TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam pengalaman sejarah banyak ditemukan bukti-bukti yang mengisahkan
|
|
- Fanny Atmadja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Bawang merah telah dikenal dan digunakan orang sejak beberap ribu tahun lalu. Dalam pengalaman sejarah banyak ditemukan bukti-bukti yang mengisahkan tentang khasiat dan kehebatan tanaman ini. Bangsa Mesir sudah mengenal sejak SM, bangsa Yunani kuno sejak 2100 SM, sedangkan di Israel telah ditemukan sejak 1500 SM. Hal ini dapat diketahui dari bukti-bukti peninggalan sejarah seperti patung, tugu dan batu-batuan pada jaman dinasti Mesir, Yunani kuno, Israel dan lain-lain (Rahayu,1999). Di Indonesia, bawang merah juga merambah ke berbagai daerah sehingga komoditi ini memilliki nama khas di masing-masing daerah. Bahkan di daerah tertentu terdapat beberapa nama panggilan yang beragam. Di Minahasa misalnya, paling tidak terdapat lima panggilan khas untuk bawang merah yaitu isuna, makamu, isuna radang, isuna raidang, isuna mahadong dan jantuna mopura (Rahayu,1999). Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak mencapai cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa perakaran serabut yang tidak panjang dan tidak terlalu panjang ke dalam tanah. Bawang merah adalah tanaman yang tidak tahan kering ( Wibowo, 2008). Bawang merah memang berbeda dengan bawang putih. Daunnya hanya mempunyai satu permukaan, bentuknya bulat kecil memanjang dan berlubang seperti pipa. Bagian ujung daunnya meruncing dan bagian bawahnya melebar
2 seperti kelopak dan membengkak. Kelopak-kelopak daun sebelah luar selalu melingkar dan menutup daun yang ada didalamnya ( Wibowo, 2008). Pada pangkal umbi membentuk cakram yang merupakan batang pokok yang tidak sempurna (rudimenter). Dari bagian bawah cakram ini tumbuh akar-akar serabut yang tidak terlalu panjang. Sedang dibagian atas cakram, di antara bagian daun yang membengkak, terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi tanaman baru. Lalu dibagian tengah cakram terdapat mata tunas utama yang nantinya dari bagia ini dapat muncul bunga ( Wibowo, 2008). Varietas bawang merah yang ditanami di Indonesia cukup banyak macamnya, tetapi umumnya produksi varietas tersebut masih rendah ( kurang 10 Ha ton/ha). Beberapa hal lain yang membedakan varietas bawang merah satu dengan lain biasanya di dasarkan pada bentuk, ukuran, warna, kekenyalan, aroma umbi, umur tanaman, ketahanan terhadap penyakit serta hujan (Rahayu, 1999). Varietas medan banyak ditanam di daerah Samosir, Sumatera Utara. Umur panennya lebih lama dari bima brebes, yakni 70 hari setelah tanam. Jumlah produksi rata-rata 7 ton/ha umbi kering. Susut bobot umbi tergolong tinggi yakni 25% dari bobot panen basah. Varietas ini mudah berbunga. Bunganya berwarna putih (Rahayu, 1999). Bawang merah varietas medan berasal dari daerah samosir, cocok ditanam didaerah dataran rendah maupun dataran tinggi. Varietas ini memiliki karakteristik sebagai berikut: tinggi tanaman berkisar antara 26,9 cm 41,3 cm, jumlah anakan berkisar antara 6-12, daun berbentuk silindris dan berlubang, warna daun hijau, jumlah daun helai dan umur panen 70 hari. Secara
3 alami, tanaman mudah berbunga, yakni pada umur 52 hari. Bunga berkisar antara Jumlah buah pertangkai berkisar antara 60 80, dengan biji berbentuk bulat, gepeng, keriput dan berwarna hitam (Pitojo, 2005). Umbi berbentuk bulat dengan ujung runcing berwarna merah. Produksi umbi kering dapat mencapai 7,4 ton/ha, dengan susut umbi basah menjadi umbi kering sekitar 24,7%. Umbi bawang merah varietas medan cukup tahan terhadap penyakit busuk umbi, namun peka terhadap penyakit busuk daun (Pitojo, 2005). Bawang merah di dataran rendah lebih cepat panen dibandingkan dengan di dataran tinggi. Ciri tanaman siap panen adalah leher batang mengeras dan daun menguning. Panen dilakukan pada saat cuaca cerah dan tanah kering. Panen dilakukan dengan cara mencabut tanaman, kemudian dijemur untuk mendapatkan kadar air umbi 80% ( Landasan Teori Sosial-Ekonomi Pertanian Ekonomi pertanian mencakup analisis ekonomi dari proses produksi (teknis), dan hubungan-hubungan sosial dalam produksi pertanian, serta hubungan antara faktor-faktor produksi, hubungan antara faktor dan hasil produksi. Ilmu ekonomi pertanian sangat erat kaitannya dengan ilmu sosial lainnya yaitu ilmu sosiologi. Faktor-faktor sosiologis, tradisi, moral dan faktor lainya tetap memegang peran penting dalam perilauku manusia (Hanafie, 2010). Pertanian merupakan proses produksi khas yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Kegiatan-kegiatan produksi di dalam setiap
4 usahatani merupakan suatu bagian usaha, dimana biaya dan penerimaan merupakan hal yang harus diperhatikan (Antriyandarti, 2012). Teori produksi menjelaskan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan hasil produksi. Faktor produksi dikenal dengan istilah input, sedangkan hasil produksi disebut sebagai output. Hubungan kedua faktor tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut : Q = f (K,L,N dan T). Dimana Q adalah output, sedangkan K,L,N dan T adalah input. Input K adalah teknologi, L adalah tenaga kerja, N adalah sumberdaya alam dan T adalah teknologi (Wilson, 2007). Soekartawi (2001), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi dikenal pula dengan istilah input dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat menentukan besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi yang dimaksud adalah lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja dan aspek manajemen. Hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) biasanya disebut dengan fungsi produksi atau faktor relationship. Sebagian besar petani indonesia terlibat dalam usahatani atau mikro bisnis pertanian on-farm, baik di subsektor pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Prinsip utama mikro usahatani adalah efisiensi dalam sistem produksi. Mulai dari penggunaan atau kombinasi dan alokasi faktor produksi pertanian dari lahan, tenaga kerja, modal usaha, serta input modern seperti pupuk, pestisida dan herbisida. Aspek best practies menjadi sangat krusial dalam
5 keputusan untuk menggunakan faktor produksi satu yang lebih banyak dibandingkan dengan faktor produksi lainnya. Elemen harga faktor produksi dan harga output dalam proses pengambilan keputusan ekonomi menjadi sangat sentral dalam proses alokasi faktor produksi dan hasil tinggkat produksi yang ingin dipakai (Antriyandarti, 2012). Modal adalah syarat mutlak berlangsungnya suatu usaha, demikian pula dengan usahatani. Menurut Vink, benda-benda termasuk tanah yang dapat mendatangkan pendapatan diangggap sebagai modal. Namun tidak demikian halnya dengan Koens yang menganggap hanya uang tunai saja yang dianggap modal usahatani. Dalam usahatani, keluarga cenderung memisahkan faktor tanah dari alat-alat produksi lainnya. Hal ini dikarenakan belum ada pemisahan yang jelas antara modal usaha dengan modal pribadi (Suratiyah, 2006). Banyak persoalan yang dihadapi oleh petani baik yang berhubungan langsung dengan produksi dan pemasaran hasil-hasil pertaniannya maupun yang dihadapi dalam kehidupannya sehari-hari. Selain merupakan usaha, bagi si petani pertanian sudah merupakan bagian dari hidupnya bahkan suatu cara hidup, sehingga tidak hanya aspek ekonomi saja tetapi aspek sosial dan kebudayaan, aspek kepercayaan dan keagamaan serta aspek-aspek tradisi semuanya memegang peran penting dalam tindakan-tindakan petani. Namun demikian dari segi ekonomi pertanian berhasil tidaknya produksi petani dan tingkat harga yang diterima oleh petani untuk hasil produksinya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi prilaku dan kehidupan petani (Mubyarto, 1984).
6 Petani atau pelaku ekonomi lain pasti bekerja berdasarkan ekspektasi untuk memperoleh tambahan pendapatan yang lebih tinggi. Apabila ekspetasi positif ini tidak terpenuhi, sulit bagi siapapun untuk meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian (Arifin, 2013). Rendahnya kualitas sumberdaya petani merupakan salah satu sebab utama rendahnya produktivitas petani di Indonesia. Kondisi rendahnya mutu sumberdaya manusia tersebut lebih memprihatinkan lagi jika melihat usia para petani. Umur rata-rata petani Indonesia yang cenderung tua sangat berpengaruh terhadap produktivitas pertanian Indonesia. Petani yang berusia tua biasanya cenderung sangat konservatif dalam menyikapi perubahan atau inovasi teknologi (Soetrisno,2002). Umur dan tingkat pendidikan berpengaruh bagi petani dalam mengambil keputusan. Umur muda dan tingkat pendidikan yang tinggi memungkinkan petani lebih dinamis dan lebih dapat menerima inovasi baru. Dengan kondisi tersebut petani mampu mengelola usahatani seoptimal mungkin dengan curahan tenaga fisik yang tersedia (e-journal universitas udayana). Pendidikan dinilai sebagai sarana meningkatkan pengetahuan tentang teknologi pertanian yang baru, karena pendidikan merupakan sarana belajar dimana selanjutnya diperkirakan akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju praktek pertanian modern. Pengalaman seseorang dalam berusaha tani juga dalam menerima inovasi dari luar (Fauzia & Tampubolon, 1991)
7 Keterbatasan teknologi modern dan rendahnya pendidikan petani membuat pola produksi pertanian yang diterapkan sangat sederhana sehingga tidak menghasilkan produksi yang optimal ( Tambunan, 2003). Rendahnya mutu tenaga kerja tidak hanya mengakibatkan rendahnya produktivitas kerja dan penghasilan, tapi juga menyulitkan usaha pemanfaatan sumber daya alam yang melimpah (Soeharsono, 1989). Aspek kelembagaan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertanian dan pembangunan pertanian yaitu administrasi pemerintahan, pendidikan dan penyuluhan, kegiatan gotong royong dan lain-lain faktor sosial budaya yang mempunyai pengaruh dalam pembangunan pertanian (Mubyarto, 1984). Pengembangan sumber daya manusia dalam arti peningkatan kualitas manusia, pada dasarnya harus merupakan suatu rangkaian proses berlanjut dari pendidikan, latihan dan pengembangan yang disesuaikan dengan tuntutan kemajuan ilmu dan teknologi maupun tuntutan pembangunan (Soeharsono, 1989). Pendidikan dinilai sebagai sarana meningkatkan pengetahuan tentang teknologi pertanian yang baru, karena pendidikan merupakan sarana belajar dimana selanjutnya diperkirakan akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju pertanian yang modern (Mosher, 1981). Latar belakang sosial ekonomi dan budaya sangat mempengaruhi cepat atau lambatnya suatu inovasi dapat diterima oleh petani. Beberapa faktor yang penting yang mempengaruhi penerapan inovasi adalah sebagai berikut : umur, pendidikan,
8 keberanian mengambil resiko, pola hubungan masyarakat dengan dunia luar dan sikap terhadap perubahan (Mosher, 1981). Penyuluhan yang merupakan pendidikan non formal. Tujuan dasar penyuluhan adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat sasaran penyuluhan. Penyuluhan adalah merupakan penghubung saluran atau jembatan antara lembaga-lembaga penelitian dengan masyarakat sasaran penyuluhan (Ginting, 2013). Dalam penelitian ini yang di ukur adalah sikap petani dalam menentukan luas tanam usahatani bawang merah. Yang diukur adalah faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi petani dalam menetukan luas tanam usahatai bawang merah. Teori Sikap Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan sedangkan sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada obyek tersebut. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu (Azwar, 2005). Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran (measurement) sikap. Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self-report yang hingga kini dianggap sebagai paling dapat diandalkan adalah dengan menggunakan daftar pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh individu yang disebut sebagai
9 skala sikap. Metode rating yang dijumlahkan populer dengan nama penskalaan model Likert yaitu merupakan metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan ditribusi respons sebagai dasar penentuan skalanya (Azwar, 2005). Skala Likert Skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang terhadap suatu kejadian atau keadaan sosial, dimana faktor yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator faktor kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun itemitem pernyataan. Skala likert memiliki dua bentuk pernyataan, yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. Pernyataan positif diberi skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju, skor 2 untuk tidak setuju, skor 3 untuk jawaban netral, skor 4 untuk jawaban setuju dan skor 5 untuk jawaban sangat setuju. Sementara itu, pernyataan yang negatif diberi skor 5 untuk jawaban sangat tidak setuju, skor 4 untuk tidak setuju, skor 3 untuk jawaban netral, skor 2 untuk jawaban setuju dan skor 1. Kelebihan skala likert dibandingkan dengan model skala sikap lainya adalah (1)skala Likert mudah dibuat dan diterapkan, (2)terdapat kebebasan dalam membuat pernyataan selama pernyataan masih sesuai dengan konteks permasalahan dan indikator, serta (3)mampu memperjelas item pernyataan karena jawaban berupa alternatif (permasalahan) (Umar, 2007).
10 Analisis Jalur Teknik analisis ini akan digunakan dalam menguji besarnya sumbangan (kontribusi) yang ditunjukan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal antar faktor X1, X2, X3 yerhadap Y serta dampaknya kepada Z. Analisis korelasi dan regresi yang merupakan dasar dari perhitungan koefisien jalur. Kemudian, dalam perhitungan jasa komputer dengan menggunakan program SPSS for Windows (Suwarno, 2007). Asumsi-asumsi path analisis antara lain sebagai berikut: 1. Hubungan diantara faktor bersifat linear dan adaptif (mudah menyesuaikan diri) 2. Data yang digunakan berdistribusi normal. 3. Adanya keadaan dimana anak panah mempunyai hubungan satu arah dan tidak boleh terjadi pemuratan kembali. 4. Faktor terikat (endogenus) setidaknya/minimal dalam ukuran interval dan ratio. 5. Mengunakan simple probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Kerangka Pemikiran Dalam melaksanakan usahatani bawang merah, petani dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam menentukan luas tanam usahatani bawang merah. Adapun faktor yang menjadi pertimbangan petani dalam menentukan luas tanam usahatani bawang merah adalah faktor sosial dan faktor ekonomi.
11 Faktor sosial yang dimaksud adalah faktor umur, pendidikan formal, penyuluhan dan inovasi teknologi budidaya yang dikuasai petani. Keempat faktor sosial yaitu umur, pendidikan formal, penyuluhan dan inovasi teknologi budidaya yang dimiliki petani berpengaruh langsung secara simultan maupun secara parsial terhadap keputusan petani untuk menentukan luas tanam usahatani bawang merah yang akan diusahakan. Selanjutnya, faktor umur, pendidikan formal dan penyuluhan secara simultan maupun secara parsial berpengaruh terhadap inovasi teknologi budidaya dan secara tidak langsung melalui inovasi teknologi budidaya yang dikuasai petani berpengaruh terhadap sikap petani untuk menentukan luas tanam bawang merah. Faktor ekonomi yang mempengaruhi petani dalam menentukan luas tanam untuk usahatani bawang merah adalah faktor harga bibit, harga pupuk, harga pestisida, upah tenaga kerja luar keluarga, modal usaha, ketersediaan lahan, harga bawang merah, dan keuntungan usahatani. Faktor harga bibit, harga pupuk, harga pestisida, upah tenaga kerja luar keluarga, modal usaha, ketersediaan lahan, harga bawang merah, dan keuntungan usahatani bawang merah berpengaruh secara simultan maupun secara parsial terhadap keeputusan petani untuk menentukan luas tanam bawang merah. Selanjutnya, faktor harga bibit, harga pupuk, harga pestisida dan upah tenaga kerja luar keluarga secara simultan maupun secara parsial berpengaruh secara tidak langsung terhadap keputusan petani dalam menentukan luas tanam bawang merah melalui modal usaha.
12 Secara singkat dapat dibuat model kerangka pemikiran sebagai berikut: UMUR PENDIDIKAN FORMAL INOVASI TEKNOLOGI PENYULUHAN LUAS TANAM HARGA BIBIT HARGA PUPUK MODAL USAHA HARGA PERTISIDA UPAH TKLK Keterangan : KETERSEDIAAN LAHAN HARGA BAWANG MERAH KEUNTUNGAN USAHA Pengaruh Gambar 1. Model kerangka pemikiran
13 Hipotesis penelitian 1. Faktor sosial (umur, pendidikan formal, penyuluhan, dan inovasi teknologi budidaya), secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan petani dalam menentukan luas tanam bawang merah. 2. Faktor umur, pendidikan formal dan penyuluhan, secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap faktor inovasi teknologi budidaya bawang merah. 3. Faktor ekonomi (harga bibit, harga pupuk, harga pestisida, upah tenagakerja, modal usaha, ketersediaan lahan, harga bawang merah, dan keuntungan usaha) secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan petani dalam menentukan luas tanam bawang merah. 4. Faktor harga bibit, harga pupuk, harga pestisida dan upah tenaga kerja, secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap faktor modal usaha.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Bawang merah telah dikenal dan digunakan orang sejak beberapa ribu tahun yang lalu. Dalam peninggalan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman bawang merah diduga berasal dari daerah Asia Tengah, yaitu sekitar India, Pakistan sampai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya
Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:
Lebih terperinciLampiran 2. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST
38 Lampiran 1. Data Tinggi Tanaman (cm) 2 MST Jumlah Rataan V1 20.21 18.41 25.05 63.68 21.23 V2 22.19 22.80 19.40 64.39 21.46 V3 24.56 23.08 21.39 69.03 23.01 V4 24.95 26.75 23.08 74.78 24.93 V5 20.44
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman bawang merah diyakini berasal dari daerah Asia Tengah, yakni sekitar Bangladesh, India, dan Pakistan. Bawang merah dapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah
Lebih terperinciGambar 1. Bentuk umbi bawang merah
lampiran 1. Deskripsi Peubah Amatan Bentuk umbi (Bulb shape) Bentuk umbi diamati dan diberi skoring sebagai berikut : 1 Flat 2 Flat globe 3 Rhomboid 4 Broad oval 5 Globe 6 Broad elliptic 7 Ovate (elongated
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian
LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Penelitian P1(a) P4 (2) P3 (a) P1 (b) P5 (a) P4 (b) P3 (1) P3 (a) P5 (a) P4 (1) P2 (2) P3 (2) P1 (a) P4 (a) P2 (1) P4 (a) P1 (2) P3 (1) P4 (1) P3 (2) P4 (b) P2 (b) P4 (2) P2
Lebih terperinciPENDAHULUAN. masakan guna menambahkan cita rasa dan kenikmatan makanan. Hampir setiap
PENDAHULUAN Latar Belakang Bawang merah merupakan komoditi hortikultura yang tergolong sayuran rempah. Sayuran rempah ini banyak dibutuhkan terutama sebagai pelengkap bumbu masakan guna menambahkan cita
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.
19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak
Lebih terperinciBlok I Blok II Blok III 30 cm
Lampiran 1. Bagan Lahan Penelitian Blok I Blok II Blok III 30 cm P 0 V 1 P 3 V 3 P 2 V 1 T 20 cm P 1 V 2 P 0 V 1 P 1 V 2 U S P 2 V 3 P 2 V 2 P 3 V 1 B P 3 V 1 P 1 V 3 P 0 V 3 Keterangan: P 0 V 2 P 0 V
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Subdivisio Angiospermae, Klas Monocotyledoneae, Ordo Liliaceae Family:
4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut Subdivisio Angiospermae, Klas Monocotyledoneae, Ordo Liliaceae Family: Liliales, Genus Allium,SpeciesAllium
Lebih terperincihingga dapat mencapai cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut berbentuk silinder berongga yang
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, ordo liliales, famili liliaceae, genus Allium,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Agronomis Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. yang merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain. Bawang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang merah termasuk dalam faimili Liliaceae yang termasuk tanaman herba, tanaman semusim yang tidak berbatang, hanya mempunyai batang semu yang merupakan kumpulan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) termasuk dalam keluarga Leguminoceae dan genus Arachis. Batangnya berbentuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian tentang optimasi penggunaan input produksi telah dilakukan oleh beberapa peneliti pada komoditas lain, seperti pada tanaman bawang merah dan kubis.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium
14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;
Lebih terperinciLampiran 1. Gambar Bagan Lahan Penelitian
Lampiran 1. Gambar Bagan Lahan Penelitian Cabai Merah Cabai Merah + Bawang Merah Cabai Merah Cabai Merah + Bawang Merah Cabai Merah Cabai Merah + Bawang Merah Cabai Merah Cabai Merah + Bawang Merah Cabai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae,
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut, divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, ordo liliales,
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate,
Lebih terperinciLampiran 1. Deskripsi Bawang Merah Varietas Tuk Tuk
Lampiran 1. Deskripsi Bawang Merah Varietas Tuk Tuk Asal : PT. East West Seed Philipina Silsilah : rekombinan 5607 (F) x 5607 (M) Golongan varietas : menyerbuk silang Tipe pertumbuhan : tegak Umur panen
Lebih terperinciLampiran 1. Bagan Penelitian. Ulangan I Ulangan II Ulangan III. Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Bagan Penelitian I II III B2 B3 B6 B0 B1 B4 B6 B5 B1 B1 B0 B3 B4 B2 B5 B3 B4 B2 B5 B6 B0 Lampiran 2. Deskripsi Tanaman Bawang Merah Varietas Kuning Asal : Lokal Brebes Umur : Panen 56 66 hari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap pembangunan di Indonesia,
Lebih terperinciSubdivisio : Angiospemae. : Monocotyledoneae. Spesies : Allium ascalonicum L.
B. Pembahasan Pencandraan adalah teknik penggambaran sifat-sifat tanaman dalam tulisan verbal yang dapat dilengkapi dengan gambar, data penyebaran, habitat, asal-usul, dan manfaat dari golongan tanaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perguruan tinggi adalah bagian integral dari pembangunan nasional dan sangat terkait dengan tujuan pendidikan pada umumnya, yakni dalam rangka mencerdaskan kehidupan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017.
17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017. 3.2 Bahan dan Peralatan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa globalisasi, persaingan antarbangsa semakin ketat. Hanya bangsa yang mampu mengembangkan daya sainglah yang bisa maju dan bertahan. Produksi yang tinggi harus
Lebih terperinciLampiran 1. Tabel Tinggi Tanaman 2 MST (cm) Ulangan
Lampiran 1. Tabel Tinggi Tanaman 2 MST (cm) P0 21.72 20.50 21.20 20.86 21.90 106.18 21.24 P1 20.10 19.60 20.70 20.00 21.38 101.78 20.36 P2 20.20 21.40 20.22 22.66 20.00 104.48 20.90 P3 20.60 23.24 18.50
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. muda. Tanaman ini merupakan herba semusim dengan tinggi cm. Batang
Tanaman bawang sabrang TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi bawang sabrang menurut Gerald (2006) adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Spermatophyta
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember 2016, tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lahan pertanian Universitas Muhamadiyah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Di Indonesia, tanaman jagung sudah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di Indonesia
Lebih terperinciwirausaha manajer dan wirausaha social engineer. Para pelaku wirausaha bisn
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki keragaman budaya. Selain keragaman budaya, penduduk Indonesia juga memiliki beragam mata pencaharian, mulai dari bidang
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian
III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kopi adalah spesies tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea.
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung
25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung dengan dua kali percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian bangsa, hal ini ditunjukkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Sistem pertanian polikultur didefinisikan sebagai sebuah metode pertanian yang memadukan lebih dari 4 jenis tanaman lokal bernilai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Untuk menunjang pembangunan pertanian tidak terlepas dari kemampuan petani dalam menerapkan teknologi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman herbal atau tanaman obat sekarang ini sudah diterima masyarakat sebagai obat alternatif dan pemelihara kesehatan yang
Lebih terperinciI II. Lampiran 1. Bagan Penelitian. 20 cm 75 cm. 20 cm. 50 cm. Keterangan : = tanaman bawang merah di dalam polibag. = ulangan pertama = ulangan kedua
Lampiran 1. Bagan Penelitian I II 20 cm 75 cm 20 cm U 50 cm : = tanaman bawang merah di dalam polibag I II = ulangan pertama = ulangan kedua Lampiran 2. Bagan I IV II III V A 3 A 2 A 3 A 0 A 4 A 0 A 3
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN.. Tinjauan Pustaka Hingga saat ini, cabai masih tergolong primadona hortikultura. Cabai merupakan terna tahunan yang
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 361/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN BAWANG MERAH TUK TUK SEBAGAI VARIETAS UNGGUL
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 361/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN BAWANG MERAH TUK TUK SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Cabai Merah Keriting Cabai merah keriting atau lombok merah (Capsicum annum, L) merupakan tanaman hortikultura sayur sayuran semusim untuk rempah-rempah yang diperlukan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar
21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar Lampung dengan kondisi iklim tropis, memiliki curah hujan 2000 mm/th dan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Varietas Bawang Merah
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Varietas Bawang Merah Salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam usahatani bawang merah adalah bibit. Penggunaan bibit atau varietas unggul akan mampu memberikan
Lebih terperinciVI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI
VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pendapatan Petani Salah satu indikator utama untuk mengukur kemampuan masyarakat adalah dengan mengetahui tingkat pendapatan masyarakat. Pendapatan menunjukkan
Lebih terperinciVIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:
VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51
Lebih terperinciKERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pertanian Padi Organik dan Padi Konvensional Ada dua pemahaman tentang pertanian organik, yaitu pertanian organik dalam arti sempit dan dalam artisan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk,
10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Usahatani Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar yang memberikan kontribusi sebesar 22,74 persen dibandingkan sektor-sektor lainnya, walaupun terjadi sedikit penurunan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peran besar dalam perekonomian di Indonesia. Hal ini dikarenakan pertanian merupakan penghasil bahan makanan yang dibutuhkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Mubyarto (1989) usahatani adalah himpunan dari sumber sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta
TINJAUAN PUSTAKA Monokultur Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini meluas praktiknya
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya adalah komoditas padi, karena komoditas padi sebagai sumber penyediaan kebutuhan pangan pokok berupa
Lebih terperinciANALISIS USAHATANI BAWANG MERAH LAHAN SEMPIT DIBANDINGKAN DENGAN LAHAN LUAS
ANALISIS USAHATANI BAWANG MERAH LAHAN SEMPIT DIBANDINGKAN DENGAN LAHAN LUAS (Studi Kasus : Desa Ujung Saribu, Kecamatan Pematang Silimahuta, Kabupaten Simalungun) Asmui Gabriel Cibro*), Meneth Ginting**),
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Petani dan Usahatani Menurut Hernanto (1995), petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya di bidang pertanian
Lebih terperinciVI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL
VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu diantara tiga anggota Allium yang paling populer dan mempunyai nilai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah merupakan tanaman holtikultura yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia yang digunakan sebagai bumbu masakan dan memiliki kandungan zat yang bermanfaat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan
Lebih terperinciANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Husnarti Agribisnis Faperta Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat Abstrak Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Jambu biji disebut juga Jambu Klutuk (Bahasa Jawa), Jambu Siki, atau Jambu Batu yang dalam bahasa Latin disebut Psidium Guajava. Tanaman jambu biji merupakan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Kemitraan Definisi kemitraan diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui pendekatan edukatif (Subejo, 2010). Pendekatan edukatif diartikan sebagai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Pertanian Penyuluhan merupakan upaya perubahan perilaku manusia yang dilakukan melalui pendekatan edukatif (Subejo, 2010). Pendekatan edukatif diartikan sebagai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian tanaman pangan masih menjadi usaha sebagian besar petani. Di Indonesia sendiri, masih banyak petani tanaman pangan yang menanam tanaman pangan untuk dikonsumsi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman bawang merah diduga berasal dari daerah Asia Tengah, yaitu sekitar India, Pakistan sampai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya penduduk dan tenaga
Lebih terperinciSumber Pustaka Hilman. Y. A. Hidayat, dan Suwandi Budidaya Bawang Putih Di Dataran Tinggi. Puslitbang Hortikultura. Jakarta.
PANEN BAWANG PUTIH Tujuan : Setelah berlatih peserta terampil dalam menentukan umur panen untuk benih bawang putih serta ciri-ciri tanaman bawang putih siap untuk dipanen 1. Siapkan tanaman bawang putih
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar,
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. September 2016 di rumah kasa Growth Center Kopertis Wilayah 1 Sumut-Aceh
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Juni sampai dengan bulan September 2016 di rumah kasa Growth Center Kopertis Wilayah 1 Sumut-Aceh yang berada
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis
16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi. Apabila dikelola secara baik dapat dimanfaatkan devisa Negara. Telah banyak
Lebih terperinciPENYIAPAN BENIH BAWANG MERAH
PENYIAPAN BENIH BAWANG MERAH Oleh : Juwariyah BP3K Garum Indikator Keberhasilan : Setelah selesai mempelajari materi ini peserta diharapkan mampu : a. Menjelaskan kembali tentang persyaratan benih bawang
Lebih terperinciPENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN
PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN David Hismanta Depari *), Salmiah **) dan Sinar Indra Kesuma **) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Bawang Prei Bawang prei merupakan tanaman semusim yang berbentuk seperti rumput. Sistem perakarannya termasuk dalam akar serabut yang terpencar kesemua
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial
TINJAUAN PUSTAKA Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Pada umumnya usahatani padi masih merupakan tulang punggung perekonomian keluarga tani dan perekonomian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Tanaman Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Aspek Agronomi Kakao Tanaman Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditi Perkebunan Unggulan, hal ini tergambar dari
Lebih terperinciBAB II. KERANGKA TEORITIS
2.1. Pendapatan Petani Tembakau 2.1.1. Pendapatan Usahatani BAB II. KERANGKA TEORITIS Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam sekali periode. Pendapatan
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak khas
II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah merupakan ilmu pengetahuan yang mencitrakan (to describe), menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani (wholefarm) adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah,
Lebih terperinciVI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK
VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Komoditas Bawang Merah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditas Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang merupakan anggota Allium yang paling banyak diusahakan dan memiliki nilai ekonomis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor utama yang menunjang perkembangan perekonomian Indonesia. Pada saat ini, sektor pertanian merupakan sektor penghasil devisa bagi
Lebih terperinciVARIETAS BAWANG MERAH LEMBAH PALU, DAPAT MENUMBUHKAN PEREKONOMIAN KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH
VARIETAS BAWANG MERAH LEMBAH PALU, DAPAT MENUMBUHKAN PEREKONOMIAN KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH Oleh : Sri Lestari Utami, PBT Madya pada Direktorat Perbenihan Hortikultura Bawang merah varietas Lembah
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian C3 B1 C1 D2 A2 E2 B3 C2 E3 B2 D3 A1. Keterangan:
Lampiran 1. Layout Penelitian LAMPIRAN C3 B1 C1 D2 E1 A3 D1 A2 E2 B3 C2 E3 B2 D3 A1 Keterangan: A. Pupuk N, P dan K (200 kg/ha Urea + 450 kg/ha ZA + 150 kg/ha SP-36 + 150 kg/ha KCl) B. 1,5 ton/ha Pupuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendapatan rumahtangga petani adalah pendapatan yang diterima oleh rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga petani dapat berasal dari
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Sampai sekarang pengertian bibit masih sering dirancukan dengan pengertian benih (seed) dan tanaman induk
Lebih terperinci