Dalam edisi ini : Penyusunan Profil Emisi Gas Rumah Kaca. Pengembangan Monitoring Reporting

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Dalam edisi ini : Penyusunan Profil Emisi Gas Rumah Kaca. Pengembangan Monitoring Reporting"

Transkripsi

1 Dalam edisi ini : Penyusunan Profil Emisi Gas Rumah Kaca Pelatihan Perhitungan Emisi GRK di Sektor Industri Pelatihan Perhitungan Emisi GRK di Sektor Pembangkit Review Baselne Site Visit Pengembangan Monitoring Reporting and Verification (MRV) Focus Group Discussion Kelompok Kerja Instrumen Berbasis Pasar dan Kick-Off Studi Opsi Instrumen Berbasis Pasar PMR Project Management Unit (PMU) Menara Ravindo Jl. Kebon Sirih no. 75, lantai 12 Jakarta Pusat P F

2 Pelatihan Perhitungan dan Inventarisasi Emisi GRK di Sektor Industri Kegiatan Pelatihan perhitungan dan inventarisasi emisi GRK sub sektor makanan dan minuman, Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan, serta Direktorat Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar sebagai pembina. Kegiatan dilaksanakan di Bogor, November 2017 dengan peserta dari 15 industri minuman dan tembakau, serta 15 industri dari makanan November - Desember PMR Indonesia secara paralel telah menyelenggarakan pelatihan dan perhitungan inventarisasi emisi GRK kepada pelaku industri yang berkerja sama dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dan Kementerian Perindustrian terhitung sejak Oktober hingga Desember Pelatihan ini merupakan salah satu kegiatan yang terkait dengan penyusunan profil emisi GRK serta bertujuan untuk meningkatkan kapasitas SDM di delapan sub sektor industri lahap energi (kimia, tekstil, keramik dan kaca, makanan dan minuman, pupuk, semen, baja, pulp dan kertas). Pelatihan menitikberatkan pada metode penghitungan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sehingga para pelaku di sektor industri terkait memiliki kemampuan dalam menghitung besaran emisi GRK-nya. Dari beberapa paparan, tergambar bahwa sumber emisi GRK yang dihasilkan oleh industri-industri tersebut diperoleh dari emisi energi dan emisi dari proses produksi dan penggunaan produk (IPPU) serta limbah (waste). Dengan adanya pelatihan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi industri dalam mengindentifikasi kebutuhan teknologi dengan biaya rendah, mendekatkan industri dengan program Standar Industri Hijau (SIH) serta PROPER. Selain itu, pelatihan ini ditujukan untuk menerima masukan dari pelaku industri dan asosiasi bagi pengambil kebijakan yang akan dilakukan oleh Pemerintah. Kegiatan Pelatihan perhitungan dan inventarisasi emisi GRK sub sektor tekstil, Direktorat Industri Tekstil sebagai pembina. Kegiatan dilaksanakan di Bandung, 6-7 Desember 2017, dengan peserta dari industri tekstil Beragam hal dipaparkan dalam pelatihan ini, mulai dari metode dan tata acara penghitungan inventarisasi Emisi GRK, aturan hokum yang menjadi dasar dalam penyelenggaraan inventarisasi GRK, dan penyelenggaraan Sistem Informasi Industri Nasional (SIINAS). Perhitungan emisi GRK berisikan pengenalan dasar; penentuan kesepakatan penggunaan metode dan tingkatan Tier untuk perhitungan emisi GRK; serta penentuan kategori sumber utama emisi dari kegiatan industri. Pelaku industri diharapkan berpedoman kepada Perpres. 71 tahun 2011 terkait dengan invetarisasi GRK. Inventarisasi GRK merupakan kegiatan untuk mendapatkan data dan informasi secara berkala terkait tingkat, status dan kecenderungan emisi dan/atau serapan GRK. Selain itu, kegiatan ini bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai capaian penurunan emisi GRK dalam rangka mencapai tujuan Nationally Determined Contribution (NDC). Kegiatan Pelatihan penghitungan dan inventarisasi emisi GRK sub sektor keramik dan kaca, Direktorat Industri Bahan Galian Non Logam sebagai pembina. Kegiatan dilaksanakan di Bogor, Desember 2017 dengan 40 peserta perwakilan dari industri keramik dan kaca Penyusunan profil emisi GRK menjadi penting untuk mengetahui sumber-sumber utama emisi GRK. Data-data tersebut nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat dalam penyusunan Rencana Aksi Mitigasi Emisi GRK sesuai dengan sumber-sumbernya. Terkait dengan pelaporan inventarisasi GRK secara nasional, Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berkoordinasi dengan PPIHLH Kementerian Perindustrian untuk menjalankan inventarisasi GRK di sektor industri. Industri sebagai salah satu pemangku kepentingan dalam pengendalian emisi GRK (selain melakukan pengurangan emisi GRK) diharapkan tetap dapat berkompetisi dan bersaing di pasar internasional. Untuk mendukung hal tersebut pemerintah membangun Sistem Informasi Industri Nasional (SIINAS) sebagai sarana penghubung antara industri dan pemerintah melalui e-reporting GRK. SIINAS merupakan sebuah platform dari sistem-sistem yang sudah ada sehingga perusahaan hanya akan melaporkan data melalui satu portal/platform saja. Pendaftaran akun SIINAS dapat dilakukan di 26 unit pelayanan publik Kementrian Perindustrian baik di Pusat dan Daerah. Aplikasi ini akan diluncurkan pada tahun 2018, guna menghimpun dan mengintegrasikan data-data industri nasional terutama terkait dengan informasi emisi dari sektor industri. 1

3 Penyusunan profil emisi GRK di sektor industri menjadi penting untuk mendukung perhitungan pencapaian reduksi emisi GRK nasional yang telah disampaikan kepada UNFCCC. Laporan profil emisi GRK yang disusun juga akan mengidentifikasi kurva biaya pengurangan emisi. Kegiatan pelatihan perhitungan dan inventarisasi emisi GRK sub sektor kimia, Direktorat Industri Kimia Hulu sebagai pembina. Kegiatan dilaksanakan di Bogor, November 2017 dengan peserta dari industri kimia Kegiatan pelatihan perhitungan dan inventarisasi emisi GRK sub sektor kimia. : Direktorat Industri Kimia Hulu sebagai pembina. Kegiatan dilaksanakan di Cilegon, November 2017 dengan peserta dari industri kimia Melalui pelatihan ini pula, industri dapat mengevaluasi efisiensi energi dalam proses produksinya. Para peserta diperkenalkan dengan aplikasi sistem penghitungan emisi GRK yang dikeluarkan oleh International Panel of Climate Change (IPCC) 2006 dengan tingkat ketelitian Tier 1. Data yang digunakan mengacu kepada data produksi dan/atau konsumsi bahan baku di industri dengan faktor emisi standar IPCC. Lebih lanjut, satuan volumetrik bahan bakar seperti liter, kg, atau ton perlu dikonversikan dengan nilai kalor bahan bakarnya (mengacu pada IPCC 2006) sehingga memiliki keseragaman unit satuan TeraJoule (TJ). Namun apabila bahan bakar sudah dalam satuan British Thermal Unit (BTU) maka tinggal dikalikan dengan faktor konversi. Untuk penggunaan beberapa jenis bahan bakar, dalam menghitung emisi diperlukan faktor emisi per jenis gas (CO2, CH4 dan N2O) berdasarkan bahan bakar yang digunakan. Pelatihan diselenggarakan dengan menggunakan metode metacard. Pada pertemuan ini peserta dibagi menjadi beberapa kelompok dan dilatih untuk menghitung emisi GRK dengan sampel data nasional yang kemudian dilanjutkan dengan menghitung emisi dengan menggunakan data masing-masing industri. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan worksheet manual dan dilanjutkan dengan penghitungan dengan menggunakan aplikasi IPCC Software. Salah satu peserta dari PT. Wilmar, Aris mengemukakan bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat untuk memberikan pengetahuan terkait perhitungan emisi GRK yang dihasilkan dari proses produksi di tempatnya bekerja. Aris juga menyampaikan kesiapan perusahaannya serta menunggu arahan lebih lanjut terkait dengan kewajiban persahaan dalam melakukan inventarisasi dan pelaporan emisi GRK. Waktu Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan Perhitungan Emisi GRK di Sektor Industri Kegiatan pelatihan perhitungan dan inventarisasi emisi GRK sub sektor kimia, Direktorat Industri Kimia Hulu sebagai pembina. Kegiatan dilaksanakan di Surabaya, 1112 Desember 2017, dengan peserta dari sub sektor kimia 2 Sub Sub Sub Sub sektor sektor sektor sektor makanan dan minuman : tekstil : keramik dan kaca : kimia : Bogor, November 2017 Bandung, 6 7 Desember 2017 Bogor, Desember 2017 Bogor, November 2017 Cilegon, November 2017 Surabaya, Desember 2017

4 Pengembangan Pedoman MRV Emisi GRK di Sektor Pembangkit dan Industri November - Desember 2017, Parnership for Market Readiness (PMR) Indonesia bersama dengan Kementerian ESDM, Kementerian Perindustrian melalui Kelompok Kerja Pembangkit dan Kelompok Kerja Industri, melaksanakan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) untuk pengembangan pedoman penghitungan, pelaporan, dan verifikasi (MRV) emisi GRK di sektor pembangkit listrik dan industri, kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari, 3-4 November 2017, di Bandung. Diskusi MRV emisi untuk sektor industri dan pembangkit, Bandung, November 2017 Dengan melibatkan kementerian terkait, serta stakeholder (pemangku kepentingan) lainnya yang meliputi perwakilan perusahaan dan asosiasi dari 8 sub-sektor industri dan perwakilan dari sektor pembangkit, pada pertemuan 2 hari tersebut, para peserta membahas, bertukar informasi dan memberikan update terkait dengan kebijakan dan sistem pelaporan emisi GRK di Indonesia. FGD ini juga bertujuan untuk mengidentifikasikan prinsip-prinsip sistem pelaporan emisi GRK dan elemen-elemen utama dalam pedoman umum sistem pelaporan emisi GRK, khususnya di sektor pembangkitan listrik dan industri. Dalam arahannya, Bapak Dida Gardera, Asisten Deputi Pelestarian Lingkungan Hidup, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, menyampaikan bahwa Sistem Monitoring Reporting Verification (MRV) yang akan dikembangkan bertujuan untuk menghitung, mencatat, melaporkan (yang nantinya untuk dapat diverifikasi) data jumlah GRK yang teremisikan dalam kurun waktu tertentu. Sistem MRV yang dibangun diharapkan dapat diimplmentasikan pada level institusi maupun tingkat fasilitas. Diskusi MRV emisi untuk sub sektor pupuk, Bogor, November 2017 Bapak Lintong Hutahean, Direktur Industri Bahan Galian Non-Logam, Kementerian Perindustrian, menyampaikan juga pada pembukaannya, bahwa pelaporan emisi GRK dibutuhkan untuk mendapatkan data yang valid yang dapat digunakan untuk merancang dan menerapkan kebijakan mitigasi perubahan iklim. Beliau juga menekankan pentingnya integrasi antar sistem yang dapat ditempuh dengan cara mengembangkan platform data yang bersifat umum/kompatibel dan dapat diakses oleh berbagai institusi sesuai dengan kebutuhannya. Beliau menambahkan, bahwa kunci sukses pelaksanaan kegiatan penurunan emisi GRK adalah bagaimana memastikan validitas data yang ada pada sektor-sektor sasaran. Untuk sektor industri, penghitungan baseline masih sangat beragam menjadi tantangan utama, dan untuk itu kerjasama dan koordinasi antar pemangku kepentingan sangat penting, agar terbangun sistem yang terintegrasi yang handal dan kredibel. Dalam FGD diidentifikasi bahwa saat ini terdapat beberapa sistem terkait pelaporan emisi GRK, antara lain yang dibangun oleh KLHK (SIGN SMART, SIMPEL, PROPER), oleh Kementerian Perindustrian (SII-Nas) dan oleh Kementerian ESDM (POME dan faktor emisi ketenagalistrikan). Beberapa perusahaan pembangkit dan industri telah melaporkan data terkait dengan emisi GRK ke beberapa sistem MRV yang ada. Diskusi MRV emisi untuk sub sektor semen, Bogor, Desember 2017 Dalam rangka diskusi lebih lanjut, seluruh peserta sepakat agar pemahaman atas operasionalisasi berbagai sistem pelaporan emisi di Indonesia perlu diberikan. Hal ini dianggap penting agar seluruh pihak dapat memberikan masukan terkait sistem MRV yang sedang dibangun maupun diterapkan, sehingga sistem MRV tersebut dapat diimplementasikan dengan baik sesuai dengan tujuan. Peserta juga berharap akan ada rencana tindak lanjut untuk merumuskan atau melaksanakan peta jalan pengembangan sistem pelaporan emisi GRK di sektor pembangkitan listik dan industri lahap energi. 3

5 Sektor Industri Sebagai tindak lanjut dari pertemuan rencana kerja pengembangan Monitoring, Reporting and Verification (MRV) yang telah didiskusikan pada November - Desember 2017, pertemuan lanjutan untuk mendapatkan kesepakatan final terkait penghitungan baseline emisi GRK, serta pembahasan draft outline untuk penyusunan pedoman MRV juga masih akan dilaksanakan pada tahun Penyusunan pedoman MRV emisi untuk sektor pembangkit, Jakarta, 22 November 2017 Kegiatan ujicoba MRV akan fokus dilaksanakan pada tahun 2018 dengan melakukan site visit ke beberapa industri yang telah siap melaksanakan kegiatan MRV. Ujicoba ini direncanakan akan dilaksanakan untuk sub sektor industri yang dirasa telah siap, yaitu sektor industri semen, pupuk dan pulp dan kertas. Mengiringi kegiatan penyusunan pedoman MRV juga akan dilakukan kegiatan pelatihan penghitungan emisi GRK untuk beberapa industri baru di sub sektor industri semen serta industri pulp dan kertas. Sektor Pembangkit Kebutuhan untuk mengembangkan pedoman MRV di sektor pembangkitan listrik telah diidentifikasi pada saat rapat kelompok kerja pembangkit yang dilaksanakan pada bulan Agustus Pertemuan dihadiri perwakilan dari Kementerian ESDM, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, PT. PLN, Asosiasi Perusahaan Listrik Swasta (APLSI), dan pemangku kepentingan terkait lainnya pada bulan Agustus Pertemuan MRV emisi untuk sektor pembangkit, Batam, 03 Agustus 2017 Pada saat itu, Bapak Munir Ahmad (Direktur Teknik Elektro dan Lingkungan Hidup - ESDM) menyampaikan bahwa pertemuan dimaksudkan untuk memperkaya pengetahuan semua anggota kelompok kerja terkait dengan profil sektor emisi GRK di bidang pembangkit tenaga listrik, dan metodologi dalam sistem MRV dan persediaan GRK untuk pembangkit tenaga listrik. Kesimpulan pada rapat tersebut, peserta sepakat untuk disusunnya pedoman MRV, yang nantinya akan menjadi acuan bagi para pemangku kepentingan untuk menghitung dan melaporkan emisi GRK di pembangkit mereka ke Direktorat Jenderal Kelistrikan, Kementerian ESDM. Pada Focus Group Discussion pengembangan pedoman MRV yang dilaksanakan pada tanggal 3-4 November 2017 di Bandung, Pokja Pembangkit menyetujui agar dibentuk tim kecil untuk penyusunan pedoman MRV di sektor pembangkitan listrik. Hal ini telah ditindak lanjuti dengan rapat tim kecil penyusunan pedoman inventarisasi emisi GRK sektor pembangkit yang dilaksanakan pada tanggal 22 November 2017 di Jakarta dan 21 Desember 2017 di Serpong. Pedoman yang dikembangkan akan berisi tentang lingkup inventarisasi, metode dan penghitungan emisi GRK, format pelaporan dan pengendalian dan penjaminan kualitas. Pelaporan nantinya akan dilakukan melalui sistem online yang sedang dikembangkan, perusahaan akan menjadi quality control (QC) data dan Ditjen. Ketenagalistrikan-ESDM yang akan memvalidasi data final yang diberikan oleh perusahaan (QA). Selanjutnya data yang sudah divalidasi diteruskan ke Pusdatin, Kementerian ESDM. Waktu Pelaksanaan Kegiatan Diskusi MRV Sektor Industri dan Pembangkit 4 Diskusi MRV untuk sektor industri dan pembangkit : Diskusi MRV untuk sub sektor pupuk : Diskusi dan penyusunan draft pedoman MRV untuk sub sektor pupuk : Diskusi MRV untuk sub sektor semen : Pertemuan MRV untuk sektor pembangkit : Penyusunan pedoman MRV untuk sektor pembangkit : Bandung, November 2017 Bogor, November 2017 Palembang, Januari 2017 Bogor, Desember 2017 Batam, 03 Agustus 2017 Jakarta, 22 November 2017

6 Pelatihan Perhitungan dan Inventarisasi Emisi GRK di Sektor Pembangkit November - Desember 2017, Sejalan dengan kegiatan pelatihan penghitungan dan inventarisasi emisi GRK di sektor industri, Parnership for Market Readiness (PMR) Indonesia juga melakukan kegiatan pelatihan untuk sektor pembangkit bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan (DJK)-Kementerian ESDM. Dua sesi pelatihan telah dilaksanakan pada bulan November dan Desember 2017 di Surabaya dan Bogor. Pertemuan dibuka oleh Bapak Benhur L. Tobing selaku Kepala Subdirektorat Perlindungan Lingkungan Ketenagalistrikan-ESDM. Beliau menyampaikan bahwa perhitungan faktor emisi ketenagalistrikan merupakan salah satu kegiatan pendukung Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) yang telah diatur dalam Prepres 61 Tahun 2011 tentang RAN-GRK. Dalam Persetujuan Paris (Paris Agreement), faktor emisi sistem ketenagalistrikan akan tetap berperan penting untuk mendukung upaya penurunan emisi GRK di Indonesia. Ditjen. Ketenagalistrikan telah mengembangkan faktor emisi GRK sistem ketenagalistrikan di 48 sistem interkoneksi tenaga listrik (on-grid), faktor emisi GRK baseline dari pembangkit listrik tenaga diesel di seluruh wilayah Indonesia, serta faktor emisi GRK setelah susut daya sampai sistem distribusi tenaga listrik (on-grid). Perhitungan dan pemutakhiran nilai faktor emisi tersebut dilakukan oleh Ditjen. Ketenagalistrikan setiap tahunnya. Beliau juga mengharapkan tiap unit pembangkit dapat menghitung emisi GRK dan melaporkannya kepada Ditjen. Ketenagalistrikan. Kegiataan Pelatihan Perhitungan Emisi GRK di Sektor Pembangkit, Bogor, November 2017 Kegiatan pelatihan perhitungan emisi GRK mengacu pada IPCC 2006, di mana data yang digunakan untuk perhitungan emisi GRK terbagi dua yaitu data konsumsi bahan bakar yang digunakan oleh unit pembakaran dan data konsumsi energi yang digunakan untuk penunjang operasional pembangkit (on use kecuali konsumsi BBM untuk armada kapal dan mobil operasional). Data konsumsi oli juga dapat dimasukan sebagai data konsumsi dan dihitung sebagai IPPU dan penggunaan bahan bakar untuk pematik di pembangkit biomassa (yang selama ini dihitung sebagai nol). Dalam melaporkan hasil inventarisasi GRK, ketiga GRK utama (CO2, CH4, dan N2O) diminta untuk dilaporkan lengkap. Unit pembangkit diminta untuk melaporkan data aktivitas yang berpotensi menimbulkan emisi CO2. Satuan volumetrik bahan bakar seperti liter, kg atau ton perlu dikonversikan dengan nilai kalor bahan bakarnya (mengacu pada IPCC 2006) sehingga memiliki keseragaman unit satuan TeraJoule (TJ). Namun apabila bahan bakar sudah dalam satuan British Thermal Unit (BTU) maka tinggal dikalikan dengan faktor konversi. Untuk penggunaan beberapa jenis bahan bakar, maka dalam menghitung emisi diperlukan faktor emisi per jenis gas (CO2, CH4 dan N2O) berdasarkan bahan bakar yang digunakan. Untuk sektor pembangkit, digunakan data emisi Ex-Post, di mana data yang didapatkan adalah data pemantauan tahun sebelumnya. Kegiataan Pelatihan Perhitungan Emisi GRK di Sektor Pembangkit, Surabaya, Desember 2017 Di akhir kegiatan ini diharapkan terbentuk kesepakatan tentang metode penghitungan dan hasil inventarisasi emisi GRK sistem interkoneksi tenaga listrik tahun 2016, meningkatnya kapasitas peserta terkait dengan penghitungan inventarisasi emisi GRK serta aksi mitigasi penurunan emisi GRK di sektor pembangkit. Waktu Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan Perhitungan Emisi GRK di Sektor Pembangkit Bogor : Surabaya : November Desember

7 Penyusunan Profil dan Baseline GRK di Sektor Industri November-Desember 2017, Kementerian Perindustrian bekerjasama dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian didukung oleh Partnership for Market Readiness (PMR) melaksanakan kajian pengembangan profil dan baseline emisi GRK untuk 8 sub sektor industri lahap energi (Semen, Pupuk, Pulp dan Kertas, Makanan dan Minuman, Tekstil, Baja, Petrokimia, serta Keramik dan Kaca) yang telah dimulai sejak Oktober 2017 dan akan berjalan hingga juni 2018 mendatang. Kegiatan review baseline dan diskusi MRV emisi sub sektor semen, Direktorat Industri Bahan Galian Non Logam. Kegiatan dilaksanakan di Bogor, Desember 2017 dengan peserta dari Industri Semen Indonesia Direktur Industri Bahan Galian Non Logam, Kementerian Perindustrian, Bapak Lintong S. Hutahean menyampaikan apresiasi atas kesediaan pihak industri dalam kegiatan kaji ulang inventarisasi emisi GRK di industri semen. Beliau juga menyampaikan bahwa tujuan diselenggarakannya kegiatan ini adalah untuk memantapkan dan updating data dalam rangka mempersiapkan industri untuk kegiatan MRV. Pertemuan ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai hal-hal yang dapat dikembangkan khususnya mengenai pengembangan instrument berbasis pasar (IBP) untuk industri di Indonesia. Hasil kajian ini akan dijadikan dasar dalam penyelenggaraan kegiatan MRV, dimana pilot project MRV akan diujicobakan pada industri yang telah siap yaitu industri, pupuk, semen, pulp and paper, serta mempersiapkan gambaran pasar yang dapat dikembangkan untuk industri di Indonesia. Kegiatan Review Baseline dan Diskusi MRV emisi sub sektor pupuk, Direktorat Industri Kimia Hulu sebagai pembina. Kegiatan dilaksanakan di Bogor, November 2017 dengan peserta dari Industri Pupuk Bapak Dida Gardera selaku Asisten Deputi Pelestarian Lingkungan Hidup, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, juga menambahkan bahwa beberapa industri telah lebih maju dalam hal penyelenggaraan kegiatan inventarisasi emisi GRK seperti industri Semen, Pupuk, Pulp and Paper, sehingga diharapkan kesiapan tersebut dapat dijadikan bahan pembelajaran bagi industri lainnya. Di kesempatan berikutnya, Bapak Hermawan, Pusat Data dan Informasi (PUSDATIN), Kementerian Perindustrian memaparkan mengenai sistem informasi industri nasional (SIINAS) khususnya terkait dengan emisi GRK dimana saat ini pada sistem tersebut telah diintegrasikan dalam Sistem Informasi Monitoring Gas Rumah Kaca (SIM-GRK). SIINAS ini bertujuan dalam rangka penyediaan data dan informasi industri yang akurat lengkap dan termutakhir serta mempermudah pihak industri dalam proses penyampaian data laporan kepada pihak pemerintah berdasarkan Undang-undang No.3/2014 tentang perindustrian dengan turunan PP 2/2017 tentang sarana dan prasarana industri sebagai landasan pembentukan SIINAS (peraturan menteri perindustrian tentang pengelolaan). Tim Tenaga Ahli-Ibu Lusy Widowati, dalam paparannya menyampaikan tujuan kegiatan review baseline/kaji ulang Tujuan kegiatan ini yaitu ; 1) melakukan kaji ulang penghitungan emisi GRK industri semen (13 industri); 2) review baseline emisi GRK diindustri semen dengan memasukan penghitungan hingga tahun 2016; 4) serta validasi capaian emisi GRK tahun 2016 sebagai dasar persiapan penyusunan profil emisi GRK. Kegiatan MRV ini dalam pengembangannya akan menjadi wajib bagi industri, sehingga diharapkan para industri dapat melakukan pelaporan dari saat ini. Peserta yang hadir pada kegiatan penghitungan baseline emisi GRK ini adalah asosiasi industri, asosiasi industri terkait pada 8 sub sektor tersebut, direktorat teknis terkait pada Kementerian Perindustrian, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian serta Tim Tenaga Ahli. 6

8 Kegiatan Kunjungan Lapangan ke PLTU Jawa Power, PLTU Power Energy dan PLTU Indonesia Power Desember 2017, Tim Partnership for Market Readiness (PMR Indonesia) bersama dengan kelompok kerja pembangkit melakukan serangkaian kunjungan lapangan ke beberapa unit pembangkit. Unit pembangkit yang dikunjungi adalah unit pembangkit Suralaya (Indonesia Power-unit 1-4) dan Paiton (Jawa Power-unit 5,6 dan Paiton Energy-unit 7, 8) pada Desember 2017 lalu. Kunjungan dilaksanakan dalam rangka kajian penyusunan profil emisi GRK dan identifikasi aksi penurunan emisi GRK untuk sektor pembangkit. Kunjungan lapangan tersebut, telah memberikan gambaran mengenai upaya mitigasi penurunan emisi yang sudah dilakukan, serta potensi aksi mitigasi lainnya yang mungkin dilaksanakan oleh unit pembangkit. PLTU Jawa Power Salah satu unit pembangkit yaitu Jawa Power menyampaikan paparan mengenai pengurangan pencemaran udara, 1) menggunakan Low NOx burner, 2) memasang electrostatic precipitator (ESP), 3) memasang flue gas desulphurization (FGD), 4) memasang CEMS (continues emission monitoring system), 5) memasang AQMS (air quality monitoring system). Terkait dengan program konservasi energy, unit Paiton 7 dan 8 telah melaksanakan hal-hal sebagai berikut; 1) Optimalisasi kompresor, 2) optimalisasi FGD aeration blower, 3) mengoptimalkan chlorination plan, 4) pemeliharaan FGD melalui pembersihan berkala setiap 2 tahun, 5) penggantian FGD absorber. PLTU Paiton Energy Sedangkan PT. Paiton Energy, menyampaikan, perusahaannya telah melakukan beberapa upaya untuk melakukan aksi mitigas pengurangan emisi GRK, beberapa kegiatan diantaranya adalah konservasi energi dengan upaya yang dilakukan ; 1) optimalisasi operasional air compressor, 2) optimalisasi operasional FGD Aeration Blower; 3) optimalisasi operasional chlorination Plant; 4) pembersihan Fluid Gas Desulphurization (FGD) secara online; 5) pemeliharan berkala PLTU setiap 2 tahun; 6) penggantian FGD absorber motor 3A dengan motor yang lebih efisien. Kegiatan efisiensi energi yang telah dilakukan untuk meningkatkan performa dan kapasitas pembangkitan oleh PLTU Suralaya adalah rehabilitasi turbin-generator melalui uprating turbin uap. Kegiatan uprating turbin di PLTU Suralaya dilakukan pada unit 1 dan 2 yang dapat meningkatkan kapasitas produksi di masing-masing unit dari 400 MW menjadi 420 MW. Proses uprating turbin dilakukan dengan memodifikasi turbin dengan cara memperlebar sudut turbin, sehingga putaran turbin oleh debit steam bekerja secara optimal. Kegiatan ini menghasilkan penghematan energi terbesar dari kegiatan konservasi energi lain yang telah dilakukan. Namun, tingginya nilai investasi untuk kegiatan ini menjadi barrier utama dalam pelaksanaan kegiatan. Dari laporan kegiatan pengurangan pencemaran udara yang ada, kegiatan lain yang memiliki kontribusi penurunan emisi CO2 yang signifikan adalah pemanfaatan gas buang melalui pengembangan mikroalga sebagai bahan bakar alternatif dan penyerap emisi yang dapat menurunkan emisi sebesar tco2/tahun. PLTU Indonesia Power PT. Indonesia Power UBP Suralaya dibantu McKinsey telah melakukan upaya peningkatan efiensi unit pembangkitan melalui program 5E (Enhancing and Embedding Energy Efficiency Excellent). Melalui program ini, performa unit pembangkitan dipantau secara berkala dan dievaluasi untuk selanjutnya dilakukan peningkatan kinerja. PT. Indonesia Power UBP Suralaya juga telah melakukan program manajemen energi ISO Telah disepakati bersama dari kunjungan-kunjungan tersebut dibutuhkan pertemuan lanjutan untuk identifikasi potensi penurunan emisi GRK yang dapat diadopsi oleh sektor pembangkit. 7

9 FGD Kelompok Kerja Instrumen Berbasis Pasar dan Kick-Off Studi Opsi Instrumen Berbasis Pasar 15 Desember 2017, Dengan telah terpilihnya Deloitte Tohmatsu sebagai konsultan pelaksana kajian IBP pada akhir November 2017, serta sebagai upaya sinergi para pihak terkait pelaksanaan kajian opsi kebijakan mitigasi perubahan iklim berbasis pasar, PMR Indonesia bersama dengan Kemenko Perekonomian RI menghelat pertemuan awal yang melibatkan kelompok kerja instrumen berbasis pasar dan konsultan. Pertemuan ini diselenggarakan dengan 3 tujuan utama, seperti yang disampaikan Direktur Lingkungan Hidup, Bappenas RI, Bapak Medrilzam dalam pembukaannya. Beliau menuturkan bahwa ketiga tujuan tersebut adalah 1) untuk mensosialisasikan dimulainya kajian opsi kebijakan mitigasi perubahan iklim berbasis pasar, yang akan dilaksanakan oleh Deloitte Tohmatsu sebagai pelaksana kajian; 2) untuk membahas rencana kerja pelaksana kajian; dan 3) Melaporkan capaian program Kelompok Kerja Instrumen Berbasis Pasar. Beliau menambahkan bahwa instrumen berbasis pasar (IBP) sejatinya sudah dibahas dari sejak lama. Bahkan Indonesia telah mengikuti skema yang dinamakan dengan Clean Development Mechanism (CDM) di bawah Protokol Kyoto imbuhnya. Patut diketahui bahwa saat ini, negara-negara lain telah banyak menerapkan IBP dalam skala domestik/nasional dalam berbagai bentuknya seperti perdagangan emisi, offset dan pajak karbon. Belajar dari negara lain, Indonesia perlu menjajaki instrumen inovatif apa yang dapat dikembangkan untuk mendukung mitigasi perubahan iklim dan sesuai dengan kondisi domestik di Indonesia, baik yang sifatnya intervensi Pemerintah maupun berbasis pasar. Karena jika melihat target Indonesia dalam pengurangan emisi yaitu 29% dan 41%, tentunya akan membutuhkan inovasi dalam menggalang pendanaan swasta untuk mendukung upaya mitigasi tersebut dan IBP adalah salah satu opsinya, tegasnya. Lebih lanjut, muncul pertanyaan mengenai kesiapan Indonesia sendiri dalam menerapkan IBP. Menjawab hal tersebut, sebagai langkah strategis diperlukan kajian untuk mengetahui opsi instrumen yang sesuai untuk kebijakan perubahan iklim di Indonesia. Saya sendiri berharap bahwa kajian ini nantinya dapat menghasilkan informasi komprehensif tentang opsi-opsi IBP di dunia, opsi-opsi IBP yang mungkin diterapkan Indonesia dan perkiraan dampak sosio-ekonominya, serta peta jalan pengembangan skenario IBP terpilih, demikian disampaikan Direktur Lingkungan Hidup, Bappenas, Bapak Medrilzam. Di kesempatan yang sama, Kasubdit Sumber Daya Pendanaan, Direktorat Mobilisasi Sumber Daya Sektoral dan Regional, KLHK, Ibu Endah Tri Kurniawaty, turut menjelaskan terkait Instrumen Pendanaan Perubahan Iklim (Tindak Lanjut PP No. 46 Tahun 2017). Ibu Endah menjelaskan bahwa Indonesia, melalui NDC, telah menetapkan komitmen penurunan emisi sebesar 29% dengan upaya domestik dan 41% dengan dukungan internasional. Terkait dengan impelementasi NDC, tentunya dibutuhkan dukungan pendanaan yang berasal dari APBN, dukungan internasional atapun non-parties stakeholders, demikian ia menekankan. Terkait dengan sumber pendanaan, lebih lanjut disampaikan bahwa Pemerintah Indonesia telah merencanakan pengembangan Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup (IELH) yang diatur dalam PP No. 46 Tahun 2017 dan berisikan mandat untuk pembentukan Badan Layanan Umum (BLU) untuk dana lingkungan hidup. Terkait dengan poin pembentukan institusi BLU, dalam hal ini Badan Pengelolaan Dana Lingkungan Hidup (BPDLH), terdapat tiga jendela instrumen ekonomi yang menjadi tugas dan fungsinya, yaitu dana jaminan pemulihan lingkungan hidup, dana penanggulangan kerusakan/pencemaran, dan dana amanah untuk konservasi. 8

10 Sebagai contoh, pendanaan untuk proyek REDD+ terdiri dari: rencana investasi REDD+, Penyusunan Permen REDD+, strategi bisnis BPDLH, tata kelola BPDLH, struktur organisasi BPDLH, dan perpres pendanaan lingkungan hidup lanjut Ibu Endah. Kajian opsi kebijakan mitigasi perubahan iklim berbasis pasar yang akan dilaksanakan PMR Indonesia akan mendukung perumusan instrumen ekonomi yang inovatif untuk mengendalikan emisi GRK di Indonesia. Kajian ini sendiri direncanakan dilangsungkan selama 9 bulan dengan tujuan menyediakan masukan bagi proses pengambilan keputusan terkait implementasi IBP untuk meningkatkan aksi mitigasi nasional. Deloitte Tohmatsu sebagai konsultan pelaksana kajian ini, menyampaikan mengenai rencana kerja dan strategi dalam pelaksanaan kajian tersebut. Diakhir acara, Partnership for Market Readiness (PMR) menyatakan dukungannya untuk membangun awareness dan willingness terkait mitigasi perubahan iklim dan penerapan IBP, dan salah satu bentuknya adalah pengkajian opsi IBP untuk mitigasi perubahan iklim di Indonesia. Berbagai kebijakan untuk mengurangi emisi GRK telah diambil Pemerintah, seperti apa yang telah dilakukan oleh Kementerian Perindustrian melalui Standar Industri Hijau yang pada dasarnya juga merupakan benchmark emisi GRK untuk industri di Indonesia, dan IBP dapat dirancang sedemikian rupa untuk membantu pelaksanaan kebijakan-kebijakan tersebut. Pertemuan ini dihadiri oleh kelompok kerja Instrumen Berbasis Pasar (Pokja IBP) yang terdiri dari Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Ditjen PPI-KLHK), Pusat Kebijakan Strategis-KLHK (PUSJAKSTRA-KLHK), Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi, Kebijakan dan Perubahan Iklim-KLHK (P3SEKPI-KLHK), Direktorat Lingkungan Hidup-BAPPENAS, Badan Kebijakan Fiskal (BKF-Kementerian Keuangan), Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi-Kementerian ESDM (Ditjen EBTKE-ESDM), APKI (Asosiasi Pengelola Karbon Indonesia) dengan koordinator Direktur Mobilisasi Sumber Daya Sektoral dan Regional, KLHK. Mitra Kerja 9

Diskusi Awal Dalam Rangka Penyusunan profil Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan Sistem MRV untuk Sektor Industri

Diskusi Awal Dalam Rangka Penyusunan profil Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan Sistem MRV untuk Sektor Industri N E W S L E T T E R P M R I N D O N E S I A V O L 2 O K T O B E R 2 0 1 7 Diskusi Awal Dalam Rangka Penyusunan profil Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan Sistem MRV untuk Sektor Industri Dalam edisi ini : Diskusi

Lebih terperinci

Focus Group Discussion: Instrumen Berbasis Pasar untuk Meningkatkan Upaya Mitigasi Perubahan Iklim

Focus Group Discussion: Instrumen Berbasis Pasar untuk Meningkatkan Upaya Mitigasi Perubahan Iklim DALAM EDISI INI : Focus Group Discussion: Instrumen Berbasis Pasar untuk Meningkatkan Upaya Mitigasi Perubahan Iklim Focus Group Discussion: Instrumen Berbasis Pasar untuk Meningkatkan Upaya Mitigasi Perubahan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MONITORING EMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR INDUSTRI

SISTEM INFORMASI MONITORING EMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR INDUSTRI SISTEM INFORMASI MONITORING EMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR INDUSTRI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU DAN LINGKUNGAN HIDUP, KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2017 OUTLINE 1. SISTEM INFORMASI MONITORING

Lebih terperinci

KEBIJAKAN & PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) SEKTOR INDUSTRI

KEBIJAKAN & PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) SEKTOR INDUSTRI KEBIJAKAN & PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) SEKTOR INDUSTRI Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri

Lebih terperinci

Direktorat Konservasi Energi

Direktorat Konservasi Energi DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Direktorat Konservasi Energi 1 Latar Belakang Target Konservasi Energi : Mengurangi intensitas

Lebih terperinci

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA IMPLEMENTASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA Ir. Wahyuningsih Darajati, M.Sc Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Disampaikan ik dalam Diskusi

Lebih terperinci

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK)

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK) RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK) Shinta Damerys Sirait Kepala Bidang Pengkajian Energi Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Kementerian Perindustrian Disampaikan

Lebih terperinci

2018, No Produk, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, dan Limbah; d. bahwa Pedoman Umum Inventarisasi GRK sebagaimana dimaksud dalam huruf c

2018, No Produk, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, dan Limbah; d. bahwa Pedoman Umum Inventarisasi GRK sebagaimana dimaksud dalam huruf c No.163, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Inventarisasi GRKN. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.73/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

Konservasi Energi: Melalui Aplikasi Teknologi Kogenerasi

Konservasi Energi: Melalui Aplikasi Teknologi Kogenerasi Konservasi Energi: Melalui Aplikasi Teknologi Kogenerasi B2TE BPPT, Energy Partner Gathering Hotel Borobudur Jakarta, 4 Desember 2013 www.mctap-bppt.com INTENSITAS ENERGI SEKTOR INDUSTRI DI INDONESIA (dan

Lebih terperinci

PELUANG DAN TANTANGAN KONSERVASI ENERGI DI SEKTOR INDUSTRI

PELUANG DAN TANTANGAN KONSERVASI ENERGI DI SEKTOR INDUSTRI PELUANG DAN TANTANGAN KONSERVASI ENERGI DI SEKTOR INDUSTRI TRI RENI BUDIHARTI KEPALA PUSAT PENGKAJIAN INDUSTRI HIJAU DAN LINGKUNGAN HIDUP KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA,22 OKTOBER 2012 1 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM Endah Murniningtyas Deputi Bidang SDA dan LH Disampaikan dalam Forum Diskusi Nasional Menuju Kota Masa Depan yang Berkelanjutan dan Berketahanan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SDM SEKTOR INDUSTRI NASIONAL DALAM MENDUKUNG MITIGASI PERUBAHAN IKLIM

PENGEMBANGAN SDM SEKTOR INDUSTRI NASIONAL DALAM MENDUKUNG MITIGASI PERUBAHAN IKLIM PENGEMBANGAN SDM SEKTOR INDUSTRI NASIONAL DALAM MENDUKUNG MITIGASI PERUBAHAN IKLIM Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri Kementerian Perindustrian Green Jobs National Conference Jakarta, 16-17

Lebih terperinci

INVENTARISASI GAS RUMAH KACA DAN MONITORING PELAPORAN DAN VERIFIKASI

INVENTARISASI GAS RUMAH KACA DAN MONITORING PELAPORAN DAN VERIFIKASI INVENTARISASI GAS RUMAH KACA DAN MONITORING PELAPORAN DAN VERIFIKASI Direktorat Inventarisasi GRK dan MPV Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Inventarisasi

Lebih terperinci

Skema Karbon Nusantara serta Kesiapan Lembaga Verifikasi dan Validasi Pendukung

Skema Karbon Nusantara serta Kesiapan Lembaga Verifikasi dan Validasi Pendukung Skema Karbon Nusantara serta Kesiapan Lembaga Verifikasi dan Validasi Pendukung Dicky Edwin Hindarto Koordinator Divisi Mekanisme Perdagangan Karbon Sosialisasi Skema Penilaian Kesesuaian Greenhouse Gases

Lebih terperinci

KETERPADUAN AGENDA PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM INTERNASIONAL NASIONAL SUB NASIONAL

KETERPADUAN AGENDA PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM INTERNASIONAL NASIONAL SUB NASIONAL KETERPADUAN AGENDA PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM INTERNASIONAL NASIONAL SUB NASIONAL Dr. Ir. Nur Masripatin, M.For.Sc. Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

Pandangan Indonesia mengenai NAMAs

Pandangan Indonesia mengenai NAMAs Pandangan Indonesia mengenai NAMAs 1. Nationally Appropriate Mitigation Action by Non-Annex I atau biasa disingkat NAMAs adalah suatu istilah pada Bali Action Plan yang disepakati Pertemuan Para Pihak

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU. Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU. Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012 1. Kondisi Industri I. LATAR BELAKANG Pembangunan sektor industri di Indonesia yang telah

Lebih terperinci

Sistem Pelaporan Elektronik LINGKUNGAN HIDUP (SIMPEL)

Sistem Pelaporan Elektronik LINGKUNGAN HIDUP (SIMPEL) Sistem Pelaporan Elektronik LINGKUNGAN HIDUP (SIMPEL) Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sistem Informasi Pelaporan Elektronik

Lebih terperinci

Peran Partisipan Proyek dalam JCM. Sekretariat JCM Indonesia

Peran Partisipan Proyek dalam JCM. Sekretariat JCM Indonesia Peran dalam JCM Sekretariat JCM Indonesia Konsep dasar JCM Jepang Digunakan untuk membantu memenuhi target penurunan emisi Jepang Teknologi, investasi, pendanaan dan pembangunan kapasitas Sistem pelaporan,

Lebih terperinci

Teknologi Kogenerasi Untuk Penghematan Energi

Teknologi Kogenerasi Untuk Penghematan Energi Teknologi Kogenerasi Untuk Penghematan Energi Nama Inovasi Teknologi Kogenerasi Untuk Penghematan Energi Produk Inovasi Advokasi Kebijakan Pengembangan dan Aplikasi Teknologi Kogenerasi di Sektor Industri

Lebih terperinci

Special Submission: PENGHEMATAN ENERGI MELALUI PEMANFAATAN GAS BUANG DENGAN TEKNOLOGI WASTE HEAT RECOVERY POWER GENERATION (WHRPG)

Special Submission: PENGHEMATAN ENERGI MELALUI PEMANFAATAN GAS BUANG DENGAN TEKNOLOGI WASTE HEAT RECOVERY POWER GENERATION (WHRPG) Special Submission: PENGHEMATAN ENERGI MELALUI PEMANFAATAN GAS BUANG DENGAN TEKNOLOGI WASTE HEAT RECOVERY POWER GENERATION (WHRPG) PT. SEMEN PADANG 2013 0 KATEGORI: Gedung Industri Special Submission NAMA

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMDA MELAKSANAKAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GRK DAN SISTEM PEMANTAUANNYA

KEBIJAKAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMDA MELAKSANAKAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GRK DAN SISTEM PEMANTAUANNYA KEBIJAKAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMDA MELAKSANAKAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GRK DAN SISTEM PEMANTAUANNYA ENDAH MURNININGTYAS Deputi Bidang SDA dan LH Disampaikan dalam acara FGD Pembentukan Komite Pembangunan

Lebih terperinci

STANDAR INDUSTRI HIJAU

STANDAR INDUSTRI HIJAU Kementerian Perindustrian-Republik Indonesia Medan, 23 Februari 2017 OVERVIEW STANDAR INDUSTRI HIJAU Misi, Konsep dan Tujuan Pengembangan Industri Global Visi: Mengembangan Industri yang berkelanjutan

Lebih terperinci

Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian

Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian GREEN CHILLER POLICY IN INDUSTRIAL SECTOR Disampaikan pada: EBTKE CONEX Jakarta Convention Center 21 Agustus 2015 Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

2012, No BAB I PENDAHULUAN

2012, No BAB I PENDAHULUAN 5 2012, No.155 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/M- IND/PER/1/2012 TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGURANGAN EMISI CO 2INDUSTRI SEMEN DI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Pelaksanaan RAN/RAD-GRK: Sebagai Pedoman Mewujudkan Pembangunan Rendah Karbon

Pelaksanaan RAN/RAD-GRK: Sebagai Pedoman Mewujudkan Pembangunan Rendah Karbon Kementerian Perencanan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Pelaksanaan RAN/RAD-GRK: Sebagai Pedoman Mewujudkan Pembangunan Rendah Karbon Endah Murniningtyas Deputi Sumber

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN Dr. Medrilzam Direktorat Lingkungan Hidup Kedeputian Maritim dan Sumber Daya Alam Diskusi Koherensi Politik Agenda Pengendalian Perubahan

Lebih terperinci

Republik Indonesia Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BUKU PANDUAN

Republik Indonesia Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BUKU PANDUAN Republik Indonesia Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BUKU PANDUAN SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK)

Lebih terperinci

50001, BAB I PENDAHULUAN

50001, BAB I PENDAHULUAN Rancangan Penilaian Sistem Manajemen Energi di PT. Semen Padang dengan Menggunakan Pendekatan Integrasi ISO 50001, Sistem Manajemen Semen Padang (SMSP) dan Permen ESDM No. 14 Tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.72/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUKURAN, PELAPORAN DAN VERIFIKASI AKSI DAN SUMBERDAYA PENGENDALIAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KONSERVASI ENERGI NASIONAL

KEBIJAKAN KONSERVASI ENERGI NASIONAL KEBIJAKAN KONSERVASI ENERGI NASIONAL Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Sosialisasi Program ICCTF 2010-2011 Kementerian Perindustrian

Lebih terperinci

PENDANAAN REDD+ Ir. Achmad Gunawan, MAS DIREKTORAT MOBILISASI SUMBERDAYA SEKTORAL DAN REGIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM

PENDANAAN REDD+ Ir. Achmad Gunawan, MAS DIREKTORAT MOBILISASI SUMBERDAYA SEKTORAL DAN REGIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM PENDANAAN REDD+ Ir. Achmad Gunawan, MAS DIREKTORAT MOBILISASI SUMBERDAYA SEKTORAL DAN REGIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM OUTLINE ISU PENDANAAN REDD+ PROGRESS PENDANAAN REDD+ di INDONESIA

Lebih terperinci

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA 4.1. Landasan Berfikir Pengembangan SRAP REDD+ Provinsi Papua Landasan berpikir untuk pengembangan Strategi dan Rencana Aksi (SRAP) REDD+ di Provinsi

Lebih terperinci

Kebijakan perubahan iklim dan aksi mitigasi di Indonesia. JCM Indonesia Secretariat

Kebijakan perubahan iklim dan aksi mitigasi di Indonesia. JCM Indonesia Secretariat Kebijakan perubahan iklim dan aksi mitigasi di Indonesia JCM Indonesia Secretariat Data suhu bulanan global Suhu rata-rata global meningkat drastic dan hamper mencapai 1.5 O Celcius dibanding dengan jaman

Lebih terperinci

Potensi implementasi mekanisme berbasis pasar untuk mitigasi dampak perubahan iklim. Rini Setiawati Sekretariat JCM Indonesia

Potensi implementasi mekanisme berbasis pasar untuk mitigasi dampak perubahan iklim. Rini Setiawati Sekretariat JCM Indonesia Potensi implementasi mekanisme berbasis pasar untuk mitigasi dampak perubahan iklim Rini Setiawati Sekretariat JCM Indonesia Latar belakang Intended Nationally Determined Contribution (INDC) 2020: Penurunan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI Disampaikan pada Dialog Energi Tahun 2017 Jakarta, 2 Maret 2017 1 Outline paparan I. Potensi

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL Endah Murniningtyas Deputi Bidang SDA dan LH Kementerian PPN/Bappenas Lokakarya Mengarusutamakan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Agenda

Lebih terperinci

OVERVIEW PROGRAM KONSERVASI ENERGI DAN REDUKSI EMISI DI SEKTOR INDUSTRI

OVERVIEW PROGRAM KONSERVASI ENERGI DAN REDUKSI EMISI DI SEKTOR INDUSTRI Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 2-1 BAB II OVERVIEW PROGRAM KONSERVASI ENERGI DAN REDUKSI EMISI DI SEKTOR INDUSTRI 2.1 ISU EMISI CO 2 -e GLOBAL Emisi CO 2 -e global (dunia) disebabkan melalui

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMBAGIAN MANFAAT REDD+ DI KAWASAN HUTAN

PEMBAGIAN MANFAAT REDD+ DI KAWASAN HUTAN PEMBAGIAN MANFAAT REDD+ DI KAWASAN HUTAN Muhammad Zahrul Muttaqin P3SEKPI, BLI KLHK Jakarta, 28 November 2017 Pendahuluan REDD+ sebagai positif insentif REDD+ sebagai sebuah program nasional yang dilaksanakan

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TIM KOORDINASI PERUNDINGAN PERDAGANGAN KARBON ANTAR NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOORDINATOR BIDANG

Lebih terperinci

Kajian Penggunaan Faktor Emisi Lokal (Tier 2) dalam Inventarisasi GRK Sektor Energi

Kajian Penggunaan Faktor Emisi Lokal (Tier 2) dalam Inventarisasi GRK Sektor Energi Pemerintah Indonesia masih berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29% atau 834 juta ton CO2e pada tahun 2030 dari kondisi Business as Usual (BaU). Sektor energi sendiri mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan bidang sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, sehingga perhatian dan alokasi pendanaan pun cenderung kurang memadai. Disamping

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

RENCANA AKSI DAERAH (RAD) UNTUK PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA

RENCANA AKSI DAERAH (RAD) UNTUK PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA RENCANA AKSI DAERAH (RAD) UNTUK PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA 1 OUTLINE 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Pendekatan dan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2009 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2009 adalah salah satu publikasi tahunan

Lebih terperinci

Strategi dan Kebijakan Provinsi Maluku Untuk Mencapai Target Penurunan Emisi:

Strategi dan Kebijakan Provinsi Maluku Untuk Mencapai Target Penurunan Emisi: Strategi dan Kebijakan Provinsi Maluku Untuk Mencapai Target Penurunan Emisi: Pengalaman dari Penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) Bappeda Provinsi Maluku Background KOMITMEN PEMERINTAH PUSAT PENURUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Dinamika Upaya Pengarusutamaan Kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Timur

Dinamika Upaya Pengarusutamaan Kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Timur P E M E R I N T A H KABUPATEN KUTAI TIMUR Dinamika Upaya Pengarusutamaan Kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Timur Oleh: Ir. Suprihanto, CES (Kepala BAPPEDA

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indocement. Bosowa Maros Semen Tonasa. Semen Kupang

1. PENDAHULUAN. Indocement. Bosowa Maros Semen Tonasa. Semen Kupang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semen adalah komoditas yang strategis bagi Indonesia. Sebagai negara yang terus melakukan pembangunan, semen menjadi produk yang sangat penting. Terlebih lagi, beberapa

Lebih terperinci

Jambi, Desember 2013 Penulis

Jambi, Desember 2013 Penulis Laporan pelaksanaan Sosialisasi Pemantauan Evaluasi dan Pelaporan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (PEP RAD GRK) ini, menguraikan tentang : pendahuluan, (yang terdiri dari latar belakang,

Lebih terperinci

Pelaksanaan RAN/RAD-GRK: Sebagai Pedoman Mewujudkan Pembangunan Berkualitas

Pelaksanaan RAN/RAD-GRK: Sebagai Pedoman Mewujudkan Pembangunan Berkualitas Kementerian Perencanan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Pelaksanaan RAN/RAD-GRK: Sebagai Pedoman Mewujudkan Pembangunan Berkualitas Endah Murniningtyas Deputi Sumber

Lebih terperinci

Strategi Pengembangan Pembelajaran Perubahan Iklim di Indonesia

Strategi Pengembangan Pembelajaran Perubahan Iklim di Indonesia Strategi Pengembangan Pembelajaran Perubahan Iklim di Indonesia Doddy S. Sukadri Yayasan Mitra Hijau (YMH) Jakarta 29 Maret 2017 Paparan Hari ini UNFCCC LATAR BELAKANG Artikel 6 UNFCCC (Action for Climate

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008 SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK TERMAL MENTERI NEGARA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga

telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga KEYNOTESPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIC INDONESIA PADA PENGANUGERAHAN PAMERAN FOTO INDUSTRI HIJAU Plaza Industri Kementerian Perindustrian, Jakarta 7 Mei 2013 Yang saya hormatl, para hadirin sekalian

Lebih terperinci

(8-9 November, Jambi, Indonesia)

(8-9 November, Jambi, Indonesia) PENINGKATAN KAPASITAS DALAM PEMANTAUAN, PELAPORAN, DAN ERIFIKASI (MR) EMISI GAS RUMAH KACA DAN KEGIATAN MITIGASI DI NEGARA BERKEMBANG (EUMRCB PROJECT) (8-9 November, Jambi, Indonesia) Daftar Isi Latar

Lebih terperinci

Pedoman Umum Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca

Pedoman Umum Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Pedoman Umum Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca 15.11.2011 In cooperation with 14.05.2012 Page Seite 1 ISI PRESENTASI 1. Latar Belakang 2. Kemajuan Penyusunan Pedoman Umum Rencana Aksi Penurunan

Lebih terperinci

MENTERJEMAHKAN TRANSPARANSI FRAMEWORK

MENTERJEMAHKAN TRANSPARANSI FRAMEWORK Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jakarta, Januari 2017 MENTERJEMAHKAN TRANSPARANSI FRAMEWORK PERSETUJUAN PARIS DALAM KONTEKS NASIONAL Dr. Ir.

Lebih terperinci

EFISIENSI ENERGI DI SEKTOR TRANSPORTASI

EFISIENSI ENERGI DI SEKTOR TRANSPORTASI DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA EFISIENSI ENERGI DI SEKTOR TRANSPORTASI oleh : Maryam Ayuni Direktorat Disampaikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR Latar Belakang

PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pertemuan G20 di Pittsburg pada bulan September 2009, telah mencanangkan bahwa pada tahun 2020 Indonesia akan menurunkan emisi Gas

Lebih terperinci

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA RENCANA AKSI PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) By: TIM P2RUED-P Pedoman Penyusunan dan Petunjuk Teknis RUED Penjelasan Pokok-Pokok

Lebih terperinci

1.1 GRK dan Pengelolaan Limbah

1.1 GRK dan Pengelolaan Limbah 1.1 GRK dan Pengelolaan Limbah Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan (UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan LH). Pengelolaan Sampah diatur melalui UU 18/2008 (berwawasan lingkungan)

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK (FES) UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR INDUSTRI DAN TRANSPORTASI DI WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK (FES) UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR INDUSTRI DAN TRANSPORTASI DI WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK (FES) UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR INDUSTRI DAN TRANSPORTASI DI WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO Yonnet Hellian Kresna 1, *), Rachmat Boedisantoso 2)

Lebih terperinci

Tata ruang Indonesia

Tata ruang Indonesia Tata ruang Indonesia Luas 190,994,685 Ha Hutan Produksi Kawasan Non-hutan Hutan Produksi Terbatas Hutan konservasi Hutan dilindungi Sumber: Statistik Kehutanan Indonesia 2008, Departemen Kehutanan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sesungguhnya masih menjadi isu strategis di Indonesia. Tidak hanya di tingkat masyarakat, namun juga pada sisi para pengambil

Lebih terperinci

Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek

Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek Oleh: Dini Ayudia, M.Si Kepala Subbidang Transportasi Manufaktur Industri dan Jasa pada

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Konferensi pers persiapan penyelenggaraan Tropical Landscape Summit Jakarta, 31 Maret 2015

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Konferensi pers persiapan penyelenggaraan Tropical Landscape Summit Jakarta, 31 Maret 2015 Menteri Perindustrian Republik Indonesia Konferensi pers persiapan penyelenggaraan Tropical Landscape Summit Jakarta, 31 Maret 2015 Posisi Geografis Indonesia sangat rentan terhadap dampak dan perubahan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008 SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK TERMAL MENTERI NEGARA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN PELAKSANAAN RAN-RAD GRK

PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN PELAKSANAAN RAN-RAD GRK KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NASIONAL PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN PELAKSANAAN RAN-RAD GRK Endah Murniningtyas Deputi

Lebih terperinci

Sosialisasi Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD GRK) Tahun 2013

Sosialisasi Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD GRK) Tahun 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sebagaimana diketahui bahwa Gas Rumah Kaca (GRK) merupakan gasgas yang terdapat di atmosfer, yang berasal dari alam maupun antropogenik (akibat aktivitas manusia).

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2012

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2012 GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD - GRK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

KELEMBAGAAN DAN UPAYA INDONESIA

KELEMBAGAAN DAN UPAYA INDONESIA Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan KELEMBAGAAN DAN UPAYA INDONESIA DALAM KONTRIBUSI PENURUNAN EMISI Dr. Ir. Joko Prihatno, M.M Direktur Inventarisasi

Lebih terperinci

INTEGRASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GRK KE DALAM PEMBANGUNAN

INTEGRASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GRK KE DALAM PEMBANGUNAN INTEGRASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GRK KE DALAM PEMBANGUNAN Endah Murniningtyas Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Disampaikan dalam Workshop: Peran Informasi Geospatial dalam

Lebih terperinci

POTENSI BISNIS ENERGI BARU TERBARUKAN

POTENSI BISNIS ENERGI BARU TERBARUKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI POTENSI BISNIS ENERGI BARU TERBARUKAN Maritje Hutapea Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan

Lebih terperinci

PENGUKURAN, PELAPORAN DAN VERIFIKASI DAN SISTEM REGISTRI. Oleh : Hari Wibowo Direktorat Inventarisasi GRK dan MPV

PENGUKURAN, PELAPORAN DAN VERIFIKASI DAN SISTEM REGISTRI. Oleh : Hari Wibowo Direktorat Inventarisasi GRK dan MPV PENGUKURAN, PELAPORAN DAN VERIFIKASI DAN SISTEM REGISTRI Oleh : Hari Wibowo Direktorat Inventarisasi GRK dan MPV PENGUKURAN (MEASUREMENT) Pengukuran pada tahap Perencanaan dan Pelaksanaan dilaksanakan

Lebih terperinci

Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015

Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015 MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development Jakarta, 19 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2019 Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara Jakarta, 16 Februari 2016 I. TUJUAN KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL 2 I. TUJUAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

SUMMARY REPORT SEMINAR TATA NIAGA GAS BUMI DAN BBM Forum Energizing Indonesia (FEI) Jakarta, 22 November 2017

SUMMARY REPORT SEMINAR TATA NIAGA GAS BUMI DAN BBM Forum Energizing Indonesia (FEI) Jakarta, 22 November 2017 SUMMARY REPORT SEMINAR TATA NIAGA GAS BUMI DAN BBM Forum Energizing Indonesia (FEI) Jakarta, 22 November 2017 Forum Energizing Indonesia Ikatan Alumni Departemen Teknik Gas Petro Kimia Fakultas Teknik

Lebih terperinci

One Map And One Data Informasi Geospasial Tematik

One Map And One Data Informasi Geospasial Tematik One Map And One Data Informasi Geospasial Tematik Nama Inovasi One Map And One Data Informasi Geospasial Tematik Produk Inovasi Pembangunan Satu Peta Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut Melalui Percepatan

Lebih terperinci

PENGALAMAN PENANDAAN ANGGARAN PERUBAHAN IKLIM

PENGALAMAN PENANDAAN ANGGARAN PERUBAHAN IKLIM PENGALAMAN PENANDAAN ANGGARAN PERUBAHAN IKLIM Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim & Multilateral Disampaikan pada Workshop Sinkronisasi Sistem Perencanaan & Penganggaran dalam Mendukung Pengurangan

Lebih terperinci

PerMen LH No. 15/2013 tentang PENGUKURAN, PELAPORAN, DAN VERIFIKASI (Measurement, Reporting, Verification)

PerMen LH No. 15/2013 tentang PENGUKURAN, PELAPORAN, DAN VERIFIKASI (Measurement, Reporting, Verification) PerMen LH No. 15/2013 tentang PENGUKURAN, PELAPORAN, DAN VERIFIKASI (Measurement, Reporting, Verification) Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANTUL

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini besarnya jumlah konsumsi energi di Indonesia terus mengalami

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini besarnya jumlah konsumsi energi di Indonesia terus mengalami I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Dewasa ini besarnya jumlah konsumsi energi di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan data outlook pengelolaan energi nasional tahun

Lebih terperinci

2018, No rangka penurunan emisi dan peningkatan ketahanan nasional terhadap dampak perubahan iklim; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaima

2018, No rangka penurunan emisi dan peningkatan ketahanan nasional terhadap dampak perubahan iklim; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaima BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.162, 2018 KEMEN-LHK. Pengendalian Perubahan Iklim. Pengukuran, Pelaporan dan Verifikasi Aksi dan Sumberdaya. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

KRITERIA PROPER DOKUMEN LINGKUNGAN

KRITERIA PROPER DOKUMEN LINGKUNGAN KRITERIA PROPER DOKUMEN LINGKUNGAN PROPER 2015-2016 KRITERIA AMDAL No KRITERIA AMDAL 1. Dasar Peraturan : PP LH No. 27 Thn 2012 tentang Izin Lingkungan 2. Aspek Penilaian : Pelaksanaan Dokumen Lingkungan/Izin

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Papua dengan luas kawasan hutan 31.687.680 ha (RTRW Provinsi Papua, 2012), memiliki tingkat keragaman genetik, jenis maupun ekosistem hutan yang sangat tinggi.

Lebih terperinci

2018, No Carbon Stocks) dilaksanakan pada tingkat nasional dan Sub Nasional; d. bahwa dalam rangka melaksanakan kegiatan REDD+ sebagaimana dima

2018, No Carbon Stocks) dilaksanakan pada tingkat nasional dan Sub Nasional; d. bahwa dalam rangka melaksanakan kegiatan REDD+ sebagaimana dima No.161, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Perangkat REDD+. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.70/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

Knowledge Management Forum April

Knowledge Management Forum April DASAR HUKUM DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI PERAN PEMDA UNTUK MEMBERDAYAKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN IKLIM INDONESIA UU 23 tahun 2014 tentang

Lebih terperinci

National Planning Workshop

National Planning Workshop Strategi Nasional Untuk Meningkatkan Kapasitas SDM Dalam Menghadapi Perubahan Iklim National Planning Workshop Doddy S. Sukadri Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) Jakarta, 9 Oktober 2012 Outline Landasan

Lebih terperinci

KRITERIA PROPER DOKUMEN LINGKUNGAN

KRITERIA PROPER DOKUMEN LINGKUNGAN KRITERIA PROPER DOKUMEN LINGKUNGAN PROPER 2015-2016 KRITERIA AMDAL No KRITERIA AMDAL 1. Dasar Peraturan : PP LH No. 27 Thn 2012 tentang Izin Lingkungan 2. Aspek Penilaian : Pelaksanaan Dokumen Lingkungan/Izin

Lebih terperinci

ISBN: Data Inventory Emisi GRK Sektor Energi

ISBN: Data Inventory Emisi GRK Sektor Energi ISBN: 978-60-0836--5 Data Inventory Emisi GRK Sektor Energi PUSAT DATA DAN TEKNOLOGI INFORMASI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 06 TIM PENYUSUN Pengarah Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM M.

Lebih terperinci

-2- Instrumen ekonomi penting dikembangkan karena memperkuat sistem yang bersifat mengatur (regulatory). Pendekatan ini menekankan adanya keuntungan e

-2- Instrumen ekonomi penting dikembangkan karena memperkuat sistem yang bersifat mengatur (regulatory). Pendekatan ini menekankan adanya keuntungan e TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I LINGKUNGAN HIDUP. Instrumen Ekonomi. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 228) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

Sambutan Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Bappenas selaku Ketua Majelis Wali Amanat ICCTF dalam

Sambutan Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Bappenas selaku Ketua Majelis Wali Amanat ICCTF dalam Sambutan Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Bappenas selaku Ketua Majelis Wali Amanat ICCTF dalam PELUNCURAN ICCTF MEDIA AWARD 2015 Jakarta, 8 September 2015 Perubahan Iklim dan Pembangunan

Lebih terperinci

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara Amalia, S.T., M.T. Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara Perubahan komposisi atmosfer secara global Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maupun Negara. Bisa melalui

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maupun Negara. Bisa melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang dijalankan beriringan dengan proses perubahan menuju taraf hidup yang lebih baik. Dimana pembangunan itu sendiri dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM 10.000 MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA OLEH : MUHAMMAD KHAIRIL ANWAR 2206100189 Dosen Pembimbing I Dosen

Lebih terperinci

Slide 1. Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta

Slide 1. Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta Slide 1 Pada pertemuan G-20 di Pittsburg tahun 2009, Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci