BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan pula adanya hal-hal pokok dan penting untuk mengatur

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan pula adanya hal-hal pokok dan penting untuk mengatur"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya keberadaan ekosistem makhluk hidup dalam struktur tatanan kehidupan dunia, terlebih makhluk Tuhan yang paling mulia yakni manusia dalam rangka pengembangan kemajuan kehidupan di dunia dalam berbagai bidang, mengharuskan pula adanya hal-hal pokok dan penting untuk mengatur kelangsungan hidup di dunia tersebut termasuk manusia. Manusia memiliki kedudukan tertinggi dalam hirarki kehidupan makhluk hidup di dunia. Ini dikarenakan dalam diri manusia melekat hak-hak asasi yang diakui dunia. Salah satunya adalah hak untuk hidup sebagai hak mutlak yang dimiliki setiap manusia. Kehidupan manusia sangat penting dalam proses pelaksanaan segala hal yang berhubungan dengan kemajuan dan pekembangan dunia temasuk kemajuan dan perkembangan manusia itu sendiri. Seiring dengan kenyataan dan hakekat manusia untuk hidup maka diperlukan faktor-faktor pendukung kelangsungan dan perkembangan hidup manusia. Teknologi merupakan faktor penunjang kehidupan manusia dimana ia lahir sebagai konsekuensi dari perkembangan ilmu pengetahuan. Pengembangan ilmu pengetahuan sejalan dengan pesatnya penemuan-penemuan teknologi modern yang kemudian mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan yang sangat cepat di dalam kehidupan sosial budaya manusia. Hampir semua problema, ruang gerak dan waktu telah dapat terpecahkan

2 2 oleh teknologi dan modernitas. Disamping manusia menjadi semakin cakap menyelenggarakan hidupnya, meningkat pula kemakmuran hidup materilnya, berkat makin cepatnya penerapan-penerapan teknologi modern itu. Diantara sekian banyak penemuan-penemuan teknologi tersebut, tidak kalah pesatnya perkembangan teknologi dibidang medis. Dengan perkembangan teknologi dibidang medis ini, bukan tidak mustahil akan mengundang masalah pelik dan rumit. Pengetahuan dan teknologi kedokteran yang sangat maju tersebut, diagnosa mengenai suatu penyakit dapat lebih sempurna untuk dilakukan. Pengobatan penyakitpun dapat berlangsung secara efektif. Dengan peralatan kedokteran yang modern itu, rasa sakit seorang penderita dapat diperingan. Hidup seseorangpun dapat diperpanjang untuk suatu jangka waktu tertentu, dengan memasang sebuahrespirator. Bahkan perhitungan saat kematian seorang penderita penyakit tertentu, dapat dilakukan secara lebih tepat, di samping itu di beberapa negara maju bahkan sudah dapat melakukan apa yang disebut dengan istilah birth technology 1 dan biological engineering 2. Dengan demikian masalah cepat atau lambatnya proses kematian seseorang penderita suatu penyakit, seolah-olah dapat diatur oleh teknologi modern yang ditemukan tersebut. 1 Birth Technology adalah teknologi di bidang ilmu kedokteran yang memberikan kemudahan bagi para ibu saat melahirkan, terutama mengurangi rasa sakit bahkan menghilangkan rasa sakit. Beberapa cara sudah dapat digunakan bagi ibu hamil untuk mengurangi rasa sakit saat melahirkan, diantaranya water birth (persalinan di dalam air), hypnobirthing (metode relaksasi yang dapat dimulai semenjak awal kehamilan), suntik ILA (pembiusan ringan pada tubuh bagian bawah saat proses persalinan), dan epidural(anastesi regional). 2 Biological engineering adalah penerapan konsep dan metode biologi untuk memecahkan masalah di dunia nyata yang berhubungan dengan ilmu kehidupan.

3 3 Teknologi kedokteran adalah teknologi yang berkaitan langsung dengan hidup dan matinya manusia. Manusiaakan mengalami siklus kehidupan yang dimulai dari proses pembuahan, kelahiran, kehidupan di dunia dengan berbagai permasalahannya, serta diakhiri dengan kematian. Dari proses siklus kehidupan tersebut, kematian merupakan salah satu yang masih mengandung misteri besar dan ilmu pengetahuan belum berhasil menguaknya. Kematian adalah suatu topik yang sangat ditakuti oleh publik, hal demikian tidak terjadi dalam dunia kedokteran dan kesehatan. 3 Untuk dapat menentukan kematian seseorang sebagai individu diperlukan kriteria diagnostik yang benar berdasarkan konsep diagnostik yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kematian sebagai akhir dari rangkaian kehidupan adalah merupakan hak dari Tuhan. Tak seorangpun yang berhak menundanya sedetikpun, termasuk mempercepat waktu kematian. Kehidupan dan kematian manusia adalah suatu hal yang mempunyai kedudukan yang tinggi dalam nilai-nilai moral manapun, sehingga setiap perlakuan terhadapya akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dari segi moral. Inilah dasar perkembangan rekayasa genetika dan bioetika atau bioteknologi sebagai suatu bidang ilmu yang kini dianggap menjadi disiplin tersendiri dalam bidang kedokteran untuk menjawab segala hal yang berhubungan dengan nilai-nilai dari segi moral tentang kematian. Kematian selalu diperhadapkan atau paling tidak berhubungan erat dengan bioetika yang hal tersebut disebabkan, ditemukan dan dikembangkannya sedemikian rupa teknologi medis bukan hanya untuk memperlambat terjadinya suatu kematian tapi juga 3 Denissa Ningtyas, Euthanasia, diakses pada 28 April 2014.

4 4 keadaan sebaliknya yaitu mempercepat proses kematian. Tindakan untuk mempercepat proses kematian tersebut yang kemudian dikenal dengan istilah Euthanasia. Adapun tindakan euthanasia tersebut dari sudut pandang lainnya dianggap sebagai hak untuk mati dari seorang pasien yang ingin segera mangakhiri penderitaannya atas suatu penyakit tertentu yang dialaminya dan diyakini tidak akan memperoleh kesembuhan lagi. Hak pasien ini telah kerap kali dibicarakan oleh berbagai pihak dengan sudut pandangnya masing-masing baik dari segi agama, moral, medis dan hukum namun masih belum bisa menemukan kata sepakat menghadapi keinginan pasien untuk mati sebagai hak guna menghentikan penderitaannya. Euthanasia merupakan suatu masalah yang menyulitkan para dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Dokter dan tenaga kesehatan yang lain sering kali dihadapkan pada keadaan dimana pasien yang menderita suatu penyakit yang penyakitnya tersebut telah menimbulkan suatu penderitaan yang berat pada pasiennya atau bahkan tidak dapat disembuhkan lagi. Masalah seperti ini yang membuat pasien dan pihak keluarga pasien pada akhirnya mengambil keputusan untuk menghentikan tindakan medis. Penghentian tindakan medis tersebut dimana merupakan salah satu bentuk dari euthanasia yang kemudian dokter dalam situasi seperti ini dihadapkan dalam dilema, dalam hal apakah mereka mempunyai hak hukum untuk mengakhiri hidup pasien dengan alasan atas permintaan pasien sendiri atau pihak keluarga, tetapi tanpa membuat dokter itu sendiri menghadapi suatu konsekuensi hukum.

5 5 Terlebih dari perspektif hak asasi manusia yang hanya mengenal hak untuk hidup sebagai hak mutlak yang dimiliki setiap manusia. Berdasarkan Undangundang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Bab XA perubahan kedua tentang Hak Asasi Manusia, memberikan penjelasan dan pengaturan yang jelas bahwa manusia memiliki hak untuk hidup sebagai hak asasi yang harus dilindungi. Pasal 28A perubahan kedua yang berbunyi: Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya 4, menyatakan dengan jelas bahwa setiap manusia berhak untuk hidup dan mempertahankan hidup dan kehidupannya. Dalam Pasal 28I ayat (1) perubahan kedua, menegaskan: Hak untuk hidup tidak dapat dikurangi dalam bentuk apapun 5 kemudian hak hidup manusia tersebut pula dilengkapi dan kembali ditegaskan dengan Pasal 28J ayat (1) perubahan kedua yang menyatakan bahwa: Setiap orang wajib menghormati hak asasi orang lain dalam tertib masyarakat, berbangsa dan bernegara, termasuk hak untuk hidup 6 Betapa penting penghargaan terhadap hak hidup setiap orang sebagai hak asasi manusia maka selain diatur dalam Undang Undang Dasar 1945 juga diatur dalam Undang-Undang yang lebih khusus No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (selanjutnya disebut HAM). Pasal 4 UU No.39 Tahun 1999 tentang HAM ini, menyebutkan: Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbtidak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi 4 Pasal 28A Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pasal 28I ayat (1) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pasal 28J ayat (1) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

6 6 manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun. 7 Pasal 9 ayat (1) dalam Undang-Undang yang sama pun, menyebutkan: Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf hidupnya. 8 Adapun sebenarnya di Indonesia pembatasan terhadap hak hidup tersebut jelas terdapat dalam bagian penjelasan Pasal 9 ayat (1) yang menyebutkan: Setiap orang berhak atas kehidupan, mempertahankan kehidupan, dan meningkatkan taraf kehidupannya. Hak atas kehidupan ini bahkan juga melakat pada bayi yang baru lahir atau orang yang terpidana mati. Dalam hal atau keadaan yang sangat luar biasa yaitu demi kepentingan hidup ibunya dalam kasus aborsi atau berdasarkan putusan pengadilan dalam kasus pidana mati, maka tindakan aborsi atau pidana mati dalam hal dan atau kondisi tersebut, masih dapat diizinkan. Hanya pada dua hal tersebut itulah hak untuk hidup dapat dibatasi. Namun melihat penjelasan pasal tersebut bahwa dalam hal pembatasan terhadap hak hidup di Indonesia sendiri hanya membatasi terhadap dua keadaan yang sangat luar biasa menurut UU ini, yaitu aborsi untuk kepentingan hidup si ibu serta terhadap penjatuhan pidana mati oleh putusan pengadilan. Hak untuk hidup (right to live) merupakan hak yang paling utama dan hak lain berada di bawah hak tersebut. Hak ini diatur khusus juga dalam UDHR Perampasan terhadap hak untuk hidup merupakan pengingkaran utama dari martabat kemanusiaan. 9 Begitupun dalam instrumen internasional telah diakui dunia tentang Hak untuk Hidup yang dimasukkan dalam Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia (DUHAM) atau Universal Independent of Human Rights oleh PBB tanggal 10 7 Pasal 4 UU No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. 8 Pasal 9 ayat (1) UU No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. 9 Muladi, 2009, Hak Asasi Manusi Hakekat, Konsep & Implikasinya Dalam Perspektif Hukum & Masyarakat., Refika Aditama, Bandung, hlm. 105.

7 7 Oktober1948, pada Pasal 3 yang menegaskan bahwa: Setiap orang berhak atas kehidupan, kebebasan dan keamanan pribadi. 10 Begitu pula instrumen lainnya yaitu International Convenant on Civil and Political Right (ICCPR) dalam Pasal 6 ayat (1) Setiap umat manusia memiliki hak alamiah atas kehidupan. Hak ini harus dillindungi oleh hukum. Tidak seorangpun boleh dirampas kehidupannya secara sewenang-wenang. 11 Apabila kita menengok ke belakang, sebelum diproklamirkannya Universal Declaration of Human Rights, kita telah mengenal dokumen-dokumen hukum khusus di Inggris, Amerika, dan Perancis, sebagai perintis ke arah diakuinya hakhak asasi manusia oleh PBB itu. Di antara dokumen-dokumen tersebut adalah: 1. Magna Charta (1215) di Inggris, 2. First Charter of Virginia di Amerika, 3. Ordinance of Virginia (1618) di Amerika, 4. May Flower Compact (1620) di Amerika, 5. The Pelition of Rights (1628) di Inggris, 6. Habeas Corpus Act 1679 di Inggris, 7. Bill of Rights (1689) di Inggris, 8. Pennsylvania Privileges (1701) di Amerika, 9. Declarations of Independence (1776) di amerika, 10. Declaration des Droits de l Homme et du Citoyen (1789) di Perancis, 11. The Four Freedoms of F.D. Roosevelt (1941) di Amerika. 12 Dari sekian banyak dokumen-dokumen tentang hak asasi manusia di atas, mengutip dari buku yang ditulis oleh Djoko Prakoso dan Djaman Andhi Nirwanto bahwa dapatlah diambil tiga di antaranya yang terpenting, yaitu: 1. Declaration of Independence (1776) di Amerika 10 James W. Nickel, 1996, Hak Asasi Manusia Refleksi Filosofis atas Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, Gramedia Pustaka, Jakarta, hlm Ibid.,,hlm Djoko Prakoso dan Djaman Andhi Nirwanto, 1984, EUTHANASIA Hak Asasi Manusia dan Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm. 31

8 8 Sejak timbulnya deklarasi, adalah merupakan saat yang sangat penting bagi perkembangan hak-hak asasi manusia, di mana saat human rights itu ditetapkan atau dirumuskan. Deklarasi ini timbul akibat dari sejarah perjuangan kemerdekaan Amerika Serikat, dari sekelompok kolonis yang kemudian menjelma menjadi negara (States), yang bersatu (United). Berkat jasa seorang seniman Amerika yaitu Thomas Jefferson, maka tepatnya pada tanggal 4 Juli 1776 deklarasi tentang hak-hak asasi manusia itu dapat terwujud. Berkat jasanya itu pula, maka Thomas Jeffersondipilih dan diangkat sebagai presiden Amerika Serikat yang pertama kali. Dalam deklarasi tersebut dinyatakan, bahwa: Sekalian manusia dititahkan dalan keadaan sama, bahwa manusia dikaruniai oleh Yang Maha Kuasa beberapa hak yang tetap dan melekat padanya. Perumusan hak-hak asasi manusia secara resmi dalam suatu deklarasi seperti di atas, adalah untuk pertama kalinya di dunia, yang kemudian Declaration of Independence tersebut menjadi dasar pokok bagi Konstitusi Negara Amerika Serikat Declaration des Droits de l Homme et du Citoyen (1789) di Perancis. Deklarasi ini timbul sebagai akibat adanya revolusi Perancis yang sedang memuncak pada waktu itu. Sebagai akhir daripada perjuangan rakyat Perancis itu, maka berhasil ditetapkan hak-hak asasi manusia dalam deklarasi tersebut yang ditetapkan oleh Assemblee Nationale Perancis. Tujuan revolusi yang besar tersebut juga berpengaruh ke seluruh dunia, ialah antara lain untuk peroleh jaminan hak-hak asasi manusia dalam perlindungan Undang-undang Negara, 13 Ibid.,., hlm

9 9 seperti ternyata dalam semboyan revolusinya yang bertrislogandakan, yaitu :Liberte (kemerdekaan), Egalite (kesamarataan), dan Fraternite (kerukunan atau persaudaraan). Kemudian di dalam Mukadimah dari Declaration des Droits de l Homme et du Citroyen itu dapat ditarik kesimpulan mengenai apa yang dimaksud dengan hak-hak asasi manusia, yaitu bahwa: Hak-hak asasi manusia ialah hak-hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya, yang tak dapat dipisahkan daripada hakekatnya dan karena itu bersifat suci The Four Freedoms of F.D. Roosevelt (1941) di Amerika Pada permulaan perang dunia II, Presiden Amerika Serikat F.D. Roosevelt dalam amanat (message) kepada Majelis Kongres dalam pidato yang diucapkan pada tanggal 6 Januari 1941, telah menganjurkan bahwa terhadap tindakan agresi Nazi-Jerman untuk menginjak-injak hak-hak asasi manusia, harus dipertahankan empat kebebasan sebagai berikut: (1) Freedom of Speech (kebebasan mengutarakan pendapat), (2) Freedom of Religion (kebebasan beragama), (3) Freedom of Fear (kebebasan dari ketakutan) dan (4) Freedom of Want (kebebasan dari kekurangan). 15 Dari apa yang telah dituangkan oleh F.D. Roosevelttersebut, ternyata pandangannya itu sangat menjiwai tercetusnya Universal Declaration of Human Rights dari PBB yang berisi tentang hak untuk hidup sebagai salah satu hak asasi manusia yang diakui dunia. 14 Ibid.,., hal Ibid.,.,

10 10 Mengapa ketiga dokumen tersebut dianggap terpenting, dari apa yang dikutip di buku yang ditulis oleh Djoko Prakoso dan Djaman Andhi Nirwanto tersebut bahwa ketiga dokumen tersebut di atas diambil sebagai dokumen yang terpenting dari antara dokumen-dokumen yang lainnya dikarenakan ketiga dokumen inilah yang tercatat dalam sepanjang sejarah berkaitan usaha untuk menegakkan hak asasi manusia merupakan dokumen-dokumen yang termuda dari antara dokumen yang lainnya, di mana ketiga dokumen inilah yang lahir menjelang diterima dan diumumkannya Universal Declaration of Human Rights oleh Majelis Umum PBB pada 10 Desember tahun Pengaturan yang dijabarkan baik peraturan perundang-undangan nasional Indonesia maupun instrumen internasional, semuanya menegaskan tentang hak hidup yang bersifat fundamental tanpa memberi ruang sedikitpun bagi setiap manusia memiliki hak untuk mati. Tidak cukup dari sudut pandang hak asasi manusia, melihat masalah hidup dan mati dari segi agama sudah barang tentu penting untuk menjadi pertimbangan untuk bertindak dalam kaitannya dengan kematian. Seperti dikutip dari Panduan untuk Fasilitator Pendidikan Hak Asasi Manusia bagi Rohaniwan, Theologi Konghucu menegaskan, bahwa manusia adalah makhluk pengemban Firman Tuhan YME, oleh karena itu manusia dimuliakan, seperti tersurat dalam ayat berikut: Di antara watak-watak yang terdapat antara langit dan bumi, sesungguhnya manusialah yang termulia 16 Berdasarkan theology di atas jelas betapa manusia adalah makhluk termulia yang pasti menghendaki adanya hak 16 Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, 2002, Panduan untuk Fasilitator Pendidikan hak Asasi Manusia bagi Rohaniwan, Komnas Hak Asasi Manusia, Jakarta, hlm. 180.

11 11 untuk hidup bagi setiap umat manusia. Agama Islam menyambut baik terhadap upaya pemenuhan dan penghormatan hak-hak dasar umat manusia di muka bumi. Kehadiran manusia ke dunia selain sebagai makhluk paling mulia, juga diproyeksikan menjadi khalifa Allah SWT. 17 Kemudian daripada penjabaran itu semua semakin menimbulkan situasi mendilemakan bagi seorang dokter untuk bertindak, apakah ia mempunyai hak hukum untuk mengakhiri hidup seorang pasien atas permintaan pasien itu sendiri atau keluarganya, dengan dalih mengakhiri penderitaan yang berkepanjangan, tanpa dokter itu sendiri menghadapi konsekuensi hukum. Sudah barang tentu dalam hal ini dokter tersebut menghadapi konflik dalam batinnya. Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (selanjutnya disebut KUHP) tidak satu pasalpun yang menjelaskan batasan atau pengertian euthanasia. Namun dekimian, pengenaan terhadap euthanasia dalam beberapa tulisan dan karya ilmiah dianalogikan dengan delik-delik yang tercantum dalam Pasal 338, 340 dan Dengan dasar itulah maka sudah diisyaratkan dan diingatkan pada kaum medis bahwa praktik euthanasia di Indonesia dilarang dan diancam dengan sanksi pidana. Namun demikian jika menilik lebih jauh tentang rumusan pasal-pasal yang disebutkan tadi utamanya Pasal 344 KUHP yang menyatakan: Barangsiapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. 19 tersebut maka yang memungkinkan terjerat hukuman 17 Ibid.,., hlm Umi Enggarsasi, Analisis terhadap pelaksanaan Euthanasia Pasif, PERSPEKTIF Kajian Masalah Hukum dan Pembangunan, Edisi Juli (Juli, 1997), hlm Pasal 344 Kitab Undang Undang Hukum Pidana

12 12 hanyalah pelaku praktik euthanasia aktif. Faktanya praktik yang sering terjadi dalam masyarakat dan dunia medis adalah praktik euthanasia pasif yang dapat dikatakan sering terjadi namun secara terselubung mengingat pihak-pihak yang melakukannya juga menganggap tidak ada batasan dan pegertian yang jelas secara yuridis, yang kemudian terkait pula dengan masalah sulitnya pembuktian yang kemudian menjadi faktor mengapa dibiarkannya dan didukungnya pelaksanaan euthanasia pasif baik oleh kalangan profesi hukum dan kedokteran maupun oleh masyarakat pada umumnya. Hakekatnya praktik euthanasia yang dilakukan dengan cara manapun adalah merupakan suatu perbuatan melawan hukum karena sebegitu terkaitnya dengan kejahatan terhadap nyawa, sedangkan ketiadaan suatu batasan atau pengertian yang jelas serta suatu konsep yang jelas secara yuridis mengenai praktik euthanasia tersebut dapat menimbulkan suatu ketidakpastian hukum. Radbruch mengatakan bahwa hukum itu harus memenuhi berbagai karya disebut sebagai nilai dasar dari hukum. Nilai dasar hukum tersebut adalah: keadilan, kegunaan dan kepastian hukum. 20 Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini kemudian menjadi penting ketika pada saat ini dunia kedokteran dan masyarakat di Indonesia pada umumnya dalam menjalankan proses kehidupannya membutuhkan suatu pengaturan yang jelas demi mendapatkan suatu kepastian hukum, terutama mengenai fenomena permasalahan yang diangkat penulis. Harapan yang besar juga dengan adanya penelitian ini sehingga dapat menjawab kebutuhan yang ada di masyarakat. 20 Satjipto Rahardjo, 1986, Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, hlm. 21.

13 13 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah terhadap seseorang yang menurut ilmu pengetahuan kedokteran sudah tidak memiliki harapan untuk sembuh dapat tetap diberlakukan ketentuan Pasal 344 KUHP? 2. Bagaimanakah seharusnya pengaturan hukum pidana terhadap praktik euthanasia pasif yang terjadi di Indonesia? C. Tujuan Penelitian Setiap penelitian memerlukan suatu pedoman atau tujuan yang dapat memberikan arah pada penelitian yang dilakukan. Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan di atas, maka disusun tujuan penelitian sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui dan menjelaskan mengenai ketentuan Pasal 344 dalam KUHP apakah relevan untuk tetap dapat diberlakukan apabila berkenaan dengan keadaan seseorang yang menurut ilmu pengetahuan kedokteran memang sudah tidak ada harapan untuk sembuh lagi. 2. Untuk mengetahui dan menaganalisis sejauh mana pengaturan hukum terhadap praktik euthanasia pasif yang terjadi di Indonesia, serta bagaimana seharusnya pengaturannya ke depan.

14 14 D. Manfaat Penelitian Hasilpenelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan, baik untuk kepentingan ilmu pengetahuan (teoritis) maupun kepentingan praktis dalam penyelesaian hukum terhadap praktik euthanasia pasif yang terjadi di Indonesia. Adapun kegunaan penelitian tersebut sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Lebih lanjut, adanya penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi bagi kajian ilmu hukum khususnya dibidang hukum pidana berkaitan dengan penyelesaian hukum terhadap praktik euthanasiapasif yang terjadi di Indonesia. 2. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para praktisi, akademisi bahkan regulator dalam rangka menerapkan aturan hukum yang sudah ada serta mengembangkan dan membentuk hukum yang perlu dilakukan dalam rangka penyelesaian hukum di masyarakat khususnya yang bekaitan dengan praktik euthanasia pasif. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran dan pengamatan yang penulis lakukan tercatat beberapa karya tulis baik berupa skripsi maupun tesis yang membahas masalah euthanasia.

15 15 Pertama, karya tulis ilmiah dengan judul Perdebatan Etis Atas Euthanasia (perspektif filsafat moral). 21 Karya tulis ini merupakan skripsi yang dibuat pada tahun 2008 oleh Bajang Tukul, Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Adapun rumusan masalah yang diangkat yaitu :(1) Apa yang dimaksud euthanasia?; (2) Bagaimana filsafat moral menyikapi problematika etis euthanasia?.berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya ditarik kesimpulan bahwa salah satu masalah moral yang terjadi dewasa ini adalah euthanasia dimana dibutuhkan penyelesaian yang komprehensif dari berbagai pihak. Filsafat moral (dalam hal ini deontologis dan utilitaris) memandang permasalahan euthanasia tidak terlepas dari kehendak dan motivasi pelakunya (dokter dan para tenaga medis lainnya). Adapun perspektif deontologis memandang bahwa kehendak atau motivasi para pelaku medis untuk tidak melakukan tindakan euthanasia adalah karena terikat oleh kewajiban untuk melaksanakan kehendak baik (menghargai dan menghormati kehidupan pasien) dengan ditentukan oleh maksim-maksim yang mendasarinya. Sedangkan perspektif utilitaris karena adanya seuatu yang hendak dicapai dari tindakan pelaksanaan euthanasia tersebut, yakni maksud, tujuan, akibat yang ditimbulkannya baik dan lebih berguna bagi banyak orang. Titik pangkal dalam penelitian ini diwakili oleh aliran utilitarisme dan deontologisme adalah pada konsep otonomi, di mana diantara keduanya mempunyai konsep yang berbeda. 21 Bajang Tukul, 2008, Perdebatan Etis Atas Euthanasia (perspektif filsafat moral), Skripsi, Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

16 16 Kedua, karya tulis ilmiah dengan judul Kajian Yuridis Tentang Hak Asasi Manusia Dalam Praktik Euthanasia. 22 Karya tulis ini merupakan skripsi yang dibuat pada tahun 2012 oleh Mody Gregorian Baureh, Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi. Adapun rumusan masalah yang diangkat yaitu : (1) Bagaimana kajian HAM terhadap praktik Euthanasia?; (2) Bagaimanakah pandangan hukum positif, hukum internasional dan ajaran agama terhadap praktik euthanasia?. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan yaitu: (1) Hak Asasi Manusia adalah hak-hak mendasar yang melekat secara kodrati, abadi (fundamental) dan universal pada jati diri manusia sebagai karunia Tuhan. Euthanasia menjadi salah satu cermin dimana manusia ingin merebut hak prerogatif dari Allah sendiri yang adalah Tuhan atas kehidupan. Praktik euthanasia merupakan perbuatan melanggar Hak Asasi Manusia, yaitu hak untuk hidup. (2) Mengenai euthanasia walaupun tidak ada pengaturan yang jelas dalam hukum postif Indonesia, namun pada dasarnya Indonesai lewat peraturan perundang-undangan menantang keras praktik euthanasia. Praktik euthanasia menurut hukum internasional dipandang sebagai tindakan pelanggaran HAM, meski di beberapa Negara, masalah euthanasia sudah dilegalkan. Pengaturan tentang euthanasia serta hak untuk hidup sebagai hak asasi manusia tidak hanya diatur dalam ketentuan hukum positif dan international namun jelas semua ajaran agama menentang praktik euthanasia karena praktik tersebut merupakan pengingkaran atas penghormatan terhadap martabat manusia dalam hal ini jiwa manusia. 22 Mody Gregorian Baureh,2012,Kajian Yuridis Tentang Hak Asasi Manusia Dalam Praktik Euthanasia, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi, Manado.

17 17 Ketiga, karya tulis ilmiah dengan judul Kajian Euthanasia menurut Hak Asasi Manusia (Studi Banding Hukum Nasional Belanda). 23 Karya tulis ini merupakan tesis yang dibuat pada tahun 2013 oleh Pingkan Kristania Paulus, Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi. Adapun rumusan masalahnya adalah : (1) Bagaimana kajian hubungan Euthanasia menurut HAM?; (2) Bagaimana pelaksanaan euthanasia ditinjau dari Hukum Nasional Belanda?. Berdasarkan hasil penelitiannya diperoleh kesimpulan yaitu: (1) Euthanasia merupakan bukan suatu temuan yang baru di bidang medistetapi hingga saat ini masih terus menjadi suatu perbincangan yang menimbulkan pro dan kontra. Euthanasia dianggap telah melanggar salah satu aspek dari Hak Asasi Manusia yaitu mengenai hak hidup, namun di sisi yang lain euthanasia dianggap berhak untuk didapatkan oleh manusia sebagai hak dari untuk menentukan nasibnya sendiri, dan merupakan hak kebebasan.kontroversi yang terjadi terhadap euthanasia ini membuat dampak terhadap pengesahan akan praktik euthanasia, dan ini bukan hanya terjadi di negara Indonesia tapi di beberapa negara di Eropa juga. (2) Pengalaman Belanda telah mempengaruhi perdebatan tentangeuthanasia dan kematian dengan martabat di seluruh dunia, khususnya yang berkaitan dengan apakah perbuatan euthanasia ini dibantu oleh dokter untuk bunuh diri dan apakah euthanasia memang harus dilegitimasi atau disahkan. Tinjauan literatur mengungkapkan kompleks dan sering terjadi kontradiktifpandangan tentang pengalaman Belanda. Beberapa menyatakan bahwa Belanda menawarkan sebuah model bagi dunia untuk mengikuti sedangkan di pihak yang lain percaya bahwa 23 Pingkan Kristania Paulus, 2013,Kajian Euthanasia menurut Hak Asasi Manusia (Studi Banding Hukum Nasional Belanda), Tesis, Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi, Manado.

18 18 Belanda merupakan suatu bahaya atau mendatangkan ancaman yang baru, bukan daripada membawa sebuah janji atau kepastian, dan bahwa pengalaman Belanda adalah definitif menjawab tentang mengapa kita tidak harus membuat euthanasia aktif dan membuat dokter menjadi bantuan untukmelakukan pengakhiran hidup menjadi bagian dari kehidupan kita. Legalisasi pelaksanaan euthanasia oleh Belanda tetap masih dianggap melanggar HAM oleh berbagai pihak, walaupun apa yang dilakukan oleh Belanda adalah euthanasia yang didasarkan atas permintaan pasien sendiri, Belanda mengganggap bahwa mereka tidak bertentangan dengan konvensi internasional dan hak asasi manusia karena apa yang dilakukan oleh Belanda adalah untuk menghargai hidup, dan mereka percaya bahwa permintaan yang dilakukan oleh seseorang yang mengalami penderitaan tak semestinya ditolak permintaannya oleh negaranya sendiri. Meskipun terdapat beberapa karya tulis ilmiah yang mengkaji tentang euthanasia, namun penelitian ini memiliki objek penelitian yang berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh penulis secara khusus mengkaji tentang sejauh mana pengaturan praktik euthanasia itu dalam hukum pidana di Indonesia, berkaitan dengan pemberlakuan Pasal 344 KUHP apakah relevan untuk tetap diberlakukan apabila keadaan seseorang menurut ilmu pengetahuan kedokteran sudah tidak ada harapan untuk sembuh lagi, serta juga menitikberatkan penelitian pada fenomena praktik euthanasia pasif yang terjadi di Indonesia yang kenyataannya membutuhkan suatu penyelesaian serta kepastian hukum dengan adanya pengaturan yang jelas terhadapnya.penitikberatan pada fenomena praktik euthanasia pasif inilah yang membuat penelitian ini berbeda dengan penelitian-

19 19 penelitian terdahulu atau penulisan karya ilmiah sebelumnya yang kebanyakan membahas dan mengkaji euthanasia dari perspektif HAM dan filsafat moral.

C. Konsep HAM dalam UU. No. 39 tahun 1999

C. Konsep HAM dalam UU. No. 39 tahun 1999 6. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan Hak mendapatkan pengajaran Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat C. Konsep

Lebih terperinci

Negara Hukum. Manusia

Negara Hukum. Manusia Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia Negara hukum / Rule of Law / Rechtsstaat yang bersumber dari pengalaman demokrasi konstitusional di Eropa Negara demokrasi adalah negara hukum, namun negara hukum belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada seluruh makhluk hidup di jagad raya ini, termasuk pula manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. kepada seluruh makhluk hidup di jagad raya ini, termasuk pula manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian merupakan suatu ketentuan yang telah digariskan oleh Tuhan kepada seluruh makhluk hidup di jagad raya ini, termasuk pula manusia yang telah ditentukan secara

Lebih terperinci

Modul ke: Hak Asasi Manusia. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

Modul ke: Hak Asasi Manusia. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi. Modul ke: Hak Asasi Manusia Fakultas Rusmulyadi, M.Si. Program Studi www.mercubuana.ac.id Pengertian HAM Hak asasi manusia (HAM) adalah hak yang melekat pada diri manusia, dan tanpa hak-hak itu manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menghindari adanya kemajuan dan perkembangan di bidang kedokteran khususnya dan bidang teknologi pada umumnya.

Lebih terperinci

Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan Modul ke: 09 Dosen Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Pendidikan Kewarganegaraan Berisi tentang Hak Asasi Manusia : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Hubungan Masyarakat http://www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

HAK ASASI MANUSIA.

HAK ASASI MANUSIA. HAK ASASI MANUSIA www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN HAM yaitu hak dasar yg dimiliki manusia sejak lahir sebagai anugrah Tuhan YME Menurut Tilaar, hak-hak yang melekat pada diri manusia dan tanpa hak-hak

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

Euthanasia ditinjau dari segi HAM dan Bioetika Kedokteran

Euthanasia ditinjau dari segi HAM dan Bioetika Kedokteran Euthanasia ditinjau dari segi HAM dan Bioetika Kedokteran Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: 09Fakultas Matsani EKONOMI DAN BISNIS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi & Rule of Law, SE.,MM. Program Studi AKUNTANSI PENGERTIAN HAM yaitu hak dasar yg dimiliki manusia sejak lahir sebagai

Lebih terperinci

ANALISA PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI DOKTER TERHADAP KASUS EUTHANASIA DITINJAU DARI KUHP YANG BERTENTANGAN DENGAN HAK ASASI MANUSIA

ANALISA PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI DOKTER TERHADAP KASUS EUTHANASIA DITINJAU DARI KUHP YANG BERTENTANGAN DENGAN HAK ASASI MANUSIA ANALISA PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI DOKTER TERHADAP KASUS EUTHANASIA DITINJAU DARI KUHP YANG BERTENTANGAN DENGAN HAK ASASI MANUSIA Dewa Ayu Tika Pramanasari Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN KAJIAN YURIDIS MENGENAI EUTHANASIA DIPANDANG DARI SEGI HAM

BAB III ANALISIS DAN KAJIAN YURIDIS MENGENAI EUTHANASIA DIPANDANG DARI SEGI HAM BAB III ANALISIS DAN KAJIAN YURIDIS MENGENAI EUTHANASIA DIPANDANG DARI SEGI HAM 3.1 Kronologi kasus Ayah Ana Widiana Kasus berikut merupakan kasus euthanasia yang terjadi pada ayah dari Ana Widiana salah

Lebih terperinci

HAM KEWARGANEGARAAN. Hak Asasi Manusia FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

HAM KEWARGANEGARAAN. Hak Asasi Manusia FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN KEWARGANEGARAAN HAM Hak Asasi Manusia Disusun oleh : Lanny Ariani (125100601111013) Khanza Jasmine (125100601111015) Budi Satriyo (125100601111017) Avia Intan Rafiqa (125100601111019) FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Dikdik Baehaqi Arif

Dikdik Baehaqi Arif Dikdik Baehaqi Arif dik2baehaqi@yahoo.com PENGERTIAN HAM HAM adalah hak- hak yang secara inheren melekat dalam diri manusia, dan tanpa hak itu manusia Idak dapat hidup sebagai manusia (Jan Materson) PENGERTIAN

Lebih terperinci

BAHAN AJAR KEWARGANEGARAAN

BAHAN AJAR KEWARGANEGARAAN BAHAN AJAR KEWARGANEGARAAN DISAMPAIKAN PADA ACARA WORKSHOP E-LEARNING OLEH : TATIK ROHMAWATI, S.IP. DOSEN TETAP ILMU PEMERINTAHAN 15 Desember 2007 1 PENGERTIAN HAM Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar

Lebih terperinci

PENGERTIAN HAM Hak adalah kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang atas sesuatu (Suria Kusuma, 1986). Istilah Hak asasi menunjukkan bahwa kekua

PENGERTIAN HAM Hak adalah kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang atas sesuatu (Suria Kusuma, 1986). Istilah Hak asasi menunjukkan bahwa kekua Hak Azazi Manusia 2012 PENGERTIAN HAM Hak adalah kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang atas sesuatu (Suria Kusuma, 1986). Istilah Hak asasi menunjukkan bahwa kekuasaan atau wewenang yang dimiliki

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

Modul ke: HAK ASASI MANUSIA. 09Teknik. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU

Modul ke: HAK ASASI MANUSIA. 09Teknik. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU Modul ke: HAK ASASI MANUSIA Fakultas 09Teknik Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU Tujuan Instruksional Khusus 1. Mengetahui pengertian hak asasi manusia (HAM) 2. Memahami tujuan (HAM) 3. Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu hal yang tidak menyenangkan dan kalau mungkin tidak dikehendaki. Namun

BAB I PENDAHULUAN. suatu hal yang tidak menyenangkan dan kalau mungkin tidak dikehendaki. Namun 8 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Suatu keinginan kematian bagi sebagaian besar umat manusia merupakan suatu hal yang tidak menyenangkan dan kalau mungkin tidak dikehendaki. Namun demikian manusia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA PASAL 1

UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA PASAL 1 PENGERTIAN HAM Hak adalah kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang atas sesuatu (Suria Kusuma, 1986). Istilah Hak asasi menunjukkan bahwa kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang tersebut

Lebih terperinci

HAK AZASI MANUSIA. Drs. H. M. Umar Djani Martasuta, M.Pd

HAK AZASI MANUSIA. Drs. H. M. Umar Djani Martasuta, M.Pd HAK AZASI MANUSIA Drs. H. M. Umar Djani Martasuta, M.Pd Hak Asasi Manusia (HAM) Universal Declaration of Human Right UU RI No. 39 Tahun 1999 Landasan Hukum HAM di Indonesia Universal Declaration of Human

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa tersebut tidak boleh dicabut oleh siapapun termasuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa tersebut tidak boleh dicabut oleh siapapun termasuk oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuhan Yang Maha Esa memberikan anugerah kepada manusia yaitu sebuah kehidupan yang harus dihormati oleh setiap orang. Kehidupan yang diberikan oleh Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh segala aspek kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh segala aspek kehidupan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh segala aspek kehidupan yang ada di sekitarmya, seperti aspek ekonomi, sosial, politik, budaya, bahkan juga faktor

Lebih terperinci

HAK ASASI MANUSIA. Pengertian HAM

HAK ASASI MANUSIA. Pengertian HAM HAK ASASI MANUSIA Pengertian HAM HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati yang fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi oleh setiap

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Hak Asasi Manusia

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Hak Asasi Manusia Modul ke: 08 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Hak Asasi Manusia Fakultas EKONOMI Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id Nabil Ahmad Fauzi, M.Soc.Sc Sub Bahasan 1. Pengertian Hak Asasi Manusia 2. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun

BAB I PENDAHULUAN. perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Human rights atau Hak Asasi Manusia menjadi pembahasan penting setelah perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1945. Istilah hak

Lebih terperinci

EUTHANASIA DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA DAN KAITANNYA DENGAN HUKUM PIDANA

EUTHANASIA DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA DAN KAITANNYA DENGAN HUKUM PIDANA EUTHANASIA DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA DAN KAITANNYA DENGAN HUKUM PIDANA Oleh: NUR HAYATI Dosen Fakultas Hukum Universitas Indonusa Esa Unggul ABSTRAK EUTHANASIA merupakan salah satu masalah etika

Lebih terperinci

HAK AZASI MANUSIA. Materi Perkuliahan Ilmu Politik FH Unsri. Vegitya Ramadhani Putri, MA, LLM

HAK AZASI MANUSIA. Materi Perkuliahan Ilmu Politik FH Unsri. Vegitya Ramadhani Putri, MA, LLM HAK AZASI MANUSIA Materi Perkuliahan Ilmu Politik FH Unsri Latar Historis dan Filosofis (1) Kepentingan paling mendasar dari setiap warga negara adalah perlindungan terhadap hak-haknya sebagai manusia.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan umat manusia. Setiap manusia yang lahir sudah melekat hak asasinya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan umat manusia. Setiap manusia yang lahir sudah melekat hak asasinya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak asasi manusia (HAM) merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia. Setiap manusia yang lahir sudah melekat hak asasinya. Orang lain tidak

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika

KEWARGANEGARAAN NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika KEWARGANEGARAAN Modul ke: NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Abstract : Menjelaskan Pengertian dan

Lebih terperinci

Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum

Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Indonesia merupakan negara yang ikut dalam Deklarasi HAM, berimplikasi terhadap revisi Hukum melalui amandemen UUD 1945 dengan ditambahkannya Bab XA tentang HAM yang

Lebih terperinci

Hak Asasi Manusia. Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Hak Asasi Manusia. Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK Hak Asasi Manusia Modul ke: Pada Modul ini kita akan membahas tentang pengertian, tujuan, perkembangan pemikiran, permasalahan penegakan dan lembaga penegak hak asasi manusia neg Fakultas DESAIN SENI KREATIF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai permasalahannya, dan diakhiri dengan kematian. Dari proses

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai permasalahannya, dan diakhiri dengan kematian. Dari proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap makhluk hidup termasuk manusia, akan mengalami siklus kehidupan yang dimulai dari proses pembuahan, kelahiran, kehidupan di dunia dengan berbagai permasalahannya,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang biasa disebut dengaan istilah mengugurkan kandungan. Aborsi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang biasa disebut dengaan istilah mengugurkan kandungan. Aborsi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Aborsi adalah pembunuhan janin yang di ketahui oleh masyarakat yang biasa disebut dengaan istilah mengugurkan kandungan. Aborsi dibedakan antara aborsi yang terjadi

Lebih terperinci

Oleh : Didit Susilo Guntono NIM. S BAB I PENDAHULUAN

Oleh : Didit Susilo Guntono NIM. S BAB I PENDAHULUAN Penegakan hukum tindak pidana pencabulan terhadap anak berdasarkan undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak (studi di Pengadilan Negeri Sukoharjo) Oleh : Didit Susilo Guntono NIM. S310907004

Lebih terperinci

SEJARAH HAK AZASI MANUSIA

SEJARAH HAK AZASI MANUSIA SEJARAH HAK AZASI MANUSIA Materi Perkuliahan Hukum dan HAM ke-2 FH Unsri URGENSI SEJARAH HAM Kepentingan paling mendasar dari setiap warga negara adalah perlindungan terhadap hak-haknya sebagai manusia.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENT ANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Hak Azasi adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersama dengan kelahiran atau kehadirannya di dalam kehidupan

Hak Azasi adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersama dengan kelahiran atau kehadirannya di dalam kehidupan Hak Azasi adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersama dengan kelahiran atau kehadirannya di dalam kehidupan masyarakat. Hak Azasi adalah hak yang melekat pada diri manusia

Lebih terperinci

Bab IV Penutup. A. Kebebasan Berekspresi sebagai Isi Media

Bab IV Penutup. A. Kebebasan Berekspresi sebagai Isi Media Bab IV Penutup A. Kebebasan Berekspresi sebagai Isi Media Keberadaan Pasal 28 dan Pasal 28F UUD 1945 tidak dapat dilepaskan dari peristiwa diratifikasinya Universal Declaration of Human Rights (UDHR) 108

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 119, 2005 AGREEMENT. Pengesahan. Perjanjian. Hak Sipil. Politik (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara

Lebih terperinci

BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN

BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN A. Analisa Yuridis Malpraktik Profesi Medis Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 merumuskan banyak tindak pidana

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (R P P) (Siklus I)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (R P P) (Siklus I) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (R P P) (Siklus I) MTs : MI Negeri Gubug Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas/Semester : VI / 2 Standar Kompetensi : 3. Menampilkan sikap positif terhadap

Lebih terperinci

PENGANGKATAN ANAK SEBAGAI USAHA PERLINDUNGAN HAK ANAK

PENGANGKATAN ANAK SEBAGAI USAHA PERLINDUNGAN HAK ANAK MAKALAH PENGANGKATAN ANAK SEBAGAI USAHA PERLINDUNGAN HAK ANAK Disusun oleh RIZKY ARGAMA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK, NOVEMBER 2006 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penghargaan, penghormatan,

Lebih terperinci

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima : 29 September 2014; disetujui : 13 Oktober 2014 Indonesia adalah negara yang berdasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju mensyaratkan para pekerja yang cakap, profesional dan terampil.

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju mensyaratkan para pekerja yang cakap, profesional dan terampil. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Problem tenaga kerja di Indonesia sangatlah kompleks. Salah satu penyebabnya adalah ketersediaan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi yang tidak seimbang. Jumlah pertumbuhan

Lebih terperinci

Dapat memahami materi tetang HAM. Dapat memahami materi HAK dan Kewajiban Warga Negara. Dapat memahai dan menjelaskan pelaksanaan HAM di Indonesia

Dapat memahami materi tetang HAM. Dapat memahami materi HAK dan Kewajiban Warga Negara. Dapat memahai dan menjelaskan pelaksanaan HAM di Indonesia Dapat memahami materi tetang HAM Dapat memahami materi HAK dan Kewajiban Warga Negara Dapat memahai dan menjelaskan pelaksanaan HAM di Indonesia Hak azasi manusia merupakan suatu konsep etika politik modern

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI III DPR-RI DENGAN DIRJEN PERUNDANG-UNDANGAN DALAM RANGKA PEMBAHASAN DIM RUU TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA ---------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hak asasi manusia ( selanjutnya disingkat dengan HAM ) adalah seperangkat hak yang

BAB I PENDAHULUAN. Hak asasi manusia ( selanjutnya disingkat dengan HAM ) adalah seperangkat hak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak asasi manusia ( selanjutnya disingkat dengan HAM ) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kodratnya. Karena itu anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus

BAB I PENDAHULUAN. dan kodratnya. Karena itu anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah ciptaan Tuhan yang Maha Kuasa perlu dilindungi harga diri dan martabatnya serta dijamin hak hidupnya untuk tumbuh dan berkembang sesuai fitrah dan

Lebih terperinci

Pengantar Memahami Hak Ekosob. M. Dian Nafi PATTIRO-NZAID

Pengantar Memahami Hak Ekosob. M. Dian Nafi PATTIRO-NZAID Pengantar Memahami Hak Ekosob M. Dian Nafi PATTIRO-NZAID Manusia dan Perjuangan Pemajuan Hak Asasinya Semua manusia memperjuangkan hak hidup layak. Agama menginspirasi perjuangan manusia itu. Berbagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 22 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Penahanan Aung San Suu Kyi 1. Pengertian Penahanan Penahanan merupakan proses atau perbuatan untuk menahan serta menghambat. (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 2006),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap anak adalah bagian dari penerus generasi muda yang merupakan faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita perjuangan bangsa

Lebih terperinci

MODUL VII HAK AZAZI MANUSIA

MODUL VII HAK AZAZI MANUSIA MODUL VII HAK AZAZI MANUSIA Pengertian Hak Azazi Manusia Hak asasi Manusia adalah hak-hak yang telah dipunyai seseorang sejak ia dalam kandungan. HAM berlaku secara universal Dasar-dasar HAM tertuang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sudikno dalam bukunya yang berjudul Mengenal Hukum menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sudikno dalam bukunya yang berjudul Mengenal Hukum menyatakan. bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah bahwa: Sudikno dalam bukunya yang berjudul Mengenal Hukum menyatakan Hukum pada umumnya diartikan sebagai keseluruhan peraturan kaidah dalam kehidupan bersama,

Lebih terperinci

HUKUMAN MATI dari SISI HAK ASASI MANUSIA. Roichatul Aswidah, Jakarta, 18 Agustus 2016

HUKUMAN MATI dari SISI HAK ASASI MANUSIA. Roichatul Aswidah, Jakarta, 18 Agustus 2016 HUKUMAN MATI dari SISI HAK ASASI MANUSIA Roichatul Aswidah, Jakarta, 18 Agustus 2016 Keterangan tertulis Komnas HAM di hadapan MK, 2 Mei 2007 Kesimpulan: Konstitusi Indonesia atau UUD 1945, secara tegas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, selain dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, selain dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola hidup modern sekarang ini menimbulkan dampak yang besar dalam kehidupan manusia, selain dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia dalam menjalankan aktifitasnya,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA HAK ASASI MANUSIA DALAM PANCASILA DOSEN PENGAMPU : HARI SUDIBYO S.KOM UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA NAMA: HERI SANTOSO NIM: 11.11.5151

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang mengedepankan hukum seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945 dalam Pasal 1 ayat 3 sebagai tujuan utama mengatur negara.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hak asasi manusia merupakan dasar dari kebebasan manusia yang mengandung

I. PENDAHULUAN. Hak asasi manusia merupakan dasar dari kebebasan manusia yang mengandung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak asasi manusia merupakan dasar dari kebebasan manusia yang mengandung pengakuan terhadap harkat dan martabat manusia didalam menemukan kemerdekaan, keadilan dan perdamaian

Lebih terperinci

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN X (SEPULUH) KEWARGANEGARAAN (PKN) HAM & IMPLIKASINYA

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN X (SEPULUH) KEWARGANEGARAAN (PKN) HAM & IMPLIKASINYA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA X (SEPULUH) KEWARGANEGARAAN (PKN) HAM & IMPLIKASINYA A. PENGERTIAN HAM Menurut UU No 39/1999 HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan

Lebih terperinci

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM Diadopsi oleh Resolusi Sidang Umum PBB No. 34/169 Tanggal 17 Desember 1979 Pasal 1 Aparat penegak hukum di setiap saat memenuhi kewajiban yang ditetapkan oleh

Lebih terperinci

Bab 3 Hak Asasi Manusia A. Pengertian HAM, HAM adalah hak dasar yang dimilki manusia sejak manusia dilahirkan. Ada dan melekat pada diri setiap

Bab 3 Hak Asasi Manusia A. Pengertian HAM, HAM adalah hak dasar yang dimilki manusia sejak manusia dilahirkan. Ada dan melekat pada diri setiap Bab 3 Hak Asasi Manusia A. Pengertian HAM, HAM adalah hak dasar yang dimilki manusia sejak manusia dilahirkan. Ada dan melekat pada diri setiap manusia dan bersifat Universal B. Jenis jenis HAM -Menurut

Lebih terperinci

BAB III PENGANIAYAAN YANG BERAKIBAT LUKA BERAT DALAM KUHP

BAB III PENGANIAYAAN YANG BERAKIBAT LUKA BERAT DALAM KUHP 40 BAB III PENGANIAYAAN YANG BERAKIBAT LUKA BERAT DALAM KUHP 1. Pengertian Penganiayaan yang berakibat luka berat Dalam Undang-Undang tidak memberikan perumusan apa yang dinamakan penganiayaan. Namun menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia dan keberlangsungan bangsa dan negara. Dalam konstitusi Indonesia, anak memiliki peran strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. 1. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. 1. Hal itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. 1 Hal itu menegaskan bahwa pemerintah menjamin kepastian hukum dalam kehidupan bermasyarakat,

Lebih terperinci

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR XVII /MPR/1998

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR XVII /MPR/1998 MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA -------------- KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR XVII /MPR/1998 TENTANG HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah Negara yang berdiri berlandaskan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah Negara yang berdiri berlandaskan Pancasila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara yang berdiri berlandaskan Pancasila yang dimana dalam sila pertama disebutkan KeTuhanan Yang Maha Esa, hal ini berarti bahwa Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kehadiran notaris sebagai pejabat publik adalah jawaban dari kebutuhan masyarakat akan kepastian hukum atas setiap perikatan yang dilakukan, berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan

BAB I PENDAHULUAN. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-nya yang wajib dihormati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipersiapkan sebagai subjek pelaksana cita-cita perjuangan bangsa. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. dipersiapkan sebagai subjek pelaksana cita-cita perjuangan bangsa. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembicaraan tentang anak dan perlindungannya tidak akan pernah berhenti sepanjang sejarah kehidupan, karena anak adalah generasi penerus bangsa yang dipersiapkan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang.

Lebih terperinci

Mengetahui hak manusia yang melekat sejak lahir RINA KURNIAWATI, SHI, MH

Mengetahui hak manusia yang melekat sejak lahir RINA KURNIAWATI, SHI, MH Modul ke: HAK ASASI MANUSIA Mengetahui hak manusia yang melekat sejak lahir Fakultas FAKULTAS www.mercubuana.ac.id RINA KURNIAWATI, SHI, MH Program Studi DEFINISI Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) adalah

Lebih terperinci

Ringkasan Putusan.

Ringkasan Putusan. Ringkasan Putusan Sehubungan dengan sidang pembacaan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 140/PUU-VII/2009 tanggal 19 April 2010 atas Undang- Undang Nomor 1/PNPS/Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan

Lebih terperinci

PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK

PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK Seri Bahan Bacaan Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007 PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK Supriyadi W. Eddyono, S.H. Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat Jl Siaga II No 31 Pejaten Barat, Jakarta 12510 Telp

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION ON THE ELIMINATION OF ALL FORMS OF RACIAL DISCRIMINATION 1965 (KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENGHAPUSAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN Y ANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN Y ANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN

Lebih terperinci

A. Pengertian Hak Asasi Manusia B. Tujuan Hak Asasi Manusia C. Perkembangan Pemikiran HAM

A. Pengertian Hak Asasi Manusia B. Tujuan Hak Asasi Manusia C. Perkembangan Pemikiran HAM HAK ASASI MANUSIA Modul ke: 08 Fakultas Udjiani EKONOMI DAN BISNIS A. Pengertian Hak Asasi Manusia B. Tujuan Hak Asasi Manusia C. Perkembangan Pemikiran HAM D. HAM pada Tatanan Global dan di Indonesia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, Copyright (C) 2000 BPHN UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan yang buruk, yang akan membimbing, dan mengarahkan. jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan yang buruk, yang akan membimbing, dan mengarahkan. jawab atas semua tindakan yang dilakukannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan akal budi dan nurani yang memberikan kepadanya kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang buruk, yang

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN HUKUM PIDANA INDONESIA TENTANG EUTHANASIA. 1. Pengaturan Euthanasia dalam Hukum Pidana Indonesia (KUHP)

BAB III KEBIJAKAN HUKUM PIDANA INDONESIA TENTANG EUTHANASIA. 1. Pengaturan Euthanasia dalam Hukum Pidana Indonesia (KUHP) BAB III KEBIJAKAN HUKUM PIDANA INDONESIA TENTANG EUTHANASIA 1. Pengaturan Euthanasia dalam Hukum Pidana Indonesia (KUHP) Dilihat dari segi perundang-undangan dewasa ini, belum ada pengaturan yang baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya penemuan-penemuan teknologi modern, mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya penemuan-penemuan teknologi modern, mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya penemuan-penemuan teknologi modern, mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan yang sangat cepat di dalam kehidupan sosial budaya manusia. Semua problema,

Lebih terperinci

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH Bahwa pengakuan atas martabat yang melekat pada dan hak-hak yang sama dan tidak dapat dicabut dari semua anggota keluarga manusia adalah landasan bagi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENT ANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I. memiliki jumlah penduduk yang tinggi seperti Indonesia. Masalah. dan membutuhkan penanganan segera supaya tidak semakin membelit dan

BAB I. memiliki jumlah penduduk yang tinggi seperti Indonesia. Masalah. dan membutuhkan penanganan segera supaya tidak semakin membelit dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP INDEKS KEMAJUAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP INDEKS KEMAJUAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA Aji Wibowo - Tinjauan Yuridis Terhadap Indeks Kemajuan Hak Asasi Manusia di Indonesia TINJAUAN YURIDIS TERHADAP INDEKS KEMAJUAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA Oleh: AJI WIBOWO Dosen di Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Memiliki anak adalah dambaan sebagian besar pasangan suami istri. Anak sebagai buah cinta pasangan suami-istri, kelahirannya dinantikan. Dalam usaha untuk

Lebih terperinci

KONSEP DASAR HAM. Standar Kompetensi: 3. Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM)

KONSEP DASAR HAM. Standar Kompetensi: 3. Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) KONSEP DASAR HAM Standar Kompetensi: 3. Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) Kompetensi Dasar : 3.1 Menganalisis upaya pemajuan, Penghormatan,

Lebih terperinci

NAMA : WAHYU IFAN AGASTYO NIM : KELOMPOK : I (NUSA) DOSEN : Drs.Muhammad Idris STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

NAMA : WAHYU IFAN AGASTYO NIM : KELOMPOK : I (NUSA) DOSEN : Drs.Muhammad Idris STMIK AMIKOM YOGYAKARTA MAKALAH RANCANGAN PANCASILA MENYANGKUT `HAM` NAMA : WAHYU IFAN AGASTYO NIM : 11.12.5850 KELOMPOK : I (NUSA) PROGRAM STUDI: S1 SISTEM INFORMASI DOSEN : Drs.Muhammad Idris STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada zaman globalisasi dewasa ini tanpa disadari kita telah membuat nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada zaman globalisasi dewasa ini tanpa disadari kita telah membuat nilainilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman globalisasi dewasa ini tanpa disadari kita telah membuat nilainilai moral yang ada di dalam masyarakat kita semakin berkurang. Pergaulan bebas dewasa

Lebih terperinci

PENDAPAT TERPISAH HAKIM ZEKIA

PENDAPAT TERPISAH HAKIM ZEKIA Saya menyetujui, dengan segala hormat, bagian pengantar keputusan terkait prosedur dan fakta dan juga bagian penutup tentang dengan penerapan Pasal 50 (pas. 50) dari Konvensi terhadap kasus ini. Saya juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah Negara hukum berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah Negara hukum berdasarkan Pancasila 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia adalah Negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945 yang menjujung tingi hak dan kewajiban bagi

Lebih terperinci

PENANGGUHAN PENAHANAN DALAM PROSES PERKARA PIDANA (STUDI KASUS KEJAKSAAN NEGERI PALU) IBRAHIM / D Abstrak

PENANGGUHAN PENAHANAN DALAM PROSES PERKARA PIDANA (STUDI KASUS KEJAKSAAN NEGERI PALU) IBRAHIM / D Abstrak PENANGGUHAN PENAHANAN DALAM PROSES PERKARA PIDANA (STUDI KASUS KEJAKSAAN NEGERI PALU) IBRAHIM / D 101 10 523 Abstrak Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechstaat), tidak berdasarkan

Lebih terperinci

SILA I KETUHANAN YANG MAHA ESA

SILA I KETUHANAN YANG MAHA ESA SILA I KETUHANAN YANG MAHA ESA Mata Kuliah Pendidikan Pancasila 2012/2013 Sejarah Hindu/Budha ±14 abad, Islam 7 abad, Kristen 4 abad di wilayah Nusantara kalimat dengan kewajiban menjalankan syariat Islam

Lebih terperinci

Institute for Criminal Justice Reform

Institute for Criminal Justice Reform UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) DENGAN

Lebih terperinci

Oleh: Abdul Hakim G Nusantara SH, LLM. Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.

Oleh: Abdul Hakim G Nusantara SH, LLM. Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya. Komentar Atas Putusan Mahkamah Konstitusi No.2-3/PUU-V/2007 Perkara Konstitusi atas nama Edith Yunita Sianturi Cs, Permohonan pengujian pasal pidana mati Uu No.22 Tahun 1997 Tentang Narkotika. Oleh: Abdul

Lebih terperinci