PENGEMBANGKAN BAHAN AJAR BERBASIS MULTIMEDIA INTERAKTIF BERORIENTASI PEMBERDAYAAN MULTIPLEINTELLIGENCES

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGKAN BAHAN AJAR BERBASIS MULTIMEDIA INTERAKTIF BERORIENTASI PEMBERDAYAAN MULTIPLEINTELLIGENCES"

Transkripsi

1 PENGEMBANGKAN BAHAN AJAR BERBASIS MULTIMEDIA INTERAKTIF BERORIENTASI PEMBERDAYAAN MULTIPLEINTELLIGENCES DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)DI SINGARAJA KOTA I Putu Suka Arsa, I Gede Ratnaya, Ni Made Wahyuni ABSTRAK Penelitian pengembangan yang dilakukan memiliki tujuan mengembangkan bahan ajar berbasis multimedia interaktif tentang pemberdayaan multiple intelligences (kecerdasan multitalenta) untuk guru-guru di SMP. Tujuan tersebut dicapai dengan pengembangan pembelajaran bahan ajar berbasis multimedia interaktif secara sistematis. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and Development) media pembelajaran, khususnya berupa pembelajaran melalui bahan ajar berbasis multimedia interaktif yang meliputi: analisis kebutuhan, desain, pengembangan dan implementasi serta evaluasi dan revisi. Pada tahap analisis dilakukan: (1) analisis pembelajaran di kelas, (2) analisis karakteristik sasaran, dan (3) analisis materi. Pada tahap pembuatan dilakukan: (1) pemilihan materi, (2) menetapkan strategi pembelajaran, (3) merancang naskah pembelajaran bahan ajar berbasis multimedia interaktif. Pada tahap pengembangan dilakukan langkah-langkah mewujudkan naskah pembelajaran bahan ajar berbasis multimedia interaktif menjadi prototype pembelajaran yang berorientasi pada pemberdayaan kecerdasan majemuk. Pada tahap implementasi dilakukan penilaian para ahli dan uji coba pada sasaran. Produk tahun pertama adalah menghasilkan naskah pembelajaran bahan ajar berbasis multimedia interaktif pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk dan artikel. Kata kunci: pembelajaran bahan ajar berbasis multimedia interaktif,multiple intelligences Latar Belakang Menurut teori konstruktivisme yang dikembangkan oleh Von Glasserfeld, pembentukan pengetahuan seseorang dilakukan sendiri oleh orang itu dan bukan oleh guru, sehingga para guru hanya bisa mendorong para siswa agar aktif dalam pembelajaran untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Dorongan para guru sangat memicu dan memacu para siswa aktif dan giat belajar. Fungsi guru dalam kelas bukan mengajari namun kehadiran guru membuat siswa belajar sehingga fungsi guru tidak mengajar namun lebih pada empat fungsi yang harus difahami oleh guru yaitu : 1. Menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, kereatif, menciptakan berbagai kiat dan model penyampaian materi pembelajaran, 361 membuat suasana pembelajaran menjadi menarik. 2. Membangkitkan motivasi para siswa agar lebih aktif dan giat dalam belajar. 3. Membimbing dan memberikan kemudahan bagi siswa dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi berkualitas. 4. Memimpin pembelajaran, juga sebagai tempat bertanya bagi para siswa. Dengan guru melaksanakan fungsinya seperti ini akan mendorong siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Keaktifan siswa tersebut akan meningkatkan mutu pendidikan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan. Siswa diajak dan ditekankan kepada learning how to learn. Pemahaman ini akan sangat mendorong para siswa terus mencari ilmu pengetahuan sehingga dapat terbentuk long life learning.

2 Dalam standar nasional pendidikan pasal 28 dikemukakan bahwa pendidik sebagai agen pembelajaran harus berkualifikasi akademik dan kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya dalam penjelasan dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan pendidik sebagai agen pembelajaran adalah peran pendidik antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik. Disamping itu juga dapat ditambahkan sebagai pengawas dan evaluator dalam proses pembelajaran siswa. Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada siswa, tetapi harus menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar kepada seluruh siswa, agar mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka. Untuk kepentingan tersebut perlu dikondisikan lingkungan belajar yang kondusif dan menantang rasa ingin tahu siswa, sehingga proses pembelajaranakan berlangsung secara efektif. Setiap individu adalah unik. Artinya setiap individu memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut bermacam-macam, mulai dari perbedaan fisik, pola berpikir dan cara-cara merespon atau mempelajari hal-hal baru. Dalam hal belajar, masing-masing individu memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap pelajaran yang diberikan. Menurut Hudojo (1988:100) memang tidak ada dua individu yang persis sama, setiap individu adalah unik. Suharyanto (1996:96) menyatakan bahwa jika perbedaan individu kurang diperhatikan, maka banyak siswa akan mengalami kesulitan belajar dan kegagalan belajar. Kenyataan di atas menuntut agar siswa dapat dilayani sesuai perkembangan individual masing-masing. Konsekuensinya adalah pembelajaran perlu melayani siswa secara individual untuk menghasilkan perkembangan yang sempurna pada setiap siswa. (Hudojo, 1988:101). Seperti pepatah, Lain ladang, lain ikannya. Lain orang, lain pula gaya belajarnya (Uno, 2008:180). Pepatah ini cocok untuk menggambarkan bahwa setiap orang mempunyai gaya belajar sendiri-sendiri dan tidak dapat dipaksakan untuk menggunakan gaya yang seragam. Setiap orang memiliki gaya belajar yang unik. Tidak ada suatu gaya belajar yang lebih baik atau lebih buruk daripada gaya belajar yang lain. Tidak ada individu yang berbakat atau tidak berbakat. Setiap individu secara potensial pasti berbakat tetapi ia mewujud dengan cara yang berbeda-beda. Singkat kata, tidak ada individu yang bodoh (atau setiap individu adalah cerdas). Ada individu yang cerdas secara logika-matematika, namun ada juga individu yang cerdas di bidang kesenian. Pandangan-pandangan baru yang bertolak dari teori Howard Gardner mengenai intelligensi ini telah membangkitkan gerakan baru pembelajaran, antara lain dalam hal melayani keberbedaan gaya belajar pebelajar. Suatu cara pandang baru inilah yang mengakui ke-unik-an setiap individu manusia. Gardner (1983) mengenalkan Teori Multiple Intelligences yang menyatakan bahwa kecerdasan meliputi sembilan kecerdasan. Yaitu, kecerdasan linguistik/verbal/bahasa, kecerdasan matematis logis, kecerdasan visual/ruang/spasial, kecerdasan musikal/ritmis, kecerdasan kinestetik jasmani, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. Kemudian tahun 1999, Gardner menemukan jenis kecerdasan baru, kecerdasan kesembilan dalam teorinya, yang ia namakan kecerdasan eksistensial. Salah satu keunikan siswa yang perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran adalah kecerdasan multitalenta (multiple intellegences). Kecerdasan multitalenta merupakan jenis-jenis kecerdasan yang sangat diperlukan dalam abad 21, seperti kecerdasan intrapersonal maupun kecerdasan 362

3 interpersonal. Kecerdasan intrapersonal berkaitan dengan kemampuan memanajemen diri dengan baik, bertanggung jawab, beretos kerja, maupun tepat waktu. Karakter tersebut merupakan perwujudan softskill yang diperlukan dunia kerja di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Begitu juga dengan kecerdasan interpersonal sangat diperlukan dalam hal berkomunikasi, berdiplomasi, dan menjalin kerja sama sebagai kompetensi yang wajib dikuasai sekaligus sebagai modal daya saing bangsa. Namun belum banyak para guru yang mengembangkan dan memberdayakan kecerdasan tersebut dalam pembelajaran. Pembelajaran di sekolah umumya masih menitikberatkan pada pemberdayaan kecerdasan akademik (linguistik dan logikmatematik). Hal ini dapat dilihat dari masih banyak guru dalam pembelajarannya hanya menekankan pada kecerdasan akademik dan kurang mampu memfasilitasi kecerdasan lain yang dimiliki siswa. Guru dan orang tua masih banyak percaya bahwa bila anaknya menjadi juara kelas akan menjadi orang sukses dalam kehidupannya. Padahal secara emperis menunjukan bahwa banyak orang yang memiliki prestasi akademik tinggi ternyata menjalani kehidupan biasa-biasa saja, sementara orang yang secara akademis tidak berprestasi tetapi sukses, lebih bahagia, sejahtera dan sehat. Melalui pengembangan bahan ajar berbasis multimedia interaktif, diharapkan para guru khususnya di SMP dapat lebih mudah memahami keterampilan mengajar khsususnya dalam memberdayakan kecerdasan multitalenta. Selanjutnya, para guru juga diharapkan dapat mempraktekkan keterampilan tersebut secara berulang-ulang sehingga penguasaan menjadi lebih optimal. Dengan demikian, produk yang dihasilkan dari penelitian pengembangan ini adalah bahan ajar berbasis multimedia interaktif pembelajaran, dan buku panduan guru. Produk hasil penelitian diharapkan pula dapat diseminasikan ke guru-guru lainnya dalam rangka meningkatkan pemberdayaan kecerdasan multitalenta siswa khususnya di SMP. Tujuan Khusus Penelitian Tahap Pertama 1. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan kendala-kendala guru dalam pembelajaran di SMP khususnya dalam memberdayakan kecerdasan multitalenta. 2. Mendeskripsikan hasil analisis kebutuhan yang akan menjadi acuan penentuan tema dalam bahan ajar berbasis multimedia interaktif dalam pembelajaran. 3. Menyusun naskah bahan ajar berbasis multimedia interaktif dalam pembelajaran yang berorientasi pada pemberdayaan kecerdasan multitalenta siswa SMP. Teori kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence atau MI) merupakan istilah yang relatif baru yang dikenalkan oleh Howard Gardner. Jasmine (2007: 5) menjelaskan bahwa Teori tentang Kecerdasan Majemuk (KM) adalah salah satu perkembangan paling penting dan paling menjanjikan dalam pendidikan dewasa ini. Teori KM didasarkan atas karya Howard Gardner, pakar psikologi perkembangan, yang berupaya menciptakan teori baru tentang pengetahuan sebagai bagian dari karyanya di Universitas Harvard. Gardner berkenaan dengan teori tersebut, yaitu Frame of Mind (1983) menjelaskan ada delapan macam [sekarang sembilan] kecerdasan manusia yang meliputi bahasa (linguistic), musik (musical), logika-matematika (logicalmathematical), spasial (spatial), kinestetis-tubuh (bodily-kinesthetic), intrapersonal (intrapersonal), interpersonal (interpersonal), dan 363

4 naturalis (naturalits). Guru diharapkan mampu memfasilitasi dan sebagai mentor untuk mengembangkan kecerdasan para siswanya secara optimal. Kecerdasan siswa dapat dikembangkan melalui pembelajaran tematik integratif kontekstual untuk memberikan pengalaman belajar nyata (riil) melalui aktivitas belajar aktif yang dapat mendorong optimalisasi seluruh kecerdasan siswa. Mengingat pentingnya pengembangan kecerdasan multitalenta maka guru memiliki peran strategis memberdayakan kecerdasan tersebut. Berdasarkan hasil studi pendahuluan bahwa: (1) praktik pembelajaran guru umumya masih menitikberatkan pada pemberdayaan kecerdasan akademik (linguistik dan logik-matematik), (2) praktik pembelajaran guru masih terfokus terhadap penguasaan materi oleh peserta didik, (3) pengetahuan dan pemahaman para guru tentang pemberdayaan kecerdasan multitalenta siswa SMP masih rendah, (4) keterampilan mengajar para guru khusunya mengenai cara memberdayakan kecerdasan multitalenta siswa juga masih rendah. Mengatasi masalah tersebut maka penting dikembangkan bahan ajar berbasis multimedia interaktif dalam pembelajaran tentang keterampilan pemberdayaan kecerdasan multitalenta yang selama ini belum ada di sekolahsekolah. Bahan ajar berbasis multimedia interaktif mampu memberikan pengalaman nyata, menggunakan guru model profesional yang dipilih melalui proses casting, dan penyajian pesan memperhatikan prinsip-prinsip desain pesan yang baik sehingga keterampilan mengajar dalam mengunakan bahan ajar berbasis multimedia interaktif dapat pahami dan dipraktikkkan dengan baik. Metode Penelitian Penelitian ini dirancang berlangsung dalam satu tahun. Ringkasan kegiatan utama, subyek dan produk yang ingin dicapai dalam penelitian selama 1 (satu) tahun diuraikan secara ringkas seperti pada Tabel

5 Tabel 1. Rencana Kegiatan dan Produk yang diharapkan Tahun Kegiatan Utama Subyek Produk Tahun I 2016 Perancangan bahan ajar berbasis multimedia interaktif: Analisis proses pembelajaran Menetapkan materi pelajaran (tema) Siswa SMP Draf bahan ajar berbasis multimedia interaktif Menetapkan strategi Pembelajaran Guru SMP Merancang naskah bahan ajar berbasis multimedia interaktif Metode Pengembangan Penilaian naskah bahan ajar berbasis multimedia interaktif oleh ahli isi dan ahli media Revisi naskah berdasarkan masukkan ahli Melakukan pengujian dan simulasi praktek pembelajaran sebelum tahap pembuatan naskah bahan ajar Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Borg dan Gall (2003) menyatakan penelitian pengembangan adalah penelitian yang berorientasi untuk mengembangkan dan memvalidasi produkproduk yang digunakan dalam pendidikan. Model pengembangan yang digunakan adalah model Hannafin & Peck (1987) (dalam Qureshi, 2004) seperti Gambar 3.1. Draf pedoman penggunaan bahan ajar berbasis multimedia interaktif dalam pembelajaran berbasis kecerdasan multitalenta Penilaian terhadap kebutuhan dalam mengembangkan suatu produk pembelajaran adalah hal pertama yang sangat penting, karena akan diperoleh produk pembelajaran yang sesuai dengan keadaan dan karakteristik sasaran. Tahap penilaian kebutuhan meliputi kegiatan: (a) analisis proses pembelajaran, (b) melakukan analisis materi, dan (c) melakukan analisis karakteristik sasaran (guru). 2. Tahap Desain Gambar 1 Tahapan Model Hannafin & Peck (1987) 1. Tahap Penilaian Kebutuhan Langkah penting yang harus diperhatikan dalam proses desain adalah menentukan strategi pembelajaran yang berorientasi pada 365

6 pengembangan kecerdasan multitalenta. Tahap perancangan difokuskan pada tiga kegiatan yaitu: (a) pemilihan materi (tema), (b) pemilihan strategi pembelajaran yang akan diterapkan, dan (c) merancang naskah pembelajaran bahan ajar berbasis multimedia interaktif. 3. Tahap Pengembangan dan Implementasi Kegiatan pengembangan merupakan kegiatan menterjemahkan desain ke dalam bentuk fisik, sehingga kegiatan ini menghasilkan prototype produk pengembangan berupa pembelajaran bahan ajar berbasis multimedia interaktif. Segala hal yang telah dilakukan pada tahap perancangan yakni pemilihan materi, pemilihan strategi pembelajaran, dan perancangan naskah bahan ajar berbasis multimedia interaktif diwujudkan dalam bentuk prototype berupa pembelajaran bahan ajar berbasis multimedia interaktif. Operasionalisasi kegiatan pengembangan yaitu pembelajaran proses pembelajaran. Hasil bahan ajar berbasis multimedia interaktif selanjutnya diedit sesuai dengan naskah dan dievaluasi secara internal oleh pengembang untuk mengecek kembali halhal yang kurang sesuai. Hasil pengembangan berupa bahan ajar berbasis multimedia interaktif pembelajaran selanjutnya masuk ke tahap implementasi yaitu divalidasi oleh para ahli dan diuji coba oleh sasaran (guru). Validasi dan uji coba bertujuan untuk memperoleh masukkan untuk memperbaiki kekurangan yang masih ada dalam bahan ajar berbasis multimedia interaktif. Setelah melewati serangkaian validasi dan uji coba pengguna selanjutnya bahan ajar berbasis multimedia interaktif diujicobakan dalam sasaran yang lebih banyak untuk mengetahui efektivitasnya. Efektivitas bahan ajar berbasis multimedia interaktif dilakukan melalui kegiatan seminar dan lokakarya. Peserta seminar dan lokakarya akan diberikan materi tentang kecerdasan multitalenta dan diberikan bahan ajar berbasis multimedia interaktif yang telah dibuat. Pemahaman peserta terhadap pemberdayaan kecerdasan multitalenta yang disajikan dalam bahan ajar berbasis multimedia interaktif diukur menggunakan metode tes. Hasil tes selanjutnya dianalisis untuk menentukan efektivitas bahan ajar berbasis multimedia interaktif dalam membantu pemahaman guru tentang pemberdayaan kecerdasan multitalenta siswa di SMP. Evaluasi dan Revisi Evaluasi dan revisi berdasarkan model Hannafin & Peck dilakukan pada setiap langkah pengembangan. Pada tahap penilaian kebutuhan, dilakukan evaluasi terhadap hasil analisis kebutuhan dalam rangka menentukan skala prioritas terhadap masalah yang ditemukan di lapangan. Pada tahap desain, dilakukan evaluasi terhadap naskah bahan ajar berbasis multimedia interaktif oleh para pakar dan ditindaklanjuti dengan perbaikan naskah. Pada tahap pengembangan dan implementasi dilakukan evaluasi terhadap bahan ajar berbasis multimedia interaktif oleh para pakar dan pengguna (guru) serta ditindaklanjuti dengan perbaikan sesuai dengan masukkan para pakar dan para guru. Desain Validasi dan Uji Coba Produk Bahan ajar berbasis multimedia interaktif pembelajaran yang dikembangkan melewati serangkaian validasi dan uji coba. Agar proses penilaian dan uji coba terstruktur maka berikut disajikan desain uji coba yang akan disajikan pada Gambar

7 pada saat analisis kebutuhan. Tes digunakan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran dengan bahan ajar berbasis multimedia interaktif yang dilakukan melalui kegiatan seminar dan lokakarya. Gambar 3.2 Desain Uji Coba Draf Pengembangan Produk (Adaptasi dari Prof. Dr. W Santyasa, 2009) Metode Pengumpulan Data Data dikumpulkan dengan menggunakan metode kuesioner, metode observasi, dan tes. Kuesioner digunakan untuk memperoleh data dari ahli isi, ahli media, uji coba perorangan dan uji coba kelompok kecil. Metode observasi digunakan menganalisis proses pembelajaran Teknik Analisis Data Data yang telah dikumpulkan menggunakan kuesioner dan pedoman observasi selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Pedoman yang digunakan untuk pengambilan keputusan perbaikan terhadap bahan ajar berbasis multimedia interaktif pembelajaran disajikan pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Pedoman Konversi Tingkat Pencapaian dengan Skala 5 Tingkat Pencapaian (%) Kualifikasi Keterangan Sangat baik Tidak perlu direvisi Baik Sedikit direvisi Cukup Direvisi secukupnya Kurang Banyak hal yang direvisi 0-54 Sangat kurang Diulangi membuat produk 367

8 Uji efektivitas produk dilakukan melalui kegiatan seminar dan lokakarya. Guru yang mengikuti seminar dan lokakarya akan diberikan materi tentang kecerdasan multitalenta dan pembelajaran bahan ajar berbasis multimedia interaktif yang telah dibuat. Setelah seminar dan lokakarya peserta diberikan tes. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Singaraja pada Minggu, 5 Juni Adapun peserta dalam Pengembangkan Bahan Ajar Berbasis Multimedia Interaktif Berorientasi Pemberdayaan MultipleIntelligences Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Singaraja Kota ini adalah berjumlah 48 peserta yang merupakan staf dari SMP Negeri 1 Singaraja. Pelaksanaan pengembangan bahan ajar ini mendapatkan respon sangat baik dari seluruh peserta, ini terbukti peserta dengan aktif melakukan diskusi dengan narasumber dan _esame peserta. Hal ini dapat terlihat dari dokumentasi yang sudah ada. Hasil dari penelitian ini adalah berupa draf bahan ajar dan pedeoman penggunaan bahan ajar berbasis multimedia interaktif dalam pembelajaran dan sekarang sedang proses pembuatan. 4. KESIMPULAN Kesimpulan penelitian ini adalah dari peserta nampaknya sangat antusias dalam pemanfaatan pembelajaran berbasis multimedia ini, hal ini juga didukung dengan program dari sekolah tentang adanya pembelajaran digital class. Jadi dengan demikian pembelajaran berbasis multimedia ini sangat diperlukan sekali, karena merupakan isi dari program digital class. DAFTAR PUSTAKA Borg, W. R. & Gall, M. D Educational research: an introduction (7th ed.). New York: Longman, Inc. Gardner, H Multiple intlegences. The theory in practice. New York: Basic Books. Mahadewi, Luh Putu Putrini., dkk Media bahan ajar berbasis multimedia interaktif pembelajaran. Buku ajar. Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha. Mulyasa, E Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif danmenyenangkan. Bandung: PT Remaja RoSMPakarya. Qureshi, Elena Instructional Design Models. Tersedia Pada courses/edfac/morton/instructional_desi gn.htm. (diakses 9 Nopember 2015). Rusman, Dedi Kurniawan, & Cepi Riyana Pembelajaran berbasis teknologiinformasi dan komunikasi: mengembangkan profesionalitas guru. Jakarta: RajawaliPers. Sadiman, Arief., dkk Media pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Santrock, J.W Psikologi pendidikan (terjemahan). Jakarta: Kencana Accelerated Learning: Revolusi Cepat Abad 21 Berdasarkan Riset Terbaru Para Ilmuwan. Bandung: Jabal. Amstrong, T Multiple intelligences in the classroom. Alexandria, Virginia: ASCD. 368

9 Santyasa, I W Metode penelitian pengembangan dan teori pengembangan modul. Makalah. Disajikan dalam Pelatihan Bagi Para Guru TK, SMP, SMP, SMA, dan SMK,tanggal Januari 2009, di Kecamatan Nusa Penida Kabupaten Klungkung. Smaldino, S. E., Lowther, D. L., & Russell, J. D Instructional technology & mediafor learning: Teknologi pembelajaran dan media untuk belajar. (Terjemahkan ArifRahman). Jakarta: Kencana. 369

PENGEMBANGKAN BAHAN AJAR BERBASIS MULTIMEDIA BERORIENTASI PEMBERDAYAAN KARAKTERISTIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) DI JEMBRANA

PENGEMBANGKAN BAHAN AJAR BERBASIS MULTIMEDIA BERORIENTASI PEMBERDAYAAN KARAKTERISTIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) DI JEMBRANA PENGEMBANGKAN BAHAN AJAR BERBASIS MULTIMEDIA BERORIENTASI PEMBERDAYAAN KARAKTERISTIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) DI JEMBRANA I Putu Suka Arsa 1, Agus Adiarta 2 1,2 Fakultas Teknik dan Kejuruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kecerdasan merupakan alat untuk belajar, menyelesaikan masalah, dan menciptakan semua hal yang bisa digunakan manusia. Gardner (2003) tidak memandang kecerdasan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Sheny Meylinda S, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Sheny Meylinda S, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fisika merupakan bagian dari rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang dianggap sulit oleh siswa (Angel et all, 2004:2). Penyebabnya adalah dikarenakan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kecerdasan, tidak hanya satu.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kecerdasan, tidak hanya satu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan potensi individu, tetapi pendidikan selalu berkonsentrasi dan berusaha untuk mengembangkan kecerdasan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Grenita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Grenita, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penilaian merupakan salah satu aspek yang penting dalam pendidikan. Menurut Sumarna Surapranata (2004: 19), penilaian pendidikan erat kaitannya dengan academic

Lebih terperinci

Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA Berbasis Multiple Intelligences Pada Materi Suhu dan Perubahannya di Kelas VII

Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA Berbasis Multiple Intelligences Pada Materi Suhu dan Perubahannya di Kelas VII Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA Berbasis Multiple Intelligences Pada Materi Suhu dan Perubahannya di Kelas VII Maria Silalahi 1), Hidayat ), Wawan Kurniawan 3) 1 Mahasiswa S1 Pendidikan Fisika

Lebih terperinci

Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?,

Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?, Dengan apakah Siswa Anda CERDAS? PENDAHULUAN Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?, Apakah ada yang mahir dibidang olah raga yang mampu membuat gerakan gerakan fisik

Lebih terperinci

PROSES BERPIKIR DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN KECERDASAN LOGIS- MATEMATIS

PROSES BERPIKIR DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN KECERDASAN LOGIS- MATEMATIS JURNAL BUANA MATEMATIKA. Vol. 5, No. 1, Tahun 2015 PROSES BERPIKIR DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN KECERDASAN LOGIS- MATEMATIS Ika Sulistyowati 1, Sri Rahayu 2, Nur Fathonah 3 (SMP Negeri 1 Driyorejo)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kecerdasan seseorang masih diartikan secara sempit oleh banyak kalangan. Kecerdasan masih dianggap sebagai tingkat intelektualitas seseorang dalam hal akademis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegelapan, kebodohan serta pencerahan pengetahuan. 3. merupakan kebutuhan yang mutlak yang harus dikembangkan dan dikelola

BAB I PENDAHULUAN. kegelapan, kebodohan serta pencerahan pengetahuan. 3. merupakan kebutuhan yang mutlak yang harus dikembangkan dan dikelola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan proses membimbing manusia dari kegelapan, kebodohan serta pencerahan pengetahuan. 3 Pendidikan juga bagian dari sistem sosial yang dapat dipahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar merupakan suatu performance dan kompetensinya dalam suatu mata pelajaran setelah mempelajari materi untuk mencapai tujuan pengajaran. Performance

Lebih terperinci

SISWA KELAS XI.MIPA.2 SMA NEGERI 1 MAGETAN

SISWA KELAS XI.MIPA.2 SMA NEGERI 1 MAGETAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGANALISIS TIPE-TIPE BUDAYA POLITIK PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DENGAN METODE SMART LEARNING SISWA KELAS XI.MIPA.2 SMA NEGERI 1 MAGETAN Sri

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

NASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi NASKAH PUBLIKASI PERBANDINGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DITINJAU DARI HASIL BELAJAR BIOLOGI DI SMP NEGERI 2 KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu pondasi dalam kemajuan suatu bangsa, semakin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu bangsa, maka akan diikuti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kecerdasan bagi anak usia dini memiliki manfaat yang besar bagi dirinya sendiri dan bagi perkembangan sosialnya karena tingkat kecerdasan anak yang berkembang

Lebih terperinci

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK Emiliya Damayanti 1, Sunardi 2, Ervin Oktavianingtyas 3 Email: rvien@ymail.com Abstract. This study

Lebih terperinci

Triyas Kusumawardhani*, Widjianto, Sulur** Universitas Negeri Malang.

Triyas Kusumawardhani*, Widjianto, Sulur** Universitas Negeri Malang. PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA POKOK BAHASAN ALAT-ALAT OPIK BERORIENASI MULTIPLE INTELLIGENCES BILINGUAL BERBANTUAN KOMPUTER UNTUK SISWA SMA KELAS X Triyas Kusumawardhani*, Widjianto, Sulur** Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi fisika dalam IPA terpadu pada dasarnya merupakan salah satu pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang menganggap pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian penting dari proses pembangunan nasional yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal tersebut dikarenakan bahwa pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam seluruh rangkaian tumbuh kembang manusia, usia dini merupakan usia yang sangat menentukan. Pada usia dini itulah seluruh peletak dasar tumbuh kembang fisik

Lebih terperinci

BAB I. penting dalam melanjutkan kehidupan manusia. Kita tentunya berharap, anakanak

BAB I. penting dalam melanjutkan kehidupan manusia. Kita tentunya berharap, anakanak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Anak-anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki peranan yang penting dalam melanjutkan kehidupan manusia. Kita tentunya berharap, anakanak yang akan meneruskan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODUL E-LEARNING SISTEM REPRODUKSI MANUSIA UNTUK MENINGKATKAN MINAT SISWA DALAM MENGOPTIMALKAN POTENSI KECERDASAN MAJEMUK

PENGGUNAAN MODUL E-LEARNING SISTEM REPRODUKSI MANUSIA UNTUK MENINGKATKAN MINAT SISWA DALAM MENGOPTIMALKAN POTENSI KECERDASAN MAJEMUK Jurnal Biotik, ISSN: 2337-9812, Vol. 5, No. 2, Ed. September 2017, Hal. 135-140 PENGGUNAAN MODUL E-LEARNING SISTEM REPRODUKSI MANUSIA UNTUK MENINGKATKAN MINAT SISWA DALAM MENGOPTIMALKAN POTENSI KECERDASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas manusia menyongsong kehidupan masa depan dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya sehingga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang diambil adalah sekolah yang berdiri sejak tahun 2007 yang berada di tanah milik seluas 1625 m 2 dengan luas

Lebih terperinci

MATHEMATICAL CREATIVE THINKING ABILITY AND MULTIPLE INTELEGENCE BASED LEARNING

MATHEMATICAL CREATIVE THINKING ABILITY AND MULTIPLE INTELEGENCE BASED LEARNING MATHEMATICAL CREATIVE THINKING ABILITY AND MULTIPLE INTELEGENCE BASED LEARNING Risnanosanti Muhammadiyah University of Bengkulu E-mail: rnosanti@yahoo.com ABSTRAK : Berpikir kreatif dalam matematika adalah

Lebih terperinci

Dewi Ayu Kusumaningtias, Eko Setyadi Kurniawan, Ashari

Dewi Ayu Kusumaningtias, Eko Setyadi Kurniawan, Ashari Pengembangan Handout Berbasis Multiple Intelligence Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah Wonosobo Tahun Pelajaran 2013/2014 Dewi Ayu Kusumaningtias, Eko Setyadi Kurniawan,

Lebih terperinci

MENCOCOKKAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN GAYA MENGAJAR Oleh Anang Nazaruddin, S.Pd.I. ABSTRAK

MENCOCOKKAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN GAYA MENGAJAR Oleh Anang Nazaruddin, S.Pd.I. ABSTRAK MENCOCOKKAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN GAYA MENGAJAR Oleh Anang Nazaruddin, S.Pd.I. ABSTRAK Pebelajar, sama seperti pembelajar, memiliki gaya kognitif yang berbedabeda. Variasi gaya pengajaran sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu pelajaran yang penting untuk dipelajari, oleh sebab itu matematika diajarkan disetiap jenjang pendidikan. Pada jenjang sekolah menengah,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Negara Indonesia telah mengupayakan berbagai inovasi pendidikan, dari perubahan kurikulum, kegiatan pelatihan peningkatan profesionalisme

PENDAHULUAN Negara Indonesia telah mengupayakan berbagai inovasi pendidikan, dari perubahan kurikulum, kegiatan pelatihan peningkatan profesionalisme PENDAHULUAN Negara Indonesia telah mengupayakan berbagai inovasi pendidikan, dari perubahan kurikulum, kegiatan pelatihan peningkatan profesionalisme guru, Buku Sekolah Elektronik, dan sebagainya. Namun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang

Lebih terperinci

ANALISIS MULTIPLE INTELLEGENCES PADA BUKU SISWA KURIKULUM 2013 KELAS IV SD

ANALISIS MULTIPLE INTELLEGENCES PADA BUKU SISWA KURIKULUM 2013 KELAS IV SD JURNAL INOVASI PENDIDIKAN Volume 1 Nomer 2, September 2017, Halaman 1-6 ANALISIS MULTIPLE INTELLEGENCES PADA BUKU SISWA KURIKULUM 2013 KELAS IV SD Dian Ika Kusumaningtyas 1) dan Maharani Putri Kumalasani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arah yang positif baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan bukan

BAB I PENDAHULUAN. arah yang positif baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan berfungsi membantu siswa dalam perkembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah yang positif baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Q.S. At-Tin/95: 5). 1

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Q.S. At-Tin/95: 5). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Seperti yang disebutkan dalam firman-nya: Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI

PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI i PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Guna

Lebih terperinci

ISSN PENGEMBANGAN BAHAN AJAR METODE PENELITIAN PENDIDIKAN DENGAN ADDIE MODEL. Oleh: I Made Tegeh 1 dan I Made Kirna 2 ABSTRAK

ISSN PENGEMBANGAN BAHAN AJAR METODE PENELITIAN PENDIDIKAN DENGAN ADDIE MODEL. Oleh: I Made Tegeh 1 dan I Made Kirna 2 ABSTRAK ISSN 1829-5282 12 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR METODE PENELITIAN PENDIDIKAN DENGAN ADDIE MODEL Oleh: I Made Tegeh 1 dan I Made Kirna 2 1 Dosen Jurusan Teknologi Pendidikan FIP Undiksha 2 Dosen Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang terjadi ternyata menampakkan andalan pada. kemampuan sumber daya manusia yang berkualitas, melebihi potensi

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang terjadi ternyata menampakkan andalan pada. kemampuan sumber daya manusia yang berkualitas, melebihi potensi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena pertumbuhan kehidupan masyarakat maju, semakin lama semakin menunjukkan bahwa kunci perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi ternyata menampakkan andalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam proses pendidikan. Ini berarti bahwa tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan bergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam

BAB I PENDAHULUAN. Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam hal hasil belajar terutama di bidang matematika dan sains. Menurut Eriba dkk (Lisma, 2009)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk. yang timbul dalam diri manusia. Pembelajaran matematika

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk. yang timbul dalam diri manusia. Pembelajaran matematika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk mengembangkan dirinya sehingga mereka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian dalam Pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis Kecerdasan Jamak ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development/R&D)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi atau Sampel Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu SMP Negeri di Kota Bandung dengan mengambil subjek populasi seluruh siswa kelas VIII

Lebih terperinci

ETIK UMB MENGENAL POTENSI DIRI FEB. Manajemen. Modul ke: Fakultas SYAHLAN A.SUME,SE,MM. Program Studi

ETIK UMB MENGENAL POTENSI DIRI FEB. Manajemen. Modul ke: Fakultas SYAHLAN A.SUME,SE,MM. Program Studi ETIK UMB Modul ke: MENGENAL POTENSI DIRI FEB Fakultas SYAHLAN A.SUME,SE,MM Program Studi Manajemen Passion adalah : Bisa disebut juga panggilan jiwa, atau bisa diartikan hasrat diri dan gairah, orientasi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh. Isniatun Munawaroh,M.Pd*)

PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh. Isniatun Munawaroh,M.Pd*) PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE Oleh Isniatun Munawaroh,M.Pd*) Salah satu implikasi yang paling provokatif dalam teori Multiple Intelligence adalah

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR ATEMATIKA DENGAN METODE MULTIPLE INTELLIGENCE SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 SANDEN

MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR ATEMATIKA DENGAN METODE MULTIPLE INTELLIGENCE SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 SANDEN UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 2 No 2, Juni 2014 MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR ATEMATIKA DENGAN METODE MULTIPLE INTELLIGENCE SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 SANDEN Luky Andon Purnomo

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MIKRO INOVATIF BAGI PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK CALON GURU BAHASA INDONESIA

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MIKRO INOVATIF BAGI PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK CALON GURU BAHASA INDONESIA PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MIKRO INOVATIF BAGI PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK CALON GURU BAHASA INDONESIA oleh Ida Zulaeha dan Deby Luriawati Fakultas Bahasa dan Seni UNNES ABSTRAK Micro teaching

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan penyajian data dan hasil analisis data, maka pada bab ini akan. Tabel 5.1 Rekapitulasi Hasil Penelitian

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan penyajian data dan hasil analisis data, maka pada bab ini akan. Tabel 5.1 Rekapitulasi Hasil Penelitian BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan penyajian data dan hasil analisis data, maka pada bab ini akan dideskripsikan temuan temuan penelitian dan hasil pengujian hipotesis yang telah di uji pada bab sebelumnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses membantu mengembangkan dan. yang lebih baik, pendidikan ini berupa pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses membantu mengembangkan dan. yang lebih baik, pendidikan ini berupa pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Blakang Pendidikan merupakan proses membantu mengembangkan dan meningkatkan harkat martabat manusia. Pendidikan akan menciptakan kemampuan untuk menghadapi setiap perubahan yang

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kecerdasan merupakan hal yang dimiliki oleh setiap manusia. Banyak anggapan kecerdasan tersebut hanya terpaku kepada kemampuan seseorang dalam belajar. Apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan satu jenis kecerdasan saja, karena kecerdasan merupakan kumpulan kepingan

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan satu jenis kecerdasan saja, karena kecerdasan merupakan kumpulan kepingan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kecerdasan yang ada pada setiap individu merupakan suatu hal yang dapat berkembang dan meningkat sampai pada titik tertinggi apabila kita senantiasa mau untuk

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK MENUMBUHKEMBANGKAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL DAN INTRAPERSONAL GURU TK/SLB

STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK MENUMBUHKEMBANGKAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL DAN INTRAPERSONAL GURU TK/SLB STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK MENUMBUHKEMBANGKAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL DAN INTRAPERSONAL GURU TK/SLB Oleh: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd PENDAHULUAN PERHATIAN TINGGI TERHADAP PAUD PERAN ORANG TUA

Lebih terperinci

PELATIHAN MENDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL DICK AND CAREY BAGI GURU-GURU DI KECAMATAN PENEBEL. oleh,

PELATIHAN MENDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL DICK AND CAREY BAGI GURU-GURU DI KECAMATAN PENEBEL. oleh, PELATIHAN MENDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL DICK AND CAREY BAGI GURU-GURU DI KECAMATAN PENEBEL oleh, Ni Nyoman Parwati dan I Nengah Suparta Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematikan

Lebih terperinci

PROFIL PEMECAHAN MASALAH SPLDV DENGAN LANGKAH POLYA DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA

PROFIL PEMECAHAN MASALAH SPLDV DENGAN LANGKAH POLYA DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA Bidang Kajian Jenis Artikel : Pendidikan Matematika : Hasil Penelitian PROFIL PEMECAHAN MASALAH SPLDV DENGAN LANGKAH POLYA DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA Setyati Puji Wulandari 1), Imam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak pernah terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan, seni

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE SISWA 1

MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE SISWA 1 MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE SISWA 1 Yogi Kuncoro Adi 2 PGSD FKIP Universitas Kuningan ABSTRAK Artikel ini sebagai kajian literatur bertujuan untuk membahas macam-macam media pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada. Tinggi rendahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa (pendidik) kepada orang yang belum dewasa (peserta didik) untuk memperoleh kedewasaan, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogiek. Pais artinya anak, gogos artinya

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogiek. Pais artinya anak, gogos artinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh manusia dewasa untuk membina kepribadian anak didik yang belum dewasa

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Anak Usia Dini. Disusun Oleh : SEPTIANA A

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Anak Usia Dini. Disusun Oleh : SEPTIANA A MENGOPTIMALKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA ANAK KELOMPOK A TK ISLAM AL MASYHURI MOJOSONGO SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan pembangunan nasional secara bertahap yang dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran tradisional kerap kali memosisikan guru sebagai pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran tradisional kerap kali memosisikan guru sebagai pelaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran tradisional kerap kali memosisikan guru sebagai pelaku utama dan siswa sebagai peserta didik yang pasif. Melalui metode yang umum seperti metode ceramah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Secara sederhana Flavell mengartikan metakognisi sebagai knowing

BAB I PENDAHULUAN Secara sederhana Flavell mengartikan metakognisi sebagai knowing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah metakognisi pertama kali dikemukakan oleh Flavell pada tahun 1976. Secara sederhana Flavell mengartikan metakognisi sebagai knowing about knowing, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK

BAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses belajar mengajar di kelas pasti ada masalah yang dihadapi guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK Aisyiyah 16 Ngringo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) menurut undang undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 1 butir 14 merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I. Artinya : Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia, dalam bentuk yang sebaik-baiknya.(qs. AT-tin/95:4) 1

PENDAHULUAN BAB I. Artinya : Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia, dalam bentuk yang sebaik-baiknya.(qs. AT-tin/95:4) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa saat ini tidak lagi ditentukan oleh seberapa banyak kekayaan alam yang bangsa itu miliki, akan tetapi ditentukan oleh kualitas sumber daya

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN NATURALIS MELALUI METODE PROYEK PADA ANAK KELOMPOK B TK AISYIYAH 01 SROYO, JATEN, KARANGANYAR

UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN NATURALIS MELALUI METODE PROYEK PADA ANAK KELOMPOK B TK AISYIYAH 01 SROYO, JATEN, KARANGANYAR UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN NATURALIS MELALUI METODE PROYEK PADA ANAK KELOMPOK B TK AISYIYAH 01 SROYO, JATEN, KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY)

Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY) PENDEKATAN INTELEGENSI GANDA DALAM PROSES PEMBELAJARAN TEKNIK DIGITAL DI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA FT-UNY Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY) ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak Usia Dini merupakan aset bangsa yang akan menentukan baik buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan pendidikan dan nilai-nilai yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci kesuksesan pembangunan suatu bangsa, karena itu berbagai upaya pengembangan sumber daya manusia haruslah merupakan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL MATEMATIKA DISKRIT UNTUK MENINGKATKAN MULTIPLE INTELLIGENCES MAHASISWA UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA

PENGEMBANGAN MODUL MATEMATIKA DISKRIT UNTUK MENINGKATKAN MULTIPLE INTELLIGENCES MAHASISWA UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA PENGEMBANGAN MODUL MATEMATIKA DISKRIT UNTUK MENINGKATKAN MULTIPLE INTELLIGENCES MAHASISWA UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA Sunyoto Hadi Prayitno 1 ), Erlin Ladyawati 2 ) Program Studi Pendidikan Matematika,

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN SEJARAH SASTRA YANG MENYENANGKAN. oleh. Isah Cahyani. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

PEMBELAJARAN SEJARAH SASTRA YANG MENYENANGKAN. oleh. Isah Cahyani. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia PEMBELAJARAN SEJARAH SASTRA YANG MENYENANGKAN oleh Isah Cahyani Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS Universitas Pendidikan Indonesia A. Pendahuluan Kehadiran sejarah sastra dapat mengembangkan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERPENGARUH TERHADAP KECERDASAN NATURALIS ANAK KELOMPOK B RA AL HIKMAH PANINGGARAN PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2013/2014

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERPENGARUH TERHADAP KECERDASAN NATURALIS ANAK KELOMPOK B RA AL HIKMAH PANINGGARAN PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2013/2014 PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERPENGARUH TERHADAP KECERDASAN NATURALIS ANAK KELOMPOK B RA AL HIKMAH PANINGGARAN PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diterapkannya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diterapkannya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang kemudian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak diterapkannya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang kemudian disempurnakan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), maka pembelajaran

Lebih terperinci

MENINGKATKAN POTENSI KECERDASAN ANAK MELALUI PENDEKATAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh Linda Kholidatunnur Abstrak

MENINGKATKAN POTENSI KECERDASAN ANAK MELALUI PENDEKATAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh Linda Kholidatunnur Abstrak MENINGKATKAN POTENSI KECERDASAN ANAK MELALUI PENDEKATAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE Oleh Linda Kholidatunnur 82321112083 Abstrak Beragam kecerdasan yang dimiliki oleh setiap individu merupakan anugerah

Lebih terperinci

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran mengenai profil Multiple Intelligence pada siswa kelas 4 SD Kuntum Cemerlang Bandung. Sampel diperoleh dengan metode purposive sampling sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seyogyanya belajar IPS Terpadu menjadikan siswa lebih kreatif, komunikatif,

BAB I PENDAHULUAN. Seyogyanya belajar IPS Terpadu menjadikan siswa lebih kreatif, komunikatif, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Seyogyanya belajar IPS Terpadu menjadikan siswa lebih kreatif, komunikatif, berpikir kritis-reflektif. Di samping itu, belajar IPS juga dimaksudkan agar siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional Indonesia menyatakan perlunya masyarakat melaksanakan program pembangunan nasional dalam upaya terciptanya kualitas manusia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Lembang. Lembaga formal dalam pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada umumnya berada pada rentang usia antara

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: ESTI UTAMI A PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: ESTI UTAMI A PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA ANAK MELALUI BERMAIN POHON HITUNG DI TK BAKTI SOSIAL DESA TEMON, KEC. SIMO, KAB.BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi sebuah perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi sebuah perusahaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi sebuah perusahaan, karena dapat menjadi suatu indikator dari kontribusi yang diberikan karyawan untuk

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LKS MATEMATIKA MODEL E-LEARNING BERBASIS WEB UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI PADA POKOK PEMBELAJARAN ALJABAR DI SMP

PENGEMBANGAN LKS MATEMATIKA MODEL E-LEARNING BERBASIS WEB UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI PADA POKOK PEMBELAJARAN ALJABAR DI SMP PENGEMBANGAN LKS MATEMATIKA MODEL E-LEARNING BERBASIS WEB UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI PADA POKOK PEMBELAJARAN ALJABAR DI SMP SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN HASIL DISKUSI PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN DAN HASIL DISKUSI PENELITIAN 89 BAB V PEMBAHASAN DAN HASIL DISKUSI PENELITIAN A. Pembahasan Proses Pengembangan Media Macromedia Flash Berbasis Website Dari data yang telah diperoleh, proses pengembangan model pembelajaran ini terdiri

Lebih terperinci

TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI. Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Anak Usia Dini.

TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI. Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Anak Usia Dini. 1 UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL ANAK KELOMPOK A MELALUI METODE BERCERITA DI TAMAN KANAK- KANAK ISLAM TERPADU AISYIYAH LABAN, MOJOLABAN, SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama,

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama, karena anak lahir dalam keluarga dan anak dibesarkan oleh keluarga. Apa yang dilihat, didengar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Anak adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan fundamental bagi proses perkembangan selanjutnya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA Susilawati Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP PGRI Semarang Jln. Lontar No. 1 Semarang susilawatiyogi@yahoo.com

Lebih terperinci

Profil Gaya Belajar Dalam Memahami Limit Fungsi Bagi Mahasiswa Yang Memiliki Kecerdasan Spasial

Profil Gaya Belajar Dalam Memahami Limit Fungsi Bagi Mahasiswa Yang Memiliki Kecerdasan Spasial SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 M-14 Profil Gaya Belajar Dalam Memahami Limit Fungsi Bagi Mahasiswa Yang Memiliki Kecerdasan Spasial ABDUL HALIM FATHANI 1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh anak-anak ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh anak-anak ataupun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh anak-anak ataupun orang dewasa, tak terkecuali bagi anak berkebutuhan khusus. Pendidikan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan utama pendidikan adalah menumbuhkembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan utama pendidikan adalah menumbuhkembangkan potensi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam kemajuan suatu bangsa. Salah satu tujuan utama pendidikan adalah menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan produk tertentu, dan menguji keektifan produk. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan produk tertentu, dan menguji keektifan produk. Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian ini merupakan desain Research and Development (R&D). Sugiyono (2009:407) menjelaskan bahwa, metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya,

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN E-MODUL BERBASIS 3D PAGEFLIP PROFESSIONAL PADA MATERI MODEL ATOM HIDROGEN MATA KULIAH FISIKA ATOM DAN INTI

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN E-MODUL BERBASIS 3D PAGEFLIP PROFESSIONAL PADA MATERI MODEL ATOM HIDROGEN MATA KULIAH FISIKA ATOM DAN INTI ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN E-MODUL BERBASIS 3D PAGEFLIP PROFESSIONAL PADA MATERI MODEL ATOM HIDROGEN MATA KULIAH FISIKA ATOM DAN INTI OLEH: 1. Dhika Riyana NIM. A1C310004 2. Dra. Jufrida, M.Si. NIP. 196608091993032002

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Model pengembangan media pembelajaran modul virtual yang digunakan diadaptasi dari model penelitian dan pengembangan Borg and Gall yang secara skematik tahapan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG Ratri Agustina, Kadim Masjkur, dan Subani Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan saat manusia berada pada usia dini terbukti mempengaruhi kecerdasan manusia tersebut ketika mereka telah dewasa. Berdasarkan penelitian para ahli

Lebih terperinci

Dwikuranto,Mmplementasi MI dengan strategi Quantum Teaching, 2011 Desember

Dwikuranto,Mmplementasi MI dengan strategi Quantum Teaching, 2011 Desember IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCE DENGAN STRATEGI QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA KELAS XI-3 SMA NEGERI 1 BOJONEGORO Oleh : Dwikoranto FMIPA-Unesa E-mail:dwi_bsc.saja@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BIOLOGI BERORIENTASI PENGEMBANGAN KECERDASAN MAJEMUK SISWA PADA KONSEP SEL KELAS XI SMA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BIOLOGI BERORIENTASI PENGEMBANGAN KECERDASAN MAJEMUK SISWA PADA KONSEP SEL KELAS XI SMA PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BIOLOGI BERORIENTASI PENGEMBANGAN KECERDASAN MAJEMUK SISWA PADA KONSEP SEL KELAS XI SMA Vidya Chaerunnisa, Siti Gia Syauqiyah, F., Bambang Ekanara Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci