PENDAHULUAN BAB I Pengertian Judul Pengertian Pusat Studi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN BAB I Pengertian Judul Pengertian Pusat Studi"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Pengertian Pusat Studi Pusat: pokok pangkal atau yang menjadi pumpunan (berbagai-bagai urusan, hal, dsb). Studi: penelitian ilmiah; kajian; telaahan. Pokok pangkal untuk melakukan penelitian atau mengkaji sesuatu (kbbi.web.id) Pengertian Speleologi Speleologi berasal dari kata spelaion (gua), dan logos (ilmu) dalam bahasa Yunani. Secara umum berarti ilmu yang mempelajari tentang gua (Diktat KDKL HIKESPI, 2012). Ford dan Cullingford (1976) mengatakan dalam bukunya The Science of Speleology: Speleology is the scientific study of caves; it is a science in which all the other scientific disciplines are in some aspects applicable to caves or their contents. Secara khusus speleologi dapat diartikan sebagai ilmu riset dasar yang mempelajari lingkungan gua dan aspek ilmiah yang ada di dalamnya. Speleologi terdiri dari beberapa cabang ilmu dasar dari bidang sains yang lain seperti biologi, geologi, kimia, arkeologi, dan hidrologi karst Pengertian Kawasan Karst Pegunungan Sewu Kawasan karst adalah kawasan/bentang alam yang tersusun atas batuan gamping dan merupakan hasil dari proses pelarutan. Pegunungan Sewu adalah nama untuk deretan pegunungan yang terbentang memanjang di sepanjang pantai selatan Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah), hingga Kabupaten Tulungagung (Jawa Timur) di Pulau Jawa (id.wikipedia.org) Pusat Studi Speleologi di Kawasan Karst Pegunungan Sewu Pokok pangkal untuk melakukan penelitian atau mengkaji gua dari berbagai disiplin ilmu yang terletak di kawasan karst bagian selatan provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Yogyakarta

2 1.2 Latar Belakang Perkembangan Speleologi di Dunia Imu speleologi dicetuskan pada abad ke-19 oleh Edward Alferd Martel yang kini disebut sebagai bapak speleologi dunia. Dalam dunia internasional speleologi telah memiliki tempatnya sendiri di bidang ilmu pengetahuan. Berkembang di berbagai belahan dunia yang wilayahnya memiliki gua-gua yang berpotensi untuk digunakan sebagai obyek studi. Speleologi juga muncul Berbagai lembaga, kelompok, organisasi di bidang speleologi dibentuk dan memiliki kegiatan rutin. Salah satunya Kongres Speleologi Internasional (International Congress of Speleology/ICS) yang diadakan oleh International Union of Speleology (IUS) setiap empat tahun sekali di tempat yang ditentukan. Berbagai macam karya ilmiah, penemuan arkeologi, dan berbagai informasi maupun isu-isu terbaru mengenai speleologi disajikan dan dibahas bersama Perkembangan Speleologi di Indonesia Di Indonesia speleologi berkembang sejak tahun Dibawa oleh Dr. R.K.T. Ko dan Norman Edwin sebagai yang pertama kali membawa ilmu speleologi dari referensi internasional ke dalam Indonesia. Di Indonesia ilmu ini berkembang karena tidak sedikit gua-gua tersebar di berbagai penjuru nusantara. Hampir 20% dari total luas wilayah Indonesia merupakan kawasan karst 1 yang mana merupakan area terbentuknya gua. Sebagian besar gua di Indonesia terbentuk dari batuan gamping di daerah karst. Sehingga tak heran, ranah speleologi di Indonesia cenderung ke gua-gua di area karst. Ilmu ini mulai populer karena masuknya peneliti luar negeri ke Indonesia, dimulai sejak dilakukannya ekspedisi pendataan potensi sungai bawah tanah tahun 1979 di kawasan pegunungan sewu oleh Mac Donald dan partner bekerjasama dengan pemerintah daerah Yogyakarta. Proyek ini bertujuan untuk menemukan potensi air sungai bawah tanah yang terdapat di Gunung Kidul. 240 gua ditemukan dan dijadikan obyek penelitian. Beberapa masyarakat lokal ikut terlibat dalam proyek ini. Pada periode tahun 1980-an mulai bermunculan kelompok maupun komunitas speleologi di berbagai penjuru Indonesia. Speleologi banyak diminati kalangan mahasiswa karena mencari segi petualangannya. Penelusuran gua menjadi salah satu alternatif olahraga ekstrim selain pendakian gunung ataupun pengarungan sungai. Di kalangan akademis banyak yang mulai menghubungkan speleologi dengan bidang keilmuan yang lain sebagai riset. Salah satu bidang keilmuan yang telah dikembangkan adalah biologi. 1 Adji, T.N; Eko Haryono dan Auratman Woro Kawasan Karst dan Prospek pengembangannya. Disampaikan dalam seminar PIT IGI di Universitas Indonesia: Oktober

3 Cabang ilmu speleologi di bidang biologi disebut biospeleologi. Beberapa riset dilakukan dan bahkan terdapat penemuan spesies baru oleh peneliti biospeleologi. Tidak menutup kemungkinan akan ditemukannya spesies baru lainnya mengingat masih sangat banyak gua sebagai habitat biota gua yang belum tereksplorasi. Keadaan ilmu speleologi di Indonesia ibaratnya masih dalam tahap berkembang dan sangat berpotensi sekali untuk dijadikan isu yang lebih serius di dalam ilmu pengetahuan mengingat perkembangannya yang masih tertinggal jauh dibandingkan perkembangan speleologi di kancah internasional. Kawasan karst Indonesia yang masih perawan dan banyak harta yang belum ditemukan lebih sering diminati dan diteliti oleh ahli speleologi dari luar negeri. Isu speleologi yang terkait dengan disiplin ilmu lain telah beberapa kali dibahas oleh ahli speleologi Indonesia salah satunya Dr. Ko yang mengatakan: Sudah saatnya diselenggarakan lokakarya nasional membahas berbagai disiplin ilmu terkait yang meneliti lingkungan gua dan karst, peninggalan dan kehidupan manusia, serta flora dan fauna zaman prasejarah beserta evolusinya. Disusul penerbitan majalah ilmiah terpadu. Hal ini memberi pedalaman dan dimensi pengertian yang lebih komprehensif mengenai evolusi Negara Kepulauan Indonesia Kawasan Karst Pegunungan Sewu Karst merupakan suatu bentang alam batuan gamping yang terbentuk oleh kegiatan pelarutan air dalam kurun waktu jutaan tahun. Bentang alam ini memegang peranan penting bagi manusia karena mengandung berbagai aspek menarik guna pengembangan ilmu pengetahuan salah satunya aspek speleologi.kendatipun lebih sering dinilai sebagai kawasan yang kering dan tandus, kawasan ini sejatinya merupakan wilayah strategis yang memiliki kelebihan nilai-nilai hayati dan nirhayati dibanding kawasan lainnya (Samodra, 2001). Kawasan karst tersebar di seluruh penjuru nusantara. Namun terdapat dua kawasan karst yang paling baik dan dianggap sebagai prototipe dari kawasan karst daerah tropis, yaitu karst Maros dan Gunung Sewu (Samodra, 2001) Dalam mempelajari kawasan karst agar lebih mudah terdapat pembagian secara ekosistem: eksokarst dan endokarst. Eksokarst merupakan bagian atas permukaan kawasan kars, sedangkan endokarst merupakan bagian bawah permukaan. Bagian endokarst inilah yang nantinya adalah ruang lingkup bagi speleologi, namun tetap terkait dengan bagian eksokarst. Proses kimia di kawasan karst akan memicu terbentuknya lorong-lorong gua di bawah permukaan. 3

4 Karst pegunungan sewu membentang di sepanjang jalur pegunungan selatan Yogyakarta, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur. Bentang alam karst Gunung Sewu dicirikan dari adanya sekitar bukit karst berbentuk kerucut (conical hills) (Uhlig, 1980) Potensi Pengembangan Speleologi sebagai Pusat Studi Hingga kini, lmu speleologi semakin berkembang di Indonesia. Salah satu wilayah yang menjadi ladang ilmu ini adalah pegunungan sewu. Banyaknya perguruan tinggi di Jawa timur, Yogyakarta, dan Jawa Tengah juga menjadi salah satu faktor terdapatnya para penggiat speleologi. Baik itu pelajar yang mencari sisi petualangannya maupun kalangan akademis yang melakukan penelitian ilmiah. Selain kalangan lokal, para pendatang di luar wilayah Pegunungan Sewu banyak yang berminat menjelajahi gua-gua di Gunung Sewu. Baik itu untuk penelusuran, penelitian, pendidikan, maupun berwisata. Namun perkembangan ilmu speleologi tidak diimbangi dengan sarana dan fasilitas yang memadai. Sejak kemunculannya pada tahun 1980, ilmu ini lebih berkembang secara independen bagi para peminat yang secara sukarela tetap menekuni beberapa bidang ilmu yang terkait. Speleologi, karena membahas mengenai gua yang terbentuk pada batuan, maka ilmu ini lebih sering dikaitkan dengan bidang geologi. Sehingga di Indonesia, pembahasan mengenai speleologi ini lebih sering diampu oleh badan geologi. Meski begitu minat masyarakat haruslah diwadahi dalam sebuah ruang yang secara resmi mampu memfasilitasi ilmu speleologi, bukan lagi secara independen. Salah satu solusi untuk menjawab isu perkembangan ilmu tersebut adalah dengan diwujudkannya sebuah pusat studi speleologi. Pusat studi ini haruslah mampu mengakomodir fungsi penelitian, pengembangan, pendidikan, pemberian informasi, dan penyelenggaraan kegiatan dalam bidang speleologi. Kawasan karst Pegunungan Sewu dianggap sebagai wilayah yang berpotensi untuk dijadikan pusat pengembangan ilmu speleologi. Karst Gunung Sewu berada di bagian tengah Pulau Jawa sehingga secara akses 1.3. Rumusan Permasalahan Merupakan tanggapan terhadap isu-isu terkait pusat studi speleologi sebagai fasilitas studi yang mampu memenuhi kriteria perancangan arsitektur yang baik. 1. Bagaimana pusat studi speleologi mampu mewadahi aktifitas pelaku penelitian, pengembangan, pendidikan, pemberian informasi, dan penyelenggaraan kegiatan dalam bidang speleologi. 4

5 2. Bagaimana menentukan kebutuhan ruang berdasarkan fungsi bangunan sebagai pusat studi speleologi yang menyangkut beberapa cabang keilmuan. 3. Bagaimana membuat sebuah pusat studi yang mampu menanggapi keadaan kontekstual dalam lingkungan karst Tujuan Pembahasan 1. Mewadahi aktifitas pelaku penelitian, pengembangan, pendidikan, pemberian informasi, dan penyelenggaraan kegiatan dalam bidang speleologi. 2. Menentukan kebutuhan ruang berdasarkan fungsi bangunan sebagai pusat studi speleologi yang menyangkut beberapa cabang keilmuan. 3. Merancang sebuah pusat studi yang mampu menanggapi keadaan kontekstual lingkungan karst dan sekitarnya Sasaran Pembahasan 1. Mengkaji kegiatan yang dilakukan dalam pusat studi dan mengintegrasikannya dengan ilmu speleologi. 2. Melakukan studi preseden terhadap beberapa bangunan pusat studi dengan penyelesaian konsep sesuai permasalahan yang didapat. 3. Mengkaji aturan proses pembangunan di kawasan karst sehingga dapat merancang dengan kontekstual kondisi lingkungannya. 4. Merumuskan konsep dasar perancangan arsitektur. 1.6 Metode Pembahasan Pencarian Data & Proses analisis Pembahasan dilakukan berdasarkan pencarian data dan proses analisis. Pencarian data didapat dari hasil survei lapangan tentang lokasi yang akan digunakan serta menganalisis beberapa studi kasus bangunan yang memiliki fungsi serupa. Proses analisis juga dilakukan untuk mengimplementasikan konsep dalam desain Transformasi Data Pembahasan akhir merupakan transformasi data. Data-data yang telah diperoleh dirangkum menjadi beberapa konsep yang kemudian ditransformasikan dalam kriteria konsep perencanaan dan perancangan bangunan. 1.7 Sistematika Penulisan 5

6 Penulisan ini terdiri dari beberapa bagian: a. Bab I Pendahuluan Memuat latar belakang pemilihan kasus, permasalahan, tujuan, sasaran, ruang lingkup pembahasan, metode dan sistematika penulisan yang digunakan. b. Bab II Tinjauan Pustaka Memuat tinjauan umum tentang speleologi, tinjauan tentang kawasan karst dan hubungannya dengan speleologi, juga tinjauan mengenai pusat studi. c. Bab III Tinjauan Lokasi Memuat tinjauan mengenai lokasi yang dipilih, latar belakang pemilihan lokasi perancangan, deskripsi, dan tinjauan studi kasus. d. Bab IV Analisis Memuat hasil analisis terkait dengan hubungan antara fungsi, teori, dan konsep. e. Bab V Konsep Dasar Perancangan Memuat konsep dasar perancangan yang ditentukan berdasarkan analisis sehingga didapatkan solusi konsep dari permasalahan yang ada dengan optimal. 1.8 Keaslian Penulisan Penulisan mengenai pusat studi /pusat penelitian/laboratorium banyak dijumpai. Namun penulisan dengan tema speleologi belum dijumpai dalam Tugas Akhir di Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Gadha Mada. Beberapa topik yang mendekati adalah mengenai karst atau kawasan karst. Tema yang paling mendekati adalah milik Arindra Eka Putra (2001) dengan judul Laboratorium Karstologi: Sebagai Sarana Penunjang Wisata. Yang membedakan adalah mengenai obyek yang digunakan untuk penelitian. Dalam tulisan Arindra Eka Putra yang difokuskan sebagai obyek penelitian adalah karstologi, artinya ilmu mengenai karst yang cakupannya lebih luas dari speleologi. Sedang speleologi ada di bagian karstologi, namun hanya membahas masalah endokast atau segala aspek ilmiah mengenai gua yang merupakan permukaan dalam karst. Beberapa Tugas Akhir lainnya yang digunakan sebagai acuan dalam penulisan adalah: Museum Karst Gunungsewu (Rachmad Sujud Chasani, 2008) Pusat Studi Teknologi Kayu di Wanagama (Agus Hariyadi, 2003) 6

7 1.9 Kerangka Pemikiran Gambar 1. Alur pemecahan masalah dan kerangka pemikiran Sumber: Analisis penulis (2014) 7

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Timur. Fenomena permukaan meliputi bentukan positif, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Timur. Fenomena permukaan meliputi bentukan positif, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan Karst Gunung Sewu mempunyai bentang alam yang sangat khas, dengan luas area + 1730 km 2 berupa puluhan ribu bukit batu gamping dengan ketinggian antara 20-50

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang secara khas berkembang pada batu gamping dan/atau dolomite sebagai

I. PENDAHULUAN. yang secara khas berkembang pada batu gamping dan/atau dolomite sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karst adalah bentang alam di permukaan dan di bawah permukaan tanah yang secara khas berkembang pada batu gamping dan/atau dolomite sebagai akibat proses pelarutan air.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wonogiri, sebuah Kabupaten yang dikenal dengan sebutan kota. GAPLEK dan merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Wonogiri, sebuah Kabupaten yang dikenal dengan sebutan kota. GAPLEK dan merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wonogiri, sebuah Kabupaten yang dikenal dengan sebutan kota GAPLEK dan merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang mempunyai keindahan alam yang pantas untuk diperhitungkan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Yogyakarta yang memiliki luasan 1.485,36 kilometer persegi. Sekitar 46,63 %

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Yogyakarta yang memiliki luasan 1.485,36 kilometer persegi. Sekitar 46,63 % I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Gunungkidul merupakan wilayah dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki luasan 1.485,36 kilometer persegi. Sekitar 46,63 % dari luas wilayah Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hamparan karst di Indonesia mencapai km 2 dari ujung barat sampai

BAB I PENDAHULUAN. Hamparan karst di Indonesia mencapai km 2 dari ujung barat sampai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah baik sumber daya alam hayati maupun non-hayati. Salah satu dari sekian banyak

Lebih terperinci

Otonomi daerah yang mulai diterapkan, memacu setiap daerah mencari. peluang untuk meningkatkan pendapatan daerahnya masing-masing.

Otonomi daerah yang mulai diterapkan, memacu setiap daerah mencari. peluang untuk meningkatkan pendapatan daerahnya masing-masing. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah yang mulai diterapkan, memacu setiap daerah mencari peluang untuk meningkatkan pendapatan daerahnya masing-masing. Sumberdaya alam yang merupakan modal

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.640, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ESDM. Kawasan Bentang Alam Karst. Penetapan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN

Lebih terperinci

SALINAN. Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT

SALINAN. Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT SALINAN Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang : Mengingat : a. bahwa kawasan kars yang merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam, banyak hal-hal menarik dan keindahan-keindahan alam yang sangat sayang jika tidak dinikmati dan menjadi bahan refreshing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT 6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT 6.1 Pengelolaan Kawasan Taman Nasional Manapeu Tanahdaru Wilayah karst dapat menyediakan air sepanjang tahun. Hal ini disebabkan daerah karst memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk fenomena pelarutan batuan lain, seperti gypsum dan batu garam. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk fenomena pelarutan batuan lain, seperti gypsum dan batu garam. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karst berasal dari bahasa daerah Yugoslavia yang merupakan nama suatu kawasan diperbatasan Italia Utara dan Yugoslavia sekitar kota Trieste. Istilah Karst ini

Lebih terperinci

BAB V PENDEKATAN & KONSEP. Pendekatan konsep didasarkan kepada karakteristik baik gua maupun kondisi lingkungan kawasan karst.

BAB V PENDEKATAN & KONSEP. Pendekatan konsep didasarkan kepada karakteristik baik gua maupun kondisi lingkungan kawasan karst. BAB V PENDEKATAN & KONSEP 5.1 Pendekatan Konsep Pendekatan konsep didasarkan kepada karakteristik baik gua maupun kondisi lingkungan kawasan karst. 5.1.1 Pendekatan Karakteristik Tapak Karakteristik kawasan

Lebih terperinci

MUSEUM GEOLOGI BLORA

MUSEUM GEOLOGI BLORA TUGAS AKHIR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MUSEUM GEOLOGI BLORA Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun oleh :

Lebih terperinci

SOSIALISASI PENGOLAHAN KAWASAN KARS GUNUNG SEWU UNTUK PARA GURU DAN PELAJAR SMA SE KABUPATEN WONOGIRI

SOSIALISASI PENGOLAHAN KAWASAN KARS GUNUNG SEWU UNTUK PARA GURU DAN PELAJAR SMA SE KABUPATEN WONOGIRI SOSIALISASI PENGOLAHAN KAWASAN KARS GUNUNG SEWU UNTUK PARA GURU DAN PELAJAR SMA SE KABUPATEN WONOGIRI Kuswaji Dwi Priyono dan Suharjo Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRACT The objectives

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alam. Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang memegang peran penting dalam kehidupan. Hutan memberikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanasan global merupakan salah satu isu di dunia saat ini. Masalah pemanasan global ini bahkan telah menjadi agenda utama Perserikatan Bangsabangsa (PBB). Kontributor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan panjang garis pantai mencapai 81.000 km, dan membentang antara garis

Lebih terperinci

STUDI PROSPEK PENGEMBANGAN EKOWISATA PADA KAWASAN SEKITAR KARS GOMBONG SELATAN DALAM MENDUKUNG KEBERLANJUTAN WILAYAH TUGAS AKHIR

STUDI PROSPEK PENGEMBANGAN EKOWISATA PADA KAWASAN SEKITAR KARS GOMBONG SELATAN DALAM MENDUKUNG KEBERLANJUTAN WILAYAH TUGAS AKHIR STUDI PROSPEK PENGEMBANGAN EKOWISATA PADA KAWASAN SEKITAR KARS GOMBONG SELATAN DALAM MENDUKUNG KEBERLANJUTAN WILAYAH TUGAS AKHIR Oleh: WISNU DWI ATMOKO L2D 004 358 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kepedulian Pemuda Terhadap Lingkungan dan Pertanian

BAB I PENDAHULUAN Kepedulian Pemuda Terhadap Lingkungan dan Pertanian 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1.1. Kepedulian Pemuda Terhadap Lingkungan dan Pertanian Indonesia merupakan negara agraris dan maritim yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat melimpah

Lebih terperinci

BAGIAN PENDAHULUAN Latar Belakang Persoalan Perancangan

BAGIAN PENDAHULUAN Latar Belakang Persoalan Perancangan Latar Belakang Persoalan Perancangan Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang membentang dari Sabang hingga Merauke yang memiliki berbagai keanekaragaman di dalamnya, mulai dari suku, budaya, bahasa,

Lebih terperinci

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gua Pawon dengan segala bentuk temuan prasejarah yang terkandung di dalamnya, begitu juga dengan lingkungannya bila di kaitkan dengan Undang- Undang Nomor 11 Tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Museum zoologi di Indonesia sangat dibutuhkan, mengingat Indonesia sendiri merupakan Negara kepulauan dengan berbagai ekosistem sehingga memunculkan banyak jenis flora

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. devisa di suatu negara yang mengembangkan sektor tersebut. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. devisa di suatu negara yang mengembangkan sektor tersebut. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan industri jasa yang sedang berkembang pesat dan pergerakannya sangat besar dampaknya terutama dalam peningkatan jumlah devisa di suatu negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terluas ( hektare) di dunia setelah kawasan karst di Cina dan Vietnam

BAB I PENDAHULUAN. terluas ( hektare) di dunia setelah kawasan karst di Cina dan Vietnam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sulawesi Selatan menyimpan sejumlah ragam potensi wisata. Potensi itu tak hanya wisata pantai, air terjun maupun kulinernya. Salah satu kabupaten yang memiliki

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAMPAK DAN KERUSAKAN KAWASAN KARST CIBINONG AKIBAT AKTIVITAS PENAMBANGAN DI DESA LEUWIKARET OLEH PT INDOCEMENT

IDENTIFIKASI DAMPAK DAN KERUSAKAN KAWASAN KARST CIBINONG AKIBAT AKTIVITAS PENAMBANGAN DI DESA LEUWIKARET OLEH PT INDOCEMENT 1 IDENTIFIKASI DAMPAK DAN KERUSAKAN KAWASAN KARST CIBINONG AKIBAT AKTIVITAS PENAMBANGAN DI DESA LEUWIKARET OLEH PT INDOCEMENT Syafitri Hidayati, Domi Suryadi, Feni Dwi Kasih, Hireng Ambaraji Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. permasalahan terkait dengan objek rancangan. Setelah itu akan dirangkum dalam

BAB III METODE PERANCANGAN. permasalahan terkait dengan objek rancangan. Setelah itu akan dirangkum dalam BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Perancangan Bagian terpenting dalam merumuskan tahap-tahap metode yang terdiri dari rangkaian studi arsitektur, yang dilakukan secara runtut dan sistematis dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Jumlah Spesies dan Endemik Per Pulau

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Jumlah Spesies dan Endemik Per Pulau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Indonesia Membutuhkan Lebih Banyak Kawasan Penunjang Konservasi Indonesia merupakan negara yang menyimpan kekayaan keanekaragaman ekosistem yang terbentang dari

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR : 1518 K/20/MPE/1999 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN KARS MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI,

KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR : 1518 K/20/MPE/1999 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN KARS MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI, KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR : 1518 K/20/MPE/1999 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN KARS MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI, Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang pertambangan harus memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khas, baik secara morfologi, geologi, maupun hidrogeologi. Karst merupakan

BAB I PENDAHULUAN. khas, baik secara morfologi, geologi, maupun hidrogeologi. Karst merupakan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Bentang alam karst pada umumnya memiliki karakter yang spesifik dan khas, baik secara morfologi, geologi, maupun hidrogeologi. Karst merupakan bentang alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan mengalir (lotik) dan perairan menggenang (lentik). Perairan mengalir bergerak terus menerus kearah

Lebih terperinci

Biogeografi Daluga Untuk Prospek Ketahanan Pangan Nasional

Biogeografi Daluga Untuk Prospek Ketahanan Pangan Nasional Biogeografi Daluga Untuk Prospek Ketahanan Pangan Nasional Johny S. Tasirin dan Semuel P. Ratag Seminar Nasional Pertanian Pengembangan Sumber Daya Pertanian Untuk Menunjang Kemandirian Pangan Dies Natalis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1.1.1 Pasar bunga di Surabaya Kebutuhan bunga dalam masyarakat kini semakin meningkat seiring berubahnya gaya hidup masyarakat. Dapat dikatakan bahwa bunga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juta hektar, tersebar di beberapa di wilayah Pulau Sumatera, Papua dan pulaupulau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juta hektar, tersebar di beberapa di wilayah Pulau Sumatera, Papua dan pulaupulau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki kawasan karst yang sangat luas mencapai lebih dari 15,4 juta hektar, tersebar di beberapa di wilayah Pulau Sumatera, Papua dan pulaupulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan Tropis di dunia, walaupun luas daratannya hanya 1.32% dari luas daratan di permukaan bumi, namun demikian

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT 1 BUPATI BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN SITUS GUA PAWON DAN LINGKUNGANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Ide perancangan Gua Lowo merupakan obyek wisata alam yang berada di pegunungan dengan dikelilingi hutan jati yang luas. Udara yang sejuk dengan aroma jati yang khas, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam berbagai bentukan alam, struktur historik, adat budaya, dan sumber daya lain yang terkait dengan wisata.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:www.google.com, 2011.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:www.google.com, 2011. BAB I PENDAHULUAN AQUARIUM BIOTA LAUT I.1. Latar Belakang Hampir 97,5% luas permukaan bumi merupakan lautan,dan sisanya adalah perairan air tawar. Sekitar 2/3 berwujud es di kutub dan 1/3 sisanya berupa

Lebih terperinci

MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI BAB I PENDAHULUAN. perkebunan Tembakau Deli. Medan merupakan salah satu Kota bersejarah

MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI BAB I PENDAHULUAN. perkebunan Tembakau Deli. Medan merupakan salah satu Kota bersejarah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Medan merupakan salah satu Kota di Indonesia dengan berbagai potensi kekayaan Alam dan Sumberdaya manusia, potensi kekayaan alam tersebut diantaranya adalah banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1. Kurangnya Jumlah Hotel di Kabupaten Kulon Progo Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang belum memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu harus diikuti sesuai dengan peningkatan konsumsi. Pariwisata adalah

BAB I PENDAHULUAN. selalu harus diikuti sesuai dengan peningkatan konsumsi. Pariwisata adalah BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Dalam kacamata perhitungan ekonomis, peningkatan penghasilan selalu harus diikuti sesuai dengan peningkatan konsumsi. Pariwisata adalah salah satu mata rantai konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Yogyakarta terkenal sebagi kota pelajar dan kota pariwisata. Yogyakarta terdiri dari bentukan alam yang bervariasi seperti dataran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Kekayaan Indonesia akan flora dan faunanya membawa indonesia kepada sederet rekor dan catatan kekayaan di dunia. Tanahnya yang subur dan iklim yang menunjang, memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Proyek Indonesia sebagai negara berkembang terus menerus berusaha untuk meningkatkan hasil yang maksimal di segala bidang pembangunan, salah

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN

I-1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia memilki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk didalamnya di sektor pariwisata. Untuk lebih memantapkan pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia tergolong dalam 10 negara megadiversitas dunia yang memiliki keanekaragaman paling tinggi di dunia (Mackinnon dkk dalam Primack dkk, 2007:454). Keanekaragaman

Lebih terperinci

RESORT HOTEL DI KAWASAN PANTAI MARINA SEMARANG

RESORT HOTEL DI KAWASAN PANTAI MARINA SEMARANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR RESORT HOTEL DI KAWASAN PANTAI MARINA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : IKSAN SUHARTO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sekelompok bangunan yang memfasilitasi kegiatan penelitian dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun sekelompok bangunan yang memfasilitasi kegiatan penelitian dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Projek Pada dasarnya, bangunan penelitian berupa bangunan tunggal maupun sekelompok bangunan yang memfasilitasi kegiatan penelitian dan kegiatan penunjang lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT '

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT ' BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terletak di bagian selatan tengah Pulau Jawa yang dibatasi oleh Samudera Hindia di bagian selatan dan Propinsi Jawa Tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Judul Hotel Resort Pantai Wedi Ombo Gunung Kidul dengan pendekatan arsitektur tropis.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Judul Hotel Resort Pantai Wedi Ombo Gunung Kidul dengan pendekatan arsitektur tropis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul Hotel Resort Pantai Wedi Ombo Gunung Kidul dengan pendekatan arsitektur tropis. 1.2 Pengertian Judul Hotel adalah suatu bangunan atau sebagian daripadanya yang khusus disediakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam BAB III METODE PERANCANGAN Merancang sebuah Griya Seni dan Budaya Terakota sesuai dengan konsep dan teori yang diinginkan tidak terlepas dari metode perancangan. Metode perancangan merupakan paparan deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang , 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang , 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, terletak di daerah khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROMOSI PARIWISATA KAWASAN KARST DI KABUPATEN WONOGIRI MELALUI MEDIA GAME

PERANCANGAN PROMOSI PARIWISATA KAWASAN KARST DI KABUPATEN WONOGIRI MELALUI MEDIA GAME PERANCANGAN PROMOSI PARIWISATA KAWASAN KARST DI KABUPATEN WONOGIRI MELALUI MEDIA GAME Bambang Amiyatno, Auria Farantika Yogananti, Annas Marzuki Sulaiman Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga terbang layang merupakan olahraga yang banyak mengandung unsur

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga terbang layang merupakan olahraga yang banyak mengandung unsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Obyek Berangkat dari keinginan manusia untuk selalu menjaga kesehatan jasmani dan kesehatan rohani. Berbagai bentuk dan macam olahraga dapat dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN ± 153 % ( ) ± 33 % ( ) ± 14 % ( ) ± 6 % ( )

BAB I PENDAHULUAN ± 153 % ( ) ± 33 % ( ) ± 14 % ( ) ± 6 % ( ) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu sektor andalan perolehan devisa negara di Indonesia. Tercatat pada tahun 2014 sektor pariwisata menyumbang devisa sebesar US$ 10,69 atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten yang lainnya seperti Sleman,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten yang lainnya seperti Sleman, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten yang lainnya seperti Sleman, Bantul dan Kulon Progo, Gunungkidul adalah daerah yang kurang subur baik di dalam segi pertanian

Lebih terperinci

Prioritas Ekosistem Karst Dengan Perkembangan Ekonomi Masyartakat

Prioritas Ekosistem Karst Dengan Perkembangan Ekonomi Masyartakat Prioritas Ekosistem Karst Dengan Perkembangan Ekonomi Masyartakat Dwi Noviar ADITYA 1, PREMONOWAT 1, Hari Wiki UTAMA 12 Teknik Geologi UPN Yogyakarta, Indonesia 1 Pascasarjana Teknik Geologi UGM, Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensial bagi para wisatawan yang merupakan petualang-petualang yang ingin

BAB I PENDAHULUAN. potensial bagi para wisatawan yang merupakan petualang-petualang yang ingin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara megabiodiversity nomor dua di dunia setelah Brasil memiliki banyak kekayaan alam berupa flora, fauna maupun keindahan alam. Kondisi demikian

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 31 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Bio-Fisik Kawasan Karst Citatah Kawasan Karst Citatah masuk dalam wilayah Kecamatan Cipatat. Secara geografis, Kecamatan Cipatat merupakan pintu gerbang Kabupaten

Lebih terperinci

C. Batas Wilayah Secara administratif area pendataan berada di Desa Bandung Rejo dan Desa Sumber Bening, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang.

C. Batas Wilayah Secara administratif area pendataan berada di Desa Bandung Rejo dan Desa Sumber Bening, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang. Laporan Pendataan Gua, Mata Air dan Telaga di Karst Malang Selatan Desa Bandung Rejo dan Desa Sumber Bening Kecamatan Bantur Kabupaten Malang 19-20 September 2015 A. Latar Belakang Karst adalah bentukan

Lebih terperinci

1 C I T Y H O T E L D I H A R B O U R B A Y B A T A M F e r i t W i b o w o BAB I PENDAHULUAN

1 C I T Y H O T E L D I H A R B O U R B A Y B A T A M F e r i t W i b o w o BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hotel merupakan salah satu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, yang disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan, penginapan berikut makanan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman hayati. Salah satu bentuk keanekaragaman hayati Indonesia adalah ekosistem karst. Ekosistem karst adalah kesatuan komunitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu aset penting bagi negara, yang juga merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat. Hutan sebagai sumberdaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, terdiri atas 17.504 pulau besar dan kecil. Hal inilah yang membuat Indonesa kaya akan bentang alam yang indah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK 1

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK 1 Olah raga merupakan salah satu cara untuk menjaga kesehatan tubuh. Selain menyehatkan tubuh, olah raga juga dapat menjauhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Karst Secara terminologi, karst adalah bentang alam batuan gamping yang dibentuk oleh kegiatan pelarutan air. Proses itu akan berjalan baik selama batuan yang tersedia masih memiliki

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. lainnya tidak selalu sama. Bentukan khas pada bentang alam ini disebabkan

1 BAB I PENDAHULUAN. lainnya tidak selalu sama. Bentukan khas pada bentang alam ini disebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Bentang alam karst merupakan suatu bentang alam yang memiliki bentukan yang sangat unik dan khas. Bentang alam karst suatu daerah dengan daerah yang lainnya

Lebih terperinci

Kajian Potensi Geowisata Karst di Kabupaten Wonogiri

Kajian Potensi Geowisata Karst di Kabupaten Wonogiri Kajian Potensi Geowisata Karst di Kabupaten Wonogiri Kegiatan Tahun Anggaran 2017 Latar Belakang Kabupaten Wonogiri yang memiliki luas wilayah 182.236,02 km 2. merupakan salah satu kabupaten di Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asli (alami) maupun perpaduan hasil buatan manusia yang dimanfaatkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. asli (alami) maupun perpaduan hasil buatan manusia yang dimanfaatkan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan wisata adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli (alami) maupun perpaduan hasil buatan manusia yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bentukan alam khas geologi beserta warisannya kini, tersebar di

BAB I PENDAHULUAN. Bentukan alam khas geologi beserta warisannya kini, tersebar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bentukan alam khas geologi beserta warisannya kini, tersebar di permukaan bumi tanpa harus diminta atau dibeli dengan biaya yang mahal. Ini merupakan bukti dari Maha

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1456 K/20/MEM/2000 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN KARS

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1456 K/20/MEM/2000 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN KARS KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1456 K/20/MEM/2000 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN KARS MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan ketentuan

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek Kalimantan merupakan pulau yang sangat kaya ankan flora dan fauna, namun, flora dan fauna endemik yang sangat beragam dan unik yang terancam punah karena

Lebih terperinci

bahwa Kawasan Bentang Alam Karst Langkat memiliki

bahwa Kawasan Bentang Alam Karst Langkat memiliki MENTER3 ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR: K/40/iyiEM/2017 TENTANG PENETAPAN KAWASAN BENTANG ALAM KARST LANGKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. SUdah berabad-abad lamanya kebun 'raya di dunia secara umum menjadi

BABI PENDAHULUAN. SUdah berabad-abad lamanya kebun 'raya di dunia secara umum menjadi BABI PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG SUdah berabad-abad lamanya kebun 'raya di dunia secara umum menjadi salah satu sarana pengembangan i1mu dan budaya yang penting. Sejak semula lembaga ini selalu bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan, Indonesia menyimpan kekayaan alam tropis yang tak ternilai harganya dan dipandang di dunia internasional. Tidak sedikit dari wilayahnya ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Gua adalah lubang alami yang berada dalam tanah dapat dimasuki oleh manusia (Erlangga Esa Laksmana, STASIUN NOL, 2005). Di Indonesia banyak terdapat gua. Kawasan-kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Butterfly : Bahasa Inggris: Kupu-kupu Kupu-kupu merupakan serangga yang tergolong ke dalam ordo Lepidoptera atau serangga bersayap sisik (lepis: sisik dan ptero:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mencapai pulau dengan panjang pantai sekitar km 2 dan luas

BAB I PENDAHULUAN. yang mencapai pulau dengan panjang pantai sekitar km 2 dan luas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulaunya yang mencapai 17.508 pulau dengan panjang pantai sekitar 81.000 km 2 dan luas laut mencapai 5,8

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini persoalan utama yang dihadapi kota-kota besar di Pulau Jawa akibat pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi adalah masalah transportasi, masalah transportasi

Lebih terperinci

CITY HOTEL BINTANG EMPAT DI SEMARANG

CITY HOTEL BINTANG EMPAT DI SEMARANG LANDASAN PROGRAM PRNCANAAN DAN PRANCANGAN ARSITKTUR (LP3A) CITY HOTL BINTANG MPAT DI SMARANG Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Oleh : TRI HARJANTO ADI WICAKSONO

Lebih terperinci

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di BAB 3 METODA PERANCANGAN Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di kawasan Pantai Panjang Kota Bengkulu ini secara umum mencakup hal-hal sebagai berikut: 3.1 Ide Perancangan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARSTIFIKASI PADA KARAKTERISTIK DOLINA Studi Kasus: Kecamatan Ponjong dan Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul

IDENTIFIKASI KARSTIFIKASI PADA KARAKTERISTIK DOLINA Studi Kasus: Kecamatan Ponjong dan Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul Identifikasi Karstifikasi Pada Karakteristik Dolina... (Sari, dkk.) IDENTIFIKASI KARSTIFIKASI PADA KARAKTERISTIK DOLINA Studi Kasus: Kecamatan Ponjong dan Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul (Identify

Lebih terperinci

STUDIO TUGAS AKHIR (TKA- 490) ARSITEKTUR METAFORA BAB I PENDAHULUAN

STUDIO TUGAS AKHIR (TKA- 490) ARSITEKTUR METAFORA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Musik sudah menjadi salah satu bagian umum di dalam kehidupan masyarakat. Kita sering menjumpai musik ketika kita berada di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak jaman kerajaan-kerajaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya negara Indonesia ini, tuntutan untuk memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya negara Indonesia ini, tuntutan untuk memenuhi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Semakin berkembangnya negara Indonesia ini, tuntutan untuk memenuhi gaya hidup di kota-kota besar memaksa orang untuk bekerja lebih keras. Beban pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut Ratu dari Timur ( Queen of the east ). Kejadian kejadian sejarah termasuk

BAB I PENDAHULUAN. disebut Ratu dari Timur ( Queen of the east ). Kejadian kejadian sejarah termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batavia yang merupakan cikal bakal kota jakarta saat ini mempunyai sejarah yang panjang, dalam berbagai masa, perubahan, perombakan dan pembangunan. Ia mengalami masa

Lebih terperinci

GEOMORFOLOGI DAN GEOLOGI FOTO GL PEGUNUNGAN PLATEAU DAN KARST

GEOMORFOLOGI DAN GEOLOGI FOTO GL PEGUNUNGAN PLATEAU DAN KARST GEOMORFOLOGI DAN GEOLOGI FOTO GL3222 9. PEGUNUNGAN PLATEAU DAN KARST Plain dan Plateau? Plain (Dataran): Morfologi datar dengan kemiringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, setelah Brazil (Anonimus, 2009). Brazil merupakan salah satu negara dengan flora

Lebih terperinci

Gambar 1. 1 : Keindahan Panorama Bawah Laut Pulau Biawak

Gambar 1. 1 : Keindahan Panorama Bawah Laut Pulau Biawak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan prioritas dalam Pembangunan Ekonomi Nasional dan Daerah. Kondisi tersebut tidak dapat dilepaskan dari tingginya kontribusi sektor Pariwisata

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN FAKULTAS HUKUM ! UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN FAKULTAS HUKUM Terakreditasi Berdasarkan Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Nomor : 429/SK/BAN-PT/Akred/S/XI/2014 Perlindungan Hukum Terhadap Kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang kaya akan budaya dan pariwisatanya, banyak sekali obyek wisata alam yang dapat dinikmati oleh wisatawan, contohnya saja wisata

Lebih terperinci

KARST MAROS PANGKEP MENUJU GEOPARK DUNIA (Tinjauan dari Aspek Geologi Lingkungan) Slamet Nuhung Penyelidik Bumi Madya DESM

KARST MAROS PANGKEP MENUJU GEOPARK DUNIA (Tinjauan dari Aspek Geologi Lingkungan) Slamet Nuhung Penyelidik Bumi Madya DESM KARST MAROS PANGKEP MENUJU GEOPARK DUNIA (Tinjauan dari Aspek Slamet Nuhung Penyelidik Bumi Madya DESM snuhung299@gmail.com ABSTRAK Bentuk bentang alam (geomorfologi) kawasan kars Maros-Pangkep pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Otomotif merupakan olahraga yang banyak diminati di seluruh dunia. Begitu juga dengan Indonesia. Olahraga otomotif merupakan salah satu cabang yang sangat diminati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1.1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berwisata merupakan salah satu kebutuhan manusia yang perlu dipenuhi. Dengan berwisata diharapkan dapat memberikan suasana baru dengan cara menyegarkan pikiran dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Perancangan Tempat Pemrosesan Akhir(TPA) tentunya membutuhkan beberapa metode guna

BAB III METODE PERANCANGAN. Perancangan Tempat Pemrosesan Akhir(TPA) tentunya membutuhkan beberapa metode guna BAB III METODE PERANCANGAN Perancangan Tempat Pemrosesan Akhir(TPA) tentunya membutuhkan beberapa metode guna mendapatkan hasil rancangan yang maksimal. Pendekatan dengan metode deskriptif analisis berisi

Lebih terperinci

PENGENALAN CAVING (SUSUR GUA)

PENGENALAN CAVING (SUSUR GUA) PENGENALAN CAVING (SUSUR GUA) Speleologi berasal dari kata Yunani, Spalion (gua) dan Logos (ilmu).sehingga dapat diartikan speleologi adalah ilmu yang mempelajari gua beserta ilmu dan lingkungannya. Menurut

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR 37 GEDUNG PERTEMUAN DI MARKAS PANGKALAN TNI AL SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

TUGAS AKHIR 37 GEDUNG PERTEMUAN DI MARKAS PANGKALAN TNI AL SEMARANG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesa dewasa ini mulai menggalakkan wisata konvensi yang merupakan ciri industri pariwisata. Melalui kegiatan ini disamping peserta mengikuti siding teknis juga

Lebih terperinci