YUFRIANTO : 06C : Teknik Pembentukan dan Material

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "YUFRIANTO : 06C : Teknik Pembentukan dan Material"

Transkripsi

1 PEMBUATAN DAN PERAKITAN ALAT UJI IMPAK TIPE CHARPY (IMPACK TESTING MECHINE ) TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagai dari syarat-syarat yang diperlukan untuk memperoleh Ijazah Sarjana Teknik Nim Bidang Jurusan Disusun oleh: YUFRIANTO : 06C : Teknik Pembentukan dan Material : Teknik Mesin JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TEUKU UMAR ALUE PEUNYARENG, MEULABOH TAHUN 2014

2 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, Universitas Teuku Umar diharapkan mampu untuk menyeimbangkan perkembangan tersebut agar mampu bersaing dengan universitas lainnya yang berada di tingkat lokal dan nasional, salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan peningkatan kualitas mahasiswa, mahasiswa harus mampu mengaplikasikan teori-teori yang didapatkan di ruang kuliah ke lapangan kerja tentunya, salah satunya yang dapat mendukung hal tersebut diatas adalah dengan memberikan pendalaman pemahaman teori melalui praktikum-pratikum. Keterbatasan alat-alat praktikum di Fakultas Teknik Universitas Teuku Umar Meulaboh, yang selama ini praktikum mahasiswa dilakukan dengan menyewa alat praktikum dengan biaya yang besar di universitas syiah kuala, selain biaya yang besar dan mengingat jarak tempuh perjalan ke tempat praktikum dan penelitian tersebut sangat jauh (rata-rata diatas km dari UTU) membuat praktikum dan penelitian mahasiswa menjadi tidak optimal. Berdasarkan hal tersebut di atas maka rancang bangun alat praktikum perlu dibuat salah satunya adalah alat pengujian impak (impact testing) untuk penunjang praktikum mata kuliah Material Teknik pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Teuku Umar. 1

3 2 Alat pengujian impak (impact testing) tipe charpy telah desain sebelumnya (Farizal,2013) dan pada penelitian ini proses pembuatan dan perakitan dilakukan sesuai dengan desain yang telah direncanakan 1.2. Rumusan Masalah Keterbatasan peralatan praktikum pada jurusan Teknik Mesin Universitas Teuku Umar, maka dirasa perlu untuk di rancang bangun alat praktikum, salah satunya alat uji impak untuk praktikum material teknik, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimanakah membuat dan merakit alat uji impak tipe carpy berdasarkan standar ASTM E sesuai dengan perencanaan 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk pembuatan dan perakitan alat pengujian impak (impact testing) tipe charpy Manfaat Penelitian Dengan selesainya pembuatan dan perakitan alat pengujian impak (impact testing) tipe charpy akan memberikan dampak positif terhadap praktikum mahasiswa serta penelitian-penelitian dosen dan mahasiswa berikutnya, dimana penelitian dan praktikum mata kuliah material teknik dapat dilakukan di Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Teuku Umar

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketangguhan Bahan Ketangguhan adalah suatu ukuran energi yang diperlukan untuk mematahkan suatu bahan. Bahan yang bersifat ulet akan memerlukan energi perpatahan yang lebih besar dan mempunyai sifat tangguh yang lebih baik daripada bahan yang bersifat getas dengan kekuatan bahan yang sama. Penurunan ketangguhan bahan sangat beresiko dan dapat berakibat fatal, oleh karena itu ketangguhan perlu diukur atau dikuantifikasi secara konvensional, hal tersebut dilakukan dengan uji impak atau benturan. [1]. Patah getas menjadi permasalahan penting pada besi dan baja pada tahun 1930-an ketika jembatan-jembatan rusak di berbagai tempat di negara Eropa, dan ketika pipa minyak gas alam rusak di AS antara tahun , ketika kapalkapal perang patah dan tenggelam di AS. Setelah itu banyak contoh diperoleh mengenai permasalahan tersebut. Untuk menelaah ketahanan terhadap keadaan patah tersebut. Pengujian impak bertujuan untuk mengukur berapa energi yang dapat diserap suatu material sampai material tersebut patah. Pengujian impak merupakan respon terhadap beban kejut atau beban tiba-tiba (beban impak) [1]. Dalam pengujian impak terdiri dari dua teknik pengujian standar yaitu Charpy dan Izod. Pada pengujian standar Charpy dan Izod, masih digunakan untuk mengukur energi impak yang juga dikenal dengan ketangguhan takik [1]. 3

5 Metode Izod Menggunakan batang impak kantilever. Benda uji izod sangat jarang digunakan pada saat sekarang ini. Pada benda uji izod mempunyai penampang lintang bujur sangkar atau lingkaran dan bertakik V didekat ujung yang dijepit. batang uji di letakkan secara vertical, dijepit pada salah satu ujungnya dan arah pukulan berlawanan dengan takikan Metode Charpy Pengujian impak charpy banyak dipergunakan untuk menentukan kualitas bahan. Batang uji dengan takikan 2 mmv, paling banyak dipakai. Pengujian patah yang umum biasanya ditentukan oleh tegangan yang diperlukan untuk mematahkan, tetapi pada pengujian metode charpy adalah energi yang diperlukan untuk mematahkan. [2] Jadi dipandang dari sudut ini pengujian dengan metode charpy dapat dianggap cara pengujian yang maju. Menggunakan batang impak yang ditumpu pada kedua ujungnya. Benda uji charpy mempunyai luas penampang lintang bujur sangkar dan memiliki takik V 45 0, dengan jari-jari dasar 0,25 mm dan kedalaman 2 mm. Benda uji diletakkan pada tumpuan dalam posisi mendatar dan bagian yang bertakik diberi beban impak dengan ayunan bandul. Benda uji akan melengkung dan patah pada laju regangan yang tinggi[3]. Menurut American Society for Testing and Materials (ASTM), standarisasi Notched Bar Test adalah ASTM E 23-01, pengujian impak dengan metode charpy dan izod dapat dilihat pada gambar 2.1.

6 5 Charpy Izod Gambar 2.1. Metode Pengujian Impak Sumber : Calliester, Pengujian Impak Metode Charpy Dalam menentukan ketahanan logam terhadap pembebanan kejut (Impact Strenght), prinsipnya adalah berapa besar gaya kejut yang dibutuhkan untuk mematahkan benda uji dibagi dengan luas penampang bahan[4]. Spesimen charpy berbentuk batang dengan penampang lintang bujur sangkar dengan takikan V oleh proses permesinan (gambar 2.2.a). Mesin pengujian impak diperlihatkan secara skematik dengan (gambar 2.2.b). Beban didapatkan dari tumbukan oleh palu pendulum yang dilepas dari posisi ketinggian h. Spesimen diposisikan pada dasar seperti pada (gambar 2.2.b) tersebut. Ketika dilepas, ujung pisau pada palu pendulum akan menabrak dan mematahkan spesimen ditakikannya yang bekerja sebagai titik konsentrasi tegangan untuk pukulan impak kecepatan tinggi. Palu pendulum akan melanjutkan ayunan untuk mencapai ketinggian maksimum h yang lebih rendah dari h. Energi yang diserap dihitung dari perbedaan h dan h (mgh mgh ), adalah ukuran dari energi impak. Posisi simpangan lengan pendulum terhadap garis vertikal sebelum

7 6 dibenturkan adalah α dan posisi lengan pendulum terhadap garis vertikal setelah membentur spesimen adalah β. Gambar 2.2. Metode Impak Metode Charpy Sumber : Calliester, Prinsip Dasar Mesin Uji Impak Apabila pendulum dengan berat G dan pada kedudukan h 1 dilepaskan, maka akan mengayun sampai kedudukan posisi akhir 4 pada ketinggian h 2 yang juga hampir sama dengan tinggi semula (h 1 ), dimana pendulum mengayun bebas. Pada mesin uji yang baik, skala akan menunjukkan usaha kilogram meter (kg.m) pada saat pendulum mencapai kedudukan 4. seperti terlihat pada Gambar 2.3.

8 7 Posisi Ketika Pemukulan Benda Uji Gambar 2.3. Prinsip Dasar Mesin Uji Impak Sumber : Doddy Yuniardi, 2005 Apabila batang uji dipasang pada kedudukannya dan pendulum dilepaskan, maka pendulum akan memukul batang uji dan selanjutnya pendulum akan mengayun sampai kedudukan 3 pada ketinggian h2. Usaha yang dilakukan pendulum waktu memukul benda uji atau usaha yang diserap benda uji sampai patah dapat diketahui dengan menggunakan persamaan 2.1 : [4,5,1] W 1 = G x h 1 (Kg.m) 2.1 Atau dengan menggunakan persamaan 2.2 : W 1 = G x λ (1 cos α) (Kg.m) 2.2 Dimana : W 1 G = Usaha yang dilakukan (Kg.m) = Berat pendulum (Kg)

9 8 h 1 λ = Jarak awal antara pendulum dengan benda uji (m) = Jarak lengan pengayun (m) cos λ = Sudut posisi awal pendulum Sedangkan sisa usaha setelah mematahkan benda uji dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.3 : W 2 = G x h 2 (Kg.m) 2.3 Atau dengan menggunakan persamaan 2.4 : W 2 = G x λ (1 cos β) (Kg.m) 2.4 Dimana : W 2 G H 2 λ = Sisa usaha setelah mematahkan benda uji (Kg.m) = Berat pendulum (Kg) = Jarak akhir antara pendulum dengan benda uji (m) = Jarak lengan pengayun (m) cos β = Sudut posisi akhir pendulum Besarnya usaha yang diperlukan untuk memukul patah benda uji dapat diketahui melalui persamaan 2.5 : W = W 1 W 2 (Kg.m) 2.5 Sehingga dari persamaan diatas diperoleh persamaan 2.6 : W 2 = G x λ (cos β cos λ) (Kg.m) 2.6 dimana : W = usaha yang diperlukan untuk mematahkan benda uji (kg m)

10 9 W 1 = usaha yang dilakukan (kg m) W 2 = sisa usaha setelah mematahkan benda uji (kg m) G λ = berat pendulum (kg) = jarak lengan pengayun (m) cos λ = sudut posisi awal pendulum cos β = sudut posisi akhir pendulum Besarnya harga impak setelah dilakukan pengujian dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.7: K = W A dimana : K = nilai impak (kg m/mm 2 ) W = usaha yang diperlukan untuk mematahkan benda uji (kg m) Ao = luas penampang di bawah takikan (mm 2 ) Pengujian impak dapat diidentifikasi sebagai berikut [4,6]: 1. Material yang getas, bentuk patahannya akan bermukaan merata, hal ini menunjukkan bahwa material yang getas akan cenderung patah akibat tegangan normal. 2. Material yang ulet akan terlihat meruncing, hal ini menunjukkan bahwa material yang ulet akan patah akibat tegangan geser. 3. Semakin besar posisi sudut β akan semakin getas, dan semangkin kecil sudut maka semangkin ulet.

11 Teknik Pembuatan Teknik pembuatan komponen alat uji impak tipe charpy seperti pendulum dilakukan dengan proses permesinan, yaitu menghilangkan beberapa bagian bahan untuk menghasilkan bentuk yang diinginkan. Adapun macam-macam mesin perkakas yang digunakan untuk perakitan alat uji impak antara lain: 1. Mesin bubut Prinsip kerja mesin mesin bubut adalah benda kerja yang berputar dan pahat yang menyayat baik memanjang maupun melintang. Benda kerja yang dapat dikerjakan pada mesin bubut adalah benda kerja yang silindris, sedangkan macam-macam pekerjaan yang dapat dikerjakan dengan mesin ini adalah antara lain [7]: a) Pembubutan memanjang dan melintang b) Pengeboran c) Pembubutan dalam atau memperbesar lubang d) Membubut ulir luar dan dalam 2. Mesin Bor Mesin bor digunakan untuk membuat lubang (driling) serta memperbesar lubang (boring) pada benda kerja. Jenis mesin bor adalah sebagai berikut [7]: a) Mesin bor tembak b) Mesin bor vertikal c) Mesin bor horizontal

12 Teknik Perakitan Perakitan adalah suatu proses penyusunan dan penyatuan beberapa bagian komponen menjadi suatu alat atau mesin yang mempunyai fungsi tertentu. Pekerjaan perakitan dimulai bila obyek sudah siap untuk dipasang dan berakhir bila obyek tersebut telah bergabung secara sempurna. Perakitan juga dapat diartikan penggabungan antara bagian yang satu terhadap bagian yang lain atau pasangannya. [8]. Langkah perakitan untuk berbagai komponen mesin ini dipersiapkan menurut langkah persiapan, pelaksanaan dan finishing. 1. Persiapan 2. Menyiapkan alat bantu atau jig 3. Alat bantu dipilih yang sesuai dengan konstruksi yang dirakit 4. Pelaksanaan 5. Menentukan teknik untuk mengikat atau menyambung antara komponen. 6. Komponen-komponen yang dirakit diperiksa posisinya, meliputi: kesikuan, kerataan dan kelurusan sesuai spesifikasi. 7. Posisi yang dibutuhkan untuk merakit komponen-komponen dalam hal kesikuan, kerataan, kelurusan dapat menentukan garis acuan (datum line) jika diperlukan. 8. Apabila diperlukan, garis acuan (datum line) yang sesuai ditandai dengan benar sesuai fasilitas perakitan. 9. Jig dan perlengkapan perakitan dan alat-alat yang diperlukan distel dan dipakai.

13 Finishing Perakitan diperiksa secara visual dan ukurannya disesuaikan dengan gambar dan spesifikasi. Teknik perakitan yang digunakan untuk sambungan komponen alat uji impak tipe charpy seperti penyambungan, pendulum dan lengan pengayung kerangka dan sambungan bantalan menggunakan proses pengelasan dan menggunakan baut dan sekerup Proses Pengelasan Dalam proses pengelasan rangka, jenis las yang digunakan adalah las listrik DC dengan pertimbangan akan mendapatkan sambungan las yang kuat. Pada dasarnya instalasi pengelasan busur logam terdiri dari bagian bagian penting sebagai berikut [9] a. Sumber daya, yang bisa berupa arus bolak balik (AC) atau arus searah (DC). b. Kabel timbel las dan pemegang elektroda. c. Kabel balik las (bukan timbel hubungan ke tanah) dan penjepit. d. Hubungan ke tanah. Fungsi lapisan elektroda dapat diringkaskan sebagai berikut : a. Menyediakan suatu perisai yang melindungi gas sekeliling busur api dan logam cair. b. Membuat busur api stabil dan mudah dikontrol.

14 13 c. Mengisi kembali setiap kekurangan yang disebabkan oksidasi elemen elemen tertentu dari genangan las selama pengelasan dan menjamin las mempunyai sifat sifat mekanis yang memuaskan. d. Menyediakan suatu terak pelindung yang juga menurunkan kecepatan pendinginan logam las dan dengan demikian menurunkan kerapuhan akibat pendinginan. e. Membantu mengontrol (bersama-sama dengan arus las) ukuran dan frekuensi tetesan logam cair. f. Memungkinkan dipergunakannya posisi yang berbeda. Dalam las listrik, panas yang akan digunakan untuk mencairkan logam diperoleh dari busur listrik yang timbul antara benda kerja yang dilas dan kawat logam yang disebut elektroda. Elektroda ini terpasang pada pegangan atau holder las dan didekatkan pada benda kerja hingga busur listrik terjadi. Karena busur listrik itu, maka timbul panas dengan temperatur maksimal 3450 o C yang dapat mencairkan logam [9] Sambungan Sekerup dan Baut Alat pengunci dinamai sesuai dengan bagaimana alat itu diharapkan akan dipakai, kalau suatu produk direncanakan sehingga tujuan utamanya adalah untuk dipasangkan dalam suatu lubang yang tersedia, maka ia disebut sekerup (screw). Jadi suatu sekerup diketatkan dengan memberikan putaran pada kepalanya [10].

15 14 Kalau suatu produk direncanakan sehingga produk ini diharapkan dipakai bersama suatu mur, maka ia disebut suatu baut (bolt), suatu baut diketatkan dengan memberikan daya putar pada mur-nya. [10]

16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan dari bulan desember 2013 sampai dengan april 2014 untuk mencapai target yang diinginkan. Pekerjaan persiapan dan pengujian serta segala sesuatu yang dilakukan di Laboratorium/workshop Mesin Universitas Teuku Umar (Workshop MUTU) dan dibengkel bubut kurnia sevice blang pulo meulaboh. Setiap kejadian, respon dan hasil yang diperoleh selama menjalankan riset dicatat dan didokumentasi dengan bantuan komputer untuk menjamin akuntabilitas hasil penelitian. Rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam gambar 3.1 PEKERJAAN AWAL - Kajian Pustaka - Perumusan - Ruang lingkup Penelitian - Tujuan Penelitian PEMBUATAN ALAT UJI IMPAK CHARPY - Pembuatan Tumpuan Spesimen - Pembuatan Rangka Alat Uji - Pembuatan Pendulum,Porosdan Lengan Pengayun - Pembuatan Skala Pengukur Energi Impak - Pembuatan sistem pengereman bandul PERAKITAN ALAT UJI IMPAK CHARPY - Perakitan tumpuan spesimen pada rangka - Perakitan sistem pengereman bandul pada rangka - Perakitan pendulum dan lengan pendulum pada rangka - Perakian skala ukur energi impak pada rangka EVALUASI ALAT BERDASARKAN ASTM E Tidak Sesuai Sesuai SELESAI Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian 15

17 Peralatan Kerja Peralatan kerja yang digunakan dalam pembuatan dan perakitan alat uji impak tipe charpy adalah sebagai berikut : 1. Mesin Las Listrik Alat las listrik yang digunakan dalam pembuatan dan perakitan alat uji ini adalah merk Krisbow.spesifikasi dan gambar alat terlampir (lampiran A) Elektroda yang digunakan dalam pengelasan untuk merakit alat uji impak adalah jenis elektroda E6013 RB Mesin Gerinda Mesin gerinda yang digunakan dalam pembuatan dan perakitan alat uji ini ada dua jenis yaitu mesin gerinda duduk dan mesin gerinda tangan spesikasi dan gambar terlampir di lampiran 3. Bor Listrik Bor listrik yang digunakan untuk membuat lubang pada rangka alat uji impak tipe charpy adalah merk Prohex, dan lubang tersebut digunakan untuk perakitan komponen alat uji dengan menggunakan baut gambar dan spesifikasi terlampir di lampiran 4. Mesin Gergaji Duduk Mesin gergaji duduk yang digunakan untuk memotong besi profil tipe U yang digunakan untuk kerangka alat uji dalam penelitian ini adalah Merk Krisbow. Gambar dan spesifikasi terlampir di lampiran

18 17 5. Kompresor dan Spray Gun Peralatan kompressor dan spray gun digunakan untuk tahapan pengecetan rangka dan komponen alat uji impak tipe charpy. kompressor dan spray gun digunakan pada penelitian ini gambar dan spesifikasi terlampir di lampiran 6. Alat pendukung kerja pengelasan Alat pendukung kerja untuk pengelasan yang digunakan dalam pembuatan dan perakitan alat uji impak tipe charpy adalah topeng las, sikat besi dan palu, gambar terlampir di lampiran 7. Alat pendukung kerja lainnya Alat pendukung kerja lainnya yang digunakan dalam pembuatan dan perakitan alat uji impak tipe charpy adalah gergaji tangan, ragum dan seperangkat kunci ring-pas (pengunci baut), gambar terlampir di lampiran 3.3. Penetuan Dimensi Alat Uji Impak Tipe Charpy Tumpuan Spesimen (Anvil) Tumpuan spesimen adalah tempat diletakkannya benda uji yang akan dilakukan pengujian, tumpuan spesimen dibuat dengan menggunakan baja pejal yang dibubut sesuai dengan tipe Unmodified (Will Jam) berdasarkan ASTM E 23-02, dengan dimensi 250 x 200 x 150 mm seperti terlihat pada Gambar 3.2

19 18 ANVIL UNMODIFIED (WILL JAM) Gambar 3.2. Dimensi tumpuan specimen tipe Unmodified Sumber : ASTM E 23-02, 2002 Tumpuan untuk penempatan posisi spesimen pada saat pengujian impak di desain berdasarkan standar ASTM E 23-02, dimensi dan ukuran tumpuan spesimen seperti terlihat pada Gambar 3.3. Gambar 3.3. Desain tumpuan spesimen Sumber : G.D. Henderiec KX, Gietech BV, 2007 Penempatan bagian yang terjadi kontak pada saat pendulum di lepas dan menyentuh spesimen tepat berada pada bagian tengah spesimen (bagian yang diberi takik), seperti terlihat pada Gambar 3.4.

20 19 Gambar 3.4. Posisi pendulum dan spesimen pada pengujian Sumber : ASTM E 23-02, Desain Kerangka Desain kerangka dibuat berdasarkan pertimbangan faktor keamanan, dimana untuk menghindari pendulum pada saat dijatuhkan agar tidak bersentuhan dengan benda-benda asing lainnya disekitar alat uji, maka dibuat rel lintasan pendulum, ukuran dimensi kerangka alat uji 130cm x 110cm x 30cm, desain kerangka alat uji impak seperti telihat pada Gambar 3.5.

21 20 Keterangan : 1. Skala pengukur energi impak 2. Pengunci Pendulum 3. Rel lintasan Pendulum 4. Kerangka utama 5. Kerangka penyangga Gambar 3.5. kerangka alat uji impak Pendulum dan Lengan Pengayun Desain pendulum dibuat berdasarkan standar pendulum tipe C ASTM E 23-02, pendulum dibuat dari baja plat silinder dengan diameter 200 x 30 mm dengan berat 6 Kg. Panjang lengan pendulum 5,5 mm dengan diameter 20 cm dan pada bagian atasnya dihubungkan ke poros pengayun dan bagian bawah dihubungkan ke pendulum dengan cara dilas. Desain pendulum untuk pengujian impak tipe charpy seperti terlihat pada Gambar 3.6 Gambar 3.6. Pendulum alat uji impak Sumber : RL Sanroman, 2006

22 Poros Pengayun dan Bantalan Poros pengayun berfungsi untuk meneruskan ayunan dari bantalan ke lengan pengayun dan pendulum. Poros pengayun terbuat dari baja silinder diameter 25 x 200 mm dan pada bagian ujung kiri dan kanan dihubungkan dengan bantalan, bagian tengahnya dihubungkan dengan lengan pendulum dengan cara dilas. Bantalan yang digunakan adalah bantalan glinding dengan diameter dalam sesuai dengan diameter poros pengayun yaitu 25 mm, ditempatkan dibagian kiri dan kanan poros pengayun dan dihubungkan dengan kerangka dengan cara dipasang baut sebagai pengikat rumah bantalan. Jenis bantalan yang digunakan seperti terlihat pada Gambar 3.7. Gambar 3.7. Bantalan dan Rumah Bantalan Sumber : Sularso, Skala Pengukur Energi Impak Skala pengukur energi impak berfungsi sebagai alat untuk mengukur atau membaca hasil pengujian, jarum penunjuk berfungsi untuk menunjukkan angka

23 22 pada busur derajat yang merupakan hasil pengujian. Jarum penunjuk dihubungkan dengan poros pengayun dengan menggunakan baut sehingga arah ayunan sesuai dengan dengan arah ayunan poros pengayun. 3.4 Perakitan Alat Uji Impak Tipe Charpy Proses perakitan alat uji impak tipe charpy dilakukan dengan menggabungkan beberapa komponen utama dan pendukung seperti rangka, tumpuan spesimen, pendulum, skala ukur energi impak, lengan pendulum, pengerem pendulum, poros pengayun dan bantalan glinding, dengan posisi sudut awal pendulum 140 0, desain hasil perakitan alat uji impak seperti terlihat pada Gambar 3.8 Keterangan : 1. Skala pengukur energi impak 2. Pengunci pendulum 3. Rel lintasan Pendulum 4. Kerangka utama 5. Kerangka penyangga 6. Pendulum 7. Lengan pendulum 8. Tumpuan specimen 9. Spesimen 10. Pengerem pendulum Gambar 3.8. Rencana desain alat uji impak

24 23 Kerangka penyangga diikat dengan menggunakan baut pada pondasi beton yang dibuat sesuai dengan ukuran kerangka penyangga untuk menjaga alat uji tetap dan tidak bergetar pada saat dilakukan pengujian. Pengerem pendulum menggunakan prinsip rem gesek sistem injak, apabila pendulum telah dilepas dan menyentuh spesimen dan jarum penunjuk telah menunjukkan angka energi impak pada skala, maka pengerem pendulum difungsikan dengan melepas injakan pedal rem pendulum dan pendulum akan berhenti. Pengereman pendulum ini berfungsi untuk memperpendek/ menghemat waktu satu kali pengujian impak. Setelah perakitan selesai, maka semua komponen dicek kelurusan dan kerataannya, seperti kelurusan lintasan pendulum, kerataan dan kelurusan tempat dudukan dan tumpuan spesimen untuk memastikan bahwa semua komponen dapat bekerja dan berfungsi dengan baik.

25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pembuatan Komponen Alat Uji Impak Charpy Pembuatan Tumpuan Spesimen Tumpuan spesimen dibuat dengan menggunakan baja pejal karbon rendah yang dibubut sesuai dengan tipe Unmodified (Will Jam) berdasarkan ASTM E 23-02, dengan dimensi 250 x 200 x 150 mm seperti terlihat pada Gambar 4.1. (a) sebelum finishing (b) setelah finishing Gambar 4.1. Tumpuan spesimen uji impak tipe charpy Pembuatan Rangka Alat Uji Rangka alat uji dibentuk dengan menggunakan baja struktur tipe C yang dipotong dan dilas sesuai dengan dimensi desain dan lintasan bandul dibentuk dengan menggunakan baja pelat tebal 2 mm dan lebar 4 mm, seperti terlihat pada gambar

26 25 Gambar 4.2. Proses pembuatan rangka alat uji Pembuatan Pendulum, Poros dan Lengan Pengayun Pendulum dibuat dari baja pejal karbon rendah yang di bulatkan dengan menggunakan las asetelin dengan diameter 20 cm dan tebal 3,5 mm, dibubut permukaannya dengan menggunakan mesin bubut. Seperti terlihat pada Gambar 4.3. Gambar 4.3. Proses pembuatan pendulum

27 26 Poros dan lengan pengayun dibuat dari baja karbon rendah tipe silinder dan pada bagian sambungan antara poros dan lengan pengayun dilas dengan menggunakan las listrik, panjang lengan pengayun 55 cm dan poros 20 cm dengan diameter poros 2,5 cm, seperti terlihat pada Gambar 4.4. Gambar 4.4. Pendulum, poros dan lengan pengayun Pembuatan Skala Pengukur Energi Impak Skala pengukur energi impak dibuat dari triplek tebal 3 mm dan diameter 30 cm, pada permukaan triplek ditempelkan busur kayu dan tepat ditengah skala ukur ditempatkan dua buah jarum penunjuk yang satu berfungsi sebagai penunjuk skala dan yang satunya lagi sebagai pendorong jarum penunjuk skala dari beban pendulum, seperti terlihat pada Gambar 4.5. Gambar 4.5. Skala pengukur energi impak

28 Pembuatan sistem pengereman pendulum Sistem pengereman pendulum menggunakan kampas rem tromol kendaraan roda dua yang di tumpu pada dua buah besi tulangan diameter 8 mm menuju tempat injakan rem, seperti terlihat pada Gambar 4.6. Gambar Proses pembuatan sistem pengereman pendulum 4.2. Perakitan Alat Uji Impak Tipe Charpy Perakitan pendulum dan lengan pendulum pada rangka Perakitan pendulum dan lengan pendulum dengan menggunakan dua buah bantalan duduk yang disambungkan dengan menggunakan empat buah baut ukuran 14, seperti terlihat pada Gambar 4.7. Gambar 4.7. Perakitan pendulum dan lengan pendulum pada rangka

29 Perakitan skala ukur energi impak pada rangka Perakitan skala ukur energi impak pada rangka alat uji menggunakan tiga buat baut ukuran 10 yang dikuatkan dengan mengunakan kunci ring 10, hasil akhir seperti terlihat pada Gambar 4.8. Gambar 4.8. Proses perakitan skala ukur energi impak pada rangka 4.3. Pengecetan Alat Uji Alat uji impak tipe charpy di cat dengan menggunakan spray gun dan kompressor, sebelum di cat bagian-bagian yang tidak rata dirapikan terlebih dahulu dengan menggunakan dempul dan setelah kering diamplas kemudian setelah rata dan halus dicat dengan menggunakan cat minyak untuk besi. Seperti terlihat pada Gambar 4.9. Gambar 4.9 Proses pengecetan alat uji impak tipe charpy

30 29 Setelah selesai di cat dan dirakit maka alat uji impak tipe charpy telah selesai dibuat dan dirakit dan pekerjaan akhir adalah memastikan semua komponen bekerja dengan baik dengan cara pengujian awal tanpa menggunakan spesimen. Produk akhir alat uji impak tipe charpy seperti terlihat pada Gambar Gambar Produk akhir alat uji impak tipe charpy 4.4. Pengujian Alat Uji Impak Tipe Charpy Proses pengujian dilakukan pada alat uji impak tipe charpy tanpa menggunakan spesimen (dalam keadaan kosong) pendulum dijatuhkan pada sudut dan pedal rem ditekan, setelah melewati pedal rem, pedal rem dilepas. Untuk memastikan bahwa semua komponen alat uji impak berfungsi. Pengecekan dilakukan terhadap komponen pengunci pendulum, poros pendulum, sistem pengereman, sistem skala jarum penunjuk dan lainnya untuk memastikan semua komponen berada pada posisi baik dan dapat bekerja sesuai dengan fungsinya.

31 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Telah berhasil dibuat dan dirakit berdasarkan standar ASTM E Dengan dimensi rangka alat uji 130cm x 110cm x 30cm, kapasitas pendulum 6 Kg dan sudut awal pendulum Saran Penelitian selanjutnya diharapkan alat uji impak tipe charpy yang telah dibuat dan dirakit dapat dilakukan pengujian dan validasi kelayakan alat uji. 30

32 DAFTAR PUSTAKA [1]. Djaprie sriati.ir.me.m.met.ilmu dan Teknologi Bahan PT Erlangga Jakarta 1992 [2]. Tata Surdia MS dan Shinroku Saito, 1985, Pengetahuan Bahan Teknik, PT. Pradnya Paramita, Jakarta [3]. ASM Handbook, 2000, Mechanical Testing and Evaluation, Volume 08 [4]. Farizal dan Herdi Susanto, 2013, Perencanaan Desain Alat Uji Impak (Impact Testing) Tipe Charpy, Makalah Ilmiah Teknik Mesin Universitas Teuku Umar, Meulaboh [5]. ASTM E 23-02, 2002, Standard Test Methods for Notched Bar Impact Testing of Metallic Materials. [6]. ASTM E , 1997, Standard Practice for Qualifying Charpy Impact Machines as Reference Mechines [7].Geoge E.Dieter,1992,alih bahasa Djaprie,Sriati, Metaluargi Mekanik, Erlangga, Jakarta [8]. Mikell P. Groover, 2010, Fundamentals of Modern Manufacturing John Wiley & Sons, United States [9]. W Kenyon, Dines Ginting Dasar-Dasar Pengelasan. Erlangga. Jakarta. [10]. Shigley dan Joseph Edward, 1994, Perencanaan Teknik Mesin, Erlangga. Jakarta [11]. G.D Henderiec KX, 2007, Charpy Test, Gietech BV 31

PRAKTIKUM UJI KETANGGUHAN BAHAN

PRAKTIKUM UJI KETANGGUHAN BAHAN Sub Modul Praktikum PRAKTIKUM UJI KETANGGUHAN BAHAN Tim Penyusun Herdi Susanto, ST, MT NIDN :0122098102 Joli Supardi, ST, MT NIDN :0112077801 Mata Kuliah FTM 006 Material Teknik + Praktikum JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai pembuatan dan pengujian alat yang selanjutnya akan di analisa, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dan untuk

Lebih terperinci

PEMBUATAN ALAT UJI IMPAK METODE CHARPY DAN IZOD

PEMBUATAN ALAT UJI IMPAK METODE CHARPY DAN IZOD PEMBUATAN ALAT UJI IMPAK METODE CHARPY DAN IZOD (),, Teknik Mesin, Universitas Majalengka () Email: Asep8rachmat75@gmailcom (2) Email : nabilsaidbasyamchoh@yahoocom (3) Email : ekoswaraek@gmailcom Abstract

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT UJI IMPAK METODE CHARPY KAPASITAS 100 JOULE. Yopi Handoyo 1)

PERANCANGAN ALAT UJI IMPAK METODE CHARPY KAPASITAS 100 JOULE. Yopi Handoyo 1) PERANCANGAN ALAT UJI IMPAK METODE CHARPY KAPASITAS 00 JOULE Yopi Handoyo ) ) Program Studi Teknik Mesin, Universitas Islam 45 Bekasi Email : handoyoyopi@yahoo.com Abstrak Perancangan dan pengujian impak

Lebih terperinci

Impact Toughness Test. Sigit Ngalambang

Impact Toughness Test. Sigit Ngalambang Impact Toughness Test Sigit Ngalambang Definisi Ketangguhan (Toughness) Dalam ilmu material dan metalurgi, ketangguhan adalah kemampuan suatu material untuk menyerap energi pembebanan dari material tanpa

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH Yafet Bontong Staf Pengajar Prodi Teknik Mesin Universitas Kristen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah logam. Seiring dengan jaman yang semakin maju, kebutuhan akan logam menjadi semakin tinggi.

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin BAB III METODE PROYEK AKHIR A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan dan perakitan mesin pemotong kerupuk ini di lakukan di Bengkel Kurnia Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI

BAB IV PROSES PRODUKSI BAB IV PROSES PRODUKSI 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pemotong kerupuk rambak kulit. Pengerjaan paling dominan dalam pembuatan komponen

Lebih terperinci

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2 c = b - 2x = 13 2. 2,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = mm mm = 82 mm 2 = 0,000082 m 2 g) Massa sabuk per meter. Massa belt per meter dihitung dengan rumus. M = area panjang density = 0,000082

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flow Chart Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Mulai Studi Literatur Perencanaan dan Desain Perhitungan Penentuan dan Pembelian Komponen Proses Pengerjaan Proses Perakitan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Mulai. Merancang Desain dan Study Literatur. Quality Control. Hasil Analisis. Kesimpulan. Selesai

BAB III METODE PERANCANGAN. Mulai. Merancang Desain dan Study Literatur. Quality Control. Hasil Analisis. Kesimpulan. Selesai BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Mulai Merancang Desain dan Study Literatur Proses Pembuatan Rangka -Pemotongan pipa -Proses pengelasan -Proses penggerindaan Proses Finishing -Proses

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014)

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Tulangan Beton Baja tulangan beton adalah baja yang berbentuk batang berpenampang lingkaran yang digunakan untuk penulangan beton,yang diproduksi dari bahan baku billet

Lebih terperinci

MAKALAH PROSES PRODUKSI PEMBUATAN MEJA LIPAT

MAKALAH PROSES PRODUKSI PEMBUATAN MEJA LIPAT MAKALAH PROSES PRODUKSI PEMBUATAN MEJA LIPAT Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Kelulusan Mata Kuliah Proses Produksi Oleh : Akmal Akhimuloh 1503005 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI SEKOLAH TINNGI TEKNOLOGI GARUT

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN 4.1 Proses Produksi Produksi adalah suatu proses memperbanyak jumlah produk melalui tahapantahapan dari bahan baku untuk diubah dengan cara diproses melalui prosedur kerja

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. 2. Badan Latihan Kerja (BLK) Bandar Lampung sebagai tempat pengelasan

III. METODOLOGI PENELITIAN. 2. Badan Latihan Kerja (BLK) Bandar Lampung sebagai tempat pengelasan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di : 1. STM 2 Mei Bandar Lampung sebagai tempat pembuatan kampuh las dan pembentukan spesimen. 2. Badan Latihan Kerja (BLK) Bandar

Lebih terperinci

Rancang Bangun Alat Uji Impak Metode Charpy

Rancang Bangun Alat Uji Impak Metode Charpy Rancang Bangun Alat Uji Impak Metode Charpy Amud Jumadi 1, Budi Hartono 1, Gatot Eka Pramono 1 1 Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Ibn Khaldun Bogor Corresponding author : Amudjumadi91@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan Imam Basori Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin Jl. Rawamangun Muka,

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBUATAN

BAB III METODE PEMBUATAN BAB III METODE PEMBUATAN 3.1. Metode Pembuatan Metodologi yang digunakan dalam pembuatan paratrike ini, yaitu : a. Studi Literatur Sebagai landasan dalam pembuatan paratrike diperlukan teori yang mendukung

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pengayak pasir. Komponen komponen yang akan dibuat adalah komponen

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA Pudin Saragih 1 Abstrak. Kekuatan sambungan las sangat sulit ditentukan secara perhitungan teoritis meskipun berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBUATAN

BAB III METODE PEMBUATAN BAB III METODE PEMBUATAN 3.1. KONSEP PEMBUATAN ALAT Membuat suatu produk atau alat memerlukan peralatan dan pemesinan yang dapat dipergunakan dengan tepat dan ekonomis. Pemilihan mesin atau proses yang

Lebih terperinci

MESIN BOR. Gambar Chamfer

MESIN BOR. Gambar Chamfer MESIN BOR Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat pemotong yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut (pengerjaan pelubangan). Sedangkan Pengeboran adalah operasi

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada BAB IV HASIL & PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada Rangka Gokart Kendaraan Gokart terdiri atas beberapa komponen pembentuk baik komponen utama maupun komponen tambahan.

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pembuat lubang biopori. Pengerjaan yang dominan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pemotong umbi. Pengerjaan yang dominan dalam

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR Sumardi 1* Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh Medan Km. 280 Buketrata Lhokseumawe 24301 Email: Sumardi63@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Area terhadap hasil rancang bangun alat Uji Konduktivitas Thermal Material.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Area terhadap hasil rancang bangun alat Uji Konduktivitas Thermal Material. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu 3.1.1. TEMPAT Pengujian dilakukan di laboratorium Prestasi Mesin Universitas Medan Area terhadap hasil rancang bangun alat Uji Konduktivitas Thermal Material.

Lebih terperinci

PERKAKAS TANGAN YUSRON SUGIARTO

PERKAKAS TANGAN YUSRON SUGIARTO PERKAKAS TANGAN YUSRON SUGIARTO RAGUM berfungsi untuk menjepit benda kerja secara kuat dan benar, artinya penjepitan oleh ragum tidak boleh merusak benda kerja Untuk menghasilkan penjepitan yang kuat maka

Lebih terperinci

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut 16 III. METODE PEMBUATAN A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut Amanah, jalan raya candimas Natar, Lampung Selatan. Pembuatan mesin pengaduk adonan

Lebih terperinci

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong Pengertian bengkel Ialah tempat (bangunan atau ruangan) untuk perawatan / pemeliharaan, perbaikan, modifikasi alt dan mesin, tempat pembuatan bagian mesin dan perakitan alsin. Pentingnya bengkel pada suatu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Dalam proses pembuatan mesin pengupas kulit kentang perlu memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Adapun maksud

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan proses pembuatan adalah proses untuk mencapai suatu hasil. Proses pembuatan sand filter rotary machine dikerjakan dalam beberapa tahap, mulai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam melaksanakan pengujian ini penulis menggunakan metode pengujian dan prosedur pengujian. Sehingga langkah-langkah serta tujuan dari pengujian yang dilakukan dapat sesuai

Lebih terperinci

Audio/Video. Metode Evaluasi dan Penilaian. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam.skor:0-100(pan)

Audio/Video. Metode Evaluasi dan Penilaian. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam.skor:0-100(pan) Media Ajar Pertemuan ke Tujuan Ajar/Keluaran/Indikator Topik (pokok, sub pokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Gambar Audio/Video Soal-Tugas Web Metode Evaluasi dan Penilaian Metode Ajar (STAR)

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS LAS LISTRIK PADA SUDUT KAMPUH V GANDA TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN IMPACT DARI MATERIAL ST 37

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS LAS LISTRIK PADA SUDUT KAMPUH V GANDA TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN IMPACT DARI MATERIAL ST 37 PENGARUH VARIASI KUAT ARUS LAS LISTRIK PADA SUDUT KAMPUH V GANDA TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN IMPACT DARI MATERIAL ST 37 SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Alat dan Bahan A. Alat 1. Las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Bor duduk 8. Alat ukur (Jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

Pengujian Impak (Hentakan) Pengujian Metalografi Pengujian Korosi Parameter pada Lambung Kapal...

Pengujian Impak (Hentakan) Pengujian Metalografi Pengujian Korosi Parameter pada Lambung Kapal... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... ii LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv HALAMAN MOTTO... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK... viii ABSTRACT...

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ketika itu banyak terjadi fenomena patah getas pada daerah lasan kapal kapal

BAB II LANDASAN TEORI. ketika itu banyak terjadi fenomena patah getas pada daerah lasan kapal kapal BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengujian Impak Sejarah pengujian impak terjadi pada masa Perang Dunia ke 2, karena ketika itu banyak terjadi fenomena patah getas pada daerah lasan kapal kapal perang dan tanker.

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR Sumardi Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh Medan Km. 280 Buketrata Lhokseumawe 24301 Email: Sumardi63@gmail.com

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir BAB IV MODIFIKASI

Laporan Tugas Akhir BAB IV MODIFIKASI BAB IV MODIFIKASI 4.1. Rancangan Mesin Sebelumnya Untuk melakukan modifikasi, terlebih dahulu dibutuhkan data-data dari perancangan sebelumnya. Data-data yang didapatkan dari perancangan sebelumnya adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Peneletian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Menguji komposisi kimia pelat baja karbon rendah A 516 g 70 Pemberian simbol dan pembuatan batang uji standar baja karbon rendah A 516 g 70 Dicatat

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN BAB IV PROSES PEMBUATAN 4.1. Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pengayak pasir. Komponen-komponen yang akan dibuat adalah komponen yang tidak

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN 30 BAB IV PROSES PEMBUATAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pembuat stik dan keripik. Pengerjaan yang dominan dalam

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat dan Bahan A. Alat dan bahan 1. Mesin las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Alat ukur (jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah proses untuk mencapai suatu hasil. Proses pembuatan sand filter rotary machine dikerjakan dalam beberapa tahap, mulai

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN Dosen : Subiyono, MP MESIN PENGUPAS SERABUT KELAPA SEMI OTOMATIS DISUSUN OLEH : NAMA : FICKY FRISTIAR NIM : 10503241009 KELAS : P1 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB III. Metode Rancang Bangun BAB III Metode Rancang Bangun 3.1 Diagram Alir Metode Rancang Bangun MULAI PENGUMPULAN DATA : DESAIN PEMILIHAN BAHAN PERHITUNGAN RANCANG BANGUN PROSES PERMESINAN (FABRIKASI) PERAKITAN PENGUJIAN ALAT HASIL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak dapat dipisahkan dari pengelasan karena mempunyai peranan penting dalam rekayasa dan reparasi logam.

Lebih terperinci

BAB III METODE PELAKSANAAN

BAB III METODE PELAKSANAAN BAB III METODE PELAKSANAAN 3.1 Tempat Pelaksanaaan Dalam pelaksanaan serta pengujian tugas akhir ini, penulisan melakukan pengerjaan merangkai dan menguji sistem pengapian AC dan pengisian sepeda motor

Lebih terperinci

BAB III PROSES PEMBUATAN STEAM JOINT STAND FOR BENDED TR

BAB III PROSES PEMBUATAN STEAM JOINT STAND FOR BENDED TR BAB III PROSES PEMBUATAN STEAM JOINT STAND FOR BENDED TR Untuk membuat spare parts yang utuh, diperlukan komponen-komponen steam joint stand for bende tr yang mempunyai fungsi yang berbeda yang kemudian

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan merupakan salah satu tahap untuk membuat komponenkomponen pada Troli Bermesin. Komponen-komponen yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan pelaksanaan percobaan serta analisis sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan pelaksanaan percobaan serta analisis sebagai berikut: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Waktu dan pelaksanaan percobaan serta analisis sebagai berikut: 1. Tempat pengambilan data : Laboratorium Bahan Teknik Departemen Teknik Mesin

Lebih terperinci

STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg

STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg Rusnoto Program Studi Teknik Mesin Unversitas Pancasakti Tegal E-mail: rusnoto74@gmail.com Abstrak Piston merupakan

Lebih terperinci

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK Nama : Hery Hermawanto NPM : 23411367 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Ridwan, ST., MT Latar Belakang Begitu banyak dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pandangan Umum 2.1.1 Definisi Paving-Block Paving-block merupakan produk bahan bangunan dari semen yang digunakan sebagai salah satu alternatif penutup atau pengerasan permukaan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo, 31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Pembuatan Dan Pengujian Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo, Lampung Selatan. Kemudian perakitan dan pengujian dilakukan Lab.

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat dan bahan Peralatan yang digunakan untuk membuat alat troli bermesin antara lain: 1. Mesin las 2. Mesin bubut 3. Mesin bor 4. Mesin gerinda 5. Pemotong plat

Lebih terperinci

HARGA IMPACT ALUMINIUM JENIS 7075 T351 DENGAN METODE CHARPY. Rofarsyam 1, Sukarman 2

HARGA IMPACT ALUMINIUM JENIS 7075 T351 DENGAN METODE CHARPY. Rofarsyam 1, Sukarman 2 HARGA IMPACT ALUMINIUM JENIS 7075 T351 DENGAN METODE CHARPY Rofarsyam 1, Sukarman 2 1 Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang, 2 Staf Pranata Laboratorium Pendidikan Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian 3.1.1 Diagram Alir Penelitian Mulai Studi Literatur Penyediaan Alat dan bahan Perancangan Chasis Pembuatan Chasis Pengujian Chasis Analisa dan Pembahasan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI Disusun Oleh: Nama : Yulianus Dodi NIM : 201531014 Fakultas/Jurusan : Teknik Mesin UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA KARYA MALANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN JUNI 2017

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. waktu pada bulan September 2015 hingga bulan November Adapun material yang digunakan pada penelitian ini adalah:

III. METODE PENELITIAN. waktu pada bulan September 2015 hingga bulan November Adapun material yang digunakan pada penelitian ini adalah: III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Produksi Teknik Mesin Universitas Lampung. Sedangkan waktu penelitian akan dilaksanakan pada rentang waktu pada bulan September

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh suhu tempering terhadap sifat mekanik baja

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

JOB SHEET DAN LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PRAKTIKUM METALURGI LAS

JOB SHEET DAN LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PRAKTIKUM METALURGI LAS JOB SHEET DAN LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PRAKTIKUM METALURGI LAS PENYUSUN : HERI WIBOWO, MT. PENYUSUN LAPORAN : NAMA... NIM... KELOMPOK/ KELAS... JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

BAB IV PROSESPEMBUATAN MESIN

BAB IV PROSESPEMBUATAN MESIN BAB IV PROSESPEMBUATAN MESIN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponenkomponen pada mesin pemotong krupuk rambak kulit. Pengerjaan paling dominan dalam pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. secara ilmiah. Penelitian ini menggunakan metode analisa, yaitu suatu usaha

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. secara ilmiah. Penelitian ini menggunakan metode analisa, yaitu suatu usaha 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam penelitian, sehingga pelaksanaan dan hasil penelitian bisa untuk dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknik penyambungan logam telah diketahui sejak dahulu kala. Sumber energi yang digunakan pada zaman dahulu diduga dihasilkan dari pembakaran kayu atau sampah. Karena suhu

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK Syaripuddin Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail : syaripuddin_andre@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PROYEK AKHIR. dari tanggal 06 Juni sampai tanggal 12 Juni 2013, dengan demikian terhitung. waktu pengerjaan berlangsung selama 1 minggu.

III. METODE PROYEK AKHIR. dari tanggal 06 Juni sampai tanggal 12 Juni 2013, dengan demikian terhitung. waktu pengerjaan berlangsung selama 1 minggu. 24 III. METODE PROYEK AKHIR 3.1. Waktu dan Tempat Proses pembuatan Proyek Akhir ini dilakukan di Bengkel Bubut Jl. Lintas Timur Way Jepara Lampung Timur. Waktu pengerjaan alat pemotong kentang spiral ini

Lebih terperinci

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW) MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW) PROGRAM IbPE KELOMPOK USAHA KERAJINAN ENCENG GONDOK DI SENTOLO, KABUPATEN KULONPROGO Oleh : Aan Ardian ardian@uny.ac.id FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III PENELITIAN DAN ANALISA

BAB III PENELITIAN DAN ANALISA BAB III PENELITIAN DAN ANALISA 3.1 Dimensi Benda Uji Spesifikasi benda uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Benda uji dibuat dengan ukuran Diameter pipa x Panjang (12 x 1350

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Mengacu pada rumusan masalah dan pembahasan pada bab 4 terkait proses pembuatan komponen rangka pada mesin perajang sampah organik, didapat beberapa kesimpulan,

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN SAKLAR TOGGLE SHAFT WELDED CIRCUIT BREAKER PADA CV. GLOBALINDO PERKASA ENGINEERING

PROSES PEMBUATAN SAKLAR TOGGLE SHAFT WELDED CIRCUIT BREAKER PADA CV. GLOBALINDO PERKASA ENGINEERING PROSES PEMBUATAN SAKLAR TOGGLE SHAFT WELDED CIRCUIT BREAKER PADA CV. GLOBALINDO PERKASA ENGINEERING NAMA : SOFIAN OKTAVIARDI NPM : 27412096 JURUSAN : TEKNIK MESIN PEMBIMBING : IRWANSYAH, ST., MT. Latar

Lebih terperinci

ANALISIS SIMULASI UJI IMPAK BAJA KARBON SEDANG (AISI 1045) dan BAJA KARBON TINGGI (AISI D2) HASIL PERLAKUAN PANAS. R. Bagus Suryasa Majanasastra 1)

ANALISIS SIMULASI UJI IMPAK BAJA KARBON SEDANG (AISI 1045) dan BAJA KARBON TINGGI (AISI D2) HASIL PERLAKUAN PANAS. R. Bagus Suryasa Majanasastra 1) ANALISIS SIMULASI UJI IMPAK BAJA KARBON SEDANG (AISI 1045) dan BAJA KARBON TINGGI (AISI D2) HASIL PERLAKUAN PANAS R. Bagus Suryasa Majanasastra 1) 1) Dosen Program Studi Teknik Mesin - Universitas Islam

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 CERDAS, KREATIF, INTELEK, WIRAUSAHAWAN 1 Pilihlah salah satu jawaban soal berikut

Lebih terperinci

commit to user BAB II DASAR TEORI

commit to user BAB II DASAR TEORI 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Kerja Bangku Kerja Bangku adalah teknik dasar yang harus dikuasai oleh seseorang dalam mengerjakan benda kerja. Pekerjaan kerja bangku menekankan pada pembuatan benda kerja dengan

Lebih terperinci

Keg. Pembelajaran 2 : Praktik Mekanik dan Tindakan Keselamatan Kerja di Bengkel

Keg. Pembelajaran 2 : Praktik Mekanik dan Tindakan Keselamatan Kerja di Bengkel Keg. Pembelajaran 2 : Praktik Mekanik dan Tindakan Keselamatan Kerja di Bengkel 1. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari materi kegiatan pembelajaran ini mahasiswa/peserta PPG akan dapat : 1)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1. Tempat Pelaksanaan Tempat yang akan di gunakan untuk perakitan dan pembuatan sistem penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi Universitas

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI

BAB IV PROSES PRODUKSI 28 BAB IV PROSES PRODUKSI 4.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian utama Dinamometer Arus Eddy adalah : 4.1.1 Alat Alat yang digunakan meliputi : 1. Mesin Bubut 2. Mesin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian pengelasan secara umum a. Pengelasan Menurut Harsono,1991 Pengelasan adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai BAB III METODE PENELITIAN 3. 1Diagram Alur Penelitian Mulai Studi literatur Identifikasi masalah Persiapan spesimen uji Pemilihan material spesimen ( baja SS-400 ) Pemotongan dan pembuatan kampuh las Proses

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. gambar kerja sebagai acuan pembuatan produk berupa benda kerja. Gambar

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. gambar kerja sebagai acuan pembuatan produk berupa benda kerja. Gambar 7 BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Identifikasi Gambar Kerja Dalam pembuatan suatu produk pastilah tidak terlepas dari pendekatan gambar kerja sebagai acuan pembuatan produk berupa benda kerja. Gambar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014 di Laboratorium Daya, Alat, dan Mesin Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas

Lebih terperinci

(Ir. Hernu Suyoso, MT., M. Akir.) A. Komponen Jembatan. 1. Tipe Jembatan. a) Jembatan Pelat Beton Berongga. b) Jembatan Pelat. c) Jembatan Girder

(Ir. Hernu Suyoso, MT., M. Akir.) A. Komponen Jembatan. 1. Tipe Jembatan. a) Jembatan Pelat Beton Berongga. b) Jembatan Pelat. c) Jembatan Girder 1 PEKERJAAN JEMBATAN (Ir. Hernu Suyoso, MT., M. Akir.) A. Komponen Jembatan 1. Tipe Jembatan a) Jembatan Pelat Beton Berongga b) Jembatan Pelat c) Jembatan Girder d) Jembatan Beton Balok T e) Jembatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Proses Pembuatan 4.1.1. K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Dalam proses pembuatan mesin pengupas kulit kentang perlu memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan kerja

Lebih terperinci

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A TEKNIK PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A Jl. Rajawali No. 32, Telp./Faks. : (0351) 746081 Ngawi. Homepage: 1. www.smkpgri1ngawi.sch.id 2. www.grisamesin.wordpress.com Facebook: A. Kecepatan potong

Lebih terperinci

BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS

BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS A. Gambaran Umum Deformasi. Deformasi adalah perubahan bentuk akibat adanya tegangan dalam logam yaitu tegangan memanjang dan tegangan melintang, yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci