BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dhewi Astuti: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dhewi Astuti: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Sebelumnya Dhewi Astuti: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray (TSTS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Bertanya dan Menjawab serta Prestasi Belajar Siswa dalam Pelajaran Biologi Materi Pokok Sistem Koordinasi di SMAN 2 Batu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model TSTS: 1) dapat meningkatkan kemampuan bertanya siswa, terlihat dari skor kemampuan bertanya menunjukkan peningkatan sebesar 3,5 dari siklus I ke siklus II dan 5,35 dari siklus II ke siklus III, 2) dapat meningkatkan kemampuan menjawab siswa, terlihat dari skor rata-rata kemampuan menjawab menunjukkan peningkatan 4,25 dari siklus I ke siklus II dan 1,1 dari siklus II ke siklus III, 3) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa aspek kognitif sebesar 9,6% dari siklus I ke siklus II dan sebesar 2,4% dari siklus II ke siklus III, 4) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa aspek afektif sebesar 10,7% dari siklus I ke siklus II dan sebesar 17,1% dari siklus II ke siklus III model-two-stay-two-stray-tsts-untuk-meningkatka-kemampuan-bertanya-dan-menjawab-serta-prestasi -belajar-siswa-dalam-pelajaran-biologi-materi-pokok-sistem-koordinasi-di-sman-2-batu-dhewi-astuti html (online 02 Maret 2012) 9

2 10 Adapun perbedaan antara penelitian peneliti dengan penelitian sebelumnya yaitu terletak pada rumusan masalah yaitu bagaimana cara penerapan model pembelajarannya dan materi pelajaran, yang mana rumusan masalah peneliti yaitu: 1) Bagaimana pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS pada materi Gerak pada Tumbuhan, 2) bagaimana aktivitas peserta didik dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS pada materi Gerak pada Tumbuhan, 3) bagaimana hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS pada materi Gerak pada tumbuhan. Dari perbedaan itulah sehingga peneliti tertarik ingin melakukan penelitian selanjutnya yaitu tentang Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Pokok Gerak Pada Tumbuhan pada Siswa Kelas VIII MTsN-1 Mentaya Hilir Selatan. B. Deskripsi Teoritik 1. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Penerapan mempunyai arti; proses, cara, perbuatan menerapkan. 5 Sedangkan menurut Bloom dan Krathwol dikutip oleh Usman, penerapan adalah kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah 5 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, h. 1180

3 11 dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan prinsip. 6 Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa penerapan ialah kemampuan menerapkan dan mempraktekkan suatu pengetahuan atau materi yang sudah dipelajari kedalam situasi baru. Secara kaffah model dimaknai sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan sesuatu hal, sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif. 7 Model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya. Dalam penerapannya model pembelajaran ini harus sesuai dengan kebutuhan siswa. 8 Model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Dalam penerapannya, model pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan siswa karena masing-masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip yang berbeda-beda. 6 Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdayakarya, 2001, h Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010, h Isjoni, Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antara Peserta Didik, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010, h.73

4 12 a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah..9 Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyataan itu, belajar berkelompok secara kooperatif, siswa dilatih dan dibiasakan 9 Trianto, Model-Model pembelajaran Inovatif berorientasi Konstruktitivisti, Jakarta: Pustaka Publisher, 2007 h. 42.

5 13 untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi komunikasi sosialisasi karena kooperatif adalah miniatur dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. 10 Pelajaran dengan pembelajaran kooperatif dapat ditandai oleh fitur-fitur sebagai berikut: 1) siswa bekerja sama dalam tim untuk mencapai tujuan belajar, 2) tim-tim itu terdiri atas siswa-siswa yang berprestasi rendah, sedang, dan tinggi, 3) bila mana mungkin, tim-tim terdiri atas campuran ras, budaya, dan gender, 4) sistem reward-nya berorientasi kelompok maupun individu.11 Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan metode pembalajaran yang didasarkan atas kerjasama kelompok yang dilakukan untuk mencapai tujuan khusus. Pada pelaksanaan pembelajaran kooperatif siswa tidak cukup hanya mempelajari materi saja, tetapi harus mempelajari keterampilan kooperatif. b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tujuan penting dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. 10 Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Jawa Timur: Masmedia Buana Pustaka, 2009, h Helly Prajitno Soetjipto, belajar untuk mengajar edisi ketujuh, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, h. 5.

6 14 Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki siswa sebagai warga masyarakat, bangsa dan negara, mengingat kenyataan yang dihadapi bangsa ini dalam mengatasi masalah-masalah sosial semakin kompleks. Apalagi tantangan bagi peserta didik supaya mampu dalam menghadapi persaingan global untuk memenangkan persaingan. 12 c. Manfaat Pembelajaran Kooperatif Manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual. Disamping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial dikalangan siswa. Dengan belajar kooperatif, diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat. 13 d. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Menurut Trianto dalam bukunya Mode-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik menyebutkan terdapat langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah tersebut itu ditunjukkan pada Tabel Isjoni, Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan KomunikasiAntara Peserta Didik, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010, h Ibid, h Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, h

7 15 Table 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Fase Fase-1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Fase-2 Menyajikan informasi Fase-3 Mengorganisasi siswa kedalam kelompok koopratif Fase-4 Memebimbing kelompok kerja dan belajar Fase-5 Evaluasi Fase-6 Memberikan penghargaan Tingkah laku guru Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan. Guru menjlaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membentuk setiap kelompok belajar dan mem bantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Guru membimbing kelompokkelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. Bila diperhatikan langkah-langkah pembelajaran kooperatif pada tebel di atas maka tampak bahwa proses demokrasi dan peran aktif siswa di kelas lebih menonjol bila dibandingkan dengan model-model lain. Sedangkan peran guru sendiri adalah membantu siswa menemukan fakta, konsep atau prinsip bagi diri mereka sendiri bukan memberikan ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan kelas.

8 16 e. Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) 1) Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah Two Stay Two Stray (TSTS) Dua Tinggal Dua Tamu. Teknik pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dikembangkan oleh Spencer Kagan. Two Stay Two Stray (TSTS) merupakan teknik pembelajaran yang memberi kesempatan pada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya. Hal ini dilakukan dengan cara saling mengunjungi atau bertamu antar kelompok untuk berbagi informasi. 15 Pembelajaran tipe Two Stay Two Stray (TSTS) adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, dan laporan kelompok. 16 Struktur Two Stay Two Stray memberi kesempatan pada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan 15 d025_040188_ chap ter2. pdf,, h.14 (Online 21 Mei 2012) 16 Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Jawa Timur: Masmedia Buana Pustaka, 2009,h. 66

9 17 kegiatan individu saja, atau tanpa kegiatan kelompok, padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu dengan yang lainnya. 17 Pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) baik digunakan sebagai alternatif pembelajaran karena mengandalkan siswa untuk berinteraksi dengan temannya dalam membantu menguasai materi pelajaran. Pembelajaran kooperatif model Two Stay Two Stray (TSTS) juga membantu siswa memiliki beberapa keterampilan sosial seperti bekerjasama, berbagi tugas, mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain, kemampuan bertanya dan lain-lain yang sangat jarang diberikan dalam penerapan pembelajaran tradisional. 18 2) Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two (TSTS) - Siswa bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4 (empat) orang. 17 Anita Lie, Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang Kelas, Jakarta: Gramedia, 2007,h Maghfirah, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (Ts-Ts) Pada Materi Trigonometri Siswa Kelas X Sman 1 Kuala Pembuang, Skripsi Sarjana, Palangka Raya: Universitas Palangka Raya, 2011, h.. 18, t.d.

10 18 - Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke dua kelompok lainnya. - Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka. - Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. - Kelompok mencocokan dan membahas hasil kerja mereka. 19 A 1 A 2 A 3 A 4 A 5 A 6 A 7 A 8 A 9 A 10 A 11 A 12 A 13 A 14 A 15 A 16 A 29 A 30 A 31 A 32 A 25 A 26 A 27 A 28 A 21 A 22 A 17A 18 A 23 A 24 A 19 A 20 Gambar 2.1 Skema Two Stay Two Stray (TSTS) di kelas Untuk lebih jelasnya, skema dijelaskan dalam uraian berikut: 1) 2 orang dari masing-masing kelompok bertamu ke kelompok lain dengan skema yang digambarkan pada Gambar Anita Lie, Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang Kelas, Jakarta: Gramedia, 2007, h.61-62

11 19 2) Masing-masing kelompok diberikan kesempatan berkunjung maksimal 7 kali secara berurutan, dengan skema dan batasan waktu yang sudah ditentukan guru. 3) Namun jika mereka merasa sudah cukup dalam mendapatkan informasi dari kelompok lain, kurang dari alokasi jumlah kunjungan dan waktu yang ditentukan, mereka bisa langsung kembali ke kelompok mereka untuk mendiskusikan hasil temuan mereka dari kelompok lain tersebut. 20 Berikut skema TSTS secara terperinci (peluang maksimal kunjungan siswa): Maghfirah, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (Ts-Ts) Pada Materi Trigonometri Siswa Kelas X Sman 1 Kuala Pembuang, Skripsi Sarjana, Palangka Raya: Universitas Palangka Raya, 2011, h.. 33, t.d. 21 Ibid, h.34

12 Gambar 2.2 Skema Two Stay Two Stray (TSTS) Secara Terperinci Akan tetapi apabila dalam kelas tersebut jumlah siswa tidak sama dengan kelipatan empat maka ada beberapa kelompok yang anggotanya lima orang hal ini didasarkan pada setiap siswa berhak mendapatkan pembelajaran Dengan melihat langkah-langkah dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS), siswa mendapat banyak manfaat antara lain; siswa dalam kelompoknya mendapat informasi sekaligus dari kelompok yang berbeda, siswa belajar untuk mengungkapkan pendapat kepada siswa lain, siswa dapat meningkatkan daya ingat, siswa dapat meningkatkan kemapuan Mei 2012) _chapter2.pdf, h.23 (Online 21

13 21 berfikir kritis, dan siswa dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah. Tahapan-tahapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) sebagi berikut: a) Persiapan Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah membuat silabus dan sistem penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas siswa dan membagi siswa dalam beberapa kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 4 orang. Setiap anggota kelompok harus heterogen dalam hal jenis kelamin dan prestasi akademik siswa. Setelah itu siswa diberi pra tes untuk mengetahui kemampuan awal siswa. b) Presentasi Guru Pada tahap ini guru menyampaikan indikator pembelajaran, mengenal dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. c) Kegiatan Kelompok Dalam kegiatan ini, pembelajarannya menggunakan lembar kegiatan yang berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiaptiap siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima lembar kegiatan yang berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan konsep materi dan klasifikasinya, siswa mempelajarinya

14 22 dalam kelompok kecil yang mendiskusikan masalah tersebut bersama anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok menyelesaikan atau memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri. Kemudian 2 dari 4 anggota dari masingmasing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu kekelompok yang lain secara terpisah, sementara 2 anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu mereka. Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota yang tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing, dan melaporkan temuannya dari kelompok lain tadi serta mencocokan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. d) Formalisasi Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan, salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya. Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa kebentuk formal. e) Evaluasi Kelompok dan Penghargaan Pada tahap evaluasi ini untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

15 23 model TSTS. Masing-masing siswa diberi kuis yang berisi pertanyaan-pertanyaan dari hasil pembelajaran dengan model TSTS, yang kemudian dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan skor ratarata tertinggi. 23 4) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Koopertif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) a) Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan. b) Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna. c) Lebih berorientasi pada keaktifan. 24 Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) a) Membutuhkan waktu yang lama. b) Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok. c) Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga). 23 Maghfirah, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (Ts-Ts) Pada Materi Trigonometri Siswa Kelas X Sman 1 Kuala Pembuang, Skripsi Sarjana, Palangka Raya: Universitas Palangka Raya, 2011, h ,t.d. 24 Muamar Agung R, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) Untuk Meningkatkan Aspek Kognetif dan Aspek Apektif Siswa Kelas X.5 SMA Negeri 02 Junrejo, Kota Batu, Skripsi Serjana,Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. 2010,h (Online 21 Mei 2012)

16 24 d) Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas. 25 Untuk mengatasi kekurangan pembelajaran kooperatif model TSTS, maka sebelum pembelajaran guru terlebih dahulu mempersiapkan dan membentuk kelompok-kelompok belajar yang heterogen ditinjau dari segi jenis kelamin dan kemampuan akademis. Berdasarkan sisi jenis kelamin, dalam satu kelompk harus ada siswa laki-laki dan perempuannya. Jika berdasarkan kemampuan akademis maka dalam satu kelompok terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang. Pembentukan kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung sehingga memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi yang diharapkan bisa membantu anggota kelompok yang lain. 26 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan tipe TSTS adalah siswa lebih aktif dalam proses belajarmengajar dan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Dalam kerja kelompok biasanya akan menimbulkan sedikit kagaduhan karena 25 Ibid 26 Maghfirah, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (Ts- Ts) Pada Materi Trigonometri Siswa Kelas X Sman 1 Kuala Pembuang, Skripsi Sarjana, Palangka Raya: Universitas Palangka Raya, 2011,h. 19, t.d.

17 25 melibatkan setiap siswa, akan tetapi dalam pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) setiap kelompok hanya dua orang saja yang mencari informasi dan dua orang lagi diam di tempat sehingga dapat mengurangi kegaduhan. Kekurangan dari tipe TSTS adalah teknik ini membutuhkan persiapan yang matang karena proses belajar mengajar dengan tipe TSTS membutuhkan waktu yang lama dan pengelolaan kelas yang optimal. 2. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 27 Belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Dari definisi ini dimensi belajar memuat beberapa unsur, yaitu: (1) 27 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, Jakarta: Rineka cipta, 2002, h. 2

18 26 penciptaan hubungan, (2) sesuatu hal (pengetahuan) yang sudah dipahami, dan (3) sesuatu (pengetahuan) yang baru. Jadi makna belajar, di sini bukan berangkat dari sesuatu yang benaar-benar belum diketahui (nol), tetapi merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan yang baru. 28 b. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatau tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Walaupun tidak semua peruahan tingkah laku merupakan hasil belajar umumnya disertai perubahan tingkah laku. 29 Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar: 1) Faktor raw input (yakni murid/anak itu sendiri) dimana anak-anak memilki kondisi yang berbeda-beda dalam: a) Kondisi fisiologi Secara umum kondisi fisiologi, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan capai, tidak dalam keadaan cacat 28 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010, h Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, h.11-12

19 27 jasmani, seperti kakinya atau tangannya (karena ini akan menggangu kondisi dan fisiologis), dan sebagainya, akan sangat membantu ternyata kemampuan belajarnya berada dibawah anakanak yang tidak kekurangan gizi, sebab mereka yang kekurangan gizi biasanya cenderung lekas lelah, capai, mudah mengantuk dan akhirnya tidak mudah dalam menerima pelajaran. b) Kondisi psikologis Kondisi psikologis yang mempengaruhi dan hasil belajar siswa meliputi minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemapuankemampuan kognitif. 2) Faktor environmental input (yakni faktor lingkungan), baik itu lingkungan alami maupun lingkungan sosial. 3) Faktor instrumen input, yakni didalamnya antara lain terdiri dari: a) Kurikulum. b) Program/bahan ajar. c) Sarana dan fasilitas. d) Guru (tenaga pengajar). 30 Hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya yang dikelompokkan kedalam tiga kategori, yaitu kognitif, afektif dan 30 Abu ahmadi dan joko prasetya, Strategi Belajajar Mengajar (SBM), Bandung: Pustaka Setia, 1997, h. 103.

20 28 psikomotorik. Pada penelitian ini ranah yang diamati adalah ranah kognitif adalah kemampuan yang berkaitan dengan penalaran yang meliputi tiga aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi. 1) Pengetahuan (C 1 ) Pengetahuan mencakup kemampuan mengenali, mengetahui dan mengingat hal-hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan berkenaan dengan fakta atau istilah-istilah, peristiwa, pengertian, kaidah, teori dan metode. 2) Pemahaman (C 2 ) Pemahaman mencakup kemampuan untuk menyerap pengertian dari hal-hal yang telah dipelajari. Pada jenjang ini siswa dituntut untuk mengerti dan memahami konsep yang dipelajari. Kemampuan memahami terdiri dari tiga tingkatan, yaitu: a) Menterjemahkan adalah kemampuan merubah konsepsi abstrak menjadi suatu model simbolik untuk mempermudah orang memahaminya. b) Menginterpretasikan adalah kemampuan mengenal dan memahami ide utama suatu komunikasi, seperti gambar, diagram tabel dan grafik. c) Mengeksplorasi adalah kemampuan menafsirkan, menarik kesimpulan berdasarkan hasil terjemahan dan interpretasi.

21 29 3) Penerapan (C 3 ) Penerapan merupakan kemampuan menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh dalam kegiatan pembelajaran untuk menghadapi situasi baru yang ada dalam kehidupan sehari-hari. 31 C. Materi Gerak Pada Tumbuhan Standar kompetensi yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah memahami sistem dalam kehidupan tumbuhan, khususnya terdapat pada kompetensi dasar yaitu mengidentifikasi macam-macam gerak pada tumbuhan. Setiap makhluk hidup (organisme) mampu menerima dan menanggapi rangsangan yang disebut iritabilitas, salah satu bentuk tanggapan yang umum dilakukan berupa gerak. Gerak adalah perubahan posisi tubuh atau perpindahan yang meliputi seluruh atau sebagian dari tubuh sebagai respon yang diberikan terhadap rangsangan dari lingkungan dan akibat adanya pertumbuhan. Gerak merupakan salah satu ciri makhluk hidup yang bertujuan untuk melaksanakan kegiatan hidupnya. Gerak yang terjadi pada tumbuhan berbeda dengan gerak yang dilakukan oleh hewan dan manusia. Gerak pada tumbuhan bersifat pasif, artinya tidak memerlukan adanya perpindahan tempat (tetap berada 21 Mei 2012) 31 kom_ _chapter2.pdf h (Online

22 30 di tempat tumbuhnya), namun gerak dapat terjadi karena adanya pengaruh rangsangan (stimulus). 32 Mekanisme gerak pada tumbuhan bukanlah struktur yang tanpa fungsi atau yang terbentuk secara kebetulan. Allah telah menciptakan struktur ini dengan sempurna agar manusia dapat mengetahui tanda-tanda kebesaran-nya, dan agar manusia dapat mengambil pelajaran dari reaksi yang terjadi pada tumbuhan. Seperti firman Allah QS An-Nahl ayat 13: Dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benarbenar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran. (Q.S. An-Nahl:13) Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan, maksudnya mengendalikan apa yang Dia ciptakan dimuka bumi ini untuk kalian semua. 33 Beradasarkan ayat di atas, Allah SWT menciptakan bermacam-macam mahkluk hidup di muka bumi ini, salah satunya termasuk tumbuh-tumbuhan, semua agar dapat dimanfaatkan oleh manusia dan menjaga keseimbangan alam. Semua pergerakan tumbuhan tunduk atas perintah Allah SWT. Dan Allah SWT juga telah menjelaskan bagaimana tumbuhan itu diciptakan selain untuk dimanfaatkan h Istamar Syamsuri, dkk, IPA BIOLOGI untuk SMP kelas VIII, Jakarta: Erlangga, 2006, 33 Al-Qurthubi, Syaikh Imam, Tafsir Al-Qurthubi, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008, h. 206

23 31 dengan dipelajari dan ditelaah tentang bagaimana proses tumbuhnya tumbuhan, juga tentang gerak yang dilakukan oleh tumbuhan itu sendiri atas perintah Allah SWT. Semua itu merupakan tanda-tanda (kekuasaan Allah SWT) bagi orangorang yang berpikir dan mengambil pelajaran. Tumbuhan tidak memiliki sistem saraf, tetapi dapat menerima dan menanggpi rangsangan yang diterimanya. Dengan kata lain, tumbuhan memiliki kepekaan tarhadap rangsangan. Rangsangan itu dapat berupa rangsangan mekanis, misalnya sentuhan. Rangsangan juga dapat berupa cahaya, suhu, air, kelembapan, atau zat-zat kimia. Tumbuhan tingkat tinggi seperti tumbuhan berbunga dapat menaggapi atau merespon rangsangan tertentu dari lingkungan denga cara menggerakkan sebagian tubuhnya. Gerak tumbuhan sangat lambat sehingga tidak terlihat oleh mata biasa atau sulit diamati secara sepintas. Para ahli memebedakan gerak tumbuhan berdasarkan sumber rangsangan. Jika gerak tumbuhan terjadi bukan karena rangsangan dari luar atau rangsangan itu berasal dari dalam tumbuhan, disebut dengan gerak endonom. Gerak ini dikenal pula dengan gerak otonom atau gerak spontan. Sedangkan gerak tumbuhan yang disebabkan oleh adanya rangsangan dari luar disebut gerak etionom. 1. Gerak Etionom (Esionom) Gerak etionom adalah reaksi gerak tumbuhan yang disebabkan oleh adanya rangsangan dari luar. Misalnya: cahaya, gaya gravitasi bumi, air,

24 32 sentuhan, dan zat kimia. Contoh: membuka dan menutupnya stomata dan membuka dan menutupnya daun putri malu (Mimosa pudica). Berdasarkan hubungan arah respon gerakan dengan arah rangsangan, gerak etionom/esionom dapat dibedakan menjadi gerak tropisme, taksis dan nasti. a. Gerak Tropisme Tropisme adalah gerak bagian tumbuhan yang arah geraknya dipengaruhi oleh datangnya rangsangan. Bagian yang bergerak itu misalnya cabang, daun, kuncup, bunga, atau sulur. Gerak tropisme dapat dibedakan menjadi dua yaitu: - Tropisme positif adalah Gerakan bagian tumbuhan yang menuju ke arah cahaya. Misalnya gerak ujung batang tumbuhan yang membelok kearah datangnya cahaya. - Tropisme negatif adalah gerakan tumbuhan yang arahnya meninggalkan ransangan. Contohnya: batang bergerak ke arah menjauhi atau meninggalkan rangsangan berupa gratvitasi bumi. Berdasarkan jenis rangsangannya gerak tropisme dibagi menjadi lima yakni: 1) Fototropisme Fototropisme adalah gerak bagian tumbuhan karena adanya rangsangan cahaya matahari. Contohnya: ujung tanaman yang ada di dalam ruangan akan membelok ke arah datangnya cahaya matahari

25 33 2) Geotropisme Geotropisme adalah gerak bagian tumbuhan karena pengaruh gravitasi bumi (geo=bumi). Jika arah gerakan menuju arah rangsangan disebut geotropisme positif, misalnya gerakan akar menuju tanah. Jika arah gerakan menjauhi rangsangan disebut geotropisme positif, misalnya gerakan tumbuh batang menuju tanah. 3) Hidrotropisme Hidrotropisme adalah gerakan bagian tumbuhan karena rangsangan air (hidro=air). Jika gerakan itu mendekati air, disebut hidrotropisme positif. Misalnya akar tanaman yang tumbuh bergerak menuju tempat yang banyak airnya ditanah. Jika tanaman tumbuh menjauhi air disebut hidrotropisme negatif, misalnya gerak pucuk tumbuhan yang tumbuh ke atas menjauhi air. 4) Kemotropisme Kemotropisme adalah gerak bagian tumbuhan karena rangsangan zat kimia. Jika gerakan mendekati zat kimia tertentu disebut geotropisme positif. Misalnya gerak akar menuju zat di dalam tanah. Jika gerakan menjauhi zat kimia tertentu disebut kemotropisme negatif, contohnya gerak akar menjauhi racun. 5) Tigmotropisme Gerak bagian tumbuhan karena adanya rangsangan sentuhan pada satu sisi atau persinggungan disebut tigmotropisme. Gerakan ini

26 34 tampak jelas pada gerak membelit ujung batang ataupun ujung sulur dari Cucurbitaceae. Misalnya pada tanaman yang mempunyai sulur seperti: Anggur (Vitis vinifera), Mentimun (Cucumis sativus), Semangka (Citrulus vulgaris). b. Taksis Taksis adalah gerak seluruh tubuh atau gerak berpindah tempat bagian dari tubuh tumbuhan yang arah perpindahannya dipengaruhi oleh rangsangan. Gerakan arah yang mendekati sumber rangsangan disebut taksis positif dan yang menjauhi disebut taksis negatif. Macam atau sumber rangsangan taksis meliputi cahaya, zat kimia, dan rangsangan listrik. Jika rangsangan berupa zat kimia, gerak yang timbul disebut kemotaksis. Contohnya gerak gamet jantan berflagela (spermatozoid) yang dihasilkan oleh anteridium lumut kearah gamet betina (sel telur) di dalam arkegonium. Gamet jantan akan berenang melewati cairan seperti embun atau air hujan, ke arah arkegonium Karena adanya rangsangan zat kimia pemikat yang dihasilkan arkegonium. Kemotaksis positif dapat juga terjadi pada bakteri. Misalnya bakteri oksigen akan bergerak menuju ke sumber oksigen. Jika rangsangan yang datang berupa cahaya, disebut fototaksis, jika rangsangan berupa listrik disebut galvanotaksis. fototaksis dan galvano taksis bisanya terjadi pada organisme tingkat rendah. Fototaksis

27 35 positif dapat terjadi pada alga dan bakteri. Misalnya alga bersel satu euglena peka terhadap rangsangan cahaya sehingga mendekati arah datangnya cahaya. Galvanotaksis positif dan negatif dapat terjadi pada beberapa spesies bakteri. c. Nasti Nasti adalah gerak bagian tumbuhan yang arahnya tidak dipengaruhi oleh arah datangnya rangsangan, tetapi ditentukan oleh tumbuhan itu sendiri. Berdasarkan penyebabnya gerak nasti dibedakan menjadi tujuh macam, yaitu: fotonasti, niktinasti, tigmonasti, termonasti, haptonasti, hidronasti, dan nasti kompleks. 1) Fotonasti Fotonasti adalah gerak nasti yang disebabkan oleh rangsangan cahaya. Misalnya, gerakan mekarnya bunga pukul empat (Mirabilis jalapa) disore hari. Mekarnya bunga pukul empat itu dipengaruhi oleh cahaya matahari yang diterimanya, namun gerakannya tidak menuju kearah datangnya cahaya matahari. Contoh lain adalah gerak mekarnya bunga Sidaguri (Sida rhombifolia) pada kira-kira jam 9 pagi dan menutup menjadi layu menjelang jam 12 siang. Beberapa spesies lain dai anggota Malvaceae (kapas-kapasan), seperti kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), mekar pada siang hari dan menguncup pada malam hari. Bunga wijayakusuma (Epiphyllum hookeri) mekar pada malam hari dan layu menjelang pagi hari.

28 36 2) Niktinasti Niktinasti (nyktos=malam) merupakan gerak nasti yang disebabkan oleh suasana gelap, sehingga disebut gerak tidur. Misalnya, pada malam hari, daun-daun tumbuhan Leguminosae (polongpolongan), seperti bunga merak (Caesalpinia pulcherrima) dan daun kupu-kupu (Bauhinia purpurea), akan menutup dan akan membuka keesokan harinya ketika matahari terbit. 3) Tigmonasti atau Seismonasti Tigmonasti (Seismonasti) adalah gerakan nasti yang disebabkan oleh rangsangan sentuhan atau getaran. Contohnya gerak menutupnya daun sikejut atau putri malu (Mimosa pudica) jika disentuh. 4) Termonasti Termonasti merupakan gerak nasti yang disebabkan oleh rangsangan suhu, seperti mekarnya bunga tulip (Spathodea) dan crocus. Bunga-bunga tersebut mekar jika mendadak mengalami kenaikan temperatur, dan akan menutup kembali jika tempertur menurun. 5) Haptonasti Haptonasti merupakan gerak nasti yang terjadi pada tumbuhan insektivor yang disebabkan oleh sentuhan serangga. Daun pada tumbuhan insektivor, misalnya menutupnya daun tanamam kantong semar (venus flytrap), sangat sensitif terhadap sentuhan. Jika ada

29 37 serangga yang menyentuh bagian dalam daun, daun akan segera menutup sehingga serangga akan terperangkap diantara kedua belahan daun. 6) Hidronasti atau Higronasti Hidronasti merupakan gerak yang terjadi terhadap keadaan air. Contoh gerak menggulungnya daun padi (Oryza sativa), dan daun sere (Cymbopogon nardus), jika keadaan kurang air. 7) Nasti Kompleks Nasti kompleks yaitu gerak nasti yang sumber rangsangnya lebih dari satu. Contohnya adalah membuka menutupnya stomata karena pengaruh kadar air, cahaya, suhu, dan zat kimia. 2. Gerak Endonom Atau Autonom Gerak tumbuhan yang disebabkan oleh rangasangan atau faktorfaktor yang diduga berasal dari dalam tumbuhan itu sendiri disebut gerak endonom atau gerak otonom. Gerak ini dikenal pula sebagai gerak spontan dari tumbuhan karena tumbuhan melakukan gerak secara spontan, tanpa adanya rangsangan dari luar. Gerak endonom yang paling umum adalah nutasi, yaitu gerak ujung batang yang sedang tumbuh atau organ lain seperti daun, stolon, tangkai bunga, dan akar, yang gerakannya membentuk lintasan melingkar di udara. Contoh lain adalah gerak rotassi sitoplasma atau disebut siklosis pada sel-sel daun Hydrilla verticillata. Melalui

30 38 pengamatan dengan mikroskop, gerakan sitoplasma dapat diamati dengan tampaknya gerakan kloroplas. Gerakan endonom yang lain adalah gerakan higroskopis. Gerakan higroskopis merupakan gerakan bagian tumbuhan yang disebabkan oleh perubahan kadar air di dalam bagian tumbuhan. Contohnya, pecahnya kulit buah polong (misal turi, lamtoro dan flamboyan), pecahnya kulit buah pacar air (Impatiens balsamina), membukanya kotak spora tumbuhan lumut dan paku saat mengeluarkan spora Istamar Syamsuri, dkk, IPA BIOLOGI Untuk Kelas VIII, Malang: Erlangga,2007, H,161-

II. GERAK PADA TUMBUHAN

II. GERAK PADA TUMBUHAN II. GERAK PADA TUMBUHAN A.Gerak Etionom Gerak etionom merupakan reaksi gerak tumbuhan yang disebabkan oleh adanya rangsangan dari luar. Berdasarkan hubungan antara arah respon gerakan dengan asal rangsangan,

Lebih terperinci

Kelas VIII Gerak pada Makhluk Hidup. Semester I

Kelas VIII Gerak pada Makhluk Hidup. Semester I Kelas VIII Gerak pada Makhluk Hidup Semester I Daftar Isi www.themegallery.com Topik-topik yang akan dipelajari di bab Gerak pada Makhluk Hidup dan Benda antara lain: Gerak pada Tumbuhan Gerak pada Hewan

Lebih terperinci

Peta Konsep. Kata Kunci. gerak esionom gerak taksis gerak endonom gerak tropisme gerak nasti. 136 IPA SMP/MTs Kelas VIII. Fototropisme.

Peta Konsep. Kata Kunci. gerak esionom gerak taksis gerak endonom gerak tropisme gerak nasti. 136 IPA SMP/MTs Kelas VIII. Fototropisme. Peta Konsep Tropisme Fototropisme Esionom Taksis Geotropisme Hidrotropisme Tigmotropisme Kemotropisme Fototaksis Kemotaksis Gerak pada tumbuhan Nasti Endonom = otonom = spontan Seismonasti Niktinasti Fotonasti

Lebih terperinci

Tumbuhan dapat melakukan gerak seperti halnya hewan, yang disebabkan oleh adanya rangsangan dari luar

Tumbuhan dapat melakukan gerak seperti halnya hewan, yang disebabkan oleh adanya rangsangan dari luar 1 Gerak pada tumbuhan sangat lambat sehingga tidak terlihat oleh mata dan tetap berada di tempat tumbuhnya Tumbuhan dapat melakukan gerak seperti halnya hewan, yang disebabkan oleh adanya rangsangan dari

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 9. GERAK PADA TUMBUHANLatihan Soal 9.2. fotonasti. kemonasti. geonasti. tigmonasti

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 9. GERAK PADA TUMBUHANLatihan Soal 9.2. fotonasti. kemonasti. geonasti. tigmonasti SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 9. GERAK PADA TUMBUHANLatihan Soal 9.2 1. Menutupnya daun putri malu kita sentuh adalah contoh gerak tumbuhan... fotonasti kemonasti geonasti tigmonasti Kunci Jawaban : D Tigmonasti

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 9. GERAK PADA TUMBUHANLATIHAN SOAL

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 9. GERAK PADA TUMBUHANLATIHAN SOAL 1. Contoh gerak kemotaksis adalah... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 9. GERAK PADA TUMBUHANLATIHAN SOAL Menutupnyadaun putri malu Gerak gamet pada tumbuhan lumut Gerak akar menuju pupuk Tumbuhnya akar kepala

Lebih terperinci

GERAK PADA TUMBUHAN. Drs. Refli., MSc

GERAK PADA TUMBUHAN. Drs. Refli., MSc GERAK PADA TUMBUHAN Drs. Refli., MSc 1 2 PENDAHULUAN Gerak pada tumbuhan merupakan bagian dari iritabilitas atau kemampuan menanggapi rangsangan GERAK HIDROKOPIS terjadi akibat perubahan kadar air di dalam

Lebih terperinci

RESPON TUMBUHAN TERHADAP LINGKUNGAN

RESPON TUMBUHAN TERHADAP LINGKUNGAN RESPON TUMBUHAN TERHADAP LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA 2008 Bagaimana tumbuhan memberi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Stay Two Stray (TSTS) pada materi gerak pada tumbuhan menunjukan hasil

BAB V PENUTUP. Stay Two Stray (TSTS) pada materi gerak pada tumbuhan menunjukan hasil BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, maka kesimpulan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Pengelolaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay

Lebih terperinci

BAB II GERAK PADA TUMBUHAN

BAB II GERAK PADA TUMBUHAN BAB II GERAK PADA TUMBUHAN Masalah apa yang akan kita pelajari? Apakah tumbuhan bergerak? Gerak apa sajakah yang dapat dilakukan tanaman? Gerak pada umumnya ada dua, yaitu gerak pindah tempat dan gerak

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. : Sistem Gerak pada Tumbuhan dan Hewan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. : Sistem Gerak pada Tumbuhan dan Hewan RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/ Semester Topik Alokasi Waktu : SMP N 1 PIYUNGAN : IPA : VIII/ I : Sistem Gerak pada Tumbuhan dan Hewan : 5 x 40 menit (5 JP) A.

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 9. GERAK PADA TUMBUHANLatihan Soal 9.3

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 9. GERAK PADA TUMBUHANLatihan Soal 9.3 1. Gerak higroskopis terjadi karena... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 9. GERAK PADA TUMBUHANLatihan Soal 9.3 Kadar air yang terus bertambah Kadar air yang terus berkurang Rangsangan dari luar Rangsangan dari

Lebih terperinci

MAKALAH GERAK PADA TUMBUHAN

MAKALAH GERAK PADA TUMBUHAN MAKALAH GERAK PADA TUMBUHAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap makhluk hidup (organisme) mampu menerima dan menanggapi rangsangan yang disebut iritabilitas. Salah satu bentuk tanggapan yang umum

Lebih terperinci

Soal IPA SMP Gerak Pada Makhluk Hidup Kelas 8 Semester 1 Dengan Kunci Jawaban Gerak pada Makhluk Hidup dan Benda

Soal IPA SMP Gerak Pada Makhluk Hidup Kelas 8 Semester 1 Dengan Kunci Jawaban Gerak pada Makhluk Hidup dan Benda Soal IPA SMP Gerak Pada Makhluk Hidup Kelas 8 Semester 1 Dengan Kunci Jawaban Gerak pada Makhluk Hidup dan Benda 1. Gerak tumbuhan yang memerlukan rangsang berupa perubahan kadar air di dalam sel sehingga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 9. GERAK PADA TUMBUHANLatihan Soal 9.1. Higroskopis. Endonom. Kemotropisme. Kemotaksis

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 9. GERAK PADA TUMBUHANLatihan Soal 9.1. Higroskopis. Endonom. Kemotropisme. Kemotaksis SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 9. GERAK PADA TUMBUHANLatihan Soal 9.1 1. Gerak yang tidak dipengaruhi oleh arah datangnya rangsang disebut gerak... Higroskopis Endonom Kemotropisme Kemotaksis Kunci Jawaban

Lebih terperinci

Peta Konsep. Kata Kunci. fotosintesis. klorofil autothrof. 126 IPA SMP/MTs Kelas VIII. Proses fotosintesis. Reaksi terang. Reaksi gelap.

Peta Konsep. Kata Kunci. fotosintesis. klorofil autothrof. 126 IPA SMP/MTs Kelas VIII. Proses fotosintesis. Reaksi terang. Reaksi gelap. Peta Konsep Proses fotosintesis Reaksi terang Reaksi gelap Fotosintesis Faktor-faktor yang memengaruhi fotosintesis Air (H 2 O Karbondioksida (CO 2 Cahaya matahari Suhu Oksigen (O 2 Kata Kunci fotosintesis

Lebih terperinci

MODUL XII GERAK PADA TUMBUHAN

MODUL XII GERAK PADA TUMBUHAN 72 MODUL XII GERAK PADA TUMBUHAN TUJUAN Mengamati gerak yang terjadi pada tumbuhan. TEORI Arah gerak pada tumbuhan ada yang ditentukan oleh rangsangan (menuju atau menjauhi sumber rangsangan) dan tidak

Lebih terperinci

7 Fotosintesis, Gerak,

7 Fotosintesis, Gerak, Bab 7 Fotosintesis, Gerak, dan Hama Penyakit pada Tumbuhan Sumber: Encarta 2005 Gambar 7.1 Tumbuhan hijau Peta Konsep Coba kamu bayangkan apa yang terjadi jika tidak ada tumbuhan? Tentunya tidak akan ada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2

BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Hasil Belajar Matematika a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November semester Ganjil di SMP

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November semester Ganjil di SMP 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November semester Ganjil di SMP Negeri 2 Jati Agung Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014. B. Populasi

Lebih terperinci

Gambar 1. Gerak higroskopis pada lamtoro. Gambar 2. Gerak fototropisme tumbuhan

Gambar 1. Gerak higroskopis pada lamtoro. Gambar 2. Gerak fototropisme tumbuhan Uraian Materi A. Pendahuluan Mahluk hidup termasuk tumbuhan mempunyai kepekaan terhadap ransang dan mampu bereaksi terhadap rangsang. Sifat ini dikenal dengan irritabilita. Iritabilitas pada tumbuhan disebabkan

Lebih terperinci

REAKSI PUTRI MALU TERHADAP RANGSANG

REAKSI PUTRI MALU TERHADAP RANGSANG REAKSI PUTRI MALU TERHADAP RANGSANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tumbuhan putri malu sering dijumpai di sekitar sawah, kebun, rerumputan. Tumbuhan putri malu merupakan herba memanjat atau

Lebih terperinci

Bismar Yogaswara Universitas Negeri Malang

Bismar Yogaswara Universitas Negeri Malang PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 1 PURWOSARI KOMPETENSI DASAR MENGANALISIS HIDROSFER SEMESTER GENAP 2011/2012

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA FITRA YULIA ROZI Guru IPS SMP Negeri 6 Pekanbaru fitria@gmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian

Lebih terperinci

Di unduh dari : Bukupaket.com

Di unduh dari : Bukupaket.com Setelah mempelajari materi gerak pada makhluk hidup dan benda, patut kiranya memuji ciptaan Tuhan yang sangat kompleks dan sangat detail. Kamu juga harus banyak bersyukur kepada Tuhan atas ciptaannya yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kajian Teori BAB II TINJAUAN TEORITIS 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray a) Pengertian model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray Menurut Isjoni (2010, h.15 ) model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. jigsaw efektif terhadap hasil belajar siswa kelas VIIIpada materi pokok gerak pada

BAB V PENUTUP. jigsaw efektif terhadap hasil belajar siswa kelas VIIIpada materi pokok gerak pada BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: Penerapan model pembelajaran kooperatif melalui pendekatan jigsaw efektif terhadap

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NU GRESIK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NU GRESIK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NU GRESIK Fandi Kurniawan Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Pendidikan atau pengajaran di sekolah dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa harus merupakan akibat dari proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar mereka. Berbagai upaya

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar mereka. Berbagai upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu kenyataan bahwa di dalam proses pembelajaran selalu ada siswa yang memerlukan bantuan, baik dalam mencerna bahan pengajaran maupun dalam mengatasi kesulitan-kesulitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kecakapannya dalam memilih dan menggunakan model

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kecakapannya dalam memilih dan menggunakan model 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap guru pasti menginginkan keberhasilan dalam proses pembelajarannya, hal ini dapat diukur melalui evaluasi yang dilakukannya. Keberhasilan atau kegagalan

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII 1 MTs NEGERI ENOK Habibullah a, Hj. Zetriuslita b, Abdurrahman c a Alumni Program

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CRH Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangeran Puger No.23 desa Grobogan kecamatan Grobogan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pangeran Puger No.23 desa Grobogan kecamatan Grobogan. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang SMA Negeri 1 Grobogan merupakan salah satu sekolah menengah atas yang berada di Kabupaten Grobogan. SMA Negeri 1 Grobogan berlokasi di jalan Pangeran Puger No.23 desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003: pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP MUHAMMAD IDRIS Guru SMP Negeri 3 Tapung iidris.mhd@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

TUMBUHAN [ putri malu ] BIOLOG I. Ayu Fatmawati. Eko Bayu Manjako. Kevin Aryo Perdana. Rizky Nirwan Batubara. Yohanes Raymond Marvin.

TUMBUHAN [ putri malu ] BIOLOG I. Ayu Fatmawati. Eko Bayu Manjako. Kevin Aryo Perdana. Rizky Nirwan Batubara. Yohanes Raymond Marvin. BIOLOG I TUMBUHAN [ putri malu ] Disusun Oleh : Ahmad Siddiq Ayu Fatmawati Eko Bayu Manjako Kevin Aryo Perdana Rizky Nirwan Batubara Yohanes Raymond Marvin Yunita Anggraini Pengertian Putri malu atau Mimosa

Lebih terperinci

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui II. KAJIAN TEORI 2.1 Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan

Lebih terperinci

616 Seminar Nasional dan Launching ADOBSI

616 Seminar Nasional dan Launching ADOBSI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TIPE TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) PADA MATA KULIAH DASAR UMUM PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA (Upaya Pelestarian Bahasa Indonesia bagi Generasi Muda) Welsi Damayanti Universitas

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Yunius, Siti Nuryanti, dan Yusuf Kendek Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVII/Nopember 2013

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVII/Nopember 2013 PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DENGAN PROGRAM BERBASIS LECTORA UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR IPA KONSEP GERAK TROPISME PADA SISWA SMP KELAS VIII Rina Purwendri SMP PIRI I Yogyakarta Abstrak

Lebih terperinci

Ridwan Jusuf, S.Pd., M.Pd (Program Studi Pendidikan Fisika) Abstrak

Ridwan Jusuf, S.Pd., M.Pd (Program Studi Pendidikan Fisika) Abstrak ANALISIS KEMAMPUAN MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL PADA MATAKULIAH FISIKA DASAR DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) Ridwan Jusuf, S.Pd., M.Pd (Program

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar meruapakan suatu perubahan di dalam diri seseorang dari tudak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar meruapakan suatu perubahan di dalam diri seseorang dari tudak BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 2.1 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar Belajar meruapakan suatu perubahan di dalam diri seseorang dari tudak tahu menjadi tahu, seperti yang diungkapkan oleh Slameto

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika 21 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika a. Pengertian Matematika Russefendi ET (Suwangsih dan Tiurlina, 2006: 3), menjelaskan bahwa kata matematika berasal dari perkataan

Lebih terperinci

Abas. Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan PMIPA FKIP UNIB ABSTRAK

Abas. Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan PMIPA FKIP UNIB ABSTRAK UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X D SMA NEGERI 6 KOTA BENGKULU MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD YANG DIINTERVENSI DENGAN STRATEGI INKUIRI Abas Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DENGAN MACROMEDIA FLASH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DAN KEAKTIFAN SISWA MATERI POKOK GERAK PADA TUMBUHAN KELAS VIII F MTs NEGERI TANON KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN B. DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN B. DASAR TEORI BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Alam merupakan tempat tinggal bagi setiap makhluk hidup atau lebih tepatnya sebagai habitat makhluk hidup. Makhluk hidup tidak hanya terdiri dari dari satu macam, namun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 20 Tolitoli Dinayanti Mahasiswa Program Guru Dalam

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STRUKTURAL TEKNIK TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STRUKTURAL TEKNIK TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STRUKTURAL TEKNIK TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA RADIAHTUL MARDIAH Guru SMP Negeri 1 Kuantan Mudik radiatul.m@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Hamalik (2009: 155) hasil belajar tampak sebagai

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Hamalik (2009: 155) hasil belajar tampak sebagai BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Hamalik (2009: 155) hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) Jurnal Ilmiah Edukasi Matematika (JIEM) 7 UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) Susi Widowati Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya. Pendidikan bagi kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan. Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus.

BAB I PENDAHULUAN. konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan. Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus. BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran IPA 2.1.1 Definisi Pembelajaran Menurut Susanto (2013: 19) pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan guru agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA KELAS V SD WASHLIYANI MARTUBUNG

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA KELAS V SD WASHLIYANI MARTUBUNG MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA KELAS V SD WASHLIYANI MARTUBUNG *AKDEN SIMANIHURUK DAN **SYAUFAYURA *Dosen Jurusan PPSD

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN Oleh JUMADI NIM F

ARTIKEL PENELITIAN Oleh JUMADI NIM F UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF DISERTAI MEDIA ANIMASI PADA MATERI GERAK TUMBUHAN ARTIKEL PENELITIAN Oleh JUMADI NIM F65112026 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab kajian pustaka ini dikemukakan kajian tentang peranan model Dua Tinggal Dua Tamu (two stay two stray) yang meliputi: kajian teori pembelajaran IPA, definisi IPA, latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari pembentukan Negara RI adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tentunya menuntut adanya penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 1. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray. peserta didik 20 dengan rincian 9 perempuan dan 11 laki-laki.

BAB V PEMBAHASAN. 1. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray. peserta didik 20 dengan rincian 9 perempuan dan 11 laki-laki. BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray dalam Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan Proses Pembentukan Tanah Model cooperative learning

Lebih terperinci

Lampiran 6. SOAL UJI COBA Mata Pelajaran. : Gerak Pada Makhluk hidup dan benda

Lampiran 6. SOAL UJI COBA Mata Pelajaran. : Gerak Pada Makhluk hidup dan benda 82 Lampiran 6 SOAL UJI COBA Mata Pelajaran Kelas Materi Alokasi Waktu : IPA : VIII : Gerak Pada Makhluk hidup dan benda : 50 menit PETUNJUK UMUM 1. Bacalah dengan teliti petunjuk cara mengerjakan soal.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT Mirna Herawati Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar PKn Materi Organisasi melalui Model Numbered Head Together di Kelas V. Endah Tri Wahyuni

Peningkatan Hasil Belajar PKn Materi Organisasi melalui Model Numbered Head Together di Kelas V. Endah Tri Wahyuni Peningkatan Hasil Belajar PKn Materi Organisasi melalui Model Numbered Head Together di Kelas V Endah Tri Wahyuni 1 1 Universitas Negeri Malang Email: 1 endahtriw7@gmail.com Tersedia Online di http://www.jurnal.unublitar.ac.id/

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dianamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan

I. PENDAHULUAN. dianamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dianamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dijenjang pendidikan formal mulai dari tingkat SD sampai pada tingkat SMA

BAB 1 PENDAHULUAN. dijenjang pendidikan formal mulai dari tingkat SD sampai pada tingkat SMA 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari siswa dijenjang pendidikan formal mulai dari tingkat SD sampai pada tingkat SMA bahkan di perguruan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kontekstual dengan sistem pengajaran pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berpikir logis, praktis,

Lebih terperinci

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Suska Journal of Mathematics Education Vol.2, No. 1, 2016, Hal. 41 51 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIIIb

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimilikinya, dan mampu berkompetensi dalam persaingan global. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektual saja, akan

BAB I PENDAHULUAN. dimilikinya, dan mampu berkompetensi dalam persaingan global. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektual saja, akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang selalu ingin maju dalam segala bidang. Oleh karena itu, diperlukan sumber daya manusia yang handal, terampil dalam segala

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN MELALUI PEMBELAJARAN TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS)

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN MELALUI PEMBELAJARAN TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS) 11 MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN MELALUI PEMBELAJARAN TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS) Durinta Puspasari 1, Durinda Puspasari 2 1,2 Fakultas Ekonomi, Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keaktifan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran dan menuntut kreativitas

I. PENDAHULUAN. keaktifan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran dan menuntut kreativitas I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola pembelajaran yang dikembangkan di Indonesia dewasa ini menuntut keaktifan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran dan menuntut kreativitas dalam mengolah data yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan selama 4 kali pertemuan, 2 kali pertemuan untuk pelaksanaan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan selama 4 kali pertemuan, 2 kali pertemuan untuk pelaksanaan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang dilaksanakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) pada materi pokok gerak pada tumbuhan ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting bagi kelangsungan kehidupan manusia. Pendidikan adalah sarana yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia dalam aspek kemampuan,

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA SMP NEGERI 10 PADANGSIDIMPUAN.

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA SMP NEGERI 10 PADANGSIDIMPUAN. UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA SMP NEGERI 10 PADANGSIDIMPUAN. Agus Makmur Dosen Pendidikan Matematika UGN Padangsidimpuan panjaitan_makmur@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 GATAK TAHUN PELAJARAN 2010/2011 NASKAH PUBLIKASI Diajukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku kecakapan, keterampilan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku kecakapan, keterampilan dan 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah proses perubahan dalam prilaku sebagai hasil dari pengalaman dalam berinteraksi. Hasil belajar tercermin dalam perubahan perilaku. pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. perubahan dan pengalaman dalam diri seseorang yang dinyatakan dengan cara

BAB II KAJIAN TEORI. perubahan dan pengalaman dalam diri seseorang yang dinyatakan dengan cara BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teoretis 1. Hasil Belajar Matematika Suatu kegiatan yang sengaja melalui proses sehingga menghasilkan perubahan disebut belajar. Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan

Lebih terperinci

Sistem dalam Kehidupan Tumbuhan

Sistem dalam Kehidupan Tumbuhan Bab 3 Tujuan Pembelajaran Sistem dalam Kehidupan Tumbuhan Sistem dalam Kehidupan Tumbuhan Setelah mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu: mengidentifikasi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan; mendeskripsikan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA SLIDE INTERAKTIF BERBASIS POWER POINT MATERI GERAK PADA TUMBUHAN UNTUK SMP KELAS VIII

PENGEMBANGAN MEDIA SLIDE INTERAKTIF BERBASIS POWER POINT MATERI GERAK PADA TUMBUHAN UNTUK SMP KELAS VIII PENGEMBANGAN MEDIA SLIDE INTERAKTIF BERBASIS POWER POINT MATERI GERAK PADA TUMBUHAN UNTUK SMP KELAS VIII Dessy Mayrinda Rohmawati, J. Djoko Budiono dan Rinie Pratiwi P Jurusan Biologi FMIPA Unesa ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan,

BAB I PENDAHULUAN. yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa. Interaksi yang bernilai edukatif

Lebih terperinci

BAB 11 KAJIAN TEORI. pengetahuan. Kemampuan pemahaman (comprehention) adalah. situasi serta fakta yang diketahuinya. 1 Dapat pula Pemahaman diartikan

BAB 11 KAJIAN TEORI. pengetahuan. Kemampuan pemahaman (comprehention) adalah. situasi serta fakta yang diketahuinya. 1 Dapat pula Pemahaman diartikan 7 BAB 11 KAJIAN TEORI A. Konsep Teoritis 1. Pemahaman Konsep Matematika Pemahaman berasal dari kata dasar paham yang berarti mengerti benar. Pemahaman mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari pengetahuan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatkan mutu pendidikan adalah menjadi tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru madrasah ibtidaiyah (MI) yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS ( TWO STAY TWO STRAY )

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS ( TWO STAY TWO STRAY ) MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS ( TWO STAY TWO STRAY ) A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dikembangkan oleh Spencer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pengalaman disini berupa pengalaman untuk melakukan proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pengalaman disini berupa pengalaman untuk melakukan proses belajar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengalaman disini berupa pengalaman untuk melakukan proses belajar dan berusaha mencari makna dari pengalaman tersebut. 1 Manusia pada dasarnya orang yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

Lebih terperinci

Peningkatan Prestasi Siswa pada Konsep Fluida Statis dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray

Peningkatan Prestasi Siswa pada Konsep Fluida Statis dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray Fadiyah Suryani SMA Negeri 5 Yogyakarta Jl Nyi Pembayun 39 Prenggan Kotagede Yogyakarta 55172 Surat-e: fadiyahsuryani@yahoocom Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar fisika konsep fluida

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kooperatif tipe bertukar pasangan, beberapa sudah dilakukan yaitu:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kooperatif tipe bertukar pasangan, beberapa sudah dilakukan yaitu: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevan Penelitian sebelumnya yang terkait keberhasilan pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan, beberapa sudah dilakukan yaitu: 1. Eko Nuryanto Mardisusanto,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Kooperatif 1. Teori Belajar Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah yang lebih baik. Menurut Sardiman (1986: 22), secara

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) PADA SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 2 PONOROGO Nur Fauziah Rahmawati Mahasiswa

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN KIMIA DI KELAS X-6 SMA N 12 PEKANBARU Dwi Gusti Nola *), R. Usman Rery, Erviyenni

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. semester 1 di MTsN 1 Model Palangka Raya di peroleh nilai rata-rata 3,12

BAB VI PENUTUP. semester 1 di MTsN 1 Model Palangka Raya di peroleh nilai rata-rata 3,12 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengelolaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif

Lebih terperinci

GERAK PADA TUMBUHAN. Pendahuluan. 1. Gerak Endonom

GERAK PADA TUMBUHAN. Pendahuluan. 1. Gerak Endonom GERAK PADA TUMBUHAN Pendahuluan Gerak merupakan salah satu ciri yang dimiliki makhluk hidup.gerak dapat berupa perpindahan tempat atau perubahan bentuk tubuh.gerak pada tumbuhan disebabkan karena rangsangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Pendidikan memegang

Lebih terperinci

`BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan adalah guru karena dalam pelaksanaan pembelajaran selain

`BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan adalah guru karena dalam pelaksanaan pembelajaran selain `BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu komponen yang sangat menentukan dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah guru karena dalam pelaksanaan pembelajaran selain mentransformasikan ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci