Perekonomian Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perekonomian Indonesia"

Transkripsi

1 MODUL PERKULIAHAN Perekonomian Indonesia Industrialisasi di Indonesia Fakultas Program Studi Pertemuan Kode MK Disusun Oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Akuntansi Abstraksi Modul ini membahas industrialisasi di Indonesia. Secara lebih detail dibahas tentang industrialisasi sektor pertanian, strategi industrialisasi dan gambaran industri di Indonesia. Selain itu juga dibahas kaitan transformasi strukutural/industrialisasi dengan kemiskinan serta pengembangan sektor informal dan UMKM. Kompetensi Mampu menjelaskan tentang: 1. Pengertian Industrialisasi 2. Industrialisasi Sektor Pertanian 3. Strategi Industrialisasi 4. Gambaran Industrialisasi di Indonesia 5. Peran UMKM dalam industrialisasi 6. Hubungan Industrialisasi dengan Kemiskinan

2 Pendahuluan Modul sebelumnya telah membahas tentang transformasi struktural perekonomian. Teori tersebut menjelaskan bahwa seiring adanya pembangunan ekonomi, akan terjadi pergeseran struktur perekonomian dari sektor tradisional ke sektor modern atau dari sektor pertanian ke sektor industri khususnya industri manufaktur. Modul 9 ini akan membahas tentang bagaimana industrialisasi di Indonesia, di mana industrialiasasi merupakan bagian dari proses transformasi struktural perekonomian itu sendiri. Pada awal pembahasan, dijelaskan tentang pengertian industrialisasi. Selanjutnya dibahas tentang proses industrialisasi antara lain industrialisasi sektor pertanian, strategi industrialisasi dan kondisi industrialisasi di Indonesia. Selain itu juga dibahas tentang Peran UMKM dalam industrialisasi dan kaitan antara industrialisasi dengan kemiskinan. Industrialisasi bertujuan agar perekonomian lebih maju. Perekonomian yang lebih maju bisa dilihat dari angka kemiskinan yang rendah. Oleh karena itu modul ini juga membahas tentang kemiskinan dan pengangguran seiring dengan transformasi struktural dalam pembangunan ekonomi. Selain itu juga dibahas tentang pengembangan UMKM dan sektor informal karena dua hal tersebut adalah sektor yang berdasarkan pengalaman lebih kebal terhadap krisis moneter. Konsep Industrialisasi Apa Itu Industrialisasi? Berikut ini adalah beberapa definisi tentang industrialisasi dari beberapa ahli. Dr. TulusT.H. Tambunan: Industrialisasi merupakan suatu proses interaksi antara pengembangan teknologi,inovasi, spesialisasi produksi, dan perdagangan antara negara,yang pada akhirnya sejalan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat mendorong perubahan struktur ekonomi di banyak Negara dari yang terjadinya berbasis petanian menjadi berbasis industri. 2

3 Riedel(1992): Industrialisasi bukanlah merupakan tujuan akhir dari pembangunan ekonomi, tetapi merupakan salah satu strategi yang harus ditempuh untuk mendukung proses pembangunan ekonomi guna mencapai tingkat pendapatan perkapita yang tinggi dan berkelanjutan. Faisal Basri: Industrialisasi,dalam arti luas dipahami sebagai suatu proses yang takterelakkan menuju masyarakat industrial untuk mengaktualisasikan segala potensi yang dimiliki suatu masyarakat dalam upayanya untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dari waktu ke waktu. Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa industrialisasi adalah suatu proses atau strategi dalam pembangunan ekonomi dimana dalam proses tersebut akan terjadi pergeseran perekonomian dimana sektor industri menjadi dominan dan sektor pertanian mulai kurang berperan dalam perekonomian untuk mencapai kehidupan ekonomi yang lebih baik. Apakah negara berkembang harus mengembangkan sektor industri? Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk pada sektor industri lebih bervariasi dan memiliki nilai tambah yang lebih besar sehingga lebih memberikan keuntungan. Selain itu prosesnya secara umum lebih bisa dikendalikan dan tidak tergantung cuaca atau musim. Hal inilah yang membuat sektor industri menjadi semacam pijakan bahwa untuk memajukan perekonomian suatu negara harus memajukan industrinya. Hal ini juga diperkuat dengan fakta bahwa negara-negara barat maju karena mempunyai perindustrian yang kuat pula. Namun demikian, negara berkembang adalah negara yang secara umum bergantung pada sektor primer lebih khusus lagi sektor pertanian. Tentu akan tidak bijaksana jika negara berkembang memajukan sektor industri dan meminggirkan sektor pertanian. Kedua sektor tersebut sangat berkaitan, dimana sektor pertanian yang maju sangat dibutuhkan oleh sektor industri dan sektor industri yang maju akan lebih meningkatkan sektor pertanian. Jadi keberlangsungan program industrialisasi sebetulnya tergantung pula pada perbaikanperbaikan di sektor-sektor lain, dan seberapa jauh perbaikan-perbaikan yang dilakukan mampu mengarahkan dan bertindak sebagai pendorong bagi kemunculan industri-industri baru. Dengan kata lain dalam konteks transformasi struktural, harus tercipta suatu keadaan dimana surplus tenaga kerja di sektor pertanian dapat tertarik ke sektor industri agar sektor 3

4 pertanian menjadi lebih efisien. Sehingga dapat menjadi pasar yang lebih efektif bagi sektor industri. Industrialisasi Sektor Pertanian Sebagaimana kita ketahui bahwa sejak zaman sebelum kemerdekaan, Indonesia memiliki sumber daya alam terutama di sektor pertanian yang cukup melimpah. Hal ini menjadi alasan yang cukup kuat mengapa Indonesia perlu mengembangkan industrialisasi dengan melibatkan sektor pertanian. Namun demikan terdapat beberapa perbedaan pendapat tentang apakah perlu mengembangkan sektor pertanian secara intensif yang nantinya akan mendukung kemajuan sektor industri, atau langsung melompat dengan mengembangkan sektor industri itu sendiri. Negara-negara berkembang pada umumnya cenderung untuk melompat dalam strategi pembangunannya ke industrialisasi. Pemikiran seperti itu juga muncul di Indonesia pada awal tahun 1950-an yang dipelopori oleh Prof. Sumitro melalui Sumitro Plan. Pemikiran ini menjelaskan, bahwa sektor pertanian di Indonesia tidak bisa diharapkan sebagai tumpuan pembangunan. Tumpuan harapan itu adalah sektor industri. Industri merupakan kunci kepada perkembangan ekonomi, karena sektor industri menjanjikan pertumbuhan ekonomi tinggi, sedangkan sektor pertanian hanya memberikan marginal rate of return yang rendah. Dengan perkataan lain, jika pendapatan meningkat, maka bagian pendapatan untuk mengkonsumsi barang-barang industri meningkat, sedangkan untuk pertanian akan menurun. Pengalaman menunjukkan bahwa perkembangan pertanian itu lambat bahkan cenderung stagnan. Lagi pula pembangunan pertanian itu tidak mudah karena hambatan kelembagaan, seperti misalnya terdapat pada sistem sewa tanah yang menyebabkan usaha tani skala kecil yang tidak mampu menjamin keamanan pada kepentingan petani individual. Namun pada masa itu pula muncul pendapat yang berseberangan yang dipelopori oleh Syafruddin Prawiranegara yang membela sektor pertanian. Ia pada dasarnya menganjurkan agar pembangunan ekonomi di Indonesia diawali dan didasari dengan pembangunan pertanian. Alasannya adalah sebagai berikut. 1. Sektor pertanian dapat dijadikan dan seharusnya menjadi basis industrialisasi. 2. Sektor pertanian bisa menghasilkan bahan pangan yang sangat diperlukan oleh penduduk dan merupakan instrumen kebijakan stabilisasi harga dan penolak inflasi. 3. Dalam perdagangan dunia, Indonesia mempunyai keunggulan komparatif di sektor perkebunan yang mampu menghasilkan devisa dalam jumlah besar sehingga mampu memperkuat neraca pembayaran 4

5 Pada awal Orde Baru, tepatnya pada Pelita I, pembangunan lebih dititikberatkan pada sektor pertanian, karena bagaimanapun juga kebutuhan pangan harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum membangun sektor yang lain. Pada Pelita selanjutnya sektor pertanian masih menjadi perhatian, tetapi sektor industri terutama industri manufaktur mulai menjadi prioritas dalam pembangunan. Hasilnya Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat dan diperkirakan Indonesia akan menjadi negara industri baru di kawasan Asia Pasifik. Namun prediksi tersebut mentah setelah terjadinya krisis moneter tahun Perekonomian Indonesia porak-poranda dan sejak pulih dari krisis moneter, Indonesia masih menata lagi perekonomian termasuk sektor perindustrian. Tambunan (2003) menjelaskan bahwa salah satu penyebab krisis ekonomi tahun 1998 adalah kesalahan industrialisasi selama Orde Baru yang tidak berbasis pada pertanian. Hal ini dibuktikan bahwa selama krisis ekonomi sektor pertanian masih mengalami pertumbuhan positif. Pengalaman dari negara maju seperti Inggris dan Jepang menunjukan bahwa proses industrialisasi yang terjadi diawali dengan revolusi di sektor pertanian. Dengan demikian sektor pertanian tidak bisa diabaikan dalam proses industrialisasi, justru sektor pertanian harus diperbaiki untuk mendukung proses industrialisasi. Strategi Industrialisasi Terdapat beberapa strategi dalam menjalankan industrialisasi, dan yang akan dibahas dalam modul ini ada 2 strategi yaitu: 1. Industrialisasi Substitusi Impor 2. Industrialisasi Promosi Ekspor Industrialisasi Substitusi Impor Industrialisasi substitusi impor, dikenal juga dengan istilah strategi orientasi ke dalam atau inward looking strategy, ialah suatu strategi industrialisasi yang mengutamakan pengembangan jenis-jenis industri untuk menggantikan kebutuhan akan impor produkproduk sejenis. Pada tahap-tahap awal, yang dikembangkan biasanya adalah industriindustri ringan yang menghasilkan barag-barang konsumtif. Untuk memungkinkannya tumbuh besar, industri-industri yang masih bayi (infant industri) ini biasanya sangat dilindungi oleh pemerintah dari persaingan tidak setara dari produk-produk impor. Akan tetapi proteksi ini, walaupun bisa menumbuhkannya menjadi besar, acapkali membuat industri yang bersangkutan tidak kunjung dewasa, melainkan justru menjadikannya manja. 5

6 Di Indonesia, sebagaimana halnya di banyak negara berkembang lainnya, sektor industri disiapkan untuk mampu menjadi motor yang menggerakkan kemajuan sektor-sektor lain, diharapkan bisa menjadi sektor yang memimpin (the leading sector). Itulah sebabnya industrialisasi senantiasa mewarnai perjalanan pembangunan ekonomi. Ditinjau berdasarkan pola pengembangannya, industrialisasi kita bermula dari strategi substitusi impor. Kini pola itu beralih ke strategi promosi ekspor. Industrialisasi di Indonesia dimulai dengan pengembangan industri-industri substitusi impor yang berlangsung sepanjang tahun 1970-an hingga pertengahan 1980-an. Strategi ini tentu saja bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap barang-barang impor terutama barang konsumsi. Produk-produk yang dihasilkan terutama adalah barang-barang konsumsi yang sebelumnya diimpor dari luar negeri. Untuk barang-barang impor, dikenakan pajak yang tinggi. Dengan strategi ini diharapkan akan menciptakan kemandirian dalam perekonomian. Industrialisasi Berorientasi Ekspor Sedangkan strategi promosi ekspor, yang kadang-kadang disebut strategi orientasi ke luar atau outward looking strategy, ialah strategi industrialisasi yang mengutamakan pengembangan jenis-jenis industri yang menghasilkan produk-produk untuk diekspor. Strategi promosi ekspor biasanya ditempuh sebagai kelanjutan dari (sesudah keberhasilan) strategi substitusi impor. Hal itu bergantung antara lain pada potensi relatif pasar dalam negeri di negara yang bersangkutan. Industri berorientasi ekspor mulai digalakkan tahun 1980-an menggeser kebijakan industrialisasi substitusi impor. Kebijakan ini diambil karena penerimaan devisa dari ekspor migas mulai turun, sehingga perlu penguatan ekspor dari non-migas salah satunya dari sektor industri. Strategi ini mau tidak mau harus dilaksanakan karena Indonesia harus memperkuat ekspor non-migas jika ingin terselamatkan dari resesi ekonomi dunia pada saat itu. Cara lebih cepat untuk meningkatkan ekspor non-migas adalah dengan mengembangkan industriindustri yang menghasilkan produk berorientasi ekspor. Sayangnya industri yang dibangun bahan bakunya sebagian besar adalah barang impor dan tidak menggunakan hasil dari pertanian. Hal ini menyebabkan ketergantungan terhadap luar negeri masih tinggi dan akhirnya sektor industri harus jatuh ketika krisis ekonomi terjadi tahun

7 Gambaran Industrialisasi di Indonesia Sejarah Industrialisasi Indonesia Sebagaimana dibahas sebelumnya bahwa Indonesia mengalami apa yang disebut dengan industrialisasi.dimulai sejak Orde Lama di mana pemerintah berusaha membangun industri dengan konsep nasionalisasi industri. Artinya dominasi pemerintah sangat besar dan memberikan kesempatan kepada industri dalam negeri. Salah satu ide dari Bung Karno adalah membangun industri bahan dasar yaitu industri pengolahan besi dan baja. Dengan mempunyai industri pengolahan tersebut, untuk membangun industri yang lain akan lebih mudah. Namun usaha membangun industri dengan bekerjasam dengan Uni Soviet terhenti karena peristiwa G 30S/PKI. Proyek tersebut dilanjukan oleh rezim Orde Baru pada tahun 1970-an yang sekarang dikenal sebagai Krakatau Steel. Pada era Orde Baru, industrialisasi mengalami beberapa periode antara lain (1) Rehabilitasi dan Stabilisasi, (2) Boom Minyak, (3) Pasca Boom Minyak, (4) Liberalisasi. Pada era tersebut, terjadi pergeseran strategi indutrialisasi yang awalnya adalah subsitusi impor menjadi promosi ekspor. Selain itu, industri menjadi prioritas dan sektor pertanian mulai agak terabaikan, meskipun sempat mengalami swa sembada beras. Isu-isu tentang nasionalisme dan arus modal asing juga sempat memanas, misalnya adanya peristiwa Malari. Di tahun 1997, krisis ekonomi membuat industri yang dibangun menjadi lumpuh. Di era sekarang, industri tetap dibangun dengan konsep kluster. Artinya ada pengelompokan-pengelompokan baik berdasarkan jenis industri maupun lokasi industri dimana masing-masing memiliki keterkaitan yang kuat. Selain itu, juga mengoptimalkan dan sektor pertanian dan UMKM dalam proses industrialisasi. Peran Industri Terhadap Perekonomian Seiring dengan adanya transformasi struktural, sektor industri masih menjadi sektor yang paling dominan dalam perekonomian Indonesia sampai saat ini. Hal ini terlihat dalam tabel 9.1 yang menggambarkan perbandingan peran antara sektor dalam perekonomian dalam menyumbang PDB secara total dengan data diambil dalam 5 tahun terakhir 7

8 Tabel 9.1.Perbandingan porsi sektor perekonomian terhadap PDB No. Sektor Perekonomian Pertanian 15,3% 14,7% 14,5% 14,4% 14,3% 2 Pertambangan & Penggalian 11,2% 11,8% 11,8% 11,3% 10,5% 3 Industri Pengolahan 24,8% 24,3% 24,0% 23,7% 23,7% 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,8% 0,8% 0,8% 0,8% 0,8% 5 Bangunan 10,3% 10,2% 10,3% 10,0% 10,1% 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 13,7% 13,8% 14,0% 14,3% 14,6% 7 Pengangkutan dan Komunikasi 6,6% 6,6% 6,7% 7,0% 7,4% 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 7,2% 7,2% 7,3% 7,5% 7,6% 9 Jasa-Jasa 10,2% 10,6% 10,8% 11,0% 11,0% Sumber : BPS (diolah) Dari tabel 9.1, terlihat bagaimana sektor industri memberikan porsi hampir seperempat PDB, jauh di atas sektor-sektor lain. Dari tabel tersebut terlihat bahwa sektor industri masih menjadi penyumbang terbesar dalam PDB. Dengan demikian sektor industri memegang peran penting dalam perekonomian di Indonesia. Berdasarkan data BPS, sektor industri sendiri, porsi terbesarnya adalah dari industri makanan minuman dan tembakau, disusul dengan industri angkutan dan alat berat. Namun demikian ada hal yang cukup menarik ketika, porsi sektor industri dalam PDB mengalami tren menurun sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2014 sebagaimana terlihat dalam grafik ,0% 30,0% 25,0% 20,0% 15,0% 10,0% 5,0% 0,0% Grafik 9.1 Perkembangan porsi sektor industri terhadap PDB Sumber: BPS (diolah) 8

9 Tantangan Industrialisasi Saat ini Di era perdagangan bebas seperti ini, daya saing industri mutlak diperlukan agar kita bisa bersaing. Namun justru di era sekarang ini tantangan makin kompleks. Tantangan itu antara lain: Dinamika dalam Sektor Industri, misalnya: ketersediaan tenaga kerja yang berkualitas, belum padunya lembaga-lembaga iptek, persebaran pendapatan dll. Perjanjian internaional yang mengarah pada pengurangan hambatan masuknya barang impor Kebijakan Otonomi daerah yang kadang menimbulkan ketidakselaran antara pemerintah pusat dengan daerah Kurangnya infrastruktur Keterbatasan lahan dan sumber energi Tumpah tindih peraturan Ketergantungan bahan baku dari impor. Kaitan Kemiskinan dengan Industrialisasi/Transformasi Struktural Transformasi struktural adalah proses pembangunan ekonomi, dimana suatu pembangunan ekonomi bertujuan untuk mengurangi kemiskinan termasuk di dalamnya adalah mengurangi pengangguran. Namun apakah dengan adanya proses industrialisasi, kemiskinan dan pengangguran bisa berkurang. Untuk menjawab pertanyaan itu, ada baiknya kita menelaah lagi teori-teori tentang hal tersebut. Pernyataan-pernyataan berikut bisa mempermudah untuk membahas pertanyaan tersebut. Teori transformasi struktural menjelaskan bahwa melimpahnya tenaga kerja di sektor tradisional akan menyebabkan tenaga kerja tersebut berpindah ke sektor modern. Namun apakah sektor modern bisa menyerap semua tenaga kerja dari sektor tradisional? Karena sektor modern tentu saja membutuhkan tenaga kerja yang lebih berkualitas dibandingkan sektor tradisional Industri yang dikembangkan bersifat padat modal atau padat karya. Jika pada karya masih memungkinkan untuk menyerap tenaga kerja dari sektor pertanian, tapi jika sifatnya padat modal maka tidak banyak tenaga kerja yang terserap dari sektor pertanian. Hal ini berpotensi meningkatkan pengangguran dan berakibat pada meningkatnya kemiskinan 9

10 Teori pertumbuhan neoklasik menyatakan bahwa seiring dengan pembangunan ekonomi, ketimpangan akan terjadi dan itu adalah proses alamiah. Namun dalam jangka panjang ketimpangan itu akan berkurang dengan sendirinya dengan tingkat kesejahteraan yang tentunya lebih tinggi. Dengan demikian suatu industrialisasi bukan jaminan untuk langsung bisa mengurangi kemiskinan, karena harus dilihat bagaimana strategi dari industrialisasi tersebut yang disesuaikan dengan karakter perekonomian negara bersangkutan. Beberapa penelitian menjelaskan tentang kaitan antara transformasi struktural dengan kemiskinan yang terjadi di Indonesia. Suselo & Tarsidin (2008) menyatakan bahwa pertumbuhan sektor pertanian, perkebunan dan perikanan memiliki elastisitas yang lebih tinggi terhadap kemiskinan dibandingkan sektor industri. Artinya penurunan pertumbuhan di sektor pertanian, perkebunan dan perikanan sebesar 1 persen akan berdampak besar terhadap kemiskinan, dan kenaikan pertumbuhan di sektor industri pengolahan berdampak kecil pada pengurangan angka kemiskinan. Jika dilihat dari share sektor perekonomian tehadap PDB, ternyata penurunan share sektor pertanian menyebabkan meningkatnya kemiskinan dan peningkatan share sektor industri bisa mengurangi kemiskinan. Kariyasa 1 dalam risetnya menjelaskan bahwa telah terjadi transformasi struktural di Indonesia, tetapi tidak diimbangi dengan penyerapan tenaga kerja di sektor industri. Sri Budhi (2013) melakukan riset tentang faktor-faktor penyebab kemiskinan dengan objek penelitan di Bali. Salah satu faktor yang diuji tersebut adalah share sektor industri dan share sektor pertanian terhadap PDB. Hasilnya ternyata cukup mencengangkan, ketika share sektor industri dan pertanian berdampak berlawanan terhadap tingkat kemiskinan. Share sektor industri yang meningkat justru menaikkan tingkat kemiskinan dan share sektor pertanian yang menurun menyebabkan tingkat kemiskinan juga meningkat. Bisa jadi ada beberapa penelitian lain yang menunjukkan bahwa industrialisasi berpengaruh dalam mengurangi kemiskinan dan memang itu yang seharusnya. Ini yang perlu dikaji lebih lanjut, ada apa dengan proses industrialisasi di Indonesia dan bagaimana seharusnya industrialisasi di Indonesia.. Mengapa Sektor Pertanian kurang Berkembang Pada awal pemerintahan Orde Baru, sektor pertanian menjadi prioritas utama. Namun seiring berjalannya waktu, proses industrialisasi mulai berjalan dan fakta mencatat bahwa share sektor pertanian terhadap PDB makin menurun dan sebaliknya share sektor industri 1 ojs.unud.ac.id/index.php/soca/article/viewfile/4125/

11 manufaktur makin meningkat (lihat modul 8 tentang transformasi struktural). Hal yang serupa juga terjadi pada share tenaga kerja sektoral terhadap tenaga kerja total. Tidak dapat dipungkiri ada beberapa fenomena terkait pembangunan sektor pertanian antara lain: 1. Peningkatan produksi pertanian cenderung menurunkan harga produk pertanian sehingga berdampak pada pendapatan petani 2. Peningkatan produktivitas pertanian tidak selalu disertai dengan peningkatan kesejahteraan petani, justru para pedagang besar yang mengambil keuntungan tersebut. 3. Industrialisasi yang terjadi menurunkan share sektor pertanian terhadap PDB dan menurunkan tenaga kerja di sektor pertanian 4. Pada saat krisis moneter, sektor pertanian masih dalam pertumbuhan yang positif. Artinya sektor pertanian lebih aman terhadap krisis moneter. Dengan adanya hal-hal tersebut maka pemerintah mengambil pilihan untuk membangun industrialisasi dengan kurang membuat sektor pertanian sebagai basis dari sektor industri. Hal ini juga disebabkan oleh resesi ekonomi dunia yang menyebabkan Indonesia harus mmeperkuat ekspor sektor non-migas. Risikonya adalah jika terkena krisis moneter, sektor industri bisa lumpuh karena menggunakan bahan baku yang diimpor dan tidak mengoptimalkan industri yang berbasis pertanian dimana industri tersebut bahan bakunya dari sektor pertanian yang tidak perlu diimpor. Untuk membuat sektor pertanian menjadi basis dalam sektor industri memang tidak mudah. Ada beberapa permasalahan yang dihadapi yaitu: 1. Lahan pertanian yang makin menyempit seiring dengan industrialisasi 2. Kurangnya permodalan atau investasi untuk sektor pertanian 3. Kualitas SDM para petani 4. Teknologi yang masih rendah dalam pengolahan sektor pertanian 5. Pangsa pasar Permasalahan-permasalahan tersebut yang seharusnya diatasi sehingga sektor pertanian masih bisa berkembang dan mampu menjadi pendukung utama bagi sektor industri sehingga industrialisasi bisa berjalan sesuai tujuan awal pembangunan ekonomi yaitu mewujudkan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan sosial. 11

12 Pengembangan Sektor Informal dan UMKM Salah satu dampak dari tidak terserapnya tenaga kerja oleh sektor industri adalah pengangguran. Hal ini karena tenaga kerja tersebut tidak memenuhi kualifikasi di sektor industri, sementara untuk kembali ke sektor pertanian tidak memungkinkan lagi karena lahan pertanian yang menyempit karena industrialisasi. Menata ulang kebijakan sektor pertanian adalah salah satu kebijakan yang bisa diambil. Namun demikian ada hal lain yang bisa dilakukan adalah pembukaan kesempatan lapangan pekerjaan terutama di sektor informal dan UMKM. Industrialisasi yang terjadi pada jaman Orde Baru telah membentuk industri konglomerasi dimana pasar dikuasai oleh segelintir orang. Pengusaha kecil apalagi sektor informal menjadi terabaikan. Padahal krisis yang terjadi pada tahun 2008 menjelaskan bahwa sektor informal, sektor UKM dan permintaan domestik memberikan andil yang cukup besar terhadap selamatnya perekonomian Indonesia dari krisis moneter. Namun demikian bukan berarti sektor informal dan UMKM tak ada permasalahan. Sektor tersebut memang tahan terhadap krisis, tetapi akan menjerit jika terjadi kenaikan BBM. Pengembangan sektor informal dan UMKM bisa dijadikan sebagai solusi alternatif sektor pertanian yang tidak produktif lagi. Pengembangan sektor informal dan UMKM tidak jauhjauh dari bagaimana mengembangkan manajerial, permodalan dan pangsa pasar dari sektor tersebut. Selain itu, sektor informal dan UMKM yang bahan bakunya dari sektor pertanian juga bisa dikembangkan sehingga ada keterkaitan antar sektor (linkage) yang kuat. 12

13 Daftar Pustaka Dumairy. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga Pertanian-di-Indonesia-Sri-Harjadi.pdf ojs.unud.ac.id/index.php/soca/article/viewfile/4125/3112 Sri Budhi, Made Kembar. Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Pengentasan Kemiskinan di Bali: Analisis FEM Data Panel. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan Vol. 6 no. 1 Februari 2013 Tambunan, Tulus. Perekonomian Indonesia. Kajian Teoritis dan Analisis Empiris. Jakarta: Ghalia Indonesia Tambunan, Tulus. Perekonomian Indonesia. Beberapa Masalah Penting. Jakarta: Ghalia Indonesia

Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia MODUL PERKULIAHAN Perekonomian Indonesia Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia Fakultas Program Studi Pertemuan Kode MK Disusun Oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Akuntansi 08 84041 Abstraksi Modul

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dalam suatu negara sangat penting, karena pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal dan mandiri. Pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus dilaksanakan dengan berpedoman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Kewenangan Pemerintah Daerah menjadi sangat luas dan strategis setelah pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan ekonomi, industrialisasi merupakan salah satu tahap perkembangan yang dianggap penting untuk dapat mempercepat kemajuan ekonomi suatu bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti pertumbuhan pendapatan perkapita, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah

BAB I PENDAHULUAN. industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah negara juga dapat digunakan

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA PEREKONOMIAN INDONESIA Modul ke: Industrialisasi Rieke Pernamasari, SE., M.Ak EKONOMI BISNIS Fakultas Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Industrialisasi adalah sistem produksi yang muncul dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. transformasi struktur ekonomi di banyak Negara. Sebagai obat, industrialisasi. ketimpangan dan pengangguran (Kuncoro, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. transformasi struktur ekonomi di banyak Negara. Sebagai obat, industrialisasi. ketimpangan dan pengangguran (Kuncoro, 2007). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sektor Industri merupakan sektor yang menjadi mesin pertumbuhan bagi sebuah perekonomian. Industiralisasi dianggap sebagai strategi sekaligus obat bagi banyak Negara.

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam struktur perekonomian yang diperlukan bagi terciptanya pertumbuhan yang terus menerus. Pembangunan

Lebih terperinci

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bermutu tinggi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang Berkembang (NSB) pada awalnya identik dengan strategi pertumbuhan ekonomi, yaitu usaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA PEREKONOMIAN INDONESIA Modul ke: Suzan Bernadetha Stephani, S.E, M.M EKONOMI BISNIS Fakultas Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA Periode Orde Baru Orde Baru 1966-1998

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki peran penting bagi perekonomian nasional. Berdasarkan sisi perekonomian secara makro, Jawa Barat memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang bahwa industri dipandang sebagai jalan pintas untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang bahwa industri dipandang sebagai jalan pintas untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Belajar dari pembangunan negara maju, muncul keyakinan banyaknegara berkembang bahwa industri dipandang sebagai jalan pintas untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA PEREKONOMIAN INDONESIA Modul ke: TRANSFORMASI STRULTURAL Matsani, S.E, M.M EKONOMI BISNIS Fakultas Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id TRANSFORMASI STRUKTURAL. Transformasi struktural berarti

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Ringkasan Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan, dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam Iaju yang semakin pesat

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengedepankan dethronement of GNP, pengentasan garis kemiskinan,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengedepankan dethronement of GNP, pengentasan garis kemiskinan, 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Paradigma pembangunan modern memandang suatu pola yang berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional yang berfokus pada peningkatan Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi di definisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses 115 V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA 5.1. Pertumbuhan Ekonomi Petumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan proses perubahan PDB dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses perubahan struktural di Indonesia dapat ditandai dengan: (1) menurunnya pangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses perubahan struktural di Indonesia dapat ditandai dengan: (1) menurunnya pangsa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi Indonesia telah berhasil menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi setiap tahunnya. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berlangsung secara terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pemerataan pembangunan ekonomi merupakan hasil yang diharapkan oleh seluruh masyarakat bagi sebuah negara. Hal ini mengingat bahwa tujuan dari pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara yang sedang mengalami proses perkembangan perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan struktur ekonomi pada hal yang paling mendasar.

Lebih terperinci

PERUBAHAN POLA PENGGUNAAN ENERGI DAN PERENCANAAN PENYEDIAAN ENERGI

PERUBAHAN POLA PENGGUNAAN ENERGI DAN PERENCANAAN PENYEDIAAN ENERGI PERUBAHAN POLA PENGGUNAAN ENERGI DAN PERENCANAAN PENYEDIAAN ENERGI Oleh: Agus Sugiyono *) M. Sidik Boedoyo *) Abstrak Krisis ekonomi di Indonesia banyak dipengaruhi oleh ketergantungan industri dan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan atas sumber daya air, sumber daya lahan, sumber daya hutan, sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi yang kuat. Beberapa negara di dunia yang ekonominya kuat umumnya memiliki pondasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kantong-kantong kemiskinan sebagian besar berada di sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. kantong-kantong kemiskinan sebagian besar berada di sektor pertanian. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bukti empiris menunjukkan sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian sebagian besar negara berkembang. Hal ini dilihat dari peran sektor

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Hasalah

1.1 Latar Belakang Hasalah 1.1 Latar Belakang Hasalah Pertumbuhan ekonomi yang dialami oleh hampir semua negara disertai dengan perubahan struktur produksi yaitu menurunnya pangsa sektor pertanian dan meningkatnya pangsa sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola perekonomian yang cenderung memperkuat terjadinya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang bermuara kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda indonesia pada tahun 1998 menunjukkan nilai yang positif, akan tetapi pertumbuhannya rata-rata per

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor keuangan memegang peranan yang sangat signifikan dalam memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sektor keuangan menjadi lokomotif pertumbuhan sektor riil melalui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri perekonomian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar penduduk yang berpenghasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN Disepakatinya suatu kesepakatan liberalisasi perdagangan, sesungguhnya bukan hanya bertujuan untuk mempermudah kegiatan perdagangan

Lebih terperinci

Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di

Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di 120 No. 1 2 3 4 Tabel 3.5 Kegiatan Pembangunan Infrastruktur dalam MP3EI di Kota Balikpapan Proyek MP3EI Pembangunan jembatan Pulau Balang bentang panjang 1.314 meter. Pengembangan pelabuhan Internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian di dalam negeri maupun di dunia internasional. Dampak yang

Lebih terperinci

Herdiansyah Eka Putra B

Herdiansyah Eka Putra B ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR INDONESIA SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE CHOW TEST PERIODE TAHUN 1991.1-2005.4 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta meningkatnya kesejahteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian menjadi salah satu indikator kemajuan suatu daerah. Pembangunan ekonomi daerah tidak hanya bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, melainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi ekonomi dan keberlanjutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM Konsentrasi pembangunan perekonomian Kota Batam diarahkan pada bidang industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Akibat krisis ekonomi dunia pada awal tahun 1997 pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 19/05/14/Th.XI, 10 Mei PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas y-on-y Triwulan I Tahun sebesar 5,93 persen Ekonomi Riau dengan migas pada triwulan I tahun mengalami kontraksi sebesar 1,19

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang punggung perekonomian. Tumpuan harapan yang diletakkan pada sektor industri dimaksudkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah 16 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Ekonomi Pembangunan Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian nasional yang kondisi-kondisi ekonomi awalnya kurang lebih bersifat

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Kerangka kebijakan pembangunan suatu daerah sangat tergantung pada permasalahan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan implementasi serta bagian integral dari pembangunan nasional. Dengan kata lain, pembangunan nasional tidak akan lepas dari peran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana strategis tahun 2010-2014 adalah terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang berperan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang berperan penting terhadap pembangunan perekonomian suatu negara. Struktur perekonomian suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB. Feni Fasta, SE, M.Si SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB. Feni Fasta, SE, M.Si SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA pertanian lanjutan, secara keinambungan dan dengan harga yang stabil, sehingga sektor industri dapat menjadi kuat karena didukung oleh sektor pertanian yang maju, efisien dan tangguh. (5) Dengan pembangunan

Lebih terperinci

KINERJA PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA TIGA PEMERINTAHAN

KINERJA PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA TIGA PEMERINTAHAN Kajian INDEF KINERJA PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA TIGA PEMERINTAHAN Oleh Dradjad H. Wibowo (Ekonom Senior INDEF, Wanhor PAN) Andry Satrio Nugroho (Peneliti INDEF) Nailul Huda (Peneliti INDEF) Izzudin Al Farras

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada umumnya pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara sedang berkembang mempunyai tujuan untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang hasilnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian dewasa ini masih sering dianggap sebagai penunjang sektor industri semata. Meskipun sesungguhnya sektoral pertanian bisa berkembang lebih dari hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pengamatan empiris menunjukkan bahwa tidak ada satupun

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pengamatan empiris menunjukkan bahwa tidak ada satupun BAB I PENDAHULUAN 1.3 Latar Belakang Pada umumnya pengamatan empiris menunjukkan bahwa tidak ada satupun negara yang dapat mencapai tahapan tinggal landas (take-off) menuju pembangunan ekonomi berkelanjutan

Lebih terperinci

Pertumbuhan PDB atas dasar harga konstan tahun 1983

Pertumbuhan PDB atas dasar harga konstan tahun 1983 VIX. KESIMPUL?LN DAN I MPLIKASI 7.1. Kesimpulan 7.1.1. Pertumbuhan PDB atas dasar harga konstan tahun 1983 dalam kurun waktu 1971-1990 sangat berfluktuasi. Tingkat pertumbuhan paling tinggi terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, seperti Indonesia serta dalam era globalisasi sekarang ini, suatu negara tidak terlepas dari kegiatan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 08/02/Th.XVII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN IV TAHUN Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan IV- secara triwulanan (q-to-q) mencapaai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Suryana (2000 : 3), mengungkapkan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan seringkali dikaitkan dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan I-9 Secara tahunan (yoy) perekonomian Indonesia triwulan I-9 tumbuh 4,37%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (5,18%). Sementara secara triwulanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Industri pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Industri pengolahan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Industri menurut BPS (Badan Pusat Statistik) adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN WAROPEN

IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN WAROPEN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN WAROPEN Muhammad Fajar Kasie Statistik Sosial BPS Kab. Waropen Abstraksi Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui deskripsi ekonomi Kabupaten Waropen secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor industri mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Secara umum sektor ini memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan Produk Domestik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). ekonomi. Indikator ini pada dasarnya mengukur kemampuan suatu negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). ekonomi. Indikator ini pada dasarnya mengukur kemampuan suatu negara untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam perspektif yang luas dipandang sebagai suatu proses multidimensi yang mencakup pelbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Kegiatan perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

Lebih terperinci

DAMPAK PERTUMBUHAN INDUSTRI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI KABUPATEN SIDOARJO

DAMPAK PERTUMBUHAN INDUSTRI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI KABUPATEN SIDOARJO Judul : Dampak Pertumbuhan Industri Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di Kabupaten Sidoarjo SKPD : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sidoarjo Kerjasama Dengan : - Latar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih banyak tersedia, perusahaan semakin banyak dan semakin berkembang, taraf

BAB I PENDAHULUAN. lebih banyak tersedia, perusahaan semakin banyak dan semakin berkembang, taraf BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai serangkaian usaha dalam perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonomi sehingga infrastruktur lebih banyak tersedia,

Lebih terperinci