Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1

2

3

4

5

6

7

8

9 1 Bone Mineral Density Related To Alveolar Bone Resorption Irene Edith Rieuwpassa A. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan di negara maju dan berkembang, maka bertambahlah usia harapan hidup penduduk negara tersebut. Hal ini berarti, akan bertambahnya populasi penduduk lanjut usia (lansia). Penyakit-penyakit yang umum ditemukan pada pasien lansia umumnya adalah penyakit metabolik dan degeneratif kronik. Osteoporosis menjadi salah satu kelainan pada usia lanjut yang dapat menurunkan kwalitas hidupnya. (emeric C Colon) Osteoporosis adalah penyakit yang ditandai dengan pengurangan massa tulang disertai kemunduran mikroarsitektur tulang sehingga terjadi penurunan kualitas jaringan tulang. Keadaan ini dianggap sebagai faktor berisiko tinggi karena tulang akan menjadi rapuh dan mudah retak bahkan patah. (2Johnell O, Kanis JA dan 4 Silverman SL, Millan S. Patel). Fraktur akibat osteoporosis selama beberapa dekade terakhir telah dilaporkan meningkat, sehingga mengakibatkan kehilangan kemandirian dan mobilitas serta dibutuhkan biaya yang cukup besar untuk perawatannya (Hendrik G.A). Insiden osteoporosis meningkat sejalan dengan meningkatnya populasi usia lanjut. Pada tahun 2005 terdapat 18 juta lanjut usia di Indonesia, jumlah ini akan bertambah hingga 33 juta pada tahun 2020 dengan usia harapan hidup mencapai 70 tahun. Menurut WHO (1994), angka kejadian fraktur akibat osteoporosis di seluruh dunia mencapai angka 1,7 juta orang dan diperkirakan angka ini akan terus meningkat hingga mencapai 6,3 juta orang pada tahun 2050 dan 71% kejadian ini akan terdapat di negaranegara berkembang. Menurut data statistik tahun 2004 lebih dari 44 juta orang

10 2 Amerika mengalami osteopenia dan osteoporosis. Pada wanita usia 50 tahun terdapat 30% osteoporosis, 37-54% osteopenia dan 54% berisiko terhadap fraktur osteoporotik. Di Indonesia 19,7% dari jumlah lansia atau sekitar 3,6 juta orang diantaranya menderita osteoporosis Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria. Hal ini disebabkan pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun sedangkan pada pria hormon testoteron turun pada usia 65 tahun. Menurut statistik dunia 1 dari 3 wanita rentan terkena penyakit osteoporosis. Mortalitas merupakan suatu kejadian yang frekuen dalam bulan-bulan segera setelah suatu fraktur femur. 50 % individu-individu yang bertahan hidup akan membutuhkan bantuan dalam menjalankan aktifitas sehari-harinya, dan 15% hingga 25 % akan memerlukan suatu perawatan jangka panjang segera setelah fraktur. Osteoporosis saat ini disebabkan faktor endokrin, metabolik dan berbagai mekanik (kelainan hormon paratiroid dan sekresi kalsitonin, kurangnya vitamin D dan asupan kalsium, kondisi hormonal menopause, kehamilan, gangguan gizi, imobilitas dan konsumsi obat-obatan seperti kortison) (Yun AJ, Lee PY). Namun bukti klinis dan molekuler menunjukkan, inflamasi juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap turnover tulang, dalam merangsang osteoporosis. Sejumlah sitokin pro inflamasi telah terlibat dalam regulasi osteoblast dan osteoklas, (Lorenzo J: Lia Ginaldi) Tingginya angka kejadian osteoporosis, sehingga merupakan tugas yang paling penting untuk mengidentifikasi mekanisme molekuler yang mengendalikan massa tulang. Dengan demikian, Osteoporosis merupakan suatu penyakit kompleks, seperti halnya banyak penyakit multifaktor lainnya, osteoporosis ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan, suseptibilitas genetik, dan mungkin oleh interaksi di antara faktor-faktor tersebut (million s parte)

11 3 Osteoporosis merupakan hasil dari kegagalan sel tulang untuk merespon dengan tepat beban mekanik dalam mengendalikan arsitek dan massa tulang (Stephen M.Krane). Beberapa penelitian telah mengidentifikasi peran molekul TNF RANKL dan reseptor RANK dalam remodelling tulang. Molekul ini adalah regulator kunci dan sangat penting untuk pengembangan dan aktivasi osteoklas (sundeep khosla,lia Ginaldi). Data epidemiologi terbaru dan penelitian membuktikan bahwa aktivator dari Reseptor activator of nuclear factor κb (RANK) ligan / RANK (RANKL) / osteoprotegerin (OPG) merupakan pathway signal transduksi yang penting dalam mengatur pembentukan osteoklas (Bai Yu-Di). Perubahan tekstur tulang karena remodeling yang abnormal cenderung merusak kekuatan tulang, yang ditandai oleh cepatnya pergantian tulang akibat adanya mutasi dari RANKL / OPG / RANK. (chavassieus p, seeman). RANKL adalah protein yang diekspresikan oleh berbagai sel termasuk osteoblas dan sel lapisan tulang. RANK adalah reseptor yang ditemukan pada osteoklas dan prekursor osteoklas. RANKL terlibat dalam respon imun dan remodelling tulang. Beberapa faktor, termasuk sitokin dan hormon, merangsang ekspresi RANKL (Boyle WJ,, Michael P. Whyte, M.D). Estrogen mengatur resorpsi tulang dengan membatasi pelepasan RANKL dari osteoblast. Namun, dalam osteoporosis pascamenopause, kehilangan estrogen menyebabkan RANKL ekspresi meningkat secara signifikan. Peningkatan tingkat hasil ekspresi RANKL dalam pembentukan berelebihan dan aktivitas osteoklas, menyebabkan berkurangnya massa tulang. (Boyle WJ). Molekul family Tumour-necrosis-factor, osteoprotegerin ligan (OPGL, juga dikenal sebagai TRANS, RANKL dan ODF) telah diidentifikasi sebagai faktor potensial pada diferensiasi osteoklas serta memiliki peran penting sebagai regulator fungsi sel

12 4 kekebalan tubuh. Hal ini paling jelas ditunjukkan dalam RANK-L/OPG-L-deficient dan dan tikus yang kekurangan RANK (YY Kong, et al ). Beberapa penelitian pada binatang percobaan yang menggunakan mice dengan gangguan gen OPGL menunjukkan osteopetrosis berat dan erupsi gigi, ini menunjukkan bahwa osteoklas tidak sepenuhnya sebagai hasil dari ketidakmampuan osteoblast untuk mendukung osteoclastogenesis. (YY Kong, et al,. Li J, et al). Tulang alveolar adalah bagian dari maxilla dan mandibula yang membentuk dan mendukung alveoli. Tulang alveolar terbentuk pada saat gigi erupsi untuk menyediakan perlekatan tulang pada ligamentum periodontal. Resorpsi tulang alveolar merupakan suatu proses morfologi kompleks yang berhubungan dengan adanya erosi pada permukaan tulang dan sel osteoklas. Osteoklas berasal dari jaringan hematopoetic dan terbentuk dari penyatuan sel mononuclear. Penyakit periodontal adalah suatu inflamasi kronis pada jaringan pendukung gigi. Faktor yang terlibat dalam kerusakan tulang pada penyakit periodontal adalah bakteri dan host. Beberapa faktor host yang dikeluarkan oleh sel inflamasi dapat menyebabkan resorpsi tulang secara in vitro dan berperan dalam penyakit periodontal, termasuk IL-1, TNFα, prostaglandin dan prekursornya. Periodontitis dapat merubah gambaran morfologi tulang alveolar sehingga terjadi penurunan ketinggian tulang. Pola kerusakan tulang yang paling sering ditemukan pada periodontitis adalah resorpsi tulang horizontal sementara kerusakan vertikal atau angular akan membuat lubang sepanjang akar gigi disertai poket infrabony yang mendasari defek angular. Akibat kerusakan tulang alveolar adalah kehilangan gigi yang merupakan gambaran khas penyakit periodontal.

13 5 B. Rumusan Masalah 1. Apakah densitas mineral tulang berpengaruh terhadap resorpsi tulang alveolar pada periodontitis? 2. Apakah terdapat pengaruh pemberian estrogen topikal dalam meningkatkan epitelisasi pada periodontitis? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui sejauhmana hubungan densitas mineral tulang terhadap kejadian resorpsi tulang alveolar pada osteoporosis. Tujuan Khusus : a. Untuk mengetahui adanya hubungan osteoporosis dengan periodontitis. b. Untuk mengetahui hubungan estrogen pada penyembuhan periodontitis D. Manfaat Penelitian 1. Bidang Substansi Ilmu : a. Memperluas pemahaman tentang remodeling tulang b. Membuka jalan untuk pengobatan baru c. Menambah pemahaman tentang peran estrogen pada remodeling tulang 2. Bidang Klinis : Bila terbukti osteoporosis mempengaruhi resorpsi tulang alveolar, dapat dilakukan upaya pencegahan terjadinya kehilangan gigi pada kelompok resiko. TINJAUAN PUSTAKA Periodontitis adalah penyakit yang umum, tanda-tanda klinis muncul pada awal dekade kedua kehidupan. Periodontitis adalah penyakit kronis yang

14 6 menunjukkan gambaran peradangan akibat kerusakan jaringan pendukung gigi dengan tingkat penurunan perlekatan jaringan pada gigi, menyebabkan kehilangan gigi dan hasilnya bahkan lebih buruk di edentulous. Negara periodontitis parah dialami oleh sekitar % dari populasi orang dewasa ( Loesche & Grossman, 2001) Penyebab utama penyakit periodontal adalah iritasi bakteri. Namun demikian, sejumlah kecil plak biasanya mengganggu gingiva dan kesehatan periodontal dan beberapa pasien bahkan memiliki jumlah yang cukup besar dari plak yang telah berlangsung lama tanpa mengalami periodontitis destruktif, meskipun mereka memiliki gingivitis. Ada beberapa faktor lain baik lokal maupun predisposisi sistemik akumulasi plak atau perubahan respon gingival terhadap plak. Faktor-faktor ini dapat dianggap sebagai faktor etiologi sekunder. Akhirakhir ini berbicara tentang penyakit periodontal dan penyebabnya menjadi semakin populer. Namun demikian, hanya ada tiga penyakit periodontal inflamasi : periodontitis kronis, periodontitis remaja dan gingivitis ulseratif akut. Penyakit periodontal kronis termasuk kondisi dari gingivitis ke periodontitis maju dengan tingkat perkembangan yang berbeda dan berbagai fitur klinis. Periodontitis adalah peradangan pada periodonsium yang meluas melalui jaringan ikat dan menyebabkan kerusakan gingiva lampiran gigi. Kasus ini terdeteksi secara klinis oleh tingkat keparahan resorpsi tulang alveolar. Pelepasan gingiva dan lampiran ligamen periodontal sampai parah biasanya berhubungan dengan kedalaman probing dari 7 mm atau lebih. Resorpsi tulang alveolar yang parah biasanya terjadi sampai furkasi atau lebih dari 50 % pada kehilangan tulang alveolar radiografi pada pasien dengan periodontitis kronis.

15 7 Tulang menjalani proses remodelling dan resorpsi tulang dalam proses ini, terutama pada permukaan dan diikuti oleh fase pembentukan tulang. Pada orang dewasa normal, ada keseimbangan antara jumlah resorpsi tulang oleh osteoklas dan jumlah tulang yang dibentuk oleh osteoblas. Resorpsi tulang alveolar pada pasien dengan periodontitis yang menyebabkan mobilitas gigi. 1.Periodontitis Periodontitis didefinisikan sebagai penyakit radang gigi jaringan pendukung oleh mikroorganisme yang menyebabkan kerusakan pada ligamen periodontal dan tulang alveolar bersifat progresif dan disertai dengan pembentukan saku, resesi, atau keduanya. Gambaran klinis periodontitis adalah adanya kehilangan perlekatan klinis terlihat. Hal ini sering disertai dengan pembentukan saku dan perubahan densitas dan penurunan crest alveolar ( Novak MJ 2006). Penyakit periodontal inflamasi ditentukan oleh keseimbangan antara faktor etiologi utama, plak gigi dan host di persimpangan dentogingival. Penyebab utama penyakit periodontal adalah iritasi bakteri. Ada beberapa faktor lain (faktor sekunder ) yang bersifat faktor lokal dan sistemik predisposisi akumulasi plak atau perubahan respon gingival terhadap plak. Faktor-faktor lokal termasuk kalkulus, restorasi yang rusak, karies gigi berlubang, impaksi makanan, gigi tiruan yang tidak baik desain, pesawat ortodontik, struktur gigi yang tidak teratur, kurangnya lip seal atau bernapas melalui mulut dan kebiasaan merokok. Faktor sistemik adalah faktor yang mempengaruhi tubuh secara keseluruhan genetik, nutrisi, hormon, obat-obatan, stres dan hematologi.

16 8 Sebelumnya orang menganggap bahwa kekurangan sistem ini merupakan penyebab utama penyakit periodontal. Banyak bukti menunjukkan bahwa faktorfaktor sistemik dapat memodifikasi respon jaringan terhadap iritasi bakteri dan mempengaruhi perkembangan dan keparahan penyakit periodontal dan respon terhadap pengobatan. Berbagai upaya untuk mengklasifikasikan semua penyakit periodontal sistem klasifikasi yang terdiri dari diterima secara luas dan masih penuh dengan kesulitan dan kontroversi pendapat ( Armitage, 2002). Klasifikasi Penyakit periodontal ( Armitage, 2000). 1. Periodontitis kronis I. Localized II. generalized 2. Periodontitis agresif I. Localized II. Generalized ( Periodontitis sebagai Manifestasi Penyakit sistemik ) : Terkait dengan gangguan hematologi Terkait dengan gangguan genetik 3. Necrotizing periodontal Penyakit I. Necrotizing Ulcerative Gingivitis ( NUG ) II. Necrotizing Ulcerative Periodontitis ( NUP ) 4. Abses dari Periodontitis 5. Dikombinasikan periodontic - endodontik lesi Menurut teori spesifik murni, bakteri patogen tunggal tertentu merupakan penyebab penyakit periodontal inflamasi. Dalam perawatan keadaan ini harus diarahkan untuk menghilangkan bakteri patogen tertentu dalam mulut dengan

17 9 antibiotik spektrum sempit sesuai. Selain itu, kontrol plak tidak diperlukan karena plak tanpa patogen tertentu akan non - patogen. Meski begitu, tidak pernah disebabkan oleh hanya satu patogen, sebagian besar disebabkan oleh beberapa bakteri patogen periodontal, termasuk Actinomyces, spirochaeta dan berbagai anaerob Gram - negatif batang sering ditemukan. Cukup banyak penelitian yang diarahkan pada tiga bakteri yaitu; Bacteriodes gingivalis, B. intermedius dan actinomycetemcomitans. Namun, tidak ada bakteri ini yang merupakan bakteri asing karena mereka adalah anggota dari flora normal rongga mulut. Meskipun bakteri sering hadir dalam sebagian besar flora subgingiva di daerah yang menunjukkan tanda-tanda penyakit progresif, bakteri ini juga dapat ditemukan dalam jumlah yang lebih kecil di saku non - progresif dan dalam keadaan tidak ada penyakit. ( Loesche & Grossman, 2001) Akumulasi metabolisme bakteri di permukaan jaringan mulut keras dianggap sebagai penyebab utama periodontitis. Lebih dari 400 spesies telah diisolasi dan dikarakterisasi dalam plak gigi. Akumulasi bakteri pada gigi reversibel merangsang respon inflamasi pada jaringan gingiva. Bagian yang meradang pada gilirannya dapat menyebabkan kerusakan jaringan permanen di wilayah lokalisasi sejumlah organisme patogen ( Haake, 1993; Scannapieco, 2004 ). Telah diidentifikasi sekitar 300 spesies bakteri di kantong-kantong periodontal, beberapa di antaranya jarang ditemukan dan masih kecil. Sulkus gingiva sehat mengandung sedikit mikroflora, didominasi oleh Gram - positif fakultatif Streptococcus dan Actinomyces. Pada gingivitis kronis, Gram -negatif jumlah bakteri mencapai 45 % dari total flora yang dibudidayakan. Bakteri yang mendominasi adalah non - pigmen spesies Bacteriodes. Dalam periodontitis

18 10 dewasa parah, proporsi bakteri terus meningkat, bentuk bakteri Gram - negatif mencapai 75 % dan bakteri anaerob fakultatif dan 90 % dari flora berbudaya (Eley, 2004; Pennisi 2005). Spesies subgingiva tertentu kebanyakan terdiri dari bakteri Gram - negatif yang terkait dengan etiologi penyakit periodontal destruktif seperti : Actinomycetemcomitans Actinobacillus, Porphyromonas gingivalis ( P. gingivalis ), Provotella Intermedia dan beberapa spesies lainnya ( Ronderos et al, 2000; Ting et al. 2000). Awal penyakit dan perkembangannya dimulai dari respon host terhadap plak bakteri. Sel T adalah sel yang dominan ditemukan dalam lesi gingivitis ke periodontitis ditemukan sedangkan sel T dan sel B dan mediator inflamasi IL - 1β, TNF - α, PGE2, interferon - γ dalam jaringan dan cairan sulkus gingiva. Stimulasi TLR secara terus menerus pada penyakit periodontal oleh bakteri patogen dapat memicu produksi berlebihan dari mediator inflamasi yang menyebabkan kerusakan jaringan. 2. Alveolar Tulang Resorpsi dan Renovasi Tulang alveolar yang biasa dikenal dengan prosesus alveolar adalah bagian dari tulang rahang yang mendukung gigi. Prosesus sebagian tergantung pada gigi setelah kehilangan gigi dan resorpsi tulang akan terjadi. Seperti tulang lainnya, remodeling tulang alveolar terus-menerus dalam respon terhadap tekanan mekanis dan kebutuhan metabolisme fosfor dan ion kalsium. Dalam kesehatan yang baik, renovasi prosesus berfungsi untuk mempertahankan volume keseluruhan dari anatomi keseluruhan tulang dan relatif stabil.

19 11 Dalam tulang ditemukan dalam dua jenis sel utama osteoblas dan osteoklas. Berfungsi osteoblas mensintesis dan mineralisasi komponen matriks organik, sedangkan fungsi osteoklas meresorpsi mineral dan matriks organik. Rangkaian proses remodeling tulang dan pemeliharaan pada makhluk hidup berlangsung selamanya. Osteoblas adalah sel-sel yang menjadi posisi sentral dalam metabolisme tulang, memiliki banyak fungsi yang mensintesis matriks organik tulang dan berpartisipasi dalam mineralisasi. Oleh karena itu memiliki fungsi ganda, osteolas di bawah kontrol seperti hormon PTH, 1,25 - dihydroxyvitamin D3, estrogen, hormon pertumbuhan dan tiroksin ( Schwarts Z, 1997 ). Pembentukan tulang lokal ditemukan dekat dengan daerah resorpsi tulang aktif dan sepanjang permukaan trabekula tulang di daerah peradangan untuk memperkuat tulang yang tersisa. Pembentukan tulang baru rata-rata kehilangan tulang lambat dan sebagian mengganti tulang yang rusak akibat peradangan(carranza, 2002). 3. Resorpsi di Periodontitis Resorpsi tulang alveolar yang terkait dengan penyakit periodontal yang terjadi pada semua permukaan gigi dan dapat dilihat radiografi. Biasanya puncak tulang alveolar adalah 1-2 mm arah apikal dari persimpangan semen - anamel. Jika ada kehilangan tulang, tulang puncak lebih dari 2 mm apikal ke arah persimpangan semen - enamel. Faktor-faktor yang terlibat dalam kerusakan tulang pada penyakit periodontal adalah bakteri dan tuan rumah. Bakteri plak Product menyebabkan diferensiasi

20 12 sel progenitor tulang menjadi osteoklas dan merangsang sel gingiva untuk melepaskan mediator yang memiliki efek yang sama. Beberapa faktor tuan dilepaskan oleh sel inflamasi menyebabkan resorpsi tulang in vitro dan berperan dalam penyakit periodontal, termasuk prostaglandin dan prekursor, interleukin 1 - α dan - β, dan TNF - α.prostaglandin E 2 menyebabkan perubahan vaskular terlihat pada peradangan. Hal ini dapat dilihat ketika disuntikkan pada permukaan tulang menyebabkan resorpsi tulang tanpa sel-sel inflamasi dan dengan sedikit osteoklas berinti banyak. Hal ini melaporkan bahwa kali lipat dalam prostaglandin E 2 di biopsi gingiva dari kasus periodontitis dibandingkan dengan pasien yang sehat. Produk plak dan mediator inflamasi juga dapat bertindak langsung pada osteoblas atau progenitornya yang dapat menghambat tindakan dan mengurangi jumlahnya. Lipopolisakarida ( LPS ) dan racun bakteri lainnya berperan dalam sel-sel kekebalan tubuh dan osteoblas hadir dalam jaringan gingiva yang akan melepaskan IL - 1α, IL - 1β, IL6, prostaglandin E2 dan TNFa. Faktor-faktor ini mengatur pembentukan dan aktivitas osteoklas (Varma & Nayak, 2002). Limfosit dan makrofag dalam periodontitis dapat melepaskan IL - 1 dengan tingkat tinggi dan juga sebagian besar IL6. IL - 1β menyebabkan produksi IL - 6 dari fibroblas gingiva. TNFa dihasilkan dari leukosit PMN, limfosit dan makrofag hadir dalam jaringan inflamasi. IL - 6 bersama-sama dengan IL - 3 sinergis merangsang pembentukan sel-sel progenitor membantu osteoklas.il - 6 pematangan sel menjadi osteoklas ( Roeslan BO, 2002). Osteoklas menunjukkan perbatasan mengacak-acak khas dan zona bening yang dibatasi oleh. Jelas zona terdiri dari membran ventral disebut podosomes osteoklas melekat pada matriks mineral dan larut di dalamnya

21 13 melalui mana pompa proton ke teresorpsi tulang alveolar. Mekanisme lain dari resorpsi tulang terdiri dari kumpulan dari lingkungan asam permukaan tulang yang akan mengakibatkan hilangnya tulang Komponen mineral. 4. Pola Bone Destruction di Penyakit periodontal Penyakit periodontal dapat mengubah gambar morfologi tulang alveolar dengan mengurangi crest alveolar. Pola horisontal destruksi tulang adalah pola kehilangan tulang paling sering terjadi pada penyakit periodontal. Tulang margin tulang alveolar puncak menurun tetapi tetap tegak lurus terhadap permukaan gigi. Septum interdental juga mengalami kerusakan, tetapi tingkat kerusakan bervariasi sekitar gigi ( Carranza, 2002). Pola kerusakan tulang alveolar di vertikal atau angular terjadi untuk membuat lubang yang menembus ke dalam tulang sepanjang akar gigi. Kerusakan yang terletak di bagian tulang sekitarnya apikal. Defak saku infrabony sudut dengan kerusakan yang mendasari sudut. Kerusakan angular diklasifikasikan dengan jumlah dinding tulang. Cacat vertikal meningkat dengan usia. Cacat vertikal dapat dideteksi dengan pemeriksaan radiografi yang telah dilaporkan bahwa banyak terlihat di permukaan distal dan mesial. Keterlibatan furkasi menunjukkan invasi penyakit periodontal ke daerah bifurkasi atau trifurkasi pada gigi dengan lebih dari satu akar. Keterlibatan Furkasi dapat dilihat secara klinis atau tertutup oleh dinding saku. Perluasan keterlibatan dapat digambarkan dengan cara mengeksplorasi penggunaan probe tumpul dengan semprotan udara hangat untuk memfasilitasi visualisasi. Oklusi traumatik dianggap sebagai faktor etiologi yang memperburuk kasus keterlibatan furkasi dengan kelainan tulang sudut berbentuk ( Carranza, 2002).

22 14 Pemeriksaan periodontal meliputi: penilaian gingiva, penilaian dentogingival persimpangan menyelidik, dan pemeriksaan radiografi tulang alveolar. Pemeriksaan dilakukan secara sistematis di setiap lokasi perlu dinilai status permukaan gigi sehat atau tidak. Pada penyakit periodontal yang tidak diobati sering menunjukkan area resorpsi tulang yang telah berhenti dan pembentukan tulang baru pada margin tulang yang telah terkikis. Hal ini menegaskan bahwa karakter intermiten resorpsi tulang pada penyakit periodontal konsisten dengan variasi rata-rata yang ditemukan dalam pengembangan klinis pada penyakit periodontal yang tidak diobati ( Carranza, 2002). Inflamasi gingiva ditandai dengan perubahan peningkatan perdarahan, eksudat dan komposisi bakteri plak ( Carranza, 2002) Pembentukan tulang dalam respon inflamasi dan penyakit periodontal berhubungan dengan hasil pengobatan. Tujuan dasarnya adalah untuk menghilangkan inflamasi dengan perawatan periodontal untuk menghilangkan stimulus resorpsi tulang. DAFTAR PUSTAKA 1. Armitage GC Classifying periodontal diseases-a long-standing dilemma.periodontology Denmark.Vol Armitage GC Periodontal diagnose and classification of periodontal diseases. Periodontology Denmark.Vol Carranza F.A., Henry H.T., Michael G.N Clinical Periodontology 9th ed. W.B.Saunders Co,Philadelphia. 4. Eley BM., Manson UD Periodontics. Division of Periodontology and Preventive Dentistry.London. Fifth edition.

23 15 5. Haake SK Microbiology of Dental Plaque. California Continuing Education. 6. Loesche W.J and Natalie S. Grossman N.S Periodontal Disease as a Specific, albeit Chronic, Infection: Diagnosis and Treatment Clinical Microbiology Reviews, p , Vol. 14, No Muller D The Scoring of The Defects of The Alveolar process in Human. Crania. Journal of human Evolution. Academic Press Inc.London. 8. Novak M.J Classification of Disesases and Conditions Affecting the Periodontium in: Newman MG, Takel H.H,Klokkevoid P.R., Carranza F.A.,editors. Carranza`s Clinical Periodontology 10 th ed. St. Louis: saunders Elseiver. 9. Pennisi E A Mouthful of Microbes. SCIENCE Vol March. 10. Roeslan B.O Imunologi Oral. Kelainan di Dalam Rongga Mulut. Jakarta. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia. 11. Ronderos M., Michalowicz B., Camara R., Contreras A Bacterial and Viral Risk Markers for Juvenile Periodontitis.J.Periodontal Scannapieco A.F.2004.Periodontal Inflammation From Gingivitis to Systemic Disease. Department of Oral Biology School of Dental Medicine. New York.Vol.25.No Schwarts Z, Goultschin J, Dean D.D., iodontology& Boyan B.D Mechanism of Alveolar Bone Destruction in Periodontitis. Periodontology 2000; 14: Ed. Arya Publishing House, New Delhi. 14. Ting M Herpes Viruses in Localized Juvenille Periodontitis. J. Periodontal Varma B.R>R., Nayak R.P Current Concepts in Periodontics 1 st 16. Yuval Zubery,dkk Bone resorption Caused by Three Periodontal Pathogens in vivo in Mice is mediated in Part By Prostaglandin. Ditors. CarranzasAmerican Society for microbiology. USA.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit periodontal merupakan penyakit yang terjadi pada jaringan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit periodontal merupakan penyakit yang terjadi pada jaringan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan penyakit yang terjadi pada jaringan pendukung gigi disebabkan oleh infeksi bakteri dan dapat mengakibatkan kerusakan jaringan periodontal

Lebih terperinci

Klasifikasi Penyakit Periodontal Periodontitis Kronis Periodontitis kronis merupakan kasus yang paling banyak ditemui dalam kasus penyakit

Klasifikasi Penyakit Periodontal Periodontitis Kronis Periodontitis kronis merupakan kasus yang paling banyak ditemui dalam kasus penyakit Klasifikasi Penyakit Periodontal Periodontitis Kronis Periodontitis kronis merupakan kasus yang paling banyak ditemui dalam kasus penyakit periodontal. Periodontitis kronis sangat erat hubungannya dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi akibat akumulasi bakteri plak. Gingivitis dan periodontitis merupakan dua jenis

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi akibat akumulasi bakteri plak. Gingivitis dan periodontitis merupakan dua jenis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal adalah peradangan yang terjadi pada jaringan pendukung gigi akibat akumulasi bakteri plak. Gingivitis dan periodontitis merupakan dua jenis penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. merupakan salah satu tujuan kesehatan gigi, khususnya di bidang ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. merupakan salah satu tujuan kesehatan gigi, khususnya di bidang ilmu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mempertahankan gigi selama mungkin di dalam rongga mulut merupakan salah satu tujuan kesehatan gigi, khususnya di bidang ilmu konservasi gigi. Idealnya gigi dalam keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang

BAB I PENDAHULUAN. dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Periodontitis merupakan inflamasi jaringan periodontal yang ditandai dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang dan resorpsi tulang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Diabetes Melitus Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena

Lebih terperinci

KEHILANGAN TULANG DAN POLA PERUSAKAN TULANG Kehilangan tulang dan cacat tulang yang diakibatkan penyakit periodontal membahayakan bagi gigi, bahkan

KEHILANGAN TULANG DAN POLA PERUSAKAN TULANG Kehilangan tulang dan cacat tulang yang diakibatkan penyakit periodontal membahayakan bagi gigi, bahkan KEHILANGAN TULANG DAN POLA PERUSAKAN TULANG Kehilangan tulang dan cacat tulang yang diakibatkan penyakit periodontal membahayakan bagi gigi, bahkan bisa menyebabkan hilangnya gigi. Faktor-faktor yang memelihara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat

BAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya gaya hidup dan perubahan pandangan mengenai konsep estetika, masyarakat dewasa ini memilih perawatan ortodontik berdasarkan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Definisi Penyakit Periodontal Penyakit periodontal adalah suatu inflamasi kronis pada jaringan pendukung gigi (periodontium). 9 Penyakit periodontal dapat hanya mengenai gingiva

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 2011, prevalensi karies di wilayah Asia Selatan-Timur mencapai 75-90% pada anakanak

BAB 1 PENDAHULUAN. 2011, prevalensi karies di wilayah Asia Selatan-Timur mencapai 75-90% pada anakanak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan dan tidak bisa saling dipisahkan. Masalah yang timbul pada kesehatan gigi dan mulut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA mulut. 7 Gingiva pada umumnya berwarna merah muda dan diproduksi oleh pembuluh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penyakit periodontal adalah inflamasi yang dapat merusak jaringan melalui interaksi antara bakteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. di dunia. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 10-15%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. di dunia. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 10-15% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan satu dari dua penyakit rongga mulut terbesar di dunia. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 10-15% populasi di dunia menderita

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Minat dan kesadaran untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Minat dan kesadaran untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut semakin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minat dan kesadaran untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut semakin meningkat yaitu tidak lagi terbatas pada tumpatan dan pencabutan gigi, namun salah satunya adalah perawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat kedua setelah karies (Amalina, 2011). Periodontitis

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat kedua setelah karies (Amalina, 2011). Periodontitis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu penyakit dengan tingkat penyebaran yang luas dalam masyarakat adalah periodontitis. Di Indonesia, penyakit periodontal menduduki peringkat kedua setelah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memikirkannya sehingga dapat memahaminya. Hal ini tersirat dalam Q.S.An-

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memikirkannya sehingga dapat memahaminya. Hal ini tersirat dalam Q.S.An- I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah SWT mengajari manusia apa yang sebelumnya tidak diketahui. Allah SWT mengkaruniakan akal untuk memahami dan membedakan antara yang baik dan buruk, serta hati untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendalaman sulkus gingiva ini bisa terjadi oleh karena pergerakan margin gingiva

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendalaman sulkus gingiva ini bisa terjadi oleh karena pergerakan margin gingiva BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Poket periodontal didefinisikan sebagai pendalaman sulkus gingiva secara patologis, merupakan gejala klinis paling penting dari penyakit periodontal. Pendalaman sulkus

Lebih terperinci

TUGAS PERIODONSIA 1. Nama : Rahayu Sukma Dewi NIM :

TUGAS PERIODONSIA 1. Nama : Rahayu Sukma Dewi NIM : TUGAS PERIODONSIA 1 Nama : Rahayu Sukma Dewi NIM : 021311133072 1. Derajat Kegoyangan Gigi (Indeks kegoyangan gigi) Kegoyangan gigi merupakan salah satu gejala penyakit periodontal yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LATAR BELAKANG TERAPI AMOKSISILIN DAN METRONIDAZOLE SEBAGAI PENUNJANG TERAPI PERIODONTAL

BAB 2 LATAR BELAKANG TERAPI AMOKSISILIN DAN METRONIDAZOLE SEBAGAI PENUNJANG TERAPI PERIODONTAL BAB 2 LATAR BELAKANG TERAPI AMOKSISILIN DAN METRONIDAZOLE SEBAGAI PENUNJANG TERAPI PERIODONTAL Dasar pemikiran diindikasikannya terapi antibiotik sebagai penunjang perawatan periodontal adalah didasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sering ditemukan pada orang dewasa, merupakan penyakit inflamasi akibat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sering ditemukan pada orang dewasa, merupakan penyakit inflamasi akibat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit infeksi bakteri yang sering ditemukan pada orang dewasa, merupakan penyakit inflamasi akibat bakteri pada jaringan pendukung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia. Menurut WHO tahun 2006,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia. Menurut WHO tahun 2006, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit rongga mulut dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia. Menurut WHO tahun 2006, prevalensi penyakit periodontal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit periodontal adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit periodontal adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penyakit periodontal adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif, anaerob dan mikroaerofilik yang berkolonisasi di area subgingiva. Jaringan periodontal yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menopause Seiring dengan bertambahnya usia, banyak hal yang terjadi dengan proses perkembangan dan pertumbuhan pada manusia. Namun, pada suatu saat perkembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia penyakit periodontal menduduki urutan kedua yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia penyakit periodontal menduduki urutan kedua yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia penyakit periodontal menduduki urutan kedua yaitu mencapai 96,58% (Tampubolon, 2005). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013) masalah gigi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periodontitis kronis, sebelumnya dikenal sebagai periodontitis dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periodontitis kronis, sebelumnya dikenal sebagai periodontitis dewasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periodontitis kronis, sebelumnya dikenal sebagai periodontitis dewasa (adult periodontitis) atau periodontitis dewasa kronis (chronic adult periodontitis), adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan mulut merupakan hal yang sangat penting dan berpengaruh pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut sering kali menjadi prioritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koloni bakteri pada plak gigi merupakan faktor lokal yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koloni bakteri pada plak gigi merupakan faktor lokal yang mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal merupakan penyakit infeksi kronis rongga mulut dengan prevalensi 10 60% pada orang dewasa. Penyakit periodontal meliputi gingivitis dan

Lebih terperinci

PERIODONTITIS Definisi Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang

PERIODONTITIS Definisi Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang PERIODONTITIS Definisi Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik atau sekelompok mikroorganisme tertentu, menghasilkan destruksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyangga gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik, yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyangga gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik, yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periodontitis merupakan suatu penyakit inflamasi destruktif pada jaringan penyangga gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik, yang menghasilkan kerusakan lanjut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut semakin kompleks seiring dengan perkembangan zaman. Epidemiologi masalah kesehatan dan penyakit yang dipelajari dari beberapa populasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mempunyai plak, kalkulus dan peradangan gingiva. Penyakit periodontal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mempunyai plak, kalkulus dan peradangan gingiva. Penyakit periodontal BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Periodontitis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri anaerob gram negatif pada rongga mulut yang mengakibatkan kerusakan pada jaringan pendukung gigi. 4,7,18 Penyakit periodontal

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN OSTEOPOROSIS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN OSTEOPOROSIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN OSTEOPOROSIS TINJAUAN TEORI 1. Definisi Osteoporosis adalah penyakit metabolisme tulang yang cirinya adalah pengurangan massa tulang dan kemunduran mikroarsitektur tulang

Lebih terperinci

mendiagnosis penyakit meramalkan prognosis merencanakan perawatan Klasifikasi mengalami perubahan sejalan dgn bertambahnya pemahaman ttg etiologi dan

mendiagnosis penyakit meramalkan prognosis merencanakan perawatan Klasifikasi mengalami perubahan sejalan dgn bertambahnya pemahaman ttg etiologi dan Pengklasifikasian penyakit perlu untuk: mendiagnosis penyakit meramalkan prognosis merencanakan perawatan Klasifikasi mengalami perubahan sejalan dgn bertambahnya pemahaman ttg etiologi dan patologi penyakit

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari BAB VI PEMBAHASAN VI.1. Pembahasan Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari kedua kelompok tak berbeda bermakna. Kadar NO serum antar kelompok berbeda bermakna. Kadar NO

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar) JUDUL MATA KULIAH : Periodonsia I NOMOR KODE/ SKS : PE 142/ 2 SKS GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar) A. DESKRIPSI SINGKAT : Mata Kuliah ini membahas mengenai pengenalan

Lebih terperinci

BAB 2 DAMPAK MEROKOK TERHADAP PERIODONSIUM. penyakit periodontal. Zat dalam asap rokok seperti; nikotin, tar, karbon monoksida

BAB 2 DAMPAK MEROKOK TERHADAP PERIODONSIUM. penyakit periodontal. Zat dalam asap rokok seperti; nikotin, tar, karbon monoksida BAB 2 DAMPAK MEROKOK TERHADAP PERIODONSIUM Kebiasaan merokok sejak lama telah diasosiasikan sebagai penyebab berbagai macam perubahan dalam rongga mulut, seperti kaitannya dengan kanker mulut dan penyakit

Lebih terperinci

Pendahuluan. Harmas Yazid Yusuf & Nani Murniati 1

Pendahuluan. Harmas Yazid Yusuf & Nani Murniati 1 Pendahuluan Teori infeksi fokal, yang populer pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, menyebutkan bahwa fokus dari suatu kondisi spesies bertanggung jawab terhadap inisiasi dan berkembangnya sejumlah penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental biasa digunakan untuk membantu menemukan masalah pada rongga mulut pasien. Radiografi melibatkan penggunaan energi sinar untuk menembus gigi dan merekam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lunak dan tulang penyangga gigi dengan prevalensi dan intensitas yang masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lunak dan tulang penyangga gigi dengan prevalensi dan intensitas yang masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan suatu peradangan, degenerasi jaringan lunak dan tulang penyangga gigi dengan prevalensi dan intensitas yang masih tinggi. Menurut WHO

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tulang Alveolar Prosesus alveolaris merupakan bagian dari tulang rahang yang menopang gigi geligi. Tulang dari prosesus alveolaris ini tidak berbeda dengan tulang pada bagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat saat ini. Penelitian yang dilakukan Sony (1990) menyatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat saat ini. Penelitian yang dilakukan Sony (1990) menyatakan bahwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan ortodonti sudah semakin dirasakan sebagai suatu kebutuhan oleh masyarakat saat ini. Penelitian yang dilakukan Sony (1990) menyatakan bahwa kebutuhan akan

Lebih terperinci

BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang

BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Gigi Tiruan Indikator yang paling penting dalam kesehatan gigi dan mulut adalah kemampuan seseorang untuk mempertahankan gigi geligi. Beberapa penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi dental merupakan komponen penting dari perawatan pasien yang komprehensif. Dalam kedokteran gigi, radiografi memungkinkan dokter gigi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2006). Kanker leher kepala telah tercatat sebanyak 10% dari kanker ganas di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2006). Kanker leher kepala telah tercatat sebanyak 10% dari kanker ganas di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker leher kepala merupakan kanker yang terdapat pada permukaan mukosa bagian dalam hidung dan nasofaring sampai trakhea dan esophagus, juga sering melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. sering dikeluhkan oleh masyarakat Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Rumah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. sering dikeluhkan oleh masyarakat Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Rumah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penyakit gigi dan mulut termasuk ke dalam sepuluh besar penyakit yang sering dikeluhkan oleh masyarakat Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah hal yang penting di kehidupan manusia. Rasulullah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah hal yang penting di kehidupan manusia. Rasulullah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hal yang penting di kehidupan manusia. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda, Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan bagian dari siklus kehidupan alami yang akan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan bagian dari siklus kehidupan alami yang akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause merupakan bagian dari siklus kehidupan alami yang akan dilalui oleh seorang wanita. Menopause merupakan fase terakhir pendarahan haid seorang wanita. Fase ini

Lebih terperinci

BAB 2 PERAN BAKTERI DALAM PATOGENESIS PENYAKIT PERIODONTAL. Dalam bab ini akan dibahas bakteri-bakteri patogen yang terlibat dan berbagai cara

BAB 2 PERAN BAKTERI DALAM PATOGENESIS PENYAKIT PERIODONTAL. Dalam bab ini akan dibahas bakteri-bakteri patogen yang terlibat dan berbagai cara BAB 2 PERAN BAKTERI DALAM PATOGENESIS PENYAKIT PERIODONTAL Penyakit periodontal dapat didefenisikan sebagai proses patologis yang mengenai jaringan periodontal. 2 Bentuk umum dari penyakit ini dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periodontitis adalah penyakit radang jaringan pendukung gigi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periodontitis adalah penyakit radang jaringan pendukung gigi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periodontitis adalah penyakit radang jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme atau kelompok mikroorganisme tertentu, yang mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoporosis atau keropos tulang adalah penyakit kronik yang ditandai dengan pengurangan massa tulang yang disertai kemunduran mikroarsitektur tulang dan penurunan kualitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 18 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi sering digunakan sebagai informasi diagnostik tambahan yang dikumpulkan melalui pemeriksaan jaringan lunak. Radiografi yang pada umumnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Periodontal Penyakit periodontal merupakan suatu penyakit jaringan penyangga gigi yaitu yang melibatkan gingival, ligament periodontal, sementum, dan tulang alveolar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. periodontal dapat menjadi faktor risiko untuk terjadinya kelahiran bayi prematur

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. periodontal dapat menjadi faktor risiko untuk terjadinya kelahiran bayi prematur BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kelahiran bayi prematur BBLR merupakan salah satu masalah kesehatan utama dalam masyarakat dan merupakan penyebab utama kematian neonatal serta gangguan perkembangan saraf dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Peridontal Periodonsium secara harfiah artinya adalah di sekeliling gigi. Periodonsium terdiri dari jaringan-jaringan yang mengelilingi gigi yaitu: 14 1. Gingiva Gingiva

Lebih terperinci

RESORPSI TULANG ALVEOLAR PADA PENYAKIT PERIODONTAL. Oleh : DEVY FIRENA GARNA,drg NIP

RESORPSI TULANG ALVEOLAR PADA PENYAKIT PERIODONTAL. Oleh : DEVY FIRENA GARNA,drg NIP RESORPSI TULANG ALVEOLAR PADA PENYAKIT PERIODONTAL Oleh : DEVY FIRENA GARNA,drg NIP 19760918 200801 2005 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2009 RESORPSI TULANG ALVEOLAR PADA PENYAKIT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar 2013, perokok aktif mulai dari usia 15 tahun ke

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estetika merupakan salah satu tujuan dalam perawatan ortodontik dimana seseorang dapat memperbaiki estetika wajah yang berharga dalam kehidupan sosialnya (Monica,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kesehatan terutama pada kesehatan gigi dan mulut semakin kompleks

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kesehatan terutama pada kesehatan gigi dan mulut semakin kompleks BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan terutama pada kesehatan gigi dan mulut semakin kompleks seiring dengan perkembangan zaman. Salah satunya adalah penyakit periodontal yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke waktu. Menurut sensus penduduk tahun 2000 oleh Badan Pusat Statistik, usia harapan hidup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan rongga mulut merupakan komponen esensial dari kesehatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan rongga mulut merupakan komponen esensial dari kesehatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan rongga mulut merupakan komponen esensial dari kesehatan secara umum dan sangat mempengaruhi kualitas kehidupan. Kesehatan rongga mulut yang optimal merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gingivitis sering ditemukan di masyarakat. Penyakit ini dapat menyerang semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat dengan kebersihan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nitric oxide (NO) adalah molekul radikal yang sangat reaktif, memainkan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nitric oxide (NO) adalah molekul radikal yang sangat reaktif, memainkan BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nitric oxide (NO) adalah molekul radikal yang sangat reaktif, memainkan peranan penting dalam beberapa sistem biologis manusia. Diketahui bahwa endothelium-derived

Lebih terperinci

[JDS] JOURNAL OF SYIAH KUALA DENTISTRY SOCIETY

[JDS] JOURNAL OF SYIAH KUALA DENTISTRY SOCIETY [JDS] JOURNAL OF SYIAH KUALA DENTISTRY SOCIETY Journal Homepage : http://jurnal.unsyiah.ac.id/jds/ GAMBARAN RADIOGRAF PADA PENYAKIT PERIODONTAL Dewi Saputri Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi ECC dan SECC Early childhood Caries (ECC) dan Severe Early Childhood Caries (SECC) telah digunakan selama hampir 10 tahun untuk menggambarkan status karies pada anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gingivitis adalah peradangan pada gingiva, yang merupakan suatu respon imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan ortodontik berhubungan dengan pengaturan gigi geligi yang tidak teratur

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan ortodontik berhubungan dengan pengaturan gigi geligi yang tidak teratur 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Perawatan ortodontik berhubungan dengan pengaturan gigi geligi yang tidak teratur dengan cara menggerakkan gigi geligi tersebut ke tempat yang ideal. Pergerakan gigi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi gigi dan menutupi lingir (ridge) alveolar yang berfungsi melindungi jaringan di bawah pelekatan gigi terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan kebiasaan yang memiliki daya merusak cukup besar terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis penyakit, baik lokal seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 41,4% dan osteoporosis selalu menyertai usia lanjut baik perempuan maupun laki-laki,

BAB I PENDAHULUAN. 41,4% dan osteoporosis selalu menyertai usia lanjut baik perempuan maupun laki-laki, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Para ahli tulang Indonesia sepakat bahwa dengan meningkatnya harapan hidup rakyat Indonesia penyakit kerapuhan tulang akan sering dijumpai. Sejak tahun 1990 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Periodontitis adalah inflamasi dan infeksi yang terjadi pada jaringan periodontal dan tulang alveolar penyangga gigi. Periodontitis terjadi apabila inflamasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang disebabkan oleh infeksi bakteri (Lee dkk., 2012). Periodontitis kronis sering

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang disebabkan oleh infeksi bakteri (Lee dkk., 2012). Periodontitis kronis sering BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periodontitis kronis adalah penyakit inflamasi jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh infeksi bakteri (Lee dkk., 2012). Periodontitis kronis sering dijumpai pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau berkurangnya respon terhadap reseptor insulin pada organ target. Penyakit ini dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau berkurangnya respon terhadap reseptor insulin pada organ target. Penyakit ini dapat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis berupa gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi karena terganggunya aktivitas insulin. Pada kondisi ini akan terjadi

Lebih terperinci

Skenario. terlalu sakit, berdarah saat menyikat gigi seminggu yang lalu dan kadang bisa

Skenario. terlalu sakit, berdarah saat menyikat gigi seminggu yang lalu dan kadang bisa Skenario Seorang wanita datang ke RSGM mengeluhkan gusi merah, bengkak, tidak terlalu sakit, berdarah saat menyikat gigi seminggu yang lalu dan kadang bisa berdarah spontan. Dari anamnesis didapatkan bahwa

Lebih terperinci

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal Penyakit pulpa dan periapikal Kondisi normal Sebuah gigi yang normal bersifat (a) asimptomatik dan menunjukkan (b) respon ringan sampai moderat yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia (lansia) adalah proses alamiah yang pasti akan dialami oleh setiap manusia. Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) diprediksi akan meningkat cepat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir, banyak bukti menunjukkan adanya hubungan antara periodontitis kronis dengan sejumlah penyakit sistemik. Infeksi oral kronis seperti periodontitis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini semakin meningkat. Ortodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini semakin meningkat. Ortodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring kemajuan zaman, kebutuhan dan minat akan perawatan ortodonsi pada saat ini semakin meningkat. Ortodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari pertumbuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan utama yang banyak diderita oleh masyarakat di Indonesia. Berdasarkan data dari SKRT (Survei Kesehatan

Lebih terperinci

PERAWATAN INISIAL. Perawatan Fase I Perawatan fase higienik

PERAWATAN INISIAL. Perawatan Fase I Perawatan fase higienik 11/18/2010 1 PERAWATAN INISIAL Perawatan Fase I Perawatan fase higienik Tahap Pertama serangkaian perawatan periodontal untuk : Penyingkiran semua iritan lokal penyebab inflamasi Motivasi dan instruksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi dalam Kedokteraan Gigi Dalam kedokteran gigi, pemeriksaan radiografi sangat penting untuk menegakkan diagnosa. Radiografi memungkinkan dokter gigi mengidentifikasi

Lebih terperinci

DASAR PEMIKIRAN PERAWATAN PERIODONTAL

DASAR PEMIKIRAN PERAWATAN PERIODONTAL Dasar pemikiran perawatan periodontal 1 BAB 1 DASAR PEMIKIRAN PERAWATAN PERIODONTAL Perawatan periodontal, seperti halnya perawatan medis dan dental lainnya, adalah didasarkan pada suatu dasar pemikiran

Lebih terperinci

Jurnal Care Vol.5, No2,Tahun 2017

Jurnal Care Vol.5, No2,Tahun 2017 177 HUBUNGAN KONSUMSI KALSIUM DAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN GINGIVITIS PADA IBU HAMIL DI DESA CURUNGREJO KECAMATAN KEPANJEN Titin Sutriyani D4 Kebidanan Universitas Tribhuwana Tunggadewi e-mail: titinsutriyani@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal (Berg, 1986). Adanya perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal (Berg, 1986). Adanya perbedaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu faktor yang penting dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal (Berg, 1986). Adanya perbedaan asupan nutrisi atau

Lebih terperinci

BAB II KEROPOS TULANG (OSTEOPOROSIS)

BAB II KEROPOS TULANG (OSTEOPOROSIS) BAB II KEROPOS TULANG (OSTEOPOROSIS) Bab kedua ini memberikan penjelasan umum tentang tulang dan keropos tulang, meliputi definisi keropos tulang, struktur tulang, metabolisme tulang, fungsi tulang, dan

Lebih terperinci

Gambaran Kepadatan Tulang Wanita Menopause Pada Kelompok X di Bandung

Gambaran Kepadatan Tulang Wanita Menopause Pada Kelompok X di Bandung Gambaran Kepadatan Tulang Wanita Menopause Pada Kelompok X di Bandung Adam BH Darmawan, Slamet Santosa Bagian Biokimia, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung. Abstrak Osteoporosis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi dan menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering terjadi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan mulut yang buruk memiliki dampak negatif terhadap tampilan wajah,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan mulut yang buruk memiliki dampak negatif terhadap tampilan wajah, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rongga mulut yang sehat berarti memiliki gigi yang baik dan merupakan bagian integral dari kesehatan umum yang penting untuk kesejahteraan. Kesehatan mulut yang buruk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan ortodontik merupakan suatu faktor penting dalam pemeliharaan gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan umum perawatan ortodontik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perdarahan disertai pembengkakan, kemerahan, eksudat,

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perdarahan disertai pembengkakan, kemerahan, eksudat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gingivitis merupakan suatu penyakit berupa kelainan pada gingiva yang dapat menyebabkan perdarahan disertai pembengkakan, kemerahan, eksudat, perubahan kontur normal.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental merupakan salah satu bagian terpenting dari diagnosis oral moderen. Dalam menentukan diagnosis yang tepat, setiap dokter harus mengetahui nilai dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan, hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia dan mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa (Carranza & Newman,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia dan mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa (Carranza & Newman, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal banyak diderita oleh manusia hampir di seluruh dunia dan mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa (Carranza & Newman, 1996; Teronen dkk., 1997).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan hubungan oklusi yang baik (Dika et al., 2011). dua, yaitu ortodontik lepasan (removable) dan ortodontik cekat (fixed).

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan hubungan oklusi yang baik (Dika et al., 2011). dua, yaitu ortodontik lepasan (removable) dan ortodontik cekat (fixed). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan alat ortodontik merupakan salah satu perawatan dari kesehatan gigi dan mulut. Perawatan ortodontik merupakan perawatan yang dilakukan di bidang kedokteran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral.

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental dikenal memiliki peranan yang penting dalam bidang kedokteran gigi yakni membantu dalam menegakkan diagnosa, menentukan rencana perawatan dan mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan investasi bagi kesehatan seumur hidup seseorang, mengingat fungsi gigi dan mulut yang sangat berpengaruh dalam fungsi pencernaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk fungsi bicara, pengunyahan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencabutan gigi merupakan tindakan yang cukup sering dilakukan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencabutan gigi merupakan tindakan yang cukup sering dilakukan di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencabutan gigi merupakan tindakan yang cukup sering dilakukan di bidang kedokteran gigi. Indikasi pencabutan gigi bervariasi seperti pernyakit periodontal,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif. 17 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Walaupun perempuan, umumnya, memiliki umur harapan hidup (UHH) lebih tinggi daripada pria, mereka menghadapi masalah kesehatan yang lebih rumit. Secara kodrati, perempuan mengalami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) telah dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan jumlah pasien yang terus meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari 300 spesies dapat diidentifikasi dalam rongga mulut. Spesies yang mampu berkoloni dalam

Lebih terperinci