PENETASAN TELUR LOBSTER AIR TAWAR Cherax quadricarinatus SECARA BUATAN DENGAN FASE PERKEMBANGAN EMBRIO YANG BERBEDA PADA SUHU 29 º C

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENETASAN TELUR LOBSTER AIR TAWAR Cherax quadricarinatus SECARA BUATAN DENGAN FASE PERKEMBANGAN EMBRIO YANG BERBEDA PADA SUHU 29 º C"

Transkripsi

1 PENETASAN TELUR LOBSTER AIR TAWAR Cherax quadricarinatus SECARA BUATAN DENGAN FASE PERKEMBANGAN EMBRIO YANG BERBEDA PADA SUHU 29 º C BAYYU ADI MURANGGA DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penetasan Telur Lobster Air Tawar Cherax quadricarinatus dengan Fase Perkembangan Embrio yang Berbeda pada Suhu 29 C adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2016 Bayyu Adi Murangga NIM C

3 ABSTRAK BAYYU ADI MURANGGA. Penetasan Telur, Lobster Air Tawar Cherax quadricarinatus, Secara Buatan, dengan Fase Perkembangan Embrio yang Berbeda, pada Suhu 29 ºC. Dibimbing oleh DINAR TRI SOELISTYOWATI dan ALIMUDDIN. Proses penetasan atau inkubasi telur merupakan salah satu bagian yang sangat menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya lobster air tawar. Tujuan penelitian ini adalah membuat sistem penetasan telur secara buatan pada fase perkembangan embrio yang berbeda yang dapat meningkatkan derajat tetas telur dan derajat kelangsungan hidup benih lobster air tawar. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan A (inkubasi telur secara buatan pada perkembangan embrio fase 1 atau 1-3 hari setelah terjadinya fertilisasi), perlakuan B (inkubasi telur secara buatan pada perkembangan embrio fase 4 atau hari setelah terjadinya fertilisasi), perlakuan C (inkubasi telur secara buatan pada perkembangan embrio fase 7 atau hari setelah terjadinya fertilisasi), dan perlakuan K sebagai kontrol (inkubasi secara alami). Penetasan secara buatan menggunakan telur dari 1 induk yang sama. Sedangkan penetasan secara alami sebagai kontrol menggunakan telur dari induk yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa derajat tetas telur lobster yang ditetaskan secara alami dan buatan berbeda nyata (p<0,05). Pada penetasan secara buatan derajat tetas telur terbaik ada pada perlakuan A dan B yaitu sebesar 93,33±5,77% dan 91,67±7,63%. Derajat kelangsungan hidup benih tidak berbeda nyata antara penetasan secara alami dan buatan (p>0,05). Dengan demikian, penetasan telur lobster air tawar secara buatan dengan fase perkembangan embrio yang berbeda pada suhu 29 ºC sebaiknya dilakukan pada perkembangan embrio fase 1 dan 4 atau 1-12 hari setelah terjadi fertilisasi. Kata kunci: penetasan buatan, lobster air tawar, perkembangan embrio berbeda.

4 ABSTRACT BAYYU ADI MURANGGA. Artificial incubation, of freshwater crayfish Cherax quadricarinatus eggs, at different embryonic stages, in temperature 29 ºC. Supervised by DINAR TRI SOELISTYOWATI and ALIMUDDIN. The process of incubation is one of the part determines the success of freshwater crayfish production. The purpose of this research was to create artificial eggs incubation system at different embryonic stages for increase hatching rate and survival of freshwater crayfish seed. This research used completely randomized desain with 4 treatments and 3 times repetition. Treatment A (artificial incubation of embryo stage 1 or 1-3 days after fertilization), treatment B (artificial incubation of embryo stage 4 or days after fertilization), treatment C (artificial incubation of embryo stage 7 or days after fertilization), and treatment K as control (maternal incubation). Artificial incubation used eggs from one female. Maternal incubation as control treatment used eggs from other female. The result showed hatching rate of freshwater crayfish was significantly different between artificial eggs incubation and naturally maternal incubation (p<0.05). On artificial incubation, the best hatching rate was found on treatment A (93.33±5.77%) and B (91.67±7.63%). Survival of seed was the same (p>0.05). It could be that the artificial eggs incubation of freshwater crayfish at different embryonic stages in temperature 29 ºC had better to use eggs at 1-11 days after fertilization. Keywords: artificial eggs incubation, freshwater crayfish, different embryonic stages.

5 PENETASAN TELUR LOBSTER AIR TAWAR Cherax quadricarinatus SECARA BUATAN DENGAN FASE PERKEMBANGAN EMBRIO YANG BERBEDA PADA SUHU 29 º C BAYYU ADI MURANGGA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Budidaya Perairan DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

6

7 PRAKATA Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah reproduksi, dengan judul Penetasan Telur Lobster Air Tawar Cherax quadricarinatus Secara Buatan dengan Fase Perkembangan Embrio yang Berbeda pada Suhu 29 C. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2015 di Laboratorium Reproduksi dan Genetika Organisme Akuatik Lt. 2, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada: 1. Ayah dan ibu serta keluarga yang senantiasa memberi do a, dukungan, dan kasih sayangnya. 2. Dr. Ir. Dinar Tri Soelistyowati, DEA dan Dr. Alimuddin, S.Pi., M.Sc selaku pembimbing skripsi yang telah banyak memberi arahan dan saran selama pengerjaan penelitian dan penyusunan skripsi ini. 3. Dr. Sri Nuryati S.Pi.,M.Si selaku penguji tamu dan Dr. Ir. Mia Setiawati, M.Si mewakili Komisi Pendidikan Program Sarjana yang telah banyak memberi saran untuk perbaikan skripsi ini. 4. Dr. Alimuddin, S.Pi., M.Sc. selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberi motivasi. 5. Imam Rusydi Hasibuan S.Pi., Endang Saefudin S.Pi.,Kurdianto S.Pi.,Azza Baihaqi S.Pi.,Dio Reza S.Pi., Abdul Aziz S.Pi., Kurnia Hamdani, Bagus Mukmin, Bowie Anshary Delianda, Iik Muslihul Hanif, Fendy Agusnandi, teman-teman BDP 47 dan semua pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Mei 2016 Bayyu Adi Murangga

8 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vi PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 METODE... 2 Rancangan Penelitian... 2 ProsedurPenelitian... 2 Penyedian Telur... 2 Pemanenan dan Inkubasi Telur... 3 Pengamatan... 3 Pengukuran Kualitas Air... 4 Parameter Uji... 4 Derajat Tetas telur... 4 Derajat Kelangsungan Hidup Benih... 4 Analisis Data... 5 HASIL DAN PEMBAHASAN... 5 Hasil... 5 Pembahasan... 7 KESIMPULAN... 8 SARAN... 8 DAFTAR PUSTAKA... 9 LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

9 DAFTAR TABEL 1 Rancangan penelitian penetasan telur lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) secara buatan dengan fase perkembangan embrio yang berbeda pada suhu 29 C Parameter dan metode pengukuran kualitas air selama penelitian Kualitas air inkubasi telur lobster air tawar...6 DAFTAR GAMBAR 1 Derajat tetas telur lobster air tawar Derajat kelangsungan hidup benih lobster air tawar selama 25 hari pemeliharaan...6 DAFTAR LAMPIRAN 1 Proses pengambilan telur lobster Wadah inkubasi secara buatan, alami, dan pemeliharaan benih Hasil analisis statistik derajat tetas telur Hasil analisis statistik derajat kelangsungan hidup benih...12

10 PENDAHULUAN Latar Belakang Berdasarkan habitatnya lobster dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu lobster laut dan lobster air tawar. Lobster air tawar yang paling populer adalah dari genus Cherax (Olszewski 1980). Genus Cherax pertama kali ditemukan di Indonesia oleh satu tim ekspedisi Botani New Guinea pada tahun (Holthuis 1949). Menurut Rouse (1977) di antara tiga spesies Cherax yang telah dibudidayakan di Australia, jenis red claw memiliki nilai ekonomis yang paling tinggi. Hal ini karena red claw memiliki ukuran yang lebih besar, dagingnya lebih banyak, mempunyai toleransi lingkungan yang tinggi, dan lebih tahan terhadap penyakit (Jones 1998). Lobster air tawar Cherax quadricarinatus mulai dikembangkan di Indonesia pada tahun 2000 (Sukmajaya dan Suharjo 2003). Menurut Rural Industries Research and Development Corporation (RIRDC), produksi lobster air tawar di Australia pada kurun waktu tahun rata-rata 421 ton per tahun. Pada periode 2004/2005, nilai ini diprediksi mencapai ton. Rata-rata kebutuhan pasar mencapai ton per tahun dengan pasar ekspor ke Eropa dan Asia Tenggara, serta pasar baru seperti Jepang, Korea, Hongkong, Taiwan dan Amerika Serikat (Lukito dan Prayugo 2007). Di Indonesia harga jual lobster di tingkat petani mencapai Rp /kg (Setiawan 2006). Secara biologis lobster air tawar bila dibandingkan dengan jenis udang lainnya seperti udang windu dan udang galah memiliki fekunditas yang lebih tinggi (Sukmajaya dan Suharjo 2003). Namun demikian, budidaya lobster air tawar juga memiliki kelemahan, yaitu proses inkubasi telurnya yang cukup lama. Rouse (1977) menyatakan bahwa lama pengeraman telur dapat berlangsung sekitar hari tergantung pada kisaran suhu yang digunakan. Bardach at al (1972) menyatakan bahwa suhu optimal dalam penetasan telur lobster air tawar adalah C. Telur lobster air tawar menempel pada kaki-kaki renang induk betina. Menurut Mason (1977) daya rekat telur pada kaki renang induk betina pada awal perkembangan embrio sangatlah lemah, sehingga telur lebih mudah untuk dipisahkan dari induk betina. Daya rekat telur semakin hari akan semakin kuat. Pemisahan telur dari induk betinapun akan semakin sulit. Penetasan telur lobster air tawar dapat dilakukan secara alami maupun buatan. Berdasarkan hasil penelitian Tamima (2014) proses inkubasi secara buatan pada C. quadricarinatus masih mengalami kendala, yaitu rendahnya jumlah telur yang menetas serta rendahnya derajat kelangsungan hidup benih yang dihasilkan. Untuk itu perlu adanya penelitian lanjut yang dapat menjadi solusi permasalahan ini. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah inkubasi secara buatan dengan fase perkembangan embrio yang berbeda pada suhu 29 C.

11 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membuat sistem inkubasi telur lobster secara buatan pada fase perkembangan embrio yang berbeda yang dapat meningkatkan derajat tetas telur dan derajat kelangsungan hidup benih lobster air tawar. METODE Rancangan Penelitian Penelitian ini terdiri atas 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Rancangan percobaan penelitian disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Rancangan penelitian penetasan telur lobster air tawar (Cherax quadrinatus) secara buatan dengan fase perkembangan embrio yang berbeda pada suhu 29 ºC. Perlakuan Keterangan* A Inkubasi secara buatan pada perkembangan embrio fase 1 (1-3 hari setelah terjadinya fertilisasi) B Inkubasi secara buatan pada perkembangan embrio fase 4 (10-12 hari setelah terjadinya fertilisasi) C Inkubasi secara buatan pada perkembangan embrio fase 7 (19-20 hari setelah terjadinya fertilisasi) KONTROL Inkubasi secara alami Keterangan* : Selesainya proses fertilisasi lobster air tawar ditandai dengan tidak ada lagi sperma yang menempel pada sekitar pangkal kaki jalan ke lima lobster betina. Prosedur Penelitian Penyediaan Telur Telur uji yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari 5 induk betina yang dipasangkan dengan 3 ekor induk jantan. Bobot induk sekitar 145 gram/ekor. Induk lobster diperoleh dari pembudidaya lobster air tawar asal Bandung, Jawa Barat. Sebelum dikawinkan, induk lobster diaklimatisasi dengan cara mengalirkan air sedikit demi sedikit pada wadah pemeliharaan induk sampai induk lobster terlihat bergerak lincah. Proses pengawinan dilakukan secara alami selama 1-2 minggu. Wadah yang digunakan pada pengawinan berupa akuarium dengan dimensi 90x50x50 cm 3 yang dilengkapi dengan 1 aerasi dan pipa PVC 2,5 inci sebanyak 10 buah dengan panjang cm. Potongan pipa PVC ini berfungsi sebagai tempat persembunyian lobster. Selama proses pengawinan induk diberi pakan berupa pakan komersial (protein 38%) 2 kali/hari sebanyak 5% dari bobot induk.

12 Pemanenan dan Inkubasi Telur Induk lobster yang telah bertelur kemudian dipanen telurnya sesuai dengan perlakuan. Perlakuan A menggunakan telur dengan perkembangan embrio fase 1 atau dipanen saat 1-3 hari setelah terjadinya fertilisasi. Perlakuan B menggunakan telur dengan perkembangan embrio fase 4 atau dipanen saat hari setelah terjadinya fertilisasi. Perlakuan C menggunakan telur dengan perkembangan embrio fase 7 atau dipanen saat hari setelah terjadinya fertilisasi. Telur diambil dari 1 induk betina yang sama. Jumlah telur yang diambil sebanyak 20 butir/ulangan. Telur diambil dari abdomen induk lobster menggunakan pinset dengan sangat hati-hati agar telur tidak pecah. Telur kemudian diletakkan pada baskom yang telah diisi air terlebih dahulu. Telur kemudian dipindahkan pada wadah penetasan dengan menggunakan sendok plastik. Tahapan pemanenan telur lobster disajikan pada Lampiran 1. Penetasan telur lobster dilakukan secara buatan (perlakuan A, B, dan C), yaitu dengan cara memanen telur dari induk betina lobster dan melakukan inkubasi buatan menggunakan wadah gelas dengan volume 200 ml. Proses inkubasi ini berlangsung selama 40 hari dengan suhu 29 ºC. Pada proses inkubasi, dilakukan juga penetasan secara alami sebagai kontrol positif. Penetasan secara alami ini menggunakan 1 induk betina lobster yang diletakkan pada wadah akuarium 90x45x45 cm 3 dan dilengkapi dengan satu titik aerasi. Tata letak wadah inkubasi disajikan pada Lampiran 2. Pengamatan Pengamatan pertama yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengamatan waktu dan jumlah telur yang berhasil menetas pada tiap perlakuan. Proses pengamatan ini bertujuan untuk menentukan besarnya derajat tetas telur pada inkubasi secara buatan dan alami. Penghitungan pertama kali dilakukan pada hari ke- 25. Pada saat hari ke-25, perlakuan A sudah menetas. Perlakuan B menetas pada hari ke-28, sedangkan perlakuan C menetas pada hari ke-31.telur yang berhasil menetas menjadi larva tetap dipelihara pada wadah inkubasi sampai semua kuning telurnya habis diserap dan dapat diberi pakan dari luar. Setelah 15 hari larva sudah berubah menjadi benih yang ditandai dengan sudah habisnya seluruh kuning telur pada larva. Benih dipelihara selama 25 hari untuk menghitung kelangsungan hidupnya. Pemeliharaan benih menggunakan wadah akuarium dengan dimensi 25x25x30 cm 3 yang dilengkapi 1 titik aerasi dan potongan pipa PVC 1 cm sebanyak 12 buah/akuarium. Padat tebar benih adalah 10 ekor/akuarium. Selama pemeliharaan benih diberi pakan berupa cacing sutra. Pemberian pakan dilakukan secara ad libitum. Penghitungan derajat kelangsungan hidup benih dilakukan dengan cara menghitung jumlah benih yang bertahan hidup pada akhir pemeliharaan.

13 Pengukuran Kualitas Air Parameter kualitas air yang diukur dalam wadah inkubasi telur lobster secara buatan meliputi suhu, ph, DO, dan amonia. Metode dan waktu pengukuran kualitas air disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Parameter dan metode pengukuran kualitas air selama penelitian. Parameter Satuan Metode/alat Waktu Suhu C Termometer Setiap hari (Jam dan 17.00) DO mg/l DO-meter Hari ke-38 ph mg/l ph-meter Hari ke-38 Amonia mg/l Spektrofotometer Hari ke-38 Parameter Uji Derajat Tetas Telur Derajar tetas telur(dtt) adalah persentase dari jumlah telur yang menetas terhadap jumlah telur awal. Penghitungan derajat tetas telur dapat dihitung dengan rumus berikut. DTT = JTM JTA X100 Keterangan: DTT = Derajat tetas telur JTM = Jumlah telur yang menetas JTA = Jumlah telur awal Derajat Kelangsungan Hidup Benih Derajat kelangsungan hidup benih (DKHB) merupakan persentase jumlah benih yang hidup setelah pemeliharaan 25 hari terhadap jumlah benih pada awal pemeliharaan. Derajat kelangsungan hidup benih dapat dihitung dengan rumus berikut. DKHB = Nt No X100 Keterangan :DKHB = Derajat kelangsungan hidup benih Nt = Jumlah benih yang hidup pada akhir pemeliharaan No = Jumlah benih pada awal pemeliharaan

14 Analisis Data Data derajat tetas telur dan derajat kelangsungan hidup benih dianalisis secara statistik menggunakan perangkat lunak SPSS 20 pada selang kepercayaan 95%. Data kualitas air disajikan secara deskriptif. Hasil analisis statistik terhadap parameter penelitian dapat dilihat pada Lampiran 3. Derajat Tetas Telur HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Perbandingan derajat tetas telur lobster yang diinkubasi secara alami dan buatan disajikan pada Gambar 1. Secara umum derajat tetas telur lobster menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05) antara inkubasi secara buatan dengan fase perkembangan embrio yang berbeda pada suhu 29 C dan inkubasi secara alami. Data analisis derajat tetas telur lobster disajikan pada Lampiran 3. Derajat Tetas Telur (%) ,33±5,7 ab 91,67±7,63 ab 100±0,00 b 80±5,00 a A B C K Gambar 1 Derajat tetas telur lobster air tawar: A (inkubasi secara buatan pada pada embrio fase 1), B (inkubasi secara buatan pada perkembangan embrio fase 4), C(inkubasi secara buatan pada embrio fase 7), dan K (inkubasi secara alami). Huruf berbeda setelah nilai simpangan baku menunjukkan berbeda nyata (p<0,05). Berdasarkan Gambar 1, bahwa perlakuan C atau inkubasi telur lobster secara buatan pada embrio fase 7 memiliki derajat tetas telur lebih rendah daripada kontrol (p<0,05), yaitu sebesar 80 ± 5,00%. Derajat tetas telur perlakuan lainnya sama dengan kontrol. Kelangsungan Hidup Benih (SR25) Perbandingan kelangsungan hidup benih lobster yang dihasilkan melalui inkubasi secara alami dan buatan selama 25 hari masa pemeliharaan disajikan pada Gambar 2. Kelangsungan hidup benih lobster tidak berbeda (p>0,05) antara benih hasil inkubasi secara buatan dengan inkubasi secara alami. Data analisis kelangsungan hidup benih selama 25 hari pemeliharaan disajikan pada Lampiran 4.

15 Derajat Kelangsungan Hidup Benih(%) ,33±5,77a 90,00±10,00a 86,67±5,77a 90,00±0,00a A B C K Gambar 2 Derajat kelangsungan hidup benih lobster air tawar selama 25 hari pemeliharaan: A (benih hasil inkubasi buatan pada perkembangan embrio fase 1), B (benih hasil inkubasi buatan pada perkembangan embrio fase 4), dan C(benih hasil inkubasi buatan pada perkembangan embrio fase 7), dan K (benih hasil inkubasi secara alami). Huruf berbeda setelah nilai simpangan baku menunjukkan berbeda nyata (p<0,05). Berdasarkan Gambar 2, bahwa kelangsungan hidup benih lobster hasil inkubasi secara buatan dan benih hasil inkubasi secara alami tidak berbeda nyata (p>0,05) yaitu berkisar antara 80-90%. Kualitas Air Kualitas air inkubasi telur lobster air tawar secara buatan dengan fase perkembangan embrio yang berbeda pada suhu 29 ºC dan inkubasi secara alami (kontrol) disajikan pada Tabel 3. Secara umum nilai suhu, DO, ph, dan amonia masih berada pada kisaran standar baku (Rouse 1977). Tabel 3 Kualitas air inkubasi telur lobster air tawar Perlakuan Suhu ( C) DO (mg/l) ph Amonia(mg/L) A 29 4,0-4,4 7,55-7,65 0,015-0,026 B 29 4,2-4,3 7,73-8,82 0,014-0,023 C 29 4,0-4,5 8,02-8,15 0,015-0,025 Kontrol 27 3,8-4,0 7,60-7,85 0,015-0,018 Rouse (1977) >1 7,50-8,00 <0,5 Keterangan : A (kualitas air wadah inkubasi secara buatan pada perkembangan embrio fase 1), B (kualitas air wadah inkubasi secara buatan pada perkembangan embrio fase 4), C (kualitas air wadah inkubasi secara buatan pada perkembangan embrio fase 7), dan K (kualitas air wadah inkubasi alami).

16 Pembahasan Menurut Holdich dan Lowery (1988), proses perkembangan benih Cherax terbagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap perkembangan telur (pra-larva), tahap larva, dan tahap pasca larva. Menurut Garcia-guerrero at al (2003) perkembangan embrio lobster air tawar dibagi menjadi 12 fase. Pada penelitian ini menggunakan fase 1, fase 4, dan fase 7. Masing-masing fase memiliki ciri khusus. Fase 1 merupakan fase perkembangan embrio paling awal atau 1-3 hari setelah terjadinya fertilisasi. Fase 4 atau setelah terjadinya fertilisasi ditandai dengan sisi bening pada permukaan telur yang semakin luas dan bintik mata yang masih belum jelas. Fase 7 atau hari setelah terjadinya fertilisasi ditandai dengan warna bening pada ½ permukaan telur dan bintik mata yang sudah sangat jelas. Penetasan telur pada berbagai jenis ikan memiliki rentang masa yang berbeda-beda. Ikan nila membutuhkan waktu 3-5 hari, ikan mas membutuhkan waktu 1-2 hari, dan ikan gurami membutuhkan waktu jam (Khoiruman 2014). Lobster air tawar sendiri membutuhkan waktu 4-6 minggu ( Gusrina 2008). Perbedan rentang waktu ini dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal berupa hormon dan volume telur, sedangkan faktor eksternal berupa salinitas, suhu, ph, oksigen terlarut, dan intensitas cahaya (Gusrina 2008). Menurut Hepher dan Pruginin (1981) secara alami, setiap organisme mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dengan lingkungannya dalam batas-batas tertentu yang disebut dengan tingkat toleransi. Jika perubahan yang terjadi di luar tingkat toleransi suatu hewan, maka cepat atau lambat hewan tersebut akan mati. Menurut Srihati (1977) suhu berpengaruh pada proses penetasan telur dimana semakin tinggi suhu maka semakin cepat telur menetas sampai batas optimal. Berdasarkan hasil pengamatan pada penelitian ini, perlakuan A, B, dan C lebih cepat menetas dibandingkan dengan control. Perlakuan A membutuhkan waktu 25 hari untuk menetas, perlakuan B 28 hari, dan perlakuan C 31 hari, sedangkan kontrol membutuhkan waktu 33 hari untuk menetas. Telur menetas karena adanya gabungan kerja enzimatik dan mekanik. Kerja mekanik disebabkan embrio yang sering mengubah posisinya karena kekurangan ruang di dalam cangkangnya atau karena embrio lebih panjang daripada lingkungannya di dalam cangkang, sedangkan kerja enzimatik melibatkan unsur kimia di dalam telur. Suhu sangat berpengaruh pada aktivits enzim. Suhu ekstrim akan mengakibatkan kerusakan pada enzim sehingga kerja enzim akan terganggu. Peningkatan suhu inkubasi akan mempercepat kerja enzim hingga batas optimal. Bila peningkatan suhu terjadi terus-menerus melewati batas toleransi maka akan terjadi perubahan struktur protein dan lemak enzim bahkan dapat merusak enzim secara keseluruhan sehingga telur gagal menetas. Sebaliknya, pada suhu yang rendah aktivitas enzim akan terganggu bahkan enzim penetasan tidak dapat disekresikan. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada pengamatan, rendahnya derajat tetas telur lobster pada perlakuan C diduga akibat daya rekat telur pada kaki renang induk lobster yang lebih kuat saat perkembangan embrio fase 7 atau hari setelah terjadinya pembuahan. Daya rekat telur yang kuat ini membuat proses pemanenan telur lebih sulit, sehingga resiko telur mengalami kerusakan pada saat pemanenan jauh lebih besar.

17 Lobster air tawar memiliki sifat kanibal (Morrissy 1970), sehingga membutuhkan ruang budidaya yang optimal agar sifat kanibal ini tidak menyebabkan rendahnya derajat kelangsungan hidup lobster. Berdasarkan Setiawan (2006) padat tebar yang ideal untuk budidaya lobster air tawar sekmen pembesaran adalah 10 ekor/ m 3. Menurut Jones (1998) padat tebar yang ideal pada pemeliharaan benih ukuran 1-2 inci adalah 50 ekor/m 3. Pada penelitian ini, benih dipelihara pada wadah akuarium 25x25x30 cm dengan kepadatan 10 ekor/akuarium. Hal ini dilakukan agar benih yang dipelihara tidak dipengaruhi oleh sifat kanibalisme, sehingga derajat kelangsungan hidup benih yang dihasilkan pada penelitian ini benar-benar hanya dipengaruhi oleh metode inkubasi yang berbeda. Berdasarkan hasil pengamatan selama 25 hari, benih lobster air tawar memiliki derajat kelangsungan hidup tidak berbeda nyata antara perlakuan A, B, dan C, serta kontrol. Hasil ini membuktikan bahwa benih yang dihasilkan dari proses inkubasi secara alami maupun buatan memiliki daya kualitas yang hampir sama. Selama proses pemeliharaan, benih diberi pakan berupa cacing sutera. Menurut Tamima (2014) rendahnya derajat kelangsungan hidup benih lobster air tawar yang dihasilkan dari proses inkubasi buatan dikarenakan benih tidak mengonsumsi pakan cacing sutera yang dberikan. Akan tetapi berdasarkan pengamatan selama pemeliharaan benih yang dilakukan pada penelitian ini, benih lobster air tawar baik yang dihasilkan dari proses inkubasi secara buatan maupun alami mengonsumsi pakan cacing sutra yang diberikan sehingga derajat kelangsungan hidup benih yang dihasilkan tidak berbeda nyata. KESIMPULAN Penetasan telur lobster air tawar secara buatan dengan fase perkembangan embrio 1 dan 4 atau 1-11 hari setelah terjadi fertilisasi pada suhu 29 ºC dapat menghasilkan derajat tetas telur yang tinggi dan kelangsungan hidup benih yang sama dengan inkubasi secara alami. SARAN Inkubasi telur lobster air tawar secara buatan pada suhu 29 C sebaiknya dilakukan pada perkembangan embrio fase 1 dan 4 atau 1-12 hari setelah terjadi pembuahan.

18 DAFTAR PUSTAKA Bardach, J.E., John H. Rhyter., and W.O. Mc Larvey Aquaculture, the Farming and Husbandry of Freshwater and Marine Organism. Willey Intersoience, 651p. Garcia-guerrero, M., Hendrickx M. E., and Humberto Description of the Embryonic Development of Cherax quadricarinatus Based on the Staging Method. Crustaceana 76: Gusrina, Budi Daya Ikan Jilid 1 untuk SMK. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta. hal Hepher, B. dan Y. Pruginin Commercial Fish Farming With Special Reference to Fish Culture in Israel. John Willey and Sons, Inc. New York. 261 pp. Holdich, D.M. dan Lowery, R.S Freshwater Crayfish : Biology, Management, and exploitation. Croom Helms, London and Sydney and Timber Press, Portland Oregon. Holthuis, L.B Decapoda Macrura with Revision of the New Guinea Parastacidae. Zoological Results of the Dutch New Guinea Expedition Nova Guinea. New Ser.5: Jones, C.M Redclaw Crayfish. The New Rural Industries: A Handbook for Farmers and Investors Freshwater Fisheries and Aquaculture Centre. Department of Primary Industries Walkamin, Australia. 128 pp. Khoiruman, Buku Pintar Bisnis Pembenihan Ikan Konsumsi. Jakarta (ID): Gramedia pustaka. Lukito, A dan Prayugo, S. 2007, Panduan Lengkap Lobster Air Tawar. Jakarta (ID): Penebar Swadaya Mason, J.C., Artificial incubation of crayfish eggs Pacifastacus leniusculus Dana.. In: Lindqvist, O.V.Ed.., Proc. 3rd International Symposium of Astacology, Kuopio, Finland, pp Olszewski, P A Salute to the Humble Yabby. Angus and Robertson Publishers, Sydney, Australia. 150 pp Rouse, D. B Production of Australian Red Claw Crayfish. Auburn University. Alabama. USA.11p Setiawan, Teknik Pembenihan dan Cara Cepat Pembesaran Lobster Air Tawar. Jakarta (ID): AgroMedia Pustaka. Srihati Pengaruh Suhu Terhadap Penetasan Telur, Pertumbuhan dan Daya Tahan Hidup Larva Ikan Bandeng (Chanos chanos). Seminar biologi XV. Bandar Lampung: Sukmajaya, Y dan Suharjo Mengenal Lebih Dekat Lobster Air Tawar, Komoditas Perikanan Prospektif. Sukabumi (ID): Agromedia Pustaka Utama. Tamima, N.I Pengaruh Perbedaan Metode Inkubasi Telur Lobster Air Tawar Terhadap Tingkat Penetasan Telur Lobster Air Tawar Cherax quadricarinatus. Papua (ID): Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Raja Ampat.

19 LAMPIRAN Lampiran 1 Proses pengambilan telur lobster: A(pengambilan telur menggunakan pinset), B(telur perlakuan A), C(telur perlakuan B), dan D (telur perlakuan C). A B C D

20 Lampiran 2 Wadah inkubasi secara buatan, alami, dan pemeliharaan benih: A(wadah inkubasi secara buatan), dan B(wadah inkubasi secara alami), dan C(wadah pemeliharaan benih). 5 A Keterangan: 1: Akuarium 90x45x45 cm 2: Gelas minum 200 ml 3: Aerasi 4: Penjepit baju ( hijau perlakuan A, kuning perlakuan B, pink perlakuan C) 5: Heater B Keterangan: 1: Akuarium 90x50x50 cm 2: Induk lobster 3: Aerasi 4: Shelter atau tempat persembunyiaan lobster, terbuat dari potongan pipa paralon 2,5 inci. C 2 1 Keterangan: 1: Akuarium 25x25x30 cm 2: Aerasi 4: Shelter atau tempat persembunyiaan benih lobster, terbuat dari potongan pipa paralon 1 inci. 3

21 Lampiran 3 Hasil analisis statistika derajat tetas telur. Anova Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 622, ,639 7,119,012 Within Groups 233, ,167 Total 856, * Berdasarkan hasil pada tabel anova di atas menunjukkan bahwa derajat tetas telur berbeda nyata (p<0,05). Tukey HSD a Subset for alpha = 0,05 Hatching Rate N , ,67 91, ,33 93, ,00 Sig., Lampiran 4 Hasil analisis statistika derajat kelangsungan hidup benih Anova Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 91, ,556,733,561 Within Groups 333, ,667 Total 425, * Berdasarkan hasil pada tabel anova di atas menunjukkan bahwa derajat kelangsungan hidup benih tidak berbeda nyata (p>0,05).

22 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Lampung pada tangggal 13 Mei 1991 dari Ayah Baharuddin dan Ibu Yuhanis. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Pendidikan yang ditempuh penulis yaitu TK PGRI Bambang pada tahun dan SD Negeri Bambang pada tahun Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Pugung Penengahan pada tahun dan SMA Negeri 4 Bandar Lampung pada tahun Tahun 2010 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, program sarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Departemen Budidaya Perairan melalui jalur USMI. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai pengurus organisasi Ikatan Keluarga Muslim TPB (IKMT) pada tahun dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan pada tahun Penulis juga ikut berpartisipasi dalam kepanitian OPEN HOUSE (OH) angkatan 48 pada tahun Pada tahun 2016 penulis menyelesaikan penulisan skripsi Penetasan Telur Lobster Air Tawar Cherax quadricarinatus Secara Buatan dengan Fase Perkembangan Embrio yang Berbeda pada Suhu 29 ºC sebagai tugas akhir dan syarat untuk memperoleh gelar sarjana.

PENGARUH PADAT PENEBARAN 75, 100 DAN 125 EKOR/M2 DAN RASIO SHELTER

PENGARUH PADAT PENEBARAN 75, 100 DAN 125 EKOR/M2 DAN RASIO SHELTER PENGARUH PADAT PENEBARAN 75, 100 DAN 125 EKOR/M 2 DAN RASIO SHELTER 1 DAN 0,5 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER AIR TAWAR, Cherax quadricarinatus Erik Sumbaga SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

515 Keragaan pertumbuhan benih Cherax... (Irin Iriana Kusmini)

515 Keragaan pertumbuhan benih Cherax... (Irin Iriana Kusmini) 515 Keragaan pertumbuhan benih Cherax... (Irin Iriana Kusmini) KERAGAAN PERTUMBUHAN BENIH Cherax quadricarinatus DARI BERBAGAI LOKASI UNTUK MENCAPAI UKURAN 5 6 INCI ABSTRAK Irin Iriana Kusmini dan Gleni

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus DIPELIHARA PADA SISTEM RESIRKULASI DENGAN KEPADATAN YANG BERBEDA

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus DIPELIHARA PADA SISTEM RESIRKULASI DENGAN KEPADATAN YANG BERBEDA Jurnal Akuakultur Indonesia, 7(2): 109 114 (2008) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 109 PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH

Lebih terperinci

PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 40 DAN 60 EKOR/LITER DALAM SISTEM RESIRKULASI

PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 40 DAN 60 EKOR/LITER DALAM SISTEM RESIRKULASI Jurnal Akuakultur Indonesia, 6(2): 211 215 (2007) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 211 PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan Air Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, pada bulan Maret 2013 sampai dengan April 2013.

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Lobster (Cherax quadricarinatus) Air Tawar di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Tatelu

Teknik Budidaya Lobster (Cherax quadricarinatus) Air Tawar di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Tatelu Teknik Budidaya Lobster (Cherax quadricarinatus) Air Tawar di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Tatelu (Hatchery Technique of Freshwater Lobster (Cherax quadricarinatus) at BBAT Tatelu) Kedis Lengka, Magdalena

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2013, di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat. B. Alat dan Bahan (1)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitan ini dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai bulan Januari 2015 bertempat di Desa Toto Katon, Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN DOSIS PAKAN TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN DAN SINTASAN LOBSTER AIR TAWAR CAPIT MERAH (Cherax quadricarinatus)

PENGARUH PERBEDAAN DOSIS PAKAN TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN DAN SINTASAN LOBSTER AIR TAWAR CAPIT MERAH (Cherax quadricarinatus) PENGARUH PERBEDAAN DOSIS PAKAN TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN DAN SINTASAN LOBSTER AIR TAWAR CAPIT MERAH (Cherax quadricarinatus) St. Hadijah Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muslim Indonesia,

Lebih terperinci

ORDO DECAPODA. Kelompok Macrura : Bangsa udang & lobster (lanjutan)

ORDO DECAPODA. Kelompok Macrura : Bangsa udang & lobster (lanjutan) ORDO DECAPODA Kelompok Macrura : Bangsa udang & lobster (lanjutan) Lobster Air Tawar (LAT) Crayfish/ crawfish atau yang dikenal sebagai lobster air tawar merupakan salah satu jenis Crustacea yang memiliki

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan. 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika dan kolam percobaan pada Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar, Jl. Raya 2 Sukamandi,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksananakan pada bulan Juli September 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksananakan pada bulan Juli September 2013 di 25 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksananakan pada bulan Juli September 2013 di laboratorium penelitian Biologi Akuatik Gedung MIPA Terpadu Fakultas Matematika

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014, III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014, bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan Universitas

Lebih terperinci

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar Standar Nasional Indonesia Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1

Lebih terperinci

S. Mulyati, M. Zairin Jr., dan M. M. Raswin

S. Mulyati, M. Zairin Jr., dan M. M. Raswin Pengaruh Jurnal Akuakultur Tiroksin Indonesia, terhadap Larva 1(1): Ikan 21 25(2002) Gurami Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 21 http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id PENGARUH UMUR

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 8 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2008 sampai dengan bulan Juli 2009 di Kolam Percobaan Babakan, Laboratorium Pengembangbiakkan dan Genetika Ikan

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT TEBAR TINGGI DENGAN PENGUNAAN NITROBACTER TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp.) FENLYA MEITHA PASARIBU

PENGARUH PADAT TEBAR TINGGI DENGAN PENGUNAAN NITROBACTER TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp.) FENLYA MEITHA PASARIBU PENGARUH PADAT TEBAR TINGGI DENGAN PENGUNAAN NITROBACTER TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp.) FENLYA MEITHA PASARIBU 110302072 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3 II. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2011 bertempat di Laboratorium Teknik Produksi dan Manajemen Akuakultur, pengambilan data penunjang dilaksanakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2009 sampai dengan bulan September 2009 bertempat di Laboratorium Sistem Produksi dan Manajemen Akuakultur, Departemen

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords : Biofilter, Cherax quadricarinatus, Glochidia

ABSTRACT. Keywords : Biofilter, Cherax quadricarinatus, Glochidia Maintenance Juveniles of Freshwater Crayfish (Cherax quadricarinatus) Using Biofilter Kijing Taiwan (Anadonta woodiana, Lea) With System of Recirculation By Yunida Fakhraini 1), Rusliadi 2), Iskandar Putra

Lebih terperinci

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA 825 Pengaruh frekuensi pemberian pakan terhadap... (Moch. Nurdin) PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA Mochamad

Lebih terperinci

Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya Mahasiswa Program Studi Perikanan dan Kelautan. Abstract

Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya Mahasiswa Program Studi Perikanan dan Kelautan. Abstract Pengaruh Penambahan Probiotik EM-4 (Evective Mikroorganism-4) Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Ikan Gurame (Osprhronemus gouramy) Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya 2 1 Staf Pengajar

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Akuakultur Gedung IV Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran pada bulan April hingga

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBENIHAN LOBSTER AIR TAWAR RED CLAW (Cherax quadricarinatus) DI UNIT PEMBENIHAN BUDIDAYA AIR TAWAR (UPBAT) PUNTEN KOTA BATU JAWA TIMUR

TEKNIK PEMBENIHAN LOBSTER AIR TAWAR RED CLAW (Cherax quadricarinatus) DI UNIT PEMBENIHAN BUDIDAYA AIR TAWAR (UPBAT) PUNTEN KOTA BATU JAWA TIMUR TEKNIK PEMBENIHAN LOBSTER AIR TAWAR RED CLAW (Cherax quadricarinatus) DI UNIT PEMBENIHAN BUDIDAYA AIR TAWAR (UPBAT) PUNTEN KOTA BATU JAWA TIMUR Hatchery Technique of Freshwater Lobster Red Claw (Cherax

Lebih terperinci

MANIPULASI SUHU MEDIA TERHADAP KINERJA PRODUKSI UDANG RED CHERRY (Neocaradina denticulate sinensis) BONNE MARKUS SKRIPSI

MANIPULASI SUHU MEDIA TERHADAP KINERJA PRODUKSI UDANG RED CHERRY (Neocaradina denticulate sinensis) BONNE MARKUS SKRIPSI MANIPULASI SUHU MEDIA TERHADAP KINERJA PRODUKSI UDANG RED CHERRY (Neocaradina denticulate sinensis) BONNE MARKUS SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MANAJEMEN AKUAKULTUR DEPARTERMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi. III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi. 3.2 Alat dan bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN

PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN Pangasius hypophthalmus UKURAN 1 INCI UP (3 CM) DALAM SISTEM RESIRKULASI FHEBY IRLIYANDI SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas ikan-ikan air tawar sejak beberapa waktu lalu sedang naik daun

I. PENDAHULUAN. Komoditas ikan-ikan air tawar sejak beberapa waktu lalu sedang naik daun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas ikan-ikan air tawar sejak beberapa waktu lalu sedang naik daun karena memiliki daya tarik yang sangat kuat, salah satu jenisnya adalah lobster air tawar (Cherax

Lebih terperinci

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were. II. METODOLOGI 2.1 Materi Uji Sumber genetik yang digunakan adalah ikan nilem hijau dan ikan nilem were. Induk ikan nilem hijau diperoleh dari wilayah Bogor (Jawa Barat) berjumlah 11 ekor dengan bobot

Lebih terperinci

Pengaruh Fluktuasi Suhu Air Terhadap Daya Tetas Telur dan Kelulushidupan Larva Gurami (Osphronemus goramy)

Pengaruh Fluktuasi Suhu Air Terhadap Daya Tetas Telur dan Kelulushidupan Larva Gurami (Osphronemus goramy) Aquacultura Indonesiana (2008) 9 (1) : 55 60 ISSN 0216 0749 (Terakreditasi SK Nomor : 55/DIKTI/Kep/2005) Pengaruh Fluktuasi Suhu Air Terhadap Daya Tetas Telur dan Kelulushidupan Larva Gurami (Osphronemus

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp.

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp. Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (1): 25 3 (25) 25 Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar SNI : 02-6730.3-2002 Standar Nasional Indonesia Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar Prakata Standar produksi benih kodok lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN AROMATASE INHIBITOR DAN MADU TERHADAP NISBAH KELAMIN IKAN GAPI ( Poecilia reticulata Peters ) Oleh: Budi Utomo C

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN AROMATASE INHIBITOR DAN MADU TERHADAP NISBAH KELAMIN IKAN GAPI ( Poecilia reticulata Peters ) Oleh: Budi Utomo C EFEKTIVITAS PENGGUNAAN AROMATASE INHIBITOR DAN MADU TERHADAP NISBAH KELAMIN IKAN GAPI ( Poecilia reticulata Peters ) Oleh: Budi Utomo C14101048 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2 11 METODE PENELITIAN Tempat dan waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor untuk pemeliharaan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Percobaan Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) tiga perlakuan dengan masing-masing tiga ulangan yaitu : 1) Perlakuan A dengan pergantian air

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBIUSAN MENGGUNAKAN SUHU RENDAH PADA SISTEM TRANSPORTASI UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) TANPA MEDIA AIR 1

TEKNIK PEMBIUSAN MENGGUNAKAN SUHU RENDAH PADA SISTEM TRANSPORTASI UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) TANPA MEDIA AIR 1 TEKNIK PEMBIUSAN MENGGUNAKAN SUHU RENDAH PADA SISTEM TRANSPORTASI UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) TANPA MEDIA AIR 1 Komariah Tampubolon 1 dan Wida Handini 2 ABSTRAK Penelitian ini mengkaji berbagai

Lebih terperinci

Growth and Survival Rate of Silais Fish (Ompok hypopthalmus) with Different Stocking Density Combining with Crayfish (Cherax albertisii)

Growth and Survival Rate of Silais Fish (Ompok hypopthalmus) with Different Stocking Density Combining with Crayfish (Cherax albertisii) Growth and Survival Rate of Silais Fish (Ompok hypopthalmus) with Different Stocking Density Combining with Crayfish (Cherax albertisii) By Umi Nurhayati 1), Mulyadi 2), Iskandar Putra 2) Fisheries and

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat Metode Penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian berjudul Pengujian Biji Pala (Myristica sp.) sebagai Bahan Anestesi Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) dilaksanakan di Laboratorium Bahan Baku dan Industri

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Nopember

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Nopember III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Nopember 2011, bertempat di laboratorium ikan Clownfish Balai Besar Pengembangan

Lebih terperinci

MANAJER UTAMA MANAJER PEMASARAN MANAJER SDM

MANAJER UTAMA MANAJER PEMASARAN MANAJER SDM Pendahuluan Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar daratannya berupa perairan. Indonesia dikenal dengan hasil lautnya yang sangat kaya dan bermacam macam. Sebagian besar masyarakat berprofesi

Lebih terperinci

V. SIMPULAN DAN SARAN. dan kelangsungan hidup larva ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus Ham.

V. SIMPULAN DAN SARAN. dan kelangsungan hidup larva ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus Ham. V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh derajat penetasan telur dan kelangsungan hidup larva ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus Ham. Buch.) dapat diambil simpulan

Lebih terperinci

*) Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad **) Staf Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad

*) Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad **) Staf Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3. No. 1, Maret 2011: 49-57 ISSN : 2088-3137 KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN IKAN RAINBOW MERAH (Glossolepis incisus Weber) DAN LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50 hari di Balai Benih Ikan (BBI) Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Pembuatan pakan

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN 1, 2 DAN 3 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAANVIS Pterophyllum scalare BASUKI SETIAWAN

PENGARUH PADAT PENEBARAN 1, 2 DAN 3 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAANVIS Pterophyllum scalare BASUKI SETIAWAN PENGARUH PADAT PENEBARAN 1, 2 DAN 3 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAANVIS Pterophyllum scalare BASUKI SETIAWAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR DEPARTEMEN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITITAN Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Januari 2011 sampai dengan Februari 2011 di Wisma Wageningan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PERIKANAN INDONESIA Desember 2010, Sekolah Tinggi Perikanan

SEMINAR NASIONAL PERIKANAN INDONESIA Desember 2010, Sekolah Tinggi Perikanan PEMBIUSAN LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus ) DENGAN METODE PENURUNAN SUHU BERTAHAP UNTUK TRANSPORTASI SISTEM KERING 1 Ruddy Suwandi 2, Afiat Wijaya 2, Tati Nurhayati 2 dan Roni Nugraha 2 ABSTRACT

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH REDCLAW (CHERAX QUADRICARINATUS)

PENGARUH PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH REDCLAW (CHERAX QUADRICARINATUS) Buletin Sariputra. Oktober, 2014 Vol.1 (1) PENGARUH PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH REDCLAW (CHERAX QUADRICARINATUS) Effect Of Different Types Of Feed

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus goramy LAC.

PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus goramy LAC. PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus goramy LAC. UKURAN 2 CM Oleh : Giri Maruto Darmawangsa C14103056 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

TEKNIK PRODUKSI INDUK BETINA IKAN NILA. T. Yuniarti, Sofi Hanif, Teguh Prayoga, Suroso

TEKNIK PRODUKSI INDUK BETINA IKAN NILA. T. Yuniarti, Sofi Hanif, Teguh Prayoga, Suroso TEKNIK PRODUKSI INDUK BETINA IKAN NILA T. Yuniarti, Sofi Hanif, Teguh Prayoga, Suroso Abstrak Dalam rangka memenuhi kebutuhan induk betina sebagai pasangan dari induk jantan YY, maka diperlukan suatu teknologi

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juni 2012. Penelitian dilaksanakan di Ruang Penelitian, Hanggar 2, Balai Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENAMBAHAN ZEOLIT TERHADAP KINERJA FILTER AIR DALAM SISTEM RESIRKULASI PADA PEMELIHARAAN IKAN ARWANA Sceleropages formosus DI AKUARIUM

EFEKTIFITAS PENAMBAHAN ZEOLIT TERHADAP KINERJA FILTER AIR DALAM SISTEM RESIRKULASI PADA PEMELIHARAAN IKAN ARWANA Sceleropages formosus DI AKUARIUM EFEKTIFITAS PENAMBAHAN ZEOLIT TERHADAP KINERJA FILTER AIR DALAM SISTEM RESIRKULASI PADA PEMELIHARAAN IKAN ARWANA Sceleropages formosus DI AKUARIUM ADITYA PRIMA YUDHA DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga September 2013 bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga September 2013 bertempat di 15 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga September 2013 bertempat di Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan utama. Metodologi penelitian sesuai dengan Supriyono, et al. (2010) yaitu tahap pendahuluan

Lebih terperinci

Kejutan suhu pada penetasan telur dan sintasan hidup larva ikan lele. Clarias gariepinus)

Kejutan suhu pada penetasan telur dan sintasan hidup larva ikan lele. Clarias gariepinus) Kejutan suhu pada penetasan telur dan sintasan hidup larva ikan lele (Clarias gariepinus) (Temperature shock on egg hatching and survival rate of catfish larvae, Clarias gariepinus) Christo V. S. Aer 1,

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENDEDERAN LOBSTER AIR TAWAR CHERAX QUADRICARINATUS

UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENDEDERAN LOBSTER AIR TAWAR CHERAX QUADRICARINATUS UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENDEDERAN LOBSTER AIR TAWAR CHERAX QUADRICARINATUS PADA BERBAGAI KEPADATAN DALAM AKUARIUM DENGAN LANTAI GANDA, SERTA PENERAPAN SISTEM RESIRKULASI DEDY AKBAR SKRIPSI PROGRAM

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE Penelitian tentang budidaya sinodontis dengan densitas yang berbeda ini dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2010 yang bertempat Laboratorium Teknologi dan Manajemen Produksi Akuakultur,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Jl. Peta No. 83, Bandung, Jawa Barat 40232, selama 20 hari pada bulan Maret April 2013. 3.2 Alat dan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Percobaan 2.2 Prosedur Kerja Persiapan Wadah Ukuran dan Padat Tebar

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Percobaan 2.2 Prosedur Kerja Persiapan Wadah Ukuran dan Padat Tebar II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua perlakuan dan masing-masing menggunakan delapan ulangan, yaitu : 1) Perlakuan A dengan warna

Lebih terperinci

ARTIFICIAL SUBSTRATES INCREASED SURVIVAL AND GROWTH OF HYBRID CATFISH (Clarias gariepinus and C. macrocephalus)

ARTIFICIAL SUBSTRATES INCREASED SURVIVAL AND GROWTH OF HYBRID CATFISH (Clarias gariepinus and C. macrocephalus) AQUASAINS (Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan) ARTIFICIAL SUBSTRATES INCREASED SURVIVAL AND GROWTH OF HYBRID CATFISH (Clarias gariepinus and C. macrocephalus) Abimanyu Pramudya Putra 1 Adiputra

Lebih terperinci

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M : LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS NAMA KELAS : IMADUDIN ATHIF : S1-SI-02 N.I.M : 11.12.5452 KELOMPOK : G STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus gouramy Lac. UKURAN 2 CM

PENGARUH PADAT PENEBARAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus gouramy Lac. UKURAN 2 CM Jurnal Pengaruh Akuakultur padat penebaran Indonesia, terhadap 5(2): 127-135 kelangsungan (2006) hidup Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 127 http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id

Lebih terperinci

Keragaan benih ikan mas (Cyprinus carpio) strain rajadanu dengan kepadatan berbeda

Keragaan benih ikan mas (Cyprinus carpio) strain rajadanu dengan kepadatan berbeda Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8 Keragaan benih ikan mas (Cyprinus carpio) strain rajadanu dengan kepadatan berbeda Yogi Himawan, Khairul Syahputra, Didik Ariyanto Balai Penelitian Pemuliaan Ikan Jl.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011 bertempat di

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011 bertempat di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011 bertempat di Laboratorium Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

Yunus Ayer*, Joppy Mudeng**, Hengky Sinjal**

Yunus Ayer*, Joppy Mudeng**, Hengky Sinjal** Daya Tetas Telur dan Sintasan Larva Dari Hasil Penambahan Madu pada Bahan Pengencer Sperma Ikan Nila (Oreochromis niloticus) (Egg Hatching Rate and Survival of Larvae produced from Supplementation of Honey

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus II. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2013 di Laboratorium Budidaya Perikanan Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN BOTIA

LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN BOTIA LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN BOTIA (Chromobotia macracanthus) DENGAN PEMBERIAN PAKAN CACING SUTERA (Tubifex sp.) YANG DIKULTUR DENGAN BEBERAPA JENIS PUPUK KANDANG ROMI PINDONTA TARIGAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemeliharaan Induk Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk terlebih dahulu di kolam pemeliharaan induk yang ada di BBII. Induk dipelihara

Lebih terperinci

Akuarium. Disucihamakan dengan larutan klorin 150 mg/l selama 24 jam. Dinetralisir dengan 50 mg/l Natrium Thiosulfat. Dibilas dengan air bersih

Akuarium. Disucihamakan dengan larutan klorin 150 mg/l selama 24 jam. Dinetralisir dengan 50 mg/l Natrium Thiosulfat. Dibilas dengan air bersih Lampiran 1. Diagram Alir Cara Kerja Akuarium Disucihamakan dengan larutan klorin 150 mg/l selama 24 jam Dinetralisir dengan 50 mg/l Natrium Thiosulfat Dibilas dengan air bersih Aerator dipasang sesuai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelas : Crustacea. Ordo : Decapoda. Webster et al., (2004), menyatakan bahwa lobster merupakan udang air tawar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelas : Crustacea. Ordo : Decapoda. Webster et al., (2004), menyatakan bahwa lobster merupakan udang air tawar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Lobster Air Tawar Menurut Holthuis (1949) dan Riek (1968), klasifikasi lobster air tawar adalah sebagai berikut : Filum : Arthropoda Kelas : Crustacea Ordo : Decapoda Famili

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPAT PERLINDUNGAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER AIR TAWAR CAPIT MERAH (Cherax quadricarinatus)

PENGARUH TEMPAT PERLINDUNGAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER AIR TAWAR CAPIT MERAH (Cherax quadricarinatus) PENGARUH TEMPAT PERLINDUNGAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER AIR TAWAR CAPIT MERAH (Cherax quadricarinatus). Sj Djunaidi 1, Eka Indah Raharjo 2, Farida 3 1. Alumni Fakultas

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian Jenis nutrien Kandungan (%) 2.2 Metode Penelitian Rancangan Penelitian

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian Jenis nutrien Kandungan (%) 2.2 Metode Penelitian Rancangan Penelitian II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian Ikan nilem yang digunakan berasal dari Cijeruk. Pada penelitian ini digunakan ikan nilem berumur 4 minggu sebanyak 3.150 ekor dengan ukuran panjang 5,65 ± 0,62

Lebih terperinci

Oleh. Ir. Ernawati, MP STAFF PENGAJAR

Oleh. Ir. Ernawati, MP STAFF PENGAJAR MAKALAH IPTEK PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA LOBSTER AIR TAWAR (LAT) RED CLAW DENGAN SISTEM BOTOL Oleh Ir. Ernawati, MP STAFF PENGAJAR FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April 2013 sampai Mei 2013 dilaksanakan di Hatchery Ciparanje, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Maret - 25 April 2012 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Maret - 25 April 2012 di Laboratorium III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Maret - 25 April 2012 di Laboratorium Basah Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Lebih terperinci

INTRODUKSI DAN PERSENTASE IKAN YANG MEMBAWA GEN GH Growth Hormone IKAN NILA Oreochromis niloticus PADA IKAN LELE DUMBO Clarias sp.

INTRODUKSI DAN PERSENTASE IKAN YANG MEMBAWA GEN GH Growth Hormone IKAN NILA Oreochromis niloticus PADA IKAN LELE DUMBO Clarias sp. INTRODUKSI DAN PERSENTASE IKAN YANG MEMBAWA GEN GH Growth Hormone IKAN NILA Oreochromis niloticus PADA IKAN LELE DUMBO Clarias sp. GENERASI F0 BAMBANG KUSMAYADI GUNAWAN SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN DAPHNIA TERHADAP KELULUSHIDUPAN DAN PERTUMBUHAN LARVA LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus)

PENGARUH PEMBERIAN DAPHNIA TERHADAP KELULUSHIDUPAN DAN PERTUMBUHAN LARVA LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus) PENGARUH PEMBERIAN DAPHNIA TERHADAP KELULUSHIDUPAN DAN PERTUMBUHAN LARVA LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus) The Influence of Daphnia Distribution to Survival Rate and Growth of Fresh Water Crayfish

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIOFLOK DARI LIMBAH BUDIDAYA LELE DUMBO (Clarias gariepinus) SEBAGAI PAKAN NILA (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PEMANFAATAN BIOFLOK DARI LIMBAH BUDIDAYA LELE DUMBO (Clarias gariepinus) SEBAGAI PAKAN NILA (Oreochromis niloticus) ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 2 Februari 2014 ISSN: 2302-3600 PEMANFAATAN BIOFLOK DARI LIMBAH BUDIDAYA LELE DUMBO (Clarias gariepinus) SEBAGAI PAKAN NILA (Oreochromis niloticus)

Lebih terperinci

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus) 1 Deskripsi METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus) Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan produksi massal benih ikan hias mandarin (Synchiropus splendidus),

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013, 22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013, bertempat di Laboratorium Program Studi Budidaya Perairan Fakultas

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan April - Juni 2014. 3.2. Alat dan Bahan 3.2.1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perikanan menjadi bagian yang sangat penting dalam pembangunan nasional mengingat potensi perairan Indonesia yang sangat besar, terutama dalam penyediaan bahan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 15 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2012. Penelitian dilaksanakan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

Pembesaran udang galah Macrobrachium rosenbergii kini mengadopsi

Pembesaran udang galah Macrobrachium rosenbergii kini mengadopsi 1 Udang Galah Genjot Produksi Udang Galah Pembesaran udang galah Macrobrachium rosenbergii kini mengadopsi gaya rumah susun. Setiap 1 m² dapat diberi 30 bibit berukuran 1 cm. Hebatnya kelulusan hidup meningkat

Lebih terperinci

PERBANDINGAN JUMLAH INDUK TERHADAP KEBERHASILAN DAYA TETAS DAN KELULUSHIDUPAN LARVA IKAN MAS KOKI (Carrasius auratus) Fretty J M Simbolon

PERBANDINGAN JUMLAH INDUK TERHADAP KEBERHASILAN DAYA TETAS DAN KELULUSHIDUPAN LARVA IKAN MAS KOKI (Carrasius auratus) Fretty J M Simbolon PERBANDINGAN JUMLAH INDUK TERHADAP KEBERHASILAN DAYA TETAS DAN KELULUSHIDUPAN LARVA IKAN MAS KOKI (Carrasius auratus) Fretty J M Simbolon 110302033 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Saat Pendederan

Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Saat Pendederan Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Maya Ekaningtyas dan Ardiansyah Abstrak: Ikan bandeng (Chanos chanos) adalah salah satu jenis ikan yang banyak di konsumsi oleh masyarakat

Lebih terperinci

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas Media Litbang Sulteng 2 (2) : 126 130, Desember 2009 1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu ISSN : 1979-5971 PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

APLIKASI PENGGUNAAN BERBAGAI MACAM MIKROALGA POWDER UNTUK PAKAN JUVENIL IKAN BANDENG (Chanos chanos fork)

APLIKASI PENGGUNAAN BERBAGAI MACAM MIKROALGA POWDER UNTUK PAKAN JUVENIL IKAN BANDENG (Chanos chanos fork) Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan Volume 4, No. 2, Agustus 2013 ISSN : 2086-3861 APLIKASI PENGGUNAAN BERBAGAI MACAM MIKROALGA POWDER UNTUK PAKAN JUVENIL IKAN BANDENG (Chanos chanos fork) APPLICATION USE DIFFERENT

Lebih terperinci

Lampiran 1b, Data laju pertumbuhan spesifik benih lele Sangkuriang dengan lama pemeliharaan 20 hari

Lampiran 1b, Data laju pertumbuhan spesifik benih lele Sangkuriang dengan lama pemeliharaan 20 hari LAMPIRAN 24 25 Lampiran 1. Data sampling bobot benih ikan lele dan analisis ragam pertumbuhan bobot harian Lampiran 1a, Data sampling bobot benih ikan lele tiap perlakuan setiap 5 hari 35 ekor/liter 40

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah akuarium dengan dimensi 50 x 30 x 30 cm 3 untuk wadah pemeliharaan ikan, DO-meter, termometer, ph-meter, lakban, stoples bervolume 3 L,

Lebih terperinci

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Desember 2011 di Laboratorium Lingkungan dan Laboratorium Kesehatan Ikan, Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Berikut adalah hasil dari perlakuan ketinggian air yang dilakukan dalam penelitian yang terdiri dari beberapa parameter uji (Tabel 5). Tabel 5. Pengaruh perlakuan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.3 Tahap dan Prosedur Penelitian Penelitian ini terdiri dari persiapan penelitian, penelitian pendahuluan, dan penelitian utama.

3 METODOLOGI. 3.3 Tahap dan Prosedur Penelitian Penelitian ini terdiri dari persiapan penelitian, penelitian pendahuluan, dan penelitian utama. 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011 bertempat di Laboratorium Bahan Baku Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan dan Laboratorium

Lebih terperinci

PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus.

PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus. e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume III No 2 Februari 2015 ISSN: 2302-3600 PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN 75, 100 DAN 125 EKOR/M2 DAN RASIO SHELTER

PENGARUH PADAT PENEBARAN 75, 100 DAN 125 EKOR/M2 DAN RASIO SHELTER PENGARUH PADAT PENEBARAN 75, 100 DAN 125 EKOR/M 2 DAN RASIO SHELTER 1 DAN 0,5 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER AIR TAWAR, Cherax quadricarinatus Erik Sumbaga SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS SHELTER BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH LOBSTER REDCLAW (CHERAX QUADRICARINATUS)

PENGARUH JENIS SHELTER BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH LOBSTER REDCLAW (CHERAX QUADRICARINATUS) PENGARUH JENIS SHELTER BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH LOBSTER REDCLAW (CHERAX QUADRICARINATUS) EFFECT OF DIFFERENT TYPES OF SHELTER ON THE GROWTH AND SURVIVAL SEED LOBSTER REDCLAW

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Polikultur, Penebaran yang Berbeda, Ikan Rainbow Merah, Lobster Air Tawar.

ABSTRAK. Kata kunci : Polikultur, Penebaran yang Berbeda, Ikan Rainbow Merah, Lobster Air Tawar. ABSTRAK Lela Komala Sari (Dibimbing Oleh: Iskandar dan Sri Astuty). 2012. Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Ikan Rainbow Merah (Glossolepis incisus Weber) dan Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus)

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013. BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.2.1 Alat-alat Penelitian

Lebih terperinci

EMBRIOGENESIS IKAN SYNODONTIS Synodontis eupterus (Boulenger, 1901) Disusun oleh :

EMBRIOGENESIS IKAN SYNODONTIS Synodontis eupterus (Boulenger, 1901) Disusun oleh : EMBRIOGENESIS IKAN SYNODONTIS Synodontis eupterus (Boulenger, 1901) Disusun oleh : FIRMAN HIKMAWAN C14103067 SKRIPSI Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Budidaya Perairan

Lebih terperinci

PAPARAN MEDAN LISTRIK 10 VOLT SELAMA 0, 2, 4, DAN 6 MENIT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN IKAN GURAME

PAPARAN MEDAN LISTRIK 10 VOLT SELAMA 0, 2, 4, DAN 6 MENIT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN IKAN GURAME PAPARAN MEDAN LISTRIK 10 VOLT SELAMA 0, 2, 4, DAN 6 MENIT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN IKAN GURAME (Osphronemous gouramy Lac.) PADA MEDIA PEMELIHARAAN BERSALINITAS 3 ppt ADHI KURNIAWAN

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan utama. Pada tahap pendahuluan dilakukan penentuan kemampuan puasa ikan, tingkat konsumsi oksigen,

Lebih terperinci