METODE PENELITIAN di Kawasan WisataDesa Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten. 1 dan lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODE PENELITIAN di Kawasan WisataDesa Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten. 1 dan lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2."

Transkripsi

1 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada bulan Januari 2017 di Kawasan WisataDesa Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Jadwal kegiatan penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1 dan lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Restoran/ Rumah Makan Sungai Wisata Tirta Jembatan Bukit Lawang Souvenir shop Hulu Sungai Lahan Pertanian Stasiun 3 Stasiun 1 Penginapan/Hotel Hilir Sungai Stasiun 2 Gambar 2. Lokasi Penelitian Wisata perairan Desa Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Sumatera Utara (Google Earth, 2016). Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS untuk sistem informasi geografis, ph meter digunakan untuk mengukur ph perairan, thermometer untuk mengukur suhu perairan, meteran dan papan skala untuk mengukur kedalaman perairan, Secchi disk untuk mengukur kecerahan perairan, DO meter untuk mengukur DO perairan, bola duga untuk mengukur kecepatan arus perairan, kamera untuk dokumentasi di lapangan, alat tulis menulis untuk

2 mencatat data yang diperoleh, dan seperangkat komputer untuk penulisan draft hasil penelitian. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner untuk dibagikan kepada pengunjung dan masyarakat di sekitar Desa Bukit Lawang. Rincian biaya penelitian dapat dilihat pada Lampiran 2. Deskripsi Area Penelitian Stasiun 1 Stasiun ini terletak pada Koordinat 03º LU dan 098 º BTLokasi ini merupakan daerah yang belum dijumpai aktivitas wisata (Kontrol). Stasiun 1 dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Stasiun 1

3 Stasiun 2 Stasiun ini terletak pada koordinat 03º LU dan 098º BT. Pada daerah ini banyak dijumpai aktivitas masyarakat dan wisata. Stasiun 2 dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun ini terletak pada koordinat 03º LU dan 098º BT. Lokasi ini merupakan daerah bendungan dari aliran aktivitas pertanian. Stasiun 3 dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Stasiun 3

4 Pengambilan Data Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dalam waktu satu bulan dengan interval waktu 10 hari sebanyak 3 kali. Data yang diteliti meliputi data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data sumberdaya alam, sumberdaya manusia, kesesuaian lahan, daya dukung kawasan dan keadaan umum lokasi Desa Bukit Lawang. Data yang nilainya langsung didapat dari lapangan meliputi nilai suhu, arus, kecerahan, ph, oksigen terlarut (Dissolved oxygen), kedalaman serta hasil kuisioner terhadap pengunjung dan masyarakat sekitar. Kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 3. Data sekunder meliputi data yang diperoleh dari instansi terkait, penelusuran literatur dan bahan-bahan yang terkait dengan penelitian. Metode Analisis Data Pengukuran Faktor Fisika dan Kimia Perairan Pengukuran parameter fisika dan kimia air dilakukan dengan cara langsung (insitu). Pengukuran langsung dilapangan (insitu) dilakukan terhadap parameter kedalaman, kecerahan, suhu,oksigen terlarut (Dissolved oxygen),dan ph. Parameter kualitas air dan metode analisis pengukuran dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Parameter Kualitas Air dan Metode Analisis Parameter Satuan Metode Analisi/Alat Lokasi Fisika Suhu 0 C Thermometer In situ Arus m/det Bola Duga In situ Kedalaman Kecerahan m m Tali dan Meteran Secchi disk In situ In situ Kimia ph - ph meter In situ DO mg/l DO meter In situ Responden Pengunjung

5 Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode purposive sampling (sesuai dengan tujuan penelitian). Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan yang berkunjung ke kawasan ekowisata desa Bukit Lawang dalam jangka waktu satu bulan. Pemilihan sampel harus representatif atau mewakili populasi dengan kriteria cukup dewasa (umur 17 tahun ke atas), sehat jasmani dan mampu berkomunikasi dengan baik. Menurut Arikunto (2002) jika subjek penelitian atau wisatawan kurang dari 100 maka lebih baik diambil semuanya sebagai sampel dan jika jumlah sampel lebih dari 100 maka sampel dapat diambil antara 10%-15% sebagai ukuran sampel. Dengan rumus Slovin diacu dalam Nugraha (2007) N n = 1 + N (e) 2 Keterangan : n N : Ukuran sampel yang dibutuhkan : Ukuran populasi e : Margin error yang diperkenankan (10%-15%) Indeks Kesesuaian Wisata Analisis kesesuaian wisata menggunakan matriks kesesuaian yang disusun berdasarkan kepentingan setiap parameter untuk mendukung kegiatan pada daerah tersebut. Rumus yang digunakan untuk kesesuaian wisata rekreasi adalah modifikasi dari (Yulianda, 2007): Keterangan : IKW = Ni x 100% N max

6 IKW : Indeks Kesesuaian Wisata (Sesuai: 77,78%-100%, Sesuai Bersyarat: 55,56% -<77,78%, Tidak Sesuai: <55,56). Ni Nmaks : Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor) : Nilai maksimum dari kategori wisata Berdasarkan matriks kesesuaian, selanjutnya dilakukan penyusunan kelaskelas kesesuaian untuk kegiatan wisata. Dalam penelitian ini,kelas kesesuaian dibagi menjadi 3 kelas kesesuaian meliputi sangat sesuai (S1), sesuai(s2) dan tidak sesuai (S3). Analisis Daya Dukung Metode yang diperkenalkan untuk menghitung daya dukung pengembangan ekowisata alam adalah dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan (DDK). DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Perhitungan DDK dalam bentuk rumus adalah sebagai berikut (Yulianda, 2007) : DDK = K x ( Lp / Lt ) x ( Wt / Wp ) Keterangan : DDK : Daya Dukung Kawasan K Lp Lt Wt : Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area : Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan : Unit area untuk kategori tertentu : Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari

7 Wp : Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu Analisis Ekonomi Pengukuran pendapatan masyarakat disana dilakukan dengan cara langsung (insitu). Pengukuran langsung dilapangan (insitu) dilakukan dengan mewawancarai masyarakat disana terkait dengan beberapa parameter atau kegiatan yang mempengaruhi nilai ekonomi masyarakat Bukit Lawang. Parameter dan kegiatan yang mempengaruhi nilai pendapatan masyarakat Bukit Lawang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Parameter dan kegiatan yang mempengaruhi nilai pendapatan masyarakat Bukit Lawang No. Parameter/Kegiatan Keterangan 1. Rumah Makan Suatu tempat atau bangunan yang dibuat secara komersial,yang memberikan pelayanan yang baik kepada semua tamunya baik berupa makanan maupun minuman. 2. Penginapan Suatu bangunan yang menyediakan pelayanan jasa penginapan, penyedia makanan dan minuman serta fasilitas jasa lainnya dimana semua jasa itu diperuntukkan bagi semua pengunjung baik yang bermalam maupun pengunjung yang hanya menggunakan fasilitas tertentu ditempat tersebut. 3. Souvenir shop Suatu bangunan atau toko yang menyediakan barang-barang kerajinan tangan yang merupakan hasil kreativitas para pengrajin. 4. PemanduRafting Seseorang yang dibayar ataupun disewa untuk menemani wisatawan dalam kegiaatan rafting dan dapat memberikan informasi daerah wisata tersebut. 5. Penyewaan Ban Suatu aktivitas pemakaian ban sebagai alat bantu berenang yang dipinjam dengan membayar sesuai denga harga yang ditentukan. 6. Penyewaan Lapak Wisata Penggunaan suatu tempat yang dengan melakukan prabayar dengan tujuan

8 untuk bersantai maupun beristirahat disuatu daerah wisata. Dari beberapa parameter atau kegiatan yang mempengaruhi nilai pendapatan masyarakat Bukit Lawang dapat dihitung dengan menggunakan rumus-rumus yang tersedia berikut: Penerimaan Menurut Ashari (2011), untuk mencari total penerimaan dapat digunakan rumus : TR = P. Q Keterangan: TR : P : Q : Total revenue (Total penerimaan) Harga jual Jumlah komoditi yang dijual Total Biaya Menurut Yesi dan Hidayah (2014), untuk mencari total biaya (total cost) dapat digunakan rumus : TC = FC + VC Keterangan : TC : FC : VC : Total Cost (Total biaya) (Rp) Fixed Cost ( Biaya tetap) (Rp) Variable Cost (Biaya variable/biaya Tidak Tetap) (Rp) Dengan kriteria usaha sebagai berikut : TR > TC maka usaha menguntungkan TR < TC maka usaha rugi

9 TR = TC maka usaha dalam keadaan impas Pendapatan Menurut Wiyono dan Baksh (2015), analisis pendapatan dapat digunakan dengan persamaan berikut : π = TR TC Keterangan: Π : TR : TC : Pendapatan Total Revenue (Total penerimaan) (Rp) Total Cost (Total biaya) (Rp) Analisis Benefit Cost Ratio (B/C) Analisis Benefit Cost Ratio(B/C) merupakan analisis untuk mengetahui kelayakan suatu usaha. Menurut Wardany (2007), rumus untuk mendapatkan nilai B/C adalah: B/C = B/C > 1 : Manfaatnya positif dan layak untuk dilakukan karena menguntungkansecara ekonomi. B/C < 1 : Manfaatnya negatif dantidak layak untukdilakukan karena tidakmenguntungkan secaraekonomi.

10 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Indeks Kesesuaian Wisata Nilai indeks kesesuaian wisata (IKW) Sungai Desa Bukit Lawang disajikan pada Tabel 3 dan perhitungan nilai Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) disajikan pada Lampiran 4. Tabel 3. Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) Lokasi Pengamatan Total Skor IKW (%) Tingkat Kesesuaian Stasiun ,73 % S2 Lokasi Pengamatan Total Skor IKW (%) Tingkat Kesesuaian Stasiun ,73 % S2 Lokasi Pengamatan Total Skor IKW (%) Tingkat Kesesuaian Stasiun ,73 S2 Tabel 4. Potensi Ekologis Pengunjung (K) dan Luas Area Kegiatan (Lt) No. Jenis Kegiatan K ( Pengunjun g) Unit Area (Lt) Keterangan 1. Pemandian 600 m 2 1 orang berenang di 1 sungai sepanjang 60 m x Alam 10 m 2. Duduk Santai 1 10 m 1 orang membutuhkan ruang sepanjang 10 m 3. Rafting m 2 1 orang aksi d sungai 1 sepanjang 1500 m x 27,25 Sumber: Modifikasi Yulianda (2007) Waktu yang disediakan kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari (Wt) merupakan lamanya waktu Sungai Bukit Lawang dibuka dalam satu hari. Waktu yang dihabiskan wisatawan untuk melakukan satu jenis kegiatan (Wp)

11 berbeda-beda tergantung kepada jenis kegiatan wisata. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan setiap kegiatan wisata terdapat pada Tabel 5. Tabel 5. Prediksi Waktu yang Dibutuhkan Untuk Setiap Kegiatan Wisata No. Jenis Kegiatan Waktu yang dibutuhkan Wp (jam) Total waktu 1 hari Wt-(jam) 1. Pemandian 4 11 Alam 2. Duduk Santai Rafting 0,28 11 Sumber: Modifikasi Yulianda (2007) Analisis Parameter Kualitas Air Parameter pengamatan yang digunakan dalam penentuan kualitas air di Sungai Desa Bukit Lawang ini terdiri atas enam (6) parameter, yang meliputi pengukuran suhu, arus, kedalaman, kecerahan, ph, dan DO.Pengukuran kualitas air dan rata-rata hasil analisis parameter kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Tabel 6 berikut. Tabel 6. Rata-rata hasil analisis parameter kualitas air No. Parameter Satuan Stasiun Suhu 0 C 23,66 28,16 24,16 2. Arus m/s 0,7 0,8 0,59 3. Kedalaman Cm 65, Kecerahan m 0,65 0,64 0,55 5. ph - 7,1 7,36 6,96 6. DO mg/l 8,43 7 6,8

12 Responden Pengunjung Hasil tabulasi kuisioner responden pengunjung meliputi tujuan pengunjung, sarana dan prasarana, aktivitas, kualitas ekologi dapat dilihat sebagai berikut. Tujuan Kedatangan Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui tujuan kedatangan wisatawan kedaerah wisata Bukit Lawang adalah untuk rekreasi sebesar 83,33%, untuk pendidikan sebesar 11,11% dan untuk penelitian sebesar 5,55%. Tujuan kedatangan pengunjung dapat dilihat pada Gambar 6. N; Rekreasi; 75 %; Rekreasi; 83,33 N % %; N; Pendidikan; Pendidikan; %; 11,11 10 N; Penelitian; Penelitian; 5,55 Gambar 6. Grafik Hitungan Tujuan Kedatangan Penginapan Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui penginapan yang terdapat didaerah wisata Bukit Lawang adalah tergolong baik sebesar 38,88%, tergolong cukup sebesar 55,55% dan tergolong kurang sebesar 5,55%. Penginapan daerah Bukit Lawang dapat dilihat pada Gambar 7.

13 N; Cukup; 50 N % %; Cukup; 55,55 %; Baik; 38,88 N; Baik; 35 %; Kurang; N; Kurang; 5,55 5 Gambar 7. Grafik Hitungan Penginapan Kegiatan di Lokasi Sungai Bukit Lawang Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui kegiatan yang dapat dilakukan didaerah wisata Bukit Lawang seperti mandi di sungai sebesar 33,33%, kegiatan bersantai di pondok sebesar 21,11% kegiatan memancing sebesar 10% dan kegiatan Rafting sebesar 35,55%. Kegiatan di lokasisungai Bukit Lawang dapat dilihat pada Gambar 8. %; Mandi di N; Mandi di Sungai ; N % %; Rafting; 35,55 Sungai ; 30 33,33 N; Rafting; %; 32 N; Bersantai Bersantai di di Pondok; Pondok; 19 21,11 %; Memancing N; ; 10 Memancing ; 9 Gambar 8. Kegiatan di Lokasi Sungai Bukit Lawang Keindahan Alam Sungai Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui keindahan alam sungai Bukit Lawang adalah tergolong indah sebesar 50%, tergolong cukup indah 46,66% dan tergolong kurang indah sebesar 3,33%. Keindahan alam sungai dapat dilihat pada Gambar 9.

14 N; Cukup Indah; 42 N %;% Cukup Indah; 46,66 %; Indah; N; Indah; %; Kurang Indah; 3,33 N; Kurang Indah; 3 Analisis Ekonomi Gambar 9. Keindahan Alam Sungai Penerimaan Penerimaan adalah jumlah hasil produksi dikalikan dengan harga obyeknya yang berlaku pada saat dilakukannya penelitian.analisi usaha yang berada di daerah wisata Bukit Lawang meliputi, Rumah Makan, Penginapan,Souvenir Shop, Penyewaan Ban, Pemandu dan Penyewaan Lapak. Penerimaan dari setiap hasil analisis ekonomi tersebut dapat dilihat pada Tabel 7. Perhitungan Analisi usaha yang meliputi, Rumah Makan, Penginapan, Souvenir Shop, Penyewaan Ban, Pemandu dan Penyewaan Lapak berturut-turut dapat dilihat pada Lampiran 10, 11, 12 13, 14, dan 15. Tabel 7. Penerimaan dari setiap hasil analisis ekonomi Keterangan Produksi Harga Satuan Jumlah (Rp) Rumah Makan Penginapan Souvenir Shop Penyewaan Ban Pemandu

15 Penyewaan Lapak Total Biaya Total biaya adalah keseluruhan biaya yang dipergunakan dalam suatu usaha, dimana didapat dari penjumlahan biaya tetap dan biaya variable dari suatu usaha. Total biaya dari setiap usaha yang ada didaerah wisata Bukit Lawang dapat dilihat Pada Tabel 8. Perhitungan total biaya (biaya tetap dan biaya variabel) dari setiap analisis usaha dapat dilihat berturut-turut pada Lampiran 16, 17,18, 19, 20, dan 21. Tabel 8. Total Biaya dari setiap hasil analisis ekonomi Keterangan Biaya Tetap Biaya Variabel Jumlah (Rp) Rumah Makan ,667 Penginapan Souvenir Shop Penyewaan Ban Pemandu Penyewaan Lapak Pendapatan Pendapatan adalah hasil yang didapatkan dari suatu usaha yaitu pengurangan dari hasil penerimaan dengan total biaya suatu usaha. Pendapatan usaha didaerah wisata Bukit Lawang dapat dilihat pada Tabel 9. Perhitungan pendapat dari setiap analisis usaha dapat dilihat pada Lampiran 22. Tabel 9. Pendapatan dari setiap hasil analisis ekonomi

16 Keterangan Pendapatan (Rp)/Hari Rumah Makan Penginapan Souvenir Shop Penyewaan Ban Pemandu Penyewaan Lapak Analisis Benefit Cost Ratio (B/C) Analisis Benefit Cost Ratio(B/C) adalah hasil analisi untuk mengetahui kelayakan suatu usaha yang didapatkan dari nilai pendapatan yang dibagikan dengan total biaya suatu usaha. Hasil analisis Benefit Cost Ratio(B/C) didaerah wisata Bukit Lawang dapat dilihat pada Tabel 10. Perhitungan analisis Benefit Cost Ratio (B/C) dapat dilihat pada Lampiran 23. Tabel 10. Analisi Benefit Cost Ratio(B/C) Keterangan B/C (Rp) Rumah Makan 0,342 Penginapan 2,473 Souvenir Shop 2,763 Penyewaan Ban 3 Pemandu Penyewaan Lapak 1,496 Pembahasan Indeks Kesesuaian Wisata

17 Perhitungan Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) memperhatikan beberapa parameter, yang meliputi kedalaman perairan, tipe sungai, lebar sungai, material dasar perairan, kecepatan arus, kecerahan perairan, penutupan lahan sungai, biota berbahaya, Ph dan DO (Modifikasi Yulianda 2007). Nilai Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) dapat dilihat pada Tabel 3 dan penghitungan nilai Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) disajikan pada Lampiran 6. Wisata perairan Bukit Lawang memiliki nilai IKW sebesar, 70,73 % untuk stasiun1, 70,73 % untuk stasiun 2 dan 70,73 % untuk stasiun 3 dimana semuanya termasuk kedalam kategori S2 (cukup sesuai) dari hal ini berarti dapat ditarik kesimpulan wisata perairan Bukit Lawang sesuai dijadikan sebagai kawasan ekowisata, maka dari itu pengelolaan kawasan wisata Sungai perlu dilakukan dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan sesuai dengan faktor- faktor yang berpengaruh terhadap kelestarian sungai dan hubungannya dengan manuasia sebagai yang melakukan aktivitas wisata dikawasan tersebut guna untuk keberlanjutan ekowisata didaerah ini. Hal ini sesuai dengan Natha dkk (2014) yang menyatakan bahwa dalam pengelolaan dan pengembangannya suatu wilayah perlu memperhatikan aspek kelestarian lingkungan. Pengelolaan dan pengembangan wisata hendaknya diterapkan pengelolaan yang didasari pada konsep ekowisata yaitu suatu konsep pariwisata yang mencerminkan wawasan lingkungan dan mengikuti kaidah-kaidah keseimbangan dan kelestarian serta dapat meningkatkan kualitas hubungan antar manusia, kualitas hidup masyarakat setempat dan menjaga kualitas lingkungan.

18 Daya Dukung Kawasan (DDK) Kawasan wisata perairan Bukit Lawang memiliki luas lahan ± 5,45 Ha. Aktivitas wisata yang dilakukan oleh pengunjung di Sungai Bukit Lawang adalah pemandian alam, duduk santai dan rafting. Untuk aktivitas pemandian alam lahan yang disediakan adalah 27,250 m 2, sedangkan luas unit area yang diperlukan untuk pemandian alam adalah 600 m 2 setiap 1 orang pengunjung, dengan waktu yang disediakan yaitu 11 jam dan prediksi waktu yang dibutuhkan adalah sebesar 4 jam. Hasil daya dukung kawasan kategori Pemandian Alam di Sungai Bukit Lawang yaitu 125 orang per hari. Untuk aktivitas duduk santai lahan yang disediakan adalah 1000 m, sedangkan luas unit area yang diperlukan untuk duduk santai adalah 10 m setiap 1 orang pengunjung, dengan waktu yang disediakan yaitu 24 jam dan prediksi waktu yang dibutuhkan adalah sebesar 10 jam. Hasil daya dukung kawasan kategori duduk santai di Sungai Bukit Lawang yaitu 120 orang per hari. Untuk aktivitas Rafting lahan yang disediakan adalah m 2, sedangkan luas unit area yang diperlukan untuk Rafting adalah m 2 setiap 1 orang pengunjung, dengan waktu yang disediakan yaitu 11 jam dan prediksi waktu yang dibutuhkan adalah sebesar 0,28 jam.hasil daya dukung kawasan kategori Rafting di Sungai Bukit Lawang yaitu 105 orang per hari. Perhitungan aktivitas pemandian alam, duduk santai dan Rafting dapat dilihat pada Lampiran 7. Daya dukung kawasan adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Hal ini sesuai dengan Setyawan dkk (2016) yang menyatakan bahwa Daya dukung merupakan konsep pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang lestari berdasarkan

19 ukuran kemampuannya. Konsep ini dikembangkan untuk meminimalkan kerusakan atau degradasi sumberdaya alam dan lingkungan sehingga kelestarian, keberadaan, dan fungsinya dapat tetap terwujud dan pada saat yang bersamaan, masyarakat atau pengguna sumberdaya tetap dalam kondisi sejahtera dan tidak dirugikan. Perhitungan daya dukung kawasan dimaksudkan untuk membatasi pemanfaatan yang berlebihan dan mencegah kerusakan ekosistem. Analisis Parameter Kualitas Air Hasil pengukuran suhu air sungai yang dilakukan di sungai Bukit Lawang menunjukkan suhupada stasiun 1 yaitu sebesar 23,66 ºC, sedangkan pada stasiun 2 yaitu sebesar 28,16 ºC dan stasiun 3 yaitu sebesar 24, 16 ºC.Dari hasil pengukuran suhu di sungai Bukit Lawang didapatkan nilai suhu yang bervariasi sesuai dengan ketinggian dan topografi disepanjang sungai tersebut dengan nilai yang tertinggi pada stasiun 2 dengan pengambilan sampel pada jam 12 siang dan yang terendah pada stasiun 1 dengan pengambilan sampel jam 9.Pengukuran kualitas air dan rata-rata hasil analisis parameter kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Tabel 6 berikut. Hal ini sesuai dengan Roulia (2014) yang menyatakan suhu akan bervariasi tidak hanya di sepanjang sungai tetapi juga melalui periode musim. Ketinggian, iklim lokal, dan sejauh mana vegetasi di sisi sungai juga akan mempengaruhi suhu. Suhu dapat mempengaruhi metabolisme. Hal ini sangat bervariasi antar spesies, terutama ambang batas kemampuan mereka bertahan hidup. Hasil pengukuran arus air sungai yang dilakukan di sungai Bukit Lawang menunjukkan aruspada stasiun 1 yaitu sebesar 0,7 m/s, sedangkan pada stasiun 2

20 yaitu sebesar 0,8 m/s dan stasiun 3 yaitu sebesar 0,59m/s.Dari hasil pengukuran arus di sungai Bukit Lawang didapatkan nilai arus yang saling tidak jauh berbeda karena pada perairan Bukit Lawang arusnya bergerak sama kesegala arah dari badan sungai. Pengukuran kualitas air dan rata-rata hasil analisis parameter kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Tabel 6 berikut. Hal ini sesuai dengan Purba (2016) yang menyatakan arus air adalah faktor yang mempunyai peranan sangat penting baik pada perairan lotik maupun perairan lentik. Hal ini berhubungan dengan penyebaran organisme, gas-gas terlarut dan mineral yang terdapat di dalam air. Kecepatan aliran air akan bervariasi secara vertikal. Arus air yang pada perairan lotikumumnya bersifat turbulen, yaitu arus air yang bergerak ke segala arah sehigga air akan terdistribusi ke seluruh bagian dari perairan tersebut. Hasil pengukuran kedalaman air sungai yang dilakukan di sungai Bukit Lawang menunjukkan kedalamanpada stasiun 1 yaitu sebesar 65,16 cm, sedangkan pada stasiun 2 yaitu sebesar 64 cm dan stasiun 3 yaitu sebesar 55 cm. Kedalaman perairan pada umumnya berhubungan dengan kecerahan pada perairan. Pengukuran kualitas air dan rata-rata hasil analisis parameter kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Tabel 6 berikut. Effendi (2013) menyatakan kedalaman perairan berhubungan dengan intensitas cahaya yang masuk kedalam kolom perairan. Intensitas cahaya yang masuk kedalam kolom air semakin berkurang dengan bertambahnya kedalaman perairan. Hasil pengukuran kecerahan air sungai yang dilakukan di sungai Bukit Lawang menunjukkan kecerahanpada stasiun 1 yaitu sebesar 0,65 m, sedangkan pada stasiun 2 yaitu sebesar 0,64 m dan stasiun 3 yaitu sebesar 0,55m.

21 Pengukuran kecerahan perairan ini menggunakan keping secchi (Secchi disk) dengan melihat batas pandangan terhadap warna putih yang terdapat pada keping secchi (Secchi disk). Hal ini sesuai dengan Libertyta (2014) yang menyatakan kecerahan adalah ukuran transparansi perairan yang diamati secara visual dengan menggunakan keping Secchi. Kecerahan perairan dipengaruhi oleh kandungan bahan-bahan halus yang terdapat dalam air baik berupa bahan organik seperti plankton, jasad renik, detritusmaupun bahan anorganik seperti partikel pasir dan lumpur. Prinsip penentuan kecerahan air dengan keping Secchi adalah berdasarkan batas pandangan kedalam air untuk melihat warna putih yang berada didalam air. Hasil pengukuran ph air sungai yang dilakukan di sungai Bukit Lawang menunjukkan phpada stasiun 1 yaitu sebesar 7,1, sedangkan pada stasiun 2 yaitu sebesar 7,36 dan stasiun 3 yaitu sebesar 6,96. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguanmetabolisme dan respirasi, begitu juga dengan manusia ph yang begitu asam atau basa dapat menyebabkan iritasi pada kulit, dengan demikian nilai ph disungai Bukit Lawang termasuk kategori yang optimal. Pengukuran kualitas air dan rata-rata hasil analisis parameter kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Tabel 6 berikut. Hal ini sesuai Lubis (2013) yang menyatakan bahwa besarnya angka ph dalam suatu perairan dapat dijadikan indikator adanya keseimbangan unsur-unsur kimia dan dapat mempengaruhi ketersediaan unsur-unsur kimia dan unsur-unsur hara yang amat bermanfaat bagi kehidupan vegetasi akuatik.umumnya, perairan

22 dengan tingkat ph yang lebih kecil daripada 4,8 dan lebih besar daripada 9,2 sudah dapat dianggap tercemar. Hasil pengukuran DO air sungai yang dilakukan di sungai Bukit Lawang menunjukkan DO pada stasiun 1 yaitu sebesar 8,43 mg/l, sedangkan pada stasiun 2 yaitu sebesar 7mg/l dan stasiun 3 yaitu sebesar 6,8 mg/l. Nilai DO dapat dipengaruhi oleh arus air karena dari difusi air yang dapat menyumbangkan oksigen sehingga di sungai Bukit Lawang ini nilai DO dapat tergolong baik.pengukuran kualitas air dan rata-rata hasil analisis parameter kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Tabel 6 berikut. Hal ini sesuai dengan Telaumbanua (2013) yang menyatakan bahwa oksigen terlarut akan berpengaruh langsung pada kemampuan organisme air untuk bertahan di perairan tercemar.bagi organisme-organisme akuatik, biasanya membutuhkan oksigen pada konsentrasi 5 8 mg/l untuk dapat hidup secara normal. Kandungan oksigen terlarut yang tinggi dan kandungan karbondioksida bebas yang rendah umumnya terdapat pada sistem perairan mengalir. Hal ini disebabkan oleh peran arus yang membantu dalam memberikan sumbangan oksigen. Responden Pengunjung Tujuan kedatangan wisatawan kedaerah wisata Bukit Lawang adalah untuk rekreasi sebesar 83,33%, untuk pendidikan sebesar 11,11% dan untuk penelitian sebesar 5,55%. Tujuan kedatangan pengunjung dapat dilihat pada Gambar 6. Penginapan yang terdapat didaerah wisata Bukit Lawang adalah tergolong baik sebesar 38,88%, tergolong cukup sebesar 55,55% dan tergolong kurang sebesar 5,55%. Penginapan daerah Bukit Lawang dapat dilihat pada

23 Gambar 7. Kegiatan yang dapat dilakukan didaerah wisata Bukit Lawang seperti mandi di sungai sebesar 72,22%, kegiatan bersantai di pondok sebesar 17,77% dan kegiatan memancing sebesar 10%. Kegiatan di lokasi sungai Bukit Lawang dapat dilihat pada Gambar 8. Keindahan alam sungai Bukit Lawang yaitu tergolong indah sebesar 50%, tergolong cukup indah 46,66% dan tergolong kurang indah sebesar 3,33. Keindahan alam sungai dapat dilihat pada Gambar 9.Dari semua hasil responden pengunjung diatas dipengaruhi dari faktor daya tarik yang membuat orang berkeinginan untuk mengunjungi dan melihat secara langsung ke tempat wisata Bukit Lawang baik daya tarik berupa keindaham alamnya, sarana dan prasarana maupun yang lainnya. Menurut Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (2003) daya tarik adalah modal utama yang memungkinkan datangnya pengunjung. Kriteria daya tarik ini yaitu: keunikan, variasi kegiatan, jenis sumberdaya yang menonjol, keamanan dan kenyamanan. Keterkaitan Wisata Perairan dengan Sosial Ekonomi Sosial Keberadaan obyek wisata perairan desa Bukit Lawang terhadap keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat berdampak sangat positif. Dampak positif yang paling dirasakan terutama masyarakat disekitar obyek wisata perairan yaitu meningkatnya pendapatan masyarakat, terciptanya lapangan kerja baru, meningkatnya keramaian dan kepemilikan harta benda.

24 Keterkaitan antara keberadaan obyek wisata perairan di Bukit Lawang : pemandian alam, duduk santai dan rafting dengan menghubungkan pendapatan masyarakat sangat erat sekali. Keberadaan obyek wisata perairan didesa Bukit Lawang memiliki dampak sosial yang dirasakan oleh masyarakat sekitar. Hal ini dapat dilihat dari banyak berubahnya mata pencaharian masyarakat sekitar obyek wisata perairan, sebelum adanya obyek wisata perairan masyarakat bekerja sebagai petani dan buruh petani ataupun pengangguran. Namun saat ini dengan makin berkembangnya objek wisata perairan maka banyak yang mengikuti dan menyokong wisata tersebut dengan beralih membuka usaha rumah makan, usaha penginapan, usaha souvenir shop, usaha penyewaan ban, usaha pemandu, usaha penyewaan lapak wisata dan ada juga yang beralih menjadi tukang parkir disekitar objek wisata perairan Bukit Lawang. Ekonomi Penerimaan rata-rata/ hari dari setiap usaha yang ada didaerah wisata Bukit lawang meliputi rumah makan Rp , penginapan Rp , Souvenir Shop Rp , penyewaan ban Rp , pemandu Rp , dan penyewaan lapak Rp Hasil penerimaan diatas didapatkan dari hasil perkalian antara hasil produksi dengan harga jual yang telah ditetapkan. Penerimaan dari setiap hasil analisis ekonomi tersebut dapat dilihat pada Tabel 7. Wijaya (2010) menyatakan biaya yang timbul dari perolehan atau mengolah suatu produk atau jasa akan berharga jual produk yang bersangkutan. Harga jual produk akan mempengaruhi besar volume penjualan produk atau jasa yang bersangkutan.

25 Total biaya pada setiap usaha didaerah wisata Bukit Lawang yaitu pada rumah makan Rp , penginapan Rp , Souvenir Shop Rp , Penyewaan Ban Rp , Pemandu Rp 0 (Nol Rupiah), Penyewaan Lapak Rp Total biaya ini dapatkan dari penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel dari masing-masing usaha. Total biaya dari setiap usaha yang ada didaerah wisata Bukit Lawang dapat dilihat Pada Tabel 8. Menurut Utomo dan Utomo (2014) harga adalah jumlah dan atau barang yang dibutuhkan untuk mendapatkan kombinasi dari barang lain yang disertakan dengan pemberian jasa. Penetapan harga ditentukan oleh biaya-biaya yaitu biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh volume produksi dan biaya variabel yaitu biaya yang besarnya tergantung terhadap volume produksi. Dari kedua biaya tersebut kemudian dijumlahkan menjadi biaya total. Biaya total produksi merupakan harga yang mempengaruhi harga jual. Pendapatan pada setiap usaha didaerah wisata Bukit Lawang yaitu pada rumah makan Rp , penginapan Rp , Souvenir Shop Rp , Penyewaan Ban Rp , Pemandu Rp , Penyewaan Lapak Rp Pendapatan ini dapatkan dari penjumlahan total penerimaan dikurangkan dengan total biaya dari masing-masing usaha. Pendapatan dari setiap usaha termasuk menguntungkan yaitu dipengaruhi oleh modal kerja, tenaga kerja dan kondisi alam dan cuaca. Pendapatan dari setiap usaha yang ada didaerah wisata Bukit Lawang dapat dilihat Pada Tabel 9. Menurut Isrohah (2015) menyatakan bahwa faktor modal kerja secara teoritis mempengaruhi pendapatan usaha. Peningkatan dalam modal kerja akan mempengaruhi peningkatan jumlah produksi sehingga

26 akan meningkatkan pendapatan serta tenaga kerja dan kondisi alam yang baik juga secara teoritis akan mempengaruhi pendapatan usaha. Nilai Benefit Cost Ratio (B/C) pada setiap usaha didaerah wisata Bukit Lawang yaitu pada rumah makan 0,342, penginapan 2,473, Souvenir Shop 2,763 Penyewaan Ban 3, Pemandu, Penyewaan Lapak 1,496. Analisis Nilai Benefit Cost Ratio (B/C) ini dapatkan dari pembagian total pendapatan dengan total biaya dari masing-masing usaha. Analisis Nilai Benefit Cost Ratio (B/C) yang bernilai kurang dari 1 artinya suatu usaha itu tidal layak untuk dilanjutkan sedangkan Analisis benefit ratio (B/C) yang nilainya lebih dari 1 artinya usaha tersebut layak unyuk dilanjutkan. Dari hasil Analisis Nilai Benefit Cost Ratio (B/C) yang didapatkan didaerah wisata Bukit Lawang setiap usaha yang ada bernilai diatas 1, kecuali usaha rumah makan yang nilai Analisis Nilai Benefit Cost Ratio (B/C) berada kurang dari 1. Rumah makan yang nilai Analisis Nilai Benefit Cost Ratio (B/C) kurang dari 1 itu dianggap biasa karena peran rumah makan dalam konteks ekowisata hanya sebagai pelengkap atau sampingan yang berarti dapat tetap dilanjutkan.analisis Nilai Benefit Cost Ratio (B/C) dari setiap usaha yang ada didaerah wisata Bukit Lawang dapat dilihat Pada Tabel 10. Berdasarkan Kordi (2009) nilai BCR lebih dari satu berarti usaha tersebut memiliki manfaat positif dan layak untuk dilakukan karena menguntungkan secara ekonomi. Dampak ekonomi yang dirasakan hampir semua masyarakat sekitar obyek wisata Perairan desa Bukit Lawang yaitu memperoleh pendapatan melalui adanya usaha seperti Rumah makan, penginapan, Souvenir Shop, Penyewaan Ban, Pemandu dan penyewaan lapak.

27 Sebagai contoh nilai Benefit Cost RatioB/C pada pendapatan masyarakat sekitar seperti Penginapan, Penyewaan ban, Souvenir shop, Pemandu dan Penyewaan Lapak yang menunjukkan angka > 1.Meskipun untuk usaha Rumah Makan menunjukkan angka < 1 hal ini dikarenakan Rumah makan didaerah wisata hanyalah sebagai sampingan bukan menjadi fokus dalam pendapatan ekonomi masyarakat, dimana pada daerah wisata perairan desa Bukit Lawang, banyak yang membawa bekal sehingga tidak memfokuskan untuk membeli makanan ditempat wisata sekitar. Hasil dari perhitungan Benefit Cost RatioB/C usaha penyewaan ban didapatkan dengan nilai 1 yaitu 3. Hal ini membuktikan bahwa dari usaha penyewaan ban mempunyai dampak sangat positif terhadap sosial ekonomi masyarakat sekitar.

28 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Peranan ekowisata terkait sosial ekonomi masyarakat Bukit Lawang sangat berpengaruh, dimana dapat dilihat hasil pendapatan yang dari setiap usahanya menguntungkan dan analisis benefit cost ratio (B/C) dimana nilainya rata-rata 1 berarti positif yang artinya suatu usaha tersebut layak dilakukan, kecuali usaha rumah makan yang nilai benefit cost ratio (B/C) Kualitas Perairan Bukit Lawang tergolong baik dapat dilihat dari hasil pengamatan yang dilakukan dan dikaitkan dengan hasil Indeks Kesesuaian Wisata pada setiap stasiunnya berturut-turut bernilai S2 (Sesuai) untuk dijadikan daerah ekowisata, dan hasil Daya Dukung Kawasan untuk aktivitas pemandian alam, duduk santai serta rafting yang juga sesuai dengan parameter-parameter kualitas air didaerah wisata Bukit Lawang. 3. Strategi pengelolaan yang dapat dilakukan yaitu dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan perairan Bukit Lawang dengan memperhatikan kaidahkaidah dari setiap parameter lingkungan baik kualitas air maupun sosial ekonominya. Saran 1. Perlu dilakukannya analisis ekonomi terkait usaha Rumah makan, yang memang memberikan pengaruh positif atau tidak terhadap kegiatan ekowisata perairan.

29 2. Perlu dilakukan pengkajian tentang cara memanajemen setiap kegiatan baik melalui indeks keseuaiannya maupun daya dukung kawasan yang ada didaerah wisata Bukit Lawang guna untuk tetap menjaga daerah wisata tersebut agar dapat berkelanjutan. 3. Perlu dilakukan pembentukan grup atau kelompok sesuai dengan masingmasing usaha yang ada didaerah wisata Bukit Lawang guna agar setiap usaha dapat terkoordinasi dengan satu komando dan supaya tidak adanya penekanan dalam persaingan tidak sehat antar setiap usaha yang ada, guna untuk menjaga kelestarian lingkungan kualitas perairan maupun sosial ekonomi masyarakat didaerah wisata Perairan Bukit Lawang.

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 14 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan Pantai Lampuuk Kabupaten Aceh Besar, Provinsi NAD. Secara geografis Kabupaten Aceh Besar terletak pada 5,2º-5,8º

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tigaras, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun, Provinsi

METODE PENELITIAN. Tigaras, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun, Provinsi 15 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2017 di Pantai Paris, Desa Tigaras, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan

3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 13 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan Pantai Santolo, Kabupaten Garut. Pantai Santolo yang menjadi objek penelitian secara administratif berada di dua

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian METODOLOGI. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini terdiri dari tahapan, yakni dilaksanakan pada bulan Agustus 0 untuk survey data awal dan pada bulan FebruariMaret 0 pengambilan data lapangan dan

Lebih terperinci

EVALUASI POTENSI KAWASAN WISATA DANAU LIMBOTO PROVINSI GORONTALO

EVALUASI POTENSI KAWASAN WISATA DANAU LIMBOTO PROVINSI GORONTALO LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL EVALUASI POTENSI KAWASAN WISATA DANAU LIMBOTO PROVINSI GORONTALO OLEH : VEGGY ARMAN NIM. 633410011 EVALUASI POTENSI KAWASAN WISATA DANAU LIMBOTO PROVINSI GORONTALO Veggy

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai Sari Ringgung, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, pada bulan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara 61 LAMPIRAN 62 Lampiran 1. Kuisioner untuk Pengunjung Pantai Paris Tigaras PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA No. Waktu Hari/Tangga A. Data Pribadi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama 3 bulan terhitung sejak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama 3 bulan terhitung sejak 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama 3 bulan terhitung sejak bulan eptember sampai Desember 2013. Penelitian ini bertempat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. meskipun ada beberapa badan air yang airnya asin. Dalam ilmu perairan

TINJAUAN PUSTAKA. meskipun ada beberapa badan air yang airnya asin. Dalam ilmu perairan TINJAUAN PUSTAKA Danau Perairan pedalaman (inland water) diistilahkan untuk semua badan air (water body) yang ada di daratan. Air pada perairan pedalaman umumnya tawar meskipun ada beberapa badan air yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian berlokasi di Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan yang berada di kawasan Taman Wisata Perairan Gili Matra, Desa Gili Indah,

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 17 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan Pulau Hari Kecamatan Laonti Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Lokasi penelitian ditentukan

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI OBJEK WISATA ALAM TIRTA DESA BUKIT LAWANG KECAMATAN BAHOROK KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA

KAJIAN POTENSI OBJEK WISATA ALAM TIRTA DESA BUKIT LAWANG KECAMATAN BAHOROK KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA KAJIAN POTENSI OBJEK WISATA ALAM TIRTA DESA BUKIT LAWANG KECAMATAN BAHOROK KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA (Potential Study of Nature Tourism Object Tirta Bukit Lawang Village Bahorok District Langkat

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara 54 LAMPIRAN 55 Lampiran 1. Kuisioner penelitian untuk wisatawan daerah tujuan wisata Ajibata Kabupaten Toba Samosir Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian No. : Waktu : Hari/Tanggal

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian untuk pengunjung wisata Pantai Sri

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian untuk pengunjung wisata Pantai Sri Lampiran 1. Kuesioner Penelitian untuk pengunjung wisata Pantai Sri Mersing Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian No. : Waktu : Hari/Tanggal : No : Waktu : Hari/tanggal : A. Identitas

Lebih terperinci

KAJIAN DAYA DUKUNG FISIK WISATA DANAU DI PANTAI PASIR PUTIH PARBABA KABUPATEN SAMOSIR

KAJIAN DAYA DUKUNG FISIK WISATA DANAU DI PANTAI PASIR PUTIH PARBABA KABUPATEN SAMOSIR KAJIAN DAYA DUKUNG FISIK WISATA DANAU DI PANTAI PASIR PUTIH PARBABA KABUPATEN SAMOSIR (The Study of Physical Carrying Capacity Lake Tourism at Parbaba Pasir Putih Beach District Samosir) Nancy Rolina,

Lebih terperinci

Studi Potensi dan Dampak Aktivitas Wisata Sungai Batang Gadis di Kota Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal

Studi Potensi dan Dampak Aktivitas Wisata Sungai Batang Gadis di Kota Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Studi Potensi dan Dampak Aktivitas Wisata Sungai Batang Gadis di Kota Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Study Of Potency And Analysis Of The Impact Of Tourism Activities On Water Quality Batang Gadis

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 22 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian selama 6 (enam) bulan yaitu pada bulan Mei sampai Oktober 2009. Lokasi penelitian dan pengamatan dilakukan di Pulau

Lebih terperinci

No : Hari/tanggal /jam : Nama instansi : Alamat Instansi : Nama responden yang diwawancarai Jabatan

No : Hari/tanggal /jam : Nama instansi : Alamat Instansi : Nama responden yang diwawancarai Jabatan LAMPIRAN 55 Lampiran 1. Kuisioner pengelola dan instansi terkait Kuisioner untuk pengelola dan Instansi terkait Pantai Pangumbahan No : Hari/tanggal /jam : Nama instansi : Alamat Instansi : Nama responden

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU Urip Rahmani 1), Riena F Telussa 2), Amirullah 3) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan USNI Email: urip_rahmani@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan 31 BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lanskap wisata TNB, Sulawesi Utara tepatnya di Pulau Bunaken, yang terletak di utara Pulau Sulawesi, Indonesia. Pulau

Lebih terperinci

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perairan merupakan ekosistem yang memiliki peran sangat penting bagi kehidupan. Perairan memiliki fungsi baik secara ekologis, ekonomis, estetika, politis,

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 Maret- 20 Juli 2011 di Perairan Kuala Tanjung Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara, dan laboratorium Pengelolaan

Lebih terperinci

Kesesuaian Wisata Pantai Berpasir Pulau Saronde Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

Kesesuaian Wisata Pantai Berpasir Pulau Saronde Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara 1 Kesesuaian Wisata Pantai Berpasir Pulau Saronde Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara Masita Hair Kamah 1), Femy M. Sahami 2), Sri Nuryatin Hamzah 3) Email : nishabandel@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

Kajian Kesesuaian Wisata Dan Daya Dukung Kawasan Wisata Sungai Bingai Namu Sira-Sira Langkat Sumatera Utara

Kajian Kesesuaian Wisata Dan Daya Dukung Kawasan Wisata Sungai Bingai Namu Sira-Sira Langkat Sumatera Utara Kajian Kesesuaian Wisata Dan Daya Dukung Kawasan Wisata Sungai Bingai Namu Sira-Sira Langkat Sumatera Utara Study on Suitability and Carrying Capacity of Bingai River Namu Sira-Sira at Langkat Regency

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI EKOWISATA DANAU TOBA DI PANTAI PARIS KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA

ANALISIS POTENSI EKOWISATA DANAU TOBA DI PANTAI PARIS KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA ANALISIS POTENSI EKOWISATA DANAU TOBA DI PANTAI PARIS KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA (Analysis Potential Ecotourism Toba Lake in Paris Beach, Simalungun district, North Sumatera) 1 Putri Y R Simanjuntak,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 RUANG LINGKUP PENELITIAN 3.1.1 Ruang Lingkup Substansi Penelitian ini menitikberatkan untuk menghitung Indeks Kesesuaian Kawasan Wisata dengan memperhatikan daya dukung kawasan

Lebih terperinci

Sumatera Utara, Medan, Indonesia Utara, Medan, Indonesia Utara, Medan, Indonesia 20155

Sumatera Utara, Medan, Indonesia Utara, Medan, Indonesia Utara, Medan, Indonesia 20155 KUALITAS AIR DAN PERSEPSI PENGUNJUNG DI KAWASAN WISATA SUNGAI SAMPUREN PUTIH KABUPATEN DELI SERDANG PROVINSI SUMATERA UTARA Water Quality and Visitor Perception in The Area of The White River Tourism Sampuren

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH Rezha Setyawan 1, Dr. Ir. Achmad Rusdiansyah, MT 2, dan Hafiizh

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelompok Umur Pertumbuhan populasi tiram dapat dilihat berdasarkan sebaran kelompok umur. Analisis sebaran kelompok umur dilakukan dengan menggunakan FISAT II metode NORMSEP.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisa kesesuaian lahan perairan Abalon ini

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisa kesesuaian lahan perairan Abalon ini III METODE PENELITIAN.. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Lokasi dan objek penelitian analisa kesesuaian lahan perairan Abalon ini berada di Teluk Cikunyinyi, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan 25 METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Situ Sawangan-Bojongsari, Kecamatan Sawangan dan Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat. Waktu penelitian adalah 5

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN . METODE PENELITIAN.1. Bagan Alir Penelitian Penilitian ini dilakukan untuk mengetahui kegiatan-kegiatan wisata mangrove yang baik dan ramah lingkungan berdasarkan persepsi masyarakat dengan cara multi

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Distribusi Vertikal Oksigen Terlarut Oksigen terlarut merupakan salah satu faktor pembatas bagi sumberdaya suatu perairan karena akan berpengaruh secara langsung pada kehidupan

Lebih terperinci

Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian BAB III BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di daerah Teluk Hurun, Lampung. Teluk Hurun merupakan bagian dari Teluk Lampung yang terletak di Desa Hanura Kec. Padang Cermin Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan data sampel yaitu dengan pengamatan atau pengambilan sampel secara langsung pada lokasi

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi sampling untuk pengambilan sampel ikan adalah Purpossive Random Sampling dengan menentukan tiga stasiun pengamatan.

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI (Analysis of suitability and carrying capacity of Pantai Cermin area Serdang Bedagai Regency) Syahru Ramadhan

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2010 pada 3 (tiga) lokasi di Kawasan Perairan Pulau Kampai, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produktivitas Primer Fitoplankton Berdasarkan hasil penelitian di Situ Cileunca didapatkan nilai rata-rata produktivitas primer (PP) fitoplankton pada Tabel 6. Nilai PP

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air TINJAUAN PUSTAKA Sungai Sungai merupakan suatu bentuk ekositem aquatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah di sekitarnya,

Lebih terperinci

STUDI KESESUAIAN PANTAI LAGUNA DESA MERPAS KECAMATAN NASAL KABUPATEN KAUR SEBAGAI DAERAH PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN KONSERVASI

STUDI KESESUAIAN PANTAI LAGUNA DESA MERPAS KECAMATAN NASAL KABUPATEN KAUR SEBAGAI DAERAH PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN KONSERVASI STUDI KESESUAIAN PANTAI LAGUNA DESA MERPAS KECAMATAN NASAL KABUPATEN KAUR SEBAGAI DAERAH PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN KONSERVASI Oleh Gesten Hazeri 1, Dede Hartono 1* dan Indra Cahyadinata 2 1 Program Studi

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Tahapan Penelitian 3.3 Pengumpulan Data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Tahapan Penelitian 3.3 Pengumpulan Data 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur yaitu di kawasan pesisir Kecamatan Pringkuku. Kawasan Pesisir Kecamatan Pringkuku terdiri

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB 2 BAHAN DAN METODE BAB 2 BAHAN DAN METODE 2.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 pada beberapa lokasi di hilir Sungai Padang, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batubara. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sejarah dan Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Desa Botutonuo berawal dari nama satu dusun yang berasal dari desa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sejarah dan Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Desa Botutonuo berawal dari nama satu dusun yang berasal dari desa 27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian a. Sejarah dan Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Botutonuo berawal dari nama satu dusun yang berasal dari desa induk Molotabu. Dinamakan

Lebih terperinci

KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT

KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT Hesti Wahyuningsih Abstract A study on the population density of fish of Jurung (Tor sp.) at Bahorok River in Langkat, North

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme, atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove banyak dijumpai di wilayah

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia kaya dan beranekaragam sumberdaya alam. Satu diantara sumberdaya alam di wilayah pesisir adalah ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove merupakan ekosistem

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian telah dilaksanakan di perairan Pulau Biawak Kabupaten Indramayu dan Laboratorium Manajemen Sumberdaya dan Lingkungan Perairan Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan data sampel menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau

BAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan data sampel menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan data sampel menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau pengambilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu dari luar sistem perairannya sehingga dapat dinetralkan atau distabilkan kembali dalam jangka waktu

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - April 2011 di Perairan Kuala Tanjung Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara, dan laboratorium Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITAN

3. METODOLOGI PENELITAN 3. METODOLOGI PENELITAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pantai Sanur Desa Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Provinsi Bali (Lampiran 1). Cakupan objek penelitian

Lebih terperinci

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN 49 V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN 5.1 Distribusi Parameter Kualitas Perairan Karakteristik suatu perairan dan kualitasnya ditentukan oleh distribusi parameter fisik dan kimia perairan yang berlangsung

Lebih terperinci

Strategi Pengelolaan Wisata Pantai Cemara Kembar Kabupaten Serdang Bedagai

Strategi Pengelolaan Wisata Pantai Cemara Kembar Kabupaten Serdang Bedagai Strategi Pengelolaan Wisata Pantai Cemara Kembar Kabupaten Serdang Bedagai (Tourism Management Strategy of Cemara Kembar Beach in Serdang Bedagai District) 1 Akmila, 2 Pindi Patana, 2 Yoes Soemaryono 1

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Pengunjung Kuisioner penelitian untuk pengunjung Pantai Putra Deli

Lampiran 1. Kuisioner Pengunjung Kuisioner penelitian untuk pengunjung Pantai Putra Deli Lampiran 1. Kuisioner Pengunjung Kuisioner penelitian untuk pengunjung Pantai Putra Deli Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara No. : Waktu : Hari/Tanggal

Lebih terperinci

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-17 Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta Dwitanti Wahyu Utami

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 11 3. METODE PENELITIAN 3. 1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Danau Lido, Bogor, Jawa Barat. Danau Lido berada pada koordinat 106 48 26-106 48 50 BT dan 6 44 30-6 44 58 LS (Gambar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Tabir terletak di Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin. Sungai Tabir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Tabir terletak di Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin. Sungai Tabir BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Sungai Tabir terletak di Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin. Sungai Tabir memiliki lebar maksimal 20 meter dan kedalaman maksimal 10 meter.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah. Olehkarenanya, sektor ini menjadi sangat potensial untuk dikembangkan

TINJAUAN PUSTAKA. Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah. Olehkarenanya, sektor ini menjadi sangat potensial untuk dikembangkan TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata dan Ekowisata Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah memilikikontribusi ekonomi yang cukup penting bagi kegiatan pembangunan. Olehkarenanya, sektor ini

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Lombok Barat-Propinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu di kawasan pesisir Kecamatan Sekotong bagian utara, tepatnya di Desa Sekotong

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Maksud dari penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh berkembangnya aktivitas kolam jaring apung di Waduk Cirata terhadap kualitas air Waduk Cirata. IV.1 KERANGKA PENELITIAN

Lebih terperinci

Stasiun 1 ke stasiun 2 yaitu + 11,8 km. Stasiun '4.03"LU '6.72" BT. Stasiun 2 ke stasiun 3 yaitu + 2 km.

Stasiun 1 ke stasiun 2 yaitu + 11,8 km. Stasiun '4.03LU '6.72 BT. Stasiun 2 ke stasiun 3 yaitu + 2 km. 8 menyebabkan kematian biota tersebut. Selain itu, keberadaan predator juga menjadi faktor lainnya yang mempengaruhi hilangnya atau menurunnya jumlah makrozoobentos. 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian tingkat kesesuaian lahan dilakukan di Teluk Cikunyinyi,

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian tingkat kesesuaian lahan dilakukan di Teluk Cikunyinyi, BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian tingkat kesesuaian lahan dilakukan di Teluk Cikunyinyi, Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Analisis parameter kimia air laut

Lebih terperinci

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta Dwitanti Wahyu Utami dan Retno Indryani Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai Negara maritim karena sebagian besar wilayahnya didominasi oleh perairan. Perairan ini meliputi perairan laut, payau, maupun perairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi. Manusia menggunakan air untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Alami Ikan Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam perkembangbiakan ikan baik ikan air tawar, ikan air payau maupun ikan air laut. Fungsi utama

Lebih terperinci

Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang Yenni Pratiwi a, Muliadi a*, Muh.

Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang Yenni Pratiwi a, Muliadi a*, Muh. PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (214), Hal. 99-15 ISSN : 2337-824 Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang Yenni Pratiwi a, Muliadi a*, Muh. Ishak

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 21 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Situ IPB yang terletak di dalam Kampus IPB Dramaga, Bogor. Situ IPB secara geografis terletak pada koordinat 106 0 34-106 0 44 BT dan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi dan Kelimpahan Plankton Hasil identifikasi plankton sampai tingkat genus pada tambak udang Cibalong disajikankan pada Tabel 1. Hasil identifikasi komunitas plankton

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air laut merupakan suatu medium yang unik. Sebagai suatu sistem, terdapat hubungan erat antara faktor biotik dan faktor abiotik, karena satu komponen dapat

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PERAIRAN TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR

ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PERAIRAN TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PERAIRAN TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR (The analysis of Waterworks Carrying Capacity to Tourist Attactions in Ajibata District Toba

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan lentik. Jadi daerah aliran sungai adalah semakin ke hulu daerahnya pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan lentik. Jadi daerah aliran sungai adalah semakin ke hulu daerahnya pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sungai Sungai sebagai perairan umum yang berlokasi di darat dan merupakan suatu ekosistem terbuka yang berhubungan erat dengan sistem - sistem terestorial dan lentik. Jadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, dengan luas 1.910.931 km, Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi penting di Indonesia. Pada tahun 2009,

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA PANTAI LHOKNGA KECAMATAN LHOKNGA KABUPATEN ACEH BESAR

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA PANTAI LHOKNGA KECAMATAN LHOKNGA KABUPATEN ACEH BESAR ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA PANTAI LHOKNGA KECAMATAN LHOKNGA KABUPATEN ACEH BESAR Analysist of Suitability and Carrying Capacity of Lhoknga Beach Tourism Lhoknga Subdistrit Aceh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Lokasi penelitian berada di sungai Brantas di mana pengambilan sampel dilakukan mulai dari bagian hilir di Kota Surabaya hingga ke bagian hulu di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB 2 BAHAN DAN METODE BAB 2 BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Mei 2011 pada 4 lokasi di Sungai Bah Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara (peta lokasi penelitian

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Pulau Panggang Kepulauan Seribu DKI Jakarta pada bulan Maret 2013. Identifikasi makrozoobentos dan pengukuran

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2010 di Danau Lut Tawar Kecamatan Lut Tawar Kota Takengon Kabupaten Aceh Tengah, dan Laboratorium Pengelolaan

Lebih terperinci

Studi Kesesuaian dan Daya Tarik Wisata di Pantai Bosur Tapanuli Tengah Ditinjau dari Aspek Biofisik ABSTRACT

Studi Kesesuaian dan Daya Tarik Wisata di Pantai Bosur Tapanuli Tengah Ditinjau dari Aspek Biofisik ABSTRACT Studi Kesesuaian dan Daya Tarik Wisata di Pantai Bosur Tapanuli Tengah Ditinjau dari Aspek Biofisik (Study of Suitability and Appeal of Tourism in Bosur Beach Central Tapanuli from Biophysical Aspect)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya rumput laut ini berada di Teluk Cikunyinyi, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mengalami perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mengalami perkembangan sangat pesat saat ini. Perkembangan pariwisata dunia telah melahirkan bentuk pariwisata baru pada

Lebih terperinci

Kesesuaian Lahan dan Daya Dukung Kawasan Wisata Pantai Botutonuo, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango

Kesesuaian Lahan dan Daya Dukung Kawasan Wisata Pantai Botutonuo, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 1, Nomor 2, September 2013 Kesesuaian Lahan dan Daya Dukung Kawasan Wisata Pantai Botutonuo, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango 1,2 Deysandi

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Spesifikasi Alat dan Bahan

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Spesifikasi Alat dan Bahan III. METODE PENELITIAN A. Spesifikasi Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah jaring tancap (gillnet), jala tebar, perahu, termometer, secchi disk, spuit, botol plastik, gelas ukur

Lebih terperinci

Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Wisata Kawasan Pantai Labombo Kota Palopo

Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Wisata Kawasan Pantai Labombo Kota Palopo Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Wisata Kawasan Pantai Labombo Kota Palopo Muhammad Bibin 1, Yon Vitner 2, Zulhamsyah Imran 3 1 Institut Pertanian Bogor, muhammad.bibin01@gmail.com 2 Institut Pertanian

Lebih terperinci

Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta

Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta Andhika Rakhmanda 1) 10/300646/PN/12074 Manajamen Sumberdaya Perikanan INTISARI Makrozoobentos merupakan salah satu kelompok terpenting dalam

Lebih terperinci

V. INDIKATOR-INDIKATOR EKOSISTEM HUTAN MANGROVE

V. INDIKATOR-INDIKATOR EKOSISTEM HUTAN MANGROVE V. INDIKATOR-INDIKATOR EKOSISTEM HUTAN MANGROVE Berdasarkan tinjauan pustaka yang bersumber dari CIFOR dan LEI, maka yang termasuk dalam indikator-indikator ekosistem hutan mangrove berkelanjutan dilihat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi secara purposive sampling (penempatan titik sampel dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal, yaitu Objek Wisata Alam Pemandian Air Panas. Penelitian ini akan dilakukan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program Konsep Perencanaan Pengelolaan DAS Terpadu, dengan ciri-ciri sebagai berikut (1) hutan masih dominant, (2) satwa masih baik, (3) lahan pertanian masih kecil, (4) belum ada pencatat hidrometri, dan (5)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun

TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun TINJAUAN PUSTAKA Konsep Wisata Alam Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun pada hakekatnya, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat ini ramai dikunjung oleh wisatawan baik dari dalam maupun dari luar

BAB I PENDAHULUAN. tempat ini ramai dikunjung oleh wisatawan baik dari dalam maupun dari luar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahorok dengan pemandangan alam yang indah, udara yang sejuk, sungai dengan air yang jernih, walaupun keadaan hutannya tidak asli lagi, menjadikan tempat ini ramai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan karena lingkungan air tawar memiliki beberapa kondisi, antara lain:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan karena lingkungan air tawar memiliki beberapa kondisi, antara lain: 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Indonesia adalah negara kepulauan dengan kawasan maritim yang sangat luas sehingga Indonesia memiliki kekayaan perikanan yang sangat kaya.pengetahuan lingkungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak potensi wisata yang unik, beragam dan tersebar di berbagai daerah. Potensi wisata tersebut banyak yang belum dimanfaatkan

Lebih terperinci