NOTA KESEPAHAMAN ANTARA SATUAN KERJA KHUSUS PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi

1 p skkmigas NOTA KESEPAHAMAN ANTARA SATUAN KERJA KHUSUS PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Nom or: PJN-0176/SKKO0000/2013/SO Nom or: B / 27 / VII / 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGAMANAN DAN PENEGAKAN HUKUM PADA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI Pada hari ini Senin tanggal Satu bulan Juli tahun Dua Ribu Tiga Belas, yang bertanda tangan di bawah ini : 1. PROF. DR. ING. IR. RUDI RUBIANDINI R.S., selaku KEPALA SATUAN KERJA KHUSUS PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama SATUAN KERJA KHUSUS PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI (SKK Migas), berkedudukan dan berkantor di Wisma Mulia, Jalan Jenderal Gatot Subroto No. 42 Jakarta Selatan, selanjutnya disebut. 2. JENDERAL POLISI Drs. TIMUR PRADOPO, selaku KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA (POLRI), berkedudukan di Jalan Trunojoyo No. 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12110, untuk selanjutnya disebut sebagai. dan, selanjutnya secara bersama-sama disebut PARA PIHAK, terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut: % ' \

2 a. bahwa berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2013 merupakan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi di Indonesia yang memiliki nilai strategis sekaligus merupakan obyek vital nasional yang berperan sebagai sumber pendapatan negara; b. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas), menegakkan hukum, memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri; c. bahwa untuk mencapai tujuan meningkatkan produksi minyak dan gas bumi sebagai sumber pendapatan negara dan menjalankan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2012 tentang Peningkatan Produksi Minyak Bumi Nasional perlu dilakukan pengamanan secara terpadu antara PARA PIHAK guna mendeteksi, menangkal, mencegah dan menindak berbagai bentuk potensi gangguan, ambang gangguan dan gangguan nyata di bidang Kamtibmas di lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan; d. bahwa dalam menjalankan tugas pokok dan wewenangnya terdapat keterkaitan dengan tugas pokok dan kewenangan ; e. bahwa PARA PIHAK secara bersama-sama sepakat proaktif untuk selalu berkoordinasi guna menyelaraskan/sinkronisasi program kegiatan masing-masing terkait dengan penyelenggaraan pengamanan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi; dan f. bahwa PARA PIHAK sebelumnya telah menandatangani Nota Kesepahaman antara BPMIGAS dengan Polri Nomor: 0360/BPO0000/2008/SO dan No. Pol. : B/4/VI/2008 tentang Penyelenggaraan Pengamanan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Dengan memperhatikan peraturan Perundang-Undangan sebagai berikut; a. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 dan Pasal 33; b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana; c. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana; d. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi; \

3 e. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia; f. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; g. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hubungan dan Kerja sama Kepolisian Negara Republik Indonesia; h. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja; i. Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia; j. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi; k. Keputusan Presiden Nomor 63 Tahun 2004 tentang Pengamanan Obyek Vital Nasional; l. Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2012 tentang Peningkatan Produksi Minyak Bumi Nasional; m. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor: 3407 K/07/MEM/2012 tentang Penetapan Obyek Vital Nasional di Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral; n. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 9 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi; 0. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2006 tentang Panduan Penyusunan Nota Kesepahaman; p. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Sistem Manajemen Pengamanan Organisasi, Perusahaan dan/atau Instansi/Lembaga Pemerintah; q. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2011 tentang Manajemen Operasi Kepolisian; dan r. Surat Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. Pol.: Skep/738/X/2005 tentang Pedoman Sistem Pengamanan Obyek Vital Nasional (Obvitnas). 1

4 Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, PARA PIHAK sepakat untuk melanjutkan ker^a sama dalam rangka Penyelenggaraan Pengamanan dan Penegakan Hukum pada Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi di lingkungan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, melalui Nota Kesepahaman dengan menyatakan beberapa hal sebagai berikut: BABI MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 1 (1) Maksud Nota Kesepahaman ini adalah untuk memberikan pedoman kepada PARA PIHAK tentang Penyelenggaraan Pengamanan dan Penegakan Hukum pada Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi di lingkungan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. (2) Tujuan Nota Kesepahaman ini adalah untuk meningkatkan koordinasi, pengawasan, pembinaan dan kerja sama bagi PARA PIHAK dalam rangka terwujudnya Penyelenggaraan Pengamanan dan Penegakan Hukum pada Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi di lingkungan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. BAB I I RUANG LINGKUP Pasal 2 Ruang lingkup Nota Kesepahaman ini meliputi; a. Operasional; b. Pembinaan; dan c. Sosialisasi.

5 BAB I I I PELAKSANAAN Bagian kesatu Operasional Pasal 3 (1) PARA PIHAK berkewajiban saling memberikan informasi dan/atau data yang berkaitan dengan operasionalisasi sistem pengamanan termasuk pengawasan orang asing, dan dugaan adanya tindak pidana di wilayah kerja PIHAK PERTAMA. (2) PARA PIHAK bersama-sama menyusun dan menentukan konfigurasi standar pengamanan, dengan : a. Penyelenggaraan pengamanan internal dilakukan oleh secara proporsional, prinsip pengamanan internal; dan b. Permintaan, mengerahkan kekuatan pengamanan berdasarkan kebutuhan dan perkiraan ancaman dan/atau gangguan yang mungkin timbul di wilayah kerja. (3) Penyelenggaraan pengamanan dilakukan dengan berpedoman pada ketentuan Perundang-Undangan yang berlaku serta mekanisme kerja yang disepakati bersama. (4) Bantuan pengamanan yang diberikan atas permintaan PIHAK PERTAMA, dapat berupa bantuan personel dan/atau sarana prasarana, serta pelaksanaan penindakan yang dilakukan melalui kegiatan maupun operasi Kepolisian. (5) Atas pertimbangan tertentu dapat meminta bantuan kepada, untuk menugaskan anggota pada PIHAK PERTAMA dan kantor Perwakilan. (6) membantu atas permintaan dalam hal proses perizinan, penyimpanan, pengamanan dan penggunaan bahan peledak sesuai prosedur yang berlaku. (7) melaksanakan Penegakan Hukum terhadap dugaan adanya tindak pidana yang terjadi di wilayah kerja, dalam hal ini membantu dalam tahapan-tahapan proses penyelidikan dan penyidikan sesuai dengan prosedur yang berlaku. l

6 Bagian kedua Pembinaan Pasal 4 (1) PARA PIHAK bekerja sama di bidang pembinaan dalam bentuk peningkatan kualitas sumber daya manusia guna memenuhi kemampuan profesional petugas pengamanan di lingkungan. (2) Peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara berkala dan/atau sesuai kebutuhan dengan mengirimkan personelnya kepada untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan guna meningkatkan pengetahuan tentang teknis Kepolisian sesuai tingkatan pendidikan/latihan. (3) sesuai dengan kebutuhan dapat mengirimkan personelnya kepada untuk mendapatkan pengetahuan/pemahaman tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. (4) PARA PIHAK secara periodik bersama-sama melaksanakan asistensi/audit sistem manajemen pengamanan sesuai dengan ketentuan. Pasal 5 Dalam hal melaksanakan pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, PIHAK KEDUA berkewajiban memberikan saran dan masukan tentang standar kemampuan sumber daya manusia di bidang pengamanan maupun sarana pengamanan kepada. Bagian Ketiga Sosialisasi Pasal 6 (1) Nota Kesepahaman ini disosialisasikan oleh PARA PIHAK guna diketahui dan dilaksanakan baik di tingkat pusat maupun di kewilayahan. (2) Sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sendiri-sendiri dan/atau secara bersama-sama oleh PARA PIHAK. (3) Sasaran sosialisasi antara lain : a. Anggota Polri; b. Pimpinan dan Pekerja SKK Migas; W \

7 c. Pimpinan dan Pekerja Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS); dan d. Stakeholder. BAB IV PEMBIAYAAN Pasal 7 Pembiayaan yang timbul dari pelaksanaan Nota Kesepahaman ini dibebankan kepada anggaran PARA PIHAK secara proporsional sesuai aturan yang berlaku. BAB V MONITORING DAN EVALUASI Pasal 8 (1) PARA PIHAK sepakat melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan Nota Kesepahaman ini secara berkala sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam setahun. (2) Monitoring dan evaluasi yang dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara insidentil berdasarkan kesepakatan PARA PIHAK. BAB V I TINDAK LANJUT Pasal 9 (1) Pelaksanaan Nota Kesepahaman ini akan ditindaklanjuti oleh PARA PIHAK dalam bentuk Pedoman Kerja sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Nota Kesepahaman ini. (2) Pedoman Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh kelompok kerja yang beranggotakan perwakilan dari PARA PIHAK, dengan waktu penyelesaian 2 (dua) bulan setelah penandatanganan Nota Kesepahaman ini. (3) Penandatanganan Pedoman Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) menunjuk Sekretaris SKK Migas dan menunjuk Asisten Kapolri Bidang Operasi (Asops Kapolri). PIH M KEDUA 1

8 Pasal 10 (1) 3ika diperlukan PARA PIHAK menindaklanjuti Pedoman Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 untuk membuat Petunjuk Lapangan yang disesuaikan dengan karakteristik kerawanan daerah (Kakerda) masing-masing 2 (dua) bulan setelah Pedoman Kerja di tingkat pusat ditandatangani. Pembuatan Petunjuk Lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PIHAK PERTAMA menunjuk Kepala Perwakilan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi dan menunjuk Kepala Kepolisian Daerah. BAB V II PENANGGUNG JAWAB Pasal 11 Penanggung Jawab penyelenggaraan Nota Kesepahaman ini, dilaksanakan oleh PARA PIHAK dengan menunjuk wakil-wakilnya sesuai kebutuhan tugas dan fungsi masingmasing yaitu : a. menunjuk Sekretaris SKK Migas pada tingkat Pusat dan Kepala Perwakilan SKK Migas pada tingkat kewilayahan; dan b. menunjuk Asisten Kapolri Bidang Operasi (Asops Kapolri) pada tingkat Pusat dan Kepala Kepolisian Daerah beserta jajarannya pada tingkat kewilayahan. BAB V III KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 12 Addendum (1) Hal-hal yang belum diatur dalam Nota Kesepahaman ini, akan diatur kemudian dalam perubahan {addendum) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Nota Kesepahaman ini. Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan atas persetujuan PARA PIHAK. W ^

9 Pasal 13 Penyelesaian Perselisihan (1) Perselisihan yang timbul akibat perbedaan penafsiran dan/atau pelaksanaan Nota Kesepahaman ini akan diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat oleh PARA PIHAK. (2) Perselisihan yang timbul wajib diberitahukan secara tertulis oleh salah satu pihak kepada pihak lainnya untuk kemudian diselesaikan dengan baik berdasarkan data dan fakta yang dimiliki oleh PARA PIHAK. Pasal 14 Jangka Waktu (1) Nota Kesepahaman ini berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun, terhitung sejak tanggal ditandatangani oleh PARA PIHAK. (2) Nota Kesepahaman ini dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kesepakatan PARA PIHAK, dengan terlebih dahulu dilakukan koordinasi selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya masa berlaku Nota Kesepahaman ini. (3) Nota Kesepahaman ini dapat diakhiri dengan ketentuan pihak yang hendak mengakhiri kesepahaman wajib memberitahukan maksud tersebut secara tertulis kepada pihak lainnya, selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum diakhirinya Nota Kesepahaman ini. BAB IX PENUTUP Pasal 15 Nota Kesepahaman ini dibuat dan ditandatangani pada hari, tanggal, bulan, dan tahun sebagaimana disebutkan pada awal Nota Kesepahaman ini, dalam rangkap 2 (dua) asli, masing-masing bermeterai cukup dan mempunyai kekuatan hukum yang sama setelah ditandatangani PARA PIHAK. \T V

10 Demikian Nota Kesepahaman ini dibuat dengan semangat kerja sama yang baik, untuk dipatuhi dan dilaksanakan oleh PARA PIHAK. JENDERAL POLISI D I RUBIANDINI R.S. J