Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) 1. Pengertian Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) Unsafe action adalah suatu perilaku membahayakan atau tidak aman yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja yang menimbulkan kerugian cedera hingga kematian. 1,2 Sebanyak 85% kecelakaan kerja disebabkan oleh unsafe action atau tindakan tidak aman. 1 Kecelakaan yang diakibatkan tindakan tidak aman (Unsafe Action) dianggap sebagai hasil dari perilaku manusia dan pihak manajemen perusahaan Jenis Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) Jenis-jenis tindakan tidak aman (unsafe action) yang dapat menyebabkan kerugian / kecelakaan, antara lain: a. Gagal memperingatkan, kecepatan tidak layak atau berbahaya, Memakai alat tidak layak pakai, tidak menggunakan APD dengan semestinya, gagal mengikuti prosedur, mengoperasikan mesin yang tidak sesuai dengan keahliannya. 2 b. Operasi tanpa otorisasi, membuat alat pengaman tidak berfungsi, menghilangkan alat pengaman, servis alat yang sedang beroperasi, beban kerja yang berlebihan. 3 c. Penempatan tidak tepat, pengangkatan yang tidak sesuai prosedur, posisi tidak aman, bercanda, main-main, bersenda guru berlebihan, mabok alcohol dan obat obatan terlarang, mengangkut beban yang berlebihan Penyebab Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) Unsafe action atau tindakan tidak aman merupakan kesalahan manusia dalam suatu pengambilan sikap dan tindakan. 1

2 Klasifikasi kesalahan manusia, antara lain : a. Kesalahan dikarenakan lupa. 4 Kesalahan yang dilakukan dikarenakan lupa, akan tetapi sebenarnya orang tersebut mengetahui, mampu, dan berniat mengerjakan suatu hal secara benar dan aman dan telah biasa melakukannya. Misalnya menekan tombol yang salah. b. Kesalahan dikarenakan tidak tahu. 12 Kesalahan yang terjadi dikarenakan tidak mengetahui cara mengerjakan pekerjaan secara benar dan aman atau terjadi perhitungan yang salah. Kesalahan ini biasanya dikarenakan kurangnya pelatihan, kesalahan instruksi, informasi yang berubah tidak diberitahukan. c. Kesalahan dikarenakan tidak mampu. 12 Kesalahan yang terjadi dikarenakan orang tersebut tidak mampu melakukan pekerjaannya. Misalnya, pekerjaan terlalu sulit, beban fisik dan mental yang terlalu berat akan pekerjaan tersebut, tugas yang terlalu banyak. d. Kesalahan yang dikarenakan kurang motivasi. 28 Kesalahan dikarenakan kurangnya motivasi dapat terjadi dikarenakan, antara lain : 1) Dorongan pribadi Terburu-buru karena ingin cepat selesai, melalui jalan pintas, ingin merasa nyaman, malas untuk memakai APD, menarik perhatian dengan mengambil resiko yang berlebihan. 2) Dorongan lingkungan Lingkungan fisik, sistem manajemen, (contoh : dari pemimpin, dll). e. Kesalahan dikarenakan aturan: 12 Kesalahan yang dikarenakan pekerja tidak melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan/melakukan aktivitas yang tidak sesuai dengan standar dan prosedur yang telah diterapkan, misalnya 2

3 pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan instruksi kerja yang telah dibuat. 4. Akibat yang ditimbulkan dari Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) a. Akibat langsung (direct lost). 5,6 Akibat yang dialami pekerja apabila melakukan tindakan tidak aman (unsafe action) secara langsung antara lain kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan cedera sampai dengan kematian, dan kerugian yang harus dikeluarkan perusahaan untuk biaya pengobatan dan perbaikan sarana produksi yang rusak yang ditimbulkan kecelakaan kerja. b. Akibat tidak langsung (indirect los). 2,30 Akibat yang dialami pekerja apabila melakukan tindakan tidak aman (unsafe action)secara tidak langsung biasanya akan dirasakan dalam kurun waktu yang relatif lama, antara lain penyakit akibat kerja yang dapat memberikan kerugian diantaranya kerusakan lingkungan tempat kerja dan kerusakan organ tubuh yang mengalami penyakit akibat kerja. selain itu jam kerja hilang, kerugian produksi, kerugian sosial serta citra perusahaan dan kepercayaan konsumen pun akan menurun. 5. Faktor faktor yang berhubungan dengan Tindakan tidak Aman (Unsafe Action) a. Persepsi Persepsi merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi perilaku. Perubahan-perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Kemampuan individu merespon stimulus yang menyebabkan persepsi antara individu berbeda. 7 Persepsi yang positif dan pemahaman yang tepat terhadap keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja merupakan unsur penentu kemajuan pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja. 12 Kecocokan yang dapat ditemukan dalam perusahaan oleh karyawan dari segi persepsi tempat kerja yang baik kondisi kerja 3

4 yang menyenangkan, penugasan pekerjaan yang menarik, bayaran yang bagus, manajemen yang pengertian dan bertanggung jawab, hal ini merupakan sesuatu yang luar biasa apabila ditemukan kecocokan tersebut oleh semua karyawan. 8 Dari hasil penelitian di PT. Semen Tonasa menyatakan dari 38 responden dengan persepsi baik, sebanyak 33 orang (86,8%) yang memiliki perilaku aman dan 5 orang (13,2%) yang memiliki perilaku tidak aman. Sedangkan dari 22 responden yang memiliki persepsi buruk, sebanyak 12 orang (54,5%) yang berperilaku aman dan 10 orang (45,5%) yang berperilaku tidak aman. Adanya hubungan antara faktor persepsi dengan perilaku tidak aman. 31 Berdasarkan penelitian di PT. EGS Indonesia dinyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi dan perilaku tidak aman pada pekerja. 13 b. Pengalaman kecelakaan kerja Pengalaman kecelakaan kerja merupakan suatu pelajaran penting bagi pekerja yang pernah mengalami kecelakaan kerja. Kecenderungan perilaku lebih berhati-hati dan lebih taat terhadap peraturan di tempat kerja dilakukan pada pekerja yang pernah mengalami kecelakaan kerja. Sedangkan pekerja yang tidak pernah mengalami kecelakaan kerja cenderung untuk meremehkan peraturan dan keselamatan kerja. Akan tetapi biasanya pekerja yang pernah mengalami kecelakaan kerja tidak kapok untuk melakukan kesalahan yang sama. 14 Hasil penelitian di PT. Barata (PERSERO) Unit Usaha Mandiri Tegal menunjukkan bahwa pengalaman kecelakaan berhubungan dengan tindakan tidak aman. 14 4

5 c. Stress Kerja Tuntutan pekerjaan yang semakin meningkat yang tidak sesuai dengan kemampuan seseorang dapat mengakibatkan stress kerja. 16 Stres kerja dapat menimbulkan berbagai konsekuensi pada pekerja. Baik secara fisiologis, psikologis dan perilaku. Stres yang dialami secara terus-menerus dan tidak terkendali dapat menyebabkan terjadinya burnout yaitu kombinasi kelelahan secara fisik, psikis dan emosi. 16 Salah satu faktor penyebab utama seseorang melakukan perilaku tidak aman yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja adalah stres dan kelelahan. 15 Hasil penelitian di PT. Sango Ceramics Indonesia, Semarang menunjukkan bahwa pada kelompok yang sangat kelelahan yang berperilaku tidak aman lebih besar 66,67% daripada perilaku aman 33,33%. Sedangkan untuk kelompok yang lelah yang berperilaku aman lebih besar 80,00% daripada perilaku tidak aman 20,00%. Penyebab seseorang mengalami kelelahan karena kebutuhan stress akibat kerja sehingga dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja. 17 Hasil penelitian di Hotel kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara stres kerja dengan perilaku berbahaya pada pekerja shift malam yang signifikan. Nilai korelasi adalah r = 0,475 (p < 0,01) yaitu semakin tinggi stres kerja pekerja shift malam, semakin tinggi juga perilaku berbahaya. 16 d. Reward and Punishment Reward dapat mengasosiasikan perbuatan dan kelakuan setiap individu dengan perasaan senang, bahagia yang biasanya akan berdampak individu tersebut melakukan perbuatan baik secara berulang-ulang. 18 5

6 Punishment diberikan kepada pekerja yang melanggar peraturan dan prosedur keselamatan kerja. Dengan adanya sanksi diharapkan pekerja dapat lebih mematuhi peraturan yang telah ditetapkan. Hukuman menekan atau melemahkan perilaku atau tindakan tidak aman dan sebagai kontrol terhadap lingkungan kerja sehingga pekerja terlindungi dari insiden. Para pekerja dan pegawai mestinya diarahkan dan dikontrol oleh pihak manajemen sehingga tercipta suatu kegiatan kerja yang aman. 9 Reward and punishment merupakan salah satu kebijakan manajemen yang dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh unsafe action. Faktor yang mempengaruhi kinerja adalah pengharapan yang dibebani konsekuensi, yaitu dimana dalam konsekuensi tersebut telah tercakup reward and punishment didalamnya. Dari sebuah di PT. Indofood Sukses Makmur, Jakarta menyatakan adanya reward and punishment berpengaruh terhadap unsafe action sebesar 28,6% sedangkan tidak adanya reward and punishment menyebabkan unsafe action 66,7%. 19 e. ShiftKerja Shift kerja merupakan salah satu penyebab utama kecelakkan kerja yang disebabkan manusia adalah dikarenakan kelelahan yang berkontribusi 50 % terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Dan kelelahan salah satunya disebabkan oleh gangguan tidur yang antara lain dipengaruhi oleh kekurangan waktu tidur dan gangguan pada circadian rhythms akibat jet lag atau shift kerja. 20 Pekerja sift malam 28 % memiliki resiko lebih tinggi mengalami tindakan tidak aman yang menyebabkan cidera atau kecelakaan. Dari beberapa catatan kecelakaan, gangguan tidur dan kelelahan menjadi dua faktor yang paling penting dari unsafe action atau tindakan tidak aman dan sebagai tingkat kesalahan manusia. 10 6

7 Hasil penelitian pada bagian Threading Unit Produksi I PT. X di Surabaya menunjukkan bahwa kejadian unsafe action yang menyatakan rendah memiliki frekuensi terbesar pada shift pagi yaitu 96,7%, namun unsafe action yang menyatakan rendah mengalami penurunan pada shift kerja sore menjadi 90% dan mengalami penurunan kembali pada shift malam menjadi 60%. Perbedaan dapat disebabkan oleh kurangnya pengawasan tentang keselamatan yang dilakukan pada shift sore dan malam hari serta terganggunya circadian rhytm pada tubuh. 21 Hasil penelitian PT. Newmont Nusa Tenggara di Kabupaten Sumbawa Barat menunjukkan shift kerja malam lebih beresiko untuk terjadinya stress sedang dibandingkan shift kerja pagi. Pekerja yang bekerja pada shift pagi mengalami stres ringan lebih tinggi karena memiliki waktu istirahat yang lebih banyak dan penerangan saat bekerja yang cukup sehingga beban kerja tidak terlalu berat. Shift malam mengalami stres yang lebih tinggi karena pekerjaan pada shift malam banyak terdapat kegiatan kerja lembur sehingga waktu istirahat sedikit. 22 f. Pengawasan Pengawas dapat mempengaruhi terjadinya tindakan tidak aman yang menyebabkan kecelakaan kerja. 23 Pengawas memiliki peran dalam mempengaruhi pengetahuan, sikap ketrampilan, dan kebiasaan, akan keselamatan setiap pekerja dalam suatu area tanggung jawabnya. Pengawas lebih mengetahui secara baik tentang para pekerjanya, catatan cuti, kebiasaan bekerja, perbuatan dan ketrampilan dalam bekerja. 12 Pengawasan merupakan salah satu tugas mutlak diselenggarakan dalam mengendalikan kegiatan-kegiatan teknis yang dilakukan oleh pekerja. 12 7

8 Bila fungsi pengawasan tidak dilaksanakan maka penyebab dasar dari suatu insiden akan timbul yang dapat mengganggu kegiatan perusahaan. Menurut penelitianpt. Sim Plant Tambun II. Jakarta menyatakan ada hubungan pengawasan dengan tindakan aman. 12 B. Persepsi 1. Pengertian Persepsi adalah suatu perasaan setuju atau tidak setuju berdasar dari dorongan diri sendiri atau dorongan keikutsertaan orang lain Persepsi di pengaruhi oleh hal berikut, antara lain : a. Frame of reference yaitu kerangka pengetahuan yang dimiliki dan diperoleh dari pendidikan, bacaan, penelitian, atau cara lain. b. Field of expreance yaitu pengalaman yang telah dialami sendiri dan tidak terlepas dari dari keadaan lingkungan Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi a. Karakter dalam diri si pengarti: Sikap, kepribadian, motif, minat, pengalaman masa lalu, harapan. b. Karakter dalam diri target: Sesuatu yang baru, gerakan, suara, ukuran, latar belakang, kedekatan, kemiripan. c. Konteks situasi : Waktu, keadaan kerja, keadaan sosial Pekerja atau karyawan cenderung melakukan tindakan tidak aman (unsafe action) karena beberapa hal, antara lain : a. Tingkat persepsi oleh pekerja terhadap adanya bahaya / resiko di tempat kerja. b. Kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja yang dianggap remeh. c. Menganggap rendah biaya yang harus dikeluarkan apabila terjadi kecelakaan kerja. 12 8

9 5. Cara Pengukuran Persepsi Pengalaman yang diperoleh melalui proses berfikir dan belajar mempengaruhi kesan yang yang akan timbul antara positif atau negatif. Untuk mengetahui obyektifitas pendapat, penilaian dan keyakinan responden terhadap suatu obyek. Pengukuran persepsi dilakukan dengan memberikan pernyataan yang menggambarkan pendapat, penilaian dan penafsiran responden tentang suatu obyek, kemudian responden diberikan alternatif pilihan jawaban tersebut. Kesan positif atau negatif dapat dilihat dari hasil kumulatif dari penilaian. 12 Pengukuran persepsi dapat dilakukan dengan menggunakan Skala Likert, dengan kategori sebagai berikut 12 : Pernyataan Positif/ Pernyataan Negatif a. Sangat Setuju : SS b. Setuju : S c. Tidak Setuju : TS d. Sangat Tidak Setuju : STS Variabel persepsi diukur dengan pertanyaan, yang terdiri pertanyaan positif dan pertanyaan negatif. Pada aspek positif diberikan bobot nilai 3 untuk jawaban sangat setuju, 2 untuk jawaban setuju, 1 untuk jawaban tidak setuju, dan 0 untuk jawaban sangat tidak setuju, sedangkan penilaian untuk pernyataan aspek persepsi negatif diberikan bobot nilai 0 untuk jawaban sangat setuju, 1 untuk jawaban setuju, 2 untuk jawaban tidak setuju, dan 3 untuk jawaban sangat tidak setuju. Kemudian hasil skor persepsi dikategorikan menjadi sebagai berikut 13 : a. Unfavorable (negatif) apabila nilainya < nilai median b. Favorable (positif) apabila nilainya nilai median 9

10 6. Kesalahan Persepsi Ada sejumlah kesalahan persepsi yang sering terjadi dalam mempersepsikan suatu stimulus/objek tertentu. 14 Kesalahan persepsi tersebut antara lain : a. Stereotyping Adalah mengkategorikan atau menilai seseorang hanya atas dasar satu atau beberapa sifat dari kelompoknya. Stereotip seringkali didasarkan atas jenis kelamin, keturunan, umur, agama, kebangsaan, kedudukan atau jabatan. b. Hallo effect Adalah kecenderungan menilai seseorang hanya atas dasar salah satu sifatnya. Misalnya anak yang lincah/banyak bermain dianggap lebih mudah terkena penyakit daripada anak yang lebih banyak diam atau santai. Padahal tidak ada hubungannya antara kelincahan dengan suatu penyakit. c. Projection Merupakan kecenderungan seseorang untuk menilai orang lain atas dasar perasaan atau sifatnya. Oleh karenanya projection berfungsi sebagai suatu mekanisme pertahanan dari konsep diri seseorang sehingga lebih mampu menghadapi yang dilihatnya tidak wajar. C. Stress Kerja 1. Pengertian Stress kerja merupakan suatu hasil interaksi antara individu dan lingkungan kerja dimana dapat menyebabkan tekanan secara fisiologis maupun psikologis Macam-macam stress 16, antara lain : a. Stress Emosional Terjadinya perubahan kehidupan yang dijalani dikarenakan konflik dalam hidup. 10

11 b. Stress Fisik Kondisi perubahan pada tubuh yang menyebabkan stress, misalnya flu, patah tulang, infeksi kulit, nyeri punggung. Stress fisik ini disebabkan karena terlalu memaksakan akan segala hal. c. Stress Lingkungan Stress yang disebabkan oleh perubahan lingkungan, misalkan lingkungan yang terlalu panas atau terlalu dingin, berada dalam lingkungan baru, berada dalam ketinggian, dan lingkungan yang penuh polusi. d. Stress Asap Rokok Asap rokok yang beracun yang dapat membuat kerusakan sel dan organ tubuh. e. Perubahan Stress Hormonal Masa pubertas, pramenstrual, kondisi setelah melahirkan, menopause. f. Stress Tanggung Jawab Tanggung jawab yang dirasa berat dan pelimpahan tanggung jawab atas orang lain. g. Stress Alergi Reaksi dan usaha tubuh dalam mengamankan diri bila dikonfrontasi dengan zat asing yang ditunjukkan oleh alergi Gejala stres kerja 39, antara lain : a. Gejala Fisik Nafas cepat, mulut dan kerongkongan kering, tangan lembab, rnerasa panas, otot-otot tegang, pencernaan terganggu, sembelit, letih yang tidak beralasan, sakit kepala, salah urat dan gelisah. b. Gejala Perilaku Bingung, cemas, sedih, jengkel, salah paham, tidak berdaya, gelisah, gagal, tidak menarik, kehilangan semangat, sulit konsentrasi, sulit berfikir jemih, sulit membuat keputusan, hilangnya kreatifitas, hilangnya gairah dalam penampilan dan 11

12 hilangnya minat terhadap orang lain, perubahan produktivitas, absensi, dan tingkat keluar masuknya karyawan, juga perubahan dalam kebiasaan makan, meningktanya merokok, dan konsumsi alkohol, bicara cepat, gelisah, dan gangguan tidur. c. Watak dan Kepribadian Sikap hati - hati menjadi cermat yang berlebihan, cemas menjadi lekas panik, kurang percaya diri menjadi rawan, penjengkel menjadi meledak - ledak. 4. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan stress kerja Faktor kunci dari stres adalah persepsi seseorang dan penilaian terhadap situasi dan kemampuannya untuk menghadapi atau mengambil manfaat dari situasi yang dihadapi. 40 Faktor-faktor yang dapat menyebabkan stress kerja 2 hal diantaranya adalah gaya manajemen diri yang buruk dan juga adanya faktor psikososial. 17 a. Gaya manajemen diri yang buruk, diantaranya : 1) Kurangnya partisipasi pekerja dalam pengambilan keputusan. 2) Komunikasi yang buruk antar pekerja maupun atasan di tempat kerja. 3) Tidak ada atau kurangnya kebijakan yang peduli keluarga. 4) Hubungan interpersonal atau lingkungan sosial yang buruk. 5) Jenjang karir yang tidak jelas. 6) Kondisi lingkungan : sesak, bising, polusi udara, masalah ergonomi. 7) Kurangnya dukungan dari rekan kerja maupun atasan. 41 b. Faktor psikososial, diantaranya : 1) Gaji / upah yang lebih kecil dari Upah Minimum Regional (UPR) atau upah Minimum Provinsi (UMP) 2) Beban kerja yang tidak teratur. 3) Beban kerja yang berat/banyak secara mendadak. 4) Tidak prospek dalam jenjang karir. 12

13 5) Kemampuan pekerja yang tidak digunakan secara optimal. 6) Kurangnya penghargaan dalam pekerjaan Cara Pengukuran Stress Kerja Tingkat stres dapat dikelompokkan dengan menggunakan kriteria Hamilton Anxiety Scale (Ham-A). Unsur yang dinilai antara lain: perasaan ansietas / perasaan cemas, ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, gangguan kecerdasan, perasaan depresi, tonus otot, gejala somatik fisik, gejala respirasi, gejala gejala kardiovaskuler, gejala gastrointestinal, gejala urinaria, gejala otonom, gejala tingkah laku. 18 Format original dari kuesioner Ham-A berbahasa inggris yang diperkenalkan oleh Hamilton 1959, bentuk terjemahan dalam Bahasa Indonesia diambil dari buku Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Karya Nursalam (200 8). Pada penelitian ini, dilakukan beberapa penyesuaian dari masing - masing gejala pada 14 pertanyaan tanpa mengurangi skor total kuesioner. Penyesuaian ini dilakukan dengan menghapus tanda dan gejala yang dianggap tidak relevan dengan penelitian pada beberapa item pertanyaan. Unsur yang dinilai dapat menggunakan skoring, dengan ketentuan penilaian sebagai berikut: a. Nilai 0 : tidak ada gejala atau keluhan. b. Nilai 1 : gejala ringan c. Nilai 2 : gejala sedang. d. Nilai 3 : gejala berat. e. Nilai 4 : gejala berat sekali. Untuk selanjutnya skor yang dicapai dari masing-masing unsur atau item dijumlahkan sebagai indikasi penilaian dertajat stres, 19,20 dengan ketentuan sebagai berikut: a. Skor 6 tidak ada stres b. Skor 7-14 stres ringan c. Skor stres sedang 13

14 d. Skor stres berat e. Skor >30 stres berat sekali D. Reward and Punishment 1. Pengertian Reward Reward merupakan ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan yang bertujuan agar seseorang menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau meningkatkan produktivitas para karyawan guna mencapai keunggulan yang kompetitif. 18 Dalam konsep manajemen, reward merupakan salah satu alat untuk meningkatkan motivasi kinerja para pegawai. Metode ini bisa mengasosiasikan perbuatan dan kelakuan seseorang dengan perasaan bahagia, senang dan biasanya akan membuat mereka melakukan suatu perbuatan baik secara berulang ulang. Reward juga bertujuan agar seseorang menjadi semakin giat dalam usaha memperbaiki atau meningkatkan prestasi yang telah dicapainya. 21 Manusia selalu mempunyai cita cita, harapan dan keinginan. Inilahyang dimanfaatkan olehmetode reward. Dengan metode ini, seseorang mengerjakan perbuatan baikatau mencapai suatu prestasi tertentu akan diberikan reward yang menarik sebagai imbalan. Dengan demikian, pegawai akan melakukan perbuatan atau tindakan yang baik dalam bekerja untuk mencapai suatu prestasi agar memperoleh reward tersebut Jenis - jenis Reward Reward dibagi menjadi dua jenis,yaitu : a. Penghargaan ekstrinsik (ekstrinsic rewards) adalah segala sesuatu yang akan diterima oleh seseorang dari lingkungan tempat dia bekerja, dimana sesuatu yang akan diperolehnya tersebut sesuai dengan harapannya. Penghargaan ekstrinsik ini diberikan untuk memuaskan kebutuhan dasar (basic needs), keamanan, kebutuhan sosial dan kebutuhan untuk mendapat pengakuan

15 1) Penghargaan finansial: a) Gaji dan upah 23 Gaji adalah bayaran tetap yang diterima seseorang dari sebuah perusahaan sebagai konsekuensi dari kedudukanya sebagai seorang karyawan yang memberikan sumbangan tenaga dan pikiran dalam mencapai tujuan perusahaan. Upah adalah imbalan yang dibayarkan berdasarkan jam kerja, jumlah barangyang dihasilkan atau banyaknya pelayanan yang diberikan. b) Tunjangan karyawan seperti dana pensiun, perawatan di rumah sakit dan liburan. Pada umumnya didasarkan pada senioritas atau catatan kehadiran dan yang tidak berhubungan dengan kinerja karyawan. 47 c) Bonus/insentif adalah tambahan imbalan di luar gaji/upah yang diberikan organisasi. 24 2) Penghargaan non finansial 47 a) Penghargaan interpersonal (penghargaan antar pribadi) Manajer memiliki sejumlah kekuasaan untuk mendistribusikan penghargaan interpersonal, seperti status dan pengakuan. b) Promosi: Manajer menjadikan penghargaan promosi sebagai usaha untuk menempatkan orang yang tepat pada pekerjaan yang tepat. b. Penghargaan intrinsik (intrinsic rewards) adalah adalah sesuatu yang dirasakan langsung oleh seseorang ketika dirinya melakukan sesuatu.sesuatu yang dirasakan ini dapat berupa kepuasan dalam melakukan sesuatu, perasaan lega karena telah menuntaskan sesuatu serta adanya peningkatan kepercayaan diri dan sebagainya

16 1) Penyelesaian (completion) Kemampuan memulai dan menyelesaikan suatu pekerjaan merupakan hal yang sangat penting bagi sebagian orang. Orang- orang seperti ini menilai apa yang mereka sebut sebagai penyelesaian tugas. Hal ini merupakan suatu bentuk penghargaan pada dirinya sendiri. 2) Pencapaian (achievement) Pencapaian merupakan penghargaan yang muncul dalam diri sendiri, yang diperoleh ketika seseorang meraih suatu tujuan yang menantang. 3) Otonomi (autonomy) 47 Sebagian orang menginginkan pekerjaan yang memberikan hak untuk mengambil keputusan dan bekerja tanpa diawasi dengan ketat. Perasaan otonomi dapat dihasilkan dari kebebasan melakukan apa yang terbaik oleh karyawan dalam situasi tertentu. 3. Pengertian Punishment Punishment adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku, bisa berupa teguran, penundaan kenaikan gaji, dan penurunan jabatan. 23 Pada dasarnya tujuan pemberian punishment adalah supaya pegawai yang melanggar merasa jera dan tidakakan mengulangi lagi. 45 Jika reward merupakan bentuk yang positif, maka punishment adalah sebagai bentuk yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat perangsang pegawai untuk meningkatkan kinerjanya. Tujuan dari metode ini adalah menimbulkan rasa tidak senang pada seseorang supaya mereka jangan membuat sesuatu yang jahat, jadi hukuman yang dilakukan adalah untuk memperbaiki dan mendidik ke arah yang lebih baik

17 4. Jenis-jenis punishment a. Hukuman ringan, dengan jenis 25 : 1) Teguran lisan 2) Teguran tertulis 3) Pernyataan tidak puas secara tidak tertulis b. Hukuman sedang, dengan jenis 49 : 1) Penundaan kenaikan gaji 2) Penurunan gaji yang besaranya disesuai dengan peraturan perusahaan 3) Penundaan kenaikan pangkat atau promosi c. Hukuman berat, dengan jenis 26 : 1) Penurunan pangkat atau demosi 2) Pembebasan dari jabatan 3) Pemberhentian kerja atas permintaan karyawan yang bersangkutan 4) Pemutusan hubungan kerja 5. Cara Pengukuran Reward and Punishment Pengukuran reward and punishment responden dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner menanyakan tentang isi pertanyaan yang diukur dari responden, dilakukan penilaian / scoring pada masing-masing pertanyaan. Penilaian reward and punishment dibagi dalam 2 kategori, 45 yaitu: a. Rendah : jika skor mean b. Tinggi : jika skor > mean E. Shift Kerja 1. Pengertian Shift Kerja Shift kerja berbeda dari hari biasanya yang dilakukan secara teratur pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan shift kerja dapat dilakukan lebih dari satu kali untuk memenuhi jadwal 24 jam/hari

18 Pekerja shift adalah orang yang bekerja diluar jam kerja normal dalam seminggu. Para pekerja shift termasuk mereka yang bekerja dalam tim berotasi, pekerja malam dan mereka yang bekerja pada jam jam yang tidak umum, minggu kerja yang tidak umum, dan hari kerja yang diperpanjang Ketentuan Waktu Kerja Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja. xxvii yaitu antara lain : a. 7 (Tujuh) jam 1(satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu : atau b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu. xxviii 3. Ketentuan Waktu Istirahat Selain itu pengusaha wajib memberi waktu dan cuti kerja pekerja / buruh. xxix Waktu istirahat dan yang dimaksud antara lain : a. Istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja 4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja. b. Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu. xxx 4. Cara pengukuran Shift Kerja Pengukuran shift kerja dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner menanyakan tentang isi pertanyaan yang diukur dari responden, untuk mengetahui apakah melakukan tindakan tidak aman pada shift kerja pagi, siang atau malam, dilakukan penilaian/scoring pada masing-masing pertanyaan. Dan tiap jawaban yang menjawab malam diberi nilai 2, siang diberikan nilai 1, pagi diberikan nilai 0. F. Pengawasan 1. Pengertian Pengawasan Pengawasan merupakan suatu pekerjaan yang berarti mengarahkan yaitu memberikan tugas, menyediakan instruksi, pelatihan dan nasihat kepada individu juga 18

19 termasuk mendengarkan dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan pekerjaan serta menanggapi keluhan bawahan. xxxi 2. Tujuan Pengawasan Tujuan dari pengawasan itu sendiri untuk memberikan motivasi pekerja untuk bekerja secara benar dan memastikan para pekerja mengetahui cara melakukan pekerjaannya secara benar Hal yang diidentifikasi saat melakukan pengawasan 28,xxxii : a. Masalah keselamatan kerja (bahaya kebakaran, desain yang tidak aman, penataan lokasi kerja yang tidak baik). b. Keadaan peralatan dan mesin yang digunakan tidak layak atau rusak. c. Letak peralatan pengaman. d. Kegiatan pekerja yang tidak aman (cara kerja ya ng salah, penggunaan alat yang tidak aman, kesalahan dalam menggunakan APD). e. Memastikan kemungkinan masih adanya kondisi bahaya. f. Memastikan lorong dan jalan yang dilalui aman. g. Penataan material ecara baik dan benar. h. Memastikan apakah pekerja mengikuti peraturan yang ada. i. Pengawasan dilakukan sesering mungkin sehingga segera dapat diketahui dan segera diperbaiki saat terdapat kondisi berbahaya atau tindakan tidak aman. 4. Tehnik Pengawasan Tehnik pengawasan dibagi menjadi 2 tehnik, antara lain pengawasan langsung yang dilakukan oleh pimpinan terhadap kegiatan yang sedang berjalan dan pengawasan tidak langsung yaitu pengawasan memalui laporan yang disampaikan oleh bawahan. Melakukan pengamatan secara langsung dan berkala yang kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya Cara Pengukuran Pengawasan Pengukuran pengawasan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner menanyakan tentang isi pertanyaan yang diukur dari responden, dilakukan penilaian/scoring pada masing-masing pertanyaan. Penilaian tingkat pengawasan dibagi dalam 2 kategori, xxxiii yaitu: 19

20 a. Rendah : jika skor mean b. Tinggi : jika skor > mean G. Potensi Bahaya di Percetakan Unit Offset PT. X Dalam Undang Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, dimana setiap tenaga kerja berhak memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja. Bahaya dan risiko yang terdapat proses percetakan dapat terjadi dari proses kerja, lingkungan kerja, cara kerja serta alat dan bahan yang digunakan. 30 Potensi bahaya yang ada di percetakan antara lain : Tabel 2.1 Identifikasi Bahaya No Aktivitas Potensi bahaya No. Cetak Varnish Aktifitas - Terjepit yang dapat mengakibatkan patah tulang pada jari tangan saat penggantian maupun pemeriksaan roll atau pada peralatan yang berputar. - Terpercik, terhirup, dan tertelan oleh cairan B3 khususnya solvent atau pelarut dan tinta yang dapat menyebabkan iriasi, sesak pada pernafasan, sampai keracunan. - Kebakaran dikarenakan bahan kimia yang mudah terbakar ( Toluene dan Etil asetat) - Terjepit pada roll - Paparan sinar UV yang menyebabkan kebutaan - Terpercik, terhirup, dan tertelan oleh cairan B3 khususnya solvent atau pelarut dan tinta yang dapat menyebabkan iriasi, sesak pada pernafasan, sampai keracunan. - Kebakaran dikarenakan bahan kimia yang mudah terbakar ( Toluene dan Etil asetat) Potensi Bahaya 3. Laminasi - Terjepit roll - Terpercik, terhirup, tertelan bahan kimia - Terpeleset bahan kimia H. Faktor bahaya Percetakan Unit Offset PT. X 1. Faktor Fisika 58 a. Kebisingan. Kebisingan tersebut timbul akibat penggunaan mesin - mesin yang ada pada area produksi. Kebisingan tersebut timbul akibat penggunaan mesin - mesin yang ada pada area produksi. Tabel 2.2 Intensitas Kebisingan 20

21 No Lokasi Pengukuran Hasil (dba) NAB (db A) 1 Cetak I Cetak II 79, Varnish 79, Laminasi 73,7 85 Sumber: Hasil pengukuran Dinsosnaker pada 13 Januari 2011 Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di tempat kerja (Kepmenaker No.Kep.51/Men/1999) adalah 85 dba untukpemaparan 8 jam / hari dan pemaparan semakin dipersingkat apabila intensitas semakin tinggi. xxxiv b. Penerangan. Penerangan di setiap pekerjaan yang berbeda untuk menghindari kecelakaan kerja. c. Iklim kerja. Penggunaan peralatan kerja yang menggunakan panas, seperti pada proses pencetakan dan proses laminasi menimbulkan suhu udara di sekitar mesin menjadi panas. Udara yang panas ini dapat menimbulkan rasa tidak nyaman bagi operator mesin maupun tenaga kerja yang berada diarea tersebut 2. Faktor Kimia 58 a. Terpapar debu. b. Penggunaan bahan - bahan kimia yang ada di perusahaan yang berupa solvent atau pelarut, yaitu berupa cairan toluene dan etil asetat. Toluene dan Etil asetat merupakan bahan kimia yang mudah terbakar dan mempunyai bau yang sangat menyengat. Sehingga tidak hanya berpotensi bahaya kebakaran, namun juga dapat mengganggu pernafasan tenaga kerja yang berada di tempat kerja tersebut. Penggunaan tinta sebagai bahan baku untuk proses cetak juga dapat menimbulkan iritasi pada kulit apabila mengalami kontak langsung dengan kulit. Penggunaan bahan kimia juga berpotensi keracunan saat tertelan. 3. Faktor Biologi 58 Faktor biologi yang merupakan faktor bahaya yang ada di perusahaan meliputi : bakteri,virus, microorganisme, serangga, tikus, dan binatang-binatang lain yang dianggap mengganggu dan dapat menimbulkan suatu penyakit 21

22 4. Faktor Mental - Psikologis 58 Hubungan kerja antara karyawan satu dengan karyawan lainnya maupun atasan dengan bawahan merupakan faktor bahaya mental- psikologis yang perlu mendapat perhatian khusus karena dapat berpengaruh pada tingkat produktivitas. I. Kerangka Teori Berdasarkan uraian tentang tindakan tidak aman (unsafe action) maka dapat dirumuskan kerangka teori sebagai berikut: Pengalaman Kecelakaan Kerja Shift Kerja Persepsi Stress Kerja Reward and Punishment Kelelahan Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) Pengawasan Kecelakaan Kerja J. Kerangka Konsep 11, 20, 15, 23, 35 Gambar 2.2 Kerangka Teori 22

23 Persepsi Pengalaman kecelakaan kerja Stress kerja Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) Reward and punishment Shift kerja Pengawasan Gambar 2.3 Kerangka Konsep K. Hipotesis 1. Ada hubungan persepsi dengan tindakan tidak aman (unsafe action) 2. Ada hubungan pengalaman kecelakaan kerja dengan tindakan tidak aman (unsafe action) 3. Ada hubungan stress kerja dengan tindakan tidak aman (unsafe action) 4. Ada hubungan reward and punishment dengan tindakan tidak aman (unsafe action) 5. Ada hubungan shift kerja dengan tindakan tidak aman (unsafe action) 6. Ada hubungan pengawasan dengan tindakan tidak aman (unsafe action) 23

24 1 Deviani D.A, Ardyanto D, Basuki H. Analysis Of Individual Factors With Unsafe Action Toward The Production Workers Of A Chemical Industry In Gresik Indonesia. International Journal of Technology Enhancements and Emerging Engineering Research, Vol 3. Surabaya : Unair 2 Hutaganol, Felix. Penyebab Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja. Ilmu Kesehatan Masyarakat Anizar. Teknik Keselamatan dan kesehatan kerja di industry. Graha Ilmu :Yogyakarta Helliyanti P. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Tidak Aman di Dept. Utility and Operation, PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills Tahun. Universitas Indonesia Pratiwi A.D Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Tidak Aman (Unsafe Act) Pada Pekerja Di Pt X Tahun Jakarta. UI Ramli, Soehatman. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Prespektif K3. Jakarta: Dian Rakyat Shiddiq S, Wahyu A, Muis M. Hubungan Persepsi K3 Karyawan dengan Perilaku Tidak Aman. Jurnal Indonesia

25 8 P. Robbins, Stephen. Organizational Behaviour, Tenth Edition (Perilaku Organisasi Edisi ke Sepuluh), Alih Bahasa Drs. Benyamin Molan. Jakarta : PT Macanan Jaya Cemerlang Andi. Model Persamaan Struktural Pengaruh Budaya Keselamatan Kerja pada Perilaku Pekerja di Proyek Konstruksi. Jurnal Teknik Sipil Volume 12 No Sharpe, J. Shift Work and Long Hour : Risk Business, Rock Product Notoadmodjo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta Azwar, Saifudin. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta Pustaka Pelajar Utari, G.C. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Persepsi dan Keterampilan Mengendara Mahasiswa Terhadap Perilaku Keselamatan Berkendara (Safety Riding) Di Universitas Gunadarma Bekasi. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Azzahy, GH. Tentang Persepsi Sutarto. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : Kencana Nurmianto, Eko Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Guna Widya. Surabaya 17 Jeyaratman J, Koh D. Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja. Jakarta : EGC H Videbeck, Sheila L. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Nursalam. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Edisi 2. Jakarta. Salemba medika Reinhold,JenniferA.,danGraceEarl.CilinicalTherapeuticsPrimer: Linktothe Evidancefor The AmbulatoryCarePharmacist.Burnington: AscendLearningCompany Purnama A.V. Pengaruh Reward dan Punishment Terhadap Kinerja Karyawan PT. Kereta Api Indonesia Persero Daop 8. Surabaya : Universitas Wijaya Putra Surabaya Sule. E T, Saefullah. K, Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009, hal Ivancevich, Konopaske, Matteson. Perilaku Manajemen Dan Organisasi. Alih Bahasa Gina Gania. Jakarta : Erlangga Mangkunegara, A P. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2013, hal Veithzal, R.ManajemenSumberDaya ManusiaUntukPerusahaan.Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

26 26 Koencoro, Galih D. Pengaruh Reward Dan Punishment Terhadap Kinerja. Skripsi. Universitas Brawijaya xxvii Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pasal 77 ayat 1 xxviii Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pasal 77 ayat 2 xxix Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pasal 79 ayat 1 xxx Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pasal 79 ayat 2 xxxi Utommi, S. Gambaran Tingkat Kepatuhan Pekerja dalam Mengikuti Prosedur Operasi pada Pekerja Operator Dump Truck di PT Kaltim Primacoal. Depok : Skripsi UI xxxii Delfianda. Survey Faktor Tindakan Tidak Aman Pekerja Konstruksi PT. Waskita Karya Proyek World Class University di UI Depok. Jakarta. UI xxxiii Suma mur. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT Gunung Agung xxxiv Sulistiyani, E. Magang tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di P.T. Pura Barutama Kudus. UNS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Unsafe action adalah suatu perilaku membahayakan atau tidak aman yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja yang menimbulkan kerugian cedera hingga kematian. i,ii Berdasarkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1 Diajukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia. depan dan perubahan dalam arti pembaharuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia. depan dan perubahan dalam arti pembaharuan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Sumber Daya Manusia Manusia sebagai sumber daya pada mulanya diartikan tenaga kerja manusia ditinjau secara fisiknya saja. Dengan kemampuan fisiknya manusia berusaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. STRES KERJA 1. Definisi Stres Kerja Lazarus (dalam Lahey, 2007) menyatakan bahwa stres dapat dikatakan sebagai keadaan yang menyebabkan kemampuan individu untuk beradaptasi menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sistem yang berhubungan semua unsur yang berada dalam

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. mencapai keberhasilan. Tanpa aspek manusia sulit kiranya tujuan organisasi dapat

II. LANDASAN TEORI. mencapai keberhasilan. Tanpa aspek manusia sulit kiranya tujuan organisasi dapat II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Manusia merupakan sumber daya paling penting dalam suatu organisasi untuk mencapai keberhasilan. Tanpa aspek manusia sulit kiranya tujuan organisasi dapat tercapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan pasti memiliki berbagai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada dalam perusahaan.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT JURUSAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT JURUSAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA No. Responden : UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT JURUSAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU TIDAK AMAN DI DEPT. UTILITY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebisingan menurutpermenakertrans No. 13 Tahun 2011Nilai Ambang Batas (NAB) faktor fisika yaitu Intensitas bising adalah Suara yang tidak diinginkan akan memberikan

Lebih terperinci

FAKTOR ERGONOMI & PSIKOLOGI PERTEMUAN KE-4

FAKTOR ERGONOMI & PSIKOLOGI PERTEMUAN KE-4 FAKTOR ERGONOMI & PSIKOLOGI PERTEMUAN KE-4 FAKTOR ERGONOMI Setiap tempat kerja atau kegiatan yang bisa menyebabkan/ menimbulkan tekanan terhadap fisik/ jiwa ataupun perlakuan yang tidak pantas terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan kerja adalah upaya pencegahan dari kecelakaan dan melindungi pekerja dari mesin dan peralatan kerja yang akan dapat menyebabkan traumatic

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. terjadinya gangguan kesehatan seperti kelelahan kerja.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. terjadinya gangguan kesehatan seperti kelelahan kerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya, baik alam maupun manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di segala aspek mendorong kita untuk dapat mengimbanginya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesadaran Menurut Hasibuan (2012:193), kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia tentunya sangat berperan dalam suatu perusahaan, sehingga dibutuhkan tenaga kerja yang terdidik dan siap pakai untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelelahan merupakan masalah yang umum dialami banyak orang. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. Kelelahan merupakan masalah yang umum dialami banyak orang. Semakin BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kelelahan merupakan masalah yang umum dialami banyak orang. Semakin banyak aktivitas manusia, maka kemungkinan seseorang mengalami kelelahan semakin besar. Kelelahan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung pula oleh sumber daya manusia yang berkualitas, baik dari segi mental, spritual maupun

Lebih terperinci

ALAT / MATERIAL / PROSES / LINGKUNGAN Halaman 2 Rp. PENJELASAN CEDERA / KERUSAKAN NAMA KORBAN / KOMPONEN (JIKA ADA) CEDERA / KERUSAKAN....... SKETSA KEJADIAN / DENAH / GAMBAR / FOTO SKETSA / DENAH / GAMBAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu pelayanan yang beroperasi 24 jam dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh pekerja kesehatan rumah sakit. Pekerja kesehatan rumah sakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang yang memiliki jiwa profesional akan melakukan pekerjaan yang dimilikinya dengan penuh suka cita dan bersedia dalam pekerjaannya serta mampu menjadi pekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA MAKALAH KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA Oleh : Viviany Angela Kandari NIM : 16202111018 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2017 1 DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesusilaan dan perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. kesusilaan dan perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilainilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang undang RI No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 86 menyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Tiara Noviani F 100 030 135 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerapan 5S atau 5R 1. Defini 5S atau 5R 5R atau 5S merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Area dari keselamatan kerja dalam dunia rekayasa mencakup keterlibatan manusia baik para pekerja, klien, maupun pemilik perusahaan. Menurut Goetsch

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerjaan merupakan bagian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia, yaitu dapat memberikan kepuasan, tantangan, bahkan dapat pula menjadi gangguan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan di setiap tempat kerja sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 dan UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, merupakan kewajiban

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di lingkungan industri. Faktor yang paling utama timbulnya kecelakaan

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di lingkungan industri. Faktor yang paling utama timbulnya kecelakaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kecelakaan industri adalah kejadian kecelakaan yang terjadi di tempat kerja khususnya di lingkungan industri. Faktor yang paling utama timbulnya kecelakaan kerja adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksis. Masalah utama yang selalu berkaitan dan melekat dengan dunia kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. eksis. Masalah utama yang selalu berkaitan dan melekat dengan dunia kerja adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya dunia industri, mengakibatkan munculnya masalahmasalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut ingin tetap eksis. Masalah

Lebih terperinci

PELATIHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA Oleh : Agus Yulianto

PELATIHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA Oleh : Agus Yulianto PELATIHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA Oleh : Agus Yulianto Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk

Lebih terperinci

BAB 5 : PEMBAHASAN. 5.1 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat

BAB 5 : PEMBAHASAN. 5.1 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat BAB 5 : PEMBAHASAN 5.1 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, keterbatasan-keterbatasan tersebut yaitu : a. Hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Sehingga peranan sumber daya manusia perlu mendapatkan perhatian

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 6, Oktober 2016 PENYEBAB STRES KERJA PADA KARYAWAN PD JAYA PRATAMA DI PONTIANAK

Bisma, Vol 1, No. 6, Oktober 2016 PENYEBAB STRES KERJA PADA KARYAWAN PD JAYA PRATAMA DI PONTIANAK PENYEBAB STRES KERJA PADA KARYAWAN PD JAYA PRATAMA DI PONTIANAK Tedi Setiadi Email: Tedi_Setiadi88@yahoo.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak ABSTRAK Kajian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization) dan GATT (General Agreement On Tariffs And Trade) yang akan berlaku pada tahun 2020 mendatang, kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam, berkembang dan berubah. Seseorang bekerja karena

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam, berkembang dan berubah. Seseorang bekerja karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalani suatu kehidupan, manusia selalu melakukan berbagai macam kegiatan dan aktivitas, hal itu biasanya direalisasikan dalam sebuah tindakan atau sebuah gerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. finishing yang terdiri dari inspecting dan folding. Pengoperasian mesinmesin

BAB I PENDAHULUAN. finishing yang terdiri dari inspecting dan folding. Pengoperasian mesinmesin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri textile merupakan industri yang sebagian proses produksinya menggunakan mesin dengan teknologi tinggi, misalnya seperti mesin winding, warping, zising, riching,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum adalah 8 jam kerja dan sebalikanya adalah waktu istirahat. Memeperpanjang waktu kerja lebih dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan peningkatan produktivitas tenaga kerja selaku sumber daya manusia. Kondisi kesehatan yang baik merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis,

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan, tahun 1988 terdapat 8-12% penduduk dunia menderita dampak kebisingan dalam berbagai bentuk (Nanny, 2007). Bising dengan intensitas

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 4, Agustus 2016 KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT SIME INDO AGRO DI SANGGAU

Bisma, Vol 1, No. 4, Agustus 2016 KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT SIME INDO AGRO DI SANGGAU KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT SIME INDO AGRO DI SANGGAU Robertus Robet Robertus_robet@yahoo.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak ABSTRAK Untuk upaya mendapatkan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Intensitas pembangunan yang semakin meningkat, seiring oleh pemanfaatan ilmu dan teknologi di berbagai bidang yang lebih maju, telah mendorong pesatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. (motivasi), karakteristik pekerjaan (beban kerja), kinerja perawat dalam

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. (motivasi), karakteristik pekerjaan (beban kerja), kinerja perawat dalam 74 BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas mengenai hasil penelitian meliputi 1) gambaran umum lokasi penelitian, 2) data demografi responden, 3) data khusus mengenai variabel yang diukur yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin suksesnya industrialisasi tersebut dituntut tingkat efisiensi yang tinggi terhadap penggunaaan

Lebih terperinci

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya manusia untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aspek fisik maupun emosional. Keluhan tersebut akan menimbulkan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aspek fisik maupun emosional. Keluhan tersebut akan menimbulkan upaya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketidakmampuan karyawan untuk memenuhi harapan dan tuntutan di tempat kerja akan mengakibatkan stres. Reaksi stres biasanya berisikan keluhan, baik dari aspek

Lebih terperinci

KESEHATAN KERJA. oleh; Syamsul Rizal Sinulingga, MPH

KESEHATAN KERJA. oleh; Syamsul Rizal Sinulingga, MPH KESEHATAN KERJA oleh; Syamsul Rizal Sinulingga, MPH Disampaikan dalam Perkuliahan Kesehatan Masyarakat Jurusan D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Pangkalpinang 2013 Pengantar Kesehatan kerja adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan kerja merupakan ilmu kesehatan yang bertujuan agar masyarakat atau pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya dengan usaha preventif dan kuratif,

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA DI PT. INTI BENUA PERKASATAMA DUMAI Saya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumen merasa tidak puas dapat melakukan keluhan yang dapat merusak citra

BAB I PENDAHULUAN. konsumen merasa tidak puas dapat melakukan keluhan yang dapat merusak citra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karyawan sebagai sumber daya utama perusahaan dituntut untuk memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen dan memberikan kinerja yang optimal sehingga konsumen

Lebih terperinci

PERSEPSI, SIKAP DAN PERILAKU PENYEBAB KECELAKAAN KERJA PADA TAMBANG

PERSEPSI, SIKAP DAN PERILAKU PENYEBAB KECELAKAAN KERJA PADA TAMBANG PERSEPSI, SIKAP DAN PERILAKU PENYEBAB KECELAKAAN KERJA PADA TAMBANG Oleh : Handoko setiadji, S.T. Abstrak Di dalam istilah psikologi dikenal adanya persepsi, sikap dan perilaku untuk menggambarkan tingkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 22 Undang-Undang No. 23 tahun tentang kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan kerja diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 22 Undang-Undang No. 23 tahun tentang kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan kerja diselenggarakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Pasal 22 Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas optimal. Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan perusahaan, maka

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan perusahaan, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menghasilkan suatu produk dan jasa yang dapat dipasarkan dan dapat mencapai tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan perusahaan, maka perusahaan tersebut harus

Lebih terperinci

******* Dedicated for God,pap,mum,brother and sister..

******* Dedicated for God,pap,mum,brother and sister.. Untuk mengetahui nilai Satu Tahun, Tanyakan seorang siswa yang gagal dalam ujian kenaikannya Untuk mengetahui nilai Satu Bulan, Tanyakan seorang Ibu yang melahirkan bayi prematur Untuk mengetahui nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan daripada yang sebelumnya (Susetyo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan daripada yang sebelumnya (Susetyo, 2012). 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan teknologi mendorong manusia mengerahkan segenap potensi untuk mengembangkan diri dan memanfaatkan fasilitas serta sumber daya yang ada. Manusia dapat mencukupi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan

BAB II LANDASAN TEORI. diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan BAB II LANDASAN TEORI A. Moril Kerja 1. Definisi Moril Moril adalah sikap atau semangat yang ditandai oleh adanya kepercayaan diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan pencapaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat pesat seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah hotel. Dinas Pariwisata Bali mencatat jumlah hotel yang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah hotel. Dinas Pariwisata Bali mencatat jumlah hotel yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kunjungan wisatawan ke Bali setiap tahun mengalami peningkatan yang pesat. Biro Pusat Statistik Bali 2014 mencatat pertumbuhan jumlah wisatawan yang datang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, banyak perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, banyak perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin maju mendorong Indonesia mencapai tahap industrialisasi. Hal ini ditandai dengan adanya proses mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbulnya tuntutan efisiensi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbulnya tuntutan efisiensi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Menambah pengetahuan dengan menghubungkan teori yang didapat dalam perkuliahan dengan kenyataan serta dapat memperdalam pengetahuan penulis dalam bidang manajemen sumber daya manusia. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH ERGONOMI ORGANISASI TERHADAP MOTIVASI KERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU KESDAM I/BB MEDAN I. IDENTITAS RESPONDEN 1. No Urut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia mencapai tahap industrialisasi, yaitu adanya berbagai macam industri yang ditunjang dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi untuk membantu mewujudkan tujuan organisasi itu sendiri. Siswanto

BAB I PENDAHULUAN. organisasi untuk membantu mewujudkan tujuan organisasi itu sendiri. Siswanto BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberhasilan suatu organiasi atau lembaga dalam mencapai tujuannya tidak terlepas dari sumber daya manusia yang dimiliki, karena sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut dengan meratifikasi 15 Konvensi International Labour Organization (ILO). Delapan

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut dengan meratifikasi 15 Konvensi International Labour Organization (ILO). Delapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ketenagakerjaan merupakan bagian dari upaya pembangunan sumber daya manusia perlu terus ditingkatkan karena kualitas sumber daya manusia mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjalankan tugas dan pekerjaanya. SDM merupakan modal dasar pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjalankan tugas dan pekerjaanya. SDM merupakan modal dasar pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia teknologi yang semakin maju di Indonesia membutuhkan SDM yang memiliki ketrampilan dan kemampuan yang baik dalam menjalankan tugas dan pekerjaanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi modern memungkinkan manusia untuk melakukan berbagai hal sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam masyarakat, dikenal

Lebih terperinci

DETERMINAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT. X MEDAN. BAGUS HANDOKO Dosen Fakultas Ekonomi STIE Harapan Medan

DETERMINAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT. X MEDAN. BAGUS HANDOKO Dosen Fakultas Ekonomi STIE Harapan Medan DETERMINAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT. X MEDAN BAGUS HANDOKO Dosen Fakultas Ekonomi STIE Harapan Medan baguscipta@gmail.com ABSTRAK This research aimed to find out the correlation between motivation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang UPT. Balai Yasa Yogyakarta merupakan satu dari empat Balai Yasa yang dimiliki oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero). UPT. Balai Yasa Yogyakarta adalah industri yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi. memenuhi kebutuhan hidup layak sehari-hari sehingga tingkat

BAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi. memenuhi kebutuhan hidup layak sehari-hari sehingga tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi diberbagai bidang mengakibatkan semakin berkembang pula ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan dan keselamatan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara KUESIONER PENENTUAN STRES PERAWAT DI UNIT RAWAT INAP RSJD PROP. SUMATERA UTARA 2010 Berilah tanda X pada nilai yang saudara pilih!! Nilai 0 : Tidak pernah sama sekali 1 : Kadang-kadang 2 : Cukup sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat. (Permenakertrans RI Nomor PER.13/MEN/X/2011).

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat. (Permenakertrans RI Nomor PER.13/MEN/X/2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf pendengar di dalam telinga. Namun bunyi tersebut dapat menimbulkan kebisingan di telinga manusia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan yang memberi manfaat

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan yang memberi manfaat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era gobalisasi seperti ini, bekerja bukan hanya menjadi kemauan tetapi menjadi sebuah tuntutan. Bekerja hakekatnya merupakan bagian dari hidup manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode survey deskriptif, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode survey deskriptif, yaitu 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan menggunakan metode survey deskriptif, yaitu metode yang diarahkan untuk memecahkan masalah dengan cara memaparkan atau menggambarkan

Lebih terperinci

STRESS DALAM PEKERJAAN. Armaidi Darmawan, dr, M.Epid Bagian Kedokteran Komunitas/Keluarga FKIK Unja

STRESS DALAM PEKERJAAN. Armaidi Darmawan, dr, M.Epid Bagian Kedokteran Komunitas/Keluarga FKIK Unja STRESS DALAM PEKERJAAN Armaidi Darmawan, dr, M.Epid Bagian Kedokteran Komunitas/Keluarga FKIK Unja Definisi STRESS?? Tekanan adalah kekuatan atau perangsang yang menekan individu yang menimbulkan tanggapan

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Jawaban dari setiap pernyataan tidak menunjukkan benar atau salah, melainkan hanya pendapat dan persepsi saudara/i belaka.

Kata Pengantar. Jawaban dari setiap pernyataan tidak menunjukkan benar atau salah, melainkan hanya pendapat dan persepsi saudara/i belaka. LAMPIRAN Kata Pengantar Melalui kuesioner ini, kami dari Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai Derajat kecemasan pada siswa kelas XI SMA Santa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Memasuki perkembangan era industrialisasi yang bersifat global seperti sekarang ini, persaingan industri untuk memperebutkan pasar baik pasar tingkat regional,

Lebih terperinci

PENTINGNYA PENERAPAN PROGRAM K3 PERKANTORAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KINERJA SEKRETARIS

PENTINGNYA PENERAPAN PROGRAM K3 PERKANTORAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KINERJA SEKRETARIS Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2017, pp. 612~618 613 PENTINGNYA PENERAPAN PROGRAM K3 PERKANTORAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KINERJA SEKRETARIS Suparman HL ASM BSI Jakarta suparman@bsi.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penggunaan tembakau, penyalahgunaan obat dan alkohol, dan HIV/AIDS.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penggunaan tembakau, penyalahgunaan obat dan alkohol, dan HIV/AIDS. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi Buruh Internasional (ILO) adalah badan Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) khusus bertugas mempromosikan kesehatan dan keselamatan pekerja di seluruh dunia.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013).

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013). PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya perlindungan kerja agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan ditempat

Lebih terperinci

SUMBER DAYA MANUSIA DAN DESAIN KERJA

SUMBER DAYA MANUSIA DAN DESAIN KERJA SUMBER DAYA MANUSIA DAN DESAIN KERJA Tujuan Strategi Sumber Daya Manusia Strategi sumber daya manusia dapat menjadi keunggulan bagi suatu perusahaan di dalam mempertahankan segmen pelanggannya dan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Stres Kerja Mangkunegara (2005: 28), mengatakan bahwa stres kerja adalah: perasaan yang menekan atau merasa tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran Taufiqur Rachman 1

Tujuan Pembelajaran Taufiqur Rachman 1 Urgensi dan Prinsip K3 6623 Taufiqur Rachman 2013 Referensi: Rudi Suardi. 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Edisi I. PPM. Jakarta (Halaman 1 24) Tujuan Pembelajaran Pengantar Keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghasilkan barang atau jasa sebagai produknya (Munandar, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghasilkan barang atau jasa sebagai produknya (Munandar, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem memperoleh masukan mentah dan masukan instrumental. Bahan baku kemudian diolah oleh masukan instrumental dalam sistem dan menghasilkan keluaran. Perusahaan sebagai

Lebih terperinci

FRUSTRASI & STRESS LIA AULIA FACHRIAL, M.SI

FRUSTRASI & STRESS LIA AULIA FACHRIAL, M.SI FRUSTRASI & STRESS LIA AULIA FACHRIAL, M.SI TUJUAN PEMBELAJARAN Mampu membedakan antara frustrasi dan stress Mengerti gejala stress Mampu menjelaskan terjadinya stress Menguraikan cara-cara mengatasi stress

Lebih terperinci

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri. Tujuan Pembelajaran

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri. Tujuan Pembelajaran 1 Tujuan Pembelajaran 2 Pengantar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Pemahaman terhadap urgensi konsep manajemen K3. dari Pemahaman terhadap prinsip manajemen K3. 6623 - Taufiqur Rachman 1 Materi Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan kerja adalah keselamatan dalam melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan, landasan kerja lingkungan kerja serta cara cara

Lebih terperinci

Universitas Diponegoro 2 Chief Environmental Engineer, Safety-Health_Environmental & Loss Control

Universitas Diponegoro   2 Chief Environmental Engineer, Safety-Health_Environmental & Loss Control JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 13, Volume, Nomor 1, Tahun 13 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PEKERJA DALAM PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI

Lebih terperinci

URGENSI DAN PRINSIP K3 PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

URGENSI DAN PRINSIP K3 PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI URGENSI DAN PRINSIP K3 PERTEMUAN #2 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 5, September 2017 KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA CV JAYA RAYA DI NGABANG

Bisma, Vol 1, No. 5, September 2017 KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA CV JAYA RAYA DI NGABANG KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA ABSTRAKSI Repi email: filivarepitasari3@gmail.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak Kedisiplinan seringkali diartikan patuh dan taat pada nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN MASALAH. karyawan. Jenis-jenis kompensasi yang dibahas adalah kompensasi finansial baik

BAB V PEMBAHASAN MASALAH. karyawan. Jenis-jenis kompensasi yang dibahas adalah kompensasi finansial baik BAB V PEMBAHASAN MASALAH 5.1 Kompensasi Kompensasi yang dibahas dalam penelitian ini terdiri dari jenis kompensasi yang diberikan perusahaan dan pemberian kompensasi kepada karyawan. Jenis-jenis kompensasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN 2013 Hamdani STIKES Harapan Ibu Jambi Prodi IKM Korespondensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan saat ini adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan saat ini adalah penanganan terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia. Jumlah sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sejak awal hingga akhir penelitian. Pendekatan kuantitatif yaitu penlitian tentang

BAB III METODE PENELITIAN. sejak awal hingga akhir penelitian. Pendekatan kuantitatif yaitu penlitian tentang BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini menggunkan metode pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuatitatif yaitu penelitian yang sistematis, jelas, terencana sejak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kecemasan 1. Defenisi Kecemasan adalah keadaan yang menggambarkan suatu pengalaman subyektif mengenai ketegangan mental kesukaran dan tekanan yang menyertai suatu konflik atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana faktor-faktor industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana faktor-faktor industri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Pabrikan Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana faktor-faktor industri seperti manusia, alat, material, energi uang (modal/capital), informasi dan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dunia pekerjaan adalah dunia yang penuh dengan tuntutan dan tugas-tugas, namun pekerjaan merupakan sesuatu yang dicari oleh banyak orang sebagai tujuan

Lebih terperinci

KINERJA DITINJAU DARI STRES KERJA PADA KARYAWAN STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA. Ariana Sumekar

KINERJA DITINJAU DARI STRES KERJA PADA KARYAWAN STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA. Ariana Sumekar JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 6/No. 2/2013: 113-119 KINERJA DITINJAU DARI STRES KERJA PADA KARYAWAN STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA Ariana Sumekar Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Wira Husada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Keselamatan Kerja Tarwaka (2008: 4) mengatakan bahwa keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan suatu organisasi. Ketika sumber

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan suatu organisasi. Ketika sumber BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset yang sangat berharga dalam suatu organisasi. Sumber daya manusia berfungsi sebagai penggerak atau motor dari sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Penelitian ini akan dilakukan di UD Anugerah Sejati Embroidery

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Penelitian ini akan dilakukan di UD Anugerah Sejati Embroidery BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian ini akan dilakukan di UD Anugerah Sejati Embroidery Yogyakarta. UD Anugerah Sejati Embroidery Yogyakarta adalah perusahan yang bergerak dalam

Lebih terperinci

Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko

Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko Solichul HA. BAKRI, et al Ergonomi untuk Keselamatan, Keselamatan Kerja dan Produktivitas ISBN: 979-98339-0-6 Mengelola Kelelahan

Lebih terperinci