MODUL PRAKTEK KUALIFIKASI LAS. Penyusun: Mohammad Thoriq Wahyudi, ST.,MM Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT Moh. Syaiful Amri S.ST.
|
|
- Handoko Sudjarwadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MODUL PRAKTEK KUALIFIKASI LAS Penyusun: Mohammad Thoriq Wahyudi, ST.,MM Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT Moh. Syaiful Amri S.ST.,MT JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL PROGRAM STUDI TEKNIK PENGELASAN POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 2015
2 HALAMAN PENGESAHAN 1. Identitas Buku Ajar Teori Pendukung a. Judul Materi Pembelajaran :Pengembangan Media Pembelajaran Praktek Kualifikasi Las b. Matakuliah/Semester :Praktek Kualifikasi Las c. SKS (T/P)/Jam (T/P) :5 (T) / 10 (T) d. Program Studi :Teknik Pengelasan e. Kode Matakuliah : A 2. Penulis a. Nama :Mohammad Thoriq Wahyudi, ST.,MM b. NIDN : c. Jabatan Fungsional :Lektor d. Jabatan Struktural :Kepala Laboratorium Uji Bahan e. Program Studi :Teknik Pengelasan f. Alamat Institusi :Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Jalan Teknik Kimia, ITS Sukolilo Surabaya g. Telpon/ Faks/ Surabaya, 24 November 2015 Mengetahui, Ketua Program Studi, Penulis, Aang Wahidin, ST.,MT Mohammad Thoriq Wahyudi, ST.,MM Menyetujui, Direktur Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Ir. Eko Julianto, M.Sc.,MRINA i
3 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-nya, atas sesesainya penyusunan modul ajar praktek kualifikasi las ini. Tujuan dari penyusunan modul ini adalah sebagai pengangan mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran mata kulaih praktek kualifikasi las, engingat salah satu kopetensi utama dari lulusan program D4 Teknik Pengelasan yaitu mahasiswa mampu mendesain atau merencanakan dan mengkualifikasi WPS yang diperlukan untuk membuat suatu produk las dengan mengacu pada berbagai standard seperti ASME, AWS API dll, oleh karena itu penting bagi mahasiswa untuk memiliki sebuah bahan ajar yang praktis dan mudah dipahami. Modul ajar ini disusun dengan mengacu pada code ASME Section IX tentang Welding and Brazing Qualification dan code AWS D1.1 tentang Structural Welding- Steel dan API 1104 tentang Welding of Pipelines and Related Facilities. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam menyelesaikan modul praktek kulaifikasi las ini. kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan modul ini sehingga saran dan masukan yang konstruktif sangat kami harapkan. Semoga modul ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan mahasiswa D4 Teknik Pengelasan khususnya. Surabaya, 24 November 2015 Penyusun ii
4 DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii BAB 1 PERSYARATAN UMUM Ruang Lingkup Tanggung Jawab Pengelasan Record Jenis-jenis dan Tujuan Pengujian Uji mekanik Kriteria Kelulusan Uji Tarik (ASME IX) Kriteria Kelulusan Uji Tarik (API 1104) Kriteria Kelulusan Uji Tarik (AWS D1.1) Kriteria Kelulusan Uji Bending (ASME) Kriteria Kelulusan Uji Bending (API 1104) Kriteria Kelulusan Uji Bending (AWS D1.1) Uji Ketangguhan Kriteria Kelulusan Uji Ketangguhan Uji Las Fillet Uji Makro Kriteria kelulusan uji makro berdasarkan ASME Kriteria kelulusan uji nick break berdasarkan API Kriteria kelulusan uji makro berdasarkan AWS D Uji Non Destruvtive Test (NDT) NDT Berdasarkan ASME IX dan API Berdasarkan AWS D BAB 2 KUALIFIKASI PROSEDUR LAS Welding Procedure Specification (WPS) Procedur Qualification Record (PQR) Variabel WPS Variabel WPS berdasarkan ASME Section IX Variabel WPS berdasarkan AWS D Batasan Kualifikasi (Range Qualification) iii
5 2.4.1 Batasan kualifikasi berdasarkan ASME Section IX Batasan kualifikasi berdasarkan AWS D Pengujian Kupon Test Pengujian WPS berdasarkan ASME Section IX Las fillet Las alur pelat Las alur pipa Pengujian WPS berdasarkan AWS D Las alur pelat Pengujian WPS berdasarkan API Dimensi Spesimen Uji Mekanik Spesimen uji mekanik berdasarkan ASME Uji tarik Uji bending Spesimen uji mekanik berdasarkan AWS D Uji tarik Uji bending Uji impak (CVN Test) Spesimen uji mekanik berdasarkan API Uji tarik Uji nick break Uji bending LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA iv
6 BAB 1 PERSYARATAN UMUM Tujuan dari Welding Procedure Spesification (WPS) dan Procedure Qualification Record (PQR) adalah untuk menentukan rakitan las yang diusulkan untuk suatu kontruksi mampu memiliki sifat sifat yang diperlukan untuk tujuan pemakaian yang telah ditetapkan. Pengujian kualifikasi prosedur adalah untuk menentukan sifat sambungan las, bukan untuk menentukan keterampilan personel yang melaksanakan pengelasan. Secara ringkas WPS mencantumkan variabel-variabel esensial dan nonesensial dan range kualifikasi yang dapat diterima dari variabel-variabel dalam WPS WPS yang tertulis dan dikualifikasi harus sesuai dengan standart yang digunakan seperti standart kualifikasi las yang mengacu kepada ASME Sect. IX tahun 2013 untuk kualifikasi prosedur las, standart bejana tekan, standart ketel uap, sistem perpipaan bertekanan dan tangki timbun, serta AWS D1.1 tahun Ruang Lingkup Standard ini meliputi aturan-aturan yang berlaku untuk penyiapan WPS dan pengkualifikasian prosedur lasuntuk berbagai macam proses las manual maupun otomatis yang diizinkan oleh standart konstruksi. 1.2 Tanggung Jawab Pengelasan Setiap pemanufaktur atau kontraktor bertnanggungjawab untuk pengelasan yang dilakukan oleh perusahaannya dan harus melaksanakan pengujian yang disyaratkan standard untuk mengkualifikasi prosedur las Record Setiap pemanufaktur atau kontraktor bertanggungjawab untuk menyimpan rekaman hasil uji dari kualifikasi prosedur las. Rekaman ini harus dijamin kebenarannya oleh pemanufaktur atau kontraktor dan harus siap untuk diperiksa oleh Inspektur yang berwenang. 1
7 1.3 Jenis-jenis dan Tujuan Pengujian Uji mekanik : Pengujian mekanik yang digunakan pada kualifikasi prosedur las adalah sebagai berikut - Uji tarik : digunakan untuk menentukan kuat tarik dari sambungan lasan` - Uji bending : digunakan untuk menentukan tingkat kemuluasan dari sambungan lasan - Uji ketangguhan : digunakan untuk menentukan sifat ketangguhan dari sambungan lasan Kriteria Kelulusan Uji Tarik (ASME IX) Untuk dinyatakan lulus uji tarik, kuat tarik specimen harus tidak kurang dari : Kuat tarik minimum yang ditetapkan dari logam dasar Kuat tarik minimum yang ditetapkan dari logam dasar yang terlemah, apabila logam dasar terdiri dari dua logam dasar yang berlainan kuat tarik minimumnya Kuat tarik minimum dari logam lasan, apabila standart yang digunakan menetukan penggunaan logam lasan dengan kuat tarik yang lebih rendah daripada logam dasar pada suhu ruang Bila specimen putus pada logam dasar diluar lasn atau diluar garis fusi las, tes dinyatakan lulus dengan syarat kuat tarik minimum 5 % lebih rendah dari kuat tarik minimum yang ditetapkan untuk logam dasar Kriteria Kelulusan Uji Tarik (API 1104) Kuat tarik dari las termasuk zona fusi pada setiap spesimen harus lebih besar atau sama dengan kuat tarik minimum dari material pipa dan tidak harus lebih besar atau sama dengan kuat tarik aktual dari material. Jika spesimen patah diluar las dan zona fusi (patah di base metal) dan kuat tariknya sama atau lebih besar dari kuat tarik minimum spesifikasi dari material maka harus di acc Jika spesimen patah dibawah spesifikasi kuat tarik minimal dari base material maka las-lasan harus disisihkan dan dan membuat test weld baru. 2
8 Kriteria Kelulusan Uji Tarik (AWS D1.1) Kuat tarik harus tidak boleh kurang dari spesifikasi kuat tarik minimum dari logam dasar yang digunakan Kriteria Kelulusan Uji Bending (ASME) Lasan dan HAZ dari specimen tes bending melintang setelah di tes harus seluruhnya berada pada bagian bendingan specimen tes. Pada lasan atau HAZ, setelah dibending tidak boleh terdapat cacat-cacat terbuka yang melebihi 3 mm, di ukur kesegala arah pada permukaan bendingan luar dari specimen tes. Retakan-retakan yang terjadi pada pojok specimen sewaktu pengetesan diperkenankan, kecuali apabila retakan-retakan tersebut disebabkan oleh inklusi terak atau cacat lain didalam material. Pada cladding pelapis lasan tahan korosi, tidak boleh terdapat cacat terbuka melebihi 1,5 mm pada claddingnya dan tidak boleh terdapat cacat terbuka melebihi 3 mm pada batas fusi, diukur ke segala arah Kriteria Kelulusan Uji Bending (API 1104) Uji bending acceptable apabila tidak ada retak atau diskontinyuitas lain yang ukurannya melebihi 3 mm atau setengah dari tebal nominal mana yang lebih kecil pada daerah las dan HAZ. Retakan yang berasal dari radius terluar pada tepi spesimen yang memiliki ukuran kurang dari 6 mm diabaikan kecuali disebabkan oleh adanya imperfection Kriteria Kelulusan Uji Bending (AWS D1.1) Permukaan cembung dari spesimen uji bending harus diuji visual dari adanya diskontinyuitas permukaan. Untuk kelulusan maka permukaan spesimen tidak boleh ada diskontinyutas yang melebihi: 3mm diukur dari segala arah pada permukaan 10 mm maksimal Jumlah dimensi terbesar diskontiyuitas yang ukurannya >1 sd 3 mm 6 mm maksimal dari retakan di pojok spesimen yang tidak disebabkan oleh slag dan IF 3
9 Uji Ketangguhan Di dalam standard ASME IX uji ketangguhan charpy (takik V) dilakukan apabila disyaratkan, prosedur pengujian dan peralatannya harus sesuai dengan persyaratan ASME Boiler and Pressure Vessel code Section II SA Kriteria Kelulusan Uji Ketangguhan Kriteria lulus harus sesuai dengan standart kosturksi lain yang menentukan persyaratan tes ketangguhan. Kriteria kelulusan uji impak berdasarkan AWS D1.1 dapat dilihat pada Tabel Uji Las Fillet Spesimen Untuk Kualifikasi Prosedur Dimensi dan penyiapan specimen tes lasan fillet disyaratkan pada QW-202 harus sesuai dengan persyaratan QW (a).pada specimen tes tidak boleh terdapat retakan-retakan yang terlihat. Specimen tes dipotong melintang untuk memperoleh lima buah potongan masingmasing sepanjang kira-kira 50 mm. Selain terdiri dari pelat dan pelat, specimen tes las fillet dapat juga terdiri dari pelat dan pipa, atau pipa dan pipa,asal persyaratan dimensi pada QW (a) dan QW (d) dipenuhi.specimen tes ini harus dipotong melintang untuk memperoleh 4 buah potongan yang sama.kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi specimen-specimen ini harus sama dengan kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi specimen pelat dengan pelat. Uji las fillet berdasarkan API 1104 mempersyaratkan uji nick break spesimen harus dipotong sedikitnya 4 spesimen dari kupon tes. API 1104 tidak mempersyaratkan adanya pengujian makro etsa Uji Makro Satu permukaan dari masing-masing potongan melintang harus dihaluskan, dipoles dan dietsa dengan lerutan etsa yang cocok ( lihat QW- 470) untuk menunjukkan batas logam lasan dan HAZ dengan jelas. 4
10 Kriteria kelulusan uji makro berdasarkan ASME Hasil pemeriksaan visual dari penampang lasan dan HAZ harus menunjukkan fusi las yang sempurna dan bebas reatakan. Perbedaan panjang kaki-kaki lasan fillet tidak boleh lebih dari 3 mm Kriteria kelulusan uji nick break berdasarkan API 1104 Permukaan setiap spesimen harus menunjukkan: complete penetration dan complete fusion ukuran maksimum porositi 1,6 mm, area total porositi harus < 2% dari surface area lebar slag inclusion tidak lebih dari 0,8 mm dan panjang maksimum 3 mm atau setengah dari tebal nominal mana yang lebih kecil Kriteria kelulusan uji makro berdasarkan AWS D1.1 Spesimen uji ketika diinspeksi visual harus memenuhi persyaratan berikut ini: Untuk las alur PJP actual weld size harus specified weld size Las fillet harus fusi pada akar las Ukuran leg minimum harus sesuai dengan specified fillet weld size Las alur PJP dan las fillet tidak boleh ada cracks, antar layer atau antara layer dan base metal fusi secara sempurna dan tidak ada undercut melebihi 1 mm Uji Non Destruvtive Test (NDT) NDT Berdasarkan ASME IX dan API 1104 Uji tidak merusak pada kualifikasi WPS tidak disyaratkan lain halnya dengan kulaifikasi juru las atau operator las. Uji tidak merusak seperti seperti uji radiografi dan ultrasonik dapat dilakukan sebagai pengganti dari uji mekanik di dalam kualifikasi juru las atau operator las Berdasarkan AWS D1.1 Uji tidak merusak seperti uji radiografi atau uji ultrasonik pada kualifikasi WPS wajib dilakukan sebelum melakukan uji mekanik pada plate, pipa atau tube (Clause AWS D ). Pengujian radiografi dan ultrasonik harus dilakukan dengan mengacu pada Caluse 6 Part E atau F AWS D1.1. untuk tubular harus diuji mengacu pada Clause 6 Part C AWS D1.1. 5
11 Prosedur Uji Radiografi berdasarkan AWS D1.1 Clause 6 Part E Persyaratan yang disebutkan pada bagian ini khususnyauntuk pengujian radiografi pada las alur sambungan tumpul (butt joint) pada pelat kanal U, beam dan bar dengan menggunakan sumber X-Ray atau Gamma Ray. a) Sumber Radiasi (Source) Sumber radiasi yang diijinkan untuk digunakan dalam uji radiografi adalah mesin X- Ray dengan kapasitas maksimum 600 kv dan iridium 192. Cobalt 60 hanya bisa digunakan apabila ketebalan yang akan di uji melebihi 65 mm. Sumber radiasi lain bisa digunakan atas persetujuan Engineer. b) Teknik 1. Geometric Unsharpness Batasan dari geometric unsharpness mengacu pada ASME Section V Article 2 2. Source to Subject Distance Jarak sumber radiasi ke benda uji tidak boleh kurang dari panjang total film, batasan ini tidak berlaku untuk teknik exposure panoramik. Jarak sumber radiasi ke objek juga tidak boleh kurang dari 7 x tebal las plus reinforcement dan backing jika ada 3. Panjang Film Panjang film harus mencukupi dan harus diletakkan 12 mm dari tepi las 4. Overlap Film Las dengan panjang lebih dari 350 mm bisa di radiografi dengan cara overlap 5. Backscatter Untuk melihat adanya radiasi backscatter, maka simbol B yang terbuat dari Pb dengan tinggi 12 mm dan tebal 2 mm wajib diletakkan dibelakang pada setiap kaset film. Jika huruf B muncul pada film radiografi maka film resoot. c) Pemilihan IQI dan Peletakan IQI harus dipilih dan diletakkan pada las-lasan pada area of interest, tebal backing tidak diperhitungkan dalam pemilihan IQI 6
12 Tabel 1.1 Ukuran wire IQI Tabel 1.2 Persyaratan esensial wire IQI berdasarkan ketebalan 7
13 Tabel 1.3 Ketentuan jumlah IQI Gambar 1.1 Jumlah dan peletakan IQI untuk pelat sama ketebalan dan panjang las 250 mm 8
14 Gambar 1.2 Jumlah dan peletakan IQI untuk pelat sama ketebalan dan panjang las < 250 mm Gambar 1.3 Jumlah dan peletakan IQI untuk pelat beda ketebalan dan panjang las 250 mm 9
15 Gambar 1.4 Jumlah dan peletakan IQI untuk pelat beda ketebalan dan panjang las < 250 mm d) Kualitas Film Radiografi Semua film radiografi harus bebas dari mechanical, chemical atau pengabur lainnya yang dapat menghalangi atau membingungkan dengan citra diskontinyuitas pada area of interest di film radiografi, hal tersebut terdiri dari dan tidak terbatas pada: - Fogging - Cacat proses seperti streak, water mark dan noda kimia - Scratch, finger mark, crimps, dirtness, static mark, smudge dan tears - Detail yang buruk akibat kontak screen ke film buruk - Indikasi palsu e) Batasan Density Densitas pada daerah interest dan sekitar esensial IQI minimum 1,8 untuk X-Ray dan 2 untuk Gamma ray, densitas maksimum 4 untuk keduanya f) Tanda identifikasi Tanda identifikasi pada film radiografi dan tanda lokasi harus stampkan pada benda yang di radiografi dan semuanya harus muncul pada film radiografi. Informasi yang harus muncul pada film meliputi: Owner, inisial perusahaan RT, inisial fabrikator, nomor kontrak, tanggal dan keterangan jumlah repair jika ada 10
16 g) Teknik Exposure Single Wall Single View (SWSV) Sumber radiasi harus diletakkan di dalam pipa dan film pada luar pipa, exposure panoramik bisa dilakukan apabila persyaratan jarak sumber radiasi ke objek terpenuhi jika tidak maka minimum 3 exposure harus dilakukan, IQI dipilih dan diletakkan pada bagian source side dari pipa dan jika tidak memungkinkan maka diletakkan pada film side. Doube Wall Single View (DWSV) Saat akses atau kondisi secara geometris tidak memungkinkan untuk dilakukan SWSV maka sumber radiasi bisa diletakkan pada bagian luar pipa dan film diletakkan di sisi luar berlawanan dengan sumber. Minimum 3 exposure harus dilakukan, dengan meletakka IQI pada film side. Double Wall Double View (DWDV) Jika diameter luar pipa 3,5 in baik sisi sumber dan sisi film dari las-lasan harus diproyeksikan pada film. Sumber radiasi harus digeser dari pipa dengan jarak minimum 7 x diameter luar pipa. Sinar radiasi harus digeser dari center line las-lasan dengan sudut yang mencukupi untuk memisahkan citra las bagian yang dekat dengan sumber dan bagian yang dekat dengan film, besarnya pergeseran ini biasanya 1/5 x jarak sumber ke film + 2 x lebar las. Jumlah exposure minimum adalah 2 x yaitu pada 0 o dan 90 o. pipa dengan diameter luar 3,5 in bisa juga diradiografi dengan teknik superimpos dengan minimum 3 x exposure pada setiap 60 o. Kriteria Kelulusan Uji Radiografi AWS D NON TUBULAR PEMBEBANAN STATIS DAN TUBULAR BEBAN STATIS DAN DINAMIS 1. Crack REPAIR 2. Elongated (Lihat Gambar 1.5) a) Panjang maksimum 2/3 X E (E = tebal material) b) Spasi minimum 2E atau 3 X panjang elongated discontinuity (pilih mana yang terbesar) 3. Rounded a) Ukuran < 2.5 mm diabaikan b) E 50 mm ukuran maksimum = E/3, maksimum 6 mm 11
17 c) E > 50 mm ukuran maksimum 10 mm d) Spasi minimum 3 L (L = panjang terbesar dari discontinuity yang diamati) Spasi minimum adalah spasi antara: Rounded terhadap rounded Rounded terhadapa elongated Rounded terhadap free edge Rounded terhadap weld intersection 4. Cluster a) Ukuran maksimum 2/3 X E b) Spasi minimum 3L (panjang terbesar dari discontinuity yang diamati) Spasi minimum adalah spasi antara: Cluster terhadap Cluster, Cluster terhadap rounded, Cluster terhadap elongated Cluster terhadap free edge, Cluster terhadap weld intersection 4. Discontinuity < 2.5 mm (bisa rounded atau elongated) jumlah total maksimum 2/3E atau 10 mm pilih mana yang terkecil di sepanjang 25 mm las-lasan. 5. In-Line Discontinuity jika persyaratan 1), 2), 3), 4) dan 5) diatas semuanya terpenuhi maka dijumlahkan secara total sepanjang 6 E las-lasan, jumlah total maksimum = E Jika panjang las kurang dari 6E berlaku pengurangan jumlah secara proporsional Pemilihan panjang 6E dipilih pada daerah interest yang paling rawan atau banyak indikasinya 12
18 Gambar 1.5 Kriteria kelulusan untuk nontubular beban statis dan tubular beban statis dan beban dinamis NON TUBULAR PEMBEBANAN DINAMIS TEGANGAN TARIK 1. Crack REPAIR 2. Elongated dan Rounded a) Panjang maksimum E /3 atau lihat Gambar 1.6 (E = tebal material) b) Spasi minimum lihat gambar Cluster a) Ukuran maksimum E/3 (Lihat Gambar 1.6) b) Spasi minimum 3 L (L = panjang terbesar dari discontinuity yang diamati) Spasi minimum adalah spasi antara: Cluster terhadap Cluster, Cluster terhadap rounded, Cluster terhadap elongated Cluster terhadap free edge, Cluster terhadap weld intersection 4. Discontinuity < 2.5 mm Jumlah total maksimum 2/3 X E atau 10 mm (plih yang lebih kecil) sepanjang 25 mm las-lasan 5. In-Line Discontinuity Jika persyaratan 1), 2), 3) dan 4) diatas semuanya terpenuhi maka dijumlahkan secara total sepanjang 6 E las-lasan maksimum = E. Penentuan panjang 6E dipilih pada daerah interest yang paling rawan atau banyak indikasinya 13
19 6. Discontinuity < 2 mm Jumlah total maksimum = 10 mm sepanjang 25 mm las-lasan Gambar 1.6 Kriteria kelulusan untuk nontubular beban dinamis tegangan tarik NON TUBULAR PEMBEBANAN DINAMIS TEGANGAN TEKAN 1. Crack REPAIR 2. Elongated dan Rounded a) Panjang maksimum lihat gambar 1.7 b) Spasi minimum lihat gambar 1.7 c) Gambar 1.7 note a) Jarak dari tepi plat 0 mm 6 mm, panjang maksimum yang diperbolehkan < 3 mm Jarak dari tepi plat 6 mm 16 mm, panjang maksimum yang diperbolehkan 3 mm Jarak dari tepi plat 0 mm 16 mm, panjang total maksimum discontinuity yang ukurannya < 3 mm = 5 mm Discontinuity yang ukurannya antara 2 mm - < 3 mm boleh berada pada lokasi lain di las-lasan, kecuali apabila mereka terpisah pada jarak < 2L maka harus diukur sebagai satu kesatuan panjang (panjang kedua discontinuity dan spasi dijumlahkan) 14
20 3. Cluster a) Lihat gambar 1.7 b) Spasi minimum 3L (panjang terbesar dari discontinuity yang diamati) Spasi antara cluster terhadap cluster, cluster terhadap rounded, cluster terhadap elongated, cluster terhadap free edge, cluster terhadap weld intersection. 4. Discontinuity < 2.5 mm jumlah total maksimum 2/3 X E atau 10 mm (pilih yang terkecil), sepanjang 25 mm las-lasan 5. In-Line Discontinuity Jika persyaratan 1), 2), 3) dan 4) di atas semuanya terpenuhi, maka dijumlahkan secara total sepanjang 6E las-lasan, maksimum = E, jika panjang las kurang dari 6E berlaku pengurangan secara proporsional. Penentuan panjang 6E dipilih pada daerah interest yang paling rawan atau banyak indikasinya. 6. Discontinuity < 2 mm, jumlah total maksimum 10 mm sepanjang 25 mm las-lasan Gambar 1.7 Kriteria kelulusan untuk nontubular beban dinamis tegangan tekan 15
21 BAB 2 KUALIFIKASI PROSEDUR LAS Dalam bidang pengelasan sangat penting untuk mengetahui bahwa welder (juru las) dan welding operator (operator mesin las) memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk menghasilkan sambungan las yang berkualitas. Untuk itu diperlukan suatu metoda yang menjamin bahwa sambungan las yang dibuat pada tempat yang berbeda dengan jenis peralatan yang sama akan memiliki kualitas yang sama. Ingat bahwa quality is measurable conformance to specification. Untuk memenuhi persyaratan tersebut bermacam-macam badan membuat codes dan standards. Diharapkan dengan informasi-informasi tertulis tersebut welder dan welding operator di seluruh dunia mampu membuat sambungan las dengan tingkat keselamatan, kekuatan dan keandalan yang sama. 2.1 Welding Procedure Specification (WPS) Welding procedure specification (WPS) adalah prosedur las tertulis yang sudah terkualifikasi yang disiapkan untuk memberi petunjuk pengelasan sesuai persyaratan code, standard atau standard konstruksi lainnya. WPS harus digunakan untuk memberi petunjuk kepada juru las atau operator las untuk meyakinkan pemenuhan persyaratan code atau standard. WPS harus menjelaskan semua variabel esensial, non esensial dan esensial suplementer (jika disyaratkan) untuk setiap proses yang dipakai dalam WPS, variabel-variabel ini dicantumkan dalam sub bab berikutnya Untuk menyesuaikan dengan persyaratan produksi variabel nonesensial pada WPS boleh diubah tanpa kualifikasi ulang tetapi perubahan itu harus didokumentasikan dengan mempertimbangkan variabel lainnya untuk setiap proses, perubahan ini harus dengan amandemen pada WPS atau mengunakan WPS baru. Perubahan pada variabel esensial dan esensial suplementer diperlukan kualifikasi ulang WPS (PQR baru atau PQR tambahan untuk menunjang perubahan dalam variabel esensial atau variabel esensial suplementer). Keterangan yang diperlukan dalam WPS bisa dalam sembarang format, tertulis atau dalam bentuk tabel menyesuaikan dengan kebutuhan manufakturer atau kontraktor selama setiap variabel esensial, nonesensial dan esensial suplementer dicantumkan dala WPS tersebut. WPS yang digunakan untuk pengelasan produksi menurut standard harus tersedia sebagai referensi dan untuk ditelaah oleh inspektur las berwenang di tempat fabrikasi. 16
22 2.2 Procedur Qualification Record (PQR) Procedure Qualification Recerd (PQR) adalah rekaman data pengelasan dan variabelvariabel yang digunakan untuk mengelas kupon tes, PQR juga berisi hasil pengujian DT atau NDT) dari spesimen. Variabel yang direkam biasanya berada dalam batas jangkauan mendekati dari variabel aktual yang akan digunakan dalam pengelasan produksi. PQR yang lengkap harus mendokumentasika semua variabel esensial dan esensial suplementer untuk setipa proses las yang digunakan pada waktu pengelasan kupon tes. Variabel non esensial harus direkan apabila dikehendaki oleh manufakturer atau kontraktor. Semua variabel haruslah merupakan variabel aktual (termasuk batas jangkaunya) yang digunakan watku pengelasan kupon tes. Manufakturer atau kontraktor harus menjamin sepenuhnya bahwa PQR tidak boleh disubkontrakkan pelaksanaannya maksud dari hal ini adalah sebagai jaminan dan verifikasi manufakturer atau kontraktor bahwa keterangan dalam PQR merupakan rekaman sesungguhnya dari variabel yang digunakan selama pengelasan kupon tesdan menjamin bahwa hasil uji tarik, uji bending dll memenuhi standard. Perubahan pada PQR tidak diijinkan kecuali hanya melakukan koreksi editorial atau adenda pada PQR. Contoh koreksi editorial adalah mengubah P No, F No dan A No yang salah, yang telah ditentukan untuk bahan dasar atau logam pengisi tertentu. Contoh adenda adalah perubahan yang disebabkan oleh perubahan standard, misal standard ini menentukan F No baru untuk bahan pengisi atau mengadopsi bahan pengisi baru dengan F No yang telah ditentukan. Keterangan yang diperlukan dalam PQR bisa dalam sembarang format, tertulis atau dalam bentuk tabel menyesuaikan dengan kebutuhan manufakturer atau kontraktor selama setiap variabel esensial, nonesensial dan esensial suplementer dicantumkan dala PQR tersebut. Jenis pengujian, jumlah pengujian dan hasilnya harus dicantumkan dalam PQR. Jika diminta PQR yang digunakan untuk menunjang WPS harus tersedia untuk ditelaan oleh ispektur las yang berwenang. PQR tidak perlu disediakan untuk juru las atau operator las. Beberapa WPS dapat dibuat berdasarkan data pada PQR tunggal, misalnya PQR 1G pelat dapat menunjang WPS untuk posisi datar, horizontal, vertikal dan overhead. Pada plat atau pipa didalam batas variable esensial lain. Suatu WPS tunggal bisa mencakup beberapa perubahan variabel esensial asalkan ada PQR penunjang untuk setiap variabel esensial dan esensial suplementer tersebut, misalnya suatu WPS tunggal bisa mencakup batas jangkau ketebalan dari 1,6 mm sd 31,7 mm bila PQR direncanakan untuk batasjangkau 1,6 mm sd 31,7 mm dan 4,7 mm sd 31,7 mm. 17
23 2.3 Variabel WPS Variabel-variabel yang terdapat dalam WPS terdiri dari variabel esensial, variabel nonesensial dan variabel esensial suplementer. Perubahan pada variabel esensial dan esesnsial suplementer mewajibkan adanya kualifikasi ulang terhadap WPS, sedangkan perubahan pada variabel nonesensial tidak mengharuskan adanya kualifikasi ulang akan tetapi harus didokumentasikan atau dengan mengamandemen WPS Variabel WPS berdasarkan ASME Section IX Tabel 2.1 Variabel proses OFW 18
24 Tabel 2.2 Variabel proses SMAW 19
25 Tabel 2.3 Variabel proses SAW 20
26 Tabel 2.3 Variabel proses SAW (Lanjutan) 21
27 Tabel 2.4 Variabel proses GMAW dan FCAW 22
28 Tabel 2.4 Variabel proses GMAW dan FCAW (Lanjutan) 23
29 Tabel 2.5 Variabel proses GTAW 24
30 Tabel 2.5 Variabel proses GTAW (Lanjutan) 25
31 2.3.2 Variabel WPS berdasarkan AWS D1.1 Tabel 2.6 Variabel esensial untuk proses SMAW SAW GMAW FCAW dan GTAW 26
32 Tabel 2.6 Variabel esensial untuk proses SMAW SAW GMAW FCAW dan GTAW (Lanjutan) 27
33 Tabel 2.6 Variabel esensial untuk proses SMAW SAW GMAW FCAW dan GTAW (Lanjutan) 28
34 Tabel 2.7 Variabel esensial suplementari untuk proses SMAW SAW GMAW FCAW dan GTAW 29
35 2.5 Batasan Kualifikasi (Range Qualification) Batasan kualifikasi berdasarkan ASME Section IX Tabel 2.8 Batasan ketebalan dan jumlah pengujian 30
36 Tabel 2.9 Range qualificaton las fillet Tabel 2.10 Las fillet dapat dikualifikasi oleh las alur Batasan kualifikasi berdasarkan AWS D1.1 Tabel 2.10 Batasan kualifikasi berdasarkan posisi 31
37 Tabel 2.11 Batasan kualifikasi las alur penetrasi penuh berdasarkan ketebalan dan jumlah spesimen uji 32
38 Tabel 2.12 Batasan kualifikasi las alur penetrasi parsial berdasarkan ketebalan dan jumlah spesimen uji Tabel 2.13 Batasan kualifikasi las fillet berdasarkan ketebalan dan jumlah spesimen uji 33
39 2.5 Pengujian Kupon Test Pengujian WPS berdasarkan ASME Section IX Las fillet Kualifikasi las fillet dapat dilakukan dengan dua jenis yaitu las fillet pada plat dan bisa juga dilakukan dengan las fillet pada pipa. Las fillet pada pelat ketentuannya dapat dilihat pada Gambar 2.1 dengan ketentuan jumlah spesimen makro etsa 5 spesimen sedangkan las fillet pada pipa dapat dilihat pada Gambar 2.2. dengan ketentuan jumlah spesimen makro etsa 4 spesimen. Gambar 2.1 Las fillet pada pelat berdasarkan ASME 34
40 Gambar 2.2 Las fillet pada pipa berdasarkan ASME Las alur pelat Lokasi pengambilan spesimen uji pada kupon tes dalam kualifikasi las alur pada pelat mengikuti ketentuan pada Gambar 2.3. untuk material dengan ketebalan antara 10 mm sd tebal < 19 mm face bend dan root bend dapat digantikan dengan side bend. Gambar 2.3 Las alur pelat berdasarkan ASME 35
41 Las alur pipa Lokasi pengambilan spesimen uji pada kupon tes dalam kualifikasi las alur pada pipa mengikuti ketentuan pada Gambar 2.4. untuk pipa dengan ketebalan lebih dari 10 mm face bend dan root bend dapat digantikan dengan side bend. Gambar 2.4 Las alur pipa berdasarkan ASME 36
42 2.5.2 Pengujian WPS berdasarkan AWS D Las fillet Gambar 2.5 Ketentuan kualifikasi prosedur las fillet berdasarkan AWS D1.1 37
43 Las alur pelat Gambar 2.6 Ketentuan kualifikasi prosedur las alur pelat ketebalan lebih dari 10 mm berdasarkan AWS D1.1 38
44 Gambar 2.7 Ketentuan kualifikasi prosedur las alur pelat ketebalan 10 mm berdasarkan AWS D1.1 39
45 2.5.3 Pengujian WPS berdasarkan API 1104 Tabel 2.14 Jenis dan jumlah pengujian WPS 40
46 Gambar 2.8 Lokasi pengambilan spesimen uji berdasarkan API
47 2.6 Dimensi Spesimen Uji Mekanik Spesimen uji mekanik berdasarkan ASME Uji tarik Gambar 2.9 Dimensi uji tarik pada pelat Gambar 2.10 Dimensi uji tarik pada pipa 42
48 Jika tidak memungkinkan membuat spesimen uji tarik pada pipa dengan demensi seperti pada Gambar 2.9 dikarenakan diameter pipa terlalu kecil dan tidak mencukupi untuk memenuhi ketentuan jumlah spesimen uji maka dimensi uji tarik dapat dibuat dengan dimensi alternatif seperti pada Gambar Gambar 2.11 Dimensi alternatif uji tarik pada pipa 43
49 Uji bending Gambar 2.12 Dimensi uji side bend 44
50 Gambar 2.13 Dimensi uji transversal face and root bend 45
51 2.6.2 Spesimen uji mekanik berdasarkan AWS D Uji tarik Gambar 2.14 Dimensi uji tarik pelat dan pipa 46
52 Uji bending Gambar 2.15 Dimensi uji longitudinal and transversal face and root bend 47
53 Gambar 2.16 Dimensi uji transversal side bend 48
54 Uji impak (CVN Test) Ketentuan lokasi pengambilan spesimen uji impak pada AWS D1.1 dapar dilihat pada Gambar di bawan ini, sedangkan dimensi spesimen ujinya mengacu pada ASTM E23 seperti pada Gambar 2.18 Gambar 2.17 Lokasi pengambilan spesimen uji impak 49
55 Gambar 2.18 Dimensi uji impak berdasarkan ASTM E23 Tabel 2.15 Persyaratan kelulusan uji impak berdasarkan AWS D1.1 50
56 Jika spesimen uji impak memiliki lebar kurang dari 80% dari ketebalan kupon tes maka temperatur pengujian impak harus dikurangi sesuai dengan ketentuan pada Tabel 2.16 Tabel 2.16 Koreksi temperatur uji impak berdasarkan AWS D Spesimen uji mekanik berdasarkan API Uji tarik Gambar 2.19 Dimensi uji tarik 51
57 Uji nick break Gambar 2.20 Dimensi uji nick break pada las tumpul 52
58 Gambar 2.21 Dimensi uji nick break pada las fillet 53
59 Uji bending Gambar 2.22 Dimensi uji face dan root bend untuk tebal 12,7 mm Gambar 2.23 Dimensi uji side bend untuk tebal > 12,7 mm 54
60 LAMPIRAN 1 ESTIMASI KEBUTUHAN BAHAN DAN PERALATAN BAHAN HABIS Nama bahan Kebutuhan per kelompok Kebutuhan per kelas TOTAL Pelat tebal 6 mm 300 x 300 mm 6 x 300 x 300 mm mm 2 Pelat tebal 10 mm 300 x 300 mm 6 x 300 x 300 mm mm 2 Pipa diameter 6 inchi 350 mm 6 x 350 mm 2100 mm 2 Elektroda E 7016 diameter 2,6 mm 2 kg 6 x 2 kg 12 kg Elektroda E 7018 diameter 3,2 mm 2 kg 6 x 2 kg 12 kg Filler Metal ER 70S-6 2 kg 6 x 2 kg 12 kg Gas Acetylene - 1 tabung 1 tabung Oksigen - 1 Tabung 1 Tabung CO2-1 Tabung 1 Tabung Batu Gerinda tipis 2 pcs 6 x 2 pcs 12 pcs Batu Gerinda Tebal 1 pcs 6 x 1 pcs 6 pcs Batu Gerinda Sponge 1 pcs 6 x 1 pcs 6 pcs Alkohol - 5 Liter 5 Liter HNO3-0,5 Liter 0,5 Liter HCL - 0,5 Liter 0,5 Liter Kertas gosok grid x 6 6 Kertas gosok grid x 6 12 Kertas gosok grid x 6 12 Kertas gosok grid x 6 12 Kertas gosok grid x 6 12 Film AGFA D7 4x10 in - 1 pack 1 pack Film AGFA D7 4x15 in - 1 pack 1 pack Developer radiografi - 2 pack 2 pack Fixer radiografi - 2 pack 2 pack Lakban - 2 roll 2 roll 55
61 Couplant/grease - 1 kg 1 kg Tissue 1 roll 6 x 1 roll 6 roll MPI Ink/wet particle - 1 kaleng 1 kaleng WCP - 1 kaleng 1 kaleng Liquid penetrant - 2 kaleng 2 kaleng Developer penetrant - 1 kaleng 1 kaleng Cleaner/remover - 3 kaleng 3 kaleng Kain lap 1 karung 1 karung PERALATAN Nama alat Kebutuhan per kelompok Kebutuhan per kelas TOTAL Tang Ampere Stop watch 1 1 x 6 6 Welding gauge 1 1 x 6 6 Infrared termometer Gerinda tangan Steel wire brush 1 1 x 6 6 Mirror inspection 1 1 x 6 6 Senter 1 1 x 6 6 Steel ruler 1 1 x 6 6 Kaca pembesar 1 1 x 6 6 Yoke 2 2 Weight block Flaw shims indicator Light meter Desk lamp Lead letter - 1 set 1 set Viewer Densitometer Step wedge calibration film Wire IQI (image quality indicator) 4 set (set A, B, C, D) 4 set 56
62 LAMPIRAN 2 SIFAT MEKANIK DAN KOMPOSISI KIMIA MATERIAL SA 36 SPECIFICATION FOR CARBON STRUCTURAL STEEL Tabel L2.1 Komposisi kimia SA 36 Tabel L2.2 Sifat mekanik SA 36 57
63 LAMPIRAN 3 SIFAT MEKANIK DAN KOMPOSISI KIMIA MATERIAL SA 53 SPECIFICATION FOR PIPE, STEEL, BLACK AND HOT-DIPPED, ZINC-COATED, WELDED AND SEAMLESS Tabel L3.1 Komposisi kimia SA 53 Tabel L3.2 Komposisi kimia SA 53 58
64 LAMPIRAN 4 SIFAT MEKANIK DAN KOMPOSISI KIMIA MATERIAL SA 106 SPECIFICATION FOR SEAMLESS CARBON STEEL PIPE FOR HIGH-TEMPERATURE SERVICE Tabel L4.1 Komposisi kimia SA106 Tabel L4.2 Sifat mekanik SA106 59
65 LAMPIRAN 5 FORMAT WPS PQR ASME 60
66 61
67 62
68 63
69 LAMPIRAN 6 FORMAT WPS PQR AWS D1.1 64
70 65
71 LAMPIRAN 7 FORMAT WPS PQR API
72 67
73 DAFTAR PUSTAKA ASME Committee (2013), Welding and Brazing Qualification, American Society of Mechanical Engineers, New York. AWS D1.1. (2015), Stuctural Welding Code-Steel, 23 rd edition, American Welding Society., Miami. API 1104 (2005), Welding of Pipeline and Related Facilities, 20 th edition, American Petroleum Institute., 1220 L Street, N.W., Washington, D.C ASTM E23 (2007), Standard Methods for Notched Bar Impact Testing of Metallic Materials, 68
PENGUJIAN MEKANIK PADA KUALIFIKASI WPS/PQR SMAW WELDING PIPA API 5L X42 BERDASARKAN API 1104
PENGUJIAN MEKANIK PADA KUALIFIKASI WPS/PQR SMAW WELDING PIPA API 5L X42 BERDASARKAN API 1104 Oleh : Ikhsan Kholis* ) ABSTRAK Kualifikasi prosedur pengelasan (Welding Procedure Specifiction/WPS) disiapkan
Lebih terperinciKUALIFIKASI WELDING PROCEDURE SPECIFICATION (WPS) DAN JURU LAS (WELDER) BERDASARKAN ASME SECTION IX DI INDUSTRI MIGAS
KUALIFIKASI WELDING PROCEDURE SPECIFICATION (WPS) DAN JURU LAS (WELDER) BERDASARKAN ASME SECTION IX DI INDUSTRI MIGAS Ikhsan Kholis *) ABSTRAK Untuk peningkatan kompetensi seorang Inspektur Migas atau
Lebih terperinciRANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. *
RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA Riswanda 1*, Lenny Iryani 2 1,2 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Bandung, Bandung 40012 *E-mail
Lebih terperinciBAB IV ANALISA HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN
IV-1 BAB IV ANALISA HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN Prosedur pengujian kualifikasi reparasi pengelasan pada proses pembuatan pipa dilakukan berdasarkan kriteria penerimaan dalam API 5L edisi ke 43 tahun
Lebih terperinciRADIOGRAFI PADA LAS MANHOLE BEJANA TEKAN. Djoli Soembogo Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi-BATAN ABSTRAK ABSTRACT
Majalah Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi ISSN 2087-5665 BETA GAMMA TAHUN 2014 Vol. 5 No. 1 Februari 2014 RADIOGRAFI PADA LAS MANHOLE BEJANA TEKAN Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi-BATAN Email : djoli@batan.go.id
Lebih terperinciPengaruh Diameter Pin Terhadap Kekuatan dan Kualitas Joint Line Pada Proses Friction Wtir Welding Aluminium Seri 5083 Untuk Pre Fabrication
Pengaruh Diameter Pin Terhadap Kekuatan dan Kualitas Joint Line Pada Proses Friction Wtir Welding Aluminium Seri 5083 Untuk Pre Fabrication Panel Bangunan Atas Kapal 4108 100 066 Jurusan Teknik Perkapalan
Lebih terperinciAnalisa Perbandingan Kualitas Hasil Pengelasan Dan Struktur Mikro Material Aluminium 5083 Dan 6082 Menggunakan Metode Pengelasan GMAW Dan GTAW
TUG AS AK HIR Analisa Perbandingan Kualitas Hasil Pengelasan Dan Struktur Mikro Material Aluminium 5083 Dan 6082 Menggunakan Metode Pengelasan GMAW Dan GTAW DIS US UN OLEH : AC HMAD VENDY NAFIYANTO 4104.100.013
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN MECHANICAL TEST.
BAB IV PENGUJIAN MECHANICAL TEST. Pada pengujian mechanical test hasil pengelasan sesuai dengan WPS No. 003- WPS-ASME-MMF-2010 dilakukan di Laboratory of Mechanical Testing PT. Hi-Test di Bumi Serpong
Lebih terperinciTugas Akhir. Studi Corrosion Fatigue Pada Sambungan Las SMAW Baja API 5L Grade X65 Dengan Variasi Waktu Pencelupan Dalam Larutan HCl
Tugas Akhir Studi Corrosion Fatigue Pada Sambungan Las SMAW Baja API 5L Grade X65 Dengan Variasi Waktu Pencelupan Dalam Larutan HCl Oleh : Wishnu Wardhana 4305 100 024 Dosen Pembimbing: Murdjito, M.Sc.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:
III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut: 1. Pembuatan kampuh dan proses pengelasan dilakukan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung, 2.
Lebih terperinciJOB SHEET DAN LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PRAKTIKUM METALURGI LAS
JOB SHEET DAN LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PRAKTIKUM METALURGI LAS PENYUSUN : HERI WIBOWO, MT. PENYUSUN LAPORAN : NAMA... NIM... KELOMPOK/ KELAS... JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI
Lebih terperinciKAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN
1829-8370 (p) 2301-9069 (e) http://ejournal.undip.ac.id/index.php/kapal KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN Pengujian Tarik Dan Impak Pada Pengerjaan Pengelasan SMAW Dengan Mesin Genset
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. Oleh : Winda Afrilia Rachmadani Dosen Pembimbing: Dr. Ir. H. C. Kis Agustin, DEA
TUGAS AKHIR METODE PERBAIKAN PADA SILENCING SKIN DARI EXHAUST CONE PESAWAT AIR BUS 320 DENGAN PENAMBAHAN DOUBLER BERBENTUK PERFORATED DAN SOLID MENGGUNAKAN TEKNIK PENGELASAN GTAW Oleh : Winda Afrilia Rachmadani
Lebih terperinciBAB III PENELITIAN DAN ANALISA
BAB III PENELITIAN DAN ANALISA 3.1 Dimensi Benda Uji Spesifikasi benda uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Benda uji dibuat dengan ukuran Diameter pipa x Panjang (12 x 1350
Lebih terperinciAnalisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-73 Analisis Perbandingan Pelat ASTM A36 antara di Udara Terbuka dan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat Yanek Fathur Rahman,
Lebih terperinciPENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA
PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA Pudin Saragih 1 Abstrak. Kekuatan sambungan las sangat sulit ditentukan secara perhitungan teoritis meskipun berbagai
Lebih terperinciPERHITUNGAN SPESIFIKASI PENYAMBUNGAN PIPA GAS DAN INSTALASI PIPELINE GAS PADA PIPELINE PROJECT BOJONEGARA - CIKANDE
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PENYAMBUNGAN PIPA GAS DAN INSTALASI PIPELINE GAS PADA PIPELINE PROJECT BOJONEGARA - CIKANDE Oleh Nama : Roby Pratomo NPM : 26409806 Fakultas : Teknologi Industri Jurusan : Teknik
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material. Pada skripsi ini menggunakan dua jenis main material yang berbeda atau main material yang berbeda karakteristik dam komposisi kimianya antara Low Carbon steel ( SA 516
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW
PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW Azwinur 1, Saifuddin A. Jalil 2, Asmaul Husna 3 1,2,3 Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
III-1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pengumpulan Data Proses pengambilan data pada proses pembuatan WPS Repair dijelaskan dalam diagram proses dibawah ini : Studi Literatur Menyusun draft prosedur
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Mulai Studi literature dan pengumpulan bahan Pengolahan dan analisa Mempersiapkan Alat dan Bahan Prosedur pengujian Non Destructive Test Pengujian
Lebih terperinciANALISA PENGARUH LUASAN SCRATCH PERMUKAAN TERHADAP LAJU KOROSI PADA PELAT BAJA A36 DENGAN VARIASI SISTEM PENGELASAN
ANALISA PENGARUH LUASAN SCRATCH PERMUKAAN TERHADAP LAJU KOROSI PADA PELAT BAJA A36 DENGAN VARIASI SISTEM PENGELASAN Disusun oleh : Fedriansyah Priyantoro Dosen Pembimbing : Ir. Budie Santosa, M.T. Ir.
Lebih terperinciBAB IV ANALISA HASIL PENGUJIAN
BAB IV ANALISA HASIL PENGUJIAN 4.1 Hasil pengujian Berdasarkan penelitian dan inspeksi dilapangan yang telah dilaksanakan sesuai dengan standar prosedur pengerjaan Nondestructive Test. Pengujian ini dilakukan
Lebih terperinciOleh : Nurcahyo Irawan Priambodo Dosen Pembimbing : Ir.Soeweify M.eng
Oleh : Nurcahyo Irawan Priambodo 4104.100.024 Dosen Pembimbing : Ir.Soeweify M.eng Latar Belakang CuNiFe merupakan material yang banyak diaplikaskan dalam dunia maritim sebagai bahan yang baik ketahanannya
Lebih terperinciPelaksanaan Uji Tarik
Pelaksanaan Uji Tarik Hasil Uji Tarik Repair 3x No. Code Materi al C.S.A (mm 2 ) Tensile Test Results F ult (kn) σ ult (Kgf/mm 2 ) Remark 1. 4.1.1 284.39 145.5 52.17 Break at WM 2. 4.1.2 281.36 144.5 52.37
Lebih terperinciAnalisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan
Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan Imam Basori Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin Jl. Rawamangun Muka,
Lebih terperinciPENGARUH MAGNET EXTERNAL TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PENGELASAN BAJA SS 41 DAN BAJA AH 36
PENGARUH MAGNET EXTERNAL TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PENGELASAN BAJA SS 41 DAN BAJA AH 36 Deddy S. Utomo*, Mohammad Nurul Misbah, ST, MT** * Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan ** Staf Pengajar Jurusan
Lebih terperinciPERENCANAAN PENGELASAN UPPER DRUM KAPASITAS 3500 KG/JAM DENGAN TEKANAN 33 KG/CM² TUGAS AKHIR
PERENCANAAN PENGELASAN UPPER DRUM KAPASITAS 3500 KG/JAM DENGAN TEKANAN 33 KG/CM² TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Lebih terperinciJURNAL KAJIAN TEKNIK MESIN
Vol.2 No.2 JURNAL KAJIAN TEKNIK MESIN E - ISSN 2502-8430 RANCANG BANGUN MESIN PENGOLAHAN SAMPAH PLASTIK HIGH DENSITY POLYETHELENE MENJADI BAHAN BAKAR MENGGUNAKAN PROSES PIROLISIS (Ahmad Lubi 1, La Ode
Lebih terperinciAnalisa Hasil Pengelasan SMAW 3G Butt Joint Menggunakan Non Destructive Test Penetrant Testing (NDT-PT) Berdasarkan Standar ASME
Analisa Hasil Pengelasan SMAW 3G Butt Joint Menggunakan Non Destructive Test Penetrant Testing (NDT-PT) Berdasarkan Standar ASME Tito Endramawan 1, Emin Haris 2, Felix Dionisius 3, Yuliana Prika 4 1,2,3,4
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak dapat dipisahkan dari pengelasan karena mempunyai peranan penting dalam rekayasa dan reparasi logam.
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L
EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 13 No. 1 Januari 2017; 10-14 STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L Ojo Kurdi Departement Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciANALISA KEKUATAN TARIK PENYAMBUNGAN PELAT DENGAN KETEBALAN BERBEDA PADA TYPE SAMBUNGAN BUTT JOINT
ANALISA KEKUATAN TARIK PENYAMBUNGAN PELAT DENGAN KETEBALAN BERBEDA PADA TYPE SAMBUNGAN BUTT JOINT Ahmad Fauzan Zakki, Sarjito Jokosisworo Program Studi Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Lebih terperinciHasil Radiography. Isolated Slag Inclusion (ISI)
Hasil Radiography Isolated Slag Inclusion (ISI) Hasil Pengujian NDT Pada proses magnetic particle inspection tersebut menunjukkan bahwa pada spesimen fillet weld joint (spesimen 01 hingga spesimen 14)
Lebih terperinciANALISA PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP HASIL LAS GMAW
ANALISA PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP HASIL LAS GMAW Suryono Adi Waluyo 1 1 adalah Dosen Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun Abstract Welding process using Gas Metal Arc Welding ( GMAW ) with varied
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI SUHU PREHEAT TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL SA 516 GRADE 70 YANG DISAMBUNG DENGAN METODE PENGELASAN SMAW
Abstrak PENGARUH VARIASI SUHU PREHEAT TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL SA 516 GRADE 70 YANG DISAMBUNG DENGAN METODE PENGELASAN SMAW Gathot DW1*, Nur H 2* Budi LS 3*,Abdillah GB 4* Prodi D-3 Teknik Mesin
Lebih terperinciIntegrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Sambungan Las.
Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303 SKS : 3 SKS Sambungan Las Pertemuan 9, 10 TIU : Mahasiswa dapat merencanakan kekuatan elemen struktur baja beserta alat sambungnya TIK : Mahasiswa
Lebih terperinciDASAR-DASAR PENGELASAN
DASAR-DASAR PENGELASAN Pengelasan adalah proses penyambungan material dengan menggunakan energi panas sehingga menjadi satu dengan atau tanpa tekanan. Pengelasan dapat dilakukan dengan : - pemanasan tanpa
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. 2. Badan Latihan Kerja (BLK) Bandar Lampung sebagai tempat pengelasan
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di : 1. STM 2 Mei Bandar Lampung sebagai tempat pembuatan kampuh las dan pembentukan spesimen. 2. Badan Latihan Kerja (BLK) Bandar
Lebih terperinciOleh: Agung Mustofa ( ) Muhammad Hisyam ( )
Oleh: Agung Mustofa (6207030006) Muhammad Hisyam (6207030022) JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 Latar Belakang Penggunaan
Lebih terperinciPersentasi Tugas Akhir
Persentasi Tugas Akhir OLEH: MUHAMMAD RENDRA ROSMAWAN 2107 030 007 Pembimbing : Ir. Hari Subiyanto,MSc Program Studi Diploma III Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak dapat dipisahkan dari pengelasan, karena mempunyai peranan penting dalam rekayasa dan reparasi logam.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengelasan berperan sangat penting dalam proses produksi, instalasi,
I - 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Pengelasan berperan sangat penting dalam proses produksi, instalasi, perawatan dan perbaikan konstruksi baja. Pengelasan atau welding merupakan bidang keahlian
Lebih terperinciAlasan pengujian. Jenis Pengujian merusak (destructive test) pada las. Pengujian merusak (DT) pada las 08/01/2012
08/01/2012 MATERI KE II Pengujian merusak (DT) pada las Pengujian g j merusak (Destructive Test) dibagi dalam 2 bagian: Pengujian di bengkel las. Pengujian skala laboratorium. penyusun: Heri Wibowo, MT
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses pengelasan merupakan proses penyambungan dua potong logam dengan pemanasan sampai keadaan plastis atau cair, dengan atau tanpa tekanan. Perlu diketahui bahwa ada
Lebih terperinciTEKNIK PENGELASAN KAPAL JILID 2
Hery Sunaryo TEKNIK PENGELASAN KAPAL JILID 2 SMK Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Hak Cipta pada
Lebih terperinciPengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah
Pengaruh Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah Yusril Irwan Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Jl. PKH. Mustafa No. 23. Bandung 4124 Yusril@itenas.ac.id,
Lebih terperinciLAPORAN RESMI RADIOGRAFI TEST. Disusun Oleh : Akhmad Haris Zulkhamdi
LAPORAN RESMI RADIOGRAFI TEST Disusun Oleh : Akhmad Haris Zulkhamdi 6207030002 PRODI BANGUNAN KAPAL JURUSAN TEKNIK BANGUNA KAPAL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Lebih terperinciSimbol Pengelasan TEKNIK LAS BAB 2 SIMBOL PENGELASAN
BAB 2 SIMBOL PENGELASAN Proses pengelasan merupakan proses penyambungan / pengabungan dua atau lebih bahan logam dengan menggunakan tekanan, panas, nyala atau busur listrik. Pada proses pengelasan, logam
Lebih terperinciDiajukan guna melengkapi sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu ( S1 ) Di Susun oleh : : Hendry Purwanto NIM :
TUGAS AKHIR ANALISA PENGELASAN BEDA MATERIAL STAINLESS STEEL ( SUS 316L ) DENGAN KARBON ( SA 516 Gr 70 ) BERTUJUAN PEMBUATAN PROSEDURE PENGELASAN ( WPS ) UNTUK ITEM HP VENT KO DRUM Diajukan guna melengkapi
Lebih terperinciPEMERIKSAAN KUALITAS BOOM FOOT MENGGUNAKAN TEKNIK UJI TAK RUSAK
PEMERIKSAAN KUALITAS BOOM FOOT MENGGUNAKAN TEKNIK UJI TAK RUSAK Namad Sianta, Djoli Soembogo dan R. Hardjawidjaja Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi - BATAN E-mail : djoli@batan.go.id ABSTRAK
Lebih terperinciPengujian Impak (Hentakan) Pengujian Metalografi Pengujian Korosi Parameter pada Lambung Kapal...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... ii LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv HALAMAN MOTTO... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK... viii ABSTRACT...
Lebih terperinciProses Fabrication & Welding Pipa di PT. DOK Perkapalan Kodja Bahari Galangan I (PERSERO) Jakarta Utara
Proses Fabrication & Welding Pipa di PT. DOK Perkapalan Kodja Bahari Galangan I (PERSERO) Jakarta Utara Nama : Bayu Arista Kelas : 3IC04 NPM : 21412385 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Dr. Ir. Tri Mulyanto,
Lebih terperinciJurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
TUGAS AKHIR MN 091382 ANALISA PENGARUH VARIASI TANGGEM PADA PENGELASAN PIPA CARBON STEEL DENGAN METODE PENGELASAN SMAW DAN FCAW TERHADAP DEFORMASI DAN TEGANGAN SISA MENGGUNAKAN ANALISA PEMODELAN ANSYS
Lebih terperinciRSU KASIH IBU - EXTENSION STRUKTUR : BAB - 06 DAFTAR ISI PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA 01. LINGKUP PEKERJAAN BAHAN - BAHAN..
DAFTAR ISI 01. LINGKUP PEKERJAAN.. 127 02. BAHAN - BAHAN.. 127 03. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN...... 127 PT. Jasa Ferrie Pratama 126 01. Lingkup Pekerjaan Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan Konstruksi
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Alat Dan Material Penelitian 1. Material penelitian Tipe Baja : AISI 1045 Bentuk : Pelat Tabel 3. Komposisi kimia baja AISI 1045 Pelat AISI 1045 Unsur Nilai Kandungan Unsur
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tugas Akhir Akhmad Faizal 2011310005 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pengertian Pengelasan Pengelasan adalah proses penyambungan antara dua bagian logam atau lebih dengan menggunakan energi panas. Menurut
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 G-340 Analisa Pengaruh Variasi Tanggem Pada Pengelasan Pipa Carbon Steel Dengan Metode Pengelasan SMAW dan FCAW Terhadap Deformasi dan Tegangan
Lebih terperinciAnalisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun
Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG Baja SS 400 sebagai baja karbon rendah Dapat dilakukan proses pengelasan dengan metode
Lebih terperinciOPTIMALISASI HEAT INPUT PENGELASAN GMAW BAJA A36 MELALUI PEMERIKSAAN HASIL LAS
45 OPTIMALISASI HEAT INPUT PENGELASAN GMAW BAJA A36 MELALUI PEMERIKSAAN HASIL LAS Heri Wibowo 1,2, M.Noer Ilman 1, PriyoTri Iswanto 1 1 Departemen Teknik Mesin dan Industri - Universitas Gadjah Mada 2
Lebih terperinciII-1 BAB II DASAR TEORI
II-1 BAB II DASAR TEORI 2.1. Teori Dasar Pengelasan Pengelasan adalah suatu cara untuk menyambung benda padat dengan jalan mencairkannya melalui pemanasan. Untuk berhasilnya penyambungan diperlukan beberapa
Lebih terperinciAPLIKASI NON DESTRUCTIVE TEST PENETRANT TESTING (NDT-PT) UNTUK ANALISIS HASIL PENGELASAN SMAW 3G BUTT JOINT
APLIKASI NON DESTRUCTIVE TEST PENETRANT TESTING (NDT-PT) UNTUK ANALISIS HASIL PENGELASAN SMAW 3G BUTT JOINT Tito Endramawan 1, Emin Haris 2, Felix Dionisius 3, Yuliana Prika 4 1,2,3,4 Jurusan Teknik Mesin,
Lebih terperinciSUBMARGED ARC WELDING (SAW)
SUBMARGED ARC WELDING Pengertian (SAW) Submerged Arc Welding (SAW) merupakan salah satu jenis pengelasan busur listrik dengan memanaskan serta mencairkan benda kerja dan elektroda oleh busur listrik yang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. secara ilmiah. Penelitian ini menggunakan metode analisa, yaitu suatu usaha
32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam penelitian, sehingga pelaksanaan dan hasil penelitian bisa untuk dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penelitian
Lebih terperinciStudi Perbandingan Proses Pengelasan Smaw Pada Lingkungan Darat dan Bawah Air Terhadap Ketahanan Uji Bending Weld Joint Material A36
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-236 Studi Perbandingan Proses Pengelasan Smaw Pada Lingkungan Darat dan Bawah Air Terhadap Ketahanan Uji Bending Weld Joint Material
Lebih terperinciANALISA PENGARUH VARIASI TREATMENT PADA PROSES PENGELASAN SMAW TERHADAP PERBAIKAN KUALITAS BAJA
ANALISA PENGARUH VARIASI TREATMENT PADA PROSES PENGELASAN SMAW TERHADAP PERBAIKAN KUALITAS BAJA Febi Rahmadianto. 1) 1) Teknik Mesin, Institut Teknologi Nasional Malang Jl. Bendungan Sigura-gura 2 Malang
Lebih terperinciANALISIS KERUSAKAN PADA LINE PIPE (ELBOW) PIPA PENYALUR INJEKSI DI LINGKUNGAN GEOTHERMAL
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS KERUSAKAN PADA LINE PIPE (ELBOW) PIPA PENYALUR INJEKSI DI LINGKUNGAN GEOTHERMAL SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik WIRDA SAFITRI
Lebih terperinciWELDING. LEMBAR INFORMASI Bidang Lomba LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TINGKAT DIY TAHUN 2014 JOGJAKARTA LKS PENGELASAN LOGAM
LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TINGKAT DIY JOGJAKARTA Hal 1 dari 8 LEMBAR INFORMASI Bidang Lomba WELDING I. Pendahuluan Diknik Mesin FT Hal 2 dari 8 Lomba Kompetensi Siswa (LKS) SMK Tingkat
Lebih terperinciPENDAHULUAN PERUMUSAN MASALAH. Bagaimana pengaruh interaksi antar korosi terhadap tegangan pada pipa?
PENDAHULUAN Korosi yang menyerang sebuah pipa akan berbeda kedalaman dan ukurannya Jarak antara korosi satu dengan yang lain juga akan mempengaruhi kondisi pipa. Dibutuhkan analisa lebih lanjut mengenai
Lebih terperinciAnalisa Kekuatan Material Carbon Steel ST41 Pengaruh Preheat dan PWHT Dengan Uji Tarik Dan Micro Etsa
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Analisa Kekuatan Material Carbon Steel ST41 Pengaruh Preheat dan PWHT Dengan Uji Tarik Dan Micro Etsa Bagus Cahyo Juniarso,
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH SALINITAS DAN TEMPERATUR AIR LAUT PADA WET UNDERWATER WELDING TERHADAP LAJU KOROSI
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, 1, (2013 ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print G-95 ANALISIS PENGARUH SALINITAS DAN TEMPERATUR AIR LAUT PADA WET UNDERWATER WELDING TERHADAP LAJU KOROSI Adrian Dwilaksono, Heri
Lebih terperinciII-1 BAB II DASAR TEORI
II-1 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pipa Spiral dan Proses Pembuatannya Pipa adalah istilah untuk mendiskripsikan suatu benda silinder yang berlubang dan digunakan untuk memindahkan zat hasil proses kimia seperti
Lebih terperinciMENGELAS DENGAN PROSES PENGELASAN BUSUR BERPERISAI (SAW) LOG.OO
MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR LOGAM MESIN SUB SEKTOR PENGELASAN MENGELAS DENGAN PROSES PENGELASAN BUSUR BERPERISAI (SAW) BUKU KERJA DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
komposisi tidak homogen akan memiliki perbedaan kelarutan dalam pembersihan, sehingga beberapa daerah ada yang lebih terlarut dibandingkan dengan daerah yang lainnya. Ketika oksida dihilangkan dari permukaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Baja tahan karat Austenitic stainless steel (seri 300) merupakan kelompok material teknik yang sangat penting yang telah digunakan luas dalam berbagai lingkungan industri,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Normen) adalah ikatan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Dan Ruang Lingkup Pengelasan Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Normen) adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan
Lebih terperinciANALISA PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP KETANGGUHAN SAMBUNGAN BAJA A36 PADA PENGELASAN SMAW
ANALISA PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP KETANGGUHAN SAMBUNGAN BAJA A36 PADA PENGELASAN SMAW Dhian Fajar Juniarto 1,*), Minto Basuki 2), Aris Wacana Putra 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan teknologi dalam bidang konstruksi yang semakin maju dewasa ini, tidak akan terlepas dari teknologi atau teknik pengelasan karena mempunyai peranan yang
Lebih terperinciPENGARUH PROSES TEMPERING PADA HASIL PENGELASAN BAJA TERHADAP MECHANICAL PROPPERTIES DAN SIFAT KOROSI
PENGARUH PROSES TEMPERING PADA HASIL PENGELASAN BAJA 516-70 TERHADAP MECHANICAL PROPPERTIES DAN SIFAT KOROSI Material baja karbon A 516 yang telah diklasi klasifikasikan : American Society For Testing
Lebih terperinciSKRIPSI / TUGAS AKHIR
SKRIPSI / TUGAS AKHIR PENGARUH BENTUK KAMPUH LAS TIG TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL BAJA ST 37 CAHYANA SUHENDA (20408217) JURUSAN TEKNIK MESIN LATAR BELAKANG Pada era industrialisasi dewasa ini teknik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan pemeliharaan dari semua alat-alat yang terbuat dari logam, baik sebagai proses penambalan retak-retak,
Lebih terperinciANALISA PENGARUH PENGELASAN FCAW PADA SAMBUNGAN MATERIAL GRADE A DENGAN MATERIAL GRADE DH 36. Oleh :
SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISA PENGARUH PENGELASAN FCAW PADA SAMBUNGAN MATERIAL GRADE A DENGAN MATERIAL GRADE DH 36 Oleh : FARIDA TRI HASTUTI 4306 100 112 DOSEN PEMBIMBING 1. YEYES MULYADI, ST, M.Sc. 2. Ir.
Lebih terperinciLOMBA KETERAMPILAN SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TINGKAT PROVINSI BALI TAHUN 2011
LOMBA KETERAMPILAN SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TINGKAT PROVINSI BALI TAHUN 2011 LEMBAR INFORMASI Bidang Lomba................... DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAGEMEN PENDIDIKAN
Lebih terperinciAnalisis Pembuatan pipa baja system dua bagian las ASTM A139 dengan menggunakan metoda LSAW ( Djoko W Karmiadji, Gery Setiadi)
ANALISIS PEMBUATAN PIPA BAJA SISTEM DUA BAGIAN LAS ASTM A139 DENGAN MENGGUNAKAN METODA LSAW MANUFACTUR ANALYSIS DUAL SEAM WELD STEEL PIPE ASTM A139 BY USING LSAW METHODE Djoko W. Karmiadji a), Gery Setiadi
Lebih terperinciSTUDI KARAKTERISTIK PENGELASAN SMAW PADA BAJA KARBON RENDAH ST 42 DENGAN ELEKTRODA E 7018
STUDI KARAKTERISTIK PENGELASAN SMAW PADA BAJA KARBON RENDAH ST 42 DENGAN ELEKTRODA E 7018 Ferry Budhi Susetyo, Ja far Amirudin, Very Yudianto Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta
Lebih terperinciJURNAL PENGARUH PEMBERIAN PANAS AWAL PADA HASIL PENGELASAN TIG TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA TAHAN KARAT 316L
JURNAL PENGARUH PEMBERIAN PANAS AWAL PADA HASIL PENGELASAN TIG TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA TAHAN KARAT 316L GIVING EFFECT TO HEAT THE BEGINNING OF THE NATURE OF WELDING TIG PHYSICAL AND MECHANICAL
Lebih terperinciPOST WELD HEAT TREATMENT SV-DOC-TECH-002
Page 1 of 7 SUB-VENDOR POST WELD HEAT TREATMENT SV-DOC-TECH-002 22 Juni 2016 00 Untuk Dipublikasikan SVDR N/A N/A N/A Tanggal Revisi Deskripsi Tahap Revisi Disusun Diperiksa Disahkan Page 2 of 7 Riwayat
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta
TUGAS AKHIR PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT PADA PENGELASAN BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK TERHADAP UJI KOMPOSISI KIMIA, STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN TARIK Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH SISI PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK HASIL PENGELASAN DUA SISI FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5083 PADA KAPAL KATAMARAN
Presentasi Tugas Akhir Keahlian Rekayasa Perkapalan Konstruksi Kapal ANALISIS PENGARUH SISI PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK HASIL PENGELASAN DUA SISI FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5083 PADA KAPAL KATAMARAN
Lebih terperinciPENGARUH PERUBAHAN ARUS DAN KECEPATAN SERTA KELEMBAPAN FLUX TERHADAP HASIL IMPACT
SIDANG TUGAS AKHIR PENGARUH PERUBAHAN ARUS DAN KECEPATAN SERTA KELEMBAPAN FLUX TERHADAP HASIL IMPACT DAN KEKERASAN SERTA MACROSTRUCTURE FILLET WELD HASIL PENGELASAN SUBMERGED ARC WELDING (SAW) FAMESSA
Lebih terperinciPENGELASAN Teknologi Pengelasan Pengelasan sebagai Kegiatan Komersial :
PENGELASAN I. Teknologi Pengelasan Pengelasan : Proses penyambungan dua buah (atau Lebih) logam sejenis maupun tidak sejenis dng mencairkan (memanaskan) logam tsb di atas atau di bawah titik leburnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam industri, teknologi konstruksi merupakan salah satu teknologi yang memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan manusia. Perkembangannya
Lebih terperinciPENENTUAN PARAMETER PENGELASAN RANGKA UTAMA SEPEDA MOTOR MATIC BAGIAN DEPAN MENGGUNAKAN LAS MIG OTOMATIS (PANASONIC TM-1400G3)
PENENTUAN PARAMETER PENGELASAN RANGKA UTAMA SEPEDA MOTOR MATIC BAGIAN DEPAN MENGGUNAKAN LAS MIG OTOMATIS (PANASONIC TM-1400G3) Yusril Irwan dan Gatot Pamungkas Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciPENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052
PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 505 Lukito Adi Wicaksono Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciFAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG
STUDI KONFIGURASI LAS SUDUT PADA STRUKTUR BAJA YANG MEMIKUL MOMEN SEBIDANG BERDASARKAN SPESIFIKASI SNI 03 1729 2002 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG Elfrida Evalina NRP
Lebih terperinciANALISIS KEGAGALAN AKIBAT KOROSI DAN KERETAKAN PADA PIPA ALIRAN GAS ALAM DI NEB#12 PETROCHINA INTERNATIONAL JABUNG LTD
ANALISIS KEGAGALAN AKIBAT KOROSI DAN KERETAKAN PADA PIPA ALIRAN GAS ALAM DI NEB#12 PETROCHINA INTERNATIONAL JABUNG LTD Nama Mahasiswa : B A S U K I NRP : 2702 100 017 Jurusan : Teknik Material FTI-ITS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada waktu ini teknik las telah banyak dipergunakan secara luas dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang (cast iron), besi dan baja. Luasnya
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ALAT DAN MATERIAL PENELITIAN 1. Material Penelitian Tipe Baja : AISI 1045 Bentuk : Pelat Tabel 7. Komposisi Kimia Baja AISI 1045 Pelat AISI 1045 Unsur Nilai Kandungan Unsur
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ALAT DAN MATERIAL PENELITIAN 1. Material Penelitian Material yang digunakan adalah baja AISI 1045 berupa pelat yang memiliki komposisi kimia sebagai berikut : Tabel 7.
Lebih terperinciDimas Hardjo Subowo NRP
Dimas Hardjo Subowo NRP. 2706 100 011 Dosen Pembimbing : Budi Agung K, ST, M.Sc FAKULTAS TEKNOLOHI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Abstrak Dalam proses pengelasan seringkali dijumpai
Lebih terperinci