BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Fenomena ini misalnya terlihat pada kasus penganut ajaran Sikh yang
|
|
- Deddy Budiono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengakuan terhadap 6 agama resmi di Indonesia membawa dampak tersendiri bagi penganut agama yang tidak termasuk dalam kategori agama yang diakui tersebut. Fenomena ini misalnya terlihat pada kasus penganut ajaran Sikh yang secara adminstratif berada dibawah naungan Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI). Sikh berbeda dengan agama Hindu, akan tetapi dalam praktiknya penganut Sikh harus mengaku sebagai Hindu meskipun keduanya berbeda (Sihombing, dkk, 2008:4), sementara status di Kartu Tanda Penduduk (KTP) mereka dianggap sebagai penganut agama Hindu. Belum diperoleh informasi yang jelas tentang masuknya ajaran Sikh sebagai bagian dari PHDI, walaupun dalam catatan sejarah, kedua agama ini memiliki benang merah. Sebuah catatan tentang sejarah dan perkembangan agama-agama dunia menyebutkan, meskipun Sikh telah menyebar ke seluruh dunia namun nilai-nilai religiusnya di India dikalahkan oleh kebudayaan Hindu yang lebih dominan (Keene, 2006:166). Ada anggapan bahwa Sikh merupakan ajaran yang banyak dipengaruhi oleh agama Hindu dan Islam, terutama karena ajaran ini diyakini berasal dari pengaruh seorang reformis bernama Kabir yang banyak belajar tentang agama Islam dan Hindu (Manimaran, 1994:98). Guru Nanak yang diyakini sebagai pendiri ajaran Sikh banyak mengambil pelajaran dari pikiranpikiran Kabir tersebut. 1
2 Boleh jadi kedekatan sejarah antara Sikh dan Hindu di tanah kelahirannya melatarbelakangi anggapan bahwa kedua ajaran ini memiliki kesamaan. Apalagi, di Indonesia muncul istilah Hindu Sikh dengan asumsi bahwa Sikh merupakan salah satu sekte dalam agama Hindu. Ajaran Sikh sendiri, seperti ditegaskan di atas, berada di bawah naungan PHDI yang diketahui merupakan sebuah lembaga berbentuk majelis untuk agama Hindu di Indonesia. Keberadaan majelis inilah yang mengindikasikan adanya konflik tersembunyi di antara penganut Sikh dan penganut Hindu, terutama sangat terlihat di Kota Medan. Dalam penelitian yang dilakukan Aisyah (2015:211), diperoleh informasi bahwa kepengurusan PHDI lebih didominasi oleh penganut Hindu yang pengaruhnya sangat dirasakan oleh penganut Sikh. Konflik diantara umat Hindu dirasakan cukup tajam ketika diketahui berdiri sebuah majelis baru yang menjadi semacam tandingan bagi PHDI dan disebut sebagai Majelis Hindu Indonesia (MHI). Melalui sebuah wawancara dalam studi pendahuluan yang dilakukan terhadap salah seorang pendiri MHI, Bpk, Djendi Kumar, disebutkan bahwa penganut Sikh sempat terbelah menjadi dua dalam kaitannya dengan penerimaan mereka pada MHI. Sebagian penganut masih setia pada PHDI, namun sebagian lainnya mendukung terbentuknya MHI. Aisyah (2015:211) menyebutkan, perlawanan terhadap gagasan munculnya lembaga MHI bukan saja datang dari kalangan penganut Sikh yang pada umumnya berasal dari etnis India Punjabi, akan tetapi juga datang dari sebagian kalangan penganut Hindu yang umumnya berasal dari etnis India Tamil. Perseteruan kedua lembaga ini cukup sengit, bahkan sampai pada tingkat pengadilan yang melibatkan lembaga kerukunan umat beragama di Sumatera 2
3 Utara. Tidak cukup sampai di situ, pada tahun 2014 muncul kembali sebuah lembaga baru yang menyebut diri mereka sebagai Perhimpunan Umat Hindu Sikh Indonesia (PERUHSI) yang mengklaim siap untuk menaungi ribuan umat Sikh di Sumatera Utara (Analisadaily, 13 Maret Wagub: PERUHSI Harus Mampu Berbaur dengan Suku dan Agama Lain). Memang, berdirinya MHI merupakan permasalahan tersendiri dalam internal umat Hindu, akan tetapi sikap penganut Sikh yang sebagiannya mendukung berdirinya MHI dan sebagian lainnya tidak mendukung, diduga merupakan pengaruh yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Hindu, baik yang setia pada PHDI maupun yang sudah keluar dari PHDI. Bagi penganut Sikh yang mendukung berdirinya MHI, menganggap bahwa kepentingan Sikh pada PHDI tidak terlalu diperhitungkan, Gurdwara (rumah ibadah Sikh) yang terletak di Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia didirikan atas biaya penganut Sikh sendiri tanpa pernah dibantu oleh PHDI, padahal keberadaan Sikh di bawah PHDI merupakan kepentingan agar umat Hindu terhitung banyak. Konflik yang terjadi antara penganut Sikh dan Hindu di Kelurahan Sari Rejo Medan bisa dikategorikan sebagai konflik tersembunyi (hidden conflict) karena tidak muncul ke permukaan sebagai konflik yang benar-benar terbuka. Akan tetapi, masih sulit untuk menempatkan konflik tersebut pada dua posisi yang sering dianggap sebagai konflik tersembunyi, yaitu konflik laten (laten conflict) dan konflik semu (pseudo conflict) atau yang disebut juga sebagai konflik batin. Konflik laten merupakan pembedaan yang dilakukan Fisher (2001) terhadap konflik yang terjadi di tengah masyarakat, sifatnya tersembunyi dan perlu diangkat ke permukaan untuk ditangani secara efektif. Sementara itu, 3
4 pseudo conflict (konflik semu) merupakan pembedaan yang dilakukan Miller dan Steinberg, untuk menggambarkan konflik yang terjadi karena kesalahpahaman akibat kesalahan-kesalahan komunikasi (Beebe dan Masterson, 2003:260). Dugaan konflik tersembunyi yang terjadi antara penganut Sikh dan Hindu di Kota Medan, lebih disebabkan oleh kepentingan politik dan sentimen pengakuan. Paling tidak dugaan ini diperkuat dengan informasi yang pernah dikemukakan sebelumnya, bahwa telah terjadi pertentangan berkaitan dengan lembaga yang menaungi masing-masing agama. Sebagai informasi tambahan, dalam studi pendahuluan yang dilakukan diperoleh informasi bahwa PHDI sangat berkepentingan untuk mempertahankan agama Sikh di bawah naungannya terkait dengan bantuan dana yang diberikan oleh negara. Sementara sebagian pihak menganggap PHDI hanya memanfaatkan penganut Sikh agar secara kuantitas penganut agama Hindu terhitung lebih banyak. Namun demikian, penting pula dipertimbangkan adanya sentimen etnis dalam konflik tersembunyi yang terjadi antara penganut Sikh dan Hindu di Kelurahan Sari Rejo mengingat keduanya secara umum berasal dari etnis yang berbeda. Ajaran Sikh cenderung dianut oleh orang-orang dari kalangan etnis India Punjabi, sebaliknya Agama Hindu cenderung dianut oleh orang-orang dari kalangan etnis India Tamil. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Zulkifli B. Lubis (2005) tentang komunitas Tamil dan Punjabi di Medan, memaparkan informasi serupa. Penelitian tersebut mengutip sebuah laporan yang mengungkapkan bahwa 66 persen penduduk Tamil yang berjumlah jiwa di Medan dan sekitarnya merupakan penganut agama Hindu; 28 persen Agama Budha; 4,5 persen Katolik dan Kristen; serta 1,5 persen penganut Agama Islam (Lubis, 2005:140). Temuan 4
5 menarik dari laporan tersebut, tidak disebutkan dari persentase yang dikemukakan adanya orang-orang Tamil yang menganut agama Sikh. Sebaliknya, orang-orang Punjabi yang diperkirakan sebesar jiwa, merupakan penganut Agama Sikh. Komunitas Punjabi ini sudah hadir di Sumatera Utara sejak awal perkebunan tembakau dibuka. Tidak seperti komunitas Tamil pada umumnya yang bermukim dengan pola menyatu, komunitas Punjabi lebih cenderung menyebar dan berbaur di pemukiman-pemukiman penduduk lainnya (Lubis, 2005: 142). Sentimen etnis antara India Tamil dan India Punjabi ini juga bisa diduga diakibatkan oleh perbedaan ekonomi. Sebagaimana penelitian yang dilakukan Susi Mariani Harahap (2013), dengan judul: Perbedaan Motivasi Belajar pada India Tamil dan India Punjabi di Kota Medan. Dengan hipotesis motivasi berprestasi India Punjabi lebih tinggi daripada India Tamil, penelitian tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang dibangun diterima melalui pengukuran di mana skor rata-rata motivasi berprestasi masyarakat India Punjabi adalah 108,41 dan skor rata-rata motivasi berprestasi India Tamil sebesar 92,53. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang diungkapkan McClelland (1966) bahwa masyarakat yang secara ekonomi lebih mapan mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi. Sementara pada kenyataannya, secara ekonomi masyarakat India Punjabi di kota Medan lebih mapan dibandingkan masyarakat Tamil, hal ini dapat terlihat dengan bertahannya toko-toko sport masyarakat Punjabi di kota Medan (Harahap, 2013:52). Deskripsi-deskripsi yang dipaparkan di atas merupakan latar belakang masalah yang penulis ungkapkan untuk menekankan minat mengajukan penelitian Skripsi 5
6 dengan mengambil judul: Konflik Tersembunyi antara Penganut Sikh dan Hindu di Kota Medan Perumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini dirumuskan ke dalam pernyataan konflik tersembunyi yang terjadi antara penganut Sikh dan Hindu di Kota Medan. Adapun pernyataan ini dapat dipecah pada beberapa pertanyaan khusus, yaitu: 1) Apa saja bentuk-bentuk konflik tersembunyi pada hubungan penganut Sikh dan Hindu di Kota Medan? 2) Apakah ada potensi konflik terbuka dari situasi konflik tersembunyi yang terjadi di antara keduanya? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan menjawab permasalahan yang diungkapkan pada perumusan masalah, yaitu untuk mengetahui konflik tersembunyi antara penganut agama Sikh dan agama Hindu di Kota Medan. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Bentuk-bentuk konflik tersembunyi pada hubungan penganut Sikh dan penganut Hindu di Kota Medan. 2) Potensi konflik terbuka dari situasi konflik tersembunyi yang terjadi di antara keduanya. 6
7 1.4. Manfaat Penelitian Secara teoretis, penelitian ini diharapkan bermanfaat secara keilmuan bagi penelitian-penelitian berikutnya untuk menggali teori-teori tentang konflik sosial, terutama teori konflik tersembunyi. Penelitian ini juga diharapkan memberikan sumbangan baru untuk rujukan bagi mahasiswa S.1 Departemen Sosiologi (khususnya) dan mahasiswa lain dengan jurusan yang sama pada umumnya. Sementara itu, secara praktis, penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan bagi masyarakat yang mengalami konflik untuk dapat mengambil langkahlangkah bijaksana menghindari terjadinya konflik terbuka. Terhadap pemerintah, penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan untuk dijadikan acuan dalam upaya pembuatan kebijakan menghindari terjadi konflik yang terbuka Defenisi Konsep Konflik Tersembunyi Konflik tersembunyi merupakan konflik yang sifatnya berawal dengan perasaan atau sikap ketidaksukaan suatu individu dan atau kelompok kepada individu dan atau kelompok lainnya yang tersembunyi (hidden conflict ) dalam alam bawah sadar masing-masing pihak, hal mana berpotensi untuk sewaktu-waktu dapat berubah menjadi konflik aktual (konflik terbuka atau manifes) apabila mendapatkan rangsangan sosial dari suatu keadaan atau karena dimotivasi oleh sementara pihak untuk maksud tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan keorganisasi, Wahyudi (2006:17) mengutip Stoner, menyebutkan konflik mencakup ketidaksepakatan soal alokasi sumber daya yang 7
8 langka atau peselisihan soal tujuan, status, nilai, persepsi, atau kepribadian yang dimiliki oleh beberapa pihak. Dalam penelitian ini konflik tersembunyi melihat suasana batin, sikap dan perasaan antara penganut Sikh dan Hindu Tamil di Kota Medan Penganut Sikh Sikh merupakan sebuah agama atau kepercayaan, meskipun secara administratif ia tidak digolongkan sebagai agama di Indonesia. Guna mendapatkan pengakuan, Sikh di Indonesia kemudian berada di bawah naungan Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) sehingga kepercayaan itu sering disamakan dengan salah satu aliran dalam agama Hindu. Sikh berbeda dengan Agama Hindu walaupun dalam praktiknya penganut Sikh harus mengaku sebagai Hindu (Sihombing, dkk., 2008:4). Dalam penelitian Skripsi yang ditulis Kaur Semanpreet (2012) dengan judul Kelas Sosial dan Interaksi Sosial pada Komunitas Agama Sikh di Medan, kata agama digunakan untuk menyebut kepercayaan ini. Semanpreet menegaskan, masyarakat Sikh di Kota Medan dan sekitarnya sering dipanggil dengan sebutan Benggali, padahal masyarakat Sikh sebenarnya bukan bersuku Benggali, melainkan bersuku Punjabi. Masyarakat Sikh ini berasal dari bagian utara India yaitu Punjab, oleh karena itu disebut sebagai orang Punjabi, sedangkan orangorang Benggali merupakan orang-orang yang berasal dari bagian tengah India. Orang Benggali ini memiliki kebudayaan yang berbeda dengan masyarakat Punjabi, baik dari gaya bahasa maupun berpakaian (Semanpreet, 2012:3) 8
9 Sementara itu, penelitian yang dilakukan Yasir Maulana Rambe dalam Skripsi berjudul: Perkembangan Agama Sikh di Kota Medan, kata agama juga digunakan untuk menyebutkan kepercayaan tersebut. dalam penelitian itu disebutkan bahwa kedatangan orang-orang Punjabi di Kota Medan sudah dimulai sejak masa kolonial, sekitar tahun 1880-an. Secara umum mereka tidak datang dengan cara berkelompok dalam jumlah yang besar. Akan tetapi lama kelamaan komunitas Punjabi yang menganut Sikh menjadi cukup besar di Kota Medan (Rambe, 2014:68-69). Penganut Sikh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemeluk (umat) agama Sikh yang tinggal dan beraktifitas di rumah ibadah yang terletak di Kelurahan Karangsari Kecamatan Medan Polonia, Kota Medan Penganut Hindu Agama Hindu merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Agama Hindu (disebut juga dengan istilah Hinduisme) merupakan agama dominan di Asia Selatan terutama di India dan Nepal yang mengandung aneka ragam tradisi. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Zulkifli B. Lubis (2005), dalam hubungannya dengan etnis India, agama Hindu di Kota Medan didominasi oleh tenis India Tamil dengan komposisi 66 persen. Penelitian yang dilakukan oleh S. Wani Maller (2016) dalam Skripsi berjudul: Organisasi Hindu Sabba di Medan menyatakan bahwa di dalam etnis Tamil struktur kasta tradisional masih terus berlanjut. Kasta Sudra dan Adi Dravida dipisahkan oleh aktivitas agama, pekerjaan, dan tempat tinggal. Etnis Tamil yang beralih ke agama Kristen atau Buddha digolongkan oleh yang beragama Hindu ke dalam Adi Dravida karena melanggar adat istiadat yang telah 9
10 tercipta (Maller, 2016:27). Dalam penelitian ini, penganut Hindu yang dimaksud adalah pemeluk (umat) Agama Hindu yang tinggal dan beraktifitas di rumah ibadah yang terletak di Kelurahan Sari Rejo serta pengurus Hindu dalam wadah Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) dan Majelis Hindu Indonesia (MHI). 10
BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan yang berbeda-beda. Saat ini, pemerintah Indonesia mengakui adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk Indonesia terdiri dari masyarakat yang memiliki agama dan kepercayaan yang berbeda-beda. Saat ini, pemerintah Indonesia mengakui adanya enam agama, dan sisanya
Lebih terperinciIndia di perantauan indiadiaspora.nic.ind jumlah perantauan India di seluruh
BAB I PENDAHULUAN Kota Medan adalah ibukota provinsi Sumatera Utara dan merupakan salah satu kota ketiga terbesar di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Sejak abad ke 19 kota Medan telah tumbuh sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai upacara ritual yang bersifat magis, adat istiadat maupun hiburan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan salah satu sarana bagi manusia untuk berkreasi dan berkarya. Manusia berkarya melalui cara dan media yang berbeda-beda sesuai dengan bakat dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah satu penyumbang kemajemukan di Indonesia karena masyarakatnya yang tidak hanya terdiri dari
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Kedatangan etnis Tamil dimulai
Lebih terperinciBAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN
BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN a. Latar Belakang (Times New Roman 14) Menguraikan tentang alasan dan motivasi dari penulis terhadap topik permasalahan yang diteliti / dikaji. Indonesia memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk yang terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan suatu kenyataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia ditakdirkan menghuni kepulauan Nusantara ini serta terdiri dari berbagai suku dan keturunan, dengan bahasa dan adat istiadat yang beraneka ragam,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk menjaga keharmonisan umat beragama. Berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) merupakan salah satu forum yang bertujuan untuk menjaga keharmonisan umat beragama. Berdasarkan Peraturan Menteri Agama dan Menteri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemajemukan, tetapi yang terpenting adalah keterlibatan aktif terhadap kenyataan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terdiri dari masyarakat yang plural. Dikatakan plural karena keanekaragaman bumi Indonesia dengan suku dan agamanya. Pluralitas tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal juga terlestari di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur unsur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang unik. Bali dipandang sebagai daerah yang multikultur dan multibudaya. Kota dari provinsi Bali adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai suatu negara multikultural merupakan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai etnik yang menganut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki struktur masyarakat majemuk dan multikultural terbesar di dunia. Keberagaman budaya tersebut memperlihatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Agama seperti yang kita ketahui bahwa dalam perspektif umat merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama seperti yang kita ketahui bahwa dalam perspektif umat merupakan perekat sosial di masyarakat. Setiap agama memiliki cara sendiri untuk mengajarkan umatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah konflik menjadi fenomena yang seakan menjadi biasa dalam masyarakat Indonesia. Kondisi Negara Indonesia dengan segala macam kemajemukan dan heterogenitas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berbhineka, baik suku bangsa, ras, agama, dan budaya. Selain itu, kondisi geografis dimana bangsa Indonesia hidup juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik dan memiliki wilayah kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu, Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umum dikenal dengan masyarakat yang multikultural. Ini merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia secara umum adalah masyarakat yang plural atau beraneka ragam baik warna kulit, suku, bahasa, kebudayaan dan agama. Dari komposisi masyarakat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keanekaragaman etnis, budaya, adat-istiadat serta agama. Diantara banyaknya agama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang dicirikan oleh adanya keragaman budaya. Keragaman tersebut antara lain terlihat dari perbedaan bahasa, etnis dan agama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan. Hidup berdampingan secara damai antara warga negara yang beragam tersebut penting bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini didiami oleh beberapa kelompok etnis yaitu Etnis Melayu, Batak Karo dan Batak Simalungun.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia digolongkan kepada masyarakat yang bersifat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia digolongkan kepada masyarakat yang bersifat majemuk. Geertz (dalam Suparlan, 1999), menjelaskan bahwa masyarakat majemuk merupakan masyarakat yang
Lebih terperinciBAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian
BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian di setiap bagian yang diperlukan dalam penelitian ini. Kita dapat mulai untuk meneliti apa
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN Awal dari sebuah kehidupan adalah sebuah penciptaan. Tanpa adanya sebuah penciptaan maka kehidupan di muka bumi tidak akan pernah ada. Adanya Sang Pencipta yang akhirnya berkarya untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertengahan abad ke-19 sebagai sebuah kota berpenduduk majemuk, baik dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota Medan di Sumatera Utara adalah sebuah kota yang tumbuh pesat sejak pertengahan abad ke-19 sebagai sebuah kota berpenduduk majemuk, baik dari kalangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut kodrat alam, manusia dimana-mana dan pada zaman apapun juga selalu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Menurut kodrat alam, manusia dimana-mana dan pada zaman apapun juga selalu hidup bersama, hidup berkelompok-kelompok. Manusia adalah makhluk sosial dan makhluk budaya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Masyarakat majemuk yang hidup bersama dalam satu wilayah terdiri dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda tentunya sangat rentan dengan gesekan yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping menjadi salah satu faktor pemersatu bangsa juga memberikan nuansa baru dalam keberislamannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, baik dalam hal suku, adat istiadat, bahasa, budaya, bahkan agama. Berdasarkan penjelasan atas Penetapan Presiden
Lebih terperinciPELAKSANAAN TUGAS KESEHATAN KELUARGA PADA SUKU MELAYU DI KELURAHAN PEKAN LABUHAN KECAMATAN MEDAN LABUHAN
PELAKSANAAN TUGAS KESEHATAN KELUARGA PADA SUKU MELAYU DI KELURAHAN PEKAN LABUHAN KECAMATAN MEDAN LABUHAN Shandra*, Lufthiani** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara **Dosen Departemen
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. SIMPULAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai simpulan dan rekomendasi terhadap penelitian yang berjudul Dampak Sinhala Only Act Solomon Bandaranaike Terhadap Etnis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Kemajukan ini di tandai oleh adanya suku-suku bangsa yang masing-masing
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa, bahasa serta agama yang bervariasi. Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan negara yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara tercinta Indonesia mempunyai berbagai macam agama yakni Islam,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara tercinta Indonesia mempunyai berbagai macam agama yakni Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu yang dengan adanya tersebut merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai perbedaan latar belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam ciri-ciri fisik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sehingga tidak memicu terjadinya konflik sosial didalam masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara multikultural yang masyarakatnya memiliki beragam suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Keberagaman tersebut dapat memunculkan sikap
Lebih terperinciPANCASILA PANCASILA DAN AGAMA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.
PANCASILA Modul ke: PANCASILA DAN AGAMA Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA ABSTRACT Menjelaskan ideologi Pancasila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang begitu unik. Keunikan negara ini tercermin pada setiap dimensi kehidupan masyarakatnya. Negara kepulauan yang terbentang dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang cenderung kepada kelezatan jasmaniah). Dengan demikian, ketika manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara universal (tanpa dipandang suku, etnis, stratifikasi sosial maupun agamanya) merupakan salah satu makhluk Tuhan yang paling sempurna di muka bumi
Lebih terperinciberagam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah suatu negara majemuk yang dikenal dengan keanekaragaman suku dan budayanya, dimana penduduk yang berdiam dan merupakan suku asli negara memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepentingan metabolisme tubuh, atau hanya sekadar untuk menyenangkan perut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makan merupakan kebutuhan paling dasar dan utama bagi setiap makhluk hidup yang sifatnya naluriah, tetapi jenis makanan apa yang layak dan tidak layak dimakan,
Lebih terperinciBAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian
BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian 2. Deskripsi Kelurahan Polonia Kelurahan Polonia merupakan salah satu dari kelurahan yang terdapat di Kecamatan Medan Polonia yang memilki luas 1,57km 2 dan terdiri dari
Lebih terperinciBAB II METODE PENELITIAN. metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena
BAB II METODE PENELITIAN II.1 Bentuk Penelitian Bentuk yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sebagaimana dikatakan Nawawi (1990:64) bahwa metode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari Sabang sampai Merauke terdapat suku dan ragam tradisi, seperti tradisi yang ada pada suku
Lebih terperinciTUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA
TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA Nama : M. Akbar Aditya Kelas : X DGB SMK GRAFIKA DESA PUTERA Kerukunan Antar Umat Beragama. Indonesia adalah salah satu negara
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. muncul adalah orang yang beragama Hindu. Dan identitasnya seringkali terhubung
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Jika seseorang mendengar kata pura maka asosiasinya adalah pulau Bali dan agama Hindu. Jika seseorang mengaku berasal dari Bali maka asosiasi yang muncul adalah orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Multikulturalisme dan pluralisme adalah esensi Bhineka Tunggal Ika yaitu keragaman dalam kesatuan yang mana memiliki peran besar dalam pembangunan bangsa. Selain itu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. budi pekerti, dan gambaran kehidupan orang Hindu. Agama ini juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Hindu adalah agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk India. Agama ini dinamakan Hindu, karena di dalamnya mengandung adatistiadat, budi pekerti,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beragama itu dimungkinkan karena setiap agama-agama memiliki dasar. damai dan rukun dalam kehidupan sehari-hari.
1 BAB I A. Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Dengan tumbuhnya pengetahuan tentang agama-agama lain, menimbulkan sikap saling pengertian dan toleran kepada orang lain dalam hidup sehari-hari, sehingga
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan sejarahnya Desa Karta Kecamatan Tulang Bawang Udik Kabupaten
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Desa Karta. Berdasarkan sejarahnya Desa Karta Kecamatan Tulang Bawang Udik Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah nama sebuah Desa yang terletak
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. sosial-politik yang melingkupinya. Demikian pula dengan Islamisasi dan
1 BAB VI KESIMPULAN Sebagaimana proses sosial lainnya, proselitisasi agama bukanlah sebuah proses yang berlangsung di ruang hampa. Ia tidak bisa dilepaskan dari konteks sosial-politik yang melingkupinya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Menurut Amos Rapoport arsitektur dibentuk dari latar belakang kebudayaan dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi dua bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan kreativitas manusia. Karya sastra lahir dari pengekspresian endapan pengalaman yang telah ada dalam jiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah mengenai kependudukan merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masalah mengenai kependudukan merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan. Pembangunan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan suatu
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Proses mobilitas orang India ke Kota Medan dapat dibagi. dalam dua periode. Periode pertama, perpindahan orang India
BAB VI KESIMPULAN Proses mobilitas orang India ke Kota Medan dapat dibagi dalam dua periode. Periode pertama, perpindahan orang India sebelum Medan menjadi sebuah kota kolonial pada akhir abad ke- 19.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan mahluk individu dan juga mahluk sosial. Sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan mahluk individu dan juga mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial manusia dituntut untuk bisa berinteraksi dengan orang-orang yang ada di sekeliling nya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ada disekitarnya. Demikian halnya dengan nenek moyang kita yang telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah peradaban bangsa-bangsa di dunia ini menunjukkan bahwa berbagai upaya yang dilakukan berbagai bangsa untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya pada
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR. tentang keberadaan Yayasan Perguruan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR Gambaran umum Kecamtan STM Hilir yang merupakan lokasi penilitian ini adalah, letak geografis, komposisi penduduk, dan perkembangan pemerintahan. Hal ini untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama merupakan sebuah ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari Sabang sampai Merauke terdapat suku dan ragam tradisi, seperti tradisi yang ada pada suku Jawa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini tercermin dari penetapan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Agama memiliki kedudukan dan peran yang sangat penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Pengakuan akan kedudukan dan peran penting agama ini tercermin dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) mengakui adanya lima agama dan satu aliran kepercayaan, yaitu Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan Kong hu cu. Keenam
Lebih terperinciKONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU
BAB VI KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU Konflik merupakan sebuah fenonema yang tidak dapat dihindari dalam sebuah kehidupan sosial. Konflik memiliki dua dimensi pertama adalah dimensi penyelesaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan ribuan pulau dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan ribuan pulau dan jumlah penduduk yang besar. Masyarakat Indonesia tinggal di pulau pulau Indonesia, dengan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah dan Geografis KelurahanMaharatu Desa Swamedyaialah desa yang berkecukupan dalam hal sumber daya alam dan sumber daya manusia. Dalam hal dana modal sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Binjai merupakan kota multi etnik yang dihuni oleh etnis Melayu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Binjai merupakan kota multi etnik yang dihuni oleh etnis Melayu, Jawa, Batak Karo, India dan Cina. Di antara etnik tersebut terdapat dua kelompok etnik yang berasal
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM DESA BANTAN AIR KECAMATAN BANTAN. Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis yang mempunyai jumlah penduduk
BAB II GAMBARAN UMUM DESA BANTAN AIR KECAMATAN BANTAN A. Geografis dan Demografis Desa bantan air merupakan salah satu desa yang terletak di wilayah Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis yang mempunyai
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
178 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memperoleh beberapa temuan penelitian yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk menarik kesimpulan. Berikut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya alam yang dimiliki, tetapi juga kaya akan kebudayaan. Dengan latar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang kaya. Tidak hanya kaya akan sumber daya alam yang dimiliki, tetapi juga kaya akan kebudayaan. Dengan latar belakang sejarah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk kota terbesar ketiga di Indonesia. Tidak hanya besar dari segi wilayah, namun juga besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang mempunyai tingkat keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai keanekaragaman tersebut dikenal dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.
BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK A. Letak Geografis dan Demografis 1. Geografis Desa Teluk Batil merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Sungai Apit
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM DESA PULAU SENGKILO KECAMATAN KELAYANG KABUPATEN INDRAGIRI HULU
BAB II GAMBARAN UMUM DESA PULAU SENGKILO KECAMATAN KELAYANG KABUPATEN INDRAGIRI HULU A. Geografis Dan Demografis Desa Pulau Sengkilo merupakan suatu desa yang terletak di Kecamatan kelayang Kabupaten Indragiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kemajemukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kemajemukan penduduk yang berdasarkan suku bangsa, budaya, ras dan agama. Kemajemukan yang ada pada bangsa Indonesia
Lebih terperinciINTERVIEW GUIDE KUESIONER UNTUK PENGURUS FKUB KOTA MEDAN PROFIL RESPONDEN
LAMPIRAN INTERVIEW GUIDE KUESIONER UNTUK PENGURUS FKUB KOTA MEDAN PENGANTAR Penelitian dengan judul Peran FKUB dalam menciptakan kerukunan umat beragama di Kota Medan ini dilaksanakan murni untuk penelitian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang damai, dimana agama ini mengajarkan keharusan terciptanya keseimbangan hidup jasmani maupun rohani sehingga dimanapun Islam datang selalu
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM. 4.1 Latar Belakang Perumahan Bataranila dan Lokasi. Bataranila sendiri bediri pada tahun Pada saat ini penduduk Perumahan
BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Latar Belakang Perumahan Bataranila dan Lokasi Perumahan Bataranila awalnya merupakan perumahan yang diperuntukan untuk para dosen dan karyawan Universitas Lampung dan Polinela.
Lebih terperinciSurvei Opini Publik Toleransi Sosial Masyarakat Indonesia
Survei Opini Publik Toleransi Sosial Masyarakat Indonesia Jakarta, 7 Agustus 2006 METHODOLOGI Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL
BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 21 Tahun : 2011 Seri : E PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN FORUM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi berbagai konflik sosial baik secara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi berbagai konflik sosial baik secara intern maupun ekstern, oleh karena itu, telaah ulang dan reformasi pemahaman
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Medan Helvetia, Kabupaten Medan
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 1. Lokasi dan Lingkungan Alam Kelurahan Helvetia Tengah ini merupakan salah satu kelurahan yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Medan Helvetia, Kabupaten Medan
Lebih terperinciBAB. IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penengahan yang berpenduduk Jiwa pada Tahun Secara
BAB. IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kecamatan Palas Kecamatan Palas terletak di Timur Laut dari Ibukota Kabupaten Lampung Selatan (Kalianda). Kecamatan Palas merupakan pemekaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ajarannya akan berbeda dengan mainstream, bahkan memiliki kemungkinan terjadi
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Dalam suatu masyarakat terdapat sebuah sistem dan komponen yang mendukung eksistensi komunitas. Komponen itu antara lain agama, kewarganegaraan, identitas suku,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu yang tidak bisa hidup sendiri dan juga merupakan makhluk sosial yang selalu ingin hidup berkelompok dan bermasyarakat. Dalam
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK
12 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK A. Kondisi Geografis Desa Olak merupakan salah satu daerah integral yang terletak di Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pekanbaru, terdiri atas 65 RW dan 318 RT. Luas wilayah Kecamatan Tampan
BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Wilayah Kecamatan Tampan merupakan salah satu kecamatan di wilayah Kota Pekanbaru, terdiri atas 65 RW dan 318 RT. Luas wilayah Kecamatan Tampan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia terdiri dari berbagai macam budaya, agama, adat istiadat, bahasa, dan sukusuku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arsitektur sebagai produk dari kebudayaan, tidak terlepas dari pengaruh perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya proses perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Latarbelakang Pengadaan Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang 1.1.1 Latarbelakang Pengadaan Proyek Indonesia adalah negara kesatuan yang terdiri dari jajaran ribuan pulau yang mempunyai masyarakat plural dimana memiliki bermacam-macam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Istilah komunikasi bukanlah suatu istilah yang baru bagi kita. Bahkan komunikasi itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari sejarah peradaban umat manusia, dimana pesan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERAN ORGANISASI PEMUDA DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA
BAB IV ANALISIS PERAN ORGANISASI PEMUDA DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA a. Realitas Kerukunan Antar Umat Beragama di Desa Banyutowo Indonesia adalah negara multi etnis, multi kultur dan multi
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan
Lebih terperinciPeningkatan Kesalehan Sosial demi Terjaganya Harmoni Sosial
XVI Peningkatan Kesalehan Sosial demi Terjaganya Harmoni Sosial Untuk mewujudkan Jawa Timur makmur dan berakhlak, diperlukan landasan kesalehan sosial dalam pemahaman dan pengamalan nilai-nilai agama dan
Lebih terperinciPentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa
Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata toleran yang berarti sifat/sikap menenggang (menghargai,
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. Desa Talang Bojong pada dewasa ini termasuk wilayah teritorial
52 IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Lokasi Desa 1. Letak Geografis Desa Talang Bojong pada dewasa ini termasuk wilayah teritorial administratif pemerintah wilayah Kecamatan Kotabumi Kota. Desa Talang
Lebih terperinci