KETAHANAN KAYU JATI UNGGUL NASIONAL (Tectona grandis Lf.) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH DAN RAYAP KAYU KERING VINA NURFEBRIANI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KETAHANAN KAYU JATI UNGGUL NASIONAL (Tectona grandis Lf.) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH DAN RAYAP KAYU KERING VINA NURFEBRIANI"

Transkripsi

1 KETAHANAN KAYU JATI UNGGUL NASIONAL (Tectona grandis Lf.) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH DAN RAYAP KAYU KERING VINA NURFEBRIANI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Ketahanan Kayu Jati Unggul Nasional (Tectona grandis Lf.) Terhadap Serangan Rayap Tanah dan Rayap Kayu Kering adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2014 Vina Nurfebriani NIM G

3 ABSTRAK VINA NURFEBRIANI. Ketahanan Kayu Jati Unggul Nasional (Tectona grandis Lf.) Terhadap Serangan Rayap Tanah dan Rayap Kayu Kering. Dibimbing oleh TRI ATMOWIDI dan JASNI. Kayu jati cepat tumbuh memiliki ketahanan yang rendah. Kayu tanaman ini dipanen pada umur muda. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari ketahanan kayu jati cepat tumbuh dengan perlakuan kombinasi suhu dan lama pemanasan terhadap serangan rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) dan rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus Light). Kayu uji dipanaskan dalam 25 kombinasi waktu dan lama pemanasan. Lima taraf yang digunakan ialah C, C, C, C dan C. Lima taraf lama pemanasan yang digunakan ialah 3 jam, 6 jam, 9 jam, 12 jam dan 24 jam. Pengujian ini dilakukan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) Hasil menunjukkan bahwa ketahanan kayu oleh serangan rayap tanah yang ditunjukkan dengan pengurangan bobot kayu, dipengaruhi oleh waktu pemanasan. Semakin lama pemanasan, terjadi peningkatan ketahanan kayu dari kelas IV menjadi kelas III. Penurunan bobot kayu karena serangan rayap kayu kering dipengaruhi oleh suhu pemanasan. Pemanasan pada suhu C, meningkatkan ketahanan kayu jati dari kelas IV menjadi kelas III. Kata kunci: Suhu, lama pemanasan, rayap tanah, rayap kayu kering ABSTRACT VINA NURFEBRIANI. Durabilitis Test of National Superior Teaks Wood (Tectona grandis Lf.) Againts Subterranean and Dry Wood Termites. Supervised by TRI ATMOWIDI and JASNI. Fast grown s teak has low durability because the teak was harvested in short age. The aims of study was to study effect combination of temperature and heat periode to teak wood durability againts subterranean (Coptotermes curvignathus Holmgren) and dry wood termites (Cryptotermes cynocephalus Light). The temperature level used in this study were C, C, C, C, and C and heating periode level used were 3 hours, 6 hours, 9 hours, 12 hours, dan 24 hours. The wood samples were tested by termites attack according to SNI Result showed that in subterranean termites test, heating periode affected to weight loss. Increasing periode of heating, increase durabiliti s teak wood from class IV to class III. While, in dry wood termites test, wood durablity was affected by temperature and heating at C increase durabiliti s teak wood from class IV to class III. Keywords: Temperature, heat periode, subterranean termite, dry wood termite

4 KETAHANAN KAYU JATI UNGGUL NASIONAL (Tectona grandis Lf.) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH DAN RAYAP KAYU KERING Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana sains pada Departemen Biologi VINA NURFEBRIANI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

5 Judul Skripsi : Ketahanan Kayu Jati Unggul Nasional (Tectona grandis Lf.) Terhadap Serangan Rayap Tanah dan Rayap Kayu Kering Nama : Vina Nurfebriani NIM : G Disetujui oleh Dr Tri Atmowidi, MSi Pembimbing I Dra Hj Jasni, MSi Pembimbing II Diketahui oleh Dr Ir Iman Rusmana, MSi Ketua Departemen Tanggal Lulus:

6 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2012 ini ialah Ketahanan Kayu Jati Unggul Nasional (Tectona grandis Lf.) Terhadap Serangan Rayap Tanah dan Rayap Kayu Kering. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Tri Atmowidi, MSi dan Ibu Dra Hj Jasni, MSi selaku pembimbing, serta Bapak Dr Ir Han Rulisdi, MSc yang membantu penelitian saya. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Sumardi selaku teknisi litbang dan ibu Ratih Damayanti yang membantu memberi saran. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juni 2014 Vina Nurfebriani

7 DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN 1 Tujuan Penelitian 2 METODE 2 Waktu dan Tempat 2 Alat dan Bahan 2 Persiapan Kayu Uji 3 Uji Ketahanan Kayu Terhadap Rayap Tanah 3 Uji Ketahanan Kayu Terhadap Rayap Kayu Kering 3 Analisis Data 5 HASIL 5 PEMBAHASAN 6 SIMPULAN 7 DAFTAR PUSTAKA 8

8 DAFTAR TABEL 1 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap kayu kering berdasarkan penurunan bobot kayu 2 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap tanah berdasarkan penurunan bobot kayu 3 Klasifikasi derajat serangan rayap 4 Hasil pengujian ketahanan kayu Jati cepat tumbuh oleh serangan rayap tanah (RT) dan rayap kayu kering (RKK) DAFTAR GAMBAR Halaman Halaman 1 Toples kaca berisi pasir lembap, kayu uji dan rayap pada uji ketahanan terhadap serangan rayap tanah (a), dan semprong kaca berisi rayap yang ditutup kapas pada uji ketahanan terhadap serangan rayap kayu kering (b) DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Analisis ragam dan uji Tuckey pengurangan bobot kayu uji terhadap rayap tanah 10 2 Analisis ragam dan uji Tuckey pengurangan bobot kayu uji terhadap rayap kayu kering 11

9 PENDAHULUAN Latar Belakang Keawetan atau ketahanan kayu adalah daya tahan suatu jenis kayu terhadap berbagai faktor perusak kayu. Pada umumnya, daya tahan kayu ditentukan oleh organisme perusak, seperti hewan laut, cendawan, dan serangga (Martawijaya 1996). Salah satu serangga perusak kayu adalah rayap. Di dunia diperkirakan terdapat 2500 spesies rayap, sedangkan di Indonesia terdapat 200 spesies yang tersebar di lahan pertanian, perkebunan, hutan, permukiman dan gedung perkantoran (Nandika et al. 2003) Rayap merupakan serangga sosial yang hidup dalam satu koloni. Dalam koloni rayap terdapat tiga kasta, yaitu kasta reproduktif (ratu dan raja), kasta prajurit, dan kasta pekerja. Ratu memiliki peran untuk menghasilkan telur dan raja memiliki tugas mengawini ratu. Kasta prajurit beperan melindungi koloni terhadap gangguan dari luar. Kasta prajurit mampu menyerang musuhnya dengan mandibel yang dapat menusuk, mengiris dan menjepit. Kasta pekerja bertugas memelihara telur dan rayap muda, memberi makan, memelihara ratu, mencari sumber pakan, membuat sarang dan liang-liang kembara. Kasta ini juga merusak tanaman, kayu, mebel, dan bahan berselulosa lainnya (Tarumingkeng 1971). Rayap dikenal sebagai serangga yang mampu mencerna selulosa dengan bantuan protoza simbion yang hidup di usus belakang rayap (Hasan 2004). Tiga genus Flagellata dalam usus rayap tersebut, yaitu Pseudotrichonympha, Holomastigoitoides, dan Spirotrichonympha (Nandika et al. 1991). Rayap yang banyak ditemukan merusak kayu adalah rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) dan rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus Light). Populasi rayap tanah lebih banyak daripada rayap kayu kering (Nandika et al. 2003). Aktivitas rayap menyebabkan kerugian ekonomi mencapai 1,67 trilyun rupiah (Rahmawati 1995). Rayap tanah membentuk tipe sarang karton dan dapat membangun sarang-sarang antara (satelite nest), sehingga dapat memperluas sarang sekaligus wilayah jelajahnya. Serangga ini juga mampu beradaptasi dalam berbagai kondisi lingkungan, termasuk lingkungan yang diciptakan manusia di dalam gedung (Eggleton 2000). Klasifikasi rayap tanah (Nandika et al. 1991): Filum : Arthopoda Kelas : Insekta Ordo : Isoptera Famili : Rhinotermitidae Genus : Coptotermes Spesies : Coptotermes Curvignathus Holmgren Rayap kayu kering membangun sarang di dalam kayu. Jumlah individu anggota koloni rayap ini hanya beberapa ratus individu, sehingga luas sarang umumnya sangat terbatas. Liang-liang yang terdapat pada sarang tersebut sejajar dengan serat kayu. Tanda serangan rayap ini ditandai dengan butir ekskremen kecil berwarna kecoklatan yang sering berjatuhan di lantai atau di sekitar kayu yang diserang (Tarumingkeng 1971). Serangan rayap kayu kering berupa rongga-

10 2 rongga yang tidak teratur di dalam kayu (Nandika & Adijuwana 1995). Klasifikasi rayap kayu kering (Nandika et al. 1991): Filum : Arthopoda Kelas : Insekta Ordo : Isoptera Famili : Kalotermitidae Genus : Cryptotermes Spesies : Cryptotermes cynocephalus Light Aktivitas makan rayap kayu kering menyebabkan kerusakan kayu. Akibat serangan tersebut, umur pakai kayu jati menjadi pendek. Umur pakai kayu dapat diperpanjang dengan dilakukan peningkatan ketahanan kayu, salah satunya dengan pemanasan. Muin et al. (2003) melaporkan perubahan komponen kayu mulai terjadi pada suhu C, sehingga perlahan-lahan terjadi penurunan bobot kayu. Pengurangan selulosa dalam kayu, berpengaruh terhadap serangan rayap (Martawijaya 1996). Tanaman Jati Unggul Nasional (JUN) (Tectona garndis Lf.) dihasilkan dari pembiakan vegetatif melalui kultur jaringan. Tanaman ini memiliki laju pertumbuhan cepat (Amri & Tini 2004). Damayanti (2010) melaporkan ketahanan alami kayu jati JUN umur 5 tahun terhadap serangan rayap tanah masih rendah, yaitu kelas awet IV. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari ketahanan kayu Jati Unggul Nasional (Tectona grandis Lf) terhadap serangan rayap tanah dan rayap kayu kering pada perlakuan suhu dan waktu pemanasan yang berbeda. METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 sampai Februari 2013 di Labolatorium Biologi dan Pengawetan Hasil Hutan, Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan Gunung Batu Bogor. Alat dan Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu jati cepat tumbuh asal Cogreg Bogor yang berumur lima tahun, kapas, lilin, 50 individu kasta pekerja rayap kayu kering, 200 individu kasta pekerja rayap tanah, dan pasir lembab. Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah meteran, penggaris, gergaji, oven dan timbangan dengan ketelitian 0.001g, desikator, toples kaca, semprong kaca berdiameter 1.8 cm dan tinggi 2.5 cm dan alat tulis.

11 3 Persiapan Kayu Uji Kayu dipotong dengan ukuran 2.5cm x 2.5cm x 0.5cm sebagai sampel untuk uji ketahanan terhadap serangan rayap tanah dan ukuran 5cm x 2.5 cm x 2.5 cm untuk perlakuan rayap kayu kering. Sebelum perlakuan, semua kayu uji ditimbang. Kayu dioven dalam 25 kombinasi suhu dan waktu pemanasan, yaitu C-3 jam, C-6 jam, C-9 jam, C-12 jam, C-24 jam, C-3 jam, C-6 jam, C-9 jam, C-12 jam, C-24 jam, C-3 jam, C-6 jam, C-9 jam, C-12 jam, C-24 jam, C-3 jam, C-6 jam, C-9 jam, C-12 jam, C-24 jam, C-3 jam, C-6 jam, C-9 jam, C-12 jam, dan C-24 jam. Setelah dioven, kayu ditimbang kembali dan disimpan dalam suhu ruang sebelum diujikan pada rayap. Uji Ketahanan Kayu terhadap Serangan Rayap Tanah Kayu uji ditimbang terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam toples kaca. Kayu uji diletakkan berdiri dan disandarkan ke kaca. Kemudian, ke dalam toples dimasukan 200g pasir lembab (kadar air sekitar 7%). Sebanyak 200 individu kasta pekerja rayap tanah dimasukkan ke dalam toples kaca (Gambar 1). Toples kaca kemudian disimpan di tempat gelap selama 4 minggu. Setiap minggu aktivitas rayap diamati untuk mengetahui derajat serangan pada kayu. Jika kadar air turun 2% atau lebih, maka ke dalam toples tersebut ditambahkan air secukupnya. Setelah 4 minggu, kayu uji dibongkar, dibersihkan dan dihitung jumlah individu rayap yang masih hidup. Kayu uji dioven pada suhu 60 0 C ± 2 0 C selama 24 jam. Setelah dioven kayu uji ditimbang dan penurunan bobot kayu uji dihitung dengan persamaan: X 100% Keterangan: P = Penurunan bobot kayu uji (%) W1 = Bobot kering oven kayu sebelum diuji (g) W2 = Bobot kering oven kayu setelah diuji (g) Penetuan ketahanan kayu didasarkan pada SNI (Anonim 2006) (Tabel 1). Tabel 1 Klasifikasi ketahanan kayu berdasarkan penurunan bobot kayu karena serangan rayap tanah Kelas Ketahanan Penurunan bobot (%) I Sangat tahan <3.52 II Tahan III Sedang IV Tidak tahan V Sangat tidak tahan >18.94 Uji Ketahanan Kayu terhadap Serangan Rayap Kayu Kering Kayu uji ditimbang, kemudian semprong kaca ditempelkan pada kayu menggunakan lilin sebagai perekat. Sebanyak 50 individu kasta pekerja rayap

12 4 kayu kering dimasukkan ke dalam semprong kaca dan ditutup dengan kapas (Gambar 1). Semprong kaca disimpan di tempat gelap selama 12 minggu. Setelah penyimpanan, rayap yang masih hidup dihitung. Kayu uji dioven pada suhu 60 0 C ± 2 0 C selama 24 jam. Setelah dioven, kayu uji ditimbang dan dihitung persen penurunan bobotnya. Penentuan ketahanan kayu dari serangan rayap kayu kering didasarkan pada SNI (Tabel 2). Tabel 2 Klasifikasi ketahanan kayu berdasarkan penurunan bobot karena serangan rayap kayu kering Kelas Ketahanan Penurunan Bobot (%) I Sangat tahan <2.0 II Tahan III Sedang IV Tidak tahan V Sangat tidak tahan >28.1 (a) (b) Gambar 1 Toples kaca berisi pasir lembap, kayu uji dan rayap pada uji ketahanan terhadap serangan rayap tanah (a), dan semprong kaca berisi rayap yang ditutup kapas pada uji ketahanan terhadap serangan rayap kayu kering (b). Tingkat serangan rayap tanah dan rayap kayu kering terhadap kayu uji dinilai berdasarkan Pablo & Gracia (1997) (Tabel 3). Tabel 3 Klasifikasi derajat serangan rayap terhadap kayu uji Kondisi Kayu Uji Nilai Tidak ada serangan 0 Sedikit serangan (1-25%) 40 Serangan sedang (25-50%) 70 Serangan berat (51-75%) 90 Serangan sangat berat (76-100%) 100 Analisis Data Perbedaan pengurangan bobot kayu jati pada berbagai perlakuan suhu dan lama pemanasan terhadap serangan rayap dianalisis dengan sidik ragam (Anova) dengan menggunakan program Statistical Analysis System (SAS) 9.1.

13 Hasil analisis Anova yang menunjukkan perbedaan, kemudian dilanjutkan dengan uji Tuckey. HASIL Ketahanan kayu jati JUN dapat diketahui dari pengurangan bobot kayu uji, mortalitas rayap, dan derajat serangan. Penurunan bobot kayu jati JUN terhadap serangan rayap tanah berkisar 7,32-15,27%. Penurunan bobot kayu terbesar (15,27%) terjadi pada perlakuan pemanasan C, 24 jam. Rata-rata penurunan bobot terkecil (7,32%) terjadi pada pada pemanasan C, 24 jam (Tabel 4). Tabel 4 Ketahanan kayu jati JUN terhadap serangan rayap tanah (RT) dan rayap kayu kering (RKK) Perlakuan kayu uji Pengurangan bobot (%) Kelas ketahanan Mortalitas rayap (%) Nilai derajat serangan rayap RT RKK RT RKK RT RKK RT RKK A1B1 13,17a 11.8ab IV IV A1B2 10,46ab 7,7ab III III A1B3 10,65ab 9,4ab III IV A1B4 9,86b 8,9ab III IV A1B5 9,79ab 8,8ab III IV A2B1 11,06a 9,8a IV IV A2B2 9,92ab 9,5a III IV 18, A2B3 10,38ab 9,7a III IV A2B4 10,87b 10,0a III IV A2B5 10,08ab 9,3a III IV A3B1 12,81a 9,04bc IV IV A3B2 9,97ab 9,02bc III IV A3B3 12,83ab 8,17bc IV III A3B4 9,86b 9,01bc III IV A3B5 14,30ab 8.05bc IV III A4B1 14,97a 8,25c IV IV A4B2 13,39ab 8,99c IV IV A4B3 12,55ab 8,17c IV III A4B4 8,46b 7,85c III III A4B5 7,32ab 8,05c III III A5B1 13,33a 7,88c IV III A5B2 11,68ab 7,20c IV III A5B3 13,56ab 8,03c IV III A5B4 8,45b 7,98c III III A5B5 15,27ab 7,73c IV III Keterangan: A1=100 0 C, A2=120 0 C, A3=140 0 C, A4=160 0 C, A5=180 0 C, B1=3 jam, B2= 6 jam, B3=9 jam, B4=12 jam, B5=24 jam. Huruf yang sama dalam kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Tuckey taraf 5%. Berdasarkan analisis ragam, pengurangan bobot kayu jati akibat serangan rayap tanah tidak berbeda nyata pada semua perlakuan suhu (p=0.2102), namun berbeda nyata pada perlakuan lama pemanasan (p=0.0064) (Lampiran 1). Berdasarkan uji Tuckey, penurunan bobot pada permanasan 3 jam berbeda

14 dengan waktu pemanasan 12 jam (Lampiran 1). Semakin lama kayu dipanaskan, ketahanan kayu semakin tinggi, yaitu dari kelas ketahanan IV menjadi kelas III (Tabel 4). Penurunan bobot kayu jati JUN akibat serangan rayap kayu kering berkisar 7,20-11,8%. Penurunan bobot kayu terbesar (11,8%) terjadi pada perlakuan pemanasan C selama 3 jam. Rata-rata penurunan terkecil (7,20%) terjadi pada pada pemanasan C selama 6 jam (Tabel 4). Analisis ragam menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata bobot kayu pada perlakuan lama pemanasan (p=0.1114), namun berbeda pada perlakuan suhu (p=0.0001) (Lampiran 2). Berdasarkan uji Tuckey, penurunan bobot kayu pada pemanasan C, berbeda dengan pemanasan C C. Semakin besar suhu yang digunakan untuk pengawetan, ketahanan kayu makin meningkat, yaitu dari kelas IV menjadi kelas III (Tabel 4). Perlakuan suhu memberikan pengaruh terhadap aktivitas makan rayap kayu kering. Jumlah individu rayap tanah yang mati berkisar 9-18%, sedangakan rayap kayu kering berkisar 44-56%. Pada uji serangan rayap tanah, perlakuan suhu C selama 3 jam sampai C selama 24 jam menunjukkan sedikit serangan (nilai 40-60). Pada perlakuan suhu C, serangan rayap meningkat menjadi serangan sedang (nilai 70-85). Serangan rayap kayu kering pada kayu jati relatif sama, yaitu serangan sedang (Tabel 4). PEMBAHASAN Ketahanan kayu jati JUN dari serangan rayap dapat ditingkatkan dengan pemanasan. Berdasarkan hasil uji terhadap serangan rayap tanah, ketahanan kayu meningkat sejalan dengan semakin lama pemanasan. Berdasarkan hasil uji terhadap serangan rayap kayu kering penurunan bobot kayu pada rentang suhu C dapat meningkatkan ketahanan kayu. Pemaparan pada suhu tersebut dapat mengurangi kelembapan, sehingga kadar air menurun dan terjadi penurunan bobot kayu (Kinnimont 1976). Momohara et al. (2003) melaporkan ketahanan kayu Cemara Jepang (Cryptomeria japonica) yang diuji dengan terhadap rayap tanah (Coptotermes formosanus), menunjukkan bahwa perlakuan pemanasan 60 0 C terjadi penurunan bobot 3-4%, pada pemanasan C sebesar 6-14%, dan pada suhu C sebesar 7-11%. Rayap kayu kering menyerang kayu pada kadar air 10-12% atau kurang dari 10%. Rayap ini dapat ditemukan dalam kayu yang kering, kerangka kayu, bagian atap gedung dan bahan-bahan yang lembap (Tambunan & Nandika 1989). Pemanasan suhu 204, C pada kayu dapat mendegradasi selulosa, hemisesulosa, lignin dan penguapan zat ekstraktif. Pemanasan tersebut menghasilkan reaksi kimia kompleks yang merubah gugus hidroksil pada dinding sel yang hidrofobik. Perubahan tersebut cenderung menolak air sehingga kayu lebih tahan dari serangan cendawan dan mikroorganisme lain (Sheffer & Morvel 1998). Jumlah rayap yang mati merupakan salah satu faktor untuk mengetahui ketahanan kayu. Hasil penelitian menunjukkan mortalitas rayap kayu kering lebih banyak dibandingkan rayap tanah (Tabel 4). Jasni dan Supriana (1992) melaporkan pengujian ketahanan kayu berhasil apabila mortalitas rayap lebih

15 dari 55%. Daya rusak dan adaptasi rayap tanah yang tinggi menjadikan mortalitas rayap tanah rendah (Eggleton 2000). Serangan rayap tanah dan rayap kayu kering relatif sama pada setiap kombinasi perlakuan (Tabel 4). Rayap menyerang kayu pada titik dan sisi yang kasar sebagai bahan anisotropis. Pada kayu pinus (konifer), rayap menyerang serabut kayu pada arah tegak lurus sumbu trakeid (Schultze 1960). Rayap pekerja dan nimfa tua memiliki rahang pemotong yang kuat. Rahang tersebut dapat merobek dan menghancurkan serabut kayu menjadi serpihan (Supriana 1999). Rayap tanah menyerang kayu dengan membuat rongga pada kayu menggunakan tanah, sehingga dapat mempertahankan suhu dan kelembapan untuk memperluas wilayah jelajah serangan tersebut (Nandika et al. 1991). Rayap kayu kering menyerang kayu yang menyebabkan rongga-rongga tidak teratur di dalam kayu dengan meninggalkan lapisan tipis dipermukaan kayu. Tanda serangan rayap kayu kering berupa eksremen halus berdiameter mm berwarna kecoklatan yang keluar dari lubang bekas serangan (Tarumingkeng 19 71). Rayap C. curvignathus Holmgren memiliki populasi flagelata sebanyak 4682 individu per rayap. Hal tersebut menjadikan daya cerna selulosa rayap ini tinggi (Nandika & Adijuana 1995). Sumber makanan rayap berupa selulosa yang merupakan polisakarida. Selulosa dicerna pada usus belakang rayap yang banyak terdapat protozoa simbion. Kondisi usus anaerob dan adanya sumber makanan mendukung kehidupan organisme simbion. Organisme simbion tersebut menyumbang enzim selulase yang dapat memutuskan ikatan glikosidik beta-1,4 selulosa. Selulosa yang terhidolisis menghasilkan 10 monosakarida (Belitz et al. 2008). Monosakarida tersebut dapat diserap oleh usus rayap sehingga menjadi energi bagi rayap untuk bertahan hidup. Komponen kayu tidak hanya selulosa tetapi juga terdapat zat ekstraktif yang bersifat deter terhadap rayap. Zat ini terbentuk sejalan terbentuknya kayu teras (Martawijaya 1996). Koch (1972) melaporkan pada tanaman pinus (Pinus palustris), pembentukan kayu teras secara khas dimulai pada umur tahun. Kayu teras mengandung zat ekstraktif yang bersifat fungisida dan insektisida, yaitu zat fenol, terpenoid, alkaloid, saponin, flavonoid, terpenoid, chlorophorin, tanin dan tectochinon. Tecthochinon merupakan zat ekstraktif yang mampu menahan serangan rayap. Kayu jati di pulau Jawa memiliki kandungan tectochinon berkisar 0,36%. Kandungan lain di dalam kayu jati adalah antrachinon yang dapat meningkatkan ketahanan kayu terhadap serangan rayap Coptotermes lacteus Frogg, Nasuitermes eixtiosus dan Cryptotermes bravis Walker (Martawijaya 1996). Pada pohon muda, seperti jati JUN dan lainnya yang berumur muda belum terbentuk kayu teras, sehingga tidak terdapat zat ekstraktif kayu, akibatnya kayu rentan terhadap serangan rayap. SIMPULAN Perlakuan pemanasan C meningkatkan kelas ketahanan kayu Jati JUN dari kelas IV menjadi kelas III terhadap serangan rayap kayu kering. Lama pemanasan meningkatkan ketahanan kayu jati terhadap serangan rayap tanah. Serangan rayap kayu kering terhadap kayu jati JUN pada semua perlakuan suhu dan lama pemanasan termasuk serangan sedang.

16 DAFTAR PUSTAKA Anonim SNI Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu. Jakarta: BSN Amri K, Tini N Mengebunkan jati unggul pilihan investasi prospektif. Jakarta: Agro Media Pustaka Belitz HD, Grosch W, Schieberle P Food chemistry. Berlin: Springer Verlag hal Damayanti R Struktur makro, mikro, dan ultramikroskopik kayu jati unggul nusantara dan kayu jati konvensional [tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor Eggleton P Global patterns of termite diversity. In termites: Evolution, sociality, symbioses, ecology. Takuya Abe, David Edward Bignell and Masahiko Higashi (Editor). London: Kluwer Academic Publisher London. hlm Hasan T Rayap dan pemberantasannya (penanggulangan dan pencegahan). Jakarta: Yayasan Pembinaan dan Watak Jasni Supriatna N Pencegahan rayap dan bubuk perusak kayu dengan pestisida berbahan aktif phoxim dan cyflutrhhrin. Yogyakarta: Kongres Entomologi IV Kinnimont JA Effect of timber drying temperature on subsequent moisture and dimensional changes. J Forest Sci 6: Koch P Utilization of the sauthern pine. Agricultural handbook SFES- AH-420. Asheville: USDA-Forest Service, Southern Forest Experiment Station Martawijaya A Keawetan kayu dan faktor yang mempengaruhinya. Petunjuk teknis. Bogor: Puslitbang Press Momohara I, Ohmura W, Kato H, Kubojima Y Effect of high temperature treatment on wood durability against the brown-rot fungus, Formitopsis palutris and the termite Coptoptermes formosanus. 8 th International IUFRO wood drying conference. Forestry and Forest Products Research Institute Muin M, Arif A, Syahidah Deteriorasi dan perbaikan sifat kayu. Makassar: Unhas Press Nandika D, Rafiudin R, Husaeni EA Biologi rayap perusak kayu. Bogor: PAU-IPB Nandika D, Adijuwana H Ekstraksi Enzim Selulase dari Rayap Kayu Kering (Cryptotermes cynocephalus Light) serta Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) serta Macrotermes gilvus Hagen. J Penelitian Hasil Hutan 7(1):35-40 Nandika D, Yudi R, Farah D Rayap: biologi dan pengendaliannya. Surakarta: Muhammadiyah University Press Pablo MRS, Gracia GM Natural durability of anahau (Livistona rotundifolia lam. Mart.). J Forest Product and Development Industries 23: 69-76

17 Rahmawati D Perkiraan kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada bangunan perumahan di Indonesia [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB Sheffer TC, Morvel JJ Natural Durabilty of wood: a Worldwide checklis. Oregon State University: Forest Research Labolatory Schultze DG The manner and severity of termite attack on wood of different structure and density. I. Tests with separated early and late wood. Holz als Roh- und Werkstoff 18 (10): Supriana N Rayap dan kayu: Analisis sifat dan perilaku menuju strategi pengendalian baku. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan. Tambunan B, Nandika D Deteriorasi kayu oleh faktor biologi. Bogor: Pusat Antar universitas Bioteknologi IPB. Tarumingkeng RC Biologi dan Pengenalan Rayap Perusak Kayu Indonesia.Lap. L.P.H. No p.

18 10 Lampiran 1 Analisis ragam dan uji Tuckey pengurangan bobot kayu uji terhadap serangan rayap tanah Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model Error Corrected Total Sumber keragaman DF Type I SS Mean F Value Pr > F (Sources of variation) Square A (suhu pemanasan) tn B ( waktu pemanasan) ** AB (interaksi faktor A dan B) tn Keterangan: tn= tidak nyata pada selang kepercayaan 95% **= nyata pada selang kepercayaan 95% Uji Tukey (bnj) pengaruh waktu pemanasan (b) terhadap penurunan bobot General Linear Models Procedure Tukey's Studentized Range (HSD) Test for variable: Y1 (penurunan bobot) Alpha= 0.05 df= 100 MSE= Critical Value of Studentized Range= Minimum Significant Difference= Means with the same letter are not significantly different. Tukey Grouping Mean N B A B A B A B A B

19

20 10 Lampiran 2 Analisis ragam dan uji Tuckey pengurangan bobot kayu uji terhadap serangan rayap kayu kering Source DF Sum of Mean F Value Pr > F Squares Square Model Error Corrected Total Sumber keragaman DF Type I SS Mean F Value Pr > F (Sources of variation) Square A (suhu pemanasan) ** B ( waktu pemanasan) tn AB (interaksi faktor A dan B) tn tn Keterangan: tn= tidak nyata pada selang kepercayaan 95% **= nyata pada selang kepercayaan 95% Uji Tukey (bnj) pengaruh suhu pemanasan (a) terhadap penurunan bobot General linear models procedure Tukey's studentized range (hsd) test for variable: y1 (penurunan bobot) Alpha= 0.05 df= 75 MSE= Critical value of studentized range= minimum significant difference= Means with the same letter are not significantly different. Tukey Grouping Mean N A A B A B C C C

21 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 15 Februari 1990 dari ayah Ir. Pipin dan ibu C.Sumarni. Penulis adalah putra pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Insan kamil Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama menempuh pendidikan strata-1 di IPB, penulis aktif pada beberapa organisasi yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) bidang pendidikan. Penulis berpartisipasi dalam kegiatan kepanitiaan IDEA (IPB s Dedication and Education) sebagai sekertaris 1 ditahun 2010, ISEE (International Scholarship and Education Expo) sebagai sekertaris 1 ditahun 2010 dan 2011 dan Pesta Sains Nasional 2010 sebagai ketua divisi kesekretariatan sub biologi. Beberapa pengalaman penelitian yang pernah dilakukan penulis ialah melakukan kegiatan studi lapangan pada tahun 2009 di Pantai Pananjung Pangandaran dengan judul Keanekaragaman Cendawan Gua di Cagar Alam Pangandaran di bawah bimbingan Ir Agustin Widya Gunawan, MS. Selain itu penulis melakukan kegiatan praktik lapangan pada tahun 2011 di Pusat Keteknikan dan pengolahan kehutanan Bogor dengan judul Perkembangbiakan Jabon Merah dengan stek pucuk di bawah bimbingan Prof Dr Ir Alex Hartana.

Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu

Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu SNI 01-7207-2006 Standar Nasional Indonesia Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu ICS 79.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian Empat Jenis Kayu Rakyat berdasarkan Persentase Kehilangan Bobot Kayu Nilai rata-rata kehilangan bobot (weight loss) pada contoh uji kayu sengon, karet, tusam,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tiap tahunnya (Rachmawati, 1996), sedangkan menurut Wahyuni (2000), di Kabupaten

I. PENDAHULUAN. tiap tahunnya (Rachmawati, 1996), sedangkan menurut Wahyuni (2000), di Kabupaten 1 I. PENDAHULUAN Indonesia mengalami kerugian ekonomi akibat serangan rayap pada kayu bangunan rumah penduduk mencapai 12,5% dari total biaya pembangunan perumahan tiap tahunnya (Rachmawati, 1996), sedangkan

Lebih terperinci

KELAS AWET JATI CEPAT TUMBUH DAN LOKAL PADA BERBAGAI UMUR POHON (Durability class of Fast Growing and Local Teak On Various Tree Ages)

KELAS AWET JATI CEPAT TUMBUH DAN LOKAL PADA BERBAGAI UMUR POHON (Durability class of Fast Growing and Local Teak On Various Tree Ages) KELAS AWET JATI CEPAT TUMBUH DAN LOKAL PADA BERBAGAI UMUR POHON (Durability class of Fast Growing and Local Teak On Various Tree Ages) Oleh/By: Ginuk Sumarni & Mohammad Muslich ABSTRACT Fast growing teak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kehilangan Berat (Weight Loss) Contoh Uji Kehilangan berat (WL) merupakan salah satu respon yang diamati karena berkurangnya berat contoh uji akibat aktifitas makan rayap

Lebih terperinci

KETAHANAN PELEPAH GEWANG (Corypha utan Lamk.) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH DAN RAYAP KAYU KERING PUTI WULAN SARY

KETAHANAN PELEPAH GEWANG (Corypha utan Lamk.) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH DAN RAYAP KAYU KERING PUTI WULAN SARY KETAHANAN PELEPAH GEWANG (Corypha utan Lamk.) TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH DAN RAYAP KAYU KERING PUTI WULAN SARY DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN

Lebih terperinci

POTENSI HUTAN TRIDHARMA USU SEBAGAI TEMPAT PENGUJIAN KEAWETAN KAYU

POTENSI HUTAN TRIDHARMA USU SEBAGAI TEMPAT PENGUJIAN KEAWETAN KAYU POTENSI HUTAN TRIDHARMA USU SEBAGAI TEMPAT PENGUJIAN KEAWETAN KAYU SKRIPSI Oleh: Agustia Wardhana 051203006/ Teknologi Hasil Hutan DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan yaitu mulai dari bulan Juni 2011 sampai dengan bulan Oktober 2011 bertempat di Laboratorium Biokomposit dan Laboratorium Bagian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kehilangan Berat Kehilangan berat dapat menjadi indikasi respon serangan rayap terhadap contoh uji yang diberi perlakuan dalam hal ini berupa balok laminasi. Perhitungan

Lebih terperinci

Keanekaragaman Jenis Rayap Tanah dan Dampak Serangan Pada Bangunan Rumah di Perumahan Kawasan Mijen Kota Semarang

Keanekaragaman Jenis Rayap Tanah dan Dampak Serangan Pada Bangunan Rumah di Perumahan Kawasan Mijen Kota Semarang Keanekaragaman Jenis Rayap Tanah dan Dampak Serangan Pada Bangunan Rumah di Perumahan Kawasan Mijen Kota Semarang Annisa Savitri* ), Ir. Martini**), Sri Yuliawati** ) * ) Mahasiswa Peminatan Entomologi

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2009 sampai bulan Juni 2009. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengawetan Kayu Pusat Penelitian

Lebih terperinci

Dramaga, Bogor, 16680, Indonesia. IPB Dramaga, Bogor, 16680, Indonesia Corresponding author: (Fauzi Febrianto)

Dramaga, Bogor, 16680, Indonesia. IPB Dramaga, Bogor, 16680, Indonesia Corresponding author: (Fauzi Febrianto) Keawetan Alami Sembilan Jenis Kayu dari Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor terhadap Serangan Rayap (Natural Durability of Nine Woods Species Grown in Dramaga Campus Bogor Agricultural University against

Lebih terperinci

Oleh/By : Mody Lempang dan Muhammad Asdar ABSTRACT. The main cause of building destroy is termite attacktion. Economic lossing

Oleh/By : Mody Lempang dan Muhammad Asdar ABSTRACT. The main cause of building destroy is termite attacktion. Economic lossing ODC (OSDC) Lempang, M., M. Asdar (Balai Penelitian Kehutanan Makassar) Ketahanan Alami Kayu Jati (Tectona grandis l.f.) Asal Sulawesi Tenggara Terhadap Rayap Tanah. J. Penelit. Has. Hut. Penelitian ini

Lebih terperinci

SIFAT ANTI RAYAP ZAT EKSTRAKTIF KAYU KOPO (Eugenia cymosa Lamk.) TERHADAP RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren RATIH MAYANGSARI

SIFAT ANTI RAYAP ZAT EKSTRAKTIF KAYU KOPO (Eugenia cymosa Lamk.) TERHADAP RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren RATIH MAYANGSARI SIFAT ANTI RAYAP ZAT EKSTRAKTIF KAYU KOPO (Eugenia cymosa Lamk.) TERHADAP RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren RATIH MAYANGSARI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 SEBARAN DAN PERKIRAAN KERUGIAN EKONOMIS SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SKRIPSI Oleh Hadhi Prabowo Syaiful 051203032/ Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, berasal dari bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu merupakan

Lebih terperinci

PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA

PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA 4 Pengantar Jenis-jenis rayap (Ordo Isoptera) merupakan satu golongan serangga yang paling banyak menyebabkan kerusakan pada kayu yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keawetan Kayu Keawetan alami kayu adalah suatu ketahanan kayu secara alamiah terhadap serangan organisme perusak yang datang dari luar, seperti misalnya jamur, serangga, marine

Lebih terperinci

ASETILASI KAYU RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.), CEMPEDAK (Artocarpus integer Merr.), DAN RAMBAI (Baccaurea montleyana Muell. Arg) HASIL PENELITIAN

ASETILASI KAYU RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.), CEMPEDAK (Artocarpus integer Merr.), DAN RAMBAI (Baccaurea montleyana Muell. Arg) HASIL PENELITIAN ASETILASI KAYU RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.), CEMPEDAK (Artocarpus integer Merr.), DAN RAMBAI (Baccaurea montleyana Muell. Arg) HASIL PENELITIAN Oleh: Jendro Zalukhu 081203017 / Teknologi Hasil Hutan

Lebih terperinci

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN SMP NEGERI DI KOTA MEDAN

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN SMP NEGERI DI KOTA MEDAN ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN SMP NEGERI DI KOTA MEDAN Hasil Penelitian Oleh : Hendra Simanjuntak 051203010 Teknologi Hasil Hutan DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON

IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON Bimafika, 2012, 3, 393-398 IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON Tekat Dwi Cahyono Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon Diterima 29-02-2012;

Lebih terperinci

Karakteristik Populasi Rayap Tanah Coptotermes spp (Blattodea: Rhinotermitidae) dan Dampak Serangannya

Karakteristik Populasi Rayap Tanah Coptotermes spp (Blattodea: Rhinotermitidae) dan Dampak Serangannya 110 Karakteristik Populasi Rayap Tanah Coptotermes spp (Blattodea: Rhinotermitidae) dan Dampak Serangannya (Characteristic of Population Subterranean Termites Coptotermes spp (Blattodea: Rhinotermitidae)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kayu jati sebagai bahan bangunan seperti kuda-kuda dan kusen, perabot rumah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kayu jati sebagai bahan bangunan seperti kuda-kuda dan kusen, perabot rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu jati merupakan salah satu jenis kayu yang diminati dan paling banyak dipakai oleh masyarakat, khususnya di Indonesia. Selain memiliki sifat yang awet dan kuat,

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Zat Ekstraktif Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan ekstrak aseton yang diperoleh dari 2000 gram kulit A. auriculiformis A. Cunn. ex Benth. (kadar air 13,94%)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Papan partikel Papan partikel adalah papan yang dibuat dari partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya yang diikat dengan perekat organik ataupun sintesis kemudian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Skema pengolahan limbah sayuran. Sayuran dikumpulkan, dipilah dan dicuci dengan air. Ditiriskan menggunakan jaring

Lampiran 1. Skema pengolahan limbah sayuran. Sayuran dikumpulkan, dipilah dan dicuci dengan air. Ditiriskan menggunakan jaring 33 Lampiran 1. Skema pengolahan limbah sayuran Sayuran dikumpulkan, dipilah dan dicuci dengan air Ditiriskan menggunakan jaring Dicacah dan diangin-anginkan dilapangan terbuka Dikeringkan sampai kadar

Lebih terperinci

PERSEBARAN DAN PREFERENSI RAYAP TANAH TERHADAP JENIS KAYU YANG BERBEDA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PENGUMPANAN DI WILAYAH PURWOKERTO SKRIPSI

PERSEBARAN DAN PREFERENSI RAYAP TANAH TERHADAP JENIS KAYU YANG BERBEDA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PENGUMPANAN DI WILAYAH PURWOKERTO SKRIPSI PERSEBARAN DAN PREFERENSI RAYAP TANAH TERHADAP JENIS KAYU YANG BERBEDA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PENGUMPANAN DI WILAYAH PURWOKERTO SKRIPSI Oleh DWI NURCAHYO A B1J009048 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan selama lima bulan yaitu dari bulan Maret sampai dengan Juni dan dilanjutkan kembali bulan November sampai dengan Desember 2011

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 11 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2012 sampai dengan Mei 2012, bertempat di Laboratorium Pengelohan Hasil Hutan, Pusat Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL

Lebih terperinci

BIOLOGI DAN PENGENDALIAN RAYAP HAMA BANGUNAN DI INDONESIA

BIOLOGI DAN PENGENDALIAN RAYAP HAMA BANGUNAN DI INDONESIA BIOLOGI DAN PENGENDALIAN RAYAP HAMA BANGUNAN DI INDONESIA 5 Rayap dalam biologi adalah sekelompok hewan dalam salah satu ordo yaitu ordo Isoptera dari kelas Artropoda. Ordo Isoptera beranggotakan sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Anonim, 2006). Dengan. Banyak faktor yang membuat potensi hutan menurun, misalnya

BAB I PENDAHULUAN. dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Anonim, 2006). Dengan. Banyak faktor yang membuat potensi hutan menurun, misalnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan yang berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan, tumbuhtumbuhan dalam persekutuan alam dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan rayap yang paling luas serangannya di Indonesia. Klasifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2011, bertempat di Laboratorium Biomaterial dan Biodeteriorasi Kayu, Pusat Penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur analisa proksimat serbuk daun dan ranting jarak pagar kering. diulangi hingga diperoleh bobot tetap.

Lampiran 1. Prosedur analisa proksimat serbuk daun dan ranting jarak pagar kering. diulangi hingga diperoleh bobot tetap. LAMPIRAN 53 Lampiran 1. Prosedur analisa proksimat serbuk daun dan ranting jarak pagar kering a. Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 2-5 g sampel serbuk kering dimasukkan ke dalam cawan aluminium yang

Lebih terperinci

BAB 3 APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK 1 FAKTOR

BAB 3 APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK 1 FAKTOR BAB 3 APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK 1 FAKTOR Rancangan Acak Kelompok atau biasa disingkat RAK digunakan jika kondisi unit percobaan yang digunakan tidak homogen. Dalam rancangan ini, petakan percobaan

Lebih terperinci

KETAHANAN KAYU MINDI (Melia azedarach L.) DARI RAYAP KAYU KERING Cryptotermes cynocephalus SETELAH PERLAKUAN PEMANASAN ADY PRATAMA

KETAHANAN KAYU MINDI (Melia azedarach L.) DARI RAYAP KAYU KERING Cryptotermes cynocephalus SETELAH PERLAKUAN PEMANASAN ADY PRATAMA KETAHANAN KAYU MINDI (Melia azedarach L.) DARI RAYAP KAYU KERING Cryptotermes cynocephalus SETELAH PERLAKUAN PEMANASAN ADY PRATAMA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

Muhammad Sayuthi Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala

Muhammad Sayuthi Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala RAYAP MACROTERMES GILVUS (HAGEN) (ISOPTERA: TERMITIDAE) SEBAGAI HAMA PENTING PADA TANAMAN JARAK PAGAR (J. CURCAS) DI KEBUN INDUK JARAK PAGAR (KIJP) PAKUWON SUKABUMI JAWA BARAT (The Macrotermes gilvus Hagen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-konstruksi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-konstruksi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu merupakan hasil hutan yang dibutuhkan manusia untuk berbagai penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-konstruksi. Namun pada kenyataannya,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan sekolah-sekolah sekarang ini dianggap masih kurang

TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan sekolah-sekolah sekarang ini dianggap masih kurang TINJAUAN PUSTAKA Bangunan Sekolah Dasar Keberadaan sekolah-sekolah sekarang ini dianggap masih kurang memadai baik dari segi jumlah maupun kelengkapan fasilitas di dalamnya. Saat ini terdapat hampir lebih

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sketsa lokasi tambak penelitian

Lampiran 1. Sketsa lokasi tambak penelitian Lampiran 1. Sketsa lokasi tambak penelitian 58 59 Lampiran 2. Data bobot basah (gr) pada masing-masing perlakuan Bobot Jarak Tanam Ulangan Minggu Ke- 0 7 14 21 28 35 42 50 gr 20 cm 1 50 85 105 145 150

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kota Medan mempunyai 805 sekolah dasar dengan perincian 401 buah

TINJAUAN PUSTAKA. Kota Medan mempunyai 805 sekolah dasar dengan perincian 401 buah TINJAUAN PUSTAKA Bangunan Sekolah Dasar Kota Medan mempunyai 805 sekolah dasar dengan perincian 401 buah milik pemerintah dan 404 buah milik pihak swasta. Rincian sebaran SD di Kota Medan disajikan pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Retensi Retensi adalah banyak atau jumlah bahan pengawet yang terdapat dalam kayu. Rata-rata retensi dalam metode pengawetan rendaman dingin selama 10 hari dan metode

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika hama rayap (Coptotermes curvinagthus Holmgren) menurut

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika hama rayap (Coptotermes curvinagthus Holmgren) menurut TINJAUAN PUSTAKA Biologi Coptotermes curvignathus Holmgren Sistematika hama rayap (Coptotermes curvinagthus Holmgren) menurut Nandika, dkk (2003) adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Kelas Ordo Famili

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

Rayap Sebagai Serangga Perusak Kayu Dan Metode Penanggulangannya

Rayap Sebagai Serangga Perusak Kayu Dan Metode Penanggulangannya Rayap Sebagai Serangga Perusak Kayu Dan Metode Penanggulangannya Apri Heri Iswanto Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Rayap merupakan serangga kecil berwarna putih

Lebih terperinci

KERUGIAN EKONOMIS AKIBAT SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN RUMAH MASYARAKAT DI DUA KECAMATAN (MEDAN DENAI DAN MEDAN LABUHAN)

KERUGIAN EKONOMIS AKIBAT SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN RUMAH MASYARAKAT DI DUA KECAMATAN (MEDAN DENAI DAN MEDAN LABUHAN) Jurnal Biologi Sumatera, Juli 2007, hlm. 23 27 ISSN 1907-5537 Vol. 2, No. 2 KERUGIAN EKONOMIS AKIBAT SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN RUMAH MASYARAKAT DI DUA KECAMATAN (MEDAN DENAI DAN MEDAN LABUHAN) Ameilia

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI TIGA JENIS BAMBU DENGAN PENAMBAHAN KATALIS MAGNESIUM KLORIDA (MgCl 2 )

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI TIGA JENIS BAMBU DENGAN PENAMBAHAN KATALIS MAGNESIUM KLORIDA (MgCl 2 ) KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI TIGA JENIS BAMBU DENGAN PENAMBAHAN KATALIS MAGNESIUM KLORIDA (MgCl 2 ) SKRIPSI Oleh: Irvan Panogari Sibarani 071203007/ Teknologi Hasil Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN 1 PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KEAWETAN DAN KETERAWETAN KAYU EKALIPTUS (Eucalyptus urophylla) UMUR 7 TAHUN DARI AREAL HPHTI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk

KEAWETAN DAN KETERAWETAN KAYU EKALIPTUS (Eucalyptus urophylla) UMUR 7 TAHUN DARI AREAL HPHTI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk KEAWETAN DAN KETERAWETAN KAYU EKALIPTUS (Eucalyptus urophylla) UMUR 7 TAHUN DARI AREAL HPHTI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk SKRIPSI Oleh: Odi Lorano Sitepu 041203025/ Teknologi Hasil Hutan DEPARTEMEN KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati banyak didapatkan di hutan. Hutan yang terdapat di seluruh dunia beragam jenisnya,

Lebih terperinci

Identifikasi Rayap Di Bangunan Cagar Budaya Lawang Sewu Kota Semarang. Identification Of Termites In Lawang Sewu Heritage Building Semarang City

Identifikasi Rayap Di Bangunan Cagar Budaya Lawang Sewu Kota Semarang. Identification Of Termites In Lawang Sewu Heritage Building Semarang City Identifikasi Rayap Di Bangunan Cagar Budaya Lawang Sewu Kota Semarang Identification Of Termites In Lawang Sewu Heritage Building Semarang City *) **) Thyar Deby Yuhara *), Sri Yuliawati **), Praba Ginandjar

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAMPAK DAN TINGKAT SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

IDENTIFIKASI DAMPAK DAN TINGKAT SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI IDENTIFIKASI DAMPAK DAN TINGKAT SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI THE IDENTIFICATION OF THE IMPACT AND LEVEL OF TERMITE S ATTACKS ON THE BUILDING IN THE DISTRICT KUANTAN SINGINGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hasil hutan non kayu sebagai hasil hutan yang berupa produk di luar kayu

BAB I PENDAHULUAN. Hasil hutan non kayu sebagai hasil hutan yang berupa produk di luar kayu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil hutan non kayu sebagai hasil hutan yang berupa produk di luar kayu yang dihasilkan dari pengolahan hutan, contohnya produk ekstraktif. Produk ekstraktif merupakan

Lebih terperinci

BAB 4. APLIKASI RANCANGAN ACAK LENGKAP DUA FAKTOR

BAB 4. APLIKASI RANCANGAN ACAK LENGKAP DUA FAKTOR BAB 4. APLIKASI RANCANGAN ACAK LENGKAP DUA FAKTOR Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) umumnya dipakai pada kondisi lingkungan yang homogen diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hasil hutan tidak hanya sekadar kayu tetapi juga menghasilkan buahbuahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hasil hutan tidak hanya sekadar kayu tetapi juga menghasilkan buahbuahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil hutan tidak hanya sekadar kayu tetapi juga menghasilkan buahbuahan dan obat-obatan.namun demikian, hasil hutan yang banyak dikenal penduduk adalah sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kayu saat ini merupakan komponen yang dibutuhkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kayu saat ini merupakan komponen yang dibutuhkan dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kayu saat ini merupakan komponen yang dibutuhkan dalam kehidupan manusia, dalam kehidupan sehari-hari kayu digunakan untuk kebutuhan konstruksi, meubel dan perabotan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mahoni Mahoni merupakan famili Meliaceae yang meliputi dua jenis yaitu Swietenia macrophylla King (mahoni daun besar) dan Swietenia mahagoni Jacq (mahoni daun kecil). Daerah

Lebih terperinci

PENINGKATAN DAYA TAHAN BAMBU DENGAN PROSES PENGASAPAN UNTUK BAHAN BAKU KERAJINAN

PENINGKATAN DAYA TAHAN BAMBU DENGAN PROSES PENGASAPAN UNTUK BAHAN BAKU KERAJINAN Peningkatan daya tahan bambu dengan proses pengasapan untuk bahan baku kerajinan....effendi Arsad PENINGKATAN DAYA TAHAN BAMBU DENGAN PROSES PENGASAPAN UNTUK BAHAN BAKU KERAJINAN Improved Durability of

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN AIR PANAS DAN PEREKAT BENTONIT TERHADAP SIFAT FISIK RANSUM BROILER STARTER BENTUK CRUMBLE SKRIPSI SUBHAN ZAIN

PENGARUH PENAMBAHAN AIR PANAS DAN PEREKAT BENTONIT TERHADAP SIFAT FISIK RANSUM BROILER STARTER BENTUK CRUMBLE SKRIPSI SUBHAN ZAIN PENGARUH PENAMBAHAN AIR PANAS DAN PEREKAT BENTONIT TERHADAP SIFAT FISIK RANSUM BROILER STARTER BENTUK CRUMBLE SKRIPSI SUBHAN ZAIN PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN JUMLAH RAYAP, MORTALITAS, DAN KEMAMPUAN MAKAN RAYAP PADA PENGUJIAN LABORATORIUM ICHMA YELDHA RETMADHONA

PERKEMBANGAN JUMLAH RAYAP, MORTALITAS, DAN KEMAMPUAN MAKAN RAYAP PADA PENGUJIAN LABORATORIUM ICHMA YELDHA RETMADHONA PERKEMBANGAN JUMLAH RAYAP, MORTALITAS, DAN KEMAMPUAN MAKAN RAYAP PADA PENGUJIAN LABORATORIUM ICHMA YELDHA RETMADHONA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENGUJIAN LABORATORIS EFIKASI UMPAN HEXAFLUMURON 0.5% TERHADAP RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren. (Isoptera: Rhinotermitidae)

PENGUJIAN LABORATORIS EFIKASI UMPAN HEXAFLUMURON 0.5% TERHADAP RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren. (Isoptera: Rhinotermitidae) PENGUJIAN LABORATORIS EFIKASI UMPAN HEXAFLUMURON 0.5% TERHADAP RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren. (Isoptera: Rhinotermitidae) NOVIANTI SRI WAHYUNI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

ANALISIS KERUSAKAN BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI OLEH FAKTOR BIOLOGIS DI KOTA BOGOR RULI HERDIANSYAH

ANALISIS KERUSAKAN BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI OLEH FAKTOR BIOLOGIS DI KOTA BOGOR RULI HERDIANSYAH ANALISIS KERUSAKAN BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI OLEH FAKTOR BIOLOGIS DI KOTA BOGOR RULI HERDIANSYAH DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 RINGKASAN Ruli Herdiansyah.

Lebih terperinci

EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI

EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI SKRIPSI Ajeng Widayanti PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. setiap kecamatan di Kota Medan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Data jumlah sekolah menengah pertama di setiap kecamatan

TINJAUAN PUSTAKA. setiap kecamatan di Kota Medan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Data jumlah sekolah menengah pertama di setiap kecamatan TINJAUAN PUSTAKA Bangunan Sekolah Menengah Pertama Kota Medan memiliki 350 sekolah menengah pertama dengan perincian 45 buah milik pemerintah dan 305 buah milik pihak swasta. Rincian sebaran SMP di setiap

Lebih terperinci

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

DAYA TAHAN ROTAN YANG DIAWETKAN DENGAN CUKA KAYU GALAM TERHADAP SERANGAN BUBUK Dinoderus minutus Farb.

DAYA TAHAN ROTAN YANG DIAWETKAN DENGAN CUKA KAYU GALAM TERHADAP SERANGAN BUBUK Dinoderus minutus Farb. DAYA TAHAN ROTAN YANG DIAWETKAN DENGAN CUKA KAYU GALAM TERHADAP SERANGAN BUBUK Dinoderus minutus Farb. THE RESISTANT OF RATTAN THAT IS PRESERVED BY GALAM VINEGAR TO ATTACK OF Dinoderus minutus Farb POWDER

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat 12 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Desember 2011 di Laboratorium Biomaterial dan Biodeteriorasi Kayu Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi

Lebih terperinci

KERAGAMAN SPESIES RAYAP DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG GUNUNGPATI SEMARANG

KERAGAMAN SPESIES RAYAP DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG GUNUNGPATI SEMARANG KERAGAMAN SPESIES RAYAP DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG GUNUNGPATI SEMARANG Shofi Annisa, Retno Hestiningsih, Mochamad Hadi Bagian Entomologi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN HASIL KONVERSI DARI ANALISIS LABORATORIUM No bahan berat segar(gr/plot) produksi bs(ton/ha/tahun) %air total %BK LK SK PK 1 A1B0U1 1097,48 131,6976 76,84 23,16 2,83 43,39 17,55 2 A1B0U2 1094,48

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sebaran rayap tanah di berbagai vegetasi Hutan Pendidikan Gunung Walat memiliki luas wilayah 359 ha, dari penelitian ini diperoleh dua puluh enam contoh rayap dari lima

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS KALSIUM KLORIDA

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS KALSIUM KLORIDA KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS KALSIUM KLORIDA HASIL PENELITIAN Oleh: Zul Rahman Arief 061203037 / Teknologi Hasil Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Rayap Rayap adalah serangga sosial yang termasuk ke dalam ordo Blatodea, kelas heksapoda yang dicirikan dengan metamorfosis sederhana, bagian-bagian mulut mandibula.

Lebih terperinci

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol., No., Juni 009 : 7 PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL THE INFLUENCE OF NATURAL AND ARTIFICIAL DRYING FOWORD THE

Lebih terperinci

POTENSI SIMPANAN KARBON TANAH (SOIL CARBON STOCK) PADA AREAL REHABILITASI TOSO COMPANY Ltd. DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT NAELI FAIZAH

POTENSI SIMPANAN KARBON TANAH (SOIL CARBON STOCK) PADA AREAL REHABILITASI TOSO COMPANY Ltd. DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT NAELI FAIZAH POTENSI SIMPANAN KARBON TANAH (SOIL CARBON STOCK) PADA AREAL REHABILITASI TOSO COMPANY Ltd. DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT NAELI FAIZAH DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Vini Nur Febriana 1, Moerfiah 2, Jasni 3. Departemen Kehutanan, Gunung Batu Bogor ABSTRAK

Vini Nur Febriana 1, Moerfiah 2, Jasni 3. Departemen Kehutanan, Gunung Batu Bogor ABSTRAK Pengaruh Konsentrasi Bahan Pengawet Boron Terhadap Rayap Kayu Kering (Cryptotermes Cynophalus) Pada Bambu Ampel (Bambusa Vulgaris) Dan Bambu Betung (Dendrocalamus Asper) Effect of Boron Concentration Preservatives

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

PEMANFAATAN EKSTRAK KULIT KAYU GERUNGGANG

PEMANFAATAN EKSTRAK KULIT KAYU GERUNGGANG PEMANFAATAN EKSTRAK KULIT KAYU GERUNGGANG (Cratoxylon arborescens BI) UNTUK PENGAWETAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis) DARI SERANGAN RAYAP TANAH (Coptotermes curvignathus Holmgren) (Utilization Wood Bark

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber karbon dan sumber energi (Hardjo et al., 1994: 15).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber karbon dan sumber energi (Hardjo et al., 1994: 15). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakteri selulolitik adalah bakteri yang memiliki kemampuan menguraikan selulosa menjadi monomer glukosa dan menjadikannya sebagai sumber karbon dan sumber energi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan November 2011 di Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu Departemen Hasil Hutan Fakultas

Lebih terperinci

KEAWETAN ALAMI KAYU TUMIH (Combretocarpus rotundatus Miq Danser) DARI SERANGAN RAYAP KAYU KERING, RAYAP TANAH DAN JAMUR PELAPUK KAYU

KEAWETAN ALAMI KAYU TUMIH (Combretocarpus rotundatus Miq Danser) DARI SERANGAN RAYAP KAYU KERING, RAYAP TANAH DAN JAMUR PELAPUK KAYU KEAWETAN ALAMI KAYU TUMIH (Combretocarpus rotundatus Miq Danser) DARI SERANGAN RAYAP KAYU KERING, RAYAP TANAH DAN JAMUR PELAPUK KAYU ZEVY AUGRIND LIMIN DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Lebih terperinci

APLIKASI ASAP CAIR DARI KAYU LABAN

APLIKASI ASAP CAIR DARI KAYU LABAN APLIKASI ASAP CAIR DARI KAYU LABAN (Vitex pubescens Vahl) UNTUK PENGAWETAN KAYU KARET (Application of Liquid Smoke Vitex pubescens Vahl Wood for Preservation Rubber Wood) Hendra Prawira, H A Oramahi, Dina

Lebih terperinci

DENGAN MENGGUNAKAN DAUN SIRSAK

DENGAN MENGGUNAKAN DAUN SIRSAK PENGENDALIAN RAYAP Coptotermes curvignatus Holmgren. (Isoptera: Rhinotermitidae) DENGAN MENGGUNAKAN DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn.) PADA BERBAGAI JENIS UMPAN DI LABORATORIUM SKRIPSI ADE GUNAWAN MANURUNG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemunduran Mutu Kayu Bowyer et al. (2003) menyebutkan bahwa faktor penyebab kemunduran (deteriorasi) mutu kayu terbagi dalam dua kelompok besar yaitu faktor biologis dan faktor

Lebih terperinci

Anang Kadarsah ABSTRACT

Anang Kadarsah ABSTRACT BIOSCIENTIAE Volume 2, Nomor 2, Juli 2005, Halaman 17-22 http://bioscientiae.tripod.com STUDI KERAGAMAN RAYAP TANAH DENGAN TEKNIK PENGUMPANAN PADA TUMPUKAN JERAMI PADI DAN AMPAS TEBU DI PERUSAHAAN JAMUR

Lebih terperinci

Rayap, Serangannya, dan Cara Pengendalian

Rayap, Serangannya, dan Cara Pengendalian Rayap, Serangannya, dan Cara Pengendalian Moh. Wahyu Taufiq/10612028 ( Biologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati) Salah satu serangga yang dapat menjadi hama dan mengganggu serta sangat merugikan bagi

Lebih terperinci

ADSORPSI ION Cr 3+ OLEH SERBUK GERGAJI KAYU ALBIZIA (Albizzia falcata): Studi Pengembangan Bahan Alternatif Penjerap Limbah Logam Berat

ADSORPSI ION Cr 3+ OLEH SERBUK GERGAJI KAYU ALBIZIA (Albizzia falcata): Studi Pengembangan Bahan Alternatif Penjerap Limbah Logam Berat ADSORPSI ION Cr 3+ OLEH SERBUK GERGAJI KAYU ALBIZIA (Albizzia falcata): Studi Pengembangan Bahan Alternatif Penjerap Limbah Logam Berat I NYOMAN SUKARTA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMA DAN SMK NEGERI DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMA DAN SMK NEGERI DI KOTA PEKANBARU ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMA DAN SMK NEGERI DI KOTA PEKANBARU SKRIPSI OLEH: Frieda Sitepu 111201135/TEKNOLOGI HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan

TINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan TINJAUAN PUSTAKA A. Papan Partikel A.1. Definisi papan partikel Kayu komposit merupakan kayu yang biasa digunakan dalam penggunaan perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar,

Lebih terperinci

KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG PENANGKAP KEONG MACAN DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AYU ADHITA DAMAYANTI

KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG PENANGKAP KEONG MACAN DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AYU ADHITA DAMAYANTI KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG PENANGKAP KEONG MACAN DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AYU ADHITA DAMAYANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Sifat Pertumbuhan dan Taksiran Repeatability Penelitian tentang klon JUN hasil perkembangbiakan vegetatif ini dilakukan untuk mendapatkan performa pertumbuhan serta

Lebih terperinci

berdasarkan definisi Jane (1970) adalah bagian batang yang mempunyai warna lebih tua dan terdiri dari sel-sel yang telah mati.

berdasarkan definisi Jane (1970) adalah bagian batang yang mempunyai warna lebih tua dan terdiri dari sel-sel yang telah mati. Penelitian Hasil Hutan Vol. 24 No. 5, Oktober 2006: 385-394 berdasarkan definisi Jane (1970) adalah bagian batang yang mempunyai warna lebih tua dan terdiri dari sel-sel yang telah mati. Gambar 1. Lempengan

Lebih terperinci

Kayu lapis untuk kapal dan perahu

Kayu lapis untuk kapal dan perahu Standar Nasional Indonesia Kayu lapis untuk kapal dan perahu ICS 79.060.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah, definisi,

Lebih terperinci

KETAHANAN 20 JENIS KAYU TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH

KETAHANAN 20 JENIS KAYU TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH ISSN: 0216-4329 Terakreditasi No.: 443/AU2/P2MI-LIPI/0 8/2012 KETAHANAN 20 JENIS KAYU TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAH ( Coptotermes curvignathus Holmgren) dan RAYAP KAYU KERING ( Cryptotermes cynocephalus

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENYERAPAN Ca DAN P, KADAR AIR DAN KANDUNGAN AMONIA MANUR AYAM PETELUR DENGAN RANSUM BERZEOLIT DAN RENDAH Ca SKRIPSI SUSILAWATI

EFEKTIVITAS PENYERAPAN Ca DAN P, KADAR AIR DAN KANDUNGAN AMONIA MANUR AYAM PETELUR DENGAN RANSUM BERZEOLIT DAN RENDAH Ca SKRIPSI SUSILAWATI EFEKTIVITAS PENYERAPAN Ca DAN P, KADAR AIR DAN KANDUNGAN AMONIA MANUR AYAM PETELUR DENGAN RANSUM BERZEOLIT DAN RENDAH Ca SKRIPSI SUSILAWATI PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, DAN PROTEIN KASAR RANSUM YANG MENGANDUNG TEPUNG LIMBAH IKAN GABUS PASIR

KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, DAN PROTEIN KASAR RANSUM YANG MENGANDUNG TEPUNG LIMBAH IKAN GABUS PASIR KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, DAN PROTEIN KASAR RANSUM YANG MENGANDUNG TEPUNG LIMBAH IKAN GABUS PASIR (Butis amboinensis) SEBAGAI SUBSTITUSI TEPUNG IKAN PADA BROILER SKRIPSI Oleh : RAHMAYANTI

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN KONVERSI PAKAN ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA KOMBINASI PAKAN KOMERSIAL DENGAN DEDAK PADI, ONGGOK DAN POLLARD

PERTUMBUHAN DAN KONVERSI PAKAN ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA KOMBINASI PAKAN KOMERSIAL DENGAN DEDAK PADI, ONGGOK DAN POLLARD PERTUMBUHAN DAN KONVERSI PAKAN ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA KOMBINASI PAKAN KOMERSIAL DENGAN DEDAK PADI, ONGGOK DAN POLLARD SKRIPSI RISNA HAIRANI SITOMPUL PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI PETERNAKAN

Lebih terperinci