Kelayakan Operasi Koordinasi rencana operasi Pelalaksanaan Operasi PENANGANAN GANGGUAN GARDU INDUK...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kelayakan Operasi Koordinasi rencana operasi Pelalaksanaan Operasi PENANGANAN GANGGUAN GARDU INDUK..."

Transkripsi

1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR GAMBAR... 3 DAFTAR TABEL PENGOPERASIAN PERALATAN GARDU INDUK PENGENALAN GARDU INDUK Peranan Gardu Induk dalam Sistem Kelistrikan Pengertian dan Fungsi Gardu Induk Jenis Gardu Induk Menurut pelayanannya Menurut Penempatannya Menurut isolasinya Menurut rel Single Line Diagram Peralatan Gardu Induk Transformator Tenaga Transformator Instrument Pemisah (PMS) Pemutus Tenaga (PMT) Lightning Arrester (LA) Reaktor Capasitor Pentanahan Sistem catu daya Meter Relai Proteksi PENGOPERASIAN GARDU INDUK Wewenang dan Tanggung Jawab Wewenang dan Tanggung Jawab Operator dalam Pengoperasian GI Wewenang dan Tanggung Jawab Unit GI dalam Sistem Macam-Macam Kondisi Operasi Gardu Induk Operasi GI Kondisi Normal Operasi GI Kondisi Tidak Normal Operasi GI Kondisi Baru Pengoperasian Bay Penghantar, Trafo, Kopel, Kapasitor dan Kubikel Proses Perintah Manuver Peralatan s.d. Pelaksanaan di Jaringan Gardu Induk Prosedur Manuver PMT Dan PMS Untuk Pengoperasian Dan Pembebasan Peralatan Di Jaringan Gardu Induk Pengamatan, Pemeriksaan Dan Pengendalian Operasi Kondisi Normal Pemeriksaan Dan Pengaturan Tegangan Pengamatan Beban Pemeriksaan Kabel TT Pemeriksaan Transformator Tenaga Pemeriksaan PMT Pemeriksaan Sumber DC Pencatatan Energi Listrik Prosedur Operasi Gardu Induk Dalam Kondisi Pemeliharaan Prosedur Operasi Gardu Induk Dalam Kondisi Baru... 28

2 Kelayakan Operasi Koordinasi rencana operasi Pelalaksanaan Operasi PENANGANAN GANGGUAN GARDU INDUK Prosedur Operasi Gardu Induk dalam Kondisi Gangguan Tindakan dan Pemulihan Gangguan Prosedur Operasi Gardu Induk Dalam Kondisi Darurat PENGENALAN DAN PEMAHAMAN PERALATAN SCADATel Pengertian SCADA Latar Belakang Definisi SCADA Fungsi SCADA... 34

3 DAFTAR GAMBAR Gambar 1-1. Transformator... 9 Gambar 1-2. Transformator Arus (CT) Gambar 1-3. Kurva Tingkat Kejenuhan Trafo Arus Proteksi dengan Metering Gambar 1-4. Arrester Gambar 1-5. Prinsip Pengawatan dan Pemasangan Meter Gambar 1-6. Konfigurasi Rel Tunggal Gambar 1-7. Konfigurasi Double Bus bar Gambar 1-8. Konfigurasi Double Dengan 1,5 PMT Gambar 1-9. Diagram Alir Mengatasi Gangguan... 32

4 DAFTAR TABEL Tabel 1-1. Warna garis pada Single Line Diagram mengacu pada Grid Code P3B Sumatera.. 6 Tabel 1-2. Simbol dan Status Peralatan mengacu pada Grid Code P3B Sumatera... 6 Tabel 1-3. Batas Kenaikan Temperatur Trafo Dengan Isolasi Kelas A... 9 Tabel 1-4. Batas Kenaikan Temperatur Trafo Dengan Isolasi Kelas F Tabel 1-5. Suhu-Suhu Tertinggi Menurut Standar VDE Tabel 1-6. Batas Tegangan Lebih Menurut SPLN 1: 1978 dan IEC Tabel 1-7. Batas Faktor Pembebanan Lebih Trafo Menurut VDE Tabel 1-8. Contoh Jenis dan Indikasi Gangguan, Berhubungan Dengan sistem Luar Tabel 1-9. Contoh Jenis dan Indikasi Gangguan, Oleh Sistem Setempat... 30

5 1. PENGOPERASIAN PERALATAN GARDU INDUK 1.1 PENGENALAN GARDU INDUK Peranan Gardu Induk dalam Sistem Kelistrikan Gardu Induk merupakan simpul didalam sistem tenaga listrik, yang terdiri dari susunan dan rangkaian sejumlah perlengkapan yang dipasang menempati suatu lokasi tertentu untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik, menaikkan dan menurunkan tegangan sesuai dengan tingkat tegangan kerjanya, tempat melakukan kerja switching rangkaian suatu sistem tanaga listrik dan untuk menunjang keandalan sistem tenaga listrik terkait Pengertian dan Fungsi Gardu Induk Gardu Induk adalah suatu instalasi listrik mulai dari TET (Tegangan Ekstra Tinggi), TT (Tegangan Tinggi) dan TM (Tegangan Menengah) yang terdiri dari bangunan dan peralatan listrik. Fungsi Gardu Induk adalah untuk menyalurkan tenaga listrik (kva, MVA) sesuai dengan kebutuhan pada tegangan tertentu. Daya listrik dapat berasal dari Pembangkit atau dari gardu induk lain Jenis Gardu Induk Menurut pelayanannya Gardu induk menurut layanannya dapat diklasifikasikan menjadi : Gardu Transmisi, yaitu gardu induk yang melayani untuk TET dan TT Gardu Distribusi, yaitu gardu induk yang melayani untuk TM Menurut Penempatannya Gardu induk pasangan dalam (Indoor Substation) Gardu induk pasangan luar (Outdoor Substation) Gardu induk sebagian pasangan luar (Combine Outdoor Substation) Gardu induk pasangan bawah tanah (Underground Substation) Gardu induk pasangan sebagian bawah tanah (Semi Underground Substation) Gardu induk mobi (Mobile Substation) Menurut isolasinya Menurut rel Gardu induk yang menggunakan udara guna mengisolir bagian-bagian yang bertegangan dan bagian bertegangan lainnya dan dengan bagian yang tidak bertegangan/tanah. Gardu induk yang menggunakan gas guna mengisolir bagian-bagian yang bertegangan dan bagian bertegangan lainnya dan dengan bagian yang tidak bertegangan/tanah. Isolasi gas yang digunakan adalah gas SF6 pada tekanan tertentu. Gardu induk dengan satu rel (single busbar)

6 Gardu induk dengan dua rel (double busbar) Gardu induk dengan dua rel sistem 1,5 PMT (one and half circuit breaker) Single Line Diagram Diagram satu garis adalah suatu diagram listrik pada gardu induk yang berisi penjelasan secara umum tentang letak, jenis peralatan gardu induk seperti rel (busbar), pemisah (PMS), pemutus (PMT), PMS tanah, Trafo arus (CT), trafo tegangan (PT), Lightning Arrester (LA), trafo tenaga dll. Warna garis pada single line diagram menunjukkan level tegangan yang digunakan, dan untuk keseragaman penggunaan warna maka dibuat suatu aturan yang dimuat dalam aturan jaringan (grid code) P3B Sumatera. Tabel 1-1. Warna garis pada Single Line Diagram mengacu pada Grid Code P3B Sumatera Hal Single line diagrams 275 kv Single line diagrams 150 kv Single line diagrams 66 kv Single line diagrams 30 kv Single line diagrams 20 kv Single line diagrams 12 kv Single line diagrams 6 kv Single line diagrams 0,4 kv Semua komponen Warna background Warna Putih Merah Kuning Hijau Cokelat Abu-abu Oranye Ungu Warna Rel Hitam Begitu juga dengan simbol dan status dari peralatan untuk keseragaman penggunaan dibuat dalam suatu aturan seperti pada Tabel 1-2 sebagai berikut: Tabel 1-2. Simbol dan Status Peralatan mengacu pada Grid Code P3B Sumatera Item Simbol Keterangan PMT tertutup Berwarna penuh sesuai warna Rel PMT terbuka PMS tertutup Kosong, tidak berwarna Berwarna penuh sesuai warna Rel Dalam single line diagram

7 PMS terbuka PMS-tanah tertutup PMS-tanah terbuka Blank, tidak berwarna Dalam single line diagram Berwarna sesuai warna rel Berwarna sesuai warna rel PMT racked in Berwarna penuh sesuai warna rel PMT racked out Blank, tidak berwarna Generator G Trafo 2 belitan Berwarna sesuai warna rel Trafo 3 belitan Berwarna sesuai warna rel Reaktor Kapasitor Status tegangan on Status tegangan off Berwarna sesuai warna rel Berwarna sesuai warna rel Putih Tidak berwarna, blank Peralatan Gardu Induk Transformator Tenaga Trafo tenaga adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk mentransformasikan daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya. a. Bagian-bagian utama transformator tenaga: Inti besi : Berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi, yang ditimbulkan oleh arus listrik yang melalui kumparan. Dibuat dari lempenganlempengan besi tipis yang berisolasi, untuk

8 Kumparan Minyak Trafo mengurangi panas (sebagai rugi-rugi besi) yang ditimbulkan oleh Eddy Current : Adalah beberapa lilitan kawat berisolasi yang membentuk suatu kumparan. Kumparan tersebut terdiri dari kumparan primer dan kumparan sekunder yang diisolasi baik terhadap inti besi maupun terhadap antar kumparan dengan isolasi padat seperti karton, pertinak dan lain-lain. : Seluruh kumparan dan inti besi transformator direndam dalam minyak trafo. Minyak berfungsi sebagai media pemindah panas trafo (pendingin) serta berfungsi sebagai isolasi. Tangki dan Konservator : Pada umumnya bagian-bagian dari trafo yang terendam minyak trafo berada (ditempatkan) dalam tangki. Untuk menampung pemuaian minyak trafo, tangki dilengkapi dengan konservator. Bushing b. Peralatan bantu transformator: Pendingin : Hubungan antara kumparan trafo ke jaringan luar melalui sebuah bushing yaitu sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator, yang sekaligus berfungsi sebagai penyekat antara konduktor tersebut dengan tangki trafo. : Pada inti besi dan kumparan-kumparan akan timbul panas akibat rugi-rugi besi dan rugi-rugi tembaga. Bila panas tersebut mengakibatkan kenaikan suhu yang berlebihan, akan merusak isolasi (di dalam transformator). Maka untuk mengurangi kenaikan suhu transformator yang berlebihan maka perlu dilengkapi dengan alat/sistem pendingin untuk menyalurkan panas keluar transformator. Media yang dipakai pada sistem pendingin dapat berupa minyak dan udara. Sedangkan dalam pengalirannya (sirkulasi) dapat berupa alamiah (natural) dan tekanan/paksaan. Tap changer : Alat perubah perbandingan transformasi untuk mendapatkan tegangan operasi sekunder yang lebih baik (diinginkan) dari tegangan jaringan/primer yang berubah-ubah. Alat Pernapasan : Karena pengaruh naik turunnya beban transformator maupun suhu udara luar, maka suhu minyak pun akan berubah-ubah, sehingga mengakibatkan adanya pemuaian dan penyusutan minyak trafo. Menyusutnya minyak trafo mengakibatkan permukaan minyak menjadi turun dan udara akan masuk ke dalam tangki. Proses demikian disebut pernapasan trafo. Akibat pernafasan tersebut maka minyak trafo akan

9 Indikator bersinggungan dengan udara luar. Untu mencegah hal ini maka ujung pipa penghubung udara luar dilengkapi dengan alat pernapasan berupa tabung berisi kristal zat hygrokopis (silicagel). : Untuk mendeteksi transformator yang beroperasi maka dilengkapi dengan indikator suhu minyak, indikator suhu kumparan, indikator level minyak, indikator sistem pendingin serta indikator kedudukan tap changer. Peralatan proteksi : Untuk mengamankan transformator yang diakibatkan karena gangguan maka dipasang relai pengaman seperti; Relai differensial, Buchloz, tekanan lebih, relai tangki tanah, relai hubung tanah, relai thermis, relai tekanan lebih, sudden pressure, relai jansen, arus lebih dan Arrester. Gambar 1-1. Transformator c. Batas Pengusahaan Transformator: Batas kenaikan temperatur trafo dengan isolasi kelas A seperti Tabel 1-3 dibawah. Tabel 1-3. Batas Kenaikan Temperatur Trafo Dengan Isolasi Kelas A Deteksi Alarm Trip Batas Di minyak 70 o C 85 o C 90 o C (ambient temp. 35 o C) t = 55 o C t = kenaikan temperature, didasarkan standar IEC

10 Batas kenaikan temperatur trafo dengan isolasi kelas F pada trafo 500/150/66: Tabel 1-4. Batas Kenaikan Temperatur Trafo Dengan Isolasi Kelas F Deteksi Alarm Trip Batas Di minyak Di kumparan 95 o C 115 o C 110 o C 135 o C 135 o C (ambient temp. 35 o C) t = 100 o C t = kenaikan temperature, didasarkan standar IEC Suhu-suhu tertinggi menurut standart VDE dapat dilihat pada Tabel 1-5 berikut ini: Tabel 1-5. Suhu-Suhu Tertinggi Menurut Standar VDE Bagian Transformator Kelas isolasi A Ao E B F H Kumparan o C Minyak pada lapisan atas o C 70 Batas tegangan lebih yang diijinkan menurut SPLN 1 : 1978 dan IEC 71 dapat dilihat pada Tabel 1-6 berikut ini: Tabel 1-6. Batas Tegangan Lebih Menurut SPLN 1: 1978 dan IEC 71 Teg. Nominal (kv) Teg. Yg diijinkan (kv) Teg. Nominal (kv) Teg. Yg diijinkan (kv) , , ,5 6 6, ,5 - - Batas Faktor pembebanan lebih trafo menurut VDE dapat dilihat pada Tabel 1-7 berikut ini:

11 Tabel 1-7. Batas Faktor Pembebanan Lebih Trafo Menurut VDE % Over load Load Faktor 10 % 20 % 30 % 40 % 50 % Jam Jam Jam Jam Jam 0,5 3 1, , , ,9 1 0,5 0, Batas-batas tahanan isolasi kumparan trafo. Menurut VDE minimum besarnya tahanan isolasi kumparan trafo pada suhu operasi dapat dihitung sebagai berikut: 1 KV = 1 M ohm Dengan catatan: 1 kv = besarnya tegangan phasa terhadap tanah Kebocoran arus yang diijinkan setiap kv = 1 ma Transformator Instrument Transformator instrument berfungsi untuk mencatu instrument ukur (meter) dan relai serta alat-alat serupa lainnya. Transformator ini terdapat dua jenis yaitu transformator arus (CT) dan transformator tegangan (PT). Transformator instrument yang berazaskan induksi terdiri dari inti (core) dan kumparan (winding). Inti berfungsi sebagai jalannya fluxi magnit sedangkan kumparan berfungsi mentransformasikan arus dan tegangan. Kumparan primer dan sekunder dapat lebih dari satu kumparan. N1 / N2 = V1/ V2 = I2 /I1 Dimana : N1 : Jumlah lilitan primer N2 : Jumlah lilitan sekunder V1 : Tegangan primer V2 : Tegangan sekunder I1 : Arus primer I2 : Arus sekunder Yang termasuk dalam trafo-trafo pengukuran adalah: Trafo arus (CT) Trafo tegangan (PT/CVT) Gabungan trafo arus dan trafo tegangan (combined current transformer and potential transformer) Fungsi trafo pengukuran (CT/PT/CVT) adalah: Mengkonversi besaran arus atau tegangan pada sistem tenaga listrik dari besaran primer menjadi besaran sekunder untuk keperluan sistem metering dan proteksi. Mengisolasi rangkaian sekunder terhadap rangkaian primer. Standarisasi besaran sekunder, untuk arus 1 A, 2 A dan 5 A, tegangan 100, 100/ 3, 110/ 3 dan 110 volt

12 a. Transformator Arus (CT) Berdasarkan penggunaan, trafo arus dikelompokkan menjadi dua kelompok dasar, yaitu; trafo arus metering dan trafo arus proteksi. Gambar 1-2. Transformator Arus (CT) Trafo arus metering Trafo arus pengukuran untuk metering memiliki ketelitian tinggi pada daerah kerja (daerah pengenalnya) antara 5% - 120% arus nominalnya, tergantung dari kelas dan tingkat kejenuhan. Trafo Arus Proteksi Trafo arus proteksi memiliki ketelitian tinggi sampai arus yang besar yaitu pada saat terjadi gangguan, dimana arus yang mengalir mencapai beberapa kali dari arus pengenalnya dan trafo arus proteksi mempunyai tingkat kejenuhan cukup tinggi. V proteksi metering Gambar 1-3. Kurva Tingkat Kejenuhan Trafo Arus Proteksi dengan Metering b. Transformator tegangan (PT) Trafo tegangan dibagi menjadi 2 (dua) jenis, trafo tegangan magnetik (magnetic voltage transformer/vt) atau yang sering disebut trafo tegangan induktif, dan trafo tegangan kapasitif (capacitor voltage transformer/cvt). Pada dasarnya, prinsip kerja trafo tegangan sama dengan prinsip kerja pada trafo arus. Pada trafo tegangan perbandingan transformasi tegangan dari besaran primer menjadi besaran sekunder ditentukan oleh jumlah lilitan primer dan sekunder. Diagram fasor arus dan tegangan untuk trafo arus juga berlaku untuk trafo tegangan. Menurut prinsip kerjanya, trafo tegangan diklasifikasikan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu: I

13 Trafo Tegangan Induktif (inductive voltage transformer atau electromagnetic voltage transformer) Trafo tegangan induktif adalah trafo tegangan yang terdiri dari belitan primer dan belitan sekunder dengan prinsip kerja tegangan masukan (input) pada belitan primer akan menginduksikan tegangan ke belitan sekunder melalui inti. Trafo Tegangan Kapasitor (capasitor voltage transformer) Trafo tegangan kapasitif terdiri dari rangkaian kapasitor yang berfungsi sebagai pembagi tegangan dari tegangan tinggi ke tegangan menengah pada primer, selanjutnya diinduksikan ke belitan sekunder Pemisah (PMS) Pemisah adalah yang digunakan untuk menyatakan secara visual bahwa suatu peralatan listrik sudah bebas dari tegangan kerja. 1. menurut fungsinya: Pemisah tanah Pemisah peralatan 2. Menurut Penempatannya: Pemisah Penghantar Pemisah bus Pemisah seksi (GI dengan 1-1/5 PMT) Pemisah tanah 3. Menurut gerakan lengan: Pemisah engsel Pemisah putar Pemisah siku Pemisah luncur Pemisah pantograph 4. Tenaga penggerak: Secara manual Dengan motor Dengan pneumatic Dengan hidrolik Pemutus Tenaga (PMT) Pemutus tenaga adalah saklar yang digunakan untuk menghubungkan /memutuskan arus/daya listrik sesuai ratingnya. Oleh karena PMT digunakan untuk memutus beban maka harus dilengkapi dengan pemadam busur api. 1. Jenis PMT berdasarkan media pemadam busur apinya PMT dengan menggunakan minyak banyak (Bulk Oil Circuit Breaker) PMT dengan menggunakan minyak sedikit (Low Oil Content Circuit Breaker) PMT dengan media hampa udara (Vacuum Circuit Breaker) PMT dengan udara hembus (Air Blast Circuit Breaker) PMT dengan media gas SF6 2. Jenis PMT berdasarkan mekanis penggeraknya Pegas Pneumatik Hidrolik

14 Lightning Arrester (LA) Persoalan isolasi adalah salah satu dari beberapa persolakan yang penting dalam teknik tenaga listrik tegangan tinggi. Isolasi yang dipakai dalam setiap peralatan listrik tegangan tinggi adalah merupakan bagian besar biaya yang diperlukan dalam pembuatan peralatan listrik. Oleh karenanya pembuatan isolasi peralatan listrik harus rasional dan ekonomis tanpa mengurangi kemampuan sebagau isolator. Alat pelindung peralatan listrik tersebut dari bahaya tegangan lebih dari luar dan dalam mutlak diperlukan. Alat pelindung dimaksud adalah Lightning Arrester (LA). LA berfungsi melindungi peralatan listrik terhadap tegangan lebih akibat surja petir dan surja hubung serta mengalirkan arus surja ke tanah. LA dilengkapi dengan: Sela bola api (Spark gap) Tahanan kran atau tahanan tidak linier (valve resistor) Sistem pengaturan atau pembagian tegangan (grading system) Jenis-jenis arrester: Type expulsion: terdiri dari dua elektroda dan satu fibre tube. Tabung fibre menghasilkan gas saat terjadi busur api dan menghembuskan busur api kearah bawah. Setelah busur hilang maka arrester bersifat isolator kembali. Type Valve: bila tegangan surja petir menyambar jaringan dan dimana terdapat arrester terpasang maka seri gap akan mengalami kegagalan mengakibatkan terjadi arus yang besar melalui tahanan kran yang saat itu mempunyai nilai kecil. Bila tegangan telah normal kembali maka tahanan kran mempunyai nilai besar sehingga busur api akan padam pada saat tegangan susulan sama dengan nol Reaktor Gambar 1-4. Arrester Suatu transmisi tegangan tinggi/tegangan ekstra tinggi yang panjang tanpa berbeban maka tegangan penerima akan naik akibat adanya capasitansi di sepanjang jaringan. Tegangan yang naik melebihi tegangan yang dijinkan tidak diperkenangkan. Untuk mendapatkan tegangan yang diiginkan maka pada ujung transmisi dipasang reactor yaitu suatu beban reaktif induktif (VAR). Besarnya reaktif terpasang sangat tergantung pada kebutuhan. Perubahan beban juga dapat mengakibatkan perubahan tegangan, bila pengaturan tegangan melalui tap trafo tidak lagi memungkinkan maka reactor mempunyai peranan dalam pengaturan tegangan.

15 Capasitor Pada GI yang jauh dari sumber pembangkit atau beban yang besar dapat mengakibatkan tegangan menjadi turun. Pengaturan melalui tap maupun lainnya telah dilakukan namun tegangan tetap menunjukkan perubahan tegangan yang signifikan maka dipasanglah capasitor. Pemasangan capasitor diharapkan dapat memperbaiki tegangan sesuai yang diinginkan Pentanahan Berdasarkan tujuan pentanahan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Pentanahan sistem (Pentanahan titik netral) Pentanahan sistem yang dimaksud menghubungkan titik netral peralatan (trafo) ke tanah. Pentanahan sistem bertujuan: Melindungi peralatan/saluran dari bahaya kerusakan yang diakibatkan oleh adanya gangguan fasa ke tanah; Melindungi peralatan/saluran terhadap bahaya kerusakan isolasi yang diakibatkan oleh tegangan lebih; Untuk keperluan proteksi jaringan; Melindungi makhluk hidup terhadap tagangan langkah (step voltage); 2. Pentanahan statis (pentanahan peralatan) Pentanahan ini dilakukan dengan menghubungkan semua kerangka peralatan (metal work) yang dalam keadaan normal tidak dialiri arus sistem ke sistem pentanahan switchyard (mess atau rod) Melindungi makhluk hidup terhadap tegangan sentuh; Melindungi peralatan tegangan rendah terhadap tegangan lebih Sistem catu daya Untuk memenuhi kebutuhan sendiri sebuah GI umumnya membutuhkan sumber tenaga listrik tersendiri. Sumber AC yang berasal dari trafo pemakaian sendiri (PS) yang kapasitasnys relative kecil, tergantung dari besar kecilnya kapasitas GI tersebut (200 kva, 315 kva) Sumber tenaga listrik sangat penting sekali demi kelangsungan operasi gardu induk. Dari tingkat kepentingan (urgency) GI yang berbeda-beda terhadap keandalan sistem menyebabkan terdapat sebuah GI yang mempunyai lebih dari satu sistem catu daya. a. Catu daya AC Pasokan catu daya untuk kebutuhan pemakaian sendiri diperoleh dari Trafo Pemakaian Sendiri (PS), dimana sisi primer 20 kv dipasok dari Trafo daya melalui busbar 20 kv. Tegangan sisi sekunder 380 V dari PS-1 masuk ke rel panel pembagi AC sebagai pasokan Utama, Tegangan dapat diatur melalui tap pada trafo PS, dengan catatan apabila dikehendaki perubahan tap, harus dilakukan dalam kondisi padam (Offload tap changer). b. Catu daya DC Sumber tegangan AC 380 Volt diubah oleh rectifier menjadi tegangan DC dan diparalel dengan battery menghasilkan tegangan 110 Vdc dan atau 48 Vdc. Sumber DC digunakan untuk: Sumber tenaga untuk alat control, sinyal Sumber tenaga untuk motor PMT, PMS, tap changer

16 Sumber tenaga untuk differensial/proteksi Sumber tenaga untuk penerangan darurat Sumber tenaga untuk telekomunikasi Batere dapat diklasifikasikan menurut: a. Menurut bahan elektrolitnya 1. Batere timah hitam (lead acid strorage battery), elektrolit larutannya asam belerang (H2SO4). Lead antimony Lead - calcium 2. Batere alkali (Alkaline storage battery) elektrolitnya larutan alkali b. Menurut kapasitas batere Kapasitas batere adalah besarnya arus listrik batere (ampere) yang dapat disuplai/dialirkan ke suatu rangkaian luar atau beban dalam waktu tertentu (jam) untuk memberikan tegangan tertentu. Kapasitas batere (Ah) dinyatakan sebagai berikut: C = I. t Dimana : C = Kapasitas batere (Ah) I = Besarnya arus yang mengalir t = waktu (jam) 1. Kapasitas rendah/sedang sampai dengan 235 Ah, lama pengosongan 8 jam pada suhu 25 o C. 2. Kapasitas tinggi dari 235 s.d. 450 Ah, lama pengosongan 8 jam pada suhu 25 o C. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam operasi batere adalah sebagai berikut: 1. Ruang batere Harus bersih, ventilasi cukup agar terdapat sirkulasi; Tidak boleh membawa api atau merokok didalam ruangan batere; Batere alkali dan batere timah hitam tidak boleh ditempatkan pada suatu ruangan; Batere harus terisolasi terhadap rak dan terhadap lantai, bahan isolasi terbuat dari bahan yang tahan lembab. 2. Air batere ditempatkan pada bejana yang terbuat dari bejana kaca atau plastic. 3. Elektrolit Pada setiap sel batere (tutup selnya) harus tertutup rapat dengan tetap menjaga lubang penguapan; Jangan enggunakan hydrometer yang dipakai untuk pengukuran BJ elektrolit asam kemudian untuk alkali atau sebaliknya; Jangan mengoperasikan batere yang elektrolitnya dibawah minimum; Jangan terjadi tetesan/tumpahan elektrolit pada cover sel batere; Kabel yang dipergunakan harus tahan terhadap lembab dan tahan terhadap pengaruh kerusakan akibat elektrolit. 4. Peralatan untuk keselamatan kerja Gunakan sarung tangan, pelindung mata pada saat melakukan pekerjaan batere terutama waktu berhubungan dengan elektrolit; Hindari memakai alat perhiasan yang terbuat dari logam (emas, jam tangan dan lain-lain);

17 Meter Jangan memukul dan meletakkan barang berat diatas batere yang dapat menyebabkan hubung singkat. 1. Mengukur tegangan dan arus AC Pada sistem tiga phasa pengukuran tegangan dengan kv meter.untuk kebutuhan pengukuran pada phasa-phasa dan phasa-netral teredia saklar tukar (selector switch). Pengukuran pada TT dan TM, tegangan yang diterima kv meter adalah tegangan sekunder trafo tegangan (PT) yang nilainya telah diperkecil sehingga pembacaan sebenarnya dikalikan dengan rasio trafo tegangan yang tersambung. Namun kenyataan kv meter yang terdapat pada TT dan TM telah menunjukkan besaran tegangan primer sehingga mempermudah pembacaan. Untuk mengukur arus pada system tiga phasa diperlukan tiga buah amper meter yang dipasang pada setiap phasa. Pengukuran arus juga menggunakan arus pada sisi sekunder trafo arus (CT). 2. Mengukur daya dan energi aktif Mengukur daya dan energi aktif diperlukan alat ukur watt meter dan kwh meter. Pada prinsipnya baik watt meter dan kwh meter mempunyai kumparan arus dan kumparan tegangan. Banyaknya kumparan arus bias satu, dua atau tiga demikian juga kumparan tegangannya. Pada pengukuran tiga phasa terdapat sistem pengukuran tiga phasa empat kawat dan tiga phasa tiga kawat. Sepasang kumparan arus dan tegangan memberikan kontribusi sebesar P = V x I x cos ө. Jadi bla beban dalam keadaan seimbang akan memberikan P 3ө = 3 x V x I x cos ө. 3. Mengukur daya reaktif Mengukur daya reaktif diperlukan alat ukur Var meter. Pada pengukuran tiga phasa terdapat system pengukuran tiga phasa empat kawat dan tiga phasa tiga kawat. Sepasang kumparan arus dan tegangan memberikan kontribusi sebesar Q = V x I x sin ө. Jadi bla beban dalam keadaan seimbang akan memberikan Q 3ө = 3 x V x I x sin ө. 4. Prinsip pengawatan dan pemasangan meter (Amp, kv, MW, MVar, kwh) Rangkaian arus didapat dari sekunder CT kemudian secara seri dimasukkan pada ampermeter, MW meter, MVAr meter dan kwh meter. Rangkaian tegangan didapat dari sekunder PT kemudian secara paralel dimasukkan pada kv meter, MW meter, MVAR meter dan kwh meter. CT Amp MW MVAr kwh PT Gambar 1-5. Prinsip Pengawatan dan Pemasangan Meter kv

18 Relai Proteksi Agar penyaluran energi listrik tetap terjamin kontinuitasnya serta aman terhadap lingkungan dan peralatan maka diperlukan peralatan yang dapat mengamankan /memproteksi kepentingan diatas. Peralatan yang dimaksud adalah relai proteksi. 1. Relai-relai pada penyulang dan fungsinya Relai arus lebih (OCR) sebagai pengaman utama bila terjadi gangguan antar phasa atau beban lebih di penyulang; Relai gangguan tanah (GFR) sebagai pengaman utama bila terjadi gangguan phasa-tanah di penyulang dengan sistem pentanahan titik netral langsung (solid grounded) atau melalui tahanan 12/40 ohm; Relai gangguan tanah (DGFR) sebagai pengaman utama bila terjadi gangguan phasa-tanah dipenyulang dengan sistem pentanahan titik netral melalui tahanan tinggi (500 ohm); Relai gangguan tanah (Ground relay), prinsip tegangan urutan nol sebagai pengaman utama bila terjadi gangguan phasa-tanah penyulang dengan pentanahan titik netral yang mengambang (tidak diketanahkan) dan berfungsi sebagai pengaman cadangan jika terjadi gangguan phasa tanah pada penyulang dengan sistem pentanahan titik netral melalui tahanan tinggi (500 ohm). Untuk keandalan sistem maka pada penyulang dilengkapi dengan: Relai penutup balik (reclosing relay) yang berfungsi menormalkan kembali SUTM jika terjadi gangguan sementara (temporer); Relai frekuensi kurang (under frequency Relay/UFR) berfungsi mengurangi beban sistem bila terjadi penurunan frekuensi pada batas tertentu. 2. Relai-relai pada transformator dan fungsinya Relai differential berfungsi mengamankan transformator terhadap gangguan hubung singkat yang terjadi didaerah pengamannya; Relai arus lebih berfungsi mengamankan transformator terhadap gangguan hubungsingkat antar phasa dadalam dan diluar pengamannya atau terhadap beban lebih (sebagai pengaman cadangan); Relai bucholz berfungsi mengamankan transformator terhadap gangguan yang menimbulkan gas di dalam transformador; Relai jansen berfungsi mengamankan tap changer transformador; Relai suhu berfungsi mengamankan transformador akibat kenaikan suhu pada minyak dan kumparan; Relai tekanan lebih (sudden pressure relay) mengamankan transformator terhadap tekanan lebih yang terjadi secara mendadak di dalam tangki transformator; Relai gangguan tanah mengamankan transformator terhadap gangguan hubung singkat tanah (sebagai pengaman cadangan); Rela tangki tanah mengamankan transformator terhadap gangguan hubung singkat kumparan phasa terhadap tangki; Relai arus lebih berarah berfungsi mengamankan transformator terhadap gangguan hubung singkat antar phasa dan ketiga phasa pada arah tertentu (untuk transformator yang beroperasi paralel); Relai gangguan tanah terbatas berfungsi mengamankan transformator terhadap gangguan tanah terutama pada daerah dekat titik netral transformator. 3. Relai-relai pada penghantar dan fungsinya

19 Relai jarak (Distance Relay) berfungsi mengamankan SUTT terhadap gangguan hubung singkat antar phasa dan phasa tanah; Relaiy Differential pilot kabel (pilot wire differential relay) berfungsi mengamankan SKTT dan SUTT yang pendek terhadap gangguan hubung singkat antar phasa dan phasa tanah; Relai arus lebih berarah (Directional Over Current Relay) berfungsi mengamankan SUTT terhadap gangguan hubung singkat antar phasa dan hanya bekerja pada satu arah saja (sebagai pengaman cadangan); Relai arus lebih (over current relay) berfungsi mengamankan SUTT dan SKTT terhadap gangguan hubung singkat antar phasa atau terjadi beban lebih; Relai ganguan tanah berarah (directional ground relay) berfungsi mengamankan SUTT terhadap gangguan hubung singkat phasa tanah pada arah tertentu; Relai gangguan tanah selektif (Selective ground relay) berfungsi mengamankan SUTT saluran ganda terhadap gangguan hubung singkat phasa tanah; Relai tegangan lebih (over voltage relay) berfungsi mengamankan SUTT dan SKTT terhadap gangguan tegangan lebih. Untuk keandalan sistem maka pada penghantar dilengkapi dengan: Relai penutup balik (reclosing relay) yang berfungsi menormalkan kembali SUTT jika terjadi gangguan sementara (temporer) Relai frekuensi kurang (under frequency Relay/UFR) berfungsi melepas SUTT atau SKTT bila pada sistem terjadi penurunan frekuensi pada batas tertentu. Beberapa kode relai: 21 : Relai jarak (distance relay) 25 : Synchron check 27 : Relai tegangan kurang (UVR) 49 : Relai thermis/suhu 50 : Relai arus lebih seketika (OCR instant) 51 : Relai arus lebih dengan waktu tunda (OCR td) 50N : Relai arus lebih gangguan tanah seketika (GFR instant) 51N : Relai arus lebih gangguan tanah dengan waktu tunda (GFR td) 59 : Relai tegangan lebih (OVR) 64 : Relai gangguan tanah terbatas (REF) 67 : Relai arus lebih berarah (DOCR) 67N : Relai arus lebih gangguan tanah berarah (DGFR) 79 : Relai penutup balik (reclosing relay) 81 : Under frequency relay (UFR) 87 : Differential relay 95 : Bucholz relay

20 1.2 PENGOPERASIAN GARDU INDUK Wewenang dan Tanggung Jawab Wewenang dan tanggung jawab dibedakan atas: Wewenang dan tanggung jawab operator dalam pengoperasian GI Wewenang dan tanggung jawab unit GI dalam sistem Wewenang dan Tanggung Jawab Operator dalam Pengoperasian GI Bertanggung jawab kelangsungan operasi GI dengan menjaga keandalan penampilan peralatan dalam setiap saat; Bertanggung jawab keamanan peralatan listrik yang terpasang; Mencatat dan melaporkan hasil penunjukan meter ke piket system secara periodik; Melaksanakan perintah piket yang sesuai dengan prosedur dan melaporkan pelaksanaannya ke piket sistem; Mencatat dan meriset alarm yang muncul, annunciator yang muncul, relai yang kerja bila terjadi gangguan; Mengambil tindakan penyelamatan bila kondisi darurat tanpa terlebih dahulu member tahu kepada piket; Menolak perintah bila tidak sesuai prosedur yang berlaku Wewenang dan Tanggung Jawab Unit GI dalam Sistem Menjamin keandalan suplai daya yang kontinu kepada konsumen; Mengatur sistem aliran daya dengan menjamin kapasitas kemapuan GI dari daya yang masuk dengan daya yang dikirim ke GI atau ke konsumen; Menjaga keseimbangan/kestabilan sistem suplai daya pada area/daerah operasi GI melalui pengaturan piket sistem; Menjaga kondisi sistem dalam kondisi tetap baik agar tidak terjadi gangguan yang diakibatkan: beban lebih, kesalahan manuver dan kesalahan internal lainnya Macam-Macam Kondisi Operasi Gardu Induk Operasi GI Kondisi Normal Operasi GI Kondisi tidak normal Operasi GI Kondisi baru Operasi GI Kondisi Normal Operasi kondisi normal adalah dimana GI beroperasi sesuai SOP normal, konfigurasi normal dan peralatan dalam kondisi baik serta mampu sesuai ratingnya Operasi GI Kondisi Tidak Normal Operasi GI kondisi tidak normal adalah GI beroperasi dimana salah satu atau beberapa peralatan yang beroperasi sedang keluar akibat adanya pemeliharaan atau gangguan. Gangguan di GI dapat berasal dari dalam (manusia dan peralatan) dan dari luar (alam dan benda lain yang dapat mengakibatkan terganggunya peralatan) yang sifatnya biasa sementara (sentuhan pohon, sentuhan benang laying-layang dan lain-lain) atau permanent (penghantar putus, tower roboh dan lain-lain). Sedangkan jenis gangguan dapat berupa gangguan antar phasa dan phasa netral. Gangguan yang

21 berat dan dapat mengancam keselamatan lingkungan, peralatan dan atau manusia maka sering disebut keadaan/kondisi darurat. Untuk menekan jumlah gangguan, upaya-upaya yang dilakukan antara lain: Merencanakan dan melaksanakan pemeliharaan peralatan sesuai dengan buku petunjuk; Membuat rencana operasi yang mencakup butir di atas; Mengadakan pemeliharaan relai secara periodik dan insidentil bila terdapat kecurigaan atas unjuk kerja relai; Dalam melaksanakan operasi real time selalu mengikuti perkembangan cuaca Mengadakan analisa gangguan untuk menemukan penyebab gangguan agar gangguan serupa tidak terulang lagi; Mengembangkan sistem seirama dengan pertumbuhan beban agar tidak terjadi beban lebih dalam sistem; Mengadakan pemeliharaan daerah bebas (ROW) sekitar SUTT, SUTM dan SUTR secara periodik; Mengadakan pendidikan secara berkesinambungan Operasi GI Kondisi Baru Operasi kondisi baru adalah dimana GI beroperasi dalam keadaan semua/sebagian peralatan baru pertama kali dioperasikan. Peralatan baru yang dimaksud adalah peralatan yang baru dari pabrik atau yang baru dimodifikasi/dialihtempatkan. Dalam pengoperasian baru demikian dibutuhkan pengamatan dan pemeriksaan yang lebih dari kondisi normal. Pada pengoperasian instalasi baru biasanya terdapat beberapa masalah, yaitu: Masalah kontrak pembangunan dan pengoperasian (prosedur pemberian tegangan dan pembebanannya); Masalah kelayakan operasi dan kesiapan perangkat proteksi dan operatornya; Masalah yang timbul akibat adanya pemasangan alat baru (contoh diperlukan tidak mereseting relai karena arus gangguan yang berubah); Kesiapan peralatan penunjang seperti telemetering, telekomunikasinya Pengoperasian Bay Penghantar, Trafo, Kopel, Kapasitor dan Kubikel Dalam pengoperasian GI diperlukan suatu ketentuan/petunjuk/pedoman tentang tata cara pengaturan, pelaksanaan dan pengendalian operasi suatu peralatan agar berfungsi secara baik dan benar, baik dalam kondisi normal, gangguan, darurat dan blackout. Ketentuan tersebut disusun bersama oleh pihak-pihak terkait (sector, distribusi, dan UPB) yang selanjutnya disebut SOP (Standing Operation Prosedure). Di dalam SOP telah memuat prosedur teknis pengoperasian dan prosedur kewenangan dan tanggung jawab pengoperasian peralatan. Ketentuan tersebut wajib ditaati oleh operator dalam pengoperasian GI. SOP dapat berubah/diubah sewaktu terjadi perubahan konfigurasi GI atau bila perlu perubahan karena suatu perkembangan. Sebelum mengoperasikan GI terlebih dahulu operator mengetahui konfigurasi GI, nama, peralatan, lokasi peralatan dan batasan pengusahaannya. Adapun konfigurasi GI yang ada di PLN saat ini biasanya: 1. Gardu Induk dengan rel tunggal (single bus bar) Konfigurasi rel tunggal biasanya dipakai pada daerah yang mempunyai prioritas terakhir. Pengoperasiannya sederhana, bila terjadi gangguan/pemeliharaan rel atau trafo atau penghantar maka akan terjadi pemadaman yang relative lama.

22 Pht 1 Rel TT TD 150/ 20 kv GI Rel tunggal TM Gambar 1-6. Konfigurasi Rel Tunggal 2. Gardu Induk dengan rel ganda (double bus bar) Pht 1 Pht 2 Rel 1 Rel 2 TT Kopel TD 150/ 20 kv TM GI Double bus bar Gambar 1-7. Konfigurasi Double Bus bar

23 3. Gardu Induk dengan rel ganda dengan 1,5 PMT (One and half circuit breaker) TD#1 A B 150/20 kv Pht 1 A1 AB1 B1 Pht 2 A2 AB2 B2 TD#2 150/20 kv Gambar 1-8. Konfigurasi Double Dengan 1,5 PMT Pada sistem double bus bar bila terjadi gangguan/pemeliharaan salah satu rel maka pengaman relative tidak terlalu lama, karena konfigurasinya memungkinkan untuk diadakan pemindahan rel. Pada sistem double bus bar dengan 1,5 PMT lebih satu diameter bila terjadi gangguan/pemeliharaan salah satu rel atau PMT maka dimungkinkan tidak terjadi pemadaman Proses Perintah Manuver Peralatan s.d. Pelaksanaan di Jaringan Gardu Induk Proses perintah manuver peralatan s.d. pelaksanaan di jaringan gardu induk adalah sebagai berikut: 1. Menerima perintah dari Area/UPB (JTT) atau UPD (JTM) atau pejabat yang berwenang. Perintah tersebut dijadikan panduan dalam melaksanakan manuver; 2. Mempersiapkan peralatan kerja dan peralatan keselamatan kerja yang sesuai dengan tugas yang telah diperintahkan serta mengidentifikasi peralatan yang akan dimanuver secara seksama; 3. Melaksanakan manuver peralatan dengan memperhatikan urutan manuver PMT/PMS yang berlaku serta mengamati pelaksanaan secara teliti: kondisi status peralatan yang dimanuver; 4. Memberikan laporan kepada pemberi perintah bahwa pelaksanaan manuver telah selesai, baik dalam kondisi berhasil atau gagal/tidak sempurna Prosedur Manuver PMT Dan PMS Untuk Pengoperasian Dan Pembebasan Peralatan Di Jaringan Gardu Induk Urutan pengoperasian dan pembebasan peralatan: Urutan pengoperasian dari sumber ke beban sedang urutan pembebasannya sebaliknya Urutan pembukaan dan penutupan PMT dan PMS: Pengoperasian : PMS masuk kemudian PMT masuk Pembebasan : PMT keluar kemudian PMS keluar

24 Contoh 1: Perhatikan konfigurasi GI di bawah ini. Pada keadaan normal penghantar 1 pada rel I, penghantar 2 pada rel II, trafo pada rel I dan kopel dalam posisi masuk maka urutan manuver pengoperasiannya sebagai berikut: 1. Penghantar 1: PMS Line // PMS Rel I // PMT // 2. Transformator: PMS Rel 2 Tr // PMT Prim (TT) Tr // PMT sec (TM) Tr // 3. Penghantar 2: PMS Line // PMS rel II // PMT // 4. Kopel PMS rel I Kopel // PMS rel II kopel // PMT kopel // Rel 1 Rel 2 Pht 1 Pht 2 TD 150/ 20 kv GI Double bus bar Urutan pembebasannya dapat mengacu pada pedoman pembebasan. A TM TT Kopel Contoh 2: Perhatikan konfigurasi GI double bus bar sistem 1,5 PMT di bawah ini. Dalam keadaan normal semua PMT/PMS keadaan masuk. Urutan pengoperasiannya sebagai berikut: B TD#1 150/20 kv Pht 1 A1 AB1 B1 Pht 2 A2 AB2 B2 1. Penghantar 1 PMS A1-3 // PMS A1-1 // PMS A1-2 // PMT A1 // 2. Trafo daya PMS B1-3 // PMS B1-1 // PMS B1-2 // PMT B1 // 3. Diameter 1 PMS AB1-1 //

25 PMS AB1-2 // PMT AB1 // 4. Penghantar 2 PMS A2-3 // PMS A2-1 // PMS A2-2 // PMT A2 // 5. Diameter 2 PMS AB2-1 // PMS AB2-2 // PMT AB2 // PMS B2-1 // PMS B2-2 // PMT B2//

26 Urutan pembebasannya dapat dilakukan dengan mengacu pedoman pembebasan Pengamatan, Pemeriksaan Dan Pengendalian Operasi Kondisi Normal Pemeriksaan Dan Pengaturan Tegangan Tegangan harus diperiksa, dicatat dan dilaporkan secara periodik atau sewaktuwaktu dibutuhkan baik pada penghantar, rel, maupun sekunder trafo; Dalam kondisi normal tegangan menunjukkan simetris baik Ph-n dan Ph-ph; Bila tegangan tidak simetris dibandingkan dengan penghantar yang lainnya. Bila tegangan yang lain normal kemungkinan sistem pengukurannya kurang baik; Bila tegangan sisi sekunder trafo terlalu rendah/tinggi maka aturlah tap trafonya Pengamatan Beban Beban (I) daya (MW), dicatat dan dilaporkan secara berkala atau sewaktu-waktu di butuhkan baik pada penghantar dan trafo; Dalam kondisi normal beban diperbolehkan sebesar nominal dan simetris; Bila beban mencapai nominal/lebih informasikan pada UPB/UPD agar tidak menambah beban; Bila beban melampaui nominal maka segera informasikan kepada UPB/UPD untuk ditindak lanjuti Pemeriksaan Kabel TT Pemeriksaan manometer (tekanan minyak), tekanan gas SF6 pada selling end/terminal bushing kabel Pemeriksaan Transformator Tenaga Pemeriksaan secara visual kondisi transformator, sistem pendinginnya (kipas, radiator, pompa), level minyak trafo, posisi tap changer, kondisi silicagel (kondisi biru/merah/putih) Pemeriksaan PMT Tinggi minyak, tekanan gas SF6, tekanan udara Pencatatan counter PMT Pemeriksaan Sumber DC Pemeriksaan lampu indikator, level electrolyte, tegangannya Pemeriksaan DC untuk rel, motor PMT, lampu darurat, alarm dan lain-lain Pencatatan Energi Listrik Energi listrik (kwh) dicatat secara berkala baik pada penghantar, sekunder trafo dan pelanggan Prosedur Operasi Gardu Induk Dalam Kondisi Pemeliharaan 1. Tujuan Agar Pelaksanaan pemeliharaan dapat berjalan baik tanpa mengganggu operasi Agar dapat menjamin keamanan dan keselamatan personil Agar tercipta koordinasi antara kesiapan operasi dengan kesiapan pemeliharaan 2. Prosedur Pemeliharaan dalam GI meliputi: Koordinasi pengaturan operasi dengan rencana pemeliharaan

27 Tata cara kerja pengaman/pelaksanaan pemeliharaan Tata cara manuver peralatan yang akan dipelihara. Koordinasi Pengaturan Operasi dengan Rencana Pemeliharaan Karena adanya pemeliharaan peralatan maka sebagian peralatan tidak operasi dalam kurun waktu tertentu sehingga perlu koordinasi antara rencana pemeliharaan dengan pengaturan operasi agar operasi sistem tetap terkendali. Koordinasi pengaturan. Operasi dengan rencana pemeliharaan dilakukan oleh UPT dengan UPB dan Distribusi yang memuat rencana pemeliharaan, penormalan dan jadual pemadaman bila diperlukan. Setelah diperoleh kesepakatan bersama maka dalam pelaksanaan pembebasan/pemadaman dan penormalan harus berkoordinasi antara penanggung jawab pelaksanaan pemeliharaan/operator GI dengan pengatur operasi sistem real time yang memuat: Sebelum pemeliharaan: Nama alat yang dipelihara, peralatan yang harus padam/tidak padam, peralatan lain yang ikut padam dan lamanya pemeliharaan. Setelah Pemeliharaan: Selesai/belum pemeliharaan, siap/belum untuk dioperasikan dan kondisi-kondisi lainnya yang perlu diinformasikan. Tata cara pengaman pelaksanaan pemeliharaan Untuk keamanan personil dalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan penormalan tegangan maka diperlukan tata cara pengaman pelaksanaan pemeliharaan berupa urutan pengaman/pembebasan sampai penormalan tegangan sebagai berikut: Rencana Kerja Pemeliharaan Harus Jelas 1. Penanggung jawab pekerjaan pemeliharaan harus dapat memberikan rencana kerja pemeliharaan kepada penanggung jawab operasi atau Operator berupa: SPK yang telah disahkan Jadual kerja yang telah disahkan dan dikoordinasikan Rencana urutan manuver 2. Penunjukan pengawas manuver, pengawas pemeliharaan, pengawas keselamatan kerja. Rencana Pengamanan Instalasi Penanggung jawab/pengawas pemeliharaan harus menjelaskan rencana pengamanan instalasi kepada pelaksana manuver/operator tentang rencana pengamanan meliputi: Bagian bagian peralatan yang bebas tegangan Bagian bagian peralatan yang harus diperiksa tegangannya Bagian bagian peralatan yang harus ditanahkan Pemasangan rambu rambu peringatan Peralatan kerja yang harus dipergunakan. Persiapan Pelaksanaan Pengawas keselamatan kerja menjelaskan peralatan keselamatan kerja yang harus dipakai dan penanggung jawab pekerjaan menjelaskan daerah aman dan tidak aman serta pembagian tugas bagi pelaksana pekerjaan. Tata cara Manuver Peralatan yang akan dipelihara Tata cara manuver peralatan yang akan dipelihara memuat urutan:

28 Pembebasan peralatan yang akan dipelihara dan penormalan peralatan yang telah selesai dipelihara. Contoh 1: Manuver pembebasan/pemadaman trafo berbeban dan pengalihan beban ke trafo lainnya. Perhatikan konfigurasi GI di bawah ini. Pht 1 Pht 2 Rel 1 Rel 2 TT Kopel TD 150/ 20 kv TD 150/ 20 kv TM Kopel F1 F2 F3 F4 Setelah mendapat ijin dari UPB dan Distribusi telah siap maka urutan pembebasan trafo 1 sebagai berikut: 1. PMT kopel 20 kv // 2. PMT Incoming Tr 1 // 3. PMT 150 kv Tr 1 // 4. PMS 150 kv Tr 1 // 5. PMS 20 kv Tr 1 (draw out) // 6. PMS ground 20 kv // 7. Pemasangan ground lokal pada area bebas tegangan bay trafo Prosedur Operasi Gardu Induk Dalam Kondisi Baru Kelayakan Operasi Sebelum dioperasikan peralatan/gi yang baru perlu memenuhi laik operasi yang dikeluarkan oleh PLN Jaser dan harus dilengkapi hal-hal berikut: Hasil pengujian peralatan/instalasi baru yang telah memenuhi standar tertentu Data kapasitas peralatan/instalasi, gambar single line diagram dan control Relai yang terpasang dan yang terkait telah disetting dan dikoordinasikan Terdapat petunjuk operasi/pembebanan dan pemeliharaannya Koordinasi rencana operasi Setiap pengoperasian peralatan/instalasi baru perlu koordinasi dengan UPB. Koordinasi dilakukan dengan cara pemberian informasi berupa: Jadual pengoperasian Rencana konfigurasi jaringan Rencana pembebanan Pernyataan laik operasi

29 Berdasarkan jadual rencana perasi maka UPB sebagai koordinataor pengoperasian menentukan jadual pelaksanaan operasi Pelalaksanaan Operasi Sebelum dilakukan pemberian tegangan (PMT masuk) agar diadakan pengecekan ulang pada peralatan pengaman meliputi: Sumber DC/Batter eke relai, PMT dan lain-lain; Sistem proteksi dan control (relai, meter, alarm); Sistem pemadam kebakaran Setelah peralatan/instalasi bertegangan segera di check tegangan, beban dan peralatan apakah dalamkeadaan normal, bila normal catat hasil pengamatan dan lapor ke UPB atau yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan. Bila terdapat kelainan dan membahayakan sistem dan instalasi setempat maka dapat dilakukan pelepasan PMT/jaringan. Perbaikan atas kelainan tersebut menjadi tanggung jawab pemasang instalasi baru tersebut.

30 1.3 PENANGANAN GANGGUAN GARDU INDUK Prosedur Operasi Gardu Induk dalam Kondisi Gangguan Yang dimaksud dengan Kondisi gangguan adalah suatu kondisi berubahnya status dan fungsi peralatan karena pengaruh Alam dan atau Peralatan itu sendiri yang mengakibatkan kondisi menjadi tidak semestinya. Yang harus dilakukan Operator Gardu Induk: Mematikan bunyi sirine/horn/klakson; Mengamati secara menyeluruh perubahan pada panel kontrol, dan indikasi pada lemari proteksi; Mencatat jam kejadian, annunciator pada panel kontrol dan indikator relai yang bekerja, pada lemari proteksi, kemudian direset; Melaksanakan SOP Gardu Induk yang berlaku; Dalam hal gangguan yang mengakibatkan padam total Gardu Induk, yakinkan bahwa tegangan sistem 150 kv hilang dengan melihat kv-meter pada seluruh panel kontrol atau berkoordinasi dengan Dispatcher; Melaporkan gangguan (perubahan status PMT, annunciator dan indikasi relai) kepada Dispatcher; Melaporkan gangguan kepada Piket dan As.Man.Har/Manager UPT. Prosedur operasi GI dalam kondisi gangguan adalah rangkaian tata cara yang dilakukan operator dalam mengatasi gangguan di GI. Berdasarkan sumber gangguannya, maka dapat diklasifikasikan menjadi: 1. Gangguan yang berhubungan dengan sistem luar, berikut contoh jenis gangguan dan indikasi gangguan yang muncul. Tabel 1-8. Contoh Jenis dan Indikasi Gangguan, Berhubungan Dengan sistem Luar No Jenis Gangguan Indikasi Gangguan 1 TT pemasok GI hilang total (black out) Lampu/peralatan AC 220/380 V padam, lampu emergency menyala Buzer control panel bunyi Meter menunjukkan nol semua 2 Satu atau beberapa PMT trip Buzer control panel bunyi Meter pada bay ybs menunjuk nol Announciator fault muncul 2. Gangguan yang ditimbulkan oleh sistem setempat, berikut contoh jenis gangguan dan indikasi yang timbul. Tabel 1-9. Contoh Jenis dan Indikasi Gangguan, Oleh Sistem Setempat No Jenis Gangguan Indikasi Gangguan 1 Tekanan SF6 PMT rendah Alarm Trip Buzer control panel bunyi Announciator muncul SF6 low pressure stage 1 Buzer control panel bunyi Announciator muncul SF6 low pressure trip

31 2 Sumber DC hilang Buzer control panel bunyi Announciator DC fault muncul Tindakan dan Pemulihan Gangguan Dalam mengatasi gangguan sangat tergantung pada tingkat dan lokasi gangguan. Namun secara umum dapat diambil tindakan sebagai berikut: 1. Pembukaan PMT-PMT tertentu sesuai SOP yang berlaku. Tindakan ini hanya dilakukan pada gangguan-gangguan yang mengakibatkan kehilangan beban/pemadaman GI. Pembukaaan PMT-PMT sebagai langkah pengamanan jaringan dalam kondisi gangguan, pelaksanaannya tergantung pada jenis gangguan 2. Pemeriksaan dan pencatatan kejadian gangguan Secara umum pemeriksaan dan pencatatan kejadian gangguan meliputi: Pemeriksaan dan pencatatan PMT yang trip baik nama dan kondisinya; Pemeriksaan dan pencatatan relai yang kerja dan announciator yang muncul baik tempat/lokasi, jenis, fasanya dan waktu kerja relai (TD/moment); Pemeriksaan dan pencatatan kondisi fisik peralatan; Pencatatan waktu kejadian baik tanggal dan jam. Relai dan announciator yang bekerja setelah dicatat segera direset kecuali announciator tertentu (bucholz, sudden pressure, tekanan minyak dan sebagainya) tidak dapat direset sebelum gangguan diatasi/dilokalisir. Pencatatan dan pemeriksaan gangguan harus jelas, lengkap dan akurat agar dapat dianalisa secara baik. 3. Pelaporan data/informasi kejadian gangguan memuat: Waktu ganguan (hari, tanggal, bulan, jam); Nama PMT yang trip dan relai/announciator yang bekerja; Beban sebelum gangguan; Kondisi fisik peralatan; PMT-PMT yang dibuka; Penyebab gangguan/kerusakan (bila sudah diketahui). Data-data/informasi tersebut disampaikan kepada pihak yang berwewenang antara lain: Petugas piket UPB; Petugas piket distribusi (bila terjadi pemadaman pada konsumen); Pejabat pengelolah GI/piket pimpinan untuk gangguan yang mengakibatkan kerusakan dan perlu diatasi. 4. Penormalan dalam mengatasi gangguan Usaha penormalan kembali setelah terjadi gangguan antara lain: Mereset relai dan announciator yang bekerja; Memasukkan kembali PMT trip atau yang dibuka. Dalam memasukkan PMT terlebih dahulu mendapat persetujuan dengan UPB dan telah diadakan pemeriksaan secara seksama bahwa: Tidak ada kerusakan pada peralatan; Tidak ada indikasi gangguan berat seperti relai pengaman internal trafo; Setelah gangguan telah diatasi/dilokalisir. Bila relai dan announciator menyatakan gangguan pada tingkat peringatan/alarm dan tidak menjatuhkan (trip) PMT, maka relai dapat direset kembali. Bila gagal segera dilakukan perbaikan.

1. PENGOPERASIAN PERALATAN GARDU INDUK

1. PENGOPERASIAN PERALATAN GARDU INDUK 1. PENGOPERASIAN PERALATAN GARDU INDUK PT PLN (Persero) PUSDIKLAT 2009 一 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... ii DAFTAR TABEL... ii 1. PENGOPERASIAN PERALATAN GARDU INDUK... 1 1.1 PENGENALAN GARDU

Lebih terperinci

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK Disusun Oleh : Syaifuddin Z SWITCHYARD PERALATAN GARDU INDUK LIGHTNING ARRESTER WAVE TRAP / LINE TRAP CURRENT TRANSFORMER POTENTIAL TRANSFORMER DISCONNECTING SWITCH

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI RELAY

SISTEM PROTEKSI RELAY SISTEM PROTEKSI RELAY SISTEM PROTEKSI PADA GARDU INDUK DAN SPESIFIKASINYA OLEH : WILLYAM GANTA 03111004071 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2015 SISTEM PROTEKSI PADA GARDU INDUK

Lebih terperinci

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK Gardu Induk merupakan suatu instalasi listrik yang terdiri atas beberapa perlengkapan dan peralatan listrik dan menjadi penghubung listrik

Lebih terperinci

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV 2.1. UMUM Gardu Induk adalah suatu instalasi tempat peralatan peralatan listrik saling berhubungan antara peralatan yang satu dengan peralatan

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gardu Induk 2.1.1 Pengertian Gardu Induk [2] Gardu induk merupakan suatu sistem instalasi listrik mulai dari Tegangan Ekstra Tinggi (TET), Tegangan Tinggi (TT) dan Tegangan

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGUAN OJT D1 MINGGU XIV. GARDU INDUK 150 kv DI PLTU ASAM ASAM. Oleh : MUHAMMAD ZAKIY RAMADHAN Bidang Operator Gardu Induk

LAPORAN MINGGUAN OJT D1 MINGGU XIV. GARDU INDUK 150 kv DI PLTU ASAM ASAM. Oleh : MUHAMMAD ZAKIY RAMADHAN Bidang Operator Gardu Induk LAPORAN MINGGUAN OJT D1 MINGGU XIV GARDU INDUK 150 kv DI PLTU ASAM ASAM Oleh : MUHAMMAD ZAKIY RAMADHAN Bidang Operator Gardu Induk PROGRAM BEASISWA D1 JURUSAN TRAGI PT PLN (PERSERO) SEKTOR ASAM ASAM WILAYAH

Lebih terperinci

BAB III PENGAMAN TRANSFORMATOR TENAGA

BAB III PENGAMAN TRANSFORMATOR TENAGA BAB III PENGAMAN TRANSFORMATOR TENAGA 3.1. JENIS PENGAMAN Trafo tenaga diamankan dari berbagai macam gangguan, diantaranya dengan peralatan proteksi (sesuai SPLN 52-1:1983) Bagian Satu, C) : Relai Buchollz

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik adalah kumpulan atau gabungan dari komponenkomponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator, saluran transmisi,

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI

LAPORAN AKHIR PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI LAPORAN AKHIR PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI Oleh: OFRIADI MAKANGIRAS 13-021-014 KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI MANADO 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1

Lebih terperinci

GARDU INDUK TRANSFORMATOR

GARDU INDUK TRANSFORMATOR Bab 4 GARDU INDUK DAN TRANSFORMATOR GARDU INDUK TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Penyaluran Tenaga Listrik Ke Konsumen Didalam dunia kelistrikan sering timbul persoalan teknis, dimana tenaga listrik dibangkitkan pada tempat-tempat tertentu, sedangkan

Lebih terperinci

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1. Umum Berdasarkan standard operasi PT. PLN (Persero), setiap pelanggan energi listrik dengan daya kontrak di atas 197 kva dilayani melalui jaringan tegangan menengah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar-Dasar Sistem Proteksi 1 Sistem proteksi adalah pengaman listrik pada sistem tenaga listrik yang terpasang pada : sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga, transmisi

Lebih terperinci

Kelompok 7 : 1. Herianto A S Purba 2. Winner 3. Elman

Kelompok 7 : 1. Herianto A S Purba 2. Winner 3. Elman Kelompok 7 : 1. Herianto A S Purba 2. Winner 3. Elman Bagan dari letak komponen gardu induk KOMPONEN KOMPONEN GI Bagian dari gardu induk yang di jadikan sebagai peletakan komponen utama. Bagian yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1. Umum Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik yang dihasilkan pusat pembangkitan disalurkan melalui jaringan transmisi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi 1 Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan adalah sistem distribusi. Sistem distribusi adalah bagian sistem tenaga listrik yang

Lebih terperinci

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat )

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) MENGENAL ALAT UKUR AMPER METER Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) Arus = I satuannya Amper ( A ) Cara menggunakannya yaitu dengan disambung

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI.

BAB III DASAR TEORI. 13 BAB III DASAR TEORI 3.1 Pengertian Cubicle Cubicle 20 KV adalah komponen peralatan-peralatan untuk memutuskan dan menghubungkan, pengukuran tegangan, arus, maupun daya, peralatan proteksi, dan control

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI

BAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI BAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI 3.1 Pola Proteksi Gardu Induk Sistem proteksi merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu instalasi tenaga listrik, selain untuk melindungi peralatan utama

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Energi listrik disalurkan melalui penyulang-penyulang yang berupa saluran udara atau saluran kabel tanah. Pada penyulang distribusi ini terdapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Sistem Tenaga listrik di Indonesia tersebar dibeberapa tempat, maka dalam penyaluran tenaga listrik dari tempat yang dibangkitkan sampai ke tempat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Gangguan-Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik Gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik sangat beragam besaran dan jenisnya. Gangguan dalam sistem tenaga listrik adalah

Lebih terperinci

SIMULASI PROTEKSI DAERAH TERBATAS DENGAN MENGGUNAKAN RELAI OMRON MY4N-J12V DC SEBAGAI PENGAMAN TEGANGAN EKSTRA TINGGI DI GARDU INDUK

SIMULASI PROTEKSI DAERAH TERBATAS DENGAN MENGGUNAKAN RELAI OMRON MY4N-J12V DC SEBAGAI PENGAMAN TEGANGAN EKSTRA TINGGI DI GARDU INDUK Simulasi Proteksi Daerah Terbatas... (Setiono dan Arum) SIMULASI PROTEKSI DAERAH TERBATAS DENGAN MENGGUNAKAN RELAI OMRON MY4N-J12V DC SEBAGAI PENGAMAN TEGANGAN EKSTRA TINGGI DI GARDU INDUK Iman Setiono

Lebih terperinci

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS (CURRENT TRANSFORMER / CT)

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS (CURRENT TRANSFORMER / CT) PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS (CURRENT TRANSFORMER / CT) Oleh : Agus Sugiharto Abstrak Seiring dengan berkembangnya dunia industri di Indonesia serta bertambah padatnya aktivitas masyarakat,

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB 252 Oleh Vigor Zius Muarayadi (41413110039) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Sistem proteksi jaringan tenaga

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang. b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing)

BAB II DASAR TEORI. Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang. b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing) BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Proteksi Panel Tegangan Menegah Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang terganggu sehingga bagian sistem lain dapat terus beroperasi dengan cara sebagai

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah Sistem Distribusi Tenaga Listrik adalah kelistrikan tenaga listrik mulai dari Gardu Induk / pusat listrik yang memasok ke beban menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Gambar 2.1 dibawah ini menunjukkan diagram segaris suatu sistem tenaga listrik yang sederhana. Gambar ini menunjukkan bahwa sistem tenaga listrik terdiri atas lima sub-sistem

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik adalah sistem penyediaan tenaga listrik yang terdiri dari beberapa pembangkit atau pusat listrik terhubung satu dengan

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti 6 BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN 2.1 Sistem Tenaga Listrik Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti PLTA, PLTU, PLTD, PLTP dan PLTGU kemudian disalurkan

Lebih terperinci

MATERI WORKSHOP OPERASI DAN PEMELIHARAAN GARDU INDUK

MATERI WORKSHOP OPERASI DAN PEMELIHARAAN GARDU INDUK MATERI WORKSHOP OPERASI DAN PEMELIHARAAN GARDU INDUK PT PLN (Persero) PUSDIKLAT 2009 一 DAFTAR ISI Daftar Isi DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xiii 1. PENGOPERASIAN PERALATAN GARDU INDUK...

Lebih terperinci

TRANSFORMATOR DAYA & PENGUJIANNYA

TRANSFORMATOR DAYA & PENGUJIANNYA TRANSFORMATOR DAYA & PENGUJIANNYA Transformator tenaga adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga/daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya

Lebih terperinci

PROSES DAN SISTEM PENYALURAN TENAGA LISTRIK OLEH PT.PLN (Persero)

PROSES DAN SISTEM PENYALURAN TENAGA LISTRIK OLEH PT.PLN (Persero) PROSES DAN SISTEM PENYALURAN TENAGA LISTRIK OLEH PT.PLN (Persero) Oleh : Hery Setijasa Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang Jl Prof Sudarto,SH Tembalang Semarang 50275 Abstrak

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK 3.1. Umum Tenaga listrik merupakan suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia, terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

Lebih terperinci

PEDOMAN OPERASI GARDU INDUK

PEDOMAN OPERASI GARDU INDUK PEDOMAN OPERASI GARDU INDUK (STANDING OPERATION PROCEDURE) GARDU INDUK MITSUI I. PENDAHULUAN 1.1. Maksud dan Tujuan SOP ini merupakan pedoman dan petunjuk bagi Dispatcher dan Operator Gardu Induk untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distributed Generation Distributed Generation adalah sebuah pembangkit tenaga listrik yang bertujuan menyediakan sebuah sumber daya aktif yang terhubung langsung dengan jaringan

Lebih terperinci

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA 41 BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA 3.1 Pengamanan Terhadap Transformator Tenaga Sistem pengaman tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada peralatan - peralatan yang terpasang pada sistem tenaga

Lebih terperinci

TRANSFORMATOR ARUS DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS PADA PT. PLN (PERSERO) P3B REGION JAWA TENGAH & DIY UPT SEMARANG GIS 150kV SIMPANG LIMA

TRANSFORMATOR ARUS DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS PADA PT. PLN (PERSERO) P3B REGION JAWA TENGAH & DIY UPT SEMARANG GIS 150kV SIMPANG LIMA TRANSFORMATOR ARUS DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS PADA PT. PLN (PERSERO) P3B REGION JAWA TENGAH & DIY UPT SEMARANG GIS 150kV SIMPANG LIMA Lutfi Lastiko Wibowo. 1, Ir.Agung Warsito, DHET. 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

5. SOP = STANDING OPERATING PROCEDURE

5. SOP = STANDING OPERATING PROCEDURE 5. = STANDING OPERATING PROCEDURE 5. PENGERTIAN Adalah suatu bentuk ketentuan tertulis berisi prosedur / langkah-langkah kerja yang dipergunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan. Dalam bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB III DEFINISI DAN PRINSIP KERJA TRAFO ARUS (CT)

BAB III DEFINISI DAN PRINSIP KERJA TRAFO ARUS (CT) BAB III DEFINISI DAN PRINSIP KERJA TRAFO ARUS (CT) 3.1 Definisi Trafo Arus 3.1.1 Definisi dan Fungsi Trafo Arus (Current Transformator) yaitu peralatan yang digunakan untuk melakukan pengukuran besaran

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Transformator Tenaga Transformator tenaga adalah merupakan suatu peralatan listrik statis yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga / daya listrik arus bolak-balik dari tegangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Proteksi Sistem proteksi merupakan sistem pengaman yang terpasang pada sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga transmisi tenaga listrik dan generator listrik.

Lebih terperinci

ABSTRAK. kontrol pada gardu induk 150 kv UPT Semarang. lainnya seperti panel-pane

ABSTRAK. kontrol pada gardu induk 150 kv UPT Semarang. lainnya seperti panel-pane Makalah Seminar Kerja Praktek SISTEM CATU DAYA SEARAH ( DC POWER ) PADA GARDU INDUK 150 KV SRONDOL PT PLN (PERSERO) UPT SEMARANG Oleh : Guspan Hidi Susilo L2F 008 041 Jurusan Teknikk Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Gardu beton (tembok) Gardu kios Gardu portal

BAB IV PEMBAHASAN. Gardu beton (tembok) Gardu kios Gardu portal BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pemeliharaan Bangunan Gardu Pada sistem distribusi kita ketahui terdiri dari beberapa macam gardu distribusi yang digunakan oleh PLN : Gardu beton (tembok) Gardu kios Gardu portal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Saluran Transmisi Sistem transmisi adalah suatu sistem penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat lain, seperti dari stasiun pembangkit ke substation ( gardu

Lebih terperinci

BAB III LIGHTNING ARRESTER

BAB III LIGHTNING ARRESTER BAB III LIGHTNING ARRESTER 3.1 Pengertian Istilah Dalam Lightning Arrester Sebelum lebih lanjut menguraikan tentang penangkal petir lebih dahulu penyusun menjelaskan istilah atau definisi yang akan sering

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 27 BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 4.1 Umum Sistem proteksi merupakan salah satu komponen penting dalam system tenaga listrik secara keseluruhan yang tujuannya untuk menjaga

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3)

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Umum Secara umum suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama, yaitu, pusat pembangkitan listrik, saluran transmisi dan sistem distribusi. Perlu dikemukakan

Lebih terperinci

Laporan Kerja Praktek di PT.PLN (Persero) BAB III TINJAUAN PUSTAKA. 3.1 Pengertian PMCB (Pole Mounted Circuit Breaker)

Laporan Kerja Praktek di PT.PLN (Persero) BAB III TINJAUAN PUSTAKA. 3.1 Pengertian PMCB (Pole Mounted Circuit Breaker) BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pengertian PMCB (Pole Mounted Circuit Breaker) PMCB (Pole Mounted Circuit Breaker) adalah sistem pengaman pada Tiang Portal di Pelanggan Tegangan Menengah 20 kv yang dipasang

Lebih terperinci

APLIKASI LISTRIK MAGNET PADA TRANSFORMATOR 2012 APLIKASI LISTRIK MAGNET PADA TRANSFORMATOR

APLIKASI LISTRIK MAGNET PADA TRANSFORMATOR 2012 APLIKASI LISTRIK MAGNET PADA TRANSFORMATOR APLIKASI LISTRIK MAGNET PADA TRANSFORMATOR OLEH : KOMANG SUARDIKA (0913021034) JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA TAHUN AJARAN 2012 BAB

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Instalasi Listrik Dari Pusat Listrik Generator atau altenator merupakan komponen utama dari suatu pembangkit listrik, baik pembangkit tersebut berasal dari energi air, uap,

Lebih terperinci

JARINGAN GARDU INDUK DISTRIBUSI

JARINGAN GARDU INDUK DISTRIBUSI 1.2. Sistem Proteksi Jaringan 1.2.1. Peralatan Proteksi Jaringan tenaga listrik secara garis besar terdiri dari pusat pembangkit, jaringan transmisi (gardu induk dan jaringan) dan jaringan distribusi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak BAB I PENDAHULUAN 1-1. Latar Belakang Masalah Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak sering terjadi, karena hal ini akan mengganggu suatu proses produksi yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Relai Proteksi Relai proteksi atau relai pengaman adalah susunan peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi atau merasakan adanya gangguan atau mulai merasakan adanya ketidak

Lebih terperinci

1. TUJUAN/MANFAAT: Membentuk peserta diklat menjadi terampil melaksanakan Pemeliharaan GI & transmisi yang memiliki kompetensi sesuai kebutuhan unit

1. TUJUAN/MANFAAT: Membentuk peserta diklat menjadi terampil melaksanakan Pemeliharaan GI & transmisi yang memiliki kompetensi sesuai kebutuhan unit BIDANG FORM 1 : KERANGKA KEGIATAN PROGRAM ON JOB TRAINING SMK / SMA TAHUN 2011/2012 PROYEKSI JABATAN WAKTU : PEMELIHARAAN GI & TRANSMISI : JUNIOR ENGINEER PEMELIHARAAN PERALATAN GI : 138 HARI KERJA (6

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap kondisi abnormal pada operasi sistem. Fungsi pengaman tenaga listrik antara lain:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap kondisi abnormal pada operasi sistem. Fungsi pengaman tenaga listrik antara lain: 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pengaman 2.1.1 Pengertian Pengaman Sistem pengaman tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada peralatan yang terpasang pada sistem tenaga listrik seperti generator,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gardu Induk Gardu Induk (GI) adalah salah satu komponen yang penting dalam menunjang kebutuhan listrik konsumen maupun sebagai pengatur pelayanan tenaga listrik yang didapatkan

Lebih terperinci

BAB III. Tinjauan Pustaka

BAB III. Tinjauan Pustaka BAB III Tinjauan Pustaka 3.1 Pengertian Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Distribusi Merupakan Bagian dari sistem tenaga listrik.sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari

Lebih terperinci

Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad

Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad 23 BAB III PERALATAN PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH 3.1 Pendahuluan Gangguan tegangan lebih yang mungkin terjadi pada Gardu Induk dapat disebabkan oleh beberapa sumber gangguan tegangan lebih. Perlindunga

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG

PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG Wahyu Arief Nugroho 1, Hermawan 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK 2.1 PENGERTIAN GANGGUAN DAN KLASIFIKASI GANGGUAN Gangguan adalah suatu ketidaknormalan (interferes) dalam sistem tenaga listrik yang mengakibatkan

Lebih terperinci

SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) DAN GARDU DISTRIBUSI Oleh : Rusiyanto, SPd. MPd.

SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) DAN GARDU DISTRIBUSI Oleh : Rusiyanto, SPd. MPd. SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) DAN GARDU DISTRIBUSI Oleh : Rusiyanto, SPd. MPd. Artikel Elektronika I. Sistem Distribusi Merupakan system listrik tenaga yang diawali dari sisi tegangan menengah

Lebih terperinci

12 Gambar 3.1 Sistem Penyaluran Tenaga Listrik gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan ol

12 Gambar 3.1 Sistem Penyaluran Tenaga Listrik gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan ol BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pengertian Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Studi Kasus Gambar 4.1 Ilustrasi studi kasus Pada tahun 2014 telah terjadi gangguan di sisi pelanggan gardu JTU5 yang menyebabkan proteksi feeder Arsitek GI Maximangando

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN TRAFO ARUS (CT) PADA PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UNIT PELAYANAN TRANSMISI SEMARANG

PEMELIHARAAN TRAFO ARUS (CT) PADA PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UNIT PELAYANAN TRANSMISI SEMARANG PEMELIHARAAN TRAFO ARUS (CT) PADA PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UNIT PELAYANAN TRANSMISI SEMARANG Aditya Teguh Prabowo 1, Agung Warsito 2 1 Mahasiswa dan 2

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI

BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI 3.1 Umum Sebaik apapun suatu sistem tenaga dirancang, gangguan pasti akan terjadi pada sistem tenaga tersebut. Gangguan ini dapat merusak peralatan sistem tenaga

Lebih terperinci

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Awalnya energi listrik dibangkitkan di pusat-pusat pembangkit listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP dan PLTD dengan tegangan menengah 13-20 kv. Umumnya pusat

Lebih terperinci

STANDAR KONSTRUKSI GARDU DISTRIBUSI DAN KUBIKEL TM 20 KV

STANDAR KONSTRUKSI GARDU DISTRIBUSI DAN KUBIKEL TM 20 KV STANDAR KONSTRUKSI GARDU DISTRIBUSI DAN KUBIKEL TM 20 KV JENIS GARDU 1. Gardu Portal Gardu Distribusi Tenaga Listrik Tipe Terbuka ( Out-door ), dengan memakai DISTRIBUSI kontruksi dua tiang atau lebih

Lebih terperinci

Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka

Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka Erwin Dermawan 1, Dimas Nugroho 2 1) 2) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR TENAGA

BAB II TRANSFORMATOR TENAGA BAB II TRANSFORMATOR TENAGA 2.1 Pengertian Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain

Lebih terperinci

BAB II KARAKTERISTIK PEMUTUS TENAGA

BAB II KARAKTERISTIK PEMUTUS TENAGA BAB II KARAKTERISTIK PEMUTUS TENAGA 2.1 Fungsi Pemutus Tenaga Pemutus tenaga (PMT) adalah saklar yang dapat digunakan untuk menghubungkan atau memutuskan arus atau daya listrik sesuai dengan ratingnya.

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator, BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK II.1. Sistem Tenaga Listrik Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik

Lebih terperinci

Analisa Perancangan Gardu Induk Sistem Outdoor 150 kv di Tallasa, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan

Analisa Perancangan Gardu Induk Sistem Outdoor 150 kv di Tallasa, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan JURNAL DIMENSI TEKNIK ELEKTRO Vol. 1, No. 1, (2013) 37-42 37 Analisa Perancangan Gardu Induk Sistem Outdoor 150 kv di Tallasa, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan Samuel Marco Gunawan, Julius Santosa Jurusan

Lebih terperinci

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive)

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive) 15 BAB III CAPACITOR BANK 3.1 Panel Capacitor Bank Dalam sistem listrik arus AC/Arus Bolak Balik ada tiga jenis daya yang dikenal, khususnya untuk beban yang memiliki impedansi (Z), yaitu: Daya Semu (S,

Lebih terperinci

TRANSFORMATOR TEGANGAN DAN PEMELIHARAANYA PADA PT. PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN REGION JAWA TENGAH & DIY

TRANSFORMATOR TEGANGAN DAN PEMELIHARAANYA PADA PT. PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN REGION JAWA TENGAH & DIY TRANSFORMATOR TEGANGAN DAN PEMELIHARAANYA PADA PT. PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN REGION JAWA TENGAH & DIY Fajar Romi Al Mubarok. 1, Ir. Agung Warsito, DHET. 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen

Lebih terperinci

makalah tentang kubikel 20 kv

makalah tentang kubikel 20 kv makalah tentang kubikel 20 kv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangannya, kebutuhan energi listrik semakin meningkat, sedangkan masyarakat sebagai konsumen energi listrik juga bertambah

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek SISTEM PROTEKSI PADA TRANSFORMATOR TENAGA GAS TURBINE GENERATOR 1.1 PLTGU TAMBAK LOROK

Makalah Seminar Kerja Praktek SISTEM PROTEKSI PADA TRANSFORMATOR TENAGA GAS TURBINE GENERATOR 1.1 PLTGU TAMBAK LOROK Makalah Seminar Kerja Praktek SISTEM PROTEKSI PADA TRANSFORMATOR TENAGA GAS TURBINE GENERATOR 1.1 PLTGU TAMBAK LOROK Mahasiswa dan Dionisius Vidi N., Karnoto, ST, MT. Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK

BAB II SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK BAB II SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK 2.1. Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik pada umumnya terdiri dari empat unsur utama. Pertama, unsur sistem pembangkitan tenaga listrik. Kedua, suatu sistem

Lebih terperinci

BAB II GAS INSULATED SWITCHGEAR ( GIS ) GIS yang sekarang telah menggunakan Gas SF6 ( Sulfur Hexafluoride )

BAB II GAS INSULATED SWITCHGEAR ( GIS ) GIS yang sekarang telah menggunakan Gas SF6 ( Sulfur Hexafluoride ) BAB II GAS INSULATED SWITCHGEAR ( GIS ) 2.1 SEJARAH GIS GIS yang sekarang telah menggunakan Gas SF6 ( Sulfur Hexafluoride ) sebagai media isolasi, menjadikannya sebagai sebuah teknologi yang maju dan telah

Lebih terperinci

2. PERSYARATAN PESERTA

2. PERSYARATAN PESERTA BIDANG FORM 1 : KERANGKA KEGIATAN PROGRAM ON JOB TRAINING SMK / SMA TAHUN 2011/2012 PROYEKSI JABATAN WAKTU : OPERASI GI & TRANSMISI : JUNIOR ENGINEER OPERASI REAL TIME : 138 HARI KERJA (6 BULAN) 1. TUJUAN/MANFAAT:

Lebih terperinci

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 167 Telp& Fax. 0341 554166 Malang 65145 KODE PJ-01 PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN

Lebih terperinci

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG Taruna Miftah Isnain 1, Ir.Bambang Winardi 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek SISTEM PROTEKSI TRANSFORMATOR TENAGA PLTGU TAMBAK LOROK

Makalah Seminar Kerja Praktek SISTEM PROTEKSI TRANSFORMATOR TENAGA PLTGU TAMBAK LOROK Makalah Seminar Kerja Praktek SISTEM PROTEKSI TRANSFORMATOR TENAGA PLTGU TAMBAK LOROK Muhammad Arief N (21060111130114) 1, Mochammad Facta, ST. MT. PhD (197106161999031003) 2. 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

MAKALAH GARDU INDUK FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PAKUAN KATA PENGANTAR. Nama : Alek Susi Putra NPM :

MAKALAH GARDU INDUK FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PAKUAN KATA PENGANTAR. Nama : Alek Susi Putra NPM : MAKALAH GARDU INDUK Nama : Alek Susi Putra NPM : 054108014 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PAKUAN 2010 2011 KATA PENGANTAR Puji sukur ats kehadiran tuhan yang maha esa, ats berkat dan rehmatnya juga makalah

Lebih terperinci

BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG

BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG 4.1 Tinjauan Umum Pada dasarnya proteksi bertujuan untuk mengisolir gangguan yang terjadi sehingga tidak

Lebih terperinci

D. Relay Arus Lebih Berarah E. Koordinasi Proteksi Distribusi Tenaga Listrik BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN B. SARAN...

D. Relay Arus Lebih Berarah E. Koordinasi Proteksi Distribusi Tenaga Listrik BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN B. SARAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... v MOTTO... vi HALAMAN PERSEMBAHAN... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xiv INTISARI...

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir. Judul

Makalah Seminar Tugas Akhir. Judul 1 Judul ANALISA PENGGUNAAN ECLOSE 3 PHASA 20 KV UNTUK PENGAMAN AUS LEBIH PADA SUTM 20 KV SISTEM 3 PHASA 4 KAWAT DI PT. PLN (PESEO) APJ SEMAANG Disusun oleh : Kunto Herwin Bono NIM : L2F 303513 Jurusan

Lebih terperinci

BAB III PROTEKSI TRANSFORMATOR DAYA

BAB III PROTEKSI TRANSFORMATOR DAYA BAB III PROTEKSI TRANSFORMATOR DAYA 3.1 Sistem Proteksi Pada Transformator Daya 3.1.1 Peralatan Proteksi Jaringan tenaga listrik secara garis besar terdiri dari pusat pembangkit, jaringan transmisi (gardu

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh. BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Pada dasarnya dalam sistem tenaga listrik, dikenal 3 (tiga) bagian utama seperti pada gambar 2.1 yaitu : a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan

Lebih terperinci

Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay

Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay Seperti telah disebutkan sebelumnya, maka tentang relay akan dilanjutkan dengan beberapa tipe relay. Dan kali ini yang ingin dibahas adalah dua tipe

Lebih terperinci

dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam

dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam 6 Penyebab gangguan pada sistem distribusi dapat berasal dari gangguan dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam antara lain: 1 Tegangan lebih dan arus tak normal 2.

Lebih terperinci

POWER HOUSE DAN SWITCHYARD PADA BANGUNAN PLTA

POWER HOUSE DAN SWITCHYARD PADA BANGUNAN PLTA POWER HOUSE DAN SWITCHYARD PADA BANGUNAN PLTA AGUNG TRI VITARIANTO 112012054 DIKKY HASAN M 112012059 RANGGA OKZADIKA F P 112012060 DELFAN T SITOHANG 112012063 FADHLILAH RAHMAN 112012070 HARISMA AKHMAD

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEOR. Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik Gangguan dapat mengakibatkan kerusakan yang cukup besar pada sistem tenaga listrik. Banyak sekali studi, pengembangan alat dan desain sistem perlindungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem transmisi memegang peranan yang sangat penting dalam proses penyaluran daya. Oleh karena itu pengaman pada saluran transmisi perlu mendapat perhatian

Lebih terperinci

Komponen Sistem Proteksi 1. Peralatan Utama Sistem Proteksi Sistem proteksi pada sistem tenaga didukung oleh beberapa peralatan utama.

Komponen Sistem Proteksi 1. Peralatan Utama Sistem Proteksi Sistem proteksi pada sistem tenaga didukung oleh beberapa peralatan utama. Komponen Sistem Proteksi 1. Peralatan Utama Sistem Proteksi Sistem proteksi pada sistem tenaga didukung oleh beberapa peralatan utama. Peralatan utama ini lah yang berfungsi langsung mengatasi gangguan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG DISTRIBUSI SUB BIDANG OPERASI

DAFTAR ISI STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG DISTRIBUSI SUB BIDANG OPERASI DAFTAR ISI STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG DISTRIBUSI SUB BIDANG OPERASI LEVEL 1 Kode Unit : DIS.OPS.005(1).B... 5 Judul Unit : Mengganti fuse pada peralatan hubung bagi (PHB-TR).

Lebih terperinci