BAB II KONSEP DASAR. bakteri atau cidera toksik, tetapi hepatitis virus yang sering ditemukan
|
|
- Yuliani Kurniawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Hepatitis adalah inflamasi akut pada hepar, ini dapat disebabkan oleh bakteri atau cidera toksik, tetapi hepatitis virus yang sering ditemukan (Engram, 1990: 531). Hepatitis adalah peradangan luas pada jaringan hati yang menyebabkan nekrosis dan degenerasi sel (Reeves, 2001: 143). Hepatitis virus adalah suatu sindroma klinis dan patologis yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi, ditandai dengan berbagai tingkat peradangan dan nekrosis pada hati yang berlangsung terus menerus tanpa penyembuhan dalam waktu yang paling sedikit 6 bulan (Syaifoellah, 1996: 262). B. Anatomi dan Fisiologi 1. Anatomi Sistem Hati Sistem hati merupakan sistem utama yang terlibat dalam pengaturan fungsi-fungsi tubuh. Hati adalah salah satu organ tubuh terbesar dalam tubuh dan terdiri dari dua lobus yang terletak di kuadran atas abdomen di bawah diagfragma meluas ke atas di bawah tulang iga. Kandung empedu terletak di bawah permukaan inferior hati. Hati terbentuk dari lobus-lobus hati yang kecil. Yang terdiri dari lempengan-lempengan sel-sel hati. Masing-masing lempengan tersebut 6
2 umumnya memiliki ketebalan yang terdiri dari dua lapis sel dan diantara sel-sel berjalan suatu kanalikili bilier. Sinusoid-sinusoid hati, yang mendapat perdarahan dari vena porta dan arteri hepatika, terletak pada sisi yang berseberangan dengan sel-sel hati. Setelah melewati sinusoidsinusoid hati, darah dicurahkan menuju vena sentralis dan dari sini darah mengalir menuju vena hapatica. Sinusoid-sinusoid dibatasi oleh sel-sel kuppter yang merupakan sel-sel retikuloenendotelial yang memfagosid bakteri dan produk-produk asing lain. 2. Fisiologi Sistem Hati Hati memiliki susunan yang ideal untuk menerima suplai darah dalam jumlah besar untuk melaksanakan berbagai macam fungsinya, seperti berperan dalam metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak, metabolisme bilirubin, dan detoksifikasi. a. Metabolisme Karbohidrat, Protein, dan Lemak Hati mempunyai peran utama dalam metabolisme tiga nutrisi utama. Melalui berbagai macam aktifitas enzimmatik, hati dapat mengoksidasi karbohidrat, protein, dan lemak untuk mendapatkan energi untuk menggunakan nutrisi-nutrisi ini untuk menghasilkan suatu senyawa yang dapat disimpan untuk digunakan pada masa yang akan datang atau untuk membuat senyawa-senyawa yang dibutuhkan. 7
3 Peranan Hati dalam Metabolisme 1) Metabolisme Karbohidrat Glikogenolisis Glukoneogenesis Metabolisme galaktosa : Memecah glikogen menjadi glukosa : Mensintesa glukosa dari asam amino atau gliserol 2) Metabolisme Protein Sisntesa albumin, globulin, faktor-faktor pembekuan (fibrinogen, protrombin) produksi urea hasil deaminasi protein. 3) Metabolisme Lemak Menghasilkan fosfolifid, lipprotein, kolesterol. Pembentukan benda-benda keton b. Metabolisme Bilirubin Bilirubin adalah suatu produk sampingan dari bagian heme selsel darah merah yang dilepaskan ketika sel-sel darah mengalami kehancuran. Pada saat tersebut bilirubin tidak dapat larut dalam air (unconjugated) dan terdapat dalam darah berikatan dalam protein. Hati bertanggung jawab untuk menangkap bilirubin unconjugated ini, untuk mengkonjugasikannya ke dalam bentuk yang larut dalam air, dan untuk mensekresi bilirubin conjugated ke dalam duodenum dan di pecah oleh bakteri menjadi urobbilinogen. Sehingga urobilinogen dieksresikan bersama feses, sehingga feses berwarna coklat. Sebagian lainnya 8
4 dieliminasi dalam urin dan sebagian sisanya kembali menuju hati dan diubah kembali menjadi bilirubin. c. Detoksifikasi Hati memiliki peranan utama dalam detoksifikasi baik substansi-substansi eksogen maupun substansi-substansi endogen. Hati mempunyai peran yang besar dalam detoksifikasi beberapa obat. Semua obat berbiturat (kecuali Phenobarbital dan berbital) dan beberapa obat sedativa diinaktifkan. Hati memerankan peranan yang penting dalam efektivitas atau toksisitas obat-obat ini dan obat-obat lainnya. Hati juga mendetoksikasi kartikosteroid aldoteron dan estrogen. (Long, 1996) C. Etiologi a. Infeksi Virus 1) Virus hepatitis A,B,C, dan D. 2) Virus lain: sitomegali, epstain, barr dan rubella. b. Penyakit hati autoimum c. Obat metildopa, isoniazid, notrofurotin, oksitenisatin. d. Kelainan genetik: penyakit Wilson, anti tripsin. 9
5 D. Patofisiologi Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh inveksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obat dan bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobule dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Seiring dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar menjadi rusak dibuang dari satu buah resprus sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karena itu, sebagian besar pasien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal. Infeksi virus parenkim hepar telah dikelompokkan berdasarkan agen spesifik yang menginfeksinya. Terdapat empat jenis hepatitis virus akut : A, B, non-a, non B (C) dan delta (D). (Hudak & Gallo, 1996) E. Manifestasi Klinik a. Stadium praikterik berlangsung selama 4 7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri pada otot dan nyeri dari perut kanan atas urine menjadi lebih cokelat. b. Stadium ikterik yang berlangsung selama 3 6 mingu. Ikterus mula-mula terikat pada selera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan-keluhan berkurang tetapi pasien masih lemah, anoreksia dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda. Hati membesar dan nyeri tekan. 10
6 c. Stadium pasca iketrik (rekruvaksensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja menjadi normal lagi. Penyembuhan pada anak-anak lebih cepat dari orang dewasa, yaitu pada akhir bulan kedua, karena penyebab yang biasanya berbeda. (Mansjoer dkk, 2000) F. Penatalaksanaan Terdiri dari istirahat, diet dan pengelolaan medikamentosa. 1. Istirahat Pada peiode akut dan keadaan lemah diharuskan cukup istirahat. Istirahat mutlak tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan. Kekecualian diberikan kepada mereka dengan umur tua dan keadaan umum yang buruk. 2. Diet Jika pasien mual, tidak nafsu makan atau muntah-muntah, sebaiknya diberikan infus. Jika sudah tidak mual lagi, diberikan makanan yang cukup kalori (30 35 kalori/kgbb) dengan protein cukup (1 gd/kgbb). Pemberian lemak sebenarnya tidak perlu dibatasi. Dulu ada kecenderungan untuk membatasi lemak, karena disamakan dengan penyakit kandung empedu. Dapat diberikan diet hati II III. 3. Medikamentosa a) Kortikostiroid tidak diberikan untuk mempercepat penurunan bilirubin darah. Kortikostiroid dapat digunakan pada kolestasis yang berkepanjangan, dimana transominase serum sudah kembali normal 11
7 tetapi bilirubin masih tinggi. Pada keadaan ini dapat diberikan preducsen 3 x 10 mg selama 7 hari kemudian dilakukan tepering off. b) Berikan obat-obat yang bersifat melindungi hati. c) Antibiotik tdiak jelas kegunaannya. d) Jangan diberikan anti emetik. Jika perlu sekali dapat diberikan golongan fenotiazin. e) Vitamin K diberikan pada kasus keberadaannya perdarahan. Bila klien dalam keadaan prekoma atau koma hepatik. G. Komplikasi Edema serebral, perdarahan saluran cerna, gagal ginjal, gangguan elektrolit, gangguan pernafasan, hipoglikemia, sepsis, gelisah, koagulasi intra vaskuler diseminata, hipotensi dan kematian. Tanda-tanda edema serebral adalah kenaikan tekanan intracranial dengan gejala dini transpirasi, hipervertilasi, hiperefleksi, opistotonus, kejang-kejang, kelainan kedua pupil yang terakhir dengan reflek negatif terhadap cahaya. Hilangnya reflek okulovestibular menunjukkan prognosis total. (Mansjoer dkk, 2000). H. Pengkajian Fokus 1. Pengkajian Pola Sistem Data dasar pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati yang perlu dikaji. a. Aktivitas akan istirahat ditandai adanya gejala kelemahan, kelelahan dan meliese umum. 12
8 b. Sirkulasi ditandai adanya brandikardi (hiperbilirubinemia berat) ikterik pada sklera, ikterik pada kulit dan pada mukosa. c. Eliminasi gejalanya adalah urin gelap, siere atau konstipasi, feaces warna tanah liat, adanya atau berulangnya hemidialisin. d. Makanan aatu cairan adanya gejala hilang nafsu makan (anoreksia) penurunan berat badan atau meningkat (edema) mual atau muntah ditandai dengan adanya asites. e. Neurosensori ditandai dengan adanya peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis. f. Nyeri atau kenyamaman gejalanya adalah kram, nyeri tekan pada kuadran kanan atas, mialgia, atralgia, sakit kepala, gatal (pruritus) tandanya otot tegang, gelisah. g. Pernafasan adanya gejala tidak minat atau enggan merokok (perokok) (Doengoes, 2000) 2. Data Penunjang a. Tes fungsi hati : abnormal (4-10 x dari normal) b. SGOT/SGPT : awalnya meningkatkan, dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun. c. Data lengkap: trombositopenia mungkin ada (splenomegali). d. Alkalifosfatase: agak meningkat kecuali ada kolestasis berat. e. Faeses warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati). f. Albumin serum menurun. 13
9 g. Gula darah hiperglikemia transien/hipoglikemia (gangguan fungsi hati) h. HbSAg dapat positif (B) atau negatif (A) i. Biopsi hati menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis. j. Scan hati membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan perenkim k. Urinalisa peningkatan kadar bilirubin protein atau hematuria dapat terjadi. (Dongoes, 2000: ) I. Pathways 14
10 15
11 Masalah Psikososial : Kurang Pengetahuan J. Fokus Intervensi dan Rasional 1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intra abdomen (asites) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pola nafas menjadi efektif. Kriteria hasil : a. Mempertahankan pola nafas efektif. b. Respiratori rate x / mnt c. Asites berkurang Intervensi : a. Awasi frekuensi, kedalaman dan upaya pernafasan. Rasional : pernafasan dangkal, cepat/dispnea mungkin ada sehubungan dengan hipoksia dan atau akumulasi cairan dalam abdomen. b. Selidiki perubahan tingkat kesadaran Rasional : perubahan mental dapat menunjukkan hipoksemia dan gagal pernafasan, yang sering disertai koma hepatica. c. Pertahankan pola tempat tidur tinggi, posisi miring. Rasional : memudahkan pernafasan dengan menurunkan tekanan pada diafragma dan memindahkan ukuran aspirasi sekret. d. Ubah posisi dengan sering, dorong nafas dalam, latihan dan batuk Rasional : membantu ekspasi paru dan memobilisasi sekret. 16
12 e. Awasi suhu, catat adanya menggigil, meningkatnya batuk, perubahan warna/karakter sputum. Rasional : menunjukkan timbulnya infeksi, contoh pneumonia. (Doengoes, 1999) 2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pembesaran hepar Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang/hilang. Kriteria hasil : a. Pasien mengatakan rasa nyeri hilang/terkontrol. b. Ekspresi wajah tampak tenang. c. Skala nyeri 0 3 Intervensi : a. Monitor keluhan nyeri, frekuensi, durasi dan intensitas (skala 1 10) Rasional : membantu evaluasi derajat ketidaknyamanan. b. Monitor tanda-tanda vital Rasional : peningkatan frekuensi jantung dapat menyebabkan peningkatan nyeri/ketidaknyamanan atau terjadi respon terhadap demam dan proses inflamasi. c. Berikan ketrampilan manajemen nyeri Rasional : memungkinkan pasien melakukan mekanisme efektif terhadap nyeri. d. Kolaborasi pemberian analgetik Rasional : mengurangi nyeri dan menurunkan tegangan otot. (Carpenito, 2000) 17
13 3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan aktivitas pasien terpenuhi. Kriteria hasil : a. Malaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktifitas. b. Menunjukkan teknik/perilaku yang memampukan kembali aktifitas. Intervensi a. Tingkatkan tirah baring/duduk Rasional : meningkatkan istirahat dan ketenangan. b. Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung sesuai keperluan Rasional : meningkatkan periode tambahan istirahat tanpa gangguan. c. Ubah posisi dengan sering Rasional : meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan. d. Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan rentang gerak sendi/aktif. Rasional : tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan aktifitas. e. Dorong penggunaan teknik manajemen stress. Rasional : meningkatkan relaksasi dan penghematan energi. (Doengoes, 1999) 4. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan tubuh yang berlebihan diakibatkan karena muntah, demam dan diare 18
14 Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi kekurangan cairan. Kriteria hasil : output dan input seimbang, turgor normal. Intervensi : a. Pertahankan puasa bila muntah dan atau anoreksia menetap Rasional : pengistirahatan gastro intestinal diperlukan untuk menurunkan kebutuhan pada hati dan produksi ammonia/urea gastro intestinal. b. Pertahankan cairan perenteral dengan elektrolit dan vitamin Rasional : meningkatkan keseimbangan cairan dan mencagah masalah koagulasi. c. Kaji tanda-tanda vital Rasional : indikator keadekuatan volume sirkulasi/perfusi. d. Pantau warna fases dan urine konsistensi dan frekuensi defekasi. Rasional : pengkajian dasar untuk mengetahui adanya masalah bowel. e. Ukur output dan input tiap dua jam Rasional : memonitor keseimbangan cairan. f. Pantau daya peningkatan ikterik diserientasi muntah Rasional : deteksi dini terhadap gangguan fungsi hati. 5. Perubahan nutrisi kruang dari kebutuhan tubuh sekunder terhadap anoreksia, muntah, perubahan absorbsi usus. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi kekurangan nutrisi. 19
15 Kriteria hasil : a. Mentoleransi diet yang dianjurkan. b. Mencapai berat badan, mengarah pada berat badan normal. Intervensi : a. Kolaborasi dengan dokter, ahli gizi dan berikan diet buah, pantau masukkan protein, lemak dan karbohidrat. Rasional : diet buah akan menurunkan resiko distress gaster. b. Berikan makan dalam jumlah kecil, sering disajikan dengan menarik. Rasional : memaksimal masukan nutrisi tanpa kelelahan yang tidak perlu/kebutuhan energi dari makan makanan banyak. c. Perbanyak cairan sampai 2,5 liter/hari kecuali terdapat kontraindikasi. Rasional : mencegah dehidrasi yang dapat meningkatkan dengan peningkatan kehilangan cairan tidak tampak. d. Kaji efektifitas/efek samping antasida dan antiemetik, hindari penggunaan compazine dan thorazine Rasional : antiemetik dapat menurunkan mual dan meningkatkan toleransi pada makanan, antasida kerja pada asam gester, dapat menurunkan iritasi/resiko perdarahan, steroid (compazine dan thorazine) dikontraindikasikan karena meningkatkan resiko berulang/terjadinya hepatitis kronis pada pasien hepatitis virus. e. Timbang pasien setiap hari Rasional : mengetahui status nutrisi pasien (pasien puasa/katabolic akan secara normal kehilangan kg/hari perubahan kelebihan 0.5 kg dapat menunjukkan perpindahan keseimbangan cairan). 20
16 f. Lakukan hygiene oral pasien terutama sebelum makan Rasional : menghilangkan rasa tidak enak, dapat meningkatkan nafsu makan. g. Pantau glukosa darah Rasional : hipoglikemia/hiperglikemia dapat terjadi, memerlukan perubahan diet/pemberian insulin. (Tucker, 1998) 6. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ikterik dan pruritus. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi kerusakan integritas kulit. Kriteria hasil : a. Pasien melaporkan penurunan pruritus atau menggaruki. b. Ikut serta dalam aktivitas untuk mempertahankan integritas kulit, kulit tubuh. Intervensi : a. Lakukan perawatan kulit secara teratur, hindari sabun dan penggunaan sabun yang banyak busanya. Rasional : mencegah kulit kering berlebihan. b. Kaji efektifitas kolestiromia Rasional : mungkin digunakan untuk asam empedu pada usus dan mencegah absorsinya. Catatan : efek samping mual dan konstipasi. c. Lakukan gosok punggung dan ganti posisi dengan sering 21
17 Rasional : bermanfaat dalam meningkatkan tidur dan menurunkan iritasi kulit. d. Berikan dorongan untuk memotong kuku pendek dan gunakan sarung tangan. Rasional : menurunkan potensial cidera kulit. (Tucker, 1998) 7. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat, salah interprestasi informasi Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi kurang pengetahuan. Kriteria hasil : a. Mengatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan. b. Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dan hubungan gejala dengan faktor penyebab. c. Melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi dalam pengobatan. Intervensi : a. Kaji tingkat pemahaman proses penyakit, harapan/prognosis, kemungkinan pilihan pengobatan. Rasional : mengidentifikasi area kekurangan pengetahuan/salah informasi dan memberikan kesempatan untuk memberikan informasi tambahan sesuai keperluan. b. Berikan informasi khusus tentang pencegahan/penularan penyakit 22
18 Rasional : kebutuhan/rekomendasi akan bervariasi karena tipe hepatitis (agen penyebab) dan situasi individu. c. Rencanakan memulai aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat adekuat, diskusikan pembatasan mengangkat berat, latihan keras/olah raga. Rasional : aktivitas keras perlu dibatasi sampai hati kembali keukuran normal, bila pasien mulai merasa lebih baik, ia perlu memahami tentang pentingnya istirahat adekuat lanjutan dalam mencegah kekambuhan. d. Bantu pasien mengidentifikasi aktivitas pengalih Rasional : aktivitas yang dapat dinikmati akan membantu pasien menghindari pemusatan pada penyembuhan panjang. e. Dorong kesinambungan diet seimbang Rasional : meningkatkan kesehatan karena dalam meningkatkan proses penyembuhan/regenerasi jaringan. f. Identifikasi cara untuk mempertahankan fungsi usus biasanya, contoh masukan cairan adekuat/diet serat, aktivitas/latihan sedang sesuai toleransi. Rasional : penurunan terhadap aktivitas, perubahan pada pemasukan makanan /cairan dan aktivitas usus dapat mengakibatkan konstipasi. g. Diskusikan efek samping dan bahaya neraca obat yang dijual bebas/diresepkan. 23
19 Rasional : beberapa obat merupakan toksik untuk hati, banyak obat lain dimetabolisme oleh hati dan harus dihindari pada penyakit hati. h. Tekankan pentingnya mengevaluasi pemeriksaan fisik dan evaluasi laborat. Rasional : proses penyakit dapat menekan kulit berbulan-bulan untuk membaik, bila gatal-gatal ada lebih lama dari enam bulan, biopsy hati diperlukan untuk memastikan adanya hepatitis kronis. i. Kaji ulang perlunya menghindari alkohol selama enam bulan minimum lebih lama kasus toleransi individu. Rasional : meningkatkan iritasi hepatik dan mempengaruhi pemilihan. (Doengoes, 1999) 24
ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B
HEPATITIS REJO PENGERTIAN: Hepatitis adalah inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan kimia ETIOLOGI : 1. Ada 5
Lebih terperinci2. Pengkajian Kesehatan. a. Aktivitas. Kelemahan. Kelelahan. Malaise. b. Sirkulasi. Bradikardi (hiperbilirubin berat)
. KOMPLIKASI Ensefalopai hepaic terjadi pada kegagalan hai berat yang disebabkan oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopai hepaik. Kerusakan jaringan paremkin hai
Lebih terperinciEtiologi Alkohol Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis. Obat-obatan Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering
ASKEP HEPATITIS TINJAUAN TEORITIS Defenisi Hepatitis merupakan suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI
LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Hepatomegali Pembesaran Hati adalah pembesaran organ hati yang disebabkan oleh berbagai jenis penyebab seperti infeksi virus hepatitis, demam
Lebih terperinciSIROSIS HEPATIS R E J O
SIROSIS HEPATIS R E J O PENGERTIAN : Sirosis hepatis adalah penyakit kronis hati oleh gangguan struktur dan perubahan degenerasi fungsi seluler dan selanjutnya perubahan aliran darah ke hati./ Jaringan
Lebih terperinciBAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya
BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Obstruksi usus atau ilieus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID
ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA
LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar darah Hemoglobin (Hb) atau hematokrit di bawah normal. (Brunner & Suddarth, 2000:
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN
Lebih terperinciKekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan
F. KEPERAWATAN Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan Kaji TTV, catat perubahan TD (Postural), takikardia, demam. Kaji turgor kulit, pengisian kapiler dan
Lebih terperinciBAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi
BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Obstruksi usus atau illeus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi saluran cerna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena
Lebih terperinciHepatitis Virus. Oleh. Dedeh Suhartini
Hepatitis Virus Oleh Dedeh Suhartini Fungsi Hati 1. Pembentukan dan ekskresi empedu. 2. Metabolisme pigmen empedu. 3. Metabolisme protein. 4. Metabolisme lemak. 5. Penyimpanan vitamin dan mineral. 6. Metabolisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hati adalah salah satu organ penting dalam tubuh manusia yang memiliki peran dalam proses penyimpanan energi, pembentukan protein, pembentukan asam empedu, pengaturan
Lebih terperinciBAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan
1 BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit,
Lebih terperinciHEPATITIS DR.H.A.HAMID HASAN INTERNA FK.UNMAL
HEPATITIS DR.H.A.HAMID HASAN INTERNA FK.UNMAL PENDAHULUAN VARIASI HEP.VIRUS TERGANTUNG JENIS A,B.C KLINIS TERGANTUNG RINGAN-BERAT DARI TIPIKAL S/D ATIPIK HEPATITIS VIRAL AKUT : 1. BENTUK KHAS / SIMPTOMATIK
Lebih terperinciA. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut:
A. lisa Data B. Analisa Data berikut: Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai No. Data Fokus Problem Etiologi DS: a. badan terasa panas b. mengeluh pusing c. demam selama
Lebih terperinciDEFENISI Kanker hati adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan fibrosis hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilang nya
ASKEP CA. HEPAR DEFENISI Kanker hati adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan fibrosis hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilang nya sebagian besar fungsi hepar. Kanker
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hepatik merupakan suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif (Nurdjanah, 2009). Sirosis hepatik merupakan
Lebih terperinciImplementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Dx. Tindakan dan Evaluasi
Lampiran 1 Senin/ 17-06- 2013 21.00 5. 22.00 6. 23.00 200 7. 8. 05.00 05.30 5. 06.00 06.30 07.00 3. Mengkaji derajat kesulitan mengunyah /menelan. Mengkaji warna, jumlah dan frekuensi Memantau perubahan
Lebih terperinciBAB I KONSEP DASAR. dalam kavum Pleura (Arif Mansjoer, 1999 : 484). Efusi Pleura adalah
BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Efusi Pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan di rongga pleura selain cairan dapat juga terjadi penumpukan pus atau darah (Soeparman, 1996 : 789).
Lebih terperinci5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan
5. Pengkajian a. Riwayat Kesehatan Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam. Anoreksia, sukar menelan, mual dan muntah. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas
Lebih terperinciBAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )
BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina.
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR A.
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Hepatitis adalah keadaan radang atau cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat atau alkohol (FKAUI, 2006). Hepatitis adalah infeksi sistemik oleh virus disertai
Lebih terperinciPATHWAY THALASEMIA. Mutasi DNA. Produksi rantai alfa dan beta Hb berkurang. Kelainan pada eritrosit. Pengikatan O 2 berkurang
PATHWAY THALASEMIA Penyebab primer: - Sintetis Hb A
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG A. DEFINISI CKR (Cedera Kepala Ringan) merupakan cedera yang dapat mengakibatkan kerusakan
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam
BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Febris / demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas variasi sirkadian yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior
Lebih terperinciLAPORAN KASUS / RESUME DIARE
LAPORAN KASUS / RESUME DIARE A. Identitas pasien Nama lengkap : Ny. G Jenis kelamin : Perempuan Usia : 65 Tahun T.T.L : 01 Januari 1946 Status : Menikah Agama : Islam Suku bangsa : Indonesia Pendidikan
Lebih terperinciOLEH : KELOMPOK 5 WASLIFOUR GLORYA DAELI
OLEH : KELOMPOK 5 HAPPY SAHARA BETTY MANURUNG WASLIFOUR GLORYA DAELI DEWI RAHMADANI LUBIS SRI DEWI SIREGAR 061101090 071101025 071101026 071101027 071101028 Nutrisi adalah apa yang manusia makan dan bagaimana
Lebih terperinciBAB I KONSEP DASAR. insulin (Engram, 1999:532). Ulkus adalah kehilangan jaringan kulit yang
BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Typhoid atau Typhus Abdominalis adalah suatu infeksi akut yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi. Typhi dengan masa tunas 6-14
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA PENGERTIAN Suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. (Mizieviez). ETIOLOGI 1. Faktor
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN CA.LAMBUNG
ASUHAN KEPERAWATAN CA.LAMBUNG DEFINISI Kanker lambung merupakan neoplasma maligna yang di temukan di lambung, biasanya adenokarsinoma,atau gangguan sel gaster yang dalam waktu lama terjadi mutasi sel gaster,
Lebih terperinciBAB I KONSEP DASAR A.
BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Gastroenteritis adalah radang dari lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa muntah (muntah berak) (Junaedi, dkk. 1995:585). Diare adalah buang air
Lebih terperinciAPPENDISITIS. Appendisitis tersumbat atau terlipat oleh: a. Fekalis/ massa keras dari feses b. Tumor, hiperplasia folikel limfoid c.
APPENDISITIS I. PENGERTIAN Appendisitis adalah inflamasi akut pada appendisits verniformis dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Brunner & Suddart, 1997) II. ETIOLOGI Appendisitis
Lebih terperinciBAB III ANALISA KASUS
BAB III ANALISA KASUS 3.1 Pengkajian Umum No. Rekam Medis : 10659991 Ruang/Kamar : Flamboyan 3 Tanggal Pengkajian : 20 Mei 2011 Diagnosa Medis : Febris Typhoid a. Identitas Pasien Nama : Nn. Sarifah Jenis
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepar merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia, dengan berat 1.200-1.500 gram. Pada orang dewasa ± 1/50 dari berat badannya sedangkan pada bayi ± 1/18 dari berat
Lebih terperinci3. Potensial komplikasi : dehidrasi. 3. Defisit pengetahuan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA A. Definisi: Keadaan icterus yang terjadi pada bayi baru lahir, yang dimaksud dengan ikterus yang terjadi pada bayi baru lahir adalah meningginya
Lebih terperinciHIPONATREMIA. Banyak kemungkinan kondisi dan faktor gaya hidup dapat menyebabkan hiponatremia, termasuk:
HIPONATREMIA 1. PENGERTIAN Hiponatremia adalah suatu kondisi yang terjadi ketika kadar natrium dalam darah adalah rendah abnormal. Natrium merupakan elektrolit yang membantu mengatur jumlah air di dalam
Lebih terperinciBAB I TINJAUAN TEORI. Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diastolic>90
1 BAB I TINJAUAN TEORI A. Pengertian Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diastolic>90 mmhg,yang terjadi pada seseoang paling sedikit tiga waktu terakhir yang berbeda (who 1978,komisi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. merah kecoklatan yang memiliki berat sekitar 1,4 kg atau sekitar 2,5% dari massa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian hati Hati merupakan kelenjar terbesar dan kompleks dalam tubuh, berwarna merah kecoklatan yang memiliki berat sekitar 1,4 kg atau sekitar 2,5% dari massa tubuh.letaknya
Lebih terperinciAuthor : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.
Author : Liza Novita, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.tk GLOMERULONEFRITIS AKUT DEFINISI Glomerulonefritis Akut (Glomerulonefritis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit akibat infeksi dan sisi yang lain banyak ditemukan masalah
Lebih terperinciBAB I KONSEP DASAR. kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah disertai lesi membrane
1 BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai kelainan metabolic akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal,
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang
27 BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang ditemukan pada pasien An.T adapun permasalahan tersebut sebagai berikut: A. Diagnosa 1 Bersihan jalan nafas tidak efektif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada masa kini semakin banyak penyakit-penyakit berbahaya yang menyerang dan mengancam kehidupan manusia, salah satunya adalah penyakit sirosis hepatis. Sirosis hepatis
Lebih terperinciKanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Darah Karbohidrat merupakan sumber utama glukosa yang dapat diterima dalam bentuk makanan oleh tubuh yang kemudian akan dibentuk menjadi glukosa. Karbohidrat yang dicerna
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hati merupakan organ sentral dalam metabolisme di tubuh. Berat rata
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hati 1. Anatomi Hati Hati merupakan organ sentral dalam metabolisme di tubuh. Berat rata rata 1500 g atau 2% dari berat tubuh total, hati menerima 1500 ml darah per menit, atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hepatitis adalah inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan. kumpulan perubahan klinis, biokimia, serta seluler yang khas
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hepatitis adalah inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia, serta seluler yang khas (Baughman, 2000). Hepatitis merupakan suatu
Lebih terperinciHIPOGLIKEMIA PADA PASIEN DIABETES MELLITUS
HIPOGLIKEMIA PADA PASIEN DIABETES MELLITUS I. DEFINISI Hipoglikemia adalah batas terendah kadar glukosa darah puasa (true glucose) adalah 60 mg %, dengan dasar tersebut maka penurunan kadar glukosa darah
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi
LAPORAN PENDAHULUAN I. Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi
Lebih terperinciDiabetes tipe 2 Pelajari gejalanya
Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan
Lebih terperinciDefinisi Diabetes Melitus
Definisi Diabetes Melitus Diabetes Melitus berasal dari kata diabetes yang berarti kencing dan melitus dalam bahasa latin yang berarti madu atau mel (Hartono, 1995). Penyakit ini merupakan penyakit menahun
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN. memperlihatkan iregularitas mukosa. gastritis dibagi menjadi 2 macam : Penyebab terjadinya Gastritis tergantung dari typenya :
LAPORAN PENDAHULUAN A. KONSEP MEDIK 1. DEFINISI Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung. Gambaran klinis yg ditemukan
Lebih terperinciThalassemia. Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin N
Thalassemia Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin N Maiyanti Wahidatunisa Nur Fatkhaturrohmah Nurul Syifa Nurul Fitria Aina
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ginjal punya peran penting sebagai organ pengekresi dan non ekresi, sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak dibutuhkan oleh tubuh
Lebih terperinciBAB I KONSEP DASAR. menderita deferensiasi murni. Anak yang dengan defisiensi protein. dan Nelson membuat sinonim Malnutrisi Energi Protein dengan
BAB I KONSEP DASAR A. Konsep Medis Kurang Energi Protein (KEP) 1. Pengertian Malnutrisi sebenarnya adalah gizi salah, yang mencakup gizi kurang atua lebih. Di Indonesia dengan masih tinggi angka kejadian
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr.
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr. KARIADI SEMARANG Disusun oleh : Hadi Winarso 1.1.20360 POLITEKNIK KESEHATAN
Lebih terperinciBAB I KONSEP DASAR. dapat dilewati (Sabiston, 1997: 228). Sedangkan pengertian hernia
1 BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Kata hernia pada hakekatnya berarti penonjolan suatu peritoneum, suata organ atau lemak praperitoneum melalui cacat kongenital atau akuisita dalam parietas muskuloaponeurotik
Lebih terperinciMONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI
MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI Oleh : Furkon Nurhakim INTERVENSI PASCA OPERASI PASE PASCA ANESTHESI Periode segera setelah anesthesi à gawat MEMPERTAHANKAN VENTILASI PULMONARI Periode
Lebih terperincicairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi.
I. Rencana Tindakan Keperawatan 1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi. a. Tekanan darah siastole
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan. serta bahan-bahan kimia (Sarjono Hadi, 1999)
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Hepatitis adalah proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia (Sarjono
Lebih terperinciPENGERTIAN Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari gram (sampai dengan g
ASUHAN PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH By. Farida Linda Sari Siregar, M.Kep PENGERTIAN Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari
Lebih terperincisex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) tidak hanya disebabkan oleh asites pada sirosis hati melainkan juga disebabkan oleh gastroenteritis dan pendarahan pada saluran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella thypi (S thypi). Pada masa inkubasi gejala awal penyakit tidak tampak, kemudian
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. memberikan asuhan keperawatan terhadap Ny. A post operasi sectio caesarea
38 BAB IV PEMBAHASAN Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan yang di lakukan pada Ny. A post operasi sectio caesarea dengan indikasi fetal distres di bangsal Annisa RS PKU Muhammadyah Surakarta, maka
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN A. PENGERTIAN Transient Tachypnea Of The Newborn (TTN) ialah gangguan pernapasan pada bayi baru lahir yang berlangsung singkat yang
Lebih terperinciDAFTAR TABEL JUDUL. Distribusi frekuensi klien DM berdasarkan usia. Distribusi frekuensi klien DM berdasarkan jenis kelamin
DAFTAR TABEL NO JUDUL HAL 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 3.10 3.11 3.12 3.13 3.14 3.15 3.16 Distribusi frekuensi klien DM berdasarkan usia Distribusi frekuensi klien DM berdasarkan jenis kelamin Distribusi
Lebih terperinciC. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL O 1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produk mucus berlebihan dan kental, batuk tidak efektif. Mempertahankan jalan
Lebih terperinciglukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu)
14 (polidipsia), banyak kencing (poliuria). Atau di singkat 3P dalam fase ini biasanya penderita menujukan berat badan yang terus naik, bertambah gemuk karena pada fase ini jumlah insulin masih mencukupi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan karakteristik adanya tanda-tanda hiperglikemia akibat ketidakadekuatan fungsi dan sekresi insulin (James,
Lebih terperinciCRITICAL ILLNESS. Dr. Syafri Guricci, M.Sc
CRITICAL ILLNESS Dr. Syafri Guricci, M.Sc Respon Metabolik pada Penyakit Infeksi dan Luka Tiga komponen utama, Yaitu : Hipermetabolisme Proteolisis dengan kehilangan nitrogen Percepatan Utilisasi Glukosa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering. Walaupun nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering memudahkan diagnosis, pasien
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Infeksi pada saluran pernafasan jauh lebih sering terjadi dibandingkan dengan infeksi
Lebih terperinci: Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : Departemen : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar
Nama : Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : 19720826 200212 1 002 Departemen : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar Mata Kuliah : Kep. Medikal Bedah Topik : Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA KLIEN DENGAN PERDARAHAN SALURAN CERNA
1 LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA KLIEN DENGAN PERDARAHAN SALURAN CERNA I Deskripsi Perdarahan pada saluran cerna terutama disebabkan oleh tukak lambung atau gastritis. Perdarahan saluran cerna dibagi menjadi
Lebih terperinciA. DEFINISI Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusakatau hilang. Ketika luka tim
PERAWATAN LUKA by : Rahmad Gurusinga A. DEFINISI Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusakatau hilang. Ketika luka timbul, beberapa
Lebih terperinciDiabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya
Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Apakah diabetes tipe 1 itu? Pada orang dengan diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat membuat insulin. Hormon ini penting membantu sel-sel tubuh mengubah
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan adanya tinja yang keras sehingga buang air besar menjadi jarang, sulit dan nyeri. Hal ini disebabkan
Lebih terperinciMetabolisme Bilirubin di Hati 1. Pembentukan bilirubin Langkah oksidase pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme dengan bantuan enzim heme
Metabolisme Bilirubin di Hati 1. Pembentukan bilirubin Langkah oksidase pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme dengan bantuan enzim heme oksigenase yaitu enzim yang sebagian besar terdapat dalam
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sakit Perut Berulang Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut berulang pada remaja terjadi paling sedikit tiga kali dengan jarak paling sedikit
Lebih terperinciAsuhan Keperawatan Hepatitis D
Asuhan Keperawatan Hepatitis D Hepatitis D (sering disebut Hepatitis Delta) adalah suatu peradangan pada sel-sel hati yang disebabkan oleh virus hepatitis D (HDV). Virus Hepatitis D (HDV) adalah virus
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI A. PENGERTIAN Chikungunya berasal dari bahasa Shawill artinya berubah bentuk atau bungkuk, postur penderita memang kebanyakan membungkuk
Lebih terperinci9. Sonia mahdalena 10. Tri amalia 11. Mitha nur 12. Novita sari 13. Wardah afifah 14. windi yuniati 15. Gina I. 16. Nungki. 8.
1. Dika fernanda 2. Satya wirawicak 3. Ayu wulandari 4. Aisyah 5. Isti hidayah 6. Hanny dwi andini 7. Ranny dwi. H 8. Siti sarifah 9. Sonia mahdalena 10. Tri amalia 11. Mitha nur 12. Novita sari 13. Wardah
Lebih terperinciCATATAN PERKEMBANGAN. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Dx Hari/tanggal Pukul Tindakan Keperawatan
Lampiran CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan 1 Rabu 11.00 - Mengkaji fungsi pernafasan klien 19 Mei 2015 WIB - Mengkaji suara nafas klien - Mengkaji kemampuan klien untuk mengeluarkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Swamedikasi 1. Definisi Swamedikasi Pelayanan sendiri didefinisikan sebagai suatu sumber kesehatan masyarakat yang utama di dalam sistem pelayanan kesehatan. Termasuk di dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. (Mansjoer Arif, 1999) Abortus
Lebih terperinciDIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.
DIARE AKUT I. PENGERTIAN Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Kematian disebabkan karena dehidrasi. Penyebab terbanyak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. penyebab abdomen akut yang paling sering (Mansjoer, 1999).
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Appendiksitis adalah peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering (Mansjoer, 1999). Appendiksitis adalah peradangan
Lebih terperinciAsuhan Keperawatan Anak Preschool dengan ISPA A. Definisi Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri,
Lebih terperinciDEFINISI Kanker kolon adalah polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitar.
CA. KOLON DEFINISI Kanker kolon adalah polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitar. ETIOLOGI Penyebab kanker usus besar masih
Lebih terperinciNursing Care Plan Sheet
1. Physiological: Basic (Classes A-F) 4. Safety (Classes U-V) Aktivitas NIC Groups 1 Physiological: Basic. A Activity & Exercise Mgt. 2 Physiological: Complex G Electrolyte & Acid-Base Mgt. B Elimination
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyebab mikrobiologi (Cristin Hancock, 2003). Gastroentritis adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gastroentritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus yang terjadi akibat salah makan, biasanya di sebabkan oleh penyebab mikrobiologi (Cristin Hancock,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sirosis hati merupakan penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan,
Lebih terperinciPENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan
PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan
Lebih terperinciMENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL
MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL Pendahuluan Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Gagal Jantung Kongestif 1.1 Defenisi Gagal Jantung Kongestif Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA
ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA Konsep Medik : 1. Pengertian Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada paru-paru yang umumnya disebabkan oleh agent infeksi. 2. Tanda dan Gejala 1. Secara khas
Lebih terperinciNutrition in Elderly
Nutrition in Elderly Hub gizi dg usia lanjut Berperan besar dalam longevity dan proses penuaan Percobaan pada tikus: restriksi diet memperpanjang usia hidup Menurunkan peny kronis Peningkatan konsumsi
Lebih terperinci