Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 ISBN : Surabaya, 25 Pebruari 2012
|
|
- Yohanes Sudomo Kurniawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 THE IMPLEMENTATION OF PROCESS SKILL APPROACH THROUGH DIRECT INSTRUCTION AT SUBJECT THE FACTORS THAT AFFECT REACTION RATE Ririn Eva Hidayati MAN Denanyar Jombang Abstrak-Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa, keterampilan proses siswa, ketuntasan belajar siswa, serta respon terhadap pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian pra-eksperimen dengan desain penelitian One Shot Case Study. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA MAN Denanyar Jombang pada subpokok bahasan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi, tes hasil belajar, dan angket respon siswa yang dianalisis secara deskriptif kuantitatif yang dinyatakan dalam presentase. Hasil yang diperoleh sebagai berikut: 1) Aktivitas guru dan siswa yang terjadi selama pembelajaran menunjukkan keterlibatan guru dan siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses melalui Direct Instruction. 2) Ketuntasan kompetensi keterampilan proses siswa secara klasikal sebesar 73,33% pada pertemuan I dan 85,71% pada pertemuan II. Kemampuan keterampilan proses siswa setiap komponen mengalami peningkatan tiap pertemuan. 3) Ketentuan belajar siswa pada pertemuan I dan II masingmasing sebesar 84,62% dan 76,92%. 4) Hasil respon siswa menunjukkan respon yang positif terhadap penerapan pendekatan keterampilan proses dengan model pembelajaran langsung (Direct Instruction). Kata kunci: Keterampilan Proses, Direct Instruction, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi Abstract-The purpose of this research is to know the teacher and student activities, the ability of student process skills, the complete result of student learning and the response of the students about this learning. This research is a pre-experimental research with one shot case study design. The subject of this research is the students of XI IPA MAN Denanyar Jombang. The data in this research obtained trough observation, an achievement test, and questionnaire responses of students. Analyzing of data by quantitative descriptive which is expressed in percent. The result of research is: 1) The teacher and students activity which happened while learning was going on showed that the teacher and students involved in the direct instruction model with process skill approach. 2) The classical of process skill reached by 73,33% at the firts meeting and 85,71% at the second meeting. The ability of students process skill increased in every meeting.3) The completeness studied classical at the firts and second meeting are 84,62% and 76,92%.4) from questionnaire result know that the students have positive responses in implementation of process skill approach with direct instruction. Keywords: process skill, direct instruction, the factors that affect reaction rate. PENDAHULUAN Kemajuan di segala bidang kehidupan terutama perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong upaya untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Upaya tersebut dilakukan dengan meningkatkan mutu pendidikan yaitu mutu tenaga pengajar dan proses belajar mengajar. Upaya pemerintah dalam pengajaran menuntut guru untuk memiliki sejumlah kemampuan dan keterampilan. Kemampuan tersebut diantaranya adalah kemampuan B - 236
2 dalam menguasai materi ajar sesuai bidangnya, keterampilan dalam mengajar menggunakan model, metode, strategi, dan pendekatan belajar yang inovatif, serta mampu melibatkan siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Proses pembelajaran disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku. Kurikulum yang digunakan pada pembelajaran saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Di dalam peraturan pemerintah republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang standar pendidikan nasional, pasal 19 ayat 1 dinyatakan bahwa proses pendidikan pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Ilmu kimia merupakan suatu ilmu dimana terdapat berbagai konsep-konsep pengetahuan yang dapat dibuktikan secara fakta dan juga hukum-hukum yang dihasilkan dari proses penemuan dan penellitian. Dalam pembelajaran kimia masih banyak hasil belajar siswa yang jauh dari harapan, dalam artian masih jauh dari batas nilai standar ketuntasan. Kondisi yang demikian ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor baik dari diri siswa itu sendiri maupun dari guru berbagai pengajar. Misalnya: 1. Siswa cenderung pasif selama proses pembelajaran berlangsung 2. Guru mengajar dengan metode yang kurang bervariatif, misalnya hanya menggunakan metode ceramah atau diskusi, akibatnya siswa merasa jenuh dan bosan untuk belajar. 3. Guru tidak mengajak siswa mengamati secara langsung berbagai fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang sangat dekat kaitannya dengan ilmu kimia, sehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar (Usman & Lilis: 2000) Dari beberapa faktor penyebab gagalnya siswa mencapai ketuntasan belajar di atas, maka perlu diadakan perubahan dalam proses belajar-menagajar. Perubahan itu sangat diperlukan untuk mewujudkan harapan pencapaian kriteria ketuntasan belajar siswa yang ideal. Tidak hanya kurikulum yang harus mengalami pembaharuan, guru-guru juga harus melakukan pembaharuan terhadap cara mengajar agar siswa tidak merasa jenuh dan dapat dengan mudah memahami suatu materi yang diajarkan. Pembaharuan ini dapat dilakukan dengan cara pemilihan model, metode, ataupun pendekatan belajar yang inovatif dan tepat sesuai karateristik ilmu yang akan diajarkan. Selama ini siswa MAN Denanyar menemui kesulitan memahami konsep faktorfaktor yang mempengaruhi laju reaksi. Metode pembelajaran yang sering digunakan untuk materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah ceramah, diskusi, latihan soal dan jarang dilakukan dengan kegiatan praktikum. Hal ini disebabkan keterbatasan laboratorium yang dimiliki oleh sekolah. Selain itu, kegiatan praktikum lebih diutamakan diberikan untuk materi yang orientasi Ujian Nasional (UN) seperti materi asam dan basa, dan penekanan terhadap keterampilan sikap ilmiah siswa masih belum maksimal. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal mencapai 75%, dengan kata lain secara klasikal seluruh siswa telah dinyatakan tuntas untuk materi laju reaksi. 30% dari siswa yang tuntas, ditempuh melalui program remidial dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang digunakan adalah 70. Berdasarkan data-data tersebut, proses pembelajaran di sekolah masih cenderung berorientasi pada guru sehingga siswa kurang termotifasi untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Peran siswa hanya sebagai penerima informasi bukan pencari informasi, sehingga informasi yang diterima siswa tidak bertahan lama. Selain itu, dalam pembelajaran guru hanya menekan pada aspek kognitif saja, artinya konsep-konsep kimia yang diajarkan hanya sekedar pengetahuan sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna. Akibatnya kompetensi yang seharusnya dimiliki siswa belum tercapai secara maksimal. Hal tersebut yang menyebabkan prestasi belajar siswa cenderung rendah. Materi pokok faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi merupakan suatu konsep materi yang memerlukan adanya pembuktian dari materi tersebut agar diketahui faktanya. Untuk membuktikan B - 237
3 konsep tentang materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi maka dapat dilakukan suatu eksperimen, sehingga siswa dituntut memiliki suatu keterampilan untuk menemukan suatu fakta dari konsep tersebut. Hal ini sejalan dengan kompetensi dasar yang diharapkan bahwa siswa dapat memahami pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Salah satu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksperimen adalah model pengajaran langsung. Model pengajaran langsung (direct instruction) adalah suatu model pembelajaran yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan langkah demi langkah. Dalam pengajaran langsung guru berperan sebagai model yang tingkah lakunya akan di tiru oleh siswa. Oleh karena itu guru perlu memberikan uraian yang jelas, mendemonstrasikan dan memperagakan tingkah laku dengan benar. Hal yang paling utama dalam model pengajaran langsung adalah efektifitas terhadap penggunaan waktu dan orientasi siswa ke dalam tugas lebih berhasil dibandingkan dengan model pembelajaran lain. Pembelajaran yang cenderung berpusat pada guru ini, tetap memperhatikan aktifitas siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran (Kardi & Nur, 2005: 16-18) Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini digunakan suatu pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan keterampilan proses. Melalui pendekatan keterampilan proses di harapkan: 1) siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran, karena siswa dituntut untuk menemukan fakta, konsep, dan teori-teori dengan keterampilan proses dan sikap ilmiah dari siswa itu sendiri, 2) pembelajaran akan menjadi lebih bermakna karena adanya kontak langsung siswa dengan objek yang sedang dipelajari. Jadi dapat dilihat bahwa pendekatan keterampilan proses cocok dengan karakteristik materi yang memerlukan suatu pembuktian seperti materi pokok faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian Pra-eksperimen (pre-experimental design). Penelitian dilakukan di MAN Denanyar Jombang pada semester ganjil tahun ajaran 2010/2011. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA di MAN Denanyar Jombang. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 MAN Denanyar Jombang. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah One Shoot Case Study. Adapun rancangannya adalah sebagai berikut: X O Keterangan: X = Pembelajaran melalui pendekatan keterampilan proses dengan model pembelajaran langsung pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi O = Postes untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa pada faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : teknik observasi, teknik tes dan teknik angket. Instrumen penelitian yang digunakan adalah : lembar pengamatan aktivitas, lembar penilaian keterampilan proses siswa, lembar tes hasil belajar siswa, dan lembar angket respon siswa Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi : analisis data hasil observasi aktivitas guru dan siswa, analisis keterampilan proses siswa, analisis ketuntasan hasil belajar siswa dan analisis data angket respon siswa. Pada saat pembelajaran (kegiatan eksperimen), penilaian keterampilan proses dilihat dari rubrik penskoran dengan rentang nilai 4 (empat) berdasarkan komponen yang harus dipenuhi. Kemampuan keterampilan proses siswa mempunyai kriteria sebagai berikut: 1= kurang; 2 = cukup; 3 = baik; 4 = sangat baik. Kompetensi keterampilan proses siswa dihitung dengan rumusan: Nilai = x 100% Ketercapaian tiap aspek komponen keterampilan proses dapat dihitung dengan mengunakan rumus berikut: % ketercapaian aspek no 1 = B - 238
4 x 100%. Angket respon siswa dinilai berdasarkan skala Likert sebagai berikut: a. Penilaian sangat setuju diberi nilai : 4 b. Penilaian setuju diberi nilai : 3 c. Penilaian tidak setuju diberi nilai : 2 d. Penilaian sangat tidak setuju diberi nilai : 1 Data hasil angket respon siswa yang telah diperoleh, dianalisis dengan rumus: Persentase (%) = x 100% Kriteria persentase respon siswa dalam Riduwan, 2003: 0% - 20% : kurang sekali 21% - 40% : kurang 41% - 60% : cukup Tabel 1 Data Pengamatan Aktivitas Guru No Aktivitas guru yang diamati 61% - 80% : kuat 81% - 100% : sangat kuat HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data hasil penelitian meliputi data hasil pengamatan aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran, kompetensi keterampilan proses siswa, ketuntasan hasil belajar siswa, dan respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses melalui Direct Instruction. 1. Aktivitas Guru Secara ringkas hasil pengamatan aktivitas guru selama pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses melalui Direct Instruction disajikan dalam tabel 1 Persentase aktivitas guru (%) Pert. 1 Pert. 2 1 Menyampaikan tujuan pembelajaran 4,9 4,7 2 Memotivasi siswa 6,0 6,6 3 Memberikan apersepsi 7,9 7,5 4 Mengorganisasikan siswa dalam kelompok 6,0 3,8 5 Menjelaskan/memberikan informasi 16,9 15,1 6 Mendemonstrasikan keterampilan 8,0 9,4 7 Membimbing pelatihan 15,7 18,9 8 Mengecek pemahaman & umpan balik 13,8 17,0 9 Menyimpulkan materi 6,0 4,7 10 Memberikan postest 10,0 9,4 11 Perilaku tidak relevan dalam KBM 4,9 2,8 Jumlah seluruh aktivitas 100,0 100,0 Berdasarkan data aktivitas guru di atas, dapat dibuat diagram batang atau histogram sebagai berikut : 20 Presentase aktivitas (%) No. aktivitas guru Pert. 1 Pert. 2 Gambar 1 Aktivitas guru dalam pembelajaran pada tiap pertemuan B - 239
5 Aktivitas guru pada pertemuan I mempunyai persentase paling tinggi adalah menjelaskan/memberikan informasi (16,9). Aktivitas ini diikuti oleh aktivitas guru pada pertemuan II yang mempunyai persentase paling tinggi adalah membimbing pelatihan (18,9%), selanjutnya diikuti oleh mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik (17,0%). Berdasarkan tabel 1, aktivitas guru dalam memotivasi siswa meningkat dari pertemuan I ke pertemuan II seiring dengan menurunnya aktivitas menyampaikan tujuan dan memberikan apersepsi. Motivasi lebih yang diberikan guru pada pertemuan II bertujuan agar siswa tidak merasa bosan dalam belajar karena pembelajaran yang akan dilaksanakan sama dengan pertemuan I. Aspek memotivasi siswa sangat penting dalam setiap proses pembelajaran. Dengan motivasi, siswa akan menjadi tertarik untuk mempelajari lebih dalam materi yang akan disampaikan. Aspek apersepsi sangat penting untuk menunjukkan kesinambungan antara materi yang telah dipelajari dengan materi yang akan dipelajari sehingga akan menghasilkan pemahaman yang menyeluruh. Ibrahim, dkk (2006) menyebutkan bahwa guru yang berhasil selalu memulai pelajaran dengan menelaah ulang, menjelaskan tujuan mereka dengan bahasa yang mudah dipahami, dengan menunjukkan bagaimana pelajaran itu terkait dengan pelajaran sebelumnya. Pendapat ini didukung oleh pendapat Nur (2005) yang mengemukakan bahwa pembelajaran yang baik diawali oleh guru dengan menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dengan mengetahui tujuan pembelajaran yang akan membantu siswa memotivasi diri dan mendatangkan komitmen yang dibutuhkan. Aktivitas guru dalam melakukan demonstrasi meningkat dari pertemuan I ke pertemuan II seiring dengan menurunnya aktivitas mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok. Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses merupakan pembelajaran konstruktivis, sehingga aktivitas guru dalam melakukan demonstrasi pada pertemuan II seharusnya lebih rendah daripada pertemuan I, tetapi dalam penelitian ini antara pertemuan I dengan pertemuan II tidak bisa dibandingkan karena keterampilan yang diajarkan pada pertemuan II berbeda dan lebih kompleks dibandingkan dengan pertemuan I. Dalam kegiatan demonstrasi, guru bertindak sebagai model yang perilakunya akan ditiru siswa, sehingga guru perlu memperagakan tingkah laku dengan benar dan secara bertahap agar siswa lebih mudah dalam memahami materi yang diajarkan (Nur dan S. Kardi: 2005). Persentase aktivitas mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok menurun dari 6,0% menjadi 3,8% karena siswa sudah dapat membentuk kelompok sendiri dan langsung menuju meja kelompok masing-masing sesuai pada pengalaman pertemuan I. Aktifitas guru yang juga mengalami peningkatan dari pertemuan I ke pertemuan II adalah aktifitas membimbing pelatihan. Aktifitas membimbing pelatihan mencakup kegiatan guru membimbing siswa dalam merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengidentifikasi variabel, dan melakukan percobaan. Aktifitas guru dalam membimbing pelatihan pada pertemuan II banyak dilakukan pada saat siswa melakukan percobaan, karena percobaan yang dilakukan lebih kompleks dan memerlukan ketelitian yang tinggi dari siswa sehingga guru juga perlu memberikan perhatian khusus pada siswa. Meskipun demikian, peningkatan persentase yang dicapai kurang sesuai dalam pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses yang merupakan pembelajran konstruktivis, karena dalam konstruktivis peran guru adalah membantu siswa menemukan fakta, prinsip, bagi mereka sendiri, bukan memberikan ceramah atau mengendalikan seluruh kelas (Nur dan Prima R. W: 200). Aktivitas guru dalam mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik meningkat dari pertemuan I ke pertemuan II seiring dengan menurunnya aktifitas menjelaskan/memberikan informasi kepada kepada siswa. Guru mengecek pemahaman siswa cengan memberikan tugas-tugas yang harus diselesaikan sehingga orientasi siswa ke dalam tugas lebih besar pada pertemuan II dibanding pertemuan I. Peningkatan persentase mengecek pemahaman dan penurunan persentase memberikan informasi yang dicapai menunjukkan adanya kesesuaian dalam pembelajaran langsung dengan pendekatan keterampilan proses. B - 240
6 Aktivitas guru yang tidak relevan dalam KBM pada pertemuan I masih mencapai persentase 4,9%. Aktivitas tidak relevan sering muncul yaitu berbicara pada pengamat. Persentase aktivitas ini menurun pada pertemuan II menjadi 2.8%. Persentase aktivitas tidak relevan yang cukup tinggi menjadi satu kelemahan dalam penelitian ini, karena aktivitas tidak relevan ini ini seharusnya mendapatkan persentase yang sangat kecil, dimana yang sesuai dengan perannya bahwa dalam pengajaran langsung guru bertindak sebagai model yang perilakunya akan ditiru oleh siswa (Nur dan S. Kardi, 2005). Secara keseluruhan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, guru lebih banyak telibat dalam aktifitas yang positif, dalam artian menggambarkan aktivitas dalam model pembelajaran langsung dalam pendekatan keterampilan proses. 2. Aktivitas Siswa Secara ringkas hasil pengamatan aktivitas siswa selama pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses melalui Direct Instruction disajikan dalam tabel 2 Tabel 2 Data Pengamatan Aktivitas Siswa No Aktivitas guru yang diamati Persentase aktivitas siswa (%) Pert. 1 Pert. 2 1 Mendengarkan penjelasan guru 12,4 13,6 2 Mengamati demonstrasi guru 6,6 8,8 3 Membaca buku siswa 6,6 8,0 4 Membentuk kelompok 5,0 3,2 5 Mengerjakan LKS 23,1 23,2 6 Bertanya/menjawab pertanyaan guru 9,9 8,8 7 Mengkomunikasikan/menyajikan hasil kerja 11,5 13,6 8 Menyimpulkan materi 5,8 4,8 9 Mengerjakan postest 9,9 9,6 10 Perilaku tidak relevan dalam KBM 9,1 6,4 Jumlah seluruh aktivitas 100,0 100,0 Berdasarkan data aktivitas siswa di atas, dapat dibuat diagram batang atau histogram sebagai berikut : 25 Presentase aktivitas (%) Pert. 1 Pert. 2 No. aktivitas siswa Gambar 2 Aktivitas siswa dalam pembelajaran pada tiap pertemuan Aktivitas siswa pada pertemuan I dan II yang mempunyai persentase paling tinggi adalah aktivitas mengerjakan LKS dengan persentase masing-masing sebesar 23,1% dan 23,2%. Kategori aktivitas yang mempunyai persentase paling rendah pada pertemuan I B - 241
7 dan II adalah aktivitas kelompok dengan persentase masing-masing sebesar 5,0% dan 3,2%. Berdasarkan tabel 4.3, aktivitas siswa yang mendapatkan persentase yang paling tinggi pada setiap pertemuan adalah mengajarkan tugas yang ada di LKS dengan persentase antara 23-24%. Aktivitas mengerjakan tugas di LKS berlangsung pada fase membimbing pelatihan dan mengecek pemahaman. Aktivitas tersebut mencakup kegiatan siswa merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengidentifikasi variabel, melakukan percobaan dan pengamatan, serta menganalisis data. Aktivitas siswa dalam mengerjakan tugas di LKS meningkat pada pertemuan II. Hal ini menunjukkan kesesuaian dalam pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses melalui Direct Instruction yang merupakan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis karena siswa terlibat aktif dalam bembelajaran. Persentase aktivitas siswa dalam mendengarkan penjelasan guru pada pertemuan I sebesar 12,4% dan mengalami peningkatan pada pertemuan II 13,6%. Hal ini terjadi karena guru mampu menarik dan mempertahankan atensi siswa. Meskipun demikian, peningkatan persentase aktivitas yang dicapai siswa kurang sesuai dalam pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses yang merupakan pembelajaran konstruktivis karena dalam konstruktivis siswa harus membangun pengetahuannya sendiri sehingga ditemukan suatu fakta atau konsep (Nur dan Prima R. W: 2000). Sama halnya dengan aktivitas mendengarkan penjelasan guru, aktivitas siswa menkomunikasikan hasil kerja juga mengalami peningkatan pada pertemuan I ke pertemuan II yaitu dari 11,5% menjadi 13,5%. Namun pada pertemuan II waktu untuk mempresantasikan hasil kerja lebih banyak pada percobaan katalis daripada percobaan suhu. Waktu yang digunakan untuk mempresantasikan hasil kerja pada percobaan suhu berlangsung lebih singkat daripada yang direncanakan karena siswa lebih banyak menggunakan waktu dalam melakukan percobaan dan menganalisis hasilnya. Peningkatan persentase aktivitas siswa mengkomunikasikan hasil keja yang sesuai dalam pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses melalui Direct Instruction yang merupakan pembelajaran konstruktivis, karena siswa terlibat aktif dalam pembelajaran untuk menemukan suatu konsep lewat diskusi dan saling bertukar pendapat dengan teman lainnya. Aktivitas siswa dalam mengamati demonstrasi guru dan membaca buku siswa meningkat pada pertemuan I ke pertemuan II seiring dengan menurunnya aktifitas bertanya pada guru. Persentase aktivitas mengamati demonstrasi guru meningkat dari 6,6% menjadi 8,8% sedangkan aktivitas belajar siswa 6,6% menjadi 8,0%. Jika pada pertemuan I siswa lebih banyak bertanya pada guru, maka pada pertemuan II aktivitas mengamati demonstrasi dan membaca buku muncul lebih banyak daripada bertanya pada guru. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa telah belajar melalui pengamatan terhadap orang lain. Menurut Bandura (1977) dalam Nur dan S. kardi (2005) menyatakan: Belajar akan sangat menghabiskan waktu dan tenaga, dan bahkan berbahaya, jika manusia harus menggantungkan diri sepenuhnya pada hasilhasil kegiatannya sendiri. Untungnya sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari secara obsevasi terhadap perilaku orang lain. Seseorang membentuk pengertian bagaimana melakukan tingkah laku baru, dan pada kesempatan berikutnya informasi yang telah dikodekan tersebut berfungsi sebagai pemandu untuk kegiatan. Karena manusia dapat belajar melalui contoh (model), setidaktidaknya dalam bentuk yang mendekati, sebelum melakukan tindakan (tingkah laku) tertentu, mereka terhindar dari melakukan kesalahan-kesalahan yang tidak perlu. Peningkatan persentase aktivitas siswa di atas sudah sesuai dalam pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses melalui Direct Instruction yang merupakan pembelajaran kontruktivis, karena siswa berusaha belajar atau menemukan suatu konsep sendiri melaui pengamatan terhadap orang lain atau membaca buku. Aktivitas siswa yang tidak relevan dalam KBM pada pertemuan I masih mencapai persentase 9,1%. Aktivitas yang tidak relevan sering muncul yaitu berbicara yang tidak perlu, berjalan-jalan di dalam kelas B - 242
8 dan tidak terlibat aktif dalam melakukan percoban. Persentase aktivitas menurun pada pertemuan II menjadi 6,4%. Secara keseluruhan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, penerapan pendekatan keterampilan proses melalui model pembelajaran langsung dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. 3. Kompetensi Keterampilan Proses Siswa Data ketuntasan kompetensi keterampilan proses siswa yang diperoleh dari hasil pengamatan pada saat siswa melakukan praktikum dan mengerjakan tugas yang ada dalam LKS, dapat dilihat pada tabel 3-5. Tabel 3 Data nilai ketuntasan keterampilan proses siswa secara individu No Absen Pertemuan 1 Pertemuan 2 Nilai T/TT Nilai T/TT 1 75 T 83,93 T 2 71,43 T 80,36 T 3 73,21 T 80,36 T 4 71,43 T 76,79 T ,57 T 85,71 T 7 73,21 T 75 T 8 75 T 76,79 T 9 60,71 TT 10 73,21 T 80,36 T 11 69,64 TT 75 T 12 76,79 T 76,79 T 13 80,36 T 80,36 T 14 71,43 T 69,64 T 15 66,07 TT 75 TT 16 69,64 TT 17 69,64 TT Keterangan : T = Tuntas TT = Tidak tuntas Tabel diarsir = Siswa tidak hadir Tabel 4 Data Persentase Ketuntasan Keterampilan Proses Siswa Secara Klasikal Kriteria Pertemuan 1 Pertemuan 2 Jumlah siswa Persentase (%) Jumlah siswa Persentase (%) Tuntas ( 70) 11 73, ,71 Tidak tuntas 4 26,67 14,29 Tabel 5 Data Persentase Ketuntasan Setiap Komponen Keterampilan Proses Siswa Secara Klasikal No Komponen Keterampilan proses % Ketercapaian Pert. 1 Pert.2 Merumuskan masalah 77, Merumuskan hipotesis 71, Mengidentifikasi variabel 75,83 87,50 Melaksanakan eksperimen 77,50 85,71 Melakukan pengamatan 71, Memperoleh dan memproses data 75,83 87,50 Berkomunikasi 68, Berdasarkan data ketuntasan kompetensi keterampilan proses secara klasikal di atas, dapat dibuat diagram batang atau histogram sebagai berikut: B - 243
9 Gambar 3 Ketuntasan setiap komponen keterampilan proses siswa secara klasikal Persentase ketuntasan keterampilan proses pada pertemuan I dan II yang dicapai siswa dikatakan tuntas jika 70% aspek tersebut telah dicapai siswa. siswa masing-masing sebesar 73,33% dan Berdasarkan tabel 3 sampai 5 85,71%. Hal ini menunjukkan siswa sudah mencapai ketuntasan secara klasikal baik pada diketahui bahwa kompetensi keterampilan proses siswa kelas XI IPA I MAN Denanyar pertemuan I maupun II karena sudah Jombang pada pertemuan I dan II telah memenuhi standar ketuntasan minimal yang mencapai ketuntasan klasikal dengan telah ditetapkan, yaitu minimal 70% siswa mendapat nilai 70. Kompetensi setiap komponen keterampilan proses cenderung mengalami peningkatan dari pertemuan I ke persentase ketuntasan masing-masing sebesar 73,33% dan 85,71% kemampuan setiap komponen keterampilan proses siswa akan diuraikan sebagai berikut: pertemuan II. Menurut Fank (1985) dalam Achmadi a. Merumuskan Masalah (1996) pembelajaran sains menekankan pada Kemampuan keterampilan proses pembentukan keterampilan memperoleh yang diharapkan dalam komponen ini adalah pengetahuan dan mengembangkan sikap siswa mampu merumuskan permasalahan ilmiah. Hal ini bisa tercapai apabila dalam sesuai dengan suatu fenomena yang disajikan pembelajaran menggunakan pendekatan dalam LKS. Persentase yang dicapai siswa keterampilan proses baik keterampilan proses pada pertemuan I sebesar 77,50%, dasar maupun keterampilan proses terintegrasi (terpadu). Pendekatan keterampilan proses ketercapaian ini masih tidak lepas dari bimbingan guru karena merumuskan masalah yang akan dilakukan penelitian adalah merupakan hal baru bagi siswa. Siswa sudah keterampilan proses terpadu. mampu merumuskan masalah dengan baik Kompetensi keterampilan proses pada pertemuan ke II, hal ini terlihat dari siswa dinilai dengan menggunakan lembar persentase ketercapaian yang meningkat penilaian keterampilan proses. Siswa menjadi 85,71%. Dengan demikian, siswa dikatakan tuntas (kompeten) jika secara dikatakan telah tuntas atau kompeten dalam individu memperoleh nilai lebih dari 70 dan siswa dikatakan tuntas secara klasikal jika terdapat 70% mencapai nilai lebih dari 70. Setiap aspek komponen keterampilan proses, menguasai masalah. keterampilan merumuskan B - 244
10 b. Merumuskan Hipotesis Kemampuan keterampilan proses yang diharapkan dalam komponen ini adalah siswa mampu merumuskan hipotesis sesuai dengan rumusan masalah dari suatu fenomena yang disajikan dalam LKS. Persentase yang dicapai siswa dalam pertemuan I dan II masing-masing sebesar 71,67% dan 77,68%. Ketercapaian ini masih tidak lepas dari bimbingan guru karena merumuskan hipotesis merupakan hal baru bagi siswa sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memahaminya. Meskipun demikian, persentase yang dicapai siswa dalam setiap pertemuan menunjukkan bahwa siswa telah tuntas atau kompeten dalam menguasai keterampilan merumuskan hipotesis. c. Mengidentifikasi Variabel Kemampuan proses yang diharapkan dalam komponen ini adalah siswa mampu mengidentifikasi variabel manipulasi, variabel kontrol dan variabel respon sesuai dengan ilustrasi percobaan yang disajikan. 75,83% dari 15 siswa dalam pertemuan I mampu menguasai keterampilan ini tetapi tidak lepas dari bimbingan guru. Siswa masih kesulitan dalam membedakan tiga variabel tersebut, sehingga mendorong guru untuk menjelaskan dengan cara memberi contoh sehingga jelas perbedakan ketiganya. Siswa sudah mampu mengidentifikasi variabel manipulasi, kontrol dan respon baik pada pertemuan II, dan persentase ketuntasan yang dicapai meningkat menjadi 87,5%, sehingga siswa dikatakan telah tuntas atau kompeten dalam menguasai keterampilan mengidentifikasi variabel. d. Merancang Eksperimen Kegiatan merancang eksperimen meliputi kegiatan siswa menyiapkan dan mengecek alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan. Dalam penelitian ini, kegiatan dan menyiapkan bahan dilakukan oleh guru. Sementara itu, kegiatan mengecek alat dan bahan dilakukan siswa tetapi belum maksimal karena siswa belum mengenal banyak alat-alat kimia akibat jarang sekali melakukan praktikum, sehingga pengamat tidak memberikan penilaian terhadap kegitan siswa dalam merancang eksperimen. e. Melaksanakan Eksperimen Kemampuan melaksanakan eksperimen merupakan kemampuan keterampilan proses yang paling menonjol pada setiap pertemuan. Persentase yang dicapai siswa dalam pertemuan I dan II masing-masing sebesar 77,50% dan 85,71%. Kemampuan keterampilan proses yang diharapkan dalam komponen ini adalah siswa dapat melakukan percobakan sesuai demonstrasi guru atau prosedur yang telah diberikan. Pengamatan yang terlihat oleh pengamat dan peneliti yang menunjukkan bahwa siswa sangat antusias saat melakukan eksperimen, sehingga selain menyenangkan siswa juga mendapatkan pengalaman belajar yang memungkinkan mereka menemukan konsep untuk diri mereka sendiri. Persentase yang dicapai siswa pada setiap pertemuan menunjukkan bahwa siswa telah tuntas atau kompeten dalam menguasai keterampilan melaksanakan eksperimen. f. Melakukan Pengamatan Kemampuan keterampilan proses yang diharapkan dalam komponen ini adalah siswa dapat melakukan pengamatan seteliti mungkin dengan menggunakan panca indranya agar hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Siswa jarang sekali melakukan kegiatan eksperimen sehingga pada pertemuan I masih terdapat siswa terlihat kaku atau kesulitan dalam melakukan pengamatan. Persentase yang dicapai siswa sebesar 71,67% dan mengalami peningkatan pada pertemuan II menjadi 77,68%. Dengan demikian, siswa dikatakan tuntas atau kompeten dalam menguasai keterampilan melakukan pengamatan. g. Memperoleh dan Memproses Data Kemampuan keterampilan proses yang diharapkan dalam komponen ini adalah siswa mampu mengumpulkan, mengorganisasikan dan menyajikan data dengan baik dan benar sesuai hasil percobaan yang telah dilakukan. Siswa dapat menyajikan data dengan baik pada pertemuan I, hal ini dapat dilihat dari persentase ketercapaian sebesar 75,83%. Persentase ketercapaian meningkat menjadi 87,5% pada pertemuan II. Dengan demikian, siswa dikatakan telah tuntas atau kompeten dalam menguasai B - 245
11 kemampuan memperoleh dan memproses data. h. Berkomunikasi (Mengkomunikasikan Hasil Kerja) Menurut Ibrahim, dkk (2006) pada kegiatan memgkomunikasikan hasil kerja, beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik pada seluruh kelas dengan tujuan agar siswa yang lain terlibat satu sama lain dan memperoleh perspektif luas pada topik yang dipelajari. Dengan demikian diharapkan dalam kegiatan presentasi, siswa dapat memperoleh pemahaman yang mendalam tentang topik yang sedang dipelajari melalui penyampaian kepada teman satu kelas, berdiskusi dan bertukar pendapat. Berbeda dengan keterampilan proses yang lain, siswa lemah dalam berkomunikasi (mengomunikasikan hasil kerja) dengan persentase ketuntasan pada pertemuan I dan II masing-masing sebesar 68,33% dan 69,64%. Persentase yang dicapai siswa disebabkan oleh waktu yang diberikan guru untuk mempresentasikan hasil kerja lebih singkat daripada yang dirancangkan. Akibatnya, presentasi yang dilakukan siswa kurang sesuai dengan harapan, siswa masih terlihat kaku atau kesulitan dalam menyampaikan hasil kerjanya karena belum terbiasa melakukan kegiatan tersebut. Keterbatasan waktu presentasi menyebabkan keterbatasan siswa untuk bertukar pendapat tentang hasil percobaan yang diperoleh masing-masing kelompok. Persentase yang dicapai siswa menunjukkan bahwa siswa belum tuntas atau kompeten dalam komponen menguasai keterampilan berkomunikasi. Tabel 6 Data Nilai Ketuntasan Belajar Siswa Secara Individu No Pertemuan 1 Pertemuan 2 Nilai Keterangan Nilai Keterangan 1 83,3 T 75 T T 83,3 T 3 83,3 T 75 T 4 83,3 T 66,7 TT T 83,3 T T 91,7 T 7 91,7 T 75 T 8 75 T 91,7 T TT 75 T T 66,7 TT 11 91,7 T 83,3 T Sesuai pembahasan yang dilakukan dapat diartikan bahwa, kegiatan belajarmengajar yang dilakukan dengan pendekatan keterampilan proses dapat melibatkan siswa berpartisipasi secara aktif agar memperoleh kemampuan memproses perolehannya, dan dapat mengembangkan kemampuankemampuan yang dimiliki oleh individu siswa. Hal ini dapat dilihat dari persentase setiap komponen keterampilan proses siswa yang cenderung mengalami peningkatan setiap pertemuan. Peningkatan keterampilan proses siswa ini, tidak lepas dari peran guru dalam pembelajaran. Guru dapat mendemonstrasikan keterampilan dan memberikan informasi secara jelas dan bertahap sehingga mampu menarik dan mempertahankan atensi siswa. Guru dapat membimbing pelatihan dengan baik sehingga dapat meningkatkan retensi siswa. Aktivitas guru di atas dilakukan agar siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan dan dapat meningkatkan aplikasinya pada situasi baru. Semua itu dapat terwujud karena guru menerapkan model pembelajaran langsung (Direct Instruction) dalam pembelajaran. 4. Hasil Belajar Siswa Tes ini digunakan untuk mengetahui tingkat ketuntasan belajar individual maupun klasikal siswa kelas XI IPA 1 setelah penerapan pendekatan keterampilan proses melalui Direct Instruction pada sub pokok bahasan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Data hasil belajar siswa disajikan dalam tabel 6 dan 7. B - 246
12 12 75 T 75 T 13 58,3 TT 66,7 TT Keterangan: T = Tuntas TT = Tidak tuntas Tabel 7 Data Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Secara Klasikal Pertemuan 1 Pertemuan 2 Kriteria Jumlah Siswa Persentase (%) Jumlah Siswa Persentase (%) Tuntas ( 70) 11 84, ,92 Tidak tuntas 2 15, ,08 Jumlah , ,00 Berdasarkan data ketuntasan hasil belajar di atas, dapat dibuat diagram batang atau histogram sebagai berikut: Ketuntasan Klasikal (%) ,62 76,92 Pertemuan 1 2 Gambar 4 Ketuntasan hasil belajar siswa pada setiap pertemuan Hasil analisis ketuntasan belajar terhadap 13 siswa yang masuk pada kedua pertemuan diketahui bahwa secara klasikal pada pertemuan I 84,64% siswa telah tuntas belajarnya dan 15,38% siswa belum tuntas, sedangkan pada pertemuan II 76,92% siswa telah tuntas belajarnya dan 23,08% siswa yang belum tuntas. Prosentase ketuntasan yang dicapai siswa baik pada pertemuan I maupun II menunjukkan bahwa siswa kelas XI IPA 1 sudah mencapai ketuntasan secara klasikal karena sudah memenuhi standar ketuntasan minimal yang telah ditetapkan sekolah yaitu minimal 75% siswa mendapat nilai 70. Menurut Mulyasa (2003) belajar tuntas merupakan strategi pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam kelas, dengan asumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua siswa akan mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil secara maksimal terhadap seluruh bahan yang dipelajan. Ketuntasan hasil belajar siswa pada materi pokok faktorfaktor yang mempengaruhi laju reaksi dapat dilihat dari pencapaian penguasaan indikator hasil belajar yang ditunjukkan dengan nilai postes. Nilai postes diperoleh dari pemberian tes pada setiap akhir pertemuan. Siswa dikatakan tuntas secara individu jika telah mencapai nilai > 70 dan dapat dikatakan tuntas secara klasikal jika > 75% siswa telah tuntas secara individu (kriteria yang ditetapkan MAN Denanyar Jombang). Berdasarkan tabel 6 dan 7 dapat dikelahui bahwa persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal diperoleh dan hasil analisis terhadap 13 siswa yang masuk pada pertemuan I dan II. Siswa yang tidak masuk pada salah satu pertemuan tidak dimasukkan B - 247
13 dalam perhitungan agar peneliti dapat mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses melalui Direct instruction pada materi pokok faktor-faktor laju reaksi terhadap ketuntasan belajar siswa pada pertemuan I dan II. Persentase ketuntasan klasikal yang dicapai siswa pada pertemuan I sebesar 84,62% dan pada pertemuan II menurun menjadi 76,92%. Meskipun demikian, siswa sudah mencapai ketuntasan secara klasikal baik pada pertemuan I maupun II karena sudah memenuhi standar ketuntasan minimal yang telah ditetapkan oleh sekolah. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa turunnya persentase ketuntasan pada pertemuan II disebabkan 46,15% dari 13 siswa belum tuntas pada indikator menyimpulkan pengaruh suhu terhadap laju reaksi. 53,85% dari 13 siswa belum tuntas pada indikator membuat grafik pengaruh katalis terhadap laju reaksi berdasarkan data percobaan. Persentase ketidaktuntasan yang cukup tinggi pada indikator tersebut terkait dengan aktivitas siswa dalam mengkomunikasikan hasil kerja, di mana pada saat pembelajaran waktu pelaksanaan Tabel 8 Analisis respon siswa analisis data, mempresentasikan hasil percobaan dan menyimpulkan hasil percobaan berlangsung lebih singkat daripada yang direncanakan. Hal ini disebabkan waktu yang diperlukan untuk melakukan percobaan tentang pengaruh suhu terhadap laju reaksi memerlukan waktu yang cukup lama (± 20 menit) karena sangat sulit untuk mencapai suhu yang diinginkan. Keterbatasan waktu presentasi menyebabkan terbatasanya waktu siswa untuk bertukar pendapat tentang hasil percobaan yang diperoleh masing-masing kelompok. Akibatnya, pemahaman yang diperoleh siswa tentang materi tersebut menjadi kurang maksimal dan mengakibatkan persentase ketuntasan klasikal menurun pada pertemuan II. 5. Respon Siswa Hasil angket respon siswa mengenai proses pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses melalui Direct Instruction pada sub pokok bahasan faktorfaktor yang mempengaruhi laju reaksi disajikan pada tabel 8. No Pertanyaan Respon Siswa (%) SS S TS STS 1 Saya lebih senang belajar dengan bereksperimen 42, ,15 2 Melalui pendekatan keterampilan proses saya lebih berani untuk mengemukakan pendapat 28, ,43 3 Melalui pendekatan keterampilan proses membuat saya lebih aktif dalam belajar 42,86 42,86 14,28 4 Melalui pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan motivasi saya dalam belajar 42,86 57,14 5 Melalui pendekatan keterampilan proses saya lebih mudah mengerjakan soal-soal 28,57 35,72 35,71 6 Pembelajaran melalui pendekatan keterampilan proses menarik dan tidak membosankan 42,86 57,14 B - 248
14 Berdasarkan data angket respon siswa di atas, dapat dibuat diagram batang atau histogram sebagai berikut. Persentase (%) Nomor Respon Siswa SS S TS STS Hasil analisis angket respon siswa diketahui bahwa secara umum penerapan pendekatan keterampilan proses melalui Direct Instruction mendapatkan respon positif dari siswa. Hal ini ditunjukkan oleh rata-rata penilaian tiap aspek yang diberikan siswa untuk kategori setuju dan sangat setuju mendapatkan persentase antara 61% - 100%. Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa respon siswa kelas XI IPA 1 MAN Denanyar Jombang terhadap penerapan pendekatan keterampilan proses melalui Direct Instruction menunjukkan respon yang positif. Hal ini terbukti dari 92,85% dari 14 siswa menyatakan senang belajar dengan bereksperimen. Seluruh siswa atau 100% siswa menyatakan pembelajaran melalui pendekatan keterampilan proses menarik dan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. 65,72% siswa menyatakan pembelajaran melalui pendekatan keterampilan proses menjadikan siswa lebih aktif dalam belajar. Meskipun demikian, sejumlah 35,71% dari 14 siswa masih merasa kesulitan dalam mengerjakan soal-soal tes yang diberikan, karena siswa belum terbiasa mengerjakan soal-soal yang bercirikan keterampilan proses. KESIMPULAN Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti uraikan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Aktivitas guru dan siswa yang terjadi selama pembelajaran menunjukkan ada keterlibatan guru dan siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses melalui Direct Instruction. 2. Kompetensi keterampilan proses siswa pada pertemuan I dan II telah mencapai ketuntasan klasikal dengan persentase ketuntasan masing-masing sebesar 73,33% dan 85,71%. Untuk masingmasing komponen keterampilan proses, cenderung mengalami peningkatan dari pertemuan I ke pertemuan II, 3. Ketuntasan hasil belajar siswa yang dicapai oleh siswa pada pertemuan I dan II masing-masing 84,62% (tuntas) dan 76,92% (tuntas). 4. Berdasarkan hasil angket diketahui bahwa siswa memberikan respon positif terhadap penerapan pendekatan keterampilan proses dengan model pembelajaran langsung (Direct Instruction) pada materi pokok faktorfaktor yang mempengaruhi laju reaksi. B - 249
15 DAFTAR PUSTAKA Achmadi, H. R Model Pembelajaran Konsep dengan LKS. Surabaya : UNESA press. Anonim Pendekatan-dan-Metode- Pembelajaran. (Online), ( Diakses 1 Maret 2010). Anonim Laju Reaksi. (Online), ( diakses 1 Maret 2010). Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Atkins, P.W Kimia Fisika jilid 2 edisi ke empat. Jakarta. : Erlangga. Depdiknas KTSP Kimia. (Online), ( diakses 27 Maret 2010). Fauziah, N Kimia 2 untuk SMA dan MA kelas XI IPA. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Hamalik, O Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. Holil, Anwar Tujuan Menggunakan Keterampilan Proses. (Online), ( diakses 13 Maret 2010). Ibrahim, Muslimin. Dkk Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Unesa press Istiana, Penerapan Strategi Pembelajaran Inkuiri pada Materi Pokok Laju Reaksi untuk Melatih Academic Skill Siswa. Skripsi tidak dipublikasikan. Surabaya : Kimia FMIPA UNESA. Kardi, S dan Mohamad Nur Pengajaran Langsung. Surabaya : Unesa press Keenam, Charles W Ilmu Kimia untuk Universitas jilid I (Terjemahan Aloysins Hadyana Pudjaatmaka). Jakarta : Erlangga. Mulyasa, E Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep Karakteristik dan Implementasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Nur dan Prima R. W Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya : Unesa Press. Rifkiyanti, F Kinetika Kimia dan Laju Reaksi. (Online), ( diakses 27 Januari Riyanto, Yatim Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya : SIC. Semiawan, Cony. Dkk Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Usman, Uzer dan Lilis Setiawati Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Utami, Budi. Dkk Kimia untuk SMA dan MA Kelas XI. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasioanal. B - 250
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI IPA MAN SUMENEP
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI IPA MAN SUMENEP IMPLEMENTATION INQUIRY LEARNING MODEL TO TRAIN STUDENT PROCESS SKILLS
Lebih terperinciHarun Nasrudin 1, Choirun Nisa 2.
IMPLEMENTASI MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) DENGAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATERI POKOK PERUBAHAN FISIKA DAN PERUBAHAN KIMIA DI SMP NEGERI I JETIS MOJOKERTO Harun
Lebih terperinciPENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA
Vol. 3, No. 3, pp. 81-86, September. 2014 PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA IMPLEMENTATION OF SNOWBALLING
Lebih terperinciUNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017
KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS XI MAN 2 GRESIK PADA MATERI LAJU REAKSI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN METODE EKSPERIMEN SCIENCE PROCESS SKILLS OF THE STUDENTS OF CLASS XI MAN 2 GRESIK
Lebih terperinciUnesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No. 3 pp September 2013
PENERAPAN GROUP INVESTIGATION TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI HIDROKARBON DI KELAS X SMA WIDYA DARMA SURABAYA IMPLEMENTATION OF GROUP INVESTIGATION TOWARD STUDIED RESULT FOR HYDROCARBON TOPICS
Lebih terperinciUnesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2, No. 2, pp May 2013
HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-2 MAN KOTA KEDIRI 3 PADA MATERI REAKSI REDUKSI OKSIDASI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG LEARNING OUTCOMES OF STUDENTS OF CLASS X-2
Lebih terperinciUnesa Journal of Chemical Education Vol. 2, No. 2, pp May 2013 ISSN:
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM PADA MATERI REAKSI REDUKSI-OKSIDASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS X THE IMPLEMENTATION OF QUANTUM LEARNING IN THE REDUCTION- OXIDATION REACTION
Lebih terperinciAbstrak. Kata-Kata Kunci : Inkuiri, Self-Efficacy, Laju Reaksi. Abstract
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN SELF-EFFICACY SISWA PADA MATERI POKOK LAJU REAKSI KELAS XI- MIA DI SMA MUHAMMADIYAH 4 SIDAYU-GRESIK IMPLEMENTATION INQUIRY LEARNING MODEL TO IMPROVE
Lebih terperinciUNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.4, No.3. pp , September 2015
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI REAKSI REDUKSI-OKSIDASI DI KELAS X SMA NEGERI 12 SURABAYA INCREASING THE STUDENT SCIENCE
Lebih terperinciKETERAMPILAN PROSES SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI LAJU REAKSI DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURABAYA
KETERAMPILAN PROSES SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI LAJU REAKSI DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURABAYA PROCESS SKILL STUDENT THROUGH COOPERATIVE LEARNING MODELS STAD ON REACTION
Lebih terperinciMELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI SMA NEGERI 1 GRESIK
MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI SMA NEGERI 1 GRESIK EXERCISING SCIENCE PROCESS SKILLS THROUGH IMPLEMENTATION INQUIRY
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISKUSI KELAS DENGAN STRATEGI BEACH BALL PADA MATERI POKOK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT DI SMAN 22 SURABAYA
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISKUSI KELAS DENGAN STRATEGI BEACH BALL PADA MATERI POKOK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT DI SMAN 22 SURABAYA (IMPLEMENTATION OF CLASS DISCUSSION LEARNING MODEL WITH
Lebih terperinciUNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK ASAM BASA KELAS XI MIA SMAN 2 MAGETAN IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE
Lebih terperinciIMPLEMENTASI MODUL FISIKA SMP MATERI POKOK GERAK DENGAN MENERAPKAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
J. Pijar MIPA, Vol. III, No.1, Maret 2008 : 11-16. ISSN 1907-1744 IMPLEMENTASI MODUL FISIKA SMP MATERI POKOK GERAK DENGAN MENERAPKAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF Hikmawati
Lebih terperinciUNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017
KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA SMA NEGERI 12 SURABAYA MELALUI PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7-E SCIENCE PROCESS SKILLS ON CHEMICAL EQUILIBRIUM TOPIC IN SMA NEGERI 12 SURABAYA
Lebih terperinciEFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT ( TGT) PADA PEMBELAJARAN FISIKA SMA
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 29 EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT ( TGT)
Lebih terperinciUNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No.2 pp May 2013
KETERAMPILAN BERPIKIR LEVEL C4, C5, & C6 REVISI TAKSONOMI BLOOM SISWA KELAS X-3 SMAN 1 SUMENEP PADA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI POKOK BAHASAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT THE THINKING
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI PKN KELAS V SDS MUHAMMADIYAH HUTABANGUN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI PKN KELAS V SDS MUHAMMADIYAH HUTABANGUN Sajuliana Guru PKN SD Swasta Muhammadiyah Surel : sajuliana@gmail.com
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI Irma Daniyati dan Sri Sudarmini Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya SMA Negeri 11 Surabaya
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG DENGAN STRATEGI MIND MAPPING PADA MATERI REAKSI OKSIDASI REDUKSI DI KELAS X SMA NEGERI 17 SURABAYA
Vol. 3, No. 02, pp. 195-202, May 2014 PENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG DENGAN STRATEGI MIND MAPPING PADA MATERI REAKSI OKSIDASI REDUKSI DI KELAS X SMA NEGERI 17 SURABAYA IMPLEMENTATION OF DIRECT TEACHING
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI BERBASIS MACROMEDIA FLASH
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI BERBASIS MACROMEDIA FLASH SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA Anis Nur Wahyuni Pendidikan Ekonomi, Fakultas
Lebih terperinciMATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR 5E PADA MATERI BANGUN RUANG KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII-A SMP NEGERI 4 MAGETAN Candra Novita Sayekti S1 Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas
Lebih terperinciUnesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 5, No.2, pp , May 2016
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTIONS BERBASIS STRATEGI TANDUR UNTUK MEMOTIVASI DAN MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI REAKSI REDUKSI OKISIDASI KELAS X SMA NEGERI 17 SURABAYA IMPLEMENTATION
Lebih terperinciPENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN FISIKA MATERI KALOR TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA
PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN FISIKA MATERI KALOR TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA Orien Ratna Wuri, Sri Mulyaningsih Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Lebih terperinciAkhmad Suyono *) Dosen FKIP Universitas Islam Riau
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X1 PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA YLPI P-MARPOYAN PEKANBARU (Applied
Lebih terperinciFORMULATING PROBLEM AND MAKING HYPOTHESIS SKILLS THROUGH DEVELOPMENT WORKSHEET BASED INQUIRY ON ELECTROLYTE AND NONELECTROLYTE SUBJECT MATTER
KETERAMPILAN PERUMUSAN MASALAH DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS SISWA MELALUI PENGEMBANGAN LKS BERBASIS INKUIRI PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT FORMULATING PROBLEM AND MAKING HYPOTHESIS SKILLS
Lebih terperinciANALISIS KEMAMPUAN MENYIMPULKAN PADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DENGAN INKUIRI TERBIMBING
ANALISIS KEMAMPUAN MENYIMPULKAN PADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DENGAN INKUIRI TERBIMBING Yosi Ermalinda, Ratu Betta Rudibyani, Emmawaty Sofya, Ila Rosilawati. Pendidikan Kimia, Universitas Lampung
Lebih terperinciPENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING Jaka Nugraha & Choirul Nikmah Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya jaka.unesa@gmail.com
Lebih terperinciPeningkatan Ketuntasan Belajar Siswa Melalui Model
Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Materi Konsentrasi Larutan dan Perhitungan Kimia Kelas X Teknik Gambar Bangunan A SMK Negeri 3 Palu Tahun Pelajaran
Lebih terperinciMeningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo Melalui Model Pembelajaran Langsung Pada Materi Sifat Dan Perubahan Wujud Benda
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo Melalui Model Pembelajaran Langsung Pada Materi Sifat Dan Perubahan Wujud Benda Sa adiah, Gamar B. N. Shamdas, dan Haeruddin Mahasiswa
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS I SDN 77 PEKANBARU
1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS I SDN 77 PEKANBARU Hatma, Jesi Alexander Alim, Syahrilfuddin misnariati@gmail.com, jesialexa@yahoo.com, via.syalisia@yahoo.com
Lebih terperinciElok Mufidah dan Amaria Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Tlp: , Abstrak
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PBI) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ASAM BASA DAN GARAM Elok Mufidah dan Amaria Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Lebih terperinciImproving Student Activity Learning Class XI IPA SMA Katolik Rajawali Through Inquiry Approach Based on PBI of Buffer Solution Topic
14 Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA Katolik Rajawali Makassar melalui Pendekatan Inkuiri Berbasis PBI pada Materi Pokok Larutan Penyangga Improving Student Activity Learning Class
Lebih terperinciJurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 (2009): PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERORIENTASI KETERAMPILAN PROSES
ISSN: 1693-1246 Juli 2009 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 (2009): 108-112 J P F I http://journal.unnes.ac.id PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERORIENTASI KETERAMPILAN PROSES 1 2 2 U. Nugroho,
Lebih terperinciUNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 2, pp , May 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA SISWA KELAS XI SMA MAZRAATUL ULUM PACIRAN LAMONGAN IMPLEMENTATION OF INQUIRY LEARNING MODEL
Lebih terperinciISSN : X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013
PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI Oleh : Meli Siska B 1, Kurnia 2, Yayan Sunarya 3 Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA
Lebih terperinci2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan Permendikbud No. 65 Tahun 2013 proses pembelajaran pada suatu pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
Lebih terperinciKETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI ASAM BASA KELAS XI DI SMAN PLOSO JOMBANG
KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI ASAM BASA KELAS XI DI SMAN PLOSO JOMBANG SCIENCE PROCESS SKILLS OF STUDENT ON ACID BASE TOPIC IN XI GRADE OF SMAN PLOSO JOMBANG Sophia Allamin dan Bertha Yonata
Lebih terperinciUnesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No. 3, pp September 2013
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN STRATEGI PROBLEM POSING TERHADAP KETUNTASAN BELAJAR SISWA PADA MATERI ALKANA, ALKENA, ALKUNA DI KELAS X SMAN 1 SUMBEREJO IMPLEMENTATION OF MODEL
Lebih terperinciPENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN AIR PADA MATERI SIFAT-SIFAT BANGUN DAN HUBUNGAN ANTAR BANGUN DI KELAS V SD
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 1 PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN AIR PADA MATERI SIFAT-SIFAT BANGUN DAN HUBUNGAN ANTAR BANGUN DI KELAS V SD Nur Qomariyah Nawafilah
Lebih terperinciUnesa Journal of Chemical Education Vol. 1, No. 1, pp Mei 2012 ISSN:
KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA MATERI REAKSI REDUKSI OKSIDASI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SMA NEGERI 9 SURABAYA (STUDENTS SOCIAL SKILLS ON OXIDATION
Lebih terperinciMODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL. Oleh. Etik Khoirun Nisa NIM
MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL Oleh Etik Khoirun Nisa NIM 090210102023 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Lebih terperinciOleh. Ni Wayan Purni Lestari,
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGI PRACTICE-REHEARSAL PAIRS (PRAKTIK BERPASANGAN) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KKPI SISWA KELAS X TB4 SMK NEGERI 2 TABANAN TAHUN AJARAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar IPA di MTs Negeri Jeketro,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar IPA di MTs Negeri Jeketro, pembelajaran masih berpusat pada guru. Jadi guru lebih aktif selama proses belajar mengajar,
Lebih terperinciMENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA SMA LB PADA MATERI POKOK SUMBER ENERGI DAN KEGUNAANNYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION
QUANTUM, Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, Vol.2, No.2, Oktober 2011, hlm. 175-180 175 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA SMA LB PADA MATERI POKOK SUMBER ENERGI DAN KEGUNAANNYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
Lebih terperinciEka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK
Jurnal Dinamika, September 2011, halaman 74-90 ISSN 2087-7889 Vol. 02. No. 2 Peningkatan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar Biologi Siswa melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair
Lebih terperinciMENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN STRATEGI PROBLEM POSING
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN STRATEGI PROBLEM POSING PADA MATERI POKOK IKATAN KIMIA DI KELAS X SMAN 3 LAMONGAN Meiliyah Ulfa, Muchlis
Lebih terperinciPENERAPAN STRATEGI MIND MAPPING PADA MATERI REAKSI OKSIDASI REDUKSI DI KELAS X SMA NEGERI 17 SURABAYA
PENERAPAN STRATEGI MIND MAPPING PADA MATERI REAKSI OKSIDASI REDUKSI DI KELAS X SMA NEGERI 17 SURABAYA IMPLEMENTATION OF MIND MAPPING STRATEGY ON REDUCTION OXIDATION REACTION MATTER IN CLASS X SMA NEGERI
Lebih terperinci: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN
Tugas Kegiatan Belajar II Tatang Kurniawan Judul Jurnal : PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN
Lebih terperinciKETERAMPILAN MEMPREDIKSI DAN MENGKOMUNIKASIKAN PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING.
KETERAMPILAN MEMPREDIKSI DAN MENGKOMUNIKASIKAN PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING Andri Kasrani, Ila Rosilawati, Nina Kadaritna Pendidikan Kimia, Universitas Lampung andrikas03@gmail.com
Lebih terperinciMATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA MATERI BANGUN RUANG BALOK DI KELAS VIII-B SMP NEGERI 4 MAGETAN Rara Tria Ajengsari S1 Pendidikan Matematika, Jurusan
Lebih terperinciMELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PRACTICE STUDENT PROCESS SKILLS AT RATE OF REACTION INFLUENCE FACTORS SUBJECT
Lebih terperinciUnesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 2, pp May 2014
KETERAMPILAN KERJASAMA SAAT DISKUSI KELOMPOK SISWA KELAS XI IPA PADA MATERI ASAM BASA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 SURABAYA GROUP DISCUSSION S COOPERATION
Lebih terperinciMENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 4 WONOSARI MELALUI STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISONS
MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 4 WONOSARI MELALUI STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISONS Setiawati, Benedictus Kusmanto Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta
Lebih terperinciHASIL BELAJAR KOGNITIF FISIKA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA MATERI POKOK KINEMATIKA DI KELAS XI IPA MAN I PEKANBARU
Jurnal Geliga Sains 3 (1), 10-16, 2009 Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Riau ISSN 1978-502X HASIL BELAJAR KOGNITIF FISIKA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan memahami apa yang terkandung dalam IPA itu sendiri, tetapi pada dasarnya juga bertujuan untuk membantu
Lebih terperinciTjiptaning Suprihati, Mirisa Izzatun Haniyah. Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember
MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) DENGAN LKS INKUIRI PADA SISWA KELAS XI-TPHP SMK PERIKANAN DAN KELAUTAN
Lebih terperinciUnesa Journal of Chemical Education ISSN Vol. 5, No. 2, pp May 2016
Vol. 5, No. 2, pp.167-172 May 2016 KETUNTASAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN PROSES SISWA SMAN 1 GONDANG TULUNGAGUNG PADA MATERI LAJU REAKSI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SEMI TERBIMBING LEARNING
Lebih terperinciKETERAMPILAN INFERENSI PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
KETERAMPILAN INFERENSI PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Yogi Aprianto, Ila Rosilawati, Tasviri Efkar. Pendidikan Kimia, Universitas Lampung yogiaprianto1991@yahoo.com
Lebih terperinciPeningkatan Aktifitas Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Jigsaw
Peningkatan Aktifitas Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Jigsaw 188 Nurdin SMA Negeri 3 Majene nurdin.chem@gmail.com Abstrak Penelitian ini adalah Penelitian Tidakan Kelas yang bertujuan untuk meningkatkan
Lebih terperincie-journal. Volume 05 Nomor 03 Tahun 2016, Edisi Yudisium Periode Agustus 2016, Hal 23-32
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PROTOTYPE PADA SUB KOMPETENSI MENJAHIT KEBAYA MODIFIKASI SISWA KELAS XI BUSANA BUTIK 1 SMK NEGERI RENGEL Enik Puji Lestari Mahasiswa S1 Pendidikan
Lebih terperinciMeningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau Harsono M. Timumun, Muchlis L. Djirimu, Lestari M.P. Alibasyah Mahasiswa
Lebih terperinciNanang Nurudin SMA Negeri 2 Kandangan Abstract
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA MATERI LINGKUNGAN HIDUP DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI KELAS XI IPS 1 SMAN 1 KANDANGAN TAHUN AJARAN 2013/2014 Nanang Nurudin
Lebih terperinciPENGGUNAAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MENINGKATKAN AKTIFITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR FISIKA
PENGGUNAAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MENINGKATKAN AKTIFITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR FISIKA Rouli Pardede SMP Negeri 1 Secanggang, kab. Langkat Abstract: The purpose of this study to determine the increase
Lebih terperinciPENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK DENGAN MENGGUNAKAN PHP-MySQL PADA MATERI POKOK LAJU REAKSI UNTUK SMA KELAS XI
PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK DENGAN MENGGUNAKAN PHP-MySQL PADA MATERI POKOK LAJU REAKSI UNTUK SMA KELAS XI THE DEVELOPMENT OF DIAGNOSTIC TEST USED PHP-MySQL IN SUBJECT REACTION RATE FOR SENIOR HIGH SCHOOL
Lebih terperinciUpaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV MIS Margapura Kecamatan Bolano Lambunu
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV MIS Margapura Kecamatan Bolano Lambunu Opi Pradita, Mestawaty, As, dan Sarjan N. Husain Mahasiswa
Lebih terperinciPENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA
PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA Albertus D Lesmono, Supeno, Tita Riani Program Studi Pendidikan Fisika FKIP
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA KELAS IIC SDN 91 PEKANBARU
1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA KELAS IIC SDN 91 PEKANBARU Ermawati, Hamizi, Erlisnawati erma.wati233@yahoo.com, hamizipgsd@gmail.com,
Lebih terperinciUniversitas Syiah Kuala Vol. 3 No.4, Oktober 2016, hal ISSN:
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP KETUNTASAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI TOKOH-TOKOH PERGERAKAN NASIONAL KELAS V SDN 70 BANDA ACEH Syarifah Habibah (Dosen Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciJPTM. Volume 05 Nomor 02 Tahun 2016, 56-61
JPTM. Volume 05 Nomor 02 Tahun 2016, 56-61 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI MEKANIK KELAS X TEKNIK PEMESINAN
Lebih terperinciPenerapan Pembelajaran Kooperatif
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INDEX PUZZLE MATCH PADA MATERI JARINGAN TUMBUHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA-6 DI SMA MUHAMMADIYAH 2 SIDOARJO Ida Fithria Guru Biologi SMA
Lebih terperinciLINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR KELAS IV SD N BALANGAN II
3.388 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 36 Tahun ke-5 2016 LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR KELAS IV SD N BALANGAN II ENVIRONMENT TO IMPROVE PROCESS SKILLS AND
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY) Imam Rosyidi SDN Paciran I, Kecamatan Paciran, Kab.
Imam Rosyidi UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY) Imam Rosyidi SDN Paciran I, Kecamatan Paciran, Kab. Lamongan Abstrak: Tujuan penelitian tindakan ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi pendidikan sains di Indonesia mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pemahaman tentang sains dan teknologi melalui pengembangan keterampilan berpikir, dan
Lebih terperinciUnesa Journal of Chemistry Education Vol. 2, No. 2, pp May 2013 ISSN:
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 PLEMAHAN KEDIRI IMPLEMENTATION OF INQUIRY LEARNING
Lebih terperinciHASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN METODE THINK-PAIR-SHARE DAN METODE EKSPOSITORI
244 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 2, No. 1, 2008, hlm 244-249 HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN METODE THINK-PAIR-SHARE DAN METODE EKSPOSITORI Wisnu Sunarto, Woro Sumarni, Eli
Lebih terperinciUNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X MIA SMAN KESAMBEN JOMBANG
Lebih terperinciKey Words: Student Teams Achievement Division, mind mapping, students test result, students activities.
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DISERTAI TEHNIK PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN GARIS LURUS DI KELAS
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP ARTIKEL PENELITIAN Oleh : ULLY FAKHRUNI NIM : F15111023 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
Lebih terperinciMENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BRAINSTROMING PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS VII-B
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BRAINSTROMING PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS VII-B Habibah Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Panyabungan Selatan Surel : habibah@gmail.com
Lebih terperinciPENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA Fina Citha Kasih 1, Tri Jalmo 2, Afif Bintoro 2 email: finacitha_kasih@yahoo.com HP: 081997562404 ABSTRAK The
Lebih terperinciMeningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat Rohani SLBN 1 Palu, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh
Lebih terperinciMATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 2 Tahun 2014
Volume No 1 Tahun 201 Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume No 2 Tahun 201 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JUCAMA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA Agatra Prima 1, Susanah 2 Jurusan
Lebih terperinciUnesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2, No. 3, pp September 2013
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA THE IMPLEMENTATION OF CHARACTER EDUCATION THROUGH STAD COOPERATIVE LEARNING MODEL AT BUFFER
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BLOG INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BLOG INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS (EFFECTIVENESS OF THE USE OF INTERACTIVE MEDIA BLOG FOR IMPROVING CRITICAL THINKING) Istiqomah dan Achmad Lutfi Jurusan Kimia
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR MAHASISWA MELALUI DIRECT INSTRUCTIONAL PADA MATAKULIAH PENGANTAR AKUNTANSI
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MAHASISWA MELALUI DIRECT INSTRUCTIONAL PADA MATAKULIAH PENGANTAR AKUNTANSI Suci Rohayati & Dhiah Fitrayati Universitas Negeri Surabaya senouchi3@gmail.com Abstrak Melalui kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS II SDN TAMBAKSARI I KOTA SURABAYA
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS II SDN TAMBAKSARI I KOTA SURABAYA Ulansari PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya (ulan_sari52@yahoo.co.id)
Lebih terperinciINTEGRASI GALERI BELAJAR DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No., Juli 2016 (Edisi Khusus) ISSN 277-220 (Media Cetak) 277-3921 (Media Online) INTEGRASI GALERI BELAJAR DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK
Lebih terperinciJCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,
JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 17, 28-36 28 MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilakukan di kelas 5 SD Negeri Sukorejo Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Jumlah siswa di kelas 5 sebanyak 19 terdiri dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memerlukan inovasi-inovasi yang sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kebutuhan ilmu peserta didik tanpa mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan.
Lebih terperinciUnesa Journal of Chemical Education Vol. 2, No. 2, pp May 2013 ISSN:
PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA MATERI POKOK HIDROLISIS GARAM UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER MENGHARGAI BAGI SISWA KELAS XI IPA MA BAHAUDDIN SIDOARJO IMPLEMENTATION OF CONTEXTUAL
Lebih terperinciMENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI TERMOKIMIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY
QUANTUM, Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, Vol.1, No.1, April 2010, hlm. 41-49 41 MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI TERMOKIMIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY Maira
Lebih terperinciPENINGKATAN AKTIVITAS INKUIRI DAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN INKUIRI BERBASIS KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS XA SMA NEGERI PASIRIAN LUMAJANG Intan Fitriani 1, Dewi Iriana 2,
Lebih terperinciMATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 2 Tahun 2014
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN MODEL- ELICITING ACTIVITIES (MEAs) PADA MATERI PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL DI KELAS VII-A SMP NEGERI 1 LAMONGAN Gheovani Puspa
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP 1) Rika Lestari, 2) Singgih Bektiarso, 2) Albertus D.
Lebih terperinciUnesa Journal of Chemical Education ISSN Vol. 5 No. 3. pp , September 2016
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI POKOK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT UNTUK MELATIHKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH KELAS X SMA NEGERI 7 KEDIRI IMPLEMENTATION OF PROBLEM BASED
Lebih terperinciPenerapan Mind Mapping pada Pembelajaran Biologi Konsep Sistem Pernapasan Manusia terhadap Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa
SP-6-7 Penerapan Mind Mapping pada Pembelajaran Biologi Konsep Sistem Pernapasan Manusia terhadap Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Mind Mapping Implementation in Biology Learning (Human Respiration
Lebih terperinciPENGARUH AUDIO VISUAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI PERISTIWA ALAM DAN DAMPAKNYA. (Artikel) Oleh IMRON ROSADI
PENGARUH AUDIO VISUAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI PERISTIWA ALAM DAN DAMPAKNYA (Artikel) Oleh IMRON ROSADI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2014 PENGARUH
Lebih terperinci