Hepatitis Kronik Fokus Pada Pencegahan Sirosis Hati Chronic Hepatitis Focusing on Prevention Liver Cirrhosis
|
|
- Inge Kurniawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1
2 Hepatitis Kronik Fokus Pada Pencegahan Sirosis Hati Chronic Hepatitis Focusing on Prevention Liver Cirrhosis Muhammad Begawan Bestari Divisi Gastroenterohepatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran RS dr. Hasan Sadikin Bandung Pendahuluan Penyakit hati kronis merupakan penyebab utama kesepuluh kematian di Amerika Serikat. Infeksi virus hepatitis C merupakan penyebab paling sering dari penyakit hati kronis dan indikasi paling umum untuk transplantasi hati. Tindakan preventif secara signifikan dapat mengurangi perkembangan penyakit hati. Alkohol dan virus hepatitis C sinergistik dalam mempercepat perkembangan sirosis; karena itu, pasen penderita infeksi hepatitis C harus lepas dari alkohol. Karena superinfeksi dengan virus hepatitis A atau B dapat mengakibatkan gagal hati, vaksinasi direkomendasikan. Secara potensial medikasi hepatotoksik harus digunakan dengan hati-hati pada pasien-pasien penderita penyakit hati kronis. Secara umum, obat-obat NSAID harus dihindari; asetaminofen dalam dosis di bawah 2 g per hari merupakan pilihan teraman. Banyak obat-obatan herbal potensial hepatotoksik, dan hanya milk thistle dan kurkuma yang dapat digunakan dengan aman pada pasien-pasien yang mengalami penyakit hati kronis. Penurunan berat badan dan olah raga dapat memperbaiki fungsi hati pada pasien-pasien penderita perlemakan hati. LEPAS DARI ALKOHOL Konsumsi alkohol telah terkait dengan hepatitis alkoholik, infiltrasi lemak hati, percepatan perkembangan penyakit hati. Di negara barat, frekuensinya lebih sering dibandingkan hepatitis, insiden lebih tinggi karsinoma hepatoseluler, dan kematian. Konsumsi harian lebih dari 4 minum alkohol (48 g) meningkatkan risiko sirosis, dan juga kematian akibat penyebab lain. Penyalahgunaan alkohol dan infeksi virus hepatitis C sering bersamaan pada pasien-pasien penderita penyakit hati kronis.diyakini luas bahwa alkohol dan virus hepatitis C bekerja bersama meningkatkan timbulnya dan berkembangnya kerusakan hati. Dari suatu penelitian ditemukan bahwa efek alkohol pada pasien-pasien penderita infeksi virus hepatitis C tidak semata-mata aditif tapi juga sinergistik, dan bahkan penggunaan alkohol moderatpun dapat mempercepat timbulnya sirosis. Mekanisme efek sinergistik alkohol dan virus hepatitis C belum dimengerti sepenuhnya, tapi telah diketahui efek alkohol pada replikasi virus dan sistem imun, kandungan besi hati dan regenerasi hepatik. Peneliti lain telah menemukan bahwa penyalahgunaan alkohol pada pasien-pasien penderita infeksi virus hepatitis C terkait
3 dengan penurunan respon pada terapi interferon. Keterlepasan (abstinensia) dapat memulihkan beberapa efek gangguan alkohol pada pasien-pasien penyakit hati kronis. Juga dapat memperbaiki respon akhir pada pengobatan. Berapa tinggi konsumsi alkohol yang aman bagi penderita penyakit hati kronis tetap belum jelas. direkomendasikan bahwa pasien-pasien infeksi virus hepatitis C atau penyakit hati kronis tidak mengkonsumsi alkohol. Abstinensia adalah cara yang paling penting dalam menjaga penyakit hati kronis supaya tidak berkembang menjadi sirosis. Abstinensia dapat menjadi hal yang sulit dilakukan karena potensi adiktif yang kuat pada alkohol. Dukungan harus diberikan bagi pasien-pasien yang peminum berat alkohol. Bentuk-bentuk dukungan mencakup Alcoholics Anonymous, program rehabilitasi rawat-jalan dan rawat-inap, dukungan masyarakat dan agama, serta konseling individual. VAKSINASI Superinfeksi virus hepatitis pada pasien-pasien yang mengalami infeksi virus hepatitis C dapat mengakibatkan morbiditas dan mortalitas nyata. Kedua hepatitis A dan hepatitis B terkait dengan infeksi akut yang lebih virulen daripada hepatitis C. pada beberapa pasien penyakit hati kronis, superinfeksi dengan virus hepatitis A atau B dapat mengakibatkan gagal hati akut. Namun, dengan tidak adanya penyakit hati bersamaan, angka mortalitas infeksi virus hepatitis A kurang dari satu kematian per 1000 orang yang terinfeksi. Penelitian prospektif yang melakukan follow-up 163 pasien penderita virus hepatitis B dan 432 pasien yang mengalami infeksi virus hepatitis C, didapatkan superinfeksi virus hepatitis A terkait dengan risiko lebi tinggi gagal hati fulminan. Angka mortalitasnya 35% pada pasien hepatitis kronis C dan superinfeksi virus hepatitis A (angka fatalitas 350 kali lipat lebih tinggi daripada yang diduga pada pasien-pasien tanpa infeksi kronis virus hepatitis C). Pada suatu penelitian seri lain yang lebih besar, kematian terjadi pada 381 dari pasien penderita infeksi akut hepatitis A. Dari pasien-pasien yang meninggal, 107 (28%) mengalami penyakit hati kronis yang mendasari. Bukti-bukti kuat mendukung vaksinasi terhadap virus hepatitis A dan B pada penderita penyakit hati kronis., semua penderita penyakit hati kronis harus diperiksa adanya antibodi total hepatitis A dan antibodi permukaan dan inti hepatitis B. Jika tidak ada imunitas, pasien ini haruis diberi vaksin hepatitis A (dua dosis, selang 6 bulan) dan vaksin hepatitis B (3 dosis, dengan dosis kedua satu bulan dari dosis pertama, dan dosis ketiga 6 bulan sesudah dosis pertama). Kedua vaksin dapat diberikan secara aman pada waktu yang bersamaan, pada otot deltoid yang berlawanan. Perlu dicatat bahwa pada suatu populasi yang mempunyai insiden rendah pada paparan lampaunya (misalnya pasien yang tidak ada faktor risiko klasik terhadap kontak infeksi hepatitis), akan lebih hemat biaya untuk melakukan lebih dahulu pengujian antibodi dan dilanjutkan vaksinasi. Pada keadaan adanya dan tidak adanya penyakit hati kronis, serokonversi terjadi pada 94% pasien yang telah mendapat
4 vaksinasi hepatitis A dan 100% pada pasien-pasien yang telah mendapat vaksinasi hepatitis B. Penting untuk memahami bahwa pasien-pasien yang mengalami sirosis dekompensata dan pasien yang mengalami penurunan daya tahan tubuh dapat memperlihatkan penurunan angka keberhasilan serokonversi. Sekarang, tidak ada vaksin hepatitis C tersedia untuk penggunaan di klinik. EVALUASI TOKSISITAS OBAT Zat yang paling banyak dicerna dimetabolisir dan diubah secara kimiawi ketika melewati hati. Terutama, hati merupakan tempat sentral untuk pembersihan, detoksifikasi, ekskresi dan pengaktifan sebagian besar obat-obatan. Hati rentan terhadap kerusakan akibat beberapa obat, vitamin, dan obat-obatan herbal. Medikasi Pasien penyakit hati kronis bisa mempunyai fungsi hati yang bervariasi. Pada dosis yang direkomendasikan, sebagian besar medikasi aman pada pasien-pasien ini meskipun terdapat perubahan metabolisme dan fungsi hati. Namun, pasien-pasien penyakit hati kronis dapat berisiko terhadap reaksi-reaksi obat idiosinkratik dan kurang mampu mentoleransi hepatoksisitas ketika hal ini terjadi. Golongan obat umum yang disertai dengan hepatotoksisitas mencakup antidepresan, nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID termasuk cyclooxygenase-2 inhibitors), muscle relaxant, psikotropika, antikonvulsan, obat-obat penurun lipid, obat-obat antidiabetes, estrogen, steroid anabolik dan obat antituberkulosis. Obat-obat yang diketahui mempunyai reaksi idiosinkrasi mencakup antibiotika, anti-jamur, antivirus, antiprotozoa dan NSAID. Semua medikasi harus dievaluasi adanya efek toksik terhadap hati. Jika data menunjukkan bahwa suatu obat dapat bersifat hepatotoksik, harus dicari obat alternatif yang kurang atau tanpa hepatotoksisitas. Ketika pengobatan memakai medikasi yang potensial hepatotoksik diperlukan, obat tersebut harus digunakan dengan hati-hati dan dengan supervisi yang ketat. Pasien harus sadar akan gejala-gejala kerusakan hatinya, misalnya ikterik, anoreksia, mual-mual, pruritus, keletihan, dan nyeri abdomen kuadran atas kanan. Kadar transaminase, bilirubin total dan alkali fosfatase digunakan untuk mengukur pasien adanya kemungkinan hepatotoksisitas yang terkait dengan obat. Kadar-kadar ini harus diperoleh pada baseline, setiap dua minggu pada bulan pertama terapi obat, setiap bulan untuk tiga bulan selanjutnya dan kemudian setiap tiga bulan. Medikasi tersebut harus dihentikan jika nilai2 yang diukur meningkat menjadi lebih dari dua kali dari kadar baseline atau pasiennya mengalami gejala yang terkait dengan hati.jika suatu masalah timbul mengenai keamanan medikasi utama, konsultasi ke dokter ahli hepatologi dapat membantu. Penulisan resep dan obat-obat bebas serta medikasi nyeri digunakan secara luas. NSAID, yang dimakan untuk meringankan sakit kepala dan berbagai gejala nyeri, dapat menyebabkan toksisitas hati idiosinkratik. Kefatalan-kefatalan yang
5 terkait dengan penggunaan NSAID telah dilaporkan. Pada satu penelitian, penggunaan ibuprofen terkait dengan peningkatan lebih dari 20 kali lipat pada nilainilai fungsi hati pada 3 pasien penderita infeksi virus hepatitis C. Karena hepatotoksisitas NSAID tidak dapat diprediksi, pasien-pasien yang telah mempunyai penyakit hati kronis tidak boleh menggunakan medikasi-medikasi ini. Asetaminofen mempunyai hepatotoksisitas yang terprediksi dan menjangkiti hati dengan cara bergantung kepada dosis. Pada pasien penyakit hati kronis yang mempunyai gejala nyeri, asetaminofen dapat digunakan secara aman dalam dosis tidak lebih dari 2 g per hari. Namun, hepatotoksisitas asetaminofen telah dilaporkan memakai dosis kurang dari 4 g per hari, biasanya dalam hubungan dengan kelaparan atau meminum alkohol. Vitamin dan Obat-obat Herbal Penjualan tahunan vitamin dan obat-obat herbal mendekati 1,6 juta dolar di Amerika Serikat. Dari suatu penelitian ditemukan bahwa sampai dengan 31 persen pasien di suatu klinik hati menggunakan obat herbal. Suplemen OTC (over the counter) tertentu yang potensial hepatotoksik tercantum pada. Vitamin A diketahui merupakan hepatotoksin yang tersedia di toko-toko obat. Banyak kasus hepatotoksisitas telah didokumentasikan sehubungan dengan memakan vitamin A dalam dosis tinggi, biasanya lebih dari IU per hari, dan jarang terjadi pada dosis mendekati IU per hari. Derajat kerusakan hati yang terkait dengan vitamin A bergantung kepada dosisnya. Alkohol berpotensiasi hepatotoksisitas dengan vitamin ini. Vitamin A dapat menyebabkan steatosis, fibrosis perisinusoidal, hepatitis kronis dan sirosis. Pasien penderita penyakit hati kronis harus mengkonsumsi kurang dari IU vitamin A per hari. Sebagian besar preparat multivitamin mengandung IU vitamin A, yang baik dalam kisaran aman untuk dikonsumsi harian. Pasien penderita penyakit hati kronis harus ditanya secara spesifik mengenai penggunaan milk thistle (Silybum marianum). Tidak terdapat bukti toksisitas yang terkait dengan bentuk murni milk thistle, dan terdapat bukti lemah efek protektifnya pada membran sel plasma hepatosit. Atas alasan ini, beralasan untuk tidak mendukung penggunaan milk thistle. PENGARUH BESI Pasien penderita penyakit hati kronis mempunyai cenderung mengakumulasi sejumlah berlebihan besi dalam parenkhim hati. Mereka yang mengalami penyakit hati alkoholik, nonalcoholic steatohepatitis atau infeksi virus hepatitis C cenderung ke arah hemosiderosis sekunder. Pasien yang mengalami kelebihan zat besi sekunder, harus dibedakan dari mereka yang mengalami hemosikromatosis herediter, dimana defek genetik primernya mengakibatkan beban besi hepatik dan besi tubuh-total. Tingkat pembebanan besi jauh lebih besar pada pasien-pasien penderita hemokromatosis primer daripada mereka yang mengalami hemosiderosis seunder.
6 Sebanyak 30% pasien penderita penyakit hati mempunyai kadar besi serum yang tinggi, dan 10% mempunyai jumlah besi berlebihan dalam jaringan hatinya. Alasan besi berlebihan tidak diketahui, tapi mekanisme yang dipostulasikan mencakup pelepasan besi dari sel-sel hati yang rusak dan gangguan uptake oleh sel Kupffer, reaksi-reaksi fase akut yang terkait dengan keadan peradangan kronis, peningkatan uptake besi melalui traktus gastrointestinal, dan eritropoiesis yang tidak efektif disertai dengan redistribusi besi dari tempat-tempat pemakaian ke tempattempat penyimpanan. mekanisme yang paling mungkin dari kerusakan hati akibat kelebihan besi adalah produksi radikal bebas yang meningkat dan peningkatan peroksidasi lipid, yang pada gilirannya, mengakibatkan disfungsi mitokhondria, kerapuhan lisosom, dan kematian sel. Besi telah terlihat mempengaruhi riwayat alami infeksi virus hepatitis C dan respon terhadap pengobatan penyakit hepatitis C kronis. Beberapa penelitian pada pasien-pasien infeksi virus hepatitis C kronis telah menemukan konsentrasi besi yang tinggi dalam hati sebagai prediktif untuk kegagalan berespon terhadap terapi interferon. Beberapa bukti menunjukkan bahwa flebotomi memperbaiki tes fungsi hati pada pasien-pasien yang mengalami infeksi virus hepatitis C kronis. Penelitian baru-baru ini juga telah memperlihatkan peningkatan respon virus hepatitis C terhadap interferon yang dikombinasikan dengan flebotomi, walaupun tidak semua penelitian mendukungnya. Namun, dampak praktis temuan-temuan ini belum dapat ditentukan. Sampai sekarang, tidak ada bukti menyatakan bahwa besi dalam makanan bersifat membahayakan. Penelitian-penelitian lebih jauh diperlukan untuk meneliti efek kekurangan besi pada penyakit hati kronis. DIET DAN OLAH RAGA Suatu keadaan hati diistilahkan fatty liver jika lipid terdapat lebih dari 5% dari berat hati. Mekanisme untuk timbulnya fatty liver beragam. Suatu penurunan oksidasi hati asam-asam lemak sebagai akibat dari disfungsi mitokhondria dapat mengakibatkan steatosis mikrovaskuler. Mekanisme lain terkait dengan ketidakseimbangan antara uptake dan sekresi lemak, disertai dengan keadaan rasio insulin terhadap glukagon yang mengakibatkan steatosis makrovaskuler. Fatty liver dapat merupakan akibat dari banyak penyakit, termasuk ekses alkohol, nonalcoholic steatohepatitis, infeksi virus hepatitis C, gangguan metabolik (misalnya penyakit Wilson), efek medikasi dan gangguan nutrisi. Faktor redisposisi mencakup diabetes melitus, peningkatan kadar trigliserida serum, dan obesitas. Sebagian besar pasien penderita fatty liver bersifat asimtomatik, dan kondisinya biasanya terungkap karena hepatomegali atau keabnormalankeabnormalan ringan pada kadar aminotransferase atau alkali fosfatase yang ditemukan pada pemeriksaan fisik rutin. Namun, pada beberapa pasien, dapat ditemukan nekroinflamasi berat, sehingga mengakibatkan fibrosis dan sirosis. Satu penelitian terkontrol menunjukkan bahwa program penurunan berat badan (yang mengkombinasikan diet dan latihan) dapat memperbaiki hasil-hasil tes fungsi hati
7 dan histologi hati pada pasien-pasien yang mengalami nonalcoholic steatohepatitis. Dengan pengurangan berat badan 4,5 sampai 6,8 kg (10-15 pon), kadar transaminase hati sering kembali ke normal. Peneliti pada penelitian lain menemukan suatu korelasi antara konsumsi tinggi lemak dan minyak dengan peningkatan kadar transaminase hati. Temuan-temuan penelitian-penelitian ini menyatakan bahwa makanan rendah lemak dan latihan (yang disupervisi oleh seorang dokter untuk ketepatannya) dapat meminimalkan steatosis hepatik. Penurunan berat badan bertahap harus direkomendasikan pada pasien-pasien penyakit hati kronis dan obesitas. Cara-cara yang dapat efektif dalam mencegah perkembangan penyakit hati kronis menjadi sirosis diringkas pada Tabel 1. Tabel 1. Cara efektif pencegahan pada penyakit hati kronik KESIMPULAN Banyak penyakit hati mempunyai riwayat alami yang panjang, dan terdapat sedikit pengobatan yang dapat secara langsung mengubah perkembangan penyakit tersebut. Untuk memaksimalkan waktu terjadinya sirosis, menurunkan kebutuhan transplantasi hati, dan memperlambat pada kematian, penting untuk menghindari kerusakan lain pada hati. Data yang ada memperlihatkan bahwa strategi preventif menghindari alkohol, vaksinasi hepatitis, menghindari NSAID, suplementasi besi hanya ketika ditemukan adanya defisiensi besi, dan diet rendah lemak adalah hal yang perlu dilakukan pada pasien penyakit hati kronis. Begitu timbul sirosis, skrining adanya kanker hepatoseluler memakai AFP dan ultrasound serta skrining adanya varises dalam mengurangi risiko perdarahan varises pertama akibat pengobatan memakai nonselective blocker bisa tepat. Profilaksis terhadap peritonitis bakterial spontan kambuhan memakai siproflokasasin 500 mg harian sepanjang hidup dapat diterapkan.
8 DAFTAR PUSTAKA Garcia-Tsao et al. Management and Treatment of Patients With Cirrhosis and Portal Hypertension: Recommendations From the Department of Veterans Affairs Hepatitis C Resource Center Program and the National Hepatitis C Program. Am J Gastroenterol 2009; 104: Riley TR, e tal. Preventive Strategies in Chronic Liver Disease: Part I. Alcohol, Vaccines, Toxic Medications and Supplements, Diet and Exercise. Am Fam Phys 2001; 64: Riley TR, e tal. Preventive Strategies in Chronic Liver Disease: Part II. Cirrhosis. Am Fam Phys 2001; 64: Riley TR, e tal. Preventive care in chronic liver disease. J Gen Intern Med 1999; 14:
BAB 1 PENDAHULUAN. dan berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan masalah utama pada beberapa negara dan berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit perlemakan hati non alkohol atau non alcoholic fatty liver
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit perlemakan hati non alkohol atau non alcoholic fatty liver disease ( NAFLD ) merupakan gangguan pada hati yang biasa terjadi di dunia, insiden yang paling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Perumusan masalah Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di Amerika Serikat dan bertanggung jawab terhadap 1,2% seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hepatik merupakan suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif (Nurdjanah, 2009). Sirosis hepatik merupakan
Lebih terperinciAsuhan Keperawatan Hepatitis D
Asuhan Keperawatan Hepatitis D Hepatitis D (sering disebut Hepatitis Delta) adalah suatu peradangan pada sel-sel hati yang disebabkan oleh virus hepatitis D (HDV). Virus Hepatitis D (HDV) adalah virus
Lebih terperinciHepatitis C: Bom Waktu didalam Hati
Hepatitis C: Bom Waktu didalam Hati Apa hati itu? Hati adalah organ terbesar dalam tubuh manusia. Berat sekitar 1,5-3 kg pada orang dewasa. Apa saja fungsi hati? Membuat bahan yang diperlukan tubuh u/
Lebih terperinciETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B
HEPATITIS REJO PENGERTIAN: Hepatitis adalah inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan kimia ETIOLOGI : 1. Ada 5
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Berdasarkan intensitasnya, nyeri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyebut suatu kondisi akumulasi lemak pada hati tanpa adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Non-Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) merupakan salah satu penyakit yang mulai mendapat perhatian dari penduduk dunia. NAFLD adalah istilah yang digunakan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan salah satu penyakit hati dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal pada dekade
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang. Infeksi dengue merupakan penyakit akut yang. disebabkan oleh virus dengue. Sampai saat ini dikenal
BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Infeksi dengue merupakan penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue. Sampai saat ini dikenal ada empat macam serotipe virus dengue, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) yang semakin meningkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) yang semakin meningkat menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang tidak boleh diabaikan (Charlton et al., 2009).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. KHS terjadi di negara berkembang. Karsinoma hepatoseluler merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Perumusan Masalah Karsinoma hepatoseluler (KHS) merupakan kanker terbanyak kelima pada laki-laki (7,9%) dan ketujuh pada wanita 6,5%) di dunia, sebanyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis B adalah infeksi hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB) yang dapat menyebabkan penyakit akut maupun kronis (WHO, 2015). Penularan hepatitis virus
Lebih terperinciHEPATITIS FUNGSI HATI
HEPATITIS Hepatitis adalah istilah umum untuk pembengkakan (peradangan) hati (hepa dalam bahasa Yunani berarti hati, dan itis berarti pembengkakan). Banyak hal yang dapat membuat hati Anda bengkak, termasuk:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kasus. Kematian yang paling banyak terdapat pada usia tahun yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit hati (liver) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan, baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Kerusakan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepar merupakan organ atau kelenjar terbesar dari tubuh yang berfungsi sebagai pusat metabolisme, hal ini menjadikan fungsi hepar sebagai organ vital. Sel hepar rentan
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hepar merupakan organ terbesar dengan berat 1,2 1,8 kg atau kurang lebih 25% berat badan orang dewasa, menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen, dan merupakan
Lebih terperinciHepatitis Virus. Oleh. Dedeh Suhartini
Hepatitis Virus Oleh Dedeh Suhartini Fungsi Hati 1. Pembentukan dan ekskresi empedu. 2. Metabolisme pigmen empedu. 3. Metabolisme protein. 4. Metabolisme lemak. 5. Penyimpanan vitamin dan mineral. 6. Metabolisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hati adalah organ terbesar dalam tubuh. Penyakit pada hati merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius. Hepatitis adalah suatu peradangan difus jaringan hati
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nekrosis merupakan proses degenerasi yang menyebabkan kerusakan sel yang terjadi setelah suplai darah hilang ditandai dengan pembengkakan sel, denaturasi protein dan
Lebih terperinciMENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL
MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL Pendahuluan Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang
Lebih terperinciHepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis
Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis Apakah hepatitis? Hepatitis adalah peradangan hati. Ini mungkin disebabkan oleh obat-obatan, penggunaan alkohol, atau kondisi medis tertentu. Tetapi dalam banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pada zaman modern ini, seluruh dunia mengalami pengaruh globalisasi dan hal ini menyebabkan banyak perubahan dalam hidup manusia, salah satunya adalah perubahan gaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kedokteran kortikosteroid mulai dikenal sekitar tahun 1950, dan preparat
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Kortikosteroid bukan merupakan obat baru bagi masyarakat. Di dunia kedokteran kortikosteroid mulai dikenal sekitar tahun 1950, dan preparat kortikosteroid mulai berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. sentral, dislipidemia, dan hipertensi (Alberti et al., 2006; Kassi et al., 2011).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sindroma metabolik merupakan sindrom yang terdiri atas faktor-faktor yang saling berhubungan dalam meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler, yaitu diabetes
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kedua di dunia setelah HIV/AIDS. Pada tahun 2012, terdapat 8.6 juta orang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah kesehatan utama di seluruh dunia hingga saat ini. TB menjadi penyakit infeksi penyebab kematian terbesar kedua di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sirosis hati merupakan penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. arsitektur hati dan pembentukan nodulus regeneratif (Sherlock dan Dooley,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati (cirrhosis hati / CH) adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hati yang ditandai dengan distorsi arsitektur hati dan
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepar merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia, dengan berat 1.200-1.500 gram. Pada orang dewasa ± 1/50 dari berat badannya sedangkan pada bayi ± 1/18 dari berat
Lebih terperinciEtiology dan Faktor Resiko
Etiology dan Faktor Resiko Fakta Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Virus hepatitis C merupakan virus RNA yang berukuran kecil, bersampul, berantai tunggal, dengan sense positif Karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekarang para ahli tidak henti-hentinya meneliti mekanisme kerja dari obat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Parasetamol atau asetaminofen telah ditemukan sebagai obat analgesik yang efektif lebih dari satu abad yang lalu tepatnya pada tahun 1893, tetapi hingga sekarang para
Lebih terperinciI. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat
I. PENDAHULAN A. Latar Belakang Hati merupakan organ yang mempunyai kemampuan tinggi untuk mengikat, memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat kimia yang tidak berguna/merugikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO pada tahun 2002, memperkirakan pasien di dunia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO pada tahun 2002, memperkirakan 783 000 pasien di dunia meninggal akibat sirosis hati. Sirosis hati paling banyak disebabkan oleh penyalahgunaan alkohol dan infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sirosis merupakan suatu penyakit hati kronis yang menggambarkan stadium akhir dari fibrosis hepatik, peradangan, nekrosis atau kematian sel-sel hati, dan terbentuknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat sekresi insulin yang tidak adekuat, kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit perlemakan hati non alkohol atau Non-alcoholic Fatty Liver
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit perlemakan hati non alkohol atau Non-alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) merupakan kumpulan gangguan hati yang ditandai dengan adanya perlemakan
Lebih terperinciLeukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Leukemia Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sumsum tulang dan sel-sel darah putih. Leukemia merupakan salah satu dari sepuluh kanker pembunuh teratas di Hong Kong, dengan sekitar 400 kasus baru
Lebih terperinciBerbagai Penyakit. Yang Menyerang Liver (Hati)
Seri penyuluhan kesehatan Berbagai Penyakit Yang Menyerang Liver (Hati) Dipersembahkan dengan gratis Oleh: Klinik Umiyah www.klinik-umiyah.com Jl. Lingkar Utara Purworejo, Jawa Tengah, Indonesia Pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker nasofaring merupakan jenis kanker yang tumbuh di rongga belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium Patologi Anatomi FKUI melaporkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesembilan di Amerika Serikat, sedangkan di seluruh dunia sirosis menempati urutan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan salah satu penyakit dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Sirosis hati merupakan penyebab kematian kesembilan
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada hepar dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain virus, radikal bebas, maupun autoimun. Salah satu yang banyak dikenal masyarakat adalah
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Sirosis hati (SH) menjadi problem kesehatan utama di
1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sirosis hati (SH) menjadi problem kesehatan utama di dunia. Sirosis hati dan penyakit hati kronis penyebab kematian urutan ke 12 di Amerika Serikat pada tahun 2002,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hati merupakan suatu penyakit yang memiliki penyebaran di seluruh dunia. Individu yang terkena sangat sering tidak menunjukkan gejala untuk jangka waktu panjang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM), merupakan penyakit kronik yang tidak. umumnya berkembang lambat. Empat jenis PTM utama menurut WHO
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM), merupakan penyakit kronik yang tidak ditularkan dari orang ke orang. PTM mempunyai durasi yang panjang dan umumnya berkembang lambat. Empat
Lebih terperinciVIRUS HEPATITIS B. Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage. Oleh AROBIYANA G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN
1 VIRUS HEPATITIS B Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage Oleh AROBIYANA G0C015009 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNUVERSITAS MUHAMADIYAH SEMARANG
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ginjal adalah salah satu penyebab paling penting dari kematian dan cacat tubuh di banyak negara di seluruh dunia (Guyton & Hall, 1997). Sedangkan menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. fosfolipid dan asam asetoasetat (Amirudin, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hati adalah organ dari sistem pencernaan terbesar dengan berat antara 1,2-1,8 kg dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi yang sangat komplek. Beberapa fungsi
Lebih terperinciManfaat Terapi Ozon Manfaat Terapi Ozon Pengobatan / Terapi alternatif / komplementer diabetes, kanker, stroke, dll
Manfaat Terapi Ozon Sebagai Pengobatan / Terapi alternatif / komplementer untuk berbagai penyakit. Penyakit yang banyak diderita seperti diabetes, kanker, stroke, dll. Keterangan Rinci tentang manfaat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk asalnya atau dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi. Ekskresi di sini merupakan hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan zaman membawa dampak yang sangat berarti bagi perkembangan dunia, tidak terkecuali yang terjadi pada perkembangan di dunia kesehatan. Sejalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sirosis hati adalah merupakan perjalanan akhir berbagai macam penyakit hati yang ditandai dengan fibrosis. Respon fibrosis terhadap kerusakan hati bersifat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sirosis hati merupakan penyakit kronis hati yang ditandai dengan fibrosis,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirosis Hati 2.1.1 Definisi Sirosis hati merupakan penyakit kronis hati yang ditandai dengan fibrosis, disorganisasi dari lobus dan arsitektur vaskular, dan regenerasi nodul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dalam mempertahankan hidup. Hati termasuk organ intestinal terbesar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam tubuh manusia, hati merupakan salah satu organ yang berperan penting dalam mempertahankan hidup. Hati termasuk organ intestinal terbesar dengan berat antara 1,2-1,8
Lebih terperinciFARMAKOTERAPI KELOMPOK KHUSUS
FARMAKOTERAPI KELOMPOK KHUSUS dr HM Bakhriansyah, M.Kes., M.Med.Ed Farmakologi FK UNLAM Banjarbaru PENGGUNAAN OBAT PADA ANAK Perbedaan laju perkembangan organ, sistem dalam tubuh, maupun enzim yang bertanggung
Lebih terperinciFREDYANA SETYA ATMAJA J.
HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT TINGKAT KECUKUPAN KARBOHIDRAT DAN LEMAK TOTAL DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUANG MELATI I RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Skripsi Ini Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit akibat infeksi dan sisi yang lain banyak ditemukan masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Parasetamol merupakan obat penurun panas dan pereda nyeri yang telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Metabolit Fenasetin ini diklaim sebagai zat antinyeri
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan memicu krisis kesehatan terbesar pada abad ke-21. Negara berkembang seperti Indonesia merupakan
Lebih terperinciEfektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering
Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Diabetes adalah suatu kondisi di mana tubuh tidak dapat menggunakan (menyerap) gula
Lebih terperinciHEPATITIS DR.H.A.HAMID HASAN INTERNA FK.UNMAL
HEPATITIS DR.H.A.HAMID HASAN INTERNA FK.UNMAL PENDAHULUAN VARIASI HEP.VIRUS TERGANTUNG JENIS A,B.C KLINIS TERGANTUNG RINGAN-BERAT DARI TIPIKAL S/D ATIPIK HEPATITIS VIRAL AKUT : 1. BENTUK KHAS / SIMPTOMATIK
Lebih terperinciPR0GHlllltG. B00l( UPDATEIN GASTROENTERO-HEPATOLOGYPATIENT'S MANAGEMENT! FROMBENGHTO CLINICALPRACTICE
(DUGeM) PR0GHlllltG B00l( UPDATEIN GASTROENTERO-HEPATOLOGYPATIENT'S MANAGEMENT! FROMBENGHTO CLINICALPRACTICE t &' r @q; {b - * e, * S* * 4i-f,"i,# wt Saann?fu 30 S@- Sore(,Dry, "h6e O6fro4& 2Oll Peranan
Lebih terperinciOrganisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan ada tiga bentuk diabetes mellitus, yaitu diabetes mellitus tipe 1 atau disebut IDDM (Insulin Dependent
BAB 1 PENDAHULUAN Hiperglikemia adalah istilah teknis untuk glukosa darah yang tinggi. Glukosa darah tinggi terjadi ketika tubuh memiliki insulin yang terlalu sedikit atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. prevalensi tuberkulosis tertinggi ke-5 di dunia setelah Bangladesh, China,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis (Price, 2006). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang penting di Indonesia.
Lebih terperinciMengenal Hepatitis C dan B. Buklet ini ditujukan untuk masyarakat agar lebih mengetahui informasi seputar Hepatitis C dan B.
Mengenal Hepatitis C dan B Buklet ini ditujukan untuk masyarakat agar lebih mengetahui informasi seputar Hepatitis C dan B. 1 3 Pengantar H E P A T I T I S C 4 5 5 5 6 7 8 10 11 13 14 14 15 15 16 16 17
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulkus diabetikum (UD) adalah luka terbuka pada permukaan kulit yang disebabkan oleh adanya komplikasi kronik berupa mikroangiopati dan makroangiopati akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insidensi dislipidemia cenderung terus meningkat di era modernisasi ini seiring dengan perubahan pola hidup masyarakat yang hidup dengan sedentary lifestyle. Kesibukan
Lebih terperinciSIROSIS HEPATIS R E J O
SIROSIS HEPATIS R E J O PENGERTIAN : Sirosis hepatis adalah penyakit kronis hati oleh gangguan struktur dan perubahan degenerasi fungsi seluler dan selanjutnya perubahan aliran darah ke hati./ Jaringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat disebabkan oleh infeksi virus. Telah ditemukan lima kategori virus yang menjadi agen
Lebih terperincia. Tujuan terapi.. 16 b. Terapi utama pada hepatitis B.. 17 c. Alternative Drug Treatments (Pengobatan Alternatif). 20 d. Populasi khusus
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iv HALAMAN PERNYATAAN... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan wawancara Riskesdas 2013 didapatkan prevalensi penderita kanker pada penduduk semua umur di Indonesia sebesar 1,4% per 1000 penduduk, dengan prevalensi kanker
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan pada umumnya berakhir
Lebih terperinciVitamin D and diabetes
Vitamin D and diabetes a b s t r a t c Atas dasar bukti dari studi hewan dan manusia, vitamin D telah muncul sebagai risiko potensial pengubah untuk tipe 1 dan tipe 2 diabetes (diabetes tipe 1 dan tipe
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh dan. menyumbang 1,5-2% dari berat tubuh manusia (Ghany &
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh dan menyumbang 1,5-2% dari berat tubuh manusia (Ghany & Hoofnagle, 2004). Hati memiliki beberapa fungsi metabolik, seperti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN (Sari, 2007). Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara termasuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parasetamol (asetaminofen) merupakan salah satu obat analgesik dan antipiretik yang banyak digunakan di dunia sebagai obat lini pertama sejak tahun 1950 (Sari, 2007).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regenatif (Nurdjanah, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis, disebut juga penyakit gula merupakan salah satu dari beberapa penyakit kronis yang ada di dunia (Soegondo, 2008). DM ditandai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada masa kini semakin banyak penyakit-penyakit berbahaya yang menyerang dan mengancam kehidupan manusia, salah satunya adalah penyakit sirosis hepatis. Sirosis hepatis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kefarmasian merupakan salah satu kunci pokok suksesnya sistem kesehatan. Pelayanan kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya berfokus kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan
9 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan filtrasi glomerulus (Glomerular Filtration Rate/GFR) kurang dari 60 ml/min/1.73 m 2 selama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diakibatkan insufisiensi vaskuler dan neuropati. 1
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulkus diabetikum pada penderita diabetes melitus merupakan komplikasi kronis berupa makroangiopati dan mikroangiopati yang paling sering kita jumpai diakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala penyakit degeneratif kronis yang disebabkan karena kelainan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan hormon Insulin baik
Lebih terperinciKanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saluran pencernaan merupakan gerbang utama masuknya zat gizi sebagai sumber pemenuhan kebutuhan tubuh baik untuk melakukan metabolisme hingga aktivitas sehari-hari.
Lebih terperinciMitos dan Fakta Kolesterol
Mitos dan Fakta Kolesterol Oleh admin Selasa, 01 Juli 2008 09:19:20 Apakah mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tidak baik bagi tubuh? Apakah kita tak boleh mengonsumsi makanan berkolesterol?
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis gangguan metabolisme yang ditandai dengan kadar glukosa darah melebihi nilai normal (hiperglikemia), sebagai akibat dari
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hati Hati adalah organ intestinal terbesar dengan berat rata-rata 1500 gram pada badan orang dewasa dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi sangat kompleks yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan kategori penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional maupun lokal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B terdistribusi di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B terdistribusi di seluruh dunia. Penderita infeksi hepatitis B diperkirakan berjumlah lebih dari 2 milyar orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang terjadi secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan kreatinin yang sangat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat berkurangnya sekresi insulin, berkurangnya penggunaan glukosa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami setelah manusia mencapai usia dewasa di mana seluruh komponen tubuh berhenti berkembang dan mulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini di Indonesia masalah penyakit hepar masih menjadi masalah kesehatan (Dinas Kesehatan Jawa Barat, 1999). Kerusakan sel hepar dan fungsi hepar disebabkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah koroner, yang terutama disebabkan oleh
Lebih terperinciDIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen
DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program terapi efektif untuk diabetes mellitus membutuhkan latihan komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis, dan regimen farmakologis
Lebih terperinciRINGKASAN. Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk
RINGKASAN Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu yang sangat lama, dan baru terdeteksi ketika fibrosis telah
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang utama 1.Masalah kesehatan yang timbul akibat stoke sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.
11 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan adalah masalah kompleks yang merupakan hasil dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia. Datangnya penyakit
Lebih terperinci