BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Simulasi Sosiodrama

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Simulasi Sosiodrama"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Pada bagian kajian teori ini akan disajikan teori dari variabel x 1 yaitu simulasi sosiodrama, dan variabel Y yaitu minat dan hasil belajar. Kajian teori akan tersebut akan dijabarkan pada sub bab yang terdapat dalam bab II ini Simulasi Sosiodrama Simulasi menurut Hasibuan dan Moedjiono dalam Tukiran Taniredja (2011) adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja (dari kata simulate yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah; dan simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura saja). Simulasi dapat berupa role playing, psikodrama, sosiodrama dan permainan. Simulasi berarti tiruan atau perbuatan yang dilakukan dengan pura-pura. Simulasi dalam metode mengajar dimaksudkan sebagai cara untuk menjelaskan suatu bahan pelajaran melalui perbuatan yang bersifat pura-pura, atau melalui proses tingkah laku imitasi, atau bermain peranan mengenahi suatu tingkah laku yang dilakukan seolah-olah dalam keadaan sebenarnya (Depag, 2002). Simulasi menurut Wina Sanjaya (2007) adalah berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Sosiodrama menurut Sagala dalam Tukiran Taniredja (2011) berasal dari kata sosio dan drama. Sosio berarti sosial menunjuk pada obyeknya yaitu masyarakat menunjukkan pada kegiatan-kegiatan sosial, drama berarti mempertunjukkan, mempertontonkan atau memperlihatkan. Sosiodrama berarti metode mengajar yang mendramatisasi suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem, agar siswa dapat memecahkan suatu masalah yang muncul dari situasi sosial. Ps, Widi (2002) menyatakan sosiodrama sebagai suatu bentuk bercerita dimana para pelaku dalam cerita itu memperagakan (memvisualisasikan) masalah-masalah yang ada dalam cerita itu dapat ditangkap dengan mata, telinga, dan rasa / hati. Martinis Yamin ( 2003) menyatakan metode sosiodrama yaitu cara permainan yang pelaksanaannya berupa peragaan oleh warga belajar dengan

2 6 tekanan utama pada karakteristik/sifat seseorang dengan dasar memerankan tingkah laku dalam situasi tertentu dengan didasarkan pada cerita yang utuh, yang dilanjutkan dengan kegiatan diskusi tentang masalah yang baru diperagakan. Dari beberapa pengertian menurut ahli, peneliti menyimpulkan simulasi sosiodrama adalah pembelajaran berdasarkan masalah sosial yang akan dipecahkan oleh siswa dengan cara didramatisasikan. Metode simulasi sosiodrama memiliki kelebihan dan kekurangan, adapun kelebihan metode simulasi sosiodrama menurut Mansyur dalam Tukiran Taniredja (2011) yaitu (a) murid melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan mengingat bahan yang didramakan; (b) murid akan berlatih untuk berinisiatif dan berkreatif; (c) bakau yang terpendam pada murid dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau timbul bibit seni dari sekolah; (d) kerjasama antara pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya; (e) murid memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya; (f) bahasa lisan murid dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain. Kelemahan metode simulasi sosiodrama menurut Sagala dalam Tukiran Taniredja (2011). adalah: (a) sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi kurang aktif; (b) banyak memakan waktu, persiapan, pemahaman isi bahan pelajaran, dan pelaksanaan pertunjukkan; (c) memerlukan tempat yang cukup luas; (d) jelas lain sering terganggu oleh suara pemain dan penonton. Mengatasi Kelemahan Metode Sosiodrama: 1. Guru harus menerangkan kepada siswa, untuk memperkenalkan metode ini, bahwa dengan jalan sosiodrama siswa diharapkan dapat memecahkan masalah hubungan sosial yang aktual di masyarakat. Kemudian guru menunjuk beberapa siswa yang berperan, masing-masing akan mencari masalah sesuai dengan perannya, dan siswa yang lain menjadi penonton dengan tugas-tugas tertentu pula;

3 7 2. Guru harus memilih masalah yang urgen sehingga menarik minat anak. Ia dapat menjelaskan dengan baik dan menarik, sehingga siswa terangsang untuk memecahkan masalah ini; 3. Agar siswa memahami peristiwanya, maka guru harus bisa menceritakan sambil mengatur; 4. Bobot atau luasnya bahan pelajaran yang akan didramakan harus sesuai dengan waktu yang tersedia. Sagala dalam Tukiran Taniredja (2011). Langkah-langkah Pelaksanaan Simulasi Sosiodrama Menurut Hasibuan dan Moedjiono dalam Tukiran Taniredja (2011), langkahlangkah simulasi yaitu: (a) penentuan topik dan tujuan dalam simulasi. (b) guru memberikan gambaran secara garis besar situasi yang akan disimulasikan. (c) guru memimpin pengorganisasian kelompok, peranan-peranan yang akan dimainkan, pengaturan alat, dan sebagainya. (d) pemilihan pemegang peran. (e) guru memberikan keterangan tentang peran yang akan dilakukan. (f) guru memberi kesempatan untuk mempersiapkan diri kepada kelompok dan pemegang peran. (g) menetapkan lokasi dan waktu pelaksanaan simulasi. (h) pelaksanaan simulasi. (i) evaluasi dan pemberian balikan. (j) latihan ulang. Langkah-langkah simulasi menurut Tim Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam pada Sekolah Umum, yaitu: (a) guru menentukan topik dan tujuan simulasi. Sebaiknya topik ditentukan oleh guru bersama pelajar. (b) guru memberi gambaran garis besar tentang situasi yang akan disimulasikan. (c) guru membentuk kelompok, peranan, ruangan, materi, dan alat yang diperlukan. (d) guru memilih pemain (pemegang peranan). (e) guru memberi penjelasan kepada kelompok dan pemain perananan tentang hal-hal yang harus dilakukan. (f) guru memberi kesempatan bertanya kepada pelajar mengenai hal-hal yang berkenaan dengan simulasi. (g) guru memberi kesempatan kepada kelompok dan pemain peranan untuk menyiapkan diri. (h) guru menetapkan waktu pelaksanaan simulasi. (i) belajar melaksanakan simulasi, sementara guru mengawasi dan memberi saran untuk kelancaran simulasi. (j) pelajar secara berkelompok mendiskusikan hasil simulasi. (k) belajar membuat kesimpulan hasil simulasi.

4 8 Dari beberapa langkah-langkah simulasi menurut ahli, maka langkah-langkah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: a. Menentukan topik permasalahan yang akan disimulasikan b. Membagi peranan kepada siswa c. Menjelaskan tentang apa yang harus dilakukan siswa ketika simulasi sesuai dengan peran masing-masing d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar simulasi e. Membimbing siswa melakukan simulasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. f. Membimbing siswa untuk membuat kesimpulan hasil simulasi g. Memberi kesempatan kepada siswa untuk membacakan kesimpulan simulasi Minat Menurut Slameto (2010) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Menurut Sutjipto dalam Makmun (2013) minat adalah kesadaran seseorang terhadap suatu obyek, orang, masalah, atau situasi yang mempunyai kaitan dengan dirinya. Sedangkan menurut Hurlock dalam Makmun (2013) minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Dari beberapa pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan, minat adalah dorongan dari diri seseorang untuk melakukan sesuatu dengan sendirinya atau tanpa paksaan orang lain. Adapun untuk mengetahui minat diukur menggunakan angket. Angket adalah Angket adalah pengumpulan data yang berupa daftar pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh keterangan dari sejumlah reponden. Dalam penelitian ini, angket digunakan untuk mengetahui minat belajar siswa kelas A menggunakan metode simulasi sosiodrama.

5 Macam-macam Minat Menurut Dewa Ketut Sukardi dalam Makmun (2013), ada 3 cara yang dapat digunakan untuk menentukan minat, yaitu: 1) Minat yang diekspresikan Seseorang yang menyampaikan minat atau pilihannya dengan kata-kata tertentu. 2) Minat yang diwujudkan Seseorang yang menyampaikan minat bukan melalui kata-kata melainkan melalui tindakan atau perbuatan. 3) Minat yang diinventariskan Seseorang menilai minatnya agar dapat diukur dengan menjawab terhadap sejumlah pertanyaan tertentu atau urutan pilihannya untuk kelompok aktivitas tertentu Aspek-aspek Minat Menurut Hurlock dalam Makmun (2013) aspek-aspek minat adalah sebagai berikut: 1. Aspek kognitif Didasarkan pada konsep yang dikembangkan siswa mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. 2. Aspek afektif Bobot emosional konsep yang membangun aspek kognitif minat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan oleh minat Hasil Belajar Menurut Hamalik (2002) hasil belajar diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang diperoleh oleh siswa yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya

6 10 terhadap hasil belajar yang dicapai. Hasil belajar siswa 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Hasil belajar menurut Wragg dalam Aunurrahman (2009) adalah ditandai dengan perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar berkenaan dengan perubahan aspek-aspek motorik, aspek afektif, dan kemampuan berpikir. Gagne dalam Slameto (2010) mengelompokkan hasil belajar ke dalam lima kategori yaitu, (1) keterampilan intelektual atau pengetahuan prosedural yang mencakup belajar konsep, prinisp dan pemecahan masalah yang diperoleh melalui penyajian materi di sekolah, (2) strategi kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam memperhatikan, belajar, mengingat, dan berpikir, (3) informasi verbal, yaitu kemampuan untuk mendiskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan, (4) keterampilan motorik, yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot, () sikap, yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku seseorang yang didasari oleh emosi, kepercayaan serta faktor intelektual. Bloom dalam Asep Heri Hernawan (2009) menggolongkan hasil belajar menjadi tiga, yaitu (1) kognitif, domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysys (menguraikan, menentukan hubungan), sysnthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), evaluation (menilai). (2) afektif, domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), Characterization (karakterisasi), dan (3) psikomotor, domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Dari beberapa pengertian hasil belajar, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan interaksi siswa dengan guru selama proses

7 11 pembelajaran berlangsung yang dinyatakan dalam bentuk nilai yang berguna untuk mengukur kemampuan siswa. Hasil belajar digunakan guru sebagai ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Ukuran hasil belajar dapat diperoleh dari aktivitas pengukuran. Secara sederhana pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka. Alat untuk melakukan pengukuran ini dapat berupa alat ukur standar seperti meter, kilogram, liter dan sebagainya, termasuk ukuran-ukuran subyektif yang bersifat relatif, seperti depa, jengkal, sebentar lagi, dan lain-lain (Endang Poerwanti, 2008). Untuk menetapkan angka dalam pengukuran, perlu sebuah alat ukur yang disebut dengan instrumen. Dalam dunia pendidikan instrumen yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan siswa seperti tes, lembar observasi, panduan wawancara, skala sikap dan angket. Dari pengertian pengukuran yang telah dipaparkan untuk mengukur hasil belajar peserta didik digunakanlah alat penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar dapat diukur melalui teknik tes dan non tes. 1. Tes Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugastugas yang harus dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek tertentu dari peserta tes. Dalam kaitan dengan pembelajaran aspek tersebut adalah indikator pencapaian kompetensi. Tes berasal dari bahasa Perancis yaitu testum yang berarti piring untuk menyisihkan logam mulia dari material lain seperti pasir, batu, tanah, dan sebagainya. Kemudian diadopsi dalam psikologi dan pendidikan untuk menjelaskan sebuah instrumen yang dikembangkan untuk dapat melihat dan mengukur dan menemukan peserta tes yang memenuhi kriteria tertentu.

8 12 Tes adalah alat ukur yang digunakan oleh setiap guru untuk menilai atau mengevaluasi hasil pembelajaran siswa sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya (Febru Aries, Erna 2011). Menurut Endang Poerwanti (2008), tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan penguasaannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu. Dari definisi di atas peneliti menyimpulkan, tes adalah sejumlah pertanyaan atau soal-soal yang harus dijawab, dilakukan dalam waktu tertentu dan memiliki tujuan tertentu guna mengukur kemampuan setiap pembelajar. 2. Non Tes Teknik non tes sangat penting dalam mengases peserta didik pada ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada aspek kognitif. Ada beberapa macam teknik non tes yaitu: unjuk kerja (performance), penugasan (proyek), tugas individu, tugas kelompok, laporan, ujian praktik dan portofolio Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Pengertian IPS Mulyono Tj. (1980), IPS merupakan suatu pendekatan interdisipliner dari pelajaran ilmu-ilmu sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmuilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Hamalik (2007) mendefinisikan Ilmu Pengetahuan Sosial berpijak pada hukum normatif, dengan objek studi masyarakat yang mencakup kehidupan sosial, masalah-masalah sosial, dan nilai serta norma sosial. Sedangkan Soewarso (2007) mengemukakan: Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang mengintegrasikan materi-materi terpilih dari ilmu-ilmu kepada peserta didik.

9 Kajian IPS Menurut Barth dan Shermis (1980) dalam Soewarso (2010), yang dikaji dalam IPS adalah: a. Pengetahuan b. Pengolahan informasi c. Telaah nilai dan keyakinan d. Peran serta dalam kehidupan Keempat butir bahan belajar di atas menjadi jalan bagi pencapaian tujuan IPS Fungsi dan Tujuan IPS Kurikulum KTSP 2006 menyebutkan fungsi mata pelajaran IPS di SD adalah untuk menguasai konsep dan manfaat IPS dalam kehidupan sehari-hari serta untuk melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah Tsanawiyah, adapun tujuan IPS adalah: a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global Materi dan Ruang Lingkup IPS Materi yang disajikan dalam pengajaran IPS untuk tingkat SD menurut Soewarso (2010) adalah sebagai berikut: a. Bahan untuk kelas 1 ialah tentang kehidupan di rumah dan sekitarnya yang menyangkut hubungan sosial. Termasuk kekeluargaan, sopan-santun, kegotongroyongan, tanggungjawab dan tata tertib di jalan, sekolah dan sekitarnya, hari besar agama, proklamasi, dan lain sebagainya.

10 14 b. Di kelas II mengenai kehidupan desa, kota, tertib lalu lintas, arah, waktu sehari, ceritera rakyat, dan ceritera pahlawan. c. Di kelas III mempelajari keadaan penjuru angin, kecamatan, petilasan di tempat, pemerintahan, dan tokoh daerah. d. Kelas IV sudah mempelajari seluruh tanah air, termasuk propinsi-propinsi. Tokoh-tokoh proklamasi dan pemerintahan daerah. e. Kelas V tentang tanah air diteruskan. Negara tetangga sudah dipelajari secara sistematik. Yang lainnya ialah sejarah Pergerakan Nasional, proklamasi dan sesudahnya. Masalah sosial dan pancasila dikaji pula. f. Kelas VI sudah lebih meluas walaupun tanah air tetap dikaji. Pengenalan negara tetangga diteruskan. Bahan belajar lain ialah migrasi, pembangunan nasional, asal usul bangsa, perjuangan mempertahankan dan memelihara tanah air, PBB, dan dunia. Ilmu pengetahuan sosial lahir dari keinginan para pakar pendidikan untuk membekali para siswa supaya nantinya mereka mampu menghadapi dan menangani kompleksitas kehidupan di masyarakat yang sering kali berkembang tidak terduga. Perkembangan seperti itu dapat membawa berbagai dampak yang luas. Karena luasnya akibat terhadap kehidupan maka lahir masalah yang seringkali disebut masalah sosial. Barr (1977) dalam Soewarso (2007) menjelaskan bahwa untuk menghadapi masalah kompleksitas kehidupan para siswa harus mampu memadukan informasi dari ilmu-ilmu sosial. Bahkan diperlukan bahan-bahan yang berasal dari ilmu-ilmu alam dan humaniora. Jadi Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar adalah program yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Penanaman konsep-konsep IPS di SD dengan benar dan tepat akan berpengaruh terhadap penguasaan materi IPS ditingkat selanjutnya.

11 1 Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPS untuk Sekolah Dasar (SD)/ Madrasah Ibtidaiyyah (MI) Kelas V Semester 2 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankaan kemerdekaan Indonesia 2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia 2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan 2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan Dari standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) IPS di atas, peneliti menggunakan standar kompetensi (SK) 2 menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankaan kemerdekaan Indonesia. Kompetensi dasar (KD) 2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Berdasarkan telaah pustaka yang dilakukan, berikut ini dikemukakan beberapa penelitian yang ada kaitannya dengan variabel penelitian yang dilakukan. Hasil penelitian yang dilakukan Dwi Pratiwi Skripsi dengan judul Pengaruh Penggunan Metode Simulasi Sosiodrama Terhadap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa kelas V SDN Candirejo 02 Kec. Tuntang Tahun Ajaran 2010/ Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen. Data siswa diperoleh dari data semester 2 tahun ajaran 2010/2011. Kelas eksperimen dalam pembelajaran dengan menggunakan metode simulasi sosiodrama, sedangkan kelompok kontrol tanpa menggunakan metode simulasi sosiodrama. Dalam eksperimen ini menggunakan model penelitian Comparative Eksperimen yaitu jenis penelitian yang dilakukan untuk menyelidiki kemungkinan

12 16 sebab-akibat dengan desain di mana secara nyata ada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dan membandingkan hasil perlakuan dengan kontrol secara kuat. Alat ukur penelitian ini dengan menggunakan tes yang disusun sendiri oleh peneliti. Analisis data diolah dengan menggunakan bantuan SPSS 16.0 For Windows. Hasil analisis yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan metode simulasi sosiodrama berpengaruh terhadap hasil belajar siswa SDN Candirejo 02. Dengan p value 0,000 < 0,0 (α), artinya mean sebelum penggunaan metode simulasi sosiodrama berbeda dengan nilai setelah penggunaan metode simulasi sosiodrama. Berdasarkan hasil penelitian di atas, peneliti akan mencoba mengadakan penelitian di SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga menggunakan metode simulasi sosiodrama pada pelajaran IPS Kerangka Berpikir Dari kajian teori yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode simulasi sosiodrama dalam pembelajaran akan sangat membantu guru untuk menghubungkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa untuk membentuk hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan mereka dalam kehidupan sehari-hari. Dalam metode simulasi sosiodrama, pengetahuan dan keterampilan akan lebih lama diingat karena siswa mempraktikkan langsung, informasi yang diperoleh siswa akan lebih mantap sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini, peneliti akan membandingkan hasil belajar antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dimana kelas kontrol pembelajaran dilakukan seperti biasa guru kelas mengajar yaitu menggunakan metode ceramah, dan kelas eksperimen pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode simulasi sosiodrama. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam simulasi adalah: 1. Menentukan topik permasalahan yang akan disimulasikan 2. Membagi peranan kepada siswa

13 17 3. Menjelaskan tentang apa yang harus dilakukan siswa ketika simulasi sesuai dengan peran masing-masing 4. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar simulasi. Membimbing siswa melakukan simulasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. 6. Membimbing siswa untuk membuat kesimpulan hasil simulasi 7. Memberi kesempatan kepada siswa untuk membacakan kesimpulan simulasi. Dari langkah-langkah tersebut terlihat jelas bahwa siswa dituntut untuk aktif dan kreatif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa akan merasa lebih senang dan tertarik untuk belajar karena mereka mempraktikkan langsung materi yang dipelajari, sehingga secara langsung siswa memahami materi. Penilaian yang dilakukan oleh guru berupa penilaian hasil belajar. Penilaian hasil diperoleh dari tes formatif setelah selesai pembelajaran. Maka diharapkan dengan penggunaan simulasi akan ada pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa. Hasil belajar akan lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan metode ceramah Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh penggunaan metode simulasi sosiodrama terhadap minat dan hasil belajar IPS siswa kelas SDN Mangunsari 01 Salatiga tahun pelajaran 2013/2014.

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan ilmu pengetahuan sosial merupakan proses mendidik dan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Ada empat unsur utama dalam proses belajar-mengajar, yakni tujuanbahan-metode dan alat serta penilaian. Tujuan sebagai arah dari proses belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru dituntut untuk mampu memilih dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru dituntut untuk mampu memilih dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru dituntut untuk mampu memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi untuk mengaktifkan siswa. Belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5-6) bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

Lebih terperinci

10. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

10. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial 10. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari Program Paket A sampai Program Paket B. IPS mengkaji

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think Pairs Share) Model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) merupakan salah satu model pembelajaran yang

Lebih terperinci

47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari

Lebih terperinci

METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS. Oleh : Ari Yanto )

METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS. Oleh : Ari Yanto ) METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS Oleh : Ari Yanto ) Email : ari.thea86@gmail.com Abstrak Salah satu masalah yang dihadapi oleh tenaga pengajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran NHT Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Hakim (2000: 14), belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 Model Pembelajaran Role Playing (model bermain peran) a Pengertian Role playing atau bermain peran menurut Zaini, dkk (2008:98) adalah suatu aktivitas pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu gambaran untuk kemampuan yang ada pada diri seseorang. Kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu berbeda-beda, dengan adanya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Konsep yang akan dijelaskan dalam kajian teori berikut meliputi karakteristik pembelajaran ilmu pengetahuan sosial, pengertian hasil belajar, strategi dalam mencapai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Simulasi Simulasi menurut Hasibuan dan Moedjiono (dalam Tukiran Taniredja, 2011) adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja (dari kata simulate

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada intinya, fokus IPS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada intinya, fokus IPS 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Pengertian IPS merujuk pada kajian yang memusatkan perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada

Lebih terperinci

BA B II KAJIAN PUSTAKA

BA B II KAJIAN PUSTAKA BA B II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Menurut Nana Sudjana (2004: 14) hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Kata "media" menurut Heinich, dkk (1982) berasal dari bahasa latin,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Kata media menurut Heinich, dkk (1982) berasal dari bahasa latin, BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. KAJIAN PUSTAKA 1. Media Pembelajaran Kata "media" menurut Heinich, dkk (1982) berasal dari bahasa latin, merupakan bentuk jamak dari kata "medium"

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. definisi ini adalah penguasaan pengetahuan sebanyak-banyaknya agar cerdas,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. definisi ini adalah penguasaan pengetahuan sebanyak-banyaknya agar cerdas, BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Anitah, W, dkk. (2.3-2.4) menyatakan bahwa menurut definisi lama belajar adalah menambah dan mengumpulkan pengetahuan. Hal utama dalam definisi ini adalah penguasaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Pembelajaran IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang mengintegrasikan materi-materi terpilih dari ilmu-ilmu sosial untuk kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. KKG. Salah satu contoh yaitu rendahnya nilai belajar siswa kelas IV-A tahun

BAB I PENDAHULUAN. KKG. Salah satu contoh yaitu rendahnya nilai belajar siswa kelas IV-A tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang dikembang di SDN 02 Tiuh Toho Kecamatan Menggala belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Metode pembelajaran yang diterapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan kualitas pendidikan ini menjadi suatu keharusan, terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan kualitas pendidikan ini menjadi suatu keharusan, terutama dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas manusia seutuhnya, adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab professional guru. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5 Hasil belajar adalah perubahan

Lebih terperinci

47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal yang berlangsung di sekolah, merupakan interaksi aktif antara guru dan siswa. Tugas dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yangdiberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD 2.1.1.1. Pengertian Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu bagian dari ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Aktivitas Dalam kehidupan sehari-hari semua orang melakukan aktivitas. Lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Aktivitas Dalam kehidupan sehari-hari semua orang melakukan aktivitas. Lebih BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Dalam kehidupan sehari-hari semua orang melakukan aktivitas. Lebih lanjut, Siddiq, dkk. (2008: 1-7) menyatakan aktivitas yang disebut belajar adalah aktivitas mental

Lebih terperinci

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) KURIKULUM 2013 KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) / MADRASAH TSANAWIYAH (MTS) KELAS VII - IX MATA PELAJARAN : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) Nama Guru NIP/NIK Sekolah : : : 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sikap dan keterampilan peserta didik. Pelaksanaannya bukanlah usaha mudah

BAB I PENDAHULUAN. sikap dan keterampilan peserta didik. Pelaksanaannya bukanlah usaha mudah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar dalam pengembangan pribadi, hasilnya dapat terwujud dalam perubahan tingkah laku, pengetahuan, sikap dan keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mengandung pengertian suatu perbuatan yang di sengaja untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pada sub bab ini, peneliti akan membahas mengenai teori - teori yang berkaitan dengan variabel yang sudah ditentukan. Adapaun teori yang berkaitan dengan variabel

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ayu Pipit Fitriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah  Ayu Pipit Fitriyani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika di SD selalu mengacu kepada kurikulum SD yang telah ditetapkan oleh Dirjen Pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan yang berkembang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melandasi jenjang pendidikan menengah yang berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan

BAB I PENDAHULUAN. melandasi jenjang pendidikan menengah yang berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dasar (basic education) merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah yang berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori 1.1.1 Pembelajaran (IPS) SD IPS lahir dari keinginan dari para pakar pendidikan untuk membekali para siswa supaya nantinya mereka mampu menghadapi dan menangani kompleksitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di tingkat SD/MI/SDLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan pada umumnya dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan melalui pembelajaran. Oleh karena itu, ada beberapa komponen yang menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPS Menurut Romiszowski (Abdurrahman, 2003) hasil belajar merupakan keluaran (outputs) suatu siswa pemrosesan masukan (inputs). Masukan dari sistem

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Pengertian Belajar Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1.

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm. 74-82 PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Oleh Sukanti 1 Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber. Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

72. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

72. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) 72. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang disusun dalam

Lebih terperinci

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Sukanti Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam pembelajaran yaitu: (1) minat, 2) sikap, 3) konsep diri, dan 4) nilai. Penilaian afektif

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas II di MIN Sumberjati Kademangan Blitar pada mata pelajaran Fiqih dengan melalui penerapan model

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN IPS SD/MI KURIKULUM 2013 DILIHAT DARI TAKSONOMI BLOOM

BAB IV ANALISIS KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN IPS SD/MI KURIKULUM 2013 DILIHAT DARI TAKSONOMI BLOOM BAB IV ANALISIS KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN IPS SD/MI KURIKULUM 2013 DILIHAT DARI TAKSONOMI BLOOM A. Analisis Kurikulum 2013 Mata Pelajaran IPS SD/MI Pembicaraan kurikulum tidak bisa terlepas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru dan peserta didik sebagai pemeran utama. Dalam pembelajaran terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di sekolah dasar merupakan langkah awal untuk mencapai keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan mengembangkan kemampuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang disampaikan guru dapat terlihat dari hasil belajarnya. Hasil belajar akan diperoleh

Lebih terperinci

Sosiodrama pada Pembelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa

Sosiodrama pada Pembelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa Sosiodrama pada Pembelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa Pendahuluan Oleh Dinar dan Ahmad Juanda: Latifa Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS 2010 FIS UNY Sejatinya pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan dan mewujudkan potensi yang dimiliki siswa. Pengembangan potensi tersebut bisa dimulai dengan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL Husnah Guru SDN 001 Pasar Inuman Kecamatan Inuman husnah683@gmail.com ABSTRAK Penelitian tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. diberikan di semua jenjang sekolah. Trianto (2010: 171) menjelaskan Ilmu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. diberikan di semua jenjang sekolah. Trianto (2010: 171) menjelaskan Ilmu 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang diberikan di semua jenjang sekolah. Trianto (2010: 171) menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara optimal supaya menghasilkan lulusan-lulusan yang

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara optimal supaya menghasilkan lulusan-lulusan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan unsur utama dalam pengembangan manusia Indonesia seutuhnya. Pengelolahan pendidikan harus berorientasi bagaimana menciptakan perubahan yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan dimulai dari sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah pertama (SMP) yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Kegiatan pembelajaran meliputi belajar dan mengajar yang keduanya saling berhubungan. Kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun makna atau pemahaman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Make a Match 2.1.1 Pengertian Model pembelajaran Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran sebagai hasil penurunan teori psikologi pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Make a Match 2.1.1 Arti Make a Match Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum habis waktu yang ditentukan. Menurut Lie (2002:30) bahwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu tujuan kurikulum (Rahmat, 2011:51). Tujuan Kurikulum 2013 adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. yaitu tujuan kurikulum (Rahmat, 2011:51). Tujuan Kurikulum 2013 adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah suatu aktivitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk tercapainya suatu tujuan yaitu tujuan kurikulum

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata Pelajaran PKn 2.1.1.1 Hakekat PKn Menurut Azra dalam (Mawardi dan Sulasmono, 2011: 10), Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

2.1.2 Pembelajaran Kooperatif

2.1.2 Pembelajaran Kooperatif BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Belajar dan Pembelajaran Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar dan pembelajaran merupakan dua aspek yang hakikatnya tidak dapat dipisahkan belajar didalam kelas dilakukan oleh siswa sedangkan pembelajaran dilakukan oleh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di dalam Al-Qur an, manusia menyandang tiga predikat dalam kehidupan yaitu sebagai khalifah, makhluk biologis, dan makhluk sosial. Untuk menjalani kehidupan, manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pendidikan tidak lepas dari proses belajar mengajar, yang di dalamnya meliputi beberapa komponen yang saling terkait, antara lain; guru (pendidik),

Lebih terperinci

49. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB-B)

49. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB-B) 589 49. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB-B) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang disusun dalam Kurikulum

Lebih terperinci

74. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

74. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) 74. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang disusun dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar - mengajar. pendidikan beserta staf pengajarnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar - mengajar. pendidikan beserta staf pengajarnya. 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kurikulum Pendidikan 1. Pengertian Kurikulum Kurikulum dibuat untuk memperlancar proses kegiatan belajar mengajar di sekolah dengan tujuan memperbaiki mutu dan kualitas pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek utama dalam pembentukan moral suatu bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan, kecakapan, ketelitian, keuletan,

Lebih terperinci

BAB II Kajian Pustaka

BAB II Kajian Pustaka 4 BAB II Kajian Pustaka 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar 2.1.2.1 Pengertian Hasil Belajar Belajar adalah proses kegiatan dan bukan hasil suatu tujuan (Oemar Hamalik, 2008). Hasil belajar menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pendidikan. Guru sebagai salah satu komponen

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA KOMPETENSI DASAR MENANGANI SURAT MASUK DAN SURAT KELUAR DENGAN MENERAPKAN METODE SIMULASI

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA KOMPETENSI DASAR MENANGANI SURAT MASUK DAN SURAT KELUAR DENGAN MENERAPKAN METODE SIMULASI UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA KOMPETENSI DASAR MENANGANI SURAT MASUK DAN SURAT KELUAR DENGAN MENERAPKAN METODE SIMULASI Dodot Arduta Universitas Negeri Surabaya dodotarduta@ymail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 (UU Sistem Pendidikan Nasional, 2003:2) menyatakan:

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 (UU Sistem Pendidikan Nasional, 2003:2) menyatakan: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.artinya bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu (1) informasi verbal; (2) keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sekolah Dasar merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan penting dan sebagai fundamental bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu memecahkan masalah di sekitar lingkungannya. menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. mampu memecahkan masalah di sekitar lingkungannya. menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan bangsa dan negara. Agar keberlangsungan bangsa dan negara dapat tercapai, maka

Lebih terperinci

1.Identitas mata pelajaran: berisi mata pelajaran yang akan diajarkan, kelas, semester, alokasi waktu yang digunakan dan banyaknya jam pertemuan.

1.Identitas mata pelajaran: berisi mata pelajaran yang akan diajarkan, kelas, semester, alokasi waktu yang digunakan dan banyaknya jam pertemuan. KOMPONEN RANCANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN MELIPUTI: 1. Identitas mata pelajaran 2. Standar kompetensi dan Kompetensi dasar 3. Kemampuan awal dan karakteristik peserta didik 4. Indikator pencapaian 5. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHUUAN. aspek organisasi atau pribadi (Djamarah, 2006). menyertai perubahan tersebut Ilmu kimia merupakan salah satu ilmu

BAB I PENDAHUUAN. aspek organisasi atau pribadi (Djamarah, 2006). menyertai perubahan tersebut Ilmu kimia merupakan salah satu ilmu BAB I PENDAHUUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini berbagai lembaga pendidikan tinggi berkompetisi untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kualitas yang baik, dalam bentuk memiliki keterampilan yang memadai,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk pemikiran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar. Sudjana dalam Rusman (2011: 1) belajar pada hakikatnya adalah proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar. Sudjana dalam Rusman (2011: 1) belajar pada hakikatnya adalah proses BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Pembelajaran ada dua kegiatan yaitu kegiatan guru mengajar dan kegiatan siswa belajar. Sudjana dalam Rusman (2011: 1) belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi

Lebih terperinci

54. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial

54. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial 437 54. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang disusun

Lebih terperinci

55. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial

55. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial 55. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan melalui pendekatan mata pelajaran untuk kelas tinggi (kelas IV s.d VI).

BAB I PENDAHULUAN. dan melalui pendekatan mata pelajaran untuk kelas tinggi (kelas IV s.d VI). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah dasar merupakan bagian dari tingkat pendidikan dasar memiliki tujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlaq mulia, serta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang mengkaji fakta, konsep, dan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. Suwarso

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. latihan yang berlangsung di sekolah di sepanjang hayat, untuk mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. latihan yang berlangsung di sekolah di sepanjang hayat, untuk mempersiapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembangunan nasional, pendidikan mendapatkan perhatian yang serius. Usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di semua jenjang pendidikan terus dilakukan

Lebih terperinci

Kata kunci: Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Hasil belajar matematika ranah afektif dan ranah kognitif.

Kata kunci: Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Hasil belajar matematika ranah afektif dan ranah kognitif. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA KELAS VIIF SMP NEGERI 2 GAMPING Oleh: Intan Mira Depita 11144100190 Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Dalam Bab II ini akan diuraikan kajian teori yang merupakan variabel dalam penelitian yang dilakukan yaitu hasil belajar, pendekatan CTL, dan alat peraga. 2.1.1 Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembaharuan sistem pendidikan nasional, telah menetapkan visi, misi dan strategi membangun pendidikan nasional. Visi pendidikan nasional adalah terwujudnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan di kelas V SDN. Cisitu 2

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan di kelas V SDN. Cisitu 2 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang dilakukan di kelas V SDN. Cisitu 2 dilatarbelakangi oleh adanya masalah dalam pembelajaran IPS terutama masalah hasil belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat (PP No.19 tahun 2005). Salah satu

Lebih terperinci