Kajian Potensi Geowisata Karst di Kabupaten Wonogiri

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kajian Potensi Geowisata Karst di Kabupaten Wonogiri"

Transkripsi

1 Kajian Potensi Geowisata Karst di Kabupaten Wonogiri Kegiatan Tahun Anggaran 2017

2 Latar Belakang Kabupaten Wonogiri yang memiliki luas wilayah ,02 km 2. merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki keanekaragaman geologi cukup unik, sehingga sangat memungkinkan untuk pengembangan geowisata karst di wilayah Wonogiri Bagian Selatan. Sebaran batugamping di Wonogiri selatan sudah dijadikan kawasan Global Geopark Gunungsewu. Sehingga dapat dimungkinkan pengembangan geosite sebagai potensi geowisata karst di diluar geosite koridor Global Geopark Gunungsewu di Wilayah Wonogiri.

3 Maksud dan Tujuan Maksud pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk melakukan inventarisasi dan interpretasi potensi geowisata di wilayah Kabupaten Wonogiri yang terdapat di dalam kawasan karst. Sedangkan tujuan pelaksanaan kegiatan adalah untuk melakukan kajian dalam rangka mengembangkan dan mengintegrasikan potensi geowisata di wilayah Kabupaten Wonogiri dalam mendukung Geopark Gunungsewu.

4 Sasaran 1. Terinventarisasinya potensi geowisata karst baru di Kabupaten Wonogiri; 2. Diskripsi dan interpretasi terhadap geosite yang ada 3. Terwujudnya peta geosite yang terintegrasi dengan Geopark Gunungsewu 4. Rencana pengembangan geowisata karst yang terintegrasi dengan Geopark Gunungsewu

5

6

7 Penilaian potensi geowisata (Kubalikova, 2013) Integritas Kelangkaan (jumlah situs yang memiliki kesamaan) Diversitas Nilai Edukasi Nilai Keilmuan dan intrinsik 0 Situs telah hancur total 0,5 Situs terganggu, namun memiliki kenampakan fitur abiotik yang jelas 1 Situs tanpa kehancuran 0 lebih dari 5 situs yang sama 0,5 2-5 situs yang sama 1 satu satunya situs pada daerah penelitian 0 hanya satu proses yang tampak 0,5 2-4 proses/fitur abiotik yangtampak 1 the only sites within the area of interest 0 situs yang masih belum diketahui 0,5 memiliki publikasi ilmiah di tingkat nasional 1 pengetahuan yang tinggi dari situs, dengan adanya pengetahuan monografi

8 Kejelasan/ tingkat representatif dari proses pada situs Percontohan dan kegunaan situs Kehadiran produk edukasi Kegunaan aktual dari situs sebagai geowisata Nilai Edukasi 0 bentuk dan proses dari situs kurang terepresentasikan 0,5 bentuk dan proses pada situs terepresentasikan, dan dapat diamati oleh saintis 1 terepresentasikan dengan baik, dan dapat diamati oleh publik secara luas 0 - contoh dan kegunaan dari situs masih sangat sedikit 0,5 Kehadiran contoh, namun dengan kegunaannya yang masih terbatas 1 contoh yang baik dari situs untuk dapat digunakan, hingga dalam bentuk geowisata 0 tidak ada produk 0,5 Brosur, peta, halaman web 1 panel info, dan informasi secara langsung pada situs 0 belum ada kegunaan edukatif dari situs 0,5 situs sebagai tempat ekskursi/ lokasi penelitian bagi siswa/ mahasiswa 1 tour edukasi bagi publik

9 Nilai Ekonomi 0 - more than 1000 m from the parking place, Aksesibilitas Ketersediaan Infrastruktur Turis 0,5 - less than 1000 m from the parking place 1 - more than 1000 m from the stop of public transport 0 lebih dari 10 km dari fasilitas turis yang tersedia km dari fasilitas turis yang tersedia 1 kurang dari 5 km dari fasilitas turis 0 belum ada produk lokal berkaitan dengan situs. Produk Lokal 0,5 kehadiran beberapa produk lokal 1 kehadiran produk lokal yang menjadi kebanggaan dari situs.

10 Nilai Konservasi Bahaya dan resiko aktual dari situs 0 bahaya alami dan atrofik (penurunan kualitas) bagi situs yang tinggi, 0,5 - kehadiran resiko bahaya yang dapat mengganggu situs, 1 resiko rendah dan hampir tidak ada bahaya Potensi ancaman dan resiko bahaya Status dari Situs 0 Potensi bahaya alami dan atrofik (penurunan kualitas) bagi situs yang tinggi, 0,5 Potensi resiko bahaya yang dapat mengganggu situs, 1 Potensi resiko rendah dan hampir tidak ada bahaya 0 Terjadi proses penghancuran situs yang terus menerus 0,5 Situs mengalami kehancuran, namun tetap dimanajemen dengan baik untuk mengurangi dampaknya 1 tidak terdapat kehancuran Perlindungan Legislatif 0 tidak adanya perlindungan legislatif 0,5 adanya proses permintaan untuk perlindungan legislatif, 1 adanya perlindungan legislatif dalam bentuk situs nasional, dll.

11 Nilai Tambahan Ketersediaan Nilai Budaya Nilai Ekologi Nilai Estetika: banyak warna; struktur ruang/ Pola, ketersediaan titik pandang 0 tidak ada fitur budaya, 0,5 ketersediaan fitur budaya, namun kurang berhubungan dengan situs, 1 ketersediaan fitur budaya dengan hubungan yang erat dengan situs. 0 tidak penting 0,5 mempengaruhi situs, namun tidak terlalu penting 1 ekologi memiliki pengaruh penting terhadap situs, misalnya sisi geomorfologinya. 0 satu warna 0, warna 0,5 lebih dari 3 warna 0 hanya 1 pola 0.25 dua atau tiga pola yang terindentifikasi 0.5 lebih dari 3 pola; 0 tidak ada titik pandang, titik pandang dan lebih titik pandang

12

13 Geopark Gunungsewu Wonogiri Potensi eksisting dari sumberdaya geowisata di Kabupaten Wonogiri termasuk dalam koridor pengembangan geowisata dalam aspek Geopark Gunung Sewu yang meliputi wilayah Gunungkidul, Wonogiri dan Pacitan. Aspek geowisata Wonogiri dalam pengembangan geopark (geosite-nya) terkonsentrasi pada unsur-unsur yang terkait dengan kawasan bentang alam karst di Wonogiri Selatan.

14 Lembah kering Giritontro (sebagai Geosite : W-01) Keberadaan lembah kering yang terletak di segmen Kars Wonogiri bagian tengah ini merupakan bukti jika bumi bersifat dinamis. Lembah Giritontro yang berhulu di sekitar Desa Sinung, selatan Giritontro (Kabupaten Wonogiri), dan bermuara di Desa Sadeng (Kabupaten Gunungkidul) di pantai selatan ini mempunyai panjang sekitar 21 km

15 Pada saat ini, kawasan karst yang terletak di barat Pracimantoro (Desa Gebangharjo) dijadikan sebagai situs karst dunia, termasuk dibangunnya Museum Karst Gunungsewu Berdasarkan keragaman keunikan karst tersebut, maka dalam koridor Global Geopark Gunung Sewu untuk wilayah Kabupaten Wonogiri mempunyai 7 geosite, yaitu ; W-01 : Lembah Kering Giritontro W-02 : Goa Sodong W-03 : Goa Tembus W-04 : Luweng Sapen W-05 : Goa Mrico W-06 : Goa Potro Bunder W-07 : Pantai Sembukan Museum Karst Gunungsewu sebagai bentuk konservasi situs karst dunia di Gunungsewu, Daerah Gebangharjo, Pracimantoro

16

17

18 Proses karstifikasi Unsur-unsur kars yang disebabkan oleh proses karstifikasi pada batugamping Formasi Wonosari di daerah Wonogiri selain jenisnya beragam juga berkembang di permukaan dan di bawah-permukaan tanah (Samodra, 2005). Sebagai pembentuk bentangalam kars, unsur-unsur yang dimaksud antara lain struktur lapies (minor-exokarst), bangun majorexokarst (bukit kerucut, dolina, uvala, polje, telaga, lembahkering, lembah-buntu), dan gejala endokarst (gua). Bentangalam kars di wilayah Kabupaten Wonogiri disusun oleh aneka bangun asal-pelarutan yang melibatkan batugamping. Gejala pelarutan (karstifikasi) itu berkembang di permukaan (exokarst) dan di bawah-permukaan (endokarst), dengan dimensi atau skalanya yang beragam (minor- hingga major-karst features).

19 Di Kabupaten Wonogiri, bentangalam kars-luar asal-pelarutan mempunyai jenis yang beragam. Berdasarkan dimensinya, bentangalam kars-luar hasil karstifikasi itu dikelompokkan menjadi minor- dan major exokarst. Lapies atau karren Bukit-bukit kerucut Dolina, uvala, dan polje Telaga

20 Telaga

21 Lembah-kering Giritontro Lembah-kering Giritontro sebagai lembah sungai purba di dekat perbatasan daerah Wonogiri dan Gunungkidul, dengan lembahnya yang lebar dan dalam

22 Batuan Dasar Dan Penutup Karst Kehadiran batuan-dasar dan batuan-penutup yang mengalasi dan menindih satuan batugamping memiliki arti penting, karena keduanya berpengaruh besar pada proses karstifikasi yang melibatkan lapisan batugamping yang tidak tersingkap. Pengaruh yang dimaksud berkaitan dengan speleogenesis dan perkembangan sistem perguaan, baik yang sudah maupun belum tersingkap. Batugamping yang dimaksud mencakup batugamping-tua yang berumur akhir Miosen Awal (Formasi Sampung), dan batugamping-muda yang berumur permulaan Miosen Tengah-Pliosen (Formasi Wonosari dan batugamping berlapis tufan yang korelatif dengan Formasi Oyo).

23 Inventarisasi Endokarst Istilah endokars digunakan untuk semua bentukan asalpelarutan yang berkembang di bawah permukaan tanah. Secara umum, gejala bentangalam kars bawahpermukaan diwakili oleh sistem perguaan, dengan speleotem, telaga- dan sungai bawahtanah di dalamnya. Mulut Gua Kreo Lubang masuk Luweng Jolotundo

24 Mulut Gua Kucing Hiasan stalaktit yang terdapat di dalam Gua Pego Wetan Mulut Gua Jenggot Lor Mulut Gua Jenggot Kidul

25

26

27

28

29

30 Nilai strategis Gua Secara umum, nilai strategis gua mencakup: Fungsi utamanya sebagai tempat masuknya air larian (sehingga keberadaannya mengimbuhi sistem air tanah), sumber air yang berpotensi atau sudah dikembangkan, menjadi hunian walet dan kelelawar (aspek bioekonomi dan bioekologi), berpotensi atau sudah dikembangkan menjadi objek wisata, mempunyai arti arkeologi dan paleontologi, situs pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan (geologi, hidrologi, speleologi, biospeleologi), mempunyai arti sosio-budaya yang berkaitan dengan nilai spiritual, kepercayaan, agama, dan legenda. Fungsinya yang berkaitan dengan hidrologi, biologi, geologi, speleologi, dan sosio-budaya tidak mencukupi untuk dikriteriakan sebagai gua bernilai strategis tinggi. Fungsinya hanya sebagai penciri gejala karstifikasi-lanjut, atau gejala lainnya yang bersifat umum

31 Arkeologi Daerah Wonogiri bagian selatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan prasejarah di kawasan Gunung Sewu. Bukti adanya kehidupan prasejarah yang melibatkan manusia, flora, dan fauna ditemukan di banyak tempat, baik di permukaan kawasan kars maupun di dalam gua. Piranti atau peralatan manusia prasejarah (artefak) yang terbuat dari batu ditemukan pada aluvium sungai di daerah hulu Bengawan Solo (sungai kecil di dekat Giriwoyo). Alat-alat paleolitikum yang digolongkan sebagai budaya pacitanian itu terdiri dari pembelah, kapak perimbas, kapak penetak, pahat genggam, serut, bilah, dan serpih. Artefak itu terbuat dari rijang, basal, gamping terkersik, tuf terkersik, kuarsa, dan andesit (Prasetyo, 2001). Sedimen gua yang bercampur dengan fosfat guano, yang mengawetkan sisasisa makanan dan artefak manusia prasejarah di Song Gilap

32 Nilai Strategis Endokarst Aspek hidrologi kawasan berfungsi sebagai penyimpan air bawahtanah secara permanen dalam bentuk akuifer, sungai bawahtanah, dan telaga bawahtanah mempunyai sistem perguaan aktif Aspek speleologi gua memiliki estetika speleotem, sehingga sudah atau berpotensi untuk dikembangkan menjadi objek wisata, sekalipun pemilihan untuk wisata gua perlu pendekatan multi-disiplin dan pendekatan multi-stakeholder dan berbasis masyarakat sekitar gua tersebut. gua memiliki peninggalan sejarah (arkeologi), sehingga sudah atau berpotensi dikembangkan menjadi objek wisata budaya dan pengembangan ilmu pengetahuan Aspek keanekaragaman hayati kawasan kars dan gua mengandung flora dan fauna yang memiliki fungsi sosio-budaya, ekonomi, dan pengembangan ilmu pengetahuan Aspek biospeleologi gua berfungsi sebagai habitat fauna yang mempunyai nilai ekonomi dan nilai ekologi. Hal ini terjadi pada sistem perguaan gua yang telah dihuni oleh sekelompok burung wallet dan sritti.

33 Inventarisasi Eksokarst Fenomena karstifikasi eksokarst di daerah Wonogiri Selatan, khususnya di wilayah Kecamatan Eromoko, Pracimantoro, Paranggupito, Giritontro, Giriwoyo adalah dijumpainya kenampakan permukaan perbukitan yang membentuk bukitbukit khas pada perbukitan batugamping dan ledokan sampai telaga antar perbukitan / bukit karst. Morfologi Karst Wonogiri Selatan Areal persawahan di lembah Sungai Bengawan Solo Purba

34 Kenampakan dolina di daerah Prembe Kenampakan telaga karst (Telaga Kenanga) di Desa Joho,, Pracimantoro

35 Konservasi Kawasan Karst Sebagai bagian dari sistem Kars Gunungsewu yang luas, kawasan kars di wilayah Kabupaten Wonogiri menyusun sendi-sendi konservasi dari sistem kawasan tersebut. Aspek konservasinya mendasarkan pada ketetapan bahwa Kars Gunungsewu merupakan satu kesatuan ekosistem yang utuh. Oleh karenanya, objek konservasi harus dapat mendukung wilayah di sekitarnya, baik yang terdapat di Kabupaten Gunungkidul maupun di Kabupaten Pacitan. Usaha pelestarian sumberdaya alam kars penting dalam bentuk konservasi merupakan konsekuensi logis dari kegiatan pengelolaan kawasan kars secara berkelanjutan.

36 Inventarisasi Potensi Geowisata

37 Penafsiran dan penilaian obyek fenomena karst sebagai obyek geowisata karst

38 Berdasarkan pendekatan kualitatif melalui skoring yang telah dibuat oleh Kubalikova (2013) maka mendapat hasil prioritas pengembangan geosite sebagai produk geowisata. Fenomena endokarst yang layak sebagai geosite untuk produk baru geowisata dalam koridor Global Geopark Gunungsewu (area Wonogiri), terutama keberadaan goa. Goa karst yang diusulkan sebagai geosite baru adalah : 1) Goa Putri Kencono, Desa Wonodadi, Kecamatan Pracimantoro. 2) Song Gilap, Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantro. 3) Goa Ngantap, Desa Bayemharjo, Kecamatan Giritontro. 4) Goa Platar, Desa Platarejo, Kecamatan Giriwoyo. 5) Goa Jomblang, Desa Gudangharjo, Kecamatan Paranggupito

39 Keunikan Goa Putri Kencono, Desa Wonodadi, Kecamatan Pracimantoro Koordinat X Y Keunikan Goa Putri Kencono memiliki satu mulut goa, goa yang terdiri dari 3 ruangan, goa ini relatif masih aktif sehingga pertumbuhan speleotem masih dapat berkembang. Goa tersebut memiliki cerita mitologi tokoh Brawijaya yang cukup fenomenal. Selain itu goa sudah dikelola dengan sangat baik oleh masyarakat sekitar, beberapa fasilitas pendukung antara lain infrastruktur jalan yang sudah beraspal, instalasi listrik didalam goa, adanya perlengkapan keselamatan wisatawan goa seperti safety helmet dan sepatu boots, adanya toilet dan tempat sampah (diluar goa). Selain itu untuk memasuki goa wisatawan ditawarkan jasa pemandu didalam goa. Pemandangan alam diluar goa yang cukup indah yang difasilitasi dalam bentuk gardu pandang diatas bukit dari Goa Putri Koncono. Kawasan sekitar Goa Putri Kencono sudah terintegrasi untuk menjadi desa wisata dengan menjadikan goa ini dan hutan pinus sebagai objek wisata utama

40 Keunikan Song Gilap, Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantro Koordinat X Y Keunikan Song Gilap secara geologi terletak pada lembah perbukitan karst yang membentuk kenampakan dolina akibat proses pelarutan yang menyebabkan terbentuknya sebuah cekungan hasil runtuhan, litologi berupa batugamping berlapis Formasi Wonosari ini memiliki stalakmit yang indah walaupun perkembangan speleotem (permukaan) relatif telah mati atau tidak dapat berkembang karena kandungan air yang minim dan kawasan goa yang terbuka sehingga mudah bereaksi dengan O 2. Sistem perguaan-mendatar berupa ruangan besar tunggal, terdapat sungai bawah tanah dan terdapat fosil-fosil makro yang unik dan dapat menjadi sarana studi arkeologi ataupun geologi. Selain itu letak Song Gilap masih dalam Kawasan Museum Karst yang dapat menjadi destinasi baru penunjang Museum Kars Indonesia.

41 Keunikan Goa Ngantap, Desa Bayemharjo, Kecamatan Giritontro Koordinat X Y Keunikan Goa Ngantap memiliki satu mulut goa yang cukup besar, goa tersebut memiliki sistem perguaanmendatar berupa ruangan besar tunggal, genangan air perkolasi di dekat stalakmit besar, genangan air vadosa di bagian dasar ruangan yang bersifat parenial. Pada sekitar tahun 1990-an. Goa ini pernah menjadi objek wisata unggulan hingga dibangunkannya fasilitas penunjang seperti toilet, lahan parker, dll pada saat itu. Namun keadaannya sekarang cukup memperihantinkan dan sebenarnya hanya membutuhkan sedikit pembenahan dasar agar menjadi objek wisata unggulan kembali. Letak goa yang relatif dekat dengan jalan utama menuju Pacitan menjadi pertimbangan utama karena infrastruktur jalan yang sudah cukup memadai dengan jalanan aspal hingga dekat area goa.

42 Keunikan Goa Platar, Desa Platarejo, Kecamatan Giriwoyo Koordinat X Y Keunikan Goa Platar memiliki satu mulut goa, goa ini terdiri dari banyak ruangan apabila ditelusuri lebih dalam, karena goa ini memiliki Panjang goa yang dapat di telusuri hingga lebih dari 300 meter secara mendatar, goa ini relatif masih aktif sehingga pertumbuhan speleotem masih dapat berkembang karena aktivitas sungai bawah tanah yang relatif masih berjalan. Goa tersebut memiliki cerita mitologi sebagai tempat pertapaan dari tokoh Sunan Bonang yang sangat terkenal sebagai penyebar Agama Islam pada era Wali Songo. Ada ruangan yang disebut sebagai lumbung padi apabila dilihat dengan mata batin. Goa ini secara tidak langsung sangat cocok untuk tempat wisata spiritual karena memiliki riwayat yang sangat menarik dari sisi spiritual. Selain itu goa terletak di dekat jalan provinsi lintas selatan. Hanya berjarak sekitar 300 meter dari jalan utama.

43 Keunikan Goa Jomblang, Desa Gudangharjo, Kecamatan Paranggupito Koordinat X Y Keunikan Goa Jomblang memiliki satu mulut goa yang cukup besar, goa tersebut memiliki sistem perguaanmendatar berupa ruangan besar tunggal, genangan air perkolasi dasar permukaan goa, genangan air vadosa di bagian dasar ruangan yang bersifat musiman. litologi berupa batugamping berlapis Formasi Wonosari ini memiliki stalakmit yang indah walaupun perkembangan speleotem (permukaan) relatif telah mati atau tidak dapat berkembang karena kandungan air yang minim dan kawasan goa yang terbuka sehingga mudah bereaksi dengan O 2. Lokasi goa ini pernah menjadi objek wisata utama daerah sekitar, namun karena akses yang cukup jauh dan tidak adanya rambu petunjuk letak goa sehingga goa ini jarang dikunjungi. Pada sekitar tahun 1990-an. Goa ini pernah menjadi objek wisata unggulan hingga dibangunkannya fasilitas penunjang seperti toilet, lahan parker, dll pada saat itu. Namun keadaannya sekarang cukup memperihantinkan dan sebenarnya hanya membutuhkan sedikit pembenahan dasar agar menjadi objek wisata unggulan kembali. Letak goa yang relatif dekat dengan jalan utama menuju Pacitan menjadi pertimbangan utama karena infrastruktur jalan yang sudah cukup memadai dengan jalanan aspal hingga dekat area goa.

44 Pengembangan produk kepariwisataan dalam konteks Regional Terpadu. Justifikasi : Pariwisata merupakan kegiatan yang tidak mengenal batas ruang dan wilayah, oleh karena itu pengembangan kepariwisataan yang mengacu pada batas-batas administratif sudah harus ditinggalkan. Selanjutnya dalam perencanaan pembangunan pariwisata perlu lebih memperhatikan dan menerapkan tren pariwisata dunia secara tepat serta berpandangan ke depan. Hal ini dapat dicapai melalui upaya memperkuat kemitraan melalui kesadaran bersama terhadap makna lintas batas untuk menciptakan ruang-ruang pariwisata baru. Kerjasama antar kabupaten dalam ruang lingkup Global Geopark Gunungsewu, merupakan bukti nyata semangat borderless tersebut, yang perlu ditindaklanjuti dengan programprogram nyata, termasuk sektor kepariwisataannya.

45 Mengembangkan karakter terpadu dari produk-produk yang ada melalui pengembangan zona-zona tematis, bertumpu pada potensi alam geologi dan perpaduannya dengan ekologi pantai, bentang alam (karst) maupun budaya pedesaan sebagai tema pengembangan. Justifikasi : Pengalaman yang menyeluruh bagi wisatawan mengenai produk wisata (berupa objek atau layanan) dapat diciptakan melalui penetapan zona-zona tematis, yang berupa objek-objek dengan keunikan karakteristik dan atraksi wisata menarik, yang diintegrasikan terpadu dan efisien, sehingga memiliki pembeda khas dengan produk di daerah wisata atau area wisata lainnya. Pengembangan objek dengan tema-tema khusus ini selain menciptakan alternatif pilihan bagi wisatawan, juga diharapkan mampu mendorong tumbuh dan berkembangnya sub-sub kawasan yang ada dengan produk wisata spesifik serta berkembangnya peluang-peluang usaha bagi masyarakat di sekitarnya..

46 Perkembangan obyek dan daya tarik geowisata yang ada masing-masing juga menunjukkan tingkat perkembangan yang berbeda-beda bahkan sangat kontras, sehingga cenderung terjadi kesenjangan perkembangan yang sangat tinggi antar obyek dan daya tarik wisata, yang bermuara pula pada kesenjangan pengembangan wilayah (terutama wilayah Pracimantoro, karena keberadaan Museum Karst dan 5 geosite dalam Global Geopark Gunungsewu, dengan wilayah Giritontro, Giriloyo). Oleh karena itu agar sektor pariwisata mampu memberdayakan atau pun mengoptimalkan pengembangan sumber daya geowisata yang ada serta menjembatani pengembangan wilayah Kabupaten Wonogiri pada umumnya dengan dengan kawasan Global Geopark Gunungsewu, maka perlu disusun rencana pengembangan yang bersifat sinergis, komplementer dan terpadu diantara obyek-obyek maupun wilayah yang ada.

47

48

49

50

51

52

53 Secara geologi karst, wilayah Kabupaten Wonogiri bagian selatan (yang meliputi wilayah Kecamatan Eromoko, Pracimantoro, Paranggupito, Giriwoyo dan Giritontro) mempunyai potensi endokarst dan eksokarst yang dapat dikembangkan sebagai daerah tujuan kegiatan geowisata dalam koridor Global Geopark Gunungsewu. Kegiatan dan daya tarik geowisata tersebut berdasarkan pada : keunikan bentang alam kawasan karst (terutama fenomena endokarst, yaitu goa), landsekap bentang alam pantai bertebing batugamping (tebing karst) di wilayah pesisir Paranggupito. Berdasarkan hasil survei lapangan, daerah yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai daerah tujuan geowisata adalah kawasan Museum Karst di Pracimantoro, kawasan Lembah Kering Girtontro, kawasan pantai bertebing karst Paranggupito, dan beberapa goa di wilayah Eromoko, Giriwoyo, dan Giritontro. Pengembangan tersebut perlu diikuti dengan perencanaan yang terkait dengan pengembangan promosi daya tarik geowisata bersamaan promosi Global Geopark Gunungsewu. Pengembangan lainnya adalah pembinaan dan sosialisasi ke masyarakat, penguatan kapasitas sosial budaya di kawasan tersebut; pengembangan infrastruktur, aksesibilitas jalan yang lebih baik, dan sarana prasarana penunjang wisata; pelibatan masyarakat, serta pengembangan tata ruang kawasan yang memperhatikan kondisi geologi dan keunikan geologi sebagai basis data kegiatan geowisata.

54 Hasil kajian ini menunjukkan bahwa ada fenomena endokarst yang layak sebagai geosite untuk produk baru geowisata dalam koridor Global Geopark Gunungsewu (area Wonogiri), terutama keberadaan goa. Goa karst yang diusulkan sebagai geosite baru adalah : 1) Goa Putri Kencono, Desa Wonodadi, Kecamatan Pracimantoro. 2) Song Gilap, Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantro. 3) Goa Ngantap, Desa Bayemharjo, Kecamatan Giritontro. 4) Goa Platar, Desa Platarejo, Kecamatan Giriwoyo. 5) Goa Jomblang, Desa Gudangharjo, Kecamatan Paranggupito.

55 Saran yang dapat disampaikan dalam Kajian Potensi Geowisata Kawasan Karst Gunungsewu di Kabupaten Wonogiri adalah : 1) Pengembangan geosite-geosite baru tersebut dapat dieksplorasi lebih detil dengan cara pemetaan goa (dengan pendekatan geospeleologi detail dan DED-nya, dan studi kelayakan sosial dan fisik untuk pengembangan geowisatanya) 1) Pembangunan fasilitas pariwisata dan kreatifitas masyarakat sekitar geosite dalam promosi kawasan geowisata Gunungsewu merupakan ujung tombak dalam pengembangan sebuah kawasan wisata. 1) Sebaiknya dalam mengembangkan sektor pariwisata didukung dengan pengadaan sarana dan prasarana yang memadai sehingga dapat meningkatkan minat para pengunjung objek wisata, mengingat kondisi sarana infrastruktur yang masih perlu ditingkatkan. Apalagi pengembangan jaringan Jalan Selatan- Selatan DIY Jateng Jatim pada trase Wonosari Pracimantoro Punung Pacitan sedang dikembangkan kapasitas jalannya.

SALINAN. Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT

SALINAN. Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT SALINAN Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang : Mengingat : a. bahwa kawasan kars yang merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.640, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ESDM. Kawasan Bentang Alam Karst. Penetapan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1456 K/20/MEM/2000 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN KARS

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1456 K/20/MEM/2000 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN KARS KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1456 K/20/MEM/2000 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN KARS MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan ketentuan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR : 1518 K/20/MPE/1999 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN KARS MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI,

KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR : 1518 K/20/MPE/1999 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN KARS MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI, KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR : 1518 K/20/MPE/1999 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN KARS MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI, Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang pertambangan harus memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wonogiri, sebuah Kabupaten yang dikenal dengan sebutan kota. GAPLEK dan merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Wonogiri, sebuah Kabupaten yang dikenal dengan sebutan kota. GAPLEK dan merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wonogiri, sebuah Kabupaten yang dikenal dengan sebutan kota GAPLEK dan merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang mempunyai keindahan alam yang pantas untuk diperhitungkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hamparan karst di Indonesia mencapai km 2 dari ujung barat sampai

BAB I PENDAHULUAN. Hamparan karst di Indonesia mencapai km 2 dari ujung barat sampai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah baik sumber daya alam hayati maupun non-hayati. Salah satu dari sekian banyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Yogyakarta yang memiliki luasan 1.485,36 kilometer persegi. Sekitar 46,63 %

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Yogyakarta yang memiliki luasan 1.485,36 kilometer persegi. Sekitar 46,63 % I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Gunungkidul merupakan wilayah dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki luasan 1.485,36 kilometer persegi. Sekitar 46,63 % dari luas wilayah Provinsi

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT 1 BUPATI BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN SITUS GUA PAWON DAN LINGKUNGANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Timur. Fenomena permukaan meliputi bentukan positif, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Timur. Fenomena permukaan meliputi bentukan positif, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan Karst Gunung Sewu mempunyai bentang alam yang sangat khas, dengan luas area + 1730 km 2 berupa puluhan ribu bukit batu gamping dengan ketinggian antara 20-50

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terluas ( hektare) di dunia setelah kawasan karst di Cina dan Vietnam

BAB I PENDAHULUAN. terluas ( hektare) di dunia setelah kawasan karst di Cina dan Vietnam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sulawesi Selatan menyimpan sejumlah ragam potensi wisata. Potensi itu tak hanya wisata pantai, air terjun maupun kulinernya. Salah satu kabupaten yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. devisa di suatu negara yang mengembangkan sektor tersebut. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. devisa di suatu negara yang mengembangkan sektor tersebut. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan industri jasa yang sedang berkembang pesat dan pergerakannya sangat besar dampaknya terutama dalam peningkatan jumlah devisa di suatu negara yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk fenomena pelarutan batuan lain, seperti gypsum dan batu garam. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk fenomena pelarutan batuan lain, seperti gypsum dan batu garam. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karst berasal dari bahasa daerah Yugoslavia yang merupakan nama suatu kawasan diperbatasan Italia Utara dan Yugoslavia sekitar kota Trieste. Istilah Karst ini

Lebih terperinci

Prioritas Ekosistem Karst Dengan Perkembangan Ekonomi Masyartakat

Prioritas Ekosistem Karst Dengan Perkembangan Ekonomi Masyartakat Prioritas Ekosistem Karst Dengan Perkembangan Ekonomi Masyartakat Dwi Noviar ADITYA 1, PREMONOWAT 1, Hari Wiki UTAMA 12 Teknik Geologi UPN Yogyakarta, Indonesia 1 Pascasarjana Teknik Geologi UGM, Indonesia

Lebih terperinci

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT 6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT 6.1 Pengelolaan Kawasan Taman Nasional Manapeu Tanahdaru Wilayah karst dapat menyediakan air sepanjang tahun. Hal ini disebabkan daerah karst memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentanglahan (landscape ecosystem), yang selanjutnya dipakai sebagai dasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. bentanglahan (landscape ecosystem), yang selanjutnya dipakai sebagai dasar bagi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kab. Gunungkidul terdiri atas 3 (tiga) satuan fisiografis atau ekosistem bentanglahan (landscape ecosystem), yang selanjutnya dipakai sebagai dasar bagi pembagian satuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kawasan karst pada saat ini telah menjadi objek penelitian arkeologi yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kawasan karst pada saat ini telah menjadi objek penelitian arkeologi yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kawasan karst pada saat ini telah menjadi objek penelitian arkeologi yang menarik, karena kawasan karst menjadi bukti berlangsungnya kehidupan pada jaman prasejarah.

Lebih terperinci

C. Batas Wilayah Secara administratif area pendataan berada di Desa Bandung Rejo dan Desa Sumber Bening, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang.

C. Batas Wilayah Secara administratif area pendataan berada di Desa Bandung Rejo dan Desa Sumber Bening, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang. Laporan Pendataan Gua, Mata Air dan Telaga di Karst Malang Selatan Desa Bandung Rejo dan Desa Sumber Bening Kecamatan Bantur Kabupaten Malang 19-20 September 2015 A. Latar Belakang Karst adalah bentukan

Lebih terperinci

Otonomi daerah yang mulai diterapkan, memacu setiap daerah mencari. peluang untuk meningkatkan pendapatan daerahnya masing-masing.

Otonomi daerah yang mulai diterapkan, memacu setiap daerah mencari. peluang untuk meningkatkan pendapatan daerahnya masing-masing. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah yang mulai diterapkan, memacu setiap daerah mencari peluang untuk meningkatkan pendapatan daerahnya masing-masing. Sumberdaya alam yang merupakan modal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, tetapi juga kawasan konservasi.

Lebih terperinci

P E M E R I N T A H KABUPATEN KUTAI TIMUR

P E M E R I N T A H KABUPATEN KUTAI TIMUR P E M E R I N T A H KABUPATEN KUTAI TIMUR Disampaikan oleh: Ir. Suprihanto, CES (Kepala Bappeda Kutai Timur) Dalam rangka Seminar Internasional dengan tema Kawasan Cagar Alam dan Budaya Sangkulirang: Sebuah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka percepatan pembangunan daerah, salah satu sektor yang menjadi andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. Pariwisata

Lebih terperinci

ANALISA SUMBER DAYA ALAM GEOLOGI DARI ASPEK GEOWISATA. (Kajian Pengembangan Materi Diklat Geografi) Oleh : Tri Rumhadi, M.Pd Widyaiswara BDK Surabaya

ANALISA SUMBER DAYA ALAM GEOLOGI DARI ASPEK GEOWISATA. (Kajian Pengembangan Materi Diklat Geografi) Oleh : Tri Rumhadi, M.Pd Widyaiswara BDK Surabaya 1 ANALISA SUMBER DAYA ALAM GEOLOGI DARI ASPEK GEOWISATA (Kajian Pengembangan Materi Diklat Geografi) Oleh : Tri Rumhadi, M.Pd Widyaiswara BDK Surabaya Abstrak Masalah sumber daya alam merupakan masalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I Pengertian Judul Pengertian Pusat Studi

PENDAHULUAN BAB I Pengertian Judul Pengertian Pusat Studi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul 1.1.1 Pengertian Pusat Studi Pusat: pokok pangkal atau yang menjadi pumpunan (berbagai-bagai urusan, hal, dsb). Studi: penelitian ilmiah; kajian; telaahan. Pokok

Lebih terperinci

GEOMORFOLOGI DAN GEOLOGI FOTO GL PEGUNUNGAN PLATEAU DAN KARST

GEOMORFOLOGI DAN GEOLOGI FOTO GL PEGUNUNGAN PLATEAU DAN KARST GEOMORFOLOGI DAN GEOLOGI FOTO GL3222 9. PEGUNUNGAN PLATEAU DAN KARST Plain dan Plateau? Plain (Dataran): Morfologi datar dengan kemiringan

Lebih terperinci

POTENSI SUMBERDAYA ALAM KARS KECAMATAN

POTENSI SUMBERDAYA ALAM KARS KECAMATAN POTENSI SUMBERDAYA ALAM KARS KECAMATAN TANJUNG PALAS KABUPATEN BULUNGAN Oleh Ir. Fuad Abdullah, MMT; Jendi Siregar, ST ; M. Herry Limbong, ST; Ajiz Hayli Bidang Geologi dan Sumberdaya Mineral Dinas Pertambangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas

Lebih terperinci

PENGELOLAAN BERKELANJUTAN KAWASAN KARST CITATAH RAJAMANDALA. Oleh: Yoga Candra Maulana, S.Pd *) ABSTRAK

PENGELOLAAN BERKELANJUTAN KAWASAN KARST CITATAH RAJAMANDALA. Oleh: Yoga Candra Maulana, S.Pd *) ABSTRAK PENGELOLAAN BERKELANJUTAN KAWASAN KARST CITATAH RAJAMANDALA Oleh: Yoga Candra Maulana, S.Pd *) ABSTRAK Karst merupakan topografi unik yang terbentuk akibat adanya aliran air pada bebatuan karbonat (biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Yogyakarta terkenal sebagi kota pelajar dan kota pariwisata. Yogyakarta terdiri dari bentukan alam yang bervariasi seperti dataran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang secara khas berkembang pada batu gamping dan/atau dolomite sebagai

I. PENDAHULUAN. yang secara khas berkembang pada batu gamping dan/atau dolomite sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karst adalah bentang alam di permukaan dan di bawah permukaan tanah yang secara khas berkembang pada batu gamping dan/atau dolomite sebagai akibat proses pelarutan air.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam yang bersifat timbal balik (Dwiputra, 2011). Timbal balik atau saling

BAB I PENDAHULUAN. alam yang bersifat timbal balik (Dwiputra, 2011). Timbal balik atau saling BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Geologi lingkungan merupakan suatu interaksi antara manusia dengan alam yang bersifat timbal balik (Dwiputra, 2011). Timbal balik atau saling mempengaruhi

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. lainnya tidak selalu sama. Bentukan khas pada bentang alam ini disebabkan

1 BAB I PENDAHULUAN. lainnya tidak selalu sama. Bentukan khas pada bentang alam ini disebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Bentang alam karst merupakan suatu bentang alam yang memiliki bentukan yang sangat unik dan khas. Bentang alam karst suatu daerah dengan daerah yang lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juta hektar, tersebar di beberapa di wilayah Pulau Sumatera, Papua dan pulaupulau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juta hektar, tersebar di beberapa di wilayah Pulau Sumatera, Papua dan pulaupulau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki kawasan karst yang sangat luas mencapai lebih dari 15,4 juta hektar, tersebar di beberapa di wilayah Pulau Sumatera, Papua dan pulaupulau

Lebih terperinci

bahwa Kawasan Bentang Alam Karst Langkat memiliki

bahwa Kawasan Bentang Alam Karst Langkat memiliki MENTER3 ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR: K/40/iyiEM/2017 TENTANG PENETAPAN KAWASAN BENTANG ALAM KARST LANGKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 31 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Bio-Fisik Kawasan Karst Citatah Kawasan Karst Citatah masuk dalam wilayah Kecamatan Cipatat. Secara geografis, Kecamatan Cipatat merupakan pintu gerbang Kabupaten

Lebih terperinci

KARST MAROS PANGKEP MENUJU GEOPARK DUNIA (Tinjauan dari Aspek Geologi Lingkungan) Slamet Nuhung Penyelidik Bumi Madya DESM

KARST MAROS PANGKEP MENUJU GEOPARK DUNIA (Tinjauan dari Aspek Geologi Lingkungan) Slamet Nuhung Penyelidik Bumi Madya DESM KARST MAROS PANGKEP MENUJU GEOPARK DUNIA (Tinjauan dari Aspek Slamet Nuhung Penyelidik Bumi Madya DESM snuhung299@gmail.com ABSTRAK Bentuk bentang alam (geomorfologi) kawasan kars Maros-Pangkep pada umumnya

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta) BAB III METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai lanskap kawasan ekowisata karst ini dilakukan di Lembah Mulo, Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

SOSIALISASI PENGOLAHAN KAWASAN KARS GUNUNG SEWU UNTUK PARA GURU DAN PELAJAR SMA SE KABUPATEN WONOGIRI

SOSIALISASI PENGOLAHAN KAWASAN KARS GUNUNG SEWU UNTUK PARA GURU DAN PELAJAR SMA SE KABUPATEN WONOGIRI SOSIALISASI PENGOLAHAN KAWASAN KARS GUNUNG SEWU UNTUK PARA GURU DAN PELAJAR SMA SE KABUPATEN WONOGIRI Kuswaji Dwi Priyono dan Suharjo Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRACT The objectives

Lebih terperinci

Gambar 18. Kondisi Jalan Menuju Tapak

Gambar 18. Kondisi Jalan Menuju Tapak 50 BAB V DATA, ANALISIS, DAN SINTESIS Aksesibilitas Akses menuju kawasan Lembah Mulo dapat dicapai dengan berbagai macam alat transportasi darat, yaitu motor, mobil, bus kecil, dan bus besar dengan kondisi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

STUDI PROSPEK PENGEMBANGAN EKOWISATA PADA KAWASAN SEKITAR KARS GOMBONG SELATAN DALAM MENDUKUNG KEBERLANJUTAN WILAYAH TUGAS AKHIR

STUDI PROSPEK PENGEMBANGAN EKOWISATA PADA KAWASAN SEKITAR KARS GOMBONG SELATAN DALAM MENDUKUNG KEBERLANJUTAN WILAYAH TUGAS AKHIR STUDI PROSPEK PENGEMBANGAN EKOWISATA PADA KAWASAN SEKITAR KARS GOMBONG SELATAN DALAM MENDUKUNG KEBERLANJUTAN WILAYAH TUGAS AKHIR Oleh: WISNU DWI ATMOKO L2D 004 358 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensial bagi para wisatawan yang merupakan petualang-petualang yang ingin

BAB I PENDAHULUAN. potensial bagi para wisatawan yang merupakan petualang-petualang yang ingin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara megabiodiversity nomor dua di dunia setelah Brasil memiliki banyak kekayaan alam berupa flora, fauna maupun keindahan alam. Kondisi demikian

Lebih terperinci

PERENCANAAN INTERIOR AREA PAMER GEODIVERSITY, BIODIVERSITY & CULTUREDIVERSITY ETALASE GEOPARK GUNUNG SEWU - PACITAN

PERENCANAAN INTERIOR AREA PAMER GEODIVERSITY, BIODIVERSITY & CULTUREDIVERSITY ETALASE GEOPARK GUNUNG SEWU - PACITAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN GEOLOGI MUSEUM GEOLOGI LAPORAN PENGEMBANGAN DESAIN (AKHIR) PERENCANAAN INTERIOR AREA PAMER GEODIVERSITY, BIODIVERSITY & CULTUREDIVERSITY ETALASE GEOPARK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khas, baik secara morfologi, geologi, maupun hidrogeologi. Karst merupakan

BAB I PENDAHULUAN. khas, baik secara morfologi, geologi, maupun hidrogeologi. Karst merupakan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Bentang alam karst pada umumnya memiliki karakter yang spesifik dan khas, baik secara morfologi, geologi, maupun hidrogeologi. Karst merupakan bentang alam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Karst Secara terminologi, karst adalah bentang alam batuan gamping yang dibentuk oleh kegiatan pelarutan air. Proses itu akan berjalan baik selama batuan yang tersedia masih memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukiman merupakan kebutuhan pokok manusia, selain kebutuhan makanan dan pakaian. Permukiman sebagai tempat untuk kelangsungan hidup manusia. Permukiman sebagai unit

Lebih terperinci

PANITIA SEMINAR NASIONAL PENINGKATAN KAPASITAS MASYARAKAT DALAM MANAJEMEN BENCANA BANJIR BANDANG DI LOKASI WISATA MINAT KHUSUS KALISUCI, GUNUNGKIDUL

PANITIA SEMINAR NASIONAL PENINGKATAN KAPASITAS MASYARAKAT DALAM MANAJEMEN BENCANA BANJIR BANDANG DI LOKASI WISATA MINAT KHUSUS KALISUCI, GUNUNGKIDUL PENINGKATAN KAPASITAS MASYARAKAT DALAM MANAJEMEN BENCANA BANJIR BANDANG DI LOKASI WISATA MINAT KHUSUS KALISUCI, GUNUNGKIDUL Slamet Suprayogi 1), Ahmad Cahyadi 2), Tommy Andryan T. 3) dan Bayu Argadyanto

Lebih terperinci

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gua Pawon dengan segala bentuk temuan prasejarah yang terkandung di dalamnya, begitu juga dengan lingkungannya bila di kaitkan dengan Undang- Undang Nomor 11 Tahun

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam dan budayanya memiliki potensi pengembangan pariwistata yang luar biasa

BAB I PENDAHULUAN. alam dan budayanya memiliki potensi pengembangan pariwistata yang luar biasa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata pada saat ini menjadi harapan bagi negara berkembang seperti Indonesia sebagai sektor yang dapat diandalkan dalam pembangunan ekonomi. Indonesia yang secara

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran konsep kepariwisataan dunia kepada pariwisata minat khusus atau yang salah satunya dikenal dengan bila diterapkan di alam, merupakan sebuah peluang besar

Lebih terperinci

POTENSI DAN PENGEMBANGAN MUSEUM KAWASAN KARST SEBAGAI DAYA TARIK WISATA DI KABUPATEN WONOGIRI

POTENSI DAN PENGEMBANGAN MUSEUM KAWASAN KARST SEBAGAI DAYA TARIK WISATA DI KABUPATEN WONOGIRI POTENSI DAN PENGEMBANGAN MUSEUM KAWASAN KARST SEBAGAI DAYA TARIK WISATA DI KABUPATEN WONOGIRI LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas - Tugas dan Memenuhi Syarat - Syarat Guna Mencapai Gelar

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEBARAN POTENSI GUA KARST DI KECAMATAN GIRITONTRO KABUPATEN WONOGIRI UNTUK USAHA KONSERVASI KAWASAN KARST

ANALISIS PERSEBARAN POTENSI GUA KARST DI KECAMATAN GIRITONTRO KABUPATEN WONOGIRI UNTUK USAHA KONSERVASI KAWASAN KARST ANALISIS PERSEBARAN POTENSI GUA KARST DI KECAMATAN GIRITONTRO KABUPATEN WONOGIRI UNTUK USAHA KONSERVASI KAWASAN KARST SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-

Lebih terperinci

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir BAB V ANALISIS Bab ini berisi analisis terhadap bahasan-bahasan pada bab-bab sebelumnya, yaitu analisis mengenai komponen-komponen utama dalam pembangunan wilayah pesisir, analisis mengenai pemetaan entitas-entitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Kecamatan Pracimantoro, Paranggupito, Giritontro, Eromoko, dan Giriwoyo.

BAB I PENDAHULUAN. di Kecamatan Pracimantoro, Paranggupito, Giritontro, Eromoko, dan Giriwoyo. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Wonogiri terutama bagian selatan dengan topografinya yang berbukit-bukit merupakan wilayah karst. Kawasan karst Wonogiri Selatan terdapat di Kecamatan Pracimantoro,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada TINJAUAN PUSTAKA Ekowisata Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada juga yang menterjemahkan sebagai ekowisata atau wisata-ekologi. Menurut Pendit (1999) ekowisata terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Pariwisata merupakan semua gejala-gejala yang ditimbulkan dari adanya aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dari tempat tinggalnya dalam waktu sementara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah tandus, akan tetapi pada kenyataannya Kabupaten Gunungkidul

BAB I PENDAHULUAN. daerah tandus, akan tetapi pada kenyataannya Kabupaten Gunungkidul BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Gunungkidul selalu identik dengan kekeringan dan daerah tandus, akan tetapi pada kenyataannya Kabupaten Gunungkidul mempunyai berbagai sumberdaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Yerik Afrianto S dalam diunduh tanggal 23

BAB I PENDAHULUAN. (Yerik Afrianto S dalam  diunduh tanggal 23 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan jumlah kurang lebih 18.110 pulau dan garis pantai sepanjang 108.000 km (Yerik Afrianto S dalam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PETA... INTISARI... ABSTRACT... i ii iii iv

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Ide perancangan Gua Lowo merupakan obyek wisata alam yang berada di pegunungan dengan dikelilingi hutan jati yang luas. Udara yang sejuk dengan aroma jati yang khas, serta

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program Konsep Perencanaan Pengelolaan DAS Terpadu, dengan ciri-ciri sebagai berikut (1) hutan masih dominant, (2) satwa masih baik, (3) lahan pertanian masih kecil, (4) belum ada pencatat hidrometri, dan (5)

Lebih terperinci

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus 30 KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Wilayah perencanaan situs Candi Muara Takus terletak di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Jarak kompleks candi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal, yaitu Objek Wisata Alam Pemandian Air Panas. Penelitian ini akan dilakukan

Lebih terperinci

BENTANG ALAM KARST. By : Asri Oktaviani

BENTANG ALAM KARST. By : Asri Oktaviani http://pelatihan-osn.blogspot.com Lembaga Pelatihan OSN BENTANG ALAM KARST By : Asri Oktaviani Pengertian tentang topografi kars yaitu : suatu topografi yang terbentuk pada daerah dengan litologi berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa Temajuk merupakan sebuah desa dengan luas wilayah kurang lebih 2.300 ha dan jumlah penduduk sebanyak 1.820 jiwa yang terletak di perbatasan Indonesia-Malaysia

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN,

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L No.1662, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Cagar Aalam Geologi. Penetapan Kawasan. Pedoman. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata memiliki peran yang semakin penting dan memiliki dampak positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013). Dengan adanya misi

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata 6 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Pariwisata merupakan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata kedua di Indonesia setelah Bali. DIY juga menjadi salah satu propinsi yang menjadi pusat pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi objek wisata yang tersebar di seluruh pulau yang ada. Salah satu objek wisata yang berpotensi dikembangkan adalah kawasan konservasi hutan

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN WONOGIRI. A. Program Kegiatan Pembangunan Dan Pengembangan Kepariwisataan Di. Kabupaten Wonogiri

BAB II KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN WONOGIRI. A. Program Kegiatan Pembangunan Dan Pengembangan Kepariwisataan Di. Kabupaten Wonogiri 1 BAB II KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN WONOGIRI A. Program Kegiatan Pembangunan Dan Pengembangan Kepariwisataan Di Kabupaten Wonogiri Dalam menjabarkan tugas pokok dan fungsi dalam Pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia kaya dan beranekaragam sumberdaya alam. Satu diantara sumberdaya alam di wilayah pesisir adalah ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove merupakan ekosistem

Lebih terperinci

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI Indikator Perkuliahan Menjelaskan kawasan yang dilindungi Menjelaskan klasifikasi kawasan yang dilindungi Menjelaskan pendekatan spesies Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Interpretasi 2.1.1 Definisi dan Tujuan Interpretasi Tilden (1957) menyatakan bahwa interpretasi merupakan kegiatan edukatif yang sasarannya mengungkapkan pertalian makna,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan baik itu alam pegunungan (pedesaan), alam bawah laut, maupun pantai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 05 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya (KSDHE), Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Gunungsewu merupakan bagian dari deretan pegunungan yang memanjang di sisi selatan Pulau Jawa. Kawasan ini memiliki luas sekitar 126.000 Ha yang terbentang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAGIAN PENDAHULUAN Latar Belakang Persoalan Perancangan

BAGIAN PENDAHULUAN Latar Belakang Persoalan Perancangan Latar Belakang Persoalan Perancangan Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang membentang dari Sabang hingga Merauke yang memiliki berbagai keanekaragaman di dalamnya, mulai dari suku, budaya, bahasa,

Lebih terperinci

STUDI IDENTIFIKASI ATRAKSI WISATA RAWAPENING YANG DIMINATI PASAR WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SUSILOWATI RETNANINGSIH NIM L2D398188

STUDI IDENTIFIKASI ATRAKSI WISATA RAWAPENING YANG DIMINATI PASAR WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SUSILOWATI RETNANINGSIH NIM L2D398188 STUDI IDENTIFIKASI ATRAKSI WISATA RAWAPENING YANG DIMINATI PASAR WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SUSILOWATI RETNANINGSIH NIM L2D398188 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Gunungkidul. bersifat merusak lingkungan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Gunungkidul. bersifat merusak lingkungan. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Wilayah Penelitian a. Gambaran Pembangunan Berkelanjutan di Kawasan Karst Kabupaten Gunungkidul Kawasan Karst Kabupaten Gunungkidul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fajra Adha Barita, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fajra Adha Barita, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang kebudayaan dan pariwisata bersifat multi-sektoral dan multi disiplin, dalam suatu sistem yang sinergi dan diharapkan mampu mendorong

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioregion

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioregion II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioregion Bioregion merupakan area geografis yang mempunyai karakteristik tanah, daerah aliran sungai (DAS), iklim, tanaman lokal serta hewan, yang unik dan memiliki nilai intrinsik

Lebih terperinci

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM PERATURAN DIREKTUR JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM NOMOR : P. 11/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan penting pada pemenuhan kebutuhan makhluk hidup untuk berbagai keperluan. Suplai air tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Indonesia menempati peringkat kedua dunia setelah Brasil dalam hal keanekaragaman hayati. Sebanyak 5.131.100 keanekaragaman

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR Oleh : BETHA PATRIA INKANTRIANI L2D 000 402 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN RESERVOIR DAERAH KARST PEGUNUNGAN SEWU, PEGUNUNGAN SELATAN JAWA. Oleh : Salatun Said Hendaryono

PEMBENTUKAN RESERVOIR DAERAH KARST PEGUNUNGAN SEWU, PEGUNUNGAN SELATAN JAWA. Oleh : Salatun Said Hendaryono PEMBENTUKAN RESERVOIR DAERAH KARST PEGUNUNGAN SEWU, PEGUNUNGAN SELATAN JAWA Oleh : Salatun Said Hendaryono PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI UPN VETERAN YOGYAKARTA 1 POKOK BAHASAN : PENDAHULUAN GEOLOGI DAERAH

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PEMANFAATAN KAWASAN KARST UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT (Studi Kasus Di Kecamatan Eromoko Kabupaten Wonogiri Dalam Perspektif Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Lingkungan Hidup) NASKAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari / BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Proyek yang diusulkan dalam penulisan Tugas Akhir ini berjudul Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta. Era globalisasi yang begitu cepat berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendahuluan 1. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendahuluan 1. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan sebagai sebuah ekosistem mempunyai berbagai fungsi penting dan strategis bagi kehidupan manusia. Beberapa fungsi utama dalam ekosistem sumber daya hutan adalah

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR. Oleh:

STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR. Oleh: STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR Oleh: WINARSIH L2D 099 461 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci