PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO EKONOMI KREATIF KOTA DEPOK 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO EKONOMI KREATIF KOTA DEPOK 2014"

Transkripsi

1

2 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO EKONOMI KREATIF KOTA DEPOK 2014

3 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO EKONOMI KREATIF KOTA DEPOK TAHUN 2014 No. Publikasi / Publication Number : No. Katalog / Catalog Number : Ukuran Buku / Book Size Jumlah Halaman / Total Size : 28 Cm x 21,5 Cm : 30 Halaman / page Naskah / Manuscrift: Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Gambar Kulit dan Setting / Cover Design and Setting : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Diterbitkan Oleh / Published By: BPS Kota Depok Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya May be cited with reference to the sources

4 Kata Sambutan Assalamu'alaikum Wr. Wb. Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia- Nya, buku Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif Kota Depok Tahun 2014 dapat diterbitkan. Buku Produk Domestik Regional Bruto Ekonomi Kreatif Tahun 2014 diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman dalam menentukan arah dan kebijakan pembangunan ekonomi kreatif di Kota Depok, mengingat bahwa Kota Depok memiliki keterbatasan sumberdaya alam sehingga pembangunan ekonomi daerah sudah seharusnya bertumpu pada kreatifitas sumber daya manusianya. Buku ini juga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan berbagai pihak, baik masyarakat maupun institusi pemerintah dan swasta. Kepada Badan Pusat Statistik Kota Depok yang sudah banyak membantu dalam penyusunan buku ini disampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih, juga kepada semua pihak yang telah berperan dalam penerbitan Buku Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif Tahun 2014 disampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya. Wassalamu'alaikum Wr. Wb. Depok, Desember 2014 Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Depok, drg. H. HARDIONO, Sp,BM Pembina Utama Muda / IV c NIP i

5 Kata Pengantar Assalamu'alaikum Wr. Wb. Dengan mengucapkan puji dan syukur ke Hadirat Allah SWT, Publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif Kota Depok Tahun 2014 dapat diterbitkan. Publikasi PDRB Ekonomi Kreatif disajikan menurut lima belas sektor Ekonomi Kreatif diharapkan dapat memberi gambaran secara makro hasil pembangunan Ekonomi Kreatif Ekonomi Kreatif. di Kota Depok khususnya untuk mengetahui tingkat struktur Kami sadari publikasi ini masih belum sempurna, kekurangan dan kesalahan mungkin saja terjadi. Untuk perbaikan yang akan datang kritik dan saran sangat kami nantikan. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu hingga publikasi ini dapat diterbitkan. Semoga publikasi ini dapat bermanfaat untuk keperluan penelitian, evaluasi dan perencanaan di wilayah Kota Depok. Wassalamu'alaikum Wr. Wb. Depok, Desember 2014 Badan Pusat Statistik Kota Depok K e p a l a, Tata Djumantara, SE Pembina Tingkat I NIP ii

6 Daftar Isi Kata Sambutan... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud dan Tujuan Kegiatan Ekonomi Konsep dan Definisi... 3 BAB II METODOLOGI Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Ekonomi Kreatif Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Metode Penghitungan PDRB Ekonomi Kreatif Penyajian Angka Indeks Cara Penyajian BAB III URAIAN SEKTORAL EKONOMI KREATIF Sektor Periklanan Sektor Arsitektur Sektor Pasar dan Barang Seni Sektor Kerajinan Sektor Desain Sektor Fesyen Sektor Film, Video, Fotografi Sektor Permainan Interaktif Sektor Musik Seni Pertunjukkan Penerbitan dan Percetakan iii

7 3.12. Layanan Komputer dan Piranti Lunak Televisi dan Radio Riset dan Pengembangan Kuliner BAB IV STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN EKONOMI KREATIF KOTA DEPOK TAHUN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif Pertumbuhan Ekonomi Kreatif Struktur Ekonomi Kreatif Tenaga Kerja Sektor Ekonomi Kreatif iv

8 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekonomi kreatif di berbagai negara di dunia saat ini diyakini dapat memberikan kontribusi bagi perekonomian bangsanya secara signifikan. Banyak studi telah dilakukan untuk melihat perkembangan serta kiprah ekonomi kreatif dalam perekonomian di dunia. Indonesia pun mulai melihat bahwa ekonomi kreatif ini merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan, karena jika dilihat dari sumber daya yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia, kreativitas masyarakat Indonesia dapat disejajarkan dengan bangsa bangsa lainnya di dunia. Hal ini terbukti dengan banyak sekali karya anak bangsa yang diakui oleh komunitas internasional. Pada tahun 2007 Indonesia tercatat menempati peringkat ke 43 di Economic Creativity Index Ranking yang dipublikasikan oleh World Economic Forum. Ekonomi kreatif merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan mengingat sektor ini memiliki sumber daya yang sifatnya tidak terbatas, yaitu berbasis pada intelektualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki. Tentunya karakteristik sektor ini sangatlah berbeda dengan karakteristik sektor lain yang sarat akan kebutuhan Sumber Daya Alam (SDA) sebagai bahan dasar pokok dalam proses produksinya, sehingga membutuhkan perlakuan/kebijakan yang berbeda dari sektor ekonomi lainnya. Hingga tahun 2011 ini, Kementerian Perdagangan RI telah mencatat 14 cakupan kelompok ekonomi kreatif secara nasional, yaitu meliputi: (1) Periklanan; (2) Arsitektur; (3) Pasar dan Barang Seni; (4) Kerajinan; (5) Desain; (6) Mode (fesyen); (7) Film, Video, Fotografi; (8) Permainan Interaktif; (9) Musik; (10) Seni Pertunjukan; (11) Penerbitan & Percetakan; (12) Layanan Komputer dan Piranti Lunak; (13) Televisi dan Radio; dan (14) Riset & Pengembangan. Sedangkan khusus daerah Jawa Barat ditambahkan sektor (15) kuliner. Untuk mengembangkan ekonomi kreatif ini diperlukan kolaborasi aktif dari cendekiawan (intelektual), bisnis, dan pemerintah. Tanpa adanya kolaborasi ketiga 1

9 elemen ini, maka dikhawatirkan bahwa pengembangan ekonomi kreatif tidak berjalan selaras, efisien, dan saling tumpang tindih. Hal ini karena setiap elemen memiliki peran yang signifikan, namun juga memerlukan kontribusi dari elemen lainnya Maksud dan Tujuan Kota Depok pada beberapa tahun belakangan ini sedang berusaha untuk membangun Ekonomi Kreatif di wilayahnya. Keseriusan ini tidak hanya ditunjukkan oleh elemen Pemerintah Kota Depok saja, namun juga oleh para elemen ilmuwan dan bisnis/pengusaha. Pada tahun 2010 telah dilakukan penelitian untuk menentukan Prioritas Kebijakan Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kota Depok, sehingga sejak tahun 2011 Pemerintah Kota Depok telah dapat membuat kebijakan kebijakan yang mendukung pengembangan ekonomi kreatif di Kota Depok berdasarkan hasil penelitian sebelumnya. Tentunya untuk menghasilkan kebijakan kebijakan yang baik dan bermanfaat maksimal tentang Ekonomi kreatif, Pemerintah Kota Depok memerlukan dukungan berbagai macam data statistik. Salah satu data terpenting yang diperlukan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif. Melalui penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif ini dapat diketahui besarnya peran masing masing sektor dalam ekonomi kreatif dalam roda perekonomian Kota Depok, sehingga dapat ditentukan skala prioritas pengembangan ekonomi kreatif di Kota Depok Kegiatan Ekonomi Siklus kegiatan ekonomi sebagai prinsip dasar ekonomi makro merupakan interaksi antara produsen dan konsumen melalui berbagai transaksi yang terjadi, baik mengenai arus barang dan jasa maupun faktor faktor produksi yang beroperasi dalam kegiatan ekonomi tersebut. Kelompok produsen menggunakan faktor produksi yang dimiliki oleh konsumen untuk menghasilkan barang dan jasa. Faktor produksi yang dimiliki oleh konsumen adalah: Tenaga kerja, Tanah, Modal dan 2

10 Kewiraswastaan. Balas jasa faktor produksi adalah : Upah/gaji, Sewa tanah, Bunga modal dan Keuntungan. Sewa tanah, bunga modal dan keuntungan untuk selanjutnya dikatakan Surplus Usaha (dalam prakteknya sulit dipisahkan). Jumlah dari balas jasa atas keempat faktor produksi tersebut dikatakan nilai tambah (value added). Siklus kegiatan ekonomi ini secara sederhana digambarkan sebagai berikut : Secara umum kegiatan ekonomi di atas diuraikan dalam format Neraca Produksi suatu usaha sebagai berikut: Pendapatan/Penerimaan 1. Output antara 2. Konsumsi akhir 3. Investasi (Pembentukan barang modal dan perubahan stok) 4. Ekspor barang dan jasa *) Sewa tanah + Bunga modal + Keuntungan **) Pajak tak langsung Subsidi Pengeluaran/Pembayaran 5. Input antara 6. Impor barang dan jasa 7. Upah/gaji 8. Surplus usaha *) 9. Penyusutan 10. Pajak tak langsung netto **) 1.4. Konsep dan Definisi Beberapa penjelasan mengenai pengertian PDRB Ekonomi Kreatif, PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku, PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga konstan, dan lainnya diuraikan di bawah ini Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif PDRB Ekonomi Kreatif dapat diartikan ke dalam 3 pengertian yaitu : a. Pendekatan Produksi (Production approach) PDRB Ekonomi Kreatif adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi Ekonomi Kreatif dalam suatu wilayah/region pada suatu jangka waktu tertentu, biasanya setahun. Formulasi penghitungan nilai tambah bruto pendekatan produksi sebagai berikut : NTB Ekonomi Kreatif = Nilai Produksi (NP) Ekonomi Kreatif Biaya Antara (BA) Ekonomi Kreatif b. Pendekatan Pendapatan (Income approach) 3

11 PDRB Ekonomi Kreatif adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor faktor produksi yang ikut didalam proses produksi Ekonomi Kreatif di suatu wilayah/region pada jangka waktu tertentu (setahun). Balas jasa faktor produksi tersebut adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan. Dalam pengertian PDRB termasuk pula penyusutan barang modal dan pajak tidak langsung netto (Pajak tak langsung subsidi). Jumlah semua komponen pendapatan per sektor disebut sebagai nilai tambah bruto sektoral. PDRB Ekonomi Kreatif merupakan jumlah dari nilai tambah bruto seluruh sektor Ekonomi Kreatif. NTB Ekonomi Kreatif = Upah/gaji + Surplus usaha + Penyusutan + Pajak tak langsung netto c. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure approach) PDRB Ekonomi Kreatif adalah jumlah semua pengeluaran untuk konsumsi Ekonomi Kreatif yang dilakukan oleh rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung (lembaga nirlaba), konsumsi pemerintah untuk Ekonomi Kreatif, pembentukan modal tetap domestik bruto Ekonomi Kreatif, perubahan stok Ekonomi Kreatif, eksport netto Ekonomi Kreatif di suatu wilayah/region. Eksport netto disini adalah eksport dikurangi import. NTB Ekonomi Kreatif = Konsumsi akhir untuk Ekonomi Kreatif (rumah tangga, pemerintah dan lembaga nirlaba) + Pembentukan modal tetap bruto Ekonomi Kreatif + Perubahan stok Ekonomi Kreatif + ekspor netto Ekonomi Kreatif PDRB Ekonomi Kreatif Atas Dasar Harga Berlaku PDRB Ekonomi Kreatif yang dinilai berdasarkan harga pada tahun berjalan, baik pada saat menilai produksi, biaya antara maupun komponen nilai tambah PDRB Ekonomi Kreatif Atas Dasar Harga Konstan PDRB Ekonomi Kreatif yang dinilai berdasarkan harga pada tahun tertentu atau tahun dasar, baik pada saat menilai produksi, biaya antara maupun komponen nilai tambah. 4

12 Indeks Harga Implisit PDRB Ekonomi Kreatif Perbandingan PDRB Industri Kreatif atas dasar harga berlaku dengan PDRB Industri Kreatif atas dasar harga konstan Laju Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif Besarnya persentase kenaikan PDRB pada tahun berjalan terhadap PDRB pada tahun sebelumnya. Laju Pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan biasanya disebut Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE). 5

13 BAB II METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Ekonomi Kreatif Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasikan oleh seluruh unit produksi Ekonomi Kreatif di dalam suatu wilayah atau daerah pada suatu periode tertentu, biasanya satu tahun, tanpa memperhitungkan kepemilikan Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Pendekatan penyusunan PDRB atas dasar harga berlaku dapat dihitung melalui dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Yang dimaksud metode langsung adalah metode penghitungan dengan menggunakan data yang bersumber dari data dasar masing masing daerah. Metode langsung tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan 3 macam pendekatan yaitu: pendekatan produksi (Production Approach), pendekatan pendapatan (Income Approach), dan pendekatan pengeluaran (Expenditure Approach). Metode tidak langsung adalah metode penghitungan dengan cara alokasi yaitu mengalokir PDRB dengan memakai berbagai macam indikator produksi atau indikator lainnya yang cocok sebagai alokator Pendekatan Produksi Pendekatan dari segi produksi adalah menghitung nilai tambah dengan cara mengurangkan biaya antara dari masing masing nilai produksi bruto tiap tiap sektor Pendekatan Pendapatan Dalam pendekatan pendapatan, nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi dihitung dengan jalan menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi yaitu upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung netto. Untuk sektor 6

14 pemerintahan dan usaha usaha yang sifatnya tidak mencari untung, surplus usaha tidak diperhitungkan. Yang termasuk dalam surplus usaha disini adalah bunga, sewa tanah dan keuntungan kotor Pendekatan Pengeluaran Pendekatan dari segi pengeluaran bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa di dalam suatu wilayah. Jadi produk domestik regional bruto diperoleh dengan cara menghitung berbagai komponen pengeluaran akhir yang membentuk produk domestik regional tersebut. Secara umum pendekatan pengeluaran dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut: a. Melalui pendekatan penawaran yang terdiri dari metode arus barang, metode penjualan eceran dan metode penilaian eceran. b. Melalui pendekatan permintaan yang terdiri dari pendekatan survei pendapatan dan pengeluaran rumah tangga, metode data anggaran belanja, metode balance sheet dan metode statistik luar negeri. Pada prinsipnya kedua cara ini dimaksudkan untuk memperkirakan komponen komponen permintaan akhir seperti: konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto dan perdagangan antar wilayah (termasuk ekspor dan impor antar negara) Metode Penghitungan PDRB Ekonomi Kreatif Beberapa metode yang digunakan untuk menghitung nilai PDRB Ekonomi Kreatif suatu wilayah, antara lain Metode Langsung dan Metode Tidak Langsung. Metode yang digunakan secara garis besar adalah sebagai berikut: PDRB Ekonomi Kreatif Atas Dasar Harga Berlaku Dalam melakukan penghitungan PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: Metode Langsung Metode Langsung adalah melakukan penghitungan PDRB Ekonomi Kreatif yang didasarkan kepada data yang tersedia di lapangan secara rutin. Dalam metode langsung ini ada tiga pendekatan, yaitu: 7

15 - Pendekatan Produksi - Pendekatan Pendapatan - Pendekatan Pengeluaran Ketiga pendekatan ini sudah diuraikan pada bagian sebelumnya dan secara teoritis ketiga pendekatan tersebut akan memberikan hasil yang sama Metode Tidak Langsung/Alokasi Penghitungan nilai tambah bruto suatu kegiatan ekonomi/sektor dengan metode tidak langsung adalah dengan mengalokasikan nilai tambah bruto suatu kegiatan ekonomi Nasional/regional Propinsi ke dalam masing masing kegiatan ekonomi pada tingkat regional Kabupaten/Kota menggunakan indikator yang mempunyai pengaruh paling erat dengan kegiatan ekonomi tersebut. Secara matematis ditulis sebagai berikut : Dimana : NTB k = Nilai tambah bruto kabupaten/kota NTBp = Nilai tambah bruto propinsi Qk = Produksi/Indikator produksi kabupaten/kota = Produksi/Indikator produksi propinsi Q p NTB k Q Q k p NTB p PDRB Ekonomi Kreatif Atas Dasar Harga Konstan 2000 PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga konstan bertujuan untuk melihat perkembangan PDRB Ekonomi Kreatif atau perekonomian secara riil yang kenaikannya/pertumbuhannya tidak dipengaruhi oleh adanya perubahan harga atau inflasi/deflasi. Ada empat cara yang dikenal untuk menghitung nilai tambah bruto (NTB) atas dasar harga konstan, yaitu : Revaluasi Metoda revaluasi menilai produksi dan biaya antara masing masing tahun atau tahun berjalan dengan harga pada tahun dasar (2000). Hasilnya merupakan 8

16 output dan biaya antara atas dasar harga konstan (tahun 2000). Selanjutnya nilai tambah bruto atas dasar harga konstan diperoleh dari selisih nilai output dan biaya antara. Dalam praktek sangat sulit melakukan revaluasi terhadap biaya antara yang digunakan, karena mencakup komponen input yang sangat banyak, disamping data harga yang tersedia tidak dapat memenuhi semua keperluan tersebut. Oleh karena itu biaya antara atas dasar harga konstan biasanya diperoleh dari perkalian antara output atas dasar harga konstan masing masing tahun dengan ratio tetap biaya antara terhadap output pada tahun dasar. NPt0 = QtP0 NTBt 0 = [1 RBA 0 ] NPt 0 Dimana : NPt 0 NTBt0 Q t P 0 RBA0 = Nilai produksi atas dasar harga konstan (adhk) tahun t = Nilai tambah bruto adhk tahun t = Produksi/indikator produksi tahun t = Harga tahun dasar = Ratio biaya antara tahun dasar Ekstrapolasi Nilai tambah masing masing tahun atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah masing masing sektor harga konstan pada tahun dasar 2000 dengan indeks produksi. Indeks produksi sebagai ekstrapolator dapat merupakan indeks dari masing masing produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari berbagai indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan dan lainnya, yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan yang dihitung. Ekstrapolasi dapat juga dilakukan terhadap penghitungan output atas dasar harga konstan kemudian dengan menggunakan ratio tetap nilai tambah terhadap output akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan. NP0 IQ NPt t Dimana : NP 0 = Nilai produksi tahun dasar IQt = Indeks kuantum tahun t 9

17 Deflasi Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga yang berlaku masing masing tahun dengan indeks harga. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga konsumen (IHK), indeks harga perdagangan besar (IHPB) dan sebagainya. Indeks harga di atas dapat pula dipakai sebagai inflator dalam keadaan dimana nilai tambah atas dasar harga yang berlaku justru diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks harga tersebut. NTBt * NTB IH Dimana : NTBt = Nilai tambah bruto tahun t IH t = Indeks Harga tahun t t t Deflasi Berganda Dalam deflasi berganda ini, yang dideflasi adalah output dan biaya antaranya, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih output dan biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator untuk penghitungan output atas dasar harga konstan biasanya merupakan indeks harga produsen atau indeks harga perdagangan besar sesuai dengan cakupan komoditinya, sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponen input terbesar. Kenyataannya sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya antara, disamping karena komponennya terlalu banyak, juga karena indeks harganya belum tersedia secara baik. Oleh karena itu dalam penghitungan harga kostan, deflasi berganda ini belum banyak dipakai. Penghitungan komponen penggunaan PDRB atas dasar harga konstan juga dilakukan dengan menggunakan cara cara di atas, tetapi mengingat data yang tersedia maka digunakan cara deflasi dan ekstrapolasi. BAt 100 * BA NPt 100 * NP t t 0 0 NTBt0 NPt0 BAt0 IH t IH t 10

18 Dimana : NP t BAt BAt 0 = Nilai produksi tahun t = Biaya Antara tahun t = Biaya Antara adhk tahun t Laju Pertumbuhan Ekonomi Kreatif Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Ekonomi Kreatif atau Creative Economic Growth merupakan indeks berantai dari masing masing kegiatan ekonomi Kreatif. Angka indeks yang dihasilkan bisa didasarkan atas dasar harga berlaku maupun harga konstan. Pada umumnya yang sering digunakan atau dianalisis oleh para ekonom adalah LPE harga konstan, karena menggambarkan pertumbuhan produksi riil dari masing masing sektor. Laju pertumbuhan ekonomi diperoleh dengan cara membagi selisih nilai PDRB Ekonomi Kreatif sektor tahun berjalan dan tahun sebelumnya dengan PDRB Ekonomi Kreatif sektor tahun sebelumnya dikalikan Penyajian Angka Indeks Untuk mempermudah dalam menganalisisnya, PDRB Ekonomi Kreatif disamping disajikan dalam bentuk angka absolut, disajikan juga dalam bentuk angka indeks. Secara rinci angka indeks tersebut adalah sebagai berikut: Indeks Perkembangan Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan pendapatan/perekonomian dari tahun ke tahun yang dibandingkan dengan tahun dasar. Indeks tersebut dirumuskan sebagai berikut : PDRBit IP = x 100 % PDRBi0 Dimana : IP = Indeks Perkembangan i = Sektor 1 15 t = Tahun t 0 = Tahun dasar 11

19 Indeks Berantai Indeks ini menunjukkan tingkat pertumbuhan agregat pendapatan untuk masing masing tahun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Indeks berantai diperoleh dengan cara membagi nilai pada masing masing tahun dengan nilai pada tahun sebelumnya dikalikan 100. Indeks berantai dirumuskan sebagai berikut : PDRBit IB = x 100 % PDRBi(t 1) Dimana : IB = Indeks berantai i = Sektor 1 15 t = Tahun t t 1 = Tahun sebelumnya Indeks Implisit Indeks ini merupakan indikator tingkat perkembangan harga dari agregat pendapatan terhadap harga pada tahun dasar. Indeks Implisit diperoleh dengan cara membagi nilai PDRB atas dasar harga berlaku dengan nilai sejenis atas dasar harga konstan kemudian dikalikan 100. Indeks Implisit dapat dirumuskan sebagai berikut : PDRBhb it IH = x 100 % PDRBhk it Dimana: IH = Indeks Implisit i = Sektor 1 15 t = Tahun t hb = Harga berlaku hk = Harga konstan 2.5. Cara Penyajian Penyajian PDRB Ekonomi Kreatif dibedakan dalam dua bentuk : a. Penyajian PDRB Ekonomi Kreatif Atas Dasar Harga Berlaku 12

20 Penyajian PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku ini untuk melihat besarnya PDRB Ekonomi Kreatif berdasarkan harga pada tahun tersebut. b. Penyajian PDRB Ekonomi Kreatif Atas Dasar Harga Kostan (2000) Penyajian PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga konstan 2000 ini untuk melihat perkembangan nilai PDRB Ekonomi Kreatif dari tahun ke tahun sematamata karena perkembangan riil dan bukan disebabkan kenaikan harga. Untuk dapat menggambarkan perkembangan kegiatan ekonomi di setiap sektor, maka penyajian PDRB Ekonomi Kreatif dirinci menurut 15 sektor Ekonomi Kreatif yaitu: 1) Periklanan 2) Arsitektur 3) Pasar dan barang seni 4) Kerajinan 5) Desain 6) Fesyen 7) Film, Video, Fotografi 8) Permainan Interaktif 9) Musik 10) Seni Pertunjukan 11) Penerbitan & Percetakan 12) Layanan Komputer dan Piranti Lunak 13) Televisi dan Radio 14) Riset & Pengembangan 15) Kuliner 13

21 BAB III URAIAN SEKTORAL EKONOMI KREATIF Sektor Ekonomi Kreatif yang belum menjadi nomenklatur resmi dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia 2009, terdiri dari 15 subsektor ekonomi kreatif. Lapangan lapangan usaha yang membentuk 15 subsektor tersebar pada KBLI 2009 menurut definisi yang digunakan BPS. Lapangan lapangan usaha yang tersebar tersebut, dikelompokkan ke dalam 15 subsektor ekonomi kreatif, pada klasifikasi lapangan usaha tingkat 5 digit KBLI Kontribusi ekonomi untuk setiap indikator indikator, selanjutnya dihitung dengan melihat kontribusi ekonomi di tingkat lapangan usaha 5 digit tersebut. Pengumpulan dan pengolahan data pada dasarnya dilakukan melalui 4 cara, yaitu (i) melalui data aktual yang telah dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik, (ii) melalui data estimasi menggunakan Tabel Input Output, (iii) melalui focus group discussion untuk memperoleh pemahaman mendalam mengenai indikator kualitatif (iv) dan melalui data sekunder dari Asosiasi asosiasi dan lain lain. Data data yang telah berhasil di kumpulkan dan diestimasi memiliki beberapa kelemahan, yaitu masih terdapat data data yang overvalue ataupun undervalue. Hal ini disebabkan ketersediaan data yang terbatas serta kategorisasi KBLI dan HS Code sektor Ekonomi Kreatif yang belum difinalkan dan disepakati bersama sebagai bagian dari Ekonomi Kreatif. Proses pemetaan kode KBLI dan HS Code Industri Kreatif perlu didiskusikan lebih mendalam dengan pihak yang kompeten, khususnya BPS, mengingat sebagian besar data estimasi konstribusi Ekonomi Kreatif ini diestimasi dengan menggunakan data data yang dipublikasikan oleh BPS. Uraian sektoral yang disajikan pada bagian ini mencakup ruang lingkup dari masing masing sektor kegiatan Ekonomi Kreatif. Berdasarkan konsep Ekonomi kreatif yang telah dipublikasikan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia dan Kementerian Perdagangan, secara makro perekonomian kreatif diklasifikasikan menjadi 14 sektor yaitu: 14

22 1) Periklanan 2) Arsitektur 3) Pasar dan barang seni 4) Kerajinan 5) Desain 6) Fesyen 7) Film, Video, Fotografi 8) Permainan Interaktif 9) Musik 10) Seni Pertunjukan 11) Penerbitan & Percetakan 12) Layanan Komputer dan Piranti Lunak 13) Televisi dan Radio 14) Riset & Pengembangan Dan berdasarkan kesepakatan antara tiga elemen pelaku Ekonomi kreatif (pemerintah, ilmuwan, dan bisnis/pengusaha) di Jawa Barat ditambahkan satu sektor lagi; 15) Kuliner 3.1. Sektor Periklanan Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi dan produksi iklan, antara lain: riset pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak dan elektronik. Kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi, produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya: riset pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak (surat kabar, majalah) dan elektronik (Televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, 15

23 edaran, brosur dan reklame sejenis, distribusi dan delivery advertising materials atau samples, serta penyewaan kolom untuk iklan Sektor Arsitektur Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan cetak biru bangunan dan informasi produksi antara lain: arsitektur taman, perencanaan kota, perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, dokumentasi lelang, dll. Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa desain bangunan, perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan konstruksi baik secara menyeluruh dari level makro (Town planning, urban design, landscape architecture) sampai dengan level mikro (detail konstruksi, misalnya: arsitektur taman, desain interior) Sektor Pasar dan barang seni Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi dan perdagangan, pekerjaan, produk antik dan hiasan melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet. Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet, misalnya: alat musik, percetakan, kerajinan, automobile, film, seni rupa dan lukisan Sektor Kerajinan Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi dan distribusi produk kerajinan antara lain barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga, aksesoris, pandai emas, perak, kayu, kaca, porselin, kain, marmer, kapur, dan besi. Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya, antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga, perunggu, besi) kayu, kaca, porselin, 16

24 kain, marmer, tanah liat, dan kapur. Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi dalam jumlah yang relatif kecil (bukan produksi massal) Sektor Desain Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, interior, produk, industri, pengemasan, dan konsultasi identitas perusahaan. Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan Sektor Fesyen Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen. Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen Sektor Film, Video, Fotografi Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi Video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video, film. Termasuk didalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron, dan eksibisi film. Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film. Termasuk di dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron, dan eksibisi film Sektor Permainan Interaktif Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi. 17

25 Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi. Subsektor permainan interaktif bukan didominasi sebagai hiburan semata mata tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi Sektor Musik Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, distribusi, dan ritel rekaman suara, hak cipta rekaman, promosi musik, penulis lirik, pencipta lagu atau musik, pertunjukan musik, penyanyi, dan komposisi musik. Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara Sektor Seni Pertunjukan Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha yang berkaitan dengan pengembangan konten, produksi pertunjukan, pertunjukan balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera, termasuk tur musik etnik, desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan. Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha pengembangan konten, produksi pertunjukan (misal: pertunjukan balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera, termasuk tur musik etnik), desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan Sektor Penerbitan & Percetakan Kegiatan kreatif yang terkait dengan dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita. Kegiatan kreatif yang terkait dengan dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan 18

26 kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini juga mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro, surat andil, obligasi surat saham, surat berharga lainnya, passport, tiket pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya. Juga mencakup penerbitan foto foto, grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi, percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk rekaman mikro film Sektor Layanan Komputer dan Piranti Lunak Kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak & piranti keras, serta desain portal. Kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengolahan data, pengembangan database, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal termasuk perawatannya Sektor Televisi dan Radio Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan, penyiaran, dan transmisi televisi dan radio. Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan acara televisi (seperti games, kuis, reality show, infotainment, dan lainnya), penyiaran, dan transmisi konten acara televisi dan radio, termasuk kegiatan station relay (pemancar kembali) siaran radio dan televisi Sektor Riset & Pengembangan Kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk 19

27 perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar. Kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar; termasuk yang berkaitan dengan humaniora seperti penelitian dan pengembangan bahasa, sastra, dan seni; serta jasa konsultansi bisnis dan manajemen Sektor Kuliner Kegiatan kreatif yang terkait dengan kuliner, dimana para pengunjung ingin menikmati makanan yang ada bukan semata mata karena rasa lapar, namun lebih disebabkan ingin menikmati ke kreatif an yang ditawarkan. 20

28 BAB IV STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN EKONOMI KREATIF KOTA DEPOK TAHUN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif Nilai PDRB Ekonomi Kreatif tahun 2013 atas dasar harga berlaku sebesar Rp 2.727,98 Milyar, sedangkan atas dasar harga konstan tahun 2000 sebesar Rp 975,37 Milyar. PDRB Ekonomi Kreatif Kota Depok Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Juta Rp) SEKTOR *) (1) (2) (3) (4) 1 Periklanan , , ,16 2 Arsitektur , , ,16 3 Pasar dan barang seni , , ,66 4 Kerajinan , , ,43 5 Desain , , ,58 6 Fesyen , , ,63 7 Film, Video, Fotografi , , ,40 8 Permainan Interaktif , , ,00 9 Musik , , ,40 10 Seni Pertunjukan , , ,53 11 Penerbitan & Percetakan , , ,20 12 Layanan Komputer dan Piranti Lunak , , ,24 13 Televisi dan Radio 982, , ,88 14 Riset & Pengembangan , , ,66 15 Kuliner , , ,41 Note *) Angka Sementara PDRB Ekonomi Kreatif , , ,34 21

29 PDRB Ekonomi Kreatif Kota Depok Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (Juta Rp) SEKTOR *) (1) (2) (3) (4) 1 Periklanan , , ,82 2 Arsitektur 6.924, , ,13 3 Pasar dan barang seni 7.973, , ,96 4 Kerajinan , , ,20 5 Desain , , ,33 6 Fesyen , , ,65 7 Film, Video, Fotografi , , ,45 8 Permainan Interaktif , , ,88 9 Musik , , ,08 10 Seni Pertunjukan , , ,64 11 Penerbitan & Percetakan , , ,11 12 Layanan Komputer dan Piranti Lunak , , ,27 13 Televisi dan Radio 394,94 421,05 454,55 14 Riset & Pengembangan , , ,97 15 Kuliner , , ,62 Note *) Angka Sementara PDRB Ekonomi Kreatif , , , Pertumbuhan Ekonomi Kreatif Laju pertumbuhan PDRB ekonomi kreatif bisa dijadikan sebagai indikator untuk mengukur perkembangan ekonomi kreatif suatu daerah. Indikator ini menunjukkan naik atau tidaknya produk yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi kreatif di suatu daerah. Laju pertumbuhan PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku menggambarkan laju pertumbuhan berdasarkan kondisi saat ini namun masih ada faktor inflasi di dalamnya. Laju pertumbuhan riil dapat dilihat dari Laju pertumbuhan PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga konstan, karena didalamnya sudah tidak lagi dipengaruhi oleh faktor harga. 22

30 Laju Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif Kota Depok Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (persen) SEKTOR *) (1) (2) (3) (4) 1 Periklanan 8,31 12,07 9,68 2 Arsitektur 7,50 6,18 11,08 3 Pasar dan barang seni 11,81 12,47 14,20 4 Kerajinan 14,17 14,60 17,16 5 Desain 10,65 11,70 14,92 6 Fesyen 10,59 14,33 14,16 7 Film, Video, Fotografi 5,40 7,79 10,02 8 Permainan Interaktif 9,44 3,24 7,61 9 Musik 12,55 7,60 10,03 10 Seni Pertunjukan 5,29 3,28 6,69 11 Penerbitan & Percetakan 8,40 11,83 14,64 12 Layanan Komputer dan Piranti Lunak 5,87 2,73 14,47 13 Televisi dan Radio 8,67 11,59 15,87 14 Riset & Pengembangan 4,04 4,71 9,12 15 Kuliner 10,75 11,22 18,93 Note *) Angka Sementara PDRB Ekonomi Kreatif 10,91 12,09 14,54 Jika dilihat berdasarkan harga berlaku, PDRB Ekonomi Kreatif Kota Depok pada tahun 2013 tumbuh sebesar 14,54 persen. Hal ini menunjukkan pertumbuhan yang semakin cepat dibansingkan dengan pertumbuhan tahun 2012 yang sebesar 12,09 persen. Sektor dengan pertumbuhan tertinggi adalah kuliner (18,93 persen), disusul kerajinan (17,16 persen), dan TV dan Radio (15,87 persen). Sedangkan sektor yang pertumbuhannya paling lambat adalah seni pertunjukkan (6,69 persen), permainan interaktif (7,61 persen), serta riset dan pengembangan (9,12 persen). 23

31 Laju Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif Kota Depok Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (persen) SEKTOR *) (1) (2) (3) (4) 1 Periklanan 4,47 7,91 5,32 2 Arsitektur 3,35 4,11 3,49 3 Pasar dan barang seni 6,92 8,90 4,44 4 Kerajinan 9,76 9,10 6,62 5 Desain 6,18 9,43 8,42 6 Fesyen 6,03 9,75 8,76 7 Film, Video, Fotografi 1,42 5,75 3,27 8 Permainan Interaktif 5,71 1,47 3,09 9 Musik 8,33 5,57 4,91 10 Seni Pertunjukan 0,36 0,84 2,13 11 Penerbitan & Percetakan 4,08 9,59 8,82 12 Layanan Komputer dan Piranti Lunak 2,29 1,34 4,66 13 Televisi dan Radio 5,36 6,61 7,96 14 Riset & Pengembangan 0,14 2,73 3,68 15 Kuliner 8,41 8,23 8,98 Note *) Angka Sementara PDRB Ekonomi Kreatif 6,75 8,03 7,04 Pertumbuhan riil ekonomi kreatif dapat dilihat melalui perkembangan PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga konstan. Karena basis harga yang digunakan untuk penghitungan adalah data harga tahun tertentu, maka pertumbuhan yang terjadi menggambarkan pertumbuhan murni nilai tambah yang disebabkan oleh peningkatan faktor produksi. Ekonomi kreatif di Kota Depok pada tahun 2013 secara riil melaju sedikit melambat dibandingkan tahun 2012, dimana pada tahun 2012 tumbuh sebesar 8,03 persen, dan pada tahun 2013 tumbuh sebesar 7,04 persen. Laju pertumbuhan ekonomi kreatif ini lebih besar dibandingan dengan laju pertumbuhan ekonomi secara umum. Laju pertumbuhan ekonomi secara umum pada tahun 2012 sebesar 7,15 persen, dan meningkat menjadi 6,92 persen pada tahun

32 4.3. Struktur Ekonomi Kreatif Berdasarkan Nilai Tambah pada tahun 2013, maka dapat diketahui bahwa sudah selayaknya ekonomi kreatif mendapatkan perhatian dari Pemkot Depok untuk lebih dikembangkan, karena ekonomi kreatif telah mampu memberikan sumbangan terhadap PDRB Kota Depok secara signifikan yaitu sebesar 11,73 %. Tiga sektor utama yang sangat dominan dalam ekonomi kreatif Kota Depok adalah sektor fesyen, sektor kerajinan, dan sektor kuliner Grafik Kontribusi Masing masing Sektor Ekonomi Kreatif Terhadap PDRB Ekonomi Kreatif Kota Depok, Tahun

33 SHARING PDRB EKONOMI KREATIF KOTA DEPOK ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN (Persen) *) SEKTOR SHARE THD PDRB EK KREATIF SHARE THD PDRB SHARE THD PDRB EK KREATIF SHARE THD PDRB (1) (2) (3) (4) (5) 1 PERIKLANAN 1,98 0,24 1,90 0,22 2 ARSITEKTUR 0,79 0,09 0,76 0,09 3 PASAR BARANG SENI 1,05 0,13 1,05 0,12 4 KERAJINAN 30,73 3,66 31,43 3,69 5 DESAIN 2,80 0,33 2,80 0,33 6 FESYEN 32,00 3,81 31,90 3,74 7 FILM, VIDEO, DAN FOTOGRAFI 2,99 0,36 2,87 0,34 8 PERMAINAN INTERAKTIF 4,02 0,48 3,78 0,44 9 MUSIK 3,91 0,47 3,76 0,44 10 SENI PERTUNJUKKAN 2,73 0,32 2,54 0,30 11 PENERBITAN DAN PERCETAKAN 4,92 0,59 4,93 0,58 12 LAYANAN KOMPUTER DAN PIRANTI LUNAK 1,76 0,21 1,76 0,21 13 TV DAN RADIO 0,05 0,01 0,05 0,01 14 RISET DAN PENGEMBANGAN 2,21 0,26 2,10 0,25 15 KULINER 8,06 0,96 8,37 0,98 PDRB INDUSTRI KREATIF 100,00 11,91 100,00 11,73 note: *) angka sementara Peranan Ekonomi Kreatif terhadap perekonomian Kota Depok secara umum selalu di atas 11 persen setiap tahunnya. Jika pada tahun 2012 Ekonomi kreatif memberikan sharing sebesar 11,91 persen, maka pada tahun 2013 sedikit turun menjadi 11,73 persen. Berdasarkan tabel di atas dapat kita ketahui bahwa sektor Fesyen dan sektor Kerajinan sangat mendominasi Ekonomi Kreatif di Kota Depok. Bahkan konstribusi kedua sektor tersebut dalam Ekonomi kreatif Kota Depok mencapai lebih dari 60 %. Sehingga sektor fesyen dan sektor kerajinan perlu mendapatkan perhatian yang khusus, karena fluktuasi kedua sektor ini akan berdampak sangat besar terhadap ekonomi kreatif bahkan perekonomian secara Kota Depok secara umum. Sektor Kuliner yang secara khusus dimasukkan ternyata juga mempunyai andil yang cukup besar. Sektor ini menempati peringkat ketiga atas konstribusinya 26

34 terhadap ekonomi kreatif di kota Depok. Sektor Kuliner sebaiknya semakin dikembangkan, mengingat potensi sektor ini masih sangat terbuka lebar. Pemerintah bisa menyediakan tempat tempat khusus sebagai pusat wisata kuliner supaya kuliner di Kota Depok dapat semakin berkembang. SHARING PDRB EKONOMI KREATIF KOTA DEPOK ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 TAHUN (Persen) *) SEKTOR SHARE THD PDRB EK KREATIF SHARE THD PDRB SHARE THD PDRB EK KREATIF SHARE THD PDRB (1) (2) (3) (4) (5) 1 PERIKLANAN 2,08 0,25 2,05 0,25 2 ARSITEKTUR 0,79 0,10 0,76 0,09 3 PASAR BARANG SENI 0,95 0,12 0,93 0,11 4 KERAJINAN 30,18 3,69 30,06 3,68 5 DESAIN 2,73 0,33 2,76 0,34 6 FESYEN 30,14 3,69 30,63 3,75 7 FILM, VIDEO, DAN FOTOGRAFI 3,05 0,37 2,94 0,36 8 PERMAINAN INTERAKTIF 4,39 0,54 4,23 0,52 9 MUSIK 4,03 0,49 3,95 0,48 10 SENI PERTUNJUKKAN 2,47 0,30 2,36 0,29 11 PENERBITAN DAN PERCETAKAN 4,86 0,60 4,94 0,61 12 LAYANAN KOMPUTER DAN PIRANTI LUNAK 1,94 0,24 1,90 0,23 13 TV DAN RADIO 0,05 0,01 0,05 0,01 14 RISET DAN PENGEMBANGAN 2,27 0,28 2,19 0,27 15 KULINER 10,07 1,23 10,25 1,26 PDRB INDUSTRI KREATIF 100,00 12,24 100,00 12,25 note: *) angka sementara Sharing ekonomi kreatif terhadap perekonomian secara umum pada harga konstan, nilai dan struktur nya tidak jauh berbeda dengan keadaan pada harga berlaku. Secara struktur, ekonomi kreatif di Kota Depok pada tahun 2012 dan 2013 tidak mengalami perubahan. 27

35 4.4. Tenaga Kerja Sektor Ekonomi Kreatif Sharing ekonomi kreatif terhadap perekonomian Depok secara umum pada tahun 2013 mencapai 11,73 persen. Sedangkan total penduduk yang bekerja di sektor ekonomi kreatif pada tahun 2013 sekitar orang atau sekitar 9,13 persen dari pekerja di Kota Depok. Hal ini mengindikasikan bahwa penduduk yang bekerja di sektor ekonomi kreatif mempunyai produktifitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor ekonomi secara umum. Jumlah Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif di Kota Depok Tahun 2013 SEKTOR 2013*) (1) (2) 1 Periklanan Arsitektur 17 3 Pasar dan barang seni 78 4 Kerajinan Desain Fesyen Film, Video, Fotografi Permainan Interaktif Musik Seni Pertunjukan Penerbitan & Percetakan Layanan Komputer dan Piranti Lunak Televisi dan Radio Riset & Pengembangan Kuliner Note *) Angka Sementara PDRB Ekonomi Kreatif

36 DATA MENCERDASKAN BANGSA

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Pertemuan 12: Industri kreatif

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Pertemuan 12: Industri kreatif Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Industri Kreatif dapat diartikan sebagai kumpulan aktivitas ekonomi yang terkait dengan penciptaan atau penggunaan pengetahuan dan informasi. Industri kreatif juga

Lebih terperinci

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB BAB II METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto roduk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB II METODOLOGI Dalam penyusunan publikasi Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau dipakai konsep dan definisi yang selama ini digunakan oleh BPS di seluruh Indonesia. Konsep dan definisi tersebut

Lebih terperinci

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu II. METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB 2 KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB 2 KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan oleh penulis pada bab 1, maka berikut adalah teori-teori yang digunakan dalam melandasi

Lebih terperinci

Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Depok. dengan. PDRB Kecamatan Kota Depok Tahun 2014

Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Depok. dengan. PDRB Kecamatan Kota Depok Tahun 2014 9302011.3276 Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Depok dengan i PDRB Kecamatan Kota Depok 2014 No. Publikasi / Publication Number : 3276.1404 No. Katalog / Catalog Number : 9302011.3276

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI 1. KONSEP DAN DEFINISI Konsep-konsep yang digunakan dalam penghitungan Produk Regional Bruto (PDRB) adalah sebagai berikut : Domestik A. PRODUK DOMESTIK REGIONAL

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG. Periklanan. Arsitektur BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG. Periklanan. Arsitektur BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Sebagai salah satu kota besar di Indonesia, Medan memiliki penduduk yang berjumlah 1.993.602 dengan kepadatan penduduk 7.520 / km² yang bersifat heterogen. Kota Medan

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : ht o. id.g bp s ta. ko ok ep.d w w w :// tp Katalog BPS : 9302003.3276 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO LAPANGAN USAHA KOTA DEPOK 2013 PDRB LAPANGAN USAHA KOTA DEPOK 2013 No. Publikasi / Publication Number

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk 17 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85 D a f t a r I s i Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel DAFTAR ISI Daftar Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kota Samarinda Tahun 2009-2011 BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Umum 1 1.2. Konsep

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN

BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN 6.1 Kesimpulan A. Dari hasil Analisa Input Output 1. Dari analisa input output yang dilakukan, maka nilai Industri Kreatif di DKI Jakarta pada Tahun 2007 memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT L A P O R A N K A J I A N INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT K E R J A S A M A P R O D I P E R E N C A N A A N W I L A Y A H S E K O L A H P A S C A S A R A J A N A U N I V E R S I T A S S

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Ekonomi Kreatif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Ekonomi Kreatif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi Kreatif Ekonomi kreatif merupakan gelombang ekonomi baru yang lahir ada awal abad ke-21. Gelombang ekonomi baru ini mengutamakan intelektual sebagai kekayaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Ekonomi kreatif yang digerakkan oleh industri kreatif, didefinisikan sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2005-2008 Nomor Katalog BPS : 9205.11.18 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vii + 64 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Pengertian Industri secara umum adalah suatu kegiatan mengolah bahan mentah atau bahan barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2006 2009 Nomor Katalog BPS : 9302008.1118 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vi + 60 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : Katalog BPS : 9302008.53 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TINJAUAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 MENURUT LAPANGAN USAHA Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang Tahun 2014 i ii Tinjauan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Penelitian Terdahulu BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Sejumlah peneltian terdahulu diambil untuk memperkuat penelitian ini dan sekaligus sebagai acuan dalam penelitian ini. Adapun penelitian tersebut

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha KATALOG BPS: 9202.3503 KABUPATEN TRENGGALEK Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006-2010 Gross Regional Domestic Product Of Trenggalek Regency By Industrial Origin

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

Pembangunan Industri Kreatif dalam Mendukung Pariwisata Aceh 1

Pembangunan Industri Kreatif dalam Mendukung Pariwisata Aceh 1 Pembangunan Industri Kreatif dalam Mendukung Pariwisata Aceh 1 Dr. Nazamuddin, SE. MA Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Darussalam - Banda Aceh nazamuddin@unsyiah.ac.id 1. Pendahuluan Industri Kreatif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan membahas mengenai literatur yang berkaitan dengan penelitian ini. Diantaranya yaitu mengenai definisi UKM (Usaha Kecil dan Menengah), definisi industri kreatif,

Lebih terperinci

Industri Kreatif Jawa Barat

Industri Kreatif Jawa Barat Industri Kreatif Jawa Barat Dr. Togar M. Simatupang Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB Masukan Kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat 2007 Daftar Isi Pengantar Industri Kreatif Asal-usul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era modern sekarang ini, industri memiliki peran yang besar dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Khususnya di Indonesia yang sering di bahas oleh

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN. Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri

BAB PENDAHULUAN. Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri internal manusia yang berkaitan dengan aspek orisinalitas, imajinasi, aspirasi, kecerdasan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 25/05/34/Th. XV, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

Badan Perencananan Pembangunan Daerah Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar

Badan Perencananan Pembangunan Daerah Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar Melalui publikasi ini, pembaca akan diantarkan pada ulasan mengenai : Pertumbuhan Ekonomi Struktur Ekonomi PDRB per kapita Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut lapangan usaha tahun 2010 2011 dan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 08/02/34/Th. XI, 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun

Lebih terperinci

Mata Kuliah - Advertising Project Management-

Mata Kuliah - Advertising Project Management- Mata Kuliah - Advertising Project Management- Modul ke: Konsep Manajemen Jasa Dan Isu Strategik Fakultas FIKOM Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

Tinjauan Ekonomi. Kabupaten Magelang 2013

Tinjauan Ekonomi. Kabupaten Magelang 2013 Tinjauan Ekonomi Kabupaten Magelang 2013 Judul Buku : TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN MAGELANG 2013 Nomor Publikasi : Ukuran Buku : Kwarto (21 x 28 cm) Jumlah Halaman : vi+74 hal Naskah : Seksi Statistik Neraca

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN 2002-2010 Katalog BPS : 9302008.7101 ISSN 0215 6432 Ukuran Buku : 16,5 Cm X 21,5 Cm Jumlah Halaman : ix + 115 Halaman Naskah : Badan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan menjadikan segala sektor di Indonesia mengalami persaingan yang lebih ketat terutama sektor industri.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 SEBESAR -0,03 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 SEBESAR -0,03 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 25/11/34/Th. IX, 15 November 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 SEBESAR -0,03 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TINJAUAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 MENURUT LAPANGAN USAHA Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang Tahun 2015 i SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA Puji syukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Wakil Ketua DPRD Kota Yogyakarta, M. Ali Fahmi, SE, MM yang dikutip dalam artikel koran Kedaulatan Rakyat 24 Agustus 2015, selain Yogyakarta mendapat predikat

Lebih terperinci

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013 i ANALISIS PENDAPATAN REGIONAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 ii KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas terbitnya publikasi Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab 1 berisikan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang diangkatnya penelitian ini, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah serta sistematika dalam penulisan laporan

Lebih terperinci

TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013

TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013 TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013 TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013 Ukuran Buku Jumlah Halaman Diterbitkan Oleh Dicetak Oleh : 21 cm x 29,7 cm : x + 97 halaman : Badan Perencanaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 SEBESAR 6,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 SEBESAR 6,30 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 16/05/34/Th. X, 15 Mei 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 SEBESAR 6,30 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN

LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN 2014-2016 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN 2014-2016 ISBN: 978-602-438-190-5 No. Publikasi: 07120.1801 No. Katalog: 9301007 Ukuran Buku: 17,6 x 25 cm Jumlah Halaman:

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, November 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. K e p a l a,

KATA PENGANTAR. Bandung, November 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. K e p a l a, KATA PENGANTAR Kondisi perekonomian makro memberikan gambaran mengenai daya saing dan tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Gambaran ekonomi makro dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha KATALOG BPS: 9202.3503 ht tp :// tre ng ga le kk ab.b ps.g o. id Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2008-2012 Badan Pusat Statistik Kabupaten Trenggalek Statistics

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya. Pembangunan manusia seutuhnya selama ini, telah diimplementasikan pemerintah melalui pelaksanaan program pembangunan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 34/08/34/Th. XIII, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2011 SEBESAR -3,89 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA 6.1. Perkembangan Peranan dan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Maluku Utara Kemajuan perekonomian daerah antara lain diukur dengan: pertumbuhan

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses pembangunan yang berjalan. Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses pembangunan yang berjalan. Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan salah satu tujuan dari suatu proses pembangunan yang berjalan. Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

Katalog BPS : Kerjasama : BAPPEDA Kabupaten Kudus Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus

Katalog BPS : Kerjasama : BAPPEDA Kabupaten Kudus Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus Katalog BPS : 9205.3319 Kerjasama : BAPPEDA Kabupaten Kudus Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KUDUS TAHUN 2011 GDRP of Kudus 2011 No. Publikasi : 33195.0901

Lebih terperinci

mutualisme begitupun dengan para pelaku industri marmer dan onix di Tulungagung, Jawa Timur. Tentunya dalam menghadapi persaingan dengan perusahaan

mutualisme begitupun dengan para pelaku industri marmer dan onix di Tulungagung, Jawa Timur. Tentunya dalam menghadapi persaingan dengan perusahaan DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 : Daftar UKM dari Disperindag... 96 LAMPIRAN 2 : Data produksi 5 UKM meubel... 97 LAMPIRAN 3 : Kuesioner Industri dan Dinas... 99 LAMPIRAN 4: Output hasil simulasi 4 skenario...

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Assalamualaikum Wr. Wb.

SAMBUTAN. Assalamualaikum Wr. Wb. SAMBUTAN Assalamualaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur atas penerbitan Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Penggunaan Kota Semarang Tahun 2010. Produk Domestik Regional Bruto sisi

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDA ACEH TAHUN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDA ACEH TAHUN KATALOG BPS 9205.1171 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDA ACEH TAHUN 2002-2007 ISBN : 979.466.016.7 NOMOR PUBLIKASI : 9205.1171 NASKAH GAMBAR DITERBITKAN OLEH : BPS KOTA BANDA ACEH : BPS KOTA BANDA

Lebih terperinci

Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha KATA PENGANTAR

Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha KATA PENGANTAR i ii Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi 2010-2016 Menurut Lapangan Usaha KATA PENGANTAR Ekonomi kreatif (ekraf) sebagai konsep ekonomi baru yang mengandalkan ide kreatifitas, budaya, dan

Lebih terperinci

BERITA RESMISTATISTIK

BERITA RESMISTATISTIK BERITA RESMISTATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 72/11/52/Th. VII, 6 November-2013 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT PADA TRIWULAN III-2013 PDRB Provinsi NTB pada triwulan III-2013 a. Dengan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA YOGYAKARTA No. 32/08/34/Th. XI, 10 Agustus 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2009 SEBESAR -4,91 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah

Lebih terperinci

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No.

Lebih terperinci

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Provinsi Papua Triwulan III 2015

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Provinsi Papua Triwulan III 2015 No. 61/11/94/Th.V, 2 November 2015 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Provinsi Papua Triwulan III 2015 Penyajian (release) Berita Resmi Statistik untuk industri manufaktur dibedakan menjadi Industri

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

Analisis Pengembangan Program Bisnis Industri Kreatif Penerapannya Melalui Pendidikan Tinggi

Analisis Pengembangan Program Bisnis Industri Kreatif Penerapannya Melalui Pendidikan Tinggi JMA Vol. 18 No. 2 Oktober - November 2013 141 Abstract: Analisis Pengembangan Program Bisnis Industri Kreatif Penerapannya Melalui Pendidikan Tinggi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kreatif di

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA PDRB PDRB PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA 2000-2006 ISSN : - No Publikasi : 71020.0702 Katalog BPS : 9203.7102 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21 cm X 28 cm

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 48/08/34/Th.XVI, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN Kinerja pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat.

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat. BAB II METODOLOGI P DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat. Penggunaan PDRB tersebut secara garis besar ada dua macam yaitu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan IV Tahun 2012-2013...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Tahun 2012-2013...8 Kontribusi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 No. 09/02/36/Th. VIII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian Banten pada triwulan IV-2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri MARET 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Maret 2017 Pertumbuhan Ekonomi Nasional Pertumbuhan ekonomi nasional, yang diukur berdasarkan PDB harga konstan 2010, pada triwulan IV

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif,

Lebih terperinci

Strategi Pemasaran Produk Industri Kreatif Oleh Popy Rufaidah, SE., MBA., Ph.D 1

Strategi Pemasaran Produk Industri Kreatif Oleh Popy Rufaidah, SE., MBA., Ph.D 1 Strategi Produk Industri Kreatif Oleh Popy Rufaidah, SE., MBA., Ph.D 1 Hasil kajian Tim Inisiasi ( taskforce) Ekonomi Kreatif Propinsi Jawa Barat 2011, bersama Bappeda Jawa Barat, dimana penulis terlibat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 47/11/34/Th. XIII, 7 November 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN No. 44/08/34/Th. XV, 2 Agustus 2013 Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011 Katalog BPS : 9302008.3524 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21,5 x 27,9 cm : 93 + v Naskah dan Penyunting : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Dalam bab landasan teori ini di bahas tentang teori Produk Domestik Regional Bruto, PDRB per kapita, pengeluaran pemerintah dan inflasi. Penyajian materi tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekonomi Kreatif 2.1.1. Pengertian Ekonomi Kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti keluarga, rumah tangga dan nomo yang berarti peraturan, aturan,

Lebih terperinci

Laporan Finalisasi PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA TANGERANG. Triwulan IV Kategori

Laporan Finalisasi PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA TANGERANG. Triwulan IV Kategori Laporan Finalisasi PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA TANGERANG Triwulan IV 17 Kategori DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA TANGERANG PENJELASAN UMUM Terdapat perubahan tahun dasar dan cakupan lapangan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2014

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2014 No. 08/ 02/ 94/ Th. V, 2 Februari 2015 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2014 Penyajian (release) Berita Resmi Statistik untuk industri manufaktur dibedakan menjadi Industri

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG 1 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN PENUNJANG PARIWISATA BERBASIS EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan II Tahun 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Triwulan II Tahun 2014...6

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Input-Output Integrasi ekonomi yang menyeluruh dan berkesinambungan di antar semua sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan III Tahun 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Triwulan III Tahun 2014...6

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 SEBESAR 3,88 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 SEBESAR 3,88 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 19/05/34/Th.XI, 15 Mei 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 SEBESAR 3,88 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Provinsi Kalimantan Timur Triwulan I Tahun 2015

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Provinsi Kalimantan Timur Triwulan I Tahun 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 31/05/64/TA XVIII, 4 MEI 2015 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Provinsi Kalimantan Timur Triwulan I Tahun 2015 Produksi Industri

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality 2010/2011 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA Gross Regional Domestic Product of Jayapura

Lebih terperinci

Badan Pusat Statistik Kota Pagar Alam

Badan Pusat Statistik Kota Pagar Alam Laporan Studi Penyusunan Produk Domestik Regional Bruto Kota Pagar Alam Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2012 Badan Pusat Statistik Kota Pagar Alam LAPORAN STUDI PENYUSUNAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

Lebih terperinci