METODE PENELITIAN. Tigaras, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun, Provinsi
|
|
- Harjanti Makmur
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 15 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2017 di Pantai Paris, Desa Tigaras, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis pantai paris membentang antara , ,8 LU dan , ,64 BT (Gambar 2). Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Positioning System (GPS), kamera, alat tulis, bola duga, stop watch, sechi disk, kalkulator, tali/benang, meteran, coolbox, ph meter dan botol sampel
2 16 Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan mangan sulfat (MnSO 4 ), asam sulfat (H 2 SO 4 ), kalium iodida (KI), natrium thiosulfat (Na 2 S 2 O 3 ) dan kuisioner yang dibagikan kepada pengunjung dan masyarakat sekitar, serta data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah yang terkait. Prosedur Penelitian Penentuan Stasiun Metode yang digunakan dalam menentukan lokasi pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Pertimbangan menggunakan metode ini karena purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel atau sumber data dengan pertimbangan tertentu berdasarkan jumlah pengunjung atau wisatawan yang menempati suatu tempat untuk melakukan kegiatan wisata. a. Stasiun 1 Stasiun 1 terletak di sebelah barat Pantai Paris. Secara geografis terletak pada koordinat ,92 LU dan BT. Daerah ini merupakan daerah yang jarang dijumpai aktivitas wisata. Pada daerah ini wisatawan dapat melakukan aktivitas memancing dan menikmati pemandangan alam. Kondisi stasiun 1 dapat dilihat pada Gambar 3.
3 17 b. Stasiun 2 Gambar 3. Stasiun 1 Stasiun 2 terletak di bagian tengah Pantai Paris. Secara geografis terletak ,8 LU dan BT. Pada daerah ini terdapat kegiatan wisata seperti berenang, sepeda air, berperahu, banana boat dan menikmati pemandangan alam. Kondisi stasiun 2 dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Stasiun 2 c. Stasiun 3 Stasiun 3 terletak di bagian Timur Pantai Paris. Secara geografis terletak pada ,6 LU dan BT. Pada daerah ini pengunjung dapat melakukan kegiatan berenang, dan banana boat. Pada daerah ini terdapat saluran
4 18 pembuangan air yang berasal dari perumahan warga di sekitar Pantai Paris. Kondisi stasiun 3 dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Stasiun 3. Pengukuran Faktor Fisika dan Kimia Perairan Pengukuran parameter fisika dan kimia dilakukan dengan dua cara, yakni secara langsung (insitu) dan secara tidak langsung (exsitu). Pengukuran langsung dilapangan (insitu) dilakukan terhadap parameter suhu, ph dan DO. Parameter kualitas air dan metode analisis pengukuran dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Parameter Kualitas Air dan Metode Analisis Parameter Satuan Metode Analisi/Alat Lokasi Fisika Suhu 0 C Thermometer In situ Kecepatan m/det Bola Duga In situ Arus Kedalaman m Tali dan Meteran In situ Kimia ph - ph meter In situ DO mg/l - In situ BOD5 mg/l - Ex situ Biologi Total coliform MPN/100 ml JPT Ex situ
5 19 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan adalah data yang diperoleh di lapangan seperti serta kuisioner terhadap pengelola dan pengunjung sekitar maupun hasil analisis dari laboratorium untuk data analisis air. Kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 1. Data yang nilainya langsung didapat dari lapangan meliputi nilai temperatur, ph, kecerahan, material dasar perairan, oksigen terlarut. Data sekunder didapat melalui studi pustaka berupa buku-buku penunjang, artikel jurnal dan penelitian-penelitian sebelumnya maupun dari lembaga terkait lainnya untuk mengetahui kondisi lokasi penelitian dan memperoleh informasi data yang diperlukan dalam penelitian. Penentuan Responden Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode purposive sampling (sampel bertujuan), yaitu cara pengambilan sampel dengan cara disengaja dengan tujuan sampel tersebut dapat mewakili setiap unsur yang ada dalam populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan yang berkunjung ke kawasan Pantai Paris. Penyebaran sampel dilakukan secara acak (Random Sampling). Pemilihan sampel harus representatif atau mewakili populasi dengan kriteria cukup dewasa (umur 17 tahun ke atas), sehat jasmani dan mampu berkomunikasi dengan baik. Menurut Arikunto (2002) jika subjek penelitian atau wisatawan kurang dari 100 maka lebih baik diambil semuanya sebagai sampel dan jika jumlah sampel lebih dari 100 maka sampel dapat diambil antara 10% - 15% sebagai ukuran sampel dengan rumus Slovin dalam Nugraha (2007).
6 20 Keterangan : nn = N 1 + NN (ee) n = Ukuran sampel yang dibutuhkan N = Ukuran populasi e = Margin error yang diperkenankan (10%-15%) 2 Analisis Data Indeks Kesesuaian Wisata Analisis kesesuaian wisata dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian lahan wisata secara spasial dengan menggunakan konsep evaluasi lahan. Beberapa parameter fisika dan kimia dijadikan parameter acuan untuk lahan wisata. Analisis kesesuaian wisata menggunakan matriks kesesuaian yang disusun berdasarkan kepentingan setiap parameter untuk mendukung kegiatan pada daerah tersebut. Parameter yang diamati untuk kesesuaian wisata kategori rekreasi pantai dapat dilihat pada tabel 2-4. Tabel 2. Parameter Kesesuaian Wisata untuk Berenang No. Parameter Bobot Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor S1 S2 S3 1. Kedalaman > > Perairan (m) 2. Material Dasar 5 Pasir 3 Pasir 2 Pasir 1 Perairan Berbatu Berlumpur 3. Kecepatan 5 0-0,17 3 0,17-0,34 2 0,34 0,51 1 arus (m/s) 4. Lebar Danau 3 > >10 1 (m) 5. Kecerahan 3 > > Periran 6. Biota 3 Tidak ada 3 1 jenis Berbahaya jenis Sumber : Modifikasi Yulianda (2007).
7 21 Tabel 3. Parameter Kesesuaian untuk Duduk Santai No. Parameter Bobot Kategori Skor 1. Lebar tepi danau 1 x > > x < > x < 4 1 < Pemandangan 5 Danau, hutan, pegunungan, sungai dari 4 Pemandangan 2 1 dari 4 pemandangan 1 Tidak ada pemandangan 0 3. Vegetasi yang hidup 5 Jumlah jenis pohon < 4 3 di tepi danau Jumlah jenis pohon Jumlah jenis pohon 1 1 Semak belukar 0 4. Hamparan daratan 3 Rumput / pasir 3 Berbatu 2 Tanah liat 1 Lumpur 0 5. Biota Berbahaya 3 Tidak ada 3 1 jenis jenis 1 Lebih dari 3 jenis 0 Sumber : Modifikasi Yulianda (2007). Tabel 4. Parameter kesesuaian Sumberdaya untuk sepeda air No. Parameter Bobot Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor Baik Cukup Buruk Baik 1. Warna 5 Hijau jernih 3 Hijau 2 Cokelat 1 perairan kecoklatan kehitaman 2. Bau 5 Tidak 3 Sedikit 2 Berbau 1 berbau berbau 3. Kedalaman 4 1 < x < < x < 5 2 x < 1; x > 5 1 Perairan (m) 4. Kecepatan 3 0 < x < 0,15 3 0,15 < x 2 0, 30 < x 1 Arus (m/s) < 0, 30 < 0, 50 Sumber : Modifikasi Yulianda (2007). Rumus yang digunakan untuk kesesuaian wisata rekreasi pantai adalah modifikasi dari Yulianda, 2007: IKW = Σ[ Ni ] x 100% N max Keterangan: IKW : Indeks Kesesuaian Wisata
8 22 Ni Nmaks : Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor) : Nilai maksimum dari kategori wisata Penilai kategori keseuaian wisata, nilai yang diperoleh akan dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu sangat sesuai, sesuai, sesuai bersyarat dan tidak sesuai. dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Kategori Kesesuaian Wisata No Kategori Nilai Interval Kesesuaian 1. S1 (Sangat Sesuai) % 2. S2 (Sesuai) 50 - < 83% 3. S3 (Sesuai Bersyarat ) 17 - <50% 4. S4 (Tidak Sesuai) <17% Penilaian Kesesuaian Wisata kategori Banana Boat Penilaian kesesuaian sumberdaya untuk kegiatan banana boat berdasarkan parameter kedalaman dan kecepatan arus. Matriks kesesuaian sumberdaya untuk banana boat dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Matriks kesesuaian sumberdaya untuk banana boat No Parameter Kateegori Penilaian Bobot Nilai (Skor) 1. Kedalaman S1: > S2: > S3: < Kecepatan Arus S1: 0 0, S2: > ,40 2 S3: > 0,40 1 Sumber: Modifikasi Yulianda (2007). Penentuan indeks kawasan wisata berdasarkan perhitungan total nilai maksimum dan minimum serta interval skor. Indeks kesesuaian wisata terbagi menjadi tiga kategori yaitu: S1 (sangat sesuai) : 18,7-24 S2 (sesuai) : 13,3 18,6
9 23 S3 (tidak sesuai) : < 13, 3 Daya Dukung Kawasan Metode yang diperkenalkan untuk menghitung daya dukung pengembangan ekowisata alam adalah dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan (DDK). DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Perhitungan DDK dalam bentuk rumus adalah sebagai berikut (Yulianda, 2007) : DDK = K x ( Lp / Lt ) x ( Wt / Wp ) Keterangan : DDK : Daya Dukung Kawasan K Lp Lt Wt : Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area : Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan : Unit area untuk kategori tertentu : Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari Wp : Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu Potensi ekologis pengunjung ditentukan oleh kondisi sumberdaya dan jenis kegiatan yang akan dikembangkan. Luas suatu area yang dapat digunakan oleh pengunjung mempertimbangkan kemampuan alam mentolerir pengunjung sehingga kelestarian alam dan keselamatan pengunjung tetap terjaga seperti pada Tabel 7.
10 24 Tabel 7. Potensi Ekologis Pengunjung (K) dan Luas Area Kegiatan (Lt) No. Jenis Kegiatan K Unit Area Keterangan ( Pengunjung) (Lt) 1. Berperahu m 2 1 orang setiap 100m x 5m panjang danau 2. Sepeda air m 2 2 orang (1 sepeda air) untuk mengelilingi danau sebesar 100m x 5m 3. Duduk santai 1 5 m 1 orang membutuhkan ruang sepanjang 5 m. 4. Berenang 1 50 m 1 orang setiap 10m x 5 m panjang danau 5. Banana boat m 2 1 orang setiap 62,5 m x 10 m panjang danau Sumber: Modifikasi Yulianda (2007). Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari (Wt) merupakan lamanya waktu Pantai Paris dibuka dalam satu hari. Waktu yang dihabiskan oleh wisatawan untuk melakukan satu jenis kegiatan (Wp) berbeda beda tergantung kepada jenis kegiatan wisata. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan setiap kegiatan wisata terdapat pada Tabel 8. Tabel 8. Prediksi Waktu yang Dibutuhkan untuk Setiap Kegiatan Wisata No Jenis Kegiatan Waktu yang Total Waktu 1 hari dibutuhkan Wp (jam) Wt (jam) 1. Berperahu 0, Sepeda air 0, Duduk santai Berenang Banana boat 1 8 Sumber: Modifikasi Yulianda (2007). Persepsi Wisatawan terhadap Keindahan dan Kenyamanan Kawasan
11 25 Kenyamanan kawasan merupakan nilai yang diberikan oleh wisatawan terhadap kenyamanan, ketentraman, dan keamanan. Nilai kenyamanan dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan yang ditujukan kepada wisatawan. Kriteria nilai kenyamanan obyek wisata menurut kriteria yang ditetapkan oleh Ditjen PHPA (1993) dalam Sudewi (2000) adalah sebagai berikut: Ka = (ERs / ERo) x 100% Keterangan : Ka : Nilai keindahan (%) ERs : Jumlah responden yang mengatakan indah ERo : Jumlah seluruh responden Kriteria nilai keindahan alam: Ka > 75% : Indah (3) 40 < Ka < 75% : Cukup indah (2) Ka < 40% : Tidak indah (1) Kenyamanan kawasan merupakan nilai yang diberikan oleh wisatawan terhadap kelapangan, ketentraman dan keamanan. Pengukuran nilai kenyamanan dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan yang ditujukan kepada wisatawaan. perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus (Yulianda, 2007): Na = (ERs / ERo) x 100% Na : Nilai kenyamanan (%) ERs : Jumlah responden yang mengatakan nyaman ERo : Jumlah seluruh responden Kriteria nilai keindahan alam: Na > 75% : Nyaman (3) 40 < Ka < 75% : Cukup nyaman (2) Ka < 40% : Tidak nyaman (1) Analisis Matriks IFE dan EFE
12 26 Analisis dilakukan dengan menggunakan Internal Factor Evaluation (Analisis Faktor Internal) dan External Factor Evaluation (Analisis Faktor Eksternal) dengan tahapan sebagai berikut ini: 1. Identifikasi faktor internal dengan cara penelusuran literatur, wawancara dan observasi. Hasil identifikasi faktor-faktor selanjutnya diberi bobot dan peringkat. 2. Penentuan bobot setiap faktor dalam kuesioner dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor-faktor strategi eksternal dan internal tersebut kepada manajemen dan pakar dengan menggunakan metode Paired Comparison. Masing masing faktor diberi bobot yang menggambarkan tingkat kepentingannya. Penentuan bobot dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada responden untuk melihat derajat pentingnya masing-masing faktor jika dibandingkan dengan faktor-faktor yang lainnya. Metode ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal. Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2, dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah: 1 = Jika indikator horizontal kurang penting dari pada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting dibandingkan indicator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting dibanding Indikator vertical Untuk lebih jelasnya rancangan bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Penilaian bobot faktor internal dan eksternal
13 6 TINJAUAN PUSTAKA Danau Danau adalah badan air pedalaman yang tidak memiliki pertukaran langsung dengan laut. Ekosistem danau terdiri dari fisik, kimia dan biologi yang ada di badan air tersebut. Danau terdiri dari air tawar dan air garam (di daerah kering). Danau bersifat dalam maupun dangkal, permanen atau sementara. Pada semua jenis danau mengalami proses ekolodi dan biogeokimia dan danau dikaji dalam ilmu limnologi Danau merupakan habiat yang bagus untuk penelitian dinamika ekosistem: interaksi antara proses biologi, kimia dan proses fisik baik secara kuantitatif maupun kualitatif, perbedaan antar di udara dan di darat. Karena baatas air dan tanah, air dan udara berbeda, ada pengelompokan pada beberapa komponen ekosistem (Hairston dan Fussman, 2002). Danau dicirikan dengan arus yang sangat lambat (0, m/detik) atau tidak ada arus sama sekali. Oleh karena itu, waktu tinggal (residence time)air dapat berlangsung lama. Arus air di danau dapat bergerak ke berbagai arah. Perairan danau biasanya memiliki stratifikasi kualitas air secara vertical. Stratifikasi ini tergantung pada kedalaman dan musim (Effendi, 2003). Danau merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan berfungsi sebagai penampung dan menyimpan air yang berasal dari air sungai, mata air maupun air hujan. Sebagai salah satu bentuk ekosistem air tawar, danau memegang peranan sangat penting dan potensial untuk dikembangkan dan didayagunakan untuk berbagai kepentingan, seperti kepentingan ekonomi, perikanan, irigasi, sumber air bersih dan pariwisata. Dari sisi ekologi, danau
14 15 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2017 di Pantai Paris, Desa Tigaras, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis pantai paris membentang antara , ,8 LU dan , ,64 BT (Gambar 2). Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Positioning System (GPS), kamera, alat tulis, bola duga, stop watch, sechi disk, kalkulator, tali/benang, meteran, coolbox, ph meter dan botol sampel
15 16 Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan mangan sulfat (MnSO 4 ), asam sulfat (H 2 SO 4 ), kalium iodida (KI), natrium thiosulfat (Na 2 S 2 O 3 ) dan kuisioner yang dibagikan kepada pengunjung dan masyarakat sekitar, serta data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah yang terkait. Prosedur Penelitian Penentuan Stasiun Metode yang digunakan dalam menentukan lokasi pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Pertimbangan menggunakan metode ini karena purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel atau sumber data dengan pertimbangan tertentu berdasarkan jumlah pengunjung atau wisatawan yang menempati suatu tempat untuk melakukan kegiatan wisata. a. Stasiun 1 Stasiun 1 terletak di sebelah barat Pantai Paris. Secara geografis terletak pada koordinat ,92 LU dan BT. Daerah ini merupakan daerah yang jarang dijumpai aktivitas wisata. Pada daerah ini wisatawan dapat melakukan aktivitas memancing dan menikmati pemandangan alam. Kondisi stasiun 1 dapat dilihat pada Gambar 3.
16 17 b. Stasiun 2 Gambar 3. Stasiun 1 Stasiun 2 terletak di bagian tengah Pantai Paris. Secara geografis terletak ,8 LU dan BT. Pada daerah ini terdapat kegiatan wisata seperti berenang, sepeda air, berperahu, banana boat dan menikmati pemandangan alam. Kondisi stasiun 2 dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Stasiun 2 c. Stasiun 3 Stasiun 3 terletak di bagian Timur Pantai Paris. Secara geografis terletak pada ,6 LU dan BT. Pada daerah ini pengunjung dapat melakukan kegiatan berenang, dan banana boat. Pada daerah ini terdapat saluran
17 18 pembuangan air yang berasal dari perumahan warga di sekitar Pantai Paris. Kondisi stasiun 3 dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Stasiun 3. Pengukuran Faktor Fisika dan Kimia Perairan Pengukuran parameter fisika dan kimia dilakukan dengan dua cara, yakni secara langsung (insitu) dan secara tidak langsung (exsitu). Pengukuran langsung dilapangan (insitu) dilakukan terhadap parameter suhu, ph dan DO. Parameter kualitas air dan metode analisis pengukuran dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Parameter Kualitas Air dan Metode Analisis Parameter Satuan Metode Analisi/Alat Lokasi Fisika Suhu 0 C Thermometer In situ Kecepatan m/det Bola Duga In situ Arus Kedalaman m Tali dan Meteran In situ Kimia ph - ph meter In situ DO mg/l - In situ BOD5 mg/l - Ex situ Biologi Total coliform MPN/100 ml JPT Ex situ
18 19 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan adalah data yang diperoleh di lapangan seperti serta kuisioner terhadap pengelola dan pengunjung sekitar maupun hasil analisis dari laboratorium untuk data analisis air. Kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 1. Data yang nilainya langsung didapat dari lapangan meliputi nilai temperatur, ph, kecerahan, material dasar perairan, oksigen terlarut. Data sekunder didapat melalui studi pustaka berupa buku-buku penunjang, artikel jurnal dan penelitian-penelitian sebelumnya maupun dari lembaga terkait lainnya untuk mengetahui kondisi lokasi penelitian dan memperoleh informasi data yang diperlukan dalam penelitian. Penentuan Responden Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode purposive sampling (sampel bertujuan), yaitu cara pengambilan sampel dengan cara disengaja dengan tujuan sampel tersebut dapat mewakili setiap unsur yang ada dalam populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan yang berkunjung ke kawasan Pantai Paris. Penyebaran sampel dilakukan secara acak (Random Sampling). Pemilihan sampel harus representatif atau mewakili populasi dengan kriteria cukup dewasa (umur 17 tahun ke atas), sehat jasmani dan mampu berkomunikasi dengan baik. Menurut Arikunto (2002) jika subjek penelitian atau wisatawan kurang dari 100 maka lebih baik diambil semuanya sebagai sampel dan jika jumlah sampel lebih dari 100 maka sampel dapat diambil antara 10% - 15% sebagai ukuran sampel dengan rumus Slovin dalam Nugraha (2007).
19 20 Keterangan : nn = N 1 + NN (ee) n = Ukuran sampel yang dibutuhkan N = Ukuran populasi e = Margin error yang diperkenankan (10%-15%) 2 Analisis Data Indeks Kesesuaian Wisata Analisis kesesuaian wisata dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian lahan wisata secara spasial dengan menggunakan konsep evaluasi lahan. Beberapa parameter fisika dan kimia dijadikan parameter acuan untuk lahan wisata. Analisis kesesuaian wisata menggunakan matriks kesesuaian yang disusun berdasarkan kepentingan setiap parameter untuk mendukung kegiatan pada daerah tersebut. Parameter yang diamati untuk kesesuaian wisata kategori rekreasi pantai dapat dilihat pada tabel 2-4. Tabel 2. Parameter Kesesuaian Wisata untuk Berenang No. Parameter Bobot Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor S1 S2 S3 1. Kedalaman > > Perairan (m) 2. Material Dasar 5 Pasir 3 Pasir 2 Pasir 1 Perairan Berbatu Berlumpur 3. Kecepatan 5 0-0,17 3 0,17-0,34 2 0,34 0,51 1 arus (m/s) 4. Lebar Danau 3 > >10 1 (m) 5. Kecerahan 3 > > Periran 6. Biota 3 Tidak ada 3 1 jenis Berbahaya jenis Sumber : Modifikasi Yulianda (2007).
20 21 Tabel 3. Parameter Kesesuaian untuk Duduk Santai No. Parameter Bobot Kategori Skor 1. Lebar tepi danau 1 x > > x < > x < 4 1 < Pemandangan 5 Danau, hutan, pegunungan, sungai dari 4 Pemandangan 2 1 dari 4 pemandangan 1 Tidak ada pemandangan 0 3. Vegetasi yang hidup 5 Jumlah jenis pohon < 4 3 di tepi danau Jumlah jenis pohon Jumlah jenis pohon 1 1 Semak belukar 0 4. Hamparan daratan 3 Rumput / pasir 3 Berbatu 2 Tanah liat 1 Lumpur 0 5. Biota Berbahaya 3 Tidak ada 3 1 jenis jenis 1 Lebih dari 3 jenis 0 Sumber : Modifikasi Yulianda (2007). Tabel 4. Parameter kesesuaian Sumberdaya untuk sepeda air No. Parameter Bobot Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor Baik Cukup Buruk Baik 1. Warna 5 Hijau jernih 3 Hijau 2 Cokelat 1 perairan kecoklatan kehitaman 2. Bau 5 Tidak 3 Sedikit 2 Berbau 1 berbau berbau 3. Kedalaman 4 1 < x < < x < 5 2 x < 1; x > 5 1 Perairan (m) 4. Kecepatan 3 0 < x < 0,15 3 0,15 < x 2 0, 30 < x 1 Arus (m/s) < 0, 30 < 0, 50 Sumber : Modifikasi Yulianda (2007). Rumus yang digunakan untuk kesesuaian wisata rekreasi pantai adalah modifikasi dari Yulianda, 2007: IKW = Σ[ Ni ] x 100% N max Keterangan: IKW : Indeks Kesesuaian Wisata
21 22 Ni Nmaks : Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor) : Nilai maksimum dari kategori wisata Penilai kategori keseuaian wisata, nilai yang diperoleh akan dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu sangat sesuai, sesuai, sesuai bersyarat dan tidak sesuai. dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Kategori Kesesuaian Wisata No Kategori Nilai Interval Kesesuaian 1. S1 (Sangat Sesuai) % 2. S2 (Sesuai) 50 - < 83% 3. S3 (Sesuai Bersyarat ) 17 - <50% 4. S4 (Tidak Sesuai) <17% Penilaian Kesesuaian Wisata kategori Banana Boat Penilaian kesesuaian sumberdaya untuk kegiatan banana boat berdasarkan parameter kedalaman dan kecepatan arus. Matriks kesesuaian sumberdaya untuk banana boat dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Matriks kesesuaian sumberdaya untuk banana boat No Parameter Kateegori Penilaian Bobot Nilai (Skor) 1. Kedalaman S1: > S2: > S3: < Kecepatan Arus S1: 0 0, S2: > ,40 2 S3: > 0,40 1 Sumber: Modifikasi Yulianda (2007). Penentuan indeks kawasan wisata berdasarkan perhitungan total nilai maksimum dan minimum serta interval skor. Indeks kesesuaian wisata terbagi menjadi tiga kategori yaitu: S1 (sangat sesuai) : 18,7-24 S2 (sesuai) : 13,3 18,6
22 23 S3 (tidak sesuai) : < 13, 3 Daya Dukung Kawasan Metode yang diperkenalkan untuk menghitung daya dukung pengembangan ekowisata alam adalah dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan (DDK). DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Perhitungan DDK dalam bentuk rumus adalah sebagai berikut (Yulianda, 2007) : DDK = K x ( Lp / Lt ) x ( Wt / Wp ) Keterangan : DDK : Daya Dukung Kawasan K Lp Lt Wt : Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area : Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan : Unit area untuk kategori tertentu : Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari Wp : Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu Potensi ekologis pengunjung ditentukan oleh kondisi sumberdaya dan jenis kegiatan yang akan dikembangkan. Luas suatu area yang dapat digunakan oleh pengunjung mempertimbangkan kemampuan alam mentolerir pengunjung sehingga kelestarian alam dan keselamatan pengunjung tetap terjaga seperti pada Tabel 7.
23 24 Tabel 7. Potensi Ekologis Pengunjung (K) dan Luas Area Kegiatan (Lt) No. Jenis Kegiatan K Unit Area Keterangan ( Pengunjung) (Lt) 1. Berperahu m 2 1 orang setiap 100m x 5m panjang danau 2. Sepeda air m 2 2 orang (1 sepeda air) untuk mengelilingi danau sebesar 100m x 5m 3. Duduk santai 1 5 m 1 orang membutuhkan ruang sepanjang 5 m. 4. Berenang 1 50 m 1 orang setiap 10m x 5 m panjang danau 5. Banana boat m 2 1 orang setiap 62,5 m x 10 m panjang danau Sumber: Modifikasi Yulianda (2007). Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari (Wt) merupakan lamanya waktu Pantai Paris dibuka dalam satu hari. Waktu yang dihabiskan oleh wisatawan untuk melakukan satu jenis kegiatan (Wp) berbeda beda tergantung kepada jenis kegiatan wisata. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan setiap kegiatan wisata terdapat pada Tabel 8. Tabel 8. Prediksi Waktu yang Dibutuhkan untuk Setiap Kegiatan Wisata No Jenis Kegiatan Waktu yang Total Waktu 1 hari dibutuhkan Wp (jam) Wt (jam) 1. Berperahu 0, Sepeda air 0, Duduk santai Berenang Banana boat 1 8 Sumber: Modifikasi Yulianda (2007). Persepsi Wisatawan terhadap Keindahan dan Kenyamanan Kawasan
24 25 Kenyamanan kawasan merupakan nilai yang diberikan oleh wisatawan terhadap kenyamanan, ketentraman, dan keamanan. Nilai kenyamanan dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan yang ditujukan kepada wisatawan. Kriteria nilai kenyamanan obyek wisata menurut kriteria yang ditetapkan oleh Ditjen PHPA (1993) dalam Sudewi (2000) adalah sebagai berikut: Ka = (ERs / ERo) x 100% Keterangan : Ka : Nilai keindahan (%) ERs : Jumlah responden yang mengatakan indah ERo : Jumlah seluruh responden Kriteria nilai keindahan alam: Ka > 75% : Indah (3) 40 < Ka < 75% : Cukup indah (2) Ka < 40% : Tidak indah (1) Kenyamanan kawasan merupakan nilai yang diberikan oleh wisatawan terhadap kelapangan, ketentraman dan keamanan. Pengukuran nilai kenyamanan dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan yang ditujukan kepada wisatawaan. perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus (Yulianda, 2007): Na = (ERs / ERo) x 100% Na : Nilai kenyamanan (%) ERs : Jumlah responden yang mengatakan nyaman ERo : Jumlah seluruh responden Kriteria nilai keindahan alam: Na > 75% : Nyaman (3) 40 < Ka < 75% : Cukup nyaman (2) Ka < 40% : Tidak nyaman (1) Analisis Matriks IFE dan EFE
25 26 Analisis dilakukan dengan menggunakan Internal Factor Evaluation (Analisis Faktor Internal) dan External Factor Evaluation (Analisis Faktor Eksternal) dengan tahapan sebagai berikut ini: 1. Identifikasi faktor internal dengan cara penelusuran literatur, wawancara dan observasi. Hasil identifikasi faktor-faktor selanjutnya diberi bobot dan peringkat. 2. Penentuan bobot setiap faktor dalam kuesioner dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor-faktor strategi eksternal dan internal tersebut kepada manajemen dan pakar dengan menggunakan metode Paired Comparison. Masing masing faktor diberi bobot yang menggambarkan tingkat kepentingannya. Penentuan bobot dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada responden untuk melihat derajat pentingnya masing-masing faktor jika dibandingkan dengan faktor-faktor yang lainnya. Metode ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal. Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2, dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah: 1 = Jika indikator horizontal kurang penting dari pada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting dibandingkan indicator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting dibanding Indikator vertical Untuk lebih jelasnya rancangan bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Penilaian bobot faktor internal dan eksternal
26 6 TINJAUAN PUSTAKA Danau Danau adalah badan air pedalaman yang tidak memiliki pertukaran langsung dengan laut. Ekosistem danau terdiri dari fisik, kimia dan biologi yang ada di badan air tersebut. Danau terdiri dari air tawar dan air garam (di daerah kering). Danau bersifat dalam maupun dangkal, permanen atau sementara. Pada semua jenis danau mengalami proses ekolodi dan biogeokimia dan danau dikaji dalam ilmu limnologi Danau merupakan habiat yang bagus untuk penelitian dinamika ekosistem: interaksi antara proses biologi, kimia dan proses fisik baik secara kuantitatif maupun kualitatif, perbedaan antar di udara dan di darat. Karena baatas air dan tanah, air dan udara berbeda, ada pengelompokan pada beberapa komponen ekosistem (Hairston dan Fussman, 2002). Danau dicirikan dengan arus yang sangat lambat (0, m/detik) atau tidak ada arus sama sekali. Oleh karena itu, waktu tinggal (residence time)air dapat berlangsung lama. Arus air di danau dapat bergerak ke berbagai arah. Perairan danau biasanya memiliki stratifikasi kualitas air secara vertical. Stratifikasi ini tergantung pada kedalaman dan musim (Effendi, 2003). Danau merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan berfungsi sebagai penampung dan menyimpan air yang berasal dari air sungai, mata air maupun air hujan. Sebagai salah satu bentuk ekosistem air tawar, danau memegang peranan sangat penting dan potensial untuk dikembangkan dan didayagunakan untuk berbagai kepentingan, seperti kepentingan ekonomi, perikanan, irigasi, sumber air bersih dan pariwisata. Dari sisi ekologi, danau
27 7 juga berperan sebagai penyangga bagi kehidupan sekitarnya, dan memilii kekayaan keanekaragaman hayati yang potensial bagi kesejahteraan masyarakat (Ginting, 2009). Ekowisata Ekowisata merupakan bentuk wisata bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan dan memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya masyarakat setempat yang telah menyebar ke seluruh dunia sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan. Kegiatan ekowisata di Indonesia belum begitu berkembang, tetapi mengingat potensi yang besar dan kemampuan pemerintah yang terbatas, maka pengembangan ekowisata di Indonesia perlu dilakukan hati-hati agar tidak menimbulkan dampak yang tidak diinginkan (Purwanti, 2010). Menurut PERMEN DAGRI no 33 tahun 2009, Ekowisata adalah kegiatan wisata alam di daerah yang bertanggungjawab dengan memperhatikan unsur pendidikan, pemahaman, dan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi sumberdaya alam, serta peningkatan pendapatan masyarakat lokal. Wisata dibidang perairan dapat dibedakan menjadi dua yaitu Wisata Tirta (tawar) dan Wisata Bahari (laut). Wisata tirta adalah wisata yang dilakukan di perairan tawar dengan aktivitas yang dilakukan seperti olahraga, sight seeing, memancing dan lain-lain yang dilakukan disungai, danau, waduk dan kawasan rawa-rawa serta muara (Syahrul, 2006)
28 8 Pembangunan Wisata Berkelanjutan Ide dasar pembangunan berkelanjutan adalah kelestarian sumberdaya alam dan budaya. Ide-ide tersebut selanjutanya diturunkan ke dalam konsep pariwisata berkelanjutan. Artinya adalah pembangunan sumberdaya (atraksi, aksesibilitas, dan amenitas) pariwisata yang bertujuan untuk memberi keuntungan optimal bagi pemangku kepentingan dan nilai kepuasan optimal bagi wisatawan dalam jangka panjang, oleh sebab itu, pengembangan infrastruktur pariwisata harus memberikan keuntungan jangka panjang bagi pelaku wisata. Ide pembangunan yang berkelanjutan tersebut sejalanan dengan konsep pengelolaan ekowisata yang tidak hanya berorientasi pada keberlanjutan tetapi juga mempertahankan nilai sumberdaya alam dan manusia (Damanik dan Weber 2006). Menurut Ridwan (2012) diacu Aria (2014), Pengembangan pariwisata dapat menimbulkan kerusakan besar pada ekosistem. Kerusakan dan masalah ekosistem yang ditimbulkan dapat berupa sedimentasi. Bangunan yang dibuat kadang-kadang menghalangi arus sungai dan drainase serta pencemaran langsung yang disebabkan oleh limbah hotel dan restoran. Masalah lingkungan terbesar bagi bangunan dan fasilitas pariwisata adalah penggunaan energi dan pembuangan limbah. Sampah padat yang dihasilkan dari pembangunan dan konstruksi sarana akomodasi menjadi limbah beracun yang mencemari air, udara dan tanah. Kegiatan di daerah pariwisata dan rekreasi dapat menimbulkan masalah ekologis yang khusus dibandingkan dengan kegiatan ekonomi lain mengingat bahwa keindahan dan keaslian alam merupakan modal utama. Oleh karena itu, perencanaan pengembangan pariwisata di wilayah danau hendaknya dilakukan secara menyeluruh termasuk inventarisasi dan penilaian sumberdaya yang cocok
29 9 untuk pariwisata, perkiraan tentang berbagai dampak terhadap lingkungan, hubungan sebab akibat dari berbagai macam tata guna lahan disertai dengan perincian kegiatan untuk masing-masing tata guna, serta pilihan pemanfaatannya (Dahuri dkk., 1996). Parameter Fisik dan Kimia Perairan a. Kecepatan Arus Arus air adalah faktor yang mempunyai peranan sangat penting baik pada perairan lotik maupun perairan lentik. Hal ini berhubungan dengan penyebaran organisme, gas-gas terlarut dan mineral yang terdapat di dalam air. Kecepatan aliran air akan bervariasi secara vertikal. Arus air yang pada perairan lotik umumnya bersifat turbulen, yaitu arus air yang bergerak ke segala arah sehigga air akan terdistribusi ke seluruh bagian dari perairan tersebut. Selain itu dikenal arur laminar, yaitu arus air yang bergerak ke satu arah tertentu saja (Barus,2004). b. Kecerahan Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan, yang ditenttukan secara visual dengan menggunakan secchi disk nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter. nilai ini sangat dipengarui oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran kekeruhan dan padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran.pengukuran kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerh (Effendi, 2003).
30 10 Penentuan kecerahan air dengan keping Secchi adalah berdasarkan batas pandangan ke dalam air untuk melihat warna putih yang berada dalam air. Semakin keruh suatu badan air akan semakin dekat batas pandangan, sebaliknya kalau air jernih akan jauh batas pandangan tersebut. Keping Secchi berupa suatu kepingan yang berwarna hitam-putih, yang dibenamkan ke dalam air. Keping itu berupa suatu piringan yang diameternya sekitar 25 cm. piringan ini dapat dibuat dari plat logam yang tebalnya sekitar 3 mm pada tengah piringan dibuat satu lubang untuk tempat meletakkan tali dan logam pemberatnya. Tali inilah yang berfungsi sebagai penentu kedalaman (Suin, 2002). c. Warna dan Bau Air yang normal tampak jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. air yang tidak jernih seringkali merupakan petunjuk awal terjadinya polusi di suatu perairan. rasa air seringkali dihubungkan dengan bau air. bau air dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia terlarut, ganggang, plankton, tumbuhan air, baik yang masih hidup maupun yang mati (Nugroho, 2006). d. Kedalaman Perairan Kedalaman perairan berhubungan dengan intensitas cahaya yang masuk kedalam kolom perairan. Intensitas cahaya yang masuk ke dalam kolom air semakin berkurang dengan bertambahnya kedalaman perairan (Effendi, 2003). e. ph Nilai ph menyatakan nilai konsentrasi ion hidrogen dalam suatu larutan, didefenisikan sebagai logaritma dari resiplokal aktivitas ion hidrogen dan secara matematis dnyatakan sebagai ph = log 1/H + adalah banyaknya ion
31 11 hydrogen dalam mol perliter larutan. Kemampuan air untuk mengikat atau melepaskan sejumlah ion hydrogen akn menunjukkan apakah larutan tersebut bersifat asam atau basa (Barus, 2004). f. DO Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme ataupertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan.disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin, 2005). g. BOD Kebutuhan oksigen biologi suatu badan air adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh organisme yang terdapat di dalamnya untuk bernafas selama lima hari. untuk itu maka perlu diukur kadar oksigen terlarut pada saat pengambilan contoh air. selama dalam penyimpanan itu harus tidak ada penambahan oksigen melalui proses fotosintesis, dan selama lima hari itu semua organisme yang berada dalam contoh air itu bernafas menggunakan oksigen yang ada dalam contoh air tersebut (Suin, 2002). h. Substrat Substrat dasar perairan merupakan salah satupotensi abiotik yang luar biasa. Substrat berguna sebagai habitat, tempat mencari makan, dan memijah bagi sebagian besar organisme akuatik. Selain itu dasar perairan memiliki komposisi yang sangat kompleks mulai dari substrat berukuran kecil sampai batu-batuan.
32 12 Berdasarkan ukuran partikelnya, substrat dibedakan atas kerikil/batu (> 2,00 mm), pasir (0,05-2,00 mm), geluh (silt) (0,002-0,05 mm) dan lempung (clay) (< 0,002 mm) (Ningsih, dkk., 2013). Indeks Kesesuaian Wisata Menurut Yulianda (2007) menyatakan bahwa setiap kegiatan wisata memiliki persyaratan-persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan kawasan obyek wisata yang akan dikembangkan. Masing-masing jenis kegiatan wisata memiliki parameter kesesuaian yang berbeda-beda antara kegiatan wisata yang satu dengan jenis kegiatan wisata yang lainnya. Parameter kegiatan tersebut disusun dalam kelas kesesuaian untuk masing-masing jenis kegiatan wisata. Penentuan daerah wisata pada setiap kawasan mempunyai persyaratan sumberdaya dabn lingkungan yang sesuai dengan obyek wisata yang akan dikembangkan. Setiap jenis kegiatan wisata memiliki parameter kesesuaian yang berbeda. Parameter kesesuaian tersebut disusun kedalam sebuah kelas keseuaian untuk setiap jenis kegiatan wisata. Kelas kesesuaian diperoleh dari perkalian antara bobot dan skor masng-masing parameter. Pemberian bobot berdasarkan tingkat kepentingan suatu parameter,sedangkan pemberian skor berdasarkan kualitas setiap parameter (Irawan, dkk., 2014). Menurut Azis dkk (2012) menyatakan bahwa setiap parameter memiliki bobot dan skor, dimana pemberian bobot berdasarkan tingkat kepentingan suatu parameter terhadap perencanaan kawasan wisata. bobot yang diberikan adalah 5 (lima), 3 (tiga), dan 1 (satu). Kriteria untuk masing-masing pembobotan adalah sebagai berikut :
33 13 1. Pemberian bobot 5: hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa unsur parameter sangat diperlukan atau parameter kunci. 2. Pemberian bobot 3: hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa unsur parameter sedikit diperlukan atau parameter yang cukup penting. 3. Pemberian bobot 1: hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa unsur parameter dalam unsur penilaian tidak begitu diperlukan tetapi harus selalu ada atau parameter ini tidak penting. Daya Dukung Kawasan Daya dukung lingkungan itu merupakan nilai kualitas lingkungan yang ditimbulkan oleh interaksi dari semua unsur atau komponen fisika, kimia, dan biologi dalam suatu kesatuan ekosistem. Sebagai dasar penentuan daya dukung lingkungan ini adalah keterkaitannya dengan kelas kesesuaian lahan. Kesesuaian lahan bersifatkualitatif yang dinyatakan dengan sangat sesuai, sesuai, sesuai marjinal dan tidak sesuai sedangkan daya dukung bersifat kuatitatif yang menyatakan ukuran kemampuan lingkungan dalam mendukung kegiatan pemanfaatan di suatu daerah. Oleh karena itu, nilai daya dukung lingkungan merupakan kuantifikasi dari kelas kesesuaian lahan (Prasita, dkk., 2007). Daya dukung wilayah (carring capacity) adalah daya tamping maksimum lingkungan untuk diberdayakan oleh manusia. Dengan kata lain populasi yang dapat didukung dengan tak terbatas oleh suatu ekosistem tanpa merusak ekosistem itu. Daya dukung juga dapat didefinisikan sebagai tingkat maksimal hasil sumber daya terhadap beban maksimum yang dapat didukung dengan takterbatas tanpa semakin merusak produktivitas wilayah tersebut sebagai bagian integritas
34 14 fungsional ekosistem yang relevan. Analisis daya dukung lingkungan merupakan suatu alat perencanaan pembangunan yang memberikan gambaran hubungan antara penduduk, penggunaan lahan dan lingkungan. dari semua hal tersebut, analisis daya dukung dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam menilai tingkat kemampuan lahan dalam mendukung segala aktifitas manusia yang ada di wilayah yang bersangkutan (Afni, 2016). Daya dukung wisata juga mencerminkan tingkat atau jumlah maksimum pengunjung yang dapat ditampung oleh sarana prasarana objek wisata alam. Jika daya tampung sarana dan prasarana tersebut dilampaui, akan muncul sejumlah dampak negatif berupa kemerosotan sumber daya, tidak terpenuhinya kepuasan pengunjung, merugikan masyarakat secara ekonomi dan budaya. apabila populasi manusia telah melebihi daya dukung suatu habitat, maka sumber daya yang dibutuhkan untuk dapat bertahan hidup akan habis, limbah terakumulasi, dan meracuni spesies lain, kemudian populasi akan mengalami kepunahan. Kondisi t ersebut akan memberikan dampak negative baik langsung maupun tidak langsung (Muflih, dkk., 2015).
35 15 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2017 di Pantai Paris, Desa Tigaras, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis pantai paris membentang antara , ,8 LU dan , ,64 BT (Gambar 2). Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Positioning System (GPS), kamera, alat tulis, bola duga, stop watch, sechi disk, kalkulator, tali/benang, meteran, coolbox, ph meter dan botol sampel
36 16 Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan mangan sulfat (MnSO 4 ), asam sulfat (H 2 SO 4 ), kalium iodida (KI), natrium thiosulfat (Na 2 S 2 O 3 ) dan kuisioner yang dibagikan kepada pengunjung dan masyarakat sekitar, serta data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah yang terkait. Prosedur Penelitian Penentuan Stasiun Metode yang digunakan dalam menentukan lokasi pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Pertimbangan menggunakan metode ini karena purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel atau sumber data dengan pertimbangan tertentu berdasarkan jumlah pengunjung atau wisatawan yang menempati suatu tempat untuk melakukan kegiatan wisata. a. Stasiun 1 Stasiun 1 terletak di sebelah barat Pantai Paris. Secara geografis terletak pada koordinat ,92 LU dan BT. Daerah ini merupakan daerah yang jarang dijumpai aktivitas wisata. Pada daerah ini wisatawan dapat melakukan aktivitas memancing dan menikmati pemandangan alam. Kondisi stasiun 1 dapat dilihat pada Gambar 3.
37 17 b. Stasiun 2 Gambar 3. Stasiun 1 Stasiun 2 terletak di bagian tengah Pantai Paris. Secara geografis terletak ,8 LU dan BT. Pada daerah ini terdapat kegiatan wisata seperti berenang, sepeda air, berperahu, banana boat dan menikmati pemandangan alam. Kondisi stasiun 2 dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Stasiun 2 c. Stasiun 3 Stasiun 3 terletak di bagian Timur Pantai Paris. Secara geografis terletak pada ,6 LU dan BT. Pada daerah ini pengunjung dapat melakukan kegiatan berenang, dan banana boat. Pada daerah ini terdapat saluran
38 18 pembuangan air yang berasal dari perumahan warga di sekitar Pantai Paris. Kondisi stasiun 3 dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Stasiun 3. Pengukuran Faktor Fisika dan Kimia Perairan Pengukuran parameter fisika dan kimia dilakukan dengan dua cara, yakni secara langsung (insitu) dan secara tidak langsung (exsitu). Pengukuran langsung dilapangan (insitu) dilakukan terhadap parameter suhu, ph dan DO. Parameter kualitas air dan metode analisis pengukuran dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Parameter Kualitas Air dan Metode Analisis Parameter Satuan Metode Analisi/Alat Lokasi Fisika Suhu 0 C Thermometer In situ Kecepatan m/det Bola Duga In situ Arus Kedalaman m Tali dan Meteran In situ Kimia ph - ph meter In situ DO mg/l - In situ BOD5 mg/l - Ex situ Biologi Total coliform MPN/100 ml JPT Ex situ
39 19 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan adalah data yang diperoleh di lapangan seperti serta kuisioner terhadap pengelola dan pengunjung sekitar maupun hasil analisis dari laboratorium untuk data analisis air. Kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 1. Data yang nilainya langsung didapat dari lapangan meliputi nilai temperatur, ph, kecerahan, material dasar perairan, oksigen terlarut. Data sekunder didapat melalui studi pustaka berupa buku-buku penunjang, artikel jurnal dan penelitian-penelitian sebelumnya maupun dari lembaga terkait lainnya untuk mengetahui kondisi lokasi penelitian dan memperoleh informasi data yang diperlukan dalam penelitian. Penentuan Responden Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode purposive sampling (sampel bertujuan), yaitu cara pengambilan sampel dengan cara disengaja dengan tujuan sampel tersebut dapat mewakili setiap unsur yang ada dalam populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan yang berkunjung ke kawasan Pantai Paris. Penyebaran sampel dilakukan secara acak (Random Sampling). Pemilihan sampel harus representatif atau mewakili populasi dengan kriteria cukup dewasa (umur 17 tahun ke atas), sehat jasmani dan mampu berkomunikasi dengan baik. Menurut Arikunto (2002) jika subjek penelitian atau wisatawan kurang dari 100 maka lebih baik diambil semuanya sebagai sampel dan jika jumlah sampel lebih dari 100 maka sampel dapat diambil antara 10% - 15% sebagai ukuran sampel dengan rumus Slovin dalam Nugraha (2007).
40 20 Keterangan : nn = N 1 + NN (ee) n = Ukuran sampel yang dibutuhkan N = Ukuran populasi e = Margin error yang diperkenankan (10%-15%) 2 Analisis Data Indeks Kesesuaian Wisata Analisis kesesuaian wisata dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian lahan wisata secara spasial dengan menggunakan konsep evaluasi lahan. Beberapa parameter fisika dan kimia dijadikan parameter acuan untuk lahan wisata. Analisis kesesuaian wisata menggunakan matriks kesesuaian yang disusun berdasarkan kepentingan setiap parameter untuk mendukung kegiatan pada daerah tersebut. Parameter yang diamati untuk kesesuaian wisata kategori rekreasi pantai dapat dilihat pada tabel 2-4. Tabel 2. Parameter Kesesuaian Wisata untuk Berenang No. Parameter Bobot Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor S1 S2 S3 1. Kedalaman > > Perairan (m) 2. Material Dasar 5 Pasir 3 Pasir 2 Pasir 1 Perairan Berbatu Berlumpur 3. Kecepatan 5 0-0,17 3 0,17-0,34 2 0,34 0,51 1 arus (m/s) 4. Lebar Danau 3 > >10 1 (m) 5. Kecerahan 3 > > Periran 6. Biota 3 Tidak ada 3 1 jenis Berbahaya jenis Sumber : Modifikasi Yulianda (2007).
41 21 Tabel 3. Parameter Kesesuaian untuk Duduk Santai No. Parameter Bobot Kategori Skor 1. Lebar tepi danau 1 x > > x < > x < 4 1 < Pemandangan 5 Danau, hutan, pegunungan, sungai dari 4 Pemandangan 2 1 dari 4 pemandangan 1 Tidak ada pemandangan 0 3. Vegetasi yang hidup 5 Jumlah jenis pohon < 4 3 di tepi danau Jumlah jenis pohon Jumlah jenis pohon 1 1 Semak belukar 0 4. Hamparan daratan 3 Rumput / pasir 3 Berbatu 2 Tanah liat 1 Lumpur 0 5. Biota Berbahaya 3 Tidak ada 3 1 jenis jenis 1 Lebih dari 3 jenis 0 Sumber : Modifikasi Yulianda (2007). Tabel 4. Parameter kesesuaian Sumberdaya untuk sepeda air No. Parameter Bobot Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor Baik Cukup Buruk Baik 1. Warna 5 Hijau jernih 3 Hijau 2 Cokelat 1 perairan kecoklatan kehitaman 2. Bau 5 Tidak 3 Sedikit 2 Berbau 1 berbau berbau 3. Kedalaman 4 1 < x < < x < 5 2 x < 1; x > 5 1 Perairan (m) 4. Kecepatan 3 0 < x < 0,15 3 0,15 < x 2 0, 30 < x 1 Arus (m/s) < 0, 30 < 0, 50 Sumber : Modifikasi Yulianda (2007). Rumus yang digunakan untuk kesesuaian wisata rekreasi pantai adalah modifikasi dari Yulianda, 2007: IKW = Σ[ Ni ] x 100% N max Keterangan: IKW : Indeks Kesesuaian Wisata
42 22 Ni Nmaks : Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor) : Nilai maksimum dari kategori wisata Penilai kategori keseuaian wisata, nilai yang diperoleh akan dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu sangat sesuai, sesuai, sesuai bersyarat dan tidak sesuai. dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Kategori Kesesuaian Wisata No Kategori Nilai Interval Kesesuaian 1. S1 (Sangat Sesuai) % 2. S2 (Sesuai) 50 - < 83% 3. S3 (Sesuai Bersyarat ) 17 - <50% 4. S4 (Tidak Sesuai) <17% Penilaian Kesesuaian Wisata kategori Banana Boat Penilaian kesesuaian sumberdaya untuk kegiatan banana boat berdasarkan parameter kedalaman dan kecepatan arus. Matriks kesesuaian sumberdaya untuk banana boat dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Matriks kesesuaian sumberdaya untuk banana boat No Parameter Kateegori Penilaian Bobot Nilai (Skor) 1. Kedalaman S1: > S2: > S3: < Kecepatan Arus S1: 0 0, S2: > ,40 2 S3: > 0,40 1 Sumber: Modifikasi Yulianda (2007). Penentuan indeks kawasan wisata berdasarkan perhitungan total nilai maksimum dan minimum serta interval skor. Indeks kesesuaian wisata terbagi menjadi tiga kategori yaitu: S1 (sangat sesuai) : 18,7-24 S2 (sesuai) : 13,3 18,6
43 23 S3 (tidak sesuai) : < 13, 3 Daya Dukung Kawasan Metode yang diperkenalkan untuk menghitung daya dukung pengembangan ekowisata alam adalah dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan (DDK). DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Perhitungan DDK dalam bentuk rumus adalah sebagai berikut (Yulianda, 2007) : DDK = K x ( Lp / Lt ) x ( Wt / Wp ) Keterangan : DDK : Daya Dukung Kawasan K Lp Lt Wt : Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area : Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan : Unit area untuk kategori tertentu : Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari Wp : Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu Potensi ekologis pengunjung ditentukan oleh kondisi sumberdaya dan jenis kegiatan yang akan dikembangkan. Luas suatu area yang dapat digunakan oleh pengunjung mempertimbangkan kemampuan alam mentolerir pengunjung sehingga kelestarian alam dan keselamatan pengunjung tetap terjaga seperti pada Tabel 7.
44 24 Tabel 7. Potensi Ekologis Pengunjung (K) dan Luas Area Kegiatan (Lt) No. Jenis Kegiatan K Unit Area Keterangan ( Pengunjung) (Lt) 1. Berperahu m 2 1 orang setiap 100m x 5m panjang danau 2. Sepeda air m 2 2 orang (1 sepeda air) untuk mengelilingi danau sebesar 100m x 5m 3. Duduk santai 1 5 m 1 orang membutuhkan ruang sepanjang 5 m. 4. Berenang 1 50 m 1 orang setiap 10m x 5 m panjang danau 5. Banana boat m 2 1 orang setiap 62,5 m x 10 m panjang danau Sumber: Modifikasi Yulianda (2007). Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari (Wt) merupakan lamanya waktu Pantai Paris dibuka dalam satu hari. Waktu yang dihabiskan oleh wisatawan untuk melakukan satu jenis kegiatan (Wp) berbeda beda tergantung kepada jenis kegiatan wisata. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan setiap kegiatan wisata terdapat pada Tabel 8. Tabel 8. Prediksi Waktu yang Dibutuhkan untuk Setiap Kegiatan Wisata No Jenis Kegiatan Waktu yang Total Waktu 1 hari dibutuhkan Wp (jam) Wt (jam) 1. Berperahu 0, Sepeda air 0, Duduk santai Berenang Banana boat 1 8 Sumber: Modifikasi Yulianda (2007). Persepsi Wisatawan terhadap Keindahan dan Kenyamanan Kawasan
45 25 Kenyamanan kawasan merupakan nilai yang diberikan oleh wisatawan terhadap kenyamanan, ketentraman, dan keamanan. Nilai kenyamanan dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan yang ditujukan kepada wisatawan. Kriteria nilai kenyamanan obyek wisata menurut kriteria yang ditetapkan oleh Ditjen PHPA (1993) dalam Sudewi (2000) adalah sebagai berikut: Ka = (ERs / ERo) x 100% Keterangan : Ka : Nilai keindahan (%) ERs : Jumlah responden yang mengatakan indah ERo : Jumlah seluruh responden Kriteria nilai keindahan alam: Ka > 75% : Indah (3) 40 < Ka < 75% : Cukup indah (2) Ka < 40% : Tidak indah (1) Kenyamanan kawasan merupakan nilai yang diberikan oleh wisatawan terhadap kelapangan, ketentraman dan keamanan. Pengukuran nilai kenyamanan dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan yang ditujukan kepada wisatawaan. perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus (Yulianda, 2007): Na = (ERs / ERo) x 100% Na : Nilai kenyamanan (%) ERs : Jumlah responden yang mengatakan nyaman ERo : Jumlah seluruh responden Kriteria nilai keindahan alam: Na > 75% : Nyaman (3) 40 < Ka < 75% : Cukup nyaman (2) Ka < 40% : Tidak nyaman (1) Analisis Matriks IFE dan EFE
46 27 Faktor Penentu A B C D. Total Bobot A X1 A1 B X2 A2 C X3 A3 D X4 A4 Total Xn 1,00 Pemberian bobot dalam kuisioner ditentukan berdasarkan kondisi dan tingkat kepentingan masing masing factor. Bobot setiap factor diperoleh dengan menentukan proprsi nilai setiap factor terhadap jumlah nilai keseluruhan. Rumus yang dipakai adalah: Keterangan: A i = X i n X i i=1 A i X i i n : bobot variabel ke-i : nilai variabel ke-i : 1,2,3,.,n : jumlah variabel Cara menentukan IFE : 1. Menentukan faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan dari kegiatan pengelolaan. 2. Memberi bobot masing-masing faktor tersebut sesuai dengan tingkat kepentingannya. Jumlah bobot harus sebesar. 3. Menghitung rating untk masing masing faktor berdasarkan pengaaruh respon faktor-faktor tersebut terhadap pengelolaan ekosistem danau toba (Nilai: 4 = sangat penting, 3 = penting, 2 = cukup penting, 1 kurang penting.
47 27 Faktor Penentu A B C D. Total Bobot A X1 A1 B X2 A2 C X3 A3 D X4 A4 Total Xn 1,00 Pemberian bobot dalam kuisioner ditentukan berdasarkan kondisi dan tingkat kepentingan masing masing factor. Bobot setiap factor diperoleh dengan menentukan proprsi nilai setiap factor terhadap jumlah nilai keseluruhan. Rumus yang dipakai adalah: Keterangan: A i = X i n X i i=1 A i X i i n : bobot variabel ke-i : nilai variabel ke-i : 1,2,3,.,n : jumlah variabel Cara menentukan IFE : 1. Menentukan faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan dari kegiatan pengelolaan. 2. Memberi bobot masing-masing faktor tersebut sesuai dengan tingkat kepentingannya. Jumlah bobot harus sebesar. 3. Menghitung rating untk masing masing faktor berdasarkan pengaaruh respon faktor-faktor tersebut terhadap pengelolaan ekosistem danau toba (Nilai: 4 = sangat penting, 3 = penting, 2 = cukup penting, 1 kurang penting.
48 28 4. mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperleh faktor pembobotan untuk masing-masing factor. Untuk lebih jelasnya matrik analisis IFE dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Matrik Analisis IFE Faktor Kunci Internal Bobot Rating Rata-rata Rating Kekuatan - - Kelemahan - - Total Cara menentukan EFE : 5. Menentukan faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan dari kegiatan pengelolaan. 6. Memberi bobot masing-masing faktor tersebut sesuai dengan tingkat kepentingannya. Jumlah bobot harus sebesar. 7. Menghitung rating untk masing masing faktor berdasarkan pengaaruh respon faktor-faktor tersebut terhadap pengelolaan ekosistem danau toba (Nilai: 4 = sangat penting, 3 = penting, 2 = cukup penting, 1 kurang penting. 8. mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperleh faktor pembobotan untuk masing-masing faktor. Untuk lebih jelasnya matrik analisis IFE dapat dilihat pada Tabel 11.
49 29 Tabel 11. Matrik Analisis EFE Faktor Kunci Internal Bobot Rating Rata-rata Rating Kekuatan - - Kelemahan - - Total Analisi SWOT Setelah matriks IFE Internal Factor Evaluation (Analisis Faktor Internal) dan EFE External Factor Evaluation (Analisis Faktor Eksternal) selesai, selanjutnya unsur-unsur tersebut dihubungkan dalam matrik untuk memperoleh beberapa alternatif strategi. Matriks ini memungkinkan empat kemungkinan strategi. Diagram matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Matriks SWOT IFE STREGTHS (S) WEAKNESSES (W) tentukan faktor tentukan faktor EFE kekuatan internal kekuatan eksternal OPPORTUNITIES (O) Strategi S-O Strategi W-O tentukan faktor peluang (Strategi menggunakan (Strategi meminimalkan eksteral kekuatan untuk kelemahan untuk memanfaatkan peluang) memanfaatkan peluang) TREATHS (T) tentukan faktor ancaman (Strategi menggunakan (Strategi meminimalkan eksteral kekuatan untuk kelemahan untuk mengatasi ancaman) menghindari ancaman) Pembuatan Tabel Ranking Alternatif Strategi Penentuan prioritas dari strategi yang dihasilkan dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Jumlah dari skor pembobotan
50 30 menentukan ranking prioritas strategi dalam pengelolaan ekosistem danau untuk pengembangan kawasan ekowisata. Jumlah skor diperoleh dari penjumlahan semua skor di setiap faktor-faktor strategis yang terkait. Ranking akan ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai yang terkecil dari semua strategi yang ada.
51 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kesesuaian Wisata Kesesuaian sumberdaya untuk wisata merupakan suatu kemampuan alam untuk menampung kegiatan wisata yang dilakukan secara ekologi. Kegiatan wisata yang sudah ada dan yang dikelola di wisata Pantai Paris Tigaras berupa sepeda air, berenang, duduk santai, dan banana boat. Hasil pengukuran untuk mendapatkan kategori kesesuaian pada daerah wisata Pantai Paris Tigaras berdasarkan matriks kesesuaian dapat dilihat pada Tabel Tabel 13. Kesesuaian Wisata Untuk Duduk Santai No. Parameter Bobot Hasil Skor Ni (Bobot x Skor) 1. Lebar tepi danau (m) Pemandangan 5 Danau, Pegunungan Vegetasi yang hidup di tepi danau Hamparan dataran 3 Berbatu Biota berbahaya 3 Tidak Ada 3 9 Total Skor Indeks Kesesuaian Wisata 80,55% Tingkat Kesesuaian Wisata S1 Pengukuran berdasarkan parameter yang mempengaruhi aktivitas wisata pada kegiatan duduk santai dinyatakan bahwa kegiatan duduk santai di wisata Pantai Paris Tigaras tergolong pada tingkat kesesuaian S1 (sangat sesuai). Hasil pengukuran berdasarkan parameter yang mempengaruhi kegiatan wisata sepeda air dapat dilihat pada Tabel 15.
52 32 Tabel 14. Kesesuaian Wisata Untuk Sepeda Air No. Parameter Bobot Hasil Skor Ni (Bobot x Skor) 1. Warna perairan 5 Hijau kecoklatan Bau 5 Sedikit berbau Kedalaman Perairan (m) 4 <1-> Kecepatan Arus (m/s) 3 0, Total Skor Indeks Kesesuaian Wisata 56,8% Tingkat Kesesuaian Wisata S2 Hasil pengukuran tingkat kesesuaian wisata untuk kegiatan sepeda air berdasarkan parameter dinyatakan bahwa kegiatan sepeda air di wisata Pantai Paris Tigaras termasuk pada tingkata kesesuaian S2 (sesuai). Hasil pengukuran berdasarkan parameter yang mempengaruhi kegiatan wisata berenang dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15.Kesesuaian Wisata Untuk Berenang No. Parameter Bobot Hasil Skor Ni (Bobot x Skor) 1. Kedalaman Perairan (m) Material dasar perairan 5 Pasir Berbatu Kecepatan arus 5 0, Lebar danau (m) 3 > Kecerahan Perairan (m) 3 0, Biota berbahaya 3 Tidak ada 3 9 Total Skor Indeks Kesesuaian Wisata 84,72% Tingkat Kesesuaian Wisata S1 Pengukuran tingkat kesesuaian wisata berdasarkan parameter untuk kegiatan wisata berenang dinyatakan bahwa kegiatan berenang di wisata Pantai Paris Tigaras tergolong pada tingkat kesesuaian S1 (sangat sesuai). Hasil pengukuran berdasarkan parameter yang mempengaruhi kegiatan wisata banana boat dapat dilihat pada Tabel 16. yang dinyatakan bahwa hasil pengukuran tingkat kesesuaian wisata untuk banana boat termasuk pada tingkat kesesuaian wisata S1 (sangat sesuai).
53 33 Tabel 16. Kesesuaian Wisata Untuk Banana boat No. Parameter Bobot Hasil Skor Ni (Bobot x Skor) 1. Kedalaman Perairan (m) 5 > Kecepatan arus 3 0, Total Skor Indeks Kesesuaian Wisata 24 Tingkat Kesesuaian Wisata S1 Daya Dukung Kawasan Daya dukung kawasan adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Luas wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata di Pantai Paris Tigaras dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Daya Dukung Kawasan Pada Wisata Pantai Paris Tigaras No. Jenis Kegiatan K Lt Wp-Jam Wt-Jam Lp DDK 1. Duduk Santai m Berenang m Sepeda Air m 0, Banana boat m Jumlah Luas daereh yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan duduk santai yaitu 324 m 2 dengan daya dukung 259 orang. Luas daerah yang dimanfaatkan untuk kegiatan berenang yaitu m 2 dengan daya dukung 129 orang. Luas daerah yang dimanfaatkan untuk kegiatan sepeda air yaitu dengan daya dukung 207 orang. Luas daerah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata banana boat yaitu dengan daya dukung 414 orang.
54 34 Persepsi Wisatawan Persepsi wisatawan terhadap keindahan di daerah wisata Pantai Paris Tigaras sangat baik. Berdasarkan hasil 42 responden yang telah dilakukan hanya 2% yang menyatakan tidak indah, sementara 62% menyatakan indah dan 36% menyatakan cukup indah. Gambar 6. Diagram Persepsi Wisatawan terhadap Keindahan Persepsi wisatawan untuk kenyamanan saat melakukan kegiatan di daerah wisata Pantai Paris Tigaras sebesar 38% menyatakan nyaman dan 57% menyatakan cukup nyaman sedangkan 5% menyatakan tidak nyaman melakukan kegiatan wisata di Pantai Paris Tigaras. Gambar 7. Diagram Persepsi Wisatawan terhadap Kenyamanan Bau perairan di daerah wisata tentu akan mengurangi daya tarik wisata. Bau perairan diperoleh dari hasil kuisioner yang diberikan kepada pengunjung
55 35 yang berwisata di Pantai Paris Tigaras, yaitu sebesar 41% wisatawan menyatakan bahwa perairan Pantai Paris Tigaras di daerah wisata sedikit berbau, 2% menyatakan berbau dan 57% menyatakan tidak berbau. Gambar 8. Diagram Persepsi Wisatawan terhadap Bau Perairan Persepsi wisatawan terhadap warna perairan pada daerah wisata Pantai Paris Tigaras sebesar 11,9% menyatakan perairan wisata Pantai Paris Tigaras berwarna cokelat. Warna perairan dinilai secara visual dengan indra penglihat oleh wisatawan. 45,23% menyatakan hijau dan 42,85% menyatakan hijau jernih. Warna perairan juga menentukan ketertarikan wisatawan terhadap suatu objek wisata air. Semakin jernih suatu perairan maka akan semakin tinggi daya tarik wisatawan untuk mengunjungi atau berkunjung ke suatu objek wisata air. Gambar 9. Diagram Persepsi Wisatawan terhadap Warna Perairan
56 36 Gambar 10. Tingkat Kepauasan Wisatawan terhadap Potensi Wisata Berdasarkan kuisioner yang disebar terhadap pengunjung, sebanyak 69% wisatawan menyatakan bahwa mereka merasa puas melakukan aktivitas wisata di Pantai Paris Tigaras, 26% menyatakan cukup puas dan hanya 5% wisatawan yang meyatakan tidak puas terhadap potensi wisata yang ada di Pantai Paris Tigaras. Analisis Parameter Fisika Kimia Perairan Analisis kualitas air di Pantai Paris Tigaras dilakukan dengan mengambil sampel air di tiga stasiun. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak tiga kali pengambilan dan dilakukan pada kondisi cuaca yang sama. Hasil analisis Kualitas Air Pantai Paris Tigaras pada setiap pengambilan dapat dilihat pada tabel 18. Tabel 18. Analisis Kualitas Air Pantai Paris Tigaras Parameter Satuan Baku Mutu PP no. 82 Stasiun Tahun 2001 I II III Fisika Suhu C Deviasi Kecepatan arus m/det - 0,013 0,009 0,008 Kecerahan m - 0,40 0,41 1 Kimia ph ,5 7,4 7,0 DO mg/l 3 7,26 7,03 7,13 BOD mg/l 6 3,183 3,96 3,7 Biologi Total Coliform Jlh/100 ml
57 15 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2017 di Pantai Paris, Desa Tigaras, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis pantai paris membentang antara , ,8 LU dan , ,64 BT (Gambar 2). Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Positioning System (GPS), kamera, alat tulis, bola duga, stop watch, sechi disk, kalkulator, tali/benang, meteran, coolbox, ph meter dan botol sampel
58 16 Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan mangan sulfat (MnSO 4 ), asam sulfat (H 2 SO 4 ), kalium iodida (KI), natrium thiosulfat (Na 2 S 2 O 3 ) dan kuisioner yang dibagikan kepada pengunjung dan masyarakat sekitar, serta data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah yang terkait. Prosedur Penelitian Penentuan Stasiun Metode yang digunakan dalam menentukan lokasi pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Pertimbangan menggunakan metode ini karena purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel atau sumber data dengan pertimbangan tertentu berdasarkan jumlah pengunjung atau wisatawan yang menempati suatu tempat untuk melakukan kegiatan wisata. a. Stasiun 1 Stasiun 1 terletak di sebelah barat Pantai Paris. Secara geografis terletak pada koordinat ,92 LU dan BT. Daerah ini merupakan daerah yang jarang dijumpai aktivitas wisata. Pada daerah ini wisatawan dapat melakukan aktivitas memancing dan menikmati pemandangan alam. Kondisi stasiun 1 dapat dilihat pada Gambar 3.
59 17 b. Stasiun 2 Gambar 3. Stasiun 1 Stasiun 2 terletak di bagian tengah Pantai Paris. Secara geografis terletak ,8 LU dan BT. Pada daerah ini terdapat kegiatan wisata seperti berenang, sepeda air, berperahu, banana boat dan menikmati pemandangan alam. Kondisi stasiun 2 dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Stasiun 2 c. Stasiun 3 Stasiun 3 terletak di bagian Timur Pantai Paris. Secara geografis terletak pada ,6 LU dan BT. Pada daerah ini pengunjung dapat melakukan kegiatan berenang, dan banana boat. Pada daerah ini terdapat saluran
60 18 pembuangan air yang berasal dari perumahan warga di sekitar Pantai Paris. Kondisi stasiun 3 dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Stasiun 3. Pengukuran Faktor Fisika dan Kimia Perairan Pengukuran parameter fisika dan kimia dilakukan dengan dua cara, yakni secara langsung (insitu) dan secara tidak langsung (exsitu). Pengukuran langsung dilapangan (insitu) dilakukan terhadap parameter suhu, ph dan DO. Parameter kualitas air dan metode analisis pengukuran dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Parameter Kualitas Air dan Metode Analisis Parameter Satuan Metode Analisi/Alat Lokasi Fisika Suhu 0 C Thermometer In situ Kecepatan m/det Bola Duga In situ Arus Kedalaman m Tali dan Meteran In situ Kimia ph - ph meter In situ DO mg/l - In situ BOD5 mg/l - Ex situ Biologi Total coliform MPN/100 ml JPT Ex situ
61 19 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan adalah data yang diperoleh di lapangan seperti serta kuisioner terhadap pengelola dan pengunjung sekitar maupun hasil analisis dari laboratorium untuk data analisis air. Kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 1. Data yang nilainya langsung didapat dari lapangan meliputi nilai temperatur, ph, kecerahan, material dasar perairan, oksigen terlarut. Data sekunder didapat melalui studi pustaka berupa buku-buku penunjang, artikel jurnal dan penelitian-penelitian sebelumnya maupun dari lembaga terkait lainnya untuk mengetahui kondisi lokasi penelitian dan memperoleh informasi data yang diperlukan dalam penelitian. Penentuan Responden Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode purposive sampling (sampel bertujuan), yaitu cara pengambilan sampel dengan cara disengaja dengan tujuan sampel tersebut dapat mewakili setiap unsur yang ada dalam populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan yang berkunjung ke kawasan Pantai Paris. Penyebaran sampel dilakukan secara acak (Random Sampling). Pemilihan sampel harus representatif atau mewakili populasi dengan kriteria cukup dewasa (umur 17 tahun ke atas), sehat jasmani dan mampu berkomunikasi dengan baik. Menurut Arikunto (2002) jika subjek penelitian atau wisatawan kurang dari 100 maka lebih baik diambil semuanya sebagai sampel dan jika jumlah sampel lebih dari 100 maka sampel dapat diambil antara 10% - 15% sebagai ukuran sampel dengan rumus Slovin dalam Nugraha (2007).
62 20 Keterangan : nn = N 1 + NN (ee) n = Ukuran sampel yang dibutuhkan N = Ukuran populasi e = Margin error yang diperkenankan (10%-15%) 2 Analisis Data Indeks Kesesuaian Wisata Analisis kesesuaian wisata dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian lahan wisata secara spasial dengan menggunakan konsep evaluasi lahan. Beberapa parameter fisika dan kimia dijadikan parameter acuan untuk lahan wisata. Analisis kesesuaian wisata menggunakan matriks kesesuaian yang disusun berdasarkan kepentingan setiap parameter untuk mendukung kegiatan pada daerah tersebut. Parameter yang diamati untuk kesesuaian wisata kategori rekreasi pantai dapat dilihat pada tabel 2-4. Tabel 2. Parameter Kesesuaian Wisata untuk Berenang No. Parameter Bobot Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor S1 S2 S3 1. Kedalaman > > Perairan (m) 2. Material Dasar 5 Pasir 3 Pasir 2 Pasir 1 Perairan Berbatu Berlumpur 3. Kecepatan 5 0-0,17 3 0,17-0,34 2 0,34 0,51 1 arus (m/s) 4. Lebar Danau 3 > >10 1 (m) 5. Kecerahan 3 > > Periran 6. Biota 3 Tidak ada 3 1 jenis Berbahaya jenis Sumber : Modifikasi Yulianda (2007).
63 21 Tabel 3. Parameter Kesesuaian untuk Duduk Santai No. Parameter Bobot Kategori Skor 1. Lebar tepi danau 1 x > > x < > x < 4 1 < Pemandangan 5 Danau, hutan, pegunungan, sungai dari 4 Pemandangan 2 1 dari 4 pemandangan 1 Tidak ada pemandangan 0 3. Vegetasi yang hidup 5 Jumlah jenis pohon < 4 3 di tepi danau Jumlah jenis pohon Jumlah jenis pohon 1 1 Semak belukar 0 4. Hamparan daratan 3 Rumput / pasir 3 Berbatu 2 Tanah liat 1 Lumpur 0 5. Biota Berbahaya 3 Tidak ada 3 1 jenis jenis 1 Lebih dari 3 jenis 0 Sumber : Modifikasi Yulianda (2007). Tabel 4. Parameter kesesuaian Sumberdaya untuk sepeda air No. Parameter Bobot Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor Baik Cukup Buruk Baik 1. Warna 5 Hijau jernih 3 Hijau 2 Cokelat 1 perairan kecoklatan kehitaman 2. Bau 5 Tidak 3 Sedikit 2 Berbau 1 berbau berbau 3. Kedalaman 4 1 < x < < x < 5 2 x < 1; x > 5 1 Perairan (m) 4. Kecepatan 3 0 < x < 0,15 3 0,15 < x 2 0, 30 < x 1 Arus (m/s) < 0, 30 < 0, 50 Sumber : Modifikasi Yulianda (2007). Rumus yang digunakan untuk kesesuaian wisata rekreasi pantai adalah modifikasi dari Yulianda, 2007: IKW = Σ[ Ni ] x 100% N max Keterangan: IKW : Indeks Kesesuaian Wisata
64 22 Ni Nmaks : Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor) : Nilai maksimum dari kategori wisata Penilai kategori keseuaian wisata, nilai yang diperoleh akan dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu sangat sesuai, sesuai, sesuai bersyarat dan tidak sesuai. dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Kategori Kesesuaian Wisata No Kategori Nilai Interval Kesesuaian 1. S1 (Sangat Sesuai) % 2. S2 (Sesuai) 50 - < 83% 3. S3 (Sesuai Bersyarat ) 17 - <50% 4. S4 (Tidak Sesuai) <17% Penilaian Kesesuaian Wisata kategori Banana Boat Penilaian kesesuaian sumberdaya untuk kegiatan banana boat berdasarkan parameter kedalaman dan kecepatan arus. Matriks kesesuaian sumberdaya untuk banana boat dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Matriks kesesuaian sumberdaya untuk banana boat No Parameter Kateegori Penilaian Bobot Nilai (Skor) 1. Kedalaman S1: > S2: > S3: < Kecepatan Arus S1: 0 0, S2: > ,40 2 S3: > 0,40 1 Sumber: Modifikasi Yulianda (2007). Penentuan indeks kawasan wisata berdasarkan perhitungan total nilai maksimum dan minimum serta interval skor. Indeks kesesuaian wisata terbagi menjadi tiga kategori yaitu: S1 (sangat sesuai) : 18,7-24 S2 (sesuai) : 13,3 18,6
65 23 S3 (tidak sesuai) : < 13, 3 Daya Dukung Kawasan Metode yang diperkenalkan untuk menghitung daya dukung pengembangan ekowisata alam adalah dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan (DDK). DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Perhitungan DDK dalam bentuk rumus adalah sebagai berikut (Yulianda, 2007) : DDK = K x ( Lp / Lt ) x ( Wt / Wp ) Keterangan : DDK : Daya Dukung Kawasan K Lp Lt Wt : Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area : Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan : Unit area untuk kategori tertentu : Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari Wp : Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu Potensi ekologis pengunjung ditentukan oleh kondisi sumberdaya dan jenis kegiatan yang akan dikembangkan. Luas suatu area yang dapat digunakan oleh pengunjung mempertimbangkan kemampuan alam mentolerir pengunjung sehingga kelestarian alam dan keselamatan pengunjung tetap terjaga seperti pada Tabel 7.
66 24 Tabel 7. Potensi Ekologis Pengunjung (K) dan Luas Area Kegiatan (Lt) No. Jenis Kegiatan K Unit Area Keterangan ( Pengunjung) (Lt) 1. Berperahu m 2 1 orang setiap 100m x 5m panjang danau 2. Sepeda air m 2 2 orang (1 sepeda air) untuk mengelilingi danau sebesar 100m x 5m 3. Duduk santai 1 5 m 1 orang membutuhkan ruang sepanjang 5 m. 4. Berenang 1 50 m 1 orang setiap 10m x 5 m panjang danau 5. Banana boat m 2 1 orang setiap 62,5 m x 10 m panjang danau Sumber: Modifikasi Yulianda (2007). Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari (Wt) merupakan lamanya waktu Pantai Paris dibuka dalam satu hari. Waktu yang dihabiskan oleh wisatawan untuk melakukan satu jenis kegiatan (Wp) berbeda beda tergantung kepada jenis kegiatan wisata. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan setiap kegiatan wisata terdapat pada Tabel 8. Tabel 8. Prediksi Waktu yang Dibutuhkan untuk Setiap Kegiatan Wisata No Jenis Kegiatan Waktu yang Total Waktu 1 hari dibutuhkan Wp (jam) Wt (jam) 1. Berperahu 0, Sepeda air 0, Duduk santai Berenang Banana boat 1 8 Sumber: Modifikasi Yulianda (2007). Persepsi Wisatawan terhadap Keindahan dan Kenyamanan Kawasan
67 25 Kenyamanan kawasan merupakan nilai yang diberikan oleh wisatawan terhadap kenyamanan, ketentraman, dan keamanan. Nilai kenyamanan dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan yang ditujukan kepada wisatawan. Kriteria nilai kenyamanan obyek wisata menurut kriteria yang ditetapkan oleh Ditjen PHPA (1993) dalam Sudewi (2000) adalah sebagai berikut: Ka = (ERs / ERo) x 100% Keterangan : Ka : Nilai keindahan (%) ERs : Jumlah responden yang mengatakan indah ERo : Jumlah seluruh responden Kriteria nilai keindahan alam: Ka > 75% : Indah (3) 40 < Ka < 75% : Cukup indah (2) Ka < 40% : Tidak indah (1) Kenyamanan kawasan merupakan nilai yang diberikan oleh wisatawan terhadap kelapangan, ketentraman dan keamanan. Pengukuran nilai kenyamanan dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan yang ditujukan kepada wisatawaan. perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus (Yulianda, 2007): Na = (ERs / ERo) x 100% Na : Nilai kenyamanan (%) ERs : Jumlah responden yang mengatakan nyaman ERo : Jumlah seluruh responden Kriteria nilai keindahan alam: Na > 75% : Nyaman (3) 40 < Ka < 75% : Cukup nyaman (2) Ka < 40% : Tidak nyaman (1) Analisis Matriks IFE dan EFE
68 26 Analisis dilakukan dengan menggunakan Internal Factor Evaluation (Analisis Faktor Internal) dan External Factor Evaluation (Analisis Faktor Eksternal) dengan tahapan sebagai berikut ini: 1. Identifikasi faktor internal dengan cara penelusuran literatur, wawancara dan observasi. Hasil identifikasi faktor-faktor selanjutnya diberi bobot dan peringkat. 2. Penentuan bobot setiap faktor dalam kuesioner dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor-faktor strategi eksternal dan internal tersebut kepada manajemen dan pakar dengan menggunakan metode Paired Comparison. Masing masing faktor diberi bobot yang menggambarkan tingkat kepentingannya. Penentuan bobot dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada responden untuk melihat derajat pentingnya masing-masing faktor jika dibandingkan dengan faktor-faktor yang lainnya. Metode ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal. Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2, dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah: 1 = Jika indikator horizontal kurang penting dari pada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting dibandingkan indicator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting dibanding Indikator vertical Untuk lebih jelasnya rancangan bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Penilaian bobot faktor internal dan eksternal
69 6 TINJAUAN PUSTAKA Danau Danau adalah badan air pedalaman yang tidak memiliki pertukaran langsung dengan laut. Ekosistem danau terdiri dari fisik, kimia dan biologi yang ada di badan air tersebut. Danau terdiri dari air tawar dan air garam (di daerah kering). Danau bersifat dalam maupun dangkal, permanen atau sementara. Pada semua jenis danau mengalami proses ekolodi dan biogeokimia dan danau dikaji dalam ilmu limnologi Danau merupakan habiat yang bagus untuk penelitian dinamika ekosistem: interaksi antara proses biologi, kimia dan proses fisik baik secara kuantitatif maupun kualitatif, perbedaan antar di udara dan di darat. Karena baatas air dan tanah, air dan udara berbeda, ada pengelompokan pada beberapa komponen ekosistem (Hairston dan Fussman, 2002). Danau dicirikan dengan arus yang sangat lambat (0, m/detik) atau tidak ada arus sama sekali. Oleh karena itu, waktu tinggal (residence time)air dapat berlangsung lama. Arus air di danau dapat bergerak ke berbagai arah. Perairan danau biasanya memiliki stratifikasi kualitas air secara vertical. Stratifikasi ini tergantung pada kedalaman dan musim (Effendi, 2003). Danau merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan berfungsi sebagai penampung dan menyimpan air yang berasal dari air sungai, mata air maupun air hujan. Sebagai salah satu bentuk ekosistem air tawar, danau memegang peranan sangat penting dan potensial untuk dikembangkan dan didayagunakan untuk berbagai kepentingan, seperti kepentingan ekonomi, perikanan, irigasi, sumber air bersih dan pariwisata. Dari sisi ekologi, danau
70 7 juga berperan sebagai penyangga bagi kehidupan sekitarnya, dan memilii kekayaan keanekaragaman hayati yang potensial bagi kesejahteraan masyarakat (Ginting, 2009). Ekowisata Ekowisata merupakan bentuk wisata bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan dan memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya masyarakat setempat yang telah menyebar ke seluruh dunia sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan. Kegiatan ekowisata di Indonesia belum begitu berkembang, tetapi mengingat potensi yang besar dan kemampuan pemerintah yang terbatas, maka pengembangan ekowisata di Indonesia perlu dilakukan hati-hati agar tidak menimbulkan dampak yang tidak diinginkan (Purwanti, 2010). Menurut PERMEN DAGRI no 33 tahun 2009, Ekowisata adalah kegiatan wisata alam di daerah yang bertanggungjawab dengan memperhatikan unsur pendidikan, pemahaman, dan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi sumberdaya alam, serta peningkatan pendapatan masyarakat lokal. Wisata dibidang perairan dapat dibedakan menjadi dua yaitu Wisata Tirta (tawar) dan Wisata Bahari (laut). Wisata tirta adalah wisata yang dilakukan di perairan tawar dengan aktivitas yang dilakukan seperti olahraga, sight seeing, memancing dan lain-lain yang dilakukan disungai, danau, waduk dan kawasan rawa-rawa serta muara (Syahrul, 2006)
71 8 Pembangunan Wisata Berkelanjutan Ide dasar pembangunan berkelanjutan adalah kelestarian sumberdaya alam dan budaya. Ide-ide tersebut selanjutanya diturunkan ke dalam konsep pariwisata berkelanjutan. Artinya adalah pembangunan sumberdaya (atraksi, aksesibilitas, dan amenitas) pariwisata yang bertujuan untuk memberi keuntungan optimal bagi pemangku kepentingan dan nilai kepuasan optimal bagi wisatawan dalam jangka panjang, oleh sebab itu, pengembangan infrastruktur pariwisata harus memberikan keuntungan jangka panjang bagi pelaku wisata. Ide pembangunan yang berkelanjutan tersebut sejalanan dengan konsep pengelolaan ekowisata yang tidak hanya berorientasi pada keberlanjutan tetapi juga mempertahankan nilai sumberdaya alam dan manusia (Damanik dan Weber 2006). Menurut Ridwan (2012) diacu Aria (2014), Pengembangan pariwisata dapat menimbulkan kerusakan besar pada ekosistem. Kerusakan dan masalah ekosistem yang ditimbulkan dapat berupa sedimentasi. Bangunan yang dibuat kadang-kadang menghalangi arus sungai dan drainase serta pencemaran langsung yang disebabkan oleh limbah hotel dan restoran. Masalah lingkungan terbesar bagi bangunan dan fasilitas pariwisata adalah penggunaan energi dan pembuangan limbah. Sampah padat yang dihasilkan dari pembangunan dan konstruksi sarana akomodasi menjadi limbah beracun yang mencemari air, udara dan tanah. Kegiatan di daerah pariwisata dan rekreasi dapat menimbulkan masalah ekologis yang khusus dibandingkan dengan kegiatan ekonomi lain mengingat bahwa keindahan dan keaslian alam merupakan modal utama. Oleh karena itu, perencanaan pengembangan pariwisata di wilayah danau hendaknya dilakukan secara menyeluruh termasuk inventarisasi dan penilaian sumberdaya yang cocok
72 9 untuk pariwisata, perkiraan tentang berbagai dampak terhadap lingkungan, hubungan sebab akibat dari berbagai macam tata guna lahan disertai dengan perincian kegiatan untuk masing-masing tata guna, serta pilihan pemanfaatannya (Dahuri dkk., 1996). Parameter Fisik dan Kimia Perairan a. Kecepatan Arus Arus air adalah faktor yang mempunyai peranan sangat penting baik pada perairan lotik maupun perairan lentik. Hal ini berhubungan dengan penyebaran organisme, gas-gas terlarut dan mineral yang terdapat di dalam air. Kecepatan aliran air akan bervariasi secara vertikal. Arus air yang pada perairan lotik umumnya bersifat turbulen, yaitu arus air yang bergerak ke segala arah sehigga air akan terdistribusi ke seluruh bagian dari perairan tersebut. Selain itu dikenal arur laminar, yaitu arus air yang bergerak ke satu arah tertentu saja (Barus,2004). b. Kecerahan Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan, yang ditenttukan secara visual dengan menggunakan secchi disk nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter. nilai ini sangat dipengarui oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran kekeruhan dan padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran.pengukuran kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerh (Effendi, 2003).
73 10 Penentuan kecerahan air dengan keping Secchi adalah berdasarkan batas pandangan ke dalam air untuk melihat warna putih yang berada dalam air. Semakin keruh suatu badan air akan semakin dekat batas pandangan, sebaliknya kalau air jernih akan jauh batas pandangan tersebut. Keping Secchi berupa suatu kepingan yang berwarna hitam-putih, yang dibenamkan ke dalam air. Keping itu berupa suatu piringan yang diameternya sekitar 25 cm. piringan ini dapat dibuat dari plat logam yang tebalnya sekitar 3 mm pada tengah piringan dibuat satu lubang untuk tempat meletakkan tali dan logam pemberatnya. Tali inilah yang berfungsi sebagai penentu kedalaman (Suin, 2002). c. Warna dan Bau Air yang normal tampak jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. air yang tidak jernih seringkali merupakan petunjuk awal terjadinya polusi di suatu perairan. rasa air seringkali dihubungkan dengan bau air. bau air dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia terlarut, ganggang, plankton, tumbuhan air, baik yang masih hidup maupun yang mati (Nugroho, 2006). d. Kedalaman Perairan Kedalaman perairan berhubungan dengan intensitas cahaya yang masuk kedalam kolom perairan. Intensitas cahaya yang masuk ke dalam kolom air semakin berkurang dengan bertambahnya kedalaman perairan (Effendi, 2003). e. ph Nilai ph menyatakan nilai konsentrasi ion hidrogen dalam suatu larutan, didefenisikan sebagai logaritma dari resiplokal aktivitas ion hidrogen dan secara matematis dnyatakan sebagai ph = log 1/H + adalah banyaknya ion
74 11 hydrogen dalam mol perliter larutan. Kemampuan air untuk mengikat atau melepaskan sejumlah ion hydrogen akn menunjukkan apakah larutan tersebut bersifat asam atau basa (Barus, 2004). f. DO Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme ataupertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan.disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin, 2005). g. BOD Kebutuhan oksigen biologi suatu badan air adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh organisme yang terdapat di dalamnya untuk bernafas selama lima hari. untuk itu maka perlu diukur kadar oksigen terlarut pada saat pengambilan contoh air. selama dalam penyimpanan itu harus tidak ada penambahan oksigen melalui proses fotosintesis, dan selama lima hari itu semua organisme yang berada dalam contoh air itu bernafas menggunakan oksigen yang ada dalam contoh air tersebut (Suin, 2002). h. Substrat Substrat dasar perairan merupakan salah satupotensi abiotik yang luar biasa. Substrat berguna sebagai habitat, tempat mencari makan, dan memijah bagi sebagian besar organisme akuatik. Selain itu dasar perairan memiliki komposisi yang sangat kompleks mulai dari substrat berukuran kecil sampai batu-batuan.
75 12 Berdasarkan ukuran partikelnya, substrat dibedakan atas kerikil/batu (> 2,00 mm), pasir (0,05-2,00 mm), geluh (silt) (0,002-0,05 mm) dan lempung (clay) (< 0,002 mm) (Ningsih, dkk., 2013). Indeks Kesesuaian Wisata Menurut Yulianda (2007) menyatakan bahwa setiap kegiatan wisata memiliki persyaratan-persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan kawasan obyek wisata yang akan dikembangkan. Masing-masing jenis kegiatan wisata memiliki parameter kesesuaian yang berbeda-beda antara kegiatan wisata yang satu dengan jenis kegiatan wisata yang lainnya. Parameter kegiatan tersebut disusun dalam kelas kesesuaian untuk masing-masing jenis kegiatan wisata. Penentuan daerah wisata pada setiap kawasan mempunyai persyaratan sumberdaya dabn lingkungan yang sesuai dengan obyek wisata yang akan dikembangkan. Setiap jenis kegiatan wisata memiliki parameter kesesuaian yang berbeda. Parameter kesesuaian tersebut disusun kedalam sebuah kelas keseuaian untuk setiap jenis kegiatan wisata. Kelas kesesuaian diperoleh dari perkalian antara bobot dan skor masng-masing parameter. Pemberian bobot berdasarkan tingkat kepentingan suatu parameter,sedangkan pemberian skor berdasarkan kualitas setiap parameter (Irawan, dkk., 2014). Menurut Azis dkk (2012) menyatakan bahwa setiap parameter memiliki bobot dan skor, dimana pemberian bobot berdasarkan tingkat kepentingan suatu parameter terhadap perencanaan kawasan wisata. bobot yang diberikan adalah 5 (lima), 3 (tiga), dan 1 (satu). Kriteria untuk masing-masing pembobotan adalah sebagai berikut :
76 13 1. Pemberian bobot 5: hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa unsur parameter sangat diperlukan atau parameter kunci. 2. Pemberian bobot 3: hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa unsur parameter sedikit diperlukan atau parameter yang cukup penting. 3. Pemberian bobot 1: hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa unsur parameter dalam unsur penilaian tidak begitu diperlukan tetapi harus selalu ada atau parameter ini tidak penting. Daya Dukung Kawasan Daya dukung lingkungan itu merupakan nilai kualitas lingkungan yang ditimbulkan oleh interaksi dari semua unsur atau komponen fisika, kimia, dan biologi dalam suatu kesatuan ekosistem. Sebagai dasar penentuan daya dukung lingkungan ini adalah keterkaitannya dengan kelas kesesuaian lahan. Kesesuaian lahan bersifatkualitatif yang dinyatakan dengan sangat sesuai, sesuai, sesuai marjinal dan tidak sesuai sedangkan daya dukung bersifat kuatitatif yang menyatakan ukuran kemampuan lingkungan dalam mendukung kegiatan pemanfaatan di suatu daerah. Oleh karena itu, nilai daya dukung lingkungan merupakan kuantifikasi dari kelas kesesuaian lahan (Prasita, dkk., 2007). Daya dukung wilayah (carring capacity) adalah daya tamping maksimum lingkungan untuk diberdayakan oleh manusia. Dengan kata lain populasi yang dapat didukung dengan tak terbatas oleh suatu ekosistem tanpa merusak ekosistem itu. Daya dukung juga dapat didefinisikan sebagai tingkat maksimal hasil sumber daya terhadap beban maksimum yang dapat didukung dengan takterbatas tanpa semakin merusak produktivitas wilayah tersebut sebagai bagian integritas
77 14 fungsional ekosistem yang relevan. Analisis daya dukung lingkungan merupakan suatu alat perencanaan pembangunan yang memberikan gambaran hubungan antara penduduk, penggunaan lahan dan lingkungan. dari semua hal tersebut, analisis daya dukung dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam menilai tingkat kemampuan lahan dalam mendukung segala aktifitas manusia yang ada di wilayah yang bersangkutan (Afni, 2016). Daya dukung wisata juga mencerminkan tingkat atau jumlah maksimum pengunjung yang dapat ditampung oleh sarana prasarana objek wisata alam. Jika daya tampung sarana dan prasarana tersebut dilampaui, akan muncul sejumlah dampak negatif berupa kemerosotan sumber daya, tidak terpenuhinya kepuasan pengunjung, merugikan masyarakat secara ekonomi dan budaya. apabila populasi manusia telah melebihi daya dukung suatu habitat, maka sumber daya yang dibutuhkan untuk dapat bertahan hidup akan habis, limbah terakumulasi, dan meracuni spesies lain, kemudian populasi akan mengalami kepunahan. Kondisi t ersebut akan memberikan dampak negative baik langsung maupun tidak langsung (Muflih, dkk., 2015).
78 15 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2017 di Pantai Paris, Desa Tigaras, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis pantai paris membentang antara , ,8 LU dan , ,64 BT (Gambar 2). Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Positioning System (GPS), kamera, alat tulis, bola duga, stop watch, sechi disk, kalkulator, tali/benang, meteran, coolbox, ph meter dan botol sampel
79 16 Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan mangan sulfat (MnSO 4 ), asam sulfat (H 2 SO 4 ), kalium iodida (KI), natrium thiosulfat (Na 2 S 2 O 3 ) dan kuisioner yang dibagikan kepada pengunjung dan masyarakat sekitar, serta data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah yang terkait. Prosedur Penelitian Penentuan Stasiun Metode yang digunakan dalam menentukan lokasi pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Pertimbangan menggunakan metode ini karena purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel atau sumber data dengan pertimbangan tertentu berdasarkan jumlah pengunjung atau wisatawan yang menempati suatu tempat untuk melakukan kegiatan wisata. a. Stasiun 1 Stasiun 1 terletak di sebelah barat Pantai Paris. Secara geografis terletak pada koordinat ,92 LU dan BT. Daerah ini merupakan daerah yang jarang dijumpai aktivitas wisata. Pada daerah ini wisatawan dapat melakukan aktivitas memancing dan menikmati pemandangan alam. Kondisi stasiun 1 dapat dilihat pada Gambar 3.
80 17 b. Stasiun 2 Gambar 3. Stasiun 1 Stasiun 2 terletak di bagian tengah Pantai Paris. Secara geografis terletak ,8 LU dan BT. Pada daerah ini terdapat kegiatan wisata seperti berenang, sepeda air, berperahu, banana boat dan menikmati pemandangan alam. Kondisi stasiun 2 dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Stasiun 2 c. Stasiun 3 Stasiun 3 terletak di bagian Timur Pantai Paris. Secara geografis terletak pada ,6 LU dan BT. Pada daerah ini pengunjung dapat melakukan kegiatan berenang, dan banana boat. Pada daerah ini terdapat saluran
81 18 pembuangan air yang berasal dari perumahan warga di sekitar Pantai Paris. Kondisi stasiun 3 dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Stasiun 3. Pengukuran Faktor Fisika dan Kimia Perairan Pengukuran parameter fisika dan kimia dilakukan dengan dua cara, yakni secara langsung (insitu) dan secara tidak langsung (exsitu). Pengukuran langsung dilapangan (insitu) dilakukan terhadap parameter suhu, ph dan DO. Parameter kualitas air dan metode analisis pengukuran dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Parameter Kualitas Air dan Metode Analisis Parameter Satuan Metode Analisi/Alat Lokasi Fisika Suhu 0 C Thermometer In situ Kecepatan m/det Bola Duga In situ Arus Kedalaman m Tali dan Meteran In situ Kimia ph - ph meter In situ DO mg/l - In situ BOD5 mg/l - Ex situ Biologi Total coliform MPN/100 ml JPT Ex situ
82 19 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan adalah data yang diperoleh di lapangan seperti serta kuisioner terhadap pengelola dan pengunjung sekitar maupun hasil analisis dari laboratorium untuk data analisis air. Kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 1. Data yang nilainya langsung didapat dari lapangan meliputi nilai temperatur, ph, kecerahan, material dasar perairan, oksigen terlarut. Data sekunder didapat melalui studi pustaka berupa buku-buku penunjang, artikel jurnal dan penelitian-penelitian sebelumnya maupun dari lembaga terkait lainnya untuk mengetahui kondisi lokasi penelitian dan memperoleh informasi data yang diperlukan dalam penelitian. Penentuan Responden Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode purposive sampling (sampel bertujuan), yaitu cara pengambilan sampel dengan cara disengaja dengan tujuan sampel tersebut dapat mewakili setiap unsur yang ada dalam populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan yang berkunjung ke kawasan Pantai Paris. Penyebaran sampel dilakukan secara acak (Random Sampling). Pemilihan sampel harus representatif atau mewakili populasi dengan kriteria cukup dewasa (umur 17 tahun ke atas), sehat jasmani dan mampu berkomunikasi dengan baik. Menurut Arikunto (2002) jika subjek penelitian atau wisatawan kurang dari 100 maka lebih baik diambil semuanya sebagai sampel dan jika jumlah sampel lebih dari 100 maka sampel dapat diambil antara 10% - 15% sebagai ukuran sampel dengan rumus Slovin dalam Nugraha (2007).
83 20 Keterangan : nn = N 1 + NN (ee) n = Ukuran sampel yang dibutuhkan N = Ukuran populasi e = Margin error yang diperkenankan (10%-15%) 2 Analisis Data Indeks Kesesuaian Wisata Analisis kesesuaian wisata dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian lahan wisata secara spasial dengan menggunakan konsep evaluasi lahan. Beberapa parameter fisika dan kimia dijadikan parameter acuan untuk lahan wisata. Analisis kesesuaian wisata menggunakan matriks kesesuaian yang disusun berdasarkan kepentingan setiap parameter untuk mendukung kegiatan pada daerah tersebut. Parameter yang diamati untuk kesesuaian wisata kategori rekreasi pantai dapat dilihat pada tabel 2-4. Tabel 2. Parameter Kesesuaian Wisata untuk Berenang No. Parameter Bobot Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor S1 S2 S3 1. Kedalaman > > Perairan (m) 2. Material Dasar 5 Pasir 3 Pasir 2 Pasir 1 Perairan Berbatu Berlumpur 3. Kecepatan 5 0-0,17 3 0,17-0,34 2 0,34 0,51 1 arus (m/s) 4. Lebar Danau 3 > >10 1 (m) 5. Kecerahan 3 > > Periran 6. Biota 3 Tidak ada 3 1 jenis Berbahaya jenis Sumber : Modifikasi Yulianda (2007).
84 21 Tabel 3. Parameter Kesesuaian untuk Duduk Santai No. Parameter Bobot Kategori Skor 1. Lebar tepi danau 1 x > > x < > x < 4 1 < Pemandangan 5 Danau, hutan, pegunungan, sungai dari 4 Pemandangan 2 1 dari 4 pemandangan 1 Tidak ada pemandangan 0 3. Vegetasi yang hidup 5 Jumlah jenis pohon < 4 3 di tepi danau Jumlah jenis pohon Jumlah jenis pohon 1 1 Semak belukar 0 4. Hamparan daratan 3 Rumput / pasir 3 Berbatu 2 Tanah liat 1 Lumpur 0 5. Biota Berbahaya 3 Tidak ada 3 1 jenis jenis 1 Lebih dari 3 jenis 0 Sumber : Modifikasi Yulianda (2007). Tabel 4. Parameter kesesuaian Sumberdaya untuk sepeda air No. Parameter Bobot Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor Baik Cukup Buruk Baik 1. Warna 5 Hijau jernih 3 Hijau 2 Cokelat 1 perairan kecoklatan kehitaman 2. Bau 5 Tidak 3 Sedikit 2 Berbau 1 berbau berbau 3. Kedalaman 4 1 < x < < x < 5 2 x < 1; x > 5 1 Perairan (m) 4. Kecepatan 3 0 < x < 0,15 3 0,15 < x 2 0, 30 < x 1 Arus (m/s) < 0, 30 < 0, 50 Sumber : Modifikasi Yulianda (2007). Rumus yang digunakan untuk kesesuaian wisata rekreasi pantai adalah modifikasi dari Yulianda, 2007: IKW = Σ[ Ni ] x 100% N max Keterangan: IKW : Indeks Kesesuaian Wisata
85 22 Ni Nmaks : Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor) : Nilai maksimum dari kategori wisata Penilai kategori keseuaian wisata, nilai yang diperoleh akan dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu sangat sesuai, sesuai, sesuai bersyarat dan tidak sesuai. dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Kategori Kesesuaian Wisata No Kategori Nilai Interval Kesesuaian 1. S1 (Sangat Sesuai) % 2. S2 (Sesuai) 50 - < 83% 3. S3 (Sesuai Bersyarat ) 17 - <50% 4. S4 (Tidak Sesuai) <17% Penilaian Kesesuaian Wisata kategori Banana Boat Penilaian kesesuaian sumberdaya untuk kegiatan banana boat berdasarkan parameter kedalaman dan kecepatan arus. Matriks kesesuaian sumberdaya untuk banana boat dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Matriks kesesuaian sumberdaya untuk banana boat No Parameter Kateegori Penilaian Bobot Nilai (Skor) 1. Kedalaman S1: > S2: > S3: < Kecepatan Arus S1: 0 0, S2: > ,40 2 S3: > 0,40 1 Sumber: Modifikasi Yulianda (2007). Penentuan indeks kawasan wisata berdasarkan perhitungan total nilai maksimum dan minimum serta interval skor. Indeks kesesuaian wisata terbagi menjadi tiga kategori yaitu: S1 (sangat sesuai) : 18,7-24 S2 (sesuai) : 13,3 18,6
86 23 S3 (tidak sesuai) : < 13, 3 Daya Dukung Kawasan Metode yang diperkenalkan untuk menghitung daya dukung pengembangan ekowisata alam adalah dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan (DDK). DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Perhitungan DDK dalam bentuk rumus adalah sebagai berikut (Yulianda, 2007) : DDK = K x ( Lp / Lt ) x ( Wt / Wp ) Keterangan : DDK : Daya Dukung Kawasan K Lp Lt Wt : Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area : Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan : Unit area untuk kategori tertentu : Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari Wp : Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu Potensi ekologis pengunjung ditentukan oleh kondisi sumberdaya dan jenis kegiatan yang akan dikembangkan. Luas suatu area yang dapat digunakan oleh pengunjung mempertimbangkan kemampuan alam mentolerir pengunjung sehingga kelestarian alam dan keselamatan pengunjung tetap terjaga seperti pada Tabel 7.
87 24 Tabel 7. Potensi Ekologis Pengunjung (K) dan Luas Area Kegiatan (Lt) No. Jenis Kegiatan K Unit Area Keterangan ( Pengunjung) (Lt) 1. Berperahu m 2 1 orang setiap 100m x 5m panjang danau 2. Sepeda air m 2 2 orang (1 sepeda air) untuk mengelilingi danau sebesar 100m x 5m 3. Duduk santai 1 5 m 1 orang membutuhkan ruang sepanjang 5 m. 4. Berenang 1 50 m 1 orang setiap 10m x 5 m panjang danau 5. Banana boat m 2 1 orang setiap 62,5 m x 10 m panjang danau Sumber: Modifikasi Yulianda (2007). Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari (Wt) merupakan lamanya waktu Pantai Paris dibuka dalam satu hari. Waktu yang dihabiskan oleh wisatawan untuk melakukan satu jenis kegiatan (Wp) berbeda beda tergantung kepada jenis kegiatan wisata. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan setiap kegiatan wisata terdapat pada Tabel 8. Tabel 8. Prediksi Waktu yang Dibutuhkan untuk Setiap Kegiatan Wisata No Jenis Kegiatan Waktu yang Total Waktu 1 hari dibutuhkan Wp (jam) Wt (jam) 1. Berperahu 0, Sepeda air 0, Duduk santai Berenang Banana boat 1 8 Sumber: Modifikasi Yulianda (2007). Persepsi Wisatawan terhadap Keindahan dan Kenyamanan Kawasan
88 25 Kenyamanan kawasan merupakan nilai yang diberikan oleh wisatawan terhadap kenyamanan, ketentraman, dan keamanan. Nilai kenyamanan dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan yang ditujukan kepada wisatawan. Kriteria nilai kenyamanan obyek wisata menurut kriteria yang ditetapkan oleh Ditjen PHPA (1993) dalam Sudewi (2000) adalah sebagai berikut: Ka = (ERs / ERo) x 100% Keterangan : Ka : Nilai keindahan (%) ERs : Jumlah responden yang mengatakan indah ERo : Jumlah seluruh responden Kriteria nilai keindahan alam: Ka > 75% : Indah (3) 40 < Ka < 75% : Cukup indah (2) Ka < 40% : Tidak indah (1) Kenyamanan kawasan merupakan nilai yang diberikan oleh wisatawan terhadap kelapangan, ketentraman dan keamanan. Pengukuran nilai kenyamanan dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan yang ditujukan kepada wisatawaan. perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus (Yulianda, 2007): Na = (ERs / ERo) x 100% Na : Nilai kenyamanan (%) ERs : Jumlah responden yang mengatakan nyaman ERo : Jumlah seluruh responden Kriteria nilai keindahan alam: Na > 75% : Nyaman (3) 40 < Ka < 75% : Cukup nyaman (2) Ka < 40% : Tidak nyaman (1) Analisis Matriks IFE dan EFE
89 27 Faktor Penentu A B C D. Total Bobot A X1 A1 B X2 A2 C X3 A3 D X4 A4 Total Xn 1,00 Pemberian bobot dalam kuisioner ditentukan berdasarkan kondisi dan tingkat kepentingan masing masing factor. Bobot setiap factor diperoleh dengan menentukan proprsi nilai setiap factor terhadap jumlah nilai keseluruhan. Rumus yang dipakai adalah: Keterangan: A i = X i n X i i=1 A i X i i n : bobot variabel ke-i : nilai variabel ke-i : 1,2,3,.,n : jumlah variabel Cara menentukan IFE : 1. Menentukan faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan dari kegiatan pengelolaan. 2. Memberi bobot masing-masing faktor tersebut sesuai dengan tingkat kepentingannya. Jumlah bobot harus sebesar. 3. Menghitung rating untk masing masing faktor berdasarkan pengaaruh respon faktor-faktor tersebut terhadap pengelolaan ekosistem danau toba (Nilai: 4 = sangat penting, 3 = penting, 2 = cukup penting, 1 kurang penting.
90 27 Faktor Penentu A B C D. Total Bobot A X1 A1 B X2 A2 C X3 A3 D X4 A4 Total Xn 1,00 Pemberian bobot dalam kuisioner ditentukan berdasarkan kondisi dan tingkat kepentingan masing masing factor. Bobot setiap factor diperoleh dengan menentukan proprsi nilai setiap factor terhadap jumlah nilai keseluruhan. Rumus yang dipakai adalah: Keterangan: A i = X i n X i i=1 A i X i i n : bobot variabel ke-i : nilai variabel ke-i : 1,2,3,.,n : jumlah variabel Cara menentukan IFE : 1. Menentukan faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan dari kegiatan pengelolaan. 2. Memberi bobot masing-masing faktor tersebut sesuai dengan tingkat kepentingannya. Jumlah bobot harus sebesar. 3. Menghitung rating untk masing masing faktor berdasarkan pengaaruh respon faktor-faktor tersebut terhadap pengelolaan ekosistem danau toba (Nilai: 4 = sangat penting, 3 = penting, 2 = cukup penting, 1 kurang penting.
91 28 4. mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperleh faktor pembobotan untuk masing-masing factor. Untuk lebih jelasnya matrik analisis IFE dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Matrik Analisis IFE Faktor Kunci Internal Bobot Rating Rata-rata Rating Kekuatan - - Kelemahan - - Total Cara menentukan EFE : 5. Menentukan faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan dari kegiatan pengelolaan. 6. Memberi bobot masing-masing faktor tersebut sesuai dengan tingkat kepentingannya. Jumlah bobot harus sebesar. 7. Menghitung rating untk masing masing faktor berdasarkan pengaaruh respon faktor-faktor tersebut terhadap pengelolaan ekosistem danau toba (Nilai: 4 = sangat penting, 3 = penting, 2 = cukup penting, 1 kurang penting. 8. mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperleh faktor pembobotan untuk masing-masing faktor. Untuk lebih jelasnya matrik analisis IFE dapat dilihat pada Tabel 11.
92 29 Tabel 11. Matrik Analisis EFE Faktor Kunci Internal Bobot Rating Rata-rata Rating Kekuatan - - Kelemahan - - Total Analisi SWOT Setelah matriks IFE Internal Factor Evaluation (Analisis Faktor Internal) dan EFE External Factor Evaluation (Analisis Faktor Eksternal) selesai, selanjutnya unsur-unsur tersebut dihubungkan dalam matrik untuk memperoleh beberapa alternatif strategi. Matriks ini memungkinkan empat kemungkinan strategi. Diagram matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Matriks SWOT IFE STREGTHS (S) WEAKNESSES (W) tentukan faktor tentukan faktor EFE kekuatan internal kekuatan eksternal OPPORTUNITIES (O) Strategi S-O Strategi W-O tentukan faktor peluang (Strategi menggunakan (Strategi meminimalkan eksteral kekuatan untuk kelemahan untuk memanfaatkan peluang) memanfaatkan peluang) TREATHS (T) tentukan faktor ancaman (Strategi menggunakan (Strategi meminimalkan eksteral kekuatan untuk kelemahan untuk mengatasi ancaman) menghindari ancaman) Pembuatan Tabel Ranking Alternatif Strategi Penentuan prioritas dari strategi yang dihasilkan dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Jumlah dari skor pembobotan
93 30 menentukan ranking prioritas strategi dalam pengelolaan ekosistem danau untuk pengembangan kawasan ekowisata. Jumlah skor diperoleh dari penjumlahan semua skor di setiap faktor-faktor strategis yang terkait. Ranking akan ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai yang terkecil dari semua strategi yang ada.
94 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kesesuaian Wisata Kesesuaian sumberdaya untuk wisata merupakan suatu kemampuan alam untuk menampung kegiatan wisata yang dilakukan secara ekologi. Kegiatan wisata yang sudah ada dan yang dikelola di wisata Pantai Paris Tigaras berupa sepeda air, berenang, duduk santai, dan banana boat. Hasil pengukuran untuk mendapatkan kategori kesesuaian pada daerah wisata Pantai Paris Tigaras berdasarkan matriks kesesuaian dapat dilihat pada Tabel Tabel 13. Kesesuaian Wisata Untuk Duduk Santai No. Parameter Bobot Hasil Skor Ni (Bobot x Skor) 1. Lebar tepi danau (m) Pemandangan 5 Danau, Pegunungan Vegetasi yang hidup di tepi danau Hamparan dataran 3 Berbatu Biota berbahaya 3 Tidak Ada 3 9 Total Skor Indeks Kesesuaian Wisata 80,55% Tingkat Kesesuaian Wisata S1 Pengukuran berdasarkan parameter yang mempengaruhi aktivitas wisata pada kegiatan duduk santai dinyatakan bahwa kegiatan duduk santai di wisata Pantai Paris Tigaras tergolong pada tingkat kesesuaian S1 (sangat sesuai). Hasil pengukuran berdasarkan parameter yang mempengaruhi kegiatan wisata sepeda air dapat dilihat pada Tabel 15.
95 32 Tabel 14. Kesesuaian Wisata Untuk Sepeda Air No. Parameter Bobot Hasil Skor Ni (Bobot x Skor) 1. Warna perairan 5 Hijau kecoklatan Bau 5 Sedikit berbau Kedalaman Perairan (m) 4 <1-> Kecepatan Arus (m/s) 3 0, Total Skor Indeks Kesesuaian Wisata 56,8% Tingkat Kesesuaian Wisata S2 Hasil pengukuran tingkat kesesuaian wisata untuk kegiatan sepeda air berdasarkan parameter dinyatakan bahwa kegiatan sepeda air di wisata Pantai Paris Tigaras termasuk pada tingkata kesesuaian S2 (sesuai). Hasil pengukuran berdasarkan parameter yang mempengaruhi kegiatan wisata berenang dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15.Kesesuaian Wisata Untuk Berenang No. Parameter Bobot Hasil Skor Ni (Bobot x Skor) 1. Kedalaman Perairan (m) Material dasar perairan 5 Pasir Berbatu Kecepatan arus 5 0, Lebar danau (m) 3 > Kecerahan Perairan (m) 3 0, Biota berbahaya 3 Tidak ada 3 9 Total Skor Indeks Kesesuaian Wisata 84,72% Tingkat Kesesuaian Wisata S1 Pengukuran tingkat kesesuaian wisata berdasarkan parameter untuk kegiatan wisata berenang dinyatakan bahwa kegiatan berenang di wisata Pantai Paris Tigaras tergolong pada tingkat kesesuaian S1 (sangat sesuai). Hasil pengukuran berdasarkan parameter yang mempengaruhi kegiatan wisata banana boat dapat dilihat pada Tabel 16. yang dinyatakan bahwa hasil pengukuran tingkat kesesuaian wisata untuk banana boat termasuk pada tingkat kesesuaian wisata S1 (sangat sesuai).
96 33 Tabel 16. Kesesuaian Wisata Untuk Banana boat No. Parameter Bobot Hasil Skor Ni (Bobot x Skor) 1. Kedalaman Perairan (m) 5 > Kecepatan arus 3 0, Total Skor Indeks Kesesuaian Wisata 24 Tingkat Kesesuaian Wisata S1 Daya Dukung Kawasan Daya dukung kawasan adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Luas wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata di Pantai Paris Tigaras dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Daya Dukung Kawasan Pada Wisata Pantai Paris Tigaras No. Jenis Kegiatan K Lt Wp-Jam Wt-Jam Lp DDK 1. Duduk Santai m Berenang m Sepeda Air m 0, Banana boat m Jumlah Luas daereh yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan duduk santai yaitu 324 m 2 dengan daya dukung 259 orang. Luas daerah yang dimanfaatkan untuk kegiatan berenang yaitu m 2 dengan daya dukung 129 orang. Luas daerah yang dimanfaatkan untuk kegiatan sepeda air yaitu dengan daya dukung 207 orang. Luas daerah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata banana boat yaitu dengan daya dukung 414 orang.
97 34 Persepsi Wisatawan Persepsi wisatawan terhadap keindahan di daerah wisata Pantai Paris Tigaras sangat baik. Berdasarkan hasil 42 responden yang telah dilakukan hanya 2% yang menyatakan tidak indah, sementara 62% menyatakan indah dan 36% menyatakan cukup indah. Gambar 6. Diagram Persepsi Wisatawan terhadap Keindahan Persepsi wisatawan untuk kenyamanan saat melakukan kegiatan di daerah wisata Pantai Paris Tigaras sebesar 38% menyatakan nyaman dan 57% menyatakan cukup nyaman sedangkan 5% menyatakan tidak nyaman melakukan kegiatan wisata di Pantai Paris Tigaras. Gambar 7. Diagram Persepsi Wisatawan terhadap Kenyamanan Bau perairan di daerah wisata tentu akan mengurangi daya tarik wisata. Bau perairan diperoleh dari hasil kuisioner yang diberikan kepada pengunjung
98 35 yang berwisata di Pantai Paris Tigaras, yaitu sebesar 41% wisatawan menyatakan bahwa perairan Pantai Paris Tigaras di daerah wisata sedikit berbau, 2% menyatakan berbau dan 57% menyatakan tidak berbau. Gambar 8. Diagram Persepsi Wisatawan terhadap Bau Perairan Persepsi wisatawan terhadap warna perairan pada daerah wisata Pantai Paris Tigaras sebesar 11,9% menyatakan perairan wisata Pantai Paris Tigaras berwarna cokelat. Warna perairan dinilai secara visual dengan indra penglihat oleh wisatawan. 45,23% menyatakan hijau dan 42,85% menyatakan hijau jernih. Warna perairan juga menentukan ketertarikan wisatawan terhadap suatu objek wisata air. Semakin jernih suatu perairan maka akan semakin tinggi daya tarik wisatawan untuk mengunjungi atau berkunjung ke suatu objek wisata air. Gambar 9. Diagram Persepsi Wisatawan terhadap Warna Perairan
99 36 Gambar 10. Tingkat Kepauasan Wisatawan terhadap Potensi Wisata Berdasarkan kuisioner yang disebar terhadap pengunjung, sebanyak 69% wisatawan menyatakan bahwa mereka merasa puas melakukan aktivitas wisata di Pantai Paris Tigaras, 26% menyatakan cukup puas dan hanya 5% wisatawan yang meyatakan tidak puas terhadap potensi wisata yang ada di Pantai Paris Tigaras. Analisis Parameter Fisika Kimia Perairan Analisis kualitas air di Pantai Paris Tigaras dilakukan dengan mengambil sampel air di tiga stasiun. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak tiga kali pengambilan dan dilakukan pada kondisi cuaca yang sama. Hasil analisis Kualitas Air Pantai Paris Tigaras pada setiap pengambilan dapat dilihat pada tabel 18. Tabel 18. Analisis Kualitas Air Pantai Paris Tigaras Parameter Satuan Baku Mutu PP no. 82 Stasiun Tahun 2001 I II III Fisika Suhu C Deviasi Kecepatan arus m/det - 0,013 0,009 0,008 Kecerahan m - 0,40 0,41 1 Kimia ph ,5 7,4 7,0 DO mg/l 3 7,26 7,03 7,13 BOD mg/l 6 3,183 3,96 3,7 Biologi Total Coliform Jlh/100 ml
LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara
61 LAMPIRAN 62 Lampiran 1. Kuisioner untuk Pengunjung Pantai Paris Tigaras PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA No. Waktu Hari/Tangga A. Data Pribadi
Lebih terperinciANALISIS POTENSI EKOWISATA DANAU TOBA DI PANTAI PARIS KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA
ANALISIS POTENSI EKOWISATA DANAU TOBA DI PANTAI PARIS KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA (Analysis Potential Ecotourism Toba Lake in Paris Beach, Simalungun district, North Sumatera) 1 Putri Y R Simanjuntak,
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara
54 LAMPIRAN 55 Lampiran 1. Kuisioner penelitian untuk wisatawan daerah tujuan wisata Ajibata Kabupaten Toba Samosir Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian No. : Waktu : Hari/Tanggal
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan
14 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan Pantai Lampuuk Kabupaten Aceh Besar, Provinsi NAD. Secara geografis Kabupaten Aceh Besar terletak pada 5,2º-5,8º
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan
13 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan Pantai Santolo, Kabupaten Garut. Pantai Santolo yang menjadi objek penelitian secara administratif berada di dua
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. meskipun ada beberapa badan air yang airnya asin. Dalam ilmu perairan
TINJAUAN PUSTAKA Danau Perairan pedalaman (inland water) diistilahkan untuk semua badan air (water body) yang ada di daratan. Air pada perairan pedalaman umumnya tawar meskipun ada beberapa badan air yang
Lebih terperinci3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
METODOLOGI. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini terdiri dari tahapan, yakni dilaksanakan pada bulan Agustus 0 untuk survey data awal dan pada bulan FebruariMaret 0 pengambilan data lapangan dan
Lebih terperinciKAJIAN DAYA DUKUNG FISIK WISATA DANAU DI PANTAI PASIR PUTIH PARBABA KABUPATEN SAMOSIR
KAJIAN DAYA DUKUNG FISIK WISATA DANAU DI PANTAI PASIR PUTIH PARBABA KABUPATEN SAMOSIR (The Study of Physical Carrying Capacity Lake Tourism at Parbaba Pasir Putih Beach District Samosir) Nancy Rolina,
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN di Kawasan WisataDesa Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten. 1 dan lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada bulan Januari 2017 di Kawasan WisataDesa Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Sumatera
Lebih terperinciEVALUASI POTENSI KAWASAN WISATA DANAU LIMBOTO PROVINSI GORONTALO
LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL EVALUASI POTENSI KAWASAN WISATA DANAU LIMBOTO PROVINSI GORONTALO OLEH : VEGGY ARMAN NIM. 633410011 EVALUASI POTENSI KAWASAN WISATA DANAU LIMBOTO PROVINSI GORONTALO Veggy
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan
5 TINJAUAN PUSTAKA Danau Danau merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan berfungsi sebagai penampung dan menyimpan air yang berasal dari air sungai, mata air maupun air hujan. Sebagai
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai Sari Ringgung, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, pada bulan
Lebih terperincisedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perairan merupakan ekosistem yang memiliki peran sangat penting bagi kehidupan. Perairan memiliki fungsi baik secara ekologis, ekonomis, estetika, politis,
Lebih terperinciJenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan
31 BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lanskap wisata TNB, Sulawesi Utara tepatnya di Pulau Bunaken, yang terletak di utara Pulau Sulawesi, Indonesia. Pulau
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama 3 bulan terhitung sejak
21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama 3 bulan terhitung sejak bulan eptember sampai Desember 2013. Penelitian ini bertempat
Lebih terperinciBAB 2 BAHAN DAN METODA
BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - April 2011 di Perairan Kuala Tanjung Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara, dan laboratorium Pengelolaan
Lebih terperinciBAB 2 BAHAN DAN METODA
BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 Maret- 20 Juli 2011 di Perairan Kuala Tanjung Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara, dan laboratorium Pengelolaan
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
15 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Situ Gede. Situ Gede terletak di sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor-Darmaga, Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produktivitas Primer Fitoplankton Berdasarkan hasil penelitian di Situ Cileunca didapatkan nilai rata-rata produktivitas primer (PP) fitoplankton pada Tabel 6. Nilai PP
Lebih terperinciBAB 2 BAHAN DAN METODE
BAB 2 BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Mei 2011 pada 4 lokasi di Sungai Bah Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara (peta lokasi penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan data sampel yaitu dengan pengamatan atau pengambilan sampel secara langsung pada lokasi
Lebih terperinciBAB 2 BAHAN DAN METODA
BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2010 di Danau Lut Tawar Kecamatan Lut Tawar Kota Takengon Kabupaten Aceh Tengah, dan Laboratorium Pengelolaan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan data sampel menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan data sampel menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau pengambilan
Lebih terperinciANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU
ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU Urip Rahmani 1), Riena F Telussa 2), Amirullah 3) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan USNI Email: urip_rahmani@yahoo.com ABSTRAK
Lebih terperinciStudi Potensi dan Dampak Aktivitas Wisata Sungai Batang Gadis di Kota Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal
Studi Potensi dan Dampak Aktivitas Wisata Sungai Batang Gadis di Kota Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Study Of Potency And Analysis Of The Impact Of Tourism Activities On Water Quality Batang Gadis
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian berlokasi di Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan yang berada di kawasan Taman Wisata Perairan Gili Matra, Desa Gili Indah,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi secara purposive sampling (penempatan titik sampel dengan tujuan
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
22 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian selama 6 (enam) bulan yaitu pada bulan Mei sampai Oktober 2009. Lokasi penelitian dan pengamatan dilakukan di Pulau
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Pasal 1, Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah
17 TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Perairan Sungai Dalam undang-undang RI No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air, Pasal 1, Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan
18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan lokasi dilakukan dengan purposive sampling (penempatan titik sampel dengan
Lebih terperinci3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi
3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware
Lebih terperinciLampiran 1. Kuesioner Penelitian untuk pengunjung wisata Pantai Sri
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian untuk pengunjung wisata Pantai Sri Mersing Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian No. : Waktu : Hari/Tanggal : No : Waktu : Hari/tanggal : A. Identitas
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Pengumpulan Data
METODE PENELITIAN 1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Situ Kedaung, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten Peta lokasi penelitian beserta lokasi pengambilan air sampel
Lebih terperinciBAB 2 BAHAN DAN METODA
BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi sampling untuk pengambilan sampel ikan adalah Purpossive Random Sampling dengan menentukan tiga stasiun pengamatan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai dingin dan
Lebih terperinciKAJIAN POTENSI OBJEK WISATA ALAM TIRTA DESA BUKIT LAWANG KECAMATAN BAHOROK KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA
KAJIAN POTENSI OBJEK WISATA ALAM TIRTA DESA BUKIT LAWANG KECAMATAN BAHOROK KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA (Potential Study of Nature Tourism Object Tirta Bukit Lawang Village Bahorok District Langkat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pencemaran Organik di Muara S. Acai, S. Thomas, S. Anyaan dan Daerah Laut yang Merupakan Perairan Pesisir Pantai dan Laut, Teluk Youtefa. Bahan organik yang masuk ke perairan
Lebih terperinciBAB 2 BAHAN DAN METODA
BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2010 pada 3 (tiga) lokasi di Kawasan Perairan Pulau Kampai, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya
III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya rumput laut ini berada di Teluk Cikunyinyi, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung.
Lebih terperinci3. METODOLOGI PENELITIAN
17 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan Pulau Hari Kecamatan Laonti Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Lokasi penelitian ditentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air laut merupakan suatu medium yang unik. Sebagai suatu sistem, terdapat hubungan erat antara faktor biotik dan faktor abiotik, karena satu komponen dapat
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air
TINJAUAN PUSTAKA Sungai Sungai merupakan suatu bentuk ekositem aquatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah di sekitarnya,
Lebih terperinciBAB 2 BAHAN DAN METODE
BAB 2 BAHAN DAN METODE 2.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 pada beberapa lokasi di hilir Sungai Padang, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batubara. Metode yang digunakan
Lebih terperinciIma Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)
PENGELOLAAN KUALITAS AIR DALAM KEGIATAN PEMBENIHAN IKAN DAN UDANG Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic) DISSOLVED OXYGEN (DO) Oksigen terlarut ( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang
Lebih terperinciKajian Kesesuaian Wisata Dan Daya Dukung Kawasan Wisata Sungai Bingai Namu Sira-Sira Langkat Sumatera Utara
Kajian Kesesuaian Wisata Dan Daya Dukung Kawasan Wisata Sungai Bingai Namu Sira-Sira Langkat Sumatera Utara Study on Suitability and Carrying Capacity of Bingai River Namu Sira-Sira at Langkat Regency
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan
4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme, atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
21 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Situ IPB yang terletak di dalam Kampus IPB Dramaga, Bogor. Situ IPB secara geografis terletak pada koordinat 106 0 34-106 0 44 BT dan
Lebih terperinciANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR
ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR R Rodlyan Ghufrona, Deviyanti, dan Syampadzi Nurroh Fakultas Kehutanan - Institut Pertanian Bogor ABSTRAK Situ
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan
25 METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Situ Sawangan-Bojongsari, Kecamatan Sawangan dan Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat. Waktu penelitian adalah 5
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa
TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Lokasi Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara dan merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan karena lingkungan air tawar memiliki beberapa kondisi, antara lain:
18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Indonesia adalah negara kepulauan dengan kawasan maritim yang sangat luas sehingga Indonesia memiliki kekayaan perikanan yang sangat kaya.pengetahuan lingkungan
Lebih terperinciANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PERAIRAN TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR
ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PERAIRAN TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR (The analysis of Waterworks Carrying Capacity to Tourist Attactions in Ajibata District Toba
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelompok Umur Pertumbuhan populasi tiram dapat dilihat berdasarkan sebaran kelompok umur. Analisis sebaran kelompok umur dilakukan dengan menggunakan FISAT II metode NORMSEP.
Lebih terperinciStasiun 1 ke stasiun 2 yaitu + 11,8 km. Stasiun '4.03"LU '6.72" BT. Stasiun 2 ke stasiun 3 yaitu + 2 km.
8 menyebabkan kematian biota tersebut. Selain itu, keberadaan predator juga menjadi faktor lainnya yang mempengaruhi hilangnya atau menurunnya jumlah makrozoobentos. 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Alami Ikan Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam perkembangbiakan ikan baik ikan air tawar, ikan air payau maupun ikan air laut. Fungsi utama
Lebih terperinciPENDAHULUAN. rumah tangga dapat mempengaruhi kualitas air karena dapat menghasilkan. Rawa adalah sebutan untuk semua daerah yang tergenang air, yang
16 PENDAHULUAN Latar Belakang Rawa sebagai salah satu habitat air tawar yang memiliki fungsi yang sangat penting diantaranya sebagai pemancingan, peternakan, dan pertanian. Melihat fungsi dan peranan rawa
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah. Olehkarenanya, sektor ini menjadi sangat potensial untuk dikembangkan
TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata dan Ekowisata Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah memilikikontribusi ekonomi yang cukup penting bagi kegiatan pembangunan. Olehkarenanya, sektor ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mengalami perkembangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mengalami perkembangan sangat pesat saat ini. Perkembangan pariwisata dunia telah melahirkan bentuk pariwisata baru pada
Lebih terperinciKesesuaian Wisata Pantai Berpasir Pulau Saronde Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara
1 Kesesuaian Wisata Pantai Berpasir Pulau Saronde Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara Masita Hair Kamah 1), Femy M. Sahami 2), Sri Nuryatin Hamzah 3) Email : nishabandel@yahoo.com ABSTRAK
Lebih terperinciV ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN
49 V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN 5.1 Distribusi Parameter Kualitas Perairan Karakteristik suatu perairan dan kualitasnya ditentukan oleh distribusi parameter fisik dan kimia perairan yang berlangsung
Lebih terperinciSumatera Utara, Medan, Indonesia Utara, Medan, Indonesia Utara, Medan, Indonesia 20155
KUALITAS AIR DAN PERSEPSI PENGUNJUNG DI KAWASAN WISATA SUNGAI SAMPUREN PUTIH KABUPATEN DELI SERDANG PROVINSI SUMATERA UTARA Water Quality and Visitor Perception in The Area of The White River Tourism Sampuren
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan sampel di Waduk Cirata
11 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Waduk Cirata, Jawa Barat pada koordinat 107 o 14 15-107 o 22 03 LS dan 06 o 41 30-06 o 48 07 BT. Lokasi pengambilan sampel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Menurut Suprihayono (2007) wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan laut,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekosistem Sungai Batang Toru Sungai Batang Toru merupakan salah satu sungai terbesar di Tapanuli Selatan. Dari sisi hidrologi, pola aliran sungai di ekosistem Sungai Batang
Lebih terperinciSTUDI KESESUAIAN PANTAI LAGUNA DESA MERPAS KECAMATAN NASAL KABUPATEN KAUR SEBAGAI DAERAH PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN KONSERVASI
STUDI KESESUAIAN PANTAI LAGUNA DESA MERPAS KECAMATAN NASAL KABUPATEN KAUR SEBAGAI DAERAH PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN KONSERVASI Oleh Gesten Hazeri 1, Dede Hartono 1* dan Indra Cahyadinata 2 1 Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan rawa) dan perairan lotik yang disebut juga perairan berarus deras (misalnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekosistem air yang terdapat di daratan secara umum dibagi atas dua yaitu perairan lentik yang disebut juga perairan tenang (misalnya waduk, danau, telaga dan rawa) dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan usaha dibidang sumber daya perairan. Menurut Sarnita dkk. (1998), luas perairan umum
Lebih terperinciSungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):
44 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekologi Sungai Aspek ekologi adalah aspek yang merupakan kondisi seimbang yang unik dan memegang peranan penting dalam konservasi dan tata guna lahan serta pengembangan untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 RUANG LINGKUP PENELITIAN 3.1.1 Ruang Lingkup Substansi Penelitian ini menitikberatkan untuk menghitung Indeks Kesesuaian Kawasan Wisata dengan memperhatikan daya dukung kawasan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat
TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat
Lebih terperinciBAB. II TINJAUAN PUSTAKA
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA A. Keadaan Teluk Youtefa Teluk Youtefa adalah salah satu teluk di Kota Jayapura yang merupakan perairan tertutup. Tanjung Engros dan Tanjung Hamadi serta terdapat pulau Metu Debi
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisa kesesuaian lahan perairan Abalon ini
III METODE PENELITIAN.. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Lokasi dan objek penelitian analisa kesesuaian lahan perairan Abalon ini berada di Teluk Cikunyinyi, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat
I. PENDAHULUAN Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat dengan cara membendung aliran sungai sehingga aliran air sungai menjadi terhalang (Thohir, 1985). Wibowo (2004) menyatakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. stasiun pengambilan terlampir pada Lampiran 1. Proses identifikasi pada sampel
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan dan pengawetan sampel plankton dilakukan di Telaga Sarangan dan Telaga Wahyu Magetan Jawa Timur pada bulan Agustus 2011 dengan denah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sejarah dan Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Desa Botutonuo berawal dari nama satu dusun yang berasal dari desa
27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian a. Sejarah dan Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Botutonuo berawal dari nama satu dusun yang berasal dari desa induk Molotabu. Dinamakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Pulau Panggang Kepulauan Seribu DKI Jakarta pada bulan Maret 2013. Identifikasi makrozoobentos dan pengukuran
Lebih terperinciKANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA
KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA Umroh 1, Aries Dwi Siswanto 2, Ary Giri Dwi Kartika 2 1 Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,Perikanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan zat yang sangat penting bagi kehidupan semua makhluk hidup yang ada di bumi. Hampir 71%
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan mengalir (lotik) dan perairan menggenang (lentik). Perairan mengalir bergerak terus menerus kearah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber irigasi, sumber air minum, sarana rekreasi, dsb. Telaga Jongge ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telaga merupakan wilayah tampungan air yang sangat vital bagi kelestarian lingkungan. Telaga merupakan salah satu penyedia sumber air bagi kehidupan organisme atau makhluk
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai
TINJAUAN PUSTAKA Sungai Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peranan penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah disekitarnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aliran permukaan adalah air yang mengalir di atas permukaan. Aliran permukaan sendiri memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas air yang dimilikinya selain
Lebih terperinciNur Rahmah Fithriyah
Nur Rahmah Fithriyah 3307 100 074 Mengandung Limbah tahu penyebab pencemaran Bahan Organik Tinggi elon Kangkung cabai Pupuk Cair Untuk mengidentifikasi besar kandungan unsur hara N, P, K dan ph yang terdapat
Lebih terperinciNo : Hari/tanggal /jam : Nama instansi : Alamat Instansi : Nama responden yang diwawancarai Jabatan
LAMPIRAN 55 Lampiran 1. Kuisioner pengelola dan instansi terkait Kuisioner untuk pengelola dan Instansi terkait Pantai Pangumbahan No : Hari/tanggal /jam : Nama instansi : Alamat Instansi : Nama responden
Lebih terperinciBAB 2 BAHAN DAN METODE
BAB 2 BAHAN DAN METODE 2.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2009- Juli 2010 di Danau Lut Tawar. Metode yang digunakan dalam penentuan stasiun adalah dengan metode Purposive
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian telah dilaksanakan di perairan Pulau Biawak Kabupaten Indramayu dan Laboratorium Manajemen Sumberdaya dan Lingkungan Perairan Fakultas Perikanan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut
6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut Menurut UU No. 26 tahun 2007, ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian tingkat kesesuaian lahan dilakukan di Teluk Cikunyinyi,
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian tingkat kesesuaian lahan dilakukan di Teluk Cikunyinyi, Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Analisis parameter kimia air laut
Lebih terperinciLampiran 1. Kuisioner Pengunjung Kuisioner penelitian untuk pengunjung Pantai Putra Deli
Lampiran 1. Kuisioner Pengunjung Kuisioner penelitian untuk pengunjung Pantai Putra Deli Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara No. : Waktu : Hari/Tanggal
Lebih terperinciStudi Kesesuaian dan Daya Tarik Wisata di Pantai Bosur Tapanuli Tengah Ditinjau dari Aspek Biofisik ABSTRACT
Studi Kesesuaian dan Daya Tarik Wisata di Pantai Bosur Tapanuli Tengah Ditinjau dari Aspek Biofisik (Study of Suitability and Appeal of Tourism in Bosur Beach Central Tapanuli from Biophysical Aspect)
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan
5 TINJAUAN PUSTAKA Estuari Estuari merupakan suatu komponen ekosistem pesisir yang dikenal sangat produktif dan paling mudah terganggu oleh tekanan lingkungan yang diakibatkan kegiatan manusia maupun oleh
Lebih terperincibentos (Anwar, dkk., 1980).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman jenis adalah keanekaragaman yang ditemukan di antara makhluk hidup yang berbeda jenis. Di dalam suatu daerah terdapat bermacam jenis makhluk hidup baik tumbuhan,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. data sampel yaitu dengan pengamatan atau pengambilan sampel secara langsung,
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan data sampel yaitu dengan pengamatan atau pengambilan sampel secara langsung, serta menentukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia, flora, fauna maupun makhluk hidup yang lain. Makhluk hidup memerlukan air tidak hanya sebagai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh
TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Sungai Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh karena itu, sumber air sangat dibutuhkan untuk dapat menyediakan air yang baik dari segi kuantitas
Lebih terperinciKAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG
KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG F1 05 1), Sigit Febrianto, Nurul Latifah 1) Muhammad Zainuri 2), Jusup Suprijanto 3) 1) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK UNDIP
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Maksud dari penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh berkembangnya aktivitas kolam jaring apung di Waduk Cirata terhadap kualitas air Waduk Cirata. IV.1 KERANGKA PENELITIAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung
PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia kaya dan beranekaragam sumberdaya alam. Satu diantara sumberdaya alam di wilayah pesisir adalah ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove merupakan ekosistem
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September Tahapan
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September 2014. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian terdiri dari peninjauan lokasi penelitian pada
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
27 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Distribusi Vertikal Oksigen Terlarut Oksigen terlarut merupakan salah satu faktor pembatas bagi sumberdaya suatu perairan karena akan berpengaruh secara langsung pada kehidupan
Lebih terperinci