PENGEMBANGAN PANDUAN PELATIHAN MORAL AWARENESS UNTUK SISWA SMP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN PANDUAN PELATIHAN MORAL AWARENESS UNTUK SISWA SMP"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN PANDUAN PELATIHAN MORAL AWARENESS UNTUK SISWA SMP Farida Herna Astuti (Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling FIP IKIP Mataram) ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya moral awareness siswa. Siswa yang memiliki moral awareness yang rendah akan mengalami kesulitan dalam membina hubungan dengan orang lain, menarik diri atau meyendiri, dijauhi oleh teman-temannya, tidak mampu mengekspresikan emosinya, pendiam, pemalu dan tidak mampu mengenal dan memahami dirinya sendiri, tidak bisa menerima diri atau rendah diri. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan panduan pelatihan moral awareness yang memenuhi kriteria akseptabilitas (kegunaan, kelayakan, ketepatan dan kepatutan), dan menghasilkan panduan pelatihan moral awareness yang efektif meningkatkan moral awareness siswa SMP. Model pengembangan menggunakan model Borg & Gall yang dimodifikasi menjadi tiga tahapan pengembangan, yaitu prapengembangan, pengembangan dan pasca pengembangan.rancangan penelitian yang digunakan adalah pre-test, post-test one group design.subjek penelitian adalah siswa SMP Laboratorium UM Malang berjumlah 8 orang, Analisis data penelitian ini menggunakan statistik non parametrik yaitu ujiwilcoxon. Berdasarkan hasil uji Levene test diketahui bahwa perbedaan varian antar distribusi skor (pretest dan posttest) tidak signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data pretest dan postest adalah homegen. Setelah data dipastikan homogen (lulus uji homogenitas) maka, dilakukan analisis uji beda dengan formula Wilcoxon. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa H 0 diterima dan H 0 ditolak, yang berarti tidak ada perbedaan skor rata-rata kesadaran moral siswa yang signifikan setelah diberi pelatihan kesadaran moral dengan strategi value clarification technique.hasil ini didukung dengan besarnya koefisien Z sebesar -1,153 dengan signifikansi sebesar 0,249. Kata kunci: Pengembangan, Panduan Pelatihan, Moral Awareness. PENDAHULUAN Masalah remaja diwarnai oleh pelanggaran terhadap orang lain, kekasaran, pemaksaan, ketidak-pedulian, kerancuan antara benar dan salah, baik atau buruk, perilaku yang boleh atau tidak boleh dilakukan. Banyak masalah yang diselesaikan dengan kekerasan, adu kekuatan fisik dan mengabaikan cara penyelesaian dengan mengandalkan pertimbangan moral. Anak yang kurang mampu berempati, kurang menghargai orang lain, tidak memiliki toleran dan kurang memiliki keinginan untuk menolong temannya dapat dinyatakan sebagai anak yang rendah kesadaran moralnya (Bukhim, 2008). Borba (2001), mendefinisikan bahwa kesadaran moral adalah kemampuan memahami kebenaran dari kesalahan, artinya memiliki keyakinan moral yang kuat dan bertindak berdasarkan keyakinan sehingga orang bersikap benar dan hormat. Siswa yang memiliki moral awareness yang rendah akan mengalami kesulitan dalam membina hubungan dengan orang lain, menarik diri atau meyendiri, dijauhi oleh teman-temannya, tidak mampu mengekspresikan emosinya, pendiam, pemalu dan tidak mampu mengenal dan memahami dirinya sendiri, tidak bisa menerima diri atau rendah diri. Sebaliknya, apabila moral awareness siswa meningkat, akan membuat mereka lebih (1) percaya diri, (2) kooperatif, (3) mengetahui cara bersikap dengan benar disituasi yang berbeda-beda, (4) dan pada kehidupan mereka selanjutnya untuk Halaman 1

2 mempertahankan hubungan yang sehat dan seimbang, (5) mampu berempati secara benar dengan orang lain. Kohlberg (dalam Santrock, 2003) menyatakan bahwa perkembangan moral anak dan remaja merupakan hal yang penting, tidak hanya untuk pencapaiannya, tetapi juga untuk kesuksesannya di semua bidang. Bukti menunjukkan bahwa saat perkembangan moral diutamakan pada masa anak-anak dan remaja, maka mereka akan cenderung menjadi (1) percaya diri, (2) kooperatif, (3) mengetahui cara bersikap dengan benar disituasi yang berbeda-beda, (4) dan pada kehidupan mereka selanjutnya untuk mempertahankan hubungan yang sehat dan seimbang, (5) mampu berempati secara benar dengan orang lain. Lebih lanjut Kohlberg (dalam Santrock, 2003) menyatakan bahwa perilaku yang baik yang ditunjukkan oleh anak dan remaja terutama disebabkan oleh penalaran moralnya tinggi, sehingga kesadaran moralnya baik. Penelitian juga menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja dengan kesadaran moral yang baik mempunyai resiko yang lebih kecil melakukan tindakan kriminal. Dari hasil penelitian di atas, ternyata belum sesuai dengan realitas yang terjadi dalam dunia pendidikan khususnya di Indonesia saat ini. Beberapa fakta di lapangan menunjukkan bahwa kesadaran moral siswa di Indonesia tergolong rendah jika dibandingkan dengan kesadaran moral siswa di negara lain. Hasil penyebaran angket penilaian kebutuhan menunjukkan bahwa 55,13% siswa membutuhkan bimbingan dalam memperoleh beberapa keterampilan dasar, pengertian menuju pada kesadaran moral dan aplikasi dari kesadaran moral. Sedangkan 44,87% siswa membutuhkan bimbingan pribadi sosial terkait keterampilan interpersonal. Sedangkan hasil need assesment yang lain yaitu berupa wawancara dengan konselor dibeberapa SMP di Kota Malang. Yang meliputi aspek ada tidaknya pelatihan kesadaran moral dan kebutuhan akan pelatihan kesadaran moral. Hasil wawancara dengan konselor tentang kebutuhan akan pelatihan kesadaran moral menunjukkan bahwa pelatihan kesadaran moral dibutuhkan di SMP. Sedangkan kepemilikan siswa akan kesadaran moral dinilai kurang. Selain itu, berdasarkan angket kebutuhan juga menunjukkan bahwa kesadaran moral sangat dibutuhkan oleh siswa SMP. Berdasarkan hasil studi awal di atas, perlu dilakukan upaya dan intervensi untuk membantu siswa dalam meningkatkan moral awareness siswa, sehingga moral awareness dapat meningkat. Upaya tersebut dapat ditempuh melalui teknik value clarification technique (VCT), teknik VCT ini dapat membantu siswa menggali dan memperjelas nilai-nilai moral sehingga dapat menetapkan rencana tindakan yang didasarkan kepada meningkatnya kesadaran terhadap nilai-nilai moral tersebut (Hart, 1978). VCT digunakan dalam penelitian ini karena VCT mempunyai beberapa kelebihan maupun keuntungan, antara lain: (1) memungkinkan siswa untuk menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri serta nilai-nilai orang lain; (2) membantu siswa supaya mereka mampu berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan orang lain, berhubungan dengan nilai-nilainya sendiri; (3) supaya siswa mampu menggunakan secara bersama-sama kemampuan berpikir rasional dan kesadaran emosional, untuk memahami perasaan, nilai-nilai, dan pola tingkah laku mereka sendiri. Proses intervensi penelitian ini menggunakan teknik VCT yang terdiri dari empat tahap yaitu: pengenalan nilai-nilai (introduction to values), pemilihan Halaman 2

3 alternatif-alternatif (choosing alternatives), penghargaan (appraizing) dan tindakan (acting). METODE PENELITIAN Rancangan penelitian Penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan menggunakan model pengembangan Borg & Gall (1983), rancangan eksperimen yang digunakan yaitu one group pretest-posttest design Issac & Michael (1984). Subjek penelitian Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas VII SMP Laboratorium UM Malang, yang berjumlah 8 orang, penjaringan subjek penelitian dengan cara acak. Instrumen penelitian Instrumen penelitian dengan skala moral awareness, observasi, dan wawancara. Skala moral awareness terdiri dari 18 item pernyataan, diadaptasi dan dimodifikasi dari skala moral awareness. Prosedur intervensi Prosedur intervensi yang dilakukan dalam penelitian ini ialah menggunakan VCT. Dalam prosedurnya, kegiatan intervensi dilakukan berdasarkan tahap-tahap yang meliputi: pengenalan nilai-nilai (introduction to values), pemilihan alternatifalternatif (choosing alternatives), penghargaan (appraizing) dan tindakan (acting). Analisis data Analisis data penelitian ini menggunakan statistik non parametrik yaitu uji Wilcoxon. Pengujian dilakukan dengan bantuan SPSS for Windows Dasar pengambilan keputusan: jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima. danjika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil prapengembangan terdiri dari data hasil need assessment dan hasil studi literatur. Hasil penyebaran angket penilaian kebutuhan menunjukkan bahwa 55,13% siswa membutuhkan bimbingan dalam memperoleh beberapa keterampilan dasar, menuju pada kesadaran moral dan aplikasi dari kesadaran moral. Sedangkan 44,87% siswa membutuhkan bimbingan pribadi sosial terkait keterampilan interpersonal. Sedangkan hasil need assessment yang lain yaitu berupa wawancara dengan konselor dibeberapa SMP di Kota Malang. Materi wawancara meliputi aspek ada tidaknya pelatihan kesadaran moral dan kebutuhan akan pelatihan kesadaran moral. Berdasarkan angket kebutuhan menunjukkan bahwa kesadaran moral sangat dibutuhkan oleh siswa SMP. Selanjutnya melakukan studi literatur dengan mengkaji konsep-konsep atau landasan teoritis untuk memperkuat produk yang dikembangkan yaitu dengan konsep kesadaran moral yang dikembangkan oleh Borba (2001) dan strategi pembelajaran menggunakan strategi VCT dari Hart (1978). B. Hasil pengembangan produk, dihasilkan: panduan pelatihan kesadaran moral untuk konselor terdiri dari: bagian I pendahuluan: (1) rasional pelatihan kesadaran moral, (2) tujuan pelatihan kesadaran moral bagian II petunjuk umum pelatihan: (1) pengantar, (2) sasaran pengguna,(3) sasaran pelatihan, (4) penggunaan instrumen Halaman 3

4 pelatihan, (5) strategi intervensi, (6) penentuan jadwal pelatihan. dan bagian III prosedur pelatihan terbagi atas sembilan sesi pelatihan kesadaran moral. Panduan pelatihan kesadaran moral untuk siswa: bagian I pendahuluan yaitu (1) pengertian kesadaran moral, dan (2) pentingnya pelatihan kesadaran moral, dan bagian II prosedur pelatihan: terbagi atas sembilan sesi pelatihan. C. Hasil uji coba pengembangan panduan pelatihan kesadaran moral bagi siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) ini dilaksanakan dalam tiga tahap I: dua orang ahli bimbingan dan konseling. Tujuan untuk menguji akseptabilitas panduan pelatihan kesadaran moral dari segi isinya. Hasil penilaian digunakan untuk melakukan revisi terhadap produk pengembangan serta mendapatkan masukan dan kekurangan yang ada dalam rancangan panduan sebelum dilaksanakan pada calon pengguna. Tahap II: uji lapangan kelompok kecil terdiri dua orang konselor yaitu untuk mengetahui akseptabilitas panduan pelatihan kesadaran moral. Tahap III: uji kelompok terbatas, yaitu 8 orang siswa SMP Laboratorium UM Malang untuk mengetahui perubahan kesadaran moral siswa setelah pelatihan. Dengan strategi pelatihan strategi VCT. 1. Data hasil penilaian tahap pertama (uji ahli): dua orang ahli bimbingan dan konseling, yang memiliki kompetensi profesional dalam bidangnya dan telah memenuhi kriteria yaitu dosen pada program pascasarjana, menjadi dosen lebih dari 10 tahun, berpendidikan doktor bimbingan dan konseling, dan aktif dalam pemberdayaan konselor baik regional maupun nasional. Uji ahli dilakukan untuk menguji keberterimaan panduan pelatihan kesadaran moral baik dari aspek kegunaan, kelayakan, ketepatan dan kepatutan. Hasil penilaian yang diperoleh dari uji ahli digunakan untuk melakukan revisi terhadap produk pengembangan serta mendapatkan masukan untuk memperbaiki rancangan panduan pelatihan kesadaran moral sebelum dilaksanakan pada calon pengguna/konselor. Uji ahli dilakukan setelah penyusunan draf panduan pelatihan kesadaran moral selesai. Penilaian dilakukan melalui angket penilaian dan wawancara. Dengan demikian data yang diperoleh bersifat kuantitatif dan kualitatif. a. Data kuantitatif penilaian ahli terhadap produk pengembangan diperoleh dengan penyebaran angket penilaian kepada dua orang ahli bimbingan dan konseling untuk mendapatkan penilaian tentang akseptabilitas panduan dilihat dari empat aspek yaitu: kegunaan, kelayakan, ketepatan dan kepatutan panduan pelatihan kesadaran moral. Berikut ini uraian hasil analisis data aspek kegunaan, kelayakan, ketepatan dan kepatutan oleh ahli dalam rangka uji ahli tersebut, berturut-turut disajikan sebagai berikut: 1. penilaian ahli terhadap aspek kegunaan panduan pelatihan terdiri dari beberapa indikator yaitu: a) identifikasi pengguna produk, b) pemilihan materi pelatihan, dan c) efek pelatihan. Penilaian kegunaan panduan pada setiap butir untuk penilaian. Item I tentang tingkat kebermanfaatan Panduan Pelatihan Kesadaran Moral (PPKM) bagi konselor, ahli 1 menilai bermanfaat sedangkan ahli 2 menilai sangat bermanfaat. Jadi dapat disimpulkan bahwa PPKM bermanfaat bagi konselor. Item 2 tentang tingkat kebermanfaatan PPKM dalam membantu konselor Halaman 4

5 memberikan pelayanan BK, ahli 1 berpendapat bermanfaat sedangkan ahli 2 berpendapat sangat bermanfaat. Jadi, PPKM bermanfaat dalam membantu konselor dalam memberikan pelayanan BK. Item 3 tentang tingkat kebermanfaatan PPKM bagi siswa, ahli 1 berpendapat bermanfaat sedangkan ahli 2 berpendapat bermanfaat.jadi, PPKM bermanfaat bagi siswa. Item 4 tentang tingkat kebermanfaatan PPKM dalam memenuhi kebutuhan siswa akan pelayanan BK, ahli 1 berpendapat bermanfaat, sedangkan ahli 2 berpendapat bermanfaat. Jadi, PPKM bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan siswa. Item 4 tentang tingkat kebermanfaatan PPKM dalam memenuhi kebutuhan siswa akan pelayanan BK, ahli 1 dan ahli 2 berpendapat bermanfaat. Jadi, PPKM bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan siswa. Item 5 tentang apakah PPKM sesuai dengan karakteristik siswa SMP, ahli 1 dan ahli 2 berpendapat sesuai. Jadi PPKM sesuai dengan karakteristik siswa SMP. Item 6 apakah PPKM sesuai dengan kebutuhan siswa di SMP, ahli 1 dan ahli 2 berpendapat sesuai. Jadi, PPKM sesuai dengan kebutuhan siswa di SMP. Item 7 mengenai apakah PPKM dapat membantu siswa SMP memenuhi standard kemandirian siswa dalam aspek landasan perilaku etis, ahli 1 dan ahli 2 berpendapat membantu. Jadi PPKM membantu standar kemandirian siswa dalam aspek landasan perilaku etis. Untuk item 8 mengenai apakah PPKM dapat membantu konselor meningkatkan pemahaman siswa mengenai kesadaran moralnya, ahli berpendapat membantu. Jadi, PPKM dapat membantu konselor meningkatkan pemahaman siswa mengenai kesadaran moralnya.item 9 tentang apakah PPKM bisa membantu konselor meningkatkan pelayanan BK di sekolah, ahli 1 dan ahli 2 berpendapat membantu.jadi PPKM dapat membantu konselor meningkatkan pelayanan BK di sekolah. Selanjutnya item 10 apakah PPKM dapat membantu mengatasi permasalahan interpersonal siswa, ahli 1 dan ahli 2 berpendapat bisa membantu. Jadi PPKM dapat membantu mengatasi permasalahan interpersonal siswa dengan lingkungan dan orang lain. Kategori penilaian ahli 1 sebesar 30 sedangkan hasil penilaian ahli 2 sebesar 32. Menunjukkan bahwa PPKM termasuk kriteria berguna. Aspek kelayakan terdiri dari indikator kepraktisan prosedur pelatihan yang terdiri atas: 1) kepraktisan panduan pelatihan dilihat dari tehnik pelatihan, 2) waktu yang dibutuhkan dalam melaksanakan pelatihan. Penilaian kelayakan panduan, dianalisis setiap butir penilaian. Untuk item 1 seberapa praktiskah strategi VCT yang digunakan dalam pelatihan dapat membantu siswa meningkatkan kesadaran moral siswa, ahli 1 dan ahli 2 berpendapat praktis. Item 2 apakah rancangan kegiatan konselor pada setiap tahap pelatihan berdasar strategi VCT efektif meningkatkan kesadaran moral siswa, ahli 1 dan ahli 2 berpendapat efektif. Item 3 apakah rancangan kegiatan konselor pada setiap tahapan strategi VCT efektif meningkatkan kesadaran moral pada aspek empati siswa, ahli 1 dan ahli 2 berpendapat efektif. Item 4 apakah rancangan kegiatan konselor pada setiap tahapan strategi VCT efektif meningkatkan kesadaran moral pada aspek nurani siswa, ahli berpendapat efektif. Item 5 tentang apakah rancangan kegiatan konselor pada setiap tahapan strategi VCT Halaman 5

6 efektif meningkatkan kesadaran moral pada aspek kontrol diri siswa, ahli 1 dan ahli 2 berpendapat efektif. Item 6 tentang apakah rancangan kegiatan konselor pada setiap tahapan strategi VCT efektif meningkatkan kesadaran moral pada aspek respek siswa, ahli 1 dan ahli 2 berpendapat efektif. Item 7 tentang apakah rancangan kegiatan konselor pada setiap tahapan strategi VCT efektif meningkatkan kesadaran moral pada aspek baik budi siswa, ahli 1 dan ahli 2 berpendapat efektif. Item 8 tentang apakah rancangan kegiatan konselor pada setiap tahapan strategi VCT efektif meningkatkan kesadaran moral pada aspek toleransi siswa, ahli 1 dan ahli 2 berpendapat efektif. Item 9 tentang apakah rancangan kegiatan konselor pada setiap tahapan strategi VCT efektif meningkatkan kesadaran moral pada aspek adil siswa, ahli 1 dan ahli 2 berpendapat efektif. Item 10 mengenai waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pelatihan kesadaran moral cukup efesien, ahli 1 dan ahli 2 berpendapat efesien. Item 11 mengenai apakah alokasi waktu pelayanan BK disekolah cukup untuk terlaksananya pelatihan kesadaran moral, ahli 1 dan ahli 2 berpendapat mencukupi. Jumlah total penilaian ahli 1 adalah 33, penilaian ahli 2 adalah 33. maka nilai tersebut berada dalam kategori layak untuk dilaksanakan. Penilaian ketepatan panduan dianalisis setiap butir penilaian. Item 1, apakah rumusan tujuan umum setiap komponen materi pelatihan kesadaran moral operasional, ahli 1 dan ahli 2 berpendapat operasional. Item 2, apakah rumusan tujuan khusus setiap komponen materi pelatihan kesadaran moral selaras`dengan tujuan umum, ahli 1 dan ahli 2 berpendapat selaras. Item 3, bagaimanakah tingkat kesesusaian rumusan tujuan setiap komponen materi pelatihan kesadaran moral dengan penjabarannya, ahli 1 dan ahli 2 berpendapat sesuai. Item 4, apakah penjabaran rumusan tujuan setiap komponen materi PKM aplikatif, ahli 1 dan ahli 2 berpendapat aplikatif. Item 5, apakah penggunaan bahasa dalam buku panduan PKM mudah dipahami oleh konselor, ahli 1 dan ahli 2 berpendapat mudah dipahami. Item 6, apakah penggunaan bahasa dalam panduan PKM mudah dipahami oleh siswa, ahli 1 dan ahli 2 berpendapat mudah dipahami. Item 7, bagaimanakah tingkat kesesusaian pemilihan gambar-gambar pada sampul dalam panduan PKM, ahli 1 berpendapat sesuai sedangkan ahli 2 berpendapat kurang sesuai. Berdasarkan saran uji ahli 2 perlu disesuaikan dengan foto atau gambar anak SMP (telah direvisi dan telah di konsultasikan kembali), dan disimpulkan telah sesuai. Item 8, apakah rancangan tugas-tugas individu dalam panduan ini sesuai untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang Konsep Dasar Kesadaran Moral, ahli 1 dan ahli 2 berpendapat sesuai. Jumlah total penilaian ahli 1 adalah 24 sedangkan ahli 2 adalah 23. maka nilai tersebut berada dalam kategori tepat untuk dilaksanakan. Penilaian ahli terhadap aspek kepatutan panduan pelatihan terdiri dari dua indikator yaitu a) standart etik, b) pertanggungjawaban secara komprehensip. Penilaian kepatutan panduan, dianalisis setiap butir penilaian. Item 1 apakah konselor yang melaksanakan pelatihan perlu menguasai materi PKM, ahli 1 Halaman 6

7 berpendapat sangat perlu sedangkan ahli 2 berpendapat perlu. Item 2, apakah konselor yang melaksanakan pelatihan perlu memiliki keterampailan khusus, ahli berpendapat sangat perlu sedangkan ahli 2 berpendapat perlu. Item 3 apakah konselor yang melaksanakan PKM ini perlu menjunjung tinggi kode etik profesi konselor, ahli 1 dan ahli 2 berpendapat perlu. Item 4, apakah permohonan izin untuk pelaksanaan PKM diperlukan oleh pimpinan sekolah setempat, ahli 1 dan ahli 2 berpendapat diperlukan. Item 5 setelah pelaksanaan PKM ini, apakah laporan hasil pelaksanaan perlu disampaikan kepada pimpinan sekolah, ahli 1 dan ahli 2 berpendapat perlu. Jumlah total penilaian ahli 1 adalah 17 sedangakan ahli 2 adalah 15. maka nilai tersebut berada dalam kategori patut untuk dilaksanakan. b. Data kualitatif penilaian ahli terhadap produk pengembangan diperoleh melalui isian angket terbuka dan hasil wawancara dan diskusi singkat dengan para ahli, hasil yang diperoleh dari ahli I: 1) langkah-langkah kegiatan pada PPKM bagi siswa agar dilaksanakan secara praktis, 2) konsep kesadaran moral disesuaikan dengan komponen-komponen kesadaran moral, 3) gunakan gambar yang sesuai dengan kesadaran moral yang akan dikembangkan pada siswa SMP, 4) cerita jangan terlalu panjang agar siswa tidak bosan, 5) gambar dalam cerita pendek hendaknya disesuaikan dengan gambar anak SMP, 6) konselor perlu menguasai konsep moral dan teknik klarifikasi nilai dengan cara: aktif mengikuti workshop, sering melakukan penelitian penelitian ilmiah yang berkaitan dengan kesadaran moral. Hasil yang diperoleh dari Ahli II: 1) langkah-langkah kegiatan/pelatihan pada panduan pelatihan kesadaran moral bagi siswa hendaknya dilaksanakan sepraktis mungkin, 2) konsep kesadaran moral disesuaikan dengan komponen-komponen kesadaran moral, 3) gambar sesuaikan dengan kesadaran moral yang akan dikembangkan pada siswa SMP, 4) perlu diberikan PR agar dapat membantu penguasaan keterampilan yang dilatihkan, 5) gambar dalam cerita pendek hendaknya disesuaikan dengan gambar anak SMP, 6) konselor perlu menguasai konsep moral dan teknik klarifikasi nilai. 2. Data hasil penilaian tahapan kedua (uji calon pengguna /konselor) diberikan kepada konselor sebagai calon pengguna panduan pelatihan yang dikembangkan. Tujuannya untuk menguji panduan pelatihan kesadaran moral dari aspek kegunaan, kelayakan, ketepatan dan kepatutan. Penilaian tahap ini lakukan oleh dua orang konselor SMP. a. Data kuantitatif penilaian konselor terhadap produk pengembangan penilaian konselor menggunakan skala penilaian, ada empat aspek yang dinilai konselor, yaitu aspek kegunaan, kelayakan, ketepatan dan kepatutan. penilaian konselor terhadap aspek kegunaan panduan pelatihan terdiri dari beberapa indikator yaitu: a) identifikasi penggunaan produk, b) pemilihan materi pelatihan, dan c) efek pelatihan. Penilaian kegunaan panduan, dianalisis setiap butir penilaian. Item 1, tingkat kebermanfaatan PPKM bagi konselor, konselor 1 berpendapat sangat bermanfaat dan konselor 2 berpendapat sangat bermanfaat. Item 2, tingkat kebermanfaatan PPKM dalam membantu konselor memberikan pelayanan BK, konselor 1 berpendapat sangat bermanfaat dan Halaman 7

8 konselor 2 berpendapat sangat bermanfaat. Item 4, tingkat kebermanfaatan PPKM dalam memenuhi kebutuhan siswa akan pelayanan BK, konselor 1 berpendapat bermanfaat dan konselor 2 berpendapat sangat bermanfaat. Item 5, apakah PPKM sesuai dengan karakteristik siswa di SMP, konselor 1 berpendapat sesuai dan konselor 2 berpendapat sesuai. Item 6, apakah PPKM sesuai dengan kebutuhan siswa di SMP, konselor 1 berpendapat sesuai dan konselor 2 berpendapat sesuai. Item 7, standar kemandirian siswa dalam aspek perilaku moral, konselor 1 berpendapat sangat memenuhi dan konselor 2 berpendapat sangat memenuhi. Item 8, seberapa besar efek PPKM dapat membantu konselor untuk meningkatkan kepemilikan siswa mengenai kesadaran moral, konselor 1 berpendapat sangat membantu dan konselor 2 berpendapat sangat membantu. Item 9, apakah PPKM dapat membantu konselor meningkatkan pelayanan BK di sekolah, konselor 1 berpendapat sangat membantu dan konselor 2 berpendapat dapat membantu. Item 10, apakah PPKM dapat membantu siswa mengatasi permasalahan interpersonal siswa, konselor 1 berpendapat dapat membantu dan konselor 2 berpendapat dapat membantu. Hasil penilaian konselor 1 sebesar 36 sedangkan konselor 2 sebesar 36, rata-rata jumlah skor penilaian adalah (36+36) : 2 = 36. Hal ini menunjukkan bahwa PPKM termasuk kategori sangat berguna. 1) Penilaian konselor terhadap aspek kelayakan PPKM terdiri dari indikator kepraktisan prosedur pelatihan terdiri: 1) kepraktisan PPKM dilihat dari teknik pelatihan, 2) waktu yang dibutuhkan dalam melaksanakan pelatihan. Penilaian kelayakan panduan, dinilai setiap butirnya. Untuk item 1, seberapa praktiskah strategi VCT yang digunakan dalam pelatihan dapat membantu siswa meningkatkan kesadaran moral siswa, konselor 1 berpendapat sangat praktis dan konselor 2 berpendapat praktis. Item 2, apakah rancangan kegiatan konselor pada setiap tahap pelatihan berdasar strategi VCT efektif meningkatkan kesadaran moral siswa, konselor 1 berpendapat efektif dan konselor 2 berpendapat efektif. Item 3, apakah rancangan kegiatan konseli pada setiap tahapan strategi VCT efektif meningkatkan kesadaran moral pada aspek empati siswa, konselor 1 berpendapat efektif dan konselor 2 berpendapat efektif. Item 4, apakah rancangan kegiatan konseling pada setiap tahapan strategi VCT efektif meningkatkan kesadaran moral pada aspek nurani siswa, konselor 1 berpendapat efektif dan konselor 2 berpendapat efektif. Item 5, apakah rancangan kegiatan konseli pada setiap tahapan strategi VCT efektif meningkatkan kesadaran moral pada aspek kontrol diri siswa, konselor 1 berpendapat efektif dan konselor 2 berpendapat efektif. Item 6, apakah rancangan kegiatan konseli pada setiap tahapan strategi VCT efektif meningkatkan kesadaran moral pada aspek baik budi siswa, konselor 1 berpendapat efektif dan konselor 2 berpendapat efektif. Item 7, apakah rancangan kegiatan konseli pada setiap tahapan strategi VCT efektif meningkatkan kesadaran moral pada aspek respek siswa, konselor 1 berpendapat efektif dan konselor 2 berpendapat efektif. Item 8, apakah Halaman 8

9 rancangan kegiatan konseli pada setiap tahapan strategi VCT efektif meningkatkan kesadaran moral pada aspek toleransi, konselor 1 berpendapat efektif dan konselor 2 berpendapat efektif. Item 9, apakah rancangan kegiatan konseli pada setiap tahapan strategi VCT efektif meningkatkan kesadaran moral pada aspek adil, konselor 1 berpendapat efektif dan konselor 2 berpendapat efektif. Item 10, waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pelatihan kesadaran moral cukup efisien, konselor 1 berpendapat cukup efisien dan konselor 2 berpendapat efisien. Item 11, apakah alokasi waktu pelayanan BK di sekolah mencukupi untuk terlaksananya pelatihan kesadaran moral, konselor 1 berpendapat mencukupi dan konselor 2 berpendapat mencukupi. Jumlah total penilaian konselor 1 sebesar 34 dan konselor 2 sebesar 33. Dengan demikian rata-rata jumlah skor penilaian adalah (34+33) : 2 = 33,5. Berdasar kriteria yang telah ditetapkan, maka nilai tersebut berada dalam kriteria layak untuk dilaksanakan. 2) Penilaian konselor terhadap aspek ketepatan PPKM terdiri dari dua indikator yaitu: a) perumusan dan penjabaran tujuan, b) analisa konteks. Ketepatan panduan, setiap butirnya dinilai. Item 1, apakah rumusan tujuan umum setiap komponen materi pelatihan kesadaran moral operasional, konselor 1 berpendapat sangat operasional dan konselor 2 berpendapat operasional. Item 2, apakah rumusan tujuan khusus setiap komponen materi pelatihan kesadaran moral selaras dengan tujuan umum, konselor 1 berpendapat selaras dan konselor 2 berpendapat selaras. Item 3, bagaimanakah tingkat kesesuaian rumusan tujuan setiap komponan materi pelatihan kesadaran emosi dengan penjabarannya, konselor 1 berpendapat sesuai dan konselor 2 berpendapat sesuai. Item 4, apakah penjabaran rumusan tujuan setiap komponen materi PKM aplikatif, konselor 1 berpendapat aplikatif dan konselor 2 berpendapat aplikatif. Item 5, apakah penggunaan bahasa dalam buku PPKM mudah dipahami oleh konselor, konselor 1 berpendapat mudah dipahami dan konselor 2 berpendapat mudah dipahami. Item 6, apakah penggunaan bahasa dalam buku PPKM mudah dipahami oleh siswa, konselor 1 berpendapat mudah dipahami dan konselor 2 berpendapat mudah dipahami. Item 7, bagaimanakah tingkat kesesuaian pemilihan gambar-gambar pada sampul dalam panduan PKM, konselor 1 berpendapat sesuai dan konselor 2 berpendapat sangat sesuai. Item 8, apakah rancangan tugas-tugas individu dalam panduan ini sesuai untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep dasar kesadaran moral, konselor 1 berpendapat sesuai dan konselor 2 berpendapat sangat sesuai. Jumlah total penilaian konselor 1 sebesar 25 dan konselor 2 sebesar 26. Dengan demikian rata-rata jumlah skor penilaian adalah (25+26) : 2 = 25,5. Berdasar kriteria yang telah ditetapkan, maka nilai tersebut berada dalam kriteria tepat untuk dilaksanakan. 3) Penilaian konselor terhadap aspek kepatutan PPKM terdiri dari dua indikator yaitu: a) standar etik, b) pertanggung jawaban secara komprehensif. Penilaian kepatutan panduan, dianalisis setiap butir Halaman 9

10 penilaian. Item 1, apakah konselor yang melaksanakan pelatihan perlu menguasai materi PKM, konselor 1 berpendapat sangat perlu dan konselor 2 berpendapat sangat perlu. Item 2, apakah konselor yang melaksanakan pelatihan perlu memiliki ketrampilan khusus, koselor 1 berpendapat sangat perlu dan konselor 2 berpendapat sangat perlu. Item 3, apakah konselor yang melaksanakan PKM ini perlu menjunjung tinggi kode etik profesi konselor, konselor 1 berpendapat sangat perlu dan konselor 2 berpendapat sangat perlu. Item 4, apakah permohonan izin untuk pelaksanaan PKM di perlukan oleh pimpinan sekolah setempat, konselor 1 berpendapat sangat perlu dan konselor 2 berpendapat sangat perlu. Item 5, setelah pelaksanaan PKM ini, apakah laporan hasil pelaksaan perlu disampaikan kepada pimpinan sekolah, konselor 1 berpendapat perlu dan konselor 2 berpendapat perlu. Jumlah total penilaian konselor 1 sebesar 19 dan konselor 2 sebesar 19. Dengan demikian rata-rata jumlah skor penilaian adalah (19+19) : 2 = 19. Berdasar kriteria yang telah ditetapkan, maka nilai tersebut berada dalam kriteria sangat patut untuk dilaksanakan. Secara kuantitatif, penilaian kedua konselor terhadap PPKM bila ditinjau dari aspek kegunaan, kelayakan, ketepatan dan kepatutan sudah memenuhi kriteria akseptabilitas. penilaian konselor secara kualitatif melalui wawancara langsung dengan konselor. b. Data kualitatif penilaian konselor terhadap produk pengembangandiperoleh dari saran dan komentar yang diberikan oleh konselor melalui diskusi langsung dengan konselor. Adapun hal penting hasil diskusi tersebut adalah: 1) Saran konselor: a. pemilihan cerita/fenomena, terdapat cerita yang masih kurang tepat, b.cerita/fenomena hendaknya jangan terlalu panjang, agar siswa tidak bosan, c. cerita/fenomena hendaknya lebih variatif, agar siswa tidak merasa bosan, di. kalimat-kalimat dalam cerpen kaitannya kesadaran moral hendaknya dipertebal tulisannya, e. tulisan bahasa asing, ditulis miring dan diartikan dalam bahasa Indonesia. 2) Komentar konselor: a. sudah bagus, anak-anak bisa menghayati dan berinspirasi setelah membaca cerita/fenomena, b. panduan ini sangat bermanfaat bagi siswa karena siswa akan berpikir sebelum bertindak, c. kegiatan pelatihan ini sangat bagus karena memerlukan konselor yang sedikit. Secara umum dari hasil penilaian konselor 1 dan konselor 2, baik secara kuantitatif dan kualitatif, menunjukkan bahwa panduan pelatihan kesadaran moral telah memenuhi aspek kegunaan, kelayakan, ketepatan dan kepatutan dan selanjutnya digunakan untuk uji kelompok terbatas. 3. Data hasil penilaian tahap ketiga (uji kelompok terbatas/siswa) untuk mengetahui hasil dari pelatihan kesadaran moral bagi siswa SMP, dilakukan dengan cara melakukan tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) menggunakan Halaman 10

11 skala kesadaran moral. Pelatihan kesadaran moral yang diberikan meliputi enam komponen, yaitu: nurani, kontrol diri, baik budi, respek, toleransi, adil. Untuk mengetahui signifikan besarnya peningkatan nilai skor rata-rata pretest dan posttest diperlukan uji statistik. Adapun uji statistik yang digunakan adalah uji statistik Wilcoxon dengan hipotesis: a. H 0 : tidak ada perbedaan kesadaran moral siswa setelah diberi pelatihan kesadaran moral dengan strategi value clarification technique. b. Ha: terjadi perbedaan kesadaran moral siswa setelah diberi pelatihan kesadaran moral dengan strategi value clarification technique. Dengan dasar pengambilan keputusan: a. jika probabilitas > α 0,05 H 0 diterima b. jika probabilitas < α 0,05 H 0 di tolak Dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon terlihat hasil perhitungan nilai skor rata-rata antara pretest dan posttest pelatihan kesadaran moral seperti pada tabel 1. Tabel 1. Hasil Analisis Uji Beda skor Pretest dan Posttest Paremeter Nilai Simpulan Levene Statistics 0,168 Tidak ada perbedaan varian skor pretest dan posttest Sig. 0,688 Z -1,153 Tidak ada Perbedaan rata-rata skor pretest dan posttest Asymp Sig. (2-tailed) 0,249 Analisis diawali dengan menguji perbedaan varian skor untuk mengetahui apakah kedua distribusi data yang akan diuji perbedaan mean-nya telah homogen. Berdasarkan hasil uji Levene test diketahui bahwa perbedaan varian antar distribusi skor (pretest dan posttest) tidak signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data pretest dan postest adalah homegen. Setelah data dipastikan homogen (lulus uji homogenitas) maka, dilakukan analisis uji beda dengan formula Wilcoxon. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa H 0 diterima dan Ha ditolak, yang berarti tidak ada perbedaan skor rata-rata kesadaran moral siswa yang signifikan setelah diberi pelatihan kesadaran moral dengan strategi VCT. Hasil ini didukung dengan besarnya koefisien Z sebesar -1,153 dengan signifikansi sebesar 0,249.Agar lebih memperjelas hasil pembandingan ratarata skor pretest dan posttest 8 orang siswa pada uji coba kelompok terbatas maka, ditampilkan tabel dan grafik berikut. Tabel 2. Hasil Perhitungan Rata-Rata Skor Kesadaran Moral Subjek Pengukuran Rata-rata (Mean) Pretest Posttest KESIMPULAN 1. Penelitian menghasilkan panduan pelatihan kesadaran moral untuk siswa SMP yang terdiri dari: (1) panduan untuk konselor, dan (2) panduan untuk siswa.yang terdiri dari (1) pendahuluan, (2) petunjuk umum, dan (3) prosedur pelatihan, Halaman 11

12 panduan tersebut dapat digunakan konselor sebagai media bimbingan dan konseling khususnya bimbingan pribadi sosial untuk membantu siswa dalam mencapai aspek perilaku etis interpersonal. 2. Menurut ahli dan calon pengguna, secara umum PPKM yang dikembangkan telah memenuhi kriteria akseptabilitas ditinjau dari: a. Aspek kegunaan: produk pengembangan ini dinilai ahli sangat berguna. Hal ini berdasarkan pada besarnya manfaat panduan ini dalam membantu konselor memenuhi kebutuhan siswa akan layanan bimbingan, terutama layanan bimbingan pribadi-sosial. b. Aspek kelayakan: panduan ini termasuk dalam kategori layak untuk dilaksanakan. Kategori ini didasarkan pada kepraktisan dan efektifitas pelatihan, dan ketelaksanaan pelatihan di sekolah. c. Aspek ketepatan: panduan ini telah memenuhi kriteria tepat. Penilaian ini berpedoman pada ketepatan panduan bila diterapkan pada siswa SMP, ketepatan masing-masing tujuan dan topik pelatihan ketepatan strategi intervensi, waktu dan langkah-langkah pelaksanaan pelatihan, serta ketepatan alat pengukuran. Ketepatan panduan ini juga didasarkan pada kejelasan rumusan tujuan umum, khusus dan serta kesesuaian jadwal dengan topik-topik panduan. d. Aspek kepatutan: panduan pelatihan kesadaran moral sudah patut untuk dilaksanakan, baik dari segi penguasaan keterampilan yang terkait dengan pelatihan maupun dengan permohonan izin penelitian. 3. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon, dapat disimpulkan bahwa terdapat sedikit sekali perbedaan rata-rata skor kesadaran moral subjek. Meskipun ditemukan bahwa rata-rata skor kesadaran moral subjek pada saat posttest lebih tinggi dibandingkan saat pretest dengan selisih sebanyak 2,25. Namun, selisih ini sangat kecil sehingga adanya perbedaan rata-rata tersebut belum bisa dijadikan acuan pengambilan kesimpulan bahwa terjadi peningkatan kesadaran moral subjek penelitian setelah diberi pelatihan kesadaran moral dengan strategi value clarification technique. DAFTAR PUSTAKA ABKIN Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal.Jakarta: Depdiknas. Borba, M Building Moral Intelligence: The Seven Essential Virtues that Teach Kids to Do the Right Thing. San Francisco: Jossey-Bass A Wiley Imprint. Borg, W. R. and Gall, M.D Educational Research (4 th Edition).New York: Longman. Bukhim, 2008.Membentuk moral anak, com//membentukmoral-anak-html. Diunduh 13 Agustus Dwiyogo, 2004.Konsep Penelitian dan Pengembangan.Makalah Disajikan pada Lokakarya Metodologi Penelitian. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang April. Halaman 12

13 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling.Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Depdiknas RI, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Nilai dan Karakter, Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas RI, Grand DesainPendidikaKarakterBangsa, Jakarta: PusatKurikulumLitbangDepdiknas. Djahiri, K Menelusuri Dunia Afektif Nilai Moral dan Pendidikan Nilai Moral, Bandung: Lababoratorium Pengajaran PMP IKIP Bandung. Hart, G. M Values clarification for counselor: How counsellors, social lworkers, psychologists, and techniques. Springfield, Illinois: Charles C. Thomas Publisher. Hart, D Can prototypes inform moral developmental theory? Developmental Psychology, 34, Isac, S. and Micchael, W Handbook In Research and Evaluation: foor Education and the Behavioural Sciences. San Diego: California Edit publishr. Kohlberg, L Moral stage and moralization: the cognitve development approach. Human Development,12, Kohlberg, L Tahap-tahap perkembangan Moral. Yogyakarta: Kanisius. Santrock, J. W, Life Span Development.Fifth edition. New York: Wm. C. Brown Communication. Santrock, J.W, Adolescence: Perkembangan Remaja. Texas: University Press. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia (Online), http//:cowikipedia.org/wiki/socialintelligence. Diakses 15 Maret, 2012 Halaman 13

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan 63 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk memungkinkannya pencatatan dan analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian yang berjudul Keefektifan Layanan Informasi tentang Bahaya Bullying untuk Meningkatkan Empati pada Peserta didik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Tempat penelitian yang digunakan untuk judul Pengembangan Permainan Simulasi Untuk Meningkatkan Perencanaan Karier Peserta Didik Kelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Penulisan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Penulisan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Penulisan eksperimen sangat sesuai untuk menguji hipotesis tertentu. Penelitian eksperimen yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 75 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Desain Penelitian Tujuan penelitian ini, yaitu menghasilkan model pelatihan untuk meningkatkan kompetensi guru bimbingan dan konseling dalam menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. tentang penerapan model pembelajaran inquiry training pada materi gerak lurus,

BAB IV HASIL PENELITIAN. tentang penerapan model pembelajaran inquiry training pada materi gerak lurus, 83 BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan hasil-hasil penelitian beserta pembahasannya tentang penerapan model pembelajaran inquiry training pada materi gerak lurus, yang meliputi data (1) hasil

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki

III. METODE PENELITIAN. Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki 23 III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penilitian Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini meninjau pertimbangan dari kesesuaian tujuan penelitian adalah penelitian dan pengembangan atau Research

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Subjek Penelitian SMP Negeri 10 Salatiga merupakan salah satu SMP Negeri di Salatiga yang terletak di jalan argomulyo Salatiga. SMP Negeri 10 Salatiga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri X Bandung. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 16 April 2013 sampai dengan 21 Mei 2013. Populasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen, yaitu jenis Quasi Experimental Design. Desain ini mempunyai kelompok kontrol,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERMAINAN SIMULASI KETERBUKAAN DIRI UNTUK SISWA SMP

PENGEMBANGAN PERMAINAN SIMULASI KETERBUKAAN DIRI UNTUK SISWA SMP 74 Jurnal Jurnal Kajian Kajian Bimbingan Bimbingan dan dan Konseling Konseling Vol. 1, No. 2, 2016, hlm. 74 78 Vol 1, No. 2, 2016, hlm. 74 78 Tersedia Online di http://journal.um.ac.id/index.php/bk eissn:

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Hal

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Hal III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui perbandingan keterampilan proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. suatu penelitian. Pada bab III ini akan dibahas tentang jenis penelitian, subjek dan

BAB III METODE PENELITIAN. suatu penelitian. Pada bab III ini akan dibahas tentang jenis penelitian, subjek dan BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang dilakukan untuk mengumpulkan data dengan tujuan tertentu, diantaranya untuk menguji kebenaran suatu penelitian. Pada bab III ini akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan permasalahan yang ada, jenis penelitian yang digunakan adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan permasalahan yang ada, jenis penelitian yang digunakan adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis atau Desain Penelitian Berdasarkan permasalahan yang ada, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting

BAB III METODE PENELITIAN. Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting dimiliki oleh setiap calon guru agar dapat berhasil melaksanakan pembelajaran di laboratorium.

Lebih terperinci

PENGARUH JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN SISWA XI IPA MENGENAI FAKULTAS TEKNIK DI SMA 36 JAKARTA

PENGARUH JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN SISWA XI IPA MENGENAI FAKULTAS TEKNIK DI SMA 36 JAKARTA 19 PENGARUH JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN SISWA XI IPA MENGENAI FAKULTAS TEKNIK DI SMA 36 JAKARTA Oleh : Agustin Rachmawati Purlina 1 Gantina Komalasari 2 Aip Badrujaman 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hasil penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hasil penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hasil penelitian tersebut meliputi:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitiannya adalah lapangan (Field Research). Yaitu penelitian yang terjun langsung ke lapangan untuk menggali, data dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum SMP Negeri 1 Godean. berwawasan global, cinta bangsa dan negara.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum SMP Negeri 1 Godean. berwawasan global, cinta bangsa dan negara. A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum SMP Negeri 1 Godean Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Godean yang terletak di Jl. Jae Sumantoro Sidoluhur Godean Sleman, merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. FKIP UKSW angkatan 2013 yang hasi pre-testnya menunjukkan kesadaran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. FKIP UKSW angkatan 2013 yang hasi pre-testnya menunjukkan kesadaran BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah 18 Mahasiswa Bimbingan dan Konseling FKIP UKSW angkatan 2013 yang hasi pre-testnya menunjukkan kesadaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian diadakan di SDN Tuntang 02 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Sekolah ini dipilih berdasarkan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

MENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 MENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Ida Nur Kristianti Kata Kunci : Empati, Layanan Bimbingan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasi Experiment atau Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasi Experiment atau Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasi Experiment atau Penelitian Semu. Jenis penelitian ini dilakukan untuk menguji hipotesis tentang efektif atau tidaknya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandar Lampung. Populasi dalam 5 III. METODE PENELITIAN 3. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 9 Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 9 Bandar

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB BELAJAR MELALUI KONSELING KELOMPOK REALITA PADA SISWA KELAS VIII SMPN 1 PRAMBON NGANJUK TAHUN PELAJARAN

UPAYA MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB BELAJAR MELALUI KONSELING KELOMPOK REALITA PADA SISWA KELAS VIII SMPN 1 PRAMBON NGANJUK TAHUN PELAJARAN JURNAL UPAYA MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB BELAJAR MELALUI KONSELING KELOMPOK REALITA PADA SISWA KELAS VIII SMPN 1 PRAMBON NGANJUK TAHUN PELAJARAN 2015/2016 THE WAY TO INCREASE THE RESPONSIBILITY OF STUDY

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Persiapan Penelitian Sebelum melaksanakan penelitian pada tanggal 3 Maret 2012 penulis terlebih dahulu meminta surat ijin penelitian dari Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. SUBJEK PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Laboratorium UPI Bandung di Jl. Senjaya Guru kampus Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 di MAN 1 Pringsewu Kabupaten Pringsewu. 3.2 Populasi Penelitian Populasi penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. direncanakan oleh para peneliti untuk memecahkan permasalahan yang hidup dan

BAB III METODE PENELITIAN. direncanakan oleh para peneliti untuk memecahkan permasalahan yang hidup dan 6 BAB III METODE PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan salah satu alat yang andal dalam mengembangkan dan menerangkan cakrawala ilmu pengetahuan manusia. Metodologi penelitian dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Eksperimen. Sugiyono, (2010: 107) penelitian Eksperimental (Experimental Research),

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KARAKTER PADA MATERI PERUBAHAN KENAMPAKAN BUMI DAN BENDA LANGIT

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KARAKTER PADA MATERI PERUBAHAN KENAMPAKAN BUMI DAN BENDA LANGIT PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KARAKTER PADA MATERI PERUBAHAN KENAMPAKAN BUMI DAN BENDA LANGIT Sri Mulyani, Cece Rakhmat, Asep Saepulrohman Program S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Bimbingan dan Konseling OLEH:

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Bimbingan dan Konseling OLEH: PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI TERHADAP PERILAKU SOSIAL PESERTA DIDIK KELAS XI PEMASARAN 1 SMK YP 17 PARE TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Desain dan Teknik Pengumpulan Data. Penelitian dilakukan melalui pendekatan kuantitatif yang dilengkapi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Desain dan Teknik Pengumpulan Data. Penelitian dilakukan melalui pendekatan kuantitatif yang dilengkapi BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan, Desain dan Teknik Pengumpulan Data 1. Pendekatan Penelitian Penelitian dilakukan melalui pendekatan kuantitatif yang dilengkapi dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan

Lebih terperinci

Darussalam Banda Aceh, ABSTRAK. Kata Kunci: Project Based Learning, Hasil Belajar Kognitif, Sistem Pernapasan Manusia

Darussalam Banda Aceh, ABSTRAK. Kata Kunci: Project Based Learning, Hasil Belajar Kognitif, Sistem Pernapasan Manusia Jurnal Biotik, ISSN: 2337-9812, Vol. 5, No. 1, Ed. April 2017, Hal. 1-5 PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA PADA MATERI SISTEM PERNAPASAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan hubungan sebab-akibat, dan untuk meneliti pengaruh dari

Lebih terperinci

JURNAL EFEKTIVITAS TEKNIK SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA KELAS XI IPA SMA MUHAMMADIYAH KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017

JURNAL EFEKTIVITAS TEKNIK SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA KELAS XI IPA SMA MUHAMMADIYAH KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 JURNAL EFEKTIVITAS TEKNIK SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA KELAS XI IPA SMA MUHAMMADIYAH KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 THE EFFECTIVENESS OF THE SOCIODRAMA TECHNIQUE TO IMPROVE ELEVENTH SCIENCE

Lebih terperinci

PENGARUH KONSELING REALITA TERHADAP PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN PADA SISWA SMPN 2 KURIPAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENGARUH KONSELING REALITA TERHADAP PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN PADA SISWA SMPN 2 KURIPAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 PENGARUH KONSELING REALITA TERHADAP PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN PADA SISWA SMPN 2 KURIPAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Elis Sulistiya, Hj. Jumailiyah, dan Harmoko Bimbingan dan Konseling, FIP IKIP Mataram Email:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan, Desain, dan Teknik Pengumpulan Data 1. Pendekatan Penelitian Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan atau Research &

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan atau Research & BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan atau Research & Development (R & D). Metode penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep akuntansi. Oleh karena itu, peneliti menggunakan metode eksperimen semu (quasi eksperimen)

Lebih terperinci

PENGARUH METODE STAD TERHADAP PEMAHAMAN SISWA MENGENAI CARA MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL

PENGARUH METODE STAD TERHADAP PEMAHAMAN SISWA MENGENAI CARA MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL 38 Pengaruh Metode Stad Terhadap Pemahaman Iswa Mengenai Cara Mengembangkan Kecerdasan Emosional PENGARUH METODE STAD TERHADAP PEMAHAMAN SISWA MENGENAI CARA MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL Oleh : Christiana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif (Poerwanti, 2000:32) yaitu data penelitiannya bersifat numerik yang berupa gejala

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI semester ganjil

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI semester ganjil 13 III. METODE PENELITIAN A. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI semester ganjil SMA.YPPL Bandar Lampung pada tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari enam kelas. B.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Disain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode weak experiment dan metode deskriptif. Untuk mendapatkan gambaran peningkatan penguasaan konsep dan kemampuan

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DALAM PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP PEMBENTUKAN KONSEP DIRI SISWA

MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DALAM PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP PEMBENTUKAN KONSEP DIRI SISWA MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DALAM PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP PEMBENTUKAN KONSEP DIRI SISWA Arian Muhamad Firmansyah 1, Drs. H. Anin Rukmana, M.Pd. 2 Program Studi PGSD Penjas UPI Kampus Sumedang Jl.

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN SISWA MENGENAI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN KELOMPOK IPS DI PERGURUAN TINGGI

PENGARUH TEKNIK JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN SISWA MENGENAI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN KELOMPOK IPS DI PERGURUAN TINGGI Pengaruh Teknik Jigsaw Terhadap Pemahaman Siswa Mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi... 65 PENGARUH TEKNIK JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN SISWA MENGENAI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN KELOMPOK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 26 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sumogawe 03 dan SD negeri Sumogawe 04 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Populasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan penjelasan definisi operasional sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan penjelasan definisi operasional sebagai berikut: 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk lebih memahami makna dari penelitian yang dilakukan maka digunakan penjelasan definisi operasional sebagai berikut: 1. Penguasaan Konsep Penguasaan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG Ratri Agustina, Kadim Masjkur, dan Subani Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

ARTIKEL SKRIPSI OLEH : WIKANINGSIH NPM P

ARTIKEL SKRIPSI OLEH : WIKANINGSIH NPM P PENGARUH PEMBERIAN LAYANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI TERHADAP TATA KRAMA PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII - G SMP NEGERI TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 0R2R : 0R3R : 0R4R : BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen. Kuasi eksperimen menurut Sugiyono (2011:77)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode eksperimen dengan sampel penelitian yaitu 30 siswa kelas eksperimen mendapatkan pembelajaran IPS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari tanggal November 2012 di SMA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari tanggal November 2012 di SMA 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan dari tanggal 16-19 November 2012 di SMA Negeri 2 Sumedang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karakter penguasaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis-jenis penelitian dapat dikelompokan menurut bidang, tujuan, metode, tingkat eksplanasi, dan waktu. Dari segi metode penelitian dapat dibedakan menjadi:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan alur penelitian penyusunan tesis. Adapun

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan alur penelitian penyusunan tesis. Adapun 80 Bab III akan membahas BAB III METODE PENELITIAN pokok bahasan pada Bab III ini dimulai dari populasi rancangan alur penelitian penyusunan tesis. Adapun desain penelitian yang digunakan, dan sampel,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tiga variabel, yaitu model pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tiga variabel, yaitu model pembelajaran BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Penelitian ini menggunakan tiga variabel, yaitu model pembelajaran cooperative script, model pembelajaran cooperative Numbered Head Together (NHT) dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan suatu pendekatan yang menghasilkan data hasil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan pendidikan (educational research and development) seperti yang dikembangkan oleh Thiagarajan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menghasilkan model pengembangan soft skills yang dapat meningkatkan kesiapan kerja peserta didik SMK dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Pada penelitian ini dikembangkan bahan ajar dalam bentuk komik. Komik ini divalidasi oleh dua dosen ahli materi dan dua orang guru seni rupa sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di SDN 4 Kertasari yang berlokasi di Jalan Kartanagara No. 50 Kelurahan Kertasari, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Menurut Sugiyono (2010:107) metode penelitian eksperimen digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan, Metode dan Desain Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. atau Research and Development (R&D), yang bertujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. atau Research and Development (R&D), yang bertujuan untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D), yang bertujuan untuk mengembangkan produk yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk eksperimen semu / Quasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk eksperimen semu / Quasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk eksperimen semu / Quasi Eksperimen. Penelitian eksperimental adalah penelitian yang analisisnya dimaksudkan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendidikan (educational research and development) meliputi tahapan define,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendidikan (educational research and development) meliputi tahapan define, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan pendidikan (educational research and development) meliputi tahapan define, design and develop

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian 4.1.1 Gambaran Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN Manggihan Kecamatan Getasan yang termasuk dalam Gugus Gajah Mungkur

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KETERLAKSANAAN LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL PADA GURU BK SMPN DI JAKARTA TIMUR

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KETERLAKSANAAN LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL PADA GURU BK SMPN DI JAKARTA TIMUR 82 Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Keterlaksanaan Layanan Konseling Individual... HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KETERLAKSANAAN LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL PADA GURU BK SMPN DI JAKARTA TIMUR Nia

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Dalam bab ini dibahas metode penelitian, populasi dan sampel penelitian,

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Dalam bab ini dibahas metode penelitian, populasi dan sampel penelitian, BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Dalam bab ini dibahas metode penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data. 3.1 Metode Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari tahu ada atau tidaknya pengaruh yang diberikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian SMP N 2 Kalasan merupakan sekolah yang beralamat di Kledokan, Selomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Visi SMP

Lebih terperinci

JURNAL. Oleh: ANJARWATI Dibimbing oleh : 1. Dra. Khususiyah, M. Pd. 2. Yuanita Dwi Krisphianti, M. Pd.

JURNAL. Oleh: ANJARWATI Dibimbing oleh : 1. Dra. Khususiyah, M. Pd. 2. Yuanita Dwi Krisphianti, M. Pd. JURNAL EFEKTIFITAS TEKHNIK PERMAINAN LANJUTKAN CERITAKU DALAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PERCAYA DIRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 THE EFFECTIVENESS OF LANJUTKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, karena penelitian yang digunakan adalah hubungan sebab akibat yang didalamnya ada dua

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Tuntang yang berada di desa Candirejo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development/R and D). Sugiyono (2013:297) mendefinisikan bahwa penelitian dan pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanaan di SMP Negeri 2 Ambarawa Kabupaten Semarang. Lokasi penelitian tersebut berada di Jl.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma penelitian merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan. antar variabel yang akan diteliti (Gambar 3.1).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma penelitian merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan. antar variabel yang akan diteliti (Gambar 3.1). BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Paradigma penelitian merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan antar variabel yang akan diteliti (Gambar 3.1). Kemampuan generik sains yang akan

Lebih terperinci

JURNAL Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Teknik Diskusi Kelompok Terhadap Regulasi Diri Siswa Dalam Belajar Di SMP N 1 Semen Tahun Ajaran

JURNAL Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Teknik Diskusi Kelompok Terhadap Regulasi Diri Siswa Dalam Belajar Di SMP N 1 Semen Tahun Ajaran JURNAL Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Teknik Diskusi Kelompok Terhadap Regulasi Diri Siswa Dalam Belajar Di SMP N 1 Semen Tahun Ajaran 2016-2017 The Effects Of Discussion Group Guidance Service To

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode penelitian kuasi eksperimen pada pendekatan kuantitatif. Menurut Ruseffendi (2010: 52) pada metode kuasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Desain Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen, yaitu jenis Quasi Experimental Design. Desain ini mempunyai kelompok

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode 53 BAB III PROSEDUR PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen kuasi. Metode ini digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian yaitu

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK SQ3R TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA

PENGARUH TEKNIK SQ3R TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA PENGARUH TEKNIK SQ3R TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA Elah Nurlaelah Sari, Reni Bakhraeni, Ade Rokhayati Program S-1 PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya 2014 Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penggunaan media CD interaktif terhadap minat dan hasil belajar dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penggunaan media CD interaktif terhadap minat dan hasil belajar dalam BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Deskriptif Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan media CD interaktif terhadap minat dan hasil belajar dalam pembelajaran

Lebih terperinci

JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016

JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016 Efektivitas Model Value Clarification Technique (VCT) Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Tunalaras Di kelas 3 SDLB Bhina Putera Surakarta Andini Novianti Hatomi, Nandi Warnandi, dan Sunaryo Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode yang digunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperiment atau eksperimen semu. Penelitian kuasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kuasi

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kuasi BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen, dengan variabel bebas yaitu perlakuan yang diberikan kepada siswa dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMA Bina Mulya Kota Bandar Lampung dan waktu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMA Bina Mulya Kota Bandar Lampung dan waktu 33 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Bina Mulya Kota Bandar Lampung dan waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA LETTER SHARING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI SISWA INTROVERT

PENGEMBANGAN MEDIA LETTER SHARING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI SISWA INTROVERT Afifah, Triyono, Hotifah, Pengembangan Media Letter... 27 Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 1, 2016, hlm. 27-32 Tersedia Online di http://journal.um.ac.id/index.php/bk JKBK JURNAL KAJIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Metro

METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Metro III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Metro Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 190 siswa dan terdistribusi dalam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar

METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar 22 III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 sebanyak 8 kelas dengan jumlah 192 siswa. B.

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA Ertik Indrawati, Setyorini dan Sumardjono Padmomartono Program Studi S1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan eksperimen semu (Pre Experiment Design) yang tujuannya untuk memperoleh informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya

Lebih terperinci

PENINGKATAN BUDI PEKERTI MELALUI TEHNIK SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VIII G SMP NEGERI 7 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI

PENINGKATAN BUDI PEKERTI MELALUI TEHNIK SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VIII G SMP NEGERI 7 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI PENINGKATAN BUDI PEKERTI MELALUI TEHNIK SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VIII G SMP NEGERI 7 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan kepada Program Studi Bimbingan dan Konseling untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : 2541-0849 e-issn : 2548-1398 Vol. 1, no 3 November 2016 PENGARUH PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA Abdul Wakhid

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Praktikum virtual merupakan praktikum menggunakan media komputer

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Praktikum virtual merupakan praktikum menggunakan media komputer BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Praktikum virtual merupakan praktikum menggunakan media komputer sebagai alat bantu yang menggantikan peran alat-alat dan bahan praktikum tatap

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Dilihat dari kualifikasinya, maka penelitian ini berfungsi sebagai penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Dilihat dari kualifikasinya, maka penelitian ini berfungsi sebagai penelitian III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode dalam sebuah penelitian memegang peranan penting karena salah satu ciri dari kegiatan ilmiah adalah terdapatnya suatu metode yang tepat dan sistematis

Lebih terperinci

J. Pijar MIPA, Vol. XI No.2, September 2016: ISSN (Cetak) ISSN (Online)

J. Pijar MIPA, Vol. XI No.2, September 2016: ISSN (Cetak) ISSN (Online) J. Pijar MIPA, Vol. XI No.2, September 216: 11-12 ISSN 197-1744 (Cetak) PENERAPAN PENILAIAN NON TES SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN SIKAP DAN KETERAMPILAN PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS XI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakkan seluruh subjek dalam kelompok belajar untuk diberi perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakkan seluruh subjek dalam kelompok belajar untuk diberi perlakuan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Kuasi Eksperimen atau eksperimen semu. Pada penelititian kuasi eksperimen (eksperimen semu) menggunakkan

Lebih terperinci