MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE SISWA 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE SISWA 1"

Transkripsi

1 MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE SISWA 1 Yogi Kuncoro Adi 2 PGSD FKIP Universitas Kuningan ABSTRAK Artikel ini sebagai kajian literatur bertujuan untuk membahas macam-macam media pembelajaran yang dapat difasilitasikan untuk siswa dengan tipe multiple intelligence masing-masing. Teori multiple intelligence merupakan sebuah gebrakan dalam dunia psikologi pendidikan, yang dapat disebut dengan redefinisi kecerdasan. Hal tersebut disebabkan, sebelum ini, kita selalu berpegang pada teori kecerdasan yang membedakan adanya siswa pintar dan bodoh. Padahal setiap guru harus membuka mindset-nya bahwa tidak ada siswa yang bodoh. Setiap siswa pintar sesuai dengan tipe kecerdasannya masingmasing. Multiple intelligence membagi kecerdasan menjadi sembilan tipe (linguistik, matematis-logis, spasial, musik, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, naturalis, dan eksistensialis). Guru dalam membelajarkan materi pelajaran pada siswa tentunya diharuskan untuk mengacu pada ke-sembilan tipe kecerdasan tersebut. Oleh karena itu, dalam implementasinya, guru harus kreatif dan inovatif dalam menggunakan media pembelajaran, salah satunya. Media pembelajaran sendiri memiliki klasifikasi berdasar pada kompetensi yang hendak dicapai, kebutuhan, dan situasi sekolah/lingkungan. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa tidak ada media pembelajaran yang paling sempurna diantara yang lainnya. Akan tetapi ketepatan guru dalam memilih dan mengembangkan media pembelajaran tersebut-lah yang dianggap sempurna. Kata kunci: multiple intelligence, media pembelajaran 1 Makalah disampaikan pada acara Seminar Nasional Menjadi Guru Inspirator Kenali dan Kembangkan Kemampuan Intelegensi Emas untuk Indonesia Emas di Prodi PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto Tanggal 30 April Koresponden mengenai isi makalah ini dapat dilakukan melalui: yogikauny@gmail.com 73

2 PENDAHULUAN Seiring perkembangan kurikulum yang didasarkan atas kebutuhan, pemilik kebijakan pendidikan harus memahami apa yang dibutuhkan siswanya. Kurikulum sudah semestinya dirancang dan dikembangkan untuk memperhatikan perbedaan siswa. Setiap siswa mampu berhasil dalam hidupnya karena diasah pada semua ranah tidak cukup satu ranah saja. Selain itu, pendidikan tidak dibolehkan apabila hanya terfokus pada hardskill saja, akan tetapi juga memperhatikan softskill siswa. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh kegiatan pembelajaran yang diberikan belum bisa menjawab tantangan sesungguhnya di masyarakat. Sebelum ini, dunia psikologi pendidikan kita selalu beranggapan bahwa seorang siswa pintar berdasarkan IQ-nya. Tes psikologi tersebut memilahkan kecerdasan setiap siswa, sehingga ada siswa yang pintar dan ada pula yang bodoh. Kemunculan teori multiple intelligence menggeser teori kecerdasan yang sebelum ini kita anut, sehingga menjadikan redefinisi kecerdasan. Kecerdasan siswa tidak didasarkan pada tes psikologi tersebut lagi, akan tetapi berdasarkan kemampuan problem solving dan creativity. Multiple intelligence membuka paradigma pendidikan kita bahwa setiap siswa itu pintar, sesuai dengan jenis kecerdasannya masing-masing. Setiap siswa itu berbeda, sehingga guru juga harus memperlakukannya dengan cara yang berbeda satu sama lainnya. Guru yang notabene adalah ujung tombak pelaksana pendidikan wajib dibekali pelatihan kaitannya dengan multiple intelligence. Oleh karena, guru berperan dalam memfasilitasi perkembangan kecerdasan siswa. Pembelajaran bukan lagi teacher centered akan tetapi student centered, dan bukan lagi transfer of knowledge akan tetapi construct of knowledge. Guru, sebagai fasilitator, penting untuk menggunakan media pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran pada khususnya dan atau tujuan pendidikan pada umumnya. Penggunaan media dalam setiap kegiatan pembelajaran dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, guru wajib mengadakan komponen tersebut ke dalam kelasnya. Media pembelajaran memiliki klasifikasi yang beragam. Klasifikasi tersebut selain didasarkan pada jenisnya, juga berdasar atas kompetensi yang hendak dicapai, kebutuhan siswa, dan situasi/lingkungan di sekolah. Hal tersebut yang mendasari bahwa tidak ada media yang paling sempurna. Setiap media pembelajaran dikatakan sempurna jika memenuhi kriteria efektif dan layak. Seorang guru harus mampu memahami bagaimana konsep, prosedur, dan model yang tepat dalam memilih dan atau mungkin mengembangkan media pembelajaran. Media sangat membantu keefektifan dalam penyampaian materi dan aktivitas dalam pembelajaran. Kaitannya dengan multiple intelligence, media pembelajaran yang dipilih atau dikembangkan oleh guru harus mampu memfasilitasi masing-masing tipe kecerdasan siswa. Artikel ini mencoba untuk membahas klasifikasi media pembelajaran yang sesuai dengan multiple intelligence. 74

3 PEMBAHASAN Multiple Intelligence Setiap siswa memiliki keunikan tersendiri, sehingga guru tidak semestinya memberikan perlakuan yang sama dalam hal apapun terutama yang berkaitan dengan pengembangan potensi kecerdasan mereka. Konsep multiple intelligence memperkenalkan bahwa manusia belajar dan berhasil melalui berbagai kemampuan kecerdasan yang tidak terukur melalui IQ. Menurut Gardner (2011: xxviii), an intelligence is the ability to solve problems, or to create products, that are valued within one or more cultural settings. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa kecerdasan setiap siswa tidak diukur berdasarkan dari hasil tes IQ, namun dilihat dari kemampuan mereka dalam memecahkan masalah dan berkreativitas. Akan tetapi, sering guru mengabaikan kedua kemampuan tersebut. Kecerdasan siswa dibagi menjadi sembilan macam. Gardner dalam revisi teorinya (2004: 31-42) membagi kecerdasan tersebut menjadi: (a) linguistic intelligence, (b) logical-mathematical intelligence, (c) musical intelligence, (d) spatial intelligence, (e) bodily-kinesthetic intelligence, (f) naturalist intelligence, (g) intrapersonal intelligence, (h) interpersonal intelligence, (i) existential intelligence. Masing-masing siswa akan menguasai salah satu dari sembilan kecerdasan tersebut di atas. Proses pembelajaran dan atau pendidikan harus mampu memfasilitasi perkembangan setiap siswa dengan tipe kecerdasan mereka. Namun, seorang guru terlebih dahulu harus mampu mengidentifikasi ciri-ciri siswa dengan tipe kecerdasannya. Richards & Rodgers dalam Heidari & Panahandeh (2013: 100) mengidentifikasi kemampuan masing-masing individu dalam multiple intelligence. Hal tersebut dijelaskan secara ringkas meliputi: (a) kecerdasan linguistik/verbal, mampu menggunakan bahasa dengan terampil dan kreatif; (b) kecerdasan matematika/logika, mampu melakukan kegiatan intelektual dan menggunakan struktur logika; (c) kecerdasan visual/spasial, mampu mengatur dan memahami model dunia visual; (d) kecerdasan kinestetik/jasmani, mampu membuat tubuh bugar dan memiliki kontrol pada gerakan tubuh; (e) kecerdasan musik/irama, mampu mendengarkan musik dengan bersemangat untuk memahami dan mengungkapkan komponen musik; (f) kecerdasan interpersonal, mampu memiliki interaksi yang baik dengan orang lain; (g) kecerdasan intrapersonal, mampu mengidentifikasi diri dan menggunakan bakat dengan cara yang tepat; (h) kecerdasan naturalis, mampu memahami dan mengenali dunia dan bentuk-bentuk alam; (i) kecerdasan eksistensial, mampu mengatasi pertanyaan yang mendalam sehubungan dengan kondisi manusia mengenai makna kehidupan, kematian, dan cinta. Multiple intelligence mendesak untuk dipahami oleh guru. Oleh karena, siswa memiliki kecerdasan yang berbeda satu sama lainnya sehingga membutuhkan perlakuan yang berbeda pula. Guru harus selalu inovatif dan kreatif dalam melaksanakan tugasnya. Salah satu upaya guru untuk 75

4 memfasilitasi siswa dalam belajar adalah menggunakan media pembelajaran yang berbasis multiple intelligence. Media Pembelajaran Kegiatan pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem. Proses tersebut membutuhkan adanya penyampai pesan (guru), pesan (materi ajar), dan penerima pesan (siswa). Tersampainya pesan kepada penerima dipengaruhi oleh adanya media atau sarana komunikasi, dalam hal ini media pembelajaran. Media pembelajaran menurut Munadi (2013: 7-8), dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, media pembelajaran memiliki peranan penting demi tercapainya tujuan pembelajaran pada khususnya. Gambar 1. Kerucut Pengalaman Dale Siswa yang berada dalam tahapan operasional konkret akan lebih mudah mempelajari materi yang sifatnya konkret daripada abstrak. Salah satu gambaran yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran adalah Kerucut Pengalaman Dale. Berdasarkan gambar tersebut di atas, semakin ke atas menuju puncak kerucut maka semakin abstrak media penyampai pesan. Akan tetapi, hal tersebut bukanlah mengartikan bahwa media pembelajaran yang terbaik adalah urutan yang terbawah pada kerucut. Media pembelajaran haruslah sesuai dengan kompetensi yang hendak dicapai, kebutuhan dan kemampuan siswa, serta situasi/kondisi lingkungan belajar/sekolah. Media menurut Smaldino, Lowther, & Russell (2014: 7) dikategorikan menjadi enam yaitu teks, audio, visual, video, perekayasa (manipulative) (bendabenda), dan orang-orang. Lebih lanjut diuraikan bahwa (a) teks, merupakan karakter alfanumerik yang ditampilkan dalam format tertentu, seperti buku, poster, papan tulis, layar komputer, dsb; (b) audio, mencakup apa saja yang bisa didengar, seperti suara orang, musik, suara mekanis, suara berisik, dsb; (c) 76

5 visual, meliputi diagram pada sebuah poster, gambar pada sebuah papan tulis putih, foto, gambar pada sebuah buku, kartun, dsb; (d) video, merupakan media yang menampilkan gerakan, termasuk DVD, rekaman video, animasi komputer, dsb; (e) perekayasa, bersifat tiga dimensi dan bisa disentuh dan dipegang oleh para siswa; (f) orang-orang, seperti guru, siswa, atau ahli bidang studi. Sejalan dengan itu, Munadi (2013: 53-54) mengembangkan taksonomi media dari Bretz berdasarkan jumlah indera yang terlibat. Media pembelajaran yang melibatkan indera pendengaran saja disebut media audio, media yang melibatkan indera penglihatan saja disebut media visual, dan media yang melibatkan kedua jenis indera (pendengaran dan penglihatan) disebut media audiovisual, kemudian apabila melibatkan lebih dari dua indera disebut sebagai multimedia. Klasifikasi media pembelajaran yang telah dibahas kemudian perlu dipilih dan atau dikembangkan oleh guru agar memenuhi nilai layak dan efektif. Kriteria pemilihan media pembelajaran menurut Arsyad (2013: 74) bersumber dari konsep bahwa media pembelajaran merupakan bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan. Kriteria yang diutarakan meliputi: (a) media pembelajaran harus sesuai dengan tujuan instrusional meliputi ranah afektif, psikomotor, dan kognitif; (b) mendukung materi yang bersifat fakta, konsep, prinsip, dan generalisasi; (c) media pembelajaran memiliki sifat praktis, luwes, dan bertahan; (d) guru harus mampu dan terampil dalam menggunakan; (e) harus mampu memfasilitasi perbedaan siswa, dan yang terakhir; (f) guru harus mampu memilih media yang memenuhi persyaratan teknis tertentu. Beberapa kriteria tersebut di atas dapat dijadikan acuan untuk memilih media pembelajaran yang efektif dan efisien. Cara lain dalam pemilihan media pembelajaran yaitu, guru dapat menggunakan model ASSURE. Smaldino, Lowther, & Russell (2014: 110) menjelaskan bahwa model tersebut terdiri dari enam tahapan meliputi: (a) mnegidentifikasi dan menganalisis karakteristik pembelajar yang disesuaikan dengan hasil belajar, meliputi karakteristik umum, kompetensi dasar, dan gaya belajar; (b) menyatakan standar dan tujuan belajar sespesifik mungkin; (c) membangun jembatan antara pon a dan b dengan memilih strategi pembelajaran, teknologi, dan materi yang sesuai, kemudian memutuskan materi untuk menerapkan pilihan-pilihan tersebut; (d) menggunakan teknologi, media, dan material untuk membantu para siswa mencapai tujuan; (e) mengharuskan keterlibatan aktif mental para pembelajar; (f) terakhir adalah mengevaluasi dan merevisi dampaknya pada pembelajaran siswa. Berdasarkan model tersebut, diharapkan media pembelajaran yang dipilih dan atau dikembangkan mampu dengan mudah membantu guru menyampaikan materi kepada siswa, sehingga siswa dapat lebih mudah menerima dan memahami materi pembelajaran dengan perantara media pembelajaran yang sudah dipilih berdasarkan kriteria-kriteria yang sudah diulas. 77

6 Media Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligence Pendidikan harus selalu tanggap terhadap adanya globalisasi dan modernisasi abad 21. Oleh karena itu, perlu adanya pengintegrasian berbagai macam keterampilan demi menyiapkan siswa untuk mampu bersaing. Guru harus mampu memenuhi kebutuhan tersebut dengan cara mengintegrasikan multiple intelligence ke dalam setiap kegiatan pembelajaran. Media dan teknologi pembelajaran menurut McKenzie (2005: 53) yang dapat digunakan untuk memfasilitasi kecerdasan siswa disajikan sebagai berikut. Gambar 2. Media Pembelajaran dan Multiple Intelligence Verbal/linguistic intelligence. Tipe kecerdasan ini dapat dirangsang dengan lebih efektif menggunakan teknologi modern, sementara menyisihkan buku, pensil, dan kertas. Penggunaan media berbasis teknologi dapat mempertimbangkan cara pengolahan kata, mengedit dan merevisi, menjadi cara menulis yang efektif. Desktop publishing dan web-based publishing, serta juga merupakan cara untuk meningkatkan pembelajaran verbal, seperti ketika siswa meminta informasi dan menanggapi koresponden melalui teks tertulis. McCOOG (2007: 26) menambahkan bahwa siswa linguistik ditandai sebagai siswa dengan keterampilan tertulis dan lisan yang sangat baik. Strategi pembelajaran yang digunakan untuk siswa linguistik harus berfokus pada ekspresi diri. Proyek yang sangat cocok adalah menggunakan internet untuk 78

7 penelitian dan kemudian mempresentasikan temuan. Siswa linguistik mampu berbicara dengan nyaman ketika presentasi atau melakukan desktop publishing. Logical-mathematical intelligence. Kecerdasan ini ditingkatkan melalui kegiatan yang membutuhkan penalaran. Hal tersebut mencakup informasi yang diberikan dalam pengolahan, analisis data menggunakan spreadsheet, melakukan penelitian internet menggunakan mesin pencari atau direktori, berpartisipasi dalam proses pemecahan masalah, atau bahkan menguasai pemrograman komputer atau jaringan protokol. McCOOG (2007: 26) menambahkan bahwa siswa matematis-logis mampu mengerjakan proyek-proyek dan hasil yang nyata dengan baik. Teknologi yang menguntungkan kebanyakan adalah database dan spreadsheet. Kedua program ini memungkinkan siswa untuk menghitung dan mengatur data. Selain itu, siswa ini memiliki keunggulan dalam proyek berbasis inquiry. Siswa matematis-logis menyenangi permasalahan dan kemudian diberikan sumber daya untuk menyelesaikannya. Penggunaan peraga adalah kegiatan yang baik bagi siswa dengan kecerdasan matematis-logis yang kuat. Visual Spatial intelligence. Siswa visual-spasial mendapatkan manfaat yang terutama dari teknologi pendidikan modern karena terdapat begitu banyak cara baru untuk merangsang belajar. Penggunaan slideshow digital adalah cara baru untuk membuat, memanipulasi, dan belajar di kelas. Siswa ini dapat difasilitasi media berbasiskan teknologi seperti editor grafis yang memungkinkan untuk memanipulasi gambar. Siswa visual-spasial sangat cocok didukung oleh teknologi, mengingat kemajuan terbaru dalam animasi digital dan film. McCOOG (2007: 26) menyatakan bahwa kreativitas adalah kunci untuk siswa visual-spasial. Tipe kecerdasan ini menyenangi proyek digital, video kamera, program design and paint yang dapat memaksimalkan potensi mereka. Proyek akhir yang dikerjakan biasanya berfokus pada interpretasi dan keindahan. Bodily-kinesthetic intelligence. Kecerdasan ini dirangsang oleh interaksi fisik dengan lingkungan. Ketika teknologi digunakan dalam pembelajaran, siswa belajar dengan memanipulasi materi sehingga dapat mengembangkan pemahaman yang lebih besar dari keterampilan dan konsep. Diagram di papan tulis, memilah peraga berdasarkan atribut, berpartisipasi dalam simulasi kelompok, merupakan contoh kegiatan dalam memfasilitasi kecerdasan kinestetik. McCOOG (2007: 26-27) menyatakan bahwa siswa kinestetik sangat sadar akan peran tubuh mereka untuk bermain dalam pembelajaran. Ide-ide yang terbaik diekspresikan melalui gerakan. Siswa ini perlu memanipulasi lingkungan untuk mencapai potensi maksimal mereka. Musical intelligence. Siswa dengan kecerdasan musik dapat diputarkan rekaman lalu mengikuti teks dengan buku untuk mendorong penggunaan kecerdasannya. Selain itu, siswa musik juga dapat menggabungkan suara digital ke dalam multimedia. Presentasi dan bermain game musikal mampu menumbuhkan pemikiran musik serta mengakomodasi cara belajar. McCOOG (2007: 26) mengidentifikasi bahwa siswa musik memiliki kemampuan fokus yang tinggi dalam mendengarkan dan menciptakan irama dan pola. Siswa ini 79

8 mengekspresikan diri melalui cara-cara pendengaran. Siswa musik sangat berkembang dari buku interaktif, video rekaman audio, dan audio notasi. Teknologi yang baik untuk digunakan siswa musik adalah program perangkat lunak yang mensintesis musik ke dalam gelombang. Siswa ini dapat menggunakan bakat musiknya untuk memecah dan membangun kembali melodi. Hal ini dapat mendorong kemampuan berpikir kritis yang dapat digunakan di semua disiplin ilmu. Intrapersonal intelligence. Tipe kecerdasan ini dirangsang melalui kegiatan yang membawa perasaan, nilai-nilai, dan sikap ke dalam permainan. Misalnya, siswa melakukan debat kelas pada isu lingkungan, melakukan ekspedisi real-time melalui pulau-pulau yang belum dipetakan, menyelesaikan survei online pada masalah yang sedang dipelajari di kelas, mengisi formulir online sebagai ajang memfasilitasi materi pelajaran, atau mengevaluasi portofolio digital sendiri adalah cara-cara untuk mengakomodasi kecerdasan intrapersonal. McCOOG (2007: 27) menambahkan bahwa siswa intrapersonal mampu menyadari diri sendiri dengan lebih tajam. Intrapersonal dicirikan sebagai pemotivasi diri dan belajar melalui proses metakognitif. Komputer berbasis jurnal, pemetaan konsep, dan penelitian internet adalah pilihan teknologi yang baik bagi siswa tersebut. Sering kali, siswa intrapersonal membuat produk yang hebat akan tetapi tidak memiliki keyakinan untuk berbagi di luar komunitas sekolah. Oleh karena itu, blog adalah sumber daya yang besar untuk pelajar intrapersonal. Blog memungkinkan siswa untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka. Sebuah blog dapat memberikan jalan keluar dan mungkin membuka pintu untuk kesempatan lebih lanjut, seperti lomba menulis. Interpersonal intelligence. Siswa tipe ini dapat ditampung melalui diskusi kelas pada topik yang relevan, kolaborasi pada proyek-proyek yang memperkaya dan memperluas kurikulum, chatting antara kelompok siswa atau dengan para ahli, partisipasi dalam newsgroup pada topik yang ditugaskan, dan bahkan interaksi dengan mailing list yang memungkinkan beberapa kelas untuk berbagi ide dan pengalaman. McCOOG (2007: 27) juga menyatakan bahwa siswa interpersonal berinteraksi dengan baik terhadap masyarakat sekitar. Siswa ini sangat sadar akan perasaan dan motif orang lain di sekitar mereka dan juga terutama ketika memulai diskusi dan mendorong partisipasi dari teman sekelas lainnya. Siswa ini senang dalam menciptakan produk yang memungkinkan mereka untuk mengekspresikan diri untuk penonton. Presentasi, proyek , dan konferensi video menginspirasi para siswa interpersonal. Naturalist intelligence. Siswa naturalis dapat menggunakan laser disc pada cuaca sebagai cara yang efektif untuk berbagi fenomena ilmiah ke dalam kelas. Meskipun begitu, pemetaan semantik lebih naturalis. Penggunaan perangkat pemetaan lunak menginspirasi siswa naturalis untuk memahami peta visual dari fakta-fakta dan konsep-konsep serta membantu untuk memanipulasi ide-ide. McCOOG (2007: 27) menyatakan bahwa siswa naturalis belajar dengan membuat hubungan konten dengan alam. Kamera adalah sumber teknologi yang sangat 80

9 baik bagi siswa ini. Merekam dan menyajikan alam, menampilkan perubahan dari waktu ke waktu, mensintesis perubahan musim atau menampilkan transisi dari hewan adalah proyek yang sangat membanggakan dan menguntungkan bagi siswa naturalis, disebabkan menggabungkan berbagai teknologi visual. Database elektronik dan spreadsheet memungkinkan naturalis untuk tidak hanya menyajikan apa yang telah mereka temukan, tetapi juga membuat produk nyata untuk orang lain. Existential intelligence. Tipe ini dirangsang melalui pengalaman yang memperkuat rasa siswa sebagai bagian dari sesuatu yang lebih besar dari lingkungan sekitarnya. Koran, majalah, dan komunitas virtual membantu siswa ini berpikir bahwa setiap individu adalah milik sesuatu yang lebih besar dari keluarga atau ruang kelas. Blog dan wiki memungkinkan siswa eksistensial untuk berinteraksi satu sama lain, berbagi dan bahkan memodifikasi ide melalui pertukaran informasi terbuka di situs Web interaktif. Bahkan, interaksi online dengan orang-orang yang signifikan melalui wawancara dan arsip dapat meningkatkan penggunaan kecerdasan eksistensial. McCOOG (2007: 27) juga sejalan bahwa eksistensialis berfokus pada gambaran besar dan mengapa dunia beroperasi seperti itu. Teknologi yang terbaik untuk digunakan siswa ini adalah komunikasi dan aplikasi pemecahan masalah. KESIMPULAN Potensi yang dimiliki oleh setiap siswa bergantung pada minat dan bakatnya. Minat dan bakat pun juga akan membentuk kecerdasan siswa tersebut. Siswa yang mengerjakan tugas sesuai dengan bidangnya akan termotivasi sehingga menikmati/ menyenangi tugas-tugas yang harus diselesaikan. Sistem pendidikan di Indonesia umumnya mengacu pada ukuran kecerdasan IQ, sehingga siswa yang memiliki tipe kecerdasan lainnya tidak dapat berkembang secara optimal. Hal tersebut memberikan dampak pada siswa menjadi berkurangnya rasa percaya diri dan tidak merasa bangga akan kemampuannya. Pada akhirnya, kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah tidak berkembang dengan baik. Oleh karena itu, menerapkan multiple intelligence dalam sistem pendidikan adalah kebutuhan yang mendesak. Guru harus memahami bagaimana konsep dalam memilih dan mengembangkan media pembelajaran yang mampu merangsang kecerdasan. Oleh karena, media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu tugas guru untuk mencapai tujuan. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, A. (2013). Media pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press. Gardner, H. (2004). Changing minds: the art and science of changing our own and other people s minds. Boston: Harvard Business School Publishing. 81

10 Gardner, H. (2011). Frames of mind: the theory of multiple intelligences. New York: Basic Books. Heidari, F., & Panahandeh, E. (2013). The relationship between Iranian EFL learners' multiple intelligence and listening strategies. The Southeast Asian Journal of English Language Studies, 19(2), McCOOG, I.J. (2007). Integrated instruction: multiple intelligences and technology. The Clearing House, 81(1), McKenzie, W. (2005). Multiple intelligence and instructional technology (2 nd ed.). Washington DC: ISTE. Munadi, Y. (2013). Media pembelajaran (sebuah pendekatan baru). Jakarta: Referensi. Smaldino, S.E., Lowther, D.L., & Russell, J.D. (2014). Instructional technology and media for learning: teknologi pembelajaran dan media untuk belajar. (Terjemahan Arif Rahman). Boston: Pearson Education, Inc. (Buku asli diterbitkan tahun 2011). 82

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kecerdasan seseorang masih diartikan secara sempit oleh banyak kalangan. Kecerdasan masih dianggap sebagai tingkat intelektualitas seseorang dalam hal akademis

Lebih terperinci

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK Emiliya Damayanti 1, Sunardi 2, Ervin Oktavianingtyas 3 Email: rvien@ymail.com Abstract. This study

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar merupakan suatu performance dan kompetensinya dalam suatu mata pelajaran setelah mempelajari materi untuk mencapai tujuan pengajaran. Performance

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kecerdasan merupakan alat untuk belajar, menyelesaikan masalah, dan menciptakan semua hal yang bisa digunakan manusia. Gardner (2003) tidak memandang kecerdasan manusia

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

NASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi NASKAH PUBLIKASI PERBANDINGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DITINJAU DARI HASIL BELAJAR BIOLOGI DI SMP NEGERI 2 KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk. yang timbul dalam diri manusia. Pembelajaran matematika

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk. yang timbul dalam diri manusia. Pembelajaran matematika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk mengembangkan dirinya sehingga mereka

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh. Isniatun Munawaroh,M.Pd*)

PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh. Isniatun Munawaroh,M.Pd*) PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE Oleh Isniatun Munawaroh,M.Pd*) Salah satu implikasi yang paling provokatif dalam teori Multiple Intelligence adalah

Lebih terperinci

Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?,

Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?, Dengan apakah Siswa Anda CERDAS? PENDAHULUAN Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?, Apakah ada yang mahir dibidang olah raga yang mampu membuat gerakan gerakan fisik

Lebih terperinci

KEGIATAN BELAJAR 2 PERAN TEKNOLOGI DAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21

KEGIATAN BELAJAR 2 PERAN TEKNOLOGI DAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21 KEGIATAN BELAJAR 2 PERAN TEKNOLOGI DAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21 Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan Capaian Pembelajaran : Dapat memanfaatkan teknologi media pembelajaran abad 21. dalam Pokok Pokok

Lebih terperinci

PROFIL PEMECAHAN MASALAH SPLDV DENGAN LANGKAH POLYA DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA

PROFIL PEMECAHAN MASALAH SPLDV DENGAN LANGKAH POLYA DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA Bidang Kajian Jenis Artikel : Pendidikan Matematika : Hasil Penelitian PROFIL PEMECAHAN MASALAH SPLDV DENGAN LANGKAH POLYA DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA Setyati Puji Wulandari 1), Imam

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN THE READING PROCESS DALAM PEMBELAJARAN 1

PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN THE READING PROCESS DALAM PEMBELAJARAN 1 PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN THE READING PROCESS DALAM PEMBELAJARAN 1 Dhi Bramasta, Dedy Irawan 2 PGSD-FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto ABSTRAK Pengetahuan dan keterampilan penerapan the reading

Lebih terperinci

ANALISIS MULTIPLE INTELLEGENCES PADA BUKU SISWA KURIKULUM 2013 KELAS IV SD

ANALISIS MULTIPLE INTELLEGENCES PADA BUKU SISWA KURIKULUM 2013 KELAS IV SD JURNAL INOVASI PENDIDIKAN Volume 1 Nomer 2, September 2017, Halaman 1-6 ANALISIS MULTIPLE INTELLEGENCES PADA BUKU SISWA KURIKULUM 2013 KELAS IV SD Dian Ika Kusumaningtyas 1) dan Maharani Putri Kumalasani

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA.

IMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA. IMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA munir@upi.edu PENGANTAR e-learning suatu istilah yang digunakan terhadap proses belajar mengajar berbasis online tanpa dibatasi

Lebih terperinci

MENINGKATKAN POTENSI KECERDASAN ANAK MELALUI PENDEKATAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh Linda Kholidatunnur Abstrak

MENINGKATKAN POTENSI KECERDASAN ANAK MELALUI PENDEKATAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh Linda Kholidatunnur Abstrak MENINGKATKAN POTENSI KECERDASAN ANAK MELALUI PENDEKATAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE Oleh Linda Kholidatunnur 82321112083 Abstrak Beragam kecerdasan yang dimiliki oleh setiap individu merupakan anugerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup khususnya pada Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan termasuk ke dalam materi yang sangat menarik, tetapi

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN ( 5 JP

MEDIA PEMBELAJARAN ( 5 JP Selamat datang dalam MEDIA PEMBELAJARAN ( 5 JP ) BIMBINGAN TEKNIS PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAGI KEPALA SMP Tujuan Setelah Kegiatan Bimtek Peserta dapat : 1. Menjelaskan konsep media pembelajaran

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PENDIDIK DAN KEMANDIRIAN MAHASISWA.

IMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PENDIDIK DAN KEMANDIRIAN MAHASISWA. IMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PENDIDIK DAN KEMANDIRIAN MAHASISWA munir@upi.edu PENGANTAR Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya media pembelajaran dapat menghantarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Berpikir adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi informasi dalam memori. Ini sering dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia pendidikan. Melalui kegiatan menulis, para siswa dilatih untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia pendidikan. Melalui kegiatan menulis, para siswa dilatih untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan bagian dari keterampilan berbahasa yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Melalui kegiatan menulis, para siswa dilatih untuk berpikir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam

BAB I PENDAHULUAN. Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam hal hasil belajar terutama di bidang matematika dan sains. Menurut Eriba dkk (Lisma, 2009)

Lebih terperinci

MATHEMATICAL CREATIVE THINKING ABILITY AND MULTIPLE INTELEGENCE BASED LEARNING

MATHEMATICAL CREATIVE THINKING ABILITY AND MULTIPLE INTELEGENCE BASED LEARNING MATHEMATICAL CREATIVE THINKING ABILITY AND MULTIPLE INTELEGENCE BASED LEARNING Risnanosanti Muhammadiyah University of Bengkulu E-mail: rnosanti@yahoo.com ABSTRAK : Berpikir kreatif dalam matematika adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian penting dari proses pembangunan nasional yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal tersebut dikarenakan bahwa pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi fisika dalam IPA terpadu pada dasarnya merupakan salah satu pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang menganggap pelajaran

Lebih terperinci

Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY)

Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY) PENDEKATAN INTELEGENSI GANDA DALAM PROSES PEMBELAJARAN TEKNIK DIGITAL DI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA FT-UNY Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY) ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu pelajaran yang penting untuk dipelajari, oleh sebab itu matematika diajarkan disetiap jenjang pendidikan. Pada jenjang sekolah menengah,

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية)

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) SKS : 2 SKS Dosen : Rovi in, M.Ag Semester : Ganjil Prodi : PBA 1 Guru profesional memiliki empat kompetensi, yaitu: pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Grenita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Grenita, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penilaian merupakan salah satu aspek yang penting dalam pendidikan. Menurut Sumarna Surapranata (2004: 19), penilaian pendidikan erat kaitannya dengan academic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Q.S. At-Tin/95: 5). 1

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Q.S. At-Tin/95: 5). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Seperti yang disebutkan dalam firman-nya: Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA) dirasakan penting untuk dipelajari karena materi-materi tersebut sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik Melalui Pembelajaran PKn Dalam Mengembangkan Kompetensi (Studi Kasus di SMA Negeri 2 Subang)

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER/IT

MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER/IT MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER/IT Latar Belakang Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi menuntut pola variasi pembelajaran Proses pembelajaran dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar adalah susatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara

Lebih terperinci

Dewi Ayu Kusumaningtias, Eko Setyadi Kurniawan, Ashari

Dewi Ayu Kusumaningtias, Eko Setyadi Kurniawan, Ashari Pengembangan Handout Berbasis Multiple Intelligence Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah Wonosobo Tahun Pelajaran 2013/2014 Dewi Ayu Kusumaningtias, Eko Setyadi Kurniawan,

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka 6 BAB II Tinjauan Pustaka A. Media Pembelajaran Interaktif Media pembelajaran dapat diartikan sebagai perantara atau penghubung antara dua pihak yaitu antara sumber pesan dan penerima pesan ( Anitah, 2008

Lebih terperinci

Desain dan Pengembangan Pelatihan

Desain dan Pengembangan Pelatihan Modul ke: Desain dan Pengembangan Pelatihan Teori Pembelajaran Efektif Fakultas PSIKOLOGI EY Eka Kurniawan, M. Psi eyeka13@gmail.com Program Studi Psikologi Renungan Tell me and I forget. Teach me and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diukur dengan test dan dinyatakan dalam bentuk nilai. Hasil belajar mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. diukur dengan test dan dinyatakan dalam bentuk nilai. Hasil belajar mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil belajar merupakan tolak ukur yang menentukan tingkat keberhasilan peserta didik dalam memahami suatu materi pelajaran dari proses belajarnya yang diukur

Lebih terperinci

BAB. II KAJIAN PUSTAKA

BAB. II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB. II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Pengertian aktivitas adalah semua kegiatan seseorang dalam mengikuti suatu kegiatan baik secara kelompok maupun perorangan atau individu. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai bagian dari kurikulum di sekolah, memegang peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan yang mampu bertindak atas

Lebih terperinci

PENGEMBANGKAN BAHAN AJAR BERBASIS MULTIMEDIA INTERAKTIF BERORIENTASI PEMBERDAYAAN MULTIPLEINTELLIGENCES

PENGEMBANGKAN BAHAN AJAR BERBASIS MULTIMEDIA INTERAKTIF BERORIENTASI PEMBERDAYAAN MULTIPLEINTELLIGENCES PENGEMBANGKAN BAHAN AJAR BERBASIS MULTIMEDIA INTERAKTIF BERORIENTASI PEMBERDAYAAN MULTIPLEINTELLIGENCES DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)DI SINGARAJA KOTA I Putu Suka Arsa, I Gede Ratnaya, Ni Made Wahyuni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 20 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian yang berjudul Aplikasi Pembelajaran Bahasa Arab pada Anak Prasekolah Berbasis Multimedia (Studi Kasus Tk Uswatun Hasanah Yogyakarta), mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Desti Fatin Fauziyyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Desti Fatin Fauziyyah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Media pembelajaran telah terbukti berperan aktif untuk meningkatkan motivasi dan intelektual anak dalam proses kegiatan belajar mengajar. Maka dari itu

Lebih terperinci

MANFAAT TIK DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITA

MANFAAT TIK DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITA MANFAAT TIK DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITA A. LATAR BELAKANG Mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang harus mengikuti perkembangan teknologi informasi. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama,

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama, karena anak lahir dalam keluarga dan anak dibesarkan oleh keluarga. Apa yang dilihat, didengar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini telah terjadi pergeseran paradigma dalam pembelajaran ke arah paradigma konstruktivisme. Sebagaimana dikemukakan oleh Rusman dan Dewi (2009 : 174) menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita setiap bangsa di dunia. Salah satu faktor pendukung utama bagi kemajuan suatu negara adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan saluran atau media (Sardiman A.M., 2001: 7). Multimedia interaktif

BAB II LANDASAN TEORI. dan saluran atau media (Sardiman A.M., 2001: 7). Multimedia interaktif BAB II LANDASAN TEORI Interaksi berkaitan erat dengan istilah komunikasi. Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yang terlibat di dalamnya, yaitu komunikator, komunikan, pesan dan saluran atau media (Sardiman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang diperlukan oleh semua orang. Dapat dikatakan bahwa pendidikan dialami oleh semua manusia dari semua golongan. Berdasarkan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik,

BAB I PENDAHULUAN. membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak usia dini (PAUD) merupakan upaya pembinaan dan pengasuhan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga usia 6 tahun, meskipun sesungguhnya akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses dengan cara-cara tertentu agar seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran yang membosankan dan bahkan ada yang sampai membenci. Hal ini,

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran yang membosankan dan bahkan ada yang sampai membenci. Hal ini, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak siswa yang menganggap., bahwa matematika itu adalah mata pelajaran yang membosankan dan bahkan ada yang sampai membenci. Hal ini, disebabkan kesulitan

Lebih terperinci

Sistem Informasi untuk Pendidikan (3) Pengembangan Kurikulum S2 KRK640 3 SKS

Sistem Informasi untuk Pendidikan (3) Pengembangan Kurikulum S2 KRK640 3 SKS Sistem Informasi untuk Pendidikan (3) Pengembangan Kurikulum S2 KRK640 3 SKS SISTEM BELAJAR MENGAJAR ON-LINE Pembelajaran on-line adalah pembelajaran yang menggunakan internet untuk menyampaikan bahan

Lebih terperinci

PROSES BERPIKIR DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN KECERDASAN LOGIS- MATEMATIS

PROSES BERPIKIR DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN KECERDASAN LOGIS- MATEMATIS JURNAL BUANA MATEMATIKA. Vol. 5, No. 1, Tahun 2015 PROSES BERPIKIR DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN KECERDASAN LOGIS- MATEMATIS Ika Sulistyowati 1, Sri Rahayu 2, Nur Fathonah 3 (SMP Negeri 1 Driyorejo)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di zaman globalisasi sekarang ini membutuhkan manusia yang mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan suatu ilmu yang mempunyai objek kajian abstrak, universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat. Perkembangan ini memiliki dampak semakin terbuka dan tersebarnya informasi dan pengetahuan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI

PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI i PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Guna

Lebih terperinci

MEDIA AUDIO, VISUAL, AUDIO-VISUAL, DAN MULTIMEDIA. Beni Asyhar Program Studi Tadris Matematika STAIN Tulungagung

MEDIA AUDIO, VISUAL, AUDIO-VISUAL, DAN MULTIMEDIA. Beni Asyhar Program Studi Tadris Matematika STAIN Tulungagung MEDIA AUDIO, VISUAL, AUDIO-VISUAL, DAN MULTIMEDIA 2013 Beni Asyhar Program Studi Tadris Matematika STAIN Tulungagung Mendengarkan merupakan suatu proses rumit yang melibatkan 4 unsur, yaitu: - Mendengar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan penelitian ilmu pendidikan mengisyaratkan bahwa proses

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan penelitian ilmu pendidikan mengisyaratkan bahwa proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan penelitian ilmu pendidikan mengisyaratkan bahwa proses pembelajaran bukan hanya sekedar proses transfer ilmu pengetahuan yang berlangsung secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas manusia menyongsong kehidupan masa depan dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menentukan perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran IPA di Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) diajarkan secara terpadu dalam mata pelajaran IPA Terpadu. IPA Terpadu merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu eksak yang menjadi dasar perkembangan segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dalam tatanan kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa (pendidik) kepada orang yang belum dewasa (peserta didik) untuk memperoleh kedewasaan, baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut pendapat dari para ahli, bahwasanya matematika merupakan ilmu yang menekankan pada pola berfikir dan nalarnya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut pendapat dari para ahli, bahwasanya matematika merupakan ilmu yang menekankan pada pola berfikir dan nalarnya untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu keharusan yang dimiliki oleh setiap individu. Pendidikan dituntut untuk menghasilkan kualitas manusia guna menjamin kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses yang kompleks, namun kompleksitasnya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses yang kompleks, namun kompleksitasnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang kompleks, namun kompleksitasnya selalu seiring dengan perkembangan manusia. Melalui pendidikan pula berbagai aspek kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mungkin dalam peningkatan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mungkin dalam peningkatan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang berperan penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan juga berusaha semaksimal mungkin dalam

Lebih terperinci

Disampaikan pada Kegiatan PPL KKN Oleh: Estu Miyarso, M.Pd. Teknologi Pendidikan FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Disampaikan pada Kegiatan PPL KKN Oleh: Estu Miyarso, M.Pd. Teknologi Pendidikan FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Disampaikan pada Kegiatan PPL KKN 2012 Oleh: Estu Miyarso, M.Pd. Teknologi Pendidikan FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Mengapa Harus ICT? Alasan Pragmatis Tuntutan Perkembangan IPTEK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Sheny Meylinda S, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Sheny Meylinda S, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fisika merupakan bagian dari rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang dianggap sulit oleh siswa (Angel et all, 2004:2). Penyebabnya adalah dikarenakan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kecerdasan yang seimbang. Menurut Undang-Undang RI Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kecerdasan yang seimbang. Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang berkualitas dapat menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan memiliki kecerdasan

Lebih terperinci

WARUNG MATEMATIKA SEBAGAI PENGEMBANGAN KECERDASAN MATEMATIS-LOGIS ANAK BAGI GURU TAMAN KANAK-KANAK (TK)

WARUNG MATEMATIKA SEBAGAI PENGEMBANGAN KECERDASAN MATEMATIS-LOGIS ANAK BAGI GURU TAMAN KANAK-KANAK (TK) WARUNG MATEMATIKA SEBAGAI PENGEMBANGAN KECERDASAN MATEMATIS-LOGIS ANAK BAGI GURU TAMAN KANAK-KANAK (TK) PENDAHULUAN Sumber daya manusia yang handal sangat dibutuhkan dalam usaha membangun kembali renovasi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PEDAGOGIK PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER

BAB III TINJAUAN PEDAGOGIK PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER BAB III TINJAUAN PEDAGOGIK PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER Saat ini penggunaan ICT untuk kegiatan belajar dan mengajar menjadi salah satu ciri perkembangan masyarakat modern. ICT dapat dimaknakan sebagai

Lebih terperinci

Oleh: Fitta Ummaya Santi

Oleh: Fitta Ummaya Santi Oleh: Fitta Ummaya Santi APA ITU MEDIA Sadiman, dkk 2002:6 Media: segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan pengiriman pesan kepada penerima pesan, sehingga dapat merangsang pikiran,

Lebih terperinci

2015 PEMBINAAN KETERAMPILAN SOSIAL DALAM PENGGUNAAN MEDIA SEARCH ENGINE BAGI PENINGKATAN CIVIC INTELLIGENCE SISWA PADA MATA PELAJARAN PPKN

2015 PEMBINAAN KETERAMPILAN SOSIAL DALAM PENGGUNAAN MEDIA SEARCH ENGINE BAGI PENINGKATAN CIVIC INTELLIGENCE SISWA PADA MATA PELAJARAN PPKN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi dan modernisasi, ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Tuntutan masyarakat terhadap ipteks semakin

Lebih terperinci

BAB II PENGGUNAAN MEDIA PADA PEMBELAJARAN MENERAPKAN DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

BAB II PENGGUNAAN MEDIA PADA PEMBELAJARAN MENERAPKAN DASAR-DASAR ELEKTRONIKA BAB II PENGGUNAAN MEDIA PADA PEMBELAJARAN MENERAPKAN DASAR-DASAR ELEKTRONIKA A. Definisi Belajar dan Pembelajaran Menurut Arsyad (2007: 1) belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF 291 PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF Ibnu R. Khoeron 1, Nana Sumarna 2, Tatang Permana 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Media Pembelajaran CD Interaktif Terhadap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Media Pembelajaran CD Interaktif Terhadap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Saat ini perkembangan zaman, teknologi dan khususunya dunia pendidikan sudah semakin pesat. Hal ini dibuktikan dengan adanya pergantian, perubahan, dan revisi-revisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut. Upaya peningkatan kualitas manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut. Upaya peningkatan kualitas manusia harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Faktor manusia sebagai sumber daya pembangunan mempunyai peranan yang sangat penting, untuk itu diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Program telekomunikasi dalam bentuk Teknologi Informasi dan Komunikasi atau

I. PENDAHULUAN. Program telekomunikasi dalam bentuk Teknologi Informasi dan Komunikasi atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program telekomunikasi dalam bentuk Teknologi Informasi dan Komunikasi atau Information Communication and Technology (ICT) merupakan bagian dari teknologi pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap setiap siswa akan berbeda dan bervariasi. Tidak setiap siswa

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap setiap siswa akan berbeda dan bervariasi. Tidak setiap siswa 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adanya perbedaan kecerdasan yang dimiliki oleh setiap siswa, tentunya akan berimplikasi pada perbedaan kemampuan yang dimiliki oleh siswa itu sendiri. Kecerdasan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Para ahli dalam bidang belajar pada umumnya sependapat bahwa perbuatan belajar itu adalah bersifat komplek, karena merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kebutuhan pokok dalam menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kebutuhan pokok dalam menciptakan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kebutuhan pokok dalam menciptakan sumber daya manusia yang bermutu dan dapat diandalkan dalam kemajuan bangsa. Pendidikan merupakan investasi

Lebih terperinci

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN International Labour Organization UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN PEKERJA RUMAH TANGGA ANAK PEDOMAN UNTUK PENDIDIK Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Bekerja sama dengan Proyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting bagi pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Maket Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu pondasi dalam kemajuan suatu bangsa, semakin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu bangsa, maka akan diikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, setiap orang dihadapkan pada berbagai macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut maka setiap

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. E-learning Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai pemanfaatan teknologi internet untuk mendistribusikan materi pembelajaran, sehingga siswa dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memimpin, mengajar anak baik dari segi jasmani maupun rohaninya.

BAB I PENDAHULUAN. memimpin, mengajar anak baik dari segi jasmani maupun rohaninya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan adalah segala usaha yang dimaksudkan untuk membantu menumbuhkembangkan segala potensi yang ada pada diri siswa. Dalam hal ini diperlukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Media pembelajaran merupakan suatu alat atau perantara yang berguna untuk memudahkan proses belajar mengajar, dalam rangka mengefektifkan komunikasi antara

Lebih terperinci

PROSES BERPIKIR SISWA DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN LOGIS MATEMATIS DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA

PROSES BERPIKIR SISWA DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN LOGIS MATEMATIS DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA PROSES BERPIIR SISWA DENGAN ECERDASAN LINGUISTI DAN LOGIS MATEMATIS DALAM MEMECAHAN MASALAH MATEMATIA Rudis Andika Nugroho, Sutinah 2, Rini Setianingsih Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang memiliki peranan yang sangat besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang memiliki peranan yang sangat besar dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Matematika merupakan ilmu yang memiliki peranan yang sangat besar dalam kemajuan peradaban manusia. Sejak zaman dahulu, mulai era Mesir Kuno, Babylonia hingga

Lebih terperinci