BAB I PENDAHULUAN. Etika bisnis telah menjadi topik yang populer selama dua dekade terakhir,

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Etika bisnis telah menjadi topik yang populer selama dua dekade terakhir, terutama setelah skandal perusahaan seperti Enron, Tyco, dan Worldcom terungkap (Yener et al., 2012). Beberapa skandal akuntansi yang dipublikasikan tersebut telah memunculkan pertanyaan integritas dan kredibilitas akuntan publik. Dengan adanya pelanggaran akuntansi profesional seperti Enron, Worldcom, Arthur Andersen, HealthSouth, Adelphia, dan Tyco, telah menarik perhatian yang signifikan terhadap pentingnya etika dan integritas di akuntan publik (Buell, 2009). Untuk memahami pentingnya etika, etika harus ditempatkan sebagai mata kuliah dalam sistem pendidikan (Gulcan, 2014) dan mengharuskan mahasiswa untuk menyelesaikan mata kuliah etika bisnis (Givens, 2004; dalam Lawter et al., 2014). Pendidikan etika membantu akuntan untuk mengidentifikasi prinsip dasar etika yang dapat diterapkan menjadi tindakan dan kurikulum etika membantu mahasiswa mengembangkan pandangan moral (Kannaiah dan Kumar, 2009). Meskipun pendidikan etika dalam mata kuliah etika bisnis dapat meningkatkan sensitivitas mahasiswa untuk situasi etika tertentu, pada kenyataannya pendidikan etika hanya memberikan tujuan jangka pendek (Smith and Oakley, 1996; dalam Lawter et al., 2014). Faktanya adalah sekolah bisnis terkenal dengan kecurangan yang tinggi (Bowers, 1964; McCabe, 1997; McCabe et al., 2006; dalam Lawter et al., 2014) dan sebenarnya dapat menciptakan iklim 1

2 etika dimana kecurangan menumbuhkan kurangnya sensitivitas terhadap situasi etis dan mendorong perilaku tidak etis (McCabe dan Trevino, 1995; dalam Lawter et al., 2014). Kecurangan yang merupakan cara yang tidak bermoral untuk mencapai tujuan telah menjadi perhatian utama di banyak universitas maupun perguruan tinggi (Kalhori, 2014). Dalam universitas, kecurangan telah lama tercatat sebagai salah satu perilaku tidak etis yang paling sering terjadi (McCabe, 2005; dalam Lawter et al., 2014). Hal ini sangat penting untuk memahami apa yang memotivasi mahasiswa melakukan kecurangan dan menyebabkan mahasiswa yang jujur berubah menjadi mahasiswa yang tidak jujur. Jendurk (1992) dalam Kalhori (2014) menjelaskan bahwa ketika mahasiswa yang jujur melihat mahasiswa lainnya melakukan kecurangan dan dosen tidak memperdulikan, mereka menjadi frustasi dan marah. Jadi, ketika mahasiswa jujur melihat mahasiswa yang melakukan kecurangan mendapatkan imbalan dari kecurangan yang dilakukan, mereka akan bersikap sinis terhadap perguruan tinggi. Hal tersebut akan menyebabkan mereka melakukan kecurangan sebagai cara untuk bersaing dengan yang lainnya. Untuk mempengaruhi penalaran moral dan perilaku individu, Lawter et al. (2014) berekspektasi bahwa perilaku etis mahasiswa dapat dibentuk oleh faktor individu (gaya belajar) serta faktor-faktor kontekstual seperti iklim etika dari universitas dan pendidikan etika. Pembelajaran adalah kegiatan utama dari perguruan tinggi dan universitas. Terkadang pembelajaran tersebut terjadi di dalam kelas (pembelajaran formal); di lain waktu merupakan hasil dari interaksi 2

3 di antara individu (Pembelajaran informal) (Oblinger, 2006). Munculnya paradigma pembelajaran telah membawa fokus pada belajar daripada mengajar. Hal ini memungkinkan untuk mengevaluasi kembali ruang kelas dan mempertimbangkan ruang pembelajaran informal. Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, belajar juga terjadi di luar ruang kuliah (Brown dan Long, 2006). Mahasiswa menghabiskan sebagian besar waktu di luar kelas dengan mendiskusikan pekerjaan akademik maupun topik lainnya bersama teman (Lomas dan Oblinger, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Lawter et al. (2014) mengenai The Interaction Between Learning Styles, Ethics Education, and Ethical Climate menemukan bahwa pendidikan etika dan iklim etika memiliki pengaruh langsung terhadap kemungkinan mahasiswa berperilaku etis. Selain itu, interaksi antara gaya belajar dan kelas etika bisnis secara signifikan berpengaruh terhadap kemungkinan experiential learners terlibat dalam perilaku etis. Penelitian Lawter et al. (2014) dilakukan kepada mahasiswa bisnis di universitas di USA. Di Indonesia belum ada yang melakukan penelitian sejenis dengan menggunakan variabel moderasi learning styles. Dengan karakteristik mahasiswa yang berbeda dan budaya yang berbeda antara Indonesia dan Barat, penulis mencoba mereplikasi hasil penelitian Lawter et al. (2014) dengan tujuan ingin menangkap fenoma tersebut apakah akan menunjukkan hasil yang sama mengingat budaya organisasi, pendidikan etika, iklim etika, dan gaya belajar di USA berbeda dengan yang terjadi di Indonesia. 3

4 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah dipaparkan peneliti, rumusan masalah yang terkait dengan penelitian ini, adalah: 1. Apakah pendidikan etika berpengaruh terhadap perilaku etis mahasiswa? 2. Apakah iklim etika berpengaruh terhadap perilaku etis mahasiswa? 3. Apakah interaksi antara learning styles dan pendidikan etika berpengaruh terhadap perilaku etis mahasiswa? 4. Apakah interaksi antara learning styles dan iklim etika berpengaruh terhadap perilaku etis mahasiswa? 1.3 Tujuan Penelitian adalah: Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini 1. Menguji apakah pendidikan etika berpengaruh terhadap perilaku etis mahasiswa? 2. Menguji apakah iklim etika berpengaruh terhadap perilaku etis mahasiswa. 3. Menguji apakah interaksi antara learning styles dan pendidikan etika berpengaruh terhadap perilaku etis mahasiswa. 4. Menguji apakah interaksi antara learning styles dan iklim etika berpengaruh terhadap perilaku etis mahasiswa. 4

5 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi praktisi pendidikan, diharapkan hasil penelitian ini akan memberikan evaluasi yang berguna mengenai pengajaran mata kuliah etika bisnis di universitas serta memanfaatkan ruang belajar baik di dalam maupun di luar kelas untuk meningkatkan sensitivitas mahasiswa dalam berperilaku etis. 2. Bagi mahasiswa akuntansi, diharapkan hasil penelitian ini akan memberikan gambaran mengenai dilema etika yang mungkin akan dihadapi di dunia kerja nantinya dan menjadi evaluasi untuk selalu berperilaku etis dalam setiap kehidupan. 3. Bagi penulis, menambah wawasan penulis mengenai indikatorindikator yang memungkinkan terlibat dalam perilaku etis sehingga dapat diterapkan dalam dunia perkuliahan maupun dunia kerja. 4. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian di bidang etika. 1.5 Sistematika Penelitian Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN; Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. 5

6 BAB II: KAJIAN PUSTAKA; Bab ini berisi landasan teori, penelitian terdahulu, dan pengembangan hipotesis. BAB III: METODE PENELITIAN; Bab ini berisi penjelasan mengenai variabel penelitian dan definisi operasional variabel, populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan data, dan metode pengolahan data. BAB IV: ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN; Bab ini berisi mengenai analisis data dan interpretasi hasil. BAB V: PENUTUP; Bab ini berisi kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran. 6