Bab II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Bell (1991:13) terdapat tiga 3 makna kata terjemahan. Yang pertama

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Bell (1991:13) terdapat tiga 3 makna kata terjemahan. Yang pertama"

Transkripsi

1 Bab II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Terjemahan dan Penerjemahan Menurut Bell (1991:13) terdapat tiga 3 makna kata terjemahan. Yang pertama terjemahan mengacu kepada proses menerjemahkan (kegiatan menerjemahkan). Kedua, mengacu pada hasil dari proses penerjemahan. Ketiga, konsep abstrak yang menekankan pada keduanya, baik proses menerjemahkan maupun hasil dari proses penerjemahan. Nida (1982:12) menyatakan bahwa menerjemahkan artinya menghasilkan pesan yang paling dekat, sepadan dan wajar dari BS ke BT, baik dalam hal makna maupun gaya. Teks yang diterjemahkan dapat terdiri dari kata, rangkaian kata (frase), kalimat, paragraf, dan sebagainya. Newmark (1988:5) memaparkan bahwa terjemahan adalah pengalihan pesan tulis dari teks BS ke teks BT. Kewajaran dalam penerjemahan berkaitan erat dan dapat dicapai dengan penguasaan seorang penerjemah terhadap BS dan BT yaitu dalam hal penguasaan gramatikal dan kosakata bahasa. Proses penerjemahan merujuk pada linguistic operation yang dilakukan oleh penerjemah dalam mengalihkan pesan teks BS ke BT dan diwujudkan dalam tiga tahapan: 1). analisis teks bahasa sumber, 2). pengalihan pesan, 3). penyusunan kembali teks bahasa target (Nida, 1964 dalam Silalahi 2009:16). Ketika seseorang

2 dihadapkan pada komunikasi (baik lisan maupun tulisan) dengan dua bahasa, dan ia tidak bisa akses ke dalam salah satu bahasa tersebut maka ia akan membutuhkan penerjemah atau interpreter. Banyak perbedaan definisi yang dikemukakan oleh para ahli. Namun pada dasarnya semua menyatakan hal yang sama yaitu bahwa penerjemahan adalah suatu upaya untuk mengalihkan pesan dari suatu bahasa ke dalam bahasa lain. Sebagaimana dinyatakan oleh Nida dan Taber (1982:12), bahwa penerjemahan adalah menciptakan kembali makna dalam BT, padanan alami yang paling mendekati pesan dalam BS, baik dalam makna maupun dalam gaya. Dalam melakukan aktifitas penerjemahan akan terjadi proses penerjemahan. Jadi proses penerjemahan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang penerjemah dalam memproses pengalihan informasi dari BS ke dalam BT. Menurut Dubois dalam Roger T. Bell (1993:5) penerjemahan adalah penyampaian pesan bahasa sumber ke dalam bahasa yang berbeda (bahasa target) dengan tetap menjaga nilainilai semantis dan gaya padanan bahasa sumber. 2.2 Kesepadanan Terjemahan Padanan adalah suatu bentuk dalam bahasa target dilihat dari segi semantik sepadan dengan suatu bentuk teks bahasa sumber. Masalah kesepadanan bukanlah identik dengan kesamaan karena perdebatan mengenai konsep tersebut lebih banyak terkait dengan penerjemahan karya sastra yang melihat kesepadanan sebagai tuntutan untuk menghasilkan kesamaan (Machali, 2000:106).

3 Jika konsep yang diterjemahkan merujuk ke sesuatu yang tidak dikenal dalam budaya target, maka tugas penerjemah menjadi lebih berat. Dalam situasi yang demikian, Larson (1984: 163) mengungkapkan: Penerjemah tidak hanya harus mencari cara terbaik untuk merujuk ke sesuatu yang sudah merupakan bagian dari pengalaman pembaca sasaran, tetapi juga harus mencari cara terbaik untuk mengungkapkan konsep yang sama sekali baru kepada penutur bahasa penerima. Pada dasarnya, mayoritas penerjemah berpendapat bahwa menerjemahkan karya sastra lebih sulit daripada menerjemahkan teks jenis lain (Newmark, 1988:70). Beberapa ahli bahasa seperti Newmark (1988), Nida (1982) berpendapat bahwa ini adalah karena fakta bahwa teks-teks sastra mengandung kata-kata dan struktur yang spesifik. Struktur ini memberikan nilai khusus untuk teks-teks sastra yang membuat terjemahan menjadi sangat sulit. Masalah tersebut muncul karena dalam penerjemahan teks sastra terpaku pada menemukan padanan leksikal dan struktur sintaksis yang setara (Newmark:1988:70). Pilihan-pilihan yang dibuat oleh para penerjemah seperti keputusan apakah akan mempertahankan gaya bahasa dari teks BS atau apakah akan menciptakan gaya baru pada BT menjadi isu penting dalam menerjemahan karya sastra khususnya pantun. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa pantun erat kaitannya dengan unsur kultur dan estetis dimana secara jelas penggunaan kata dan strukturnya berbeda. Akibatnya di satu sisi menerjemahkan kata dan struktur dari satu bahasa ke bahasa lain dianggap sudah cukup, namun di sisi lain dipandang bahwa pantun mengandung makna budaya dari suatu masyarakat

4 sehingga penerjemahannya pun tidak dapat dilakukan sesederhana menerjemahkan teks secara umum. 2.3 Pantun Pantun merupakan salah satu genre puisi Melayu tradisional. Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama dalam beberapa bahasa Nusantara, terutama bahasa Melayu (Abror, 2009:77). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( pantun adalah puisi Indonesia (Melayu). Semua bentuk pantun terdiri atas sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali tentang alam (flora dan fauna), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut. Tiap bait biasanya terdiri dari empat baris yang berpola rima a-b-a-b. Kristantohadi (2010:15) mengulas pengertian pantun sebagai berikut: Pantun adalah jenis puisi lama yang dilisankan dan biasanya memakai lagu. Berdasarkan bentuknya, pantun terdiri dari empat baris (4-5 kata atau 8-10/12 suku kata), bersajak ab-ab (boleh sajak paruh atau penuh), tiap-tiap baris terbagi dalam irama pantun yang beraturan. Baris 1 dan 2 dinamakan sampiran yang diangkat dari kekayaan alam seperti binatang dan tumbuhan.sedangkan isi pantun langsung berkenaan dengan hal yang dimaksud terhadap pendengarnya. Pantun merupakan sastra lisan asli Melayu Nusantara (Kalimantan, Sulawesi, Riau, Sumatera Timur) dan Asia Tenggara (Malaysia, Singapura, Brunei) yang telah berkembang dan dipelihara oleh masyarakat pendukungnya. Tengku Lah Husny (2007) menyatakan penyebaran masyarakat Melayu yang tinggal di Sumatera Timur

5 meliputi wilayah Sumatera Utara bagian Timur yaitu daerah Aceh Timur, Langkat, Deli Serdang, Asahan, dan Labuhan Batu. Pada masa lalu, pantun digunakan untuk mendekatkan diri satu sama lain, mengecoh, menyindir atau memberi nasihat untuk mengekspresikan kesedihan, kekecewaan, kegembiraan, dan sebagainya. Pantun masih hidup dan berkembang dalam upacara-upacara adat, terutama di Indonesia dan Malaysia. Menurut Harun Mat Piah (1989:5-7 dalam Abd. Rachman Abror 2009: 80) ciri-ciri pantun adalah: 1. diciptakan dan disebarkan secara lisan dan bersifat kolektif dan fungsional, yaitu tanpa dicantumkan pengarangnya dan digunakan dalam kehidupan masyarakat. 2. bentuknya terikat oleh konvensi-konvensi tertentu yang seterusnya memberikan bentuk dan struktur pada puisinya. 3. bersifat fungsional yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pantun untuk kegiatan seni yang berunsur hiburan dan ritual. 4. puisi tradisional berhubungan erat dengan magis dalam maksud dan pengertian yang luas. 5. sebagai bahan yang berunsur magis dan ritual, puisi dianggap suci. 6. puisi Melayu tradisional juga mengandung unsur musik. 7. bahasanya padat, mengandung unsur lambang, imaji, kias, dan perbandinganperbandingan lain yang tepat dengan maksud dan fungsinya. Perpuisian Melayu tradisional sebagian besar tidak bernama (anonim) dan merupakan hasil dari kekayaan intelektual, ketinggian, ketajaman imajinasi,

6 kehalusan jiwa para penggubahnya, dan keterbukaan orang Melayu terhadap dunia luar (Shafie Abu bakar, 1997:17 dalam Abd Rachman Abror, 2009: 81). Sebagai salah satu jenis puisi Melayu tradisional, secara umum terdapat dua aspek penting dari pantun, yaitu aspek luar dan aspek dalam (Mat Piah, 1989: dalam Abd Rachman Abror 2009:82): 1. Aspek luar adalah struktur dan seluruh ciri visual yang dapat dilihat dan didengar, yaitu: a. terdiri dari rangkap-rangkap yang bersaingan. Setiap rangkap terjadi dari garis-garis yang sejajar dan berpasangan, tetapi umumnya empat baris. b. setiap baris mengandung empat kata dasar. Jadi, unit yang penting ialah perkataan, sedangkan suku kata merupakan aspek sampingan. c. adanya klimaks, yaitu perpanjangan atau kelebihan jumlah unit suku kata atau perkataan pada bait isi. d. setiap stanza terbagi pada dua unit, yaitu sampiran dan isi pada setiap baitnya. e. adanya skema rima yang tetap, yaitu rima akhir a-b-a-b, dengan sedikit variasi a-a-a-a. Selain rima, asonansi juga merupakan aspek yang dominan dalam pembentukan sebuah pantun. f. setiap bait pantun dalam semua bentuknya mengandung satu pikiran yang bulat dan lengkap. 2. Aspek dalam adalah unsur-unsur yang dapat dirasakan secara subjektif menurut pengalaman dan pemahaman pendengar yaitu:

7 a. penggunaan lambang-lambang tertentu menurut anggapan dan sudut pandang masyarakat. b. adanya relasi makna antara pasangan sampiran dan pasangan isi, juga ada hubungan konkret atau abstrak atau melalui lambang-lambang. Berikut adalah contoh pantun tradisional Melayu Apa guna pasang pelita Jika tidak dengan sumbunya? Apa guna bermain mata Kalau tidak dengan sungguhnya? Maksud dan isi dari pantun di atas terkandung dalam dua baris terakhir. Dua baris pertama hanya bertindak sebagai indikator atau awal. Peran paling penting dari indikator ini adalah untuk menjalankan fungsi rima. 2.4 Strategi Penerjemahan Strategi penejemahan dimaknai sebagai tuntunan teknis untuk menerjemahkan frase demi frase atau kalimat demi kalimat, dengan kata lain strategi penerjemahan adalah taktik penerjemah untuk menerjemahkan kata atau kelompok kata, atau mungkin kalimat penuh bila kalimat tersebut tidak bisa di pecah lagi menjadi unit yang lebih kecil untuk diterjemahkan (Suryawinata & Hariyanto, 2003:67). Sementara itu, Silalahi (2009: 29) menguraikan bahwa strategi penerjemahan diterapkan pada saat proses penerjemahan berlangsung, baik pada tahap analisis teks BS maupun pada tahap pengalihan pesan. Oleh sebab itu, strategi penerjemahan dimulai dari disadarinya permasalahan oleh penerjemah dan diakhiri

8 dengan dipecahkannya permasalahan atau disadarinya bahwa masalah tersebut tidak dapat dipecahkan. Ada beberapa teori mengenai strategi penerjemahan yang dikemukakan oleh pakar bahasa, antara lain: Newmark (1988: 81-93) menawarkan strategi penerjemahan secara semantis, yaitu pentransferan, naturalisasi, padanan budaya, padanan fungsi, padanan deskriptif, sinonim, terjemahan langsung, transposisi, modulasi, terjemahan resmi, kompensasi, reduksi dan ekspansi, parafrasa, pencatatan, dan penambahan. Strategi penerjemahan yang dipaparkan oleh Newmark tersebut dapat menjadi acuan bagi penerjemah untuk konsep-konsep yang tidak dikenal dalam bahasa penerima. Strategi ini bersifat umum. Artinya, belum dimaksudkan untuk jenis teks tertentu. Menurut Baker (1992: 26-38) strategi penerjemahan untuk kata atau ungkapan yang tidak memiliki padanan dalam BT meliputi: 1. Penerjemahan dengan menggunakan kata yang lebih umum. Strategi ini adalah strategi yang paling umum yang dipakai oleh penerjemah untuk mencari padanan dari berbagai macam kata yang tidak memiliki padanan langsung. 2. Penerjemahan dengan menggunakan kata yang lebih netral. Strategi ini digunakan untuk mengurangi kesan negatif yang ditimbulkan oleh kata dalam BS yang dikarenakan oleh makna yang dimiliki oleh kata dalam BS tersebut.

9 3. Penerjemahan dengan menggunakan pengganti kebudayaan. Strategi penerjemahan ini adalah dengan mengganti konsep kebudayaan pada BS dengan konsep kebudayaan BT yang setidaknya memiliki makna yang menyerupai dalam BS tersebut. 4. Penerjemahan dengan menggunakan kata serapan atau kata serapan yang disertai dengan penjelasan. Strategi ini sering digunakan dalam menerjemahkan kata yang berhubungan dengan kebudayaan, konsep modern dan kata yang tidak jelas maknanya. 5. Penerjemahan dengan parafrase. Strategi ini digunakan ketika konsep yang diungkapkan dalam BS memiliki makna kamus dalam BT tetapi memiliki bentuk yang berbeda, dan frekuensi kemunculan kata tersebut lebih sering dalam BS. Penerjemahan dengan parafrase ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan kata-kata yang berbeda atau menggunakan kalimat untuk mengungkapkan makna kata yang terdapat dalam BS. Berikut ini adalah strategi penerjemahan yang dibagi menjadi dua jenis utama menurut Suryawinata dan Hariyanto (2003:.67). Pertama adalah strategi struktural yang berkenaan dengan struktur kalimat. Strategi struktural ini bersifat wajib dilakukan karena jika tidak hasil terjemahannya akan tidak berterima secara struktural di dalam BT. Strategi yang kedua adalah strategi semantis yang langsung terkait dengan makna kata atau kalimat yang sedang diterjemahkan.

10 2.4.1 Strategi Struktural Menurut Suryawinata dan Hariyanto (2003:70) terdapat tiga strategi dasar yang berkenaan dengan masalah struktur, yaitu penambahan, pengurangan, dan transposisi. 1. Penambahan Penambahan atau addition adalah penambahan kata atau elemen struktural di dalam BT karena struktur BT mengharuskan begitu. Penambahan ini merupakan suatu keharusan bukan pilihan. Contoh: BS : Saya Guru BT : I am a teacher Dari contoh di atas, kata am, dan a harus ditambahkan demi keberterimaan struktur BT. Contoh lainnya adalah: BS : Saya tidak suka nasi goreng. BT : I do not like fried rice. Dalam contoh di atas kata do juga harus ditambahkan karena alasan yang sama, yakni keberterimaan struktur BT. 2. Pengurangan Pengurangan atau substraction adalah pengurangan elemen struktural di dalam BT. Seperti halnya penambahan, pengurangan ini merupakan keharusan bukan pilihan.

11 Contoh: BS : Mereka saling menyalahkan satu sama lain. BT : They blame each other. Dari contoh di atas elemen struktural yaitu saling dikurangkan dalam BT. Contoh lain: BS : Saya membelikan dua buah buku untuknya. BT : I bought two books for him. Dari contoh di atas kata buah dikurangi dalam BT demi keberterimaan struktur BT. 3. Transposisi Strategi penerjemahan ini digunakan untuk menerjemahkan kata, frase, klausa atau kalimat. Transposisi dapat dianggap sebagai keharusan atau sebagai pilihan. Transposisi menjadi keharusan apabila tanpa strategi ini makna BS tidak tersampaikan. Transposisi menjadi pilihan apabila dilakukan karena alasan gaya bahasa saja. Artinya, tanpa transposisi pun makna BS sudah bisa diterima oleh pembaca teks BT. Dengan strategi ini penerjemah mengubah struktur asli BS di dalam kalimat BT untuk mencapai efek yang padan. Pengubahan ini bisa berupa pengubahan bentuk jamak ke bentuk tunggal, posisi kata sifat, bahkan pengubahan struktur kalimat secara keseluruhan (Newmark, 1988: 85). Pemisahan satu kalimat BS menjadi dua kalimat BT atau lebih, pengubahan letak kata sifat di dalam frase nomina, pengubahan dari bentuk kata jamak menjadi

12 tunggal atau sebaliknya, atau penggabungan dua atau lebih kalimat BS menjadi satu kalimat BT juga termasuk dalam strategi transposisi ini. Contoh: BS : Alat musik bisa dibagi menjadi dua kelompok dasar. BT : Musical instruments can be divided into two basic groups. Dari contoh diatas, letak kata sifat di dalam dua frase nomina alat musik dan dua kelompok dasar di ubah letaknya, hal ini karena untuk banyak hal, bahasa Indonesia mempunyai hukum D-M (diterangkan-menerangkan), jadi letak kata sifat tersebut harus diubah. Dalam bahasa Inggris kata sifat berfungsi sebagai unsur menerangkan harus berada di depan yang diterangkan. Pengubahan itu bisa digambarkan sebagai berikut: Alat musik : Musical instruments Dua kelompok dasar : Two basic groups : Selain pengubahan letak kata sifat seperti di atas, dari contoh tersebut juga terdapat pengubahan dari bentuk kata tunggal menjadi jamak. Kata alat (tunggal) diterjemahkan menjadi instruments (jamak). Demikian juga dengan kata kelompok (tunggal) diterjemahkan menjadi groups (jamak) Strategi Semantis Strategi semantis adalah strategi penerjemahan yang dilakukan dengan pertimbangan makna. Strategi ini ada yang diterapkan pada tataran kata, frase maupun kalimat. Suryawinata dan Hariyanto (2003:72-75) mengklasifikasikan strategi semantis sebagai berikut:

13 1. Pungutan Pungutan atau borrowing adalah strategi penerjemahan yang membawa langsung kata BS ke dalam teks BT. Penerjemah sekedar memungut kata BS yang ada. Salah satu alasan digunakannya strategi ini adalah untuk menunjukkan penghargaan terhadap kata-kata tersebut. Alasan lain adalah belum ditemuinya padanan di dalam BT. Pungutan bisa mencakup transliterasi dan naturalisasi. Transliterasi adalah strategi yang mempertahankan kata-kata BS tersebut secara utuh baik bunyi maupun tulisannya. Sedangkan dengan naturalisasi kata-kata BS tersebut ucapan dan penulisannya disesuaikan dengan aturan BT. Naturalisasi ini juga sering disebut dengan adaptasi. Contoh : BS : mall Transliterasi : mall (bunyi) Naturalisasi dalam BT : mal (bunyi dan tulisan) Strategi pungutan ini biasanya digunakan untuk kata-kata atau frase-frase yang berhubungan dengan nama orang, nama tempat, gelar lembaga, atau istilah-istilah yang belum ada dalam BT. 2. Padanan Budaya Dengan strategi padanan budaya atau Cultural Equivalent ini penerjemah menggunakan kata khas dalam BT untuk mengganti kata khas dalam BS. Hal utama yang perlu diperhatikan adalah kata khas budaya diganti dengan kata yang juga khas di dalam BT. Karena budaya dari suatu bahasa dengan budaya dari

14 bahasa lain kemungkinan besar berbeda, maka kemungkinan besar strategi ini tidak bisa menjaga ketepatan makna. Meskipun begitu strategi ini bisa membuat kalimat dalam BT menjadi mulus dan enak dibaca. Contoh: BS BT : Jaksa Agung : Attorney General Di dalam bahasa Inggris Jaksa Agung diterjemahkan menjadi Attorney General (bukan Great Attorney). Hal ini dikarenakan jabatan Jaksa Agung di Inggris dinamakan Attorney General. 3. Analisisis Komponensial Menurut Larson (1984: 96), penerjemah tidak hanya berurusan dengan konsep dalam satu sistem bahasa, tetapi juga konsep dalam sistem dari dua bahasa. Karena setiap bahasa menggambarkan suatu daerah tertentu, realitas atau pengalaman yang berbeda, penerjemah harus seakurat mungkin memeriksa setiap kata dalam kedua sistem bahasa untuk menemukan kata atau frase yang paling akurat dalam BT. Menurut Newmark (1988: 90) "satu-satunya tujuan analisis komponensial dalam penerjemahan adalah untuk mencapai akurasi terbesar dengan BT. Dengan strategi analisis komponensial sebuah kata BS diterjemahkan ke dalam BT dengan cara merinci komponen-komponen makna kata BS tersebut. Hal ini disebabkan karena tidak adanya padanan satu-satu di BT, namun penerjemah menganggap bahwa pembaca perlu tahu arti yang sebenarnya.

15 Contoh: BS BT : Gadis itu menari dengan luwesnya : The girl is dancing with great fluidity and grace. Dengan strategi ini, luwes bisa diterjemahkan menjadi bergerak dengan halus dan anggun atau dalam bahasa Inggris dapat diterjemahkan move with great fluidity and grace. 4. Penyusutan Strategi ini mengacu pada penyusutan komponen kata BS setelah diterjemahkan ke dalam BT untuk menghasilkan makna yang relevan. Strategi penyusutan ini harus menghormati prinsip relevansi, yaitu, penerjemah harus memastikan bahwa tidak ada informasi penting yang terdapat dalam terjemahan (Newmark, 1988:90) Contoh: BS BT : Dia belajar ilmu politik di Universitas tersebut. : He studies politics in the University Dari contoh diatas penerjemah menyusutkan jumlah komponen kata BS ilmu politik menjadi politics di dalam BT demi mempertimbangkan prinsip relevansi makna. Contoh: BS BT : automobile : mobil Dari contoh di atas kata automobile dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi mobil dalam bahasa Indonesia. Disini terlihat elemen kata auto disusutkan

16 menjadi mobil saja. Dalam kedua bahasa tersebut, baik bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia, kata automobile dan mobil mengacu pada makna yang sama. 5. Perluasan Perluasan adalah lawan penyusutan. Perluasan mengacu pada hal dimana penerjemah memperbanyak jumlah kata BS dalam BT untuk mendapatkan makna yang paling tepat. Contoh: BS BT : Whale : ikan paus Kata whale diterjemahkan menjadi ikan paus, elemen ikan ditambahkan karena jika diterjemahkan paus saja maknanya akan kurang baik di dalam bahasa Indonesia, karena paus berarti pemimpin umat Katolik sedunia, atau the pope dalam bahasa Inggris. Selanjutnya, strategi perluasan juga terjadi ketika penerjemah mencoba untuk bergerak dari implisit menjadi eksplisit. Contoh: BS BT : the child cries for the toy : anak itu menangis untuk mendapatkan mainan The child cries for the toy kurang tepat bila diterjemahkan menjadi "anak itu menangis untuk mainan, karena kata untuk pada kalimat di atas tidak menyampaikan makna yang tepat dan dapat membingungkan pembaca. Jadi penerjemah harus mencari makna eksplisit dari kata untuk dalam kalimat

17 tersebut, yang bermakna (agar/supaya mendapatkan). Maka terjemahannya menjadi lebih baik jika, anak itu menangis untuk mendapatkan mainan. 6. Penambahan Berbeda dengan penambahan pada strategi struktural, penambahan ini dilakukan karena pertimbangan kejelasan makna. Penerjemah memasukkan informasi tambahan di dalam teks terjemahannya karena penerjemah berpendapat bahwa pembaca memang memerlukannya. Menurut Newmark (1988: 91-92) informasi tambahan ini bisa diletakkan di dalam teks, di bagian bawah halaman (berupa catatan kaki), atau di bagian akhir dari teks. Prosedur ini biasanya digunakan untuk membantu menerjemahkan kata-kata yang berhubungan dengan budaya, teknis, atau ilmu-ilmu lainnya. Contoh: BS : The skin, which is hard and scaly, is greyish in color, thus helping to camouflage it from predators when underwater. BT : Kulitnya, yang keras dan bersisik, berwarna abu-abu. Dengan demikian, kulit ini membantunya berkamuflase, menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan untuk menyelamatkan diri dari predator, hewan pemangsa, jika berada di dalam air. Dari contoh di atas, camouflage dan predator dipungut ke dalam BT. Selain itu, informasi tambahan tentang masing-masing istilah ilmu biologi ini juga diberikan. Tambahan tersebut adalah menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan

18 hewan pemangsa. Penambahan dimaksudkan untuk pertimbangan stilistika atau kelancaran kalimat BT. 7. Penghapusan Penghapusan atau omission berarti penghapusan kata atau bagian teks BS di dalam teks BT. Penghapusan dapat berarti tidak diterjemahkannya kata atau bagian teks BS ke dalam BT. Pertimbangannya adalah kata atau bagian teks BS tersebut tidak begitu penting bagi keseluruhan teks BT atau bisa saja agak sulit untuk diterjemahkan. Jadi, mungkin saja penerjemah berpikir, daripada harus menerjemahkan kata atau bagian teks BS dengan konsekuensi pembaca BT bingung, maka lebih baik bagi penerjemah untuk menghilangkan saja bagian itu karena perbedaan maknanya tidak signifikan. Contoh: BS BT : Sama dengan raden ayu ibunya, katanya berbisik. : Just like her mother, she whispered Secara makna, dalam contoh di atas terlihat penerjemah memilih untuk tidak menerjemahkan frase raden ayu, tetapi hanya menerjemahkan ibunya menjadi her mother. Hal ini dilakukan karena mungkin saja penerjemah menganggap bahwa raden ayu tidak memiliki fungsi yang signifikan dalam kalimat BS dan lebih mudah difahami dalam BT. 8. Modulasi Modulasi adalah strategi untuk menerjemahkan frase, klausa, atau kalimat dimana penerjemah memandang pesan dalam kalimat BS dari sudut yang berbeda

19 (Newmark, 1988:88). Strategi ini digunakan jika penerjemahan kata-kata dengan makna literal tidak menghasilkan terjemahan yang wajar atau luwes. Contoh: BS BT : I get my hair cut. : Rambutku di potong Dari contoh di atas, penerjemah memandang persoalannya dari objeknya, yaitu rambut, bukan dari segi pelaku I. Cara pandang ini merupakan suatu keharusan karena struktur BT memang menghendaki begitu. (Contoh kalimat ini bisa juga disebut transposisi, karena struktur kalimat aktif diubah menjadi pasif). BS : Anthropologist have reacted to the diversity of cultural arrangements in two ways. BT : Terhadap keragaman pengaturan budaya, reaksi antropolog dapat dibedakan menjadi dua corak. Pada contoh terjemahan di atas terjadi keduanya, modulasi dan transposisi. Modulasi yang terjadi pada terjemahan di atas terdapat pada frase dapat dibedakan menjadi yang dalam BS ini hanya tersirat. Salah satu ciri modulasi yaitu apa yang tersirat dalam BS menjadi tersurat dalam BT. Transposisi pada terjemahan kalimat di atas yaitu pemilihan gaya penerjemahan. Biasanya seorang penerjemah akan menerjemahkan mulai dari subjek kalimat, yaitu anthropologists. Akan tetapi, dari contoh di atas penerjemah memulai dari frase to the diversity of cultural arrangements.

20 Strategi struktural dan strategi semantis sebenarnya secara bersama-sama digunakan penerjemah. Penerjemah selayaknya menggunakan strategi tertentu di dalam proses penerjemahannya. Strategi-strategi ini digunakan secara berkombinasi di dalam proses penerjemahan (Suryawinata & Hariyanto, 2003:76). 2.5 Penerjemahan Pantun Penerjemahan karya sastra khususnya pantun tidak sama dengan penerjemahan teks pada umumnya, karena bukan hanya makna yang akan dipindahkan dari BS ke BT, tetapi juga harus mempertimbangkan sisi estetika yang menjadi ciri khas sebuah pantun. Menurut Andre Lavefere dalam Basnett-McGuire dalam Suryawinata dan Hariyanto dalam Kusmawarti (2007:27-28), penerjemahan puisi termasuk pantun dapat dilakukan dengan tujuh metode yaitu: 1. Penerjemahan fonemik Penerjemahan fonemik adalah penerjemahan dengan menciptakan bunyi yang sama antara puisi BS dan BT sekaligus memindahkan makna. Sayangnya, penggunaan metode ini biasanya menghasilkan bunyi yang canggung dan kadang menghilangkan beberapa bagian makna asli. 2. Penerjemahan literal Penerjemahan literal adalah penerjemahan kata demi kata. Metode ini tidak akan mampu memindahkan makna asli, karena frase dan struktur kalimat cenderung jauh dari BT.

21 3. Penerjemahan metris Penerjemahan metris adalah penerjemahan yang menekankan agar menghasilkan metris yang sama antara puisi asli dan puisi BT. Setiap bahasa memiliki sistem penekanan dan ejaan masing-masing. Karena itu metode ini akan menghasilkan hasil terjemahan yang tidak sesuai secara makna dan struktur. 4. Penerjemahan bait ke prosa Penerjemahan bait ke prosa adalah penerjemahan makna ke BT dalam bentuk prosa. Kelemahan dari metode ini adalah hilangnya sisi keindahan dari puisi asli. 5. Penerjemahan rima/sajak Penerjemahan rima adalah penerjemahan yang menekankan pada pemindahan rima puisi asli ke BT. Hasil terjemahannya akan sesuai secara fisik tetapi cenderung tidak sesuai secara makna. 6. Penerjemahan bait secara bebas Penerjemahan bait secara bebas adalah penerjemahan dengan memindahkan makna puisi asli dengan menggunakan padanan yang akurat dan memiliki nilai sastra dalam BT. Penggunaan metode ini cenderung mengabaikan rima dan metris puisi asli. Hasil terjemahannya akan berbeda secara fisik, tetapi secara semantik sama. 7. Penerjemahan Interpretasi Penerjemahan interpretasi adalah menerjemahkan dengan cara interpretasi pribadi penerjemah. Ada dua jenis interpretasi; yang pertama adalah versi dan yang kedua adalah imitasi. Hasil terjemahan versi mengacu pada puisi yang secara

22 semantik sama dengan puisi asli, tetapi secara fisik sangat berbeda. Sedangkan terjemahan imitasi menghasilkan puisi yang sangat berbeda, tetapi susunan, topik, dan starting point sama dengan puisi asli. Penerjemahan literal, metris, dan rima menekankan pada bentuk atau struktur poetik dari sebuah puisi, sedangkan penerjemahan fonemik, penerjemahan bait ke prosa, penerjemahan bait secara bebas, dan penerjemahan interpretasi menekankan pada makna yang akan dipindahkan dari BS ke BT. Semua metode di atas hanya menekankan pada satu atau beberapa komponen poetik. Aristotle dalam Shunmugam (2007:22) mengasumsikan bahwa bahasa puisi (termasuk pantun) adalah penyimpangan dari bahasa biasa. Meskipun ini tidak sepenuhnya benar, namun seringkali penciptaan bahasa puisi mengabaikan normanorma semantik dan sintaktik untuk menghasilkan efek tertentu pada sebuah karya puisi. Suatu penyimpangan linguistik tidak terjadi secara acak dalam suatu karya sastra, tidak berdiri sendiri, tetapi berpola dengan gejala linguistik yang lain dalam membentuk suatu kesatuan yang utuh. Penyimpangan tersebut tidak dapat dipahami secara terpisah, tetapi dapat dipahami hubungannya dengan sistem bahasa yang bersangkutan. Penyimpangan itu harus dilihat dalam konteks BS. Menerjemahkan puisi tidaklah mudah, mengingat struktur puisi yang unik dan tidak sama dengan karya sastra jenis lain. Penerjemahan puisi bukan hanya menyangkut kesepadanan kata, tetapi juga berkaitan dengan unsur budaya dan jiwa yang terdapat dalam puisi tersebut (Nababan: 1997:60).

23 Tradisi berpantun telah tersebar luas di dalam masyarakat Melayu tradisional. Begitu luasnya penggunaan pantun dalam masyarakat Melayu sehingga pantun telah membentuk sebagian dari bahasa sehari-hari masyarakat Melayu (Shunmugam, 2007: 26). Pantun dapat dikategorikan sesuai penggunaannya seperti pantun kanak-kanak, dewasa dan orangtua yang secara langsung terpecah lagi menjadi kategori-kategori tertentu seperti pantun mengejek, pantun nasihat, pantun pendidikan dan lain-lain. Pantun memiliki nilai khasanah budaya yang cukup besar pengaruhnya dalam masyarakat Melayu. Pantun sebagai khasanah tradisi lisan mempunyai peran sosiobudaya dalam masyarakat Melayu. Dalam Kristantohadi (2010:15), pantun harus memenuhi format struktural yaitu baris pantun harus berpola rima dalam posisi kata terakhir. Setiap baris terdiri dari antara 8 sampai 12 suku kata, biasanya yang terbaik adalah 9 suku kata. Pantun telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa sejak abad ke-19, terutama oleh non-penutur asli bahasa Melayu. Yang paling utama dalam penerjemahan pantun adalah kontribusinya terhadap penyebaran pantun kepada pembaca non-melayu. Di bawah ini adalah sebait pantun Melayu dan terjemahannya dalam bahasa Inggris oleh Katharine Sim: Sirih kuning dalam lalang Jatuh sehelai ditepuk hujan Putih kuning lalu-lalang Bagai kilat hari nak hujan Golden fair in the long grass One blade falls, struck down by rain Golden girl going to and fro, You re summer lightning before the storm

24 2.6 Katharine Sim Katharine Sim (1913-tak diketahui) adalah wanita berkebangsaan Inggris yang berminat besar dalam bahasa dan budaya Melayu. Ia tinggal di Singapura bersama suaminya; seorang pegawai negeri sipil yang juga berkebangsaan Inggris. Sim tinggal cukup lama di Malaysia dan Singapura sehingga ia memiliki dasar yang kuat dalam menerjemahkan pantun Melayu Malaysia ke dalam bahasa Inggris. Beberapa karyanya yang terkenal: 1. These I Have Loved (1947) 2. Journey Out of Asia (Jan 1, 1955) 3. Malacca Boy (1957) 4. More Than a Pantum (1957, revisi Des 31, 1987) 5. Malayan Landscape (Hardcover ) 6. Black Rice (1959) 7. The Moon at My Feet (1959) 8. The jungle ends here (1961) 9. Costumes of Malaya (1963) 10. Malayan Landscape (Reprint Edition) (1969) 11. Desert Traveller: The Life of Jean Louis Burckhardt (Paperback - Jun 2001) 12. Jean Louis Burckhardt: a Biography by Katharine Sim (Paperback ) Sim menginjakkan kakinya pertama kali di semenanjung Malaysia setibanya dari Inggris sebagai memsahib muda mendampingi suaminya Stuart Sim, seorang pegawai negeri sipil di kantor bea cukai Parit Buntar, Perak, Penang. Dari sinilah kecintaan Sim terhadap kebudayaan Melayu mulai dituangkan ke dalam tulisan. Sebagai seniman profesional, Sim juga menuangkan inspirasinya terhadap Melayu di atas kanvas. Sim mengakui bahwa selama periode lima tahun terakhir sebelum dirinya dan sang suami akan meninggalkan Malaya pada tahun 1960 karena pensiun muda, dia tetap berusaha merangkul budaya Melayu, bahkan Sim berani menulis di

25 bawah nama samaran Melayu untuk koran lokal Inggris. Semua usahanya itu sangat membuka wawasan dan menambah pengalaman, ungkap Sim. (Shunmugam 2010:88).

Bab I PENDAHULUAN. Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris

Bab I PENDAHULUAN. Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris telah dilakukan oleh praktisi atau pakar-pakar terjemahan untuk penyebaran informasi dari satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga bahasa asal novel yang berbeda dengan bahasa-bahasa di negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. juga bahasa asal novel yang berbeda dengan bahasa-bahasa di negara lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra dalam bentuk novel masih terus tumbuh dan berkembang pesat hingga sekarang. Banyak penulis-penulis baru yang bermunculan. Meskipun demikian, tidak sedikit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku tersebut memiliki nilai budaya yang dapat membedakan ciri yang satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya dengan seni dan sastra seperti permainan rakyat, tarian rakyat, nyanyian rakyat, dongeng,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak hanya memiliki kekayaan alam yang subur, tetapi juga terdiri atas berbagai suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga dewasa sekalipun. Manfaat yang dapat diperoleh antara lain sebagai hiburan, penghilang stres, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pulau, daerah di Indonesia tersebar dari sabang sampai merauke.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pulau, daerah di Indonesia tersebar dari sabang sampai merauke. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan berbagai macam sumber daya alam serta keberagaman suku dan budaya. Sebagai negara dengan beberapa pulau, daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan tersebut terlihat pada berbagai kebudayaan serta adat istiadat yang dimiliki oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara verbal. Tentunya ilmu bahasa atau sering disebut linguistik memiliki cabangcabang ilmu bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya.

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa terlepas dari bahasa. Sebab bahasa merupakan alat bantu bagi manusia dalam berinteraksi dengan sesamanya. Segala aktivitas

Lebih terperinci

TEKNIK PENERJEMAHAN BSu BSa

TEKNIK PENERJEMAHAN BSu BSa TEKNIK PENERJEMAHAN Teknik penerjemahan ialah cara yang digunakan untuk mengalihkan pesan dari ke, diterapkan pada tataran kata, frasa, klausa maupun kalimat. Menurut Molina dan Albir (2002), teknik penerjemahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penerjemahan merupakan suatu proses komunikasi antar dua bahasa. Maksudnya adalah menyampaikan kembali maksud atau isi pesan dalam teks sumber sehingga dapat dimengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Kemampuan mengomunikasikan pikiran dan

I. PENDAHULUAN. Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Kemampuan mengomunikasikan pikiran dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Kemampuan mengomunikasikan pikiran dan perasaan kepada pihak lain terwujud dalam kegiatan berbahasa. Di dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide,

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide, maupun isi pikiran kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keniscayaan karena kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. keniscayaan karena kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada zaman globalisasi ini, penerjemahan merupakan sebuah keniscayaan karena kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan yang semakin meningkat sehingga penerjemahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi

BAB I PENDAHULUAN. Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabhanti Watulea merupakan tradisi lisan masyarakat Watulea di Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara. Kabhanti Watulea adalah

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE SETIA (FAITHFUL) DALAM MENERJEMAHKAN KARYA SASTRA BERUPA CERITA PENDEK

PENGGUNAAN METODE SETIA (FAITHFUL) DALAM MENERJEMAHKAN KARYA SASTRA BERUPA CERITA PENDEK PENGGUNAAN METODE SETIA (FAITHFUL) DALAM MENERJEMAHKAN KARYA SASTRA BERUPA CERITA PENDEK Muhammad Aprianto Budie Nugroho Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Kuningan, Indonesia Emai: muh.apriantobn@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK SKRIPSI Usulan Penelitian untuk Skripsi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lahir, hidup dan berinteraksi secara sosial-bekerja, berkarya,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lahir, hidup dan berinteraksi secara sosial-bekerja, berkarya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia lahir, hidup dan berinteraksi secara sosial-bekerja, berkarya, beribadah, dan dilatarbelakangi oleh lingkungan budaya di mana ia hidup. Budaya memiliki norma-norma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu sistem yang membentuk tatanan kehidupan dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh individu dengan individu lainnya atau antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memahami sebuah karya sastra pada dasarnya bukanlah persoalan mudah, karena pemahaman sastra berkaitan erat dengan proses sifat karya sastra itu sendiri. Maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi, dibalik kemajuan teknologinya yang pesat

Lebih terperinci

2015 RELEVANSI GAYA BAHASA GURIND AM D UA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI D ENGAN KRITERIA BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA D AN SASTRA IND ONESIA D I SMA

2015 RELEVANSI GAYA BAHASA GURIND AM D UA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI D ENGAN KRITERIA BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA D AN SASTRA IND ONESIA D I SMA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap kali gurindam disebut, maka yang terbesit tidak lain ialah Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji. Seakan-akan hanya Gurindam Dua Belas satu-satunya

Lebih terperinci

Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah.

Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Pengertian dan Unsur-unsurnya Karya sastra secara umum bisa dibedakan menjadi tiga: puisi, prosa, dan drama. Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poesis, yang berarti membangun,

Lebih terperinci

KETIDAKAKURATANNYA MENGANALISA TERJEMAHAN DALAM SUBTITLE BAHASA INDONESIA UNTUK FILM TOY STORY 3

KETIDAKAKURATANNYA MENGANALISA TERJEMAHAN DALAM SUBTITLE BAHASA INDONESIA UNTUK FILM TOY STORY 3 KETIDAKAKURATANNYA MENGANALISA TERJEMAHAN DALAM SUBTITLE BAHASA INDONESIA UNTUK FILM TOY STORY 3 Samsul Hadi, Ismani STKIP PGRI Pacitan samsulhadi.mr@gmail.com, ismanipjkr@gmail.com ABSTRAK. Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode merupakan alat untuk menyederhanakan masalah, sehingga masalah tersebut dapat lebih mudah untuk dipecahkan dan dipahami (Ratna, 2004, hlm; 34). Penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Bahasa Mandarin

BAB II LANDASAN TEORI. A. Bahasa Mandarin BAB II LANDASAN TEORI A. Bahasa Mandarin 1. Definisi Bahasa Mandarin Bahasa mandarin merupakan salah satu bahasa yang paling sering bei digunakan di dunia ini. Dalam pengertian luas, Mandarin berarti 北

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan adalah pengalihan makna dari bahasa sumber (BS) ke bahasa target (BT) dan makna BS harus dapat dipertahankan sehingga tidak terjadi pergeseran makna pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah salah satu hasil dari kebudayaan. Sastra merupakan kreasi manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra manusia bisa menuangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempelajari bahasa Inggris terutama yang berkenaan dengan makna yang terkandung dalam setiap unsur suatu bahasa, semantik merupakan ilmu yang menjadi pengukur

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua

BAB I PENDAHULUAN. Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua negara ini sama sama menghasilkan karya karya sastra dalam bentuk puisi terutama puisi puisi

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini Penulis akan menjabarkan tentang teori yang digunakan Penulis

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini Penulis akan menjabarkan tentang teori yang digunakan Penulis Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini Penulis akan menjabarkan tentang teori yang digunakan Penulis dalam menerjemahkan lirik lagu Sepasang Mata Bola karya Ismail Marzuki. Penerjemahan lirik lagu ini membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan perasaannya bilamana tidak saling menyerap tanda-tanda yang

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan perasaannya bilamana tidak saling menyerap tanda-tanda yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya bahasa dipahami sebagai alat komunikasi dalam kehidupan masyarakat. Manusia dalam hidup bermasyarakat saling menyampaikan pikiran dan perasaannya. Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia. Perbedaan bahasa kini sudah tidak menjadi pengahalang lagi

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia. Perbedaan bahasa kini sudah tidak menjadi pengahalang lagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini semakin banyak cara yang digunakan untuk mengetahui keadaan di seluruh dunia. Perbedaan bahasa kini sudah tidak menjadi pengahalang lagi bagi kita.

Lebih terperinci

Contoh: (1) Tsu : A, a kibun onsenyado da ne korya. (CMCJ. Tsa Wah, nikmatnya scpcrti scdang berlibur ke pemandian air paiias saja (CMCI5:42)

Contoh: (1) Tsu : A, a kibun onsenyado da ne korya. (CMCJ. Tsa Wah, nikmatnya scpcrti scdang berlibur ke pemandian air paiias saja (CMCI5:42) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa menurut Koentjaraningrat merapakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan yang bersifat universal. Unsur-unsur yang lainnya adalah sistem pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sekolah. Lerner (dalam Mulyono, 2003:224) berpendapat bahwa menulis adalah

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sekolah. Lerner (dalam Mulyono, 2003:224) berpendapat bahwa menulis adalah 8 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakekat Menulis Menulis bukan hanya menyalin tetapi juga mengekspresikan pikiran dan perasaan ke dalam lambang-lambang tulisan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi antar manusia dibutuhkan bahasa yang disepakati oleh pengguna bahasa itu sendiri. Bahasa mempunyai keterikatan dan keterkaitan dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dengan menggunakan perantara. Komunikasi bahasa tulis

BAB I PENDAHULUAN. informasi dengan menggunakan perantara. Komunikasi bahasa tulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat merupakan pemakai bahasa dalam berkomunikasi dengan orang lain. Sebagai bentuk komunikasi, mereka menggunakan media yang berbeda-beda. Secara garis besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam menggunakan bahasa saat berkomunikasi baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Di dalam berbahasa,

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan 192 BAB 6 PENUTUP Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan kewajaran (Larson, 1989:53). Ketepatan berarti bahwa terjemahan harus menyampaikan pesan sesuai dengan yang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

ESAI KRITIK SUDAH LARUT SEKALI, CHAIRIL ANWAR: KAWANKU DAN AKU ANALISIS ESAI

ESAI KRITIK SUDAH LARUT SEKALI, CHAIRIL ANWAR: KAWANKU DAN AKU ANALISIS ESAI ESAI KRITIK SUDAH LARUT SEKALI, CHAIRIL ANWAR: KAWANKU DAN AKU ANALISIS ESAI Dalam kritik yang diberikan Teeew atas karya sastra SUDAH LARUT SEKALI : Kawanku dan Aku karya Chairil Anwar ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 109 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan dipaparkan tentang simpulan dan saran yang didapat setelah melakukan analisis data berupa majas ironi dan sarkasme dalam novel The Return of Sherlock Holmes dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari sebuah kesusastraan, terlepas dari apakah kegiatan bersastra dilakukan didasari ataupun tanpa didasari kesadaran untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengertian Penerjemahan. Penerjemahan menurut Eugene A. Nida dan Charles R. Taber dalam buku

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengertian Penerjemahan. Penerjemahan menurut Eugene A. Nida dan Charles R. Taber dalam buku 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Penerjemahan Penerjemahan menurut Eugene A. Nida dan Charles R. Taber dalam buku yang berjudul Panggilan Menjadi Penerjemah adalah translating consists in reproducing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling penting dalam kehidupan manusia. Manusia dapat mengungkapkan buah pikirannya, perasaannya,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN A. PENGANTAR Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) merupakan salah satu unsur dalam Tri Darma Perguruan Tinggi. Secara umum, PkM tidak hanya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Wibowo (2001:3) bahasa

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Wibowo (2001:3) bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia, dengan bahasa orang bisa bertukar pesan dan makna yang digunakan untuk berkomunikasi oleh

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, penulis akan memberikan kesimpulan serta saran berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab sebelumnya. 5.1 Kesimpulan 5.1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki peranan penting dalam hal berkomunikasi. Fungsi penting dari bahasa adalah menyampaikan pesan dengan baik secara verbal atau tulisan. Pesan yang disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum 2013 menempatkan bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesis berbasis teks, beragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Majid (1997:2) dalam Syihabuddin (2002:1) mengatakan bahwa suatu kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Majid (1997:2) dalam Syihabuddin (2002:1) mengatakan bahwa suatu kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Majid (1997:2) dalam Syihabuddin (2002:1) mengatakan bahwa suatu kebudayaan tidak lahir dari kekosongan. Ia didahului oleh kebudayaan-kebudayaan lain yang menjadi unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebudayaan merupakan suatu pola hidup yang kompleks, namun menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebudayaan merupakan suatu pola hidup yang kompleks, namun menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu pola hidup yang kompleks, namun menjadi hal yang rumit karena sifatnya yang abstrak. Kebudayaan menentukan tujuan hidup kelompok masyarakat,

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipilih umat manusia dalam berkomunikasi dibanding berbahasa non lisan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dipilih umat manusia dalam berkomunikasi dibanding berbahasa non lisan. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbahasa adalah suatu hal yang amat lazim diperankan di dalam setiap aspek kehidupan manusia. Tak dapat dipungkiri, kegiatan berbahasa lisan hingga kini masih dipilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan warna kulit, ras, agama, bangsa dan negara. Bahasa merupakan perwujudan suatu konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa adalah ciptaan manusia dan mempunyai muatan budaya dan linguistik dari kelompok pemakai bahasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dilakukan di Universiatas Muhammadiah Purwokerto, yaitu sebagai berikut: Upaya

BAB II LANDASAN TEORI. dilakukan di Universiatas Muhammadiah Purwokerto, yaitu sebagai berikut: Upaya 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian tentang kemampuan menulis pantun sebelumnya sudah pernah dilakukan di Universiatas Muhammadiah Purwokerto, yaitu sebagai berikut: Upaya Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Khasanah budaya bangsa Indonesia yang berupa naskah klasik, merupakan peninggalan nenek moyang yang masih dapat dijumpai hingga sekarang. Naskah-naskah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk karya sastra yang memiliki keindahan dalam bahasanya yaitu puisi. Waluyo (1991:3) mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang paling tua.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai salah satu unsur kesenian yang mengandalkan kreativitas pengarang melalui penggunaan bahasa sebagai media. Dalam hal ini, sastra menggunakan

Lebih terperinci

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna.

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna. PUISI bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna. Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh: diksi, majas, rima dan irama yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Adapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata dan kalimat yang tersusun secara harmonis, sehingga menggugah rasa ingin

BAB I PENDAHULUAN. kata dan kalimat yang tersusun secara harmonis, sehingga menggugah rasa ingin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra dapat disebut sebagai hidangan yang sangat lezat bagi penikmat yaitu masyarakat. Sastra dihidangkan oleh sastrawan dengan keindahan kata dan kalimat yang

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT

ANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berinteraksi antara sesamanya, manusia menggunakan bahasa untuk menyampaikan informasi, gagasan, pendapat serta untuk mengekspresikan diri dan perasaan. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terkadang orang menghadapi kesulitan dalam memahami isi atau makna

BAB I PENDAHULUAN. Terkadang orang menghadapi kesulitan dalam memahami isi atau makna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjemahan dapat dipahami sebagai sebuah proses penyampaian pesan dalam sumber bahasa tertentu yang ditransformasikan ke dalam bahasa lain agar dapat dipahami oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN digilib.uns.ac.id BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri atas dua subbab yaitu simpulan dan saran. Bagian simpulan memaparkan tentang keseluruhan hasil penelitian secara garis besar yang meliputi strategi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan bahasa ringkas, pilihan kata yang konotatif, banyak penafsiran, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan bahasa ringkas, pilihan kata yang konotatif, banyak penafsiran, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Puisi merupakan bentuk karya sastra yang tersaji menggunakan kata-kata yang indah dan kaya bahasa yang penuh makna (Kosasih, 2008: 31). Keindahan puisi ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era globalisasi saat ini yang bercirikan keterbukaaan, persaingan, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era globalisasi saat ini yang bercirikan keterbukaaan, persaingan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini yang bercirikan keterbukaaan, persaingan, dan kesalingtergantungan antar bangsa serta derasnya arus informasi yang menembus batas-batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud atau hasil dari daya imajinasi seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan pengalaman pribadi atau dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari oleh para penuturnya. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses berpikir maupun dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era kemajuan teknologi dewasa ini semakin banyak terjemahan bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks bahasa sumber (TSu) ke dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan memerlukan energi dari alam. Makhluk hidup memiliki karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan memerlukan energi dari alam. Makhluk hidup memiliki karakteristik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makhluk hidup merupakan organisme yang memiliki kemampuan, bernafas, berpindah tempat, merespon perubahan di diri mereka dan lingkungannya 1. Makhluk hidup terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah biografi mengangkat kisah perjalanan hidup seseorang yang. benar-benar ada dan dianggap dapat membawa hikmah bagi para

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah biografi mengangkat kisah perjalanan hidup seseorang yang. benar-benar ada dan dianggap dapat membawa hikmah bagi para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah biografi mengangkat kisah perjalanan hidup seseorang yang benar-benar ada dan dianggap dapat membawa hikmah bagi para pembacanya, baik yang mengenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Akhir-akhir ini segala hal yang berkaitan dengan Korea menjadi begitu diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya Korean wave (Gelombang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, setiap pendidik dituntut harus memiliki berbagai macam cara

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, setiap pendidik dituntut harus memiliki berbagai macam cara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pendidik haruslah menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Oleh karena itu, setiap pendidik dituntut harus memiliki berbagai macam cara untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari Sabang sampai Merauke terdapat suku dan ragam tradisi, seperti tradisi yang ada pada suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puisi merupakan bentuk karya sastra yang sangat populer di kalangan masyarakat sampai saat ini. Puisi digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena kemajuan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi pada dasarnya tidak dapat ditafsirkan secara terpisah, karena dalam bahasa mempunyai satuan-satuan seperti morfem, kata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative Children merupakan buku cerita bilingual yang menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni kegiatan mengubah bentuk bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Dalam The Merriam Webster Dictionary

Lebih terperinci

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU Makalah Bahasa Indonesia KATA PENGANTAR Syukur alhamdulilah kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat yang telah di limpahkannya. Sehingga penyusunan

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 11. PUISILatihan Soal Himne. Balada. Epigram. Elegi

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 11. PUISILatihan Soal Himne. Balada. Epigram. Elegi 1. Puisi baru yang berisi tentang cerita adalah. SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 11. PUISILatihan Soal 11.1 Himne Balada Epigram Elegi Kunci Jawaban : B Himne yaitu puisi yang digunakan sebagai bentuk

Lebih terperinci

menerjemahkan setiap konteks yang ada di dalam suatu karya sastra.

menerjemahkan setiap konteks yang ada di dalam suatu karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terpenting di negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terpenting di negara Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terpenting di negara Republik Indonesia. Pentingnya bahasa itu antara lain bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan memiliki bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan memiliki bahasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan memiliki bahasa yang beragam pula. Walaupun telah ada bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, bahasa daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini subjeknya adalah lirik lagu dalam album musik Klakustik karya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini subjeknya adalah lirik lagu dalam album musik Klakustik karya BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian Pada penelitian ini subjeknya adalah lirik lagu dalam album musik Klakustik karya Kla Project yang dipopulerkan pada tahun 2010 dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita sendiri bisa menjadikannya sebagai sahabat. Buku cerita memberikan informasi kepada anak tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung pada kemampuan dan keterampilannya dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa terdiri dari empat

Lebih terperinci

SASTRA MELAYU HALAMAN SAMPUL SOAL MID SEMESTER JURUSAN SASTRA DAERAH/ MELAYU SEMESTER 2

SASTRA MELAYU HALAMAN SAMPUL SOAL MID SEMESTER JURUSAN SASTRA DAERAH/ MELAYU SEMESTER 2 SASTRA MELAYU HALAMAN SAMPUL SOAL MID SEMESTER JURUSAN SASTRA DAERAH/ MELAYU SEMESTER 2 FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS LANCANG KUNING 2014 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Puisi merupakan karya sastra yang mengandung imajinasi. Bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Puisi merupakan karya sastra yang mengandung imajinasi. Bahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puisi merupakan karya sastra yang mengandung imajinasi. Bahasa yang digunakan dalam puisi cenderung dipadatkan, dipersingkat dan diberi irama dengan bunyi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan. 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teks hukum merupakan jenis teks yang bersifat sangat formal dan sangat terstruktur. Teks hukum ini sangat beragam macamnya, yang paling mudah kita kenali adalah surat

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN PENERAPAN TEKNIK RANGSANG GAMBAR DAN SUMBANG KATA PADA SISWA KELAS VII E DI SMP NEGERI 1 JATEN TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses bersosialisasi tersebut. Komunikasi merupakan cara utama dalam menjalin

BAB I PENDAHULUAN. proses bersosialisasi tersebut. Komunikasi merupakan cara utama dalam menjalin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial yang secara naluriah membutuhkan orang lain dalam bergaul, mengekspresikan diri, mengungkapkan keinginan atau menyatakan

Lebih terperinci