BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sekarang. Sehingga konflik-konflik seputar penguasaan sumber agraria masih

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sekarang. Sehingga konflik-konflik seputar penguasaan sumber agraria masih"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik agraria terjadi akibat pengelolaan dan penataan sumber agraria berdasar atas orientasi pembangunan yang bersifat sentralistik hierarkhis. Orientasi ini masih terus berlanjut dan dipertahankan hingga era reformasi sekarang. Sehingga konflik-konflik seputar penguasaan sumber agraria masih terus berlagsung. 1 Pemerintah sebagai lawan sengketa rakyat, sering terjadi pada berbagai jenis sengketa: pembangunan sarana umum dan fasilitas perkotaan, perkebunan besar, perumahan dan kota baru, bendungan dan sarana pengairan, sarana wisata, arealkehutanan produksi, dan sarana militer. 2 Tulisan ini membahas mengenai konflik yang terjadi antara pemerintah dan rakyat dengan jenis sengketa meliputi pembangunan saranan umum dan fasilitas perkotaan. Kasus yang akan dibahas dalam tulisan ini terdapat di wilayah Kabupaten Blora mengenai sengketa rumah dinas bupati dan alun-alun kota Blora. Dalam susunan Kabupaten yang ada di Jawa pada umunya memiliki ciri tata ruang terdapat alun-alun sebagai pusat kota dan tidak jauh dari sekitar alun-alun terdiri dari masjid, pasar dan adapula dibeberapa daerah terdapat rumah dinas 1 Departemen Dalam Negeri, Kesimpulan Hasil Rapat Kerja Kepala Direktotat Agraria Propinsi Seluruh Indonesia, (Jakarta: Departemen Dalam Negeri Direktorat Jendral Agraria, 1976), hlm.2. 2 Boedi Harsono, Djambatan, 1982), hlm.3. Hukum Agraria Indonesia, (Jakarta: Penerbit 1

2 2 bupati. 3 Jika di daerah-daerah alun-alun dan rumah dinas merupakan aset dan milik Pemerintah, kecuali di daerah yang dahulunya bekas kerajaan seperti Surakarta dan Yogyakarta alun-alun masih merupakan aset keraton. Begitu pula dengan alun-alun dan rumah dinas yang terdapat di wilayah Blora terdapat temuan kasus bahwa tanah tersebut merupakan milik perorangan dan bukan milik Pemerintah hingga sempat membawa kasus ini dipersidangan. Awal tanah alun-alun dan rumah dinas bupati merupakan milik perseorangan adalah sebagai berikut dahulu wilayah kabupaten Blora masuk dalam wilayah Mataram dan yang menjadi Tumenggung adalah RT. Wilotikto ( ). 4 Setelah adanya pembagian wilayah pada masa perjajian Giyanti tahun 1755, Blora pada waktu itu masuk pada Kasunanan Surakarta dan Tumennggung yang menjabat Wilotikto mengundurkan diri dari jabatannya. Saat Blora mengalami kekosongan Pemerintahan terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Raden Guntur alias Wiratmojo, beliau merupakan cicit Amangkurat IV. 5 Pemberontakan yang dilakukan Raden Guntur hingga ke wilayah Rembang, Pati, Lasem, Surabaya. Hal tersebut membuat resah pihak keraton Kasunanan Surakarta, sehingga pihak Kasunanan meminta bantuan pada Kasultanan Jogjakarta dan pihak Kasultanan membuat sayembaya Barang siapa bisa 3 Hadi Sabari Yunus, Struktur Tata Ruang Kota, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hlm Abdurrachman Surjomihardjo, Kota Yogyakarta Tempo Doeloe: Sejarah Sosial , (Jakarta: Gudang Penerbit, 2008), hlm Silsilah Kraton Kasunanan Surakarta, Koleksi Keraton Kasunanan Surakarta, Arsip silsilah Pakubuwono IV

3 3 menangkap Raden Guntur akan diberikan ganjaran Bumi Blora. Raden Jayeng dan Wilotikto bersedia dan sanggup membunuh Raden Guntur. 6 Pemberontakan Raden Guntur terjadi di daerah Kuwu yang berdekatan dengan Blora, maka Raden Jayeng Tirtonoto yang merupakan putra dari Bupati Lasem/ Rembang dibantu dengan Wilotikto yang merupakan putra menantu Bupati Lasem/ Rembang menghentikan pemberontakan yang dilakukan Raden Guntur dengan menggunakan keris Kyai Buntet dan kerisnya kala itu berada di Mangkunegaran. 7 Atas jasa mereka berdua dalam menumpas pemberontakan maka Raja Surakarta pada waktu itu Sri Susuhanan Pakubuwono III memberikan ganjaran kepada mereka berdua untuk menduduki jabatan sebagai Bupati di wilayah Blora dan memberikan gelar Tumenggung, sejak saat itu pula Blora dibagi menjadi dua wilayah, yaitu: a. Bagian Timur diberi nama Kanoman dengan Kabupatennya terletak di daerah Kridosono dan dipimpin oleh Raden Tumenggung Jayeng Tirtonoto. b. Bagian Barat disebut daerah Kasepuhan dengan Kabupatennya terletak di daerah Sendang Sri/ Desa Kunden dan dipimpin oleh Raden Tumenggung Wilotikto. Satu tahun setelah kepemimpinan beliau, beliau 6 Pemberontakan Raden Guntur, Koleksi Keluarga RM Tejonoto Kusumaningrat Blora, Arsip Kode A: I (MA.PII) 7 Ibid.

4 4 wafat dan kepemimpinan di gantikan oleh istrinya, Raden Ayu Wilotikto dengan sebutan Tumenggung Rondo. 8 Mengingat Raden Tumenggung Wilotikto tidak memiliki anak maka wilayah Blora disatukan Pemerintahannya di bawah Pemerintahan Raden Tumenggng Jayeng Tirtonoto. Tahun 1767 kekuasaan beliau semakin bertambah luas sehingga beliau membuka lahan untuk dijadikan pusat kota sekaligus pusat Pemerintahan yang saat itu masih berupa gerumbul semak belukar untuk didirikan rumah tempat tinggal Beliau dan anak keturunannya kelak. Tempat tinggal tersebut dilengkapi dengan alun-alun, rumah tempat tinggal bupati/ pemerintah serta magersari sebagai tempat tinggal para sentana / abdi dalem. Pada awalnya rumah bupati yang dibuat oleh Raden Tumenggung Jayeng Tirtonoto masih terbuat dari papan atau kayu. Tahun cucu Beliau yang bernama Raden Adipati Tirtonegoro, sebagai Bupati Blora ke-5 merombak rumah yang semula terbuat dari papan menjadi bangunan yang terbuat dari tembok dengan mengeluarkan biaya pribadi. 9 Pada kurun waktu Pemerintahan Raden Mas Adipati Tjokronegoro III kembali dilakukan perbaikan dengan menggunakan biaya pribadi Tahun Wahyu Rizkiawan, Rr Widyasitha Himayanthi, Sejarawan Muda Blora (1): Ungkap Bupati Kedua Keturunan Tionghoa, Jawa Pos Radar Bojonegoro, 21 Februari 2016, hlm Riwayat Dibukanya Tanah dan Dibangunnya Rumah Bupati Blora, Koleksi Keluarga RM Tejonoto Kusumningrat.

5 5 Pada 3 Agustus 1891 dilakukan upacara peletakan batu pertama yang berisikan tentang pembangunan pendopo yang dihadiri oleh para petinggi Blora. 10 Peletakan batu pertama dilakukan oleh putra pertama beliau yang bernama Raden Mas Soedjoed Kusumaningrat yang kala itu masih berusia 8 tahun. Setelah Tjokronegoro III wafat putra beliau tidak bersedia menggantikan posisi Ayahnya menjadi Bupati karena ia tidak ingin melakukan kerjasama dengan pihak kolonial, sehingga jabatan Bupati kala itu diserahkan kepada Kanjeng Said Abdoel Kadir Jaelani ( ). Selama kurun waktu 2 tahun beliau menempati rumah kabupaten atas izin dari Raden Mas Soejoed Koesoemaningrat karena beliau sudah menempati rumah timur rumah Kabupaten. 11 Setelah Said Abdoel Kadir Jaelani mempunyai rumah sendiri, ia pindah ke tempat tinggal barunya di daerah Jetis, sedangkan rumah Kabupaten dan magersari sempat dikuasai oleh Belanda. Selama rumah Kabupaten dikuasai oleh Belanda, RM Soejoed Koesoemaningrat sudah berupaya agar rumah Kabupaten dikembalikan kepadanya sebagai pemilik yang sah baik secara lisan maupun secara tertulis. Pada 3 Maret 1920 Assisten Residen berkunjung ke kediaman beliau untuk menawarkan ganti rugi rumah Kabupaten, namun oleh beliau dijawab rumah tersebut tidak akan dijual karena merupakan peninggalan leluhur. 12 Setelah 10 Peletakan Batu pertama pendopo Kabupaten Blora tanggal 3 Agustus 1891 oleh RM Soedjoed Kusumaningrat, Koleksi RM Tejonoto Kusumaningrat. 11 Rumah Kabupaten/ Rumah Pendopo merupakan sebutan masyarakat Blora untuk rumah Dinas Bupati Blora. 12 Catatan Perjalanan Ndoro Sumo No. XIIA, Koleksi keluarga RM Tejonoto Kusumaningrat

6 6 kejadian tersebut pemerintah Kolonial tidak memberikan kabar kepastian bahkan tahun 1920 mereka merombak bangunan rumah menjadi bentuk baru. 13 Setelah bangunan yang dirombak selesai, Belanda menginstruksikan Said Abdoel Kadir Jaelani kembali mendiami rumah tersebut, namun satu bulan setelahnya beliau wafat. 14 Selang beberapa waktu kemudian Tahun 1948 tentara Siliwangi datang ke Blora dan bermarkas di Kabupaten. Sedangkan dapur umum ditempatkan di rumah Raden Mas Soejoed Koesoemaningrat yang terletak disebelah timur kabupaten, dibantu oleh istri Raden Mas Tejonoto Kusumaningrat dan orangorang sekitar magersari. Hanya beberapa bulan tentara Siliwangi di Blora karena setelah itu Belanda datang kembali untuk merebut kemerdekaan. 15 Untuk menghindari agar Belanda tidak menggunakan rumah Kabupaten maka warga setempat berinisiatif untuk membumi hanguskan Kabupaten sehingga yang tersisa hanya tinggal dua pavilyun. Setelah Belanda meninggalkan Blora, pavilyun sebelah timur digunakan untuk Kabupaten dan pavilyun barat digunakan untuk kantor Bank. Disini memang ada penguasaan oleh Pemerintah namun hanya terletak pada bangunannya saja sedangkan tanah tetap dalam pengusaan Raden Mas Soejoed 13 Ibid. 14 Wawancara dengan RA Manik Surastri tanggal 13 Januari Wahyu Rizkiawan, Rr Widyasintha Himayanthi (2): Ungkap Kesaksian Tokoh Blora Mengusir Belanda, Jawa Pos Radar Bojonegoro, 22 Februari 2016, hlm 34.

7 7 Koesoemaningrat dan Raden Mas Tejonoto Kusumaningrat, hal ini dapat dilihat dari adanya surat peminjaman tanah dari beberapa penduduk. 16 Sebelum 1966, kepemilikan alun-alun, rumah dinas Bupati Blora dan Magersari dipegang oleh RM Tejonoto Kusumaningrat, hingga 19 Maret 1966 RM Tejonoto Kusumaningrat mendapat surat ancaman dari Camat untuk menghentikan penggunaan tanah Kabupaten. 17 Pada 22 Agustus 1973 RM Tejonoto memilih menyelesaikan sengketa tanah Kabupaten dan alun-alun melalui jalur hukum dan hingga membawa kasus ini ke tingkat Pengadilan tertinggi yaitu Pengadilan Kasasi. Sebelum sampai ke tingkat kasasi sempat ada penawaran ganti rugi dari DPRD Blora senilai Rp ,00, namun ditolak oleh pihak RM Tejonoto dan hasil kasasi juga menyatakan bahwa tuntutan ditolak. Setelah itu kasus ini menjadi terhenti. Pada 2010 terdapat hasil pemeriksaan BPK no. 104 B/R/LHP/XVIII.SMG/04/2010 yang mengatakan bahwa alun-alun dan rumah dinas merupakan milik perorangan. Dari hasil pemeriksaan BPK dijadikan acuan diadakan peyelesaian tanah yang berada di pusat Kota Blora. Tulisan ini akan membahas secara detail mengenai mengenai awal kepemilikan tanah yang terletak di pusat kota saat ini merupakan milik perorangan, proses peradilan yang berjalan selama proses penyelesaian status tanah dan kejelasan status pasca peradilan. 16 Arsip peminjaman tanah kabupaten oleh warga, Koleksi arsip keluarga RM Tejonoto Kusumaningrat Blora. 17 Tanah Kabupaten meliputi rumah dinas bupati hingga megersari.

8 8 B. Rumusan Masalah Dari kajian latar belakang masalah diatas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana latar belakang status kepemilikan kawasan alun-alun kota Blora? 2. Bagaimana status tanah rumah dinas bupati dan alun-alun kota Blora ? 3. Bagaimana proses hukum kepemilikan tanah rumah dinas bupati dan alunalun kota Blora? 4. Kendala apa saja yang dihadapi dalam menyelesaikan sengketa agraria alunalun kota Blora pada tahun ? C. Tujuan Penelitan Penelitian dengan judul Status Kepemilikan Tanah Rumah Dinas Bupati dan Alun-Alun Kota Blora Tahun memiliki empat tujuan: 1. Untuk mengetahui dan mengungkap bagaimana latar belakang status kepemilikan kawasan alun-alun kota Blora. 2. Mengetahui dan mengungkap status kepemilikan tanah rumah dinas bupati dan alun-alun kota Blora. 3. Untuk mengetahui proses hukum yang dilalui dalam mengungkap status tanah rumah dinas bupati dan alun-alun kota Blora. 4. Mengetahui kendala apa saja yang dihadapi selama penggugatan sengketa agraria alun-alun kota Blora pada tahun

9 9 D. Manfaat Hasil Penelitian Dari perumusan masalah diharapkan kajian ini dapat memberikan manfaat bagi: 1. Perkembangan ilmu sejarah sendiri dan sebagai bahan pijakan bagi sejarawan yang ingin memperdalam dan meneliti masalah ini. 2. Sebagai bahan masukan bagi Badan Pertanahaan Negara (BPN) dan Pemda Blora dalam menyelesaikan sengketa agraria yang hingga kini statusnya masih kabur dari segi sejarah. 3. Manfaat bagi untuk pribadi sehingga dapat lebih detail dan mengetahui secara mendalam mengenai masalah ini. 4. Adapun manfaat terakhir dalam penulisan ini sebagai bahan kajian dalam penyelesaian lanjutan bagi pihak keluarga maupun pemerintah kota Blora. E. Tinjauan Pustaka Dalam kajian pustaka ini ditampilkan dan digunakan buku dan skripsi yang relevan dengan permasalahan yang diteliti. Tinjauan pustaka ini bertujuan untuk mengemukakan teori-teori dan konsep. Adapun buku-buku tersebut antara lain adalah : Buku Pluralisme Hukum di Tengah Konflik Agraria yang dikeluarkan oleh Epistema Institute pada tahun 2001, buku ini digunakan karena dalam salah satu bab buku ini memiliki kesamaan dengan tema yang diambil dan membahas

10 10 tentang permasalahan agraria dan penyelesaiannya secara hukum sengketa tanah yang berkaitan dengan kaum elit, mereka selalu memegang kendali dalam permasalahan utama hukum yang ada dan sulit untuk dilengserkan. Buku kedua berjudul Perumusan Memori Kasasi dan Peninjauan Kembali Perkara Pidana yang diterbitkan oleh Sinar Grafika Buku ini dipilih karena dalam penulisan skripsi ini terdapat istilah-istilah dalam peradilan dan buku ini selain berisikan istilah penting dalam peradilan juga membahas secara lengkap mengenai peradilan kasasi. Pada skripsi ini terdapat penjelasan penyelesaian kasus melalui peradilan kasasi dan buku ini menjadi acuan lengkap membahas mengenai kasasi. Buku ketiga berjudul Tanah dalam Perspektif Hak Ekonomi Sosial dan Budaya yang diterbitkan oleh Penerbit Kompas pada tahun Buku ini menjelaskan bahwa tanah memiliki peran yang penting dalam hal ekonomi sebagai status sosial yang ada di masyarakat dan dalam hal sosial budaya tanah sebagai jati diri dan jati luhur bangsa. Hal ini sama halnya dengan tanah alun-alun Blora yang memiliki peranan sosial, ekonomi maupun budaya. Buku keempat berjudul Ensiklopedi Blora jilid 1: Sejarah Blora dari Masa ke Masa yang diterbitkan oleh Yayasan Utama Indonesia pada Buku ini menjelaskan mengenai Pemerintahan Blora dari masa ke masa sehingga terdapat bukti apabila tanah alun-alun dan rumah dinas Bupati Blora diperoleh secara turun-temurun.

11 11 Buku kelima berjudul Hukum Agraria Indonesia karya Prof. Boedi Harsono yang diterbitkan oleh Penerbit Djambatan tahun Buku ini menjelaskan berbagai pokok permasalaahn agraria secara garis besar yang ada di Indonesia dan dari buku ini dapat diketahui termasuk dalam kategori konflik hukum apa yang digunakan dalam menyelesaikan kasus alun-alun kota Blora. Selanjutnya selain menggunakan referensi buku dalam penelitian ini juga menggunakan skripsi dalam mendukung sumber yang ada. Menggunakan skripsi berjudul Tinjauan Kasus Beberapa Masalah Tanah yang diterbitkan oleh Fakultas Hukum, Universitas Gajah Mada pada tahun Skripsi ini terdapat studi kasus mengenai tanah yang terdapat konflik agraria dan salah satunya juga terdapat masalah mengenai tanah magersari yang terdapat di area keraton Yogyakarta kala itu pihak kraton juga melakukan penyelesaian terhadap konflik yang berkepanjangan, namun kasus tersebut juga belum terselesaikan seluruhnya karena ada beberapa yang sudah memiliki sertifikat pribadi bahkan ada pula yang kepemilikan tanah tidak tercantum di Pemerintahan. Hal ini memiliki kesamaan dengan magersari di Blora yang hingga saat ini belum terselesaikan.

12 12 F. Metode Penelitian 1. Bentuk Penulisan Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam suatu rangkaian penelitian, kiranya metode penelitian yang dirancang secara tepat, sehingga dapat mencapai hasil penelitian yang maksimal dan memuaskan. Metode sejarah adalah sekumpulan prinsip dan aturan yang sistematis, yang dimaksud untuk memberikan bantuan secara efektif dalam usaha mengumpulkan bahan-bahan bagi sejarah, menilai secara kritis dan kemudian menyajikan suatu sintesa daripada hasil-hasil dalam bentuk tertulis Nugroho Notosuman, Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer, (Jakarta: Yayasan Idayu, 1978), hlm. 11.

13 13 Adapun langkah dalam metode sejarah adalah sebagai berikut. Pertama heuristik sumber, merupakan langkah awal dari suatu penelitian sejarah. dalam langkah ini yang dilakukan adalah mencari sumber sebanyak mungkin dan sumber tersebut harus dalam cakupan tema dan permasalahan yang diteliti. Kedua adalah kritik sejarah, setelah data terseleksi dan terklarifikasi sumber menjadi paparan data menurut permasalahan dari kajian tersebut, maka langkah selanjutnya adalah mencoba melakukan kritik sumber. Kritik intern dan eksteren diperlukan bagi sumber-sumber dalam penulisan sejarah, karena dengan kedua kritik tersebut sumber telah menjadi data yang autentik dan kredibel. Ketiga adalah intepretasi sejarah, merupakan penafsiran terhadap sumber yang dapat dipercaya. Keempat adalah historiografi, merupakan langkah terakhir dalam metode sejarah. Dalam historiografi ini penelitian sejarah dibuat dalam sutu kisah sejarah Teknik Pengumpulan Data a. Sumber Primer Sumber primer digunakan sebagai bahan (pendukung) utama penelitian mengenai Sengketa Agraria Alun-Alun Kota Blora dan Magersari Tahun Dalam hal ini sudah mengkaji dan memilih beberapa arsip terkait masalah tersebut dan sudah melakukan kritik terhadap arsip terkait. Sebanyak 13 arsip terkait masalah ini, antara lain : Arsip mengenai Riwayat dibukanya tanah dan dibangunnya rumah Bupati Blora oleh Raden Tumenggung Jayeng Tirtonoto. Arsip mengenai Silsilah Laouis Gottschlak, Mengerti Sejarah, (Jakarta : UI Press, 1983), hlm.

14 14 keturunan lajer Raden Tumenggung Jayeng Tirtonoto. Arsip mengenai Peletakan batu pertama pendopo Kabupaten Blora tanggal 3 Agustus 1891 oleh Raden Mas Soejoed Koesoemaningrat (putra sulung R.M. Adipati Tjokronegoro III). Arsip mengenai Nota Dinas Camat Kota Blora tanggal 27 Juli 1965, perihal peminjaman tanah sebelah timur pohon beringin Kabupaten. Arsip mengenai Hasil keputusan kasasi tanggal 28 April Dan beberapa surat bukti peminjaman dan nota dinas yang sudah didapat seperti yang terdapat pada lampiran. Sumber lain berupa surat hasil pemeriksaan dari BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) Jawa Tengah yang mengatakan bahwa tanah alun-alun merupakan milik perorangan dan ditafsir dengan harga Rp ,00 (lima miliar enam ratus tujuh puluh juta rupiah). Sumber lain yang bukan berupa buku maupun laporan yang masih sejaman juga didapatkan seperti yang terdapat pada artikel, majalah maupun surat kabar harian b. Sumber Sekunder Dalam mendukung kembali fenomena masa lampau dalam suatu bentuk historiografi, sumber primer yang ada perlu didampingi dengan sumber sekunder. Hal ini dikarenakan sumber sekunder yang sebagian merupakan karya-karya buku literatur memiliki empat manfaat, yaitu untuk menjabarkan latar belakang yang cocok dengan bukti sejaman, untuk memperoleh petunjuk mengenai data bibliografis yang lainnya, untuk memperoleh kutipan atau petikan dari sumber

15 15 sejaman atau sumber lain dan memperoleh interpretasi dan hipotesa mengenai masalah atau untuk memperbaiki. 20 c. Wawancara Wawancara merupakan salah satu cara dalam pengumpulan sumber. Tujuannya untuk memperoleh informasi yang memberikan keterangan sesuai objek penelitian. Menurut Koentjaraningrat, wawancara merupakan cara yang digunakan kala seseorang dengan tujuan suatu tugas tertentu ingin mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang informan dengan cara bercakap-cakap berhadapan dengan orang tersebut dengan tujuann untuk mengumpulkan keterangan dan data. 21 Teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara mendalam (indepth interview) yang dilakukan tanpa struktur dan berfokus, artinya dalam suatu pertanyaan tidak memiliki struktur tetal, yang selalu terpusat pada satu pokok permasalahan tertentu. Teknik ini digunakan disamping untuk mempererat hubungan antara peneliti dan informan juga untuk menciptakan suasana santai yang tidak terkesan tegang sehingga wawancara dapat berjalan dengan baik. 3. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan kegiatan pengklarifikasian data yang telah terkumpul kedalam pola, kategori dan suatu rangkaian, sehingga dapat ditemukan kerangka pemikiran yang dapat mendukung suatu hipotesa kajian. Analisa yang 20 Ibid, hlm Koentjaraningrat. Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta : PT. Gramedia, 1983), hlm. 129.

16 16 digunakan untuk menganalisa deskriptif kuantitatif, yaitu suatu analisa yang didasari pada suatu hubungan sebab akibat dari suatu fenomena historis dalam suatu tertentu. Sesuai dengan bentuk penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif, maka teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis kuantitatif. Adapun langkah-langkah dalam melakukan teknik kuantitatif adalah sebagai berikut: a) menelaah seluruh data yang terkumpul, b) meredusi data dengan jalan membuat abstraksi, c) menyususn kedalam satuan-satuan untuk selanjutnya dikategorikan, dan d) memeriksa keabsahan data. 22 G. Sistematika Skripsi Sistematika skripsi ini dimaksudkan untuk memberikan sedikit gambaran mengenai penulisan di dalam penelitian ini. Adapun penulisan skripsi ini nanti terdiri dari empat bab dengan beberapa sub bab terkait masalah yang dibahas agar lebih memudahkan, antara lain : BAB I PENDAHULUAN, pada bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika skripsi. 22 Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: PT. Remaja Rasda Karya, 1991), hlm. 190.

17 17 BAB II SEJARAH STATUS KEPEMILIKAN RUMAH DINAS BUPATI DAN ALUN-ALUN KOTA BLORA, pada bab ini dijabarkan secara rinci mengenai Sejarah Kabupaten Blora, Sejarah awal alun-alun, rumah dinas dan tanah magersari Kota Blora dan pada bab ini juga dijabarkan mengenai peletakan batu pertama yang menandai awal berdirinya rumah dinas. BAB III PROSES PERADILAN STATUS TANAH , bab ini membahas mengenai pokok permasalahan awal terjadi peminjaman tanah yang dilakukan warga Tahun 1965 bagaimana tanah tersebut diwariskan secara turuntemurun, awal mula adanya permasalahan dan gugatan, serta bagaimana proses gugatan dan peradilan berlangsung dari tingkat Pengadilan Negeri Daerah, Pengadilan Tingkat Banding hingga naik ke Pengadilan tingkat kasasi Mahkamah Agung dan kendala apa saja yang menghambat proses gugatan hingga menyebabkan kasus terhenti cukup lama dan belum terselesaikan. BAB IV KESADARAN HUKUM KELUARGA RM TEJONOTO DAN KENDALA YANG DIHADAPI, pada bab ini membahas mengenai pengambilan dokumen asli kasus 1983 serta kendala apa yang dihadapi selama proses gugatan sebelumnya dan bagaimana proses penyelesaian yang dilakukan serta upaya apa yang dilakukan kedua belah pihak untuk menyelesaikan kasus tersebut dan mengapa hingga saat ini kasus tersebut belum juga terselesaikan. BAB V KESIMPULAN, bagian ini merupakan penutup dari penelitian kajian dan berisi paparan yang berupa kesimpulan.

BAB V KESIMPULAN. Melihat tanah dari segi historis kasus yang ada di Kabupaten Blora mengenai

BAB V KESIMPULAN. Melihat tanah dari segi historis kasus yang ada di Kabupaten Blora mengenai BAB V KESIMPULAN Melihat tanah dari segi historis kasus yang ada di Kabupaten Blora mengenai status tanah alun-alun kota Blora yang terjadi sejak 1965-2011 ini merupakan salah satu studi kasus permasalahan

Lebih terperinci

PROSES PERADILAN STATUS TANAH

PROSES PERADILAN STATUS TANAH BAB III PROSES PERADILAN STATUS TANAH 1965-1983 A. Peminjaman Tanah Tahun 1965 Berawal dari babad alas Blora hingga pembangunan rumah Bupati/rumah Kabupaten yang dilakukan oleh Raden Tumenggung Jayeng

Lebih terperinci

BAB II SEJARAH STATUS KEPEMILIKAN RUMAH DINAS DAN ALUN-ALUN KOTA BLORA. A. Sejarah Kabupaten Blora

BAB II SEJARAH STATUS KEPEMILIKAN RUMAH DINAS DAN ALUN-ALUN KOTA BLORA. A. Sejarah Kabupaten Blora BAB II SEJARAH STATUS KEPEMILIKAN RUMAH DINAS DAN ALUN-ALUN KOTA BLORA A. Sejarah Kabupaten Blora Blora merupakan suatu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah sekitar 127 km sebelah timur Semarang. Berada di

Lebih terperinci

STATUS KEPEMILIKAN TANAH RUMAH DINAS BUPATI DAN ALUN-ALUN KOTA BLORA TAHUN

STATUS KEPEMILIKAN TANAH RUMAH DINAS BUPATI DAN ALUN-ALUN KOTA BLORA TAHUN STATUS KEPEMILIKAN TANAH RUMAH DINAS BUPATI DAN ALUN-ALUN KOTA BLORA TAHUN 1965-2011 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Dalam setiap penelitian, metode merupakan faktor yang penting untuk memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan penelitian. Sumadi Suryabrata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan berkembang sejak ribuan tahun yang lampau, ini yang dapat di lihat dari kayakarya para leluhur bangsa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Kajian yang penulis ambil dalam penelitian skripsi ini adalah mengenai Perkembangan Pendidikan Islam di Bandung Tahun 1901-1942. Untuk membahas berbagi aspek mengenai judul

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode adalah cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Oleh karena

III. METODE PENELITIAN. Metode adalah cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Oleh karena 17 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Metode yang digunakan Dalam setiap penelitian, metode merupakan faktor yang penting untuk memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian judul DP3A Revitalisasi Kompleks Kavallerie Sebagai Hotel Heritage di Pura Mangkunegaran Surakarta yang mempunyai arti sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun ,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun , BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Dan Strategi Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun 1974-2007,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak diundangkannya UUPA maka pengertian jual-beli tanah

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak diundangkannya UUPA maka pengertian jual-beli tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak diundangkannya UUPA maka pengertian jual-beli tanah bukan lagi suatu perjanjian seperti dalam pasal 1457 jo 1458 KUH Perdata Indonesia. Jual-beli tanah diatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi rakyat Indonesia guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi rakyat Indonesia guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tanah merupakan salah satu sumber daya alam bagi kehidupan manusia dan merupakan salah satu kekayaan Indonesia yang mempunyai fungsi sosial amat penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara agraris yang kehidupan masyarakatnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara agraris yang kehidupan masyarakatnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang kehidupan masyarakatnya bergantung pada tanah. Pentingnya tanah bagi kehidupan manusia karena kehidupan manusia tidak bias terpisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana manusia dapat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode penelitian sangat diperlukan untuk menentukan data dan pengembangan

METODE PENELITIAN. Metode penelitian sangat diperlukan untuk menentukan data dan pengembangan 18 III METODE PENELITIAN 1. Metode yang digunakan Metode penelitian sangat diperlukan untuk menentukan data dan pengembangan suatu pengetahuan dan serta untuk menguji suatu kebenaran ilmu pengetahuan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode adalah cara atau jalan yang digunakan peneliti untuk menyelesaikan suatu

III. METODE PENELITIAN. Metode adalah cara atau jalan yang digunakan peneliti untuk menyelesaikan suatu III. METODE PENELITIAN A. Metode Yang Digunakan Metode adalah cara atau jalan yang digunakan peneliti untuk menyelesaikan suatu permasalahan di dalam suatu kegiatan penelitian. Metode yang berhubungan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. tersebut dipilih dengan mempertimbangkan kesesuaiannya dengan objek studi.

METODOLOGI PENELITIAN. tersebut dipilih dengan mempertimbangkan kesesuaiannya dengan objek studi. III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pengertian Metodologi Dalam melakukan suatu penelitian, dapat digunakan berbagai macam metode, dimana metode tersebut dipilih dengan mempertimbangkan kesesuaiannya dengan

Lebih terperinci

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara maritim karena memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah daratan. Hal ini menjadikan bangsa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. metode historis. Adapun historis menurut Nungroho Notosusanto adalah

III. METODE PENELITIAN. metode historis. Adapun historis menurut Nungroho Notosusanto adalah 21 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Metode yang digunakan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis, karena penelitian yang mengambil obyek masa lampau pada umumnya

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN. Dalam sebuah penelitian penggunaan metode sangatlah penting untuk memecahkan suatu

II. METODE PENELITIAN. Dalam sebuah penelitian penggunaan metode sangatlah penting untuk memecahkan suatu II. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan Dalam sebuah penelitian penggunaan metode sangatlah penting untuk memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan suatu penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial, manusia tentu memerlukan lahan atau tempat sebagai fondasi untuk menjalankan aktifitasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keraton Yogyakarta menginginkan seluruh tanah Sultan Ground dapat

BAB I PENDAHULUAN. Keraton Yogyakarta menginginkan seluruh tanah Sultan Ground dapat 11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keraton Yogyakarta menginginkan seluruh tanah Sultan Ground dapat berstatus hak milik, yang diatur dalam sebuah undang-undang sehingga akan lebih memiliki

Lebih terperinci

I. METODE PENELITIAN. masalah bagi sebuah penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Husin Sayuti

I. METODE PENELITIAN. masalah bagi sebuah penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Husin Sayuti I. METODE PENELITIAN A. Metode yang digunakan Penggunaan metode dalam suatu penelitian merupakan suatu hal yang penting, hal ini dikarenakan metode merupakan faktor yang penting dalam memecahkan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan menguraikan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan judul skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 3.1 Metodologi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan mengenai metode penelitian yang penulis gunakan untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan judul skripsi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dan kebudayaan yang masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang tidak dapat dipisahkan dari tata kehidupan makhluk hidup, oleh karena itu tanah mempunyai arti yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan suatu karunia Tuhan Yang Maha Esa yang wajib kita

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan suatu karunia Tuhan Yang Maha Esa yang wajib kita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan suatu karunia Tuhan Yang Maha Esa yang wajib kita jaga sehingga bermanfaat bagi kehidupan manusia. Tanah memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang digunakanuntuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan skripsi yang berjudul Perkembangan Transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang tentu memerlukan tanah, bahkan bukan hanya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang tentu memerlukan tanah, bahkan bukan hanya dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah sangat erat sekali hubungannya dengan kehidupan manusia. Setiap orang tentu memerlukan tanah, bahkan bukan hanya dalam kehidupannya, untuk mati pun manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan bagian dari permukaan bumi dengan batas-batas tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan bagian dari permukaan bumi dengan batas-batas tertentu A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Tanah merupakan bagian dari permukaan bumi dengan batas-batas tertentu dapat berupa daratan, lautan, sungai, danau, bukit dan gunung. Tanah merupakan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keanekaragaman seni, budaya dan suku bangsa. Keberagaman ini menjadi aset yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di Desa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di Desa BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Revitalisasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Untuk Pendidikan Karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku bangsa yang tersebar di seluruh nusantara. Setiap daerah memiliki suku asli dengan adatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan bahwa Negara Indonesia merupakan negara agraris, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan bahwa Negara Indonesia merupakan negara agraris, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah mempunyai arti penting bagi kehidupan bangsa Indonesia. Hal ini dikarenakan bahwa Negara Indonesia merupakan negara agraris, sehingga setiap kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah di Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten. Sedangkan datanya dikumpulkan dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak serta merta mengakhiri perjuangan rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terbentuknya sebuah desa tidak dapat dipisahkan dari manusia. Faktor utama terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia terkenal memiliki sumber daya alam dan mineral, seperti minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak pertambangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deklarasi terhadap pembentukan sebuah negara yang merdeka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pembentukan struktur atau perangkatperangkat pemerintahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, mulai dari persiapan penelitian sampai dengan pelaksanaan penelitian dan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diusahakan atau digunakan untuk pemenuhan kebutuhan yang nyata. perlindungan hukum bagi rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. diusahakan atau digunakan untuk pemenuhan kebutuhan yang nyata. perlindungan hukum bagi rakyat banyak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia, merupakan salah satu sumber utama bagi kelangsungan hidup dan penghidupan bangsa sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Diawali dari kegiatan yang semula

Lebih terperinci

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode Penelitian Historis karena

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode Penelitian Historis karena 21 A. Metode yang digunakan Berdasarkan permasalahan yang penulis rumuskan maka untuk memperoleh data yang diperlukan sehingga data relevansinya dengan tujuan yang akan dicapai. Pada penelitian ini penulis

Lebih terperinci

PENERAPAN AZAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA MELALUI MEDIASI BERDASARKAN PERMA NO

PENERAPAN AZAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA MELALUI MEDIASI BERDASARKAN PERMA NO PENERAPAN AZAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA MELALUI MEDIASI BERDASARKAN PERMA NO. O1 TAHUN 2008 DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain

BAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain dalam satu negara. Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk secara permanen dari pulau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu dari permasalahan yang telah dirumuskan maka bentuk dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dapat ditelaah dan dicari hubungan sebab akibat atau kecenderungannya.

BAB III METODE PENELITIAN. dapat ditelaah dan dicari hubungan sebab akibat atau kecenderungannya. BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ilmiah dilakukan sebagai suatu cara untuk merealisasikan keingintahuan sesorang dengan menggunakan metode dan cara yang sistematis, ilmiah disertai dengan keyakinan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini masuk dalam kategori penelitian kualitatif.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini masuk dalam kategori penelitian kualitatif. 76 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Yang Digunakan Penelitian ini masuk dalam kategori penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuanya tidak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode merupakan suatu cara yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai

III. METODE PENELITIAN. Metode merupakan suatu cara yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai III. METODE PENELITIAN Metode merupakan suatu cara yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat memahami obyek sasaran yang dikehendaki dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban yang. diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Daerah untuk mengurus,

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban yang. diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Daerah untuk mengurus, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Daerah untuk mengurus, mengatur, mengembangkan, dan menyelesaikan urusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses industrialisasi dan pengembangan industri merupakan salah satu jalur kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dulu tanah sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia sehari hari

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dulu tanah sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia sehari hari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dulu tanah sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia sehari hari dan merupakan kebutuhan hidup manusia yang mendasar. Manusia hidup dan berkembang biak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam arti hukum, tanah memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam arti hukum, tanah memiliki peranan yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam arti hukum, tanah memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena dapat menentukan keberadaan, kelangsungan hubungan dan perbuatan

Lebih terperinci

penelitian ini mengambil objek dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa

penelitian ini mengambil objek dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa 21 A. Metode yang digunakan Berdasarkan permasalahan yang penulis rumuskan maka untuk memperoleh data yang diperlukan sehingga data relevansinya dengan tujuan yang akan dicapai. Pada penelitian ini penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi yang amat penting untuk membangun masyarakat yang adil dan

BAB I PENDAHULUAN. fungsi yang amat penting untuk membangun masyarakat yang adil dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, termasuk perekonomiannya, terutama masih bercorak agraria, bumi air dan ruang angkasa, sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Agraria Isi dan Pelaksanaannya Jilid I Hukum Tanah Nasional, (Jakarta : Djambatan, 2005), hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Agraria Isi dan Pelaksanaannya Jilid I Hukum Tanah Nasional, (Jakarta : Djambatan, 2005), hal 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah dalam wilayah Negara Republik Indonesia merupakan salah satu sumber daya alam utama, yang selain mempunyai nilai batiniah yang mendalam bagi rakyat Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pabrik Gula Kwala Madu atau sering disebut orang dengan istilah PGKM merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara II (PTPN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya ketidakadilan dan sikap sewenang-wenang terhadap rakyat. Dengan kata lain, gerakan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Metode merupakan cara berpikir dan berbuat yang dipersiapkan sebaik-baiknya

III METODE PENELITIAN. Metode merupakan cara berpikir dan berbuat yang dipersiapkan sebaik-baiknya 21 III METODE PENELITIAN A. Metode Yang Digunakan Metode merupakan cara berpikir dan berbuat yang dipersiapkan sebaik-baiknya untuk mengadakan penelitian dan untuk mencapai suatu tujuan berdasarkan kebenaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Juni 1944, tentara Sekutu berhasil mendarat di Prancis dalam sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu berhasil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. itu, dikumpulkan sumber-sumber yang berhubungan dengan tema

BAB III METODOLOGI. itu, dikumpulkan sumber-sumber yang berhubungan dengan tema BAB III METODOLOGI A. Bentuk dan Strategi Penelitian Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau (Louis Gottschalk, 1986: 32). Metode yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini merupakan penguraian mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan skripsi yang berjudul Perkembangan

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol.II/No. 3/Ags-Okt/2014

Lex Privatum, Vol.II/No. 3/Ags-Okt/2014 PERSOALAN GANTI RUGI DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN PEMBANGUNAN 1 Oleh : Angelia Inggrid Lumenta 2 ABSRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana prosedur pelaksanaan

Lebih terperinci

PROBLEMA DALAM PELAKSANAAN HUKUM PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH DI KOTA SURAKARTA

PROBLEMA DALAM PELAKSANAAN HUKUM PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH DI KOTA SURAKARTA PROBLEMA DALAM PELAKSANAAN HUKUM PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH DI KOTA SURAKARTA Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembatalan akta..., Rony Fauzi, FH UI, Aditya Bakti, 2001), hlm Ibid., hlm

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembatalan akta..., Rony Fauzi, FH UI, Aditya Bakti, 2001), hlm Ibid., hlm 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk individu mempunyai berbagai macam kebutuhan dalam hidupnya dimana kebutuhan tersebut kadangkala bertentangan dengan kebutuhan dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peruntukkan dan dipergunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. peruntukkan dan dipergunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat, baik secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi masyarakat agraris tanah mempunyai kedudukan yang sangat penting. Terlebih lagi bagi para petani di pedesaan, tanah merupakan sumber utama penghidupan dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang menyatakan bahwa metode merupakan suatu cara atau jalan yang

III. METODE PENELITIAN. yang menyatakan bahwa metode merupakan suatu cara atau jalan yang 14 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan faktor yang penting dalam memecahkan suatu masalah yang turut menentukan suatu penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang dipakai oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan judul skripsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. mencapai tujuan, maka langkah-langkah yang ditempuh harus sesuai dengan

III. METODE PENELITIAN. mencapai tujuan, maka langkah-langkah yang ditempuh harus sesuai dengan 25 III. METODE PENELITIAN Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau yang sering disebut dengan metode. Metode pada dasarnya berarti cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, maka langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini dapat diklasifikasikan sebagai penelitian lapangan ( field research), yang bersifat analisis yaitu

Lebih terperinci

2014 PERKEMBANGAN PT.POS DI KOTA BANDUNG TAHUN

2014 PERKEMBANGAN PT.POS DI KOTA BANDUNG TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pada 20 Agustus tahun 1746 oleh Gubernur Jenderal G.W.Baron Van Imhoff mendirikan Kantor Pos dengan tujuan untuk lebih menjamin keamanan surat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian lapangan berarti

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian lapangan berarti BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penilitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian lapangan berarti penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia mencatat bahwa negara kita ini telah mengalami masa kolonialisasi selama tiga setengah abad yaitu baik oleh kolonial Belanda maupun kolonial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tedy Bachtiar, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tedy Bachtiar, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 1958 pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan Nasionalisasi perusahaan asing. Salah satunya Pabrik Gula (PG) Karangsuwung yang berubah status menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meminjam (berhutang) kepada bank atau perusahaan lain. akan dapat menganggu tatanan kehidupan ekonomi yang dudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. meminjam (berhutang) kepada bank atau perusahaan lain. akan dapat menganggu tatanan kehidupan ekonomi yang dudah ada. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia usaha tentu tidak selalu dalam keadaan baik, adakalanya usaha dari suatu perusahaan itu tidak dapat lagi memenuhi fungsinya sebagai suatu perusahaan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Kuhn dalam The Structure Of Scientific Revolutions mendefinisikan paradigma ilmah sebagai contoh yang diterima tentang praktek ilmiah sebenarnya. 1 Dari definisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan dihampir semua bidang membuat masyarakatnya nyaman. Meskipun

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan dihampir semua bidang membuat masyarakatnya nyaman. Meskipun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintahan Soeharto adalah pemerintahan yang berlangsung selama kurang lebih 32 tahun. Dalam memerintah, Soeharto terkenal dengan ketegasannya. Di bawah pemerintahannya

Lebih terperinci

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PERALIHAN HAK ATAS TANAH KARENA WARISAN ( STUDI KASUS DI KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI )

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PERALIHAN HAK ATAS TANAH KARENA WARISAN ( STUDI KASUS DI KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI ) FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PERALIHAN HAK ATAS TANAH KARENA WARISAN ( STUDI KASUS DI KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI ) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia membangun rumah sebagai tempat bernaung dan membangun berbagai

BAB I PENDAHULUAN. manusia membangun rumah sebagai tempat bernaung dan membangun berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan hal penting bagi kehidupan manusia. Diatas tanah pula manusia membangun rumah sebagai tempat bernaung dan membangun berbagai bangunan lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya usaha budidaya benih ikan di Kecamatan Bojongpicung tidak

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya usaha budidaya benih ikan di Kecamatan Bojongpicung tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Munculnya usaha budidaya benih ikan di Kecamatan Bojongpicung tidak terlepas dari berkembangnya budidaya perikanan air tawar di Propinsi Jawa Barat sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi (Soekanto, 2003: 243). Peranan merupakan aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan suatu bagian dari pemenuhan kebutuhan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan suatu bagian dari pemenuhan kebutuhan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan suatu bagian dari pemenuhan kebutuhan manusia yang mendasar di Negara Agraris. Tidak dapat dipungkiri fenomena sengketa pertanahan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tanah merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Tanah penting artinya bagi kehidupan manusia karena tanah tempat mencari sumber kehidupan dan tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Pendidikan juga dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Pendidikan juga dipandang sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Pendidikan sangat penting peranannya dalam kehidupan manusia, karena pendidikan merupakan sarana ataupun alat untuk mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan

BAB I PENDAHULUAN. Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan peranan penting dan strategis. Bukan hanya dalam peningkatan spiritual umat, melainkan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah ada sejak dahulu yaitu hukum Waris Adat, Hukum Waris Islam, dan hukum Waris Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah ada sejak dahulu yaitu hukum Waris Adat, Hukum Waris Islam, dan hukum Waris Kitab Undang-undang Hukum Perdata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem Hukum Perdata di Indonesia khususnya hukum waris bersifat pluralisme (beraneka ragam). Belum adanya unifikasi dalam hukum waris di Indonesia yang merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode historis. Menurut Kuntowijoyo, (1994: xii), metode sejarah adalah petunjuk pelaksanaan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam 27 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, mulai dari persiapan penelitian sampai dengan pelaksanaan penelitian dan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Pebruari merupakan titik permulaan perundingan yang menuju kearah berakhirnya apartheid dan administrasi minoritas kulit putih di Afrika Selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan segala aktifitasnya berada diatas tanah.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan segala aktifitasnya berada diatas tanah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan suatu hal yang erat hubungannya dan tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia, karena manusia bertempat tinggal, berkembang biak, serta melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk melaksanakan penelitian atau research yaitu usaha untuk menemukan, mengembangkan, menguji kebenaran suatu pengetahuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era sekarang ini tanah merupakan kekayaan dan modal dasar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era sekarang ini tanah merupakan kekayaan dan modal dasar dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era sekarang ini tanah merupakan kekayaan dan modal dasar dalam kehidupan baik oleh individu, kelompok maupun negara. Dalam usaha memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. teknik serta alat tertentu. (Winarno Surakhmad, 1982; 121).

III. METODE PENELITIAN. teknik serta alat tertentu. (Winarno Surakhmad, 1982; 121). III. METODE PENELITIAN Di dalam penelitian, metode merupakan faktor penting untuk memecahkan masalah yang turut menentukan keberhasilan suatu penelitian. Menurut winarno Surahkmad, metode adalah cara utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tanah, dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik secara

BAB I PENDAHULUAN. dengan tanah, dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Tanah sangat erat sekali hubungannya dengan kehidupan manusia. Manusia hidup dan melakukan aktivitas di

Lebih terperinci

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59, 2008 OTONOMI. Pemerintah. Pemilihan. Kepala Daerah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan dengan

Lebih terperinci