PEDOMAN PEMETAAN GEOSPASIAL JARINGAN LISTRIK 20 kv

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEDOMAN PEMETAAN GEOSPASIAL JARINGAN LISTRIK 20 kv"

Transkripsi

1 PEDOMAN PEMETAAN GEOSPASIAL JARINGAN LISTRIK 20 kv 0

2 Pengantar Penyusunan Pedoman Pemetaan Geospasial Jaringan Listrik 20 kv merupakan inisiatif USAID Indonesia Clean Energy Development II (ICED II) dalam upaya mendukung pemerintah dalam pengembangan energi daerah menggunakan energi setempat. Pedoman ini dapat digunakan untuk penyusunan peta jaringan listrik 20 kv dalam membantu perencanaan elektrifikasi daerah. Buku Pedoman Pemetaan Geospasial Jaringan Listrik 20 kv memberikan informasi tentang proses penyusunan peta 20 kv berdasarkan pengalaman USAID ICED II yang telah melakukan kegiatan ini di tiga provinsi, yakni Aceh, Sumatera Utara dan Riau. Pemetaan Jaringan Listrik 20 kv memerlukan keterlibatan PLN hingga tingkat rayon/ranting guna memperoleh informasi jalur 20 kv serta informasi tambahan yang lebih detail. Selain itu, buku ini juga menjelaskan tahapan digitasi peta dasar hasil masukan dari PLN menjadi format digital (data spasial) sehingga peta dapat dimanfaatkan. Buku Pedoman ini bersifat memberi informasi dan dapat dijadikan referensi dalam perencanaan energi daerah. Dengan tersusunnya peta jaringan listrik 20 kv, para pemangku kepentingan (KESDM, PLN, Pemerintah Daerah dan Kementerian Lembaga) dapat memperoleh gambaran kondisi kelistrikan yang lebih jelas di daerah dengan adanya lokasi jaringan listrik 20 kv Diharapkan pedoman ini dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan energi bersih serta akselerasi elektrifikasi di daerah. Tim Penyusun 1

3 Daftar Isi Pengantar... 1 Daftar Isi... 2 BAB I: Pendahuluan Tujuan Pedoman Maksud Pedoman Penggunaan Pedoman Batasan Definisi Peraturan, Standard dan Aturan yang Berlaku dalam Pedoman... 7 BAB II: Metode dan Tahapan Metode Umum Tahapan Proses: Koordinasi Pemetaan Tahapan Teknis: Detail Pelaksanaan BAB III: Data dan Informasi Sistem Penyaluran Tenaga Listrik Komponen pemetaan jaringan 20 kv Single Line Diagram (SLD) 20 kv Peta Rupa Bumi Indonesia Penggunaaan Software Pemetaan Open Source GIS Software Commercial GIS Software BAB IV: Pelaksanaan Pemetaan Jaringan 20 kv Penggambaran Single Line Diagram (SLD) dalam Peta Rupa Bumi (manual) Penambahan Atribut pada jaringan 20 kv Tahapan Teknis digitasi peta SLD di Peta Rupa Bumi pada QGIS Penyiapan Peta Pemindaian (Scanning) Menggeoreferensikan Hasil Scan (Image Geo Reference) Digitasi 20 kv dalam QGIS (On Screen Digitize) Editing Data Atribute

4 4.3.6 Output hasil pemetaan 20 kv BAB V: Studi kasus Pemetaan jaringan 20 kv Aceh Pemetaan jaringan 20 kv Riau Pemetaan Jaringan 20 kv di Sumatera Utara Daftar Pustaka Lampiran

5 BAB I: Pendahuluan Sistem Informasi Geografis (GIS) telah secara luas digunakan untuk tujuan pemetaan, menganalisa, mengorganisir, dan semua jenis data yang dapat di-interface-kan secara grafis. Dasar struktur GIS adalah database konvensional. Namun, tidak seperti database tradisional, GIS diperkaya dengan atribut spasial (Koordinat Geografis) untuk semua data. Karena setiap record dalam database GIS telah mempunyai koordinat, data dapat dipetakan ke posisi yang benar pada permukaan bumi dan dihubungkan dalam format peta. Salah satu implementasi atau pemakaian GIS yang sangat penting untuk keperluan perencanaan pengembangan, analisa, perbaikan dan pemeliharaan pada sistem kelistrikan adalah untuk pemetaan spatial jaringan distribusi dan jaringan transmisi baik itu untuk tegangan rendah 220 kv, tegangan menengah 20 kv maupun untuk tegangan tinggi hingga mencapai 500 kv. Perlunya pemetaan spatial jaringan kelistrikan ini adalah untuk keperluan perencanaan pengembangan kelistrikan tingkat daerah, regional maupun nasional. Karena adanya kebutuhan dan peningkatan kebutuhan listrik, maka perencanaan yang matang, akurat dan komprehensif untuk pengembangan sistem kelistrikan harus dilakukan dengan mempertimbangkan lokasi geografis jaringan listrik, gardu induk, gardu hubung dan pembangkit yang ada serta rencana lokasi geografis jaringan listrik, gardu induk, gardu hubung dan pembangkit yang akan dibangun. Bagi PLN ditingkat Wilayah dan Pemerintah Daerah, adanya peta GIS jaringan kelistrikan dan pembangkit skala kecil ini akan sangat membantu mereka dalam perencanaan pengembangan kelistrikan tingkat daerah atau regional. Sedangkan bagi PLN ditingkat pusat dan pemerintah, adanya peta ini tentu akan sangat membantu mereka didalam menentukan arah dan strategi pengembangan sistem kelistrikan regional dan nasional. Untuk pengembangan pembangkit listrik yang berbasis energi terbarukan, peta GIS jaringan kelistrikan ini tentu akan membantu semua pihak yang berkepentingan (stakeholder) dalam menentukan arah dan strategi pengembangan energi terbarukan regional dan nasional. Bagi pengembang infrastruktur energi terbarukan swasta, peta GIS ini tentu akan sangat membantu memudahkan mereka untuk mengembangkan pembangkit listrik energi terbarukan komersial skala kecil yang secara teknis dan ekonomis layak dan dapat dintegrasikan dengan jaringan listrik PLN tanpa memberikan dampak negatif kepada jaringan PLN dan pembangkit itu sendiri. Proses perencanaan untuk mengintegrasikan pembangkit listrik energi terbarukan komersial skala kecil ke jaringan listrik harus memperhitungkan beberapa faktor, seperti kapasitas daya yang tersedia/terpasang, teknologi yang digunakan dalam pembangkit, dampak lingkungan, faktor teknis, ekonomi dan lingkungan. Karena sifat umum dari sumber energi terbarukan adalah sangat bergantung kepada lokasi dimana sumber energi terbarukan tersebut tersedia, seperti misalnya tenaga potensial air, tenaga angin, biomassa, biogas dan panas bumi; maka adanya peta GIS akan dapat memudahkan dalam perencanaan jalur evakuasi listrik dari sumber energi terbarukan dengan layak secara teknis dan ekonomis. Karena peta GIS jaringan 20 kv di Indonesia umumnya belum tersedia, sejauh ini hanya 3 propinsi yang telah mengembangkannya yaitu propinsi Aceh, Sumatera Utara (termasuk Pulau Nias), dan Riau, maka diperlukan pedoman atau arahan yang mudah dan praktis yang dapat membantu pelaku utama 4

6 perencanaan pengembangan sistem kelistrikan daerah/regional untuk mengembangkan sendiri peta GIS jaringan listrik Tujuan Pedoman Pedoman ini dibuat untuk memfasilitasi pelaku utama perencanaan pengembangan sistem kelistrikan daerah/regional (PLN pusat/pln regional/wilayah dan pemerintah daerah), dalam mengembangkan peta GIS jaringan listrik dengan mudah, murah dan praktis namun berdaya guna untuk kepentingan perencanaan, analisa, pengoperasian dan pemeliharaan sistem kelistrikan yang ada didaerahnya. Tujuan keseluruhan dari pedoman ini adalah untuk memastikan bahwa setiap pelaku yang terlibat dalam pengembangan dapat mengimplementasikannya tanpa mengalami kesulitan dengan menggunakan peralatan sederhana, perangkat lunak yang berbasiskan open source, dan metode yang tepat Maksud Pedoman Pedoman ini dimaksudkan untuk: (i) menyediakan prosedur yang efisien kepada pelaku yang terlibat dalam pengembangan peta GIS sistem kelistrikan, (ii) menyediakan cara yang murah, mudah dan praktis namun akurat dalam pengembangan peta GIS sistem kelistrikan dengan menggunakan perangkat lunak yang mudah diproleh di pasaran/di internet. Pedoman ini dimaksudkan untuk digunakan oleh PLN Pusat/PLN Regional/PLN Wilayah atau Disribusi dan/atau Pemerintah Daerah (Kabupaten dan Propinsi). Produk dari pelaksanaan pedoman ini adalah Peta GIS sistem kelistrikan setempat yang dapat memberikan informasi yang berguna bagi Pengembang Pembangkit Listrik Komersial yang berbasiskan energi terbarukan untuk merencanakan lokasi pembangkit yang tepat Penggunaan Pedoman Pedoman ini digunakan untuk PLN Pusat/PLN Regional/PLN Wilayah atau Disribusi dan/atau Pemerintah Daerah (Kabupaten dan Propinsi) untuk merencanakan, menganalisa, mengoperasikan dan memelihara jaringan distribusi dan kelengkapannya (Gardu Induk, Gardu Hubung, dll.) 1.4. Batasan Batasan Pedoman ini meliputi: 1. Pedoman ini hanya untuk memetakan Jaringan 20 kv milik PLN serta beberapa kelengkapan jaringan tersebtu seperti Gardu Induk, Gardu Hubung, dll. 2. Pedoman ini menggunakan perangkat lunak jenis Open Source yang bisa di-download secara cuma-cuma di internet. Karena itu tingkat akurasi analisa dan pemrosesan peta sangat bergantung kepada kinerja perangkat lunak yang dipakai. Pedoman ini menggunakan perangkat lunak QGIS (Quantum GIS). 3. Pedoman ini berlaku efektif sejak tanggal ditetapkan. 5

7 1.5. Definisi Fasilitas Penyambungan: Kabel listrik, Tiang Listrik, PMT (Pemutus Tenaga), PMS (Pemisah), dan peralatan terkait (trafo, switchgear, relai, meter, link komunikasi dan peralatan serta perangkat lainnya) yang diperlukan PLT EBT untuk penyambungan ke Sistem Distribusi PLN. Fasilitas penyambungan dapat berada pada kedua sisi Titik Sambung sesuai tujuan dan desainnya. Fasilitas penyambungan dapat terintegrasi atau disediakan secara terpisah dengan Pembangkit Listrik Energi Terbarukan. Jaringan Distribusi: Meskipun sering digunakan secara bergantian dengan istilah Sistem Distribusi, maksudnya secara spesifik merujuk hanya pada Sistem Distribusi. Pedoman: Pedoman Pemetaan Jaringan 20 kv (Dokumen ini). Pembangkit Listrik Energi Terbarukan (PLT EBT): Pembangkit Listrik Tenaga Angin, Surya, Air, Biomassa, Panas Bumi atau Sumber Energi Terbarukan lainnya. Penyambungan atau Sambungan: Penyambungan listrik dari PLT EBT ke Sistem Distribusi PLN. Pengembang, Produsen atau Pemilik: Perusahaan terdaftar untuk tujuan mengembangkan, memiliki dan mengoperasikan Pembangkit Listrik Energi Terbarukan. Peralatan Paralel: Peralatan listrik, biasanya PMT, yang beroperasi atas kendali fungsi sinkronisasi (atau oleh operator berkualifikasi), untuk menghubungkan generator bertegangan ke sistem tenaga listrik bertegangan atau dua sistem tenaga listrik bertegangan satu sama lain. Peralatan atau Sistem Penyambungan: Bagian dari fasilitas penyambungan yang terdiri dari peralatan, perangkat, relai terpasang sebagai fungsi proteksi dan control yang diperlukan sesuai Pedoman, untuk memastikan PLT EBT tidak akan memberikan dampak negatif bagi Sistem Distribusi PLN. PLN Pusat: PLN Kantor Pusat yang membawahi semua PLN Wilayah atau Distribusi PLN Wilayah atau Distribusi: PLN Unit Pelaksana Induk yang meliputi PLN Wilayah dan PLN Distribusi. Sistem Distribusi: Bagian dari sistem tenaga listrik PLN yang menyalurkan listrik dari transmisi ke pelanggan. Ini mencakup, tetapi tidak terbatas pada, trafo, konduktor, kabel, sakelar, sekering dan PMT yang digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik pada tegangan 20 kv atau lebih rendah. Sistem Distribusi Radial: Sistem distribusi dimana penyulang secara radial berasal dari gardu induk atau gardu distribusi, dan tenaga listrik mengalir ke penyulang utama dan kemudian ke cabang-cabang penyulang untuk memasok beban pelanggan. Peralatan proteksi dan kontrol 6

8 harus didesain untuk aliran tenaga listrik radial. PLT EBT yang diusulkan dengan output daya listrik melebihi beban total pada Sistem Distribusi Radial akan menghasilkan aliran reverse power yang dapat menyebabkan perangkat kontrol dan proteksi tidak bekerja dengan baik. Sistem Distribusi yang dimiliki PLN umumnya seperti ini Peraturan, Standard dan Aturan yang Berlaku dalam Pedoman Permen No. 4/ESDM/2009 tentang Aturan Distribusi Tenaga Listrik, Bab IV Aturan Penyambungan, menetapkan persyaratan umum untuk pembangkit listrik skala kecil dan menengah yang dihubungkan ke Sistem Distribusi. Aturan Penyambungan ini juga menguraikan prosedur umum untuk penyambungan pembangkit listrik skala kecil dan menengah ke Sistem Distribusi. Pedoman ini disusun berdasarkan Aturan Distribusi Tenaga Listrik untuk memberikan prosedur persiapan, review, dan persetujuan aplikasi penyambungan, dan persyaratan teknik yang lebih rinci untuk Pembangkit Listrik Energi Terbarukan. Untuk standar keamanan dan proteksi yang tidak tercakup dalam Aturan Distribusi Tenaga Listrik, Standar PLN (SPLN), atau Standar Nasional Indonesia (SNI), Pedoman mengadopsi dan memodifikasi aturan internasional yang sesuai untuk Sistem Distribusi PLN. Standar yang digunakan atau diadopsi dalam Pedoman ini meliputi Aturan Distribusi Tenaga Listrik, SPLN, SNI, Standar Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE), International Electrotechnical Commission (IEC), Underwriters Laboratories, Inc. (UL), dan California Model Electric Rule 21, untuk Fasilitas Interkoneksi Pembangkit Listrik. 7

9 BAB II: Metode dan Tahapan 2.1. Metode Umum Saat ini, pemetaan jalur transmisi dan distribusi listrik umumnya digambarkan dalam bentuk Diagram Garis Tunggal (Single Line Diagram). Single Line Diagram sendiri merupakan gambaran rangkaian sederhana jalur tiga fasa PLN dari sumber listrik (generator) ke beban /pengguna (user). Adanya Single Line Diagram tentunya sangat membantu untuk mengetahui logika sirkuit listrik melalui rangkaian komponen pembentuknya. Namun, Single Line Diagram tidak disertai dengan referensi jarak komponen-komponen sirkuit di dalamnya. Salah satu komponen sirkuit yang menjadi fokus dalam panduan ini adalah Single Line Diagram 20 kv yang menjadi jalur distribusi terakhir dari pembangkit ke pengguna (user). Single Line Diagram mencantumkan posisi jalur 20 kv yang langsung terhubung ke pengguna. Meski secara umum manfaat peta 20 kv dalam Single Line Diagram dapat dirasakan, namun tanpa referensi jarak yang benar, peta 20 kv kurang bisa dimanfaatkan untuk tujuan- tujuan tambahan. Misalnya: memperhitungkan jarak potensi pembangkit baru ke jalur transmisi dan distribusi terdekat, memudahkan studi interkoneksi, maupun memperkirakan biaya elektrifikasi berdasarkan jarak ke jalur 20 kv terdekat. Dengan menambahkan fitur jarak (geo-reference) serta penambahan atribut (data-data) dari komponen-komponen yang ada dalam Single Line Diagram, manfaat-manfaat tambahan dapat diperoleh oleh pengguna peta ini. Peta jalur transmisi dan distribusi 20 kv yang dilengkapi dengan atribut akan membantu PLN dalam melakukan manajemen aset, database transformasi dan distribusi termasuk analisis drop tegangan (voltage drop), membantu perencanaan elektrifikasi serta membantu menentukan titik interkoneksi terdekat yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkit baru. 8

10 Jalur 20 kv 3 fasa Menyusun Diagram Satu Garis 20 kv Status: Telah Dilakukan Geo-Reference 20 kv ke Peta Dasar Status: Sedang Dilaksanakan Diagram Satu Garis 20 kv Peta Dasar Untuk dapat melakukan pemetaan 20 kv, tentunya diperlukan koordinasi maupun pendekatan teknis yang tepat, agar peta 20 kv yang disusun dapat memberi manfaat kepada penggunanya. 9

11 2.2. Tahapan Proses: Koordinasi Pemetaan Pertemuan dengan PLN Wilayah FGD Melibatkan PLN Rayon/ Ranting Digitasi Peta Hasil FGD Penyampaian Hasil Kepada PLN Wilayah Untuk melakukan pemetaan, koordinasi dengan pihak-pihak pemangku kepentingan sangat diperlukan. PLN Wilayah merupakan pemangku kepentingan utama dalam upaya penyusunan peta 20 kv. Sebagai langkah awal, diperlukan pertemuan awal dengan PLN Wilayah untuk menyampaikan gambaran kegiatan pemetaan 20 kv. Setelah mendapatkan persetujuan dari PLN Wilayah, keterlibatan perwakilan PLN Rayon/ Ranting dalam penyusunan 20 kv sangat dibutuhkan, mengingat bahwa PLN Rayon/Ranting yang mengetahui jalur 20 kv di daerah. PLN Wilayah dapat melayangkan undangan kepada PLN Rayon/Ranting untuk menghadiri FGD penyusunan peta 20 kv. FGD ini menghadirkan peserta dari seluruh PLN Rayon/Ranting dalam suatu Wilayah PLN untuk mulai menggambarkan jalur 20 kv di atas peta dasar (base map) yang telah disediakan. Setelah pelaksanaan FGD, hasil pemetaan manual di atas peta dasar memasuki tahap digitasi agar peta dasar tersebut dapat digunakan dapat dikonversi ke pemetaan digital. 10

12 Hasil pemetaan digital dari peta 20 kv harus diserahkan dan disampaikan kembali kepada PLN Wilayah beserta PLN Ranting/Rayon. Hal ini dimaksudkan agar para pemangku kepentingan ini dapat memperoleh gambaran tentang peta 20 kv di daerah masing-masing serta memberi masukan terhadap hasil digitasi peta 20 kv Tahapan Teknis: Detail Pelaksanaan Pendekatan umum dalam penyusunan 20 kv yang digunakan ditunjukkan pada gambar berikut: 11

13 BAB III: Data dan Informasi 3.1 Sistem Penyaluran Tenaga Listrik Secara sederhana, penyaluran tenaga listrik mulai dari pusat pembangkit tenaga listrik sampai ke konsumen melalui beberapa tahapan, yang dapat dijelaskan dalam gambar di bawah. Transmisi Distribusi Pusat Pembangkit Gardu Induk Gardu Induk Beban Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pusat pembangkit listrik dinaikkan tegangannya oleh gardu induk dan disalurkan melalui sistem transmisi tegangan tinggi dengan tegangan antara kv. Tenaga listrik kemudian diturunkan tegangannya oleh gardu induk menuju sistem distribusi secara bertahap melalui jaringan distribusi tegangan menengah 20 kv dan selanjutnya diturunkan kembali tegangannya melalui jaringan distribusi tegangan rendah 220/380 V untuk disalurkan ke konsumen/beban. Dalam upaya pengembangan energi terbarukan menjadi sumber energi primer pembangkit listrik, kehandalan sistem distribusi dan jaraknya terhadap pembangkit listrik energi terbarukan menjadi hal yang penting seiring dengan pertumbuhan jumlah pembangkit listrik energi terbarukan yang lokasinya tersebar. Kondisi ini memerlukan kajian kelistrikan sehubungan dengan beberapa pilihan titik interkoneksi dan titik jual energi listrik pada sistem jaringan distribusi milik PLN. Sistem distribusi merupakan wilayah kerja dari PT PLN Regional. Dalam menyalurkan tenaga listrik ke pusat beban, suatu sistem distribusi harus disesuaikan dengan kondisi setempat dengan memperhatikan faktor beban, lokasi beban, perkembangan dimasa mendatang, kehandalan serta nilai ekonomisnya. Informasi lebih detail terkait skema interkoneksi grid PLN dapat dijelaskan dalam Gambar 2. Berdasarkan tegangan pengenalnya sistem distribusi dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1. Jaringan tegangan primer atau Jaringan Tegangan Menengah (JTM), Yaitu berupa saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) atau Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM). Jaringan ini menghubungkan sisi sekunder trafo daya di Gardu Induk menuju ke Gardu Distribusi, besar tegangan yang disalurkan adalah 6 kv, 12 kv atau 20 kv hingga 70 kv. 2. Jaringan tegangan sekunder atau Jaringan Tegangan Rendah (JTR), Yaitu salurannya bisa berupa SKTM atau SUTM yang menghubungkan Gardu Distribusi/sisi sekunder trafo distribusi ke konsumen. Tegangan sistem yang digunakan adalah 220 Volt dan 380 Volt. 12

14 3.2 Komponen pemetaan jaringan 20 kv Dalam melakukan pemetaan jaringan distribusi 20 kv dibutuhkan sedikitnya dua komponen utama sebagai referensi yaitu Single Line Diagram (SLD) 20 kv dan Peta Rupa Bumi Single Line Diagram (SLD) 20 kv Secara umum, PLN mendefinisikan Single Line Diagram (SLD) sebagai diagram garis tunggal. Terkait dengan jaringan distribusi 20 kv, maka SLD 20 kv merupakan diagram diagram garis tunggal yang menunjukkan sistem jaringan distribusi tegangan menengah 20 kv. Pada umumnya, SLD 20 kv dapat diperoleh di tingkat PLN Ranting. Contoh SLD 20 kv ditunjukkan dalam gambar di bawah. 13

15 Single Line Diagram (SLD) 20 kv pada PLN Ranting Elemen pada Single Line Diagram 20 kv hanya menjelaskan tahapan distribusi tenaga listrik secara berurutan, tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai ukuran fisik atau posisi di lapangan seperti yang dapat dilihat pada gambar di bawah. 14

16 Sampai saat ini, belum tersedia database berbasis spasial dari jaringan distribusi 20 kv PLN di tingkat propinsi dan/atau kabupaten di luar pulau Jawa yang dimiliki oleh PLN. Dalam perencanaan listrik, informasi spatial mutlak diperlukan. Untuk itu, perlu dilakukan pemetaan jaringan distribusi 20 kv berbasis spasial. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengintegrasikan dokumen Single Line Diagram 20 kv dan peta rupa bumi buatan Badan Informasi Geospatial (BIG/Dahulu Bakosurtanal). 15

17 3.2.2 Peta Rupa Bumi Indonesia Menurut Badan Informasi Geospatial, Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) merupakan peta topografi yang menampilkan sebagian unsur-unsur alam dan buatan manusia di wilayah Indonesia. Unsurunsur kenampakan rupabumi dapat dikelompokkan menjadi 7 tema, yaitu: 1. Tema 1: Penutup lahan: area tutupan lahan seperti hutan, sawah, pemukiman dan sebagainya 2. Tema 2: Hidrografi: meliputi unsur perairan seperti sungai, danau, garis pantai dan sebagainya 3. Tema 3: Hipsografi: data ketinggian seperti titik tinggi dan kontur 4. Tema 4: Bangunan: gedung, rumah dan bangunan perkantoran dan budaya lainnya 5. Tema 5: Transportasi dan Utilitas: jaringan jalan, kereta api, kabel transmisi dan jembatan 6. Tema 6: Batas administrasi: batas negara provinsi, kota/kabupaten, kecamatan dan desa 7. Tema 7: Toponim: nama-nama geografi seperti nama pulau, nama selat, nama gunung dan sebagainya Peta RBI tersedia dalam skala 1: , 1:50.000, 1: , dan 1: Skala peta menunjukkan perbandingan jarak peta dengan jarak yang sebenarnya. Sebagai contoh, dalam skala 1:50.000, jarak 1 cm pada peta setara dengan cm atau 500 meter di lapangan. Semakin kecil angka yang tertera dalam skala menunjukkan tingkat keakuratan yang lebih tinggi. Peta dengan skala 1: lebih akurat dibandingkan peta skala 1: Kegiatan pemetaan jaringan distribusi 20 kv akan optimal dengan menggunakan peta rupa bumi dalam skala 1: Sebagai alternatif, dapat juga digunakan peta dengan skala 1: yang memiliki tingkat keakuratan lebih tinggi. Pada umumnya, peta di pulau Jawa tersedia hingga skala 1:25.000, sementara peta di luar pulau Jawa tersedia hingga skala 1: Informasi lengkap tentang peta rupa bumi dalam skala 1: dapat dilihat dalam Pedoman SNI :2010 tentang spesifikasi penyajian peta rupa bumi skala 1: Peta Rupa Bumi Indonesia dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh secara terbuka melalui Badan Informasi Geospasial (dahulu Bakosurtanal), atau juga dapat diunduh dalam bentuk softcopy pada situs tanahair.indonesia.go.id. Peta rupa bumi dengan skala 1: dalam bentuk hardcopy inilah, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5, yang akan menjadi dasar dalam melakukan pemetaan jaringan distribusi 20 kv secara spasial. 16

18 Peta Rupa Bumi dengan skala 1: dari Badan Informasi Geospasial 3.3 Penggunaaan Software Pemetaan Dalam mengolah hasil pemetaan yang diperoleh secara hardcopy menjadi softcopy, diperlukan penggunaan software pemetaan yang dikenal dengan Geographic Information System (GIS). Secara umum, terdapat dua jenis pilihan GIS software yang tersedia, yaitu open source GIS software dan commercial GIS software Open Source GIS Software Open source GIS software merupakan perangkat lunak pemetaan yang dapat diakses secara terbuka oleh masyarakat umum dan dapat diperoleh secara gratis. Contoh open source GIS umum digunakan adalah QuantumGIS (QGIS) dan MapWindow. 17

19 Menurut TechnoGIS Indonesia, kelebihan dan kekurangan open source GIS software dtunjukkan dalam tabel di bawah. Kelebihan dan kekurangan open source GIS software Kelebihan Kekurangan 1. Pengembangan di dukung oleh komunitas, sehingga ketika ada bug pada software akan segera di atasi. 2. Software yang ditawarkan relatif lebih ringan, tools yang tersedia lebih sederhana, dan biasanya support di instal pada semua platform. 3. Dapat digunakan pada banyak device, tidak bergantung pada lisensi terbatas. 1. Fitur yang ditawarkan tidak sebanyak atau secanggih perangkat berbayar. 2. Tidak jarang banyak pengguna yang kebingungan ketika menggunakan perangkat open source untuk pertama kali, terlebih bagi pengguna yang sudah mencoba aplikasi berbayar sebelumnya. 3. Biasanya pengolahan terbatas hanya di vektor atau raster saja. Walaupun ada beberapa perangkat open source (seperti QGIS) yang dapat digunakan untuk mengolah kedua jenis data, namun biasanya masih terfokus ke salah satu (pengolahan vektor lebih stabil dan baik dibandingkan tool raster atau sebaliknya). 4. Pengguna harus aktif, ketika tool untuk mengeksekusi tidak tersedia, maka harus mencari informasi mengenai ekstensi yang dibutuhkan dan menginstalnya pada perangkat open source. Dalam pemetaan jaringan distribusi tegangan menengah 20kV, dengan mempertimbangkan kelebihan serta kemudahan akses, disarankan untuk menggunakan QGIS. 18

20 3.3.2 Commercial GIS Software Commercial GIS software merupakan perangkat lunak pemetaan yang hanya dapat diakses apabila mempunyai lisensi berbayar. Contoh commercial GIS software yang umum digunakan adalah ArcGIS, Global Mapper, MapInfo, ErMapper. Menurut TechnoGIS Indonesia, kelebihan dan kekurangan commercial GIS software dtunjukkan dalam Tabel 1. Kelebihan dan Kekurangan Commercial Source GIS Software Kelebihan Kekurangan 1. Memiliki kemampuan yang baik, seperti perangkat yang ditawarkan memiliki tool yang lengkap untuk menangani berbagai proses dan di buat seotomatis mungkin. 2. Dapat mengolah data vektor maupun raster menggunakan satu perangkat, dengan proses yang bervariasi dan kompleks sekalipun. 3. Fitur yang dibawa lengkap dan banyak, disamping itu interface yang diberikan menarik dan mudah untuk dioperasikan. 1. Harga sangat mahal 2. Lisensi yang diperoleh dari pembelian hanya terbatas untuk satu atau beberapa device saja. 3. Jika ada bug pada perangkat, harus menunggu versi update oleh perusahaan sehingga tidak dapat teratasi dengan cepat. 4. Biasanya software berbayar tidak selalu compatible dengan semua platform. Misalnya ArcGIS, belum mengeluarkan versi Linux. 19

21 BAB IV: Pelaksanaan Pemetaan Jaringan 20 kv 4.1 Penggambaran Single Line Diagram (SLD) dalam Peta Rupa Bumi (manual) Single Line Diagram 20 kv ialah gambar Jaringan Penyulang (Feeder) yang dimiliki oleh PLN untuk informasi jaringan dari Gardu Induk. Namun SLD ini belum tergeoreferensi, oleh karenanya perlu digambarkan secara manual dalam Peta Rupa Bumi (1: dari Bakosurtanal) dan diberi referensi geografisnya dan digitasi agar terdapat peta jaringan 20 kv dalam GIS dan dapat digunakan untuk berbagai macam kebutuhan. 20

22 Penggambaran SLD dalam peta rupa bumi 1: dilakukan secara manual seperti gambar di bawah. Gambar Single Line Diagram diterjemahkan ke dalam peta dan digambarkan garisnya di peta oleh pihak PLN dan warnanya disesuaikan dengan feeder (penyulang) dan perlu ditambahkan data yang lain pelengkap atribut jaringan 20 kv tersebut sesuai kebutuhan. 21

23 4.2. Penambahan Atribut pada jaringan 20 kv Atribut/data/informasi pada jaringan 20 kv didapat dari informasi pada segmen Single Line Diagram (SLD) dan sebaiknya di tambahkan pada saat penggambaran 20 kv manual di peta Rupa Bumi, namun hal ini tergantung pada kebutuhan kedalaman informasi 20 kv yang diinginkan. Atribut yang mutlak harus ada ialah segmen jaringan tersebut ada di feeder/penyulang mana dan panjangnya (peyulang dan panjang). Sedangkan contoh atribut jaringan yang lainnya ialah jenis kabel, jumlah phasa, asal gardu, dan lainnya seperti contoh di samping. 4.3 Tahapan Teknis digitasi peta SLD di Peta Rupa Bumi pada QGIS Penyiapan Peta Peta yang perlu disiapkan ialah Peta Rupa Bumi yang telah digambar Single Line Diagram Jaringan 20 kv nya seperti gambar di bawah. 22

24 Pemindaian (Scanning) Siapkan peta rupa bumi yang telah siap untuk proses scan. Metode scan secara lurus dan ukuran sesuai ukuran peta 1: tanpa perlu dikompres. Output scanning adalah file.jpg resolusi tinggi yang memperlihatkan seluruh peta sesuai ukuran asli. Hasil scan seperti gambar di bawah: Tahap selanjutnya ialah memproses hasil scan ke dalam QGIS. 23

25 Menggeoreferensikan Hasil Scan (Image Geo Reference) Setelah dilakukan pemindaian, kemudian dilakukan georeferensi peta hasil scan tersebut dalam software GIS. Dalam panduan ini dilakukan pemetaan menggunakan sumber tidak berbayar (Open Source) yakni aplikaksi Quantum Geographic Information System atau di singkat QGIS. Untuk menggeoreferensikan hasil scan agar masuk GIS tahapannya ialah sebagai berikut: Buka QGIS dan pilih New Project pada kolom project. Kemudian Klik Raster Pilih Georeferencer Pilih Georeferencer. Selanjutnya akan muncul kotak dialog seperti di bawah: 24

26 Klik Open Raster: Selanjutnya muncul kotak dialog seperti di bawah untuk menentukan sistem proyeksi UTM nya. Klik WGS 84 / UTM Zone 47N. Informasi sistem proyeksi setiap lembar peta dapat di lihat di bagian kanan bawah peta rupa bumi. 25

27 Kemudian akan muncul raster yang siap digeoreferensikan. Untuk menggeoreferensikan gambar peta hasil scan ke dalam GIS ialah melakukan penambahan titik yang diisi dengan koordinat geografis gambar tersebut sesuai informasi di dalamnya ke GIS. Klik Add Point: Letakkan kursor meletakkan point disini 26

28 Sumbu Y lihat koordinat meternya Sumbu X, lihat koordinat meternya Ketik di kotak dialog koordinat (meter) masing masing sumbu X dan Y lalu Klik OK. Lakukan hal yang sama ke 3 titik lainnya di peta. Untuk menggeser peta, lakukan dengan tombol ikon tangan, zoom in dan zoom out. Atau dapat menggunakan scroler yang ada di mouse. 27

29 Setelah ke empat (4) titik telah ditambahkan georeferensinya maka akan akan muncul ke-4 informasinya seperti di bawah. Kemudian Klik Settings Klik Transformation Setting. 28

30 Pada transfomation type: pilih Polinomial 1 Pada resampling method: pilih Cubic Pada Target SRS: pilih sistem koordinat WGS 84 / UTM Zone 47 N. Keterangan Tambahan: Target CRS: CRS ialah Coordinate Reference System yang akan digunakan untuk mereferensikan peta yang telah digambar ke dalam sistem GIS. Dalam hal ini, sistem referensi menggunakan sistem Koordinat WGS 84 dan disesuaikan dengan sistem koordinat UTM dalam peta. Lihat Peta: Pada Output Raster: pilih lokasi output layer setelah di georeferensi, otomatis terisi dengan nama masukan raster ditambah dengan modified 29

31 Dalam peta _TANJUNG LUMBA-LUMBA koordinat yang digunakan ialah dengan Zona UTM 47N. Oleh karenanya dalam sistem referensi di GIS menggunakan sistem WGS 84/UTM Zone 47N. Kemudian Klik OK. Memilih lokasi penyimpanan raster / peta yang telah di gereferensi. Dalam Kolom Output Layer, klik pada ikon kotak berisi titik-titik ( ). 30

32 Klik untuk memilih lokasi penyimpanan Kemudian akan muncul kotak dialog seperti di bawah: Akan otomatis muncul nama hasil georefensi sesuai nama input peta dan file bertipe sebagai Geotiff. Kemudian Klik Save. Jika semua telah terisi kemudian klik OK. Setelah itu akan kembali kepada dialog Georeferencer dan kemudian Klik File Klik Start Georeferencing. 31

33 Saat proses georeferesi akan muncul progresnya seperti gambar dibawah. Selanjutnya ialah menyimpan point yang telah dilakukan dengan klik File Save GCP points as. 32

34 Kemudian muncul kotak dialog seperti gambar dibawah, lalu klik save. Kemudian akan kembali lagi ke kotak dialog georeferencer dan tutup kotak dialog tersebut. 33

35 Akan terlihat peta (raster).jpg tadi telah masuk kedalam peta. Untuk mengetahui georeferensinya benar atau tidak, dapat dioverlay dengan basemap. Misal Google Satelite. Untuk bisa memasukkan basemap tersebut, terlebih dahulu klik Plugin Manage and Instal Plugin. 34

36 Pilih OpenLayer Plugin kemudian klik install. Jika sudah terinstal maka klik Close. 35

37 Untuk memunculkan plugin nya klik pada menu web dan klik Openlayers Plugin. Kemudian pilih salah satu Plugin, misal dari Google Maps Google Satellite. Pada kolom Layers Panel, Drag Basemap Google Satellite ke bawah raster Tanjung Siapi-Api. 36

38 Peta _TANJUNG LUMBA-LUMBA telah tergeoreferensi dan telah masuk ke dalam sistem GIS dalam aplikasi QGIS. Lakukan hal yang sama pada semua peta dalam provinsi. Setelah semua peta masuk maka hasilnya akan seperti dibawah ini: 37

39 Digitasi 20 kv dalam QGIS (On Screen Digitize) Setelah semua peta masuk ke dalam software GIS, maka yang tahapan selanjutnya ialah mendigitasi jaringan 20 kv. Tahapan digitasi ialah: Lakukan Zoom In dalam peta untuk mengetahui lokasi 20 kv yang telah digambar manual di peta. Zoom sampai kedalaman yang nyaman untuk memulai proses digitasi. Digitasi dilakukan mulai dari Pangkal jaringan atau Gardu Induk (GI) dan dilanjutnya ke feeder (penyulang) yang berasal dari gardu induk tersebut. Lakukan digitasi per cabang Gardu Induk. Untuk mendigitasi, sebelumnya perlu mendapatkan data lokasi GI dari PLN (biasanya ada dalam bentuk koordinat) atau lokasi GI yang berasal dari proses penggambaran single line diagram ke dalam peta topographi. File.shp (shapefile) Gardu Induk tersebut dimasukkan ke dalam layer QGIS yang sedang dikerjakan, caranya dengan pilih lokasi penyimpanan di Browser Panel. Cari lokasi penyimpanan file.shp terseut kemudian double klik agar masuk dalam layer QGIS. 38

40 Melihat data/atribut yang ada di layer GI Sumut dengan cara pada kolom layer panel, layer GI Sumut, klik kanan dan klik open attribute table. 39

41 Maka akan muncul tabel atribut seperti berikut: Terdapat keterangan bahwa Gadu Induk (GI) tersebut ialah GI Eksisting dan GI Rencana. Untuk mendigitasi, hanya gunakan GI eksisting. Untuk mengetahui di peta GI tersebut merupakan GI eksisting maka pada tabel attribute pilih hanya eksisting dan tampilannya sebagai berikut. 40

42 Kemudian tutup tabel tersebut sehingga tampilannya sebagai berikut. Gardu Induk (GI) yang terpilih merupakan GI eksisting dengan warna kuning menyala. Sedangkan GI yang berwarna biru, merupakan GI rencana. Setelah GI eksisting terpilih yang harus dilakukan ialah mulai mendigitasi jaringan 20 kv. Pertama tama adalah dengan zoom in kepada wilayah pertama yang akan didigitasi. Contoh wilayah yang akan didigitasi, mulai dari GI kemudian lanjut kepada feeder. 41

43 Menampilkan label pada layer Gardu Induk (GI) Hal ini dilakukan untuk mempermudah mendigitasi. Caranya ialah klik kanan pada kolom layer panel pada layer GI Sumut kemudian pilih properties. Kemudian akan muncul kotak dialog properties untuk layer GI Sumut Pilih kolom Labels. 42

44 Dalam kolom labels, pada pilihan label, pilih Show Labels For This Layer. Kemudian kolom yang akan digunakan untuk melabeli pilih label with. (kolom Gardu_Induk = nama gardu induk). Kemudian klik Apply dan Klik OK. Tampilan Gardu Induk terlabeli ialah sebagai berikut: Contoh wilayah yang akan didigitasi, mulai dari Gardu Induk (GI) Tebing Tinggi Tahap selanjutnya ialah mendigitasi jaringan 20 kv dari peta yang telah tergeoreferensi tersebut. Mulai dari GI (Cabang) dan di lanjutnya ke feeder (penyulang) hingga titik terakhir jaringan tersebut. 43

45 Untuk mendigitasi adalah menambahkan layer jaringan 20 kv. Klik layer Create Layer New Shapefile Layer. Akan muncul kotak dialog seperti gambar di bawah. Pada kolom isian Type, Pilih Line. Pada New Field, pada kolom name perlu ditambahkan atribut / informasi dari jaringan 20 kv ini. Contoh di atas pada new field perlu ditambahkan informasi penyulang (feeder) dari sebuah segmen garis jaringan 20 kv yang digambar. Kolom Type pilih text data dan length secukupnya. Kemudian Klik Add to fields list. 44

46 Kemudian tambahkan informasi panjang segmen dengan menambahkan kolom panjang, dalam bentuk decimal number dan kemudian juga klik Add fields list. Dapat ditambahkan informasi atribut lainnya sesuai kebutuhan dengan menambahkan fileds list. Setelah itu klik OK, dan simpan jaringan 20 kv yang akan dikerjakan. 45

47 Dalam contoh disarankan menyimpan jaringan 20 kv ini dalam satu file Gardu Induk (GI) agar mempermudah analisis. Jaringan peta 20 kv GI tebing tinggi telah terdapat dalam layer GIS dan dapat diisi informasinya. Pada later 20 kv GI Tebing Tinggi, klik Kanan dan pilih tongle editing untuk mengaktifkan layer. Pilih Add Feature untuk menambahkan garis di peta dengan mengikuti alur penggambaran 20 kv secara manual di peta. 46

48 Kemudian Klik Add feature dan mulai letakkan kursor di peta untuk mendigitasi. Mulai digitasi pada GI Jaringan 20 KV pada GI Tebing Tinggi, feeder A Setelah selesai mendigitasi kemudian klik kanan untuk mengakiri proses digitasi pada segmen tersebut. Kemudian muncul kotak dialog seperti ini. Dalam informasi tersebut ditambahkan informasi penyulang nya, misal penyulang A. kemudian klik OK. 47

49 Untuk mengetahui apakah digitasi ini sudah tersimpan dapat dilihat dalam tabel attribute, dan data dihitung panjangnya. Untuk menghitung panjangnya adalah dengan mengeklik pada kolom panjang. Kemudian di kolom expression klik dan dihitung panjang nya dengan pilih geometry length. 48

50 Double klik pada kolom length kemudian klik OK. Maka akan muncul Klik Update All dan akan muncul hitungan panjangnya segmen tersebut (dalam meter). Tutup tabel atribut ini dan teruskan mendigitasi semua jaringan 20 kv di provinsi tersebut dengan cara di atas. Setelah selesai mendigitasi semua kemudian simpan digitasi dengan mengeklik save layer edits. Ketika sudah selesai mendigitasi, simpan project ini menjadi 1 bagian agar mudah membuka kembali. Klik File Save As atau klik ikon Save As seperti gambar di bawah. 49

51 Pastikan menyimpan di lokasi yang sama dengan penyimpanan project ini karena bila terpisah akan sulit mengakses kembali datanya. Project ini telah tersimpan dengan nama pemetaan jaringan 20 kv Sumatera Utara. 50

52 4.3.5 Editing Data Atribute Mengedit data attribute dengan cara menambahkan field pada jaringan 20 kv. Jika di atas ialah hanya penyulang (feeder) dan panjang segmen, atribut lain bisa ditambahkan seperti tipe kabel, jenis kabel, asal gardu, jumlah phasa, dll. Untuk menambahkan/mengedit data atribut cukup dengan memilih di Table Manager. Table manager ialah sebuah plugin yang perlu diinstal terlebih dahulu. (setings manage and install plugin) pilih Plugin Table Manager. Setelah itu klik Table manager, makan akan muncul kotak dialog seperti di bawah: 51

53 Klik Insert, isi sesuai ketentuan di bawah dan klik OK. Ketik nama field yang akan ditambahkan Pilih Jenis Field yang akan ditambahkan Pilih Panjang isian informasi Field yang akan ditambahkan Field / kolom jenis kabel telah di tambahkan. Kemudian simpan dengan klik save. 52

54 Akan muncul kotak dialog seperti dibawah kemudian klik yes. Untuk menambahkan/mengubah field/kolom informasi dapat menggunakan plugin tabel manager ini. 53

55 Untuk mengetahui informasi per segmen cukup klik ikon Identify (i) garis yang ingin diketahui informasinya. kemudian klik pada Output hasil pemetaan 20 kv Output dari scaning georeference digitasi yang dilakukan ialah tersedianya peta jaringan 20 kv yang tergeoreferensi. Lihat gambar di bawah: 54

56 Overlay dengan peta olahan data elektrifikasi (podes) ialah sebagai berikut: Dapat juga di overlay juga dengan: 1. Peta jaringan jalan untuk mengetahui prospek ekspansi jaringan. 2. Peta potensi renewable energi untuk mengetahui potensi pertambahan pasokan energi. 3. Peta tematik permukiman untuk mengetahui permukiman mana yang belum terlayani listrik dengan baik. 4. Dsb. 55

57 BAB V: Studi kasus 5.1 Pemetaan jaringan 20 kv Aceh Pemetaan jaringan distribusi Utama (20 kv) di wilayah kerja PLN Aceh telah dilakukan, melalui metoda konversi Single Line Diagram ke dalam peta topografi yang meliputi seluruh wilayah administrasi propinsi Aceh. Proses Konversi data Single Line Diagram dilakukan dengan mengundang supervisor jaringan untuk setiap rayon atau ranting di Kantor PLN Cabang dan melakukan proses penggambaran secara bersama-sama, sehingga proses pekerjaan lebih cepat, karena data pada peta yang bersebelahan dapat di koordinasikan dengan cepat. Untuk meng-cover wilayah utara Propinsi Aceh, proses penggambaran dilakukan di kantor Cabang atau Area Langsa, dan untuk meng-cover wilayah tengah dan pesisir selatan aceh di lakukan di kantor Cabang Meulaboh. Proses konversi untuk masing masing wilayah dilakukan selama 2 (dua) hari Kerja. Dengan skema kerjasama ICED I, memfasilitasi untuk akomodasi peserta. Digitalisasi hasil penggambaran single line dilakukan sepenuhnya oleh program ICED I di Jakarta setelah dilakukan proses scanning peta topografi terlebih dahulu. 5.2 Pemetaan jaringan 20 kv Riau Untuk wilayah kerja Propinsi Riau Dilakukan dengan hal yang sama seperti di Wilayah kerja Aceh, pusat kegiatan dilakukan di daerah Rengat untuk wilayah Selatan Popinsi Riau dan di Dumai untuk wilayah Utara Riau. 5.3 Pemetaan Jaringan 20 kv di Sumatera Utara. Proses konversi single line diagram di sumatera utara dilakukan dengan metode mendatangi setiap kantor cabang dan rayon. Dan dilakukan proses konversi di kantor Cabang dan atau Rayon. Proses ini cukup terkendala dengan kehadiran supervisor jaringan yang tidak bisa hadir di karenakan oleh pekerjaan yang mendadak dan penting, seperti bila terjadi gangguan listrik di wialayah kerjanya. Proses seperti ini cukup memakan waktu yang relatif lama. 56

58 Pada masa program ICED I sudah dilakukan pemetaan jaringan 20 kv di 3 Propinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara dan Riau, sebagai hasil kerjasama antara ICED I dengan PLN wilayah Aceh, Sumut dan Riau. Dan telah dilakukan training untuk PLN Staff di wilayah untuk mengoperasikan software GIS (ArcGis dengan licence), ICED memberikan 2 Licence ArcGIS untuk masing-masing PLN wilayah dan 1 licence Untuk PLN Pusat di PLN EBT serta 1 (satu) licence Untuk ESDM. Data jaringan distribusi utama (20 kv), berupa data spatial (.shp file) sudah di berikan kepada masing masing PLN wilayah dan Pusat. Berikut Peta jaringan di 3 (tiga) propinsi hasil kegiatan pada ICED I dalam periode 3 Tahun ( ). 57

59 Daftar Pustaka 1. PLN. Single Line Diagram. Pusat Pendidikan d Pelatihan PT PLN (Persero) Badan Informasi Geospasial. Peta Rupa Bumi Peta Rupa Bumi Indonesia Standar Nasional Indonesia Spesifikasi Penyajian Peta Rupaa Bumi Bagian 3: Skala 1: SNI : TechnoGIS Indonesia Perbandingan Software SIG Berbayar dan Open Source. 58

60 Lampiran Petunjuk penggunaan QGIS dapat diakses pada link ini: 59

61 60

3 MEMBUAT DATA SPASIAL

3 MEMBUAT DATA SPASIAL 3 MEMBUAT DATA SPASIAL 3.1 Pengertian Digitasi Peta Digitasi secara umum dapat didefinisikan sebagai proses konversi data analog ke dalam format digital. Objek-objek tertentu seperti jalan, rumah, sawah

Lebih terperinci

Pengenalan Hardware dan Software GIS. Spesifikasi Hardware ArcGIS

Pengenalan Hardware dan Software GIS. Spesifikasi Hardware ArcGIS Software SIG/GIS Pengenalan Hardware dan Software GIS Spesifikasi Hardware ArcGIS Pengenalan Hardware dan Software GIS Pengenalan Hardware dan Software GIS Pengenalan Hardware dan Software GIS Table Of

Lebih terperinci

Bab 8 Georeference Data Raster

Bab 8 Georeference Data Raster Bab 8 Georeference Data Raster Jika kita mempunyai sebuah data raster yang berasal dari hasil scanning peta, Foto udara, dan Citra satelite yang belum berisi informasi yang menunjukkan referensi spasial.

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis (SIG) Pengenalan Dasar ArcGIS 10.2 JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Sistem Informasi Geografis (SIG) Pengenalan Dasar ArcGIS 10.2 JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN Sistem Informasi Geografis (SIG) Pengenalan Dasar ArcGIS 10.2 Oleh: Deni Ratnasari 3513100040 Rizky Annisa Putri 3513100041 Cristian Febrianto 3513100051 Dody Pambudhi 3513100054 Kelas : Sistem Informasi

Lebih terperinci

Instruksi Kerja Laboratorium Pedologi dan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan INSTRUKSI KERJA. PROGRAM ArcGIS 9.3

Instruksi Kerja Laboratorium Pedologi dan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan INSTRUKSI KERJA. PROGRAM ArcGIS 9.3 INSTRUKSI KERJA PROGRAM ArcGIS 9.3 UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011 i Instruksi Kerja PROGRAM ArcGIS 9.3 Laboratorium Pedologi & Sistem Informasi Sumberdaya Lahan Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB IV BASIS DATA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI DAERAH PENELITIAN

BAB IV BASIS DATA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI DAERAH PENELITIAN BAB IV BASIS DATA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI DAERAH PENELITIAN Untuk keperluan penelitian ini, sangat penting untuk membangun basis data SIG yang dapat digunakan untuk mempertimbangkan variabel yang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA III DIGITASI GARIS ATAU LINE

LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA III DIGITASI GARIS ATAU LINE LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA III DIGITASI GARIS ATAU LINE Disusun oleh : NAMA : NUR SIDIK NIM : 11405244001 HARI : SELASA, 25 MARET 2014 JAM : 07.30-10.00 JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA IV DIGITASI POLYGON

LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA IV DIGITASI POLYGON LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA IV DIGITASI POLYGON Disusun oleh : NAMA : NUR SIDIK NIM : 11405244001 HARI : SELASA, 1 APRIL 2014 JAM : 07.30-10.00 JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

REGISTRASI PETA TUTORIAL I. Subjek Matter: 1.1 GEOFERENSING 1.2 COORDINAT GEOMETRIK (COGO)

REGISTRASI PETA TUTORIAL I. Subjek Matter: 1.1 GEOFERENSING 1.2 COORDINAT GEOMETRIK (COGO) TUTORIAL I REGISTRASI PETA Subjek Matter: 1.1 GEOFERENSING 1.2 COORDINAT GEOMETRIK (COGO) A. Dasar Teori Peta dasar yang digunakan sebagai sumber dalam pemetaan yang berupa gambar citra/peta hasil proses

Lebih terperinci

Pedoman Pemetaan Geospasial Data Elektrifikasi Daerah

Pedoman Pemetaan Geospasial Data Elektrifikasi Daerah Pedoman Pemetaan Geospasial Data Elektrifikasi Daerah Pengantar Penyusunan Pedoman Pemetaan Geospasial Data Elektrifikasi Daerah merupakan inisiatif USAID Indonesia Clean Energy Development II (ICED II)

Lebih terperinci

Praktikum 2 - Digitasi Peta : Membuat Peta Digital

Praktikum 2 - Digitasi Peta : Membuat Peta Digital Praktikum 2 - Digitasi Peta : Membuat Peta Digital Oleh : Ahmad Luky Ramdani, S.Kom., M.Kom dan Hafiz Budi Firmansyah, S.Kom., M.Sc Sistem Informasi Geografis Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017-2018 Institut

Lebih terperinci

BAB 3 KOREKSI KOORDINAT

BAB 3 KOREKSI KOORDINAT BAB 3 KOREKSI KOORDINAT Sebagai langkah awal dalam memproduksi data spasial dalam format digital, petapeta analog (berupa print out atau cetakan) di-scan ke dalam format yang dapat dikenali oleh ArcGIS.

Lebih terperinci

BAB 4 DIGITASI. Akan muncul jendela Create New Shapefile

BAB 4 DIGITASI. Akan muncul jendela Create New Shapefile BAB 4 DIGITASI 4.1. Membuat Data Spasial Baru Pada bagian ini, akan dipelajari bagaimana membuat data spasial baru dengan format shapefile yang merupakan format standard Arc View. Buka ArcCatalog Tentukan

Lebih terperinci

2. GEO REFERENCING. A. Georeferencing menggunakan koordinat yang tertcantum dalam peta analog.

2. GEO REFERENCING. A. Georeferencing menggunakan koordinat yang tertcantum dalam peta analog. G e o r e f e r e n c i n g 12 2. GEO REFERENCING Georeferencing merupakan proses pemberian reference geografi dari objek berupa raster atau image yang belum mempunyai acuan sistem koordinat ke dalam sistem

Lebih terperinci

Praktikum 1 - Pengantar Quantum GIS

Praktikum 1 - Pengantar Quantum GIS Praktikum 1 - Pengantar Quantum GIS Oleh : Ahmad Luky Ramdani, S.Kom., M.Kom dan Hafiz Budi Firmansyah, S.Kom., M.Sc Sistem Informasi Geografis Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017-2018 Institut Teknologi

Lebih terperinci

MAP VISION citrasatelit.wordpress.com MEI

MAP VISION citrasatelit.wordpress.com MEI MAP VISION citrasatelit.wordpress.com MEI 2015 1 [Tutorial] Reprojection di ArcGIS (ArcMap) Dalam pengerjaan pengolahan data citra satelit, terkadang ditemui kasus bahwa data citra satelit yang akan digabungkan

Lebih terperinci

LOCUS GIS. Oleh : IWAN SETIAWAN

LOCUS GIS. Oleh : IWAN SETIAWAN LOCUS GIS Oleh : IWAN SETIAWAN FORUM FUNGSIONAL TERTENTU PROVINSI SULAWESI SELATAN AGUSTUS 2016 LOCUS GIS Locus GIS adalah program GIS berbasis Android yang dibuat oleh Asamm Software, Praha, Republik

Lebih terperinci

16) Setelah layer contour masuk pilihan, pada kolom height_field pilih Elevation, dan pada kolom tag_field pilih <None>. Klik tombol OK.

16) Setelah layer contour masuk pilihan, pada kolom height_field pilih Elevation, dan pada kolom tag_field pilih <None>. Klik tombol OK. 16) Setelah layer contour masuk pilihan, pada kolom height_field pilih Elevation, dan pada kolom tag_field pilih . Klik tombol OK. 17) Proses pembuatan TIN memakan waktu cukup lama. Berbagai macam

Lebih terperinci

MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA

MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA A. Tujuan Praktikum - Praktikan memahami dan mampu melakukan register peta raster pada MapInfo - Praktikan mampu melakukan digitasi peta dengan MapInfo B. Tools MapInfo

Lebih terperinci

MEMBUAT PETA POTENSI LONGSOR DAN RAWAN BANJIR BANDANG MENGGUNAKAN ArcGIS 10.0

MEMBUAT PETA POTENSI LONGSOR DAN RAWAN BANJIR BANDANG MENGGUNAKAN ArcGIS 10.0 MODUL PELATIHAN MEMBUAT PETA POTENSI LONGSOR DAN RAWAN BANJIR BANDANG MENGGUNAKAN ArcGIS 10.0 Februari 2012 Versi 2.1 DAFTAR ISI I. Mempersiapkan Data... 1 I.1. Digitasi area longsor dan mikrotopografi

Lebih terperinci

LAMPIRAN PROSEDUR ANALISA DENGAN ARCGIS

LAMPIRAN PROSEDUR ANALISA DENGAN ARCGIS LAMPIRAN PROSEDUR ANALISA DENGAN ARCGIS Prosedur Pengolahan Pemetaan Dengan ArcGIS Software Arcgis berperan penting dalam analisis perhitungan sedimentasi pada penelitian ini, dikarenakan data-data yang

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS APLIKASI PEMETAAN PARTISIPATIF PUSAT PENGELOLAAN DAN PENYEBARLUASAN INFORMASI GEOSPASIAL

PETUNJUK TEKNIS APLIKASI PEMETAAN PARTISIPATIF PUSAT PENGELOLAAN DAN PENYEBARLUASAN INFORMASI GEOSPASIAL PETUNJUK TEKNIS APLIKASI PEMETAAN PARTISIPATIF PUSAT PENGELOLAAN DAN PENYEBARLUASAN INFORMASI GEOSPASIAL KATA PENGANTAR Aplikasi Pemetaan Partisipatif merupakan aplikasi yang dikelola oleh Badan Informasi

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN PENGGUNAAN WEBSITE WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN 1. PENDAHULUAN Website Webgis

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI Sistem Informasi Geografis merupakan sistem berbasis computer yang didesain untuk mengumpulkan, mengelola, memanipulasi, dan menampilkan informasi spasial (keruangan)1. Yakni

Lebih terperinci

LATIHAN : DIJITASI PETA

LATIHAN : DIJITASI PETA LATIHAN : DIJITASI PETA 2-2 Membuat shapefile baru 2-2 Melihat struktur data pada shapefile 2-6 Add Data 2-7 Memulai Dijitasi Peta 2-7 Dijitasi Peta 2-8 Save Hasil Dijitasi 2-9 hal 2-1 LATIHAN : DIJITASI

Lebih terperinci

BAB VI. Ringkasan Modul. Mengedit Data Vektor Membuat Setting Snap Menambah Feature Linier Menambahkan Feature Titik Menggunakan Koordinat Absolut

BAB VI. Ringkasan Modul. Mengedit Data Vektor Membuat Setting Snap Menambah Feature Linier Menambahkan Feature Titik Menggunakan Koordinat Absolut BAB VI MENGEDIT DATA VEKTOR Ringkasan Modul Mengedit Data Vektor Membuat Setting Snap Menambah Feature Linier Menambahkan Feature Titik Menggunakan Koordinat Absolut 6.1. Mengedit Data Vektor Langkah awal

Lebih terperinci

BAB II. Ringkasan Modul:

BAB II. Ringkasan Modul: BAB II PENGENALAN ArcMAP Ringkasan Modul: Membuka Data Spasial atau Peta yang Telah Ada dengan ArcMap Melihat Data Atribut Sebuah Layer Menggunakan Map Tips Penyusunan Layer Mengaktifkan dan Menonaktifkan

Lebih terperinci

MODUL 3 IMPORT DATA DARI MAPINFO KE DATABASE. Praktikan dapat mengetahui cara meng-inport data dari MapInfo ke database pada PostgreSQL.

MODUL 3 IMPORT DATA DARI MAPINFO KE DATABASE. Praktikan dapat mengetahui cara meng-inport data dari MapInfo ke database pada PostgreSQL. MODUL 3 IMPORT DATA DARI MAPINFO KE DATABASE A. Tujuan Praktikan dapat mengetahui cara meng-inport data dari MapInfo ke database pada PostgreSQL. B. Tools a. MapInfo 10.5 b. PostgreSQL c. PostGIS C. Teori

Lebih terperinci

SCREEN DIGITIZING. A. Digitasi Point (Titik)

SCREEN DIGITIZING. A. Digitasi Point (Titik) SCREEN DIGITIZING Screen digitizing merupakan proses digitasi yang dilakukan di atas layar monitor dengan bantuan mouse. Screen digitizing atau sering disebut juga dengan digitasi on screen dapat digunakan

Lebih terperinci

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA? PENGUKURAN KEKOTAAN Geographic Information System (1) Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Permohonan GIS!!! Karena tidak pernah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Georeferencing dan Resizing Enggar Budhi Suryo Hutomo 10301628/TK/37078 JURUSAN S1 TEKNIK GEODESI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015 BAB

Lebih terperinci

10.1 Pelajaran: Menginstal dan mengatur Plugin

10.1 Pelajaran: Menginstal dan mengatur Plugin BAB 10 Modul: Plugin Plugin memungkinkan Anda untuk memperbanyak fungsi dalam QGIS. Dalam modul ini, Anda akan ditunjukkan bagaimana mengaktifkan dan menggunakan plugin. 10.1 Pelajaran: Menginstal dan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SLTP DI KOTAMADYA JAKARTA SELATAN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SLTP DI KOTAMADYA JAKARTA SELATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SLTP DI KOTAMADYA JAKARTA SELATAN Ricky Agus Tjiptanata 1, Dina Anggraini 2, Dian Safitri 3 1,2,3 Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Gunadarma Jl.

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN III.1. Data Penelitian Data yang digunakan dalam pelaksanaan Evaluasi Kesesuaian Tata Letak Bangunan Terhadap Sempadan Jalan Di Kawasan Central Business District Kota Semarang

Lebih terperinci

MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA

MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA A. Tujuan Praktikum - Praktikan memahami dan mampu melakukan register peta raster pada MapInfo - Praktikan mampu melakukan digitasi peta dengan MapInfo B. Tools MapInfo

Lebih terperinci

Masukkan CD Program ke CDROM Buka CD Program melalui My Computer Double click file installer EpiInfo343.exe

Masukkan CD Program ke CDROM Buka CD Program melalui My Computer Double click file installer EpiInfo343.exe Epi Info Instalasi File Installer Masukkan CD Program ke CDROM Buka CD Program melalui My Computer Double click file installer EpiInfo343.exe File installer versi terbaru dapat diperoleh melalui situs

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN PENGGUNAAN WEBSITE WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN 1. PENDAHULUAN Website Webgis

Lebih terperinci

Teknik Digitasi. Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Teknik Digitasi. Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Teknik Digitasi Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Pendahuluan Digitasi merupakan proses penggambaran peta yang dalam hal ini dilakukan secara on-screen pada layar monitor. Proses digitasi akan menghasilkan

Lebih terperinci

Bab 9 Membuat Data Spasial

Bab 9 Membuat Data Spasial Bab 9 Membuat Data Spasial Sebelumnya kita telah belajar bagaimana membuat peta sederhana dengan menampilkan Data Spasial yang telah disediakan. Tetapi, kita juga harus mempelajari bagaimana membuat Data

Lebih terperinci

1. Buka ArcCatalog dengan mengklik button pada main menu, maka akan tampil tayangan sebagai berikut:

1. Buka ArcCatalog dengan mengklik button pada main menu, maka akan tampil tayangan sebagai berikut: MATERI 7. MENYIAPKAN SHAPEFILE 7.1. Tujuan Intruksional: Tujuan Instruksional Khusus pemberian materi ini adalah setelah mendapatkan materi ini, para mahasiswa diharapkan dapat : a. Memahami pengertian

Lebih terperinci

3.1. CARA MENGAKSES WEBSITE PEMETAAN ASET SPAM KHUSUS DAN REGIONAL

3.1. CARA MENGAKSES WEBSITE PEMETAAN ASET SPAM KHUSUS DAN REGIONAL 3.1. CARA MENGAKSES WEBSITE PEMETAAN ASET SPAM KHUSUS DAN REGIONAL Berikut adalah cara untuk memulai akses terhadap website Pemetaan Aset SPAM Khusus dan Regional: 1. Dengan menggunakan computer yang terhubung

Lebih terperinci

Gambar 1. prinsip proyeksi dari bidang lengkung muka bumi ke bidang datar kertas

Gambar 1. prinsip proyeksi dari bidang lengkung muka bumi ke bidang datar kertas MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA A. Tujuan Praktikum - Praktikan memahami dan mampu melakukan register peta raster pada MapInfo - Praktikan mampu melakukan digitasi peta dengan MapInfo B. Tools MapInfo

Lebih terperinci

MODUL DASAR ArcGIS ver Pelatihan Software Himpunan Mahasiswa Sipil UNS

MODUL DASAR ArcGIS ver Pelatihan Software Himpunan Mahasiswa Sipil UNS MODUL DASAR ArcGIS ver 10.1 Pelatihan Software Himpunan Mahasiswa Sipil UNS 2015 Modul Dasar ArcGIS 10.1 1. Deskripsi Umum ArcGIS merupakan salah satu perangkat lunak yang dapat menunjang Sistem Informasi

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SLTP DI KOTAMADYA JAKARTA SELATAN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SLTP DI KOTAMADYA JAKARTA SELATAN No Makalah : 103 Konferensi Nasional Sistem Informasi 2012, STMIK - STIKOM Bali 23-25 Pebruari 2012 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SLTP DI KOTAMADYA JAKARTA SELATAN Ricky Agus Tjiptanata 1, Dina Anggraini

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN z KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN PENGGUNAAN WEBSITE DAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

SEKELUMIT KATA. Modul Praktikum Kartografi Dasar Geografi UMG 2014

SEKELUMIT KATA. Modul Praktikum Kartografi Dasar Geografi UMG 2014 SEKELUMIT KATA Segala puji hanya bagi Allah, kita memuji-nya, memohon pertolongan-nya, mengharapkan petunjuk-nya dan ampunan-nya, serta berlindung kepada Allah dari kejahatan hawa nafsu kita dan kejahatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum tahun 1940-an analisis geografis dilakukan dengan melakukan tumpung tindih (overlay) beberapa jenis peta pada area tertentu. Namun sejak tahun 1950- an dikembangkan

Lebih terperinci

BAB IV. Ringkasan Modul:

BAB IV. Ringkasan Modul: BAB IV REKTIFIKASI Ringkasan Modul: Pengertian Rektifikasi Menampilkan Data Raster Proses Rektifikasi Menyiapkan Semua Layer Data Spasial Menyiapkan Layer Image Menambahkan Titik Kontrol Rektifikasi Menggunakan

Lebih terperinci

Bab IV. Pengenalan ArcGIS

Bab IV. Pengenalan ArcGIS Bab IV. Pengenalan ArcGIS Kerangka Dasar ArGIS merupakan software GIS yang dikeluarkan oleh ESRI. Proses instalasi ArcGIS akan menginstall beberapa program seperti ArcMap, ArcCatalog, ArcGlobe dan ArcScene,

Lebih terperinci

Pengantar Saat ini terdapat beberapa aplikasi pemetaan yang digunakan di dunia baik yang berbayar maupun yang sifatnya gratis. Beberapa nama besar apl

Pengantar Saat ini terdapat beberapa aplikasi pemetaan yang digunakan di dunia baik yang berbayar maupun yang sifatnya gratis. Beberapa nama besar apl PETUNJUK SINGKAT PENGGUNAAN UNTUK PEMETAAN TEMATIK http://www.labpemda.org April 2017 1 Pengantar Saat ini terdapat beberapa aplikasi pemetaan yang digunakan di dunia baik yang berbayar maupun yang sifatnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Waktu dan Lokasi Penelitian Pelaksanaan penelitian ini berlokasi di kabupaten Bantul provinsi Yogyakarta, tepatnya di PT PLN (persero) APJ (Area Pelayanan Jaringan)

Lebih terperinci

Registrasi Image dengan ARC VIEW

Registrasi Image dengan ARC VIEW MODUL 5 DIGITASI dengan Arc View Registrasi Image dengan ARC VIEW Aktifkan extension image analysis, TIFF or JPEG Add Theme, pilih gambar yang mau didigitasi. Tool Align akan aktif. Pilih Tool Align Klik

Lebih terperinci

SIFAT DAN FORMAT DATA TITIK GEOARKINDO 2016

SIFAT DAN FORMAT DATA TITIK GEOARKINDO 2016 SIFAT DAN FORMAT DATA TITIK GEOARKINDO 2016 DATA TITIK Merupakan salah satu jenis data vektor selain garis dan polygon, Dapat digunakan untuk merepresentasikan lokasi seperti Bangunan, Struktur, Situs,

Lebih terperinci

Creating and Management Data 1

Creating and Management Data 1 Pertemuan 3 (2 Jam) Rangkuman : Membuat data dan mengatur data Registrasi Image Creating and Management Data 1 MANAJEMEN DATA Manajemen data dimaksudkan untuk mempermudah dalam pencarian data dan mengurangi

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi perangkat keras minimum yang digunakan untuk dapat menjalankan aplikasi dengan baik adalah : a. Prosesor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Proses Penyaluran Tenaga Listrik Gambar 2.1. Proses Tenaga Listrik Energi listrik dihasilkan dari pusat pembangkitan yang menggunakan energi potensi mekanik (air, uap, gas, panas

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN III.1. Area Penelitian Area penelitian didasarkan pada data LiDAR, antara koordinat 7 50 22.13 LS 139 19 10.64 BT sampai dengan 7 54 55.53 LS 139 23 57.47 BT. Area penelitian

Lebih terperinci

Bab I Pengenalan ArcGIS Desktop

Bab I Pengenalan ArcGIS Desktop Bab I Pengenalan ArcGIS Desktop Bab ini akan membahas tentang: - Pengenalan ArcGIS Desktop - Pembuatan project pada ArcMap - Penambahan layer pada ArcMap 1.1 Sekilas tentang ArcGIS Desktop ArcGIS Desktop

Lebih terperinci

DIGITASI PETA RASTER. 3. Klik Close, hingga muncul screen windows berikut:

DIGITASI PETA RASTER. 3. Klik Close, hingga muncul screen windows berikut: MATERI 4 DIGITASI PETA RASTER Digitasi merupakan proses transfromasi elemen peta raster menjadi peta vektor digital. Proses ini dapat dilakukan dengan melakukan tracing (meruntut) elemen peta raster melalui

Lebih terperinci

Bab 3- Pengenalan QGIS

Bab 3- Pengenalan QGIS Bab 3- Pengenalan QGIS 3.1 Membuka Project Pada QGIS Buka Program Quantum GIS Desktop 1.8.0 Quantum GIS dapat menyimpan sebuah project yang berisi kumpulan data layers yang ingin kita gunakan. Buka Project

Lebih terperinci

GIS UNTUK PENATAAN DAN MANAJEMEN TATA RUANG

GIS UNTUK PENATAAN DAN MANAJEMEN TATA RUANG GIS UNTUK PENATAAN DAN MANAJEMEN TATA RUANG Dinar DA Putranto dwianugerah@yahoo.co.id PENGERTIAN RUANG Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara sebagai satu kesatuan

Lebih terperinci

Penyusunan PETA RISIKO

Penyusunan PETA RISIKO Penyusunan PETA RISIKO LEMBAGA PENANGGULANGAN BENCANA DAN PERUBAHAN IKLIM NAHDATUL ULAMA Humanitarian OpenStreetMap Team 1 PETA RISIKO adalah peta yang menunjukkan tingkat risiko suatu wilayah dan/atau

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) 24/09/2012 10:58 Sistem (komputer) yang mampu mengelola informasi spasial (keruangan), memiliki kemampuan memasukan (entry), menyimpan

Lebih terperinci

[Type the document title]

[Type the document title] SEJARAH ESRI Sistem Informasi Geografis adalah suatu sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisa, dan menghasilkan data yang mempunyai referensi

Lebih terperinci

BAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING

BAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING BAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING APLIKASI GIS UNTUK PEMBUATAN PETA INDIKATIF BATAS KAWASAN DAN WILAYAH ADMINISTRASI DIREKTORAT PENGUKURAN DASAR DEPUTI BIDANG SURVEI, PENGUKURAN DAN PEMETAAN BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

3. Pilih A new existing map, klik ceckbox Do not show this dialog again dan akhiri dengan klik Button OK. Maka layar ArcMap akan terbuka.

3. Pilih A new existing map, klik ceckbox Do not show this dialog again dan akhiri dengan klik Button OK. Maka layar ArcMap akan terbuka. 4.1. Tujuan Intruksional: Tujuan Instruksional Khusus pemberian materi ini adalah setelah mendapatkan materi ini, para mahasiswa diharapkan dapat : a. Membuka data spasial dengan ArcMap dan mengeditnya

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Perangkat keras yang digunakan untuk perancangan ArcGis 9.3. a. Processor Intel Pentium IV atau lebih tinggi

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Perangkat keras yang digunakan untuk perancangan ArcGis 9.3. a. Processor Intel Pentium IV atau lebih tinggi BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem 4.1.1 Dukungan Perangkat Keras Perangkat keras yang digunakan untuk perancangan ArcGis 9.3 a. Processor Intel Pentium IV atau lebih tinggi b. Memory

Lebih terperinci

Digitasi Peta. Practical Module Geographic Information System STMIK-STIKOM Balikpapan Firmansyah, S.Kom. Page 1

Digitasi Peta. Practical Module Geographic Information System STMIK-STIKOM Balikpapan Firmansyah, S.Kom. Page 1 Digitasi Peta Tujuan 1. Mampu membuat peta baru di Aplikasi Arcview 3.3 & mengetahui proses pen-digitasi-an 2. Memahami konsep shape file (*shp) 3. Mampu menginput data attribute ( field dan record) ke

Lebih terperinci

PENGANTAR : GEODATABASE 2. Personal Geodatabase 3 Komponen Geodatabase 3 Feature Class 4 ShapeFile 5 Tabel 6 LATIHAN : MEMBANGUN GEODATABASE 7

PENGANTAR : GEODATABASE 2. Personal Geodatabase 3 Komponen Geodatabase 3 Feature Class 4 ShapeFile 5 Tabel 6 LATIHAN : MEMBANGUN GEODATABASE 7 PENGANTAR : GEODATABASE 2 Personal Geodatabase 3 Komponen Geodatabase 3 Feature Class 4 ShapeFile 5 Tabel 6 LATIHAN : MEMBANGUN GEODATABASE 7 Menyiapkan hasil desain Skema Database 7 Membuat Struktur Database

Lebih terperinci

Dekstop Mapping (Bagian 1)

Dekstop Mapping (Bagian 1) II. DEKSTOP MAPPING ARCGIS (Bagian I) Pada modul ini akan dijelaskan tentang jenis data dan karakteristik software ArcGis yang terdiri dari beberapa modul utama, yaitu: - ArcCatalog - ArcMap - ArcToolBox

Lebih terperinci

Input dan Mengolah Data Atribute

Input dan Mengolah Data Atribute TUTORIAL 4 Input dan Mengolah Data Atribute Subjek Matter: 4.1 Membuat dan Menambah Field dan Record 4.2 Mengolah data atribute A. Dasar Teori Sistim Informasi Geografis memiliki dua elemen data yaitu

Lebih terperinci

Registrasi Image. Modul Pelatihan ArcGis 10-1 X. REGISTRASI IMAGE

Registrasi Image. Modul Pelatihan ArcGis 10-1 X. REGISTRASI IMAGE X. REGISTRASI IMAGE Salah satu cara membuat data SIG adalah dengan mendigitasi data raster. Beberapa teknik untuk mendigit data, dan pada umumnya terbagi atas dua kelompok yaitu: - mendigitasi data menggunakan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA II TRANSFORMASI PROYEKSI DAN DIGITASI ON SCREEN

LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA II TRANSFORMASI PROYEKSI DAN DIGITASI ON SCREEN LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA II TRANSFORMASI PROYEKSI DAN DIGITASI ON SCREEN Disusun oleh : NAMA : NUR SIDIK NIM : 11405244001 HARI : Kamis, 13 MARET 2014 JAM : 08.00 10.00 JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS

Lebih terperinci

C. Prosedur Pelaksanaan

C. Prosedur Pelaksanaan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan peta-peta digital beserta data tabulernya, yaitu peta administrasi, peta tanah, peta geologi, peta penggunaan Lahan (Landuse), peta lereng,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh : Misbakhul Munir Zain 3506100055 Program Studi Teknik Geomatika ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Email

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Dalam bab ini akan menjelaskan mengenai tahapan-tahapan yang dilakukan dalam Tugas Akhir ini. Tahapan dimulai dengan pengumpulan data dan alat yang

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) Sistem Informasi Geografis atau disingkat SIG dalam bahasa Inggris Geographic Information System (disingkat GIS) merupakan sistem informasi

Lebih terperinci

Bab IV File Geodatabase

Bab IV File Geodatabase Bab IV File Geodatabase Perangkat lunak ArcGIS dapat menggunakan atau mengimpor hampir semua format file SIG untuk ditampilkan maupun diproses. Namun, format file yang direkomendasikan untuk digunakan

Lebih terperinci

3.1. CARA MENGAKSES WEBSITE PEMETAAN ASET SPAM KHUSUS DAN REGIONAL

3.1. CARA MENGAKSES WEBSITE PEMETAAN ASET SPAM KHUSUS DAN REGIONAL 3.1. CARA MENGAKSES WEBSITE PEMETAAN ASET SPAM KHUSUS DAN REGIONAL Berikut adalah cara untuk memulai akses terhadap website Pemetaan Aset SPAM Khusus dan Regional: 1. Dengan menggunakan computer yang terhubung

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTEK INDERAJA TERAPAN

LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTEK INDERAJA TERAPAN LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTEK INDERAJA TERAPAN Dosen Pengampu : Bambang Kun Cahyono S.T, M. Sc Dibuat oleh : Rahmat Muslih Febriyanto 12/336762/SV/01770 PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK GEOMATIKA SEKOLAH VOKASI

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTRIAN KEHUTANAN BERBASIS WEB 1. Pendahuluan Sistem

Lebih terperinci

PERBANDINGAN FUNGSI SOFTWARE ARCGIS 10.1 DENGAN SOFTWARE QUANTUM GIS UNTUK KETERSEDIAAN DATA BERBASIS SPASIAL

PERBANDINGAN FUNGSI SOFTWARE ARCGIS 10.1 DENGAN SOFTWARE QUANTUM GIS UNTUK KETERSEDIAAN DATA BERBASIS SPASIAL PERBANDINGAN FUNGSI SOFTWARE ARCGIS 10.1 DENGAN SOFTWARE QUANTUM GIS 2.14.5 UNTUK KETERSEDIAAN DATA BERBASIS SPASIAL Jeri Kurniawan 1, Bebas Purnawan 2, Dessy Apriyanti 3 ABSTRAK Ketersediaan berbagai

Lebih terperinci

8. LAYOUT. Fixed zoom out / in, Zoom whole pages, 100%

8. LAYOUT. Fixed zoom out / in, Zoom whole pages, 100% L a y o u t 44 8. LAYOUT Pada tahap pelaporan (reporting), hasil analisis perlu dicetak. Output yang diharapkan pengguna adalah layout peta yang menarik dan jelas, dan komunikatif/ mudah dimengerti. Tahapan

Lebih terperinci

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV 2.1. UMUM Gardu Induk adalah suatu instalasi tempat peralatan peralatan listrik saling berhubungan antara peralatan yang satu dengan peralatan

Lebih terperinci

3. DIGITASI ON SCREEN. 1. Pastikan data raster yang akan didigitasi telah melalui proses Geo Referencing

3. DIGITASI ON SCREEN. 1. Pastikan data raster yang akan didigitasi telah melalui proses Geo Referencing D i g i t a s i o n S c r e e n 20 3. DIGITASI ON SCREEN A. Persiapan File 1. Pastikan data raster yang akan didigitasi telah melalui proses Geo Referencing 2. Sebelum malakukan digitasi pada layar ArcMap,

Lebih terperinci

Modul: Sumber Data Online Pelajaran: Web Mapping Services Ikuti bersama: Mengunduh layer WMS BAB 11

Modul: Sumber Data Online Pelajaran: Web Mapping Services Ikuti bersama: Mengunduh layer WMS BAB 11 BAB 11 Modul: Sumber Data Online Ketika Anda mempertimbangkan sumber data untuk sebuah peta, Anda tidak perlu mengunduh semua data yang anda butuhkan ke komputer yang sedang Anda kerjakan. Ada sumber data

Lebih terperinci

BAB 2 Sistem Utilitas Distribusi Jaringan Listrik

BAB 2 Sistem Utilitas Distribusi Jaringan Listrik BAB 2 Sistem Utilitas Distribusi Jaringan Listrik Pada bab ini akan diuraikan penjelasan teori sistem informasi utilitas secara umum berikut istilah yang ada dalam sistem utilitas serta tahapan pekerjaan

Lebih terperinci

Tutorial ArcGIS 10. BAB Digitasi On Screen

Tutorial ArcGIS 10. BAB Digitasi On Screen Tutorial ArcGIS 10 BAB Digitasi On Screen Pada Bab ini membahas mengenai Cara melakukan digitasi on screen citra atau peta raster dan pembuatan Peta penggunaan lahan ArcGIS 10 Author: Irwan, ST Kerjasama

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA V MEMBUAT LAYOUT PETA

LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA V MEMBUAT LAYOUT PETA LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA V MEMBUAT LAYOUT PETA Disusun oleh : NAMA : NUR SIDIK NIM : 11405244001 HARI : KAMIS, 3 APRIL 2014 JAM : 07.30-10.00 JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Menggambar dengan ArcView. Oleh : Tantri Hidayati S, M.Kom

Menggambar dengan ArcView. Oleh : Tantri Hidayati S, M.Kom Menggambar dengan ArcView Oleh : Tantri Hidayati S, M.Kom Digitasi sederhana dengan Arcview Jalankan Arcview 3.3 dan buka jendela view yang akan digunakan sebagai tempat digitasi. Tambahkan Extensions

Lebih terperinci

adalah jenis-jenis tombol-tombol (buttons) yang dipakai di dalam system ini : Gambar 4.63 : Tombol ruler

adalah jenis-jenis tombol-tombol (buttons) yang dipakai di dalam system ini : Gambar 4.63 : Tombol ruler 159 Selain alat Bantu (tool) seperti yang telah disebutkan di atas, ada juga tomboltombol (buttons) yang berfungsi untuk melakukan beberapa analisis peta. Di bawah ini adalah jenis-jenis tombol-tombol

Lebih terperinci

DIGITASI on screen Using Autodeskmap software.

DIGITASI on screen Using Autodeskmap software. DIGITASI on screen Using Autodeskmap software runi_asmaranto@ub.ac.id DIGITASI Cara kerjanya adalah dengan mengkonversi fitur-fitur spasial yang ada pada peta menjadi kumpulan koordinat x,y. Untuk menghasilkan

Lebih terperinci

ARCVIEW GIS 3.3. Gambar 1. Tampilan awal Arcview 3.3

ARCVIEW GIS 3.3. Gambar 1. Tampilan awal Arcview 3.3 ARCVIEW GIS 3.3 1. Pengantar GIS GIS (Geographic Information System) merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengelola (input, manajemen, proses dan output) data spasial atau data yang bereferensi

Lebih terperinci

Gambar 4.47 Informasi Peta DampakMei 2008... 120 Gambar 4.48 Informasi Peta Dampak Mei 2008 sampai Juni 2009. 121 Gambar 4.49 Peta wilayah dampak

Gambar 4.47 Informasi Peta DampakMei 2008... 120 Gambar 4.48 Informasi Peta Dampak Mei 2008 sampai Juni 2009. 121 Gambar 4.49 Peta wilayah dampak DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gambaran SIG... 7 Gambar 2.2 Data pada SIG... 9 Gambar 2.3 Contoh data raster citra satelit... 9 Gambar 2.4 Point pada model data vektor... 10 Gambar 2.5 Contoh data geospasial...

Lebih terperinci

Pencarian Lokasi Fasilitas Umum Terdekat Berdasarkan Jarak dan Rute Jalan Berbasis SIG

Pencarian Lokasi Fasilitas Umum Terdekat Berdasarkan Jarak dan Rute Jalan Berbasis SIG Pencarian Lokasi Fasilitas Umum Terdekat Berdasarkan Jarak dan Rute Jalan Berbasis SIG Pembimbing : Arif Basofi, S. Kom Arna Fariza, S.Kom, M. Kom Oleh : Yulius Hadi Nugraha 7406.030.060 Jurusan Teknologi

Lebih terperinci

Latihan 2 : Displaying data

Latihan 2 : Displaying data Latihan 2 : Displaying data 2-2 Memulai aplikasi dan menambahkan (Add) layer objek line 2-3 Menambahkan layer objek polygon 2-5 Menambahkan layer objek point 2-6 Mengganti nama layer 2-7 Klasifikasi dan

Lebih terperinci

JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Pengertian dan fungsi distribusi tenaga listrik : Pembagian /pengiriman/pendistribusian/pengiriman energi listrik dari instalasi penyediaan (pemasok) ke instalasi pemanfaatan

Lebih terperinci

MANUAL GEOPORTAL. Memperkenalkan mengenai apa itu Geoportal, untuk apa, termasuk juga ringkasan mengenai aplikasi tersebut.

MANUAL GEOPORTAL. Memperkenalkan mengenai apa itu Geoportal, untuk apa, termasuk juga ringkasan mengenai aplikasi tersebut. MANUAL GEOPORTAL Selamat datang di Workshop untuk para pengguna Geoportal Sulawesi Tengah. Akan dipelajari bagaimana cara menggunakan Manajemen Sistem Informasi Geoportal. 1.0 Pendahuluan Memperkenalkan

Lebih terperinci

Pengertian Sistem Informasi Geografis

Pengertian Sistem Informasi Geografis Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk

Lebih terperinci

I. Digitasi (Digitizing) Daftar Isi. 1) Aktifkan extension JPEG (JFIF) Image Support : FILE EXTENSIONS

I. Digitasi (Digitizing) Daftar Isi. 1) Aktifkan extension JPEG (JFIF) Image Support : FILE EXTENSIONS Daftar Isi Hal I Digitasi (Digitizing) 1 II Pemberian Atribut (Attributing) 5 III Pemberian Koordinat (Coordinate Transformation) 8 IV Proyeksi Koordinat (Coordinate Projection) 15 V Design Peta (Map Layout)

Lebih terperinci