Maskarto Lucky Nara Rosmadi, SH., SE., S.Sos., MM. Dosen STIE Kridatama Bandung ABSTRAKSI. Dalam juta Tenaga Kerja Bekerja
|
|
- Hendra Tanudjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 IMPLEMENTASI PERAN TRANSFER KNOWLEDGE DALAM MENGEMBANGKAN INDUSTRI KREATIF (Studi Empiris pada Rumah Tangga Susu Karamel Cisondari Kabupaten Bandung) Maskarto Lucky Nara Rosmadi, SH., SE., S.Sos., MM. Dosen STIE Kridatama Bandung ABSTRAKSI Perkembangan perekonomian nasional yang fluktuatif disertai dengan kurang berkembangnya sektor industri makro berdampak pada laju pertumbuhan perkembangan ekonomi bangsa Indonesia. Berbagai upaya dilakukan untuk segera keluar dari situasi yang dapat berdampak bagi pembangunan yang seg dilaksanakan. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, tentunya harus dapat mengikutsertakan peran ekonomi mikro dalam membantu mempercepat pertumbuhan ekonomi. kreatif yang telah mengakar menjadi mata pencaharian pokok masyarakat Indonesia dapat mendukung program pembangunan nasional. Salah satu industri kreatif tersebut, yaitu industri susu karamel Cisondari Kabupaten Bandung. Keberadaan industri susu karamel Cisondari memang belum terkenal jika dibandingkan dengan susu karamel Pangalengan Kabupaten Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis pendekatan deskriptif, maksudnya data yang diperoleh menggambarkan atau menjelaskan sedemikian rupa yang kemudian dilakukan penganalisaan segkan teknik pengumpulan data terdiri dari data primer data sekunder (kepustakaan). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diterangkan, bahwa industri susu karamel Cisondari yang merupakan industri rumah tangga memiliki ciri khas yang berbeda dengan susu karamel yang diproduksi di pangalengan keberadaannya dapat menjadi wahana kuliner baru bagi Kabupaten Bandung. Beberapa faktor yang perlu ditingkatkan adalah kurangnya peran pemerintah daerah dalam memberikan penyuluhan bantuan permodalan melalui industri perbankan. Dengan keterbatasan yang ada susu karamel Cisondari sudah tersebar diseluruh wilayah Jawa Barat. Namun demikian keterbatasan bahan baku sumber daya manusia (SDM) masih menjadi masalah utama yang harus segera ditangani. Kata Kunci: Transfer Knowledge, pengembangan, industri kreatif. PENDAHULUAN Persaingan ekonomi global yang hampir melanda seluruh negara di dunia terutama berkaitan dengan pengembangan teknologi untuk industi menengah besar berdampak pada daya saing produksi untuk barang sejenis. Bagi negara miskin berkembang termasuk Indonesia, hal ini tentunya sangat berpengaruh pada pemerataan perekonomian kesejahteraan rakyat. Dampak lain yang sangat terasa adalah meningkatnya angka pengangguran yang disebabkan keterbatasan lapangan kerja. Dalam juta Tenaga Kerja Bekerja Mengang gur Tabel 1. Tenaga Kerja Indonesia Sumber: Ba Pusat Statistik Republik Indonesia Dari Tabel 1 di atas, secara umum dapat diketahui angka pengangguran di
2 Indonesia tiap tahun aya mengalami penurunan secara kuantitas. Namun, menurut Menteri Tenaga Kerja RI Hanif Dhakiri jumlah pengangguran lulusan perguruan tinggi (sarjana) justru meningkat yaitu sebanyak orang. Hal ini tentunya memprihatinkan, karena perguruan tinggi berperan strategis dalam peningkatan daya saing bangsa. Daya saing menjadi kunci kemenangan di era globalisasi. ( er-jumlah-pengangguran-sarjanameningkat, diunduh pada Tanggal 23 Juni 2017). Untuk menanggulangi permasalahan di atas, tentunya pemerintah harus berupaya keras untuk keluar dari permasalahan ini dengan tidak memprioritaskan pembangunan ekonomi makro (industri manufaktur) tetapi harus mengedepankan ekonomi mikro (UKM, Koperasi, kreatif). Menurut Mohammad Rudy Salahuddin, Deputi Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, Daya Saing Koperasi UKM Kementerian Koordinator Big Perekonomian, ditegaskan bahwa besarnya potensi ekonomi kreatif untuk berkontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja nilai ekspor. Pada Tahun 2013 ekonomi kreatif mampu berkontribusi 7,05% terhadap PDB Nasional, menyerap 11,91 juta tenaga kerja atau 11 persen dari total tenaga kerja nasional, serta menciptakan 5,4 juta usaha kreatif yang sebagian besar adalah UKM. ( i-berbasis-kreativitas html, diunduh pada Tanggal 24 Juni 2017) Pertumbuhan industri kreatif di Indonesia mengalami peningkatan yang bervariatif dari berbagai sektor usaha, seperti dalam tabel berikut ini. N o Perkembangan Ekonomi Kreatif Dari Berbagai Sektor Dari Tahun Lapang an Usaha Makana n Minuma n Tekstil Pakaian Jadi Kulit, Barang dari Kulit Alas Kaki Kayu, Barang dari Kayu Gabus Barang Anyama n dari Bambu, Rotan Sejenisn ya Furnitur ,2 4 1,3 0,2 0,7 6 0,2 Dalam Prosentase ,3 1 1,3 5 0,2 5 0,7 0 0, ,14 5,32 5,61 1,36 1,32 1,21 0,26 0,27 0,27 0,70 0,72 0,67 0,26 0,27 0,27
3 7 9 Ekspor Kerajin an Tangan fashion kerajina n Periklan an , , Tabel 2. Perkembangan Kreatif dari Berbagai Sektor Sumber: Ba Pusat Statistik Republik Indonesia Dari Tabel 2 di atas, maka dapat diketahui bahwa industri kreatif sangat berperan dalam mengurangi angka pengangguran. Berkaitan dengan industri kreatif ini diungkapkan oleh Suryana (2013), menyatakan bahwa ekonomi kreatif merupakan gelombang ekonomi baru yang lahir diawal abad ke-21. Gelombang ekonomi baru ini mengutamakan intelektual sebagai kekayaan yang dapat menciptakan uang, kesempatan kerja, pendapatan, kesejahteraan. Inti dari ekonomi kreatif terletak pada industri kreatif, yaitu industri yang digerakkan oleh para kreator inovator. Namun demikian, keterbatasan yang dimiliki oleh masyarakat (pelaku bisnis) terutama dalam, maka perlu proses alih pengetahuan (transfer knowledge) agar industri rumah tangga menjadi lebih berkembang bervariatif serta dapat menambah pemasuka bagi kesejahteraan masyarakat. rumah tangga susu karamel yang terletak di Desa Cisondari Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung memiliki potensi yang cukup menjanjikan serta dapat mengangkat citra Kabupaten Bandung disamping industri pariwisatanya. Konsep industri kreatif merupakan aktivitas masyarakat yang berbasis inovasi kreativitas yang dapat berpengaruh terhadap perekonomian kesejahteraan masyarakat. Selain itu, industri makanan merupakan bagian dari 14 sektor industri kreatif yang sangat potensial untuk dikembangkan oleh pemerintah daerah khususnya kawasan wisata kuliner. Dari uraian di atas, maka penulis dapat merumuskan beberapa permasalahan, yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan industri susu karamel di Desa Cisondari Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung. 2. Apa saja faktor penghambat penunjang dalam pengembangan industri susu karamel di Desa Cisondari Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung. Adapun tujuan dari penelitian empiris ini adalah: 1. Untuk mengetahui, menganalisis, menggambarkan (deskripsi), pengembangan industri kreatif pembuatan susu karamel di Desa Cisondari Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung. 2. Untuk mengetahui faktor penghambat penunjang untuk pengembangan industri kreatif pembuatan susu karamel di Desa Cisondari Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung. LANDASAN TEORI Manajemen Ilmu manajemen sebenarnya sama usianya dengan kehidupan manusia. Mengapa demikian, karena pada dasarnya manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak terlepas dari prinsip-prinsip manajemen baik secara langsung maupun tidak langsung. Ilmu manajemen ilmiah
4 timbul pada sekitar awal abab ke 20 di benua Eropa Barat Amerika. Dimana di negara-negara tersebut seg dilanda revolusi yang dikenal dengan nama revolusi industri, yaitu perubahan-perubahan dalam pengelolaan produksi yang efektif efisien. Hal ini dikarenakan masyarakat sudah semakin maju kebutuhan manusia semakin banyak beragam jenisnya. Sekarang timbul pertanyaan, siapa saja yang sebenarnya memakai manajemen? Stephen P. Robbins Mary Coulter (2007:), menjelaskan bahwa manajemen adalah proses mengoordinasikan aktivitasaktivitas kerja sehingga dapat selesai secara efektif efisien dengan melalui orang lain. Namun, tidaklah cukup sekedar efisien, manajemen juga memfokuskan pada efektivitas dalam menyelesaikan aktivitasaktivitas sehingga sasaran organisasi dapat tercapai. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk memahami konsep manajemen sumber daya manusia, terlebih dahulu harus mengerti arti manajemen sumber daya manusia. Sebagai suatu ilmu, konsep manajemen bersifat universal dengan menggunakan kerangka berpikir keilmuan mencakup kaidah-kaidah, prinsipprinsipnya. Kiggundu yang dikutip Faustino Cardoso Gomes (2003:4) memberikan pengertian berkaitan dengan manajemen sumber daya manusia (MSDM), yaitu Human resource management is the development and utilization of personnel for the effective achievement of individual, organizational, community, national, and international goals and objectives. (manajemen sumber daya manusia adalah pengembangan pemanfaatan personil (pegawai) bagi pencapaian yang efektif mengenai sasaran-sasaran tujuan-tujuan individu, organisasi, masyarakat, nasional, internasional) Oleh karena itu, manajemen sumber daya manusia ini tidak hanya sekedar ilmu melainkan juga menuntut bobot seni (art) yang sangat kental karenanya pula ilmu manajemen sumber daya manusia cepat berkembang. Hal ini dikatakan oleh Veithzal Rivai (2004:1), bahwa manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan salah satu big dari manajemn umum yang meliputi segi-segi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian. Transfer Pengetahuan (Transfer Knowledge) Berkembangnya organisasi (bisnis) bukan disebabkan banyaknya anak perusahaan diberbagai daerah (wilayah) tetapi dikarenakan sumber daya manusia (karyawan) yang dioptimalkan potensinya. Oleh karena itu, sumber manusia merupakan utama yang harus dibina bukan lagi menjadi pelengkap organisasi tetapi lebih dari itu sumber daya manusia sudah dapat dikatakan sebagai intangible asset yang sangat mendukung terpenting dalam suatu organisasi. Rangkoyo berpendapat, bahwa transfer knowledge dipergunakan untuk memperlancar pertumbuhan bisnis, meningkatkan efektivitas produktivitas, memperbesar pendapatan profit, yang mana semuanya berperan dalam kesinambungan (sustainable), kinerja (performance), inovasi (innovation). perusahaan/, diunduh pada Tanggal 3 Juli Segkan Steve Trautman, berpendapat bahwa knowledge transfer is the methodical replication of the expertise, wisdom, and tacit knowledge of critical professionals into
5 the heads and hands of their coworker. It is more than just on-the-job training. It is the planned movement of the right skills and information at the right time to keep a workforce prepared, productive, innovative, and competitive. ( diunduh Tanggal 4 Juli 2017 Kreatif Perubahan paradigma dari budaya agraris ke budaya industri yang ditandai dengan hadirnya industri atau ekonomi kreatif itu dipang sebagai fenomena peradaban manusia fase keempat. Pemerintah Republik Indonesia meluncurkan cetak biru ekonomi kreatif Indonesia. cetak biru ekonomi kreatif merupakan konsep ekonomi yang berorientasi pada kreativitas, budaya, warisan budaya, lingkungan. Cetak biru tersebut memberi acuan bagi tercapainya visi misi industri kreatif Indonesia sampai dengan Tahun Landasan utama industri kreatif adalah sumber daya manusia Indonesia yang dikembangkan sehingga mempunyai peran sentral dibandingkan dengan faktor produksi lainnya. (Mukhil Paeni, 200) kreatif di Indonesia memiliki kondisi yang berbeda dengan negara maju di Eropa Amerika. Di Eropa, industri kreatif muncul karena industri manufakturnya sudah mengalami penurunan sehingga mereka mencari alternatif industri yang baru segkan di Indonesia, berangkat dari potensi yang ada tetapi belum diangkat menjadi industri yang dapat mendorong perekonomian. kreatif adalah pemanfaatan cagan sumber daya yang bukan hanya terbarukan, bahkan tak terbatas, yaitu ide, gagasan, bakat atau talenta, kreativitas. (2014:99) Departemen Perdagangan RI (2009:5) memberikan batasan, bahwa industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan lapangan pekerjaan dengan menghasilkan memberdayakan daya kreasi daya cipta individu tersebut. segkan M.T. Simatupang (200:69), berpendapat bahwa industri kreatif adalah industri yang mengandalkan talenta, keterampilan, kreativitas yang merupakan elemen dasar setiap individu. Adapun lungkup kegiatan ekonomi kreatif menurut Departemen Perdagangan RI (200:4) adalah sebagai berikut: Tabel 3. Jenis-jenis Kreatif di Indonesia No Jenis Kreatif 1 Periklanan 2 Arsitektur 3 Pasar seni barang antik Keterangan berkaitan dengan kreasi produksi iklan, antara lain: riset pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak elektronik. berkaitan dengan cetak biru bangunan informasi produksi antara lain: arsitektur taman, perencanaan kota, perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, dokumentasi lelang, lain-lain. berkaitan dengan kreasi perdagangan, pekerjaan, produk antik
6 4 Kerajinan 5 Desain 6 Desain Fesyen 7 Video, Film Fotografi hiasan melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, & internet. berkaitan dengan kreasi distribusi produk kerajinan antara lain barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga, aksesoris, pandai emas, perak, kayu, kaca, porselin, kain, marmer, kapur, besi. terkait dengan kreasi desain grafis, interior, produk, industri, pengemasan, konsultasi identitas perusahaan. terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen. terkait dengan kreasi produksi Video, film, jasa fotografi, serta distribusi rekaman video, film. Termasuk didalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron, eksibisi film. berkaitan dengan kreasi, produksi, distribusi Permainan permainan komputer interaktif video yang bersifat hiburan, ketangkasan, edukasi 9 Musik Seni Pertunjukan Penerbitan percetakan Layanan komputer piranti lunak Televisi radio Riset pengembangan berkaitan dengan kreasi, produksi, distribusi, ritel rekaman suara, hak cipta rekaman, promosi musik, penulis lirik, pencipta lagu atau musik, pertunjukan musik, penyanyi, komposisi musik. berkaitan dengan usaha yang berkaitan dengan pengembangan konten, produksi pertunjukan, pertunjukan balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera, termasuk tur musik etnik, terkait dengan dengan penulisan konten penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, konten digital serta kegiatan kantor berita. terkait dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak piranti keras, serta desain portal. berkaitan dengan usaha kreasi, produksi pengemasan, penyiaran, transmisi televisi radio. terkati dengan usaha
7 inovatif yang menawarkan penemuan ilmu teknologi penerapan ilmu pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar. Sumber: Departemen Perdagangan RI. Gambar 1. Arti Penting Kreatif Sumber: Departemen Perdagangan RI Dari ruang lingkup ekonomi kreatif di atas, maka sebagian besar merupakan sektor yang tidak membutuhkan skala produksi dalam jumlah yang cukup besar. Tidak seperti industri manufaktur yang berorientasi pada kuantitas produk, industri kreatif lebih bertumpu pada kualitas sumber daya manusia (SDM). METODOLOGI PENELITIAN Pemilihan metode yang tepat sesuai dengan jenis akan menjadikan hasil penelitian lebih akurat dapat dipertanggungjawabkan. Peneliti harus dapat menggunakan metode penelitian yang sesuai dengan topik yang seg dikaji dengan memperhatikan kesesuaian antara tujuan, metode sumber daya yang tersedia. Untuk menerapkan metode ilmiah dalam praktek penelitian, maka diperlukan suatu desain penelitian. Berkaitan dengan metode penelitian, Sugiyono (2011:3) berpendapat bahwa metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan, yaitu: 1. Cara ilmiah, artinya kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, sistematis. a. Rasional, berarti kegiatan penelitian dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. b. Empiris, berarti cara-cara yang dilakukan dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati mengetahui cara-cara yang digunakan. c. Sistematis, artinya proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis. 2. Data yang diperoleh melalui penelitian itu adalah data empiris (teramati) yang mempunyai kriteria tertentu, yaitu valid, reliabel, objektif. 3. Tujuan, bahwa dari penelitian yang dilakukan ada sesuatu yag ingin dicapai sesuai dengan harapan rencana sebuah penelitian dilakukan. 4. Kegunaan, demikian juga dari hasil penelitian yang telah dilakukan harus jelas kegunaan manfaatnya, baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis. Berkaitan dengan uraian di atas, maka penulis dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Menurut Nazir (2003:54), metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi,
8 suatu INDUSTRI sistem pemikiran SUSU KARAMEL ataupun DESA suatu kelas peristiwa CISONDARI pada KEC. masa PASIRJAMBU sekarang. KAB. Adapun [CATEGORY lokasi penelitian BANDUNG adalah [CATEGORY sentra industri NAME] rumah tangga susu karamel NAME] Desa Cisondari Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung. [CATEGORY HASIL DAN PEMBAHASAN NAME] PENELITIAN [CATEGORY Berkaitan dengan pengembangan NAME] [CATEGORY industri kreatif, pemerintah mengeluarkan kebijakan NAME]/pe berupa Inpres Nomor 6 Tahun 2009 ngrajin Tanggal 5 Agustus 2009 Tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif. Arah kebijakan pemerintah berkaitan dengan industri kreatif adalah sebagai berikut: 1. Mendukung para wirausahawan kreatif yang membutuhkan kemudahan dalam memulai menjalankan usaha. 2. Menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat adil untuk menjamin setiap pelaku usaha di big ekonomi kreatif memiliki akses pasar yang sama. 3. Mendorong penciptaan produk kreatif yang mengintegrasikan budaya lokal kecenderungan pasar yang diminati oleh pasar dalam luar negeri. 4. Memberikan prioritas bantuan fasilitasi pembiayaan industri di big ekonomi kreatif yang sudah layak/mandiri tetapi belum bankable dengan skema pembiayaan yang sesuai. Dalam upaya memajukan industri kreatif di Desa Cisondari khususnya dalam upaya pengembangan industri rumah tangga susu karamel, maka Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian Perdagangan Kabupaten Bandung sebagai instansi terkait mempunyai tugas melakukan pembinaan terhadap pengrajin susu karamel Cisondari. Untuk mengetahui upaya pengembangan industri kreatif di Desa Cisondari, maka peneliti membutuhkan data jumlah pengrajin susu karamel. Dari hasil penelitian yang dilakukan secara empiris diketahui, bahwa jumlah pengrajin berjumlah 10 orang pengrajin. Hal ini tentunya sangat ironis mengingat potensi peternak susu di Desa Cisondari sangat banyak. Dari pelaku industri tersebut peneliti kemudian mengambil beberapa pelaku industri untuk dilakukan wawancara serta diobservasi. Dari hasil penelitian, maka diperoleh data bahwa produksi susu karamel sebagai industri rumah tangga di Desa Cisondari berdampak pada meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat setempat disamping dapat membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar khususnya ibu rumah tangga untuk mendapat penghasilan tambahan. Berikut data dari hasil penelitian: Gambar 2. Hasil Penelitian, data diolah Dari data di atas, maka dapat diketahui bahwa industri susu karamel memiliki prospek yang cukup menjanjikan dapat
9 memberikan tambahan pendapatan bagi masyarakat sekitar. Dengan aya transfer pengetahuan (transfer knowledge) secara berkesinambungan yang dilakukan oleh pengrajin sendiri kepada masyarakat maupun pembinaan berupa penyuluhan dari pemerintah daerah, maka selain meningkatkan taraf hidup masyarakat Disondari juga sebagai wisata kuliner baru untuk Kabupaten Bandung. Beberapa faktor penunjang penghambat yang dialami para pengrajin susu karamel dapat disampaikan sebagai berikut: 1. Faktor Penunjang, diantaranya: a. Banyaknya peternak sapi perah di Desa Cisondari. b. Pembayaran susu segar memiliki jangka waktu 15 hari setelah pengambilan. c. Desa Cisondari berada di wilayah pariwisata yang ada di Kabupaten Bandung khususnya di Kecamatan Pasirjambu. 2. Faktor Penghambat, diantaranya: a. Kurangnya modal usaha. b. Bahan baku penunjang, seperti kertas, plastik pembungkus, dus masih dibeli secara tunai. c. Peralatan masih bersifat sederhana. d. Pemasaran masih terbatas untuk wilayah Jawa Barat hanya sebagian kecil keluar Jawa Barat sebagai oleh-oleh. e. Pembinaan dari pemerintah daerah belum optimal. f. Sarana prasarana belum optimal. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka peran transfer pengetahuan (transfer knowledge) sangat khususnya bagi industri kreatif berupa produksi susu karamel yang ada di Desa Cisondari Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar dikarenakan tingkat pendidikan formal yang terbatas. Hal ini tentunya harus mendapat perhatian yang serius dari Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung terutama Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian Perdagangan untuk melakukan pembinaan memberikan solusi untuk pengembangan susu karamel Cisondari agar bisa sejajar dengan susu karamel yang diproduksi di Pangalengan Kabupaten Bandung. Faktor pendukung sangat menentukan kemajuan industri rumah tangga di Desa Cisondari segkan faktor penghambat perlu dicarikan jalan pemecahannya terutama dalam hal pemasaran pemenuhan bahan baku penunjang. Selain itu prasarana jalan menuju Desa Cisondari pun perlu ditingkatkan kualitasnya. REFERENSI Departemen Perdagangan RI Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia Jakarta. Departemen Perdagangan. Departemen Perdagangan RI Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025:Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia Jakarta. Departemen Perdagangan. Gomes, Faustino Cardoso Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta. Andi.
10 Nazir, Moh Metode Penelitian. cetakan kelima. Jakarta. Ghalia Indonesia. Paeni, Mukhlis. Tradisi Lisan Deposit Ekonomi Kreatif. Makalah pada Seminar Internasional Festival Tradisi Lisan di Wakatobi Sulawesi Tenggara. 1-3 Desember 20. Rivai, Veithzal Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke Praktek. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Robbins, Stephen P Mary Coulter Manajemen. edisi jilid 1. Jakarta. Indeks. Rosmadi, Maskarto Lucky Nara Kreatif Dalam Menghadapi Pasar Bebas Asean Tahun Jurnal Wawasan Hukum. volume 30 Nomor 1. Bandung. Sekolah Tinggi Hukum Bandung. Simatupang, M.T Kreatif Untuk Kesejahteraan Bangsa. Inkubator Bisnis. Bandung. Institut Teknologi Bandung. Sugiyono Statistika Untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta. Suryana Ekonomi Kreatif Ekonomi Baru: Mengubah Ide Menciptakan Peluang, Jakarta. Salemba Empat. ( er-jumlah-pengangguran-sarjanameningkat, diunduh pada Tanggal 23 Juni 2017). ( onomi-berbasis-kreativitas.1659.html, diunduh pada Tanggal 24 Juni 2017) Rangkoyo, perusahaan/, diunduh pada Tanggal 3 Juli Trautman, Steve, ( diunduh Tanggal 4 Juli 2017
PERAN TRANSFER KNOWLEDGE DALAM MENGEMBANGKAN INDUSTRI KREATIF
PERAN TRANSFER KNOWLEDGE DALAM MENGEMBANGKAN INDUSTRI KREATIF Zaenudin Tachyan, Maskarto Lucky Nara Rosmadi STIE Kridatama Bandung Jl. Terusan Borobudur No. 1-4 (depan TVRI) Cibaduyut Bandung E-mail: tachyanzaenudin@yahoo.com,
Lebih terperinciDr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Pertemuan 12: Industri kreatif
Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Industri Kreatif dapat diartikan sebagai kumpulan aktivitas ekonomi yang terkait dengan penciptaan atau penggunaan pengetahuan dan informasi. Industri kreatif juga
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Ekonomi kreatif yang digerakkan oleh industri kreatif, didefinisikan sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan
Lebih terperinci1.1 LATAR BELAKANG. Periklanan. Arsitektur BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Sebagai salah satu kota besar di Indonesia, Medan memiliki penduduk yang berjumlah 1.993.602 dengan kepadatan penduduk 7.520 / km² yang bersifat heterogen. Kota Medan
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi kreatif merupakan pengembangan konsep berdasarkan modal kreatifitas yang dapat berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Menurut Presiden Susilo Bambang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (creative economy).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia telah mengalami krisis ekonomi yang menyebabkan jatuhnya perekonomian nasional. Banyak usaha-usaha skala besar pada berbagai sektor termasuk industri, perdagangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan banyaknya kebutuhan yang diinginkan oleh masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak terjadinya suatu kelangkaan
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG
1 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN PENUNJANG PARIWISATA BERBASIS EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciINDUSTRI KREATIF DALAM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN TAHUN 2015
INDUSTRI KREATIF DALAM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN TAHUN 2015 Maskarto Lucky Nara Rosmadi Dosen Luar Biasa pada STIE Pasundan Bandung E-mail : lawfstudy@gmail.com Abstract Creativity is a main capital
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini menginstruksikan: Kepada : 1. Menteri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era modern sekarang ini, industri memiliki peran yang besar dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Khususnya di Indonesia yang sering di bahas oleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan menjadikan segala sektor di Indonesia mengalami persaingan yang lebih ketat terutama sektor industri.
Lebih terperincimutualisme begitupun dengan para pelaku industri marmer dan onix di Tulungagung, Jawa Timur. Tentunya dalam menghadapi persaingan dengan perusahaan
DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 : Daftar UKM dari Disperindag... 96 LAMPIRAN 2 : Data produksi 5 UKM meubel... 97 LAMPIRAN 3 : Kuesioner Industri dan Dinas... 99 LAMPIRAN 4: Output hasil simulasi 4 skenario...
Lebih terperinciPEREKONOMIAN INDONESIA
PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi kerakyatan, sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 33 UUD 1945, adalah sebuah sistem perekonomian yang ditujukan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam bidang ekonomi. Sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab 1 berisikan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang diangkatnya penelitian ini, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah serta sistematika dalam penulisan laporan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Wakil Ketua DPRD Kota Yogyakarta, M. Ali Fahmi, SE, MM yang dikutip dalam artikel koran Kedaulatan Rakyat 24 Agustus 2015, selain Yogyakarta mendapat predikat
Lebih terperinci2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP PENDAPATAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia senantiasa melakukan pembangunan di segala bidang, termasuk pembangunan di bidang ekonomi adalah sektor perindustrian. Dalam era globalisasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keempat, yaitu industri ekonomi kreatif (creative economic industry). Di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini dunia telah memasuki era industri pada gelombang keempat, yaitu industri ekonomi kreatif (creative economic industry). Di negara-negara maju sendiri mereka
Lebih terperinciIndustri Kreatif Jawa Barat
Industri Kreatif Jawa Barat Dr. Togar M. Simatupang Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB Masukan Kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat 2007 Daftar Isi Pengantar Industri Kreatif Asal-usul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kreativitas.industri kreatif tidak hanya menciptakan transaksi ekonomi, tetapi juga transaksi sosial budaya antar negara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini tengah memasuki evolusi baru dalam perekonomiannya, yaitu evolusi ekonomi kreatif, pertumbuhan ekonomi kreatif ini membuka wacana baru bagi
Lebih terperinciBAB 2 KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
BAB 2 KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan oleh penulis pada bab 1, maka berikut adalah teori-teori yang digunakan dalam melandasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak didunia. Dan juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak didunia. Dan juga sebagai penghasil sumber daya alam yang melimpah, terutama di sektor pertanian dan perkebunan,
Lebih terperinciminimal 1 (satu) kali, sedangkan pada tahun 2013 tidak dilaksanakan pameran/ekspo.
minimal 1 (satu) kali, sedangkan pada tahun 2013 tidak dilaksanakan pameran/ekspo. Perpustakaan Jumlah kunjungan ke perpustakaan selama 1 tahun di Kota Bandung dibandingkan dengan jumlah orang yang harus
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan global dalam transformasi ekonomi, baik secara regional maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu dari era pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang pertumbuhan perekonomian mengalir dalam era ilmu pengetahuan dan ide yang menjadi motor dalam perkembangan ekonomi. Era tersebut pada saat ini dikatakan
Lebih terperinciPENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF
PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF Dr. Sabartua Tampubolon (sabartua.tampubolon@bekraf.go.id, sabartuatb@gmail.com) Direktur Harmonisasi Regulasi dan Standardisasi Badan Ekonomi
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG EKONOMI KREATIF
DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ----------- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG EKONOMI KREATIF Jakarta, 2015 DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA -----------
Lebih terperinciBUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF KABUPATEN BELITUNG DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Tingginya tingkat pengangguran di Indonesia sampai saat ini adalah salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tingginya tingkat pengangguran di Indonesia sampai saat ini adalah salah satu permasalahan yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi semua pihak. Hal ini disebabkan karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Ekonomi Kreatif
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi Kreatif Ekonomi kreatif merupakan gelombang ekonomi baru yang lahir ada awal abad ke-21. Gelombang ekonomi baru ini mengutamakan intelektual sebagai kekayaan
Lebih terperinciBAB PENDAHULUAN. Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri
BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri internal manusia yang berkaitan dengan aspek orisinalitas, imajinasi, aspirasi, kecerdasan,
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kreatif adalah industri yang bermuara pada intelektualitas, ide, dan gagasan orisinil yang kemudian di realisasikan berdasarkan pemikiran insan kreatif yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dengan cara menghasilkan dan memberdayakan kemampuan berkreasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri Kreatif adalah industri yang memanfaatkan kreatifitas, keterampilan dan bakat individu demi menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan dengan
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN dan SARAN
BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN 6.1 Kesimpulan A. Dari hasil Analisa Input Output 1. Dari analisa input output yang dilakukan, maka nilai Industri Kreatif di DKI Jakarta pada Tahun 2007 memberikan kontribusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan industri baik dari segi manufaktur maupun jasa. Salah satu strategi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan zaman saat ini yang ada di Indonesia telah banyak sekali pertumbuhan industri baik dari segi manufaktur maupun jasa. Salah satu strategi pengembangan industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, sektor ekonomi Indonesia mengalami perubahan. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor pertanian. Namun seiring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri Kecil Menengah (IKM). Sektor industri di Indonesia merupakan sektor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia dapat ditunjang oleh beberapa faktor salah satunya peningkatan tenaga kerja melalui sektor ketenagakerjaan yang meliputi Industri Kecil Menengah
Lebih terperinciPEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR KESEJAHTERAAN RAKYAT URUSAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. No Jenis/Series Arsip Retensi Keterangan
LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR KESEJAHTERAAN RAKYAT URUSAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR
Lebih terperinciGUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DAERAH PROVINSI RIAU
GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DAERAH PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO EKONOMI KREATIF KOTA DEPOK 2014
9399001.3276 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO EKONOMI KREATIF KOTA DEPOK 2014 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO EKONOMI KREATIF KOTA DEPOK TAHUN 2014 No. Publikasi / Publication Number : 3276.0702 No. Katalog
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif atau industri kreatif. Perkembangan industri kreatif menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1990-an, dimulailah era baru ekonomi dunia yang mengintensifkan informasi dan kreativitas, era tersebut populer dengan sebutan ekonomi kreatif atau industri
Lebih terperinciPengembangan Ekonomi Kreatif dan Pemberdayaan Pemuda Indonesia Ahmad Buchori Kepala Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan
Pengembangan Ekonomi Kreatif dan Pemberdayaan Pemuda Indonesia Ahmad Buchori Kepala Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan Bogor, 29 Desember 2015 1 Agenda 1. Potensi dan Tantangan Kondisi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tahun masehi, berkembang melalui penemuan mesin-mesin
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah ekonomi di dunia tergambar sejak revolusi industri di Inggris antara tahun 1750-1850 masehi, berkembang melalui penemuan mesin-mesin industri yang mampu menciptakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran Era Pertanian ke Era Industrialisasi dan semakin majunya Era komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari seluruh pola pikir dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena setiap negara menginginkan proses perubahan perekonomian yang lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi negara merupakan suatu hal yang sangat penting karena setiap negara menginginkan proses perubahan perekonomian yang lebih baik untuk dicapai sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri kreatif saat ini sangat berkembang pesat dan dapat memberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kreatif saat ini sangat berkembang pesat dan dapat memberikan kontribusi penting bagi perekonomian negara. Industri kreatif global diperkirakan tumbuh 5% per
Lebih terperinciStrategi Pemasaran Produk Industri Kreatif Oleh Popy Rufaidah, SE., MBA., Ph.D 1
Strategi Produk Industri Kreatif Oleh Popy Rufaidah, SE., MBA., Ph.D 1 Hasil kajian Tim Inisiasi ( taskforce) Ekonomi Kreatif Propinsi Jawa Barat 2011, bersama Bappeda Jawa Barat, dimana penulis terlibat
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG
ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peradaban ekonomi dunia terbagi dalam tiga gelombang. Gelombang pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi industri. Ketiga adalah
Lebih terperinciLANDASAN AKTIVITAS PEMIMPIN BISNIS
LANDASAN AKTIVITAS PEMIMPIN BISNIS KEBUTUHAN AKAN INOVASI DAN KREATIVITAS Pengenalan barang dan jasa baru Metode produksi baru Sumber bahan mentah baru Pasar-pasar baru Organisasi industri baru Kreativitas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam rencana pengembangan industri kreatif Indonesia tahun 2025 yang dirumuskan oleh Departemen Perdagangan RI dijelaskan adanya evaluasi ekonomi kreatif. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini menjadi fokus utama yang sangat ramai dibicarakan masyarakat karena dengan mengembangkan sektor pariwisata maka pengaruh pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga bisa mengurangi tingkat pengangguran. Selain UMKM ada juga Industri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam perekonomian Indonesia Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain itu kelompok ini terbukti tahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal dengan negara yang memiliki keanekaragaman seni dan budaya. Hal ini yang menjadi salah satu daya tarik wisata di Indonesia. Salah satu daerah di Indonesia
Lebih terperinciIV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM
10. URUSAN KOPERASI DAN UKM Pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan langkah yang strategis dalam meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan perekonomian dari sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai industri gelombang ke-4 setelah pertanian, industri dan teknologi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kreatif sering dikemukakan oleh berbagai pakar ekonomi sebagai industri gelombang ke-4 setelah pertanian, industri dan teknologi informasi. Walaupun masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi luar negeri. Apalagi bila negara tersebut semakin terbuka, keterbukaan
Lebih terperinciINDUSTRI KREATIF: MOTOR PENGGERAK UMKM MENGHADAPI MASAYARAKAT EKONOMI ASEAN. Vita Kartika Sari 1 ABSTRAK
INDUSTRI KREATIF: MOTOR PENGGERAK UMKM MENGHADAPI MASAYARAKAT EKONOMI ASEAN Vita Kartika Sari Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS Surakarta E-mail: kartikavirgo@gmail.com
Lebih terperinciBAB 1 LATAR BELAKANG
BAB 1 LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Pemilihan Usaha Definisi Ekonomi Kreatif menurut Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia adalah penciptaan nilai tambah yang berbasis ide yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan Institut Teknologi Bandung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan Institut Teknologi Bandung Gambar 1.1 Logo Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK)
Lebih terperinciBAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA
BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan
Lebih terperinciBUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, terdapat satu hal yang belakangan ini sering didengungkan, baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi ini tengah maraknya permasalahan yang melanda bangsa Indonesia, terdapat satu hal yang belakangan ini sering didengungkan, baik dikalangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga miskin dan kemiskinan pada umumnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga miskin dan kemiskinan pada umumnya masih menjadi masalah sosial yang harus dihadapi oleh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Semakin sulitnya keadaan perekonomian dunia saat ini yang diakibatkan krisis
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin sulitnya keadaan perekonomian dunia saat ini yang diakibatkan krisis perekonomian global yang dampaknya dirasakan oleh seluruh dunia saat ini. Tidak ada satu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kreatif dapat dibilang merupakan salah satu industri paling menjanjikan dan diminati para pebisnis di era global saat ini terutama di negeri kita tercinta
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KREATIF SEBAGAI PENGGERAK INDOSTRI PARIWISATA
PERTUMBUHAN EKONOMI KREATIF SEBAGAI PENGGERAK INDOSTRI PARIWISATA Sumarno Dwi Saputra Fakultas Ekonomi UNISRI Surakarta ABSTRAK Modal utama dalam menghadapi era globalisasi adalah keatifitas. Untuk membentuk
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG
TAHUN 2017 PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG Presentation by : Drs. BUDIHARTO HN. DASAR HUKUM KEPARIWISATAAN Berbagai macam kegiatan yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang
Lebih terperinciKetua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI
PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan
Lebih terperinci2015 ANALISIS POTENSI EKONOMI KREATIF BERBASIS EKOWISATA DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wisata bahari merupakan salah satu jenis wisata andalan yang dimiliki oleh Indonesia, karena Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi ekonomi inovatif mulai bermunculan seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat di Indonesia. Potensi ini memberikan dampak pada perkembangan ekonomi di Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari bisnis itu sendiri. Menurut Peter Drucker (1954) 2 fungsi dalam bisnis itu adalah marketing dan
Lebih terperinci10. URUSAN KOPERASI DAN UKM
10. URUSAN KOPERASI DAN UKM Perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Hal ini ditunjukkan oleh keberadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ancaman bagi para pelaku usaha agar dapat memenangkan persaingan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia bisnis yang tumbuh dengan pesat menjadi tantangan maupun ancaman bagi para pelaku usaha agar dapat memenangkan persaingan dan mempertahankan kelangsungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengarahkan pendapatan secara merata. Pembangunan dewasa ini tidak bisa lepas
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja dan mengarahkan pendapatan secara
Lebih terperinciPERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI Rahma Iryanti Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN jiwa (Central Intelligence Agency (CIA),2017). Indonesia merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang di Asia Tenggara. Negara dengan jumlah penduduk ke empat terbesar di dunia yaitu dengan 258.316.051 jiwa (Central Intelligence
Lebih terperinciPERAN PERGURUAN TINGGI DALAM TRIPLE HELIX SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF. Dewi Eka Murniati Jurusan PTBB FT UNY ABSTRAK
PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM TRIPLE HELIX SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF Dewi Eka Murniati Jurusan PTBB FT UNY ABSTRAK Industri kreatif telah membuktikan proporsi kontribusinya yang signifikan
Lebih terperinci2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara R
No.1015, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BEKRAF. Pemasaran Produk Ekonomi Kreatif Nasional. PERATURAN KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PEMASARAN PRODUK EKONOMI KREATIF NASIONAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan bisnis di era globalisasi ini mendorong banyak individu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis di era globalisasi ini mendorong banyak individu untuk menggunakan kekreatifitasannya untuk menjadi lebih unggul dibandingkan para pesaing. John Howkins
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Pada awalnya seperti diketahui, kegiatan perekonomian hanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian semakin cepat seiring dengan munculnya potensi ekonomi baru yang mampu menopang kehidupan perekonomian masyarakat dunia. Pada awalnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia menyadari bahwa ekonomi kreatif memiliki peran penting
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia menyadari bahwa ekonomi kreatif memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian suatu negara. Hal ini akan menjawab tantangan permasalahan mendasar
Lebih terperinciLatar Belakang. Furnitur kayu Furnitur rotan dan bambu 220 Furnitur plastik 17 Furnitur logam 122 Furnitur lainnya 82 Sumber: Kemenperin 2012
Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumberdaya alam. Hutan merupakan salah satu kekayaan negara yang tak ternilai harganya dan dari hutan banyak dihasilkan hasil hutan kayu dan hasil
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR Latar Belakang. di Indonesia, pemerintah membuat kebijakan salah satunya
BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di Indonesia, pemerintah membuat kebijakan salah satunya dengan cara mengedepankan sektor industri.
Lebih terperinci4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah
4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah Mencermati isu-isu strategis diatas maka strategi dan kebijakan pembangunan Tahun 2014 per masing-masing isu strategis adalah sebagaimana tersebut pada Tabel
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyelesaikan masalah kesenjangan sosial ekonomi dimasyarakat. Sektor
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang berupaya dalam menyelesaikan masalah kesenjangan sosial ekonomi dimasyarakat. Sektor pendapatan terbesar negara ini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian di Indonesia tidak sekedar terfokus pada peran pemerintah, banyak sektor yang mempunyai peran dalam kemajuan perekonomian di Indonesia. Proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri Mikro dan Kecil (IMK) merupakan salah satu komponen yang mempunyai sumbangan cukup besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan pemerataan pendapatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Pada BAB I ini akan dijelaskan secara umum mengenai bagaimana latar belakang pemilihan judul proyek, rumusan masalah yang mempengaruhi bagaimana desain proyek nantinya, tujuan proyek,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia terlahir dengan karunia berupa kecerdasan. Kecerdasan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia terlahir dengan karunia berupa kecerdasan. Kecerdasan tersebut terdapat pada sistem syaraf yang ada pada diri manusia yaitu otak. Otak tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari peran para pengusaha (entrepreneur) baik besar, menengah maupun kecil.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tumbuh dan berkembangnya perekonomian di suatu negara tidak terlepas dari peran para pengusaha (entrepreneur) baik besar, menengah maupun kecil. Wirausaha berperan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor UMKM adalah salah satu jalan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia adalah salah satu sektor yang memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor industri. Tidak hanya mengandalkan bidang industri sebagai sumber ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di Indonesia, pemerintah membuat kebijakan salah satunya dengan cara mengedepankan sektor industri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari peranan pemerintah, lembaga lembaga di sektor keuangan, dan para pelaku usaha. Percepatan pembangunan
Lebih terperinciwbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 wbab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang di kawasan Asia Tenggara yang terus berupaya untuk mencapai pembangunan ekonomi ke arah yang lebih baik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Dalam perubahan zaman yang begitu cepat ini, setiap instansi/perusahaan otomatis harus siap untuk menghadapinya, karena kalau tidak siap perusahaan
Lebih terperinci