BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Stres Kerja 1. Definisi Stres Kerja Dalam lingkungan pekerjaan setiap orang hampir semuanya pernah mengalami stres. Stres yang dialami seseorang bisa kecil hampir tak berarti, namun bagi orang lain bisa dianggap sangat menganggu dan berlanjut dalam waktu yang relatif lama (Efendi, 2001). Lingkungan kerja, sebagaimana lingkungan-lingkungan lainnya, menuntut adanya penyesuaian diri dari individu yang menempatinya. Oleh karena itu individu akan memiliki kemungkinan untuk mengalami suatu keadaan stres dalam lingkungan kerja (Rice, 1992). Secara sederhana stres dapat di definisikan sebagai suatu keadaan dimana individu terganggu keseimbangannya. Sering juga stres diartikan sebagai perasaan khawatir dan takut (Dharmawan, 2005). Hans Selye (dalam Efendi, 2001) yang dikenal sebagai father of stress theory mendefinisikan stres sebagai respon tubuh non-spesifik terhadap segala tekanan yan menimpanya. Sedangkan Rivai dan Sagala (2013) mendefinisikan stres sebagai suatu istilah payung yang merangkumi tekanan, beban, konflik, keletihan, ketegangan, panik, perasaan gemuruh, kecemasan, kemurungan dan hilang daya.

2 Stres juga dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi dinamis dimana seorang individu di hadapkan pada peluang, tuntutan atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stres bisa positif dan bisa negatif. Stres positif berupa stres tantangan atau stres yang menyertai tantangan di lingkungan kerja (seperti banyak proyek, tugas, dan tanggung jawab. Sedangkan stres negatif merupakan suatu hambatan atau stres yang menghalangi untuk mencapai tujuan (seperti birokrasi, politik kantor, kebingungan terkait tanggung jawab pekerjaan (Robbins, 2014). Stres atau ketegangan timbul sebagai suatu hasil ketidakseimbangan antara persepsi orang tersebut mengenai tuntutan yang dihadapinya dan persepsinya mengenai kemampuannya untuk menanggulangi tuntutan tersebut (Rice, 1992). Stres dapat disebabkan oleh apapun yang menstimulasi kita, hal itu adalah bagian dari kehidupan. Beberapa tingkatan stres dapat distimulasi, namun bila terlalu banyak akan bisa merusak (Lazarus, dalam Austin, 2004). Stres berhubungan dengan dengan situasi lingkungan yang dipersepsikan sebagai suatu tekanan yang melampaui kemampuan dan keadaan diri seseorang untuk mengatasinya (McGrath, dalam Chandraiah, 2003). Penghayatan stres ditentukan oleh penafsiran tentang tuntutan apa yang dihadapi dan oleh analisis dari sumber-sumber yang dimiliki untuk mampu menghadapi tuntutan (Munandar, 2001).

3 Stres merupakan suatu keadaan yang menekan diri dan jiwa seseorang diluar batas kemampuannya, sehingga jika terus dibiarkan tanpa ada solusi maka akan berdampak pada kesehatannya. Oleh karena seseorang melakukan sesuatu tidak sesuai dengan hati nuraninya namun hati nuraninya tidak sanggup untuk menolaknya, sehingga menimbulkan pertentangan diri yang kuat atau kontra dengan batinnya (Fahmi, 2013). Stres yang kemunculannya mengacu pada pekerjaan seseorang disebut stres kerja (Austin, 2004). Stres kerja menurut Kahn, dkk (dalam Cooper, 2003) merupakan suatu proses yang kompleks, bervariasi, dan dinamis dimana stressor, pandangan tentang stres itu sendiri, respon singkat, dampak kesehatan, dan variabel-variabelnya saling berkaitan. Cooper (2003) mengemukakan bahwa stres kerja adalah ketidakmampuan untuk memahami atau menghadapi tekanan, di mana tingkat stres tiap individu dapat berbeda-beda dan bereaksi sesuai perubahan lingkungan atau keadaan. Stres kerja adalah interaksi antara kondisi-kondisi pekerjaan dengan para karyawannya yang ciri-cirinya dapat merubah kondisi normal psikologis atau merubah fungsi-fungsi secara psikologis, atau merubah keduanya dalam meningkatkan performa pekerjaan. Hal tersebut menjadi sangat penting untuk industri dan karyawannya dinyatakan oleh Beehr dan Newman (dalam Rice,1992). Stres kerja merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stres yang

4 terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan (Bandoyo, 2004). Selye (dalam Beehr, 1995) menyatakan bahwa stres kerja dapat diartikan sebagai sumber atau stressor kerja yang menyebabkan reaksi individu berupa reaksi fisiologis, psikologis, dan perilaku. Stres kerja juga dapat dirumuskan sebagai suatu kondisi dari pekerjaan yang mengancam individu. Ancaman ini dapat berasal dari tuntutan pekerjaan itu atau karena kurang terpenuhinya kebutuhan individu. Stres kerja ini muncul sebagai bentuk ketidakharmonisan individu dengan lingkungan kerjanya (Diahsari, 2001). Stres kerja dapat diartikan juga sebagai suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seorang karyawan. Stres kerja yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan. Sebagai hasilnya pada diri karyawan berkembang segala macam gejala stres yang dapat menganggu pelaksanaan kerja mereka (Rivai, 2013). Menurut Rice (1992) seseorang dapat mengalami stres kerja jika urusan stres yang dialami melibatkan juga pihak organisasi dan perusahaan tempat individu bekerja. Penyebabnya tidak hanya lingkungan tempat individu bekerja tapi permasalahan sikap individu itu sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa definisi stres kerja adalah interaksi antara kondisi kerja dengan sifat-sifat karyawan yang bekerja yang

5 merubah fungsi normal secara fisik, psikologis maupun perilaku yang berasal dari tuntutan pekerjaan yang melebihi kemampuan karyawan atau kondisi lingkungan yang menimbulkan stres yang dapat menyebabkan pengaruh negatif bagi karyawan maupun organisasi tempat dia bekerja yang membutuhkan solusi baik itu dari personal maupun perusahaan. 2. Aspek-aspek Stres kerja Beehr dan Newman (dalam Rice, 1992) telah memeriksa sejumlah penelitian tentang stres kerja dan dirangkumkan ke dalam 3 tipe dari aspek stres kerja yaitu aspek fisik, aspek psikologis, dan aspek perilaku. a. Aspek fisik dapat menyebabkan perubahan metabolisme sehingga mempengaruhi keadaan fisiologis individu. Pada umumnya gejalagejala fisik yang tampak yaitu : 1) Meningkatnya detak jantung dan tekanan darah 2) Meningkatnya sekresi adrenalin dan nonadrenalin 3) Timbulnya gangguan perut 4) Kelelahan fisik 5) Kematian 6) Timbulnya penyakit kardiovaskuler 7) Ketegangan otot 8) Keringat berlebihan 9) Gangguan kulit 10) Sakit kepala

6 11) Kanker 12) Gangguan tidur b. Aspek psikologis dari stres kerja merupakan efek psikologis paling jelas dan sederhana. Pada umumnya gejala-gejala psikologis yaitu : 1) Ketegangan, kecemasan, kebingungan, dan mudah tersinggung 2) Perasaan frustasi, marah, mudah lupa dan kesal 3) Emosi yang menjadi sensitif dan hiperaktif 4) Perasaan tertekan 5) Kemampuan berkomunikasi efektif menjadi kurang 6) Menarik diri dan depresi 7) Perasaan terisolir dan terasing 8) Kebosanan dan ketidakpuasan dalam bekerja 9) Kelelahan mental dan menurunnya fungsi intelektual 10) Menurunnya harga diri Kemungkinan besar prediksi efek stres kerja adalah ketidakpuasan pekerjaan. Ketika hal ini muncul, seseorang merasa kurang termotivasi untuk bekerja, tidak bekerja dengan baik, atau tidak melanjutkan pekerjaan. Aspek ini muncul pada tahapan yang berbeda di dalam perjalanan dari pekerjaan tersebut dan bervariasi antara satu orang dengan yang lainnya.

7 c. Aspek perilaku dari stres kerja biasanya dikaitkan dengan perilaku dalam kehidupan pribadi. Yang termasuk dalam gejala-gejala perilaku yaitu : 1) Bermalas-malasan dan menghindari pekerjaan 2) Kinerja dan produktivitas menurun 3) Meningkatnya penggunaan alkohol dan obat-obat terlarang 4) Melakukan sabotase pada pekerjaan 5) Makan berlebihan sebagai pelarian yang bisa mengakibatkan obesitas 6) Mengurangi makan sebagai perilaku menarik diri dan berkombinasi dengan depresi. 7) Kehilangan selera makan dan menurunnya berat badan secara tiba-tiba 8) Meningkatnya perilaku yang berisiko tinggi 9) Agresif, brutal, dan mencuri 10) Hubungan yang tidak harmonis dengan keluarga dan teman 11) Kecenderungan melakukan bunuh diri. Sebagai kesimpulan di atas, menunjukkan bahwa aspek stres kerja ada tiga aspek, yang merupakan gejala-gejala yang kompleks, yang meliputi aspek fisik, aspek psikologis, maupun aspek perilaku. Namun demikian gejala tersebut tidak muncul bersamaan waktunya pada seseorang, kemunculannya bersifat kumulatif, yang sebenarnya telah terjadi dalam waktu yang cukup lama, hanya saja tidak terdeteksi jika tidak menunjukkan perilaku tertentu.

8 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Stres Kerja Fakta menunjukkan bahwa stres pekerjaan berdampak pada kesehatan fisik dan mental dari karyawan Cooper (dalam Rice, 1992). Menurut Robbins (2014) ada tiga kategori faktor potensi pemicu stres (stressor) : lingkungan, organisasi dan individu. a. Faktor Lingkungan Yaitu keadaan secara global. 1) Ketidakpastian Ekonomi Selain mempengaruhi desain struktur sebuah organisasi, ketidakpastian lingkungan mempengaruhi tingkat stres para karyawan dalam organisasi. Perubahan dalam siklus bisnis menciptakan ketidak pastian ekonomi. Ketika ekonomi memburuk orang merasa cemas dengan kelangsungan pekerjaan mereka. 2) Ketidakpastian politik Perubahan politik sangat memicu untuk karyawan menjadi stres. Contoh : pemisahan antara Jerman Timur dan Jerman Barat menyebabkan ketidakpastian politik yang memicu stres masyarakat di negara tersebut. 3) Perubahan tehnologi Inovasi-inovasi baru dapat membuat ketrampilan dan keahlian seorang karyawan menjadi usang dalam waktu singkat. Misal :

9 komputer, sistem robotik, otomatisasi, dan berbagai bentuk inovasi teknologis lain yang serupa merupakan ancaman bagi banyak orang dan memicu mereka untuk stres. 4) Terorisme Peristiwa di Amerika, peringatan teror di gedung-gedung pencakar langit serta harus menghadiri beragam acara publik besar telah membuat faktor keamanan menjadi sangat penting, dan meningkatkan stres bagi mereka yang bekerja di dalamnya. b. Faktor Organisasi Yaitu kondisi organisasi yang langsung mempengaruhi kinerja individu, dapat dikategorikan sebagai berikut : 1) Tuntutan Tugas Adalah faktor yang terkait dengan pekerjaan seseorang. Tuntutan tersebut meliputi desain pekerjaan individual (otonomi, keragaman tugas, tingkat otomatisasi), kondisi kerja, dan tata letak fisik pekerjaan. Tugas yang dibebankan untuk setiap pegawai PT PLN Wilayah Sumut adalah sesuai dengan jobdescriptionnya masingmasing yang sudah terstandarisasi nasional. Jadi tugas dan tanggung jawab untuk setiap pemangku jabatan tersebut dalam Wilayah Sumut, sama dengan jabatan yang sama untuk PT PLN seluruh Indonesia. 2) Tuntutan Peran

10 Adalah berkaitan dengan tekanan yang diberikan kepada seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkannya dalam organisasi. Konflik peran menciptakan ekspetasi yang mungkin sulit untuk diselesaikan atau dipenuhi. Sementara di PT PLN Wilayah Sumut setiap karyawan atau pegawai memiliki peranan yang sama untuk setiap individu sesuai dengan jabatannya masing-masing. Dari mulai level manager sampai dengan staff. 3) Tuntutan Individu/Pribadi Adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan lain. Tidak adanya dukungan dari kolega dan hubungan antar pribadi yang buruk dapat menyebabkan stres, terutama diantara para karyawan yang memiliki kebutuhan sosial tinggi. c. Faktor Individu 1) Persoalan Keluarga Berbagai kesulitan dalam hidup perkawinan, retaknya hubungan, dan kesulitan masalah disiplin dengan anak-anak adalah beberapa contoh masalah hubungan yang menciptakan stres bagi karyawan yang lalu terbawa sampai ke tempat kerja. 2) Persoalan Ekonomi

11 Pola hidup yang besar pasak daripada tiang adalah kendala pribadi lain yang menciptakan stres bagi karyawan dan menganggu konsentrasi kerja mereka. 3) Kepribadian Perbedaan individu dalam mengatasi stres berbeda-beda, hal tersebut karena adanya hal-hal yang berbeda dalam pribadi individu yang melekat tersebut, seperti : persepsi, pengalaman kerja, dukungan sosial, keyakinan pada pusat kendali, keyakinan diri, emosi dan permusuhan. Demikian juga tipe kepribadian sangat mempengaruhi stres. Sementara tipe kepribadian yang ada di Big Five Personality adalah salah satu yang mendekati faktor mempengaruhi stres yaitu tipe kepribadian neuroticism. Tipe kepribadian neuroticism merupakan tipe kepribadian yang menggambarkan seseorang memiliki masalah emosi yang negatif seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman (Pervin, 2005). Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa faktor (eksternal) lingkungan yaitu bagaimana persepsi lingkungan kerjanya terhadap stres, serta faktor (internal) individunya adalah kepribadian. Yaitu individu yang memilki tipe kepribadian neuroticism lebih berpotensi untuk mengalami stres kerja. Sehingga keduanya yaitu persepsi lingkungan kerjanya dan tipe

12 kepribadian neuroticism, kedua faktor yang berpengaruh terhadap stres kerja. 4. Dampak Stres kerja Menurut Gibson (2006) menyatakan bahwa dampak dari stres kerja banyak dan bervariasi. Dampak positif dari stres kerja diantaranya motivasi pribadi, rangsangan untuk bekerja lebih keras, dan meningkatnya inspirasi hidup yang lebih baik. Meskipun demikian, banyak efek yang menganggu dan secara potensial berbahaya. Cox membagi menjadi 5 kategori efek dari stres kerja, yaitu sebagai berikut : a. Subyektif berupa kekhawatiran atau ketakutan, agresi, apatis, rasa bosan, depresi, keletihan, frustasi, kehilangan kendali emosi, penghargaan diri rendah, gugup, kesepian. b. Perilaku berupa mudah mendapat kecelakaan, kecanduan alkohol, penyalahgunaan obat, luapan emosional, makan dan merokok secara berlebihan, perilaku impulsif, tertawa gugup. c. Kognitif berupa ketidakmampuan untuk membuat keputusan yang masuk akal, daya konsentrasi rendah, kurang perhatian, sangat sensitif terhadap kritik, hambatan mental. d. Fisiologis berupa kandungan glukosa darah meningkat, denyut jantung dan tekanan darah meningkat, mulut kering dan berkeringat, bola mata melebar, panas dan dingin.

13 e. Organisasi berupa angka absensi, omset rendah, produktivitas rendah, terasing dari mitra kerja, komitmen organisasi dan loyalitas berkurang. Menurut Jacinta (2002), menyatakan stres kerja dapat mengakibatkan hal- hal sebagai berikut : a. Dampak terhadap perusahaan 1. Terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun operasional kerja 2. Mengganggu kenormalan aktifitas kerja 3. Menurunnya tingkat produktivitas 4. Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan b. Dampak terhadap individu Muncul masalah-masalah yang berhubungan dengan : 1. Kesehatan Banyak penelitian yang menemukan adanya akibat-akibat stres terhadap kesehatan seperti : jantung, gangguan pencernaan, darah tinggi, maag, alergi dan beberapa penyakit lainnya. 2. Psikologis Stres berkepanjangan akan menyebabkan ketegangan dan kekuatiran yang terus menerus yang disebut stres kronis. Stres kronis sifatnya menggerogoti dan menghancurkan tubuh, pikiran, dan seluruh kehidupan penderitanya secara perlahan-lahan.

14 Kesimpulan dari dampak stres kerja yaitu dampak terhadap perusahaan dan dampak terhadap individunya. Dampak ke perusahaan yaitu terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun operasional kerja; mengganggu kenormalan aktifitas kerja; menurunnya tingkat produktivitas; menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan. Sedangkan dampak terhadap individu yaitu muncul masalah yang berhubungan dengan kesehatan dan psikologis. B. Persepsi Lingkungan Kerja 1. Definisi Persepsi Lingkungan Kerja Sebelum menjelaskan definisi persepsi lingkungan kerja, ada dua hal yang harus diketahui untuk memahami pengertian dari definisi persepsi lingkungan kerja. Kedua hal tersebut adalah definisi persepsi dan definisi lingkungan kerja. a. Definisi Persepsi Persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan atau cara pandang orang terhadap sesuatu. Dalam arti luas persepsi adalah pandangan atau cara seseorang dalam memandang atau mengartikan sesuatu (Leavitt, 2001). Sedangkan Chaplin (2009) memandang persepsi sebagai proses. Menurut Bechtel dan Churchman (2002) persepsi merupakan salah satu fungsi kognitif yang dimiliki oleh setiap individu. Sedangkan Darmawan (2013) persepsi merupakan proses kognitif yang memungkinkan kita menafsirkan dan memahami lingkungan sekitar.

15 Branca dalam Darmawan (2013) bahwa sebagian tingkah laku dan penyesuaian individu ditentukan oleh persepsi. Tingkah laku dan sikap individu terhadap suatu keadaan atau obyek akan tergantung pada tanggapan individu terhadap obyek tersebut lewat persepsinya. Luthans dalam Kreitner (2014) persepsi adalah proses mental serta kognitif yang kompleks dan meliputi seleksi, pengorganisasian, interpretasi dan memahami lingkungan sekitar. Kemudian Kreitner dan Kinichi (2014) mengemukakan bahwa persepsi merupakan proses mengorganisasi dan menginterpretasi, data-data berdasarkan pengalaman sebelumnya. Persepsi menggambarkan pengenalan terhadap manusia, kondisi atau situasi yang berada dalam jangkauan simulasi sensoris. Sehingga respon yang dihasilkan persepsi berupa motivasi, sikap dan perilaku. Giddens dalam Rivai (2013) persepsi terhadap pekerjaan ditentukan oleh cara karyawan mengartikan pekerjaannya. Persepsi bukan hanya sekedar melihat, tetapi segala hal yang diterima melalui indra akan diolah secara kognitif dan kemudian individu akan dapat menentukan reaksi dari sensasi atau stimulus yang diterima. Gibson (2006) perception is the process by which an individual gives meaning to the environment. It involves organizing and interpreting various stimuli into a psychological experience. Selanjutnya faktor yang mempengaruhi persepsi karyawan terhadap pekerjaan adalah segala sesuatu yang menjadi harapan karyawan

16 sebagai pekerja, dan juga peristiwa yang dihadapi karyawan saat ini dalam bekerja (Dharmawan, 2005). Berdasarkan keseluruhan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu tanggapan dan penilaian individu secara psikologis yang melibatkan unsur-unsur penginderaan, pengorganisasian, penginterpretasian terhadap obyek-obyek di lingkungan sekitar kehidupan individu. b. Definisi Lingkungan Kerja Lingkungan kerja adalah keadaan disekitar tempat kerja pada waktu karyawan melakukan pekerjaannya, dan keadaan ini merupakan keadaan yang dapat mempengaruhi kesejahterahan karyawan sehingga karyawan akan berdaya guna untuk menghasilkan sesuatu (Wesik, 2004). Menurut Kartono (2005) lingkungan kerja adalah kondisi-kondisi materiil dan psikologis yang ada di dalam perusahaan tempat orang tersebut bekerja. Kondisi materiil menyangkut keadaan ruang kerja, sedangkan kondisi psikologis menyangkut hubungan antara karyawan dengan pimpinan dan rekan sekerjanya. Lingkungan kerja juga merupakan faktor yang penting dan dapat berpengaruh terhadap pekerjaan yang dilakukan, tetapi banyak perusahaan yang kurang memperhatikan faktor tersebut. Dengan memberikan atau mengadakan lingkungan kerja yang menyenangkan berarti juga menimbulkan perasaan yang puas terhadap karyawannya. Dengan demikian akan dihindarkan pemborosan waktu dan biaya.

17 Lingkungan Kerja merupakan segala sesuatu yang ada disekitar pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Misalnya : kebersihan, musik, dan sebagainya. Lingkungan kerja fisik dalam suatu perusahaan merupakan suatu kondisi pekerjaan untuk memberikan suasana dan situasi kerja karyawan yang nyaman dalam pencapaian tujuan yang diinginkan oleh suatu perusahaan (Nitisemito, 2001). Kondisi lingkungan kerja yang buruk berpotensi menjadi penyebab karyawan mudah jatuh sakit, mudah stres, sulit konsentrasi dan menurunnya produktivitas kerja. Lingkungan kerja yang kurang bersih, berisik, tentu besar pengaruhnya pada kenyamanan kerja karyawan. Sehingga dilakukan pemeliharaan prasarana fisik seperti kebersihan yang terjaga, penerangan cahaya yang cukup, ventilasi udara, suara musik, dan tata ruang kantor yang nyaman. Karena lingkungan kerja dapat menciptakan hubungan kerja yang mengikat orang-orang yang ada dalam lingkungannya (Nitisemito,2001). Dengan demikian lingkungan kerja dapat diartikan dengan suatu kondisi materiil dan psikologis yang ada dalam satu lingkungan organisasi ataupun perusahaan dan dianggap memiliki pengaruh pada perilaku anggotanya. Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi lingkungan kerja adalah suatu penilaian dan tanggapan individu secara psikologis yang melibatkan unsur-unsur penginderaan,

18 pengorganisasian, penginterpretasian terhadap kondisi lingkungan suatu organisasi maupun perusahaan, baik yang bersifat materiil/fisik maupun psikologis. Persepsi terhadap lingkungan kerja ini dapat mempengaruhi perilaku individu terhadap lingkungan kerjanya. 2. Dimensi - dimensi Lingkungan Kerja Menurut (Wineman, 2004) dimensi dari lingkungan kerja selalu meliputi kondisi lingkungan fisik dan lingkungan psikologis. Yaitu : 1. Lingkungan kerja fisik Merupakan keadaan ruangan beserta perlengkapan yang mendukung. Yaitu seperti peralatan kerja, suhu udara, penerangan, tingkat kebisingan, tata ruang kerja, dan hal-hal lain yang terkait dengan lingkungan fisik. 2. Lingkungan kerja psikologis/psikososial Merupakan kondisi organisasi dan interaksi sosial didalamnya. Hal tersebut menyangkut kebutuhan para karyawan, perilaku, norma kelompok kerja, peran karyawan, dan sikap-sikap para karyawan dalam bekerja. Wesik (2004) lingkungan kerja psikologis adalah keadaan sekitar tempat kerja pada waktu individu melakukan pekerjaan dan kecenderungan ini merupakan keadaan yang dapat mempengaruhi kesejahterahan individu, sehingga individu akan berdaya guna untuk menghasilkan sesuatu.

19 3. Aspek-aspek Persepsi Lingkungan Kerja Gondokusumo (2001) mengungkapkan aspek-aspek pengukuran persepsi lingkungan kerja yang meliputi : a. Kebijaksanaan Meliputi prosedur dan pedoman yang memuat norma, standar atau sasaran dari kerja sehari-hari dan dari usaha dalam jangka yang lebih panjang. b. Syarat kerja Semua kewajiban yang ditetapkan oleh pimpinan termasuk imbalan oleh karyawan-karyawan. Imbalan tersebut seharusnya seimbang dengan hasil kerja dan imbalan tersebut bukan gaji saja, tetapi imbalan tersebut termasuk pula berbagai macam tunjangan yang dikenal sebagai fringe benefits, misalnya pengobatan dan perawatan di rumah sakit, premi. c. Alat yang baik dan bahan yang tersedia Alat yang baik dan tersedianya bahan akan mempercepat kerja, sehingga dapat menambah kepuasan kedua belah pihak. Sebaliknya apabila alat kurang baik dan bahan kurang tersedia, kerja diperlambat dan tidak produktif, sehingga mengakibatkan kecemasan, ketegangan dan tekanan kalau nantinya pekerjaan tidak selesai tepat waktu. d. Tempat kerja harus cukup luas untuk bergerak dan bersih Tempat kerja harus cukup luas untuk bergerak, bersih dan memiliki udara segar. Disamping itu harus mempunyai gangguan sedikit mungkin. e. Kepemimpinan

20 Dalam hal ini adalah kebijaksanaan pimpinan yaitu bagaimana cara pihak atasan mendekati, mendorong, membimbing dan mengawasi karyawan sehingga tercapai keseimbangan diantara kedua pihak, karyawan dan atasan. f. Semangat Yang dipengaruhi oleh kebijakan perusahaan, dan merupakan pengaruh utama pada sumbangan karyawan, karena dengan semangat akan membuat karyawan mencapai hasil pekerjaan yang lebih tinggi. g. Kerjasama dalam kelompok Merupakan refleksi dari moral, akan baik kalau moralnya tinggi. Ada baiknya apabila karyawan dengan kemampuan kerja dan daya tahan kerja keras yang setaraf itu dimasukan ke dalam satu kelompok kerja. h. Kesediaan membantu Disebabkan oleh moral yang tinggi. Kesediaan ini dapat ditingkatkan dengan latihan silang karena dapat menambah pengetahuan tentang kesukaran kerja orang lain dan akan menambah sikap saling menghargai. i. Prestasi dan produktivitas yang tinggi Prestasi dan produktivitas yang tinggi pada beberapa karyawan akan mendorong karyawan lain untuk bekerja lebih giat. Sedangkan karyawan yang malas bekerja menyebabkan rekan-rekan yang lainnya juga malas bekerja. Maka alangkah baiknya apabila dalam kelompok kerja ditempatkan karyawan yang setaraf hasil kerjanya.

21 Sedangkan (Mangkunegara, 2005) menjelaskan aspek untuk pengukuran persepsi lingkungan kerja bisa meliputi : a. Kebijaksanaan dan kepemimpinan b. Syarat-syarat pekerjaan c. Kerjasama di kelompok kerja d. Tempat dan alat kerja e. Semangat dalam membantu Berdasarkan analisa beberapa teori tersebut diatas, dapat disimpulkan beberapa aspek lingkungan kerja yang dapat dipergunakan untuk mengukur persepsi lingkungan kerja, meliputi : (a) kebijaksanaan, (b) kepemimpinan, (c) tempat kerja, (d) alat kerja, (e) kerjasama dalam kelompok. C. Tipe kepribadian Neuroticism a. Definisi tipe kepribadian Neuroticism Sebelum menjelaskan definisi tentang tipe kepribadian neuroticism lebih jelasnya kita membahas tentang kepribadian terlebih dahulu. Kepribadian telah dikonsepkan dari bermacam-macam perspektif teoritis yang masing-masing berbeda tingkat keluasannya (Mc.Adams dalam John & Srivastava, 2001). Masing-masing tingkatan memiliki keunikan dalam memahami perbedaan individu dalam perilaku dan pengalamannya. Namun, jumlah sifat kepribadian tetap dirancang tanpa henti-hentinya (Goldberg dalam John&Srivastava, 2001).

22 Dalam psikologi kepribadian memerlukan model deskriptif atau taksonomi mengenai kepribadian itu sendiri. Salah satu tujuan utama taksonomi dalam ilmu pengetahuan adalah untuk menyederhanakan definisi yang saling tumpang-tindih. Oleh karena itu, dalam psikologi kepribadian suatu taksonomi akan mempermudah para peneliti untuk meneliti sumber utama karakteristik kepribadian daripada hanya memeriksa ribuan atribut yang berbeda-beda yang membuat setiap individu berbeda dan unik (John & Srivastava, 2001). Setelah beberapa dekade, psikologi kepribadian memperoleh suatu pendekatan taksonomi kepribadian yang dapat diterima secara umum yaitu dimensi Big Five Personality Dimensi ini pertama kali dikenalkan oleh Goldberg pada tahun Big Five disusun bukan untuk menggolongkan individu ke dalam satu kepribadian tertentu, melainkan untuk menggambarkan sifat-sifat kepribadian yang disadari oleh individu itu sendiri dalam kehidupannya sehari-hari. Pendekatan ini disebut Goldberg sebagai Fundamental Lexical (Language) Hypothesis. Perbedaan individu yang paling mendasar digambarkan hanya dengan satu istilah yang terdapat pada setiap bahasa (Pervin, 2005). Big Five Personality adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait (Eysenck, 1990). Big Five Personality atau disebut juga dengan Five Factor Model oleh Costa & McRae dibuat berdasarkan pendekatan yang

23 lebih sederhana.terdapat beberapa istilah untuk menjelaskan kelima faktor tersebut yaitu : 1. Neuroticism (N) 2. Extraversion (E) 3. Openness to New Experience (O) 4. Agreeableness (A) 5. Conscientiousness (C) Untuk lebih mudah mengingatnya, istilah-istilah tersebut diatas disingkat menjadi OCEAN (Pervin, 2005). Lebih jelasnya kelima faktor diatas akan dipaparkan pada tabel yang didapat dari penelitian Costa dan Mc Rae (1985;1992). Neuroticism berlawananan dengan Emotional stability yang mencakup perasaanperasaan negatif, seperti kecemasan, kesedihan, mudah marah, dan tegang. Openess to Experience menjelaskan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas dari aspek mental dan pengalaman hidup. Extraversion dan Agreeableness merangkum sifat-sifat interpersonal, yaitu apa yang dilakukan seseorang dengan dan kepada orang lain. Yang terakhir Conscientiousness menjelaskan perilaku pencapaian tujuan dan kemampuan mengendalikan dorongan yang diperlukan dalam kehidupan sosial (Pervin, 2005). Tabel 2.1 Karakteristik ciri-ciri Five Factor Model skor tinggi dan rendah Sifat/Ciri-ciri Karakteristik dengan skor tinggi Karakteristik dengan skor rendah

24 Neuroticism (N) Mengukur penyesuaian vs ketidakstabilan emosi. Mengidentifikasi kecenderungan individu akan distress psikologi, ide-ide yang tidak realistis, kebutuhan/keinginan yang berlebihan, dan respon coping yang tidak sesuai. Extraversion (E) Mengukur kuantitas dan intensitas interaksi intrapersonal, level aktivitas, kebutuhan akan stimulasi, kapasitas kesenangan. Openness (O) Mengukur keinginan untuk mencari dan menghargai pengalaman baru, senang mengetahui sesuatu yang tidak familiar. Agreeableness (A) Mengukur kualitas orientasi interpersonal seseorang, mulai dari perasaan kasihan sampai pada sikap permusuhan dalam hal pikiran, perasaan dan tindakan. Conscientiousness (C) Mengukur tingkat keteraturan seseorang, ketahanan dan motivasi dalam mencapai tujuan. Berlawanan dengan ketergantungan dan kecenderungan untuk menjadi malas dan lemah. Kuatir, cemas, emosional,merasa tidak nyaman, kurang penyesuaian, kesedihan yang tidak beralasan. Mudah bergaul, aktif, talkative, person-oriented, optimis, menyenangkan, kasih sayang, bersahabat. Rasa ingin tahu tinggi, ketertarikan luas, kreatif, original, imajinatif, tidak ketinggalan jaman. Berhati lembut, baik, suka menolong, dapat dipercaya, mudah memaafkan, mudah untuk dimanfaatkan, terus terang. Teratur, dapat dipercaya, pekerja keras, disiplin, tepat waktu, teliti, rapi, ambisius, tekun. Tenang, santai, tidak emosional, tabah, nyaman, puas terhadap diri sendiri. Tidak ramah, tenang, tidak periang, menyendiri, taskoriented, pemalu, pendiam. Mengikuti apa yang sudah ada, down to earth, tertarik hanya pada satu hal, tidak memiliki jiwa seni, kurang analitis. Sinis, kasar, rasa curiga, tidak mau bekerjasama, pendendam, kejam, mudah marah, manipulatif. Tidak bertujuan, tidak dapat dipercaya, malas, kurang perhatian, lalai, sembrono, tidak disiplin, keinginan lemah, suka bersenang-senang.

25 Tipe kepribadian neuroticism adalah kepribadian yang menggambarkan seseorang yang memiliki masalah dengan emosi yang negatif seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman. Secara emosional mereka labil dan mengubah perhatian menjadi sesuatu yang berlawanan (Pervin dalam Eysenck, 1990). Sedangkan menurut (Goldberg, 2000) tipe kepribadian neuroticism adalah kepribadian yang mengacu pada kecenderungan individu untuk menjadi marah atau emosional. Neuroticism adalah faktor utama kepribadian patologi. Berdasarkan dari beberapa penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tipe kepribadian neuroticism adalah tipe kepribadian yang menggambarkan seseorang yang memiliki masalah dengan emosi yang negatif sehingga menjadi tidak labil, emosi, kuatir, cemas dan cepat marah. 2.Ciri-ciri tipe kepribadian Neuroticism a. Kuatir b. Cemas c. Emosional d. Merasa tidak nyaman e. Kurang penyesuaian f. Kesedihan yang tidak beralasan 3. Faktor-faktor tipe kepribadian Neuroticism

26 Menurut Costa & Mc Rae (dalam Pervin, 2005), dalam tipe kepribadian neuroticism juga terdiri dari 6 (enam) faset atau subfaktor. Dalam hal ini 6 (enam) tersebut merupakan : a. Anxiety (kecemasan) b. Self-consciousness (kesadaran diri) c. Depression (depresi) d. Vulnerability (mudah tersinggung) e. Impulsiveness (menuruti kata hati) f. Angry hostility (amarah) D.Pengaruh Persepsi Lingkungan Kerja terhadap Stres Kerja Pegawai Cooper (2003) mengatakan bahwa stres kerja adalah ketidakmampuan untuk memahami atau menghadapi tekanan, dimana tingkat stres individu berbeda-beda dan setiap individu bereaksi sesuai perubahan lingkungan atau keadaan. Salah satu faktor yang mempengaruhi stres adalah sosio-demografik yang mencakup lingkungan kerja (Cooper, 2003). Beehr dan Newman (dalam Rice, 1992) mengatakan interaksi antara kondisi pekerjaan dengan karyawan yang merubah kondisi normal psikologis dan merubah fungsi keduanya untuk meningkatkan performa pekerjaan. Lingkungan kerja yang buruk sangat berpotensi menjadi penyebab pegawai atau karyawan mengalami stres kerja, sehingga sulit berkonsentrasi, menurunnya produktivitas kerja.

27 Faktor lingkungan yang merupakan pemicu stres yaitu keadaan lingkungan secara global (Robbins, 2014). Lingkungan dalam arti disini adalah lingkungan kerja. Lingkungan kerja adalah keadaan disekitar tempat pada waktu karyawan melakukan pekerjaannya, dan keadaan ini yang dapat mempengaruhi kesejahterahan karyawan (Wesik, 2004). Lingkungan kerja yang berupa lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja psikologis (Wineman, 2004), sangat mempengaruhi tingkatan stres kerja. Kondisi lingkungan kerja yang buruk seperti kurang bersihnya ruangan, berisik, kurang sirkulasi udara menyebabkan karyawan mudah sakit, sulit konsentrasi sehingga produktivitasnya menurun, dan menimbulkan stres kerja. Sebaliknya apabila lingkungannya sangat mendukung dengan rekan-rekan kerja yang bersahabat, bersih, tenang dan nyaman, maka akan mendukung semakin konsentrasi dalam bekerja dan tingkat stres kerja menjadi rendah (Nitisemito, 2001). Persepsi lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap stres kerja. Apabila persepsi lingkungan kerjanya baik, maka akan mempengaruhi diri individu semakin baik dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan (Nitisemito, 2001). Namun sebaliknya, apabila individu mempersepsikan lingkungan kerjanya negatif maka akan menyebabkan tidak nyaman, kurang penyesuaian terhadap lingkungan (Rice, 1992). Dengan memberikan atau mengadakan lingkungan kerja yang menyenangkan berarti juga menimbulkan perasaan yang puas, sehingga menghindari pemborosan waktu dan biaya (Kartono, 2005).

28 E.Pengaruh Tipe Kepribadian Neuroticism terhadap Stres Kerja Pegawai Robbins (2014) mengatakan selain faktor lingkungan dan faktor organisasi, faktor individu juga menjadi pemicu stres. Faktor individu salah satunya adalah kepribadian. Tipe kepribadian berbeda-beda, salah satu yang mengacu individu pada kecenderungan emosi negatif adalah tipe kepribadian neuroticism. Menurut (Goldberg, 2000) tipe kepribadian neuroticism adalah kepribadian yang mengacu pada kecenderungan individu untuk menjadi marah atau emosional. Kepribadian tersebut menggambarkan seseorang yang memiliki masalah dengan emosi yang negatif seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman. Neuroticism berlawanan dengan Emotional Stability yang mencakup perasaanperasaan negatif, seperti : kecemasan, kesedihan, mudah marah dan tegang (Pervin, 2005). Dengan adanya luapan emosi yang negatif lebih berpotensi menyebabkan stres. Bila kondisinya dalam lingkungan pekerjaan, menjadi stres kerja. Tipe kepribadian neuroticism memiliki ciri-ciri kuatir, cemas, emosional, merasa tidak nyaman, kurang penyesuaian, serta kesedihan yang tidak beralasan. Individu yang memiliki tipe kepribadian neuroticism lebih cenderung mudah mengalami stres, karena salah satu gejala psikologis stres adalah mengalami ketegangan, kecemasan, kebingungan dan mudah tersinggung (Rice, 1992). Tipe kepribadian neuroticism mudah terkena stres kerja, apabila kondisinya atau gejalanya berada di lingkungan kerja.

29 Individu yang memiliki tipe kepribadian neuroticism akan lebih mudah mengalami stres kerja. Sebab individu tersebut mudah cemas, kurang penyesuaian, mudah berkeringat, merasa tidak nyaman, emosional di dalam lingkungan kerjanya. Lalu muncul adanya perasaan frustasi, marah, kesal, mudah lupa. Emosinya juga lebih menjadi sensitif, perasaannya tertekan, kemampuan komunikasi menjadi tidak efektif, menarik diri dari lingkungan, bosan, perasaan terisolir, menurunnya fungsi intelektual. Hal-hal tersebut terjadi di dalam pekerjaan, berarti individu sudah mengalami stres kerja (Rice, 1992). Tipe kepribadian neuroticism sangat mempengaruhi stres kerja, karena adanya unsur-unsur pendukung yang merupakan ciri-ciri kepribadian tersebut. Sehingga semakin tinggi ciri-ciri yang muncul maka akan semakin berpotensi individu tersebut mengalami stres kerja, sedangkan semakin rendahnya ciricirinya yang muncul maka potensi individu mengalami stres kerja menjadi lebih rendah. F.Pengaruh Persepsi Lingkungan Kerja dan Tipe Kepribadian Neuroticism terhadap Stres Kerja Menurut (Rice, 1992) persepsi terhadap lingkungan kerja yang negatif menyebabkan individu mengalami stres kerja. Apabila individu mempersepsikan negatif maka akan menyebabkan tidak nyaman, kurang penyesuaian terhadap lingkungan. Sedangkan apabila individu mempersepsikan positif terhadap lingkungan kerjanya, maka kemungkinannya akan kecil mengalami stres kerja.

30 Selain persepsi lingkungan kerja dapat menjadi sumber stres, kepribadian dari individu juga sangat mempengaruhi stres kerja karyawan. Selain kepribadian tipe A, kepribadian tipe neuroticism juga mudah terkena stres. Hal tersebut karena skor tinggi dari sifat neuroticism mudah kuatir, cemas, emosional, merasa tidak nyaman terhadap lingkungan dan kondisi yang ada, kesedihan yang tidak beralasan (Pervin, 2005). Dalam (Pervin, 2005) individu yang memiliki tipe kepribadian neuroticism akan mudah mengalami stres kerja. Tipe kepribadian neuroticism tersebut sudah menggambarkan kepribadian yang memiliki emosional yang negatif. Persepsi lingkungan kerja memiliki pengaruh individu untuk berpotensi stres juga dengan adanya tipe kepribadian neuroticism, yang merupakan tipe kepribadian yang menunjukkan gejala psikologis seseorang mengalami stres. Keduanya saling mempengaruhi munculnya stres dalam lingkungan pekerjaan, yang disebut dengan stres kerja (Nitisemito, 2001). Sehingga kedua variabel tersebut yaitu variabel persepsi lingkungan kerja dan variabel tipe kepribadian neuroticism berpengaruh terhadap variabel stres kerja. Pengaruhnya apabila persepsi lingkungan kerja positif dan tipe kepribadian neuroticism skornya rendah, maka akan rendah tingkat stres kerjanya. Sedangkan apabila persepsi lingkungan kerjanya negatif dan tipe kepribadian neuroticismnya skornya tinggi, maka akan semakin tinggi tingkat stres kerjanya.

31 G. Kerangka Berpikir Penelitian Berdirinya PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara Terdiri dari Delapan Area Medan, Binjai, L.Pakam, P.Siantar, R. Prapat, P. Sidempuan, Sibolga, Nias. Lingkungan kerja area Nias terdiri dari dua rayon dan dua PLTD yaitu G.Sitoli dan Teluk Dalam, dengan total jumlah karyawan 75 orang. Pre-eliminary Motivasi kerja 10% Stres Kerja 65% Beban kerja, kepemimpinan, Lingk kerja 10% Faktor-faktor penyebab stres(robbins, 2014) 1.Faktor Lingkungan Sosio demografik, Lingkungan Fisik dan Lingkungan Psikologis Persepsi Lingkung an Kerja 2.Faktor Organisasi -Tuntutan tugas, -Tuntutan peran, -Tuntutan pribadi 3. Faktor Individu -Persoalan keluarga, -Persoalan ekonomi, -Kepribadian Tipe kepribadian Neuroticism Bagaimana pengaruh persepsi lingkungan kerja dan tipe kepribadian neuroticism terhadap Stres kerja pegawai PT PLN (persero) Wilayah Sumatera Utara. Ket : diteliti tidak diteliti H. Hipotesis Penelitian

32 Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara, terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2002). Hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Hipotesa Mayor : Ada pengaruh positif antara persepsi lingkungan kerja dan tipe kepribadian neuroticism terhadap stres kerja pegawai. Diasumsikan bahwa semakin tinggi persepsi lingkungan kerjanya dan semakin rendah tipe kepribadian neuroticism, maka semakin rendah tingkat stres kerjanya. Demikian sebaliknya semakin negatif persepsi lingkungan kerjanya, dan semakin tinggi tipe kepribadian neuroticism, maka semakin tinggi tingkat stres kerjanya. Hipotesa Minor 1. Adanya korelasi antara persepsi lingkungan kerja dengan stres kerja. Semakin positif persepsi lingkungan kerjanya, maka semakin rendah stres kerjanya. Semakin negatif persepsi lingkungan kerjanya, maka semakin tinggi stres kerjanya. 2. Adanya korelasi antara tipe kepribadian neuroticism dengan stres kerja. Semakin tinggi skor neuroticism maka semakin tinggi stres kerjanya. Semakin rendah skor neuroticism maka semakin rendah stres kerjanya. BAB III

BAB II LANDASAN TEORI. Pembelian Impulsif adalah salah satu jenis dari perilaku membeli, dimana

BAB II LANDASAN TEORI. Pembelian Impulsif adalah salah satu jenis dari perilaku membeli, dimana BAB II LANDASAN TEORI A. PEMBELIAN IMPULSIF Pembelian Impulsif adalah salah satu jenis dari perilaku membeli, dimana perilaku pembelian ini berhubungan dengan adanya dorongan yang menyebabkan konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang efektif (Yukl, 2010). Tidak ada organisasi yang mampu berdiri tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang efektif (Yukl, 2010). Tidak ada organisasi yang mampu berdiri tanpa adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kepemimpinan diyakini menjadi unsur kunci dalam melakukan pengelolaan suatu organisasi yang efektif (Yukl, 2010). Tidak ada organisasi yang mampu berdiri tanpa

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Sumbayak (2009) dengan judul skripsi Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five

BAB II URAIAN TEORITIS. Sumbayak (2009) dengan judul skripsi Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five 35 BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Sumbayak (2009) dengan judul skripsi Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five Personality Terhadap Coping Stress Pada Polisi Reserse Kriminal Poltabes Medan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Stres Kerja

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Stres Kerja BAB II LANDASAN TEORI A. STRES KERJA 1. Definisi Stres Kerja Menurut Lazarus & Folkman (dalam Morgan, 1986) stres merupakan suatu keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. STRES KERJA 1. Definisi Stres Kerja Lazarus (dalam Lahey, 2007) menyatakan bahwa stres dapat dikatakan sebagai keadaan yang menyebabkan kemampuan individu untuk beradaptasi menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis A. Teori Lima Besar (Big Five Model) 1. Sejarah Big Five Model Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali dilakukan oleh Allport dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI. tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control dapat BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Locus of Control 2.1.1 Definisi Locus of Control Konsep tentang locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter pada tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Stres Kerja 2.1.1. Pengertian Stres Menurut Vaughan dan Hogh (2002) stres adalah suatu kondisi psikologis yang terjadi ketika suatu stimulus diterima sebagai suatu hambatan atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Stres Kerja. adaptif, dihubungkan oleh karakteristik dan atau proses psikologi individu yang

BAB II LANDASAN TEORI. A. Stres Kerja. adaptif, dihubungkan oleh karakteristik dan atau proses psikologi individu yang BAB II LANDASAN TEORI A. Stres Kerja 1. Pengertian stres kerja Menurut Ivancevich dan Matteson (1980) stres kerja adalah suatu respon adaptif, dihubungkan oleh karakteristik dan atau proses psikologi individu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Tiara Noviani F 100 030 135 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

FRUSTRASI & STRESS LIA AULIA FACHRIAL, M.SI

FRUSTRASI & STRESS LIA AULIA FACHRIAL, M.SI FRUSTRASI & STRESS LIA AULIA FACHRIAL, M.SI TUJUAN PEMBELAJARAN Mampu membedakan antara frustrasi dan stress Mengerti gejala stress Mampu menjelaskan terjadinya stress Menguraikan cara-cara mengatasi stress

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Secondary Traumatic Stress Terdapat beberapa istilah yang berkaitan dengan trauma sekunder yang sering diartikan dengan salah. Walau terlihat mirip akan tetapi memiliki definisinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kinerja karyawan semakin baik. Salah satu tindakan yang penting dan harus

BAB I PENDAHULUAN. kinerja karyawan semakin baik. Salah satu tindakan yang penting dan harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi sekarang ini sumber daya manusia merupakan aset penting dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan. Kelangsungan hidup suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Konflik Pekerjaan Keluarga (Work-Family Conflict) Yang et al (2000) mendefinisikan konflik pekerjaan keluarga (work family

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Konflik Pekerjaan Keluarga (Work-Family Conflict) Yang et al (2000) mendefinisikan konflik pekerjaan keluarga (work family 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konflik Pekerjaan Keluarga (Work-Family Conflict) Perubahan demografi tenaga kerja terhadap peningkatan jumlah wanita bekerja dan pasangan yang keduanya bekerja, telah mendorong

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Definisi Keinginan Untuk Keluar (Turnover intention) Sutanto dan Gunawan (2013) mengemukakan bahwa turnover intention

BAB II KAJIAN PUSTAKA Definisi Keinginan Untuk Keluar (Turnover intention) Sutanto dan Gunawan (2013) mengemukakan bahwa turnover intention BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Keinginan Untuk Keluar (Turnover intention) 1.1.1 Definisi Keinginan Untuk Keluar (Turnover intention) Sutanto dan Gunawan (2013) mengemukakan bahwa turnover intention adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan modern yang makin kompleks, manusia akan cenderung

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan modern yang makin kompleks, manusia akan cenderung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan modern yang makin kompleks, manusia akan cenderung mengalami stres apabila ia kurang mampu mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian Kinerja Prawirosentono (2008) menyatakan kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Komitmen Organisasi. karyawan memihak pada suatu organisasi dan tujuan-tujuannya,

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Komitmen Organisasi. karyawan memihak pada suatu organisasi dan tujuan-tujuannya, 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi Komitmen organisasi merupakan suatu keadaan seorang karyawan memihak pada suatu organisasi dan tujuan-tujuannya, serta berniat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa, pada dasarnya sebagai generasi penerus. Mereka diharapkan sebagai subyek atau pelaku didalam pergerakan pembaharuan. Sebagai bagian dari masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbulnya tuntutan efisiensi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbulnya tuntutan efisiensi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Menambah pengetahuan dengan menghubungkan teori yang didapat dalam perkuliahan dengan kenyataan serta dapat memperdalam pengetahuan penulis dalam bidang manajemen sumber daya manusia. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 3 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. STRES 2.1.1. Pengertian Stres Stres adalah suatu kondisi yang dialami manusia selama hidupnya, dan dalam setiap kegiatan manusia berupa tekanan mental,yang dapat mengganggu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Latin, yaitu stringere, yang memiliki arti keluar dari kesukaan (draw tight).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Latin, yaitu stringere, yang memiliki arti keluar dari kesukaan (draw tight). BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Stres Gibson menyatakan bahwa Stres adalah kata yang berasal dari Bahasa Latin, yaitu stringere, yang memiliki arti keluar dari kesukaan (draw tight). Definisi ini menjelaskan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres 2.1.1 Definisi Stres dan Jenis Stres Menurut WHO (2003) stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Pengertian Self Efficacy Self efficacy berasal dari teori Bandura (1997) yaitu teori kognisi belajar sosial. Teori kognisi belajar sosial mengacu pada kemampuan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Asumsi 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui sebaran data normal atau tidak. Alat yang digunakan adalah One Sample Kolmogorov- Smirnov

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan hidup, terkadang orang akan merasakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan hidup, terkadang orang akan merasakan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi tantangan hidup, terkadang orang akan merasakan bahwa hidup yang dijalaninya tidak berarti. Semua hal ini dapat terjadi karena orang tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk memproduksi barang atau jasa, serta bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Tujuan organisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan yang memberi manfaat

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan yang memberi manfaat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era gobalisasi seperti ini, bekerja bukan hanya menjadi kemauan tetapi menjadi sebuah tuntutan. Bekerja hakekatnya merupakan bagian dari hidup manusia

Lebih terperinci

STRESS DALAM PEKERJAAN. Armaidi Darmawan, dr, M.Epid Bagian Kedokteran Komunitas/Keluarga FKIK Unja

STRESS DALAM PEKERJAAN. Armaidi Darmawan, dr, M.Epid Bagian Kedokteran Komunitas/Keluarga FKIK Unja STRESS DALAM PEKERJAAN Armaidi Darmawan, dr, M.Epid Bagian Kedokteran Komunitas/Keluarga FKIK Unja Definisi STRESS?? Tekanan adalah kekuatan atau perangsang yang menekan individu yang menimbulkan tanggapan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORETIS

BAB II URAIAN TEORETIS 33 BAB II URAIAN TEORETIS A. Penelitian Terdahulu Henny (2007) melakukan penelitian dengan judul " Hubungan Stres Kerja dengan Kepuasan Kerja Karyawan Bagian Customer Care Pada PT Telekomunikasi Indonesia

Lebih terperinci

PSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress

PSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress PSIKOLOGI UMUM 2 Stress & Coping Stress Pengertian Stress, Stressor & Coping Stress Istilah stress diperkenalkan oleh Selye pada tahun 1930 dalam bidang psikologi dan kedokteran. Ia mendefinisikan stress

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres Kerja. Stres kerja merupakan interaksi antara seseorang dengan situasi lingkungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres Kerja. Stres kerja merupakan interaksi antara seseorang dengan situasi lingkungan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres Kerja 1. Pengertian Stres Kerja Stres kerja merupakan interaksi antara seseorang dengan situasi lingkungan atau stresor yang dianggap mengancam atau menantang, dan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup senantiasa barada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berakhir ketika individu memasuki masa dewasa awal, tetapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres Kerja 2.1.1 Pengertian Stres Kerja Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Stepen P. Robbins (2003 : 793), bahwa stress kerja adalah kondisi dinamik yang didalamnya individu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres pada Wanita Karir (Guru) 1. Pengertian Istilah stres dalam psikologi menunjukkan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi

Lebih terperinci

Oleh karenanya diperlukan kerja sama antara kedua belah pihak untuk menyelesaikan persoalan stress tersebut.

Oleh karenanya diperlukan kerja sama antara kedua belah pihak untuk menyelesaikan persoalan stress tersebut. Stres Kerja Stress Kerja Oleh Jacinta F. Rini, MSi. Team e-psikologi.com Jakarta, 1 Maret 2002 Perkembangan ekonomi yang cepat, perampingan perusahaan, PHK, merger dan bangkrutnya beberapa perusahaan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit lepas dari belenggu anarkisme, kekerasan, dan perilaku-perilaku yang dapat mengancam ketenangan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin maju menuntut masyarakat untuk semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah satu tujuan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya dalam rangka mendapatkan kebebasan itu. (Abdullah, 2007

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya dalam rangka mendapatkan kebebasan itu. (Abdullah, 2007 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada setiap fase kehidupan manusia pasti mengalami stres pada tiap fase menurut perkembangannya. Stres yang terjadi pada mahasiswa/i masuk dalam kategori stres

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupannya selalu mengadakan aktivitas-aktivitas, salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupannya selalu mengadakan aktivitas-aktivitas, salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya selalu mengadakan aktivitas-aktivitas, salah satu diantaranya diwujudkan dalam aktifitas kerja, oleh karena itu manusia akan selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas dan kinerja karyawan dalam suatu organisasi adalah stress kerja karyawan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas dan kinerja karyawan dalam suatu organisasi adalah stress kerja karyawan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karyawan adalah aset utama organisasi yang menjadi pelaku aktif dari setiap organisasi. Karyawan dalam sebuah perusahaan menduduki posisi yang sangat penting,

Lebih terperinci

NURDIYANTO F

NURDIYANTO F PENGARUH PELATIHAN RELAKSASI TERHADAP STRES KERJA KARYAWAN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : NURDIYANTO F 100 020 079 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi merupakan istilah yang umum digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi merupakan istilah yang umum digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Teknologi informasi merupakan istilah yang umum digunakan untuk menjelaskan mengenai berbagai macam teknologi yang dapat membantu manusia dalam membuat, menyusun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama yang tidak dapat digantikan oleh unsur apapun.

BAB I PENDAHULUAN. utama yang tidak dapat digantikan oleh unsur apapun. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam suatu perusahaan unsur manusia merupakan perangkat yang paling menentukan dalam mencapai tujuan kegiatannya, terutama berkaitan erat dengan kebijaksanaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Beban Kerja 1.1 Defenisi Beban kerja Beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan. Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Wade dan Tavris (2007: 194) menyebutkan bahwa kepribadian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Wade dan Tavris (2007: 194) menyebutkan bahwa kepribadian BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kepribadian 1. Pengertian Kepribadian Wade dan Tavris (2007: 194) menyebutkan bahwa kepribadian (personality) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung pula oleh sumber daya manusia yang berkualitas, baik dari segi mental, spritual maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit adalah bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan yang dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan, sehingga pengembangan rumah

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Rangkuti ( 2009 ) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan pada PT. PLN ( Persero ) wilayah Sumatera cabang Medan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KONFLIK INTERPERSONAL DAN STRES KERJA DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KONFLIK INTERPERSONAL DAN STRES KERJA DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KONFLIK INTERPERSONAL DAN STRES KERJA DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam pendidikan. Perguruan Tinggi diadakan dengan tujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini peneliti akan memaparkan kesimpulan dan saran dari hasil diskusi yang telah dilakukan. 5.1 Kesimpulan Berikut adalah kesimpulan dari hasil diskusi yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah persepsi kita terhadap situasi atau kondisi di dalam lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah persepsi kita terhadap situasi atau kondisi di dalam lingkungan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Stres Kerja 1. Pengertian Stres Kerja Stres merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional dan spiritual manusia yang pada suatu saat dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan kesehatan dengan usaha menyeluruh, yaitu usaha promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi subjek PT. Pusat Bisnis Ponorogo merupakan sebuah perusahaan muda yang berdiri pada tahun 2013. Perusahaan ini berfokus pada pengembangan pusat perbelanjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi menjadi fenomena yang sangat penting dalam dunia kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi menjadi fenomena yang sangat penting dalam dunia kerja. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Modernisasi menjadi fenomena yang sangat penting dalam dunia kerja. Selain dampaknya terhadap penggunaan alat-alat produksi dan strategi pemasaran. Modernisasi juga

Lebih terperinci

Definisi Stres Kerja

Definisi Stres Kerja Definisi Stres Kerja Menurut Anwar (1993:93) Stres kerja adalah suatu perasaan yang menekan atau rasa tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaannya. Yoder dan Staudohar (1982 : 308) mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting untuk menghasilkan tenaga ahli yang tangguh dan kreatif dalam menghadapi tantangan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini bisa dilihat dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok

BAB I PENDAHULUAN. ini bisa dilihat dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dalam sejarah penyelenggaraan pemerintahan daerah, tidak berubah dan selalu dibutuhkan. Hal ini bisa dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia hidup selalu dipenuhi oleh kebutuhan dan keinginan. Seringkali kebutuhan dan keinginan tersebut tidak dapat terpenuhi dengan segera. Selain itu

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Indonesia

2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Indonesia 10 2. TINJAUAN PUSTAKA Bab ini mengulas tentang pelbagai teori dan literatur yang dipergunakan dalam penelitian ini. Adapun teori-teori tersebut adalah tentang perubahan organisasi (organizational change)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang dengan sekelompok

BAB I PENDAHULUAN. sama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang dengan sekelompok 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi adalah satu sistem, yang terdiri dari pola aktivitas kerja sama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang dengan sekelompok orang untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama Kristen Protestan merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Pada Agama Kristen biasanya memiliki suatu organisasi di gereja yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut merupakan proses yang diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut merupakan proses yang diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan wadah interaksi antara berbagai komponen, seperti sumber daya manusia, sumber daya fisik dan sumber daya informasi. Interaksi tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan-tujuan organisasi serta memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan-tujuan organisasi serta memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber Daya Manusia merupakan aset yang sangat berharga dalam suatu kemajuan ilmu, pembangunan, dan teknologi. Oleh karena itu dalam era sekarang ini menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan saat ini adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan saat ini adalah penanganan terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia. Jumlah sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan suatu organisasi. Ketika sumber

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan suatu organisasi. Ketika sumber BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset yang sangat berharga dalam suatu organisasi. Sumber daya manusia berfungsi sebagai penggerak atau motor dari sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja mencerminkan kondisi manusia yang sehat lahir dan batin, sedangkan tidak bekerja sama sekali, mengindikasikan kondisi macet atau sakit atau adanya suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dibebankan (Alex S. Nitisemito, 1991:184). Lingkungan kerja terdiri dari dua

BAB 1 PENDAHULUAN. dibebankan (Alex S. Nitisemito, 1991:184). Lingkungan kerja terdiri dari dua BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian dari manajemen keorganisasian yang memfokuskan diri pada unsur sumber daya manusia. Tugas MSDM adalah mengelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak bermunculan berbagai jenis penyakit yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak bermunculan berbagai jenis penyakit yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini banyak bermunculan berbagai jenis penyakit yang tidak dapat disembuhkan, salah satu jenis penyakit tersebut adalah Diabetes Mellitus (DM). DM adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan. Menurut Mangkunegara (2005) manajemen adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan. Menurut Mangkunegara (2005) manajemen adalah suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen adalah sebuah disiplin ilmu yang berkaitan dengan pengelolaan. Menurut Mangkunegara (2005) manajemen adalah

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 9, Januari 2017 FAKTOR-FAKTOR STRES KERJA PADA CV SUMBER HIDUP PONTIANAK

Bisma, Vol 1, No. 9, Januari 2017 FAKTOR-FAKTOR STRES KERJA PADA CV SUMBER HIDUP PONTIANAK FAKTOR-FAKTOR STRES KERJA PADA CV SUMBER HIDUP PONTIANAK Hariyanti Email: hariyanti.ng@gmail.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak ABSTRAK Stres merupakan suatu keadaan dimana seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan bagian dari. manajemen keorganisasian yang memfokuskan diri pada unsur sumber

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan bagian dari. manajemen keorganisasian yang memfokuskan diri pada unsur sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan bagian dari manajemen keorganisasian yang memfokuskan diri pada unsur sumber daya manusia. Tugas MSDM adalah mengelola

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. mencapai keberhasilan. Tanpa aspek manusia sulit kiranya tujuan organisasi dapat

II. LANDASAN TEORI. mencapai keberhasilan. Tanpa aspek manusia sulit kiranya tujuan organisasi dapat II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Manusia merupakan sumber daya paling penting dalam suatu organisasi untuk mencapai keberhasilan. Tanpa aspek manusia sulit kiranya tujuan organisasi dapat tercapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Manajemen Dalam kehidupan sehari-hari, istilah manajemen merupakan istilah yang tidak asing lagi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen (bebas) adalah big five personality yang terdiri

Lebih terperinci

Kebijakan dan Praktek SDM. Struktur dan Desain organisasi. Kepemimpinan. Struktur kelompok. Kekuasaan dan politik. Persepsi.

Kebijakan dan Praktek SDM. Struktur dan Desain organisasi. Kepemimpinan. Struktur kelompok. Kekuasaan dan politik. Persepsi. PERTEMUAN KE TIGA Dimensi Individu a. Kakteristik individu b. Dasar-dasar perilaku individu c.kepribadian dan pembelajaran d. Persepsi dan pengambilan keputusan individual e.nilai, sikap dan kepuasan kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kecemasan 1. Defenisi Kecemasan adalah keadaan yang menggambarkan suatu pengalaman subyektif mengenai ketegangan mental kesukaran dan tekanan yang menyertai suatu konflik atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai upaya untuk mengidentifikasi sebab-sebab pengunduran diri karyawan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai upaya untuk mengidentifikasi sebab-sebab pengunduran diri karyawan. 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Turnover Penelitian empiris mengenai turnover karyawan telah banyak dilakukan sebagai upaya untuk mengidentifikasi sebab-sebab pengunduran diri karyawan. Simamora (1997) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) yang terdiri dari angkatan darat, angkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) yang terdiri dari angkatan darat, angkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua negara di dunia pasti memiliki institusi yang bertugas sebagai badan pertahanan dan keamanan negara, tak terkecuali Indonesia. Sebelum reformasi, Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Stres Kerja Menurut Robbins (2007 : 368), stres adalah suatu kondisi dinamis dimana seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi masalah kesehatan mental. Jika sudah menjadi masalah kesehatan mental, stres begitu mengganggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (POLRI) sangatlah penting. Kehadiran POLRI dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (POLRI) sangatlah penting. Kehadiran POLRI dirasakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa sekarang ini peran dan fungsi Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) sangatlah penting. Kehadiran POLRI dirasakan sangatlah penting dalam setiap sendi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjalankan tugas dan pekerjaanya. SDM merupakan modal dasar pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjalankan tugas dan pekerjaanya. SDM merupakan modal dasar pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia teknologi yang semakin maju di Indonesia membutuhkan SDM yang memiliki ketrampilan dan kemampuan yang baik dalam menjalankan tugas dan pekerjaanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga kesehatan yang sangat vital dan secara terus-menerus selama 24 jam berinteraksi dan berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada individu seperti dampak fisik, sosial, intelektual, psikologis dan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. pada individu seperti dampak fisik, sosial, intelektual, psikologis dan spiritual BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stres merupakan fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan seharihari dan akan dialami oleh setiap orang. Stres memberikan dampak secara total pada individu seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selain tekanan yang berasal dari lingkungan kerja, lingkungan keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. Selain tekanan yang berasal dari lingkungan kerja, lingkungan keluarga dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dan tuntutan profesionalitas yang semakin tinggi menimbulkan banyaknya tekanan-tekanan yang harus dihadapi individu dalam lingkungan kerja. Selain tekanan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN STRES KERJA PADA GURU MI 02, MTS, DAN MA MAZRA ATUL ULUM PACIRAN LAMONGAN

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN STRES KERJA PADA GURU MI 02, MTS, DAN MA MAZRA ATUL ULUM PACIRAN LAMONGAN HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN STRES KERJA PADA GURU MI 02, MTS, DAN MA MAZRA ATUL ULUM PACIRAN LAMONGAN Lautry Luthfiya Sari Labib_11410109 Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Perkembangan sosial masa dewasa awal (young adulthood) adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan atau anxietas adalah status perasaan tidak menyenangkan yang terdiri atas respon-respon patofisiologis terhadap antisipasi bahaya yang

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Imatama (2006) yang berjudul Pengaruh Stress Kerja Terhadap kinerja

BAB II URAIAN TEORITIS. Imatama (2006) yang berjudul Pengaruh Stress Kerja Terhadap kinerja BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Imatama (2006) yang berjudul Pengaruh Stress Kerja Terhadap kinerja karyawan Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) Kampus Medan menyatakan bahwa variabel Stress

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terus-menerus mendorong manusia

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terus-menerus mendorong manusia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia sebagai Homo economicus, tidak akan pernah lepas dari pemenuhan kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terus-menerus mendorong manusia untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. 1 BAB 1 PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. Dimulai dari masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan masa tua. Pada setiap masa pertumbuhan manusia

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara KUESIONER PENENTUAN STRES PERAWAT DI UNIT RAWAT INAP RSJD PROP. SUMATERA UTARA 2010 Berilah tanda X pada nilai yang saudara pilih!! Nilai 0 : Tidak pernah sama sekali 1 : Kadang-kadang 2 : Cukup sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah makhluk sosial, yang mana saling membutuhkan satu sama lain. Manusia terlahir ke dunia ini dituntut agar dapat hidup berorganisasi. Dalam kehidupannya,

Lebih terperinci

TRAIT FACTOR THEORY EYSENCK, CATTELL, GOLDBERG. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

TRAIT FACTOR THEORY EYSENCK, CATTELL, GOLDBERG. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Modul ke: 13 Yoanita Fakultas PSIKOLOGI TRAIT FACTOR THEORY EYSENCK, CATTELL, GOLDBERG Eliseba, M.Psi Program Studi Psikologi HANS EYSENCK Dasar umum sifat-sifat kepribadian berasal dari keturunan, dalam

Lebih terperinci

PENGARUH STRESSOR LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN MELALUI JOB STRESS. ( Studi Pada PT. Sindopex Perotama Sidoarjo ) Ari Suharto

PENGARUH STRESSOR LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN MELALUI JOB STRESS. ( Studi Pada PT. Sindopex Perotama Sidoarjo ) Ari Suharto PENGARUH STRESSOR LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN MELALUI JOB STRESS ( Studi Pada PT. Sindopex Perotama Sidoarjo ) Ari Suharto Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Brawijaya Email : asuharto37@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul dari perubahan konteks sosio-ekonomi, politik dan budaya. Konteks ini

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul dari perubahan konteks sosio-ekonomi, politik dan budaya. Konteks ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor LSM di Indonesia kini tengah menghadapi berbagai tantangan yang muncul dari perubahan konteks sosio-ekonomi, politik dan budaya. Konteks ini termasuk perubahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. karena lingkungan kerja dapat mempengaruhi keadaan pegawai secara langsung.

BAB II LANDASAN TEORITIS. karena lingkungan kerja dapat mempengaruhi keadaan pegawai secara langsung. BAB II LANDASAN TEORITIS A. Uraian Teoritis 1. Pengertian Lingkungan Kerja Lingkungan kerja dalam suatu organisasi sangat perlu mendapat perhatian, karena lingkungan kerja dapat mempengaruhi keadaan pegawai

Lebih terperinci