HIMPUNAN NOTA KESEPAHAMAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TERTIB NIAGA KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HIMPUNAN NOTA KESEPAHAMAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TERTIB NIAGA KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA"

Transkripsi

1 HIMPUNAN NOTA KESEPAHAMAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TERTIB NIAGA KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TERTIB NIAGA KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2017

2

3 KATA SAMBUTAN Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena Buku Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga telah disusun dengan baik. Buku ini merupakan kumpulan Nota Kesepahaman, Pedoman Kerja, maupun Perjanjian Kerja untuk kerjasama dalam negeri maupun luar negeri, baik yang dilaksanakan oleh Kementerian Perdagangan maupun pada tingkat Eselon I, yaitu Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga. Tujuan penyusunan buku himpunan ini adalah sebagai pedoman untuk meningkatkan koordinasi bersama sesuai dengan hak dan kewajiban masing-masing Pihak dalam rangka meningkatkan perlindungan konsumen dan tertib niaga. Buku ini dapat pula dijadikan acuan bagi pemerintah daerah untuk melaksanakan kerjasama di tingkat provinsi. Nota Kesepahaman yang ada dalam himpunan ini antara lain Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan dengan Kepolisian Republik Indonesia; Tentara Nasional Indonesia; Badan Intelijen Negara; Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM); Kejaksaan Republik Indonesia; serta beberapa Organisasi Kemasyarakatan dan Universitas. Di samping itu terdapat pula Nota Kesepahaman antara Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga dengan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas); Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Badan Karantina Pertanian, Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri, vdan Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri; Asociación De Investigación De La Industria Agroalimentaria (AINIA) Centro Tecnologico di Spanyol; Ghent University di Belgia; serta Pemerintah Daerah Jawa Timur. Akhir kata, kami harapkan Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga ini dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan dapat bermanfaat bagi kita semua. Jakarta, Juli 2017 Sekretaris Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga, Frida Adiati Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga i

4

5 DAFTAR ISI Kata Sambutan Daftar Isi Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia tentang Peningkatan Penegakan Hukum di Bidang Perlindungan Konsumen dan Metrologi Legal Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dengan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat Tentang Pengamanan di Bidang Perdagangan dan Perlindungan Konsumen di Perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dengan Badan Intelijen Negara Republik Indonesia Tentang Pengamanan Sasaran dan Program Strategis di Bidang Perdagangan Memorandum of Understanding between The Directorate of Developing the Quality of Goods and The Ainia Centro Techonolgy Regarding Cooperation and Interaction for the Testing and Verification Works. Memorandum of Understanding between The Directorate for Quality Development of Goods Indonesia and The Ghent University, Faculty of Bioscience Engineering Regarding Cooperation and Interaction for Training, Internship, Testing Works, Proficiency Testing Programme, and Advanced Education Scholarship. Nota Kesepahaman antara Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi dengan Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Kementerian Perdagangan tentang Pengawasan Alat- Alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya Yang Digunakan dalam Pendistribusian Bahan Bakar Minyak. i iii Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga iii

6 Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Tentang Pengawasan dan Pembinaan dalam Upaya Perlindungan Konsumen serta Peningkatan Daya Saing Produk Obat dan Makanan Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan dengan Badan Kontak Majelis Taklim Tentang Kerja Sama Peningkatan Edukasi di Bidang Perlindungan Konsumen Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan dengan Konferensi Waligereja Indonesia tentang Kerja Sama Peningkatan Edukasi di Bidang Perlindungan Konsumen Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah tentang Kerja Sama Peningkatan Edukasi Di Bidang Perlindungan Konsumen Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan dengan Pimpinan Pusat Muslimat Nahdatul Ulama tentang Kerja Sama Peningkatan Edukasi di Bidang Perlindungan Konsumen Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan dengan Persekutuan Gereja Indonesia tentang Kerja Sama Peningkatan Edukasi di Bidang Perlindungan Konsumen Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan dengan Perwakilan Umat Buddha Indonesia tentang Kerja Sama Peningkatan Edukasi di Bidang Perlindungan Konsumen Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan dengan Parisada Hindu Dharma Indonesia tentang Kerja Sama Peningkatan Edukasi di Bidang Perlindungan Konsumen iv Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

7 Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan dengan Institut Pertanian Bogor tentang Kerja Sama Peningkatan Edukasi di Bidang Perlindungan Konsumen Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan dengan Universitas Singaperbangsa tentang Kerja Sama Peningkatan Edukasi di Bidang Perlindungan Konsumen Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan dengan Universitas Tarumanagara tentang Kerja Sama Peningkatan Edukasi di Bidang Perlindungan Konsumen Nota Kesepahaman antara Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan Badan Karantina Pertanian Badan Ketahanan Pangan Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri dan Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri tentang Pengawasan Barang Yang Dilarang, Diawasi, dan/atau Diatur Tata Niaganya di Tempat Pemasukan dan Pengeluaran serta Pengawasan Barang Beredar di Pasar. Perjanjian Kerja Sama antara Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Kementerian Perdagangan Republik Indonesia Dengan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur tentang Optimalisasi Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga di Jawa Timur Nota Kesepakatan antara Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dengan Kejaksaan Republik Indonesia tentang Kerja Sama dan Koordinasi Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Dalam Penanganan Permasalahan Hukum Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga v

8

9 NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 30 /M-DAG/MoU/1/2013 NOMOR: B/1/I/2013 TENTANG PENINGKATAN PENEGAKAN HUKUM DI BIDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN METROLOGI LEGAL Pada hari ini Jumat tanggal Empat bulan Januari tahun Dua ribu tiga belas, bertempat di Jakarta, yang bertanda tangan di bawah ini: 1. GITA IRAWAN WIRJAWAN, selaku Menteri Perdagangan Republik Indonesia, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, berkedudukan di Jalan M.I. Ridwan Rais Nomor 5 Jakarta Pusat, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA. 2. JENDERAL POLISI Drs. TIMUR PRADOPO, selaku Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA (POLRI), berkedudukan di Jalan Trunojoyo Nomor 3 Kebayoran Baru Jakarta Selatan, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA. Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 1

10 PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA, selanjutnya secara bersamasama disebut PARA PIHAK terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut: a. bahwa PIHAK PERTAMA merupakan institusi pemerintah yang berwenang dan bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan di bidang perdagangan. b. bahwa PIHAK KEDUA merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3193); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 4. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); 5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hubungan dan Kerja Sama Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4910); 7. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20/M-DAG/PER/5/2009 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengawasan Barang dan/atau Jasa; 2 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

11 8. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2010 tentang Manajemen Penyidikan Oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil; dan 9. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2010 tentang Koordinasi, Pengawasan, dan Pembinaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, PARA PIHAK sepakat untuk mengadakan kerja sama dalam rangka peningkatan penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal, melalui Nota Kesepahaman, dengan menyatakan beberapa hal sebagai berikut: BAB I MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 1 (1) Maksud Nota Kesepahaman ini adalah sebagai pedoman bagi PARA PIHAK dalam rangka peningkatan penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal. (2) Tujuan Nota Kesepahaman ini adalah terwujudnya kerja sama antara PARA PIHAK dalam rangka peningkatan penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal. BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 Ruang lingkup Nota Kesepahaman ini, meliputi: a. penegakan hukum; b. peningkatan kemampuan sumber daya manusia; c. peningkatan koordinasi; dan d. sosialisasi. Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 3

12 BAB III PELAKSANAAN Bagian Kesatu Penegakan Hukum Pasal 3 Dalam Nota Kesepahaman ini PARA PIHAK sepakat untuk: a. meningkatkan kerja sama antara Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perlindungan Konsumen (PPNS-PK) dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Metrologi Legal (PPNS-MET) dengan Penyidik Polri dalam melaksanakan penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal. b. menyamakan persepsi dalam melaksanakan peningkatan penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal. c. mencegah atau meminimalisir terjadinya hambatan dalam pelaksanaan penyidikan tindak pidana di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal; dan d. meningkatkan keberhasilan pelaksanaan penyidikan tindak pidana di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal. Pasal 4 Dalam penegakan hukum, PARA PIHAK melakukan: a. perencanaan pelaksanaan dengan menentukan sasaran penyidikan, penyidik yang dilibatkan, cara bertindak, pengawasan dan pengendalian, serta target waktu penyidikan. b. perencanaan sebagaimana dimaksud pada huruf a, disusun berdasarkan: 1) hasil pengawasan; 2) tertangkap tangan; 3) pengaduan dari masyarakat; dan/atau 4) tindak lanjut penyerahan kasus yang dilakukan oleh Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). 4 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

13 c. pertukaran informasi tentang terjadinya dugaan tindak pidana di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal. Pasal 5 (1) PIHAK PERTAMA membagi tugas kepada PPNS-PK dan PPNS-MET yang akan melakukan kegiatan penyidikan meliputi pengumpulan bahan keterangan, penindakan, pemeriksaan, administrasi penyidikan, pemberkasan, dan penyerahan berkas perkara. (2) PIHAK KEDUA membagi tugas kepada Penyidik Polri yang akan mendukung dan mengedepankan PPNS-PK dan PPNS-MET dalam melaksanakan kegiatan penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 6 (1) PIHAK PERTAMA dalam penyidikan secara aktif melaksanakan tahapan penyidikan sesuai dengan perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dengan berpedoman pada mekanisme proses penyidikan berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan. (2) PIHAK KEDUA sesuai dengan peran dan fungsinya sebagai Koordinasi dan Pengawasan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (KORWAS PPNS) mendukung dan mengedepankan PIHAK PERTAMA dalam melaksanakan tahapan penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 7 PARA PIHAK melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan penegakan hukum yang dilakukan oleh PPNS-PK dan PPNS- MET yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5 melalui kegiatan evaluasi, supervisi, dan pelaporan pelaksanaan penyidikan. Bagian Kedua Peningkatan Kemampuan Sumber Daya Manusia Pasal 8 (1) PARA PIHAK secara berkala menyelenggarakan peningkatan kemampuan sumber daya manusia Penyidik Polri, dan PPNS di bidang penyidikan tindak pidana perlindungan konsumen dan metrologi legal. Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 5

14 (2) Peningkatan kemampuan sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi bimbingan taktis dan teknis penyidikan tindak pidana di bidang perlindungan konsumen, dan metrologi legal. Bagian Ketiga Peningkatan Koordinasi Pasal 9 PARA PIHAK dalam melaksanakan koordinasi meliputi kegiatan antara lain: a. proses penyidikan; b. gelar perkara; dan c. pendataan penanganan kasus. Bagian Keempat Sosialisasi Pasal 10 (1) PARA PIHAK secara bersama-sama melaksanakan sosialisasi tentang pemahaman Nota Kesepahaman ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan konsumen, dan metrologi legal. (2) Sasaran sosialisasi antara lain: a. anggota Polri khususnya pengemban fungsi penyidikan; b. PPNS-PK dan PPNS-MET ; dan c. pejabat atasan penyidik. BAB IV PEDOMAN KERJA Pasal 11 (1) Nota Kesepahaman ini akan ditindaklanjuti oleh PARA PIHAK dengan menyusun pedoman kerja yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Nota Kesepahaman ini serta dengan membentuk tim pelaksana. 6 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

15 (2) Tim pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) keanggotaannya terdiri dari wakil PARA PIHAK. (3) Pedoman Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diselesaikan paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak ditandatanganinya Nota kesepahaman ini. BAB V TINDAK LANJUT KESEPAKATAN KERJA SAMA DI DAERAH Pasal 12 (1) PARA PIHAK dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal, sepakat menindaklanjuti Nota Kesepahaman ini sampai ke tingkat daerah secara berjenjang untuk membuat Kesepakatan Kerja Sama tentang Peningkatan Penegakan Hukum di Bidang Perlindungan Konsumen dan Metrologi Legal. (2) Pelaksanaan Kesepakatan Kerja Sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sebagai berikut: a. di tingkat Provinsi antara Gubernur dengan Kepala Kepolisian Daerah; dan b. di tingkat Kabupaten/Kota antara Bupati/Walikota dengan Kepala Kepolisian Resort. BAB VI ANALISIS DAN EVALUASI Pasal 13 (1) PARA PIHAK sepakat melakukan analisis dan evaluasi atas pelaksanaan Nota Kesepahaman ini secara berkala paling sedikit 2 (dua) kali dalam setahun. (2) Pelaksanaan analisis dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan kesepakatan PARA PIHAK. Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 7

16 BAB VII PEMBIAYAAN Pasal 14 Segala biaya yang timbul berkenaan dengan pelaksanaan Nota Kesepahaman ini dibebankan kepada PARA PIHAK secara proporsional. BAB VIII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 15 (1) Hal-hal yang belum diatur atau terjadinya perubahan (addendum) dalam Nota Kesepahaman ini akan ditentukan kemudian oleh PARA PIHAK dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Nota Kesepahaman ini. (2) Perubahan (addendum) terhadap Nota Kesepahaman ini dilakukan atas dasar persetujuan PARA PIHAK. Pasal 16 Apabila dikemudian hari terjadi perbedaan penafsiran dan permasalahan dalam pelaksanaan Nota Kesepahaman ini, penyelesaian perselisihan akan diselesaikan oleh PARA PIHAK secara musyawarah untuk mufakat. Pasal 17 (1) Nota Kesepahaman ini berlaku untuk jangka waktu selama 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal ditandatangani oleh PARA PIHAK. (2) Nota Kesepahaman ini dapat diakhiri sebelum jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan ketentuan PIHAK yang bermaksud mengakhiri Nota Kesepahaman wajib memberitahukan maksud tersebut secara tertulis kepada PIHAK lainnya. (3) Nota Kesepahaman ini dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kesepakatan PARA PIHAK dengan terlebih dahulu dilakukan koordinasi selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum berakhir masa berlakunya Nota Kesepahaman ini. 8 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

17 BAB IX PENUTUP Pasal 18 Nota Kesepahaman ini dibuat dan ditandatangani pada hari, tanggal, bulan, dan tahun sebagaimana disebutkan pada awal Nota Kesepahaman ini, dalam rangkap 2 (dua) asli, masing-masing bermaterai cukup dan mempunyai kekuatan hukum yang sama, setelah ditandatangani PARA PIHAK. Demikian Nota Kesepahaman ini dibuat dengan semangat kerja sama yang baik, untuk dipatuhi dan dilaksanakan oleh PARA PIHAK. PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA, Drs. TIMUR PRADOPO JENDERAL POLISI GITA IRAWAN WIRJAWAN Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 9

18

19 PEDOMAN KERJA ANTARA DIREKTORAT JENDERAL STANDARDISASI DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN BADAN RESERSE KRIMINAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/SPK/5/2014 NO. POL. : B/01/V/2014/BARESKRIM TENTANG PENINGKATAN PENEGAKAN HUKUM DI BIDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN METROLOGI LEGAL JAKARTA 2014 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 11

20

21 BAB I PENDAHULUAN A. Umum Perlindungan konsumen merupakan upaya dalam rangka memberikan perlindungan terhadap konsumen melalui kegiatan pengawasan di bidang metrologi legal dan di bidang pengawasan barang beredar dan jasa. Metrologi legal merupakan kegiatan yang bertujuan untuk melindungi kepentingan umum dalam hal jaminan kebenaran hasil pengukuran serta ketertiban dan kepastian hukum dalam pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metode pengukuran dan Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya (UTTP). Pengawasan barang dan jasa merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menghindarkan konsumen dari efek negatif akibat pemakaian, penggunaan, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa oleh konsumen yang tidak sesuai dengan ketentuan. Peningkatan penegakan hukum perlindungan konsumen merupakan salah satu langkah yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan Republik Indonesia guna mewujudkan kepastian hukum di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal melalui penandatanganan Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 30/M-DAG/MoU/l/2013 dan Nomor B/l/I/2013 tentang Peningkatan Penegakan Hukum di Bidang Perlindungan Konsumen dan Metrologi Legal. Dalam rangka menindaklanjuti Nota Kesepahaman tersebut selanjutnya disusun Pedoman Kerja. Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 13

22 B. Dasar 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3193); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 4. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); 5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5145); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan Pembebasan Untuk Ditera dan/atau Ditera Ulang Serta Syaratsyarat Bagi Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3283); 14 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

23 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pelaksanaan Koordinasi, Pengawasan, dan Pembinaan Teknis Terhadap Kepolisian Khusus, Penyidik Pegawai Negeri Sipil, dan Bentuk-Bentuk Pengamanan Swakarsa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5298); 10. Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M-04.PW Tahun 1984 tentang Wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil; 11. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20/M-DAG/PER/5/2009 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengawasan Barang dan/atau Jasa; 12. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 08/M-DAG/PER/3/2010 tentang Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (UTTP) yang Wajib Ditera dan Ditera Ulang; 13. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 48/M-DAG/PER/12/2010 tentang Pengelolaan Sumber Daya Manusia Kemetrologian; 14. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M-DAG/PER/10/2011 tentang Barang Dalam Keadaan Terbungkus; 15. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2010 tentang Manajemen Penyidikan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil; 16. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2010 tentang Koordinasi, Pengawasan, dan Pembinaan Penyidikan Bagi Penyidik Pegawai Negeri Sipil; Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 15

24 17. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 tentang Penyidikan Tindak Pidana; 18. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pendidikan dan Latihan Penyidik Pegawai Negeri Sipil; 19. Nota Kesepahaman Antara Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 30/M-DAG/MoU/1/2013 dan Nomor B/1/1/2013 tentang Peningkatan Penegakan Hukum di Bidang Perlindungan Konsumen dan Metrologi Legal. C. Maksud dan Tujuan 1. Maksud Maksud Pedoman Kerja ini adalah untuk menindaklanjuti Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka pelaksanaan peningkatan penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal. 2. Tujuan Tujuan Pedoman Kerja ini adalah untuk mewujudkan kerjasama dan sebagai acuan antara Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka peningkatan penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal. 16 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

25 D. Ruang Lingkup Pedoman Kerja ini mencakup ruang lingkup sesuai yang tercantum dalam Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai berikut: a. Penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal. b. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia di bidang penyidikan tindak pidana perlindungan konsumen dan metrologi legal. c. Peningkatan koordinasi dalam kegiatan proses penyidikan, gelar perkara, dan pendataan penanganan kasus. d. Sosialisasi terhadap pemahaman Nota Kesepahaman dan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal. E. Tata Unit BAB I : PENDAHULUAN A. Umum B. Dasar C. Maksud dan Tujuan D. Ruang Lingkup E. Tata Urut F. Pengertian BAB II : PENEGAKAN HUKUM A. Dasar Penyusunan Target Operasional (TO) B. Analisa C. Pelaksanaan Penyidikan BAB III : PENINGKATAN KEMAMPUAN SUMBER DAYA MANUSIA A. Bimbingan Taktis B. Bimbingan Teknis Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 17

26 BAB IV : PENINGKATAN KOORDINASI BAB V : SOSIALISASI BAB VI : ADMINISTRASI DAN ANGGARAN A. Administrasi B. Anggaran BAB VII : ANALISA DAN EVALUASI BAB VIII : PENUTUP F. Pengertian Untuk menyamakan persepsi terhadap istilah-istilah dalam Pedoman Kerja ini, diberikan beberapa pengertian sebagai berikut: 1. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Kemendag adalah unsur pelaksana pemerintah dipimpin oleh Menteri Negara yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden yang mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang perdagangan. 2. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Polri adalah alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. 3. Metrologi Legal adalah metrologi yang mengelola satuan-satuan ukuran, metode-metode pengukuran, dan alat-alat ukur yang menyangkut persyaratan teknik dan peraturan berdasarkan Undang-Undang yang bertujuan melindungi kepentingan umum dalam hal kebenaran pengukuran. 18 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

27 4. Pengawasan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh petugas pengawas untuk memastikan kesesuaian barang dan/atau jasa dalam memenuhi standar mutu produksi barang dan/atau jasa, pencantuman label, klausula baku, cara menjual, pengiklanan, pelayanan purna jual, dan kebenaran peruntukan distribusinya. 5. Pengawasan Metrologi Legal adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pengamat tera dan/atau PPNS Metrologi Legal untuk memastikan Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (UTTP), Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT), dan Satuan Ukuran sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 6. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. 7. Penyidik adalah Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan. 8. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PPNS adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan tindak pidana sesuai Undang-Undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing dan dalam pelaksanaan tugasnya berada di bawah koordinasi dan pengawasan Penyidik Polri. 9. Atasan PPNS adalah PPNS yang ditunjuk oleh instansinya dan/atau secara struktural membawahi PPNS yang ditugaskan menangani perkara tindak pidana tertentu yang menjadi kewenangannya. 10. Koordinasi adalah upaya menyelaraskan kegiatan para pihak ke arah sasaran yang sama demi kelancaran mencapai tujuan bersama. Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 19

28 BAB II PENEGAKAN HUKUM Dalam meningkatkan penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal, PPNS dan Penyidik Polri melaksanakan tahapan perencanaan sebagai berikut: A. Dasar Penyusunan Target Operasional (TO) Dalam rangka meningkatkan kerja sama antara PPNS dengan Penyidik Polri untuk penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal diperlukan perencanaan penyidikan berdasarkan, antara lain: 1. Laporan kejadian dari masyarakat dan/atau dari pihak Kemendag atau pihak Polri tentang adanya suatu peristiwa yang diduga tindak pidana. 2. Target operasional (TO) telah disiapkan oleh PPNS sesuai analisa terhadap hasil pengawasan dan/atau tertangkap tangan yang dituangkan dalam laporan kejadian yang dilengkapi dengan alat bukti berupa: a. sampel barang, dokumen, atau surat; b. barang dan/atau jasa yang melanggar ketentuan tindak pidana di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal berdasarkan hasil pengamatan kasat mata; c. hasil uji laboratorium atau hasil uji lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (jika diperlukan); d. keterangan pelaku usaha (jika diperlukan); dan e. keterangan saksi. 20 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

29 B. Analisis 1. Sesuai dasar sebagaimana dimaksud pada huruf A, maka dilakukan analisis bersama antara PPNS dan Penyidik Polri dalam rangka menyusun rencana tindakan penyidikan dalam hal taktik maupun teknis, agar pelaksanaan penyidikan lebih efektif dan efisien. 2. Dalam penyusunan taktik dan teknis penyidikan, PPNS dan Penyidik Polri menentukan jumlah personil berdasarkan jumlah TO yang ditangani, locus delicti atau Tempat Kejadian Perkara (TKP), dan bobot kasus. C. Pelaksanaan Penyidikan PPNS dalam melaksanakan penyidikan berpedoman pada Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2010 tentang Manajemen Penyidikan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil, sesuai dengan kewenangannya meliputi langkah-langkah sebagai berikut: 1. Administratif a. Laporan kejadian 1) Laporan kejadian di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal dibuat secara tertulis oleh PPNS memuat mengenai suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal. 2) Laporan kejadian di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal dibuat berdasarkan hasil pengawasan, tertangkap tangan, pengaduan dari masyarakat, dan/atau tindak lanjut penyerahan kasus yang dilakukan oleh Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 21

30 b. Penyidik Polri dapat memberikan bantuan untuk melakukan penggeledahan, penangkapan, dan penahanan dengan disaksikan oleh PPNS. c. Surat Perintah Tugas 1) Surat Perintah Tugas dibuat setelah adanya laporan kejadian dari PPNS berdasarkan alat bukti sebagaimana dimaksud pada BAB II Huruf A angka 2. 2) Surat Perintah Tugas untuk PPNS dibuat dan ditandatangani oleh atasan PPNS. Dalam hal atasan PPNS bukan sebagai penyidik, penandatanganan dilaksanakan oleh PPNS dan diketahui oleh atasan PPNS. 3) Surat Perintah Tugas untuk Penyidik Polri dibuat dan ditandatangani oleh atasan Penyidik Polri dengan tujuan mendukung dan mem-back up proses penyidikan yang dilakukan oleh PPNS. d. Surat Perintah Penyidikan 1) Dalam rangka pemenuhan persyaratan administratif dan kelancaran penyidikan, maka atasan PPNS mengeluarkan Surat Perintah Penyidikan yang bertujuan untuk melaksanakan penyidikan. 4) Surat Perintah Penyidikan untuk PPNS dibuat dan ditandatangani oleh atasan PPNS. Dalam hal atasan PPNS bukan sebagai penyidik, penandatanganan dilaksanakan oleh PPNS dan diketahui oleh atasan PPNS. e. Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan 1) Dalam hal dimulainya penyidikan, PPNS terlebih dahulu membuat Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Polri dilampiri: 22 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

31 a) laporan kejadian; b) surat perintah penyidikan; dan c) berita acara yang telah dibuat. 2) Sebelum dibuat SPDP, PPNS dapat memberitahukan secara lisan atau melalui telepon, surat elektronik, dan pesan singkat kepada Penyidik Polri guna menyiapkan bantuan penyidikan yang sewaktu-waktu diperlukan PPNS dengan memuat penjelasan singkat mengenai kejadian tindak pidana atau pelanggaran, identitas pelaku atau tersangka, barang bukti, dan rencana penyidikannya. Selanjutnya PPNS menyampaikan permohonan secara tertulis. f. Permohonan izin penyitaan/permohonan persetujuan penyitaan. PPNS yang mempunyai kewenangan melakukan penyitaan, pelaksanaannya sesuai dengan hukum acara pidana, dengan ketentuan sebagai berikut: 1) surat permintaan izin penyitaan dibuat oleh PPNS dan ditandatangani oleh atasan PPNS selaku penyidik atau dalam hal atasan PPNS bukan sebagai penyidik, penandatanganan dilaksanakan oleh PPNS dan diketahui oleh atasan PPNS yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat dan ditembuskan kepada Penyidik Polri; 2) PPNS dapat meminta pertimbangan kepada Penyidik Polri tentang alasan perlunya dilakukan penyitaan sebelum surat permintaan izin penyitaan dikirim kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat; 3) setelah surat izin penyitaan dikeluarkan oleh Ketua Pengadilan Negeri setempat, PPNS mengeluarkan surat perintah penyitaan yang ditandatangani oleh atasan PPNS selaku penyidik atau apabila atasannya bukan penyidik, Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 23

32 penandatanganan dilaksanakan oleh PPNS dan diketahui oleh atasan PPNS; 4) dalam hal keadaan yang sangat perlu dan mendesak, PPNS dapat segera melakukan penyitaan. Setelah dilakukan penyitaan tersebut, PPNS wajib segera melaporkan kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat guna memperoleh persetujuan penyitaan. 2. Teknis Pelaksanaan Penyidikan a. PPNS dalam melaksanakan penyidikan berpedoman pada Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2010 tentang Manajemen Penyidikan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil. b. Penyidik Polri memberikan dukungan terhadap kelancaran proses pelaksanaan penyidikan di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal. 3. Pengawasan dan Pengendalian a. Evaluasi 1) Evaluasi penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal dilakukan terhadap kelengkapan administrasi penyidikan dan teknis pelaksanaan penyidikan. 2) Evaluasi dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun. b. Supervisi 1) Supervisi penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal dilakukan oleh Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen (Ditjen SPK) Kcmcndag clan Badan Reserse Knminal (Bareskrim) Polri. 24 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

33 2) Supervisi dilakukan terhadap setiap penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal yang ditangani oleh PPNS. c. Pelaporan pelaksanaan penyidikan Pelaporan pelaksanaan penyidikan untuk setiap penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal disampaikan oleh PPNS kepada atasan PPNS dengan tembusan disampaikan kepada Bareskrim Polri atau Direktorat Reserse Kriminal Khusus Kepolisian Daerah, atau Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor. 4. Waktu Penyidikan Penetapan target waktu penyidikan dilakukan berdasarkan pertimbangan jumlah TO yang ditangani dan bobot kasus yang ditetapkan, diawali dari tanggal terbitnya SPDP dengan memperhitungkan tindakan yang dilakukan sebagai berikut: a. pemanggilan dan pemeriksaan saksi/ahli; b. analisa kasus (gelar perkara jika diperlukan) untuk menetapkan tersangka; c. pemeriksaan tersangka; d. pemberkasan; e. penyerahan berkas perkara; dan f. penetapan P-21 disertai penyerahan barang bukti dan tersangka. Penetapan waktu penyidikan di dalam rencana pelaksanaan penyidikan dituangkan secara rinci untuk mendapatkan gambaran yang mendekati pasti mengenai berapa lama proses penyidikan tersebut dapat diselesaikan. Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 25

34 BAB III PENINGKATAN KEMAMPUAN SUMBER DAYA MANUSIA Untuk meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) Penyidik Polri dan PPNS di bidang penyidikan tindak pidana perlindungan konsumen dan metrologi legal diperlukan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, yang meliputi: A. Bimbingan Taktis 1. Pendidikan dan Pelatihan (diklat) PPNS Kegiatan diklat PPNS dimaksudkan untuk membentuk PPNS yang baru. Kemendag menyiapkan peserta didik dan menyediakan anggaran untuk membentuk PPNS yang baru. Polri selaku Korwas PPNS menyiapkan sarana prasarana, tenaga pendidik, kurikulum, alat instruksi dan alat penolong instruksi, evaluasi, bahan ajaran, dan metode penyelenggaraan pelaksanaan diklat PPNS. 2. Peningkatan Kemampuan PPNS Peningkatan Kemampuan PPNS adalah kegiatan dalam rangka upaya meningkatkan kemampuan PPNS dalam hal menambah pemahaman wawasan, keahlian baik teknis maupun taktis di bidang penyidikan tindak pidana perlindungan konsumen dan metrologi legal, serta peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait. Penyelenggaraan kegiatan ini diharapkan dapat bermanfaat dalam rangka: a. meningkatkan efektifitas penyidikan di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal; 26 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

35 b. meningkatkan kualitas penanganan kasus perlindungan konsumen dan metrologi legal oleh PPNS; c. meningkatkan penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal; d. meningkatkan administrasi penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal; 3. Rapat Kerja Teknis Polri dan PPNS Kegiatan Rapat Kerja Teknis (rakernis) Polri dan PPNS dilaksanakan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun guna meningkatkan koordinasi dan pengawasan penyidikan termasuk pemberian bimbingan teknis dan taktis, serta bantuan konsultasi penyidikan. B. Bimbingan Teknis Peningkatan kemampuan SDM Penyidik Polri dan PPNS berupa bimbingan teknis penyidikan tindak pidana di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal dilaksanakan secara bersama-sama. Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 27

36 BAB IV PENINGKATAN KOORDINASI Dalam meningkatkan koordinasi antara Kemendag dengan Polri, apabila ditemukan dugaan tindak pidana di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal, maka PPNS Perlindungan Konsumen dan PPNS Metrologi Legal melakukan koordinasi dengan Penyidik Polri yang meliputi kegiatan: 1. Proses Penyidikan a. penyampaian SPDP; b. upaya paksa, meliputi: 1) pemanggilan; 2) penangkapan; 3) penahanan; 4) penggeledahan; 5) penyitaan; dan 6) pemeriksaan; c. bantuan hukum; d. penyelesaian berkas perkara; e. pengiriman berkas perkara; f. penghentian penyidikan; g. administrasi penyidikan; dan h. pelimpahan penyidikan. 28 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

37 2. Gelar Perkara a. Gelar perkara dapat dilakukan pada: 1) awal penyidikan Untuk menentukan apakah suatu perbuatan adalah tindak pidana atau bukan, meliputi minimal terdapat 2 (dua) alat bukti, pasal-pasal yang dilanggar, dan menentukan saksi dan tersangka. 2) pertengahan penyidikan Untuk menemukan solusi dalam mengatasi kendala/hambatan dalam penyelesaian proses penyidikan dan melengkapi berkas. 3) akhir penyidikan Untuk memastikan bahwa berkas perkara yang akan diajukan ke Penuntut Umum sudah memenuhi persyaratan formil dan materiil. b. PPNS dalam melaksanakan gelar perkara mengikutsertakan Penyidik Polri dan/atau Korwas PPNS. 3. Pendataan Penanganan Kasus Pertukaran data dan informasi, meliputi: a. jumlah PPNS; b. kasus yang ditangani oleh PPNS dan/atau Penyidik Polri; c. penyelesaian kasus. Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 29

38 BAB V SOSIALISASI Sosialisasi pemahaman pelaksanaan Nota Kesepahaman dan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal dilaksanakan secara bersama-sama oleh Kemendag dan Polri, meliputi: a. Obyek Sosialisasi 1. Anggota Polri khususnya pengemban fungsi penyidikan; 2. PPNS Perlindungan Konsumen dan PPNS Metrologi Legal; dan 3. Pejabat Atasan Penyidik. b. Narasumber 1. Pejabat pada Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Kemendag, yang ditunjuk dan memahami penyidikan serta peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal; dan 2. Pejabat pada Divisi Hukum Polri dan Biro Koordinasi dan Pengawasan PPNS Bareskrim Polri, yang ditunjuk dan memahami penyidikan serta peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal. c. Materi Sosialisasi 1. Nota Kesepahaman dan Pedoman Kerja; dan 2. Peraturan perundang-undangan yang terkait. 30 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

39 BAB VI ADMINISTRASI DAN ANGGARAN A. Administrasi 1. Administrasi yang berhubungan dengan pelaksanaan Nota Kesepahaman dan Pedoman Kerja ini mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Administrasi pengumpulan bahan keterangan atau penyelidikan dan penyidikan kasus-kasus tindak pidana di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal menggunakan administrasi yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. B. Anggaran Dukungan anggaran yang diperlukan dalam pelaksanaan penegakan hukum menjadi tanggung jawab Kemendag dan Polri secara proporsional. Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 31

40 BAB VII ANALISIS DAN EVALUASI Analisis dan evaluasi terhadap pelaksanaan Nota Kesepahaman tentang Peningkatan Penegakan Hukum di Bidang Perlindungan Konsumen dan Metrologi Legal dilaksanakan paling sedikit 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun. Analisis dan evaluasi pelaksanaan Nota Kesepahaman dan Pedoman Kerja, membahas antara lain: 1. kasus-kasus yang sedang ditangani; 2. hambatan dan persoalan yang dihadapi dalam penanganan kasus; dan 3. hasil proses persidangan. 32 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

41 BAB VIII PENUTUP 1. Pedoman Kerja ini dibuat sebagai petunjuk pelaksanaan tugas dalam rangka peningkatan penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen dan metrologi legal. 2. Apabila ada perubahan terhadap Pedoman Kerja ini, akan dirumuskan kembali secara bersama-sama dan merupakan lampiran yang tidak terpisahkan dari Pedoman Kerja ini. 3. Pedoman Kerja ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 19 Mei 2014 DIREKTUR JENDERAL STANDARDISASI DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN, KEPALA BADAN RESERSE KRIMINAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, WIDODO Drs. SUHARDI ALIUS, M.H. KOMISARIS JENDERAL POLISI Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 33

42

43 NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN DARAT T E N T A N G PENGAMANAN DI BIDANG PERDAGANGAN DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN DI PERBATASAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1610/M-DAG/MoU/7/2013 NOMOR : KERMA/14/VII/2013 Pada hari ini Rabu, tanggal Dua puluh empat, bulan Juli tahun Dua ribu tiga belas ( ), bertempat di Jakarta, kami yang bertanda-tangan di bawah ini : 1. GITA IRAWAN WIRJAWAN, Selaku Menteri Perdagangan Republik Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 59/P Tahun 2011, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, berkedudukan di Jalan M.I. Ridwan Rais Nomor 5 Jakarta Pusat, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA. 2. JENDERAL TNI MOELDOKO, Selaku Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 24/TNI/Tahun 2013, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, berkedudukan di Markas Besar Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, di Jalan Medan Merdeka Utara Nomor 2 Jakarta Pusat, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA. PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA untuk selanjutnya secara bersamasama disebut PARA PIHAK dan secara sendiri-sendiri disebut PIHAK. Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 35

44 PARA PIHAK terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut : 1. Bahwa PIHAK PERTAMA merupakan institusi pemerintah yang berwenang dan bertanggung-jawab dalam urusan pemerintahan di bidang perdagangan. 2. Bahwa PIHAK KEDUA merupakan alat negara di bidang pertahanan yang mempunyai tugas menjaga keamanan wilayah perbatasan darat dengan negara lain. Dengan memperhatikan peraturan perundangan-undangan yang menjadi dasar hukum sebagai berikut : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 2. Undang-undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439); 3. Undang-undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916). Berdasarkan hal-hal tersebut PARA PIHAK sepakat untuk menandatangani Nota Kesepahaman ini dengan syarat dan ketentuan sebagai berikut : Pasal 1 MAKSUD DAN TUJUAN 1. Maksud Nota Kesepahaman ini adalah sebagai pedoman bagi PARA PIHAK dalam rangka peningkatan pengamanan di bidang perdagangan, utamanya stabilisasi harga barang, distribusi barang dan perlindungan konsumen di perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2. Tujuan Nota Kesepahaman ini adalah terwujudnya kerjasama antara PARA PIHAK dalam rangka peningkatan pengamanan di bidang perdagangan dan perlindungan konsumen di perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 36 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

45 Pasal 2 RUANG LINGKUP Ruang lingkup Nota Kesepahaman ini, meliputi : 1. Pengamanan di bidang perdagangan dan perlindungan konsumen di perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia; 2. Peningkatan koordinasi; dan 3. Pendayagunaan sumber daya. Pasal 3 PELAKSANAAN (1) Nota Kesepahaman ini akan ditindaklanjuti oleh PARA PIHAK untuk merumuskan teknis dan operasional pelaksanaan pengamanan di bidang perdagangan dan perlindungan konsumen di perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia. (2) Tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan dibentuk Tim Pelaksana dan disusun Pedoman Kerja Pengamanan di bidang perdagangan dan perlindungan konsumen di perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia. (3) PIHAK PERTAMA akan menunjuk Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan dan PIHAK KEDUA akan menunjuk Asisten Teritorial Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat untuk menindaklanjuti Nota Kesepahaman ini sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1). Pasal 4 TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK (1) Kerjasama antara Kementerian Perdagangan dengan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat dalam rangka melaksanakan pengamanan bidang perdagangan dan perlindungan konsumen di perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia. (2) Mencegah atau meminimalisir terjadinya kegiatan perdagangan dan perlindungan konsumen yang tidak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia. (3) Sinergi untuk melaksanakan program dan kegiatan dalam rangka menjaga dan membina ketahanan nasional di bidang perdagangan Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 37

46 dan perlindungan konsumen di perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia, melalui pengawasan barang yang keluar dari wilayah Republik Indonesia atau masuk ke wilayah Republik Indonesia sesuai kewenangan masing-masing. (4) Menangani permasalahan yang timbul di bidang perdagangan, perlindungan konsumen serta sarana dan prasarana di bidang perdagangan yang timbul di perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pasal 5 PELAKSANAAN PENGAMANAN (1) Perencanaan dengan menentukan sasaran pengawasan terhadap barang yang keluar dari wilayah Republik Indonesia atau barang yang masuk dari Negara tetangga ke wilayah Republik Indonesia melalui lintas darat yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perdagangan atau perlindungan konsumen. (2) Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disusun berdasarkan hasil pengawasan barang beredar, stabilisasi harga barang, distribusi barang atau informasi lain yang patut diduga telah atau akan terjadi pelanggaran ketentuan peraturan perundangundangan di bidang perdagangan dan/atau perlindungan konsumen di perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia atau daerah lainnya. (3) Saling tukar informasi mengenai dugaan terjadinya pelanggaran di bidang perdagangan dan/atau perlindungan konsumen di perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pasal 6 KOORDINASI (1) PARA PIHAK dalam melaksanakan pengamanan di bidang perdagangan dan perlindungan konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 melakukan koordinasi untuk meningkatkan pemahaman mengenai tugas pokok dan fungsi serta kewenangan masing-masing sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Dalam berkoordinasi, merencanakan, dan melaksanakan tugas pengamanan di bidang perdagangan dan perlindungan konsumen di perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia, PARA PIHAK 38 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

47 mendayagunakan potensi dan sumber daya yang ada didasarkan pada prinsip saling mendukung. Pasal 7 ANALISA DAN EVALUASI (1) PARA PIHAK sepakat melakukan analisa dan evaluasi atas pelaksanaan Nota Kesepahaman ini secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun. (2) Pelaksanaan analisa dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan kesepakatan PARA PIHAK. Pasal 8 PEMBIAYAAN Segala biaya yang timbul akibat ditandatanganinya Nota Kesepahaman ini, pelaksanaannya akan ditindaklanjuti dalam Kesepakatan Kerjasama (KKS) oleh PARA PIHAK. Pasal 9 JANGKA WAKTU (1) Nota Kesepahaman ini berlaku untuk jangka waktu selama 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal ditandatangani oleh PARA PIHAK. (2) Nota Kesepahaman ini dapat diakhiri sebelum jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan ketentuan PIHAK yang bermaksud mengakhiri Nota Kesepahaman wajib memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK lainnya paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum diakhiri. (3) Nota Kesepahaman ini dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kesepakatan PARA PIHAK dengan terlebih dahulu dilakukan koordinasi paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya Nota Kesepahaman ini. Pasal 10 PENYELESAIAN PERSELISIHAN Apabila dikemudian hari terjadi perbedaan penafsiran dan permasalahan dalam pelaksanaan Nota Kesepahaman ini, akan diselesaikan oleh PARA PIHAK secara musyawarah untuk mufakat. Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 39

48 Pasal 11 ADDENDUM (1) Hal-hal yang belum cukup diatur atau dipandang perlu dilakukan perubahan (addendum) dalam Nota Kesepahaman ini, akan ditentukan kemudian oleh PARA PIHAK dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Nota Kesepahaman ini. (2) Perubahan (addendum) terhadap Nota Kesepahaman ini hanya dapat dilakukan atas persetujuan PARA PIHAK. Demikian Nota Kesepahaman ini dibuat dan ditandatangani pada hari, tanggal, bulan dan tahun sebagaimana disebutkan pada awal Nota Kesepahaman ini, dalam rangkap 2 (dua) asli, masing-masing bermeterai cukup dan mempunyai kekuatan hukum yang sama setelah ditandatangani dan dibubuhi cap instansi PARA PIHAK PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA, JENDERAL TNI MOELDOKO GITA IRAWAN WIRJAWAN 40 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

49 NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN BADAN INTELIJEN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1577/M-DAG/MoU/7/2013 NOMOR : PK-02/BIN/VII/ TENTANG PENGAMANAN SASARAN DAN PROGRAM STRATEGIS DI BIDANG PERDAGANGAN Pada hari Jumat, tanggal sembilan belas, bulan Juli tahun dua ribu tiga belas ( ), bertempat di Jakarta, yang bertanda-tangan di bawah ini: 1. GITA IRAWAN WIRJAWAN : Menteri Perdagangan Republik Indonesia, berkedudukan di Jalan M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta Pusat, bertindak untuk dan atas nama Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, selanjutnya disebut PIHAK KESATU. 2. MARCIANO NORMAN : Kepala Badan Intelijen Negara Republik Indonesia, berkedudukan di Jalan. Seno Raya, Pejaten Timur - Pasar Minggu, Jakarta Selatan, bertindak untuk dan atas nama Badan Intelijen Negara Republik Indonesia, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA. PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama selanjutnya disebut PARA PIHAK, terlebih dahulu menerangkan: 1. bahwa PIHAK KESATU adalah Kementerian yang berwenang dan bertanggung-jawab dalam urusan Pemerintah di bidang perdagangan; Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 41

50 2. bahwa PIHAK KEDUA adalah Alat Negara yang menyelenggarakan fungsi intelijen dalam negeri dan luar negeri; 3. bahwa pelaksanaan pengamanan sasaran dan program strategis di bidang perdagangan perlu dilakukan secara berkesinambungan dalam upaya mendukung keberhasilan di bidang perdagangan. Berdasarkan hal tersebut di atas, PARA PIHAK dengan ini bersepakat untuk membuat dan menandatangani Nota Kesepahaman dengan ketentuan sebagai berikut: BAB I MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 1 (1) Maksud Nota Kesepahaman ini adalah untuk melakukan koordinasi dalam rangka pengamanan sasaran dan program strategis di bidang perdagangan. (2) Tujuan Nota Kesepahaman ini adalah terlaksananya pengamanan sasaran dan program strategis di bidang perdagangan untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat. BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 Ruang lingkup Nota Kesepahaman ini adalah: (1) mengamankan sasaran dan program strategis di bidang perdagangan; dan (1) meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang intelijen dan di bidang perdagangan. BAB III TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB Pasal 3 (1) PIHAK KESATU mempunyai tugas dan tanggung jawab: a. menyediakan informasi awal yang berpotensi menimbulkan ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan di bidang perdagangan; b. melakukan koordinasi dan fasilitasi dengan pihak terkait dalam rangka mengamankan sasaran dan program strategis di bidang perdagangan; dan 42 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

51 c. meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang perdagangan dan di bidang intelijen bersama PIHAK KEDUA. (2) PIHAK KEDUA mempunyai tugas dan tanggung jawab melakukan: a. deteksi dini dan menyampaikan informasi intelijen yang berpotensi menimbulkan ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan di bidang perdagangan; b. koordinasi dan fasilitasi dengan pihak terkait dalam rangka mengamankan sasaran dan program strategis di bidang perdagangan; dan c. peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang intelijen dan di bidang perdagangan bersama dengan PIHAK KESATU. BAB IV PELAKSANAAN Pasal 4 (1) Sebagai tindak lanjut dari Nota Kesepahaman ini dibentuk satuan tugas dalam rangka pengamanan sasaran dan program strategis di bidang perdagangan. (2) Anggota satuan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur Kementerian Perdagangan, Badan Intelijen Negara, dan dapat melibatkan unsur-unsur instansi teknis terkait. (3) Satuan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh PARA PIHAK atau oleh pejabat yang ditunjuk. (4) Satuan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab dan melaporkan hasil kegiatannya kepada PARA PIHAK. BAB V PEMBIAYAAN Pasal 5 Pembiayaan yang timbul sebagai akibat dari pelaksanaan Nota Kesepahaman ini dibebankan kepada PARA PIHAK sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 43

52 BAB VI JANGKA WAKTU Pasal 6 (1) Nota Kesepahaman ini berlaku selama 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal ditandatangani dan dapat diperpanjang berdasarkan kesepakatan PARA PIHAK. (2) Nota Kesepahaman ini dapat diakhiri sebelum berakhirnya jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan ketentuan, bahwa pihak yang akan mengakhiri Nota Kesepahaman ini menyampaikan pemberitahuan tertulis 30 (tiga puluh) hari sebelumnya kepada pihak lain. BAB VII MONITORING DAN EVALUASI Pasal 7 Pelaksanaan Nota Kesepahaman dievaluasi secara berkala oleh PARA PIHAK paling lambat 6 (enam) bulan, dan hasilnya dipergunakan sebagai bahan penyempurnaan pelaksanaan kegiatan dan/atau untuk menetapkan kebijakan oleh PARA PIHAK. BAB VIII KETENTUAN LAIN Pasal 8 (1) Perubahan terhadap Nota Kesepahaman ini hanya dapat dilakukan berdasarkan kesepakatan PARA PIHAK. (2) Hal-hal yang belum diatur dalam Nota Kesepahaman ini akan diatur berdasarkan kesepakatan PARA PIHAK dan dituangkan secara tertulis dalam suatu perubahan (addendum) yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Nota Kesepahaman ini. 44 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

53 BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 9 (1) Nota Kesepahaman ini dibuat rangkap 2 (dua) asli dan bermeterai cukup, masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama setelah ditandatangani oleh PARA PIHAK. (2) Nota Kesepahaman ini mulai berlaku sejak tanggal ditandatangani oleh PARA PIHAK. PIHAK KEDUA, PIHAK KESATU, MARCIANO NORMAN GITA IRAWAN WIRJAWAN Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 45

54

55 MEMORANDUM OF UNDERSTANDING This Memorandum of Understanding (MOU) is entered into by and between the Directorate of Developing the Quality of Goods Indonesia, hereafter PMB, with a registered address at Jl. Raya Bogor km.26 Ciracas, Jakarta 13740, Indonesia, and the AINIA Centro Tecnologico, hereafter AINIA, with a registered address at Parque tecnológico de Valencia c/ Benjamin Franklin, 5-11E46980 Paterna, Spain. PMB and AINIA are referred to collectively, as Parties or individually as Party. P R E S E N T Directorate of Developing the Quality of Goods, Chandrini Mestika Dewi Director AINIA Centro Tecnologico Sebastian Subirats Huerta Director I. PURPOSE Cooperation and interaction for the testing and verification works (hereafter, collectively referred to as the Field ). The purpose of this MOU is to define the areas for improvement and to further develop the PMB s competencies to pursue acceptance of PMB test certificate in European Union market. The Parties desire to work together in the future for our mutual benefit to foster a collaborative framework between PMB and AINIA in the Field with a view to benefiting from each other s initiatives and working procedures and to support collaboration among the laboratories under both Parties. II. SCOPE : 1. This MOU sets forth the intentions of the Parties for increased collaboration, cooperation and interaction and does not create any legally binding commitments. If the Parties later agree to undertake specific joint projects with legally binding obligations, we will develop separate written agreements for such projects, setting out each Party s contributions, deliverables, and budgets. It is also understood that PMB is a Government body under Directorate General of Standardization and Consumer Protection, Ministry of Trade, Republic of Indonesia, and AINIA is a private non-profit organization. Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 47

56 2. The Parties intend to: 2.1. Establish collaboration on development of human capital of PMB Establish collaboration on development of technical competencies, including method and technology on testing, knowledge of Laboratory Layout and Facilities, and the supporting activities into world-class level Exchange information on market demand and laboratory requirements Pursue Mutual Recognition Arrangement between Parties. III. VISITING AND HOSTING PARTY : 1. The Hosting Party is the Party at whose site the collaboration will occur. The Visiting Party is the Party whose personnel travel to the Hosting Party s site for activity under collaborations. The Visiting Party s personnel are employees of the Visiting Party and shall remain so at all times during any collaborations. Under no circumstances will personnel of the Visiting Party be considered to be employees or agents of the Hosting Party. 2. All proposed visits must be documented in a signed written agreement, which specifically sets forth all of the requirements, commitments and obligations of the Visiting Party and the Hosting Party, including any issues regarding visits addressed in this MOU. 3. The Hosting Party will be responsible for naming a collaborator within its institution as well as providing space and equipment for the personnel of the Visiting Party. The Hosting Party will assist in making necessary administrative arrangements for the personnel of the Visiting Party, including arrangements for living accommodations. IV. COST : Parties will be discuss and come to an agreement for costs in connection with all matters relating to collaborations under this MOU. Where possible and appropriate, the Parties may also seek funding for collaborations from the European Union and Indonesian Government. V. GENERAL PROVISIONS : 1. As stated above, any specific joint projects with legally binding obligations will be set forth in separate written agreements. 2. Treatment of intellectual property rights developed through collaborations under this MOU will be determined between the Parties through mutual consultation and separate written agreements on a case-by-case basis. 48 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

57 VI. CONFIDENTIALITY : The parties agree that there is no intention to share any confidential or proprietary information in any collaboration under this MOU. If either Party wishes to disclose information it considers to be confidential or proprietary to the other Party, the Parties will enter into a written non-disclosure agreement. It is also understood and agreed that no information will be exchanged or disseminated under any collaborations pursuant to this MOU which is controlled by laws of each government. VII. DURATION This MOU shall be effective for a period of three (3) years from the date of final signature. It may be modified or extended by mutual written agreement by the Parties. This MOU may be terminated by either party upon six (6) months advance written notice. Signed this very day of 10 th day of September ACCEPTED BY: Directorate of Developing the Quality of Goods, Directorate General Standardization and Consumer Protection, Ministry of Trade, Republic of Indonesia AINIA Centro Tecnologico Chandrini Mestika Dewi Director Sebastian Subirats Huerta Director Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 49

58

59 MEMORANDUM OF UNDERSTANDING This Memorandum of Understanding (MOU) is entered into by and between the Directorate for Quality Development of Goods Indonesia, hereafter DPMB, with a registered address at Jl. Raya Bogor km.26 Ciracas, Jakarta 13740, Indonesia, and the Ghent University, Faculty of Bioscience Engineering, hereafter GENT, with a registered address at Coupure Links 653, 9000 Gent, Belgium. DPMB and GENT are referred to collectively, as Parties or individually as Party. Directorate for Quality Development of Goods, Chandrini Mestika Dewi Director PRESENT Laboratory for Food Microbiology and Food Preservation, Faculty of Bioscience Engineering Ghent University Prof. dr. ir. Mieke Uyttendaele Director I. PURPOSE: Cooperation and interaction for training, internship, testing works, proficiency testing programme, and advanced education scholarship (hereafter, collectively referred to as the Field ). The purpose of this MOU is to define the areas for improvement and to further develop the DPMB s competencies to pursue recognition of DPMB as national reference laboratory in Indonesia and acceptance of test certificate in European Union market. The Parties desire to work together in the future for our mutual benefit to foster a collaborative framework between DPMB and GENT in the Field with a view to benefiting from each other s initiatives and working procedures and to support collaboration among the laboratories under both Parties. II. SCOPE : 1. This MOU sets forth the intentions of the Parties for increased collaboration, cooperation and interaction and does not create any legally binding commitments. lf the Parties later agree to undertake specific joint projects with legally binding obligations, we will develop separate written agreements for such projects, setting out each Party s contributions deliverables, and budgets. lt is also understood that DPMB is a Government body under Directorate General of Standardization and Consumer Protection, Ministry of Trade, Republic of Indonesia, and GENT is Faculty of Bioscience Engineering under Gent University in Belgium. Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 51

60 2. The Parties intend to: 2.1. Establish collaboration on development of human capital of DPMB Establish collaboration on development of technical competencies, including sample handling, sampling method and technology on testing, waste management, equipment handling, sample preparation for proficiency test, safety management and the supporting activities into world-class level Establish collaboration on participation in proficiency testing held by Gent Exchange information on new development in laboratories best practice Establish collaboration on expert consultation for problem solving (Method development or method validation) via , phone, and group discussion. III. VISITING AND HOSTING PARTY: 1. The Hosting Party is the Party at whose site the collaboration wil occur. The Visiting Party is the Party whose personnel travel to the Hosting Party s site for activity under collaborations. The Visiting Party s personnel are employees of the Visiting Party and shall remain so at all times during any collaborations. Under no circumstances will personnel of the Visiting Party be considered to be employees or agents of the Hosting Party. 2. All proposed visits must be documented in a signed written agreement, which specifically sets forth all of the requirements, commitments and obligations of the Visiting Party and the Hosting Party, including any issues regarding visits addressed in this MOU. 3. The Hosting Party will be responsible for naming a collaborator within its institution as well as providing space and equipment for the personnel of the Visiting Party. The Hosting Party will assist in making necessary administrative arrangements for the personnel of the Visiting Party, including arrangements for living accommodations. IV. COST : Parties will discuss and come to an agreement for costs in connection with all matters relating to collaborations under this MOU. Where possible and appropriate, the Parties may also seek funding for collaborations from the European Union and Indonesian Government. 52 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

61 V. GENERAL PROVISIONS: 1. As stated above, any specific joint projects with legally binding obligations will be set forth in separate written agreements. 2. Treatment of intellectual property rights developed through collaborations under this MOU will be determined between the Parties through mutual consultation and separate written agreements on a case-by-case basis. VI. CONFIDENTIALITY: The parties agree that there is no intention to share any confidential or proprietary information in any collaboration under this MOU. lf either Party wishes to disclose information it considers to be confidential or proprietary to the other Party, the Parties will enter into a written non-disclosure agreement. lt is also understood and agreed that no information will be exchanged or disseminated under any collaborations pursuant to this MOU which i s controlled by laws of each government. VII. DURATION This MOU shall be effective for a period of three (3) years from the date of final signature. lt may be modified or extended by mutual written agreement by the Parties. This MOU may be terminated by either party upon six (6) months advance written notice. Signed on this very day of.6 May ACCEPTED BY: Directorate for Quality Development of Goods, Directorate General Standardization And Consumer Protection, Ministry of Trade, Republic of Indonesia Laboratory for Food Microbiology And Food Preservation, Faculty of Bioscience Engineering, Ghent University, Belgium Chandrini Mestika Dewi Director Prof. Dr. Ir. Mieke Uyttendaele Director Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 53

62

63 NOTA KESEPAHAMAN ANTARA BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TERTIB NIAGA KEMENTERIAN PERDAGANGAN NOMOR : 01.KB/KA BPH/2016 NOMOR : 01/PKTN/02/2016 TENTANG PENGAWASAN ALAT-ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA YANG DIGUNAKAN DALAM PENDISTRIBUSIAN BAHAN BAKAR MINYAK Pada hari ini, Selasa tanggal Enam Belas bulan Februari tahun dua ribu enam belas, bertempat di Jakarta yang bertanda tangan di bawah ini: 1. ANDY NOORSAMAN SOMMENG, selaku Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) berkedudukan dan berkantor di Jalan Kapten Tendean No. 28 Jakarta dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA. 2. WIDODO, selaku Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga, Kementerian Perdagangan, berkedudukan dan berkantor di Jalan M. I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga, Kementerian Perdagangan, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA. PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA, selanjutnya secara bersamasama disebut PARA PIHAK terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut: a. bahwa PIHAK PERTAMA merupakan Institusi/Lembaga Pemerintah yang berwenang melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap penyediaan dan pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Gas Bumi pada Kegiatan Usaha Hilir Migas. b. bahwa PIHAK KEDUA merupakan institusi pemerintah yang berwenang dan bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan di bidang metrologi legal. Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 55

64 Dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3037); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4152); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5512); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan Pembebasan Untuk Ditera dan/atau Ditera Ulang Serta Syarat- Syarat Bagi Alat-Alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3283); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 Tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usaha Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 141 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4253) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2012 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5308); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4436) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4996); 9. Keputusan Presiden Nomor 86 Tahun 2002 Tentang Pembentukan Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak Dan Kegiatan Usaha Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa 56 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

65 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2012 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 103); 10. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 24); 11. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 25); 12. Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 399); 13. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 145/P Tahun 2015 tentang Perpanjangan Masa Jabatan Ketua dan Anggota Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usaha Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa Masa Jabatan Tahun ; 14. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 08/M-DAG/PER/3/2010 Tentang Alat-alat Ukur Takar Timbang dan Perlengkapannya; 15. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 16 Tahun 2011 tentang Kegiatan Penyaluran Bahan Bakar Minyak (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 685) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 27 Tahun 2012 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 1065); 16. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 25 Tahun 2012 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat dan Direktorat Pada Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usaha Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 992); 17. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 71/M-DAG/PER/103/2014 Tentang Pengawasan Alat-alat Ukur Takar Timbang dan Perlengkapannya, Barang Dalam Keadaan Terbungkus dan Satuan Ukuran; 18. Peraturan BPH Migas Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Penyaluran Jenis BBM Tertentu dan Jenis BBM Khusus penugasan Kepada Wilayah Yang Belum Terdapat Penyalur (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 763). Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 57

66 Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, PARA PIHAK sepakat untuk mengadakan kerjasama dalam rangka Pengawasan terhadap Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (UTTP) yang digunakan dalam pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM) melalui Nota Kesepahaman ini, dengan menyatakan beberapa hal sebagai berikut: BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Nota Kesepahaman ini yang dimaksud dengan: 1. Meter Arus BBM adalah meter arus volumetrik yang digunakan untuk pendistribusian BBM pada Terminal. 2. Pompa Ukur BBM adalah instalasi meter arus lengkap yang digunakan untuk mengukur volume BBM pada Penyalur BBM. 3. Tangki Ukur Mobil yang selanjutnya disingkat TUM adalah tangki ukur mobil yang digunakan untuk pendistribusian BBM. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Maksud Nota Kesepahaman ini adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan pengawasan yang menjadi lingkup tugas PARA PIHAK. (2) Tujuan Nota Kesepahaman ini adalah terwujudnya kerjasama antara PARA PIHAK dalam rangka pengawasan yang menjadi lingkup tugas PARA PIHAK. BAB III RUANG LINGKUP Pasal 3 Ruang lingkup Nota Kesepahaman ini meliputi: a. pengawasan UTTP yang digunakan dalam pendistribusian BBM; dan b. sosialisasi dan penyebaran informasi. 58 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

67 BAB IV PELAKSANAAN Bagian Pertama Pengawasan UTTP yang Digunakan Dalam Pendistribusian BBM Pasal 4 PARA PIHAK sepakat secara bersama-sama untuk melakukan pengawasan UTTP yang digunakan dalam pendistribusian BBM, khususnya terhadap Meter Arus BBM, Tangki Ukur Mobil (TUM) serta Pompa Ukur BBM. Pasal 5 (1) Perencanaan pengawasan terhadap Meter Arus BBM, Tangki Ukur Mobil (TUM) serta Pompa Ukur BBM sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 dilakukan oleh PARA PIHAK meliputi penentuan target, lokasi, petugas dan waktu pengawasan secara rutin. (2) Selain pengawasan yang bersifat rutin, perencanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan berdasarkan: a. pengaduan dari masyarakat; b. informasi media; dan/atau c. isu yang berkembang. Pasal 6 (1) PIHAK PERTAMA membentuk dan menetapkan tim untuk melakukan pengawasan yang anggotanya antara lain berasal dari PIHAK KEDUA. (2) PIHAK KEDUA menyampaikan secara tertulis petugas yang memiliki kompetensi untuk disertakan menjadi anggota tim sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) kepada PIHAK PERTAMA. Pasal 7 (1) Dalam melaksanakan pengawasan, tim harus dilengkapi dengan Surat Perintah Tugas. (2) Surat Perintah Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh PARA PIHAK. Pasal 8 (1) PARA PIHAK secara bersama-sama melakukan evaluasi terhadap hasil pengawasan yang dilakukan oleh tim sebagaimana dimaksud pada Pasal 6. Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 59

68 (2) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk penyempurnaan pelaksanaan pengawasan. (3) Pelaksanaan evaluasi paling sedikit dilakukan 1 (satu) kali pada bulan Desember setiap tahun dan apabila diperlukan dapat dilakukan sewaktu-waktu. Bagian Kedua Sosialisasi dan Penyebaran Informasi Pasal 9 (1) PARA PIHAK sepakat untuk melakukan sosialisasi Pengawasan UTTP yang digunakan pada Pendistribusian BBM ini kepada Pemerintah Daerah, Badan Usaha dan Penyalur BBM. (2) PARA PIHAK membuat pernyataan bersama terhadap hasil pengawasan yang telah dilakukan yang dapat disebarkan kepada publik. Bagian Ketiga Penugasan Pasal 10 Untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan Nota Kesepahaman ini, PIHAK PERTAMA menunjuk Direktur Bahan Bakar Minyak, dan PIHAK KEDUA menunjuk Direktur Metrologi untuk: a. menyusun pedoman kerja pelaksanaan Nota Kesepahaman ini; b. mengkoordinasikan pelaksanaan ketentuan dan syarat dalam Nota Kesepahaman ini. BAB V PEMBIAYAAN Pasal 11 Segala biaya yang timbul dalam pelaksanaan Nota Kesepahaman ini dibebankan kepada anggaran belanja PIHAK PERTAMA. 60 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

69 BAB VI JANGKA WAKTU Pasal 12 (1) Jangka waktu pelaksanaan Nota Kesepahaman ini adalah 3 (tiga) tahun terhitung sejak tanggal penandatanganan Nota Kesepahaman ini. (2) Nota Kesepahaman ini dapat diakhiri sebelum jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan ketentuan PIHAK yang bermaksud mengakhiri Nota Kesepahaman wajib memberitahukan maksud tersebut secara tertulis kepada PIHAK lainnya. (3) Nota Kesepahaman ini dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kesepakatan tertulis dari PARA PIHAK, dengan terlebih dahulu dilakukan koordinasi selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum berakhir masa berlakunya Nota Kesepahaman ini. BAB VII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 13 (1) Hal-hal yang belum diatur atau terjadinya perubahan (addendum) dalam pelaksanan Nota Kesepahaman ini akan ditentukan kemudian oleh PARA PIHAK dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari Nota Kesepahaman ini. (2) Perubahan (addendum) terhadap Nota Kesepahaman ini dilakukan atas dasar persetujuan PARA PIHAK. Pasal 14 Apabila dikemudian hari terjadi perbedaan penafsiran dan permasalahan dalam pelaksanaan Nota Kesepahaman ini, perselisihan diselesaikan oleh PARA PIHAK secara musyawarah untuk mufakat. BAB VIII PENUTUP Pasal 15 Nota Kesepahaman ini dibuat dan ditandatangani pada hari, tanggal, bulan dan tahun sebagaimana disebutkan pada awal Nota Kesepahaman ini, dalam rangkap 2 (dua) asli, masing-masing bermaterai cukup dan mempunyai kekuatan hukum yang sama, setelah ditandatangani PARA PIHAK. Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 61

70 Demikian Nota Kesepahaman ini dibuat dengan semangat kerjasama yang baik, untuk dilaksanakan oleh PARA PIHAK. PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA ANDY NOORSAMAN SOMMENG WIDODO 62 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

71 PEDOMAN KERJA PENGAWASAN ALAT-ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA YANG DIGUNAKAN DALAM PENDISTRIBUSIAN BAHAN BAKAR MINYAK ANTARA DIREKTORAT BAHAN BAKAR MINYAK BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN DIREKTORAT METROLOGI DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TERTIB NIAGA KEMENTERIAN PERDAGANGAN NOMOR: 01.PK/BBM BPH/2016 NOMOR: 01/PKTN.5.4/PK/2/2016 JAKARTA 2016 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 63

72

73 PEDOMAN KERJA PENGAWASAN ALAT-ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA YANG DIGUNAKAN DALAM PENDISTRIBUSIAN BAHAN BAKAR MINYAK A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan kebutuhan pokok yang sangat diperlukan oleh masyarakat, sehingga ketersediaannya akan berpengaruh terhadap kestabilan dan keamanan perekonomian di dalam negeri. Oleh karena itu pemerintah menganggap penting untuk menjaga ketersediaan dan pendistribusiannya sampai ke masyarakat. Hingga saat ini masih sering terdengar keluhan, baik dari pelaku usaha maupun konsumen terkait kuantitas BBM yang diterima. Sebagai contoh, pemilik/pengelola SPBU sering mengeluhkan kurangnya BBM yang diterima dari Tangki Ukur Mobil (TUM), sedangkan di kalangan masyarakat pengguna kendaraan sering mengeluhkan tidak sesuainya (kurang) jumlah BBM yang mereka terima. Oleh karena itu, pemerintah perlu menyiapkan suatu sistem pengawasan yang efisien dan efektif agar dapat mendeteksi penyalahgunaan penggunaan alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya (UTTP) dalam hal ini Meter Arus BBM, Tangki Ukur Mobil dan Pompa Ukur BBM oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Metrologi Legal merupakan kegiatan yang bertujuan untuk melindungi kepentingan umum dalam hal jaminan kebenaran hasil pengukuran serta ketertiban dan kepastian hukum dalam pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metode pengukuran dan UTTP. Pengawasan Meter Arus BBM, Tangki Ukur Mobil dan Pompa Ukur BBM merupakan kegiatan yang dilakukan untuk melindungi konsumen dan pelaku usaha terhadap pemakaian, penggunaan, dan pemanfaatannya yang tidak sesuai dengan ketentuan. Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 65

74 Peningkatan pengawasan Meter Arus BBM, Tangki Ukur Mobil dan Pompa Ukur BBM merupakan salah satu langkah guna mewujudkan kepastian hukum di bidang pendistribusian BBM dan metrologi legal melalui penandatanganan Nota Kesepahaman antara Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi dengan Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia Nomor... dan Nomor... tentang Pengawasan Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya yang digunakan dalam Pendistribusian Bahan Bakar Minyak. Dalam rangka menindaklanjuti nota kesepahaman tersebut selanjutnya disusun Pedoman Kerja. B. Dasar 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Nomor, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor ); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4152); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5512); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 66 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

75 6. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan Pembebasan Untuk Ditera dan/atau Ditera Ulang Serta Syarat- Syarat Bagi Alat-Alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3283); 7. Peraturan Pemerintah No. 67 Tahun 2002 Tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usaha Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 414 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2012 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5308); 8. Peraturan Pemerintah No.36 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 214, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4436) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4996); 9. Keputusan Presiden No. 86 Tahun 2002 Tentang Pembentukan Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak Dan Kegiatan Usaha Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2012 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5300); 10. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 24); Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 67

76 11. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 25); 12. Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 399); 13. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 08/M-DAG/PER/3/2010 Tentang Alat-alat Ukur Takar Timbang dan Perlengkapannya; 14. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 71/M-DAG/ PER/103/2014 Tentang Pengawasan Alat-alat Ukur Takar Timbang dan Perlengkapannya, Barang Dalam Keadaan Terbungkus dan Satuan Ukuran; 15. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Kegiatan Penyaluran Bahan Bakar Minyak; 16. Keputusan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No. 37 Tahun 2010 Tentang Syarat Teknis Meter Arus Volumetrik; 17. Keputusan Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen No. 134 Tahun 2015 Tentang Meter Bahan Bakar Minyak dan Pompa Ukur Elpiji; 18. Peraturan BPH Migas No. 6 Tahun 2015 Tentang Penyaluran Jenis BBM Tertentu dan Jenis BBM Khusus penugasan Kepada Wilayah Yang Belum Terdapat Penyalur. 68 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

77 C. Maksud dan Tujuan 1. Maksud Maksud Pedoman Kerja ini adalah untuk menindaklanjuti Nota Kesepahaman antara Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi dengan Direkorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dalam rangka melaksanakan kegiatan pengawasan Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya yang digunakan dalam pendistribusian bahan bakar minyak. 2. Tujuan Tujuan Pedoman Kerja ini adalah sebagai acuan antara Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi dengan Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dalam rangka melaksanakan kegiatan pengawasan Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya yang digunakan dalam pendistribusian bahan bakar minyak. D. Ruang Lingkup Pengawasan UTTP yang digunakan dalam pendistribusian BBM, dilakukan terhadap: 1. Meter Arus BBM 2. Tangki Ukur Mobil 3. Pompa Ukur BBM E. Sasaran Sasaran yang ingin dicapai yaitu: 1. Penggunaan UTTP sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 69

78 2. Meminimalisir penyimpangan dan penyalahgunaan Meter Arus BBM, Pompa Ukur BBM dan Tangki Ukur Mobil; serta 3. Terlindunginya konsumen atau produsen dalam pendistribusian bahan bakar minyak. F. Asas Pengawasan 1. Asas kepastian hukum Adalah meletakkan hukum dan ketentuan peraturan perundangundangan sebagai dasar dalam setiap kebijakan dan pengendalian di bidang pengawasan. 2. Asas tercapainya tujuan Adalah pengawasan harus ditujukan ke arah tercapainya tujuan, yaitu dengan mengadakan perbaikan (koreksi) untuk menghindarkan penyimpangan-penyimpangan/deviasi dari perencanaan 3. Asas pengawasan terhadap masa depan Adalah pengawasan yang efektif harus ditujukan ke arah pencegahan penyimpangan perencanan yang akan terjadi baik pada waktu sekarang maupun masa yang akan datang 4. Asas tindakan Adalah pengawasan dapat dilakukan apabila ada ukuran-ukuran untuk mengoreksi penyimpangan-penyimpangan rencana, organisasi dan pelaksanaan 5. Asas akuntabel dan transparan Adalah pelaksanaan kegiatan pengawasan harus dapat dipertanggungjawabkan dan terbuka kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 70 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

79 G. Tata Urut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Dasar C. Maksud dan Tujuan D. Ruang Lingkup E. Sasaran F. Azas Pengawasan G. Tata Urut H. Pengertian Umum BAB II PENGAWASAN METER ARUS BBM, TANGKI UKUR MOBIL DAN POMPA UKUR BBM A. Dasar Penyusunan Target Operasional (TO) B. Analisa C. Pelaksanaan 1. Persiapan 2. Pelaksanan Pengawasan D. Evaluasi BAB III SOSIALISASI DAN PENYEBARAN INFORMASI A. Objek Sosialisasi B. Narasumber C. Materi Sosialisasi D. Pers Release BAB IV PELAPORAN BAB V PENUTUP Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 71

80 H. Pengertian Umum Dalam Pedoman Kerja ini yang dimaksud dengan: 1. Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi yang selanjutnya disebut BPH Migas adalah Badan Hukum Milik Negara yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga yang selanjutnya disebut Ditjen PKTN adalah unsur pelaksana pemerintah dipimpin oleh Dirjen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri yang mempunyai tugas membantu Menteri dalam melaksanakan kebijakan di bidang perlindungan konsumen dan tertib niaga. 3. Meter Arus BBM adalah meter arus volumetrik yang digunakan untuk pendistribusian BBM pada Depot. 4. Pompa Ukur BBM adalah instalasi meter arus lengkap yang digunakan untuk mengukur volume BBM pada Penyalur BBM. 5. Tangki Ukur Mobil yang selanjutnya disingkat TUM adalah tangki ukur mobil yang digunakan untuk pendistribusian BBM. 6. Depot adalah 7. Pengawasan adalah serangkaian kegiatan untuk memastikan Meter Arus BBM, Pompa Ukur BBM dan Tangki Ukur Mobil sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 8. Petugas Pengawas adalah petugas yang diberi tugas untuk melakukan kegiatan pengawasan terhadap Meter Arus BBM, Pompa Ukur BBM dan Tangki Ukur Mobil sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan 9. Penyidik adalah Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan. 10. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. 11. Koordinasi adalah upaya menyelaraskan kegiatan para pihak ke arah sasaran yang sama demi kelancaran mencapai tujuan bersama. 72 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

81 BAB II PENGAWASAN METER ARUS BBM, TANGKI UKUR MOBIL DAN POMPA UKUR BBM A. Dasar Penyusunan Target Operasional (TO) BPH Migas dan Direktorat Metrologi melaksanakan pengawasan terhadap Meter Arus BBM, Tangki Ukur Mobil, dan Pompa Ukur BBM melalui perencanaan yang telah ditetapkan oleh para pihak. Sebelum melaksanakan pengawasan, BPH Migas dan Direktorat Metrologi secara bersama-sama melaksanakan rapat koordinasi untuk menetapkan kegiatan pengawasan sebagai berikut: 1. Penentuan target Dalam rangka melaksanakan kegiatan pengawasan, target ditentukan berdasarkan analisa hasil pengawasan yang bersifat rutin, pengaduan dari masyarakat, informasi media, dan/atau, isu yang berkembang dan dituangkan dalam laporan. 2. Lokasi a. Pengawasan Meter Arus BBM dilakukan di depot milik Pertamina, Instansi Sipil dan Badan Usaha lainnya sebagaimana diatur dalam Pasal 25 UUML sesuai dengan Target Operasi yang telah ditentukan. b. Pengawasan Tangki Ukur Mobil di milik Pertamina, Instansi Sipil dan Badan Usaha lainnya sebagaimana diatur dalam Pasal 25 UUML sesuai dengan Target Operasi yang telah ditentukan; c. Pengawasan Pompa Ukur BBM di SPBU milik Pertamina, Instansi Sipil dan Badan Usaha lainnya sebagaimana diatur dalam Pasal 25 UUML sesuai dengan Target Operasi yang telah ditentukan. Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 73

82 3. Petugas Petugas Pengawas adalah Tim yang terdiri dari pegawai BPH Migas, Direktorat Metrologi. Jumlah petugas pengawas yang tergabung dalam tim disesuaikan dengan UTTP yang diawasi dan kompleksitas permasalahan. Perlu disiapkan pembagian tugas masing masing anggota pengawas. Wewenang dan Tugas Petugas Pengawas a. Petugas BPH Migas mempunyai kewenangan sesuai dengan UU Migas dan peraturan pelaksanaannya. b. Petugas Direktorat Metrologi mempunyai kewenangan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 2 tahun 1981 tentang Metrologi Legal dan peraturan pelaksanaannya. c. Apabila ditemukan adanya dugaan tindak pidana UU Migas, Petugas BPH Migas membuat berita acara, melaporkan dan menyerahkan kepada atasannya. d. Apabila ditemukan adanya dugaan tindak pidana UUML Petugas Metrologi membuat berita acara, melaporkan dan menyerahkan kepada atasan PPNS atau PPNS yang berada di provinsi/kab/kota. e. Petugas pengawas dapat menindaklanjuti hasil pengawasan apabila diduga terjadi tindak pidana melalui proses penyidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Petugas Pengawas dalam melaksanakan tugasnya mempunyai tugas: a. Memeriksa kelengkapan dan keabsahan dokumen-dokumen; b. Memeriksa sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan pendistribusian BBM; c. Melakukan pemeriksaan dan pengujian terhadap Meter Arus BBM, Tangki Ukur Mobil dan Pompa Ukur BBM; 74 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

83 d. Melakukan pengamanan, penyitaan dan/atau penyegelan terhadap barang yang patut diduga dapat digunakan sebagai alat untuk melaksanakan pelanggaran tindak pidana UUML dan Undang-Undang Migas; e. Mendokumentasikan hasil pengawasan. 4. Waktu pengawasan a. Pengawasan rutin dilaksanakan menjelang hari raya atau hari besar lainnya. b. Pengawasan berdasarkan pengaduan dari masyarakat;, informasi media, dan/atau isu yang berkembang dilaksanakan secara sewaktu-waktu. B. Analisa 1. Berdasarkan latar belakang sebagaimana dimaksud pada huruf A, maka dilakukan analisis bersama antara Pengawas Kemetrologian, Petugas BPH Migas dalam rangka menyusun rencana tindak lanjut pengawasan Meter Arus BBM, Tangki Ukur Mobil dan Pompa Ukur BBM dalam hal taktik maupun teknis, agar pelaksanaan pengawasan lebih efektif dan efisien. 2. Dalam penyusunan taktik dan teknis pengawasan, Pengawas Kemetrologian, Petugas BPH Migas menentukan jumlah personil berdasarkan jumlah TO yang ditangani, locus delicti atau Tempat Kejadian Perkara (TKP), dan bobot kasus. C. Pelaksanaan 1. Persiapan Sebelum melaksanakan kegiatan pengawasan, harus dilakukan rapat persiapan untuk membahas teknis pelaksanaan pengawasan, antara lain: a. Penunjukan Ketua Tim; Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 75

84 b. Pembagian tugas anggota tim; c. Metode Pengawasan; dan d. Persiapan lainnya Petugas pengawas harus: a. Menyiapkan kelengkapan administrasi, antara lain: 1) Surat Pemberitahuan Kegiatan Pengawasan Surat pemberitahuan kegiatan pengawasan dibuat oleh Direktorat Metrologi ditujukan kepada kepala dinas yang membidangi perdagangan untuk memberitahukan akan dilaksanakan kegiatan pengawasan di wilayahnya. Surat pemberitahuan tersebut ditembuskan kepada Kepala BPH Migas. Pengiriman surat pemberitahuan pengawasan paling lambat 3 (tiga) hari sebelum pelaksanaan. Konfirmasi dengan dinas dapat dilakukan 1 (satu) hari setelah surat pemberitahuan dikirim agar dapat menyiapkan petugas pendamping yang bertanggungjawab atau memahami kegiatan pengawasan. 2) Surat Perintah Tugas Surat Perintah Tugas dibuat oleh atasan masing-masing (para pihak) dengan catatan dalam Surat Perintah Tugas petugas metrologi dicantumkan pembiayaan dibebankan kepada BPH Migas. Surat Perintah Tugas berisikan keterangan identitas petugas, tujuan pengawasan dan waktu pelaksanaan kegiatan secara lengkap. Bila terjadi penggantian petugas, maka perlu dibuatkan Surat Perintah Tugas baru. Format Surat Perintah Tugas sebagaimana tercantum dalam Lampiran I. b. Menyiapkan peralatan dan perlengkapan Peralatan dan perlengkapan disiapkan oleh para pihak, antara lain: 76 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

85 1) Tanda pengenal pegawai; Pemakaian Tanda Pengenal Pegawai dimaksudkan untuk mengetahui identitas seorang pegawai. 2) Pakaian seragam dinas; Pemakaian seragam dinas dimaksudkan untuk menunjukkan identitas sebagai Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas. Seragam dinas dipakai sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku; 3) Peralatan yang diperlukan sesuai dengan objek yang diawasi; 4) Formulir cerapan sebagaimana tercantum dalam Lampiran II; 5) Formulir berita acara hasil pengawasan sebagaimana tercantum dalam Lampiran III; 6) Buku catatan; 7) Sarana transportasi; 8) Sarana dokumentasi; 2. Pelaksanaan Pengawasan a. Tata Cara Pengawasan 1) Ketua Tim Pengawas menunjukan surat tugas kepada pemilik/pengguna UTTP. 2) Ketua Tim Pengawas memperkenalkan anggota tim. 3) Menjelaskan maksud dan tujuan pengawasan. a) Menjelaskan secara ringkas kepada pemilik/pengguna UTTP tentang tujuan pengawasan. b) Menjelaskan dasar hukum kegiatan pengawasan. c) Menyampaikan agenda pengawasan yang telah disusun sebelumnya, antara lain melakukan pemeriksaan dan pengujian UTTP. Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 77

86 b. Pengumpulan data dan informasi UTTP, dilakukan dengan berbagai cara yaitu melalui tanya jawab, menyalin/mengcopy dokumen Surat Keterangan Hasil Pengujian (SKHP), data teknis UTTP atau data lainnya, merekam audio atau video serta melakukan dokumentasi melalui foto. c. Melakukan pengawasan berdasarkan kewenangan UU Migas, antara lain: d. Melakukan pemeriksaan terhadap penggunaan UTTP, untuk memastikan kebenaran peruntukan UTTP dan cara penggunaan UTTP dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Memeriksa UTTP yang ditempatkan atau digunakan sesuai dengan peruntukannya. 2) Memeriksa penggunaan UTTP yang setelah dilakukan perbaikan atau perubahan yang dapat mempengaruhi volume atau penunjukkannya, yang sebelum dipakai kembali telah disahkan oleh pegawai yang berhak; 3) Memeriksa bahwa UTTP tidak mempunyai tanda khusus yang memungkinkan orang menentukan takaran menurut dasar dan sebutan selain yang dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan (memeriksa satuan ukuran dan tanda atau keterangan lainnya yang informatif); 4) Memeriksa bahwa UTTP tidak dipasang alat ukur, alat penunjuk, atau alat lainnya sebagai tambahan pada UTTP yang sudah ditera atau yang sudah ditera ulang (memeriksa alat tambahan yang dapat mempengaruhi sifat ukurnya); 5) Memeriksa bahwa UTTP digunakan dengan cara atau dalam kedudukan yang sesuai dengan seharusnya; 6) Memeriksa bahwa UTTP yang digunakan untuk mengukur, atau menakar tidak melebihi kapasitas maksimum; dan/ atau 78 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

87 7) Memeriksa bahwa UTTP yang digunakan untuk mengukur, menakar atau menentukan ukuran tidak kurang daripada batas terendah yang ditentukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. e. Melakukan pemeriksaan tanda tera, untuk memastikan UTTP yang digunakan telah bertanda tera sah yang berlaku atau disertai surat keterangan tertulis pengganti tanda sah dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Memeriksa masa berlaku tanda tera; 2) Memeriksa keutuhan segel jaminan pada alat justir dan badan hitung; 3) Memeriksa letak tanda tera pada: a) Meter Arus BBM, pada: - Badan Hitung - Badan Ukur - Alat Justir b) Tangki Ukur Mobil, pada: - Plat Nominal TUM - Index penunjuk - Chasis - Katup penyerahan c) Pompa Ukur BBM, pada: - Badan Hitung - Badan Ukur - Alat Justir f. Melakukan pengujian terhadap kebenaran ukuran atau takaran, dilakukan melalui pengujian kebenaran penunjukan Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 79

88 UTTP atau kebenaran hasil pengukuran atau penakaran UTTP dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Lakukan pengujian untuk mengetahui kebenaran penunjukan UTTP dengan berpedoman pada syarat teknis sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; 2) Lakukan kegiatan ukur ulang untuk mengetahui kebenaran hasil pengukuran atau penakaran UTTP. a) Meter arus BBM Tidak dilakukan pengujian ulang terhadap Meter Arus BBM tetapi dilakukan pemeriksaan SKHP dan tanda tera. Pengujian ulang dapat dilakukan apabila Meter Arus BBM melakukan pengisian pada Tangki Ukur Mobil di lokasi pengisian BBM. b) Tangki Ukur Mobil Tidak dilakukan pengujian ukur ulang terhadap Tangki Ukur Mobil tetapi dilakukan pemeriksaan SKHP, tanda tera dan pengukuran fisik dengan menggunakan meter saku dan tongkat duga. Catat hasil pengukuran fisik dalam Cerapan; Bandingkan hasil pengukuran dengan SKHP, apabila: - Hasil pengukuran sesuai dengan SKHP, maka Tangki Ukur Mobil tersebut masih dalam keadaan normal; c) Pompa Ukur BBM Dilakukan pengujian ulang menggunakan bejana ukur standar kapasitas 20 L dengan kecepatan alir operasional (ambient) sebanyak 3 (tiga) kali pengujian; 80 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

89 Perhatikan penunjukan indikator/badan hitung, harga dan totalisator komulatif; Catat hasil pengujian pada Cerapan Pengawasan Pompa Ukur BBM (Lampiran ); Hitung hasil pengujian, apabila: - kesalahan penunjukan (E) = -0,5% E +0,5%, maka Pompa Ukur BBM tersebut masih dalam keadaan normal; - kesalahan penunjukan (E) = +0,5% E +1,0% tetapi tidak ditemukan adanya alat tambahan yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran, maka Pompa Ukur BBM disegel, dibuatkan berita acara, dan kepada pemilik (pengelola SPBU) diberikan peringatan keras serta dilarang mempergunakan UTTP tersebut untuk transaksi, sebelum ditera ulang; - kesalahan penunjukan (E) = E < -0,5%, maka Pompa Ukur BBM disegel, dibuatkan berita acara, dan kepada pemilik (pengelola SPBU) disarankan untuk segera dilakukan tera ulang; - kesalahan penunjukan (E) = +0,5% E +1,0% tetapi diketahui dipasang alat tambahan yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran, maka Pompa Ukur BBM disegel, dibuatkan berita acara, dan petugas pengawas wajib melakukan penyidikan; - kesalahan penunjukan (E) = E > +1,0% baik ditemukan alat tambahan maupun tidak, maka Pompa Ukur BBM disegel, dibuatkan berita acara, dan petugas pengawas wajib melakukan penyidikan. Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 81

90 D. Evaluasi 1. Evaluasi terhadap hasil pengawasan dilaksanakan secara bersamasama oleh para pihak paling sedikit 1 (satu) kali pada bulan Desember setiap tahun dan apabila diperlukan dapat dilakukan sewaktu-waktu. 2. Evaluasi hasil pengawasan membahas hal-hal sebagai berikut: a. Temuan hasil pengawasan yang sedang ditangani; b. hambatan dan persoalan yang dihadapi pada saat pelaksanaan kegiatan pengawasan; c. Sampai sejauh mana penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan; d. Penyimpangan atau penyalahgunaan penggunaan Meter Arus BBM, Pompa Ukur BBM dan Tangki Ukur Mobil. 3. Evaluasi terhadap hasil pengawasan digunakan sebagai salah satu dasar untuk menentukan kebijakan dalam pendistribusian BBM dan penanganan penggunaan Meter Arus BBM, Pompa Ukur BBM dan Tangki Ukur Mobil dan pengawasan tahun berikutnya. 82 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

91 BAB III SOSIALISASI DAN PENYEBARAN INFORMASI Sosialisasi dan penyebaran informasi pemahaman pelaksanaan Pedoman Kerja Pengawasan Alat-Alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya Yang Digunakan Dalam Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang minyak dan gas bumi dan metrologi legal dilaksanakan secara bersama-sama oleh Direktorat BBM dan Direktorat Metrologi, meliputi: A. Obyek Sosialisasi 1. Pemerintah Daerah; 2. Badan Usaha; dan 3. Penyalur BBM. B. Narasumber Pejabat pada Direktorat BBM dan Direktorat Metrologi, yang ditunjuk dan memahami peraturan perundang-undangan di bidang minyak dan gas bumi dan metrologi legal. C. Materi Sosialisasi Materi yang akan disosialisasikan dibuat oleh para pihak, meliputi: 1. Nota Kesepahaman dan Pedoman Kerja; dan 2. Peraturan perundang-undangan yang terkait. D. Pers Realese Pers Realese untuk kegiatan sosialisasi dibuat oleh para pihak melalui media cetak, elektronik atau media publikasi lainnya. Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 83

92 BAB IV PELAPORAN Laporan Pengawasan Meter Arus BBM, Pompa Ukur BBM dan Tangki Ukur Mobil, terdiri dari: 1. Laporan Kegiatan Pengawasan Dibuat oleh Petugas Pengawas setiap selesai melaksanakan kegiatan pengawasan dibuat rangkap 3 (tiga) dan disampaikan kepada atasan petugas pengawas di Direktorat BBM dan Direktorat Metrologi serta arsip petugas pengawas. Format Laporan sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV: I. Dasar II. Petugas Yang Melakukan Pengawasan III. Objek Pengawasan IV. Pelaksanaan Pengawasan V. Hasil Pengawasan VI. Kesimpulan 2. Laporan Bulanan Pengawasan Dibuat oleh atasan petugas pengawas setiap akhir bulan dibuat rangkap 3 (tiga) dan disampaikan kepada Direktur BBM dan Direktur Metrologi dengan tembusan Kepala BPH Migas, Direktur Jenderal serta arsip. Format Laporan sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV: Pengantar Abstrak Daftar Isi A. Pendahuluan 1. Umum 2. Maksud dan Tujuan 3. Ruang Lingkup 4. Dasar Hukum 84 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

93 B. Kegiatan Yang Dilaksanakan C. Hasil Yang Di Capai D. Kesimpulan dan Saran E. Penutup Lampiran-Lampiran 3. Laporan Tahunan Pengawasan Dibuat oleh Direktur setiap akhir tahun dibuat rangkap 3 (tiga) dan disampaikan kepada Kepala BPH Migas dan Direktur Jenderal serta arsip. Format Laporan sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV: Pengantar Abstrak Daftar Isi A. Pendahuluan 1. Umum 2. Maksud dan Tujuan 3. Ruang Lingkup 4. Dasar Hukum B. Kegiatan Yang Dilaksanakan C. Hasil Yang Di Capai D. Kesimpulan dan Saran E. Penutup Lampiran-Lampiran Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 85

94 BAB IV PENUTUP 1. Pedoman Kerja ini dibuat sebagai petunjuk pelaksanaan tugas dalam rangka pengawasan Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya yang digunakan dalam pendistribusian bahan bakar minyak. 2. Apabila ada perubahan terhadap Pedoman Kerja ini, akan dirumuskan kembali secara bersama-sama dan merupakan lampiran yang tidak terpisahkan dari pedoman kerja ini. 3. Pedoman Kerja ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Jakarta pada tanggal : 16 Februari 2016 DIREKTUR BAHAN BAKAR MINYAK, DIREKTUR METROLOGI, Hendri Ahmad Hari Prawoko 86 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

95 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 87

96 88 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

97 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 89

98 90 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

99 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 91

100 92 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

101 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 93

102 94 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

103 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 95

104

105 NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 129/M-DAG/MoU/2/2016 NOMOR : HK TENTANG PENGAWASAN DAN PEMBINAAN DALAM UPAYA PERLINDUNGAN KONSUMEN SERTA PENINGKATAN DAYA SAING PRODUK OBAT DAN MAKANAN Pada hari ini Rabu, tanggal sepuluh bulan Februari tahun dua ribu enam belas bertempat di Jakarta, yang bertanda-tangan di bawah ini: 1. THOMAS TRIKASIH LEMBONG, Menteri Perdagangan Republik Indonesia, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, berkedudukan di Jalan M.I. Ridwan Rais Nomor 5 Jakarta Pusat, selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA. 2. ROY ALEXANDER SPARRINGA, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA, berkedudukan di Jalan Percetakan Negara Nomor 23 Jakarta Pusat, selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA. PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA untuk selanjutnya secara sendirisendiri disebut PIHAK dan secara bersama-sama disebut PARA PIHAK, menerangkan terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut: a. bahwa PIHAK PERTAMA merupakan Kementerian yang berada di bawah dan bertanggung-jawab kepada Presiden Republik Indonesia yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan; Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 97

106 b. bahwa PIHAK KEDUA merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berada dan bertanggung-jawab kepada Presiden Republik Indonesia yang mempunyai tugas di bidang pengawasan Obat dan Makanan; c. bahwa pengawasan terhadap Obat dan Makanan harus dilakukan secara sinergi dan terpadu guna mewujudkan perlindungan konsumen dan pengamanan pasar dalam negeri; d. bahwa untuk memanfaatkan berbagai kesepakatan kerja sama perdagangan internasional baik multilateral, regional, dan bilateral, diperlukan upaya peningkatan kemampuan Pelaku Usaha Obat dan Makanan sehingga menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan dan berdaya saing, serta dukungan kegiatan promosi dan pemasaran yang inovatif; e. bahwa untuk meningkatkan sinergitas dan keterpaduan dalam pengawasan Obat dan Makanan yang beredar di wilayah Indonesia guna mewujudkan perlindungan konsumen dan pengamanan pasar dalam negeri, serta peningkatan kemampuan Pelaku Usaha Obat dan Makanan, perlu dilakukan kerja sama diantara PARA PIHAK melalui penandatanganan Nota Kesepahaman ini; PARA PIHAK memperhatikan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen; 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara; 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; 4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan; 5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, PARA PIHAK sepakat untuk membuat dan melaksanakan Nota Kesepahaman ini dengan ketentuan sebagai berikut: Pasal 1 MAKSUD DAN TUJUAN (1) Nota Kesepahaman ini dibuat dengan maksud sebagai landasan kerja sama bagi PARA PIHAK untuk melaksanakan pengawasan dan pembinaan dalam upaya perlindungan konsumen dan peningkatan daya saing produk Obat dan Makanan. 98 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

107 (2) Nota Kesepahaman ini bertujuan memanfaatkan dan mensinergikan kemampuan dan sumber daya PARA PIHAK untuk melaksanakan pengawasan dan pembinaan dalam upaya perlindungan konsumen dan peningkatan daya saing produk Obat dan Makanan sesuai tugas dan fungsi PARA PIHAK. Pasal 2 RUANG LINGKUP (1) Ruang lingkup Nota Kesepahaman ini meliputi: a. pengawasan Obat dan Makanan dan tindak lanjutnya; b. pembinaan terhadap Pelaku Usaha Obat dan Makanan serta masyarakat; c. penyebarluasan informasi, potensi, dan peluang pasar, serta promosi produk Obat dan Makanan baik di dalam maupun di luar negeri; dan d. kerja sama internasional di bidang Obat dan Makanan pada forum kerja sama multilateral, regional, dan bilateral dalam rangka perluasan akses pasar. (2) Objek kerja sama dalam Nota Kesepahaman ini meliputi: a. produk obat, obat tradisional, kosmetik, suplemen kesehatan, dan pangan; dan b. pelaku Usaha Obat dan Makanan serta masyarakat. Pasal 3 PELAKSANAAN (1) Dalam melaksanakan Nota Kesepahaman ini PARA PIHAK melakukan hal-hal sebagai berikut: a. PIHAK PERTAMA 1. fasilitasi dan dukungan kepada PIHAK KEDUA dalam rangka penguatan pengawasan Obat dan Makanan; 2. fasilitasi dan dukungan kepada PIHAK KEDUA dalam penyebarluasan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perdagangan Obat dan Makanan; Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 99

108 3. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan dalam meningkatkan kemampuan sumber daya manusia di bidang perdagangan bagi Pelaku Usaha Obat dan Makanan; 4. penyediaan informasi mengenai peluang pasar produk Obat dan Makanan serta dukungan kegiatan promosi di dalam dan di luar negeri; dan 5. mendukung peran PIHAK KEDUA pada forum kerja sama internasional di bidang Obat dan Makanan dalam rangka perluasan akses pasar. b. PIHAK KEDUA 1. pengawasan pre-market dan post-market Obat dan Makanan; 2. sosialisasi peraturan perundang-undangan mengenai Obat dan Makanan kepada Pelaku Usaha Obat dan Makanan serta masyarakat; 3. bimbingan teknis kepada Pelaku Usaha Obat dan Makanan dalam rangka meningkatkan kepatuhan dan kemampuan untuk menghasilkan produk yang memenuhi syarat dan berdayasaing, serta fasilitasi dukungan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan di bidang perdagangan yang dilaksanakan oleh PIHAK PERTAMA; 4. penyediaan informasi mengenai Pelaku Usaha Obat dan Makanan yang telah memenuhi persyaratan dan memiliki izin edar dari PIHAK KEDUA untuk dimanfaatkan dalam kegiatan promosi PIHAK PERTAMA baik di dalam maupun di luar negeri; dan 5. berperan aktif dalam forum kerja sama internasional di bidang Obat dan Makanan guna mendukung perluasan akses pasar. (2) Untuk melaksanakan hal-hal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PARA PIHAK dapat bekerja-sama dengan Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian terkait di pusat, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pelaksanaan Nota Kesepahaman ini akan disusun ke dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). 100 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

109 Pasal 4 PENDANAAN Untuk melaksanakan Nota Kesepahaman ini PARA PIHAK mengalokasikan anggaran yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara dan sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 5 JANGKA WAKTU (1) Nota Kesepahaman ini berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal ditandatangani dan dapat diperpanjang atau diakhiri atas dasar kesepakatan PARA PIHAK. (2) Dalam hal PIHAK PERTAMA atau PIHAK KEDUA berkeinginan untuk memperpanjang atau mengakhiri Nota Kesepahaman ini sebelum jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berakhir, maka PIHAK yang bersangkutan harus memberitahukan maksud tersebut secara tertulis kepada PIHAK lainnya paling lama 3 (tiga) bulan sebelum tanggal Nota Kesepahaman ini berakhir atau tanggal Nota Kesepahaman ini akan diakhiri. Pasal 6 PENYELESAIAN PERSELISIHAN Dalam hal terjadi perbedaan penafsiran terhadap pelaksanaan Nota Kesepahaman ini, akan diselesaikan oleh PARA PIHAK secara musyawarah untuk mufakat. Pasal 7 EVALUASI PARA PIHAK melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan Nota Kesepahaman ini secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun. Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 101

110 Pasal 8 PENUTUP (1) Setiap perubahan terhadap isi Nota Kesepahaman ini harus dilakukan secara tertulis dengan persetujuan PARA PIHAK dan dituangkan dalam bentuk addendum yang merupakan satu kesatuan dan bagian tidak terpisahkan dari Nota Kesepahaman ini. (2) Nota Kesepahaman ini dibuat dan ditandatangani dalam rangkap 2 (dua) bermeterai cukup yang mempunyai kekuatan hukum yang sama dan masing-masing 1 (satu) rangkap disampaikan kepada PARA PIHAK. PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA THOMAS TRIKASIH LEMBONG ROY ALEXANDER SPARRINGA 102 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

111 NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN BADAN KONTAK MAJELIS TAKLIM TENTANG KERJA SAMA PENINGKATAN EDUKASI DI BIDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR : 580/M-DAG/MoU/4/2016 NOMOR : 001/MoU/PP.BKMT/IV/2016 Pada hari ini Selasa, tanggal Dua Puluh Enam bulan April tahun Dua Ribu Enam Belas ( ) bertempat di Lapangan Banteng, Jl. Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, kami yang bertandatangan di bawah ini masing-masing: 1. THOMAS TRIKASIH LEMBONG, selaku Menteri Perdagangan, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Kementerian Perdagangan, berkedudukan di Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta Pusat, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA. 2. PROF. Dr. Hj. TUTTY ALAWIYAH A. S., M.A., selaku Ketua Umum Badan Kontak Majelis Taklim, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Badan Kontak Majelis Taklim, berkedudukan di Jl. Barkah No. 17 Manggarai Jakarta Selatan, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA. PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut PARA PIHAK, terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut: a. bahwa PARA PIHAK sepakat untuk melaksanakan kerja sama peningkatan edukasi di bidang perlindungan konsumen berdasarkan prinsip kemitraan dan kebersamaan; dan b. bahwa PARA PIHAK sepakat perlu meningkatkan sinergi dalam mengedukasi komunitas konsumen dalam rangka mewujudkan konsumen cerdas, dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum, yaitu: Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 103

112 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan; 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen; 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, PARA PIHAK sepakat untuk membuat dan melaksanakan Nota Kesepahaman ini dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut: PASAL 1 MAKSUD DAN TUJUAN (1) Nota Kesepahaman ini dimaksudkan sebagai dasar kerjasama bagi PARA PIHAK dalam pelaksanaan peningkatan edukasi di bidang perlindungan konsumen dalam rangka mewujudkan konsumen cerdas serta percepatan penyelenggaraan perlindungan konsumen. (2) Nota Kesepahaman ini bertujuan untuk: a. membentuk jejaring perlindungan konsumen guna mempercepat tercapainya penyelenggaraan perlindungan konsumen; b. meningkatkan koordinasi dan efektivitas pelaksanaan peningkatan edukasi di bidang perlindungan konsumen; c. meningkatkan penyebaran informasi perlindungan konsumen; dan d. meningkatkan pemberdayaan komunitas konsumen yang cerdas. PASAL 2 RUANG LINGKUP Ruang lingkup Nota Kesepahaman ini meliputi: 1. Kegiatan edukasi di bidang perlindungan konsumen; 2. Penyusunan rencana aksi jangka pendek dan jangka menengah; dan 3. Koordinasi dengan pemangku kepentingan lainnya. PASAL 3 PELAKSANAAN (1) Pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan terdiri: a. pembuatan dan distribusi produk informasi seperti brosur, poster website, dan DVD; 104 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

113 b. pelaksanaan Training of Trainer (TOT); dan c. pelaksanaan edukasi perlindungan konsumen bagi masyarakat. (2) PARA PIHAK dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyediakan sumber daya manusia, sarana, infrastruktur sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. (3) PARA PIHAK secara bersama atau sendiri-sendiri dapat melakukan koordinasi dengan pemangku kepentingan lainnya dalam mendukung pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2). PASAL 4 (1) PARA PIHAK merencanakan pelaksanaan kegiatan edukasi di bidang perlindungan konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 sesuai dengan rencana aksi jangka pendek dan jangka menengah. (2) Rencana aksi jangka pendek dan jangka menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur lebih lanjut oleh PARA PIHAK. PASAL 5 (1) PARA PIHAK akan berkoordinasi dalam rangka pelaksanaan Nota Kesepahaman ini sesuai tugas dan fungsinya. (2) Untuk efektivitas pelaksanaan kerjasama, PARA PIHAK sepakat untuk menunjuk koordinator kegiatan sebagai berikut: a. PIHAK PERTAMA menunjuk Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga; b. PIHAK KEDUA menunjuk Ketua Umum Badan Kontak Majelis Taklim PASAL 6 MONITORING DAN EVALUASI (1) PARA PIHAK akan melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Nota Kesepahaman ini secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan. (2) PARA PIHAK berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan pengkajian untuk mengetahui peningkatan pemahaman dan perubahan perilaku konsumen. Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 105

114 PASAL 7 PEMBIAYAAN Seluruh pembiayaan yang timbul sebagai akibat pelaksanaan Nota Kesepahaman ini dibebankan pada anggaran masing-masing pihak. PASAL 8 JANGKA WAKTU (1) Nota Kesepahaman ini berlaku sejak ditandatangani oleh PARA PIHAK hingga 31 Desember 2017 dan Nota Kesepahaman ini akan berakhir dengan sendirinya apabila PARA PIHAK tidak memperpanjang Nota Kesepahaman ini. (2) Nota Kesepahaman ini dapat diperpanjang atau diakhiri sebelum jangka waktu berakhir atas dasar kesepakatan PARA PIHAK. PASAL 9 PENUTUP (1) Setiap perubahan, perpanjangan dan hal-hal lain yang belum diatur dalam Nota Kesepahaman ini akan ditetapkan lebih lanjut atas dasar kesepakatan PARA PIHAK dalam bentuk Addendum dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Nota Kesepahaman ini. (2) Nota Kesepahaman ini dibuat rangkap 2 (dua) asli diatas kertas bermeterai cukup yang ditandatangani oleh PARA PIHAK dan mempunyai kekuatan hukum yang sama, masing-masing 1 (satu) rangkap disampaikan kepada PARA PIHAK untuk dapat dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA, Thomas trikasih lembong PROF. Dr. Hj. TUTTY ALAWIYAH A. S., M.A. 106 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

115 NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA TENTANG KERJA SAMA PENINGKATAN EDUKASI DI BIDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR : 574/M-DAG/MoU/4/2016 NOMOR : 050/XIV.1/2016 Pada hari ini Selasa, tanggal Dua Puluh Enam bulan April tahun Dua Ribu Enam Belas ( ) bertempat di Lapangan Banteng, Jl. Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, kami yang bertandatangan di bawah ini masing-masing: 1. THOMAS TRIKASIH LEMBONG, selaku Menteri Perdagangan, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Kementerian Perdagangan, berkedudukan di Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta Pusat, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA. 2. MGR. IGNATIUS SUHARYO HARDJOATMODJO, selaku Ketua Presidium Konferensi Waligereja Indonesia dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Konferensi Waligereja Indonesia, berkedudukan di Jl. Cut Meutia No. 10 Jakarta Pusat, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA. PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut PARA PIHAK, terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut: a. bahwa PARA PIHAK sepakat untuk melaksanakan kerja sama peningkatan edukasi di bidang perlindungan konsumen berdasarkan prinsip kemitraan dan kebersamaan; dan b. bahwa PARA PIHAK sepakat perlu meningkatkan sinergi dalam mengedukasi komunitas konsumen dalam rangka mewujudkan konsumen cerdas, dengan memperhatikan peraturan perundangundangan yang menjadi dasar hukum, yaitu: Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 107

116 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan; 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen; 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, PARA PIHAK sepakat untuk membuat dan melaksanakan Nota Kesepahaman ini dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut: PASAL 1 MAKSUD DAN TUJUAN (1) Nota Kesepahaman ini dimaksudkan sebagai dasar kerjasama bagi PARA PIHAK dalam pelaksanaan peningkatan edukasi di bidang perlindungan konsumen dalam rangka mewujudkan konsumen cerdas serta percepatan penyelenggaraan perlindungan konsumen. (2) Nota Kesepahaman ini bertujuan untuk: a. membentuk jejaring perlindungan konsumen guna mempercepat tercapainya penyelenggaraan perlindungan konsumen; b. meningkatkan koordinasi dan efektivitas pelaksanaan peningkatan edukasi di bidang perlindungan konsumen; c. meningkatkan penyebaran informasi perlindungan konsumen; dan d. meningkatkan pemberdayaan komunitas konsumen yang cerdas. PASAL 2 RUANG LINGKUP Ruang lingkup Nota Kesepahaman ini meliputi: 1. Kegiatan edukasi di bidang perlindungan konsumen; 2. Penyusunan rencana aksi jangka pendek dan jangka menengah; dan 3. Koordinasi dengan pemangku kepentingan lainnya. PASAL 3 PELAKSANAAN (1) Pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan terdiri: a. pembuatan dan distribusi produk informasi seperti brosur, poster website, dan DVD; 108 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

117 b. pelaksanaan Training of Trainer (TOT); dan c. pelaksanaan edukasi perlindungan konsumen bagi masyarakat. (2) PARA PIHAK dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyediakan sumber daya manusia, sarana, infrastruktur sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. (3) PARA PIHAK secara bersama atau sendiri-sendiri dapat melakukan koordinasi dengan pemangku kepentingan lainnya dalam mendukung pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2). PASAL 4 (1) PARA PIHAK merencanakan pelaksanaan kegiatan edukasi di bidang perlindungan konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 sesuai dengan rencana aksi jangka pendek dan jangka menengah. (2) Rencana aksi jangka pendek dan jangka menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur lebih lanjut oleh PARA PIHAK. PASAL 5 (1) PARA PIHAK akan berkoordinasi dalam rangka pelaksanaan Nota Kesepahaman ini sesuai tugas dan fungsinya. (2) Untuk efektivitas pelaksanaan kerjasama, PARA PIHAK sepakat untuk menunjuk koordinator kegiatan sebagai berikut: a. PIHAK PERTAMA menunjuk Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga; b. PIHAK KEDUA menunjuk Sekretaris Eksekutif Konferensi Waligereja Indonesia. PASAL 6 MONITORING DAN EVALUASI (1) PARA PIHAK akan melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Nota Kesepahaman ini secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan. (2) PARA PIHAK berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan pengkajian untuk mengetahui peningkatan pemahaman dan perubahan perilaku konsumen. Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 109

118 PASAL 7 PEMBIAYAAN Seluruh pembiayaan yang timbul sebagai akibat pelaksanaan Nota Kesepahaman ini dibebankan pada anggaran masing-masing pihak. PASAL 8 JANGKA WAKTU (1) Nota Kesepahaman ini berlaku sejak ditandatangani oleh PARA PIHAK hingga 31 Desember 2017 dan Nota Kesepahaman ini akan berakhir dengan sendirinya apabila PARA PIHAK tidak memperpanjang Nota Kesepahaman ini. (2) Nota Kesepahaman ini dapat diperpanjang atau diakhiri sebelum jangka waktu berakhir atas dasar kesepakatan PARA PIHAK. PASAL 9 PENUTUP (1) Setiap perubahan, perpanjangan dan hal-hal lain yang belum diatur dalam Nota Kesepahaman ini akan ditetapkan lebih lanjut atas dasar kesepakatan PARA PIHAK dalam bentuk Addendum dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Nota Kesepahaman ini. (2) Nota Kesepahaman ini dibuat rangkap 2 (dua) asli diatas kertas bermeterai cukup yang ditandatangani oleh PARA PIHAK dan mempunyai kekuatan hukum yang sama, masing-masing 1 (satu) rangkap disampaikan kepada PARA PIHAK untuk dapat dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA, Thomas trikasih lembong Mgr. Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo 110 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

119 NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH TENTANG KERJA SAMA PENINGKATAN EDUKASI DI BIDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR : 578/M-DAG/MoU/4/2016 NOMOR : 223.L0/G/2016 Pada hari ini Selasa, tanggal Dua Puluh Enam bulan April tahun Dua Ribu Enam Belas ( ) bertempat di Lapangan Banteng, Jl. Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, kami yang bertandatangan di bawah ini masingmasing: 1. THOMAS TRIKASIH LEMBONG, selaku Menteri Perdagangan, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Kementerian Perdagangan, berkedudukan di Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta Pusat, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA. 2. DR. KH. HAEDAR NASHIR, M.Si., selaku Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Pimpinan Pusat Muhammadiyah, berkedudukan di Jl. Menteng Raya No. 62, Jakarta Pusat, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA. PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut PARA PIHAK, terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut: a. bahwa PARA PIHAK sepakat untuk melaksanakan kerja sama peningkatan edukasi di bidang perlindungan konsumen berdasarkan prinsip kemitraan dan kebersamaan; dan b. bahwa PARA PIHAK sepakat perlu meningkatkan sinergi dalam mengedukasi komunitas konsumen dalam rangka mewujudkan konsumen cerdas, dengan memperhatikan peraturan perundangundangan yang menjadi dasar hukum, yaitu: Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 111

120 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan; 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen; 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, PARA PIHAK sepakat untuk membuat dan melaksanakan Nota Kesepahaman ini dengan ketentuanketentuan sebagai berikut: PASAL 1 MAKSUD DAN TUJUAN (1) Nota Kesepahaman ini dimaksudkan sebagai dasar kerjasama bagi PARA PIHAK dalam pelaksanaan peningkatan edukasi di bidang perlindungan konsumen dalam rangka mewujudkan konsumen cerdas serta percepatan penyelenggaraan perlindungan konsumen. (2) Nota Kesepahaman ini bertujuan untuk: a. membentuk jejaring perlindungan konsumen guna mempercepat tercapainya penyelenggaraan perlindungan konsumen; b. meningkatkan koordinasi dan efektivitas pelaksanaan peningkatan edukasi di bidang perlindungan konsumen; c. meningkatkan penyebaran informasi perlindungan konsumen; dan d. meningkatkan pemberdayaan komunitas konsumen yang cerdas. PASAL 2 RUANG LINGKUP Ruang lingkup Nota Kesepahaman ini meliputi: 1. Kegiatan edukasi di bidang perlindungan konsumen; 2. Penyusunan rencana aksi jangka pendek dan jangka menengah; dan 3. Koordinasi dengan pemangku kepentingan lainnya. PASAL 3 PELAKSANAAN (1) Pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan terdiri: a. pembuatan dan distribusi produk informasi seperti brosur, poster website, dan DVD; 112 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

121 b. pelaksanaan Training of Trainer (TOT); dan c. pelaksanaan edukasi perlindungan konsumen bagi masyarakat. (2) PARA PIHAK dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyediakan sumber daya manusia, sarana, infrastruktur sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. (3) PARA PIHAK secara bersama atau sendiri-sendiri dapat melakukan koordinasi dengan pemangku kepentingan lainnya dalam mendukung pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2). PASAL 4 (1) PARA PIHAK merencanakan pelaksanaan kegiatan edukasi di bidang perlindungan konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 sesuai dengan rencana aksi jangka pendek dan jangka menengah. (2) Rencana aksi jangka pendek dan jangka menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur lebih lanjut oleh PARA PIHAK. PASAL 5 (1) PARA PIHAK akan berkoordinasi dalam rangka pelaksanaan Nota Kesepahaman ini sesuai tugas dan fungsinya. (2) Untuk efektivitas pelaksanaan kerjasama, PARA PIHAK sepakat untuk menunjuk koordinator kegiatan sebagai berikut: a. PIHAK PERTAMA menunjuk Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga; b. PIHAK KEDUA menunjuk Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat. PASAL 6 MONITORING DAN EVALUASI (1) PARA PIHAK akan melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Nota Kesepahaman ini secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan. (2) PARA PIHAK berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan pengkajian untuk mengetahui peningkatan pemahaman dan perubahan perilaku konsumen. Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 113

122 PASAL 7 PEMBIAYAAN Seluruh pembiayaan yang timbul sebagai akibat pelaksanaan Nota Kesepahaman ini dibebankan pada anggaran masing-masing pihak. PASAL 8 JANGKA WAKTU (1) Nota Kesepahaman ini berlaku sejak ditandatangani oleh PARA PIHAK hingga 31 Desember 2017 dan Nota Kesepahaman ini akan berakhir dengan sendirinya apabila PARA PIHAK tidak memperpanjang Nota Kesepahaman ini. (2) Nota Kesepahaman ini dapat diperpanjang atau diakhiri sebelum jangka waktu berakhir atas dasar kesepakatan PARA PIHAK. PASAL 9 PENUTUP (1) Setiap perubahan, perpanjangan dan hal-hal lain yang belum diatur dalam Nota Kesepahaman ini akan ditetapkan lebih lanjut atas dasar kesepakatan PARA PIHAK dalam bentuk Addendum dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Nota Kesepahaman ini. (2) Nota Kesepahaman ini dibuat rangkap 2 (dua) asli diatas kertas bermeterai cukup yang ditandatangani oleh PARA PIHAK dan mempunyai kekuatan hukum yang sama, masing-masing 1 (satu) rangkap disampaikan kepada PARA PIHAK untuk dapat dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA, THOMAS TRIKASIH LEMBONG DR. KH. HAEDAR NASHIR, M.Si. 114 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

123 NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN PIMPINAN PUSAT MUSLIMAT NAHDATUL ULAMA TENTANG KERJA SAMA PENINGKATAN EDUKASI DI BIDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR : 579/M-DAG/MoU/4/2016 NOMOR : 1987/C/PPMNU/IV/2016 Pada hari ini Selasa, tanggal Dua Puluh Enam bulan April tahun Dua Ribu Enam Belas ( ) bertempat di Lapangan Banteng, Jl. Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, kami yang bertandatangan di bawah ini masingmasing: 1. THOMAS TRIKASIH LEMBONG, selaku Menteri Perdagangan, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Kementerian Perdagangan, berkedudukan di Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta Pusat, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA. 2. HJ. KHOFIFAH INDAR PARAWANSA, selaku Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat Nadhlatul Ulama, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Pimpinan Pusat Muslimat Nadhlatul Ulama, berkedudukan di Jl. Pengadegan Timur Raya No. 2 Jakarta Selatan, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA. PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut PARA PIHAK, terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut: a. bahwa PARA PIHAK sepakat untuk melaksanakan kerja sama peningkatan edukasi di bidang perlindungan konsumen berdasarkan prinsip kemitraan dan kebersamaan; dan b. bahwa PARA PIHAK sepakat perlu meningkatkan sinergi dalam mengedukasi komunitas konsumen dalam rangka mewujudkan konsumen cerdas, dengan memperhatikan peraturan perundangundangan yang menjadi dasar hukum, yaitu: Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 115

124 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan; 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen; 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, PARA PIHAK sepakat untuk membuat dan melaksanakan Nota Kesepahaman ini dengan ketentuanketentuan sebagai berikut: PASAL 1 MAKSUD DAN TUJUAN (1) Nota Kesepahaman ini dimaksudkan sebagai dasar kerjasama bagi PARA PIHAK dalam pelaksanaan peningkatan edukasi di bidang perlindungan konsumen dalam rangka mewujudkan konsumen cerdas serta percepatan penyelenggaraan perlindungan konsumen. (2) Nota Kesepahaman ini bertujuan untuk: a. membentuk jejaring perlindungan konsumen guna mempercepat tercapainya penyelenggaraan perlindungan konsumen; b. meningkatkan koordinasi dan efektivitas pelaksanaan peningkatan edukasi di bidang perlindungan konsumen; c. meningkatkan penyebaran informasi perlindungan konsumen; dan d. meningkatkan pemberdayaan komunitas konsumen yang cerdas. PASAL 2 RUANG LINGKUP Ruang lingkup Nota Kesepahaman ini meliputi: 1. Kegiatan edukasi di bidang perlindungan konsumen; 2. Penyusunan rencana aksi jangka pendek dan jangka menengah; dan 3. Koordinasi dengan pemangku kepentingan lainnya. PASAL 3 PELAKSANAAN (1) Pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan terdiri: a. pembuatan dan distribusi produk informasi seperti brosur, poster website, dan DVD; 116 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

125 b. pelaksanaan Training of Trainer (TOT); dan c. pelaksanaan edukasi perlindungan konsumen bagi masyarakat. (2) PARA PIHAK dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyediakan sumber daya manusia, sarana, infrastruktur sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. (3) PARA PIHAK secara bersama atau sendiri-sendiri dapat melakukan koordinasi dengan pemangku kepentingan lainnya dalam mendukung pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2). PASAL 4 (1) PARA PIHAK merencanakan pelaksanaan kegiatan edukasi di bidang perlindungan konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 sesuai dengan rencana aksi jangka pendek dan jangka menengah. (2) Rencana aksi jangka pendek dan jangka menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur lebih lanjut oleh PARA PIHAK. PASAL 5 (1) PARA PIHAK akan berkoordinasi dalam rangka pelaksanaan Nota Kesepahaman ini sesuai tugas dan fungsinya. (2) Untuk efektivitas pelaksanaan kerjasama, PARA PIHAK sepakat untuk menunjuk koordinator kegiatan sebagai berikut: a. PIHAK PERTAMA menunjuk Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga; b. PIHAK KEDUA menunjuk Ketua Bidang Ekonomi, Koperasi, dan Agrobisnis. PASAL 6 MONITORING DAN EVALUASI (1) PARA PIHAK akan melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Nota Kesepahaman ini secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan. (2) PARA PIHAK berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan pengkajian untuk mengetahui peningkatan pemahaman dan perubahan perilaku konsumen. Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 117

126 PASAL 7 PEMBIAYAAN Seluruh pembiayaan yang timbul sebagai akibat pelaksanaan Nota Kesepahaman ini dibebankan pada anggaran masing-masing pihak. PASAL 8 JANGKA WAKTU (1) Nota Kesepahaman ini berlaku sejak ditandatangani oleh PARA PIHAK hingga 31 Desember 2017 dan Nota Kesepahaman ini akan berakhir dengan sendirinya apabila PARA PIHAK tidak memperpanjang Nota Kesepahaman ini. (2) Nota Kesepahaman ini dapat diperpanjang atau diakhiri sebelum jangka waktu berakhir atas dasar kesepakatan PARA PIHAK. PASAL 9 PENUTUP (1) Setiap perubahan, perpanjangan dan hal-hal lain yang belum diatur dalam Nota Kesepahaman ini akan ditetapkan lebih lanjut atas dasar kesepakatan PARA PIHAK dalam bentuk Addendum dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Nota Kesepahaman ini. (2) Nota Kesepahaman ini dibuat rangkap 2 (dua) asli diatas kertas bermeterai cukup yang ditandatangani oleh PARA PIHAK dan mempunyai kekuatan hukum yang sama, masing-masing 1 (satu) rangkap disampaikan kepada PARA PIHAK untuk dapat dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA, THOMAS TRIKASIH LEMBONG HJ. KHOFIFAH INDAR PARAWANSA 118 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

127 NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN PERSEKUTUAN GEREJA INDONESIA TENTANG KERJA SAMA PENINGKATAN EDUKASI DI BIDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR : 575/M-DAG/MoU/4/2016 NOMOR : 205/PGI-XVI/2016 Pada hari ini Selasa, tanggal Dua Puluh Enam bulan April tahun Dua Ribu Enam Belas ( ) bertempat di Lapangan Banteng, Jl. Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, kami yang bertandatangan di bawah ini masingmasing: 1. THOMAS TRIKASIH LEMBONG, selaku Menteri Perdagangan, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Kementerian Perdagangan, berkedudukan di Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta Pusat, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA. 2. Pdt. Dr. HENRIETTE T. HUTABARAT-LEBANG, selaku Ketua Umum Persekutuan Gereja Indonesia, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Persekutuan Gereja Indonesia, berkedudukan di Jl. Salemba Raya No. 10 Jakarta Pusat, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA. PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut PARA PIHAK, terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut: a. bahwa PARA PIHAK sepakat untuk melaksanakan kerja sama peningkatan edukasi di bidang perlindungan konsumen berdasarkan prinsip kemitraan dan kebersamaan; dan b. bahwa PARA PIHAK sepakat perlu meningkatkan sinergi dalam mengedukasi komunitas konsumen dalam rangka mewujudkan konsumen cerdas, dengan memperhatikan peraturan perundangundangan yang menjadi dasar hukum, yaitu: Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 119

128 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan; 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen; 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, PARA PIHAK sepakat untuk membuat dan melaksanakan Nota Kesepahaman ini dengan ketentuanketentuan sebagai berikut: PASAL 1 MAKSUD DAN TUJUAN (1) Nota Kesepahaman ini dimaksudkan sebagai dasar kerjasama bagi PARA PIHAK dalam pelaksanaan peningkatan edukasi di bidang perlindungan konsumen dalam rangka mewujudkan konsumen cerdas serta percepatan penyelenggaraan perlindungan konsumen. (2) Nota Kesepahaman ini bertujuan untuk: a. membentuk jejaring perlindungan konsumen guna mempercepat tercapainya penyelenggaraan perlindungan konsumen; b. meningkatkan koordinasi dan efektivitas pelaksanaan peningkatan edukasi di bidang perlindungan konsumen; c. meningkatkan penyebaran informasi perlindungan konsumen; dan d. meningkatkan pemberdayaan komunitas konsumen yang cerdas. PASAL 2 RUANG LINGKUP Ruang lingkup Nota Kesepahaman ini meliputi: 1. Kegiatan edukasi di bidang perlindungan konsumen; 2. Penyusunan rencana aksi jangka pendek dan jangka menengah; dan 3. Koordinasi dengan pemangku kepentingan lainnya. PASAL 3 PELAKSANAAN (1) Pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan terdiri: a. pembuatan dan distribusi produk informasi seperti brosur, poster website, dan DVD; 120 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

129 b. pelaksanaan Training of Trainer (TOT); dan c. pelaksanaan edukasi perlindungan konsumen bagi masyarakat. (2) PARA PIHAK dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyediakan sumber daya manusia, sarana, infrastruktur sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. (3) PARA PIHAK secara bersama atau sendiri-sendiri dapat melakukan koordinasi dengan pemangku kepentingan lainnya dalam mendukung pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2). PASAL 4 (1) PARA PIHAK merencanakan pelaksanaan kegiatan edukasi di bidang perlindungan konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 sesuai dengan rencana aksi jangka pendek dan jangka menengah. (2) Rencana aksi jangka pendek dan jangka menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur lebih lanjut oleh PARA PIHAK. PASAL 5 (1) PARA PIHAK akan berkoordinasi dalam rangka pelaksanaan Nota Kesepahaman ini sesuai tugas dan fungsinya. (2) Untuk efektivitas pelaksanaan kerjasama, PARA PIHAK sepakat untuk menunjuk koordinator kegiatan sebagai berikut: a. PIHAK PERTAMA menunjuk Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga; b. PIHAK KEDUA menunjuk Sekretaris Eksekutif Bidang Diakonia. PASAL 6 MONITORING DAN EVALUASI (1) PARA PIHAK akan melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Nota Kesepahaman ini secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan. (2) PARA PIHAK berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan pengkajian untuk mengetahui peningkatan pemahaman dan perubahan perilaku konsumen. PASAL 7 PEMBIAYAAN Seluruh pembiayaan yang timbul sebagai akibat pelaksanaan Nota Kesepahaman ini dibebankan pada anggaran masing-masing pihak. Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 121

130 PASAL 8 JANGKA WAKTU (1) Nota Kesepahaman ini berlaku sejak ditandatangani oleh PARA PIHAK hingga 31 Desember 2017 dan Nota Kesepahaman ini akan berakhir dengan sendirinya apabila PARA PIHAK tidak memperpanjang Nota Kesepahaman ini. (2) Nota Kesepahaman ini dapat diperpanjang atau diakhiri sebelum jangka waktu berakhir atas dasar kesepakatan PARA PIHAK. PASAL 9 PENUTUP (1) Setiap perubahan, perpanjangan dan hal-hal lain yang belum diatur dalam Nota Kesepahaman ini akan ditetapkan lebih lanjut atas dasar kesepakatan PARA PIHAK dalam bentuk Addendum dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Nota Kesepahaman ini. (2) Nota Kesepahaman ini dibuat rangkap 2 (dua) asli diatas kertas bermeterai cukup yang ditandatangani oleh PARA PIHAK dan mempunyai kekuatan hukum yang sama, masing-masing 1 (satu) rangkap disampaikan kepada PARA PIHAK untuk dapat dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. PIHAK PERTAMA, PIHAK PIHAK KEDUA, THOMAS TRIKASIH LEMBONG Pdt. Dr. HENRIETTE T. HUTABARAT LEBANG 122 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

131 NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN PERWAKILAN UMAT BUDDHA INDONESIA TENTANG KERJA SAMA PENINGKATAN EDUKASI DI BIDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR : 577/M-DAG/MoU/4/2016 NOMOR : WALUBI/002KU/IV/2016 Pada hari ini Selasa, tanggal Dua Puluh Enam bulan April tahun Dua Ribu Enam Belas ( ) bertempat di Lapangan Banteng, Jl. Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, kami yang bertandatangan di bawah ini masingmasing: 1. THOMAS TRIKASIH LEMBONG, selaku Menteri Perdagangan, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Kementerian Perdagangan berkedudukan di Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta Pusat, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA. 2. Ir. ARIEF HARSONO, M.M., selaku Pelaksana Tugas Ketua Umum Perwakilan Umat Buddha Indonesia, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Perwakilan Umat Buddha Indonesia, berkedudukan di Jl. Abdul Muis No. 62 Jakarta Pusat, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA. PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut PARA PIHAK, terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut: a. bahwa PARA PIHAK sepakat untuk melaksanakan kerja sama peningkatan edukasi di bidang perlindungan konsumen berdasarkan prinsip kemitraan dan kebersamaan; dan b. bahwa PARA PIHAK sepakat perlu meningkatkan sinergi dalam mengedukasi komunitas konsumen dalam rangka mewujudkan Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 123

132 konsumen cerdas, dengan memperhatikan peraturan perundangundangan yang menjadi dasar hukum: 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan; 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen; 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, PARA PIHAK sepakat untuk membuat dan melaksanakan Nota Kesepahaman ini dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut: PASAL 1 MAKSUD DAN TUJUAN (1) Nota Kesepahaman ini dimaksudkan sebagai dasar kerjasama bagi PARA PIHAK dalam pelaksanaan peningkatan edukasi di bidang perlindungan konsumen dalam rangka mewujudkan konsumen cerdas serta percepatan penyelenggaraan perlindungan konsumen. (2) Nota Kesepahaman ini bertujuan untuk: a. membentuk jejaring perlindungan konsumen guna mempercepat tercapainya penyelenggaraan perlindungan konsumen; b. meningkatkan koordinasi dan efektivitas pelaksanaan peningkatan edukasi di bidang perlindungan konsumen; c. meningkatkan penyebaran informasi perlindungan konsumen; dan d. meningkatkan pemberdayaan komunitas konsumen yang cerdas. PASAL 2 RUANG LINGKUP Ruang lingkup Nota Kesepahaman ini meliputi: 1. Kegiatan edukasi di bidang perlindungan konsumen; 2. Penyusunan rencana aksi jangka pendek dan jangka menengah; dan 3. Koordinasi dengan pemangku kepentingan lainnya. PASAL 3 PELAKSANAAN (1) Pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan terdiri: 124 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

133 a. pembuatan dan distribusi produk informasi seperti brosur, poster website, dan DVD; b. pelaksanaan Training of Trainer (TOT); dan c. pelaksanaan edukasi perlindungan konsumen bagi masyarakat. (2) PARA PIHAK dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyediakan sumber daya manusia, sarana, infrastruktur sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. (3) PARA PIHAK secara bersama atau sendiri-sendiri dapat melakukan koordinasi dengan pemangku kepentingan lainnya dalam mendukung pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2). PASAL 4 (1) PARA PIHAK merencanakan pelaksanaan kegiatan edukasi di bidang perlindungan konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 sesuai dengan rencana aksi jangka pendek dan jangka menengah. (2) Rencana aksi jangka pendek dan jangka menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur lebih lanjut oleh PARA PIHAK. PASAL 5 (1) PARA PIHAK akan berkoordinasi dalam rangka pelaksanaan Nota Kesepahaman ini sesuai tugas dan fungsinya. (2) Untuk efektivitas pelaksanaan kerjasama, PARA PIHAK sepakat untuk menunjuk koordinator kegiatan sebagai berikut: a. PIHAK PERTAMA menunjuk Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga; b. PIHAK KEDUA menunjuk Ketua Bidang Sosial dan Kemasyarakatan. PASAL 6 MONITORING DAN EVALUASI (1) PARA PIHAK akan melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Nota Kesepahaman ini secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan. (2) PARA PIHAK berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan pengkajian untuk mengetahui peningkatan pemahaman dan perubahan perilaku konsumen. Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 125

134 PASAL 7 PEMBIAYAAN Seluruh pembiayaan yang timbul sebagai akibat pelaksanaan Nota Kesepahaman ini dibebankan pada anggaran masing-masing pihak. PASAL 8 JANGKA WAKTU (1) Nota Kesepahaman ini berlaku sejak ditandatangani oleh PARA PIHAK hingga 31 Desember 2017 dan Nota Kesepahaman ini akan berakhir dengan sendirinya apabila PARA PIHAK tidak memperpanjang Nota Kesepahaman ini. (2) Nota Kesepahaman ini dapat diperpanjang atau diakhiri sebelum jangka waktu berakhir atas dasar kesepakatan PARA PIHAK. PASAL 9 PENUTUP (1) Setiap perubahan, perpanjangan dan hal-hal lain yang belum diatur dalam Nota Kesepahaman ini akan ditetapkan lebih lanjut atas dasar kesepakatan PARA PIHAK dalam bentuk Addendum dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Nota Kesepahaman ini. (2) Nota Kesepahaman ini dibuat rangkap 2 (dua) asli diatas kertas bermeterai cukup yang ditandatangani oleh PARA PIHAK dan mempunyai kekuatan hukum yang sama, masing-masing 1 (satu) rangkap disampaikan kepada PARA PIHAK untuk dapat dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. PIHAK PERTAMA, PIHAK PIHAK KEDUA, THOMAS TRIKASIH LEMBONG Ir. ARIEF HARSONO, M.M 126 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

135 NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA TENTANG KERJA SAMA PENINGKATAN EDUKASI DI BIDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR : 576/M-DAG/MOU/4/2016 NOMOR : 05/MoU/Parisada Pusat/IV/2016 Pada hari ini Selasa, tanggal Dua Puluh Enam bulan April tahun Dua Ribu Enam Belas ( ) bertempat di Lapangan Banteng, Jl. Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, kami yang bertandatangan di bawah ini masingmasing: 1. THOMAS TRIKASIH LEMBONG, selaku Menteri Perdagangan, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Kementerian Perdagangan, berkedudukan di Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta Pusat, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA. 2. MAYJEN TNI (PURN) SANG NYOMAN SUWISMA, selaku Ketua Umum Pengurus Harian Parisada Hindu Dharma Indonesia, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Parisada Hindu Dharma Indonesia, berkedudukan di Jl. Anggrek Nelly Murni Blok A/3, Slipi, Jakarta, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA. PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut PARA PIHAK, terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut: a. bahwa PARA PIHAK sepakat untuk melaksanakan kerja sama peningkatan edukasi di bidang perlindungan konsumen berdasarkan prinsip kemitraan dan kebersamaan; dan b. bahwa PARA PIHAK sepakat perlu meningkatkan sinergi dalam mengedukasi komunitas konsumen dalam rangka mewujudkan konsumen cerdas, dengan memperhatikan peraturan perundangundangan yang menjadi dasar hukum, yaitu: Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 127

136 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan; 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen; 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, PARA PIHAK sepakat untuk membuat dan melaksanakan Nota Kesepahaman ini dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut: PASAL 1 MAKSUD DAN TUJUAN (1) Nota Kesepahaman ini dimaksudkan sebagai dasar kerjasama bagi PARA PIHAK dalam pelaksanaan peningkatan edukasi di bidang perlindungan konsumen dalam rangka mewujudkan konsumen cerdas serta percepatan penyelenggaraan perlindungan konsumen. (2) Nota Kesepahaman ini bertujuan untuk : a. membentuk jejaxing perlindungan konsumen guna mempercepat tercapainya penyelenggaraan perlindungan konsumen; b. meningkatkan koordinasi dan efektivitas pelaksanaan peningkatan edukasi di bidang perlindungan konsumen; c. meningkatkan penyebaran informasi perlindungan konsumen; dan d. meningkatkan pemberdayaan komunitas konsumen yang cerdas. PASAL 2 RUANG LINGKUP Ruang lingkup Nota Kesepahaman ini meliputi: 1. Kegiatan edukasi di bidang perlindungan konsumen; 2. Penyusunan rencana aksi jangka pendek dan jangka menengah; dan 3. Koordinasi dengan pemangku kepentingan lainnya. PASAL 3 PELAKSANAAN (1) Pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan terdiri: a. pembuatan dan distribusi produk informasi seperti brosur, poster website, dan DVD; 128 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

137 b. pelaksanaan Training of Trainer (TOT); dan c. pelaksanaan edukasi perlindungan konsumen bagi masyarakat. (2) PARA PIHAK dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyediakan sumber daya manusia, sarana, infrastruktur sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. (3) PARA PIHAK secara bersama atau sendiri-sendiri dapat melakukan koordinasi dengan pemangku kepentingan lainnya dalam mendukung pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2). PASAL 4 (1) PARA PIHAK merencanakan pelaksanaan kegiatan edukasi di bidang perlindungan konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 sesuai (2) Rencana aksi jangka pendek dan jangka menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur lebih lanjut oleh PARA PIHAK. PASAL 5 (1) PARA PIHAK akan berkoordinasi dalam rangka pelaksanaan Nota Kesepahaman ini sesuai tugas dan fungsinya. (2) Untuk efektivitas pelaksanaan kerjasama, PARA PIHAK sepakat untuk menunjuk koordinator kegiatan sebagai berikut : a. PIHAK PERTAMA menunjuk Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga; b. PIHAK KEDUA menunjuk Ketua Bidang Ekonomi dan Kesejahteraan. PASAL 6 MONITORING DAN EVALUASI (1) PARA PIHAK akan melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Nota Kesepahaman ini secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan. (2) PARA PIHAK berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan pengkajian untuk mengetahui peningkatan pemahaman dan perubahan perilaku konsumen. PASAL 7 PEMBIAYAAN Seluruh pembiayaan yang timbul sebagai akibat pelaksanaan Nota Kesepahaman ini dibebankan pada anggaran masing-masing pihak. Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 129

138 PASAL 8 JANGKA WAKTU (1) Nota Kesepahaman ini berlaku sejak ditandatangani oleh PARA PIHAK hingga 31 Desember 2017 dan Nota Kesepahaman ini akan berakhir dengan sendirinya apabila PARA PIHAK tidak memperpanjang Nota Kesepahaman ini. (2) Nota Kesepahaman ini dapat diperpanjang atau diakhiri sebelum jangka waktu berakhir atas dasar kesepakatan PARA PIHAK. PASAL 9 PENUTUP (1) Setiap perubahan, perpanjangan dan hal-hal lain yang belum diatur dalam Nota Kesepahaman ini akan ditetapkan lebih lanjut atas dasar kesepakatan PARA PIHAK dalam bentuk Addendum dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Nota Kesepahaman ini. (2) Nota Kesepahaman ini dibuat rangkap 2 (dua) asli diatas kertas bermeterai cukup yang ditandatangani oleh PARA PIHAK dan mempunyai kekuatan hukum yang sama, masing-masing 1 (satu) rangkap disampaikan kepada PARA PIHAK untuk dapat dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. PIHAK PERTAMA, PIHAK PIHAK KEDUA, THOMAS TRIKASIH LEMBONG Mayjen TNI (PURN) SANG NYOMAN SUWISMA 130 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

139 NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR TENTANG KERJA SAMA PENINGKATAN EDUKASI DI BIDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR : 570/M-DAG/MoU/4/2016 NOMOR : 30/IT3/KsM/2016 Pada hari ini Selasa, tanggal Dua Puluh Enam bulan April tahun Dua Ribu Enam Belas ( ) bertempat di Lapangan Banteng, Jl. Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, kami yang bertandatangan di bawah ini masingmasing: 1. THOMAS TRIKASIH LEMBONG, selaku Menteri Perdagangan, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Kementerian Perdagangan berkedudukan di Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta Pusat, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA. 2. Prof. Dr. Ir. HERRY SUHARDIYANTO, M.Sc, selaku Rektor Institut Pertanian Bogor, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Institut Pertanian Bogor, berkedudukan di Jl. Raya Darmaga Kampus IPB Darmaga Bogor, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA. PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut PARA PIHAK, terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut: a. bahwa PARA PIHAK sepakat untuk mengadakan kerja sama di bidang edukasi perlindungan konsumen berdasarkan prinsip kemitraan dan kebersamaan; dan b. bahwa PARA PIHAK sepakat perlu meningkatkan sinergi dalam mengedukasi komunitas konsumen dalam rangka mewujudkan konsumen cerdas, mandiri, dan cinta produk dalam negeri, dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum: Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 131

140 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen; 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara; 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi; dan 4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, PARA PIHAK sepakat untuk membuat dan melaksanakan Nota Kesepahaman ini dengan ketentuanketentuan sebagai berikut: PASAL 1 MAKSUD DAN TUJUAN (1) Nota Kesepahaman ini dimaksudkan sebagai dasar kerja sama bagi PARA PIHAK dalam pelaksanaan peningkatan edukasi di bidang perlindungan konsumen dalam rangka mewujudkan konsumen cerdas dan sehat serta percepatan penyelenggaraan perlindungan konsumen. (2) Nota Kesepahaman ini bertujuan untuk: a. membentuk jejaring perlindungan konsumen guna mempercepat tercapainya penyelenggaraan perlindungan konsumen; b. meningkatkan koordinasi dan efektivitas pelaksanaan peningkatan edukasi di bidang perlindungan konsumen; c. meningkatkan penyebaran informasi perlindungan konsumen; dan d. meningkatkan pemberdayaan komunitas konsumen yang cerdas. PASAL 2 RUANG LINGKUP Ruang lingkup Nota Kesepahaman ini meliputi: 1. Kegiatan edukasi di bidang perlindungan konsumen; 2. Penyusunan rencana aksi jangka pendek dan jangka menengah; dan 3. Koordinasi dengan pemangku kepentingan lainnya. PASAL 3 PELAKSANAAN (1) Pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan terdiri: 132 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

141 a. pelaksanaan kuliah umum perlindungan konsumen oleh Kementerian Perdagangan; dan b. pelaksanaan sosialisasi perlindungan konsumen kepada mahasiswa Institut Pertanian Bogor dan masyarakat; (2) PARA PIHAK dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: sumber daya manusia, sarana, infrastruktur sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. (3) PARA PIHAK secara sendiri-sendiri atau bersama dapat melakukan koordinasi dengan pemangku kepentingan lainnya dalam mendukung pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2). PASAL 4 Untuk efektivitas pelaksanaan kerjasama, PARA PIHAK sepakat untuk menunjuk koordinator kegiatan sebagai berikut: a. PIHAK PERTAMA menunjuk Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga; b. PIHAK KEDUA menunjuk Dekan Fakultas Ekologi Manusia. PASAL 5 MONITORING DAN EVALUASI (1) PARA PIHAK akan melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Nota Kesepahaman ini paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan. (2) PARA PIHAK berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan melakukan pengkajian guna mengetahui peningkatan pemahaman mahasiswa dan masyarakat terhadap perlindungan konsumen. PASAL 6 PEMBIAYAAN Seluruh pembiayaan yang timbul sebagai akibat pelaksanaan Nota Kesepahaman ini dibebankan pada anggaran masing-masing pihak. Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 133

142 PASAL 7 JANGKA WAKTU (1) Nota Kesepahaman ini berlaku sejak ditandatangani oleh PARA PIHAK hingga 31 Desember 2017 dan Nota Kesepahaman ini akan berakhir dengan sendirinya apabila PARA PIHAK tidak memperpanjang Nota Kesepahaman ini. (2) Nota Kesepahaman ini dapat diperpanjang atau diakhiri sebelum jangka waktu berakhir atas dasar kesepakatan PARA PIHAK. PASAL 8 PENUTUP (1) Setiap perubahan, perpanjangan dan hal-hal lain yang belum diatur dalam Nota Kesepahaman ini akan ditetapkan lebih lanjut atas dasar kesepakatan PARA PIHAK dalam bentuk Addendum dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Nota Kesepahaman ini. (2) Nota Kesepahaman ini dibuat rangkap 2 (dua) asli diatas kertas bermeterai cukup yang ditandatangani oleh PARA PIHAK dan mempunyai kekuatan hukum yang sama, masing-masing 1 (satu) rangkap disampaikan kepada PARA PIHAK untuk dapat dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. PIHAK PERTAMA, PIHAK PIHAK KEDUA, THOMAS TRIKASIH LEMBONG Prof. Dr. Herry SUHARDIYANTO, M.Sc. 134 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

143 NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA TENTANG KERJA SAMA PENINGKATAN EDUKASI DI BIDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR : 572/M-DAG/MoU/4/2016 NOMOR : 1269/UN64/KS/2016 Pada hari ini Selasa, tanggal Dua Puluh Enam bulan April tahun Dua Ribu Enam Belas ( ) bertempat di Lapangan Banteng, Jl. Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, kami yang bertandatangan di bawah ini masingmasing: 1. THOMAS TRIKASIH LEMBONG, selaku Menteri Perdagangan, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Kementerian Perdagangan berkedudukan di Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta Pusat, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA. 2. Prof. Dr. H. MOH. WAHYUDIN ZARKASYI, SE., M.S.Ak., CPA., selaku Rektor Universitas Singaperbangsa, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Universitas Singaperbangsa, berkedudukan di Jl. H. S. Ronggowaluyo Teluk Jambe Karawang 41361, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA. PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut PARA PIHAK, terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut: a. bahwa PARA PIHAK sepakat untuk mengadakan kerja sama di bidang edukasi perlindungan konsumen berdasarkan prinsip kemitraan dan kebersamaan; dan b. bahwa PARA PIHAK sepakat perlu meningkatkan sinergi dalam mengedukasi komunitas konsumen dalam rangka mewujudkan konsumen cerdas, mandiri, dan cinta produk dalam negeri, dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum: Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 135

144 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen; 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara; 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi; dan 4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, PARA PIHAK sepakat untuk membuat dan melaksanakan Nota Kesepahaman ini dengan ketentuanketentuan sebagai berikut: PASAL 1 MAKSUD DAN TUJUAN (1) Nota Kesepahaman ini dimaksudkan sebagai dasar kerja sama bagi PARA PIHAK dalam pelaksanaan peningkatan edukasi di bidang perlindungan konsumen dalam rangka mewujudkan konsumen cerdas dan sehat serta percepatan penyelenggaraan perlindungan konsumen. (2) Nota Kesepahaman ini bertujuan untuk: a. membentuk jejaring perlindungan konsumen guna mempercepat tercapainya penyelenggaraan perlindungan konsumen; b. meningkatkan koordinasi dan efektivitas pelaksanaan peningkatan edukasi di bidang perlindungan konsumen; c. meningkatkan penyebaran informasi perlindungan konsumen; dan d. meningkatkan pemberdayaan komunitas konsumen yang cerdas. PASAL 2 RUANG LINGKUP Ruang lingkup Nota Kesepahaman ini meliputi: 1. Kegiatan edukasi di bidang perlindungan konsumen; 2. Penyusunan rencana aksi jangka pendek dan jangka menengah; dan 3. Koordinasi dengan pemangku kepentingan lainnya. PASAL 3 PELAKSANAAN (1) Pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan terdiri: a. pelaksanaan kuliah umum perlindungan konsumen oleh Kementerian Perdagangan; dan 136 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

145 b. pelaksanaan sosialisasi perlindungan konsumen kepada mahasiswa Universitas Singaperbangsa dan masyarakat; (2) PARA PIHAK dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: sumber daya manusia, sarana, infrastruktur sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. (3) PARA PIHAK secara sendiri-sendiri atau bersama dapat melakukan koordinasi dengan pemangku kepentingan lainnya dalam mendukung pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2). PASAL 4 Untuk efektifitas pelaksanaan kerjasama, PARA PIHAK sepakat untuk menunjuk koordinator kegiatan sebagai berikut : a. PIHAK PERTAMA menunjuk Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga; b. PIHAK KEDUA menunjuk Dekan Fakultas Hukum. PASAL 5 MONITORING DAN EVALUASI (1) PARA PIHAK akan melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Nota Kesepahaman ini paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan. (2) PARA PIHAK berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan melakukan pengkajian guna mengetahui peningkatan pemahaman mahasiswa dan masyarakat terhadap perlindungan konsumen. PASAL 6 PEMBIAYAAN Seluruh pembiayaan yang timbul sebagai akibat pelaksanaan Nota Kesepahaman ini dibebankan pada anggaran masing-masing pihak. PASAL 7 JANGKA WAKTU (1) Nota Kesepahaman ini berlaku sejak ditandatangani oleh PARA PIHAK hingga 31 Desember 2017 dan Nota Kesepahaman ini akan berakhir dengan sendirinya apabila PARA PIHAK tidak memperpanjang Nota Kesepahaman ini. (2) Nota Kesepahaman ini dapat diperpanjang atau diakhiri sebelum jangka waktu berakhir atas dasar kesepakatan PARA PIHAK. Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 137

146 PASAL 8 PENUTUP (1) Setiap perubahan, perpanjangan dan hal-hal lain yang belum diatur dalam Nota Kesepahaman ini akan ditetapkan lebih lanjut atas dasar kesepakatan PARA PIHAK dalam bentuk Addendum dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Nota Kesepahaman ini. (2) Nota Kesepahaman ini dibuat rangkap 2 (dua) asli diatas kertas bermeterai cukup yang ditandatangani oleh PARA PIHAK dan mempunyai kekuatan hukum yang sama, masing-masing 1 (satu) rangkap disampaikan kepada PARA PIHAK untuk dapat dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. PIHAK PERTAMA, PIHAK PIHAK KEDUA, THOMAS TRIKASIH LEMBONG Prof. Dr. H. Moh. Wahyudin Zakarsyi, SE, MSAk., CPA 138 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

147 NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA TENTANG KERJA SAMA PENINGKATAN EDUKASI DI BIDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR : 571/M-DAG/MoU/4/2016 NOMOR : 665-R/2647/UNTAR/IV/2016 Pada hari ini Selasa, tanggal Dua Puluh Enam bulan April tahun Dua Ribu Enam Belas ( ) bertempat di Lapangan Banteng, Jl. Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, kami yang bertandatangan di bawah ini masingmasing: 1. THOMAS TRIKASIH LEMBONG, selaku Menteri Perdagangan, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Kementerian Perdagangan berkedudukan di Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta Pusat, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA. 2. Prof. Ir. ROESDIMAN SOEGIARSO, M.Sc, Ph.D., selaku Rektor Universitas Tarumanegara, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Universitas Tarumanegara, berkedudukan di Jl. Letjen S. Parman No. 1, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA. PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut PARA PIHAK, terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut: a. bahwa PARA PIHAK sepakat untuk mengadakan kerja sama di bidang edukasi perlindungan konsumen berdasarkan prinsip kemitraan dan kebersamaan; dan b. bahwa PARA PIHAK sepakat perlu meningkatkan sinergi dalam mengedukasi komunitas konsumen dalam rangka mewujudkan konsumen cerdas, mandiri, dan cinta produk dalam negeri, dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum: Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 139

148 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen; 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara; 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi; dan 4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, PARA PIHAK sepakat untuk membuat dan melaksanakan Nota Kesepahaman ini dengan ketentuanketentuan sebagai berikut; PASAL 1 MAKSUD DAN TUJUAN (1) Nota Kesepahaman ini dimaksudkan sebagai dasar kerja sama bagi PARA PIHAK dalam pelaksanaan peningkatan edukasi di bidang perlindungan konsumen dalam rangka mewujudkan konsumen cerdas dan sehat serta percepatan penyelenggaraan perlindungan konsumen. (2) Nota Kesepahaman ini bertujuan untuk: a. membentuk jejaring perlindungan konsumen guna mempercepat tercapainya penyelenggaraan perlindungan konsumen; b. meningkatkan koordinasi dan efektivitas pelaksanaan peningkatan edukasi di bidang perlindungan konsumen; c. meningkatkan penyebaran informasi perlindungan konsumen; dan d. meningkatkan pemberdayaan komunitas konsumen yang cerdas. PASAL 2 RUANG LINGKUP Ruang lingkup Nota Kesepahaman ini meliputi: 1. Kegiatan edukasi di bidang perlindungan konsumen; 2. Penyusunan rencana aksi jangka pendek dan jangka menengah; dan 3. Koordinasi dengan pemangku kepentingan lainnya. PASAL 3 PELAKSANAAN (1) Pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan terdiri: a. pelaksanaan kuliah umum perlindungan konsumen oleh Kementerian Perdagangan; dan 140 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

149 b. pelaksanaan sosialisasi perlindungan konsumen kepada mahasiswa Universitas Tarumanegara dan masyarakat; (2) PARA PIHAK dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: sumber daya manusia, sarana, infrastruktur sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. (3) PARA PIHAK secara sendiri-sendiri atau bersama dapat melakukan koordinasi dengan pemangku kepentingan lainnya dalam mendukung pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2). PASAL 4 Untuk efektivitas pei»ks«nfmn kerjasama, PARA PIHAK sepakat untuk menunjuk koordinator kegiatan sebagai berikut: a. PIHAK PERTAMA menunjuk Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga; b. PIHAK KEDUA menunjuk Dekan Fakultas Hukum. PASAL 5 MONITORING DAN EVALUASI (1) PARA PIHAK akan melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Nota Kesepahaman ini paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan. (2) PARA PIHAK berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan melakukan pengkajian guna mengetahui peningkatan pemahaman mahasiswa dan masyarakat terhadap perlindungan konsumen. PASAL 6 PEMBIAYAAN Seluruh pembiayaan yang timbul sebagai akibat pelaksanaan Nota Kesepahaman ini dibebankan pada anggaran masing-masing pihak. PASAL 7 JANGKA WAKTU (1) Nota Kesepahaman ini berlaku sejak ditandatangani oleh PARA PIHAK hingga 31 Desember 2017 dan Nota Kesepahaman ini akan berakhir dengan sendirinya apabila PARA PIHAK tidak memperpanjang Nota Kesepahaman ini. (2) Nota Kesepahaman ini dapat diperpanjang atau diakhiri sebelum jangka waktu berakhir atas dasar kesepakatan PARA PIHAK. Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 141

150 PASAL 8 PENUTUP (1) Setiap perubahan, perpanjangan dan hal-hal lain yang belum diatur dalam Nota Kesepahaman ini akan ditetapkan lebih lanjut atas dasar kesepakatan PARA PIHAK dalam bentuk Addendum dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Nota Kesepahaman ini. (2) Nota Kesepahaman ini dibuat rangkap 2 (dua) asli diatas kertas bermeterai cukup yang ditandatangani oleh PARA PIHAK dan mempunyai kekuatan hukum yang sama, masing-masing 1 (satu) rangkap disampaikan kepada PARA PIHAK untuk dapat dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. PIHAK PERTAMA, PIHAK PIHAK KEDUA, THOMAS TRIKASIH LEMBONG Prof. Ir. ROESDIMAN SOEGIARSO, M.Sc, Ph.D. 142 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

151 NOTA KESEPAHAMAN ANTARA DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TERTIB NIAGA DENGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN BADAN KARANTINA PERTANIAN BADAN KETAHANAN PANGAN DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN LUAR NEGERI DAN DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI NOMOR : 02/PKTN/MoU/12/2016 NOMOR : HK NOMOR : 12851/HK.220/K/12/2016 NOMOR : B-541/KN.110/J/12/2016 NOMOR : 18682/DJPSDKP/XII/2016 NOMOR : 684/BKIPM/XII/2016 NOMOR : KEP-601/BC/2016 NOMOR : 01/DAGLU/MoU/12/2016 NOMOR : 1/PDN/NK/12/2016 TENTANG PENGAWASAN BARANG YANG DILARANG, DIAWASI, DAN/ATAU DIATUR TATA NIAGANYA DI TEMPAT PEMASUKAN DAN PENGELUARAN SERTA PENGAWASAN BARANG BEREDAR DI PASAR Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 143

152 Pada hari ini Selasa Tanggal Dua Puluh Bulan Desember Tahun Dua Ribu Enam Belas, bertempat di Kementerian Perdagangan Jalan M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta Pusat, kami yang bertanda-tangan di bawah ini masingmasing: 1. SYAHRUL MAMMA, selaku Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga, Kementerian Perdagangan, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga, Kementerian Perdagangan, berkedudukan di Jalan M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta Pusat, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA. 2. RERI INDRIANI, selaku Sekretaris Utama Badan Pengawas Obat dan Makanan, berdasarkan surat kuasa Nomor HK dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Badan Pengawas Obat dan Makanan, berkedudukan di Jalan Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA. 3. BANUN HARPINI, selaku Kepala Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian, berkedudukan di Jalan Harsono RM No. 3 Ragunan, Jakarta Selatan, selanjutnya disebut PIHAK KETIGA. 4. GARDJITA BUDI, selaku Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian, berkedudukan di Jalan Harsono RM No. 3 Ragunan, Jakarta Selatan, selanjutnya disebut PIHAK KEEMPAT. 5. SJARIEF WIDJAJA, selaku Sekretaris Jenderal yang dalam hal ini bertindak sebagai Plt.Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, berkedudukan di Jalan Medan Merdeka Timur No. 16, Jakarta, selanjutnya disebut PIHAK KELIMA. 6. RINA, selaku Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, berkedudukan di Jalan Medan Merdeka Timur No. 16, Jakarta Pusat, selanjutnya disebut PIHAK KEENAM. 7. HERU PAMBUDI, selaku Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan, berkedudukan di Jalan Jenderal A. Yani Jakarta Timur, selanjutnya disebut PIHAK KETUJUH. 144 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

153 8. DODY EDWARD, selaku Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan, berkedudukan di Jalan M.I. Ridwan Rais No. 5, Jakarta Pusat, selanjutnya disebut PIHAK KEDELAPAN. 9. OKE NURWAN, selaku Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan, berkedudukan di Jalan M.I. Ridwan Rais No. 5, Jakarta Pusat, selanjutnya disebut PIHAK KESEMBILAN. Secara bersama-sama disebut PARA PIHAK, terlebih dahulu PARA PIHAK menerangkan hal-hal sebagai berikut: a. bahwa PARA PIHAK telah menandatangani Nota Kesepahaman No: 02/SPK/MOU/12/2013 (selanjutnya dalam Nota Kesepahaman ini disebut Nota Kesepahaman Pengawasan) pada tanggal 18 Desember 2013, dan berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun yang berakhir pada tanggal 18 Desember b. bahwa Nota Kesepahaman Pengawasan dilaksanakan dalam rangka mendukung pengawasan Barang yang Dilarang dan Diatur Tata Niaganya dan Barang yang Diawasi di tempat pemasukan dan pengeluaran serta pengawasan Barang yang Beredar di Pasar, berdasarkan prinsip kemitraan dan kebersamaan; dan c. Bahwa PARA PIHAK sepakat masih diperlukan sinergitas dan keterpaduan dalam pengawasan terhadap Barang yang Dilarang dan Diatur Tata Niaganya dan Barang yang Diawasi di tempat pemasukan dan pengeluaran serta pengawasan Barang yang Beredar di Pasar dan sarana perdagangan lainnya berdasarkan prinsip kemitraan dan kebersamaan, dengan memperhatikan Undang-Undang yang menjadi dasar hukum: 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1955 tentang Pengusutan, Penuntutan, dan Peradilan Tindak Pidana Ekonomi; 2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan; 3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006; 4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen; Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 145

154 5. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009; 6. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara; 7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan; 8. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; 9. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan; 10. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, PARA PIHAK sepakat untuk membuat dan melaksanakan Nota Kesepahaman ini dengan ketentuan sebagai berikut: Pasal 1 KETENTUAN UMUM Dalam Nota Kesepahaman ini yang dimaksud dengan: 1. Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen atau pelaku usaha. 2. Barang yang Dilarang dan Diatur Tata Niaganya adalah Barang yang dilarang dan/atau dibatasi impor atau ekspornya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 3. Barang yang Diawasi adalah Barang dalam pengawasan, baik yang berasal dari impor maupun hasil produksi dalam negeri, yang dengan atau berdasarkan Peraturan Presiden ditetapkan sebagai Barang dalam pengawasan. 4. Barang yang Beredar di Pasar adalah Barang yang ditujukan untuk ditawarkan, dipromosikan, diiklankan, diperdagangkan di pasar tradisional, pusat perbelanjaan, toko modern dan/atau di pengecer lainnya, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh konsumen termasuk yang disimpan di dalam gudang atau tempat penyimpanan lainnya yang berada di Wilayah Republik Indonesia, baik yang berasal dari produksi dalam negeri maupun impor. 5. Tempat Pemasukan dan Pengeluaran adalah pelabuhan laut, pelabuhan perikanan, pelabuhan sungai, pelabuhan penyeberangan, bandar udara, kantor pos, pos perbatasan dengan negara lain, dan tempat-tempat lain yang dianggap perlu, yang ditetapkan sebagai tempat untuk memasukkan dan/atau mengeluarkan Barang dari dan/ atau ke dalam dan/atau antar area di wilayah Republik Indonesia. 146 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

155 6. Produk non Pangan adalah produk selain pangan segar, pangan olahan, obat, obat tradisional, kosmetika, suplemen makanan, alat kesehatan, dan selain perbekalan kesehatan rumah tangga. 7. Obat dan Makanan adalah obat, obat tradisional, obat kuasi, kosmetika, suplemen kesehatan, dan pangan olahan. 8. Pangan Olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan, termasuk pangan olahan tertentu, bahan tambahan pangan, pangan produk rekayasa genetik dan pangan radiasi. 9. Pangan Segar adalah pangan yang belum mengalami pengolahan yang dapat dikonsumsi langsung dan/atau yang dapat menjadi bahan baku pengolahan pangan. 10. Distribusi adalah kegiatan penyaluran Barang secara langsung atau tidak langsung kepada konsumen. 11. Perizinan di bidang perdagangan adalah termasuk izin usaha, izin khusus, pendaftaran, pengakuan, dan persetujuan. 12. Gudang adalah suatu ruangan tidak bergerak yang tertutup dan/atau terbuka dengan tujuan tidak untuk dikunjungi oleh umum, tetapi untuk dipakai khusus sebagai tempat penyimpanan Barang yang dapat diperdagangkan dan tidak untuk kebutuhan sendiri. 13. Barang Kebutuhan Pokok adalah barang yang menyangkut hajat hidup orang banyak dengan segala pemenuhan kebutuhan yang tinggi serta menjadi faktor pendukung kesejahteraan masyarakat. 14. Barang Penting adalah barang strategis yang berperan penting dalam menentukan kelancaran pembangunan nasional. Pasal 2 MAKSUD DAN TUJUAN (1) Nota Kesepahaman ini dimaksudkan sebagai landasan kerjasama bagi PARA PIHAK dalam meningkatkan pelaksanaan pengawasan terhadap Barang yang Dilarang dan Diatur Tata Niaganya dan Barang yang Diawasi di tempat pemasukan dan pengeluaran serta pengawasan Barang yang Beredar di Pasar berdasarkan prinsip kemitraan dan kebersamaan. Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 147

156 (2) Nota Kesepahaman ini bertujuan untuk: a. meningkatkan koordinasi dan efektivitas pelaksanaan pengawasan terhadap Barang yang Dilarang dan Diatur Tata Niaganya dan Barang yang Diawasi di tempat pemasukan dan pengeluaran serta pengawasan Barang yang Beredar di Pasar dan sarana perdagangan lain; dan b. saling memberikan informasi terkait hasil pengawasan terhadap Barang yang Dilarang dan Diatur Tata Niaganya dan Barang yang Diawasi di tempat pemasukan dan pengeluaran serta pengawasan Barang yang Beredar di Pasar dan sarana perdagangan lainnya. Pasal 3 RUANG LINGKUP Ruang lingkup Nota kesepahaman meliputi: a. Pengawasan terhadap Barang yang Dilarang dan Diatur Tata Niaganya dan Barang yang Diawasi di tempat pemasukan dan pengeluaran; b. Pengawasan terhadap kegiatan perdagangan serta Barang yang Beredar di Pasar dan sarana perdagangan lainnya; c. Pengawasan terhadap sarana perdagangan; d. Sinkronisasi dan koordinasi kewenangan dalam melaksanakan pengawasan; e. Dukungan penyediaan sumber daya manusia, sarana, infrastruktur dan informasi terkait pengawasan dan pengujian sesuai kewenangan PARA PIHAK; f. Penyusunan rencana aksi jangka pendek, jangka menengah, monitoring serta evaluasi; dan g. Koordinasi dengan pemangku kepentingan lainnya. Pasal 4 RENCANA PENGAWASAN (1) PARA PIHAK secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama merencanakan pelaksanaan pengawasan. (2) Dalam hal dilakukan pengawasan bersama oleh PARA PIHAK, perencanaan dilakukan secara bersama untuk menentukan obyek pengawasan, langkah-langkah operasional, dan target waktu pengawasan. 148 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

157 (3) Obyek pengawasan Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain: a. dokumen perizinan kegiatan perdagangan, seperti perizinan impor, ekspor, dan dokumen lain yang terkait dengan kegiatan perdagangan; b. jenis Barang yang Dilarang dan Diatur Tata Niaganya, Barang yang Diawasi, dan Barang yang Beredar di Pasar; c. pemenuhan ketentuan mengenai pendaftaran Barang produk dalam negeri dan asal impor yang terkait dengan keamanan, keselamatan, kesehatan, dan lingkungan hidup; d. pemenuhan standar, persyaratan teknis, dan/atau spesifikasi teknis yang berlaku; e. pemenuhan ketentuan mengenai label dan kemasan; f. pemenuhan ketentuan mengenai petunjuk penggunaan (manual), kartu jaminan/garansi dalam Bahasa Indonesia; g. pemenuhan ketentuan mengenai pendaftaran Gudang; h. pemenuhan ketentuan mengenai penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan/atau Barang Penting; dan i. penggunaan bahan tambahan yang dilarang untuk pangan. (4) Perencanaan pelaksanaan pengawasan Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dituangkan dalam rencana aksi jangka pendek dan jangka menengah paling lambat dalam waktu 90 (sembilan puluh) hari sejak ditandatanganinya Nota Kesepahaman ini. Pasal 5 KOORDINASI DAN KEWENANGAN PENGAWASAN (1) PIHAK PERTAMA mengoordinasikan pelaksanaan pengawasan sesuai rencana pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) berdasarkan Pasal 99 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. (2) Koordinasi dan kewenangan pengawasan terhadap Barang yang Dilarang dan Diatur Tata Niaganya, Barang yang Diawasi dan Barang yang Beredar di Pasar serta kegiatan perdagangan untuk masingmasing instansi dilakukan oleh: Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 149

158 a. PIHAK PERTAMA terhadap kegiatan perdagangan dan Produk non Pangan sebelum dan setelah beredar di pasar; b. PIHAK KEDUA terhadap Obat dan Makanan sebelum dan setelah beredar di pasar; c. PIHAK KETIGA terhadap Barang yang berasal dari hewan, tumbuhan, serta produk turunannya yang masuk dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau keluarnya dari dalam wilayah Negara Republik Indonesia; d. PIHAK KEEMPAT terhadap Pangan Segar asal tumbuhan dan hewan yang beredar di pasar dan di sarana perdagangan lainnya; e. PIHAK KELIMA terhadap ikan dan hasil perikanan serta produk olahan hasil importasi yang beredar di pasar, dan Unit Pengolahan Ikan (UPI), serta produk perikanan tujuan ekspor; f. PIHAK KEENAM terhadap ikan dan hasil perikanan serta produk turunannya yang masuk dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau keluarnya dari dalam wilayah Negara Republik Indonesia; g. PIHAK KETUJUH terhadap Barang yang masuk atau keluar daerah pabean; h. PIHAK KEDELAPAN terhadap kesesuaian peruntukan Barang asal impor dan untuk tujuan ekspor; i. PIHAK KESEMBILAN terhadap distribusi Barang Kebutuhan Pokok dan/atau Barang Penting di dalam negeri. Pasal 6 PELAKSANAAN PENGAWASAN (1) PARA PIHAK melaksanakan pengawasan Barang sesuai kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan melaksanakan pengawasan secara bersama sesuai rencana aksi yang ditentukan oleh PARA PIHAK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1). (2) Dalam hal terdapat hasil pengawasan baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama yang diperlukan tindak lanjut oleh salah satu atau beberapa PIHAK sesuai kewenangannya, maka PIHAK yang melakukan pengawasan menyampaikan rekomendasi tindak lanjut kepada PIHAK yang memiliki kewenangan tersebut. 150 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

159 Pasal 7 FASILITASI PENGAWASAN PARA PIHAK, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama mempersiapkan fasilitas pelaksanaan pengawasan yang dapat meliputi sumber daya manusia, sarana, infrastruktur pengawasan, dan/atau pengujian sesuai dengan tugas dan fungsinya. Pasal 8 TINDAK LANJUT (1) PARA PIHAK sepakat untuk bersinergi melaksanakan pengawasan terhadap Barang yang Dilarang dan Diatur Tata Niaganya, Barang yang Diawasi dan Barang yang Beredar di Pasar serta kegiatan perdagangan, bersama pemerintah daerah provinsi dan/atau kabupaten/kota sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) PARA PIHAK sepakat dalam hal diperlukan dapat membentuk tim khusus untuk melaksanakan pengawasan tertentu yang membutuhkan penanganan secara bersama terhadap Barang dan/ atau kegiatan perdagangan yang diduga melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 9 LAPORAN DAN REKOMENDASI (1) Dalam hal berdasarkan hasil pengawasan yang dilakukan baik secara sendiri maupun bersama terdapat dampak yang lebih luas dan perlu penanganan bersama dengan instansi lain di luar PARA PIHAK, maka hasil pengawasan akan disampaikan sebagai rekomendasi kepada instansi dimaksud. (2) PARA PIHAK sepakat untuk melaporkan hasil pengawasan kepada pimpinan masing-masing PIHAK dan dalam hal diperlukan memberikan rekomendasi untuk dapat dikoordinasikan di tingkat yang lebih tinggi. Pasal 10 MONITORING DAN EVALUASI (1) PARA PIHAK melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengawasan terhadap Barang yang Dilarang dan Diatur Tata Niaganya, Barang yang Diawasi dan Barang yang Beredar di Pasar dan/atau kegiatan perdagangan di tempat pemasukan dan pengeluaran, pasar, dan sarana perdagangan lainnya. Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 151

160 (2) PARA PIHAK berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan tindak lanjut hasil pengawasan. Pasal 11 PERTUKARAN DATA DAN INFORMASI PARA PIHAK sepakat saling memberikan informasi hasil pengawasan yang dilakukan oleh masing-masing PIHAK sesuai tugas dan fungsinya. Pasal 12 PEMBIAYAAN Pembiayaan dalam rangka pelaksanaan Nota Kesepahaman ini dibebankan pada anggaran belanja masing-masing PIHAK. Pasal 13 JANGKA WAKTU (1) Nota Kesepahaman ini berlaku selama 3 (tiga) tahun sejak ditandatangani oleh PARA PIHAK. (2) Pelaksanaan Nota Kesepahaman ini dapat dievaluasi secara berkala oleh PARA PIHAK paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan. (3) Nota Kesepahaman ini dapat diperpanjang atau diakhiri sebelum jangka waktu berakhir atas dasar kesepakatan PARA PIHAK. (4) PIHAK yang akan mengakhiri Nota Kesepahaman ini harus menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada PIHAK lainnya paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum Nota Kesepahaman ini berakhir. Pasal 14 PERPANJANGAN ATAU PENGAKHIRAN NOTA KESEPAHAMAN Dalam hal disepakati oleh PARA PIHAK bahwa Nota Kesepahaman ini akan diperpanjang atau diakhiri, maka PIHAK PERTAMA akan mengoordinasikan pembahasannya. 152 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

161 Pasal 15 PENUTUP (1) Setiap perubahan dan hal-hal lain yang belum diatur dalam Nota Kesepahaman ini akan ditetapkan lebih lanjut atas dasar kesepakatan PARA PIHAK dalam bentuk Adendum dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Nota Kesepahaman ini. (2) Nota Kesepahaman ini dibuat rangkap 9 (sembilan) asli, masingmasing bermeterai cukup yang ditandatangani oleh PARA PIHAK dan mempunyai kekuatan hukum yang sama. PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA, SYAHRUL MAMMA RERI INDRIANI PIHAK KETIGA, PIHAK KEEMPAT, BANUN HARPINI GARDJITA BUDI PIHAK KELIMA, PIHAK KEENAM, SJARIEF WIDJAJA RINA Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 153

162 PIHAK KETUJUH, PIHAK KEDELAPAN, HERU PAMBUDI DODY EDWARD PIHAK KESEMBILAN, OKE NURWAN 154 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

163 PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TERTIB NIAGA KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR: 01/PKTN/PERJ/03/2017 NOMOR: /131/033/2017 TENTANG OPTIMALISASI PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TERTIB NIAGA DI JAWA TIMUR Pada hari ini Rabu, tanggal Lima Belas, bulan Maret, tahun Dua Ribu Tujuh Belas ( ) bertempat di Surabaya Provinsi Jawa Timur, yang bertanda tangan di bawah ini: Inspektur Jenderal Pol (Purn) Dr. Drs. Syahrul Mamma, SH, MH Dr. H. Akhmad Sukardi, MM : Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia yang berkedudukan di Jln. M. I. Ridwan Rais, No. 5, Jakarta Pusat 10110, selanjutnya disebut sebagai PIHAK KESATU : Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur berkedudukan di Jln. Pahlawan No. 110 Surabaya 60174, yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 155

164 Selanjutnya PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut PARA PIHAK terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut: a. Bahwa pada tanggal 20 Pebruari 2017 telah ditandatangani Nota Kesepahaman antara Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Nomor : 04/M-DAG/ MoU/2/2017 dan Nomor: /86/KSB/033/2017 tentang Pengelolaan Kantor Perwakilan Dagang Jawa Timur (KPD), Sistem Informasi Perdagangan antar Pulau (SIPAP), dan Kegiatan Misi Dagang b. Bahwa berkenaan dengan hal tersebut pada huruf a PARA PIHAK sepakat melakukan kerja sama optimalisasi pelaksanaan perlindungan konsumen dan tertib niaga di daerah Provinsi Jawa Timur yang dituangkan dalam perjanjian kerja sama yang selanjutnya disebut Perjanjian Kerja Sama; c. Bahwa PIHAK KESATU merupakan unit kerja di lingkungan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia yang bertugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pemberdayaan konsumen, standardisasi perdagangan dan pengendalian mutu barang, tertib ukur, dan pengawasan barang beredar dan/atau jasa di pasar, serta pengawasan kegiatan perdagangan; d. Bahwa PIHAK KEDUA adalah Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur yang merupakan unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Provinsi Jawa Timur sebagai daerah otonom; Dengan tetap memperhatikan tugas dan kewenangan masing-masing, PARA PIHAK sepakat untuk melakukan Perjanjian Kerja Sama tentang optimalisasi pelaksanaan perlindungan konsumen dan tertib niaga di daerah Provinsi Jawa Timur dengan ketentuan sebagai berikut: Pasal 1 Maksud dan Tujuan 1. Maksud Perjanjian Kerja Sama ini adalah untuk mengoptimalkan sumber daya PARA PIHAK dalam meningkatkan efektifitas pelaksanaan kegiatan dan peningkatan pengetahuan untuk konsumen dan pelaku usaha tentang pemberdayaan konsumen, standardisasi perdagangan dan pengendalian mutu barang, tertib ukur, dan pengawasan barang beredar dan/atau jasa di pasar, serta pengawasan kegiatan perdagangan di Jawa Timur; 2. Tujuan Perjanjian Kerja Sama ini adalah terwujudnya perlindungan konsumen dan tertib niaga melalui efektifitas pelaksanaan kegiatan 156 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

165 dan peningkatan pengetahuan untuk pelaku usaha dan konsumen tentang pemberdayaan konsumen, standardisasi perdagangan dan pengendalian mutu barang, tertib ukur, dan pengawasan barang beredar dan/atau jasa di pasar, serta pengawasan kegiatan perdagangan di daerah Provinsi Jawa Timur. Pasal 2 Obyek Perjanjian Kerja Sama Obyek Perjanjian Kerja Sama ini adalah peningkatan efektifitas pelaksanaan kegiatan dan peningkatan pengetahuan untuk pelaku usaha dan konsumen tentang pemberdayaan konsumen, standardisasi perdagangan dan pengendalian mutu barang, tertib ukur, dan pengawasan barang beredar dan/atau jasa di pasar, serta pengawasan kegiatan perdagangan dan peningkatan pengetahuan tentang perlindungan konsumen kepada pelaku usaha di daerah Provinsi Jawa Timur. Pasal 3 Ruang Lingkup Ruang lingkup Perjanjian Kerja meliputi : 1. Bimbingan teknis dan supervisi di bidang pemberdayaan konsumen, standardisasi perdagangan dan pengendalian mutu barang; pengawasan barang beredar dan/atau jasa, serta pengawasan kegiatan perdagangan; 2. Pengawasan barang beredar dan/atau jasa yang meliputi pengawasan pemenuhan parameter sebagai berikut: a. Untuk Barang: 1) Standar; 2) Label dalam Bahasa Indonesia; 3) Petunjuk penggunaan dalam Bahasa Indonesia; 4) Jaminan pelayanan purna jual; 5) Cara menjual; 6) Pengiklanan; dan/atau 7) Klausula baku. b. Untuk Jasa: 1) Standar; 2) Jaminan dan/atau garansi yang disepakati dan/atau diperjanjikan; 3) Pengiklanan; Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 157

166 4) Cara menjual; dan/atau 5) Klausula baku. 3. Pengawasan kegiatan perdagangan dilakukan terhadap: a. perizinan di bidang perdagangan dalam negeri dan luar negeri; b. perdagangan barang yang diawasi, dilarang dan/atau diatur; c. perizinan distribusi barang dan/atau jasa; d. pendaftaran barang produk dalam negeri dan asal impor yang terkait dengan keamanan, keselamatan, kesehatan, dan lingkungan hidup; e. pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI), persyaratan teknis, atau kualifikasi secara wajib; f. pendaftaran gudang; dan g. penyimpanan barang kebutuhan pokok dan/atau barang penting. 4. Evaluasi dan pelaporan di bidang pemberdayaan konsumen, standardisasi perdagangan dan pengendalian mutu barang, pengawasan barang beredar dan/atau jasa di pasar, serta pengawasan kegiatan perdagangan; Pasal 4 Hak dan Kewajiban (1) PIHAK KESATU mempunyai kewajiban : a. Memberikan dukungan dan pendampingan dalam pelaksanaan pembinaan dan pelatihan pemberdayaan konsumen dan peningkatan pemahaman tentang perlindungan konsumen kepada pelaku usaha di Provinsi Jawa Timur berdasarkan permintaan PIHAK KEDUA; b. Memberikan dukungan dan pendampingan dalam pelaksanaan kegiatan standardisasi perdagangan dan pengendalian mutu barang di Provinsi Jawa Timur berdasarkan permintaan PIHAK KEDUA; c. Memberikan dukungan dan pendampingan dalam pelaksanaan pengawasan barang beredar dan/atau jasa serta pengawasan kegiatan perdagangan di Provinsi Jawa Timur berdasarkan permintaan PIHAK KEDUA; d. Dalam hal diperlukan memberikan dukungan kepada PIHAK KEDUA dalam pelaksanaan sosialisasi peraturan perundangundangan di bidang perlindungan konsumen, standardisasi perdagangan dan pengendalian mutu barang, pengawasan barang beredar dan/atau jasa di pasar, serta pengawasan kegiatan perdagangan berdasarkan permintaan PIHAK KEDUA. 158 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

167 (2) PIHAK KESATU mempunyai hak : a. Mendapatkan laporan dari PIHAK KEDUA atas pelaksanaan kegiatan: 1) pemberdayaan konsumen; 2) standardisasi perdagangan dan pengendalian mutu barang; 3) pengawasan barang beredar dan/atau jasa; serta 4) pengawasan kegiatan perdagangan. b. Mendapatkan informasi tindaklanjut dan penegakan hukum sesuai kewenangan PIHAK KEDUA terhadap hasil pengawasan barang beredar dan/atau jasa serta pengawasan kegiatan perdagangan; c. Mendapatkan data dan informasi pelaksanaan pengawasan barang beredar dan/atau jasa serta pengawasan kegiatan perdagangan di wilayah Propinsi Jawa Timur yang dilakukan PIHAK KEDUA. (3) PIHAK KEDUA mempunyai kewajiban : a. Melaporkan kepada PIHAK KESATU atas pelaksanaan kegiatan: 1) pemberdayaan konsumen; 2) standardisasi perdagangan dan pengendalian mutu barang; 3) pengawasan barang beredar dan/atau jasa; serta 4) pengawasan kegiatan perdagangan. b. Memberikan informasi tindak lanjut dan penegakan hukum sesuai kewenangan PIHAK KEDUA terhadap hasil pengawasan barang beredar dan/atau jasa serta pengawasan kegiatan perdagangan di Provinsi Jawa Timur c. Memberikan data dan informasi hasil pelaksanaan pengawasan barang beredar dan/atau jasa serta pengawasan kegiatan perdagangan di Provinsi Jawa Timur yang dilakukan PIHAK KEDUA (4) PIHAK KEDUA mempunyai hak : a. Mengajukan permohonan dukungan dan pendampingan kepada PIHAK KESATU dalam pelaksanaan pembinaan dan pelatihan pemberdayaan konsumen dan peningkatan pemahaman tentang perlindungan konsumen kepada pelaku usaha di Provinsi Jawa Timur; b. Mengajukan dukungan dan pendampingan kepada PIHAK KESATU dalam pelaksanaan kegiatan standardisasi perdagangan dan pengendalian mutu barang di Provinsi Jawa Timur; Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 159

168 c. Mengajukan permohonan dukungan dan pendampingan kepada PIHAK KESATU dalam pelaksanaan pengawasan barang beredar dan/atau jasa serta pengawasan kegiatan perdagangan di Provinsi Jawa Timur; dan d. Mendapatkan dukungan PIHAK KESATU dalam pelaksanaan sosialisasi peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan konsumen dan tertib niaga di Provinsi Jawa Timur. Pasal 5 Pemantauan dan Evaluasi (1) PARA PIHAK sepakat melakukan pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama secara berkala setiap 1 (satu) tahun sekali ; (2) Untuk melaksanakan pemantauan dan evaluasi Perjanjian Kerja Sama, PARA PIHAK menunjuk wakil masing-masing: 1. Wakil PIHAK KESATU: Sekretaris Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 2. Wakil PIHAK KEDUA: Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur Pasal 6 Pembiayaan Biaya yang timbul sebagai akibat dari pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama dibebankan kepada anggaran masing masing pihak, dengan berpedoman pada Kerangka Acuan Kerja yang disepakati oleh PARA PIHAK, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Perjanjian Kerja Sama, serta sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 7 Pembatasan dan Kerahasiaan (1) Seluruh data dan informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama, baik yang diberikan secara lisan maupun tertulis oleh PARA PIHAK dinyatakan sebagai data dan informasi yang bersifat rahasia; (2) PARA PIHAK bertanggung jawab atas kerahasiaan informasi yang diterima dalam pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama sesuai dengan peraturan perundang-undangan; 160 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

169 (3) PARA PIHAK hanya dapat memanfaatkan data dan informasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sesuai dengan tugas dan tanggung jawab serta tujuan sebagaimana ditetapkan dalam Perjanjian Kerja Sama; (4) PIHAK KEDUA dilarang menyerahkan sebagian maupun seluruh data dan informasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) kepada pihak ketiga tanpa persetujuan tertulis dari PIHAK KESATU. Pasal 8 Jangka Waktu (1) Perjanjian Kerja Sama berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun, terhitung sejak ditandatangani oleh PARA PIHAK dan dapat diperpanjang atas dasar evaluasi serta kesepakatan PARA PIHAK; (2) Dalam hal disepakati oleh PARA PIHAK untuk melakukan perpanjangan Perjanjian Kerja Sama, PARA PIHAK akan melakukan konsultasi atas rancangan perpanjangan Perjanjian Kerja Sama selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya Perjanjian Kerja Sama; (3) Dalam hal salah satu pihak berkeinginan untuk mengakhiri Perjanjian Kerja Sama sebelum berakhirnya jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pihak dimaksud wajib memberitahukan hal tersebut secara tertulis kepada pihak lainnya, selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelumnya; (4) Pengakhiran Perjanjian Kerja Sama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak mempengaruhi hak dan kewajiban masing-masing pihak yang harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum berakhirnya Perjanjian Kerja Sama Pasal 9 Keadaan Kahar (Force Majeure) (1) PARA PIHAK dianggap tidak melalaikan kewajiban melaksanakan isi Perjanjian Kerja Sama, apabila terdapat hak dan kewajiban salah satu pihak yang tidak terlaksananya sebagai akibat keadaan dan sebabsebab di luar kemampuan PARA PIHAK atau keadaan kahar (force majeure); (2) Keadaaan kahar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), antara lain bencana alam, wabah, perang, pemberontakan, huru-hara, pemogokan umum, kebakaran dan perubahan kebijakan pemerintah yang berpengaruh secara langsung terhadap pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama; Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 161

170 (3) Dalam hal terjadi keadaan kahar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) maka pihak yang mengalami keadaan kahar tersebut wajib memberitahukan secara tertulis kepada pihak lainnya dengan disertai bukti-bukti dan keterangan dari instansi yang berwenang paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah terjadinya keadaan kahar dimaksud. Pasal 10 Penyelesaian Perselisihan (1) Apabila terjadi perselisihan antara PARA PIHAK berkenaan dengan pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama, akan diselesaikan secara musyawarah dan mufakat; (2) Dalam hal tidak terdapat kesesuaian pendapat dalam musyawarah dan mufakat, PARA PIHAK sepakat menyelesaikan perselisihan melalui hukum acara perdata pada Pengadilan Negeri; (3) Selama proses penyelesaian sengketa melalui Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2), PARA PIHAK sepakat memilih domisili/kedudukan hukum yang tetap di Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri Surabaya, Pasal 11 Pemberitahuan Segala pemberitahuan, peringatan, dan penyampaian informasi berkenaan dengan pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama dilakukan secara tertulis dengan menyampaikan surat tercatat yang dialamatkan kepada masingmasing pihak dengan alamat: PIHAK KESATU Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Jalan M I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Pusat Telepon : (021) , ext Faksimili : (021) PIHAK KEDUA Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur, Jl. Pahlawan 110 Surabaya Telepon : (031) , ext Faksimili : (031) Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

171 Pasal 12 Perubahan (1) Perjanjian Kerja Sama ini dapat diubah berdasarkan persetujuan PARA PIHAK. (2) Perubahan dan/atau hal-hal yang belum diatur dalam Perjanjian Kerja Sama diatur dalam addendum dan/atau amandemen yang disepakati oleh PARA PIHAK dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Kerja Sama ini. Pasal 13 Penutup Perjanjian Kerja Sama ini dibuat dan ditandatangani oleh PARA PIHAK dalam rangkap 2 (dua) diatas kertas bermaterai cukup, masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama. Demikian Perjanjian Kerja Sama ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. PIHAK KEDUA PIHAK KESATU AKHMAD SUKARDI SYAHRUL MAMMA Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 163

172

173 NOTA KESEPAKATAN ANTARA KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/M-DAG/MoU/5/2017 NOMOR : KEP-167/A/JA/05/2017 TENTANG KERJA SAMA DAN KOORDINASI PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI DALAM PENANGANAN PERMASALAHAN HUKUM Pada hari ini, Rabu, tanggal Tujuh Belas bulan Mei tahun Dua Ribu Tujuh Belas, bertempat di Jakarta, kami yang bertanda tangan di bawah ini: 1. ENGGARTIASTO LUKITA, selaku Menteri Perdagangan Republik Indonesia, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA berkedudukan di Jalan M.I. Ridwan Rais Nomor 5, Jakarta Pusat, selanjutnya disebut PIHAK KESATU. 2. H.M. PRASETYO, selaku Jaksa Agung Republik Indonesia, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA berkedudukan di Jalan Sultan Hasanuddin Nomor 1 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA. Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 165

174 Untuk selanjutnya PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA secara bersamasama disebut PARA PIHAK. Dalam Nota Kesepakatan ini PARA PIHAK menerangkan: a. bahwa PIHAK KESATU adalah kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan untuk membantu presiden dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan negara. b. bahwa PIHAK KEDUA adalah lembaga pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang. c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, PARA PIHAK bersepakat untuk mengadakan Kerja Sama dan Koordinasi Pelaksanaan Tugas dan Fungsi dalam Penanganan Permasalahan Hukum, dengan ketentuan sebagai berikut: MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 1 (1) Nota Kesepakatan ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi PARA PIHAK dalam rangka mengoptimalkan kerja sama dan koordinasi pelaksanaan tugas dan fungsi PARA PIHAK dalam penanganan permasalahan hukum secara seimbang dan proporsional. (2) Nota Kesepakatan ini bertujuan untuk menetapkan upaya dan langkah-langkah yang diperlukan dalam rangka meningkatkan kerja sama dan koordinasi pelaksanaan tugas dan fungsi PARA PIHAK dalam penanganan permasalahan hukum. 166 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

175 RUANG LINGKUP Pasal 2 Ruang lingkup Nota Kesepakatan ini meliputi: a. pertukaran data dan/atau informasi; b. pemberian bantuan hukum, pertimbangan hukum dan tindakan hukum lainnya di bidang perdata dan tata usaha negara; c. koordinasi penanganan dan penegakan hukum di bidang perdagangan; d. pengawalan dan pengamanan oleh Tim Pengawal dan Pengaman Pemerintahan dan Pembangunan (TP4); e. koordinasi dan optimalisasi kegiatan pemulihan aset di dalam maupun di luar negeri; f. peningkatan kompetensi sumber daya manusia; dan g. bentuk kerja sama lain yang disepakati. PELAKSANAAN Pasal 3 (1) Hal yang menyangkut teknis pelaksanaan Nota Kesepakatan ini dapat diatur lebih lanjut dalam Perjanjian Kerja Sama sesuai keperluan dan kesepakatan PARA PIHAK. (2) PARA PIHAK membuat Perjanjian Kerja Sama yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Nota Kesepakatan ini, paling lama 3 (tiga) bulan setelah ditandatanganinya Nota Kesepakatan ini. MONITORING DAN EVALUASI Pasal 4 (1) PARA PIHAK melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan Nota Kesepakatan ini secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun dan/atau sesuai dengan kebutuhan yang dikoordinasikan oleh Pejabat Penghubung PARA PIHAK. Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 167

176 (2) PARA PIHAK menunjuk Pejabat Penghubung dalam rangka pelaksanaan Nota Kesepakatan ini yaitu: a. PIHAK KESATU: 1. Kepala Biro Hukum pada Sekretariat Jenderal Kementerian Perdagangan Republik Indonesia; dan 2. Inspektur III pada Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan Republik Indonesia; b. PIHAK KEDUA: 1. Kepala Biro Hukum dan Hubungan Luar Negeri pada Jaksa Agung Muda Bidang Pembinaan Kejaksaan Republik Indonesia; dan 2. Direktur Tindak Pidana Umum Lainnya pada Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Umum, Kejaksaan Republik Indonesia. PEMBIAYAAN Pasal 5 Biaya yang timbul sebagai akibat dari pelaksanaan Nota Kesepakatan ini menjadi beban dan tanggung jawab anggaran masing-masing pihak atau berdasarkan kesepakatan PARA PIHAK sesuai peraturan perundangundangan. JANGKA WAKTU Pasal 6 (1) Nota Kesepakatan ini mulai berlaku sejak tanggal ditandatangani dan dapat diakhiri atas kesepakatan PARA PIHAK. (2) PIHAK yang akan mengakhiri Nota Kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada PIHAK lainnya. 168 Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

177 PENUTUP Pasal 7 (1) Setiap perubahan yang dilakukan dan hal-hal lain yang belum diatur dalam Nota Kesepakatan ini akan ditetapkan atas dasar kesepakatan PARA PIHAK dalam bentuk adendum yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Nota Kesepakatan ini. (2) Apabila di kemudian hari terjadi perbedaan pendapat dalam pelaksanaan Nota Kesepakatan ini, PARA PIHAK sepakat menyelesaikannya secara musyawarah untuk mencapai mufakat. Nota Kesepakatan ini dibuat rangkap 2 (dua) di atas kertas bermeterai cukup, ditandatangani oleh PARA PIHAK sehingga mempunyai kekuatan hukum yang sama dan masing-masing 1 (satu) rangkap disampaikan kepada PARA PIHAK. PIHAK KEDUA PIHAK KESATU ENGGARTIASTO LUKITA H.M. PRASETYO Himpunan Nota Kesepahaman Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 169

2 Mengingat : 1. c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tent

2 Mengingat : 1. c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tent BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1566, 2014 KEMENDAG. Alat Ukur. Takar. Timbang. Perlengkapannya. Satuan Ukur. Pengawasan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71/M-DAG/PER/10/2014

Lebih terperinci

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : D /152 TAHUN 2013 NOMOR : B/ 11 /MI/2013 TENTANG PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM TERHADAP

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN NOMOR 52/2014 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tamba

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.674, 2017 KEMENDAG. Pengawasan Metrologi Legal. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/M-DAG/PER/5/2017 TENTANG PENGAWASAN METROLOGI LEGAL

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN BERSAMA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

NOTA KESEPAKATAN BERSAMA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA A A A 4 Z NOTA KESEPAKATAN BERSAMA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 01/NKB/BAWASLU/I/2013 NOMOR: B/ 2/1/2013

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1610, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. PPNS. Orta. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA SATUAN KERJA KHUSUS PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA SATUAN KERJA KHUSUS PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA p skkmigas NOTA KESEPAHAMAN ANTARA SATUAN KERJA KHUSUS PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Nom or: PJN-0176/SKKO0000/2013/SO Nom or: B / 27 / VII

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, PERBAIKAN DR SETUM 13 AGUSTUS 2010 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG KOORDINASI, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN PENYIDIKAN BAGI PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG KOORDINASI, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN PENYIDIKAN BAGI PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 1 NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.HH-06.HM.05.02 TAHUN 2016 NOMOR : B/7/I/2016 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA. 06/KPPU/NK/Xy2015 TENTANG

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA. 06/KPPU/NK/Xy2015 TENTANG & ir k QD NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: NOMOR: 06/KPPU/NK/Xy2015 B/39/X/2015 TENTANG KERJA SAMA DALAM PENANGANAN PERKARA DUGAAN

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Ta

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Ta No.407, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENATR/BPN. PPNS. Penataan Ruang. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI

Lebih terperinci

NOMOR 14 TAHUN 2016 NOMOR 01 TAHUN 2016 NOMOR 013/JA/11/2016 TENTANG

NOMOR 14 TAHUN 2016 NOMOR 01 TAHUN 2016 NOMOR 013/JA/11/2016 TENTANG PERATURAN BERSAMA KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, DAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 NOMOR 01 TAHUN 2016 NOMOR 013/JA/11/2016

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 22

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 22 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.291, 2017 KEMENDAG. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/M-DAG/PER/2/2017 TENTANG BADAN PENYELESAIAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1719, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Unit Metrologi Legal. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78/M-DAG/PER/11/2016 TENTANG UNIT METROLOGI LEGAL DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

2017, No ); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republ

2017, No ); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republ BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.861, 2017 KEMEN-KP. Kode Etik PPNS Perikanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/PERMEN-KP/2017 TENTANG KODE ETIK PENYIDIK

Lebih terperinci

MENTER! HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

MENTER! HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA MENTER! HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTER! HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-Ol.Hl.07.02 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN MANAJEMEN PENYIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA O ) NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 13 3 DENGAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA NOMOR: B /..^.../1/2012 NOMOR:.'^P./Um/PB/XX/2012 TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM PROFESI GURU

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR - 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/PERMEN-KP/2017 TENTANG KODE ETIK PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/PERMEN-KP/2017 TENTANG KODE ETIK PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/PERMEN-KP/2017 TENTANG KODE ETIK PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Nomor : Nomor : TENTANG KERJA SAMA DALAM PEMBERANTASAN

Lebih terperinci

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYIDIKAN BAGI PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG ADMINISTRASI PENYIDIKAN DAN PENINDAKAN TINDAK PIDANA DI BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran N

2017, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran N No.1490, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPOM. Pengelolaan Barang Bukti. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN BARANG

Lebih terperinci

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM Nomor: B/37/X/2012 Nomor: 212 /PERJ/KA/X/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG KERETA API PT KCMTA AP> «OONCAA (KMCftO ) NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK.223/IV/6/KA-2013 NOMOR : B / 13 / IV / 2013 TENTANG

Lebih terperinci

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 26/MPP- PA/D-III/07/2011 NOMOR : B/22/VII/2011 TENTANG

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2013

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2013 SALINAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN,

Lebih terperinci

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BUTON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG PENANGANAN TINDAK PIDANA PERIKANAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PEMILIHAN UMUM DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Nomor; 27/KB/KPU/TAHUN Nomor: B/29A/III/2015 TENTANG

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PEMILIHAN UMUM DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Nomor; 27/KB/KPU/TAHUN Nomor: B/29A/III/2015 TENTANG y C O M Is i NOTA KESEPAHAMAN ANTARA ' KOMISI PEMILIHAN UMUM DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Nomor; 27/KB/KPU/TAHUN 2015 Nomor: B/29A/III/2015 TENTANG PENGAMANAN PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR

Lebih terperinci

ANTARA. 1. Dr. UNIFAH ROSYIDI, U.Pd., selaku KETUA Uiiuttrt PENGURUS BE$AR PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA, dalam hal ini bertindak untuk

ANTARA. 1. Dr. UNIFAH ROSYIDI, U.Pd., selaku KETUA Uiiuttrt PENGURUS BE$AR PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA, dalam hal ini bertindak untuk * ** NOTA KESEPAHAT'AN ANTARA,, PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 2! 0/Um/PB/XX I201 7 NOMOR: Bl33llvB0l7 TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM PROFESI GURU Pada

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/PRT/M/2016 TENTANG PELAYANAN ADVOKASI HUKUM DI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

PENYEMPURNAAN PERMENDAG NO. 20/M- DAG/PER/5/2009 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN BARANG BEREDAR DAN JASA

PENYEMPURNAAN PERMENDAG NO. 20/M- DAG/PER/5/2009 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN BARANG BEREDAR DAN JASA PENYEMPURNAAN PERMENDAG NO. 20/M- DAG/PER/5/2009 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN BARANG BEREDAR DAN JASA Direktorat Pengawasan Barang Beredar dan Jasa DIREKTORAT JENDERAL STANDARDISASI DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

Lebih terperinci

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PT. BANK NEGARA INDONESIA ( PERSERO ) TBK DOMPU KANTOR CABANG PEMBANTU DENGAN KEPOLISIAN RESOR DOMPU.

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PT. BANK NEGARA INDONESIA ( PERSERO ) TBK DOMPU KANTOR CABANG PEMBANTU DENGAN KEPOLISIAN RESOR DOMPU. NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PT. BANK NEGARA INDONESIA ( PERSERO ) TBK DOMPU KANTOR CABANG PEMBANTU DENGAN KEPOLISIAN RESOR DOMPU Nomor : / / /2017 Nomor : B/ /II/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGAMANAN ASET,

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce No.1753, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Pengawasan Ketenagakerjaan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMORxxxxTAHUN 2015 TENTANG MANAJEMEN PENEGAKAN HUKUM BIDANG POS DAN TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DIVERSI DAN PENANGANAN ANAK YANG BELUM BERUMUR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyeles

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyeles LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.194, 2015 PIDANA. Diversi. Anak. Belum Berumur 12 Tahun. Pedoman. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5732). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG KOORDINASI, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG KOORDINASI, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG KOORDINASI, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DIVERSI DAN PENANGANAN ANAK YANG BELUM BERUMUR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PENYIARAN INDONESIA DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR;.0/NK/KPW X/2O12 NOMOR: B/35/IX/2012 TENTANG

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PENYIARAN INDONESIA DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR;.0/NK/KPW X/2O12 NOMOR: B/35/IX/2012 TENTANG z KOMISI PENYWRAM. IHnONFSIA llfilbagaffisaraindeperiobj NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PENYIARAN INDONESIA DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR;.0/NK/KPW X/2O12 NOMOR: B/35/IX/2012 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN Peraturan Peraturan Menteri Keuangan - 239/PMK.03/2014, 22 Des 2014 PencarianPeraturan PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA LAKSANA JABATAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MERAUKE, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN

Lebih terperinci

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PEMILIHAN UMUM DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 03 / KB / KPU / TAHUN 2013 NOMOR: B / 3 / I / 2013

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PEMILIHAN UMUM DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 03 / KB / KPU / TAHUN 2013 NOMOR: B / 3 / I / 2013 NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PEMILIHAN UMUM DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 03 / KB / KPU / TAHUN 2013 NOMOR: B / 3 / I / 2013 TENTANG PENGAMANAN PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYADAPAN PADA PUSAT PEMANTAUAN

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYADAPAN PADA PUSAT PEMANTAUAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYADAPAN PADA PUSAT PEMANTAUAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN NOMOR: B/45/XI/201S NOMOR: HK.201/2/15/BPSDMP-2015

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN NOMOR: B/45/XI/201S NOMOR: HK.201/2/15/BPSDMP-2015 KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN NOMOR: B/45/XI/201S NOMOR: HK.201/2/15/BPSDMP-2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN, PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

2017, No sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum, sehingga perlu diganti; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huru

2017, No sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum, sehingga perlu diganti; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huru BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1428, 2017 BAWASLU. Penanganan Pelanggaran Administrasi. Pencabutan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 15 TAHUN 2006 SERI E =============================================================== PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1542, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Pencantuman Label. Barang. Bahasa Indonesia. Kewajiban. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67/M-DAG/PER/11/2013

Lebih terperinci

2 perpajakan yang terkait dengan Bea Meterai telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai; e. bahwa ketentuan mengenai tin

2 perpajakan yang terkait dengan Bea Meterai telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai; e. bahwa ketentuan mengenai tin No.1951. 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pemeriksaan. Bulat Permukaan. Tindak Pidana Perpajakan. Pencabutan PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239 /PMK.03/2014 TENTANG

Lebih terperinci

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. 01/KB/I-XIII.

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. 01/KB/I-XIII. KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DAN KEPOLISIAN NEGARA NO. 01/KB/I-XIII.2/11/2008 NO. POL. : B/11/XI/2008 TENTANG TINDAK LANJUT PENEGAKAN HUKUM TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (PPNS) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (PPNS) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 4/E, 2009 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (PPNS) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556, 2009 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Label. Pencantuman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556, 2009 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Label. Pencantuman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556, 2009 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Label. Pencantuman. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 62/M-DAG/PER/12/2009 TENTANG KEWAJIBAN PENCANTUMAN LABEL

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 5 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 5 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 5 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (PPNS) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556, 2009 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Label. Pencantuman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556, 2009 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Label. Pencantuman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556, 2009 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Label. Pencantuman. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 62/M-DAG/PER/12/2009 TENTANG KEWAJIBAN PENCANTUMAN LABEL

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 20 TAHUN 2007 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Pasal 24B Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun

2015, No Mengingat : 1. Pasal 24B Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1758, 2015 KY. Laporan Masyarakat. Penanganan. Pencabutan. PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENANGANAN LAPORAN MASYARAKAT DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.621, 2015 JAKSA AGUNG. Diversi. Penuntutan. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER- 006/A/J.A/04/2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DIVERSI

Lebih terperinci

2012, No.74 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KOORDINASI, PENGAWASAN, DAN PEMBINAAN TEKNIS TERHADAP KEPOLI

2012, No.74 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KOORDINASI, PENGAWASAN, DAN PEMBINAAN TEKNIS TERHADAP KEPOLI LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2012 ADMINISTRASI. HANKAM. Koordinasi. Pengawasan. Pembinaan. Kepolisian. Khusus. PPNS. Pengamanan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PELANGGARAN ADMINISTRASI TERKAIT LARANGAN MEMBERIKAN

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kelima, Penyidikan Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kelima, Penyidikan Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Modul E-Learning 3 PENEGAKAN HUKUM Bagian Kelima, Penyidikan Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) 3.5 Penyidikan Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) 3.5.1 Kewenangan Penyidikan oleh BNN Dalam melaksanakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN KETUA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN KETUA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN KETUA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI No. Pol.:Kep/ 16 /VII/2005 Nomor : 07 / POLRI - KPK/VII/2005 TENTANG KERJASAMA ANTARA POLRI DAN KPK

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA KEMETROLOGIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang a. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG SEKRETARIAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG SEKRETARIAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG SEKRETARIAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka efektifitas

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA METRO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penegakan atas

Lebih terperinci

2016, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang; b. bahwa Pasal 22B huruf a dan huruf b Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tent

2016, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang; b. bahwa Pasal 22B huruf a dan huruf b Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tent No.1711,2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU.Pemilihan.Gubernur.Bupati.Walikota.Pelanggaran Administrasi. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG PEJABAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (PPPNS) DILINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2006 T E N T A N G PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI

Lebih terperinci

2011, No b. bahwa Tindak Pidana Korupsi adalah suatu tindak pidana yang pemberantasannya perlu dilakukan secara luar biasa, namun dalam pelaksan

2011, No b. bahwa Tindak Pidana Korupsi adalah suatu tindak pidana yang pemberantasannya perlu dilakukan secara luar biasa, namun dalam pelaksan No.655, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Koordinasi. Aparat Penegak Hukum. PERATURAN BERSAMA KETUA MAHKAMAH AGUNG MENTERI HUKUM DAN HAM JAKSA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1798, 2014 KEMENPAN RB. Pengawas Kemeterologian. Jabatan fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB 15 PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP TERPADU DI DKI JAKARTA

BAB 15 PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP TERPADU DI DKI JAKARTA BAB 15 PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP TERPADU DI DKI JAKARTA 376 15.1 Pendahuluan Pencemaran dan perusakan lingkungan hidup di Propinsi DKI Jakarta sudah semakin meningkat yang mengarah kepada semakin

Lebih terperinci

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA KEMETROLOGIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan transparansi dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR, PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR, Menimang : a. b. bahwa dalam upaya penegakan Peraturan Daerah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59,2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG, WALIKOTA BANDUNG, PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER- 022 /A/JA/03/2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGAWASAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER- 022 /A/JA/03/2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGAWASAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA 1 PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER- 022 /A/JA/03/2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGAWASAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka

Lebih terperinci