BAB 2 Sistem Utilitas Distribusi Jaringan Listrik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 Sistem Utilitas Distribusi Jaringan Listrik"

Transkripsi

1 BAB 2 Sistem Utilitas Distribusi Jaringan Listrik Pada bab ini akan diuraikan penjelasan teori sistem informasi utilitas secara umum berikut istilah yang ada dalam sistem utilitas serta tahapan pekerjaan dari utilitas, sistem distribusi jaringan listrik beserta elemen-elemen dari jaringan listrik, dan kaitan informasi spasial dalam distribusi jaringan listrik tertutama dalam kaitan informasi topografi dan skala peta. 2.1 Sistem Informasi Utilitas Sistem informasi utilitas adalah sistem informasi berbasis komputer yang dirancang secara khusus untuk mengumpulkan, menyimpan, dan memanipulasi data utilitas yang erat kaitannya di dalam bentuk pelayanan umum (public service) terhadap segala fasilitas infrastruktur yang menyangkut hajat hidup orang banyak dimana umumnya berada di daerah perkotaan (urban area) seperti pelayanan air minum, saluran buangan (drainage), telepon, listrik, pipa gas. Gambar 2.1 Sketsa Jenis-Jenis Utilitas disuatu kota (Sumber : Hakim, 2006) 7

2 Karakteristik umum dari utilitas itu sendiri berbentuk suatu jaringan (network) yang terhubung kepada pelanggan. Adapun lokasi jaringan utilitas terletak disekitar area badan jalan dalam artian posisi realtifnya berada di tepi jalan (pinggir jalan) atau terletak di dalam badan jalan. Pada gambar 2.1 diperlihatkan secara umum gambaran letak dari masingmasing utilitas di bawah permukaan tanah, di suatu kota dimana terdapat kabel telepon (TEL) yang letaknya selalu berada diatas pipa air minum (AM), pipa gas (GAS), dan kabel listrik (PLN), serta letak saluran buangan (Drainage) yang selalu berada paling bawah dan agak jauh diantara utilitas yang lain. Hal ini dikarenakan untuk mencegah terkontaminasinya saluran air minum apabila terjadi kebocoran Istilah Dalam Utilitas Menurut [Hakim, 2006], sebelum berkembangnya teknologi digital maka pada masa lalu sistem informasi utilitas dibuat secara konvensional. Dimana terdapat 2 sistem yaitu: 1. Sistem Kolektif 2. Sistem Tumpang Susun Gambar 2.2.a Sistem Kolektif Gambar 2.2.b Sistem Tumpang Susun Dari kedua gambar diatas diperlihatkan bahwa sewaktu sistem konvensional masih diterapkan, untuk membuat sistem informasi utilitas akan membutuhkan waktu yang relatif lama sebab masing-masing tahapan tidak dapat dilakukan pada saat yang bersamaan. Sedangkan letak perbedaan dari kedua sistem diatas ialah pada tahapan penyatuan peta utilitas dan topografi (transparan) sebelum menghasilkan sebuah sistem informasi utilitas. 8

3 Konsep Sistem Informasi Utilitas berkembang luas seiring perkembangan teknologi informasi secara global, namun secara tidak langsung telah menimbulkan perbedaan persepsi hubungan antara Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan Automated Mapping / Facility Management (AM/FM). Kedua istilah ini sering diartikan berbeda dikalangan pemakai (terutama di Negara Eropa), hal ini jelas terlihat dikarenakan ada dua pandangan persepsi yang berbeda. Persepsi pertama mengartikan bahwa AM/FM merupakan sub bagian dari SIG, dimana kalangan ini memiliki pandangan dasar SIG menaungi semua kegiatan industri dan AM/FM sebagai pendukung dari SIG. Sedangkan persepsi kedua mengatakan bahwa AM/FM setara dengan SIG, sebabnya AM/FM maupun SIG keduanya membutuhkan basis data spasial [Syarbini, 1993 setelah Emery, 1989]. Pada Hakekatnya AM/FM merupakan suatu sistem yang mengelola tentang informasi yang lebih presisi, detail dan operasional teknis dalam hal pengambilan kebijakan, sedangkan SIG mengatur atau mengelola informasi dalam lingkup yang lebih global seperti : lingkup perencanaan, perijinan, zoning, pemanfaatan tata guna tanah, dan lain sebagainya. Sehingga dapat dikatakan AM/FM merupakan aplikasi dari SIG. Dalam perencanaan dan pengaturan utilitas, diperlukan juga peta yang merupakan visualisasi dari data spasial. Seperti diketahui sejak dulu peta sudah menjadi media yang membantu dalam perencanaan, desain dan konstruksi, serta pemeliharaan dalam pekerjaan-pekerjaan rekayasa termasuk dalam pengaturan dan perencanaan utilitas. Ketelitian dan akurasi peta dalam perencanaan dan pengaturan utilitas merupakan faktor yang harus diperhatikan. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam perencanaan utilitas yaitu: 1. Lokasi dari utilitas, berada diatas atau dibawah tanah. 2. Elemen dari utilitasnya, berupa kabel atau pipa. 3. Kepadatan dari elemen-elemen utilitas dan unsur-unsur geografi yang diperlukan dalam perencanaan dan pengaturan utilitas. 4. Dampak jika terjadi kesalahan dalam penentuan lokasi dari elemen-elemen utilitas, seperti kebakaran pada pipa gas atau daya listrik pada kabel-kabel listrik. 9

4 2.1.2 Tahapan Pekerjaan Sistem Utilitas Umumnya bentuk pekerjaan yang terkait dengan sistem utilitas dibedakan atas 4 tahapan, yaitu: 1.Perencanaan Tahap perencanaan merupakan tahap awal dalam membuat suatu pekerjaan sebelum pelaksanaannya di lapangan. Pada tahap ini diperlukan informasi-informasi yang bersifat umum. Contoh pekerjaan perencanaan sistem utilitas pada sistem jaringan listrik antara lain: perencanaan jalur jaringan baru, perencanaan lokasi dan distribusi dari elemen-elemen listrik seperti gardu induk, gardu distribusi, tiang dan sebagainya. 2.Desain dan Konstruksi Pekerjaan yang dilakukan pada tahap desain dan konstruksi merupakan proses kelanjutan dari yang telah direncanakan pada tahap perencanaan. Pada tahap ini data dan informasi harus detail dan akurat, karena terkait langsung dengan implementasi pekerjaan di lapangan. Contoh pekerjaan konstruksi sistem utilitas pada sistem jaringan listrik antara lain: pemasangan jaringan kabel, pemasangan elemen-elemen jaringan listrik seperti gardu, tiang. 3.Pemeliharaan Tahapan ini bertujuan menjaga alur distribusi listrik dari pembangkit hingga ke konsumen dapat berjalan dengan baik serta melakukan perbaikan apabila terjadi kerusakan terhadap elemen-elemen jaringan listrik. Untuk menjaga agar distribusi listrik dapat berjalan dengan baik dan lancar diperlukan pemeliharaan terhadap elemen-elemen listrik secara berkala. Contoh pekerjaan pemeliharaan dan perbaikan sistem jaringan listrik antara lain: pemeliharaan jaringan kabel, perbaikan elemenelemen listrik yang mengalami kerusakan dan lainnya. 4. Administrasi dan Keuangan Tahapan ini merupakan tahap terakhir dari pekerjaan yang terkait sistem utilitas, dimana bertujuan untuk mengorganisir seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan ketiga tahapan sebelumnya menjadi lebih teratur dari segi administrasi dan keuangan. 10

5 2.2 Sistem Distribusi Jaringan Listrik Pengertian sistem distribusi jaringan listrik adalah sistem distribusi yang merupakan bagian dari sistem kelistrikan yang terdapat diantara gardu induk sampai ke pelanggan [Deliar, 1994] Sistem Distribusi Gambaran umum sistem distribusi listrik ialah sebagai berikut: Gambar 2.3 Diagram Sistem Distribusi Listrik (Sumber : Setiawan, 2005) 11

6 Keterangan: Gambar 2.4 Keterangan Sistem Distribusi Listrik Metoda distribusi listrik dari pembangkit hingga ke konsumen adalah sebagai berikut: 1. Daya listrik yang dihasilkan oleh pembangkit sebesar 6 KV dinaikkan tegangannya oleh gardu pembangkit yang memiliki trafo step up menjadi sebesar 500 KV. 2. Daya listrik sebesar 500 KV didistribusikan ke banyak gardu induk, kemudian di gardu induk tegangan sebesar 500 KV diturunkan menjadi 150 KV dan diturunkan lagi menjadi 20 KV dengan trafo step down yang dimiliki oleh gardu induk. 3. Daya listrik sebesar 20 KV didistribusikan ke banyak gardu distribusi, kemudian di gardu distribusi tegangan sebesar 20 KV diturunkan menjadi 380 V dengan trafo step down yang dimiliki oleh gardu distribusi. 4. Daya listrik sebesar 220/380 V ada sebagian yang langsung didistribusikan ke industri-industri dan perumahan yang memerlukan daya listrik sebesar 220/380 V. Menurut [Setiawan, 2005], secara umum sistem distribusi listrik yang dikenal berasal dari pembangkit hingga kepelanggan dibagi atas tiga jenis sistem distribusi yaitu: 1. Sistem Distribusi Tegangan Tinggi 2. Sistem Distribusi Tegangan Menengah 3. Sistem Distribusi Tegangan Rendah 12

7 1. Sistem Distribusi Tegangan Tinggi (TT) Sistem Distribusi ini menghubungkan Pembangkit, Gardu Pembangkit dan Gardu Induk. Pada Distribusi Listrik Tegangan Tinggi, tegangan 6 KV yang dihasilkan Pembangkit dinaikan oleh Gardu Pembangkit menjadi 500 KV yang kemudian diturunkan oleh Gardu induk menjadi 150 KV dan 20 KV untuk kemudian didistribusikan ke Gardu Distribusi. Ada 3 macam sistem distribusi listrik tegangan tinggi yaitu: 1. Sistem Transmisi Radial Gambar 2.5 Sistem Transmisi Radial TT 2. Sistem Transmisi Ring Gambar 2.6 Sistem Transmisi Ring TT 3. Sistem Transimisi Grid Gambar 2.7 Sistem Transmisi Grid TT 13

8 Sistem transmisi radial umumnya digunakan dalam distribusi listrik tegangan tinggi di daerah-daerah luar Jawa. Listrik yang berasal dari Gardu Pembangkit didistribusikan ke gardu-gardu induk melalui jalur jaringan, dimana setiap jalur terdiri atas satu Gardu Induk atau lebih. Dalam sistem transmisi ring setiap gardu induk memiliki hubungan dengan gardu induk lain sehingga membentuk sebuah ring. Apabila terjadi kerusakan atau pemutusan jaringan pada salah satu jalur maka distribusi listrik ke gardu induk bisa dilakukan melalui jalur jaringan lain. Sistem transmisi grid merupakan kombinasi dari sistem transmisi radial dengan sistem transmisi ring. Umumnya sistem transmisi ini banyak digunakan pada daerah-daerah di Jawa. 2. Sistem Distribusi Tegangan Menengah (TM) Sistem distribusi ini menghubungkan Gardu Induk dengan Gardu Distribusi. Pada Distribusi Listrik Tegangan Menengah, tegangan 20 KV yang dihasilkan oleh Gardu Induk diturunkan oleh Gardu Distribusi menjadi 380 V. Ada 3 macam sistem distribusi listrik tegangan menengah yaitu: 1. Sistem Transmisi Radial 2. Sistem Transmisi Ring Gambar 2.8 Sistem Distribusi Radial TM Gambar 2.9 Sistem Distribusi Ring TM 14

9 3. Sistem Transmisi Spindel Gambar 2.10 Sistem Distribusi Spindel TM Sistem transmisi radial lebih banyak digunakan didaerah pedesaan, dimana prinsipnya sama dengan sistem transmisi radial pada tegangan tinggi yaitu listrik yang berasal dari Gardu Induk didistribusikan ke gardu-gardu distribusi melalui jalur jaringan, dimana setiap jalur terdiri atas satu Gardu Distribusi atau lebih. Dalam sistem ring terdapat keterhubungan jaringan antara Gardu Distribusi yang satu dengan yang lain sehingga membentuk ring, apabila terjadi kerusakan atau pemutusan maka distribusi listrik ke suatu Gardu Distribusi dapat melalui jalur yang lain. Sistem distribusi spindel merupakan sistem yang digunakan di daerah-daerah perkotaan dan merupakan kombinasi sistem radial dan sistem ring. 3. Sistem Distribusi Tegangan Rendah (TR) Pada Distribusi Listrik Tegangan Rendah, tegangan 220/380 V yang dihasilkan oleh Gardu Distribusi didistribusikan ke pelanggan-pelanggan melalui tiang-tiang pelanggan. Metoda pendistribusiannya bersifat hirarki (struktur pohon dan bercabang). Gambar 2.11 Sistem Distribusi Listrik Tegangan Rendah 15

10 2.2.2 Elemen-Elemen Sistem Jaringan Listrik Dalam menunjang operasional kegiatan kelistrikan ada beberapa komponen ataupun peralatan peralatan yang umumnya digunakan dalam sistem operasional pendistribusian jaringan listrik, dimana jenis informasi dan perlengkapan ini merupakan salah satu bagian penting dalam sistem informasi jaringan distribusi listrik. Adapun jenis informasi dan perlengkapan dari sistem jaringan distribusi listrik itu antara lain : 1. Pembangkit Pembangkit merupakan elemen listrik yang paling utama karena pembangkit menghasilkan tenaga listrik yang digunakan sehari-hari. Ada beberapa jenis pembangkit tenaga listrik diantaranya pembangkit listrik tenaga air, diesel, uap, dan nuklir. 2. Gardu Gardu merupakan tempat sekumpulan perlengkapan yang digunakan untuk membangkitkan dan melayani aliran listrik. Gardu dibedakan menjadi 4 jenis yaitu: a. Gardu Pembangkit (GP) Gardu Pembangkit merupakan gardu yang berfungsi untuk menaikkan tegangan listrik yang dihasilkan oleh pembangkit, untuk selanjutnya didistribusikan ke gardu-gardu induk. b. Gardu Induk (GI) Gardu Induk merupakan gardu yang mendistribusikan listrik ke gardu distribusi, dimana sebelum didistribusikan terlebih dulu dilakukan proses penurunan tegangan. c. Gardu Distribusi (GD) Gardu distribusi berfungsi untuk mendistribusikan listrik ke pelanggan melalui tiang-tiang pelanggan. sebelum listrik didistribusikan ke konsumen. 16

11 d. Gardu Hubung (GH) Gardu hubung berfungsi untuk menghubungkan gardu-gardu distribusi yang berasal dari jalur yang berbeda. Gardu ini digunakan pada sistem distribusi listrik tegangan menengah yang menggunakan sistem spindel. 3. Tiang Tiang merupakan elemen listrik yang menghubungkan jaringan antar kabel pada saluran kabel udara. Pada distribusi listrik tegangan tinggi tiang dinamakan sebagai tiang transmisi, pada distribusi listrik tegangan menengah tiang dinamakan tiang distribusi, dan pada distribusi tegangan rendah tiang dinamakan sebagai tiang pelanggan. 4. Jointer Jointer merupakan elemen listrik yang berfungsi menghubungkan jaringan antar kabel pada saluran kabel bawah tanah berbentuk seperti elemen penghubung. 5. Trafo Trafo merupakan elemen listrik yang berfungsi untuk menaikan atau menurunkan tegangan. Trafo selalu berada dalam setiap gardu, karena dalam setiap gardu selalu dilakukan penaikan atau penurunan tegangan. 6. Pemutus Tenaga (PMT) Pemutus tenaga atau PMT merupakan elemen listrik yang berfungsi untuk memutuskan daya listrik pada suatu jaringan. Sama halnya dengan trafo, PMT selalu berada pada setiap gardu. PMT akan bekerja secara otomatis memutuskan daya listrik bila terjadi kerusakan. 7. Jaringan Kabel Saluran Udara Jaringan kabel udara merupakan jaringan kabel yang ditempatkan di atas permukaan bumi dengan bantuan tiang-tiang. Jaringan kabel berfungsi untuk menghantarkan listrik dan menghubungkan elemen-elemen jaringan listrik yang satu dengan yang lain, baik dari pembangkit ke gardu induk, dari gardu induk ke gardu distribusi, dan dari gardu distribusi ke konsumen. 8. Jaringan Kabel Bawah Tanah Jaringan kabel bawah tanah merupakan jaringan kabel yang ditempatkan dibawah permukaan bumi. Biasanya jaringan kabel bawah tanah digunakan akibat dari 17

12 tidak dimungkinkannya digunakan jaringan kabel saluran udara atau karena pertimbangan lain. Jaringan kabel bawah tanah paling banyak digunakan pada sistem distribusi listrik tegangan menengah di beberapa kota besar. 9. Kwh Meter Kwh meter merupakan elemen listrik yang berfungsi untuk mencatat berapa pemakaian daya listrik pada suatu konsumen. Selain itu Kwh meter merupakan representasi dari pelanggan-pelanggan PLN, karena setiap pelanggan PLN pasti memiliki Kwh meter yang berbeda indentitasnya antara satu dengan yang lain. 10. Lampu Umum Selain didistribusikan kepada pelanggan seperti rumah tangga dan industri, listrik juga digunakan untuk keperluan-keperluan publik atau umum seperti lampu lalu lintas, lampu jalan, lampu-lampu taman umum dan lain sebagainya. Tabel 2.1 menguraikan setiap elemen-elemen kelistrikan yang umumnya berada pada masing-masing sistem distribusi jaringan listrik. Tabel 2.1 Elemen-Elemen Sistem Distribusi Listrik No Elemen Listrik SDTT SDTM SDTR 1. Pembangkit * 2. Gardu Pembangkit * 3. Gardu Induk * * 4. Gardu Distribusi * * 5. Gardu Hubung * 6. Tiang * * * 7. Jointer * * 8. Trafo * * * 9. PMT * * * 10. Jaringan Kabel Udara * * * 11. Jaringan Kabel Tanah * * 12. KwhMeter * 13. Lampu Umum * Keterangan: SDTT = Sistem Distribusi Tegangan Tinggi SDTM = Sistem Distribusi Tegangan Menengah SDTR = Sistem Distribusi Tegangan Rendah * = Elemen yang ada 18

13 2.3 Kaitan Informasi Spasial Dalam Distribusi Jaringan Listrik Informasi spasial adalah informasi mengenai data yang memiliki referensi ruang kebumian (georeference) dimana berbagai data atribut terletak dalam berbagai unit spasial [ Pengertian ini menegaskan bahwa segala jenis informasi yang erat kaitannya dengan unsur keruangan kebumian merupakan informasi spasial. Distribusi jaringan listrik memerlukan informasi spasial dalam membantu pekerjaan yang terkait didalamnya, sehingga hubungan antara kedua hal tersebut bersifat mutlak. Istilah informasi spasial dikenal dengan nama informasi geografis yang merupakan representasi dari kumpulan data spasial yang berbentuk grafis bernama peta Informasi Topografi Terkait Jaringan Listrik Informasi topografi sangat diperlukan dalam membantu perencanaan dan pengaturan utilitas. Hal ini diperkuat oleh beberapa pendapat yang menyatakan bahwa informasi topografi berperan dalam membantu perencanaan dan pengaturan utilitas diantaranya [Setiawan, 2005]: 1. Informasi topografi merupakan informasi utama yang diperlukan dalam perencanaan dan pengaturan utilitas. Informasi topografi itu adalah tepi jalan, pagar, bangunan, nama jalan dan sebagainya [Konechy, 1981]. 2. Informasi yang harus ada dalam perencanaan dan pengaturan suatu sistem utilitas adalah topografi, pola drainase, kondisi permukaan tanah, lokasi jalan, arah jalan dan sebagainya [Novotny, 1990]. 3. Informasi topografi untuk keperluan perusahaan telekomunikasi diperlukan informasi mengenai as jalan dan drainase. 4. Informasi topografi yang diperlukan dalam perencanaan dan pengaturan utilitas dibedakan atas [GEU, 1989]: a. Informasi topografi utama, diantaranya informasi mengenai batas luar bangunan, nama jalan, no rumah, dan sebagainya. 19

14 b. Informasi topografi tambahan, diantaranya pohon, point-point dari elemenelemen utilitas seperti tiang listrik, hidrant, dan sebagainya. Berikut ini penjelasan tentang informasi topografi, yang antara lain : 1. Jalan Informasi yang diperlukan dari unsur jalan adalah informasi mengenai nama jalan, lebar dan jenis jalan. Informasi mengenai nama jalan diperlukan dalam pendefinisian lokasi dari elemen-elemen sistem jaringan listrik yang berada atau melewati jalan seperti jaringan kabel. Sedangkan informasi mengenai lebar jalan dan jenis jalan diperlukan dalam perencanaan pekerjaan konstruksi sistem jaringan listrik yang melewati atau berada pada jalan. 2. Jaringan Jalan Informasi jaringan jalan sangat diperlukan sebagai pertimbangan dalam perencanaan sistem jaringan listrik, khususnya perencanaan sistem distribusi listrik tegangan tinggi. 3. Tepi Jalan dan Kedalaman Informasi tepi jalan adalah informasi mengenai posisi relatif dari beberapa elemen sistem jaringan terhadap tepi jalan. Hal ini berguna dalam mendefinisikan posisi beberapa elemen jaringan listrik menjadi teliti, yang antara lain khususnya kabel bawah tanah, tiang, dan jointer. Sedangkan Informasi mengenai kedalaman elemen listrik terhadap permukaan tanah diperlukan dalam menentukan posisi dan lokasi yang berada di dalam tanah seperti kabel bawah tanah. 4. Saluran Air Buangan Informasi mengenai posisi, lebar dan kedalaman saluran air buangan yang berada di sisi kanan-kiri jalan diperlukan dalam perencanaan dan konstruksi jaringan kabel, khususnya jaringan kabel bawah tanah. Kabel bawah tanah yang pemasangannya dekat atau berada pada saluran air buangan akan berisiko jika terjadi kerusakan pada kabel-kabel bawah tanah ini karena salah satu sifat air dapat menerima aliran listrik (konduktor). 20

15 5. Pepohonan Lokasi daerah yang memiliki banyak pepohonan besar merupakan daerah yang dihindari oleh jaringan kabel udara karena dapat merusak dan memutuskan jaringan kabel, misalkan ketika ada pohon yang tumbang dan mengenai jaringan kabel sehingga merobohkan tiang dan memutuskan aliran listrik pada suatu daerah. 6. Daerah Administrasi Informasi mengenai daerah administrasi berfungsi untuk mendefinisikan lokasi dan posisi dari elemen-elemen jaringan listrik yang posisi dan lokasinya didefinisikan terhadap daerah administrasi. Informasi mengenai daerah administrasi juga terkait dengan daerah kerja dari kantor pelayanan PLN dan daerah kerja dari elemen-elemen listrik sendiri. 7. Kontur Untuk mengetahui bentang topografi dari suatu daerah maka informasi yang diperlukan adalah informasi mengenai ketinggian, yang pada suatu peta digambarkan dengan garis kontur. Keadaan atau bentang topografi dari suatu daerah sangat diperlukan khususnya dalam perencanaan dan pengaturan sistem distribusi listrik tegangan tinggi yang harus menghubungkan elemen-elemen jaringan listrik dengan jarak yang sangat jauh. 8. Bangunan Dalam visualisasinya pada peta, bangunan merupakan gambaran dari lokasi pelanggan-pelanggan PLN. Informasi mengenai mengenai posisi dari pelangganpelanggan PLN secara visual pada peta sangat diperlukan dalam membantu perencanan sistem distribusi listrik, khususnya distribusi listrik tegangan rendah. Selain itu tinggi dan tipe dari suatu bangunan dapat memberikan gambaran tentang kondisi bangunan disuatu pemukiman sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam mendesain jaringan listrik yang melewati bangunan. 9. Persil Informasi mengenai persil berguna dalam mendefinisikan posisi dari elemenelemen listrik dan posisi dari pelanggan sendiri. Selain itu informasi mengenai 21

16 kepemilikan persil akan berguna untuk perizinan dan pembebasan lahan jika harus dilakukan pembebasan lahan akibat adanya elemen dan jaringan listrik yang berada atau melewati persil. 10. Bench Mark (BM) Dalam tahap pekerjaan perencanaan, konstruksi dan perbaikan seperti pemasangan kabel-kabel dan elemen-elemen listrik, informasi posisi yang akurat sangat diperlukan, untuk mendapatkan informasi posisi yang akurat dan bergeoreferensi diperlukan data dan informasi mengenai BM atau titik ikat. Tabel 2.2 menguraikan secara terperinci dari masing-masing informasi topografi beserta penjelasannya yang umumnya berada pada tiap tahapan pekerjaan utilitas jaringan listrik. Tabel 2.2 Informasi Topografi Dalam Utilitas Sistem Jaringan Listrik No Informasi Topografi Informasi Spasial dan Deskriptif P DK PP 1. Jalan Nama jalan, lebar, * * jenis/tipe 2. Jaringan Jalan Jaringan jalan * 3. Tepi Jalan dan Kedalaman Posisi relatif elemen sistem jaringan listrik terhadap tepi jalan dan terhadap permukaan tanah * * 4. SaluranBuangan Lokasi selokan, lebar, * kedalaman 5. Pepohonan Lokasi pepohonan * * 6. Daerah Nama dan batas daerah * * * Administrasi 7. Kontur Ketinggian suatu daerah * 8. Bangunan Lokasi bangunan, tinggi, tipe * * 9. Persil Lokasi persil, kepemilikan * * 10. BM Lokasi BM,Koordinat BM * * Keterangan: P = Perencanaan DK = Desain Konstruksi PP = Pemeliharaan Perbaikan * = Informasi yang ada 22

17 2.3.2 Kaitan Skala Peta Pada Sistem Jaringan Listrik. Untuk membantu dalam memberikan gambaran mengenai posisi dari elemen sistem jaringan listrik dan informasi topografi dapat dilakukan dengan menvisualisasikan atau menggambarkannya dalam suatu peta. Artinya sebuah peta memegang peranan yang sangat penting dalam membantu pekerjaan terkait jaringan listrik. Setiap tahap pekerjaan memerlukan data mengenai elemen jaringan listrik dan informasi topografi dengan standar ketelitian yang berbeda-beda. Dimana ketelitian data akan sangat terkait dengan skala peta yang akan digunakan, berikut ini penjelasan dari masing-masing tahap: 1. Tahap Perencanaan Untuk tahap perencanaan umumnya skala peta yang digunakan merupakan peta skala kecil yakni antara peta skala 1:5000, 1:10000, 1:25000 atau bahkan 1:50000, karena umumnya informasi spasial yang diperlukan merupakan informasi yang bersifat umum dan tidak memerlukan informasi dengan ketelitian yang tinggi. Selain itu setiap pekerjaan perencanaan dari masing-masing sistem distribusi listrik memerlukan data spasial peta pada skala yang berbeda-beda, hal ini dikarenakan setiap sistem distribusi listrik memiliki elemen-elemen jaringan listrik masing-masing, dimana jarak antar elemen-elemen pada masing-masing sistem distribusi berbeda-beda. 2. Tahap Desain dan Konstruksi Tahap desain dan konstruksi terkait dengan implementasi pekerjaan di lapangan seperti pemasangan kabel-kabel bawah tanah dan kabel-kabel saluran udara, pemasangan elemen-elemen listrik seperti tiang, jointer dan sebagainya. Seperti kita ketahui bahwa dalam implementasi pekerjaan di lapangan dibutuhkan informasi yang sangat akurat dan teliti khususnya informasi yang terkait dengan posisi dan lokasi. Ketelitian posisi dan lokasi yang diperlukan pada pekerjaan desain dan konstruksi hingga satuan meter bahkan bisa hingga di bawah satuan meter. Sebagai contoh ketika akan menentukan posisi relatif dari kabel-kabel bawah tanah terhadap tepi jalan maka diperlukan ketelitian data jarak hingga satuan 23

18 meter. Oleh karena itu pada tahap desain dan konstruksi ini diperlukan peta yang sangat teliti. Skala peta yang dapat digunakan diantaranya adalah peta pada skala 1:1000. Bahkan untuk pekerjaan desain dan konstruksi tertentu memerlukan peta dengan skala yang lebih besar dari 1:1000 seperti peta skala 1:500, 1:250, atau lebih besar dari 1: Tahap Pemeliharaan dan Perbaikan Sama halnya dengan tahap konstruksi, tahap pemeliharaan dan perbaikan sangat memerlukan data dan informasi yang akurat dan teliti karena terkait dengan implementasi pekerjaan di lapangan, apalagi untuk pekerjaan yang membutuhkan informasi mengenai posisi dan lokasi yang akurat. Sebagai contoh ketika akan dilakukan perbaikan terhadap kabel bawah tanah yang mengalami kerusakan, maka diperlukan ketelitian data jarak hingga satuan meter agar sewaktu akan dilakukan penggalian tanah untuk memperbaiki kabel, posisi dari kabel dapat ditentukan secara tepat. Oleh karena itu skala peta yang digunakan umumnya merupakan peta pada skala besar, sama seperti halnya dengan ukuran skala peta yang digunakan pada tahap desain dan konstruksi yaitu 1:1000 atau lebih. Setiap pekerjaan konstruksi dan pemeliharaan semuanya memerlukan peta pada skala yang sangat besar. Sistem distribusi listrik tidak lagi menjadi pertimbangan yang utama dalam menentukan skala peta. Semuanya tergantung dari ketelitian dan keakuratan dari informasi spasial yang diperlukan dalam setiap pekerjaannya. Tabel 2.3 Skala Peta Dalam Pekerjaan Sistem Jaringan Listrik No Tahap Pekerjaan Skala Peta 1. Perencanaan dan Desain a. Sistem Distribusi Tegangan Tinggi b. Sistem Distribusi Tegangan Menengah c. Sistem Distribusi Tegangan Rendah 2. Konstruksi 1:1000 1:25000 dan 1: : : Pemeliharaan dan Perbaikan 1:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, perkembangan teknologi manajemen infrastruktur telah mengalami kemajuan sangat pesat. Hal ini dikarenakan semakin bertambahnya

Lebih terperinci

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV 2.1. UMUM Gardu Induk adalah suatu instalasi tempat peralatan peralatan listrik saling berhubungan antara peralatan yang satu dengan peralatan

Lebih terperinci

Bab V JARINGAN DISTRIBUSI

Bab V JARINGAN DISTRIBUSI Bab V JARINGAN DISTRIBUSI JARINGAN DISTRIBUSI Pengertian: bagian dari sistem tenaga listrik yang berupa jaringan penghantar yang menghubungkan antara gardu induk pusat beban dengan pelanggan. Fungsi: mendistribusikan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik adalah sistem penyediaan tenaga listrik yang terdiri dari beberapa pembangkit atau pusat listrik terhubung satu dengan

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator, BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK II.1. Sistem Tenaga Listrik Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik

Lebih terperinci

Bab 3. Teknik Tenaga Listrik

Bab 3. Teknik Tenaga Listrik Bab 3. Teknik Tenaga Listrik Teknik Tenaga Listrik ialah ilmu yang mempelajari konsep dasar kelistrikan dan pemakaian alat yang asas kerjanya berdasarkan aliran elektron dalam konduktor (arus listrik).

Lebih terperinci

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Sistem Distibusi Tenaga Listrik Saluran distribusi adalah saluran yang berfungsi untuk menyalurkan tegangan dari gardu distribusi ke trafo distribusi ataupun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi Sistem distribusi merupakan keseluruhan komponen dari sistem tenaga listrik yang menghubungkan secara langsung antara sumber daya yang besar (seperti gardu transmisi)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PENDAHULUAN Energi listrik pada umumnya dibangkitkan oleh pusat pembangkit tenaga listrik yang letaknya jauh dari tempat para pelanggan listrik. Untuk menyalurkan tanaga listik

Lebih terperinci

SISTEM TENAGA LISTRIK

SISTEM TENAGA LISTRIK SISTEM TENAGA LISTRIK SISTEM TENAGA LISTRIK Sistem Tenaga Listrik : Sekumpulan Pusat Listrik dan Gardu Induk (Pusat Beban) yang satu sama lain dihubungkan oleh Jaringan Transmisi sehingga merupakan sebuah

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG JARAK BEBAS BANGUNAN DAN PEMANFAATAN PADA DAERAH SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERENCANAAN JARINGAN DISTRIBUSI

PERENCANAAN JARINGAN DISTRIBUSI 27 PERENCANAAN JARINGAN DISTRIBUSI BAB 3 PERENCANAAN JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Perencanaan sistem distribusi energi listrik merupakan bagian yang esensial dalam mengatasi pertumbuhan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar sampai ke konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar sampai ke konsumen. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam penggunaan daya listrik, mutlak dibutuhkan sistem distribusi. Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berguna untuk menyalurkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan bentuk energi yang cocok untuk dan nyaman bagi manusia. Tanpa listrik, infrastruktur masyarakat sekarang tidak akan menyenangkan. Pemanfaatan secara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Proses Penyaluran Tenaga Listrik Gambar 2.1. Proses Tenaga Listrik Energi listrik dihasilkan dari pusat pembangkitan yang menggunakan energi potensi mekanik (air, uap, gas, panas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Penyaluran Tenaga Listrik Ke Konsumen Didalam dunia kelistrikan sering timbul persoalan teknis, dimana tenaga listrik dibangkitkan pada tempat-tempat tertentu, sedangkan

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1. Umum Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik yang dihasilkan pusat pembangkitan disalurkan melalui jaringan transmisi.

Lebih terperinci

A. SALURAN TRANSMISI. Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan

A. SALURAN TRANSMISI. Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan A. SALURAN TRANSMISI Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan Berdasarkan pemasangannya, saluran transmisi dibagi menjadi dua kategori, yaitu: 1. saluran udara (overhead lines); saluran transmisi

Lebih terperinci

BAB III PENGOLAHAN DATA

BAB III PENGOLAHAN DATA BAB III PENGOLAHAN DATA 3.1 Gambaran Umum PT.PLN (Persero) Disjaya dan Tangerang PT. PLN (Persero) Disjaya dan Tangerang merupakan salah satu unit induk pelaksana distribusi di PT. PLN Direktorat Operasi

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Umum BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Kehidupan moderen salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya pemakaian energi listrik itu disebabkan karena banyak dan beraneka

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan fakta yang terdapat dilapangan, diketahui bahwa energy listrik yang dikonsumsi oleh konsumen berasal berasal dari sebuah pembangkit listrik dan melalui

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik adalah kumpulan atau gabungan dari komponenkomponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator, saluran transmisi,

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 14 Sesi NGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI A. MODEL DATA SPASIAL Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. a. Model Data Vektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem tenaga listrik terdiri dari unit pembangkit, unit transmisi dan unit distribusi [5]. Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berada

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS APLIKASI SIG OBJEK PARIWISATA DI YOGYAKARTA OLEH : Zahrotul Husna 04018033 Eka Prasetyowati 04018048 Anggi Ningtyas 04018069 Definisi SIG : SIG merupakan sistem informasi yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 DESKRIPSI SISTEM TENAGA LISTRIK Energi listrik dari tempat dibangkitkan hingga sampai kepada pelanggan memerlukan jaringan penghubung yang biasa disebut jaringan transmisi atau

Lebih terperinci

C I N I A. Survei dan Pemetaan Untuk Perencanaan Jaringan Gas Bumi Bagi Rumah Tangga Menggunakan Metode Terrestrial dan Fotogrametri Jarak Dekat

C I N I A. Survei dan Pemetaan Untuk Perencanaan Jaringan Gas Bumi Bagi Rumah Tangga Menggunakan Metode Terrestrial dan Fotogrametri Jarak Dekat C I N I A The 2 nd Conference on Innovation and Industrial Applications (CINIA 2016) Survei dan Pemetaan Untuk Perencanaan Jaringan Gas Bumi Bagi Rumah Tangga Menggunakan Metode Terrestrial dan Fotogrametri

Lebih terperinci

PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990

PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990 PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA PRAKATA Dalam rangka mewujudkan peranan penting jalan dalam mendorong perkembangan kehidupan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. di Indonesia. Permasalahan utama yang dihadapi PT. PLN (Persero) adalah mulai

A. Latar Belakang. di Indonesia. Permasalahan utama yang dihadapi PT. PLN (Persero) adalah mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT. PLN (Persero) merupakan perusahaan penyedia listrik untuk umum di Indonesia. Permasalahan utama yang dihadapi PT. PLN (Persero) adalah mulai terjadinya krisis energi

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI

LAPORAN AKHIR PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI LAPORAN AKHIR PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI Oleh: OFRIADI MAKANGIRAS 13-021-014 KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI MANADO 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PLN (PERSERO) UPJ BANDUNG UTARA

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PLN (PERSERO) UPJ BANDUNG UTARA 5 BAB II TINJAUAN UMUM PT. PLN (PERSERO) UPJ BANDUNG UTARA 2.1 Sejarah Perusahaan Di Indonesia cahaya listrik mulai bersinar pada akhir abad XIX, yaitu pada jaman pemerintahan Hindia Belanda. Kelistrikan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Jaringan tegangan rendah, Rugi rugi energi, Konektor Tap, Konektor Pres.

ABSTRAK. Kata Kunci : Jaringan tegangan rendah, Rugi rugi energi, Konektor Tap, Konektor Pres. ABSTRAK Rugi rugi energi adalah suatu kondisi atau keadaan dimana jumlah energi yang disalurkan tidak sama dengan energi yang diterima. Rugi energi merupakan salah satu parameter kualitas jaringan listrik.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori A. Fenomena Petir Proses awal terjadi petir disebabkan karena adanya awan bermuatan di atas bumi. Pembentukan awan bermuatan disebabkan karena adanya kelembaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat terpenuhi secara terus menerus. mengakibatkan kegagalan operasi pada transformator.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat terpenuhi secara terus menerus. mengakibatkan kegagalan operasi pada transformator. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi utama sistem tenaga listrik adalah untuk memenuhi kebutuhan energi listrik setiap konsumen secara terus menerus. Sebelum tenaga listrik disalurkan ke konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan fakta yang terdapat dilapangan, diketahui bahwa energy listrik yang dikonsumsi oleh konsumen berasal dari sebuah pembangkit listrik, mulai dari pembangkit

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 1.1 Sistem Tenaga Listrik Secara umum sistem tenaga listrik terdiri dari : 1. Pusat Pembangkit Listrik (Power Plant) Pusat pembangkit listrik tempat energi listrik pertama kali dibangkitkan,

Lebih terperinci

BAB III KEADAAN UMUM MENARA SUTET

BAB III KEADAAN UMUM MENARA SUTET BAB III KEADAAN UMUM MENARA SUTET SUTET atau Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi merupakan media pendistribusian listrik oleh PLN berupa kabel dengan tegangan listriknya dinaikkan hingga mencapai 500kV

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tri Fani, 2014 Studi Pengaturan Tegangan Pada Sistem Distribusi 20 KV Menggunakan ETAP 7.0

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tri Fani, 2014 Studi Pengaturan Tegangan Pada Sistem Distribusi 20 KV Menggunakan ETAP 7.0 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, energi listrik menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat. Kebutuhan energi listrik semakin meningkat dari tahun ke tahun untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Berdasarkan data PLN APB Jawa Barat tahun 2014, subsistem Cirata 150 kv disuplai oleh dua unit IBT 500 MVA pada tegangan 500/150 kv di Gardu Induk Tegangan

Lebih terperinci

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Awalnya energi listrik dibangkitkan di pusat-pusat pembangkit listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP dan PLTD dengan tegangan menengah 13-20 kv. Umumnya pusat

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) 24/09/2012 10:58 Sistem (komputer) yang mampu mengelola informasi spasial (keruangan), memiliki kemampuan memasukan (entry), menyimpan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan energi yang dihasilkan dari sumber energi lain

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan energi yang dihasilkan dari sumber energi lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan energi yang dihasilkan dari sumber energi lain seperti bahan bakar fosil (minyak, gas alam dan batu bara), hidro, panas bumi dan nuklir. Dibangkitkan

Lebih terperinci

ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI

ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI TUGAS AKHIR ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI Oleh Senando Rangga Pitoy NIM : 12 023 030 Dosen Pembimbing Deitje Pongoh, ST. M.pd NIP. 19641216 199103 2 001 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI

Lebih terperinci

JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Pengertian dan fungsi distribusi tenaga listrik : Pembagian /pengiriman/pendistribusian/pengiriman energi listrik dari instalasi penyediaan (pemasok) ke instalasi pemanfaatan

Lebih terperinci

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA? PENGUKURAN KEKOTAAN Geographic Information System (1) Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Permohonan GIS!!! Karena tidak pernah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan energi listrik dengan gangguan pemadaman yang minimal.

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan energi listrik dengan gangguan pemadaman yang minimal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kebutuhan energi listrik terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini tentu saja menuntut PLN guna meningkatkan pasokan tenaga listrik. Di dalam penyaluran energi listrik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. listrik harus bisa men-supplay kebutuhan listrik rumah tangga maupun

BAB I PENDAHULUAN. listrik harus bisa men-supplay kebutuhan listrik rumah tangga maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan energi utama yang digunakan hampir diseluruh sisi kehidupan manusia saat ini dimana semua aktifitas manusia berhubungan dengan energi listrik.

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti 6 BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN 2.1 Sistem Tenaga Listrik Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti PLTA, PLTU, PLTD, PLTP dan PLTGU kemudian disalurkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang berhasil dikumpulkan sejauh yang diketahui, penelitian tetang rugi energi pada jaringan tegangan rendah (JTR) dengan penggatian jenis

Lebih terperinci

STUDI PERHITUNGAN DAN ANALISA RUGI RUGI JARINGAN DISTRIBUSI (STUDI KASUS: DAERAH KAMPUNG DOBI PADANG)

STUDI PERHITUNGAN DAN ANALISA RUGI RUGI JARINGAN DISTRIBUSI (STUDI KASUS: DAERAH KAMPUNG DOBI PADANG) PPM-POTEKNK BENGKAS STUD PERHTUNGAN DAN ANASA RUG RUG JARNGAN DSTRBUS (STUD KASUS: DAERAH KAMPUNG DOB PADANG) Adri Senen Dosen Program Studi Teknik Elektro Politeknik Bengkalis Jl. Bathin Alam, Sei. Alam

Lebih terperinci

Pengelompokan Sistem Tenaga Listrik

Pengelompokan Sistem Tenaga Listrik SISTEM DISTRIBUSI Sistem Distribusi Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Energi listrik dalam era sekarang ini sudah merupakan kebutuhan primer, dengan perkembangan teknologi, cara hidup, nilai kebutuhan dan pendapatan perkapita serta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik Energi listrik yang dihasilkan (dibangkitkan) tidak dapat disimpan, melainkan langsung habis digunakan oleh konsumen. Oleh karena itu, daya yang

Lebih terperinci

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN Informasi geografis merupakan informasi kenampakan permukaan bumi. Sehingga informasi tersebut mengandung unsur posisi geografis, hubungan keruangan, atribut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Sistem Tenaga listrik di Indonesia tersebar dibeberapa tempat, maka dalam penyaluran tenaga listrik dari tempat yang dibangkitkan sampai ke tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan Listrik Negara ( PLN ) mempunyai sistem transmisi listrik di Pulau Jawa yang terhubung dengan Pulau Bali dan Pulau Madura yang disebut dengan sistem interkoneksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transmisi, dan Distribusi. Tenaga listrik disalurkan ke masyarakat melalui jaringan

BAB I PENDAHULUAN. Transmisi, dan Distribusi. Tenaga listrik disalurkan ke masyarakat melalui jaringan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga Listrik disalurkan ke konsumen melalui Sistem Tenaga Listrik. Sistem Tenaga Listrik terdiri dari beberapa subsistem, yaitu Pembangkitan, Transmisi, dan Distribusi.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh. BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Pada dasarnya dalam sistem tenaga listrik, dikenal 3 (tiga) bagian utama seperti pada gambar 2.1 yaitu : a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS MENGGUNAKAN PETA DIGITAL

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS MENGGUNAKAN PETA DIGITAL REVIEW JURNAL PERANCANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS MENGGUNAKAN PETA DIGITAL Deny Wiria Nugraha Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Tadulako Jurnal Ilmiah Foristek Vol. 2, No. 1, Maret

Lebih terperinci

EVALUASI KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BERDASARKAN SAIDI DAN SAIFI PADA PT. PLN (PERSERO) RAYON KAKAP

EVALUASI KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BERDASARKAN SAIDI DAN SAIFI PADA PT. PLN (PERSERO) RAYON KAKAP EVALUASI KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BERDASARKAN SAIDI DAN SAIFI PADA PT. PLN (PERSERO) RAYON KAKAP Drajad Wahyudi Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. Konsep perencanaan 6.1.1. Pelaku dan kategori kebutuhan ruang, dan Besaran Ruang. 6.1.1.1. Pelaku Dan Kategori Kebutuhan Ruang Dari analisis yang telah dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS JARINGAN LISTRIK DI PERUMAHAN JEMBER PERMAI DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA PRIM

ANALISIS JARINGAN LISTRIK DI PERUMAHAN JEMBER PERMAI DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA PRIM ANALISIS JARINGAN LISTRIK DI PERUMAHAN JEMBER PERMAI DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA PRIM SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI JUDUL... LEMBAR PRASYARAT GELAR... LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... LEMBAR PENGESAHAN... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRAK...

DAFTAR ISI JUDUL... LEMBAR PRASYARAT GELAR... LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... LEMBAR PENGESAHAN... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI JUDUL... LEMBAR PRASYARAT GELAR... LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... LEMBAR PENGESAHAN... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRAK... ABSRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN INSTALASI DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH 20 KV

BAB IV ANALISA PERENCANAAN INSTALASI DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH 20 KV BAB IV ANALISA PERENCANAAN INSTALASI DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH 20 KV Pada bab ini akan dibahas analisa perhitungan biaya instalasi saluran udara pada jaringan distribusi berdasarkan besarnya

Lebih terperinci

Sistem Transmisi Tenaga Listrik

Sistem Transmisi Tenaga Listrik Sistem Transmisi Tenaga Listrik Definisi Transmisi Desain Transmisi Desain Transmisi Desain Transmisi Desain Transmisi Sistem Transmisi terdiri atas: Saluran Transmisi Gardu Induk Pusat Pengaturan Beban

Lebih terperinci

Pengertian Sistem Informasi Geografis

Pengertian Sistem Informasi Geografis Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, Desember Penyusun, Tim Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, Desember Penyusun, Tim Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta KODE MODUL TU.007 SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK TELEKOMUNIKASI PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK TRANSMISI PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK JARINGAN AKSES PELANGGAN Teknik Jaringan Listrik BAGIAN PROYEK

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1. Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun bersubsidi kriteria utama yang diterapkan adalah : Dapat mencapai kenyamanan di dalam ruang bangunan yang berada pada iklim

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PETA KELISTRIKAN DAN JARINGAN DISTRIBUSI PADA DAERAH SEBERANG ULU I DAN II KOTA PALEMBANG ABSTRAK

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PETA KELISTRIKAN DAN JARINGAN DISTRIBUSI PADA DAERAH SEBERANG ULU I DAN II KOTA PALEMBANG ABSTRAK SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PETA KELISTRIKAN DAN JARINGAN DISTRIBUSI PADA DAERAH SEBERANG ULU I DAN II KOTA PALEMBANG Gandhi Saputra Tabrani 1, Ilman Zuhriyadi 2, Suzi Oktavia Kunang 1 Mahasiswa, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan listrik telah menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia saat ini. Kebutuhan energi listrik suatu daerah semakin tahun terus bertambah

Lebih terperinci

INFRASTRUKTUR BAB PERHUBUNGAN

INFRASTRUKTUR BAB PERHUBUNGAN BAB 5 INFRASTRUKTUR 5.1. PERHUBUNGAN Pembangunan infrastruktur perhubungan bertujuan memperlancar aksesibilitas dan membuka keterisolasian wilayah yang dapat meningkatkan kegiatan perekonomian wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan papan. Hampir seluruh peralatan-peralatan yang digunakan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. dan papan. Hampir seluruh peralatan-peralatan yang digunakan untuk membantu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman modern ini kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari energi listrik, energi listrik sudah menjadi kebutuhan pokok disamping sandang, pangan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sebuah kehidupan. Energi listrik merupakan energi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sebuah kehidupan. Energi listrik merupakan energi yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Didalam dunia yang sedang berkembang, energi listrik merupakan aspek sangat penting dalam sebuah kehidupan. Energi listrik merupakan energi yang sangat berperan penting

Lebih terperinci

ANALISIS TEORITIS PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI MENURUT JATUH TEGANGAN DI PENYULANG BAGONG PADA GARDU INDUK NGAGEL

ANALISIS TEORITIS PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI MENURUT JATUH TEGANGAN DI PENYULANG BAGONG PADA GARDU INDUK NGAGEL Analisis Teoritis Penempatan Transformator Distribusi Menurut Jatuh Tegangan Di Penyulang Bagong ANALISIS TEORITIS PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI MENURUT JATUH TEGANGAN DI PENYULANG BAGONG PADA GARDU

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ke seluruh wilayah Indonesia. Hal ini diatur dalam UU No 15 tahun Tentang Ketenaga-listrikan pada pasal 1 yang berbunyi:

BAB 1 PENDAHULUAN. ke seluruh wilayah Indonesia. Hal ini diatur dalam UU No 15 tahun Tentang Ketenaga-listrikan pada pasal 1 yang berbunyi: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. PLN (Persero) secara umum merupakan satu - satunya badan usaha milik negara yang mengelola kelistrikan mulai dari pembangkitan, penyaluran sampai pendistribusian

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. berlangsung secara aman dan efisien sepanjang waktu. Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk menyalurkan listrik secara

BAB I LATAR BELAKANG. berlangsung secara aman dan efisien sepanjang waktu. Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk menyalurkan listrik secara BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Pendahuluan Kebutuhan akan energi listrik yang handal dan kontinyu semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan beban. Penyaluran energi listrik diharapkan dapat berlangsung secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaringan listrik yang berada paling dekat dengan konsumen (mayarakat).

BAB I PENDAHULUAN. jaringan listrik yang berada paling dekat dengan konsumen (mayarakat). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tenaga listrik disalurkan hingga sampai ke masyarakat melalui jaringan distribusi, hal ini dimungkinkan karena jaringan distribusi merupakan bagian dari jaringan

Lebih terperinci

Kajian Tentang Efektivitas Penggunaan Alat Penghemat Listrik

Kajian Tentang Efektivitas Penggunaan Alat Penghemat Listrik Kajian Tentang Efektivitas Penggunaan Alat Penghemat Listrik Rita Prasetyowati Jurusan Pendidikan Fisika-FMIPA UNY ABSTRAK Masyarakat luas mengenal alat penghemat listrik sebagai alat yang dapat menghemat

Lebih terperinci

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 39 BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 3.1 Sistem Distribusi Awalnya tenaga listrik dihasilkan di pusat-pusat pembangkit seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP, dan PLTP dan yang lainnya, dengan tegangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kondisi saat ini, ketergantungan masyarakat akan energi listrik sangatlah tinggi, sehingga dituntut ketersediaan dan keandalan yang tinggi dari pemegang kuasa

Lebih terperinci

KOKO SURYONO D

KOKO SURYONO D ANALISIS DROP TEGANGAN SALURAN DISTRIBUSI 20 KV PADA PENYULANG WONOGIRI 8 TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan teknologi yang semakin maju dan persaingan dunia kerja yang semakin ketat menuntut para lulusan perguruan tinggi untuk menguasai bidangnya. Penguasaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Dalam penyusunan penelitian ini digunakan metodologi yang ditunjukan pada gambar 3.1. Gambar 3. 1 Diagram alir penelitian 38 39 3.2 Studi Literatur

Lebih terperinci

BAB IV DESAIN DASAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH DI KOTA BANDUNG

BAB IV DESAIN DASAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH DI KOTA BANDUNG BAB IV DESAIN DASAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH DI KOTA BANDUNG Konstruksi umum PLTSa pada dasarnya adalah merupakan PLTU dengan kekhususan pada pemrosesan bahan bakar sebelum masuk tungku pembakaran

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gardu Induk 500 kv atau disebut dengan GITET ini mempunyai fungsi untuk mentransformasikan tegangan listrik 500 kv yang dikirim dari beberapa pembangkit di Jawa menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini semakin banyak perusahaan industri yang dituntut untuk lebih berkembang dengan menggunakan teknologi secara maksimal, serta mendorong perusahaan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PERNYATAAN.. ABSTRAK KATA PENGANTAR. UCAPAN TERIMAKASIH. DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR BAGAN

PERNYATAAN.. ABSTRAK KATA PENGANTAR. UCAPAN TERIMAKASIH. DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR BAGAN DAFTAR ISI PERNYATAAN.. ABSTRAK KATA PENGANTAR. UCAPAN TERIMAKASIH. DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR BAGAN i ii iii iv vi vii viii ix BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang Penelitian.....

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah uang. Salah satu yang menunjang aktivitas manusia adalah alat

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah uang. Salah satu yang menunjang aktivitas manusia adalah alat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kita memasuki kehidupan yang serba modern. Pada kehidupan modern ini tentulah selalu mengutamakan waktu, bahkan ada istilah waktu adalah uang. Salah satu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Flow Chart Pengujian Deskripsi sistem rancang rangkaian untuk pengujian transformator ini digambarkan dalam flowchart sebagai berikut : Mulai Peralatan Uji Merakit Peralatan

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK Oleh: FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oktober 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring jaman

Lebih terperinci

,, (1) Mahasiswa Teknik Elektro, Universitas Bung Hatta, (2) Dosen Teknik Elektro, Universitas Bung Hatta.

,, (1) Mahasiswa Teknik Elektro, Universitas Bung Hatta, (2) Dosen Teknik Elektro, Universitas Bung Hatta. REKONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN RENDAH DISESUAIKAN DENGAN KAPASITAS GENERATOR SET 80kVA (Aplikasi Kampus Proklamator 3 Universitas Bung Hatta),, (1) Mahasiswa Teknik Elektro, Universitas Bung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tengah, Lampung Timur, dan Lampung Selatan, maka dibuat peta lahan. daya alam dan manusia serta memperluas lapangan pekerjaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Tengah, Lampung Timur, dan Lampung Selatan, maka dibuat peta lahan. daya alam dan manusia serta memperluas lapangan pekerjaan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka menggali potensi lahan daerah kabupaten wilayah Lampung Tengah, Lampung Timur, dan Lampung Selatan, maka dibuat peta lahan investasi pada daerah tersebut.

Lebih terperinci

MANAGEMENT PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN PHBTR

MANAGEMENT PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN PHBTR MANAGEMENT PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN PHBTR Tugas ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan mata kuliah Managemen Pemeliharaan dan Perbaikan Tenaga Listrik pada semester VI Program Studi D3

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil proses penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil proses penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil proses penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dengan merujuk pada pertanyaan penelitian. Penulis menemukan kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan energi listrik selama ini selalu meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan energi listrik selama ini selalu meningkat dari tahun ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi listrik selama ini selalu meningkat dari tahun ke tahun. Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Perkembangan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN JARINGAN UTILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci