARA Sofyan PRIMULYANA, Oktory PRAMBADA Sari Gunungapi Sibualbuali bertipe stratovolkano, mempunyai produk letusannya berupa aliran lava dan endapan piroklastik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penciptaan energi nuklir menarik untuk dikaji karena dalam setiap pembelahan inti akan terjadi pelepasan energi yang besar. Contohnya, pada pembelahan satu inti uranium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lamongan dan di sebelah barat Gunung Argapura. Secara administratif, Ranu Segaran masuk
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Lokasi penelitian adalah Ranu Segaran, terletak di sebelah timur Gunung Lamongan dan di sebelah barat Gunung Argapura. Secara administratif, Ranu Segaran
Lebih terperinci6.5. GUNUNGAPI MAHAWU, Sulawesi Utara
6.5. GUNUNGAPI MAHAWU, Sulawesi Utara KETERANGAN UMUM Nama Lain Nama Kawah Lokasi Ketinggian Tipe Gunungapi Pos Pengamatan Gunungapi : Mahawoe, Roemengas : Mahawu, Wagio, Mawuas : Kota Tomohon, Sulawesi
Lebih terperinci: Piek Van Bali, Piek of Bali, Agung, Gunung Api. Kab. Karangasem, Pulau Bali. Ketinggian : 3014 m di atas muka laut setelah letusan 1963
4.2. G. AGUNG, Bali KETERANGAN UMUM Nama Lain : Piek Van Bali, Piek of Bali, Agung, Gunung Api Lokasi a. Geografi Puncak : 08 20' 30 Lintang Selatan dan 115 30' 30 Bujur Timur b. Administratif : Kab. Karangasem,
Lebih terperinci2015, No Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3676); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2012 tentang Keselamatan da
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.620, 2015 BAPETEN. Instalasi Nuklir. Aspek Kegunungapian. Evaluasi. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG EVALUASI TAPAK
Lebih terperinci6.6. G. TANGKOKO, Sulawesi Utara
6.6. G. TANGKOKO, Sulawesi Utara KETERANGAN UMUM Nama Lain : Tonkoko Nama Kawah : - Lokasi Ketinggian Kota Terdekat Tipe Gunungapi Pos Pengamatan Gunungapi : Administratif: termasuk Desa Makewide, Kecamatan
Lebih terperinciKAJIAN EVOLUSI GEOKIMIA DAN KAITANNYA DENGAN TINGKAT BAHAYA VULKANIK GUNUNG MURIA TERHADAP TAPAK PLTN MURIA
KAJIAN EVOLUSI GEOKIMIA DAN KAITANNYA DENGAN TINGKAT BAHAYA VULKANIK GUNUNG MURIA TERHADAP TAPAK PLTN MURIA Basuki Wibowo, June Mellawati, Heni Susiati Pusat Pengembangan Energi Nuklir, BATAN ABSTRAK.
Lebih terperinciBAB II GEOLOGI REGIONAL
BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Regional Daerah penelitian berada di Pulau Jawa bagian barat yang secara fisiografi menurut hasil penelitian van Bemmelen (1949), dibagi menjadi enam zona fisiografi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Fisiografi Regional Pulau Lombok terbentuk oleh suatu depresi yang memanjang (longitudinal depresion), yang sebagian besar sudah terisi dan tertutupi oleh suatu seri gunungapi
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG EVALUASI TAPAK INSTALASI NUKLIR UNTUK ASPEK KEGUNUNGAPIAN
KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG EVALUASI TAPAK INSTALASI NUKLIR UNTUK ASPEK KEGUNUNGAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPerbandingan antara erupsi Gunung Bromo Tahun dan erupsi Kompleks Gunung Tengger
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 2 No. 1 April 2011: 21-37 Perbandingan antara erupsi Gunung Bromo Tahun 2010 2011 dan erupsi Kompleks Gunung Tengger Akhmad Zaennudin Badan Geologi Jln. Diponegoro
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lokasi Penelitian Secara geografis, kabupaten Ngada terletak di antara 120 48 36 BT - 121 11 7 BT dan 8 20 32 LS - 8 57 25 LS. Dengan batas wilayah Utara adalah Laut Flores,
Lebih terperinciKAJIAN AWAL KONDISI KEGEMPAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SEBAGAI CALON TAPAK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)
KAJIAN AWAL KONDISI KEGEMPAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SEBAGAI CALON TAPAK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) Kurnia Anzhar, Sunarko Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta kurnia_a@batan.go.id;sunarko@batan.go.id
Lebih terperinci5.2. G. WETAR, Kepulauan Banda, Maluku
5.2. G. WETAR, Kepulauan Banda, Maluku Pulau Gunung Api di utara P. Wetar ditutupi belukar dilihat dari utara (gbr. Kiri) dan dilihat dari barat (gbr. Kanan) (Foto: Lili Sarmili).(2001) KETERANGAN UMUM
Lebih terperinciRingkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014
\ 1 A. TATANAN TEKTONIK INDONESIA MITIGASI BENCANA GEOLOGI Secara geologi, Indonesia diapit oleh dua lempeng aktif, yaitu lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik yang subduksinya dapat
Lebih terperinciANALISIS KANDUNGAN KIMIA BATUAN VULKANIK DARI SANGKAROPI SULAWESI SELATAN SERTA PEMANFAATANNYA DALAM KLASIFIKASI BATUAN DAN TATANAN TEKTONIK ABSTRAK
ANALISIS KANDUNGAN KIMIA BATUAN VULKANIK DARI SANGKAROPI SULAWESI SELATAN SERTA PEMANFAATANNYA DALAM KLASIFIKASI BATUAN DAN TATANAN TEKTONIK Ulva Ria Irvan, M.Syahrul, Abd. Wahid Wahab dan Arifudin Idrus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989).
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dinamika aktivitas magmatik di zona subduksi menghasilkan gunung api bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989). Meskipun hanya mewakili
Lebih terperinciB.74 SEBARAN UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA SEKITAR TAPAK POTENSIAL KRAMATWATU SEBAGAI PERTIMBANGAN DALAM EVALUASI TAPAK PLTN BANTEN TIM PENELITI: Dr.
B.74 SEBARAN UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA SEKITAR TAPAK POTENSIAL KRAMATWATU SEBAGAI PERTIMBANGAN DALAM EVALUASI TAPAK PLTN BANTEN TIM PENELITI: Dr. June Mellawati, M.Si Dra. Heni Susiati, M.Si Ir. Hadi Suntoko
Lebih terperinciBAB II TATANAN GEOLOGI
BAB II TATANAN GEOLOGI Secara morfologi, Patahan Lembang merupakan patahan dengan dinding gawir (fault scarp) menghadap ke arah utara. Hasil interpretasi kelurusan citra SPOT menunjukkan adanya kelurusan
Lebih terperinciOKSIDA GRANIT DIORIT GABRO PERIDOTIT SiO2 72,08 51,86 48,36
PENGERTIAN BATUAN BEKU Batuan beku atau sering disebut igneous rocks adalah batuan yang terbentuk dari satu atau beberapa mineral dan terbentuk akibat pembekuan dari magma. Berdasarkan teksturnya batuan
Lebih terperinci5.5. G. LAWARKAWRA, Kepulauan Banda, Maluku
5.5. G. LAWARKAWRA, Kepulauan Banda, Maluku G. Lawarkawra di P. Nila, dilihat dari arah utara, 1976 KETERANGAN UMUM Nama Lain : Kokon atau Lina Lokasi a. Geografi Puncak b. Administratif : : 6 o 44' Lintang
Lebih terperinci4.20. G. BATUTARA, Nusa Tenggara Timur
4.20. G. BATUTARA, Nusa Tenggara Timur KETERANGAN UMUM Nama Lain : Pulu Komba, Pulu Kambing II, Pulu Betah Nama Kawah Tipe Gunungapi Lokasi Geografis Lokasi Administrasi : Batutara terletak di pulau berbentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Provinsi Sulawesi Barat terletak di bagian barat Pulau Sulawesi dengan luas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mamuju merupakan ibu kota Provinsi Sulawesi Barat yang merupakan Provinsi baru hasil pemekaran dari Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2004. Provinsi Sulawesi
Lebih terperinci7.2. G. GAMKONORA, Halmahera - Maluku Utara
7.2. G. GAMKONORA, Halmahera - Maluku Utara KETERANGAN UMUM Nama Lain : Gamkunora, Gammacanore Nama Kawah : Kawah A, B, C, dan D. Lokasi a. Geografi b. Administrasi : : 1º 22 30" LU dan 127º 3' 00" Kab.
Lebih terperinciTEKANAN PADA ERUPSI GUNUNG BERAPI
TEKANAN PADA ERUPSI GUNUNG BERAPI ARINI ROSA SINENSIS SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) NURUL HUDA 2017 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Indonesia dikenal dengan negara yang memiliki
Lebih terperinciBab I - Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE) Gunung Pongkor, yang merupakan daerah konsesi PT. Aneka Tambang, adalah salah satu endapan emas epitermal di Indonesia
Lebih terperinciBAB II GEOLOGI REGIONAL
BAB II GEOLOGI REGIONAL II.1 Fisiografi dan Morfologi Van Bemmelen (1949), membagi fisiografi Jawa Barat menjadi empat zona, yaitu Pegunungan selatan Jawa Barat (Southern Mountain), Zona Bandung (Central
Lebih terperinciBAB II KERANGKA GEOLOGI
BAB II KERANGKA GEOLOGI 2.1 Tatanan Geologi Daerah penelitian merupakan batas utara dari cekungan Bandung. Perkembangan geologi Cekungan Bandung tidak lepas dari proses tektonik penunjaman kerak samudra
Lebih terperinci4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur
4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur G. Lewotobi Laki-laki (kiri) dan Perempuan (kanan) KETERANGAN UMUM Nama Lain Tipe Gunungapi : Lobetobi, Lewotobi, Lowetobi : Strato dengan kubah lava Lokasi
Lebih terperinciSemakin ke arah dacite, kandungan silikanya semakin besar.
Afinitas magma merupakan perubahan komposisi komposisi kimia yang terkandung didalam magma yang disebabkan oleh oleh adanya factor factor tertentu. Aktifitas aktifitas magma ini bisa berbeda satu sama
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lokasi Penelitian Gunungapi Sinabung adalah gunungapi stratovolkano berbentuk kerucut, dengan tinggi puncaknya 2460 mdpl. Lokasi Gunungapi Sinabung secara administratif masuk
Lebih terperinciGEOLOGI DAERAH CISURUPAN DAN SEKITARNYA, KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT
GEOLOGI DAERAH CISURUPAN DAN SEKITARNYA, KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT TUGAS AKHIR A Diajukan sebagai syarat untuk kelulusan sarjana strata satu (S-1) di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi
Lebih terperinciKEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NOMOR 57 BANDUNG 40122 JALAN JENDERAL GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 TELEPON: 022-7215297/021-5228371 FAKSIMILE:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan tatanan geologi Indonesia berada pada tiga pertemuan lempeng tektonik, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik (Bemmelen, 1949).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang lalui oleh 3 lempeng benua dan samudra yang masih aktif sampai saat ini. Pergerakan ketiga lempeng tersebut mengakibatkan
Lebih terperinciPETROGENESA LAVA GUNUNG RINJANI SEBELUM PEMBENTUKAN KALDERA
PETROGENESA LAVA GUNUNG RINJANI SEBELUM PEMBENTUKAN KALDERA Beta Kurniawahidayati 1 *, Mega F. Rosana 1, Heryadi Rachmat 2 1. Universitas Padjadjaran, Fakultas Teknik Geologi 2. Museum Geologi Bandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa (Busur Sunda) merupakan daerah dengan s umber daya panas
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pulau Jawa (Busur Sunda) merupakan daerah dengan s umber daya panas bumi terbesar (p otensi cadangan dan potensi diketahui), dimana paling tidak terdapat 62 lapangan
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Pengamatan geomorfologi di daerah penelitian dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu metode tidak langsung
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Lokasi penelitian berada di daerah Kancah, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung yang terletak di bagian utara Kota Bandung. Secara
Lebih terperinciSTUDI GEOKIMIA BATUAN VULKANIK PRIMER KOMPLEKS GUNUNG SINGA - GUNUNG HULU LISUNG, BOGOR - JAWA BARAT
Studi geokimia batuan vulkanik primer kompleks Gunung Singa - Gunung Hulu Lisung, Bogor, Jawa Barat STUDI GEOKIMIA BATUAN VULKANIK PRIMER KOMPLEKS GUNUNG SINGA - GUNUNG HULU LISUNG, BOGOR - JAWA BARAT
Lebih terperinciBAB VI NIKEL LATERIT DI DAERAH PENELITIAN
BAB VI NIKEL LATERIT DI DAERAH PENELITIAN 6.1. Kondisi dan Penyebaran Singkapan. Geomorfologi daerah penelitian berupa perbukitan dan dataran. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap sebaran singkapan
Lebih terperinci3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9
3.2.2.4 Mekanisme pengendapan Berdasarkan pemilahan buruk, setempat dijumpai struktur reversed graded bedding (Gambar 3-23 D), kemas terbuka, tidak ada orientasi, jenis fragmen yang bervariasi, massadasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia khususnya Pulau Jawa memiliki banyak gunung api karena
BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Penelitian Indonesia khususnya Pulau Jawa memiliki banyak gunung api karena berada pada wilayah tektonik aktif yang dikenal dengan zona subduksi. Gunung api yang terbentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian Evolusi Struktur Geologi Daerah Sentolo dan Sekitarnya, Kabupaten Kulon Progo, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. I.2. Latar Belakang Proses geologi yang berupa
Lebih terperinci7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara
7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara G. Ibu dilihat dari Kampung Duono, 2008 KETERANGAN UMUM Lokasi a. Geografi b. Adminstrasi : : 1 29' LS dan 127 38' BT Kecamatan Ibu, Kabupaten Halmahera Barat, Prop.
Lebih terperinciPEMBENTUKAN DANAU VULKANIK MANINJAU (Aan Dianto-Puslit Limnologi LIPI)
Warta Limnologi No: 56 / Tahun XXIX ISSN 0251-5168 PEMBENTUKAN DANAU VULKANIK MANINJAU (Aan Dianto-Puslit Limnologi LIPI) aan@limnologi.lipi.go.id Danau Maninjau yang terletak pada 0 12 26,63 LS - 0 25
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah administrasi di Kabupaten Temanggung, Kabupaten dan Kota Magelang. Secara morfologi CAT ini dikelilingi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar antara 2,5-3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan
Lebih terperinciAdi Hardiyono Laboratorium Petrologi dan Mineralogi, Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran ABSTRACT
Karakteristik batuan beku andesitik & breksi vulkanik, dan kemungkinan penggunaan sebagai bahan bangunan KARAKTERISTIK BATUAN BEKU ANDESIT & BREKSI VULKANIK, DAN KEMUNGKINAN PENGGUNAAN SEBAGAI BAHAN BANGUNAN
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. I Putu Krishna Wijaya 11/324702/PTK/07739 BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu wilayah di Indonesia yang sering mengalami bencana gerakan tanah adalah Provinsi Jawa Barat. Dari data survei yang dilakukan pada tahun 2005 hingga
Lebih terperinciBAB 2 GEOLOGI REGIONAL
BAB 2 GEOLOGI REGIONAL 2.1 FISIOGRAFI Secara fisiografis, daerah Jawa Barat dibagi menjadi 6 zona yang berarah timurbarat (Van Bemmelen, 1949). Zona tersebut dari arah utara ke selatan meliputi: 1. Zona
Lebih terperinci4.7 G. INIELIKA, Nusa Tenggara Timur
4.7 G. INIELIKA, Nusa Tenggara Timur Komplek G. Inie Lika dengan latar depan Kota Bajawa (sumber PVMBG) KETERANGAN UMUM Nama Lain Tipe Gunungapi Nama Kawah : Inielika, Koek Peak : Strato : Wolo Inielika;
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
vi DAFTAR ISI JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii PRAKATA... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xv SARI... xvi ABSTRACT... xvii BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1.
Lebih terperinciSURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI AMPALLAS KABUPATEN MAMUJU, PROVINSI SULAWESI BARAT
SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI AMPALLAS KABUPATEN MAMUJU, PROVINSI SULAWESI BARAT Oleh : Edy Purwoto, Arif Munandar Kelompok Penyelidikan Panas Bumi Pusat Sumber Daya Geologi SARI Secara administratif
Lebih terperinciPROVINSI SULAWESI UTARA
INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SITARO PROVINSI SULAWESI UTARA Oleh: Dendi Surya K., Bakrun, Ary K. PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI SARI Wilayah Kabupaten Kepulauan Sitaro terdiri dari gabungan 3 pulau
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daerah Penelitian Secara administratif Gunung Lokon terletak di Kota Tomohon, Minahasa, Sulawesi Utara (Gambar 4), lebih kurang 25 Km sebelah Selatan Manado. Secara geografis
Lebih terperinciBAB II METODOLOGI PENELITIAN
DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Halaman Persembahan... Kata Pengantar... Sari...... Daftar Isi...... Daftar Gambar... Daftar Tabel...... Daftar Lampiran...... i ii iii iv vi vii x xiv
Lebih terperinciGEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH BANDA NEIRA DAN HUBUNGANNYA TERHADAP SISTEM PANAS BUMI KEPULAUAN BANDA
GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH BANDA NEIRA DAN HUBUNGANNYA TERHADAP SISTEM PANAS BUMI KEPULAUAN BANDA Lano Adhitya Permana, Andri Eko Ari Wibowo, Edy Purwoto Kelompok Penyelidikan Panas Bumi, Pusat Sumber
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Daerah Sumatera merupakan salah satu daerah yang memiliki tatanan geologi sangat kompleks, baik dari segi sedimentologi, vulkanologi, tektonik dan potensi sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Mineralisasi hidrotermal merupakan proses perubahan mineralogi, tekstur dan komposisi kimia yang terjadi akibat interaksi larutan hidrotermal dengan batuan samping
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang seluruh aspek pembentukan batuan mulai dari sumber, proses primer
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Petrogenesis merupakan bagian dari ilmu petrologi yang menjelaskan tentang seluruh aspek pembentukan batuan mulai dari sumber, proses primer terbentuknya batuan hingga
Lebih terperinciPEMODELAN PROBABILITAS BENCANA GUNUNGAPI DENGAN TEKNOLOGI SIG, STUDI KASUS GUNUNG MURIA, DAERAH UJUNG LEMAH ABANG, KABUPATEN JEPARA, JAWA TENGAH
PEMODELAN PROBABILITAS BENCANA GUNUNGAPI DENGAN TEKNOLOGI SIG, STUDI KASUS GUNUNG MURIA, DAERAH UJUNG LEMAH ABANG, KABUPATEN JEPARA, JAWA TENGAH TUGAS AKHIR B Disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar
Lebih terperinciINTERPRETASI GEOKIMIA UNSUR UTAMA DAN JEJAK KOMPLEKS VOLKANIK GUNUNG PONGKOR KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Interpretasi Geokimia Unsur Utama dan Jejak Kompleks Volkanik Gunung Pongkor Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Johanes Hutabarat) INTERPRETASI GEOKIMIA UNSUR UTAMA DAN JEJAK KOMPLEKS VOLKANIK GUNUNG PONGKOR
Lebih terperinciBAB II GEOLOGI REGIONAL
BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Menurut Van Bemmelen (1949), secara fisiografis dan struktural daerah Jawa Barat dapat di bagi menjadi 4 zona, yaitu Dataran Pantai Jakarta, Zona Bogor, Zona Bandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Granit secara umum terbagi menjadi dua tipe, yaitu tipe I dan Tipe S. Granit tipe I atau Igneous menunjukan granit yang terbentuk akibat dari proses peleburan
Lebih terperinciANALISIS GEOKIMIA LOGAM Cu, Fe PADA BATUAN DASIT KABUPATEN BARRU SULAWESI SELATAN
PROSIDING 20 13 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK ANALISIS GEOKIMIA LOGAM Cu, Fe PADA BATUAN DASIT KABUPATEN BARRU SULAWESI SELATAN Jurusan Teknik Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan
Lebih terperinciBAB III TATANAN GEOLOGI
BAB III TATANAN GEOLOGI Daerah penelitian terletak di daerah Ria-ria, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara, tepatnya pada posisi koordinat 98 o 54 00-99 o 01 30 BT dan 1 o 56 30 2 o 06 00 LU. Gambar
Lebih terperinciSTUDI BATUAN VULKANIK PERBUKITAN SEPULUHRIBU, KOTA TASIKMALAYA DAN SEKITARNYA, JAWA BARAT
M3P-01 STUDI BATUAN VULKANIK PERBUKITAN SEPULUHRIBU, KOTA TASIKMALAYA DAN SEKITARNYA, JAWA BARAT Hernanda Danar Dono 1*, Lucas Donny Setjadji 1 1 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah
Lebih terperinciASPEK KEGUNUNGAPIAN TERHADAP TAPAK PLTN
ASPEK KEGUNUNGAPIAN TERHADAP TAPAK PLTN Liliana Yetta Pandi dan Nur Siwhan Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir Badan Pengawas Tenaga Nuklir Email: p.liliana@bapeten.go.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas akhir merupakan persyaratan utama untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S-1) di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Kepulauan Indonesia merupakan salah satu daerah dengan kegiatan vulkanisme yang aktif. Suatu hubungan yang erat antara vulkanisme dan tektonik dicerminkan oleh adanya
Lebih terperinciFENOMENA BARU KETERDAPATAN BIJIH BESI DI KABUPATEN TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR. Oleh : Wahyu Widodo dan Bambang Pardiarto. Sari
FENOMENA BARU KETERDAPATAN BIJIH BESI DI KABUPATEN TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR Oleh : Wahyu Widodo dan Bambang Pardiarto Sari Lokasi daerah penelitian termasuk di wilayah perbatasan antara Kec. Dongko,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Temanggung bagian timur. Cekungan airtanah ini berada di Kabupaten Magelang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Penelitian geokimia airtanah merupakan salah satu penelitian yang penting untuk dilakukan, karena dari penelitian ini dapat diketahui kualitas airtanah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang dilewati oleh dua jalur pegunungan muda dunia sekaligus, yakni pegunungan muda Sirkum Pasifik dan pegunungan
Lebih terperinciPETROGENESA BATUAN LAVA GUNUNG BARUJARI DAN GUNUNG ROMBONGAN, KOMPLEK GUNUNG RINJANI
PETROGENESA BATUAN LAVA GUNUNG BARUJARI DAN GUNUNG ROMBONGAN, KOMPLEK GUNUNG RINJANI Sahala Manullang 1*, Heryadi Rachmat 2, Mega F. Rosana 1 1. Universitas Padjajaran, Fakultas Teknik Geologi 2. Museum
Lebih terperinciKUBAH LAVA SEBAGAI SALAH SATU CIRI HASIL LETUSAN G. KELUD
KUBAH LAVA SEBAGAI SALAH SATU CIRI HASIL LETUSAN G. KELUD AKHMAD ZAENNUDIN Penyelidik Bumi Madya pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari G. Kelud merupakan gunungapi tipe A di Jawa Timur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Disebutkan oleh Surono, dkk (1992), penyusun Formasi Wonosari-Punung berupa
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Formasi Wonosari-Punung secara umum tersusun oleh batugamping. Disebutkan oleh Surono, dkk (1992), penyusun Formasi Wonosari-Punung berupa batugamping, batugamping
Lebih terperinciPROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
TUGAS AKHIR A GEOLOGI DAERAH BATUR DAN SEKITARNYA, SERTA PENYEBARAN BORON DALAM TANAH DAN HUBUNGANNYA DENGAN STRUKTUR GEOLOGI YANG BERKEMBANG, KABUPATEN BANJARNEGARA-WONOSOBO, JAWA TENGAH, INDONESIA Diajukan
Lebih terperinciBAB II GEOLOGI REGIONAL
BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Menurut Van Bemmelen (1949), secara fisiografis dan struktural daerah Jawa Barat dapat di bagi menjadi 4 zona, yaitu Dataran Pantai Jakarta, Zona Bogor, Zona Bandung
Lebih terperinciAnalisa Statistik Erupsi Gunung Merapi
Analisa Statistik Erupsi Gunung Merapi Dhika Rosari Purbaa), Acep Purqonb) Laboratorium Fisika Bumi, Kelompok Keilmuan Fisika Bumi dan Sistem Kompleks, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pulau Jawa merupakan busur gunungapi memanjang barat-timur yang dihasilkan dari pertemuan lempeng Eurasia dan Hindia-Australia. Kondisi geologi Pulau Jawa ditunjukkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Panas Bumi (Geothermal) di Indonesia
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Panas Bumi (Geothermal) di Indonesia Indonesia yang kaya akan wilayah gunung berapi, memiliki potensi panas bumi yang besar untuk dapat dimanfaatkan sebagai sumber
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lokasi Objek Penelitian Berdasarkan bentuk morfologinya, puncak Gunung Lokon berdampingan dengan puncak Gunung Empung dengan jarak antara keduanya 2,3 km, sehingga merupakan
Lebih terperinciGunungapi (Volcano)* Pokok Bahasan. Pendahuluan
Pokok Bahasan Gunungapi (Volcano)* Dr. Hendra Grandis Kelompok Keilmuan Geofisika Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB Pusat Mitigasi Bencana ITB *disarikan dari berbagai sumber Pendahuluan
Lebih terperinciG. BUR NI TELONG, NANGGROE ACEH DARUSSALAM
G. BUR NI TELONG, NANGGROE ACEH DARUSSALAM KETERANGAN UMUM Nama Lain : Gunung Tutong, Boer Moetelong, G. Telong Lokasi A. Geografis Puncak : 4 o 38'47" - 4 o 88'32" Lintang Utara dan 96 o 44'42" - 96 o
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya bauksit di Indonesia mencapai 3,47 miliar ton, yang terdapat di dua
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Bauksit merupakan salah satu komoditas tambang yang penting di Indonesia. Berdasarkan data dinas Energi dan Sumber Daya Mineral tahun 2011, jumlah sumber daya bauksit
Lebih terperinciBAB II TATANAN GEOLOGI REGIONAL
BAB II TATANAN GEOLOGI REGIONAL II.1 FISIOGRAFI DAN MORFOLOGI Secara fisiografis, daerah Jawa Tengah dibagi menjadi lima zona yang berarah timur-barat (van Bemmelen, 1949). Zona tersebut dari arah utara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan aspek tektoniknya, Indonesia berada pada jalur tumbukan tiga lempeng besar dengan intensitas tumbukan yang cukup intensif. Tumbukan antar lempeng menyebabkan
Lebih terperinci2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L
No.1662, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Cagar Aalam Geologi. Penetapan Kawasan. Pedoman. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG
Lebih terperinciBAB V EVALUASI BENCANA GUNUNGAPI
BAB V EVALUASI BENCANA GUNUNGAPI V.1 Evaluasi Bencana Gunungapi Evaluasi deterministik konservatif untuk setiap fenomena geologi perlu dilakukan dengan tujuan menentukan jarak SDV, yaitu jarak terjauh
Lebih terperinciJenis Bahaya Geologi
Jenis Bahaya Geologi Bahaya Geologi atau sering kita sebut bencana alam ada beberapa jenis diantaranya : Gempa Bumi Gempabumi adalah guncangan tiba-tiba yang terjadi akibat proses endogen pada kedalaman
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Kabupaten Tanggamus 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus Secara geografis wilayah Kabupaten Tanggamus terletak pada posisi 104 0 18 105 0 12 Bujur Timur dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembentuk tanah yang intensif adalah proses alterasi pada daerah panasbumi.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya tanah longsor adalah tingkat ketebalan tanah yang tinggi dengan kekuatan antar material yang rendah. Salah satu pembentuk
Lebih terperinciGUNUNGAPI KARUA DI DAERAH PANAS BUMI BITTUANG, TANA TORAJA, SULAWESI SELATAN: SALAH SATU GUNUNGAPI AKTIF TIPE B(?) DI INDONESIA
GUNUNGAPI KARUA DI DAERAH PANAS BUMI BITTUANG, TANA TORAJA, SULAWESI SELATAN: SALAH SATU GUNUNGAPI AKTIF TIPE B(?) DI INDONESIA Oleh : Soetoyo Kelompok Program Penelitian Panas Bumi, Pusat Sumber Daya
Lebih terperinci