Diskusi Awal Dalam Rangka Penyusunan profil Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan Sistem MRV untuk Sektor Industri
|
|
- Adi Atmadja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 N E W S L E T T E R P M R I N D O N E S I A V O L 2 O K T O B E R Diskusi Awal Dalam Rangka Penyusunan profil Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan Sistem MRV untuk Sektor Industri Dalam edisi ini : Diskusi Awal Dalam Rangka Penyusunan profil Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan Sistem MRV untuk Sektor Industri Diskusi Panel : Implementasi Instrumen Berbasis Pasar untuk Meningkatkan Upaya Mitigasi Partisipasi PMR Indonesia pada acara The 6th Expo Indo EBTKE ConEX 2017 Focus Group Discussion : Penyusunan Sistem MRV emisi GRK sektor pembangkit Hubungi kami : PMR Project Management Unit (PMU) Wisma BSG Jl. Abdul Muis No. 40, 3A fl. Jakarta P F September Beberapa pertemuan kelompok kerja industri telah dilaksanakan sejak bulan April 2017 dengan mengundang direktorat sektoral (dari Kementerian Perindustrian) serta perwakilan dari asosiasi industri. Pada tanggal Juli 2017 telah dilakukan pertemuan pembahasan : (1) Persiapan pengembangan profil emisi GRK dan pengembangan sistem MRV di Sektor Pembangkit dan Industri; (2) Pembahasan rencana kerja untuk pengembangan profil emisi GRK dan pengembangan sistem MRV. Telah disepakati bahwa ruang lingkup kegiatan profiling emisi GRK, baseline emisi serta kajian abatement cost curve akan mencakup ke-8 sub-sektor industri, yaitu: semen, pupuk, pulp dan kertas, makanan dan minuman, tekstil, baja, petrokimia, serta keramik, dengan melihat seluruh sumber emisi GRK terkait industri (Energi, IPPU, dan limbah). Ke-8 sub sektor industri akan menggunakan pendekatan (starting point) yang sama. Pengembangan baseline akan dilakukan di setiap sub sektor dengan basis data , dengan menggunakan base year di tahun Sehubungan dengan luasnya target populasi dan kompleksitas
2 dari sub-sektor industri untuk turut berkomitmen pada studi yang akan dilaksanakan, serta durasi waktu studi yang sangat singkat (8 bulan), untuk itu pertemuan khusus persiapan ini sangat diperlukan. Pertemuan persiapan dilaksanakan pada September Tidak hanya persiapan kegiatan, namun pertemuan ini juga bertujuan untuk memastikan komitmen dari masing-masing stakeholders yang akan terlibat dalam penelitian. Pertemuan tersebut dihadiri oleh sektor terkait di direktorat dari Kementerian Perindustrian, para ahli dan perwakilan dari Asosiasi Industri. Dalam pembukaannya, Bapak Dida Gardera dari Kementerian Perekonomian menyatakan pentingnya penyusunan profil emisi GRK pada 8 sub sektor industri dan penyusunan sistem MRV dalam meningkatkan strategi aksi mitigasi Indonesia. Bapak Lintong Sopandi Hutahaean dari Kementerian Perindustrian, menyampaikan dukungannya atas inisiatif ini dan apresiasi kepada para pelaku industri serta asosiasi yang telah turut serta pada pertemuan ini dan akan turut terlibat secara aktif dalam kegiatan pengembangan profil emisi dan Sistem MRV untuk sektor industri. Hadir sebagai Narasumber pada diskusi : Yusman Arullah (Pupuk Sriwijaya - PUSRI, Retno Gumilang Dewi (Institut Teknologi Bandung), Sunaryo (Industri Tektil), Widiatmini Sih Winanti (BPPT), Ery Susanto Indrawan dan Lusi Widowati (Asosiasi Semen Indonesia - ASI), Winda Retna Sari (National Expert - PMR), Edzard Ruehe (Industry Expert). Pertemuan selama 2 hari tersebut telah menghasilkan kesepakatan langkah kerja dan kesamaan pandang terhadap ruang lingkup kegiatan pengembangan profil emisi GRK di sektor industri. Pertemuan selanjutnya dijadwalkan akan dilaksanakan bersamaan dengan kick-off kegiatan pengembangan profil emisi GRK - pada awal November Diskusi Panel : Implementasi Instrumen Berbasis Pasar untuk Meningkatkan Upaya Mitigasi 14 September Instrumen berbasis-pasar untuk meningkatkan upaya mitigasi perubahan iklim berfokus pada satu hal, yakni memberikan nilai ekonomis bagi setiap unit penurunan emisi alias carbon pricing. Pendekatan ini telah dilakukan dalam kesepakatan perubahan iklim sebelum Paris Agreement yaitu Protokol Kyoto. Dalam Protokol Kyoto, negara maju dapat mencapai target penurunan emisinya dengan melakukan kegiatan penurunan emisi di negara berkembang melalui Mekanisme Pembangunan Bersih atau Clean Development Mechanism (CDM). Dalam periode , Indonesia telah mempunyai 147 kegiatan penurunan emisi yang terdaftar dalam Mekanisme Pembangunan Bersih/Clean Development Mechanism (CDM). Proyek-proyek ini telah mengakumulasikan penurunan emisi sebanyak lebih dari 21 juta-ton-setara-karbondioksida dan diperkirakan membawa aliran dana insentif hasil penjualan kredit karbon ke luar negeri sebanyak USD 50 juta. Pengalaman ini membuktikan bahwa instrumen berbasis-pasar dapat berfungsi dengan baik untuk memberikan insentif bagi kegiatan penurunan emisi. Bagi Indonesia, era CDM juga membuka mata bahwa sejatinya upaya penurunan emisi dapat layak secara ekonomis, bahkan ketika insentif dari CDM sudah tidak ada lagi. Namun 2
3 Paris Agreement adalah kesepakatan dimana negara berkembang juga dituntut untuk berkontribusi pada penurunan emisi. global sehingga instrumen berbasis-pasar akan lebih ditekankan untuk bisa memfasilitasi pencapaian target penurunan emisi di dalam negeri ketimbang menjual hasil penurunan emisinya ke luar negeri. Beberapa negara berkembang seperti China, Chile, Meksiko, dan Thailand tengah mengembangkan instrumen domestik tersebut guna mendukung kebijakan penurunan emisi di negaranya masing-masing. Dibanding negara-negara tersebut di atas, pemahaman atas instrumen berbasis-pasar (IBP) di Indonesia relatif lebih rendah dan terbatas pada IBP sejenis CDM. Oleh karena itu, untuk dapat mempertimbangkan secara baik penerapan opsi kebijakan mitigasi perubahan iklim yang berbasis-pasar, pemahaman holistik pemangku kepentingan terhadap IBP harus ditingkatkan. Untuk itu, PMR Indonesia turut berpartisipasi pada kegiataan 6th IndoEBTKE Conference and Expo dan menyelenggarakan Diskusi Panel dengan tema 'Implementasi IBP dalam upaya Peningkatan Aksi Mitigasi Nasional' ini dilaksanakan pada 14 September Kegiatan ini diikuti oleh anggota Pokja PMR, perwakilan kementerian/lembaga terkait, dunia usaha dan asosiasi industri. Harapan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah terjalinnya pemahaman bersama akan peran instrumen berbasis pasar dalam mendorong mitigasi perubahan iklim, dapat pemahaman bersama mengenai beberapa kebijakan yang dapat didukung penerapan instrumen berbasis pasar. Pada kesempatan ini turut memberikan paparan yaitu, Bapak Dida Gardera (Asisten Deputi Pelestarian Lingkungan Hidup, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian), Bapak Lintong Hutaheaan (Kepala Pusat Pengembangan dan Penelitian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup, Kementerian Perindustrian), Bapak Achmad Gunawan (Direktur Mobilisasi Sumber daya Sektoral dan Regional, Ditjen Pengendalian Perubahan Iklim, KLHK), Bapak Benhur L. Tobing (Kepala Subdit Perlindungan Lingkungan Ketenagalistrikan, Direktorat Teknis dan Lingkungan Ketenagalistrikan, Kementerian ESDM). Bapak Dida Gardera dalam pembukaannya menyampaikan, dalam upaya penurunan emisi, kemampuan pemerintah terbatas sehingga dibutuhkan dukungan swasta terutama dalam pelaksanaan pasar. Indonesia telah memiliki pengalaman dalam mengembangkan CDM sejak tahun Belajar dari pengalaman CDM, dimana instrument berbasis pasar tersebut dapat menjadi sebuah policy tool untuk mendukung mitigasi perubahan iklim. Melalui program PMR, Indonesia mendapatkan dukungan dalam mengembangkan kapasitas instrumen berbasis pasar di Indonesia. Pembicara berikutnya, Bapak Lintong Hutaheaan menyampaikan 'Green Industry Standard as a Tool to Improve Clean Energy Use'. Dalam presentasinya, Bapak Lintong memaparkan mengenai standar industri hijau untuk mendukung pemanfaatan energi bersih di Indonesia. Sejalan dengan Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 2015 tentang Rencana Umum Pengembangan Industri Nasional, industri hijau sudah 3
4 menjadi prioritas dalam pengembangan industri di Indonesia. Pengembangan program ini nantinya akan mendorong pihak industri untuk meningkatkan efisiensi dan berhubungan dengan daya saing industri itu sendiri. Bapak Benhur dari Kementerian ESDM, dalam presentasinya menyampaikan mengenai pengembangan program dari sektor pembangkit dalam mendukung penurunan emisi GRK. Sebagai bagian dari kebijakan nasional, pemerintah Indonesia telah menetapkan beberapa program yang diharapkan dapat memenuhi permintaakan listrik nasional serta turut mendukung pengurangan emisi GRK (khususnya untuk sektor pembangkit. Perwakilan dari KLHK, Bapak Achmad Gunawan menyampai- kan mengenai Means of Implementation NDC Implementation, bahwa Indonesia telah meratifikasi Paris Agreement (PA) me- lalui UU No. 16 Tahun Dengan adanya ratifikasi ini, maka setiap parties memiliki kewajiban untuk menurunkan emisi GRK, termasuk Indonesia. Indonesia, melalui NDC, telah menetapkan komitmen penurunan emisi sebesar 29% dengan upaya domestik dan 41% apabila ada dukungan internasional. Untuk mendukung implementasi NDC, dibutuhkan dukungan pendanaan yang bisa berasal dari APBN, dukungan internasional, atau non-parties stakeholders. Selain itu, mekanisme pendanaan untuk perubahan iklim ini juga dapat berasal dari carbon market. Partisipasi PMR Indonesia pada acara The 6th Expo Indo EBTKE ConEX September Baik pembangkit tenaga listrik dan industri merupakan konsumen utama untuk energi. Masalah ini menjadi lebih penting setelah Intended Nationally Determined Contribution (INDC) untuk mitigasi perubahan iklim ke UNFCCC dimana negara tersebut menyatakan partisipasinya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29% di bawah tingkat BAU pada tahun 2030 dengan menggunakan, antara lain, konservasi energi dan promosi sumber energi bersih dan terbarukan. Baik pembangkit tenaga listrik dan industri merupakan konsumen utama untuk energi. Masalah ini menjadi lebih penting setelah Intended Nationally Determined Contribution (INDC) untuk mitigasi perubahan iklim ke UNFCCC dimana negara tersebut menyatakan partisipasinya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29% di bawah tingkat BAU pada tahun 2030 dengan menggunakan, antara lain, konservasi energi dan promosi sumber energi bersih dan terbarukan. Tidak semua pengambil keputusan kesepahaman mengenai tujuan dari implementasi aksi mitigasi perubahan iklim. Dengan memberikan beberapa contoh yang ada, dimana keuntungan dari sisi ekonomi serta sosial politik yang mampu menyelaraskan serta mendorong pengambil keputusan untuk turut mendukung aksi mitigasi perubahan iklim. Dengan demikian, pemahaman yang lebih baik terhadap isu perubahan iklim untuk dapat mendukung aksi mitigasi perubahan iklim sangat diperlukan. 4
5 Extensive social promotion dalam hal ini sangatlah penting. Untuk instrumen berbasis pasar (IBP), pemahamannya relatif lebih rendah dan terbatas. Oleh karena itu, untuk dapat mempertimbangkan dengan baik dan benar pemilihan opsi kebijakan implementasi IBP mitigasi perubahan iklim, pemahaman holistik pemangku kepentingan IBP harus ditingkatkan. Untuk itu, PMR Indonesia bersama dengan dua Program UNDP lainnya (Market Transformation through Design and Implementation of Appropriate Mitigation Actions in the Energy Sector - MTR3, Strategic Planning and Action to strengthen climate Resilience of Communities - SPARC) turut berpartisipasi bersama the 6th Indonesia EBTKE ConEx 2017 dan menyelenggarakan Panel Diskusi dengan tema MBI Implementation in Promoting the National Mitigation Actions - pada 14 September The 6th Indonesia EBTKE ConEx 2017 in conjunction with Bali Clean Energy Forum (BCEF) 2017, adalah kegiatan yang terbesar untuk energi baru dan terbarukan di Indonesia, dan diresmikan oleh pemerintah Republik Indonesia - Direktorat Jenderal EBTKE, Kementerian ESDM bersama Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI); Acara ini dilaksanakan pada September 2017, Program pada kegiatan tersebut terdiri dari; conference, exhibition, training dan student visit. Expo yang dilaksanakan selama tiga hari tersebut cukup mendapatkan perhatian dikalangan Pemerintah, stakeholder serta Private Sector dibidang Energi. Tema tahun ini Renewable Energy is a Solution for Energy Security and Paris Agreement acara ini akan menampilkan topik, isu, produk, peluang bisnis di Indonesia, juga menampilkan sumber daya terbarukan dan konservasi energi. Tiga Program di bawah Unit Lingkungan UNDP, PMR, MTRE3, dan SPARC, berbagi dalam satu promotion-booth. Melalui booth ini, ketiga program tersebut menampilkan, menyebarkan, dan mensosialisasikan program dan kegiatan yang dilakukan. Presentasi video tentang PMR, Carbon Market, dan lain-lain. Turut menampilkan, poster, flyers dan display brosur yang juga disampaikan kepada pengunjung. Focus Group Discussion : Penyusunan Sistem MRV emisi GRK sektor pembangkit 6 September Sistem MRV untuk emisi GRK sangat penting untuk mencapai komitmen pemerintah dalam mengurangi emisi gas rumah kaca pengukuran dan pemantauan diperlukan untuk meng- identifikasi emisi tren, menentukan dimana upaya pengurangan emisi harus difokuskan, dan pantau perkem-bangannya. Pelaporan dan verifikasi penting untuk memastikan prinsip keterbukaan, tata kelola, hasil yang dapat dipercaya, akuntabel, dan memastikan bahwa keterlibatan semua sumber telah dilaksanakan secara efektif. Dalam persiapan pengembangan pedoman MRV disektor pembangkit tenaga listrik, Direktorat Jenderal Listrik menilai perlu untuk melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) dengan me- ngundang pemangku kepentingan dan ahli terkait. FGD diadakan pada tanggal 6 September 2017, dan pembahasan secara rinci tentang alat dan protokol untuk perhitungan dan pelaporan emisi GRK sektoral untuk pembangkit tenaga listrik. Sebagai forum untuk berdiskusi dan sharing knowledge terkait dengan inventory Sektor GRK dan MRV sistem yang digunakan pada CDM. 5
6 Rapat teknis dipimpin oleh Mr. Munir Ahmad (Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan - ESDM), Bapak Dida Gardera (Direktur Pelestarian Lingkungan Hidup - Kemenko Perekonomian). Bapak Munir menyatakan bahwa sub-sektor listrik memiliki target yang berat di dalam NDC Indonesia, dimana harus mengurangi emisi GRK sebesar 314 juta ton CO2 atau 11% dari total 29% pengurangan emisi yang ditargetkan secara nasional pada tahun Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk menentukan key points yang memungkinkan tercapainya pengurangan emisi secara efektif. Ini berarti upaya mitigasi yang dilakukan mampu mencapai pengurangan emisi secara besar dengan biaya yang cukup rendah. Untuk bisa mengukur upaya pencapaian target pengurangan emisi dari subsektor listrik memerlukan sistem MRV yang kredibel. Ada beberapa pilihan tindakan yang bisa dilakukan, seperti menggunakan sistem yang telah berjalan di Clean Development Mechanism (CDM) atau penyempurnaan sistem pencatatan yang saat ini digunakan oleh ESDM (dikelola oleh Pusdatin). Sementara itu, Pak Dida Gardera menyatakan bahwa target pengurangan emisi Indonesia sebesar 26% / 41% sangat ambisius. Kemampuan pemerintah untuk mencapai target ini sangat terbatas. Peran dari sektor swasta perlu ditingkatkan. Pengembangan instrumen berbasis pasar adalah salah satu cara yang dianggap efektif membuka pintu keterlibatan sektor swasta. Beberapa negara seperti Cina, Cile, Meksiko dan Thailand sedang mengembangkan instrumen dalam negeri untuk mendukung kebijakan pengurangan emisi di negara masing-masing. Dibandingkan dengan negara - negara di atas, pemahaman tentang instrumen berbasis pasar (IBP) di Indonesia relatif rendah dan terbatas pada IBP seperti CDM. Oleh karena itu, untuk mempertimbangkan dengan tepat implementasi opsi kebijakan untuk mitigasi perubahan iklim yang berbasis pasar, pemahaman holistik pemangku kepentingan IBP harus ditingkatkan. Diskusi teknis tersebut mengundang Bapak Ucok WR Siagian (ahli dari ITB), yang berbagi pengetahuan dan informasi dan peran pengembangan sistem MRV emisi sub-sektor dalam mendukung inventarisasi emisi di sektor energi. Beliau juga menjelaskan tentang protokol penghitungan emisi gas rumah kaca dan pelajaran yang dipetik dari implementasi MRV untuk pembangkit tenaga listrik di negara lain. Pak Suyono (dari Data dan Pusat Informasi ESDM), yang berbagi tentang proses inventarisasi dan pelaporan sektor GRK di Kementerian ESDM, dan menginfor-masikan kepada semua peserta mengenai status Keputusan Menteri tentang persediaan sektor energi GRK. FGD diakhiri dengan sharing session dan lesson learned dari PT. Indonesia Power, PLTU Suralaya, dan PT. Java Power pada perhitungan & pelaporan emisi GRK. Diikuti dengan sharing session dari PT. Mutuagung Lestari dalam prosedur verifikasi emisi gas rumah kaca di Indonesia sesuai dengan SNI ISO MITRA KERJA 6
Focus Group Discussion: Instrumen Berbasis Pasar untuk Meningkatkan Upaya Mitigasi Perubahan Iklim
DALAM EDISI INI : Focus Group Discussion: Instrumen Berbasis Pasar untuk Meningkatkan Upaya Mitigasi Perubahan Iklim Focus Group Discussion: Instrumen Berbasis Pasar untuk Meningkatkan Upaya Mitigasi Perubahan
Lebih terperinciDalam edisi ini : Penyusunan Profil Emisi Gas Rumah Kaca. Pengembangan Monitoring Reporting
Dalam edisi ini : Penyusunan Profil Emisi Gas Rumah Kaca Pelatihan Perhitungan Emisi GRK di Sektor Industri Pelatihan Perhitungan Emisi GRK di Sektor Pembangkit Review Baselne Site Visit Pengembangan Monitoring
Lebih terperinciPandangan Indonesia mengenai NAMAs
Pandangan Indonesia mengenai NAMAs 1. Nationally Appropriate Mitigation Action by Non-Annex I atau biasa disingkat NAMAs adalah suatu istilah pada Bali Action Plan yang disepakati Pertemuan Para Pihak
Lebih terperinciIMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA
IMPLEMENTASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA Ir. Wahyuningsih Darajati, M.Sc Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Disampaikan ik dalam Diskusi
Lebih terperinciPENDANAAN REDD+ Ir. Achmad Gunawan, MAS DIREKTORAT MOBILISASI SUMBERDAYA SEKTORAL DAN REGIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM
PENDANAAN REDD+ Ir. Achmad Gunawan, MAS DIREKTORAT MOBILISASI SUMBERDAYA SEKTORAL DAN REGIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM OUTLINE ISU PENDANAAN REDD+ PROGRESS PENDANAAN REDD+ di INDONESIA
Lebih terperinci2018, No Produk, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, dan Limbah; d. bahwa Pedoman Umum Inventarisasi GRK sebagaimana dimaksud dalam huruf c
No.163, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Inventarisasi GRKN. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.73/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN
Lebih terperinciKEBIJAKAN & PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) SEKTOR INDUSTRI
KEBIJAKAN & PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) SEKTOR INDUSTRI Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri
Lebih terperinciPENINGKATAN KAPASITAS PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA
Ambon, 3 Juni 2016 PENINGKATAN KAPASITAS PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA disampaikan dalam WORKSHOP AHLI PERUBAHAN IKLIM REGIONAL MALUKU DAN MALUKU UTARA PENINGKATAN KAPASITAS AHLI DALAM PENANGANAN PEMANASAN
Lebih terperinciPotensi implementasi mekanisme berbasis pasar untuk mitigasi dampak perubahan iklim. Rini Setiawati Sekretariat JCM Indonesia
Potensi implementasi mekanisme berbasis pasar untuk mitigasi dampak perubahan iklim Rini Setiawati Sekretariat JCM Indonesia Latar belakang Intended Nationally Determined Contribution (INDC) 2020: Penurunan
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU. Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012 1. Kondisi Industri I. LATAR BELAKANG Pembangunan sektor industri di Indonesia yang telah
Lebih terperinciSTANDAR INDUSTRI HIJAU
Kementerian Perindustrian-Republik Indonesia Medan, 23 Februari 2017 OVERVIEW STANDAR INDUSTRI HIJAU Misi, Konsep dan Tujuan Pengembangan Industri Global Visi: Mengembangan Industri yang berkelanjutan
Lebih terperinciKebijakan perubahan iklim dan aksi mitigasi di Indonesia. JCM Indonesia Secretariat
Kebijakan perubahan iklim dan aksi mitigasi di Indonesia JCM Indonesia Secretariat Data suhu bulanan global Suhu rata-rata global meningkat drastic dan hamper mencapai 1.5 O Celcius dibanding dengan jaman
Lebih terperinciSlide 1. Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta
Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta Slide 1 Pada pertemuan G-20 di Pittsburg tahun 2009, Pemerintah
Lebih terperinciKETERPADUAN AGENDA PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM INTERNASIONAL NASIONAL SUB NASIONAL
KETERPADUAN AGENDA PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM INTERNASIONAL NASIONAL SUB NASIONAL Dr. Ir. Nur Masripatin, M.For.Sc. Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
Lebih terperinciKEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM
KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM Endah Murniningtyas Deputi Bidang SDA dan LH Disampaikan dalam Forum Diskusi Nasional Menuju Kota Masa Depan yang Berkelanjutan dan Berketahanan
Lebih terperinciPeran Partisipan Proyek dalam JCM. Sekretariat JCM Indonesia
Peran dalam JCM Sekretariat JCM Indonesia Konsep dasar JCM Jepang Digunakan untuk membantu memenuhi target penurunan emisi Jepang Teknologi, investasi, pendanaan dan pembangunan kapasitas Sistem pelaporan,
Lebih terperincitelah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga
KEYNOTESPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIC INDONESIA PADA PENGANUGERAHAN PAMERAN FOTO INDUSTRI HIJAU Plaza Industri Kementerian Perindustrian, Jakarta 7 Mei 2013 Yang saya hormatl, para hadirin sekalian
Lebih terperinciOVERVIEW PROGRAM KONSERVASI ENERGI DAN REDUKSI EMISI DI SEKTOR INDUSTRI
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 2-1 BAB II OVERVIEW PROGRAM KONSERVASI ENERGI DAN REDUKSI EMISI DI SEKTOR INDUSTRI 2.1 ISU EMISI CO 2 -e GLOBAL Emisi CO 2 -e global (dunia) disebabkan melalui
Lebih terperinciRENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK)
RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK) Shinta Damerys Sirait Kepala Bidang Pengkajian Energi Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Kementerian Perindustrian Disampaikan
Lebih terperinciKEBIJAKAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMDA MELAKSANAKAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GRK DAN SISTEM PEMANTAUANNYA
KEBIJAKAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMDA MELAKSANAKAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GRK DAN SISTEM PEMANTAUANNYA ENDAH MURNININGTYAS Deputi Bidang SDA dan LH Disampaikan dalam acara FGD Pembentukan Komite Pembangunan
Lebih terperinci(8-9 November, Jambi, Indonesia)
PENINGKATAN KAPASITAS DALAM PEMANTAUAN, PELAPORAN, DAN ERIFIKASI (MR) EMISI GAS RUMAH KACA DAN KEGIATAN MITIGASI DI NEGARA BERKEMBANG (EUMRCB PROJECT) (8-9 November, Jambi, Indonesia) Daftar Isi Latar
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI MONITORING EMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR INDUSTRI
SISTEM INFORMASI MONITORING EMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR INDUSTRI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU DAN LINGKUNGAN HIDUP, KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2017 OUTLINE 1. SISTEM INFORMASI MONITORING
Lebih terperinciPENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN
PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN Dr. Medrilzam Direktorat Lingkungan Hidup Kedeputian Maritim dan Sumber Daya Alam Diskusi Koherensi Politik Agenda Pengendalian Perubahan
Lebih terperinciRepublik Indonesia Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BUKU PANDUAN
Republik Indonesia Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BUKU PANDUAN SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK)
Lebih terperinciNational Planning Workshop
Strategi Nasional Untuk Meningkatkan Kapasitas SDM Dalam Menghadapi Perubahan Iklim National Planning Workshop Doddy S. Sukadri Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) Jakarta, 9 Oktober 2012 Outline Landasan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. asing. Indonesia telah menjadikan Jepang sebagai bagian penting dalam proses
BAB V KESIMPULAN Dinamika hubungan diplomatik Indonesia dengan Jepang telah mengalami berbagai perkembangan, mulai dari masa penjajahan, kerjasama ekonomi hingga bidang politik dan keamanan. Politik luar
Lebih terperinciPerspektif Good Governance dan RPP Pengendalian Perubahan Iklim
Perspektif Good Governance dan RPP Pengendalian Perubahan Iklim Jakarta, 17 Januari 2018 Agenda Presentasi RPP Perubahan Iklim sebagai Instrumen Pelaksana UU 16/2016 Good Governance dalam RPP Perubahan
Lebih terperinciPusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian
GREEN CHILLER POLICY IN INDUSTRIAL SECTOR Disampaikan pada: EBTKE CONEX Jakarta Convention Center 21 Agustus 2015 Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan
Lebih terperinciINDONESIA GREEN AWARDS 2015
SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA PENGANUGERAHAN INDONESIA GREEN AWARDS 2015 Yang saya hormati, 1. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan; 2. Menteri Kelautan dan Perikanan; 3. Chairman
Lebih terperinci2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep
No.149, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN. Badan Pengelola. Penurunan. Emisi Gas Rumah Kaca. Kelembagaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinci2018, No Carbon Stocks) dilaksanakan pada tingkat nasional dan Sub Nasional; d. bahwa dalam rangka melaksanakan kegiatan REDD+ sebagaimana dima
No.161, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Perangkat REDD+. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.70/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG
Lebih terperinciKEBIJAKAN KONSERVASI ENERGI NASIONAL
KEBIJAKAN KONSERVASI ENERGI NASIONAL Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Sosialisasi Program ICCTF 2010-2011 Kementerian Perindustrian
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi
1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer akibat berbagai aktivitas manusia di permukaan bumi, seperti
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim adalah fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna lahan dan kehutanan. Kegiatan
Lebih terperinciIntegrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek
Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek Oleh: Dini Ayudia, M.Si Kepala Subbidang Transportasi Manufaktur Industri dan Jasa pada
Lebih terperinciSINTESA RPI 16 EKONOMI DAN KEBIJAKAN PENGURANGAN EMISI DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI. Koordinator DEDEN DJAENUDIN
SINTESA RPI 16 EKONOMI DAN KEBIJAKAN PENGURANGAN EMISI DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI Koordinator DEDEN DJAENUDIN TARGET OUTPUT RPI 2010-2014 SINTESA OUTPUT 1: OUTPUT 2: OUTPUT 3: OUTPUT 4: OUTPUT 5: Sosial
Lebih terperinciPELUANG DAN TANTANGAN KONSERVASI ENERGI DI SEKTOR INDUSTRI
PELUANG DAN TANTANGAN KONSERVASI ENERGI DI SEKTOR INDUSTRI TRI RENI BUDIHARTI KEPALA PUSAT PENGKAJIAN INDUSTRI HIJAU DAN LINGKUNGAN HIDUP KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA,22 OKTOBER 2012 1 LATAR BELAKANG
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Indocement. Bosowa Maros Semen Tonasa. Semen Kupang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semen adalah komoditas yang strategis bagi Indonesia. Sebagai negara yang terus melakukan pembangunan, semen menjadi produk yang sangat penting. Terlebih lagi, beberapa
Lebih terperinciSkema Karbon Nusantara serta Kesiapan Lembaga Verifikasi dan Validasi Pendukung
Skema Karbon Nusantara serta Kesiapan Lembaga Verifikasi dan Validasi Pendukung Dicky Edwin Hindarto Koordinator Divisi Mekanisme Perdagangan Karbon Sosialisasi Skema Penilaian Kesesuaian Greenhouse Gases
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciStrategi Pengembangan Pembelajaran Perubahan Iklim di Indonesia
Strategi Pengembangan Pembelajaran Perubahan Iklim di Indonesia Doddy S. Sukadri Yayasan Mitra Hijau (YMH) Jakarta 29 Maret 2017 Paparan Hari ini UNFCCC LATAR BELAKANG Artikel 6 UNFCCC (Action for Climate
Lebih terperinciPertemuan Koordinasi GCF
Didanai oleh Uni Eropa Pertemuan Koordinasi GCF Bali, 23-25 Juni 2014 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan pelopor global dalam hal komitmen negara berkembang untuk melakukan aksi mitigasi secara nasional
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPerMen LH No. 15/2013 tentang PENGUKURAN, PELAPORAN, DAN VERIFIKASI (Measurement, Reporting, Verification)
PerMen LH No. 15/2013 tentang PENGUKURAN, PELAPORAN, DAN VERIFIKASI (Measurement, Reporting, Verification) Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup
Lebih terperinciKlasifikasi Pinjaman dan Hibah
LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI NOVEMBER 2015 Direktorat Pinjaman dan Hibah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Direktorat Pinjaman dan Hibah merupakan unit eselon II
Lebih terperinciPemetaan Pendanaan Publik untuk Perubahan Iklim di Indonesia
Pemetaan Pendanaan Publik untuk Perubahan Iklim di Indonesia Juli 2014 Komitmen Pemerintah Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus mengurangi risiko perubahan iklim tercermin melalui serangkaian
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL
www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciISBN: Data Inventory Emisi GRK Sektor Energi
ISBN: 978-60-0836--5 Data Inventory Emisi GRK Sektor Energi PUSAT DATA DAN TEKNOLOGI INFORMASI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 06 TIM PENYUSUN Pengarah Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM M.
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciSambutan Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Bappenas selaku Ketua Majelis Wali Amanat ICCTF dalam
Sambutan Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Bappenas selaku Ketua Majelis Wali Amanat ICCTF dalam PELUNCURAN ICCTF MEDIA AWARD 2015 Jakarta, 8 September 2015 Perubahan Iklim dan Pembangunan
Lebih terperinciKajian Penggunaan Faktor Emisi Lokal (Tier 2) dalam Inventarisasi GRK Sektor Energi
Pemerintah Indonesia masih berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29% atau 834 juta ton CO2e pada tahun 2030 dari kondisi Business as Usual (BaU). Sektor energi sendiri mendapatkan
Lebih terperinciPOTENSI BISNIS ENERGI BARU TERBARUKAN
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI POTENSI BISNIS ENERGI BARU TERBARUKAN Maritje Hutapea Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan
Lebih terperinciKEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI Disampaikan pada Dialog Energi Tahun 2017 Jakarta, 2 Maret 2017 1 Outline paparan I. Potensi
Lebih terperinciWORKSHOP PENGEMBANGAN SISTEM MONITORING KARBON HUTAN:PENGELOLAAN HUTAN BERKELANJUTAN DAN MASYARAKAT SEJAHTERA
WORKSHOP PENGEMBANGAN SISTEM MONITORING KARBON HUTAN:PENGELOLAAN HUTAN BERKELANJUTAN DAN MASYARAKAT SEJAHTERA Dr. Etti Ginoga Kepala Pusat Litbang Perubahan Iklim dan Kebijakan Kehutanan BADAN LITBANG
Lebih terperinciPENGALAMAN PENANDAAN ANGGARAN PERUBAHAN IKLIM
PENGALAMAN PENANDAAN ANGGARAN PERUBAHAN IKLIM Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim & Multilateral Disampaikan pada Workshop Sinkronisasi Sistem Perencanaan & Penganggaran dalam Mendukung Pengurangan
Lebih terperinciMENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TIM KOORDINASI PERUNDINGAN PERDAGANGAN KARBON ANTAR NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOORDINATOR BIDANG
Lebih terperinciKELEMBAGAAN DAN UPAYA INDONESIA
Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan KELEMBAGAAN DAN UPAYA INDONESIA DALAM KONTRIBUSI PENURUNAN EMISI Dr. Ir. Joko Prihatno, M.M Direktur Inventarisasi
Lebih terperinciKebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim Oleh: Ir. Hayu Parasati, MPS, Direktur Perkotaan dan Perdesaan
Kebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim Oleh: Ir. Hayu Parasati, MPS, Direktur Perkotaan dan Perdesaan Kementerian PPN/Bappenas Dalam kasus perubahan iklim, kota menjadi penyebab, sekaligus penanggung
Lebih terperinciPENGEMBANGAN SDM SEKTOR INDUSTRI NASIONAL DALAM MENDUKUNG MITIGASI PERUBAHAN IKLIM
PENGEMBANGAN SDM SEKTOR INDUSTRI NASIONAL DALAM MENDUKUNG MITIGASI PERUBAHAN IKLIM Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri Kementerian Perindustrian Green Jobs National Conference Jakarta, 16-17
Lebih terperinciKebijakan Pelaksanaan REDD
Kebijakan Pelaksanaan REDD Konferensi Nasional terhadap Pekerjaan Hijau Diselenggarakan oleh Organisasi Perburuhan Internasional Jakarta Hotel Borobudur, 16 Desember 2010 1 Kehutanan REDD bukan satu-satunya
Lebih terperinciMEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA MEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL Oleh: Kardaya Warnika Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi
Lebih terperinciPerkembangan RAN/RAD - GRK
Ministry of National Development Planning/ National Development Planning Agency (BAPPENAS) Perkembangan RAN/RAD - GRK Wahyuningsih Darajati Direktur Lingkungan Hidup/Ketua Tim Teknis ICCTF CSO Forum Jakarta,
Lebih terperinciMinistry of National Development Planning/ National Development Planning Agency (BAPPENAS)
RAD - GRK Ministry of National Development Planning/ National Development Planning Agency (BAPPENAS) Perkembangan RAN/RAD - GRK Wahyuningsih Darajati Direktur Lingkungan Hidup/Ketua Tim Teknis ICCTF CSO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif seperti mudahnya berkomunikasi maupun berpindah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi sudah dimulai sejak Revolusi Industri yang terjadi pada abad ke 18 di Inggris yang pada akhirnya menyebar keseluruh dunia hingga saat sekarang ini.
Lebih terperinciWorkshop Low Carbon City
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA Disampaikan pada : Workshop Low Carbon City oleh : Luluk Sumiarso Direktur
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pemanasan global saat ini menjadi topik yang paling hangat dibicarakan dan mendapatkan perhatian sangat serius dari berbagai pihak. Pada dasarnya pemanasan global merupakan
Lebih terperinci{K ) DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
JALAN JENDERAL GATOT SUBROTO, KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon :021-52904235; 5250575 Faksimile :021-25529106;255292'12 Website : www.ebtke.esdm.go.id Email : info@ebtke.esdm.go.id Nomor Lampiran Hal : lql
Lebih terperinciPercepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil
Percepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil Climate Summit 2014 merupakan event penting dimana negara-negara PBB akan berkumpul untuk membahas
Lebih terperinciDirektorat Konservasi Energi
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Direktorat Konservasi Energi 1 Latar Belakang Target Konservasi Energi : Mengurangi intensitas
Lebih terperinciPedoman Umum Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca
Pedoman Umum Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca 15.11.2011 In cooperation with 14.05.2012 Page Seite 1 ISI PRESENTASI 1. Latar Belakang 2. Kemajuan Penyusunan Pedoman Umum Rencana Aksi Penurunan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
Lebih terperinciJambi, Desember 2013 Penulis
Laporan pelaksanaan Sosialisasi Pemantauan Evaluasi dan Pelaporan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (PEP RAD GRK) ini, menguraikan tentang : pendahuluan, (yang terdiri dari latar belakang,
Lebih terperinciWWF: Paket Istimewa yang diharapkan dari Durban
WWF: Paket Istimewa yang diharapkan dari Durban COP 17 di Durban akan menjadi titik balik proses negosiasi PBB untuk perubahan iklim. Para pemimpin dunia dapat meneruskan capaian yang telah dihasilkan
Lebih terperinciKnowledge Management Forum April
DASAR HUKUM DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI PERAN PEMDA UNTUK MEMBERDAYAKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN IKLIM INDONESIA UU 23 tahun 2014 tentang
Lebih terperinciRencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang
Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang Suryani *1 1 Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi, BPPT, Jakarta * E-mail: suryanidaulay@ymail.com
Lebih terperinciKomite Advokasi Nasional & Daerah
BUKU SAKU PANDUAN KEGIATAN Komite Advokasi Nasional & Daerah Pencegahan Korupsi di Sektor Swasta Direktorat Pendidikan & Pelayanan Masyarakat Kedeputian Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi KATA PENGANTAR
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.50/Menhut-II/2014P.47/MENHUT-II/2013 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.50/Menhut-II/2014P.47/MENHUT-II/2013 TENTANG PERDAGANGAN SERTIFIKAT PENURUNAN EMISI KARBON HUTAN INDONESIA ATAU INDONESIA CERTIFIED EMISSION REDUCTION
Lebih terperinciSosialisasi Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD GRK) Tahun 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sebagaimana diketahui bahwa Gas Rumah Kaca (GRK) merupakan gasgas yang terdapat di atmosfer, yang berasal dari alam maupun antropogenik (akibat aktivitas manusia).
Lebih terperinciGaris-Besar NAP. Latar Belakang. Tujuan dan Strategi Pembangunan Nasional Dalam Rangka Antisipasi Perubahan Iklim. Rencana Aksi Nasional
Garis-Besar NAP Latar Belakang Tujuan dan Strategi Pembangunan Nasional Dalam Rangka Antisipasi Perubahan Iklim Rencana Aksi Nasional 1 2 3 Model Pembangunan Sampai Dengan Sekarang Kekhasan Negara Indonesia
Lebih terperinciOpportunity Cost Dalam Pelaksanaan REDD
Opportunity Cost Dalam Pelaksanaan REDD Dr. Suyanto Bogor 30-31 May 2011 Global Climate Change has become one of the top priorities on the global agenda 4 UNFCCC & Kyoto Protocol UNFCCC: Konvesi ttg
Lebih terperinciPROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 3) RPKPP KABUPATEN JOMBANG
PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 3) RPKPP KABUPATEN JOMBANG 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) merupakan
Lebih terperinciPeningkatan Kepedulian dan Pemahaman Masyarakat akan Dampak Perubahan Iklim. oleh: Erna Witoelar *)
Peningkatan Kepedulian dan Pemahaman Masyarakat akan Dampak Perubahan Iklim oleh: Erna Witoelar *) Pemanasan Bumi & Perubahan Iklim: tidak baru & sudah jadi kenyataan Kesadaran, pengetahuan & peringatan
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PENGESAHAN. Agreement. Perubahan Iklim. PBB. Kerangka Kerja. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 204) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciSISTEM REGISTRI NASIONAL
EDISI NOVEMBER 2016 USER MANUAL SISTEM REGISTRI NASIONAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK PUBLIK Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim 2016 Daftar
Lebih terperinciPENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU NASIONAL
PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU NASIONAL OLEH LINTONG SOPANDI HUTAHAEAN KEPALA PUSLITBANG INDUSTRI HIJAU DAN LINGKUNGAN HIDUP Jakarta, 5 April 2017 INDUSTRI HIJAU INDUSTRI HIJAU DEFINISI DASAR HUKUM UU No.
Lebih terperinci2012, No BAB I PENDAHULUAN
5 2012, No.155 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/M- IND/PER/1/2012 TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGURANGAN EMISI CO 2INDUSTRI SEMEN DI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN. Kalimantan Tengah pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 292 MtCO2e 1 yaitu
1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam skenario BAU (Business As Usual) perdagangan karbon di indonesia, Kalimantan Tengah akan menjadi kontributor signifikan emisi gas rumah kaca di Indonesia
Lebih terperinciEFISIENSI ENERGI DI SEKTOR TRANSPORTASI
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA EFISIENSI ENERGI DI SEKTOR TRANSPORTASI oleh : Maryam Ayuni Direktorat Disampaikan
Lebih terperinciParis Agreement, NDC dan Peran Daerah dalam Penurunan Emisi. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jakarta, Juni 2016
Paris Agreement, NDC dan Peran Daerah dalam Penurunan Emisi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jakarta, Juni 2016 OUTLINE 1. PERUBAHAN IKLIM DAN DAMPAKNYA 2. PARIS CLIMATE AGREEMENT: PENANDATANGANAN
Lebih terperinciPROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG
PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) merupakan
Lebih terperinciSambutan Pengantar Presiden RI pada Rapat Terbatas Kabinet, Jakarta, 4 April 2012 Rabu, 04 April 2012
Sambutan Pengantar Presiden RI pada Rapat Terbatas Kabinet, Jakarta, 4 April 2012 Rabu, 04 April 2012 SAMBUTAN PENGANTAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA RAPAT TERBATAS KABINET TANGGAL 4 APRIL 2012
Lebih terperinciSambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012
Sambutan Endah Murniningtyas Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Penyusunan
Lebih terperinciMENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG TIM OPTIMALISASI KEBIJAKAN PROGRAM PENGELOLAAN ENERGI BERKELANJUTAN DAN PENINGKATAN AKSES ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciTata ruang Indonesia
Tata ruang Indonesia Luas 190,994,685 Ha Hutan Produksi Kawasan Non-hutan Hutan Produksi Terbatas Hutan konservasi Hutan dilindungi Sumber: Statistik Kehutanan Indonesia 2008, Departemen Kehutanan Indonesia
Lebih terperinciMENTERI KOORDINATBIDANG INDONESIA MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN
MENTERI KOORDINATBIDANG MENTERI KOORDINATOR BIDANG PERE SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PERE NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG TIM KOORDINASI PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN
Lebih terperinciSpecial Submission: PENGHEMATAN ENERGI MELALUI PEMANFAATAN GAS BUANG DENGAN TEKNOLOGI WASTE HEAT RECOVERY POWER GENERATION (WHRPG)
Special Submission: PENGHEMATAN ENERGI MELALUI PEMANFAATAN GAS BUANG DENGAN TEKNOLOGI WASTE HEAT RECOVERY POWER GENERATION (WHRPG) PT. SEMEN PADANG 2013 0 KATEGORI: Gedung Industri Special Submission NAMA
Lebih terperincipeningkatan kerangka kerja dan menggabungkan manajemen energi ke dalam sehari-hari
Standar ini didasarkan pada Plan-Do-Check-Act berkesinambungan peningkatan kerangka kerja dan menggabungkan manajemen energi ke dalam sehari-hari organisasi praktek. Rencanakan: melakukan tinjauan energi
Lebih terperinciPelaksanaan RAN/RAD-GRK: Sebagai Pedoman Mewujudkan Pembangunan Rendah Karbon
Kementerian Perencanan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Pelaksanaan RAN/RAD-GRK: Sebagai Pedoman Mewujudkan Pembangunan Rendah Karbon Endah Murniningtyas Deputi Sumber
Lebih terperinci