PEMBATALAN AKTA PERJANJIAN KREDIT KARENA OBJEK JAMINAN TIDAK SAH (Analisis Putusan Pengadilan Negeri Bandung Nomor 496/Pdt.

Transkripsi

1 PEMBATALAN AKTA PERJANJIAN KREDIT KARENA OBJEK JAMINAN TIDAK SAH (Analisis Putusan Pengadilan Negeri Bandung Nomor 496/Pdt.G/2014/PN BDG) Tesalonika Marta Ayuning Tyas Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Pranoto, Adi Sulistiyono (Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret) Abstract This research aimed to find out and to answer the problem statement on the status of consideration the deed treaty credit canceled because the unauthorized security and effect certificate law when credit agreement between the creditors and debtor in cancel. This research is using methods of statute approach and conceptual approach. Based on the results of research and discussion produced drawing conclusions that the object guarantee is not valid because a for justice, then credit agreement as basic agreement does not necessarily void. So that a credit agreement certificate Number 04 date 04 March 2011 between Bank UOB with Mr. Chandra should be kept legal and debtors must remain pay off its debts to a creditor. Consideration judge in declaring credit agreement certificate not legal and have no might evidence according to author has already been surpassed the authority of a magistrate, because is not mentioned in a lawsuit the plaintiff. Keywords: The cancellation certificate, Credit Agreement, Guarantee Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjawab rumusan masalah mengenai pertimbangan hakim yang membatalkan akta perjanjian kredit karena objek jaminan tidak sah dan akibat hukum apabila akta perjanjian kredit antara Pihak Kreditur dan Debitur di batalkan. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan undangundang dan konseptual. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan simpulan bahwa objek jaminan yang tidak sah karena suatu sebab hukum, maka perjanjian kredit sebagai perjanjian pokok tidak serta merta batal. Sehingga Akta Perjanjian Kredit Nomor 04 Tanggal 04 Maret 2011 antara PT. Bank UOB dengan Tuan Chandra tersebut seharusnya tetap sah dan Debitur harus tetap melunasi hutangnya kepada Kreditur. Pertimbangan hakim dalam menyatakan Akta perjanjian Kredit tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan bukti menurut penulis telah melampaui kewenangan hakim, karena tidak tercantum dalam gugatan Penggugat. Kata Kunci: Pembatalan Akta, Perjanjian Kredit, Jaminan A. Pendahuluan Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dana dan penyalur dana masyarakat. Dalam menjalankan fungsinya perbankan di Indonesia haruslah berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Dalam perbankan ada berbagai macam bentuk usaha Bank dan termasuk didalamnya usaha memberikan kredit. Perkreditan merupakan usaha utama perbankan (Financial Depening), dimana ratarata jumlah harta Bank di banyak negara ekonomi maju dan berkembang yang terikat dalam bentuk kredit. Tingginya angka kredit yang tersalurkan dari suatu bank dikarenakan dua alasan, yaitu dilihat dari sisi internal dan eksternal Bank. Dari sisi internal, permodalan bank masih cukup kuat dan portofolio kredit meningkat, sedangkan alasan eksternal bank adalah membaiknya prospek usaha nasabah. Unsur esensial dari kredit bank adalah adanya kepercayaan dari bank sebagai kreditor terhadap peminjam sebagai debitor. Kepercayaan tersebut timbul karena dipenuhi segala ketentuan dan persyaratan untuk memperoleh kredit dari bank (kreditur) oleh debitur. Makna dari kepercayaan 103

2 Jurnal Repertorium Volume IV No. 2 Juli - Desember 2017 tersebut adalah adanya keyakinan dari bank sebagai kreditur bahwa kredit yang diberikan akan sungguhsungguh diterima kembali dalam jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan.(hermansyah, 2008:43) Perbankan sebagai lembaga keuangan yang berfungsi sebagai penyedia dana dan pemberi jasa di bidang keuangan dalam prakteknya sering berhadapan dengan kredit macet atau kredit bermasalah. (Mutiara Nur Hanifa, 2016:2) Problemmatik pelaksanaan pemberian kredit yang dilakukan oleh bank tentu saja tidak selalu berjalan mulus sesuai harapan sehingga dalam pelaksanaanya bank harus hati-hati. Bank harus dapat bersikap bijak dalam memberikan pinjaman atau kredit kepada masyarakat sehingga dalam hal ini pihak bank harus meperhatikan prinsip-prinsip penyaluran atau pemberian kredit. Prinsip penyaluran kredit adalah prinsip kepercayaan, tenggang waktu, degree of risk, resiko, prestasi/objek kredit. (Muhammad Djumhana, 1997: 394) Menurut Wirjono Prodjodikoro, perjanjian adalah suatu hubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak, dimana suatu pihak berjanji untuk melakukan suatu hal atau untuk tidak melakukan hal, sedangkan pihak lain berhak untuk menuntut pelaksanaan tersebut. (Wiryono Prodjodikoro, 1985:17) Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan 4 (empat) syarat yaitu: 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3. Suatu hal tertentu; 4. Suatu sebab yang halal; Tidak terpenuhinya syarat-syarat subyektif dan obyektif di atas dapat menyebabkan perjanjian menjadi tidak sah. Perjanjian yang tidak sah karena tidak terpenuhinya salah satu syarat subyektif akan mengakibatkan perjanjian itu dapat dimintakan pembatalan (canceling) oleh salah satu pihak. Maksudnya, salah satu pihak dapat menuntut pembatalan itu kepada hakim melalui pengadilan. Sebaliknya, apabila tidak sahnya perjanjian itu disebabkan karena tidak terpenuhinya syarat obyektif maka perjanjian tersebut batal demi hukum (nul and void), yaitu secara hukum sejak awal dianggap tidak pernah ada perjanjian.( Ingin Kontrak/Perjanjian Anda Dikatakan Sah? Ini syarat-syaratnya, diakses pada tanggal 1 November 2016) Berkaitan dengan kasus Pembatalan Akta Perjanjian Kredit pada Putusan Nomor 496 / Pdt.G/2014/PN BDG, antara Tuan Chandra Aditya dengan PT. Bank UOB Buana Indonesia di Kota Bandung. Kejadian dimulai ketika tuan Syamsu Bair (Penggugat) melakukan jual beli tanah dan bangunan, dengan Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) Nomor 1547 Desa Sekejati, dengan nyonya Euis Yunalia (Tergugat III) yang dilakukan secara bawah tangan. Kemudian karena Penggugat mendapat tugas dinas di luar kota (tepatnya di Sulawesi) maka rumah tersebut atas seijin Penggugat ditempati oleh Emi Krisnawati yang merupakan mertua Penggugat (Tergugat II). Selama bertugas diluar kota seluruh berkas jual beli tanah dan bangunan tersebut disimpan di kamar Penggugat, yang sekarang telah di renovasi oleh Penggugat. Tergugat II melakukan pinjam meminjam uang dengan tuan Chandra Aditya (Tergugat I), dengan objek jaminan tanah dan Bangunan Sertifikat Hak Gunan Bangunan Nomor 1547 tersebut. Karena Tergugat II tidak dapat membayar hutang dan dengan segala daya upaya Tergugat I maka tanah dan bangunan tersebut jatuh ke tangan Tergugat I. Tanah dan bangunan yang telah dibalik nama menjadi milik Tergugat I akhirnya dijadikan jaminan untuk perjanjian kredit antara Tergugat I dengan PT. Bank UOB Buana Indonesia (Tergugat VI). Karena Tergugat I tidak menjalankan kewajibannya membayar cicilan, maka oleh Tergugat VI objek jaminan tersebut di lelang. Pada saat akan dilaksanakan eksekusi Penggugat merasa kaget karena tidak pernah merasa berhubungan dan memiliki pinjaman dengan Tergugat VI dan melakukan gugatan ke pengadilan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan mengkaji lebih dalam mengenai masalah pertimbangan hakim yang membatalkan akta perjanjian kredit karena objek jaminan tidak sah. B. Metode Penelitian Pedekatan (approach) yang digunakan dalam suatu penelitian normatif akan memungkinkan seorang peneliti untuk memanfaatkan hasil temuan ilmu hukum empiris dan ilmu-ilmu lain untuk kepentingan analisis serta eksplanasi hukum, tanpa mengubah karakter ilmu hukum sebagai ilmu normatif. Pendekatan dalam penulisan hukum ini penulis menggunakan 2 (dua) pendekatan, yaitu Pendekatan Undang-Undang (statute approach), yang dilakukan dengan menelaah undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu 104

3 Tesalonika Marta Ayuning Tyas. Pembatalan Akta Perjanjian Kredit Karena Objek Jaminan Tidak Sah... hukum yang sedang ditangani dan Pendekatan konseptual (conceptual approach). Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif. Penelitian ini menggunakan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder sebagai sumber data penelitian. Teknik pengumpulan bahan hukum yang mengandung dan berkaitan dengan pemaparan penulisan hukum ini adalah studi pustaka (Library research). Teknik analisis bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode penalaran deduksi. C. Hasil Penelitian dan Pembahasan Keberadaan hukum dalam masyarakat merupakan suatu sarana untuk menciptakan ketentraman dan ketertiban masyarakat, sehingga dalam hubungan antar anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya dapat dijaga kepentingannya. Hukum tidak lain adalah perlindungan kepentingan manusia yang berbentuk norma atau kaedah. Hukum sebagai kumpulan peraturan atau kaedah mengandung isi yang bersifat umum dan normatif, umum karena berlaku bagi setiap orang, dan normatif karena menentukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, serta menentukan bagaimana cara melaksanakan kepatuhan pada kaedah.(sudikno Mertokusumo, 2003: 39) Wujud dari peran hukum dalam masyarakat adalah memberikan perlindungan hukum kepada anggota masyarakat yang kepentingannya terganggu. Persengketaan yang terjadi dalam masyarakat harus diselesaikan menurut hukum yang berlaku, sehingga dapat mencegah perilaku main hakim sendiri. Tujuan pokok hukum sebagai perlindungan kepentingan manusia adalah menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, sehingga terwujud kehidupan yang seimbang. Perjanjian kredit adalah merupakan perjanjian pokok dalam arti ada penyerahan uang dari Kreditur (bisa berupa Bank) kepada nasabah (Debitur), berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan hak dan kewajiban diantara Kreditur dan Debitur dan berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring kredit. Sedangkan perjanjian penjaminannya adalah merupakan perjanjian assessor (ikutan) berfungsi memberikan keyakinan kepada pihak Bank (kreditur) atas kesanggupan Debitur untuk melunasi kredit sesuai yang diperjanjikan.(mulyoto, 2012: 58-59) Berdasarkan Pasal 1320 KUH Perdata, suatu perjanjian adalah sah apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Adanya kesepakatan kedua belah pihak Syarat pertama dari sahnya suatu perjanjian adalah adanya kesepakatan para pihak. Kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak antara satu orang atau lebih dengan pihak lainnya. Yang sesuai itu adalah pernyataannya, karena kehendak itu tidak dapat dilihat/diketahui orang lain. (Adrian Sutedi, 2012: 33) 2. Kecakapan Kecakapan adalah adanya kecakapan untuk membuat suatu perjanjian. Menurut hukum, kecakapan termasuk kewenangan untuk melakukan tindakan hukum pada umumnya, dan menurut hukum setiap orang adalah cakap untuk membuat perjanjian kecuali orang-orang yang menurut undang-undang dinyatakan tidak cakap. Adapun orang-orang yang tidak cakap membuat perjanjian adalah orang-orang yang belum dewasa, orang-orang yang dibawah pengampuan, dan perempuan yang telah kawin. (R. Soeroso, 1999:12) 3. Suatu Hal Tertentu Menurut KUH Perdata hal tertentu adalah: a. Suatu hal tertentu yang diperjanjikan dalam suatu perjanjian adalah harus suatu hal atau barang yang cukup jelas atau tertentu yakni paling sedikit ditentukan jenisnya (Pasal 1333 KUH Perdata); b. Hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan saja yang dapat menjadi pokok suatu perjanjian (Pasal 1332 KUH Perdata); 4. Suatu Sebab yang Halal Sebab yang halal yang merupakan syarat terakhir agar suatu Perjanjian dapat dikatakan sah dan mengikat adalah juga mengenai obyek dari Perjanjian yang dibuat. Pasal 1335 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa suatu Perjanjian tanpa sebab, atau yang telah dibuat karena sesuatu sebab yang palsu atau terlarang, tidak mempunyai kekuatan. Hal ini kemudian oleh Pasal 1337 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata secara tegas dinyatakan 105

4 Jurnal Repertorium Volume IV No. 2 Juli - Desember 2017 bahwa suatu sebab adalah terlarang apabila dilarang oleh Undang-Undang, berlawanan dengan kesusilaan yang baik atau ketertiban umum. Syarat pertama dan kedua disebut syarat subjektif, yang mana jika syarat tersebut tidak dipenuhi, maka perjanjian yang dibuat dapat dimintakan pembatalan oleh para pihaknya, sedangkan syarat ketiga dan keempat disebut syarat objektif, yang mana jika kedua syarat tersebut tidak terpenuhi, maka perjanjian akan batal demi hukum. Hal ini akan berakibat perjanjian dianggap tidak pernah ada. Adapun mengenai alasan suatu akta menjadi batal demi hukum antara lain adalah: (Fet Chan Luwesi, 2015: 3-5) 1. Batal demi hukum karena syarat perjanjian formil tidak terpenuhi 2. Batal demi hukum karena syarat objektif sahnya perjanjian tidak terpenuhi 3. Batal demi hukum karena dibuat oleh orang yang tidak berwenang melakukan perbuatan hukum 4. Batal demi hukum karena ada syarat batal yang terpenuhi 5. Ketidakcakapan Absolut Ketidakcakapan dapat dibedakan menajdi 2 (dua) hal, yaitu a. Ketidak cakapan absolut b. Ketidakcakapan relatif 6. Bertentangan dengan Undang-undang, Ketertiban Umum atau Kesusilaan Kausa yang halal merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu perjanjian, artinya dengan Undangundang Ketertiban Umum dan Kesusilaan baik perjanjian terlarang dapat ditinjau dari 3 (tiga) aspek, yaitu: a. Substansi perjanjian yang dilarang Contohnya pengalihan barang jaminan kepada kreditor dalam hal debitor wanprestasi/lalai, dilarang oleh Undangundang; b. Pelaksanaan perjanjian yang dilarang Jual beli kayu bulat tidak dialrang namun jika diekspor kayu gelondongan (pelaksanaan perjanjian menjadi terlarang). Perjanjian ini menjadi batal demi hukum, jika kausa yang terlarang (pengiriman kayu keluar negeri) diketahui sejak semula oleh para pihak. c. Motivasi atau maksud dan tujuan membuat perjanjian yang dilarang Maksud dan tujuan pembuatan perjanjian yang dilarang adalah perjanjian yang sengaja dibuat untuk menyelundupi Undang-undang atau menghindari ketentuan Undang-undang. Bertentangan dengan ketertiban umum maksudnya perbuatan yang melanggar atau bertentangan dengan asas-asas pokok (fundamental) dari tatanan masyarakat sedangkan bertentangan dengan kesusilaan baik maksudnya perbuatan yang melanggar atau bertentangan dengan norma kesusilaan atau masyarakat dan kesusilaan baik ini dapat berubah sesuai dengan tempat dan waktu 7. Daluwarsa permohonan pengesahan Akta Pendirian Perseroan Terbatas 8. Pelanggaran terhadap pasal-pasal dalam Undang-undang Jabatan Notaris Dalam pertimbangan hakim alasan akta tersebut dinyatakan tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan bukti antara lain: 1. Hakim mempertimbangkan bahwa Pengalihan Objek Perkara Sertipikat SHGB Nomor 1547 /Sekejati dari Nyonya Euis kepada Tuan Chandra sebagaimana Akta Jual Beli Nomor 39 Tahun 2010 tertanggal 22 November 2010 karena dilakukan secara tanpa hak dan melawan Hukum maka akta tersebut tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan bukti. Akta Notariil yang dibuat oleh Notaris termasuk Akta Jual Beli dalam pembuatannya harus mengandung unsur-unsur sebagai berikut:( Mulyoto, 2012: 25) a. Unsur Kejelasan b. Unsur Kelengkapan c. Unsur Keabsahan d. Unsur Kebenaran Unsur kebenaran dalam kasus yang telah penulis sebutkan diatas Nyonya Euis tidak pernah menjelaskan telah adanya Pengikatan Jual Beli dibuat dibawah tangan, tertanggal 27 Oktober 2003 diantara Nyonya Euis dengan Tuan Syamsu. Notaris Etic Srimartini S.H., M.Kn telah menerima asli SHGB Nomor 1547/Sekejati, asli PBB, Surat Nikah, Kartu Keluarga dan KTP Penjual dan pembeli 106

5 Tesalonika Marta Ayuning Tyas. Pembatalan Akta Perjanjian Kredit Karena Objek Jaminan Tidak Sah... serta melakukan prosedur dan mekanisme pengecekan yang seksama atas sertifikat SHGB Nomor 1547/Sekejati berikut pembayaran PBB, pembayaran pajak PPh dan BPHTB. Namun karena penandatanganan Akta Jual Beli dilakukan di depan masjid dengan tanpa membacakan isi akta, dan hanya langsung meminta Nyonya Euis untuk menandatangani Akta Jual Beli tersebut, maka Nyonya Etic Srimartini S.H., M.Kn menjadi turut tergugat karena tindakan tersebut. Nyonya Etic Srimartini S.H., M.kn tersebut juga telah melakukan kelalaian dan mengabaikan persyaratan-persyaratan yang seharusnya dipenuhi oleh seorang Notaris sebelum membuat Akta yaitu: membacakan Akta di hadapan penghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit 2 (dua) orang saksi, atau 4 (empat) orang saksi khusus untuk pembuatan Akta wasiat di bawah tangan, dan ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap, saksi, dan Notaris (Pasal 16 ayat 1 huruf m UUJNP), atau berdasarkan Pasal 16 ayat (7) UUJNP yang berbunyi: Pembacaan Akta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf m tidak wajib dilakukan, jika penghadap menghendaki agar Akta tidak dibacakan karena penghadap telah membaca sendiri, mengetahui, dan memahami isinya, dengan ketentuan bahwa hal tersebut dinyatakan dalam penutup Akta serta pada setiap halaman Minuta Akta diparaf oleh penghadap, saksi, dan Notaris. Apabila ketentuan Pasal 16 ayat (1) huruf m tidak terpenuhi sesuai dengan Pasal 16 ayat (9) UUJNP, jika salah satu syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf m dan ayat (7) tidak dipenuhi, Akta yang bersangkutan hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan. Notaris dalam menjalankan tugas dan jabatannya tidak ada kewajiban bagi seorang notaris untuk meneliti atau mempelajari kebenaran materiil melainkan hanya sebatas sampai kebenaran formil saja. Notaris hanya menghimpun data-data yang digunakan oleh para pihak dalam melakukan perbuatan hukum dihadapan notaris, sedangkan kebenaran datadata yang digunakan oleh penghadap seorang notaris tidak berkewajiban untuk meneliti kebenaran datanya. Sehingga apabila Nyonya Euis tidak menyampaikan bahwa telah terjadi jual beli dibawah tangan dengan Penggugat, maka itu bukan kesalahan dari Notaris. 2. Hakim mempertimbangkan bahwa karena Pengalihan Hak dari Nyonya Euis kepada Tuan Chandra dilakukan secara melawan hak dan akta Jual Beli dinyatakan tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan bukti, maka Akta perjanjian Kredit Nomor 04 Tanggal 04 Maret 2011 dihadapan Notaris Ria Susany S.H antara PT. Bank UOB dengan Tuan Chandra selaku Debitur dengan membebankan Hak Tanggungan atas Sebidang Tanah Hak Guna Bangunan No. 1547/ Desa Sekejati, luas tanah 119 m2, Gambar Situasi tanggal Nomor 4222 terletak di Kelurahan Sekejati, Kecamatan Buah Batu, Wilayah Gedebage, Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat, harus pula dinyatakan tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan bukti. Menjadi suatu kontradiksi apabila akta diputuskan tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan bukti berdasarkan putusan pengadilan dikaitkan dengan kekuatan pembuktian akta, karena Undang-undang menyatakan bahwa akta otentik memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna. Akta otentik memiliki pembuktian yang sempurna (Pasal 1870 KUH Perdata). Dengan kesempurnaan akta yang notaris sebagai alat bukti, maka akta tersebut harus dilihat apa adanya, tidak perlu dinilai atau ditafsirkan lain, selain seperti yang tertulis dalam akta tersebut. (Bh4kt1, Otentisitas Suatu Akta Otentik, diakses tanggal 8 Januari 2017, wordpress.com/2010/12/30/otentisitas-suatuakta-otentik/) Di dalam Putusan Nomor 496/Pdt.G/2014/ PN BDG, pertimbangan hakim dalam memutus Akta perjanjian Kredit Nomor 04 yang dibuat dihadapan Notaris Ria Susany S.H, dinyatakan tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan bukti didasarkan pada syarat objektif sahnya perjanjian tidak terpenuhi. Syarat objektif sahnya perjanjian diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu untuk sahnya perjanjian harus ada suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal. Perjanjian kredit adalah merupakan perjanjian pokok dalam arti ada penyerahan uang dari Kreditur (bisa berupa Bank) kepada nasabah (Debitur), berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan hak dan kewajiban diantara Kreditur dan Debitur dan berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring kredit. Sedangkan perjanjian penjaminannya adalah merupakan perjanjian assessor (ikutan) 107

6 Jurnal Repertorium Volume IV No. 2 Juli - Desember 2017 berfungsi memberikan keyakinan kepada pihak Bank (kreditur) atas kesanggupan Debitur untuk melunasi kredit sesuai yang diperjanjikan. (Mulyoto, 2012: 58-59) Jaminan yang diberikan Debitur harus dibuat dalam bentuk perjanjian antara Kreditur dan penjamin yang disebut perjanjian pengikatan jaminan. Semua perjanjian pengikatan jaminan bersifat accessoir, artinya perjanjian pengikatan jaminan ekstensinya atau keberadaannya tergantung pada perjanjian pokok, yaitu perjanjian kredit. Dengan demikian, perjanjian kredit harus dibuat terlebih dahulu kemudian dibuat perjanjian pengikatan jaminan. Jika perjanjian kredit berakhir karena kreditnya telah dilunasi atau berakhir karena sebab lain, maka berakhir pula perjanjian pengikatan jaminan. Namun, jika perjanjian pengikatan jaminan cacat dan batal karena suatu sebab hukum, maka perjanjian kredit sebagai perjanjian pokok tidak batal. Debitur tetap harus melunasi utangnya sesuai perjanjian kredit. ( Sifat Perjanjian Jaminan, diakses tanggal 17 Januari 2017, Seharusnya dalam kasus ini tidak serta merta membatalkan Perjanjian Pokoknya yaitu Perjanjian Kredit Nomor 04 Tanggal 04 Maret 2011 dihadapan Notaris Ria Susany S.H antara PT. Bank UOB dengan Tuan Chandra, hanya karena Perjanjian pengikatan jaminan (perjanjian accesoir) cacat. Sehingga akta perjanjian kredit tersebut seharusnya tetap sah dan Debitur harus tetap melunasi hutangnya kepada Kreditur. D. Simpulan Akta perjanjian kredit tidak akan hilang atau hapus hanya karena pelanggaran/cacatnya Objek Jaminan suatu perjanjian, akta perjanjian kredit hanya dapat diberi sanksi berupa mempunyai kekuatan pembuktian dibawah tangan saja. Sifat perjanjian jaminan adalah accessoir, artinya perjanjian jaminan ekstensinya atau keberadaannya tergantung pada perjanjian pokok, yaitu perjanjian kredit. Dengan demikian, perjanjian kredit harus dibuat terlebih dahulu kemudian dibuat perjanjian jaminan. Perjanjian kredit berakhir karena kreditnya telah dilunasi atau berakhir karena sebab lain, maka berakhir pula perjanjian jaminan. Namun, jika perjanjian jaminan cacat dan batal karena suatu sebab hukum, maka perjanjian kredit sebagai perjanjian pokok tidak serta merta batal. E. Saran Berdasarkan simpulan penelitian, maka penulis memberikan saran kepada kreditur untuk lebih berhati-hati dalam membuat perjanjian kredit, sebaiknya perjanjian pokok dan perjanjian jaminan dilakukan pemisahan untuk menghindari timbulnya perkara seperti objek jaminan yang dibatalkan pengadilan yang turut serta membatalkan perjanjian pokoknya. Karena tidak ada ketentuan hukum yang menyatakan piutang dan jaminan di kemudian hari harus tetap bersatu. F. Daftar Pustaka Buku Adrian Sutedi Hukum Hak Tanggungan. Jakarta: Sinar Grafika Hermansyah Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Muhammad Djumhana Hukum Perbankan Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti Mulyoto Perjanjian. Yogyakarta: Cakrawala R. Soeroso Perjanjian di Bawah Tangan (Pedoman Pembuatan dan Aplikasi Hukum). Bandung: Alumni Sudikno Mertokusumo Mengenal Hukum Suatu Pengantar. Yogyakarta: Liberty Wiryono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Perjanjian. Bandung: Bale Undang-Undang Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Putusan Pengadilan Nomor 496/Pdt.G/PN BDG Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah beserta Benda-Benda yang berkaitan dengan Tanah 108

7 Tesalonika Marta Ayuning Tyas. Pembatalan Akta Perjanjian Kredit Karena Objek Jaminan Tidak Sah... Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun tentang Jabatan Notaris Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Jurnal Fet Chan Luwesi, Perlindungan Hukum Bagi Kreditor Terhadap Pembatalan Akta Pengakuan Hutang Berdasarkan Putusan Pengadilan. Jurnal Repertorium. Edisi 3 Januari-Juni Mutiara Nur Hanifa, Faktor-Faktor dalam Memberikan Pinjaman Kredit dengan Internet Jaminan Barang Komoditas. Jurnal Privat Law Vol. IV, No 1 Januari-Juni 2016, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Bh4kt1, Otentisitas Suatu Akta Otentik, bh4kt1.wordpress.com/2010/12/30/ otentisitas-suatu-akta-otentik/, diunduh pada tanggal 8 Januari 2017, pukul Ingin Kontrak/Perjanjian Anda Dikatakan Sah? Ini syarat-syaratnya, perjanjian/, diunduh pada tanggal 1 November 2016 Sifat Perjanjian Jaminan, com/2017/01/sifat-perjanjian-jaminan.html, diunduh pada tanggal 17 Januari 2017, pukul