BAB II KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL. pelaksanaan atau penerapan. Menurut beberapa ahli, implementasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL. pelaksanaan atau penerapan. Menurut beberapa ahli, implementasi"

Transkripsi

1 BAB II KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL A. Implementasi Kurikulum 1. Pengertian Implementasi Kurikulum Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia implementasi diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan. Menurut beberapa ahli, implementasi mempunyai definisi yang berbeda namun bermakna sama. Menurut Majone dan Wildavsky sebagaimana dikutip oleh Syafruddin Nurdin dalam bukunya yang berjudul Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum disebutkan bahwa implementasi adalah evaluasi, adapun Browne dan Widavsky menyatakan bahwa implementasi merupakan perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan. Sedangkan menurut Schubert, implementasi ialah sistem rekayasa. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut terlihat bahwa kata implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan atau mekanisme suatu sistem. Jadi dapat dikatakan bahwa implementasi bukan sekedar aktivitas tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. 1 Kurikulum memiliki pengertian yang cukup kompleks dan sudah banyak didefinisikan oleh para pakar. Pada hakikatnya kurikulum membicarakan proses penyelenggaraan pendidikan sekolah berupa acuan, 1 Syafruddin Nurdin dan Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm

2 24 rencana, norma-norma yang dapat dipakai sebagai pegangan. Secara umum struktur kurikulum mempunyai empat komponen utama yaitu tujuan, materi atau bahan (organisasi isi), proses belajar mengajar, dan evaluasi. 2 Istilah kurikulum (curriculum) berasal dari kata curir (pelari) dan curere (tempat berpacu). Pada saat itu, kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari start sampai finish untuk memperoleh penghargaan. Kemudian pengertian tersebut diterapkan dalam dunia pendidikan menjadi sejumlah mata pelajaran (subject) yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai akhir program pelajaran untuk memperoleh penghargaan dalam bentuk ijazah. 3 Dalam arti sempit kurikulum diartikan sebagai materi pelajaran. Adapun dalam arti yang luas kurikulum berarti keseluruhan program lembaga pendidikan. Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. 4 Implementasi kurikulum dapat diartikan sebagai aktualisasi kurikulum tertulis (written curriculum) dalam bentuk pembelajaran. Implementasi kurikulum merupakan suatu penerapan konsep, ide, program, atau tatanan kurikulum ke dalam praktik pembelajaran atau berbagai aktivitas baru, 2 Ibid., hlm 71 3 Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hlm Ibid., hlm. 8

3 25 sehingga terjadi perubahan pada sekelompok orang yang diharapkan untuk berubah. 5 Dengan demikian, implementasi kurikulum adalah penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya, kemudian diujicobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan, serta senantiasa dilakukan penyesuaian terhadap situasi lapangan dan karakteristik peserta didik. Implementasi ini sekaligus menjadi penelitian lapangan (field research) untuk keperluan validasi sistem kurikulum itu sendiri. 6 Untuk menjabarkan kurikulum kepada peserta didik diperlukan peranan guru. Melalui guru nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum dapat disampaikan kepada peserta didik. Aktualisasi serta transformasi nilai-nilai, sikap, dan pengetahuan terjadi di dalam proses belajar mengajar. Peranan guru sangat menentukan dalam pencapaian hasil belajar. Karena sebagai implementator dan pengembang kurikulum, guru berperan untuk memperkaya kurikulum dan meningkatkan relevansi kurikulum dengan kebutuhan anak, masyarakat, serta perkembangan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) Kesiapan Pelaksanaan Kurikulum di Sekolah Untuk mengimplementasikan suatu program baru di sekolah tidak akan lepas dari kendala atau rintangan-rintangan. Oleh sebab itu, untuk 5 Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm Ibid., hlm Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 76.

4 26 meminimalkan adanya kendala dalam proses implementasi kurikulum perlu adanya persiapan-persiapan yang harus dilakukan oleh sekolah. 8 Sukmadinata 9 dalam bukunya yang berjudul Pengembangan Kurikulum menyatakan bahwa kendala dalam proses implementasi kurikulum ialah tidak adanya keseragaman. Setiap daerah sebaiknya memiliki keseragaman, persatuan, dan kesatuan nasional. Kendala lainnya ialah tidak adanya standar penilaian yang sama sehingga sukar untuk memperbandingkan kemajuan suatu sekolah dengan sekolah lain, sulit untuk melakukan pengelolaan ataupun penilaian secara nasional, dan belum semua sekolah memiliki kesiapan untuk menyusun serta mengembangkan kurikulum sendiri. 10 Guna mengantisipasi kendala-kendala tersebut, maka sekolah sebagai tempat berlangsungnya proses implementasi kurikulum perlu memikirkan dan berupaya untuk melakukan tindakan-tindakan persiapan. Ada dua hal pokok yang perlu disiapkan pihak sekolah, yaitu mencakup kesiapan materil dan nonmateril. Kesiapan materil berupa kesiapan sekolah berkaitan dengan materi yang sifatnya kebendaan seperti perangkat kurikulum, sarana prasarana sekolah (laboratorium, ruang kelas, perpustakaan), unsur keuangan, dan lingkungan sekolah. Sedangkan 8 Muhammad Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyonsongnya (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata adalah dosen tetap di Universitan Pendidikan Indonesia. Beliau menyelesaikan program doktor pada tahun 1983 Jurusan Pengembangan Kurikulum FPS, IKIP Bandung (sekarang UPI) dengan tambahan kredit dari Universitas California. Saat ini beliau mengajar mata kuliah Pengembangan Kurikulum dan Metode Penelitian di UPI. 10 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 158.

5 27 kesiapan nonmaterial berupa tenaga pendidikan yang profesional baik kepala sekolah maupun guru. Kesiapan materi atau sumber daya alamiah sekolah meliputi: a. Perangkat kurikulum Perangkat kurikulum merupakan sarana penunjang dalam pencapaian keberhasilan kegiatan pembelajaran yang harus dimiliki seorang guru. Untuk itu setiap guru dituntut menyiapkan dan merencanakan dengan sebaik-baiknya guna mencapai keberhasilan kegiatan belajar mengajar secara optimal. Agar perencanaan, pelaksanaan, dan sistem evaluasi pembelajaran berjalan dengan baik perlu disusun silabus yang berisi penjabaran kemampuan dasar menjadi materi pembelajaran, uraian materi beserta urutan materi pelajaran, pengalaman belajar siswa, alokasi waktu, dan sumber acuan. 11 Silabus ialah acuan untuk merencanakan dan melaksanakan program pembelajaran, sedangkan sistem pengujian mencakup jenis ujian, bentuk soal, dan pelaksanaannya. Adapun untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran di kelas, guru perlu membuat rencana pelajaran dalam bentuk satuan pelajaran (SP). Komponen satuan pelajaran tersebut meliputi identitas mata pelajaran, kemampuan 11 Muhammad Joko Susilo, op.cit., hlm. 183

6 28 dasar (tujuan pembelajaran), materi pembelajaran, strategi pembelajaran, media, penilaian, tindak lanjut, dan sumber bacaan. 12 b. Sarana dan prasarana Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar. Sarana pendidikan meliputi gedung, ruang kelas, meja kursi, dan media pengajaran. Sedangkan prasarana pendidikan merupakan fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan, seperti halaman, kebun, taman sekolah, dan jalan menuju sekolah. 13 c. Keuangan Biaya dalam pendidikan meliputi biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost). Biaya langsung terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan pengajaran, sarana belajar, biaya transportasi, gaji guru baik yang dikeluarkan oleh pemerintah, sekolah maupun orangtua. Adapun biaya tidak langsung berupa keuntungan yang hilang dalam bentuk biaya kesempatan yang dikorbankan siswa selama belajar. 14 d. Lingkungan Dimensi lingkungan dapat dibedakan menjadi dua yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik lebih cenderung dikaji dari sisi bangunan yang berada di lingkungan 12 Ibid., hlm Ibid., hlm Muhammad Joko Susilo, op.cit., hlm. 186

7 29 sekolah, sedangkan lingkungan sosial dilihat dari kondisi masyarakat di sekitar sekolah. Selain kesiapan materi, juga diperlukan kesiapan nonmateri dalam mengimplemtasikan suatu kurikulum di sekolah. Kesiapan nonmateri adalah kesiapan yang terkait dengan sumber daya manusia sekolah. Bentuk kesiapan tersebut dapat dilihat dari dimensi kepemimpinan kepala sekolah, guru, siswa, dan orangtua. Fokus kajian yang dimunculkan hanya sebatas pada peran yang diberikan masingmasing dimensi dalam melaksanakan kurikulum. 15 B. Muatan Lokal 1. Pengertian Muatan Lokal Muatan lokal diartikan sebagai program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan kebutuhan pembangunan daerah yang perlu diajarkan kepada siswa. 16 Isi dalam hal ini adalah bahan pelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan muatan lokal. Adapun media penyampaian merupakan metode dan sarana yang digunakan dalam menyampaikan isi muatan lokal. 17 Kurikulum muatan lokal terdiri dari beberapa mata pelajaran yang berfungsi memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menumbuhkembangkan pengetahuan dan kompetensinya sesuai dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan. Penentuan isi dan bahan pelajaran 15 Ibid., hlm Syafruddin Nurdin, op.cit., hlm M. Ahmad, Pengembangan Kurikulum (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hlm. 145.

8 30 muatan lokal didasarkan pada keadaan dan kebutuhan lingkungan, yang dituangkan dalam mata pelajaran dengan alokasi waktu yang berdiri sendiri. Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tertentu yang pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam, sosial, ekonomi, serta budaya. Adapun kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat di suatu daerah, khususnya untuk kelangsungan hidup dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat sesuai dengan arah perkembangan serta potensi daerah yang bersangkutan. 18 Konsep muatan lokal merupakan strategi yang tepat. Muatan lokal diberlakukan bagi sekolah-sekolah lanjutan dan tidak terbatas pada jenjang pendidikan dasar. Konsep tersebut merupakan pengakuan sah terhadap potensi lingkungan sekolah, dilihat dari aspek sosial, ekonomi, budaya, geografis, dan alam. Dengan demikian, kebutuhan siswa dan masyarakat setempat mengharuskan para perencana kurikulum untuk bersikap lebih terbuka Landasan Muatan Lokal Gagasan muatan lokal memiliki empat macam landasan yaitu: a. Landasan Ideal Muatan lokal merupakan bagian dari kurikulum sehingga harus dikembangkan berdasarkan pancasila, Undang-undang Dasar 1945, 18 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Sebuah Panduan Praktis (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008) hlm A. Maryanto, Kurikulum Lintas Bidang Studi (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1994), hlm. 9.

9 31 Ketetapan MPR No II/MPR/1988 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara, dan berdasarkan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. b. Landasan Hukum Landasan hukum tentang muatan lokal adalah sebagai berikut: 1) Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0412/U/1987 tanggal 11 Juli 1987 tentang Penerapan Muatan Lokal Kurikulum Sekolah Dasar. 2) Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah No. 173/C/Kep/M/1987 tanggal 7 Oktober 1987 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penerapan Muatan Lokal Kurikulum Sekolah Dasar. 3) Undang-undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab X pasal 36, 37, dan 38 tentang Kurikulum. c. Landasan Teoritik Landasan teoritik muatan lokal untuk sekolah dasar adalah sebagai berikut: 1) Tingkat kemampuan berpikir siswa sekolah dasar mengharuskan kita menyajikan bahan kajian yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir dari tingkat konkrit sampai tingkat abstrak. 2) Pada dasarnya anak-anak usia sekolah dasar memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Mereka akan senang apabila diberi kesempatan untuk

10 32 menjelajahi lingkungan sekitarnya yang penuh dengan sumber belajar. 20 d. Landasan Demografik Keindahan bangsa dan negara Indonesia terletak pada keanekaragaman pola kehidupan dari beratus-ratus suku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Keanekaragaman tersebut dapat dipersatukan oleh falsafah hidup bangsa yaitu pancasila. Keanekaragaman itu bukan saja ada pada bidang budaya, tetapi juga pada keadaan alam, fauna, flora, dan kehidupan sosialnya. Semua itu merupakan dasar yang penting dalam mengembangkan muatan lokal. Selain itu, pengembangan muatan lokal juga didorong oleh kenyataan yang menunjukkan bahwa banyak siswa sekolah dasar terpaksa meninggalkan bangku sekolah disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi yang kurang mampu atau kurang sesuainya kurikulum sekolah dasar dengan kebutuhan peserta didik. Pendidikan belum bisa memberikan kemampuan peserta didik untuk mengenal serta memanfaatkan keadaan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya yang ada di lingkungan sekitarnya Tujuan Muatan Lokal Secara umum program pendidikan muatan lokal adalah mempersiapkan murid agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang lingkungannya serta sikap dan perilaku bersedia melestarikan dan mengembangkan sumber 20 Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm M. Ahmad, op.cit., hlm. 152

11 33 daya alam, kualitas sosial, dan kebudayaan yang mendukung pembangunan nasional maupun pembangunan setempat. Perumusan tujuan penerapan muatan lokal yang tercantum dalam lampiran surat keputusan Mendikbud No. 0412/U/1987 tersebut di atas itu bersifat umum. Karena itu dapat digunakan sebagai pedoman untuk mengembangkan gagasan muatan lokal. Tujuan tersebut pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu tujuan langsung (tujuan yang dapat segera dicapai) dan tujuan tidak langsung (tujuan yang memerlukan waktu relatif lama untuk mencapainya). Tujuan tidak langsung pada dasarnya merupakan akibat/dampak dari tujuan langsung. a. Tujuan Langsung 1) Bahan pengajaran lebih mudah diserap oleh murid. 2) Sumber belajar di daerah dapat lebih mudah dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan. 3) Murid dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya untuk memecahkan masalah yang ditemukan di sekitarnya. 4) Murid lebih mengenal kondisi alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya yang terdapat di daerahnya. 22 b. Tujuan Tidak Langsung 1) Murid dapat meningkatkan pengetahuan mengenai daerahnya. 22 Syafruddin Nurdin, op.cit., hlm. 62

12 34 2) Murid diharapkan dapat menolong orangtuanya dan dirinya sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. 3) Murid menjadi lebih akrab dengan lingkungannya dan terhindar dari keterasingan terhadap lingkungannya sendiri. Dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar maka besar kemungkinan siswa dapat mengamati, melakukan percobaan atau kegiatan belajar sendiri. Belajar mencari, mengolah, menemukan informasi, dan menggunakannya untuk memecahkan masalah yang ada di lingkungannya adalah pola dasar dari belajar. Belajar tentang lingkungan sekitar mempunyai daya tarik tersendiri bagi seorang anak Fungsi Muatan Lokal Fungsi muatan lokal dalam kurikulum sekolah dasar adalah sebagai berikut: a. Fungsi Penyesuaian Sekolah berasal dari lingkungan masyarakat. Karena itu programprogram sekolah harus disesuaikan dengan lingkungan. Demikian pula pribadi-pribadi dalam sekolah hidup dalam lingkungan, sehingga perlu diupayakan agar pribadi dapat menyesuaikan diri dan akrab dengan lingkungannya. b. Fungsi Integrasi Siswa adalah bagian integral dari masyarakat. Muatan lokal merupakan program pendidikan yang berfungsi untuk mendidik individu- 23 M. Ahmad, op.cit., hlm. 150

13 35 individu yang akan memberikan serta mengintegrasikan diri kepada masyarakat. c. Fungsi Perbedaan Muatan lokal ialah program pendidikan yang bersifat luwes, dapat memberikan pelayanan terhadap perbedaan minat dan kemampuan siswa. Hal ini berfungsi untuk mendorong siswa ke arah kemajuan sosial dalam masyarakat Kedudukan Muatan Lokal Muatan lokal merupakan satu kesatuan utuh yang tidak terpisahkan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Mengacu pada struktur kurikulum dalam standar isi, alokasi waktu untuk mata pelajaran muatan lokal di setiap jenjang pendidikan hampir sama yaitu dua jam pelajaran, hanya berbeda durasi waktu saja untuk masing-masing jenjang. Untuk jenjang SD/MI/SDLB, masing-masing 2 jam pelajaran per minggu (1 jam pelajaran = 35 menit). Adapun kegiatan belajar mengajar efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester), baik untuk SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, maupun SMK/MAK pada umumnya berkisar 34 sampai 38 minggu. Muatan lokal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan kepada peserta didik di setiap tingkat kelas Ruang Lingkup Ruang lingkup muatan lokal dalam KTSP adalah sebagai berikut: 24 Ibid., hlm E. Mulyasa, op.cit., hlm. 275

14 36 a. Muatan lokal dapat berupa bahasa daerah, bahasa asing (Arab, Inggris, Mandarin, dan Jepang), kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat (termasuk tata krama dan budi pekerti) serta pengetahuan tentang karakteristik lingkungan sekitar yang dianggap perlu. b. Muatan lokal wajib diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, baik pada pendidikan umum, pendidikan kejuruan maupun pendidikan khusus. c. Beberapa kemungkinan lingkup wilayah berlakunya kurikulum muatan lokal, adalah sebagai berikut: 1) Pada seluruh kabupaten/kota dalam suatu propinsi. 2) Hanya pada satu kabupaten/kota atau beberapa kabupaten/kota tertentu dalam suatu propinsi yang memiliki karakteristik sama. 3) Pada seluruh kecamatan dalam suatu kabupaten/kota yang memiliki karakteristik sama. 7. Bahan Pembelajaran dan Sumber Bahan Muatan Lokal Menurut Sudirman N.K, bahan pembelajaran adalah suatu sumber belajar bagi anak didik, yang membawa pesan untuk tujuan pengajaran. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto bahan pembelajaran merupakan unsur inti yang ada dalam kegiatan belajar mengajar, karena memang bahan pembelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh peserta didik.

15 37 Jadi bahan pembelajaran ialah mata pelajaran atau bidang studi dengan topik atau sub topik dan rinciannya. 26 Tanpa bahan pelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Bahan pelajaran harus dikuasai guru dengan baik. Oleh karena itu, guru yang akan mengajar harus menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. 27 Ada dua macam bahan pelajaran yaitu bahan pelajaran pokok dan bahan pelajaran penunjang. Bahan pelajaran pokok adalah bahan pelajaran yang menyangkut bidang studi yang dipegang oleh guru sesuai dengan disiplin keilmuannya. Sedangkan bahan pelajaran penunjang adalah bahan pelajaran yang dapat membuka wawasan seorang guru agar ketika mengajar dapat menunjang menyampaikan bahan pelajaran pokok. Pemakaian bahan penunjang harus sesuai dengan bahan pelajaran pokok agar bisa memberikan motivasi kepada peserta didiknya. 28 Minat anak didik akan bangkit jika bahan yang diajarkan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Biasanya aktivitas anak didik akan berkurang jika bahan yang diajarkan kurang menarik perhatiannya. Karena itu guru dan pengembang kurikulum tidak boleh lupa memikirkan sejauhmana bahanbahan yang topiknya tertera dalam silabi berkaitan dengan kebutuhan peserta didik pada usia dan lingkungan tertentu. Adapun sumber bahan muatan lokal dapat diklasifikasikan menjadi: 26 Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, op.cit., hlm Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), hlm Ibid., hlm. 18

16 38 a. Narasumber: guru, peserta didik, ataupun narasumber lain yang ada di sekitar lingkungan baik didatangi maupun didatangkan. b. Software: sumber bahan yang terdapat pada berbagai tulisan, atau film. c. Hardware: bahan ajar yang sifatnya dapat dilihat dan diraba seperti batik. d. Lingkungan: berbagai sumber bahan muatan lokal yang ada di sekitar dan bersifat historis seperti museum, monumen, atau kebiasaankebiasaan. e. Berbagai hasil diskusi oleh berbagai pakar atau narasumber yang relevan Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal Dalam pelaksanaannya terdapat beberapa tahap yang harus dilalui, seperti: a. Persiapan Hal-hal yang harus dilakukan guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan lain di sekolah antara lain menentukan mata pelajaran mulok untuk setiap tingkat kelas yang sesuai dengan karakteristik peserta didik, kondisi sekolah serta kesiapan guru yang akan mengajar, menentukan guru, dan menentukan sumber dana atau belajar yang sesuai. 30 b. Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran mulok hampir sama dengan mata pelajaran lain. Secara garis besar pelaksanaan pembelajaran meliputi pengkajian 29 Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm E. Mulyasa, op.cit., hlm. 279

17 39 silabus, pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan mempersiapkan penilaian. c. Tindak Lanjut Tindak lanjut adalah langkah-langkah yang akan dan harus diambil setelah proses pembelajaran mulok. Tindak lanjut erat kaitannya dengan hasil penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran Strategi Pengembangan Muatan Lokal Strategi adalah cara atau langkah yang dianggap paling tepat dalam melaksanakan suatu kegiatan. Pengembangan ialah kegiatan menghasilkan sesuatu yang baru melalui langkah-langkah penyusunan sesuatu secara sistematik dan sistemik atas dasar hasil penilaian yang dilakukan selama pengembangan. Jadi strategi pengembangan muatan lokal adalah penerapan cara atau langkah yang secara ilmiah baik dalam penyusunan program muatan lokal secara sistemik atas dasar hasil penilaian yang dilakukan selama pengembangan program muatan lokal untu mencapai hasil yang lebih baik. 32 Seperti halnya kurikulum pokok, muatan lokal juga memerlukan pengembangan yang kontinu. Oleh karena itu, guru dituntut untuk dapat menerapkan strategi pengembangan yang tepat, sebab program muatan lokal dalam pengembangannya memerlukan ketelitian dari pihak guru, kepala sekolah, dan masyarakat E. Mulyasa, op.cit., hlm Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996) hlm Ibid., hlm 163

18 Evaluasi dalam Muatan Lokal Evaluasi merupakan proses memberikan pertimbangan kualitas atau nilai sesuatu dengan berdasarkan kriteria dan standar tertentu. Berdasarkan kriteria tersebut, kita dapat menentukan berhasil atau tidaknya peserta didik dalam mengikuti program pembelajaran. 34 Untuk bahan pengajaran muatan lokal yang berupa pengajaran teoritik seperti bahasa daerah, bahasa asing ditentukan dengan pendekatan Penilaian Acuan Patokan. Apabila peserta didik dapat menguasai 75% atau lebih dari keseluruhan program berarti ia berhasil dan sebaliknya. Namun jika bahan muatan lokal itu berupa kesenian atau keterampilan maka akan ada kriteria kuantitatif dan kriteria kualitatif. Kriteria kuantitatif mengarah pada jumlah hasil kerja yang dilakukan peserta didik untuk suatu paket pengajaran bahan muatan lokal. Adapun kriteria kualitatif mengarah pada kualitas hasil kerja peserta didik dalam suatu paket pengajaran muatan lokal Hal-hal yang harus Diperhatikan dalam Pembelajaran Muatan Lokal Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran muatan lokal berkaitan dengan pengorganisasian bahan, pengelolaan guru, pengelolaan sarana pembelajaran, dan kerjasama antar instansi. Rinciannya adalah sebagai berikut: a. Pengorganisasian bahan, hendaknya: 34 Subandijah, op.cit., hlm Ibid., hlm.191

19 41 1) Sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik baik perkembangan pengetahuan, cara berpikir, sosial maupun emosionalnya. 2) Dikembangkan dengan memerhatikan kedekatan dengan peserta didik. 3) Dipilih yang bermakna dan bermanfaat bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. 4) Bersifat fleksibel yakni memberi keleluasaan bagi guru dalam memilih metode dan media pembelajaran. 5) Mengacu pada pembentukkan kompetensi dasar tertentu yang jelas. b. Pengelolaan guru, hendaknya: 1) Memerhatikan relevansi antar latar belakang pendidikan dengan mata pelajaran yang diajarkannya. 2) Diusahakan yang pernah mengikuti penataran, pelatihan atau kursus tentang muatan lokal. c. Pengelolaan sarana pembelajaran, hendaknya: 1) Memanfaatkan sumber daya yang terdapat di lingkungan sekolah secara optimal. 2) Diupayakan dapat dipenihu oleh instansi terkait. d. Kerjasama antar Instansi. Untuk mewujudkan tujuan kurikulum muatan loakal perlu diupayakan kerjasama antar instansi terkait antara lain berupa pendanaan, penyediaan narasumber (tenaga ahli), tempat kegiatan

20 42 belajar, dan hal-hal lain yang menunjang keberhasilan pembelajaran muatan lokal. 36 C. Pembelajaran (Kegiatan Belajar Mengajar) 1. Pengertian Kata pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas belajar dan mengajar. Aktivitas belajar secara metodologis cenderung lebih dominan pada siswa, sementara mengajar secara instruksional dilakukan oleh guru. Jadi, istilah pembelajaran adalah ringkasan dari kata belajar dan mengajar. Dengan kata lain, pembelajaran ialah penyederhanaan dari kata belajar dan mengajar (BM), proses belajar mengajar (PBM), serta kegiatan belajar mengajar (KBM). 37 Pelaksanaan pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dan pengajar yang menggunakan segala sumber daya sesuai dengan perencanaan yang telah dipersiapkan sebelumnya dalam rangka mencapai tujuan. Dalam pelaksanaan pembelajaran harus selalu mengingat pada pronsip pembelajaran yaitu dengan mengalirkan kompetensi kunci dalam setiap kegiatan dan aktivitasnya. Untuk itu yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pembelajaran antara lain pendekatan dalam pembelajaran, metode, tahapan, serta tempat pelaksanaan pembelajaran E. Mulyasa, op.cit., hlm Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar (Jakarta: Kencana, 2013), hlm Daryanto dan Mulyo Raharjo, Model Pembelajaran Inovatif (Jogajakarta: Gava Media, 2012), hlm. 147.

21 43 Kegiatan belajar mengajar (KBM) dirancang dengan mengikuti prinsipprinsip khas yang edukatif, yaitu kegiatan yang berfokus pada kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Dalam KBM, guru perlu memberikan dorongan, motivasi, dan prakarsa untuk belajar secara berkelanjutan. 39 Kegiatan belajar adalah inti dari kegiatan pendidikan. Segala proses yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar akan melibatkan semua komponen pengajaran, kegiatan belajar akan menentukan apakah tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. 40 Di dalam kegiatan belajar mengajar anak didik terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi tersebut anak didiklah yang lebih aktif, bukan guru. Guru hanya sebagai motivator dan fasilitator. Keaktifan anak didik menyangkut kegiatan fisik dan mental. Aktivitas anak didik bukan secara individual tetapi juga dalam kelompok sosial sehingga kan menimbulkan interaksi dalam kelompok. Guru hendaknya memerhatikan perbedaan individual anak didik, yaitu pada aspek biologis, intelektual dan psikologis dalam kegiatan belajar mengajar. 41 Hal itu disebabkan karena pada dasarnya semua anak memiliki potensi yang berbeda. Kegiatan belajar mengajr perlu memerhatikan bakat, 39 Masnur Muslich, KTSP: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2009), hlm Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 18.

22 44 minat, kemampuan, cara dan strategi belajar, motivasi belajar, dan latar belakang sosial siswa. 42 Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Mengalami dan eksplorasi. Mengalami dan mengeksplorasi berarti melibatkan berbagai indra penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan perasa. Hal ini akan meningkatkan pemahaman siswa tentang suatu konsep dan meningkatkan daya bertahan pemahaman tersebut dalam pikiran siswa. b. Interaksi. Interaksi merupakan wahana pengembangan kemampuan sosial siswa seperti berkomunikasi, menyanggah pendapat, dan menyampaikan pendapat secara santun. c. Komunikasi. Gagasan yang benar atau salah, baru akan diketahui guru apabila siswa diberi kesempatan untuk mengomunikasikan atau mengekspresikannya. d. Refleksi. Siswa perlu dibiasakan untuk merenungkan kembali apa yang dipikirkan dan dilakukannya agar mereka terlatih menilai diri sendiri dan tidak tergantung dengan orang lain Tujuan Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogram tanpa suatu tujuan. Tanpa tujuan suatu hal tidak memiliki kepastian dalam menentukan ke arah 42 Masnur Muslich, op.cit., hlm Ibid., hlm

23 45 mana kegiatan akan dibawa. Kegiatan belajar mengajar tidak bisa dibawakan sesuka hati, kecuali untuk menetukan suatu tujuan yang sudah ditetapkan. 44 Tujuan dalam pendidikan adalah suatu cita-cita yang bernilai normatif yaitu terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada peserta didik. Nilai-nilai yang nantinya akan menjadi cara anak didik bersikap dan berbuat dalam kehidupannya. Tujuan mempunyai jenjang dari yang luas dan umum sampai kepada yang sempit dan khusus, semua tujuan itu saling berhubungan satu sama lainnya. Ini berarti bahwa dalam menentukan tujuan harus memerhatikan kesinambungan setiap jenjang tujuan dalam pendidikan. Tujuan pembelajaran merupakan suatu target yang ingin dicapai oleh kegiatan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini adalah tujuan perantara dalam upaya mencapai tujuan-tujuan lain yang lebih tinggi tingkatannya. Secara hierarki tujuan tersebut meliputi: a. Tujuan pendidikan nasional yaitu tujuan jangka panjang yang ingin dicapai dan didasari oleh falsafah negara. 45 b. Tujuan institusional/lembaga yaitu tujuan yang ingin dicapai oleh setiap sekolah atau lembaga pendidikan. c. Tujuan kurikuler yaitu tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi Hamdani, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, op.cit., hlm Ibid., hlm. 149

24 46 d. Tujuan instruksional/pembelajaran yaitu tujuan yang ingin dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran Komponen-komponen Sebagai sebuah sistem, belajar mengajar mempunyai sejumlah komponen yang meliputi komponen utama dan komponen penunjang. Komponen utama terdiri dari, tujuan, materi atau bahan pelajaran, pendidik dan anak didik. Adapun komponen penunjang meliputi, metode, alat dan evaluasi pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar komponen-komponen tersebut harus selalu ada agar pelaksanaan dan pencapaian tujuan pembelajaran bisa terlaksana dengan baik. 48 Dalam referensi lain disebutkan bahwa beberapa hal yang menjadi termasuk dalam komponen kegiatan belajar mengajar, antara lain: a. Merencanakan yaitu memelajari masa mendatang dan menyusun rencana kerja. b. Mengorganisasikan yaitu membuat organisasi usaha, manajer, tenaga kerja, dan bahan. c. Mengordinasikan yaitu menyatu dan mengkorelasikan semua kegiatan. d. Mengawasi dan memeriksa agar segala sesuatu dikerjakan sesuai dengan peraturan yang digariskan dan instruksi-instruksi yang diberikan Ibid., hlm Zaenal Mustakim, op.cit., hlm Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 34.

25 47 4. Faktor yang Memengaruhi Secara umum ada dua faktor yang memengaruhi suatu kegiatan belajar mengajar yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor tersebut dibedakan menjadi beberapa hal yaitu: a. Jasmaniah Agar seseorang dapat belajar dengan baik harus mengusahakan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuanketentuan belajar, istirahat, dan makan. b. Psikologi yang meliputi: 1) Intelegensi ialah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, serta mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. 2) Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi. Jiwa itu seolah-olah tertuju kepada suatu objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tersebut tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan sehingga ia tidak suka belajar. 50 3) Minat yaitu kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap hlm Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Memengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),

26 48 belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar. 4) Bakat merupakan kemampuan untuk belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajar akan lebih baik. 51 5) Motif, erat kaitannya dengan tujuan yang akan dicapai. Bisa juga dikatakan sebagai daya penggerak atau pendorong. Dalam prestasi belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar belajar lebih baik. 6) Kematangan yaitu suatu fase dalam pertumbuhan seseorang di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kematangan. Belajar sebaiknya dilakukan apabila anak sudah matang dan siap. 7) Kesiapan ialah kesediaan untuk memberi respon atau reaksi. Jika siswa belajar sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. c. Kelelahan Kelelahan jasmani terlihat dari lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membangunkan tubuh. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. 52 Sedangkan faktor ekstern adalah faktor-faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern dibedakan menjadi: 51 Ibid., hlm Ibid., hlm. 59

27 49 a. Faktor Keluarga Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orangtua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga. 53 b. Faktor Sekolah Faktor sekolah yang memengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, serta tugas rumah. 54 c. Faktor Masyarakat Masyarakat berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh ini terjadi karena keberadaan siswa di dalam masyarakat Metode Pembelajaran Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru, dan penggunaannya pun bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 56 Dalam praktik pembelajaran, terdapat beragam jenis metode pembelajaran, antara lain: 53 Ibid., hlm Ibid., hlm Ibid., hlm Eveline Siregar dan Hartini Nara, Belajar dan Pembelajaran (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hlm. 80.

28 50 a. Metode ceramah merupakan metode yang menuntut peran aktif guru. Dalam hal ini guru lebih dominan mengambil kesempatan dalam aktivitas pembelajaran. 57 b. Metode diskusi yaitu siswa dihadapkan pada suatu masalah berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. 58 c. Metode tugas atau resitasi adalah metode belajar yang mengombinasikan penghapalan, pembacaan, pengulangan, pengujian, dan pemeriksaan atas diri sendiri. 59 d. Metode demontrasi merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dalam bentuk pertunjukan. Metode ini mengedepankan peragaan (mempertunjukkan) kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari. 60 e. Metode tanya jawab ialah suatu metode yang dilakukan guru dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa. 61 f. Metode eksperimen yaitu metode pengajaran yang dilakukan antara guru dan siswa dengan mengedepankan aktivitas percobaan sehingga siswa mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. 62 g. Metode karyawisata merupakan metode pengajaran yang dilaksanakan dengan cara bertamasya di luar kelas Imam Suyitno, Memahami Tindakan Pembelajaran: Cara Mudah dalam Perencanaan Penelitian Tindakan Kelas (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), hlm Eveline Siregar dan Hartini Nara, op.cit., hlm Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hlm Imam Suyitno, op.cit., hlm Eveline Siregar dan Hartini Nara, loc.cit., hlm Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo, op.cit., hlm. 62

29 51 6. Media Pembelajaran Media adalah perantara dari sumber informasi ke penerima informasi. Menurut Rossi dan Breidle sebagaimana dikutip oleh Wina Sanjaya dalam bukunya Media Komunikasi Pembelajaran dijelaskan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan. Jadi, media pembelajaran ialah segala sesuatu seperti alat, lingkungan, dan segala bentuk kegiatan yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan, mengubah sikap atau menanamkan keterampilan pada setiap orang yang memanfaatkannya. 64 Media pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam metode mengajar sebagai upaya untuk mempertinggi proses interaksi guru dengan siswa dan interaksi siswa dengan lingkungannya. Melalui penggunaan media pembelajaran diharapkan dapat mempertinggi kualitas belajar mengajar yang pada akhirnya dapat memengaruhi kualitas hasil belajar siswa. Beberapa jenis media pembelajaran dapat dibeadakan menjadi media grafis, fotografis, tiga dimensi, proyeksi, audio, dan lingkungan Startegi Pembelajaran Istilah strategi berasal dari kata stratego yang berarti merencanakan (to plan). Strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi mencakup tujuan 63 Ibid., hlm Wina Sanjaya, Media Komunikasi Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2012), hlm Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran: Penggunaan dan Pembuatannya (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010), hlm.7.

30 52 kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, dan sarana penunjang kegiatan. 66 Pembelajaran adalah suatu konsep dari dua dimensi kegiatan (belajar dan mengajar) yang harus direncanakan dan diaktualisasikan, serta diarahkan pada pencapaian tujuan atau penguasaan sejumlah kompetensi dan indikatornya sebagai gambaran hasil belajar. Pada dasarnya pembelajaran merupakan kegiatan terencana yang mengkondisikan seseorang agar bisa belajar dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran. 67 Strategi pembelajaran adalah siasat guru dalam mengefektifkan, mengefisienkan, serta mengoptimalkan fungsi dan interaksi antara siswa dengan komponen pembelajaran dalam suatu kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pengajaran. 68 Strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi pelajaran dan siswa, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran banyak jenisnya. Guru dapat memilih satu atau beberapa strategi sekaligus dan diterapkan secara bervariasi sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, materi yang disampaikan, siswa, lingkungan, serta kemampuan pengajar itu sendiri untuk melaksanakannya. 69 Atas dasar pertimbangan jumlah siswa, strategi pembelajaran dibedakan menjadi 3 yaitu strategi klasikal, strategi kelompok kecil, dan strategi 66 Abdul Majid, op.cit., hlm Ibid., hlm Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2009), hlm Ibid., hlm. 136

31 53 individu. Adapun atas dasar pertimbangan interaksi guru dengan siswa dibedakan menjadi 2 yaitu strategi tatap muka dan strategi pengajaran melalui media. 70 Pada umumnya strategi pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi empat sistem pembelajaran atau proses pembelajaran, antara lain: a. Enquiry-Discovery Learning adalah belajar mencari dan menemukan sendiri. Dalam pembelajaran ini anak diberi peluang untuk mencari, memecahkan, hingga menemukan jawaban-jawaban dengan menggunakan teknik pendekatan pemecahan masalah (problem solving approach). 71 b. Expository Learning. Dalam sistem ini, guru menyajikan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematis, dan lengkap, siswa tinggal menyimak dan mencernanya saja. c. Mastery Learning yaitu mengusahakan upaya-upaya yang dapat menghantarkan siswa ke arah tercapainya penguasaan tuntas terhadap bahan pelajaran. d. Humanistic Education yaitu upaya-upaya untuk membantu siswa agar dapat mencapai perwujudan dirinya sesuai dengan kemampuan dasar dan keunikkan yang dimilikinya Ibid., hlm Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2007), hlm Yatim Riyanto, op.cit., hlm

32 54 8. Pendekatan Pembelajaran W. Gulo mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran adalah suatu pandangan dalam mengupayakan cara siswa berinteraksi dengan lingkungannya. Sementara Perceival dan Ellington mengemukakan dua kategori pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan pembelajaran berorientasi guru (teacher oriented) dan pendekatan pembelajaran berorientasi siswa (learner oriented). 73 Dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran ialah suatu cara pandang dalam memahami makna pembelajaran. Berbagai pendekatan dalam rangka memahami makna pembelajaran antara lain melalui pendekatan filsafati, pendekatan psikologi, dan pendekatan sistem. Rinciannya adalah sebagai berikut: a. Pendekatan Filsafati terhadap Pembelajaran Terdapat berbagai macam aliran dalam pembelajaran. Setiap aliran filsafat tersebut memiliki konsepsi yang berbeda-beda mengenai pendidikan dan pembelajaran. Konsepsi dan makna pembelajaran berdasarkan pendekatan beberapa aliran filsafat pendidikan itu antara lain: 1) Idealisme: pembelajaran adalah kegiatan tanya jawab antara guru dengan siswa, melatih keterampilan berpikir siswa, serta pemberian teladan dalam hal pengetahuan, nilai, dan moral. Dalam pembelajaran, 73 Eveline Siregar dan Hartini Nara, op.cit., hlm. 75.

33 55 Idealisme menghendaki diaplikasikannya strategi penemuan (discovery) melalui tanya jawab dan berpikir deduktif. 2) Realisme: pembelajaran adalah kegiatan guru menciptakan kondisi lingkungan dengan disiplin tertentu untuk dialami siswa, agar siswa menguasai pengetahuan yang esensial dan terbentuk kebiasaankebiasaan sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan alam serta sosialnya. Realisme menghendaki pembelajaran dan pengelolaan kelas yang berpusat pada guru. 74 3) Pragmatisme: pembelajaran adalah kegiatan guru menfasilitasi dan membimbing siswa belajar memecahkan masalah melalui aktivitas sesuai minat, bakat, dan kebutuhan siswa. Pragmatisme menghendaki pembelajaran yang berpusat pada siswa. 4) Konstruktivisme: pembelajaran ialah kegiatan guru menfasilitasi dan membimbing siswa berpikir agar siswa dapat mengembangkan konsep dan pengertian tentang sesuatu sebagai hasil konstruktif aktif siswa sendiri melalui pengalaman yang sesuai dengan situasi dunia nyata siswa. Bagi penganut konstruktivisme, pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun pengetahuannya sendiri. 75 5) Ekstensialisme: pembelajaran adalah kegiatan guru mendampingi siswa (belajar) berdasarkan minat, bakat, dan kebutuhannya untuk sampai pada penyadaran diri dan mengembangkan komitmen yang 74 Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran., op.cit., hlm Ibid., hlm. 192

34 56 berhasil mengenai sesuatu yang penting dan bermakna bagi eksistensinya. Pada aliran ini, pembelajaran berpusat pada siswa. 6) Filsafat Pendidikan Nasional (Pancasila): pembelajaran adalah interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar lainnya pada suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. b. Pendekatan Psikologi terhadap Pembelajaran Adapun berdasarkan aliran psikologi terdapat tiga aliran pokok di dalam memaknai pembelajaran yaitu: 1) Behaviorisme: pembelajaran adalah kegiatan guru menciptakan kondisi lingkungan sebagai stimulus berupa tugas atau disiplin untuk direspon oleh siswa, yang dilakukan dalam bentuk pembiasaan atau latihan secara rinci. 2) Kognitif: pembelajaran adalah kegiatan guru membimbing siswa melakukan proses internal yang kompleks berupa pemrosesan informasi agar siswa dapat mengembangkan fungsi-fungsi kognitifnya secara optimal. 3) Humanisme: pembelajarabn adalah kegiatan guru menfasilitasi dan membimbing siswa belajar melalui proyek-proyek terpadu yang menekankan pada studi-studi sosial yang didasarkan atas pemuasan kebutuhan dan kepribadian siswa.

35 57 c. Pendekatan Sistem terhadap Pembelajaran Berdasarkan pendekatan sistem, pembelajaran dapat dipandang sebagai suatu keseluruhan terpadu yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berinteraksi secara fungsional dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan Kriteria Keberhasilan Belajar Mengajar Evaluasi kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan proses membandingkan tingkat keberhasilan belajar dan pembelajaran dengan ukuran keberhasilan belajar dan pembelajaran yang telah ditentukan. Penilaian hasil belajar adalah segala macam prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai unjuk kerja (performance) siswa dalam mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang ditetapkan. 77 Terdapat alasan yang menyebabkan pentingnya melakukan evaluasi atau penilaian dalam kegiatan belajar mengajar. Beberapa alasan tersebut antara lain untuk memonitor kemajuan siswa, meningkatkan kualitas intruksional, mempengaruhi persepsi publik tentang keefektifan pendidikan, dan membantu mengevaluasi guru. Penilaian hasil belajar sebagai salah satu komponen dari penilaian, akan lebih efektif bila mengikuti peraturan-peraturan sebagai berikut: a. Jelas merinci hal yang akan dinilai dan menjadi priorotas dalam proses penilaian. 76 Ibid., hlm Eveline Siregar dan Hartini Nara, op.cit., hlm. 144

36 58 b. Suatu prosedur penilaian haruslah diseleksi karena berkaitan dengan karakteristik yang diukur. c. Penilaian yang komprehensif membutuhkan beraneka prosedur. d. Penilaian membutuhkan pengetahuan mengenai keterbatasannya. e. Penilaian merupakan suatu cara untuk mendapatkan apa yang akan diinginkan, bukan akhir dari proses itu sendiri. Adapun tujuan atau fungsi dari evaluasi hasil belajar antara lain: a. Diagnostik: menentukan letak kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar. b. Seleksi: menentukan calon siswa yang dapat diterima dan tidak diterima di sekolah tertentu. c. Kenaikan kelas: menentukan naik atau tidaknya siswa setelah menyelesaikan suatu program pembelajaran. d. Penempatan: menempatkan siswa sesuai dengan kemampuan atau potensi mereka. 78 Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengumpulkan buktibukti kemajuan belajar siswa, yaitu sebagai berikut: a. Penilaian Portofolio Portofolio merupakan kumpulan hasil kerja siswa yang sistematis dalam satu periode. Kumpulan hasil kerja ini memperlihatkan prestasi dan keterampilan siswa. Dalam dunia pengajaran, portofolio adalah bagian integral dari proses pembelajaran. b. Penilaian melalui Unjuk Kerja (Performance) 78 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hlm. 147.

37 59 Penilaian unjuk kerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa. Penilaian dilakukan terhadap unjuk kerja, tingkah laku, atau interaksi siswa. Cara penilaian ini lebih otentik daripada tes tertulis, karena bentuk tugasnya lebih mencerminkan kemampuan yang sebenarnya. c. Penilaian melalui Penugasan (Project) Penilaian melalui proyek dilakukan terhadap suatu tugas yang dilakukan siswa secara individual atau kelompok untuk periode tertentu. Proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman dan pengetahuan siswa dalam bidang tertentu serta mengetahui kemampuan siswa dalam menginformasikan subjek tertentu. d. Penilaian melalui Hasil Kerja (Product) Penilaian hasil kerja adalah penilaian terhadap kemampuan siswa membuat produk-produk teknologi dan seni seperti makanan, pahatan, dan barang logam. 79 e. Penilaian melalui Tes Tertulis (Pencil and Paper) Tes tertulis biasanya diadakan dalam waktu yang terbatas dan dalam kondisi tertentu. Secara umum bentuk-bentuk tes tertulis adalah benarsalah, menjodohkan, pilihan ganda, isian singkat maupun uraian Eveline Siregar dan Hartini Nara, op.cit., hlm Abdul Majid, op.cit., hlm. 345

38 60 D. Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Jawa Tingkat SD/MI Pembelajaran merupakan usaha sistematik yang memungkinkan terciptanya pendidikan. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada lingkungan belajar. 81 Dalam proses belajar bertujuan agar suatu perubahan, yang berarti bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar diharapkan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuan, keterampilan maupun sikapnya. Misalnya seperti dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti, dari ragu menjadi yakin, atau dari tidak sopan menjadi sopan. Salah satu ciri kurikulum pendidikan dasar sembilan tahun adalah adanya mata pelajaran muatan lokal, yang berfungsi memberikan peluang untuk mengembangkan kemampuan siswa yang dianggap perlu oleh sekolah atau daerah yang bersangkutan. Salah satunya adalah pendidikan bahasa daerah, karena bahasa daerah merupakan bahasa ibu peserta didik. 82 Dalam studi kebudayaan (culture), bahasa ditempatkan sebagai sebuah unsur penting selain unsur-unsur lain seperti sistem pengetahuan, mata pencaharian, adat istiadat, kesenian, dan sistem peraturan hidup. 83 Bahasa Jawa adalah bahasa yang memiliki tingkat tutur yang kompleks. Namun demikian, kompleksnya unggah-ungguh Bahasa Jawa adalah suatu kekayaan budaya yang sampai saat ini masih digunakan oleh masyarakat penuturnya. Budaya yang sangat tinggi ini sangat disayangkan jika harus 81 Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam UU Sisdiknas (Jakarta: Depag, 2003), hlm Ibid., hlm Alo Liliweri, Dasar-dasar Komunikasi antar Budaya (Jojakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 132.

DAFTAR PUSTAKA. Ahmad, M Pengembangan Kurikulum. Bandung: Pustaka Setia.

DAFTAR PUSTAKA. Ahmad, M Pengembangan Kurikulum. Bandung: Pustaka Setia. DAFTAR PUSTAKA Ahmad, M. 1998. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Pustaka Setia. Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetyo. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia. Ali, Muhammad. 1992. Strategi

Lebih terperinci

BAB II VARIASI PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB II VARIASI PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR SISWA BAB II VARIASI PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR SISWA A. Variasi Pembelajaran 1. Pengertian Variasi Pembelajaran Membuat variasi adalah suatu hal yang sangat penting dalam mengajar. Yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam pendidikan, kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam pendidikan, kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pendidikan, kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan serta merupakan pedoman bagi pengajar dalam melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 1. Strategi yang dilakukan Guru Fiqh dalam Meningkatkan Prestasi. Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqh

BAB V PEMBAHASAN. 1. Strategi yang dilakukan Guru Fiqh dalam Meningkatkan Prestasi. Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqh BAB V PEMBAHASAN 1. Strategi yang dilakukan Guru Fiqh dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqh Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses sangat menentukan untuk perkembangan individu dan perkembangan masyarakat. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KTSP MATA PELAJARAN PAI SDN WATES 01 WONOTUNGGGAL. A. Pelaksanaan KTSP Mata Pelajaran PAI Kelas VI di SD Negeri Wates

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KTSP MATA PELAJARAN PAI SDN WATES 01 WONOTUNGGGAL. A. Pelaksanaan KTSP Mata Pelajaran PAI Kelas VI di SD Negeri Wates BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KTSP MATA PELAJARAN PAI SDN WATES 01 WONOTUNGGGAL A. Pelaksanaan KTSP Mata Pelajaran PAI Kelas VI di SD Negeri Wates Wonotunggal Batang 1. Perencanaan Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada

BAB II KAJIAN TEORI. ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Implementasi Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia diera global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) a. Pengertian KTSP Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat

Lebih terperinci

MENGINTEGRASIKAN MUATAN LOKAL DALAM KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR

MENGINTEGRASIKAN MUATAN LOKAL DALAM KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR MENGINTEGRASIKAN MUATAN LOKAL DALAM KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR Nurul Hidayati Rofiah, M.Pd.I Program Studi PGSD FKIP UAD Email: nurulhidayatirofiah@ymail.com ABSTRAK Muatan lokal merupakan bahan kajian

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. dokumentasi. Pada uraian ini peneliti akan ungkap dan paparkan mengenai hasil. penelitian yang telah dirumuskan sebagaimana berikut:

BAB V PEMBAHASAN. dokumentasi. Pada uraian ini peneliti akan ungkap dan paparkan mengenai hasil. penelitian yang telah dirumuskan sebagaimana berikut: BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Hasil Penelitian Pembahasan ini akan dilakukan penulis dengan merujuk pada hasil temuan penelitian yang diperoleh dari lapangan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi.

Lebih terperinci

BAB II KURIKULUM MUATAN LOKAL A. PENGERTIAN KURIKULUM MUATAN LOKAL. Prancis kurikulum dikaitkan dengan kata courier yang artinya to run

BAB II KURIKULUM MUATAN LOKAL A. PENGERTIAN KURIKULUM MUATAN LOKAL. Prancis kurikulum dikaitkan dengan kata courier yang artinya to run BAB II KURIKULUM MUATAN LOKAL A. PENGERTIAN KURIKULUM MUATAN LOKAL Secara etimologi, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu curir yang artinya berlari dan curere yang berarti tempat berpacu. Dalam

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RPP BERBASIS KTSP PADA MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL DI TINGKAT SEKOLAH DASAR

PENYUSUNAN RPP BERBASIS KTSP PADA MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL DI TINGKAT SEKOLAH DASAR 1 PENYUSUNAN RPP BERBASIS KTSP PADA MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL DI TINGKAT SEKOLAH DASAR A. PENDAHULUAN Semboyan Bhineka Tunggal Ika sebenarnya mewakili kenyataan kondisi tanah air dan bangsa Indonesia.

Lebih terperinci

MODEL PENGEMBANGAN MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL. SD/MI/SDLB - SMP/MTs/SMPLB SMA/MA/SMALB/SMK

MODEL PENGEMBANGAN MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL. SD/MI/SDLB - SMP/MTs/SMPLB SMA/MA/SMALB/SMK MODEL PENGEMBANGAN MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL SD/MI/SDLB - SMP/MTs/SMPLB SMA/MA/SMALB/SMK PUSAT KURIKULUM, BALITBANG DEPDIKNAS Jl. Gunung Sahari Raya No. 4, Jakarta Pusat Telp. : (62-21)3804248,3453440,34834862

Lebih terperinci

Penggunaan Metode Pembelajaran Inquiry Untuk Meningkatakan Hasil Belajar IPA

Penggunaan Metode Pembelajaran Inquiry Untuk Meningkatakan Hasil Belajar IPA Siti Hairunnisa dan Fitri Hilmiyati 135 Penggunaan Metode Pembelajaran Inquiry Untuk Meningkatakan Hasil Belajar IPA Oleh: Siti Hairunnisa 1 dan Fitri Hilmiyati 2 Abstrak Studi ini dilatarbelakangi oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dapat memberikan hasil belajar yang optimal. 1. strategi pembelajaran itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau

BAB II KAJIAN TEORI. dapat memberikan hasil belajar yang optimal. 1. strategi pembelajaran itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teori 1. Teknik Pembelajaran Pertemuan Ganda a. Pengertian Teknik Pembelajaran Slameto menjelaskan teknik pembelajaran adalah suatu rencana tentang cara-cara pendayagunaan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DIKTAT MENGGUNAKAN PERKAKAS TANGAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL. Artikel. Oleh RIYANTO NIM

PENGEMBANGAN DIKTAT MENGGUNAKAN PERKAKAS TANGAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL. Artikel. Oleh RIYANTO NIM PENGEMBANGAN DIKTAT MENGGUNAKAN PERKAKAS TANGAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL Artikel Oleh RIYANTO NIM. 08503242008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MARET

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam konteks nasional, kebijakan perubahan kurikulum merupakan politik pendidikan yang berkaitan dengan kepentingan berbagai pihak, bahkan dalam pelaksanaannya seringkali

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI KURIKULUM MUATAN LOKAL DI KELAS V SDN SAPURO 05 PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI KURIKULUM MUATAN LOKAL DI KELAS V SDN SAPURO 05 PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2013/2014 BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI KURIKULUM MUATAN LOKAL DI KELAS V SDN SAPURO 05 PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2013/2014 A. Analisis Proses Pembelajaran Muatan Lokal di Kelas V SDN Sapuro 05 Pekalongan Pelaksanaan

Lebih terperinci

EVALUASI PEMBELAJARAN. Sosialisasi KTSP

EVALUASI PEMBELAJARAN. Sosialisasi KTSP EVALUASI PEMBELAJARAN 1 PENGERTIAN TES A. SUHARSIMI ARIKUNTO MERUPAKAN ALAT ATAU PROSEDUR YANG DIGUNAKAN UNTUK MENGETAHUI/MENGUKUR SESUATU DALAM SUASANA, DENGAN CARA DAN ATURAN-ATURAN YANG SUDAH DITENTUKAN

Lebih terperinci

MATERI KULIAH PENGEMBANGAN KURIKULUM MULOK. By: Estuhono, S.Pd, M.Pd

MATERI KULIAH PENGEMBANGAN KURIKULUM MULOK. By: Estuhono, S.Pd, M.Pd MATERI KULIAH PENGEMBANGAN KURIKULUM MULOK By: Estuhono, S.Pd, M.Pd PENGEMBANGAN MODEL KURIKULUM Estuhono, S.Pd, M.Pd I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah, sentralisasi ke desentralisasi, multikultural,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

BAB II KAJIAN TEORI. yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan tentang Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar Slameto menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERLIBATAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN SAINS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONTRASI KELAS IV SDN 181/V INTAN JAYA

MENINGKATKAN KETERLIBATAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN SAINS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONTRASI KELAS IV SDN 181/V INTAN JAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN SAINS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONTRASI KELAS IV SDN 181/V INTAN JAYA Skripsi oleh: MILYATI GJA12D113171 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SD YAYASAN MUTIARA GAMBUT

MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SD YAYASAN MUTIARA GAMBUT MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SD YAYASAN MUTIARA GAMBUT Anifa Alfia Nur Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstract Tugas akhir ini bertujuan untuk mendapat gambaran tentang tingkat kompetensi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. pendidikan. Guru merupakan kunci utama dalam pelaksanaan Kurikulum, maka

BAB V PEMBAHASAN. pendidikan. Guru merupakan kunci utama dalam pelaksanaan Kurikulum, maka BAB V PEMBAHASAN Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah Kurikulum. Perubahan Kurikulum sekolah dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SILABUS DAN RPP

PENGEMBANGAN SILABUS DAN RPP PENGEMBANGAN SILABUS DAN RPP DIAN BUDIANA,M.PD. Disiapkan sebagai Bahan Diklat Sertifikasi Guru dalam Jabatan Pengertian Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok mata pelajaran

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR Nina Sundari 1 ABSTRAK Tujuan artikel ini yaitu untuk mengetahui langkah-langkah dalam

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015

PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015 PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015 Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MEDIA SIMULASI KAMERA DIGITAL MATA KULIAH PENGEMBANGAN MEDIA FOTO

IMPLEMENTASI MEDIA SIMULASI KAMERA DIGITAL MATA KULIAH PENGEMBANGAN MEDIA FOTO IMPLEMENTASI MEDIA SIMULASI KAMERA DIGITAL MATA KULIAH PENGEMBANGAN MEDIA FOTO Andi Kristanto, S.Pd., M.Pd Dosen Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu pendidikan, Universitas Negeri Surabaya andi.unesa@yahoo.com

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh. 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA Oleh Bustaman Asis Abstrak Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas

Lebih terperinci

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2013 PENDIDIKAN. Standar Nasional Pendidikan. Warga Negara. Masyarakat. Pemerintah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Atmodiwiryo,2000:5). Selanjutnya

BAB II KAJIAN TEORITIS. mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Atmodiwiryo,2000:5). Selanjutnya 6 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Dasar Pengelolaan Pembelajaran. Pada dasarnya pengelolaan diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian semua sumber daya untuk

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Aktivitas, Hasil Belajar Siswa, Metode Demonstrasi PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata Kunci : Aktivitas, Hasil Belajar Siswa, Metode Demonstrasi PENDAHULUAN 1 2 1 ABSTRAK Berdasarkan hasil observasi dan data yang diperoleh ternyata hasil belajar siswa rata-rata masih rendah dan sebagian kecil siswa sudah tuntas belajarnya. Penggunaan metode demonstrasi yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Demonstrasi 2.1.1.1 Hakekat Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu istilah yang sering dilontarkan oleh berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap kehidupan suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Cet. 7,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Cet. 7, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penilaian merupakan komponen yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Penilaian merupakan salah satu kegiatan yang harus dilakukan guru dan peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dirasakan oleh setiap warga negara. Dengan adanya pendidikan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dapat dirasakan oleh setiap warga negara. Dengan adanya pendidikan terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Sistematis oleh karena proses

Lebih terperinci

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA KTSP DAN IMPLEMENTASINYA Disampaikan pada WORKSHOP KURIKULUM KTSP SMA MUHAMMADIYAH PAKEM, SLEMAN, YOGYAKARTA Tanggal 4-5 Agustus 2006 Oleh : Drs. Marsigit MA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KTSP DAN

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. gambaran mengenai Implementasi Muatan Lokal Kurikulum Tingkat Satuan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. gambaran mengenai Implementasi Muatan Lokal Kurikulum Tingkat Satuan BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian deskripsi, analisis dan pembahasan telah di paparkan gambaran mengenai Implementasi Muatan Lokal Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam Mewujudkan Pembelajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) 1. APA YANG DIMAKSUD DENGAN KTSP? 2. MENGAPA MUNCUL KTSP? Dra. Masitoh, M.Pd. 3. BAGAIMANA MENGEMBANGKAN KTSP? PENGERTIAN KTSP KTSP adalah kurikulum operasional

Lebih terperinci

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PENCAPAIAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) BIOLOGI SISWA KELAS VIIA DI SMP NEGERI 2 KARTASURA TAHUN AJARAN 2008/2009

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR SISWA DAN METODE PEMBELAJARAN RESITASI. 1. Pengertian Metode Pembelajaran Resitasi

BAB II HASIL BELAJAR SISWA DAN METODE PEMBELAJARAN RESITASI. 1. Pengertian Metode Pembelajaran Resitasi BAB II HASIL BELAJAR SISWA DAN METODE PEMBELAJARAN RESITASI A. Metode Resitasi 1. Pengertian Metode Pembelajaran Resitasi Metode resitasi merupakan salah satu metode pembelajaran yang menekankan pada siswa

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di

BAB V PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di BAB V PEMBAHASAN A. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Tingkat Tsanawiyah Sekolah Pirayanawin Klonghin Witthaya (Patani Selatan Thailand) Pembelajaran atau pengajaran menurut Degeng

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. usaha (Depdikbud, 1997:343). Sedangkan pengertian belajar adalah suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. usaha (Depdikbud, 1997:343). Sedangkan pengertian belajar adalah suatu II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Menurut bahasa pengertian hasil adalah sesuatu yang diperoleh karena adanya usaha

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Hasil penelitian dan pengembangan ini dapat disimpulkan bahwa:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Hasil penelitian dan pengembangan ini dapat disimpulkan bahwa: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Hasil penelitian dan pengembangan ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan produk berupa sumber belajar bentuk majalah untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. 1. menemukan dirinya dalam diri orang lain.

BAB II KAJIAN TEORI. proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. 1. menemukan dirinya dalam diri orang lain. BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Pengertian Pemahaman Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. 1 Menurut Benyamin S. Bloom pemahaman

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KURIKULUM DITINJAU DARI TINGKAT KABUPATEN SAMBAS PADA DAERAH TERTINGGAL DI MADRASAH IBTIDAIYAH KABUPATEN SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PENGEMBANGAN KURIKULUM DITINJAU DARI TINGKAT KABUPATEN SAMBAS PADA DAERAH TERTINGGAL DI MADRASAH IBTIDAIYAH KABUPATEN SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PENGEMBANGAN KURIKULUM DITINJAU DARI TINGKAT KABUPATEN SAMBAS PADA DAERAH TERTINGGAL DI MADRASAH IBTIDAIYAH KABUPATEN SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Aslan 1 aslanmarani@yahoo.com ABSTRAK Pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Hasil belajar siswa yang belajar dikelas eksperimen dengan menggunakan

BAB V PENUTUP. 1. Hasil belajar siswa yang belajar dikelas eksperimen dengan menggunakan 130 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan data dan analisis hasil penelitian dengan menggunakan penerapan metode eksperimen dengan model pembelajaran Konvensional materi bunyi dapat disimpulkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatkan mutu pendidikan adalah menjadi tangung jawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru SD, yang merupakan ujung tombak bagi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Tentang Lembar Kerja Siswa ( LKS ) 1. Pengertian Lembar Kerja Siswa ( LKS ) Kata lembar kerja siswa terdiri dari tiga bagian, lembar, kerja dan siswa. Dalam kamus

Lebih terperinci

BAB VI STANDAR PROSES PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BAHASA ARAB DI MADRASAH IBTIDAIYAH, TSANAWIYAH DAN ALIYAH

BAB VI STANDAR PROSES PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BAHASA ARAB DI MADRASAH IBTIDAIYAH, TSANAWIYAH DAN ALIYAH BAB VI STANDAR PROSES PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BAHASA ARAB DI MADRASAH IBTIDAIYAH, TSANAWIYAH DAN ALIYAH A. Pandangan tentang Pembelajaran Secara prinsip, kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Sains, Teknologi, Ekonomi, Sosial dan Budaya Vol. 2 No. 2 Mei 2018

Jurnal Ilmiah Sains, Teknologi, Ekonomi, Sosial dan Budaya Vol. 2 No. 2 Mei 2018 IMPLIMENTASI PENDEKATAN PSIKOLOGI DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI MAN JANGKA Mulyadi Zakaria Institut Agama Islam Almuslim Aceh ABSTRAK Psikologi pembelajaran merupakan ilmu yang mempelajari tentang tingkah

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN GURU MENGELOLA PEMBELAJARAN TEMATIK MENURUT KURIKULUM 2013 DI SD NEGERI 1 SOPAI KABUPATEN TORAJA UTARA

ANALISIS KEMAMPUAN GURU MENGELOLA PEMBELAJARAN TEMATIK MENURUT KURIKULUM 2013 DI SD NEGERI 1 SOPAI KABUPATEN TORAJA UTARA ANALISIS KEMAMPUAN GURU MENGELOLA PEMBELAJARAN TEMATIK MENURUT KURIKULUM 2013 DI SD NEGERI 1 SOPAI KABUPATEN TORAJA UTARA Thin Ratulangi 1, Nurdin Arsyad 2.Djadir 3 1 Program Studi Pendidikan Matematika,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. a. Pengertian Teknik Pembelajaran Secara Umum. seputar sikap dan perilaku menghadapi siswa. Beliau juga menjelaskan

BAB II KAJIAN TEORI. a. Pengertian Teknik Pembelajaran Secara Umum. seputar sikap dan perilaku menghadapi siswa. Beliau juga menjelaskan 1 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Tinjauan Tentang Teknik Pembelajaran Triad a. Pengertian Teknik Pembelajaran Secara Umum Danie Beaulieu menyatakan bahwa teknik pembelajaran merupakan cara

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh: : JUNI WIHAYANI NIM :

SKRIPSI. Disusun Oleh: : JUNI WIHAYANI NIM : PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MATERI JENIS-JENIS TANAH MELALUI MEDIA KONKRIT PADA SISWA KELAS V MI MA ARIF NU 01 PETAHUNAN KECAMATAN PEKUNCEN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL Husnah Guru SDN 001 Pasar Inuman Kecamatan Inuman husnah683@gmail.com ABSTRAK Penelitian tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awalan men, menjadi mendidik, yaitu kata kerja yang artinya memelihara

BAB I PENDAHULUAN. awalan men, menjadi mendidik, yaitu kata kerja yang artinya memelihara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dari segi bahasa berasal dari kata dasar didik, dan diberi awalan men, menjadi mendidik, yaitu kata kerja yang artinya memelihara dan memberi latihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di antaranya adalah masalah belajar. Permasalahan belajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis dan Hipotesis Tindakan 1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. tujuan pembelajaran tertentu. Oleh karena itu, strategi pembelajaran bukan

BAB II KAJIAN TEORI. tujuan pembelajaran tertentu. Oleh karena itu, strategi pembelajaran bukan BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Strategi Each One Teach One a. Strategi Pembelajaran Secara Umum Jamal Ma mur Asmani menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah serangkaian dan keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian penting dari proses pembangunan nasional yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. 1 Salah satu masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan wadah bagi anak untuk belajar memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan wadah bagi anak untuk belajar memperoleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan wadah bagi anak untuk belajar memperoleh pengetahuan dan mengembangkan berbagai kemampuan dan ketrampilan. Oleh karena itu pendidikan di sekolah

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Yunius, Siti Nuryanti, dan Yusuf Kendek Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

PENERAPAN MUATAN LOKAL DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR (Disampaikan dalam Seminar Internasional di LPMP Padang) Oleh: Zainal Abidin

PENERAPAN MUATAN LOKAL DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR (Disampaikan dalam Seminar Internasional di LPMP Padang) Oleh: Zainal Abidin PENERAPAN MUATAN LOKAL DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR (Disampaikan dalam Seminar Internasional di LPMP Padang) Oleh: Zainal Abidin I. Pendahuluan. Berdasarkan Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang

Lebih terperinci

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THE POWER OF TWO PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI KELAS VIII-B DI SMP NEGERI 1 BOLAANG Tjitriyanti Potabuga 1, Meyko

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran PAI, terhadap

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran PAI, terhadap BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran PAI, terhadap Prestasi Siswa di SMPN se Kabupaten Tulungagung. Temuan dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat

Lebih terperinci

FAKTOR SOSIOLOGIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS X SMA PGRI 1 PADANG

FAKTOR SOSIOLOGIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS X SMA PGRI 1 PADANG FAKTOR SOSIOLOGIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS X SMA PGRI 1 PADANG Desi Kurnia Ningsih 1 Erianjoni, M.Si 2 Erningsih, S.Sos 3 Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KELAS DAN IMPLIKASINYA DALAM PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

PENGELOLAAN KELAS DAN IMPLIKASINYA DALAM PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENGELOLAAN KELAS DAN IMPLIKASINYA DALAM PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Husni El Hilali Abstraksi Pengelolaan kelas memiliki peran yang sangat penting dalam proses pendidikan. Proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA 12 e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA Ponco Budi Raharjo Indri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan, yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politis, keagamaan, intelektual,

Lebih terperinci

MODEL MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL. SD/MI/SDLB - SMP/MTs/SMPLB SMA/MA/SMALB/SMK

MODEL MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL. SD/MI/SDLB - SMP/MTs/SMPLB SMA/MA/SMALB/SMK MODEL MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL SD/MI/SDLB - SMP/MTs/SMPLB SMA/MA/SMALB/SMK DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL JAKARTA TAHUN 2006 DAFTAR ISI Daftar Isi 1 I. PENDAHULUAN 2 A. Latar Belakang 2 B. Landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan yang berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan yang berlangsung di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE DISCOVERY DI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 16 PADANG

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE DISCOVERY DI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 16 PADANG 13-130 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE DISCOVERY DI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 16 PADANG Gusmaweti. Dosen Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana dalam mewujudkan suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penilaian merupakan komponen yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Penilaian merupakan salah satu kegiatan yang harus dilakukan guru dan siswa dari serangkaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari guru, guru merupakan sebagai pendidik atau pelaksana dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari guru, guru merupakan sebagai pendidik atau pelaksana dalam dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor untuk menciptakan sumber daya manusia. Dengan adanya sistem pendidikan yang baik dapat mengembangkan potensi yang ada pada diri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 14 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritis 1.Tinjauan Tentang Kesiapan Sekolah a. Pengertian Kesiapan Sekolah Kesiapan sangat penting untuk memulai suatu pekerjaan karena dengan memiliki kesiapan, apapun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. fisik maupun sosialnya. Ini sesuai dengan yang dikatakan Slameto bahwa

BAB II KAJIAN TEORI. fisik maupun sosialnya. Ini sesuai dengan yang dikatakan Slameto bahwa BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan tentang Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar Proses pembelajaran dikatakan efektif dan efesien apabila seorang guru mampu memiliki metode/strategi pembelajaran yang tepat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembelajaran di SMP Negeri 3 Jati Agung tahun ajaran untuk siswa

I. PENDAHULUAN. pembelajaran di SMP Negeri 3 Jati Agung tahun ajaran untuk siswa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses belajar merupakan hal yang dialami siswa yang merupakan suatu respon terhadap segala cara pembelajaran yang diprogramkan oleh guru dan pengelolaan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. diinginkan untuk siswa dapat diraih dengan baik dan optimal.

BAB II KAJIAN TEORI. diinginkan untuk siswa dapat diraih dengan baik dan optimal. BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Kompetensi Guru Pada dasarnya tugas seorang guru tidak dapat dianggap mudah, karena tugas dan tanggung jawab mereka sangatlah berat. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

Jurnal Geografi Vo.l 3 No. 1 Februari

Jurnal Geografi Vo.l 3 No. 1 Februari ANALISIS PELAKSANAAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X SMA NEGERI DI KOTA PEMATANGSIANTAR Rosni 1 dan Ratih Puspita 2 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

SILABUS SEBAGAI LANDASAN PELAKSANAAN DAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BAGI GURU YANG PROFESIONAL

SILABUS SEBAGAI LANDASAN PELAKSANAAN DAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BAGI GURU YANG PROFESIONAL SILABUS SEBAGAI LANDASAN PELAKSANAAN DAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BAGI GURU YANG PROFESIONAL H. Syaiful Sagala Abstrak Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi

Lebih terperinci

Naskah Publikasi PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN EKSPLORATORY DISCOVERY PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI DEMAKIJO

Naskah Publikasi PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN EKSPLORATORY DISCOVERY PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI DEMAKIJO Naskah Publikasi PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN EKSPLORATORY DISCOVERY PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI DEMAKIJO Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA SEKOLAH DASAR PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA SEKOLAH DASAR Ruslan Siregar Guru SD Negeri 010 Ratu Sima Dumai Selatan siregarruslan972@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS A. Pengertian Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi

Lebih terperinci

Jurnal Thalaba Pendidikan Indonesia Vol. 1, No. 2, September 2017, 13-18

Jurnal Thalaba Pendidikan Indonesia Vol. 1, No. 2, September 2017, 13-18 Jurnal Thalaba Pendidikan Indonesia Vol. 1, No. 2, September 2017, 13-18 PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DAN PEMBERIAN TUGAS BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA 72 Samsul Hadi, S.Ag samsul_hadi@gmail.com

Lebih terperinci

Safrina Yulistiani 1 Prodi Pendidikan Matematika UPGRIS

Safrina Yulistiani 1 Prodi Pendidikan Matematika UPGRIS PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBANTU SOFWARE PREZI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR KELAS VIII SEMESTER II Safrina Yulistiani 1 Prodi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Karena dengan pendidikan jasmani dapat mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL MATA PELAJARAN. Sosialisasi KTSP

PENGEMBANGAN MODEL MATA PELAJARAN. Sosialisasi KTSP PENGEMBANGAN MODEL MATA PELAJARAN 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah, sentralisasi ke desentralisasi, multikultural, mulok B. Landasan UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Pendidikan bertujuan antara lain mengembangkan dan meningkatkan kepribadian individu yang sedang melakukan proses pendidikan. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa, karena pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

Olahairullah. Kata Kunci:Media Penugasan Proyek, Keterampilan Proses Mengkomunikasikan Hasil, Hasil Belajar

Olahairullah. Kata Kunci:Media Penugasan Proyek, Keterampilan Proses Mengkomunikasikan Hasil, Hasil Belajar Efektifitas Penggunaan Penugasan Proyek Dalam Meningkatkan Keterampilan Proses Mengkomunikasikan Hasil Dan Peningkatan Hasil Belajar IPA Terpadu Siswa Kelas VII SMPN 7 Kota Bima Olahairullah Abstrak:Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah usaha yang tidak terlepas dari kehidupan manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya dengan kebutuhan lainnya,

Lebih terperinci