METODE PENELITIAN. Tigaras, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun, Provinsi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODE PENELITIAN. Tigaras, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun, Provinsi"

Transkripsi

1 15 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2017 di Pantai Paris, Desa Tigaras, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis pantai paris membentang antara , ,8 LU dan , ,64 BT (Gambar 2). Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Positioning System (GPS), kamera, alat tulis, bola duga, stop watch, sechi disk, kalkulator, tali/benang, meteran, coolbox, ph meter dan botol sampel

2 16 Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan mangan sulfat (MnSO 4 ), asam sulfat (H 2 SO 4 ), kalium iodida (KI), natrium thiosulfat (Na 2 S 2 O 3 ) dan kuisioner yang dibagikan kepada pengunjung dan masyarakat sekitar, serta data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah yang terkait. Prosedur Penelitian Penentuan Stasiun Metode yang digunakan dalam menentukan lokasi pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Pertimbangan menggunakan metode ini karena purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel atau sumber data dengan pertimbangan tertentu berdasarkan jumlah pengunjung atau wisatawan yang menempati suatu tempat untuk melakukan kegiatan wisata. a. Stasiun 1 Stasiun 1 terletak di sebelah barat Pantai Paris. Secara geografis terletak pada koordinat ,92 LU dan BT. Daerah ini merupakan daerah yang jarang dijumpai aktivitas wisata. Pada daerah ini wisatawan dapat melakukan aktivitas memancing dan menikmati pemandangan alam. Kondisi stasiun 1 dapat dilihat pada Gambar 3.

3 17 b. Stasiun 2 Gambar 3. Stasiun 1 Stasiun 2 terletak di bagian tengah Pantai Paris. Secara geografis terletak ,8 LU dan BT. Pada daerah ini terdapat kegiatan wisata seperti berenang, sepeda air, berperahu, banana boat dan menikmati pemandangan alam. Kondisi stasiun 2 dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Stasiun 2 c. Stasiun 3 Stasiun 3 terletak di bagian Timur Pantai Paris. Secara geografis terletak pada ,6 LU dan BT. Pada daerah ini pengunjung dapat melakukan kegiatan berenang, dan banana boat. Pada daerah ini terdapat saluran

4 18 pembuangan air yang berasal dari perumahan warga di sekitar Pantai Paris. Kondisi stasiun 3 dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Stasiun 3. Pengukuran Faktor Fisika dan Kimia Perairan Pengukuran parameter fisika dan kimia dilakukan dengan dua cara, yakni secara langsung (insitu) dan secara tidak langsung (exsitu). Pengukuran langsung dilapangan (insitu) dilakukan terhadap parameter suhu, ph dan DO. Parameter kualitas air dan metode analisis pengukuran dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Parameter Kualitas Air dan Metode Analisis Parameter Satuan Metode Analisi/Alat Lokasi Fisika Suhu 0 C Thermometer In situ Kecepatan m/det Bola Duga In situ Arus Kedalaman m Tali dan Meteran In situ Kimia ph - ph meter In situ DO mg/l - In situ BOD5 mg/l - Ex situ Biologi Total coliform MPN/100 ml JPT Ex situ

5 19 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan adalah data yang diperoleh di lapangan seperti serta kuisioner terhadap pengelola dan pengunjung sekitar maupun hasil analisis dari laboratorium untuk data analisis air. Kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 1. Data yang nilainya langsung didapat dari lapangan meliputi nilai temperatur, ph, kecerahan, material dasar perairan, oksigen terlarut. Data sekunder didapat melalui studi pustaka berupa buku-buku penunjang, artikel jurnal dan penelitian-penelitian sebelumnya maupun dari lembaga terkait lainnya untuk mengetahui kondisi lokasi penelitian dan memperoleh informasi data yang diperlukan dalam penelitian. Penentuan Responden Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode purposive sampling (sampel bertujuan), yaitu cara pengambilan sampel dengan cara disengaja dengan tujuan sampel tersebut dapat mewakili setiap unsur yang ada dalam populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan yang berkunjung ke kawasan Pantai Paris. Penyebaran sampel dilakukan secara acak (Random Sampling). Pemilihan sampel harus representatif atau mewakili populasi dengan kriteria cukup dewasa (umur 17 tahun ke atas), sehat jasmani dan mampu berkomunikasi dengan baik. Menurut Arikunto (2002) jika subjek penelitian atau wisatawan kurang dari 100 maka lebih baik diambil semuanya sebagai sampel dan jika jumlah sampel lebih dari 100 maka sampel dapat diambil antara 10% - 15% sebagai ukuran sampel dengan rumus Slovin dalam Nugraha (2007).

6 20 Keterangan : nn = N 1 + NN (ee) n = Ukuran sampel yang dibutuhkan N = Ukuran populasi e = Margin error yang diperkenankan (10%-15%) 2 Analisis Data Indeks Kesesuaian Wisata Analisis kesesuaian wisata dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian lahan wisata secara spasial dengan menggunakan konsep evaluasi lahan. Beberapa parameter fisika dan kimia dijadikan parameter acuan untuk lahan wisata. Analisis kesesuaian wisata menggunakan matriks kesesuaian yang disusun berdasarkan kepentingan setiap parameter untuk mendukung kegiatan pada daerah tersebut. Parameter yang diamati untuk kesesuaian wisata kategori rekreasi pantai dapat dilihat pada tabel 2-4. Tabel 2. Parameter Kesesuaian Wisata untuk Berenang No. Parameter Bobot Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor S1 S2 S3 1. Kedalaman > > Perairan (m) 2. Material Dasar 5 Pasir 3 Pasir 2 Pasir 1 Perairan Berbatu Berlumpur 3. Kecepatan 5 0-0,17 3 0,17-0,34 2 0,34 0,51 1 arus (m/s) 4. Lebar Danau 3 > >10 1 (m) 5. Kecerahan 3 > > Periran 6. Biota 3 Tidak ada 3 1 jenis Berbahaya jenis Sumber : Modifikasi Yulianda (2007).

7 21 Tabel 3. Parameter Kesesuaian untuk Duduk Santai No. Parameter Bobot Kategori Skor 1. Lebar tepi danau 1 x > > x < > x < 4 1 < Pemandangan 5 Danau, hutan, pegunungan, sungai dari 4 Pemandangan 2 1 dari 4 pemandangan 1 Tidak ada pemandangan 0 3. Vegetasi yang hidup 5 Jumlah jenis pohon < 4 3 di tepi danau Jumlah jenis pohon Jumlah jenis pohon 1 1 Semak belukar 0 4. Hamparan daratan 3 Rumput / pasir 3 Berbatu 2 Tanah liat 1 Lumpur 0 5. Biota Berbahaya 3 Tidak ada 3 1 jenis jenis 1 Lebih dari 3 jenis 0 Sumber : Modifikasi Yulianda (2007). Tabel 4. Parameter kesesuaian Sumberdaya untuk sepeda air No. Parameter Bobot Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor Baik Cukup Buruk Baik 1. Warna 5 Hijau jernih 3 Hijau 2 Cokelat 1 perairan kecoklatan kehitaman 2. Bau 5 Tidak 3 Sedikit 2 Berbau 1 berbau berbau 3. Kedalaman 4 1 < x < < x < 5 2 x < 1; x > 5 1 Perairan (m) 4. Kecepatan 3 0 < x < 0,15 3 0,15 < x 2 0, 30 < x 1 Arus (m/s) < 0, 30 < 0, 50 Sumber : Modifikasi Yulianda (2007). Rumus yang digunakan untuk kesesuaian wisata rekreasi pantai adalah modifikasi dari Yulianda, 2007: IKW = Σ[ Ni ] x 100% N max Keterangan: IKW : Indeks Kesesuaian Wisata

8 22 Ni Nmaks : Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor) : Nilai maksimum dari kategori wisata Penilai kategori keseuaian wisata, nilai yang diperoleh akan dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu sangat sesuai, sesuai, sesuai bersyarat dan tidak sesuai. dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Kategori Kesesuaian Wisata No Kategori Nilai Interval Kesesuaian 1. S1 (Sangat Sesuai) % 2. S2 (Sesuai) 50 - < 83% 3. S3 (Sesuai Bersyarat ) 17 - <50% 4. S4 (Tidak Sesuai) <17% Penilaian Kesesuaian Wisata kategori Banana Boat Penilaian kesesuaian sumberdaya untuk kegiatan banana boat berdasarkan parameter kedalaman dan kecepatan arus. Matriks kesesuaian sumberdaya untuk banana boat dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Matriks kesesuaian sumberdaya untuk banana boat No Parameter Kateegori Penilaian Bobot Nilai (Skor) 1. Kedalaman S1: > S2: > S3: < Kecepatan Arus S1: 0 0, S2: > ,40 2 S3: > 0,40 1 Sumber: Modifikasi Yulianda (2007). Penentuan indeks kawasan wisata berdasarkan perhitungan total nilai maksimum dan minimum serta interval skor. Indeks kesesuaian wisata terbagi menjadi tiga kategori yaitu: S1 (sangat sesuai) : 18,7-24 S2 (sesuai) : 13,3 18,6

9 23 S3 (tidak sesuai) : < 13, 3 Daya Dukung Kawasan Metode yang diperkenalkan untuk menghitung daya dukung pengembangan ekowisata alam adalah dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan (DDK). DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Perhitungan DDK dalam bentuk rumus adalah sebagai berikut (Yulianda, 2007) : DDK = K x ( Lp / Lt ) x ( Wt / Wp ) Keterangan : DDK : Daya Dukung Kawasan K Lp Lt Wt : Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area : Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan : Unit area untuk kategori tertentu : Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari Wp : Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu Potensi ekologis pengunjung ditentukan oleh kondisi sumberdaya dan jenis kegiatan yang akan dikembangkan. Luas suatu area yang dapat digunakan oleh pengunjung mempertimbangkan kemampuan alam mentolerir pengunjung sehingga kelestarian alam dan keselamatan pengunjung tetap terjaga seperti pada Tabel 7.

10 24 Tabel 7. Potensi Ekologis Pengunjung (K) dan Luas Area Kegiatan (Lt) No. Jenis Kegiatan K Unit Area Keterangan ( Pengunjung) (Lt) 1. Berperahu m 2 1 orang setiap 100m x 5m panjang danau 2. Sepeda air m 2 2 orang (1 sepeda air) untuk mengelilingi danau sebesar 100m x 5m 3. Duduk santai 1 5 m 1 orang membutuhkan ruang sepanjang 5 m. 4. Berenang 1 50 m 1 orang setiap 10m x 5 m panjang danau 5. Banana boat m 2 1 orang setiap 62,5 m x 10 m panjang danau Sumber: Modifikasi Yulianda (2007). Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari (Wt) merupakan lamanya waktu Pantai Paris dibuka dalam satu hari. Waktu yang dihabiskan oleh wisatawan untuk melakukan satu jenis kegiatan (Wp) berbeda beda tergantung kepada jenis kegiatan wisata. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan setiap kegiatan wisata terdapat pada Tabel 8. Tabel 8. Prediksi Waktu yang Dibutuhkan untuk Setiap Kegiatan Wisata No Jenis Kegiatan Waktu yang Total Waktu 1 hari dibutuhkan Wp (jam) Wt (jam) 1. Berperahu 0, Sepeda air 0, Duduk santai Berenang Banana boat 1 8 Sumber: Modifikasi Yulianda (2007). Persepsi Wisatawan terhadap Keindahan dan Kenyamanan Kawasan

11 25 Kenyamanan kawasan merupakan nilai yang diberikan oleh wisatawan terhadap kenyamanan, ketentraman, dan keamanan. Nilai kenyamanan dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan yang ditujukan kepada wisatawan. Kriteria nilai kenyamanan obyek wisata menurut kriteria yang ditetapkan oleh Ditjen PHPA (1993) dalam Sudewi (2000) adalah sebagai berikut: Ka = (ERs / ERo) x 100% Keterangan : Ka : Nilai keindahan (%) ERs : Jumlah responden yang mengatakan indah ERo : Jumlah seluruh responden Kriteria nilai keindahan alam: Ka > 75% : Indah (3) 40 < Ka < 75% : Cukup indah (2) Ka < 40% : Tidak indah (1) Kenyamanan kawasan merupakan nilai yang diberikan oleh wisatawan terhadap kelapangan, ketentraman dan keamanan. Pengukuran nilai kenyamanan dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan yang ditujukan kepada wisatawaan. perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus (Yulianda, 2007): Na = (ERs / ERo) x 100% Na : Nilai kenyamanan (%) ERs : Jumlah responden yang mengatakan nyaman ERo : Jumlah seluruh responden Kriteria nilai keindahan alam: Na > 75% : Nyaman (3) 40 < Ka < 75% : Cukup nyaman (2) Ka < 40% : Tidak nyaman (1) Analisis Matriks IFE dan EFE

12 26 Analisis dilakukan dengan menggunakan Internal Factor Evaluation (Analisis Faktor Internal) dan External Factor Evaluation (Analisis Faktor Eksternal) dengan tahapan sebagai berikut ini: 1. Identifikasi faktor internal dengan cara penelusuran literatur, wawancara dan observasi. Hasil identifikasi faktor-faktor selanjutnya diberi bobot dan peringkat. 2. Penentuan bobot setiap faktor dalam kuesioner dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor-faktor strategi eksternal dan internal tersebut kepada manajemen dan pakar dengan menggunakan metode Paired Comparison. Masing masing faktor diberi bobot yang menggambarkan tingkat kepentingannya. Penentuan bobot dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada responden untuk melihat derajat pentingnya masing-masing faktor jika dibandingkan dengan faktor-faktor yang lainnya. Metode ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal. Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2, dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah: 1 = Jika indikator horizontal kurang penting dari pada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting dibandingkan indicator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting dibanding Indikator vertical Untuk lebih jelasnya rancangan bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Penilaian bobot faktor internal dan eksternal

13 6 TINJAUAN PUSTAKA Danau Danau adalah badan air pedalaman yang tidak memiliki pertukaran langsung dengan laut. Ekosistem danau terdiri dari fisik, kimia dan biologi yang ada di badan air tersebut. Danau terdiri dari air tawar dan air garam (di daerah kering). Danau bersifat dalam maupun dangkal, permanen atau sementara. Pada semua jenis danau mengalami proses ekolodi dan biogeokimia dan danau dikaji dalam ilmu limnologi Danau merupakan habiat yang bagus untuk penelitian dinamika ekosistem: interaksi antara proses biologi, kimia dan proses fisik baik secara kuantitatif maupun kualitatif, perbedaan antar di udara dan di darat. Karena baatas air dan tanah, air dan udara berbeda, ada pengelompokan pada beberapa komponen ekosistem (Hairston dan Fussman, 2002). Danau dicirikan dengan arus yang sangat lambat (0, m/detik) atau tidak ada arus sama sekali. Oleh karena itu, waktu tinggal (residence time)air dapat berlangsung lama. Arus air di danau dapat bergerak ke berbagai arah. Perairan danau biasanya memiliki stratifikasi kualitas air secara vertical. Stratifikasi ini tergantung pada kedalaman dan musim (Effendi, 2003). Danau merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan berfungsi sebagai penampung dan menyimpan air yang berasal dari air sungai, mata air maupun air hujan. Sebagai salah satu bentuk ekosistem air tawar, danau memegang peranan sangat penting dan potensial untuk dikembangkan dan didayagunakan untuk berbagai kepentingan, seperti kepentingan ekonomi, perikanan, irigasi, sumber air bersih dan pariwisata. Dari sisi ekologi, danau

14 15 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2017 di Pantai Paris, Desa Tigaras, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis pantai paris membentang antara , ,8 LU dan , ,64 BT (Gambar 2). Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Positioning System (GPS), kamera, alat tulis, bola duga, stop watch, sechi disk, kalkulator, tali/benang, meteran, coolbox, ph meter dan botol sampel

15 16 Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan mangan sulfat (MnSO 4 ), asam sulfat (H 2 SO 4 ), kalium iodida (KI), natrium thiosulfat (Na 2 S 2 O 3 ) dan kuisioner yang dibagikan kepada pengunjung dan masyarakat sekitar, serta data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah yang terkait. Prosedur Penelitian Penentuan Stasiun Metode yang digunakan dalam menentukan lokasi pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Pertimbangan menggunakan metode ini karena purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel atau sumber data dengan pertimbangan tertentu berdasarkan jumlah pengunjung atau wisatawan yang menempati suatu tempat untuk melakukan kegiatan wisata. a. Stasiun 1 Stasiun 1 terletak di sebelah barat Pantai Paris. Secara geografis terletak pada koordinat ,92 LU dan BT. Daerah ini merupakan daerah yang jarang dijumpai aktivitas wisata. Pada daerah ini wisatawan dapat melakukan aktivitas memancing dan menikmati pemandangan alam. Kondisi stasiun 1 dapat dilihat pada Gambar 3.

16 17 b. Stasiun 2 Gambar 3. Stasiun 1 Stasiun 2 terletak di bagian tengah Pantai Paris. Secara geografis terletak ,8 LU dan BT. Pada daerah ini terdapat kegiatan wisata seperti berenang, sepeda air, berperahu, banana boat dan menikmati pemandangan alam. Kondisi stasiun 2 dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Stasiun 2 c. Stasiun 3 Stasiun 3 terletak di bagian Timur Pantai Paris. Secara geografis terletak pada ,6 LU dan BT. Pada daerah ini pengunjung dapat melakukan kegiatan berenang, dan banana boat. Pada daerah ini terdapat saluran

17 18 pembuangan air yang berasal dari perumahan warga di sekitar Pantai Paris. Kondisi stasiun 3 dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Stasiun 3. Pengukuran Faktor Fisika dan Kimia Perairan Pengukuran parameter fisika dan kimia dilakukan dengan dua cara, yakni secara langsung (insitu) dan secara tidak langsung (exsitu). Pengukuran langsung dilapangan (insitu) dilakukan terhadap parameter suhu, ph dan DO. Parameter kualitas air dan metode analisis pengukuran dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Parameter Kualitas Air dan Metode Analisis Parameter Satuan Metode Analisi/Alat Lokasi Fisika Suhu 0 C Thermometer In situ Kecepatan m/det Bola Duga In situ Arus Kedalaman m Tali dan Meteran In situ Kimia ph - ph meter In situ DO mg/l - In situ BOD5 mg/l - Ex situ Biologi Total coliform MPN/100 ml JPT Ex situ

18 19 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan adalah data yang diperoleh di lapangan seperti serta kuisioner terhadap pengelola dan pengunjung sekitar maupun hasil analisis dari laboratorium untuk data analisis air. Kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 1. Data yang nilainya langsung didapat dari lapangan meliputi nilai temperatur, ph, kecerahan, material dasar perairan, oksigen terlarut. Data sekunder didapat melalui studi pustaka berupa buku-buku penunjang, artikel jurnal dan penelitian-penelitian sebelumnya maupun dari lembaga terkait lainnya untuk mengetahui kondisi lokasi penelitian dan memperoleh informasi data yang diperlukan dalam penelitian. Penentuan Responden Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode purposive sampling (sampel bertujuan), yaitu cara pengambilan sampel dengan cara disengaja dengan tujuan sampel tersebut dapat mewakili setiap unsur yang ada dalam populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan yang berkunjung ke kawasan Pantai Paris. Penyebaran sampel dilakukan secara acak (Random Sampling). Pemilihan sampel harus representatif atau mewakili populasi dengan kriteria cukup dewasa (umur 17 tahun ke atas), sehat jasmani dan mampu berkomunikasi dengan baik. Menurut Arikunto (2002) jika subjek penelitian atau wisatawan kurang dari 100 maka lebih baik diambil semuanya sebagai sampel dan jika jumlah sampel lebih dari 100 maka sampel dapat diambil antara 10% - 15% sebagai ukuran sampel dengan rumus Slovin dalam Nugraha (2007).

19 20 Keterangan : nn = N 1 + NN (ee) n = Ukuran sampel yang dibutuhkan N = Ukuran populasi e = Margin error yang diperkenankan (10%-15%) 2 Analisis Data Indeks Kesesuaian Wisata Analisis kesesuaian wisata dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian lahan wisata secara spasial dengan menggunakan konsep evaluasi lahan. Beberapa parameter fisika dan kimia dijadikan parameter acuan untuk lahan wisata. Analisis kesesuaian wisata menggunakan matriks kesesuaian yang disusun berdasarkan kepentingan setiap parameter untuk mendukung kegiatan pada daerah tersebut. Parameter yang diamati untuk kesesuaian wisata kategori rekreasi pantai dapat dilihat pada tabel 2-4. Tabel 2. Parameter Kesesuaian Wisata untuk Berenang No. Parameter Bobot Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor S1 S2 S3 1. Kedalaman > > Perairan (m) 2. Material Dasar 5 Pasir 3 Pasir 2 Pasir 1 Perairan Berbatu Berlumpur 3. Kecepatan 5 0-0,17 3 0,17-0,34 2 0,34 0,51 1 arus (m/s) 4. Lebar Danau 3 > >10 1 (m) 5. Kecerahan 3 > > Periran 6. Biota 3 Tidak ada 3 1 jenis Berbahaya jenis Sumber : Modifikasi Yulianda (2007).

20 21 Tabel 3. Parameter Kesesuaian untuk Duduk Santai No. Parameter Bobot Kategori Skor 1. Lebar tepi danau 1 x > > x < > x < 4 1 < Pemandangan 5 Danau, hutan, pegunungan, sungai dari 4 Pemandangan 2 1 dari 4 pemandangan 1 Tidak ada pemandangan 0 3. Vegetasi yang hidup 5 Jumlah jenis pohon < 4 3 di tepi danau Jumlah jenis pohon Jumlah jenis pohon 1 1 Semak belukar 0 4. Hamparan daratan 3 Rumput / pasir 3 Berbatu 2 Tanah liat 1 Lumpur 0 5. Biota Berbahaya 3 Tidak ada 3 1 jenis jenis 1 Lebih dari 3 jenis 0 Sumber : Modifikasi Yulianda (2007). Tabel 4. Parameter kesesuaian Sumberdaya untuk sepeda air No. Parameter Bobot Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor Baik Cukup Buruk Baik 1. Warna 5 Hijau jernih 3 Hijau 2 Cokelat 1 perairan kecoklatan kehitaman 2. Bau 5 Tidak 3 Sedikit 2 Berbau 1 berbau berbau 3. Kedalaman 4 1 < x < < x < 5 2 x < 1; x > 5 1 Perairan (m) 4. Kecepatan 3 0 < x < 0,15 3 0,15 < x 2 0, 30 < x 1 Arus (m/s) < 0, 30 < 0, 50 Sumber : Modifikasi Yulianda (2007). Rumus yang digunakan untuk kesesuaian wisata rekreasi pantai adalah modifikasi dari Yulianda, 2007: IKW = Σ[ Ni ] x 100% N max Keterangan: IKW : Indeks Kesesuaian Wisata

21 22 Ni Nmaks : Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor) : Nilai maksimum dari kategori wisata Penilai kategori keseuaian wisata, nilai yang diperoleh akan dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu sangat sesuai, sesuai, sesuai bersyarat dan tidak sesuai. dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Kategori Kesesuaian Wisata No Kategori Nilai Interval Kesesuaian 1. S1 (Sangat Sesuai) % 2. S2 (Sesuai) 50 - < 83% 3. S3 (Sesuai Bersyarat ) 17 - <50% 4. S4 (Tidak Sesuai) <17% Penilaian Kesesuaian Wisata kategori Banana Boat Penilaian kesesuaian sumberdaya untuk kegiatan banana boat berdasarkan parameter kedalaman dan kecepatan arus. Matriks kesesuaian sumberdaya untuk banana boat dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Matriks kesesuaian sumberdaya untuk banana boat No Parameter Kateegori Penilaian Bobot Nilai (Skor) 1. Kedalaman S1: > S2: > S3: < Kecepatan Arus S1: 0 0, S2: > ,40 2 S3: > 0,40 1 Sumber: Modifikasi Yulianda (2007). Penentuan indeks kawasan wisata berdasarkan perhitungan total nilai maksimum dan minimum serta interval skor. Indeks kesesuaian wisata terbagi menjadi tiga kategori yaitu: S1 (sangat sesuai) : 18,7-24 S2 (sesuai) : 13,3 18,6

22 23 S3 (tidak sesuai) : < 13, 3 Daya Dukung Kawasan Metode yang diperkenalkan untuk menghitung daya dukung pengembangan ekowisata alam adalah dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan (DDK). DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Perhitungan DDK dalam bentuk rumus adalah sebagai berikut (Yulianda, 2007) : DDK = K x ( Lp / Lt ) x ( Wt / Wp ) Keterangan : DDK : Daya Dukung Kawasan K Lp Lt Wt : Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area : Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan : Unit area untuk kategori tertentu : Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari Wp : Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu Potensi ekologis pengunjung ditentukan oleh kondisi sumberdaya dan jenis kegiatan yang akan dikembangkan. Luas suatu area yang dapat digunakan oleh pengunjung mempertimbangkan kemampuan alam mentolerir pengunjung sehingga kelestarian alam dan keselamatan pengunjung tetap terjaga seperti pada Tabel 7.

23 24 Tabel 7. Potensi Ekologis Pengunjung (K) dan Luas Area Kegiatan (Lt) No. Jenis Kegiatan K Unit Area Keterangan ( Pengunjung) (Lt) 1. Berperahu m 2 1 orang setiap 100m x 5m panjang danau 2. Sepeda air m 2 2 orang (1 sepeda air) untuk mengelilingi danau sebesar 100m x 5m 3. Duduk santai 1 5 m 1 orang membutuhkan ruang sepanjang 5 m. 4. Berenang 1 50 m 1 orang setiap 10m x 5 m panjang danau 5. Banana boat m 2 1 orang setiap 62,5 m x 10 m panjang danau Sumber: Modifikasi Yulianda (2007). Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari (Wt) merupakan lamanya waktu Pantai Paris dibuka dalam satu hari. Waktu yang dihabiskan oleh wisatawan untuk melakukan satu jenis kegiatan (Wp) berbeda beda tergantung kepada jenis kegiatan wisata. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan setiap kegiatan wisata terdapat pada Tabel 8. Tabel 8. Prediksi Waktu yang Dibutuhkan untuk Setiap Kegiatan Wisata No Jenis Kegiatan Waktu yang Total Waktu 1 hari dibutuhkan Wp (jam) Wt (jam) 1. Berperahu 0, Sepeda air 0, Duduk santai Berenang Banana boat 1 8 Sumber: Modifikasi Yulianda (2007). Persepsi Wisatawan terhadap Keindahan dan Kenyamanan Kawasan

24 25 Kenyamanan kawasan merupakan nilai yang diberikan oleh wisatawan terhadap kenyamanan, ketentraman, dan keamanan. Nilai kenyamanan dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan yang ditujukan kepada wisatawan. Kriteria nilai kenyamanan obyek wisata menurut kriteria yang ditetapkan oleh Ditjen PHPA (1993) dalam Sudewi (2000) adalah sebagai berikut: Ka = (ERs / ERo) x 100% Keterangan : Ka : Nilai keindahan (%) ERs : Jumlah responden yang mengatakan indah ERo : Jumlah seluruh responden Kriteria nilai keindahan alam: Ka > 75% : Indah (3) 40 < Ka < 75% : Cukup indah (2) Ka < 40% : Tidak indah (1) Kenyamanan kawasan merupakan nilai yang diberikan oleh wisatawan terhadap kelapangan, ketentraman dan keamanan. Pengukuran nilai kenyamanan dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan yang ditujukan kepada wisatawaan. perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus (Yulianda, 2007): Na = (ERs / ERo) x 100% Na : Nilai kenyamanan (%) ERs : Jumlah responden yang mengatakan nyaman ERo : Jumlah seluruh responden Kriteria nilai keindahan alam: Na > 75% : Nyaman (3) 40 < Ka < 75% : Cukup nyaman (2) Ka < 40% : Tidak nyaman (1) Analisis Matriks IFE dan EFE

25 26 Analisis dilakukan dengan menggunakan Internal Factor Evaluation (Analisis Faktor Internal) dan External Factor Evaluation (Analisis Faktor Eksternal) dengan tahapan sebagai berikut ini: 1. Identifikasi faktor internal dengan cara penelusuran literatur, wawancara dan observasi. Hasil identifikasi faktor-faktor selanjutnya diberi bobot dan peringkat. 2. Penentuan bobot setiap faktor dalam kuesioner dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor-faktor strategi eksternal dan internal tersebut kepada manajemen dan pakar dengan menggunakan metode Paired Comparison. Masing masing faktor diberi bobot yang menggambarkan tingkat kepentingannya. Penentuan bobot dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada responden untuk melihat derajat pentingnya masing-masing faktor jika dibandingkan dengan faktor-faktor yang lainnya. Metode ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal. Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2, dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah: 1 = Jika indikator horizontal kurang penting dari pada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting dibandingkan indicator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting dibanding Indikator vertical Untuk lebih jelasnya rancangan bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Penilaian bobot faktor internal dan eksternal

26 6 TINJAUAN PUSTAKA Danau Danau adalah badan air pedalaman yang tidak memiliki pertukaran langsung dengan laut. Ekosistem danau terdiri dari fisik, kimia dan biologi yang ada di badan air tersebut. Danau terdiri dari air tawar dan air garam (di daerah kering). Danau bersifat dalam maupun dangkal, permanen atau sementara. Pada semua jenis danau mengalami proses ekolodi dan biogeokimia dan danau dikaji dalam ilmu limnologi Danau merupakan habiat yang bagus untuk penelitian dinamika ekosistem: interaksi antara proses biologi, kimia dan proses fisik baik secara kuantitatif maupun kualitatif, perbedaan antar di udara dan di darat. Karena baatas air dan tanah, air dan udara berbeda, ada pengelompokan pada beberapa komponen ekosistem (Hairston dan Fussman, 2002). Danau dicirikan dengan arus yang sangat lambat (0, m/detik) atau tidak ada arus sama sekali. Oleh karena itu, waktu tinggal (residence time)air dapat berlangsung lama. Arus air di danau dapat bergerak ke berbagai arah. Perairan danau biasanya memiliki stratifikasi kualitas air secara vertical. Stratifikasi ini tergantung pada kedalaman dan musim (Effendi, 2003). Danau merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan berfungsi sebagai penampung dan menyimpan air yang berasal dari air sungai, mata air maupun air hujan. Sebagai salah satu bentuk ekosistem air tawar, danau memegang peranan sangat penting dan potensial untuk dikembangkan dan didayagunakan untuk berbagai kepentingan, seperti kepentingan ekonomi, perikanan, irigasi, sumber air bersih dan pariwisata. Dari sisi ekologi, danau

27 7 juga berperan sebagai penyangga bagi kehidupan sekitarnya, dan memilii kekayaan keanekaragaman hayati yang potensial bagi kesejahteraan masyarakat (Ginting, 2009). Ekowisata Ekowisata merupakan bentuk wisata bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan dan memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya masyarakat setempat yang telah menyebar ke seluruh dunia sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan. Kegiatan ekowisata di Indonesia belum begitu berkembang, tetapi mengingat potensi yang besar dan kemampuan pemerintah yang terbatas, maka pengembangan ekowisata di Indonesia perlu dilakukan hati-hati agar tidak menimbulkan dampak yang tidak diinginkan (Purwanti, 2010). Menurut PERMEN DAGRI no 33 tahun 2009, Ekowisata adalah kegiatan wisata alam di daerah yang bertanggungjawab dengan memperhatikan unsur pendidikan, pemahaman, dan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi sumberdaya alam, serta peningkatan pendapatan masyarakat lokal. Wisata dibidang perairan dapat dibedakan menjadi dua yaitu Wisata Tirta (tawar) dan Wisata Bahari (laut). Wisata tirta adalah wisata yang dilakukan di perairan tawar dengan aktivitas yang dilakukan seperti olahraga, sight seeing, memancing dan lain-lain yang dilakukan disungai, danau, waduk dan kawasan rawa-rawa serta muara (Syahrul, 2006)

28 8 Pembangunan Wisata Berkelanjutan Ide dasar pembangunan berkelanjutan adalah kelestarian sumberdaya alam dan budaya. Ide-ide tersebut selanjutanya diturunkan ke dalam konsep pariwisata berkelanjutan. Artinya adalah pembangunan sumberdaya (atraksi, aksesibilitas, dan amenitas) pariwisata yang bertujuan untuk memberi keuntungan optimal bagi pemangku kepentingan dan nilai kepuasan optimal bagi wisatawan dalam jangka panjang, oleh sebab itu, pengembangan infrastruktur pariwisata harus memberikan keuntungan jangka panjang bagi pelaku wisata. Ide pembangunan yang berkelanjutan tersebut sejalanan dengan konsep pengelolaan ekowisata yang tidak hanya berorientasi pada keberlanjutan tetapi juga mempertahankan nilai sumberdaya alam dan manusia (Damanik dan Weber 2006). Menurut Ridwan (2012) diacu Aria (2014), Pengembangan pariwisata dapat menimbulkan kerusakan besar pada ekosistem. Kerusakan dan masalah ekosistem yang ditimbulkan dapat berupa sedimentasi. Bangunan yang dibuat kadang-kadang menghalangi arus sungai dan drainase serta pencemaran langsung yang disebabkan oleh limbah hotel dan restoran. Masalah lingkungan terbesar bagi bangunan dan fasilitas pariwisata adalah penggunaan energi dan pembuangan limbah. Sampah padat yang dihasilkan dari pembangunan dan konstruksi sarana akomodasi menjadi limbah beracun yang mencemari air, udara dan tanah. Kegiatan di daerah pariwisata dan rekreasi dapat menimbulkan masalah ekologis yang khusus dibandingkan dengan kegiatan ekonomi lain mengingat bahwa keindahan dan keaslian alam merupakan modal utama. Oleh karena itu, perencanaan pengembangan pariwisata di wilayah danau hendaknya dilakukan secara menyeluruh termasuk inventarisasi dan penilaian sumberdaya yang cocok

29 9 untuk pariwisata, perkiraan tentang berbagai dampak terhadap lingkungan, hubungan sebab akibat dari berbagai macam tata guna lahan disertai dengan perincian kegiatan untuk masing-masing tata guna, serta pilihan pemanfaatannya (Dahuri dkk., 1996). Parameter Fisik dan Kimia Perairan a. Kecepatan Arus Arus air adalah faktor yang mempunyai peranan sangat penting baik pada perairan lotik maupun perairan lentik. Hal ini berhubungan dengan penyebaran organisme, gas-gas terlarut dan mineral yang terdapat di dalam air. Kecepatan aliran air akan bervariasi secara vertikal. Arus air yang pada perairan lotik umumnya bersifat turbulen, yaitu arus air yang bergerak ke segala arah sehigga air akan terdistribusi ke seluruh bagian dari perairan tersebut. Selain itu dikenal arur laminar, yaitu arus air yang bergerak ke satu arah tertentu saja (Barus,2004). b. Kecerahan Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan, yang ditenttukan secara visual dengan menggunakan secchi disk nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter. nilai ini sangat dipengarui oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran kekeruhan dan padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran.pengukuran kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerh (Effendi, 2003).

30 10 Penentuan kecerahan air dengan keping Secchi adalah berdasarkan batas pandangan ke dalam air untuk melihat warna putih yang berada dalam air. Semakin keruh suatu badan air akan semakin dekat batas pandangan, sebaliknya kalau air jernih akan jauh batas pandangan tersebut. Keping Secchi berupa suatu kepingan yang berwarna hitam-putih, yang dibenamkan ke dalam air. Keping itu berupa suatu piringan yang diameternya sekitar 25 cm. piringan ini dapat dibuat dari plat logam yang tebalnya sekitar 3 mm pada tengah piringan dibuat satu lubang untuk tempat meletakkan tali dan logam pemberatnya. Tali inilah yang berfungsi sebagai penentu kedalaman (Suin, 2002). c. Warna dan Bau Air yang normal tampak jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. air yang tidak jernih seringkali merupakan petunjuk awal terjadinya polusi di suatu perairan. rasa air seringkali dihubungkan dengan bau air. bau air dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia terlarut, ganggang, plankton, tumbuhan air, baik yang masih hidup maupun yang mati (Nugroho, 2006). d. Kedalaman Perairan Kedalaman perairan berhubungan dengan intensitas cahaya yang masuk kedalam kolom perairan. Intensitas cahaya yang masuk ke dalam kolom air semakin berkurang dengan bertambahnya kedalaman perairan (Effendi, 2003). e. ph Nilai ph menyatakan nilai konsentrasi ion hidrogen dalam suatu larutan, didefenisikan sebagai logaritma dari resiplokal aktivitas ion hidrogen dan secara matematis dnyatakan sebagai ph = log 1/H + adalah banyaknya ion

31 11 hydrogen dalam mol perliter larutan. Kemampuan air untuk mengikat atau melepaskan sejumlah ion hydrogen akn menunjukkan apakah larutan tersebut bersifat asam atau basa (Barus, 2004). f. DO Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme ataupertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan.disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin, 2005). g. BOD Kebutuhan oksigen biologi suatu badan air adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh organisme yang terdapat di dalamnya untuk bernafas selama lima hari. untuk itu maka perlu diukur kadar oksigen terlarut pada saat pengambilan contoh air. selama dalam penyimpanan itu harus tidak ada penambahan oksigen melalui proses fotosintesis, dan selama lima hari itu semua organisme yang berada dalam contoh air itu bernafas menggunakan oksigen yang ada dalam contoh air tersebut (Suin, 2002). h. Substrat Substrat dasar perairan merupakan salah satupotensi abiotik yang luar biasa. Substrat berguna sebagai habitat, tempat mencari makan, dan memijah bagi sebagian besar organisme akuatik. Selain itu dasar perairan memiliki komposisi yang sangat kompleks mulai dari substrat berukuran kecil sampai batu-batuan.

32 12 Berdasarkan ukuran partikelnya, substrat dibedakan atas kerikil/batu (> 2,00 mm), pasir (0,05-2,00 mm), geluh (silt) (0,002-0,05 mm) dan lempung (clay) (< 0,002 mm) (Ningsih, dkk., 2013). Indeks Kesesuaian Wisata Menurut Yulianda (2007) menyatakan bahwa setiap kegiatan wisata memiliki persyaratan-persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan kawasan obyek wisata yang akan dikembangkan. Masing-masing jenis kegiatan wisata memiliki parameter kesesuaian yang berbeda-beda antara kegiatan wisata yang satu dengan jenis kegiatan wisata yang lainnya. Parameter kegiatan tersebut disusun dalam kelas kesesuaian untuk masing-masing jenis kegiatan wisata. Penentuan daerah wisata pada setiap kawasan mempunyai persyaratan sumberdaya dabn lingkungan yang sesuai dengan obyek wisata yang akan dikembangkan. Setiap jenis kegiatan wisata memiliki parameter kesesuaian yang berbeda. Parameter kesesuaian tersebut disusun kedalam sebuah kelas keseuaian untuk setiap jenis kegiatan wisata. Kelas kesesuaian diperoleh dari perkalian antara bobot dan skor masng-masing parameter. Pemberian bobot berdasarkan tingkat kepentingan suatu parameter,sedangkan pemberian skor berdasarkan kualitas setiap parameter (Irawan, dkk., 2014). Menurut Azis dkk (2012) menyatakan bahwa setiap parameter memiliki bobot dan skor, dimana pemberian bobot berdasarkan tingkat kepentingan suatu parameter terhadap perencanaan kawasan wisata. bobot yang diberikan adalah 5 (lima), 3 (tiga), dan 1 (satu). Kriteria untuk masing-masing pembobotan adalah sebagai berikut :

33 13 1. Pemberian bobot 5: hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa unsur parameter sangat diperlukan atau parameter kunci. 2. Pemberian bobot 3: hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa unsur parameter sedikit diperlukan atau parameter yang cukup penting. 3. Pemberian bobot 1: hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa unsur parameter dalam unsur penilaian tidak begitu diperlukan tetapi harus selalu ada atau parameter ini tidak penting. Daya Dukung Kawasan Daya dukung lingkungan itu merupakan nilai kualitas lingkungan yang ditimbulkan oleh interaksi dari semua unsur atau komponen fisika, kimia, dan biologi dalam suatu kesatuan ekosistem. Sebagai dasar penentuan daya dukung lingkungan ini adalah keterkaitannya dengan kelas kesesuaian lahan. Kesesuaian lahan bersifatkualitatif yang dinyatakan dengan sangat sesuai, sesuai, sesuai marjinal dan tidak sesuai sedangkan daya dukung bersifat kuatitatif yang menyatakan ukuran kemampuan lingkungan dalam mendukung kegiatan pemanfaatan di suatu daerah. Oleh karena itu, nilai daya dukung lingkungan merupakan kuantifikasi dari kelas kesesuaian lahan (Prasita, dkk., 2007). Daya dukung wilayah (carring capacity) adalah daya tamping maksimum lingkungan untuk diberdayakan oleh manusia. Dengan kata lain populasi yang dapat didukung dengan tak terbatas oleh suatu ekosistem tanpa merusak ekosistem itu. Daya dukung juga dapat didefinisikan sebagai tingkat maksimal hasil sumber daya terhadap beban maksimum yang dapat didukung dengan takterbatas tanpa semakin merusak produktivitas wilayah tersebut sebagai bagian integritas

34 14 fungsional ekosistem yang relevan. Analisis daya dukung lingkungan merupakan suatu alat perencanaan pembangunan yang memberikan gambaran hubungan antara penduduk, penggunaan lahan dan lingkungan. dari semua hal tersebut, analisis daya dukung dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam menilai tingkat kemampuan lahan dalam mendukung segala aktifitas manusia yang ada di wilayah yang bersangkutan (Afni, 2016). Daya dukung wisata juga mencerminkan tingkat atau jumlah maksimum pengunjung yang dapat ditampung oleh sarana prasarana objek wisata alam. Jika daya tampung sarana dan prasarana tersebut dilampaui, akan muncul sejumlah dampak negatif berupa kemerosotan sumber daya, tidak terpenuhinya kepuasan pengunjung, merugikan masyarakat secara ekonomi dan budaya. apabila populasi manusia telah melebihi daya dukung suatu habitat, maka sumber daya yang dibutuhkan untuk dapat bertahan hidup akan habis, limbah terakumulasi, dan meracuni spesies lain, kemudian populasi akan mengalami kepunahan. Kondisi t ersebut akan memberikan dampak negative baik langsung maupun tidak langsung (Muflih, dkk., 2015).

35 15 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2017 di Pantai Paris, Desa Tigaras, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis pantai paris membentang antara , ,8 LU dan , ,64 BT (Gambar 2). Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Positioning System (GPS), kamera, alat tulis, bola duga, stop watch, sechi disk, kalkulator, tali/benang, meteran, coolbox, ph meter dan botol sampel

36 16 Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan mangan sulfat (MnSO 4 ), asam sulfat (H 2 SO 4 ), kalium iodida (KI), natrium thiosulfat (Na 2 S 2 O 3 ) dan kuisioner yang dibagikan kepada pengunjung dan masyarakat sekitar, serta data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah yang terkait. Prosedur Penelitian Penentuan Stasiun Metode yang digunakan dalam menentukan lokasi pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Pertimbangan menggunakan metode ini karena purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel atau sumber data dengan pertimbangan tertentu berdasarkan jumlah pengunjung atau wisatawan yang menempati suatu tempat untuk melakukan kegiatan wisata. a. Stasiun 1 Stasiun 1 terletak di sebelah barat Pantai Paris. Secara geografis terletak pada koordinat ,92 LU dan BT. Daerah ini merupakan daerah yang jarang dijumpai aktivitas wisata. Pada daerah ini wisatawan dapat melakukan aktivitas memancing dan menikmati pemandangan alam. Kondisi stasiun 1 dapat dilihat pada Gambar 3.

37 17 b. Stasiun 2 Gambar 3. Stasiun 1 Stasiun 2 terletak di bagian tengah Pantai Paris. Secara geografis terletak ,8 LU dan BT. Pada daerah ini terdapat kegiatan wisata seperti berenang, sepeda air, berperahu, banana boat dan menikmati pemandangan alam. Kondisi stasiun 2 dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Stasiun 2 c. Stasiun 3 Stasiun 3 terletak di bagian Timur Pantai Paris. Secara geografis terletak pada ,6 LU dan BT. Pada daerah ini pengunjung dapat melakukan kegiatan berenang, dan banana boat. Pada daerah ini terdapat saluran

38 18 pembuangan air yang berasal dari perumahan warga di sekitar Pantai Paris. Kondisi stasiun 3 dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Stasiun 3. Pengukuran Faktor Fisika dan Kimia Perairan Pengukuran parameter fisika dan kimia dilakukan dengan dua cara, yakni secara langsung (insitu) dan secara tidak langsung (exsitu). Pengukuran langsung dilapangan (insitu) dilakukan terhadap parameter suhu, ph dan DO. Parameter kualitas air dan metode analisis pengukuran dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Parameter Kualitas Air dan Metode Analisis Parameter Satuan Metode Analisi/Alat Lokasi Fisika Suhu 0 C Thermometer In situ Kecepatan m/det Bola Duga In situ Arus Kedalaman m Tali dan Meteran In situ Kimia ph - ph meter In situ DO mg/l - In situ BOD5 mg/l - Ex situ Biologi Total coliform MPN/100 ml JPT Ex situ

39 19 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan adalah data yang diperoleh di lapangan seperti serta kuisioner terhadap pengelola dan pengunjung sekitar maupun hasil analisis dari laboratorium untuk data analisis air. Kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 1. Data yang nilainya langsung didapat dari lapangan meliputi nilai temperatur, ph, kecerahan, material dasar perairan, oksigen terlarut. Data sekunder didapat melalui studi pustaka berupa buku-buku penunjang, artikel jurnal dan penelitian-penelitian sebelumnya maupun dari lembaga terkait lainnya untuk mengetahui kondisi lokasi penelitian dan memperoleh informasi data yang diperlukan dalam penelitian. Penentuan Responden Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode purposive sampling (sampel bertujuan), yaitu cara pengambilan sampel dengan cara disengaja dengan tujuan sampel tersebut dapat mewakili setiap unsur yang ada dalam populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan yang berkunjung ke kawasan Pantai Paris. Penyebaran sampel dilakukan secara acak (Random Sampling). Pemilihan sampel harus representatif atau mewakili populasi dengan kriteria cukup dewasa (umur 17 tahun ke atas), sehat jasmani dan mampu berkomunikasi dengan baik. Menurut Arikunto (2002) jika subjek penelitian atau wisatawan kurang dari 100 maka lebih baik diambil semuanya sebagai sampel dan jika jumlah sampel lebih dari 100 maka sampel dapat diambil antara 10% - 15% sebagai ukuran sampel dengan rumus Slovin dalam Nugraha (2007).

40 20 Keterangan : nn = N 1 + NN (ee) n = Ukuran sampel yang dibutuhkan N = Ukuran populasi e = Margin error yang diperkenankan (10%-15%) 2 Analisis Data Indeks Kesesuaian Wisata Analisis kesesuaian wisata dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian lahan wisata secara spasial dengan menggunakan konsep evaluasi lahan. Beberapa parameter fisika dan kimia dijadikan parameter acuan untuk lahan wisata. Analisis kesesuaian wisata menggunakan matriks kesesuaian yang disusun berdasarkan kepentingan setiap parameter untuk mendukung kegiatan pada daerah tersebut. Parameter yang diamati untuk kesesuaian wisata kategori rekreasi pantai dapat dilihat pada tabel 2-4. Tabel 2. Parameter Kesesuaian Wisata untuk Berenang No. Parameter Bobot Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor S1 S2 S3 1. Kedalaman > > Perairan (m) 2. Material Dasar 5 Pasir 3 Pasir 2 Pasir 1 Perairan Berbatu Berlumpur 3. Kecepatan 5 0-0,17 3 0,17-0,34 2 0,34 0,51 1 arus (m/s) 4. Lebar Danau 3 > >10 1 (m) 5. Kecerahan 3 > > Periran 6. Biota 3 Tidak ada 3 1 jenis Berbahaya jenis Sumber : Modifikasi Yulianda (2007).

41 21 Tabel 3. Parameter Kesesuaian untuk Duduk Santai No. Parameter Bobot Kategori Skor 1. Lebar tepi danau 1 x > > x < > x < 4 1 < Pemandangan 5 Danau, hutan, pegunungan, sungai dari 4 Pemandangan 2 1 dari 4 pemandangan 1 Tidak ada pemandangan 0 3. Vegetasi yang hidup 5 Jumlah jenis pohon < 4 3 di tepi danau Jumlah jenis pohon Jumlah jenis pohon 1 1 Semak belukar 0 4. Hamparan daratan 3 Rumput / pasir 3 Berbatu 2 Tanah liat 1 Lumpur 0 5. Biota Berbahaya 3 Tidak ada 3 1 jenis jenis 1 Lebih dari 3 jenis 0 Sumber : Modifikasi Yulianda (2007). Tabel 4. Parameter kesesuaian Sumberdaya untuk sepeda air No. Parameter Bobot Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor Baik Cukup Buruk Baik 1. Warna 5 Hijau jernih 3 Hijau 2 Cokelat 1 perairan kecoklatan kehitaman 2. Bau 5 Tidak 3 Sedikit 2 Berbau 1 berbau berbau 3. Kedalaman 4 1 < x < < x < 5 2 x < 1; x > 5 1 Perairan (m) 4. Kecepatan 3 0 < x < 0,15 3 0,15 < x 2 0, 30 < x 1 Arus (m/s) < 0, 30 < 0, 50 Sumber : Modifikasi Yulianda (2007). Rumus yang digunakan untuk kesesuaian wisata rekreasi pantai adalah modifikasi dari Yulianda, 2007: IKW = Σ[ Ni ] x 100% N max Keterangan: IKW : Indeks Kesesuaian Wisata

42 22 Ni Nmaks : Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor) : Nilai maksimum dari kategori wisata Penilai kategori keseuaian wisata, nilai yang diperoleh akan dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu sangat sesuai, sesuai, sesuai bersyarat dan tidak sesuai. dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Kategori Kesesuaian Wisata No Kategori Nilai Interval Kesesuaian 1. S1 (Sangat Sesuai) % 2. S2 (Sesuai) 50 - < 83% 3. S3 (Sesuai Bersyarat ) 17 - <50% 4. S4 (Tidak Sesuai) <17% Penilaian Kesesuaian Wisata kategori Banana Boat Penilaian kesesuaian sumberdaya untuk kegiatan banana boat berdasarkan parameter kedalaman dan kecepatan arus. Matriks kesesuaian sumberdaya untuk banana boat dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Matriks kesesuaian sumberdaya untuk banana boat No Parameter Kateegori Penilaian Bobot Nilai (Skor) 1. Kedalaman S1: > S2: > S3: < Kecepatan Arus S1: 0 0, S2: > ,40 2 S3: > 0,40 1 Sumber: Modifikasi Yulianda (2007). Penentuan indeks kawasan wisata berdasarkan perhitungan total nilai maksimum dan minimum serta interval skor. Indeks kesesuaian wisata terbagi menjadi tiga kategori yaitu: S1 (sangat sesuai) : 18,7-24 S2 (sesuai) : 13,3 18,6

43 23 S3 (tidak sesuai) : < 13, 3 Daya Dukung Kawasan Metode yang diperkenalkan untuk menghitung daya dukung pengembangan ekowisata alam adalah dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan (DDK). DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Perhitungan DDK dalam bentuk rumus adalah sebagai berikut (Yulianda, 2007) : DDK = K x ( Lp / Lt ) x ( Wt / Wp ) Keterangan : DDK : Daya Dukung Kawasan K Lp Lt Wt : Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area : Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan : Unit area untuk kategori tertentu : Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari Wp : Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu Potensi ekologis pengunjung ditentukan oleh kondisi sumberdaya dan jenis kegiatan yang akan dikembangkan. Luas suatu area yang dapat digunakan oleh pengunjung mempertimbangkan kemampuan alam mentolerir pengunjung sehingga kelestarian alam dan keselamatan pengunjung tetap terjaga seperti pada Tabel 7.

44 24 Tabel 7. Potensi Ekologis Pengunjung (K) dan Luas Area Kegiatan (Lt) No. Jenis Kegiatan K Unit Area Keterangan ( Pengunjung) (Lt) 1. Berperahu m 2 1 orang setiap 100m x 5m panjang danau 2. Sepeda air m 2 2 orang (1 sepeda air) untuk mengelilingi danau sebesar 100m x 5m 3. Duduk santai 1 5 m 1 orang membutuhkan ruang sepanjang 5 m. 4. Berenang 1 50 m 1 orang setiap 10m x 5 m panjang danau 5. Banana boat m 2 1 orang setiap 62,5 m x 10 m panjang danau Sumber: Modifikasi Yulianda (2007). Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari (Wt) merupakan lamanya waktu Pantai Paris dibuka dalam satu hari. Waktu yang dihabiskan oleh wisatawan untuk melakukan satu jenis kegiatan (Wp) berbeda beda tergantung kepada jenis kegiatan wisata. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan setiap kegiatan wisata terdapat pada Tabel 8. Tabel 8. Prediksi Waktu yang Dibutuhkan untuk Setiap Kegiatan Wisata No Jenis Kegiatan Waktu yang Total Waktu 1 hari dibutuhkan Wp (jam) Wt (jam) 1. Berperahu 0, Sepeda air 0, Duduk santai Berenang Banana boat 1 8 Sumber: Modifikasi Yulianda (2007). Persepsi Wisatawan terhadap Keindahan dan Kenyamanan Kawasan

45 25 Kenyamanan kawasan merupakan nilai yang diberikan oleh wisatawan terhadap kenyamanan, ketentraman, dan keamanan. Nilai kenyamanan dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan yang ditujukan kepada wisatawan. Kriteria nilai kenyamanan obyek wisata menurut kriteria yang ditetapkan oleh Ditjen PHPA (1993) dalam Sudewi (2000) adalah sebagai berikut: Ka = (ERs / ERo) x 100% Keterangan : Ka : Nilai keindahan (%) ERs : Jumlah responden yang mengatakan indah ERo : Jumlah seluruh responden Kriteria nilai keindahan alam: Ka > 75% : Indah (3) 40 < Ka < 75% : Cukup indah (2) Ka < 40% : Tidak indah (1) Kenyamanan kawasan merupakan nilai yang diberikan oleh wisatawan terhadap kelapangan, ketentraman dan keamanan. Pengukuran nilai kenyamanan dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan yang ditujukan kepada wisatawaan. perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus (Yulianda, 2007): Na = (ERs / ERo) x 100% Na : Nilai kenyamanan (%) ERs : Jumlah responden yang mengatakan nyaman ERo : Jumlah seluruh responden Kriteria nilai keindahan alam: Na > 75% : Nyaman (3) 40 < Ka < 75% : Cukup nyaman (2) Ka < 40% : Tidak nyaman (1) Analisis Matriks IFE dan EFE

46 27 Faktor Penentu A B C D. Total Bobot A X1 A1 B X2 A2 C X3 A3 D X4 A4 Total Xn 1,00 Pemberian bobot dalam kuisioner ditentukan berdasarkan kondisi dan tingkat kepentingan masing masing factor. Bobot setiap factor diperoleh dengan menentukan proprsi nilai setiap factor terhadap jumlah nilai keseluruhan. Rumus yang dipakai adalah: Keterangan: A i = X i n X i i=1 A i X i i n : bobot variabel ke-i : nilai variabel ke-i : 1,2,3,.,n : jumlah variabel Cara menentukan IFE : 1. Menentukan faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan dari kegiatan pengelolaan. 2. Memberi bobot masing-masing faktor tersebut sesuai dengan tingkat kepentingannya. Jumlah bobot harus sebesar. 3. Menghitung rating untk masing masing faktor berdasarkan pengaaruh respon faktor-faktor tersebut terhadap pengelolaan ekosistem danau toba (Nilai: 4 = sangat penting, 3 = penting, 2 = cukup penting, 1 kurang penting.

47 27 Faktor Penentu A B C D. Total Bobot A X1 A1 B X2 A2 C X3 A3 D X4 A4 Total Xn 1,00 Pemberian bobot dalam kuisioner ditentukan berdasarkan kondisi dan tingkat kepentingan masing masing factor. Bobot setiap factor diperoleh dengan menentukan proprsi nilai setiap factor terhadap jumlah nilai keseluruhan. Rumus yang dipakai adalah: Keterangan: A i = X i n X i i=1 A i X i i n : bobot variabel ke-i : nilai variabel ke-i : 1,2,3,.,n : jumlah variabel Cara menentukan IFE : 1. Menentukan faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan dari kegiatan pengelolaan. 2. Memberi bobot masing-masing faktor tersebut sesuai dengan tingkat kepentingannya. Jumlah bobot harus sebesar. 3. Menghitung rating untk masing masing faktor berdasarkan pengaaruh respon faktor-faktor tersebut terhadap pengelolaan ekosistem danau toba (Nilai: 4 = sangat penting, 3 = penting, 2 = cukup penting, 1 kurang penting.

48 28 4. mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperleh faktor pembobotan untuk masing-masing factor. Untuk lebih jelasnya matrik analisis IFE dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Matrik Analisis IFE Faktor Kunci Internal Bobot Rating Rata-rata Rating Kekuatan - - Kelemahan - - Total Cara menentukan EFE : 5. Menentukan faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan dari kegiatan pengelolaan. 6. Memberi bobot masing-masing faktor tersebut sesuai dengan tingkat kepentingannya. Jumlah bobot harus sebesar. 7. Menghitung rating untk masing masing faktor berdasarkan pengaaruh respon faktor-faktor tersebut terhadap pengelolaan ekosistem danau toba (Nilai: 4 = sangat penting, 3 = penting, 2 = cukup penting, 1 kurang penting. 8. mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperleh faktor pembobotan untuk masing-masing faktor. Untuk lebih jelasnya matrik analisis IFE dapat dilihat pada Tabel 11.

49 29 Tabel 11. Matrik Analisis EFE Faktor Kunci Internal Bobot Rating Rata-rata Rating Kekuatan - - Kelemahan - - Total Analisi SWOT Setelah matriks IFE Internal Factor Evaluation (Analisis Faktor Internal) dan EFE External Factor Evaluation (Analisis Faktor Eksternal) selesai, selanjutnya unsur-unsur tersebut dihubungkan dalam matrik untuk memperoleh beberapa alternatif strategi. Matriks ini memungkinkan empat kemungkinan strategi. Diagram matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Matriks SWOT IFE STREGTHS (S) WEAKNESSES (W) tentukan faktor tentukan faktor EFE kekuatan internal kekuatan eksternal OPPORTUNITIES (O) Strategi S-O Strategi W-O tentukan faktor peluang (Strategi menggunakan (Strategi meminimalkan eksteral kekuatan untuk kelemahan untuk memanfaatkan peluang) memanfaatkan peluang) TREATHS (T) tentukan faktor ancaman (Strategi menggunakan (Strategi meminimalkan eksteral kekuatan untuk kelemahan untuk mengatasi ancaman) menghindari ancaman) Pembuatan Tabel Ranking Alternatif Strategi Penentuan prioritas dari strategi yang dihasilkan dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Jumlah dari skor pembobotan

50 30 menentukan ranking prioritas strategi dalam pengelolaan ekosistem danau untuk pengembangan kawasan ekowisata. Jumlah skor diperoleh dari penjumlahan semua skor di setiap faktor-faktor strategis yang terkait. Ranking akan ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai yang terkecil dari semua strategi yang ada.

51 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kesesuaian Wisata Kesesuaian sumberdaya untuk wisata merupakan suatu kemampuan alam untuk menampung kegiatan wisata yang dilakukan secara ekologi. Kegiatan wisata yang sudah ada dan yang dikelola di wisata Pantai Paris Tigaras berupa sepeda air, berenang, duduk santai, dan banana boat. Hasil pengukuran untuk mendapatkan kategori kesesuaian pada daerah wisata Pantai Paris Tigaras berdasarkan matriks kesesuaian dapat dilihat pada Tabel Tabel 13. Kesesuaian Wisata Untuk Duduk Santai No. Parameter Bobot Hasil Skor Ni (Bobot x Skor) 1. Lebar tepi danau (m) Pemandangan 5 Danau, Pegunungan Vegetasi yang hidup di tepi danau Hamparan dataran 3 Berbatu Biota berbahaya 3 Tidak Ada 3 9 Total Skor Indeks Kesesuaian Wisata 80,55% Tingkat Kesesuaian Wisata S1 Pengukuran berdasarkan parameter yang mempengaruhi aktivitas wisata pada kegiatan duduk santai dinyatakan bahwa kegiatan duduk santai di wisata Pantai Paris Tigaras tergolong pada tingkat kesesuaian S1 (sangat sesuai). Hasil pengukuran berdasarkan parameter yang mempengaruhi kegiatan wisata sepeda air dapat dilihat pada Tabel 15.

52 32 Tabel 14. Kesesuaian Wisata Untuk Sepeda Air No. Parameter Bobot Hasil Skor Ni (Bobot x Skor) 1. Warna perairan 5 Hijau kecoklatan Bau 5 Sedikit berbau Kedalaman Perairan (m) 4 <1-> Kecepatan Arus (m/s) 3 0, Total Skor Indeks Kesesuaian Wisata 56,8% Tingkat Kesesuaian Wisata S2 Hasil pengukuran tingkat kesesuaian wisata untuk kegiatan sepeda air berdasarkan parameter dinyatakan bahwa kegiatan sepeda air di wisata Pantai Paris Tigaras termasuk pada tingkata kesesuaian S2 (sesuai). Hasil pengukuran berdasarkan parameter yang mempengaruhi kegiatan wisata berenang dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15.Kesesuaian Wisata Untuk Berenang No. Parameter Bobot Hasil Skor Ni (Bobot x Skor) 1. Kedalaman Perairan (m) Material dasar perairan 5 Pasir Berbatu Kecepatan arus 5 0, Lebar danau (m) 3 > Kecerahan Perairan (m) 3 0, Biota berbahaya 3 Tidak ada 3 9 Total Skor Indeks Kesesuaian Wisata 84,72% Tingkat Kesesuaian Wisata S1 Pengukuran tingkat kesesuaian wisata berdasarkan parameter untuk kegiatan wisata berenang dinyatakan bahwa kegiatan berenang di wisata Pantai Paris Tigaras tergolong pada tingkat kesesuaian S1 (sangat sesuai). Hasil pengukuran berdasarkan parameter yang mempengaruhi kegiatan wisata banana boat dapat dilihat pada Tabel 16. yang dinyatakan bahwa hasil pengukuran tingkat kesesuaian wisata untuk banana boat termasuk pada tingkat kesesuaian wisata S1 (sangat sesuai).

53 33 Tabel 16. Kesesuaian Wisata Untuk Banana boat No. Parameter Bobot Hasil Skor Ni (Bobot x Skor) 1. Kedalaman Perairan (m) 5 > Kecepatan arus 3 0, Total Skor Indeks Kesesuaian Wisata 24 Tingkat Kesesuaian Wisata S1 Daya Dukung Kawasan Daya dukung kawasan adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Luas wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata di Pantai Paris Tigaras dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Daya Dukung Kawasan Pada Wisata Pantai Paris Tigaras No. Jenis Kegiatan K Lt Wp-Jam Wt-Jam Lp DDK 1. Duduk Santai m Berenang m Sepeda Air m 0, Banana boat m Jumlah Luas daereh yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan duduk santai yaitu 324 m 2 dengan daya dukung 259 orang. Luas daerah yang dimanfaatkan untuk kegiatan berenang yaitu m 2 dengan daya dukung 129 orang. Luas daerah yang dimanfaatkan untuk kegiatan sepeda air yaitu dengan daya dukung 207 orang. Luas daerah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata banana boat yaitu dengan daya dukung 414 orang.

54 34 Persepsi Wisatawan Persepsi wisatawan terhadap keindahan di daerah wisata Pantai Paris Tigaras sangat baik. Berdasarkan hasil 42 responden yang telah dilakukan hanya 2% yang menyatakan tidak indah, sementara 62% menyatakan indah dan 36% menyatakan cukup indah. Gambar 6. Diagram Persepsi Wisatawan terhadap Keindahan Persepsi wisatawan untuk kenyamanan saat melakukan kegiatan di daerah wisata Pantai Paris Tigaras sebesar 38% menyatakan nyaman dan 57% menyatakan cukup nyaman sedangkan 5% menyatakan tidak nyaman melakukan kegiatan wisata di Pantai Paris Tigaras. Gambar 7. Diagram Persepsi Wisatawan terhadap Kenyamanan Bau perairan di daerah wisata tentu akan mengurangi daya tarik wisata. Bau perairan diperoleh dari hasil kuisioner yang diberikan kepada pengunjung

55 35 yang berwisata di Pantai Paris Tigaras, yaitu sebesar 41% wisatawan menyatakan bahwa perairan Pantai Paris Tigaras di daerah wisata sedikit berbau, 2% menyatakan berbau dan 57% menyatakan tidak berbau. Gambar 8. Diagram Persepsi Wisatawan terhadap Bau Perairan Persepsi wisatawan terhadap warna perairan pada daerah wisata Pantai Paris Tigaras sebesar 11,9% menyatakan perairan wisata Pantai Paris Tigaras berwarna cokelat. Warna perairan dinilai secara visual dengan indra penglihat oleh wisatawan. 45,23% menyatakan hijau dan 42,85% menyatakan hijau jernih. Warna perairan juga menentukan ketertarikan wisatawan terhadap suatu objek wisata air. Semakin jernih suatu perairan maka akan semakin tinggi daya tarik wisatawan untuk mengunjungi atau berkunjung ke suatu objek wisata air. Gambar 9. Diagram Persepsi Wisatawan terhadap Warna Perairan

56 36 Gambar 10. Tingkat Kepauasan Wisatawan terhadap Potensi Wisata Berdasarkan kuisioner yang disebar terhadap pengunjung, sebanyak 69% wisatawan menyatakan bahwa mereka merasa puas melakukan aktivitas wisata di Pantai Paris Tigaras, 26% menyatakan cukup puas dan hanya 5% wisatawan yang meyatakan tidak puas terhadap potensi wisata yang ada di Pantai Paris Tigaras. Analisis Parameter Fisika Kimia Perairan Analisis kualitas air di Pantai Paris Tigaras dilakukan dengan mengambil sampel air di tiga stasiun. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak tiga kali pengambilan dan dilakukan pada kondisi cuaca yang sama. Hasil analisis Kualitas Air Pantai Paris Tigaras pada setiap pengambilan dapat dilihat pada tabel 18. Tabel 18. Analisis Kualitas Air Pantai Paris Tigaras Parameter Satuan Baku Mutu PP no. 82 Stasiun Tahun 2001 I II III Fisika Suhu C Deviasi Kecepatan arus m/det - 0,013 0,009 0,008 Kecerahan m - 0,40 0,41 1 Kimia ph ,5 7,4 7,0 DO mg/l 3 7,26 7,03 7,13 BOD mg/l 6 3,183 3,96 3,7 Biologi Total Coliform Jlh/100 ml

57 15 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2017 di Pantai Paris, Desa Tigaras, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis pantai paris membentang antara , ,8 LU dan , ,64 BT (Gambar 2). Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Positioning System (GPS), kamera, alat tulis, bola duga, stop watch, sechi disk, kalkulator, tali/benang, meteran, coolbox, ph meter dan botol sampel

58 16 Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan mangan sulfat (MnSO 4 ), asam sulfat (H 2 SO 4 ), kalium iodida (KI), natrium thiosulfat (Na 2 S 2 O 3 ) dan kuisioner yang dibagikan kepada pengunjung dan masyarakat sekitar, serta data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah yang terkait. Prosedur Penelitian Penentuan Stasiun Metode yang digunakan dalam menentukan lokasi pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Pertimbangan menggunakan metode ini karena purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel atau sumber data dengan pertimbangan tertentu berdasarkan jumlah pengunjung atau wisatawan yang menempati suatu tempat untuk melakukan kegiatan wisata. a. Stasiun 1 Stasiun 1 terletak di sebelah barat Pantai Paris. Secara geografis terletak pada koordinat ,92 LU dan BT. Daerah ini merupakan daerah yang jarang dijumpai aktivitas wisata. Pada daerah ini wisatawan dapat melakukan aktivitas memancing dan menikmati pemandangan alam. Kondisi stasiun 1 dapat dilihat pada Gambar 3.

59 17 b. Stasiun 2 Gambar 3. Stasiun 1 Stasiun 2 terletak di bagian tengah Pantai Paris. Secara geografis terletak ,8 LU dan BT. Pada daerah ini terdapat kegiatan wisata seperti berenang, sepeda air, berperahu, banana boat dan menikmati pemandangan alam. Kondisi stasiun 2 dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Stasiun 2 c. Stasiun 3 Stasiun 3 terletak di bagian Timur Pantai Paris. Secara geografis terletak pada ,6 LU dan BT. Pada daerah ini pengunjung dapat melakukan kegiatan berenang, dan banana boat. Pada daerah ini terdapat saluran

60 18 pembuangan air yang berasal dari perumahan warga di sekitar Pantai Paris. Kondisi stasiun 3 dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Stasiun 3. Pengukuran Faktor Fisika dan Kimia Perairan Pengukuran parameter fisika dan kimia dilakukan dengan dua cara, yakni secara langsung (insitu) dan secara tidak langsung (exsitu). Pengukuran langsung dilapangan (insitu) dilakukan terhadap parameter suhu, ph dan DO. Parameter kualitas air dan metode analisis pengukuran dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Parameter Kualitas Air dan Metode Analisis Parameter Satuan Metode Analisi/Alat Lokasi Fisika Suhu 0 C Thermometer In situ Kecepatan m/det Bola Duga In situ Arus Kedalaman m Tali dan Meteran In situ Kimia ph - ph meter In situ DO mg/l - In situ BOD5 mg/l - Ex situ Biologi Total coliform MPN/100 ml JPT Ex situ

61 19 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan adalah data yang diperoleh di lapangan seperti serta kuisioner terhadap pengelola dan pengunjung sekitar maupun hasil analisis dari laboratorium untuk data analisis air. Kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 1. Data yang nilainya langsung didapat dari lapangan meliputi nilai temperatur, ph, kecerahan, material dasar perairan, oksigen terlarut. Data sekunder didapat melalui studi pustaka berupa buku-buku penunjang, artikel jurnal dan penelitian-penelitian sebelumnya maupun dari lembaga terkait lainnya untuk mengetahui kondisi lokasi penelitian dan memperoleh informasi data yang diperlukan dalam penelitian. Penentuan Responden Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode purposive sampling (sampel bertujuan), yaitu cara pengambilan sampel dengan cara disengaja dengan tujuan sampel tersebut dapat mewakili setiap unsur yang ada dalam populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan yang berkunjung ke kawasan Pantai Paris. Penyebaran sampel dilakukan secara acak (Random Sampling). Pemilihan sampel harus representatif atau mewakili populasi dengan kriteria cukup dewasa (umur 17 tahun ke atas), sehat jasmani dan mampu berkomunikasi dengan baik. Menurut Arikunto (2002) jika subjek penelitian atau wisatawan kurang dari 100 maka lebih baik diambil semuanya sebagai sampel dan jika jumlah sampel lebih dari 100 maka sampel dapat diambil antara 10% - 15% sebagai ukuran sampel dengan rumus Slovin dalam Nugraha (2007).

62 20 Keterangan : nn = N 1 + NN (ee) n = Ukuran sampel yang dibutuhkan N = Ukuran populasi e = Margin error yang diperkenankan (10%-15%) 2 Analisis Data Indeks Kesesuaian Wisata Analisis kesesuaian wisata dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian lahan wisata secara spasial dengan menggunakan konsep evaluasi lahan. Beberapa parameter fisika dan kimia dijadikan parameter acuan untuk lahan wisata. Analisis kesesuaian wisata menggunakan matriks kesesuaian yang disusun berdasarkan kepentingan setiap parameter untuk mendukung kegiatan pada daerah tersebut. Parameter yang diamati untuk kesesuaian wisata kategori rekreasi pantai dapat dilihat pada tabel 2-4. Tabel 2. Parameter Kesesuaian Wisata untuk Berenang No. Parameter Bobot Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor S1 S2 S3 1. Kedalaman > > Perairan (m) 2. Material Dasar 5 Pasir 3 Pasir 2 Pasir 1 Perairan Berbatu Berlumpur 3. Kecepatan 5 0-0,17 3 0,17-0,34 2 0,34 0,51 1 arus (m/s) 4. Lebar Danau 3 > >10 1 (m) 5. Kecerahan 3 > > Periran 6. Biota 3 Tidak ada 3 1 jenis Berbahaya jenis Sumber : Modifikasi Yulianda (2007).

63 21 Tabel 3. Parameter Kesesuaian untuk Duduk Santai No. Parameter Bobot Kategori Skor 1. Lebar tepi danau 1 x > > x < > x < 4 1 < Pemandangan 5 Danau, hutan, pegunungan, sungai dari 4 Pemandangan 2 1 dari 4 pemandangan 1 Tidak ada pemandangan 0 3. Vegetasi yang hidup 5 Jumlah jenis pohon < 4 3 di tepi danau Jumlah jenis pohon Jumlah jenis pohon 1 1 Semak belukar 0 4. Hamparan daratan 3 Rumput / pasir 3 Berbatu 2 Tanah liat 1 Lumpur 0 5. Biota Berbahaya 3 Tidak ada 3 1 jenis jenis 1 Lebih dari 3 jenis 0 Sumber : Modifikasi Yulianda (2007). Tabel 4. Parameter kesesuaian Sumberdaya untuk sepeda air No. Parameter Bobot Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor Baik Cukup Buruk Baik 1. Warna 5 Hijau jernih 3 Hijau 2 Cokelat 1 perairan kecoklatan kehitaman 2. Bau 5 Tidak 3 Sedikit 2 Berbau 1 berbau berbau 3. Kedalaman 4 1 < x < < x < 5 2 x < 1; x > 5 1 Perairan (m) 4. Kecepatan 3 0 < x < 0,15 3 0,15 < x 2 0, 30 < x 1 Arus (m/s) < 0, 30 < 0, 50 Sumber : Modifikasi Yulianda (2007). Rumus yang digunakan untuk kesesuaian wisata rekreasi pantai adalah modifikasi dari Yulianda, 2007: IKW = Σ[ Ni ] x 100% N max Keterangan: IKW : Indeks Kesesuaian Wisata

64 22 Ni Nmaks : Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor) : Nilai maksimum dari kategori wisata Penilai kategori keseuaian wisata, nilai yang diperoleh akan dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu sangat sesuai, sesuai, sesuai bersyarat dan tidak sesuai. dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Kategori Kesesuaian Wisata No Kategori Nilai Interval Kesesuaian 1. S1 (Sangat Sesuai) % 2. S2 (Sesuai) 50 - < 83% 3. S3 (Sesuai Bersyarat ) 17 - <50% 4. S4 (Tidak Sesuai) <17% Penilaian Kesesuaian Wisata kategori Banana Boat Penilaian kesesuaian sumberdaya untuk kegiatan banana boat berdasarkan parameter kedalaman dan kecepatan arus. Matriks kesesuaian sumberdaya untuk banana boat dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Matriks kesesuaian sumberdaya untuk banana boat No Parameter Kateegori Penilaian Bobot Nilai (Skor) 1. Kedalaman S1: > S2: > S3: < Kecepatan Arus S1: 0 0, S2: > ,40 2 S3: > 0,40 1 Sumber: Modifikasi Yulianda (2007). Penentuan indeks kawasan wisata berdasarkan perhitungan total nilai maksimum dan minimum serta interval skor. Indeks kesesuaian wisata terbagi menjadi tiga kategori yaitu: S1 (sangat sesuai) : 18,7-24 S2 (sesuai) : 13,3 18,6

65 23 S3 (tidak sesuai) : < 13, 3 Daya Dukung Kawasan Metode yang diperkenalkan untuk menghitung daya dukung pengembangan ekowisata alam adalah dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan (DDK). DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Perhitungan DDK dalam bentuk rumus adalah sebagai berikut (Yulianda, 2007) : DDK = K x ( Lp / Lt ) x ( Wt / Wp ) Keterangan : DDK : Daya Dukung Kawasan K Lp Lt Wt : Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area : Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan : Unit area untuk kategori tertentu : Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari Wp : Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu Potensi ekologis pengunjung ditentukan oleh kondisi sumberdaya dan jenis kegiatan yang akan dikembangkan. Luas suatu area yang dapat digunakan oleh pengunjung mempertimbangkan kemampuan alam mentolerir pengunjung sehingga kelestarian alam dan keselamatan pengunjung tetap terjaga seperti pada Tabel 7.

66 24 Tabel 7. Potensi Ekologis Pengunjung (K) dan Luas Area Kegiatan (Lt) No. Jenis Kegiatan K Unit Area Keterangan ( Pengunjung) (Lt) 1. Berperahu m 2 1 orang setiap 100m x 5m panjang danau 2. Sepeda air m 2 2 orang (1 sepeda air) untuk mengelilingi danau sebesar 100m x 5m 3. Duduk santai 1 5 m 1 orang membutuhkan ruang sepanjang 5 m. 4. Berenang 1 50 m 1 orang setiap 10m x 5 m panjang danau 5. Banana boat m 2 1 orang setiap 62,5 m x 10 m panjang danau Sumber: Modifikasi Yulianda (2007). Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari (Wt) merupakan lamanya waktu Pantai Paris dibuka dalam satu hari. Waktu yang dihabiskan oleh wisatawan untuk melakukan satu jenis kegiatan (Wp) berbeda beda tergantung kepada jenis kegiatan wisata. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan setiap kegiatan wisata terdapat pada Tabel 8. Tabel 8. Prediksi Waktu yang Dibutuhkan untuk Setiap Kegiatan Wisata No Jenis Kegiatan Waktu yang Total Waktu 1 hari dibutuhkan Wp (jam) Wt (jam) 1. Berperahu 0, Sepeda air 0, Duduk santai Berenang Banana boat 1 8 Sumber: Modifikasi Yulianda (2007). Persepsi Wisatawan terhadap Keindahan dan Kenyamanan Kawasan

67 25 Kenyamanan kawasan merupakan nilai yang diberikan oleh wisatawan terhadap kenyamanan, ketentraman, dan keamanan. Nilai kenyamanan dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan yang ditujukan kepada wisatawan. Kriteria nilai kenyamanan obyek wisata menurut kriteria yang ditetapkan oleh Ditjen PHPA (1993) dalam Sudewi (2000) adalah sebagai berikut: Ka = (ERs / ERo) x 100% Keterangan : Ka : Nilai keindahan (%) ERs : Jumlah responden yang mengatakan indah ERo : Jumlah seluruh responden Kriteria nilai keindahan alam: Ka > 75% : Indah (3) 40 < Ka < 75% : Cukup indah (2) Ka < 40% : Tidak indah (1) Kenyamanan kawasan merupakan nilai yang diberikan oleh wisatawan terhadap kelapangan, ketentraman dan keamanan. Pengukuran nilai kenyamanan dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan yang ditujukan kepada wisatawaan. perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus (Yulianda, 2007): Na = (ERs / ERo) x 100% Na : Nilai kenyamanan (%) ERs : Jumlah responden yang mengatakan nyaman ERo : Jumlah seluruh responden Kriteria nilai keindahan alam: Na > 75% : Nyaman (3) 40 < Ka < 75% : Cukup nyaman (2) Ka < 40% : Tidak nyaman (1) Analisis Matriks IFE dan EFE

68 26 Analisis dilakukan dengan menggunakan Internal Factor Evaluation (Analisis Faktor Internal) dan External Factor Evaluation (Analisis Faktor Eksternal) dengan tahapan sebagai berikut ini: 1. Identifikasi faktor internal dengan cara penelusuran literatur, wawancara dan observasi. Hasil identifikasi faktor-faktor selanjutnya diberi bobot dan peringkat. 2. Penentuan bobot setiap faktor dalam kuesioner dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor-faktor strategi eksternal dan internal tersebut kepada manajemen dan pakar dengan menggunakan metode Paired Comparison. Masing masing faktor diberi bobot yang menggambarkan tingkat kepentingannya. Penentuan bobot dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada responden untuk melihat derajat pentingnya masing-masing faktor jika dibandingkan dengan faktor-faktor yang lainnya. Metode ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal. Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2, dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah: 1 = Jika indikator horizontal kurang penting dari pada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting dibandingkan indicator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting dibanding Indikator vertical Untuk lebih jelasnya rancangan bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Penilaian bobot faktor internal dan eksternal

69 6 TINJAUAN PUSTAKA Danau Danau adalah badan air pedalaman yang tidak memiliki pertukaran langsung dengan laut. Ekosistem danau terdiri dari fisik, kimia dan biologi yang ada di badan air tersebut. Danau terdiri dari air tawar dan air garam (di daerah kering). Danau bersifat dalam maupun dangkal, permanen atau sementara. Pada semua jenis danau mengalami proses ekolodi dan biogeokimia dan danau dikaji dalam ilmu limnologi Danau merupakan habiat yang bagus untuk penelitian dinamika ekosistem: interaksi antara proses biologi, kimia dan proses fisik baik secara kuantitatif maupun kualitatif, perbedaan antar di udara dan di darat. Karena baatas air dan tanah, air dan udara berbeda, ada pengelompokan pada beberapa komponen ekosistem (Hairston dan Fussman, 2002). Danau dicirikan dengan arus yang sangat lambat (0, m/detik) atau tidak ada arus sama sekali. Oleh karena itu, waktu tinggal (residence time)air dapat berlangsung lama. Arus air di danau dapat bergerak ke berbagai arah. Perairan danau biasanya memiliki stratifikasi kualitas air secara vertical. Stratifikasi ini tergantung pada kedalaman dan musim (Effendi, 2003). Danau merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan berfungsi sebagai penampung dan menyimpan air yang berasal dari air sungai, mata air maupun air hujan. Sebagai salah satu bentuk ekosistem air tawar, danau memegang peranan sangat penting dan potensial untuk dikembangkan dan didayagunakan untuk berbagai kepentingan, seperti kepentingan ekonomi, perikanan, irigasi, sumber air bersih dan pariwisata. Dari sisi ekologi, danau

70 7 juga berperan sebagai penyangga bagi kehidupan sekitarnya, dan memilii kekayaan keanekaragaman hayati yang potensial bagi kesejahteraan masyarakat (Ginting, 2009). Ekowisata Ekowisata merupakan bentuk wisata bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan dan memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya masyarakat setempat yang telah menyebar ke seluruh dunia sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan. Kegiatan ekowisata di Indonesia belum begitu berkembang, tetapi mengingat potensi yang besar dan kemampuan pemerintah yang terbatas, maka pengembangan ekowisata di Indonesia perlu dilakukan hati-hati agar tidak menimbulkan dampak yang tidak diinginkan (Purwanti, 2010). Menurut PERMEN DAGRI no 33 tahun 2009, Ekowisata adalah kegiatan wisata alam di daerah yang bertanggungjawab dengan memperhatikan unsur pendidikan, pemahaman, dan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi sumberdaya alam, serta peningkatan pendapatan masyarakat lokal. Wisata dibidang perairan dapat dibedakan menjadi dua yaitu Wisata Tirta (tawar) dan Wisata Bahari (laut). Wisata tirta adalah wisata yang dilakukan di perairan tawar dengan aktivitas yang dilakukan seperti olahraga, sight seeing, memancing dan lain-lain yang dilakukan disungai, danau, waduk dan kawasan rawa-rawa serta muara (Syahrul, 2006)

71 8 Pembangunan Wisata Berkelanjutan Ide dasar pembangunan berkelanjutan adalah kelestarian sumberdaya alam dan budaya. Ide-ide tersebut selanjutanya diturunkan ke dalam konsep pariwisata berkelanjutan. Artinya adalah pembangunan sumberdaya (atraksi, aksesibilitas, dan amenitas) pariwisata yang bertujuan untuk memberi keuntungan optimal bagi pemangku kepentingan dan nilai kepuasan optimal bagi wisatawan dalam jangka panjang, oleh sebab itu, pengembangan infrastruktur pariwisata harus memberikan keuntungan jangka panjang bagi pelaku wisata. Ide pembangunan yang berkelanjutan tersebut sejalanan dengan konsep pengelolaan ekowisata yang tidak hanya berorientasi pada keberlanjutan tetapi juga mempertahankan nilai sumberdaya alam dan manusia (Damanik dan Weber 2006). Menurut Ridwan (2012) diacu Aria (2014), Pengembangan pariwisata dapat menimbulkan kerusakan besar pada ekosistem. Kerusakan dan masalah ekosistem yang ditimbulkan dapat berupa sedimentasi. Bangunan yang dibuat kadang-kadang menghalangi arus sungai dan drainase serta pencemaran langsung yang disebabkan oleh limbah hotel dan restoran. Masalah lingkungan terbesar bagi bangunan dan fasilitas pariwisata adalah penggunaan energi dan pembuangan limbah. Sampah padat yang dihasilkan dari pembangunan dan konstruksi sarana akomodasi menjadi limbah beracun yang mencemari air, udara dan tanah. Kegiatan di daerah pariwisata dan rekreasi dapat menimbulkan masalah ekologis yang khusus dibandingkan dengan kegiatan ekonomi lain mengingat bahwa keindahan dan keaslian alam merupakan modal utama. Oleh karena itu, perencanaan pengembangan pariwisata di wilayah danau hendaknya dilakukan secara menyeluruh termasuk inventarisasi dan penilaian sumberdaya yang cocok

72 9 untuk pariwisata, perkiraan tentang berbagai dampak terhadap lingkungan, hubungan sebab akibat dari berbagai macam tata guna lahan disertai dengan perincian kegiatan untuk masing-masing tata guna, serta pilihan pemanfaatannya (Dahuri dkk., 1996). Parameter Fisik dan Kimia Perairan a. Kecepatan Arus Arus air adalah faktor yang mempunyai peranan sangat penting baik pada perairan lotik maupun perairan lentik. Hal ini berhubungan dengan penyebaran organisme, gas-gas terlarut dan mineral yang terdapat di dalam air. Kecepatan aliran air akan bervariasi secara vertikal. Arus air yang pada perairan lotik umumnya bersifat turbulen, yaitu arus air yang bergerak ke segala arah sehigga air akan terdistribusi ke seluruh bagian dari perairan tersebut. Selain itu dikenal arur laminar, yaitu arus air yang bergerak ke satu arah tertentu saja (Barus,2004). b. Kecerahan Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan, yang ditenttukan secara visual dengan menggunakan secchi disk nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter. nilai ini sangat dipengarui oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran kekeruhan dan padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran.pengukuran kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerh (Effendi, 2003).

73 10 Penentuan kecerahan air dengan keping Secchi adalah berdasarkan batas pandangan ke dalam air untuk melihat warna putih yang berada dalam air. Semakin keruh suatu badan air akan semakin dekat batas pandangan, sebaliknya kalau air jernih akan jauh batas pandangan tersebut. Keping Secchi berupa suatu kepingan yang berwarna hitam-putih, yang dibenamkan ke dalam air. Keping itu berupa suatu piringan yang diameternya sekitar 25 cm. piringan ini dapat dibuat dari plat logam yang tebalnya sekitar 3 mm pada tengah piringan dibuat satu lubang untuk tempat meletakkan tali dan logam pemberatnya. Tali inilah yang berfungsi sebagai penentu kedalaman (Suin, 2002). c. Warna dan Bau Air yang normal tampak jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. air yang tidak jernih seringkali merupakan petunjuk awal terjadinya polusi di suatu perairan. rasa air seringkali dihubungkan dengan bau air. bau air dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia terlarut, ganggang, plankton, tumbuhan air, baik yang masih hidup maupun yang mati (Nugroho, 2006). d. Kedalaman Perairan Kedalaman perairan berhubungan dengan intensitas cahaya yang masuk kedalam kolom perairan. Intensitas cahaya yang masuk ke dalam kolom air semakin berkurang dengan bertambahnya kedalaman perairan (Effendi, 2003). e. ph Nilai ph menyatakan nilai konsentrasi ion hidrogen dalam suatu larutan, didefenisikan sebagai logaritma dari resiplokal aktivitas ion hidrogen dan secara matematis dnyatakan sebagai ph = log 1/H + adalah banyaknya ion

74 11 hydrogen dalam mol perliter larutan. Kemampuan air untuk mengikat atau melepaskan sejumlah ion hydrogen akn menunjukkan apakah larutan tersebut bersifat asam atau basa (Barus, 2004). f. DO Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme ataupertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan.disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin, 2005). g. BOD Kebutuhan oksigen biologi suatu badan air adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh organisme yang terdapat di dalamnya untuk bernafas selama lima hari. untuk itu maka perlu diukur kadar oksigen terlarut pada saat pengambilan contoh air. selama dalam penyimpanan itu harus tidak ada penambahan oksigen melalui proses fotosintesis, dan selama lima hari itu semua organisme yang berada dalam contoh air itu bernafas menggunakan oksigen yang ada dalam contoh air tersebut (Suin, 2002). h. Substrat Substrat dasar perairan merupakan salah satupotensi abiotik yang luar biasa. Substrat berguna sebagai habitat, tempat mencari makan, dan memijah bagi sebagian besar organisme akuatik. Selain itu dasar perairan memiliki komposisi yang sangat kompleks mulai dari substrat berukuran kecil sampai batu-batuan.

75 12 Berdasarkan ukuran partikelnya, substrat dibedakan atas kerikil/batu (> 2,00 mm), pasir (0,05-2,00 mm), geluh (silt) (0,002-0,05 mm) dan lempung (clay) (< 0,002 mm) (Ningsih, dkk., 2013). Indeks Kesesuaian Wisata Menurut Yulianda (2007) menyatakan bahwa setiap kegiatan wisata memiliki persyaratan-persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan kawasan obyek wisata yang akan dikembangkan. Masing-masing jenis kegiatan wisata memiliki parameter kesesuaian yang berbeda-beda antara kegiatan wisata yang satu dengan jenis kegiatan wisata yang lainnya. Parameter kegiatan tersebut disusun dalam kelas kesesuaian untuk masing-masing jenis kegiatan wisata. Penentuan daerah wisata pada setiap kawasan mempunyai persyaratan sumberdaya dabn lingkungan yang sesuai dengan obyek wisata yang akan dikembangkan. Setiap jenis kegiatan wisata memiliki parameter kesesuaian yang berbeda. Parameter kesesuaian tersebut disusun kedalam sebuah kelas keseuaian untuk setiap jenis kegiatan wisata. Kelas kesesuaian diperoleh dari perkalian antara bobot dan skor masng-masing parameter. Pemberian bobot berdasarkan tingkat kepentingan suatu parameter,sedangkan pemberian skor berdasarkan kualitas setiap parameter (Irawan, dkk., 2014). Menurut Azis dkk (2012) menyatakan bahwa setiap parameter memiliki bobot dan skor, dimana pemberian bobot berdasarkan tingkat kepentingan suatu parameter terhadap perencanaan kawasan wisata. bobot yang diberikan adalah 5 (lima), 3 (tiga), dan 1 (satu). Kriteria untuk masing-masing pembobotan adalah sebagai berikut :

76 13 1. Pemberian bobot 5: hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa unsur parameter sangat diperlukan atau parameter kunci. 2. Pemberian bobot 3: hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa unsur parameter sedikit diperlukan atau parameter yang cukup penting. 3. Pemberian bobot 1: hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa unsur parameter dalam unsur penilaian tidak begitu diperlukan tetapi harus selalu ada atau parameter ini tidak penting. Daya Dukung Kawasan Daya dukung lingkungan itu merupakan nilai kualitas lingkungan yang ditimbulkan oleh interaksi dari semua unsur atau komponen fisika, kimia, dan biologi dalam suatu kesatuan ekosistem. Sebagai dasar penentuan daya dukung lingkungan ini adalah keterkaitannya dengan kelas kesesuaian lahan. Kesesuaian lahan bersifatkualitatif yang dinyatakan dengan sangat sesuai, sesuai, sesuai marjinal dan tidak sesuai sedangkan daya dukung bersifat kuatitatif yang menyatakan ukuran kemampuan lingkungan dalam mendukung kegiatan pemanfaatan di suatu daerah. Oleh karena itu, nilai daya dukung lingkungan merupakan kuantifikasi dari kelas kesesuaian lahan (Prasita, dkk., 2007). Daya dukung wilayah (carring capacity) adalah daya tamping maksimum lingkungan untuk diberdayakan oleh manusia. Dengan kata lain populasi yang dapat didukung dengan tak terbatas oleh suatu ekosistem tanpa merusak ekosistem itu. Daya dukung juga dapat didefinisikan sebagai tingkat maksimal hasil sumber daya terhadap beban maksimum yang dapat didukung dengan takterbatas tanpa semakin merusak produktivitas wilayah tersebut sebagai bagian integritas

77 14 fungsional ekosistem yang relevan. Analisis daya dukung lingkungan merupakan suatu alat perencanaan pembangunan yang memberikan gambaran hubungan antara penduduk, penggunaan lahan dan lingkungan. dari semua hal tersebut, analisis daya dukung dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam menilai tingkat kemampuan lahan dalam mendukung segala aktifitas manusia yang ada di wilayah yang bersangkutan (Afni, 2016). Daya dukung wisata juga mencerminkan tingkat atau jumlah maksimum pengunjung yang dapat ditampung oleh sarana prasarana objek wisata alam. Jika daya tampung sarana dan prasarana tersebut dilampaui, akan muncul sejumlah dampak negatif berupa kemerosotan sumber daya, tidak terpenuhinya kepuasan pengunjung, merugikan masyarakat secara ekonomi dan budaya. apabila populasi manusia telah melebihi daya dukung suatu habitat, maka sumber daya yang dibutuhkan untuk dapat bertahan hidup akan habis, limbah terakumulasi, dan meracuni spesies lain, kemudian populasi akan mengalami kepunahan. Kondisi t ersebut akan memberikan dampak negative baik langsung maupun tidak langsung (Muflih, dkk., 2015).

78 15 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2017 di Pantai Paris, Desa Tigaras, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis pantai paris membentang antara , ,8 LU dan , ,64 BT (Gambar 2). Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Positioning System (GPS), kamera, alat tulis, bola duga, stop watch, sechi disk, kalkulator, tali/benang, meteran, coolbox, ph meter dan botol sampel

79 16 Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan mangan sulfat (MnSO 4 ), asam sulfat (H 2 SO 4 ), kalium iodida (KI), natrium thiosulfat (Na 2 S 2 O 3 ) dan kuisioner yang dibagikan kepada pengunjung dan masyarakat sekitar, serta data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah yang terkait. Prosedur Penelitian Penentuan Stasiun Metode yang digunakan dalam menentukan lokasi pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Pertimbangan menggunakan metode ini karena purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel atau sumber data dengan pertimbangan tertentu berdasarkan jumlah pengunjung atau wisatawan yang menempati suatu tempat untuk melakukan kegiatan wisata. a. Stasiun 1 Stasiun 1 terletak di sebelah barat Pantai Paris. Secara geografis terletak pada koordinat ,92 LU dan BT. Daerah ini merupakan daerah yang jarang dijumpai aktivitas wisata. Pada daerah ini wisatawan dapat melakukan aktivitas memancing dan menikmati pemandangan alam. Kondisi stasiun 1 dapat dilihat pada Gambar 3.

80 17 b. Stasiun 2 Gambar 3. Stasiun 1 Stasiun 2 terletak di bagian tengah Pantai Paris. Secara geografis terletak ,8 LU dan BT. Pada daerah ini terdapat kegiatan wisata seperti berenang, sepeda air, berperahu, banana boat dan menikmati pemandangan alam. Kondisi stasiun 2 dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Stasiun 2 c. Stasiun 3 Stasiun 3 terletak di bagian Timur Pantai Paris. Secara geografis terletak pada ,6 LU dan BT. Pada daerah ini pengunjung dapat melakukan kegiatan berenang, dan banana boat. Pada daerah ini terdapat saluran

81 18 pembuangan air yang berasal dari perumahan warga di sekitar Pantai Paris. Kondisi stasiun 3 dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Stasiun 3. Pengukuran Faktor Fisika dan Kimia Perairan Pengukuran parameter fisika dan kimia dilakukan dengan dua cara, yakni secara langsung (insitu) dan secara tidak langsung (exsitu). Pengukuran langsung dilapangan (insitu) dilakukan terhadap parameter suhu, ph dan DO. Parameter kualitas air dan metode analisis pengukuran dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Parameter Kualitas Air dan Metode Analisis Parameter Satuan Metode Analisi/Alat Lokasi Fisika Suhu 0 C Thermometer In situ Kecepatan m/det Bola Duga In situ Arus Kedalaman m Tali dan Meteran In situ Kimia ph - ph meter In situ DO mg/l - In situ BOD5 mg/l - Ex situ Biologi Total coliform MPN/100 ml JPT Ex situ

82 19 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan adalah data yang diperoleh di lapangan seperti serta kuisioner terhadap pengelola dan pengunjung sekitar maupun hasil analisis dari laboratorium untuk data analisis air. Kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 1. Data yang nilainya langsung didapat dari lapangan meliputi nilai temperatur, ph, kecerahan, material dasar perairan, oksigen terlarut. Data sekunder didapat melalui studi pustaka berupa buku-buku penunjang, artikel jurnal dan penelitian-penelitian sebelumnya maupun dari lembaga terkait lainnya untuk mengetahui kondisi lokasi penelitian dan memperoleh informasi data yang diperlukan dalam penelitian. Penentuan Responden Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode purposive sampling (sampel bertujuan), yaitu cara pengambilan sampel dengan cara disengaja dengan tujuan sampel tersebut dapat mewakili setiap unsur yang ada dalam populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan yang berkunjung ke kawasan Pantai Paris. Penyebaran sampel dilakukan secara acak (Random Sampling). Pemilihan sampel harus representatif atau mewakili populasi dengan kriteria cukup dewasa (umur 17 tahun ke atas), sehat jasmani dan mampu berkomunikasi dengan baik. Menurut Arikunto (2002) jika subjek penelitian atau wisatawan kurang dari 100 maka lebih baik diambil semuanya sebagai sampel dan jika jumlah sampel lebih dari 100 maka sampel dapat diambil antara 10% - 15% sebagai ukuran sampel dengan rumus Slovin dalam Nugraha (2007).

83 20 Keterangan : nn = N 1 + NN (ee) n = Ukuran sampel yang dibutuhkan N = Ukuran populasi e = Margin error yang diperkenankan (10%-15%) 2 Analisis Data Indeks Kesesuaian Wisata Analisis kesesuaian wisata dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian lahan wisata secara spasial dengan menggunakan konsep evaluasi lahan. Beberapa parameter fisika dan kimia dijadikan parameter acuan untuk lahan wisata. Analisis kesesuaian wisata menggunakan matriks kesesuaian yang disusun berdasarkan kepentingan setiap parameter untuk mendukung kegiatan pada daerah tersebut. Parameter yang diamati untuk kesesuaian wisata kategori rekreasi pantai dapat dilihat pada tabel 2-4. Tabel 2. Parameter Kesesuaian Wisata untuk Berenang No. Parameter Bobot Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor S1 S2 S3 1. Kedalaman > > Perairan (m) 2. Material Dasar 5 Pasir 3 Pasir 2 Pasir 1 Perairan Berbatu Berlumpur 3. Kecepatan 5 0-0,17 3 0,17-0,34 2 0,34 0,51 1 arus (m/s) 4. Lebar Danau 3 > >10 1 (m) 5. Kecerahan 3 > > Periran 6. Biota 3 Tidak ada 3 1 jenis Berbahaya jenis Sumber : Modifikasi Yulianda (2007).

84 21 Tabel 3. Parameter Kesesuaian untuk Duduk Santai No. Parameter Bobot Kategori Skor 1. Lebar tepi danau 1 x > > x < > x < 4 1 < Pemandangan 5 Danau, hutan, pegunungan, sungai dari 4 Pemandangan 2 1 dari 4 pemandangan 1 Tidak ada pemandangan 0 3. Vegetasi yang hidup 5 Jumlah jenis pohon < 4 3 di tepi danau Jumlah jenis pohon Jumlah jenis pohon 1 1 Semak belukar 0 4. Hamparan daratan 3 Rumput / pasir 3 Berbatu 2 Tanah liat 1 Lumpur 0 5. Biota Berbahaya 3 Tidak ada 3 1 jenis jenis 1 Lebih dari 3 jenis 0 Sumber : Modifikasi Yulianda (2007). Tabel 4. Parameter kesesuaian Sumberdaya untuk sepeda air No. Parameter Bobot Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor Baik Cukup Buruk Baik 1. Warna 5 Hijau jernih 3 Hijau 2 Cokelat 1 perairan kecoklatan kehitaman 2. Bau 5 Tidak 3 Sedikit 2 Berbau 1 berbau berbau 3. Kedalaman 4 1 < x < < x < 5 2 x < 1; x > 5 1 Perairan (m) 4. Kecepatan 3 0 < x < 0,15 3 0,15 < x 2 0, 30 < x 1 Arus (m/s) < 0, 30 < 0, 50 Sumber : Modifikasi Yulianda (2007). Rumus yang digunakan untuk kesesuaian wisata rekreasi pantai adalah modifikasi dari Yulianda, 2007: IKW = Σ[ Ni ] x 100% N max Keterangan: IKW : Indeks Kesesuaian Wisata

85 22 Ni Nmaks : Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor) : Nilai maksimum dari kategori wisata Penilai kategori keseuaian wisata, nilai yang diperoleh akan dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu sangat sesuai, sesuai, sesuai bersyarat dan tidak sesuai. dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Kategori Kesesuaian Wisata No Kategori Nilai Interval Kesesuaian 1. S1 (Sangat Sesuai) % 2. S2 (Sesuai) 50 - < 83% 3. S3 (Sesuai Bersyarat ) 17 - <50% 4. S4 (Tidak Sesuai) <17% Penilaian Kesesuaian Wisata kategori Banana Boat Penilaian kesesuaian sumberdaya untuk kegiatan banana boat berdasarkan parameter kedalaman dan kecepatan arus. Matriks kesesuaian sumberdaya untuk banana boat dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Matriks kesesuaian sumberdaya untuk banana boat No Parameter Kateegori Penilaian Bobot Nilai (Skor) 1. Kedalaman S1: > S2: > S3: < Kecepatan Arus S1: 0 0, S2: > ,40 2 S3: > 0,40 1 Sumber: Modifikasi Yulianda (2007). Penentuan indeks kawasan wisata berdasarkan perhitungan total nilai maksimum dan minimum serta interval skor. Indeks kesesuaian wisata terbagi menjadi tiga kategori yaitu: S1 (sangat sesuai) : 18,7-24 S2 (sesuai) : 13,3 18,6

86 23 S3 (tidak sesuai) : < 13, 3 Daya Dukung Kawasan Metode yang diperkenalkan untuk menghitung daya dukung pengembangan ekowisata alam adalah dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan (DDK). DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Perhitungan DDK dalam bentuk rumus adalah sebagai berikut (Yulianda, 2007) : DDK = K x ( Lp / Lt ) x ( Wt / Wp ) Keterangan : DDK : Daya Dukung Kawasan K Lp Lt Wt : Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area : Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan : Unit area untuk kategori tertentu : Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari Wp : Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu Potensi ekologis pengunjung ditentukan oleh kondisi sumberdaya dan jenis kegiatan yang akan dikembangkan. Luas suatu area yang dapat digunakan oleh pengunjung mempertimbangkan kemampuan alam mentolerir pengunjung sehingga kelestarian alam dan keselamatan pengunjung tetap terjaga seperti pada Tabel 7.

87 24 Tabel 7. Potensi Ekologis Pengunjung (K) dan Luas Area Kegiatan (Lt) No. Jenis Kegiatan K Unit Area Keterangan ( Pengunjung) (Lt) 1. Berperahu m 2 1 orang setiap 100m x 5m panjang danau 2. Sepeda air m 2 2 orang (1 sepeda air) untuk mengelilingi danau sebesar 100m x 5m 3. Duduk santai 1 5 m 1 orang membutuhkan ruang sepanjang 5 m. 4. Berenang 1 50 m 1 orang setiap 10m x 5 m panjang danau 5. Banana boat m 2 1 orang setiap 62,5 m x 10 m panjang danau Sumber: Modifikasi Yulianda (2007). Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari (Wt) merupakan lamanya waktu Pantai Paris dibuka dalam satu hari. Waktu yang dihabiskan oleh wisatawan untuk melakukan satu jenis kegiatan (Wp) berbeda beda tergantung kepada jenis kegiatan wisata. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan setiap kegiatan wisata terdapat pada Tabel 8. Tabel 8. Prediksi Waktu yang Dibutuhkan untuk Setiap Kegiatan Wisata No Jenis Kegiatan Waktu yang Total Waktu 1 hari dibutuhkan Wp (jam) Wt (jam) 1. Berperahu 0, Sepeda air 0, Duduk santai Berenang Banana boat 1 8 Sumber: Modifikasi Yulianda (2007). Persepsi Wisatawan terhadap Keindahan dan Kenyamanan Kawasan

88 25 Kenyamanan kawasan merupakan nilai yang diberikan oleh wisatawan terhadap kenyamanan, ketentraman, dan keamanan. Nilai kenyamanan dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan yang ditujukan kepada wisatawan. Kriteria nilai kenyamanan obyek wisata menurut kriteria yang ditetapkan oleh Ditjen PHPA (1993) dalam Sudewi (2000) adalah sebagai berikut: Ka = (ERs / ERo) x 100% Keterangan : Ka : Nilai keindahan (%) ERs : Jumlah responden yang mengatakan indah ERo : Jumlah seluruh responden Kriteria nilai keindahan alam: Ka > 75% : Indah (3) 40 < Ka < 75% : Cukup indah (2) Ka < 40% : Tidak indah (1) Kenyamanan kawasan merupakan nilai yang diberikan oleh wisatawan terhadap kelapangan, ketentraman dan keamanan. Pengukuran nilai kenyamanan dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan yang ditujukan kepada wisatawaan. perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus (Yulianda, 2007): Na = (ERs / ERo) x 100% Na : Nilai kenyamanan (%) ERs : Jumlah responden yang mengatakan nyaman ERo : Jumlah seluruh responden Kriteria nilai keindahan alam: Na > 75% : Nyaman (3) 40 < Ka < 75% : Cukup nyaman (2) Ka < 40% : Tidak nyaman (1) Analisis Matriks IFE dan EFE

89 27 Faktor Penentu A B C D. Total Bobot A X1 A1 B X2 A2 C X3 A3 D X4 A4 Total Xn 1,00 Pemberian bobot dalam kuisioner ditentukan berdasarkan kondisi dan tingkat kepentingan masing masing factor. Bobot setiap factor diperoleh dengan menentukan proprsi nilai setiap factor terhadap jumlah nilai keseluruhan. Rumus yang dipakai adalah: Keterangan: A i = X i n X i i=1 A i X i i n : bobot variabel ke-i : nilai variabel ke-i : 1,2,3,.,n : jumlah variabel Cara menentukan IFE : 1. Menentukan faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan dari kegiatan pengelolaan. 2. Memberi bobot masing-masing faktor tersebut sesuai dengan tingkat kepentingannya. Jumlah bobot harus sebesar. 3. Menghitung rating untk masing masing faktor berdasarkan pengaaruh respon faktor-faktor tersebut terhadap pengelolaan ekosistem danau toba (Nilai: 4 = sangat penting, 3 = penting, 2 = cukup penting, 1 kurang penting.

90 27 Faktor Penentu A B C D. Total Bobot A X1 A1 B X2 A2 C X3 A3 D X4 A4 Total Xn 1,00 Pemberian bobot dalam kuisioner ditentukan berdasarkan kondisi dan tingkat kepentingan masing masing factor. Bobot setiap factor diperoleh dengan menentukan proprsi nilai setiap factor terhadap jumlah nilai keseluruhan. Rumus yang dipakai adalah: Keterangan: A i = X i n X i i=1 A i X i i n : bobot variabel ke-i : nilai variabel ke-i : 1,2,3,.,n : jumlah variabel Cara menentukan IFE : 1. Menentukan faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan dari kegiatan pengelolaan. 2. Memberi bobot masing-masing faktor tersebut sesuai dengan tingkat kepentingannya. Jumlah bobot harus sebesar. 3. Menghitung rating untk masing masing faktor berdasarkan pengaaruh respon faktor-faktor tersebut terhadap pengelolaan ekosistem danau toba (Nilai: 4 = sangat penting, 3 = penting, 2 = cukup penting, 1 kurang penting.

91 28 4. mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperleh faktor pembobotan untuk masing-masing factor. Untuk lebih jelasnya matrik analisis IFE dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Matrik Analisis IFE Faktor Kunci Internal Bobot Rating Rata-rata Rating Kekuatan - - Kelemahan - - Total Cara menentukan EFE : 5. Menentukan faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan dari kegiatan pengelolaan. 6. Memberi bobot masing-masing faktor tersebut sesuai dengan tingkat kepentingannya. Jumlah bobot harus sebesar. 7. Menghitung rating untk masing masing faktor berdasarkan pengaaruh respon faktor-faktor tersebut terhadap pengelolaan ekosistem danau toba (Nilai: 4 = sangat penting, 3 = penting, 2 = cukup penting, 1 kurang penting. 8. mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperleh faktor pembobotan untuk masing-masing faktor. Untuk lebih jelasnya matrik analisis IFE dapat dilihat pada Tabel 11.

92 29 Tabel 11. Matrik Analisis EFE Faktor Kunci Internal Bobot Rating Rata-rata Rating Kekuatan - - Kelemahan - - Total Analisi SWOT Setelah matriks IFE Internal Factor Evaluation (Analisis Faktor Internal) dan EFE External Factor Evaluation (Analisis Faktor Eksternal) selesai, selanjutnya unsur-unsur tersebut dihubungkan dalam matrik untuk memperoleh beberapa alternatif strategi. Matriks ini memungkinkan empat kemungkinan strategi. Diagram matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Matriks SWOT IFE STREGTHS (S) WEAKNESSES (W) tentukan faktor tentukan faktor EFE kekuatan internal kekuatan eksternal OPPORTUNITIES (O) Strategi S-O Strategi W-O tentukan faktor peluang (Strategi menggunakan (Strategi meminimalkan eksteral kekuatan untuk kelemahan untuk memanfaatkan peluang) memanfaatkan peluang) TREATHS (T) tentukan faktor ancaman (Strategi menggunakan (Strategi meminimalkan eksteral kekuatan untuk kelemahan untuk mengatasi ancaman) menghindari ancaman) Pembuatan Tabel Ranking Alternatif Strategi Penentuan prioritas dari strategi yang dihasilkan dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Jumlah dari skor pembobotan

93 30 menentukan ranking prioritas strategi dalam pengelolaan ekosistem danau untuk pengembangan kawasan ekowisata. Jumlah skor diperoleh dari penjumlahan semua skor di setiap faktor-faktor strategis yang terkait. Ranking akan ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai yang terkecil dari semua strategi yang ada.

94 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kesesuaian Wisata Kesesuaian sumberdaya untuk wisata merupakan suatu kemampuan alam untuk menampung kegiatan wisata yang dilakukan secara ekologi. Kegiatan wisata yang sudah ada dan yang dikelola di wisata Pantai Paris Tigaras berupa sepeda air, berenang, duduk santai, dan banana boat. Hasil pengukuran untuk mendapatkan kategori kesesuaian pada daerah wisata Pantai Paris Tigaras berdasarkan matriks kesesuaian dapat dilihat pada Tabel Tabel 13. Kesesuaian Wisata Untuk Duduk Santai No. Parameter Bobot Hasil Skor Ni (Bobot x Skor) 1. Lebar tepi danau (m) Pemandangan 5 Danau, Pegunungan Vegetasi yang hidup di tepi danau Hamparan dataran 3 Berbatu Biota berbahaya 3 Tidak Ada 3 9 Total Skor Indeks Kesesuaian Wisata 80,55% Tingkat Kesesuaian Wisata S1 Pengukuran berdasarkan parameter yang mempengaruhi aktivitas wisata pada kegiatan duduk santai dinyatakan bahwa kegiatan duduk santai di wisata Pantai Paris Tigaras tergolong pada tingkat kesesuaian S1 (sangat sesuai). Hasil pengukuran berdasarkan parameter yang mempengaruhi kegiatan wisata sepeda air dapat dilihat pada Tabel 15.

95 32 Tabel 14. Kesesuaian Wisata Untuk Sepeda Air No. Parameter Bobot Hasil Skor Ni (Bobot x Skor) 1. Warna perairan 5 Hijau kecoklatan Bau 5 Sedikit berbau Kedalaman Perairan (m) 4 <1-> Kecepatan Arus (m/s) 3 0, Total Skor Indeks Kesesuaian Wisata 56,8% Tingkat Kesesuaian Wisata S2 Hasil pengukuran tingkat kesesuaian wisata untuk kegiatan sepeda air berdasarkan parameter dinyatakan bahwa kegiatan sepeda air di wisata Pantai Paris Tigaras termasuk pada tingkata kesesuaian S2 (sesuai). Hasil pengukuran berdasarkan parameter yang mempengaruhi kegiatan wisata berenang dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15.Kesesuaian Wisata Untuk Berenang No. Parameter Bobot Hasil Skor Ni (Bobot x Skor) 1. Kedalaman Perairan (m) Material dasar perairan 5 Pasir Berbatu Kecepatan arus 5 0, Lebar danau (m) 3 > Kecerahan Perairan (m) 3 0, Biota berbahaya 3 Tidak ada 3 9 Total Skor Indeks Kesesuaian Wisata 84,72% Tingkat Kesesuaian Wisata S1 Pengukuran tingkat kesesuaian wisata berdasarkan parameter untuk kegiatan wisata berenang dinyatakan bahwa kegiatan berenang di wisata Pantai Paris Tigaras tergolong pada tingkat kesesuaian S1 (sangat sesuai). Hasil pengukuran berdasarkan parameter yang mempengaruhi kegiatan wisata banana boat dapat dilihat pada Tabel 16. yang dinyatakan bahwa hasil pengukuran tingkat kesesuaian wisata untuk banana boat termasuk pada tingkat kesesuaian wisata S1 (sangat sesuai).

96 33 Tabel 16. Kesesuaian Wisata Untuk Banana boat No. Parameter Bobot Hasil Skor Ni (Bobot x Skor) 1. Kedalaman Perairan (m) 5 > Kecepatan arus 3 0, Total Skor Indeks Kesesuaian Wisata 24 Tingkat Kesesuaian Wisata S1 Daya Dukung Kawasan Daya dukung kawasan adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Luas wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata di Pantai Paris Tigaras dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Daya Dukung Kawasan Pada Wisata Pantai Paris Tigaras No. Jenis Kegiatan K Lt Wp-Jam Wt-Jam Lp DDK 1. Duduk Santai m Berenang m Sepeda Air m 0, Banana boat m Jumlah Luas daereh yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan duduk santai yaitu 324 m 2 dengan daya dukung 259 orang. Luas daerah yang dimanfaatkan untuk kegiatan berenang yaitu m 2 dengan daya dukung 129 orang. Luas daerah yang dimanfaatkan untuk kegiatan sepeda air yaitu dengan daya dukung 207 orang. Luas daerah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata banana boat yaitu dengan daya dukung 414 orang.

97 34 Persepsi Wisatawan Persepsi wisatawan terhadap keindahan di daerah wisata Pantai Paris Tigaras sangat baik. Berdasarkan hasil 42 responden yang telah dilakukan hanya 2% yang menyatakan tidak indah, sementara 62% menyatakan indah dan 36% menyatakan cukup indah. Gambar 6. Diagram Persepsi Wisatawan terhadap Keindahan Persepsi wisatawan untuk kenyamanan saat melakukan kegiatan di daerah wisata Pantai Paris Tigaras sebesar 38% menyatakan nyaman dan 57% menyatakan cukup nyaman sedangkan 5% menyatakan tidak nyaman melakukan kegiatan wisata di Pantai Paris Tigaras. Gambar 7. Diagram Persepsi Wisatawan terhadap Kenyamanan Bau perairan di daerah wisata tentu akan mengurangi daya tarik wisata. Bau perairan diperoleh dari hasil kuisioner yang diberikan kepada pengunjung

98 35 yang berwisata di Pantai Paris Tigaras, yaitu sebesar 41% wisatawan menyatakan bahwa perairan Pantai Paris Tigaras di daerah wisata sedikit berbau, 2% menyatakan berbau dan 57% menyatakan tidak berbau. Gambar 8. Diagram Persepsi Wisatawan terhadap Bau Perairan Persepsi wisatawan terhadap warna perairan pada daerah wisata Pantai Paris Tigaras sebesar 11,9% menyatakan perairan wisata Pantai Paris Tigaras berwarna cokelat. Warna perairan dinilai secara visual dengan indra penglihat oleh wisatawan. 45,23% menyatakan hijau dan 42,85% menyatakan hijau jernih. Warna perairan juga menentukan ketertarikan wisatawan terhadap suatu objek wisata air. Semakin jernih suatu perairan maka akan semakin tinggi daya tarik wisatawan untuk mengunjungi atau berkunjung ke suatu objek wisata air. Gambar 9. Diagram Persepsi Wisatawan terhadap Warna Perairan

99 36 Gambar 10. Tingkat Kepauasan Wisatawan terhadap Potensi Wisata Berdasarkan kuisioner yang disebar terhadap pengunjung, sebanyak 69% wisatawan menyatakan bahwa mereka merasa puas melakukan aktivitas wisata di Pantai Paris Tigaras, 26% menyatakan cukup puas dan hanya 5% wisatawan yang meyatakan tidak puas terhadap potensi wisata yang ada di Pantai Paris Tigaras. Analisis Parameter Fisika Kimia Perairan Analisis kualitas air di Pantai Paris Tigaras dilakukan dengan mengambil sampel air di tiga stasiun. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak tiga kali pengambilan dan dilakukan pada kondisi cuaca yang sama. Hasil analisis Kualitas Air Pantai Paris Tigaras pada setiap pengambilan dapat dilihat pada tabel 18. Tabel 18. Analisis Kualitas Air Pantai Paris Tigaras Parameter Satuan Baku Mutu PP no. 82 Stasiun Tahun 2001 I II III Fisika Suhu C Deviasi Kecepatan arus m/det - 0,013 0,009 0,008 Kecerahan m - 0,40 0,41 1 Kimia ph ,5 7,4 7,0 DO mg/l 3 7,26 7,03 7,13 BOD mg/l 6 3,183 3,96 3,7 Biologi Total Coliform Jlh/100 ml

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara 61 LAMPIRAN 62 Lampiran 1. Kuisioner untuk Pengunjung Pantai Paris Tigaras PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA No. Waktu Hari/Tangga A. Data Pribadi

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI EKOWISATA DANAU TOBA DI PANTAI PARIS KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA

ANALISIS POTENSI EKOWISATA DANAU TOBA DI PANTAI PARIS KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA ANALISIS POTENSI EKOWISATA DANAU TOBA DI PANTAI PARIS KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA (Analysis Potential Ecotourism Toba Lake in Paris Beach, Simalungun district, North Sumatera) 1 Putri Y R Simanjuntak,

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara 54 LAMPIRAN 55 Lampiran 1. Kuisioner penelitian untuk wisatawan daerah tujuan wisata Ajibata Kabupaten Toba Samosir Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian No. : Waktu : Hari/Tanggal

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 14 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan Pantai Lampuuk Kabupaten Aceh Besar, Provinsi NAD. Secara geografis Kabupaten Aceh Besar terletak pada 5,2º-5,8º

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan

3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 13 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan Pantai Santolo, Kabupaten Garut. Pantai Santolo yang menjadi objek penelitian secara administratif berada di dua

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. meskipun ada beberapa badan air yang airnya asin. Dalam ilmu perairan

TINJAUAN PUSTAKA. meskipun ada beberapa badan air yang airnya asin. Dalam ilmu perairan TINJAUAN PUSTAKA Danau Perairan pedalaman (inland water) diistilahkan untuk semua badan air (water body) yang ada di daratan. Air pada perairan pedalaman umumnya tawar meskipun ada beberapa badan air yang

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian METODOLOGI. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini terdiri dari tahapan, yakni dilaksanakan pada bulan Agustus 0 untuk survey data awal dan pada bulan FebruariMaret 0 pengambilan data lapangan dan

Lebih terperinci

KAJIAN DAYA DUKUNG FISIK WISATA DANAU DI PANTAI PASIR PUTIH PARBABA KABUPATEN SAMOSIR

KAJIAN DAYA DUKUNG FISIK WISATA DANAU DI PANTAI PASIR PUTIH PARBABA KABUPATEN SAMOSIR KAJIAN DAYA DUKUNG FISIK WISATA DANAU DI PANTAI PASIR PUTIH PARBABA KABUPATEN SAMOSIR (The Study of Physical Carrying Capacity Lake Tourism at Parbaba Pasir Putih Beach District Samosir) Nancy Rolina,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN di Kawasan WisataDesa Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten. 1 dan lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

METODE PENELITIAN di Kawasan WisataDesa Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten. 1 dan lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada bulan Januari 2017 di Kawasan WisataDesa Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Sumatera

Lebih terperinci

EVALUASI POTENSI KAWASAN WISATA DANAU LIMBOTO PROVINSI GORONTALO

EVALUASI POTENSI KAWASAN WISATA DANAU LIMBOTO PROVINSI GORONTALO LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL EVALUASI POTENSI KAWASAN WISATA DANAU LIMBOTO PROVINSI GORONTALO OLEH : VEGGY ARMAN NIM. 633410011 EVALUASI POTENSI KAWASAN WISATA DANAU LIMBOTO PROVINSI GORONTALO Veggy

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan 5 TINJAUAN PUSTAKA Danau Danau merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan berfungsi sebagai penampung dan menyimpan air yang berasal dari air sungai, mata air maupun air hujan. Sebagai

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai Sari Ringgung, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, pada bulan

Lebih terperinci

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perairan merupakan ekosistem yang memiliki peran sangat penting bagi kehidupan. Perairan memiliki fungsi baik secara ekologis, ekonomis, estetika, politis,

Lebih terperinci

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan 31 BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lanskap wisata TNB, Sulawesi Utara tepatnya di Pulau Bunaken, yang terletak di utara Pulau Sulawesi, Indonesia. Pulau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama 3 bulan terhitung sejak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama 3 bulan terhitung sejak 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama 3 bulan terhitung sejak bulan eptember sampai Desember 2013. Penelitian ini bertempat

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - April 2011 di Perairan Kuala Tanjung Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara, dan laboratorium Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 Maret- 20 Juli 2011 di Perairan Kuala Tanjung Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara, dan laboratorium Pengelolaan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 15 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Situ Gede. Situ Gede terletak di sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor-Darmaga, Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produktivitas Primer Fitoplankton Berdasarkan hasil penelitian di Situ Cileunca didapatkan nilai rata-rata produktivitas primer (PP) fitoplankton pada Tabel 6. Nilai PP

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB 2 BAHAN DAN METODE BAB 2 BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Mei 2011 pada 4 lokasi di Sungai Bah Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara (peta lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan data sampel yaitu dengan pengamatan atau pengambilan sampel secara langsung pada lokasi

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2010 di Danau Lut Tawar Kecamatan Lut Tawar Kota Takengon Kabupaten Aceh Tengah, dan Laboratorium Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan data sampel menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau

BAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan data sampel menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan data sampel menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau pengambilan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU Urip Rahmani 1), Riena F Telussa 2), Amirullah 3) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan USNI Email: urip_rahmani@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

Studi Potensi dan Dampak Aktivitas Wisata Sungai Batang Gadis di Kota Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal

Studi Potensi dan Dampak Aktivitas Wisata Sungai Batang Gadis di Kota Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Studi Potensi dan Dampak Aktivitas Wisata Sungai Batang Gadis di Kota Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Study Of Potency And Analysis Of The Impact Of Tourism Activities On Water Quality Batang Gadis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian berlokasi di Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan yang berada di kawasan Taman Wisata Perairan Gili Matra, Desa Gili Indah,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi secara purposive sampling (penempatan titik sampel dengan tujuan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 22 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian selama 6 (enam) bulan yaitu pada bulan Mei sampai Oktober 2009. Lokasi penelitian dan pengamatan dilakukan di Pulau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pasal 1, Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah

TINJAUAN PUSTAKA. Pasal 1, Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah 17 TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Perairan Sungai Dalam undang-undang RI No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air, Pasal 1, Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan lokasi dilakukan dengan purposive sampling (penempatan titik sampel dengan

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian untuk pengunjung wisata Pantai Sri

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian untuk pengunjung wisata Pantai Sri Lampiran 1. Kuesioner Penelitian untuk pengunjung wisata Pantai Sri Mersing Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian No. : Waktu : Hari/Tanggal : No : Waktu : Hari/tanggal : A. Identitas

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Pengumpulan Data

3. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Pengumpulan Data METODE PENELITIAN 1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Situ Kedaung, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten Peta lokasi penelitian beserta lokasi pengambilan air sampel

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi sampling untuk pengambilan sampel ikan adalah Purpossive Random Sampling dengan menentukan tiga stasiun pengamatan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai dingin dan

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI OBJEK WISATA ALAM TIRTA DESA BUKIT LAWANG KECAMATAN BAHOROK KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA

KAJIAN POTENSI OBJEK WISATA ALAM TIRTA DESA BUKIT LAWANG KECAMATAN BAHOROK KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA KAJIAN POTENSI OBJEK WISATA ALAM TIRTA DESA BUKIT LAWANG KECAMATAN BAHOROK KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA (Potential Study of Nature Tourism Object Tirta Bukit Lawang Village Bahorok District Langkat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pencemaran Organik di Muara S. Acai, S. Thomas, S. Anyaan dan Daerah Laut yang Merupakan Perairan Pesisir Pantai dan Laut, Teluk Youtefa. Bahan organik yang masuk ke perairan

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2010 pada 3 (tiga) lokasi di Kawasan Perairan Pulau Kampai, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya rumput laut ini berada di Teluk Cikunyinyi, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung.

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 17 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan Pulau Hari Kecamatan Laonti Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Lokasi penelitian ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air laut merupakan suatu medium yang unik. Sebagai suatu sistem, terdapat hubungan erat antara faktor biotik dan faktor abiotik, karena satu komponen dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air TINJAUAN PUSTAKA Sungai Sungai merupakan suatu bentuk ekositem aquatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah di sekitarnya,

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB 2 BAHAN DAN METODE BAB 2 BAHAN DAN METODE 2.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 pada beberapa lokasi di hilir Sungai Padang, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batubara. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic) PENGELOLAAN KUALITAS AIR DALAM KEGIATAN PEMBENIHAN IKAN DAN UDANG Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic) DISSOLVED OXYGEN (DO) Oksigen terlarut ( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang

Lebih terperinci

Kajian Kesesuaian Wisata Dan Daya Dukung Kawasan Wisata Sungai Bingai Namu Sira-Sira Langkat Sumatera Utara

Kajian Kesesuaian Wisata Dan Daya Dukung Kawasan Wisata Sungai Bingai Namu Sira-Sira Langkat Sumatera Utara Kajian Kesesuaian Wisata Dan Daya Dukung Kawasan Wisata Sungai Bingai Namu Sira-Sira Langkat Sumatera Utara Study on Suitability and Carrying Capacity of Bingai River Namu Sira-Sira at Langkat Regency

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme, atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 21 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Situ IPB yang terletak di dalam Kampus IPB Dramaga, Bogor. Situ IPB secara geografis terletak pada koordinat 106 0 34-106 0 44 BT dan

Lebih terperinci

ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR R Rodlyan Ghufrona, Deviyanti, dan Syampadzi Nurroh Fakultas Kehutanan - Institut Pertanian Bogor ABSTRAK Situ

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan 25 METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Situ Sawangan-Bojongsari, Kecamatan Sawangan dan Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat. Waktu penelitian adalah 5

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa

TINJAUAN PUSTAKA. Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Lokasi Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara dan merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan karena lingkungan air tawar memiliki beberapa kondisi, antara lain:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan karena lingkungan air tawar memiliki beberapa kondisi, antara lain: 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Indonesia adalah negara kepulauan dengan kawasan maritim yang sangat luas sehingga Indonesia memiliki kekayaan perikanan yang sangat kaya.pengetahuan lingkungan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PERAIRAN TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR

ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PERAIRAN TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PERAIRAN TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR (The analysis of Waterworks Carrying Capacity to Tourist Attactions in Ajibata District Toba

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelompok Umur Pertumbuhan populasi tiram dapat dilihat berdasarkan sebaran kelompok umur. Analisis sebaran kelompok umur dilakukan dengan menggunakan FISAT II metode NORMSEP.

Lebih terperinci

Stasiun 1 ke stasiun 2 yaitu + 11,8 km. Stasiun '4.03"LU '6.72" BT. Stasiun 2 ke stasiun 3 yaitu + 2 km.

Stasiun 1 ke stasiun 2 yaitu + 11,8 km. Stasiun '4.03LU '6.72 BT. Stasiun 2 ke stasiun 3 yaitu + 2 km. 8 menyebabkan kematian biota tersebut. Selain itu, keberadaan predator juga menjadi faktor lainnya yang mempengaruhi hilangnya atau menurunnya jumlah makrozoobentos. 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Alami Ikan Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam perkembangbiakan ikan baik ikan air tawar, ikan air payau maupun ikan air laut. Fungsi utama

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. rumah tangga dapat mempengaruhi kualitas air karena dapat menghasilkan. Rawa adalah sebutan untuk semua daerah yang tergenang air, yang

PENDAHULUAN. rumah tangga dapat mempengaruhi kualitas air karena dapat menghasilkan. Rawa adalah sebutan untuk semua daerah yang tergenang air, yang 16 PENDAHULUAN Latar Belakang Rawa sebagai salah satu habitat air tawar yang memiliki fungsi yang sangat penting diantaranya sebagai pemancingan, peternakan, dan pertanian. Melihat fungsi dan peranan rawa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah. Olehkarenanya, sektor ini menjadi sangat potensial untuk dikembangkan

TINJAUAN PUSTAKA. Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah. Olehkarenanya, sektor ini menjadi sangat potensial untuk dikembangkan TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata dan Ekowisata Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah memilikikontribusi ekonomi yang cukup penting bagi kegiatan pembangunan. Olehkarenanya, sektor ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mengalami perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mengalami perkembangan sangat pesat saat ini. Perkembangan pariwisata dunia telah melahirkan bentuk pariwisata baru pada

Lebih terperinci

Kesesuaian Wisata Pantai Berpasir Pulau Saronde Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

Kesesuaian Wisata Pantai Berpasir Pulau Saronde Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara 1 Kesesuaian Wisata Pantai Berpasir Pulau Saronde Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara Masita Hair Kamah 1), Femy M. Sahami 2), Sri Nuryatin Hamzah 3) Email : nishabandel@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN 49 V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN 5.1 Distribusi Parameter Kualitas Perairan Karakteristik suatu perairan dan kualitasnya ditentukan oleh distribusi parameter fisik dan kimia perairan yang berlangsung

Lebih terperinci

Sumatera Utara, Medan, Indonesia Utara, Medan, Indonesia Utara, Medan, Indonesia 20155

Sumatera Utara, Medan, Indonesia Utara, Medan, Indonesia Utara, Medan, Indonesia 20155 KUALITAS AIR DAN PERSEPSI PENGUNJUNG DI KAWASAN WISATA SUNGAI SAMPUREN PUTIH KABUPATEN DELI SERDANG PROVINSI SUMATERA UTARA Water Quality and Visitor Perception in The Area of The White River Tourism Sampuren

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan sampel di Waduk Cirata

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan sampel di Waduk Cirata 11 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Waduk Cirata, Jawa Barat pada koordinat 107 o 14 15-107 o 22 03 LS dan 06 o 41 30-06 o 48 07 BT. Lokasi pengambilan sampel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Menurut Suprihayono (2007) wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan laut,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekosistem Sungai Batang Toru Sungai Batang Toru merupakan salah satu sungai terbesar di Tapanuli Selatan. Dari sisi hidrologi, pola aliran sungai di ekosistem Sungai Batang

Lebih terperinci

STUDI KESESUAIAN PANTAI LAGUNA DESA MERPAS KECAMATAN NASAL KABUPATEN KAUR SEBAGAI DAERAH PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN KONSERVASI

STUDI KESESUAIAN PANTAI LAGUNA DESA MERPAS KECAMATAN NASAL KABUPATEN KAUR SEBAGAI DAERAH PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN KONSERVASI STUDI KESESUAIAN PANTAI LAGUNA DESA MERPAS KECAMATAN NASAL KABUPATEN KAUR SEBAGAI DAERAH PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN KONSERVASI Oleh Gesten Hazeri 1, Dede Hartono 1* dan Indra Cahyadinata 2 1 Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan rawa) dan perairan lotik yang disebut juga perairan berarus deras (misalnya

BAB I PENDAHULUAN. dan rawa) dan perairan lotik yang disebut juga perairan berarus deras (misalnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekosistem air yang terdapat di daratan secara umum dibagi atas dua yaitu perairan lentik yang disebut juga perairan tenang (misalnya waduk, danau, telaga dan rawa) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan usaha dibidang sumber daya perairan. Menurut Sarnita dkk. (1998), luas perairan umum

Lebih terperinci

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961): 44 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekologi Sungai Aspek ekologi adalah aspek yang merupakan kondisi seimbang yang unik dan memegang peranan penting dalam konservasi dan tata guna lahan serta pengembangan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 RUANG LINGKUP PENELITIAN 3.1.1 Ruang Lingkup Substansi Penelitian ini menitikberatkan untuk menghitung Indeks Kesesuaian Kawasan Wisata dengan memperhatikan daya dukung kawasan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA BAB. II TINJAUAN PUSTAKA A. Keadaan Teluk Youtefa Teluk Youtefa adalah salah satu teluk di Kota Jayapura yang merupakan perairan tertutup. Tanjung Engros dan Tanjung Hamadi serta terdapat pulau Metu Debi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisa kesesuaian lahan perairan Abalon ini

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisa kesesuaian lahan perairan Abalon ini III METODE PENELITIAN.. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Lokasi dan objek penelitian analisa kesesuaian lahan perairan Abalon ini berada di Teluk Cikunyinyi, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat I. PENDAHULUAN Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat dengan cara membendung aliran sungai sehingga aliran air sungai menjadi terhalang (Thohir, 1985). Wibowo (2004) menyatakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. stasiun pengambilan terlampir pada Lampiran 1. Proses identifikasi pada sampel

BAB III METODE PENELITIAN. stasiun pengambilan terlampir pada Lampiran 1. Proses identifikasi pada sampel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan dan pengawetan sampel plankton dilakukan di Telaga Sarangan dan Telaga Wahyu Magetan Jawa Timur pada bulan Agustus 2011 dengan denah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sejarah dan Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Desa Botutonuo berawal dari nama satu dusun yang berasal dari desa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sejarah dan Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Desa Botutonuo berawal dari nama satu dusun yang berasal dari desa 27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian a. Sejarah dan Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Botutonuo berawal dari nama satu dusun yang berasal dari desa induk Molotabu. Dinamakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Pulau Panggang Kepulauan Seribu DKI Jakarta pada bulan Maret 2013. Identifikasi makrozoobentos dan pengukuran

Lebih terperinci

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA Umroh 1, Aries Dwi Siswanto 2, Ary Giri Dwi Kartika 2 1 Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,Perikanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan zat yang sangat penting bagi kehidupan semua makhluk hidup yang ada di bumi. Hampir 71%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan mengalir (lotik) dan perairan menggenang (lentik). Perairan mengalir bergerak terus menerus kearah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber irigasi, sumber air minum, sarana rekreasi, dsb. Telaga Jongge ini

BAB I PENDAHULUAN. sumber irigasi, sumber air minum, sarana rekreasi, dsb. Telaga Jongge ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telaga merupakan wilayah tampungan air yang sangat vital bagi kelestarian lingkungan. Telaga merupakan salah satu penyedia sumber air bagi kehidupan organisme atau makhluk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai TINJAUAN PUSTAKA Sungai Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peranan penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah disekitarnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aliran permukaan adalah air yang mengalir di atas permukaan. Aliran permukaan sendiri memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas air yang dimilikinya selain

Lebih terperinci

Nur Rahmah Fithriyah

Nur Rahmah Fithriyah Nur Rahmah Fithriyah 3307 100 074 Mengandung Limbah tahu penyebab pencemaran Bahan Organik Tinggi elon Kangkung cabai Pupuk Cair Untuk mengidentifikasi besar kandungan unsur hara N, P, K dan ph yang terdapat

Lebih terperinci

No : Hari/tanggal /jam : Nama instansi : Alamat Instansi : Nama responden yang diwawancarai Jabatan

No : Hari/tanggal /jam : Nama instansi : Alamat Instansi : Nama responden yang diwawancarai Jabatan LAMPIRAN 55 Lampiran 1. Kuisioner pengelola dan instansi terkait Kuisioner untuk pengelola dan Instansi terkait Pantai Pangumbahan No : Hari/tanggal /jam : Nama instansi : Alamat Instansi : Nama responden

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB 2 BAHAN DAN METODE BAB 2 BAHAN DAN METODE 2.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2009- Juli 2010 di Danau Lut Tawar. Metode yang digunakan dalam penentuan stasiun adalah dengan metode Purposive

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian telah dilaksanakan di perairan Pulau Biawak Kabupaten Indramayu dan Laboratorium Manajemen Sumberdaya dan Lingkungan Perairan Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut Menurut UU No. 26 tahun 2007, ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian tingkat kesesuaian lahan dilakukan di Teluk Cikunyinyi,

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian tingkat kesesuaian lahan dilakukan di Teluk Cikunyinyi, BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian tingkat kesesuaian lahan dilakukan di Teluk Cikunyinyi, Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Analisis parameter kimia air laut

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Pengunjung Kuisioner penelitian untuk pengunjung Pantai Putra Deli

Lampiran 1. Kuisioner Pengunjung Kuisioner penelitian untuk pengunjung Pantai Putra Deli Lampiran 1. Kuisioner Pengunjung Kuisioner penelitian untuk pengunjung Pantai Putra Deli Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara No. : Waktu : Hari/Tanggal

Lebih terperinci

Studi Kesesuaian dan Daya Tarik Wisata di Pantai Bosur Tapanuli Tengah Ditinjau dari Aspek Biofisik ABSTRACT

Studi Kesesuaian dan Daya Tarik Wisata di Pantai Bosur Tapanuli Tengah Ditinjau dari Aspek Biofisik ABSTRACT Studi Kesesuaian dan Daya Tarik Wisata di Pantai Bosur Tapanuli Tengah Ditinjau dari Aspek Biofisik (Study of Suitability and Appeal of Tourism in Bosur Beach Central Tapanuli from Biophysical Aspect)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan 5 TINJAUAN PUSTAKA Estuari Estuari merupakan suatu komponen ekosistem pesisir yang dikenal sangat produktif dan paling mudah terganggu oleh tekanan lingkungan yang diakibatkan kegiatan manusia maupun oleh

Lebih terperinci

bentos (Anwar, dkk., 1980).

bentos (Anwar, dkk., 1980). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman jenis adalah keanekaragaman yang ditemukan di antara makhluk hidup yang berbeda jenis. Di dalam suatu daerah terdapat bermacam jenis makhluk hidup baik tumbuhan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data sampel yaitu dengan pengamatan atau pengambilan sampel secara langsung,

BAB III METODE PENELITIAN. data sampel yaitu dengan pengamatan atau pengambilan sampel secara langsung, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan data sampel yaitu dengan pengamatan atau pengambilan sampel secara langsung, serta menentukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia, flora, fauna maupun makhluk hidup yang lain. Makhluk hidup memerlukan air tidak hanya sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Sungai Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh karena itu, sumber air sangat dibutuhkan untuk dapat menyediakan air yang baik dari segi kuantitas

Lebih terperinci

KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG

KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG F1 05 1), Sigit Febrianto, Nurul Latifah 1) Muhammad Zainuri 2), Jusup Suprijanto 3) 1) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK UNDIP

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Maksud dari penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh berkembangnya aktivitas kolam jaring apung di Waduk Cirata terhadap kualitas air Waduk Cirata. IV.1 KERANGKA PENELITIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia kaya dan beranekaragam sumberdaya alam. Satu diantara sumberdaya alam di wilayah pesisir adalah ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove merupakan ekosistem

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September Tahapan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September Tahapan III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September 2014. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian terdiri dari peninjauan lokasi penelitian pada

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Distribusi Vertikal Oksigen Terlarut Oksigen terlarut merupakan salah satu faktor pembatas bagi sumberdaya suatu perairan karena akan berpengaruh secara langsung pada kehidupan

Lebih terperinci