DASAR-DASAR PENETAPAN TARGET PENERIMAAN PAJAK HOTEL DAN RESTORAN DI KOTA BANDUNG. Oleh :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DASAR-DASAR PENETAPAN TARGET PENERIMAAN PAJAK HOTEL DAN RESTORAN DI KOTA BANDUNG. Oleh :"

Transkripsi

1 Ekspansi Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi Vol. 2, No. 1, Mei 2010, DASAR-DASAR PENETAPAN TARGET PENERIMAAN PAJAK HOTEL DAN RESTORAN DI KOTA BANDUNG Oleh : Usmani Program Studi Akuntansi, Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bandung ABSTRAK Penelitian ini berjudul Dasar-dasar Penetapan Target Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran di Kota Bandung. Penerimaan Pajak merupakan salah satu sumber Penghasilan Daerah, Pajak Hotel dan Restoran merupakan salah satu penghasilan dari sektor Pajak yang sangat potensial di Kota Bandung, oleh karena itu seharusnya dikelola dengan sebaik-baiknya. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bandung telah menetapkan besaran penerimaan Daerah dari sektor Pajak Hotel dan Restoran, dalam penetapan penerimaan Pajak Hotel dan Restoran periode tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 Realisasi penerimaan selalu diatas target yang ditetapkan sehingga penulis menganggap perlu untuk melakukan penelitian terhadap penetapan target yang Realistis. Penelitian ini bertujuan Menganalisis besarnya tingkat perkembangan jumlah hotel dan restoran di Kota Bandung periode 2005 sampai dengan 2008, menganalisis besarnya tingkat perkembangan jumlah penerimaan pajak Hotel dan Restoran di Kota Bandung periode 2005 sampai dengan 2008, dan menganalisis akurasi penetapan target penerimaan Pajak Hotel dan Restoran di Kota Bandung periode tahun 2009 terhadap potensi Penerimaan pajak Hotel dan Restoran di Kota Bandung. Penulis menggunakan Metode Deskriptif Komparatif dengan menggunakan Tren. Hasil Penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan dalam penetapan target antara metode tren dengan penetapan target yang dilakukan oleh Dinas pendapatan Daerah Kota Bandung. Penetapan target tersebut, terdapat kekeliruan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan perhitungan target menggunakan metode tren, sebab besarnya potensi yang ada terhadap optimalisasi penerimaan Pajak Hotel dan Restoran ternyata masih di atas target yang ditetapkan, dengan kata lain bahwa target penerimaan pajak hotel dan restoran under estimate, atau terdapat indikasi bahwa target tersebut dibuat agar mudah dicapai jika dilihat dari penetapan target tahunannya. PENDAHULUAN Dalam rangka memenuhi Undang Undang Dasar 1945 pasal 33 yang diterjemahkan dalam Undang-undang 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undangundang 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yang telah disempurnakan dengan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, menyebutkan 147

2 Ekonomi Ekspansi bahwa sumber-sumber penerimaan daerah dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah adalah dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah. PAD merupakan penerimaan yang berasal dari daerah sendiri yang terdiri dari : 1. Hasil Pajak Daerah; 2. Hasil Retribusi Daerah; 3. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; 4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Dalam rangka memperbaiki perekonomian suatu daerah salah satu usaha diantaranya dengan cara meningkatkan perkembangan ekonomi suatu wilayah itu dengan meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), karena pengeluaran pemerintah merupakan salah satu komponen yang mendorong perkembangan maka setiap kenaikan pengeluaran pemerintah akan meningkatkan PDRB, sedang pengeluaran pemerintah dapat dilakukan bila pemerintah memiliki cukup dana, dalam hal ini pemerintah daerah dapat meningkatkan PAD nya dan salah satu komponen dalam PAD adalah penerimaan Pajak yang menjadi kewenangan pemerintah Daerah. Pemerintah daerah haruslah dapat berupaya untuk mengefektifkan sumber-sumber penerimaan daerah sebaik mungkin untuk memenuhi kebutuhan daerah masingmasing dan menghindari defisit yang terjadi secara terus-menerus tiap tahunnya. Salah satu sumber penerimaan daerah yang sangat potensial adalah pajak daerah yang dipungut dan menjadi kewenangan pemerintah daerah Kabupaten/Kota yaitu Pajak Hotel dan Restoran yang merupakan pajak yang dipungut oleh subyek pajak dan menjadi beban konsumen akhir merupakan pajak tidak langsung 1. Pajak Hotel dan Restoran merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah kabupaten/kota yang diatur oleh peraturan daerah. Bandung merupakan salah satu daerah Kota yang otonom dan merupakan pusat pemerintahan Propinsi Jawa Barat dan merupakan salah satu tujuan wisata di Indonesia. Beberapa tahun terakhir perkembangannya tampak cukup pesat sebagai daerah tujuan wisata yang secara kasat mata setiap akhir pekan dan hari hari libur tampak cukup ramai mendapat kunjungan wisatawan terutama lokal maupun manca negara, sehingga tampak perkembangan pembangunan hotel dengan bermunculan hotel-hotel baru sebagai salah satu bentuk fasilitas bagi wisatawan. 148

3 Usmani PAD Kota Bandung dari sektor pariwisata hingga Oktober 2008 mencapai Rp 60,2miliar atau naik 16,7% dibandingkan dengan realisasi sepanjang tahun 2007 sebesar Rp 51,58 miliar. Wali Kota Bandung Dada Rosada mengatakan sudah terlampauinya PAD sektor pariwisata tahun lalu menunjukkan Kota Bandung sebagai Kota jasa cukup menggembirakan. PAD sebesar itu bersumber dari pajak berbagai sektor pariwisata seperti hotel, restoran/rumah makan, biro perjalanan wisata, tempat hiburan, dan objek wisata di Kota Bandung yang mencapai potensi. Sebagai bentuk penghargaan dan evaluasi terhadap setiap sektor pendukung pariwisata, Pemkot Bandung memberikan penghargaan Anugerah Pesona Pariwisata (APP). Jika dilihat dari laporan Dinas Pendapatan Kota Bandung target dan realisasi tahunan dari tahun 2005 hingga tahun 2008 ternyata realisasi pendapatan pajak selalu melampaui target yang ditetapkan. Dalam penelitian untuk mengungkap perkembangan jumlah Hotel dan Restoran dikota Bandungperiode tahun 2005 sampai dengan 2008,mengenalisis perkembangan serta tingkat akurasi penetapan target penerimaan pajak Hotel dan Restoran tahun 2009 terhadap potensi penerimaan pajak. METODE PENELITIAN DAN ANALISIS Jenis Masalah Penelitian. Jenis masalah dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian dilakukan mulai dari mengumpulkan data, mengolah data, menganalisis data sehingga menghasilkan gambaran yang jelas tentang pokok permasalahan dengan interpretasi hasil pengujian hipotesis. Dengan demikian penelitian ini menguji tingkat hubungan sebab akibat (Uji Beda) yang dapat menunjukan adanya suatu perbedaan yang signifikan. Obyek Penelitian. Obyek penelitian ini meliputi perkembangan kawasan wisata, jumlah hotel dan restoran/rumah makan yang mempunyai SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah) di Kota Bandung dari bulan Januari 2005 sampai dengan Desember Metode Analisis Berkaitan dengan pengelolaan Pajak Hotel dan Restoran dan untuk mengetahui besarnya potensi serta strategi yang harus dilakukan dalam rangka meningkatkan PAD melalui Pajak Hotel dan Restoran, alat analisis yang digunakan adalah sebagai berikut: 149

4 Ekonomi Ekspansi a. Analisis Potensi Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran Melakukan perhitungan tingkat perkembangan wajib pajak hotel dan restoran dengan pendapatan Pajak Hotel dan Restoran. b.prediksi Pendapatan Pajak Hotel dan Restoran. Melakukan peramalan Pajak Hotel dan Restoran untuk tahun-tahun anggaran yang akan datang, dengan menggunakan formula sebagai berikut: Metode tren Persamaan tren nya adalah: Y R = b o + b 1 X + e pada waktu X = 0...( 1 ) Y R b o = nilai trend variable yang diramalkan pada periode waktu x = nilai trend pada waktu x (konstanta) b 1 = kenaikan atau penurunan rata-rata YR untuk setiap perubahan x. X = waktu ( tahun ) e = error Pengujian Hipotesis Rancangan Analisis Hipotesis adalah sebagai berikut: P 1 : tingkat penerimaan pajak hotel dan restoran dari tahun 2005 hingga 2008 terjadi perkembangan yang signifikan. H o : 1 = 2, (tidak ada perbedaan tingkat penerimaan pajak hotel dan restoran dari tahun 2005 hingga 2008) H 1 : 1 2, (terdapat perbedaan tingkat penerimaan pajak hotel dan restoran dari tahun 2005 hingga 2008) P 2 : Proyeksi penetapan target penerimaan Pajak Hotel dan Restoran di Kota Bandung berdasarkan metode trend dengan penetapan target yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah terjadi perbedaan yang signifikan. H o : 1 = 2, (tidak terdapat perbedaan penetapan target penerimaan Pajak Hotel dan Restoran di Kota Bandung berdasarkan metode trend dengan penetapan target yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah) H 1 : 1 2, (terdapat perbedaan penetapan target penerimaan Pajak Hotel dan Restoran di Kota Bandung berdasarkan metode trend dengan penetapan target yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah) 150

5 Usmani Metode trend dengan persamaan trendnya adalah: Y R Y R = b o + b 1 X + e...( 2 ) = nilai trend variable yang diramalkan pada periode waktu x b o = nilai trend pada waktu x = 0 (konstanta) pada waktu X=0 b 1 = kenaikan atau penurunan rata-rata YR untuk setiap perubahan x. X = waktu ( tahun ) e = error HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Tingkat perkembangan jumlah hotel dan restoran di Kota Bandung Periode 2005 sampai dengan 2008 Perkembangan hotel di Kota Bandung dari tahun 2005 hingga 2008 terjadi lonjakan perkembangan yang cukup besar. Perkembangan ini seiring dengan konsep Kota Bandung yang menjadi Kota Pariwisata Nasional. Data perkembangan dan perkembangan hotel di Kota Bandung dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1 Data Perkembangan Hotel di Kota Bandung NO URAIAN SAT HOTEL BINTANG / NON BINTANG Jumlah Hotel Bintang / Buah Hotel Non Bintang 2 Rata-rata lama menginap Hari tamu mancanegara 3 Rata-rata lama menginap tamu nusantara Hari Persentase tingkat % 40,35 43,54 45,82 39,63 penghunian kamar 5 Persentase pertumbuhan % 2,24 2,19 0,43 4,70 hotel Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung Dari data di atas dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun jumlah hotel di Kota Bandung semakin meningkat, peningkatan ini merupakan respon atas pencanangan Bandung menjadi Kota Pariwisata Nasional sejak tahun. Perkembangan tertinggi terjadi pada tahun 2007 ke tahun 2008 yaitu mencapai 4,70% ( 11 hotel baru). Menurut data Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung, pada pertengahan tahun 2009 ini saja sudah ada 17 pengajuan hotel baru yang sudah mendapat perizinan pembangunannya. Hal lain yang menyebabkan bidang perhotelan dalam kurun waktu lima tahun terakhir berkembang pesat adalah perkembangan perekonomian Kota Bandung terus terdongkrak naik. Penyebab kondisi yang kini tengah dialami Kota Bandung bukan hanya karena saat ini menjadi salah satu Kota tertinggi 151

6 Ekonomi Ekspansi dikunjungi wisatawan sebagai Kota wisata tetapi juga sebagai Kota bisnis dan konvensi. Imbas dari kondisi tersebut, julukan "business and leisure" di Bandung menjadi sangat terkenal, sehingga sektor ini mengalami peningkatan cukup signifikan dibandingkan sektor lainnya. Seperti terlihat pada tabel occupancy hotel di bawah ini: Tabel 2 Jumlah Occupancy (Hunian Hotel) N O KLASIFIKA SI JUMLAH OCCUPANCY TAHUN Wisma Wisnus Wisma Wisnus Wisma Wisnus Wisma Wisnu n n n n s 1 Bintang Bintang Bintang Bintang Bintang Melati Melati Melati Jumlah Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung Perkembangan perkembangan wisatawan ke Kota Bandung juga mampu mendongkrak sektor usaha restoran (rumah makan), sehingga image yang terbentuk saat ini bertambah menjadi wisata kuliner. Data dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung menyebutkan bahwa perkembangan jumlah restoran di Kota Bandung meningkat dengan pesat seperti terlihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3 Perkembangan Restoran Kota Bandung NO URAIAN SATUAN RESTORAN Jumlah Restoran/Bar/Rumah Makan Buah Persentase Pertumbuhan % 1,42 4,60 4,40 2,11 Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung Dilihat dari data di atas, menunjukkan bahwa jumlah restoran termasuk bar dan rumah makan mengalami perkembangan dari tahun ke tahunnya. Khususnya untuk hari libur kerja, biasanya Kota Bandung dibanjiri oleh wisatawan nusantara terutama dari Jakarta. Perkembangan yang paling signifikan terjadi pada tahun 2006 dan 2007 sama seperti perkembangan hunian hotel, jadi secara sistematis industri pariwisata Kota Bandung saling mendukung satu sama lainnya. 152

7 Usmani Tingkat perkembangan jumlah penerimaan pajak Hotel dan Restoran di Kota Bandung Periode 2005 sampai dengan 2008 Seiring dengan perkembangan sektor pariwisata Kota Bandung khususnya Hotel dan Restoran, maka pendapatan pajak dari sektor ini juga turut berkembang. Pajak Hotel dan Restoran yang ditetapkan berdasarkan PERDA No.2 dan No.3 Tahun 2003 oleh Pemerintah Kota Bandung dilihat dari jumlah yang diperolehnya terus meningkat walaupun sektor usaha hotel dan restoran itu sendiri fluktuatif. Data pendapatan Pajak Hotel dan Restoran dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4 Target dan realisasi Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran Tahun Penerimaan Perkembangan Penerimaan Pajak Hotel Pajak Restoran Pajak Hotel Pajak Restoran Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung Jika dibandingkan dengan data perkembangan hotel dan restoran Kota Bandung, pada tahun 2007 merupakan tahun yang paling tinggi angka perkembangannya sedangkan pada tahun 2008 perkembangannya menurun kembali. Tetapi lain halnya dengan pendapatan pajak dari sektor tersebut. Data di atas menunjukkan bahwa pendapatan pajak terus meningkat terutama pajak restoran. Perkembangan nilai nominal pajak yang diterima oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung mengindikasikan bahwa sektor pariwisata Kota Bandung terus berkembang, hal ini dibuktikan dengan persentase realisasi pendapatan terusmenerus mengalami peningkatan Pajak Hotel Pertumbuhan Penerimaan Pajak Hotel Pajak Restoran Pertumbuhan Penerimaan Pajak Restoran Gambar 1 Grafik Perkembangan Pajak Hotel dan Restoran Sumber: data diolah 153

8 Ekonomi Ekspansi Perkembangan pendapatan pajak hotel dan restoran yang semakin besar menunjukkan bahwa potensi sektor pariwisata ini menjadi andalan pemerintah daerah Kota Bandung sehingga menjadikan Bandung sebagai Kota Wisata. Perkembangan tertinggi mencapai Rp. 14 milyar untuk Pajak hotel dan Rp. 12 Milyar untuk pajak restoran, perkembangan tertinggi ini keduanya terdapat pada tahun Hal ini terjadi karena lonjakan wisatawan lokal dan mancanegara terjadi secara signifikan dari tahun-tahun sebelumnya. Proyeksi Penetapan Target Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran di Kota Bandung Periode Tahun 2009 Penetapan target penerimaan Pajak Hotel dan Restoran Kota Bandung didasarkan pada perkembangan pencapaian target penerimaan dari tahun sebelumnya yang diatur oleh PERDA No. 2 dan No. 3 tahun 2003 mengenai penetapan Pajak Hotel dan Restoran. Potensi yang ada direkap berdasarkan data Potensi Hotel dan Restoran yang direkap oleh Dinas Pendapatan Daerah dengan mengacu pada Data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung. Perubahan data yang terjadi mulai dari pengajuan objek baru, ganti nama, naik dan turun Klas (strata) hingga penutupan hotel dn restoran menjadi bahan acuan potensi penetapan target di tahun berikutnya. Proyeksi dikatakan tepat apabila hasil proyeksi berdasarkan pada standar ilmiah yang ada tidak jauh berbeda dengan pencapaiannya, jika data yang digunakan valid maka diharapkan hasil proyeksi juga valid. Dalam suatu analisis proyeksi diibaratkan dengan pendekatan GIGO; 1. Garbage In garbage Out (sampah masuk sampah keluar) 2. Gold In Gold Out (emas masuk-emas keluar) Jika data yang masuk data sampah maka hasilnya pun tidak jauh berbeda dengan sampah, begitu juga jika data yang masuk diibaratkan emas maka yang keluarnya pun tidak akan jauh dari emas. Untuk melihat hasil penetapan target dan pencapaian (realisasinya), di bawah ini disajikan grafik Target dan Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran. 154

9 Usmani Sumber: Diolah dari data Dinas Pendapatn Daerah Kota Bandung Target Pajak Hotel Target Pajak Restoran Penerimaan Pajak Hotel Penerimaan Pajak Restoran Gambar 2 Grafik Target dan Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran Perkembangan paling signifikan dicapai pada tahun 2007 dan tahun Jika dibandingkan dengan perkembangan hunian hotel dan perkembangan restoran pada tahun tersebut ternyata terjadi penurunan tetapi hal ini tidak memberikan dampak terhadap penerimaan pajak. Penerimaan pajak justru semakin naik, sehingga menimbulkan asumsi bahwa potensi sesungguhnya dalam mengoptimalkan pajak belum sepenuhnya digali. Berdasarkan data di atas penerimaan pajak yang selalu lebih besar dari target yang ditetapkan di satu sisi sangat baik karena target tercapai dengan maksimal sehingga over target. Hanya saja di satu sisi yang lainnya terdapat pertanyaan mengenai penetapan target pajak yang harus dicapai, sehingga ada asumsi bahwa perkembangan penetapan target selalu under value, atau penetapan target selalu di bawah potensi sebenarnya, sehingga target dapat dengan mudah dicapai. Masalah pendapatan bukan hanya mencapai target melainkan mengoptimalkan segala potensi dengan mempertimbangkan perkembangannya. Jika potensi yang bisa digali masih memungkinkan untuk terus dioptimalkan maka fungsi forecasting dari aparatur setempat yang harus jeli mencermatinya. Sehingga budaya kejar target tidak menjadi landasan seutuhnya dalam menjalankan tugasnya, melainkan berdasarkan pada pengoptimalan pendapatan berdasarkan potensi yang ada. Berdasarkan analisis di atas maka penetapan proyeksi untuk tahun 2009 digunakan pendekatan metode analisis trend. Analisis tren dipilih dengan pertimbangan bahwa potensi dilihat dari perkembangan jumlah hotel dan jumlah pendapatan yang tidak 155

10 Ekonomi Ekspansi selalu berbanding lurus, sehingga pendekatan potensi penerimaan pajak tahun 2009 dilakukan dengan metode kuadrat terkecil. Runtutan data digunakan dari tahun 2002 sebagai bahan pertimbangan perhitungan yang lebih akurat dalam memproyeksikan potensi penerimaan pajak dari sektor perhotelan. Hasil analisisnya adalah sebagai berikut: Tabel 5 Analisis Trend Penerimaan Pajak Hotel Tahun Pajak hotel u uy u2 Yi Target Dispenda X Y Total Prediksi tahun Sumber: Diolah dari data Dinas Pendapatn Daerah Kota Bandung Sedangkan untuk proyeksi penerimaan Pajak restoran tahun 2009 adalah sebagai berikut: Tabel 6 Analisis Trend Penerimaan Pajak Restoran Tahun Pajak restoran u uy u2 Yi Target Dispenda X Y Total Prediksi tahun Sumber: Diolah dari data Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung Dari kedua analisis proyeksi di atas jelas terdapat penetapan target antara target yang dikeluarkan oleh Dispenda Kota Bandung dengan penetapan target melalui pendekatan tren. Adapun sebagai perbandingan lebih lanjut maka dilakukan penghitungan tren untuk potensi pendapatan melalui pendekatan tarif penerimaan: 156

11 Usmani Tabel 7 Analisis Trend Potensi Penerimaan Pajak Hotel Tahun Potensi Pajak hotel u uy u2 Yi X Y Total Prediksi tahun Sumber: Diolah dari data Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung Tabel 8 Analisis Trend Potensi Penerimaan Pajak Restoran Tahun X Pajak restoran Y u uy u2 Yi Total Prediksi tahun Sumber: Diolah dari data Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung Jika melihat dari potensi penerimaan Pajak Hotel dan Restoran berdasarkan sebaran wisatawan baik domestik maupun mancanegara dengan mengukur tarif rata-rata sewa kamar dan lama menyewa dan tingkat kunjungan serta jumlah uang yang dikelurakan maka potensi penerimaan Pajak Hotel dna Restoran semakin tinggi, hal ini dikarenakan perhitungan dilakukan secara optimal dengan memasukkan seluruh unsur potensi penghitungan pajak. Maka dapat dilihat perbandingan perhitungan nilai potensi seperti pada tabel dibawah ini: Tabel 9 Perbandingan Potensi Penerimaan Pajak Hotel Tahun Target Dispenda Trend History Trend Potensi Tarif

12 Ekonomi Ekspansi Tahun Target Dispenda Trend History Trend Potensi Tarif Target Sumber: Diolah dari data Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung Tabel 10 Perbandingan Potensi Penerimaan Pajak Restoran Perbandingan Perhitungan Pajak Restoran Tahun Target Dispenda Trend History Trend Potensi Tarif Target Sumber: Diolah dari data Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung Pengujian Hipotesis Tingkat Penerimaan Pajak Hotel Dan Restoran Di Kota Bandung Periode 2005 Sampai Dengan 2008 Dalam melakukan pengujian hipotesis pertama mengenai tingkat penerimaan pajak hotel dan restoran di Kota Bandung periode 2005 hingga 2008, data yang digunakan adalah data jumlah penerimaan pajak hotel dan restoran dikota Bandung tiap bulannya, dengan memperbandingkan melalui uji ANOVA maka di peroleh hasil seperti di bawah ini: Tabel Hasil Uji Beda (ANOVA) Perkembangan Jumlah Hotel dan Restoran Sum of Squares pajak_hotel Between Groups ,000 Within Groups ,000 Total ,000 pajak_restoran Between Groups ,000 Within Groups ,000 Total df Mean Square F Sig , , , , ,242,000 16,92 0,

13 Usmani 0000,000 Sumber: Diolah dari data Dinas Pendapatn Daerah Kota Bandung nilai signifikan untuk Dilihat dari nilai signifikansinya, menunjukkan bahwa jumlah penerimaan pajak hotel dan restoran di Kota bandung tiap bulannya mengalami perkembangan yang signifikan hal ini ditunjukkan dengan hasil uji ANOVA di atas yang menujukkan bahwa penerimaan Pajak Hotel dan Restoran sebesar 0,000 (di bawah 0,05). Pengujian Hipotesis pertama yaitu; P 1 : tingkat penerimaan pajak hotel dan restoran dari tahun 2005 hingga 2008 terjadi perkembangan yang signifikan. H o : 1 = 2, (tidak ada perbedaan tingkat penerimaan pajak hotel dan restoran dari tahun 2005 hingga 2008) H 1 : 1 2, (terdapat perbedaan tingkat penerimaan pajak hotel dan restoran dari tahun 2005 hingga 2008) Dengan melihat hasil uji di atas yang menunjukkan bahwa nilai signifikan untuk pengujian sebesar 0,000 (dibawah 0,05) maka hipotesis nol (H 0 ) tidak diterima sehingga yang diterima adalah hipotesis alternative (H 1 ). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan tingkat penerimaan Pajak Hotel dan Restoran di Kota Bandung dari tahun 2005 hingga Pengujian Hipotesis Perbedaan Penetapan Target Penerimaan Pajak Hotel Dan Restoran Di Kota Bandung Berdasarkan Metode Trend Dengan Penetapan Target Yang Dilakukan Oleh Dinas Pendapatan Daerah. Pengujian hipotesis kedua mengenai perbedaan penetapan target penerimaan pajak hotel dan restoran di kota bandung berdasarkan metode trend dengan penetapan target yang dilakukan oleh dinas pendapatan daerah dilakukan dengan analisis uji beda ANOVA, data yang digunakan target penerimaan pajak hotel dan restoran dikota Bandung tiap tahunnya, dengan memperbandingkan melalui uji ANOVA maka di peroleh hasil seperti di bawah ini: Tabel Hasil Uji Beda (ANOVA) Penetapan Target Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran 159

14 Ekonomi Ekspansi Sum of Squares Trend Between Groups ,00 0 Within Groups ,000 Total ,00 0 Target_Dispenda Between Groups ,00 0 Within Groups ,000 Total ,00 0 Sumber: Data diolah df Mean Square F Sig , , , , ,195,001 14,947,001 Dilihat dari nilai signifikansinya, menunjukkan bahwa penetapan target menggunakan metode tren yang dibandingkan dengan penetapan target Dispenda ternyata terdapat perbedaan yang signifikan, hal ini ditunjukkan dengan hasil uji ANOVA di atas yang menujukkan bahwa nilai signifikan sebesar 0,001 (di bawah 0,05). Pengujian Hipotesis kedua yaitu; P 2 : Proyeksi penetapan target penerimaan Pajak Hotel dan Restoran di Kota Bandung berdasarkan metode trend dengan penetapan target yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah terjadi perbedaan yang signifikan. H o : 1 = 2, (tidak terdapat perbedaan penetapan target penerimaan Pajak Hotel dan Restoran di Kota Bandung berdasarkan metode trend dengan penetapan target yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah) H 1 : 1 2, (terdapat perbedaan penetapan target penerimaan Pajak Hotel dan Restoran di Kota Bandung berdasarkan metode trend dengan penetapan target yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah) 160

15 Usmani Dengan melihat hasil uji di atas yang menunjukkan bahwa nilai signifikan untuk pengujian sebesar 0,001 (dibawah 0,05) maka hipotesis nol (H 0 ) tidak diterima sehingga yang diterima adalah hipotesis alternative (H 1 ). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam penetapan target dengan menggunakan metode trend dan penetapan target yang dilakukan oleh Dispenda Kota Bandung. Penetapan Target Penerimaan Pajak hotel dan Restoran Tahun 2009 Setelah melalui serangkaian pengolahan data mengenai penetapan target maka dapat diperhitungkan bahwa penetapan target tahun 2009 harus berdasarkan pada proyeksi data yang akurat dan valid, sehingga asumsi penetapan target yang salah karena dibuat agar mudah dicapai, harus ditolak. Hasil penetapan target bisa dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel. Penetapan Target Pola 1 Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran No Penerimaan Target By Target By Selisih Perhitungan Trend History Dispenda 1 Pajak Hotel Pajak Restoran Total Target Pajak Sumber: Data diolah Tabel Penetapan Target Pola 2 Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran No Penerimaan Target By Target By Selisih Perhitungan Trend Tarif Dispenda 1 Pajak Hotel Pajak Restoran Total Target Pajak Sumber: Data diolah Jika dibandingkan dengan total penerimaan Pajak Hotel Dan Restoran tahun 2008 yang mencapai Rp , maka dengan promosi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung dalam menjual pariwisata Bandung dan pertumbuhan hotel serta restoran di tahun 2009, pencapaian target sebesar minimal Rp dan optimalnya sebesar Rp dapat diraih. Dari pengolahan data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa penetapan target yang dilakukan oleh DISPENDA Kota Bandung terdapat kekeliruan yang cukup 161

16 Ekonomi Ekspansi signifikan jika dibandingkan dengan perhitungan target menggunakan metode trend, sebab besarnya potensi yang ada terhadap optimalisasi penerimaan Pajak Hotel dan Restoran ternyata masih di atas target yang ditetapkan, dengan kata lain bahwa target penerimaan pajak hotel dan restoran under estimate, atau terdapat indikasi bahwa target tersebut dibuat agar mudah dicapai jika dilihat dari penetapan target tahunannya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil analisis data dan pembahasan dari bab sebelumnya, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Tingkat Perkembangan jumlah hotel dan restoran di Kota Bandung Periode 2005 sampai dengan 2008 semakin meningkat, peningkatan ini merupakan respon atas pencanangan Bandung menjadi Kota Pariwisata Nasional. Perkembangan tertinggi terjadi pada tahun 2007 ke tahun 2008 yaitu mencapai 4,70% ( 11 hotel baru). 2. Tingkat perkembangan jumlah penerimaan pajak Hotel dan Restoran di Kota Bandung periode 2005 sampai dengan 2008 mengalami perkembangan. Perkembangan tertinggi mencapai Rp. 14 milyar untuk Pajak hotel dan Rp. 12 Milyar untuk pajak restoran, perkembangan tertinggi ini terdapat pada tahun Akurasi penetapan target penerimaan Pajak Hotel dan Restoran di Kota Bandung periode tahun 2009 ternyata terdapat perbedaan yang signifikan dalam penetapan target antara metode trend dengan penetapan target yang dilakukan oleh Dispenda Kota Bandung. Penetapan target yang dilakukan oleh DISPENDA Kota Bandung terdapat kekeliruan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan perhitungan target menggunakan metode trend, baik trend berdasarkan data history pendapatan maupun potensi tarif sebab besarnya potensi yang ada terhadap optimalisasi penerimaan Pajak Hotel dan Restoran ternyata masih di atas target yang ditetapkan, dengan kata lain bahwa target penerimaan pajak hotel dan restoran. under estimate, atau terdapat indikasi bahwa target tersebut dibuat agar mudah dicapai jika dilihat dari penetapan target tahunannya. 162

17 Usmani Saran Sehubungan dengan ditemukannya indikasi target yang memang under estimate, maka sebaiknya Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung melakukan perhitungan ulang terhadap potensi penerimaan Pajak Hotel dan Restoran dengan mengikusertakan sistem penilaian yang berdasarkan pada pola perhitungan penetapan target yang lebih jelas, salah satunya dengan menggunakan metode Trend, dengan memperhatikan proyeksi Tingkat Hunian (Occupancy) yang diperhitungkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Lincolin, Peramalan Bisnis, Edisi Pertama, Cetakan ketiga. BPFE Yogyakarta, Yogyakarta. Davey,K.J Pembiayaan Pemerintah Daerah. UI-Press, Jakarta Eni Potensi Dan Prospek Pajak Hotel Dan Restoran Di Kabupaten Wonosobo Tahun Thesis - Program Pasca Sarjana Unsoed. Guritno Mangkoesoebroto Ekonomi Publik, Edisi ketiga, Cetakan Kedelapan. BPFE- Yogyakarta. Keputusan menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor :KM.3/HK.001/MKP.02. Tahun Tentang Penggolongan Kelas Hotel. Mardiasmo Perhitungan potensi pajak dan Retribusi Daerah di Kabupaten Magelang. Laporan Akhir - pusat Antar Universitas Studi Ekonomi Universitas Gajah Mada,Yogyakarta ( Laporan Penelitian ). 163

18 Ekonomi Ekspansi Mardiasmo Perpajakan. Andi Offset - Yogyakarta Suparmoko Ekonomi Publik. Andi Publisher Yogyakarta. Suparmoko Keuangan Negara Dalam Teori Dan Praktek. BPFE - Yogyakarta Munawir, HS.,2000. Perpajakan, Edisi Kelima, Cetakan Keempat. Liberty - Yogyakarta. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 2 Tahun Pajak Hotel. Pemda Kota Bandung Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 3 Tahun Pajak Restoran. Pemda Kota Bandung Poerwadarminta, WJS Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka - Jakarta Undang-undang No. 34 Tahun Pajak Daerah. Pemerintah Republik Indonesia Undang-undang No. 33 Tahun Perimbangan Keuangan Pemerintahan Pusat dan Daerah. Pemerintah Republik Indonesia Wahyu Pengembangan Analisis Multivariate dengan SPSS 12. Salemba Empat - Jakarta PDRB, 148 sumber-sumber penerimaan daerah, 148 target penerimaan, 147, 149, 150, 151, 154, 159, 160, 161, 162 tren, 147, 150, 156, 157,

19 Usmani 165

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia. Salah satu dari sekian banyak reformasi yang membawa kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber pendapatan daerah menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 157 meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-lain pendapatan daerah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional merupakan pembangunan yang dapat diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, oleh karena itu hasil pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan dinamika dan tuntutan perubahan di segala bidang, maka untuk mengantisipasi kesalahan masa lalu, maka dibuatlah UU No: 22 Tahun 1999 tentang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Pajak Dan Retribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Pajak Dan Retribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kontribusi Pajak Dan Retribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Potensi pendapatan asli daerah adalah kekuatan yang ada di suatu daerah untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah terutama sejak diberlakukannya

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah terutama sejak diberlakukannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembiayaan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang dapat diandalkan. Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan tata cara pemerintahan terwujud dalam bentuk pemberian otonomi daerah dan desentralisasi fiskal dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Konsekuensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Lombok Barat merupakan daerah tujuan wisata di kawasan Provinsi NTB dan merupakan daerah yang diberikan hak otonomi untuk mengelola daerahnya sendiri baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap jumlah penjualan, laba, lapangan pekerjaan,

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap jumlah penjualan, laba, lapangan pekerjaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata mempunyai berbagai dampak ekonomi. Wisatawan memberikan kontribusi terhadap jumlah penjualan, laba, lapangan pekerjaan, penerimaan pajak dan penghasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan yang dilaksanakan secara bersama-sama. Untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PENGARUH PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DERAH (Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan Kota Tasikmalaya)

PENGARUH PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DERAH (Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan Kota Tasikmalaya) PENGARUH PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DERAH (Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan Kota Tasikmalaya) ACEP SANI SAEPURRAHMAN 834396 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. penyelenggaraan pemerintah daerah. Berlakunya Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. penyelenggaraan pemerintah daerah. Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menerapkan peraturan mengenai pemerintah daerah yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang penyelenggaraan pemerintah daerah. Berlakunya

Lebih terperinci

PENGARUH DANA ALOKASI KHUSUS, DANA BAGI HASIL DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN LUWU

PENGARUH DANA ALOKASI KHUSUS, DANA BAGI HASIL DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN LUWU PENGARUH DANA ALOKASI KHUSUS, DANA BAGI HASIL DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN LUWU Hapid 1, Muh. Halim 2, Yuli Wulandari 3 1) Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah yang sesuai dengan Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah daerah dalam rangka menyelenggarakan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab memerlukan adanya kemampuan yang besar untuk menggali sumber keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung Potensi Daya Tarik Wisata Kabupaten Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung Potensi Daya Tarik Wisata Kabupaten Bandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung 1.1.1 Potensi Daya Tarik Wisata Kabupaten Bandung Sebagai daerah yang tengah mengembangkan pariwisatanya, Kabupaten Bandung dapat diklasifikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi saat ini, Pemerintah Indonesia telah mengubah sistem sentralisasi menjadi desentralisasi yang berarti pemerintah daerah dapat mengurus keuangannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki peran yang sangat besar bagi pengembangan pembangunan Kota

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki peran yang sangat besar bagi pengembangan pembangunan Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata telah menjadi salah satu sektor yang telah menjadi suatu industri dan memiliki peran yang sangat besar bagi pengembangan pembangunan Kota Bandung. Kota Bandung

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Pemberlakuan undang - undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, undang - undang Nomor 33 tahun 2004 tentang

BAB I. Pendahuluan. Pemberlakuan undang - undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, undang - undang Nomor 33 tahun 2004 tentang BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Pemberlakuan undang - undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, undang - undang Nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah menerapkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional

Lebih terperinci

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO HELDY ISMAIL Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Saat ini, pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Saat ini, pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan suatu fenomena yang menarik dalam kehidupan masyarakat dan negara. Saat ini, pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi masyarakat

Lebih terperinci

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI Zulistiani Universitas Nusantara PGRI Kediri zulis.tiani.zt@gmail.com Abstrak Kota Kediri mempunyai wilayah yang cukup strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun di sektor swasta, hanya fungsinya berlainan (Soemitro, 1990).

BAB I PENDAHULUAN. maupun di sektor swasta, hanya fungsinya berlainan (Soemitro, 1990). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak erat sekali hubungannya dengan pembangunan, baik di sektor publik maupun di sektor swasta, hanya fungsinya berlainan (Soemitro, 1990). Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana yang kita ketahui pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi negara yang dibayarkan oleh masyarakat. Pajak juga sebagai iuran pemungutan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini pemerintah daerah memiliki kewenangan penuh untuk mengatur dan mengelola pembangunan di daerah tanpa adanya kendala struktural yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB IV METODA PENELITIAN

BAB IV METODA PENELITIAN BAB IV METODA PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi dan kateristik obyek penelitian, maka penjelasan terhadap lokasi dan waktu penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH HASIL PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BANDUNG. (Studi pada Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung)

PENGARUH HASIL PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BANDUNG. (Studi pada Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung) PENGARUH HASIL PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BANDUNG (Studi pada Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung) Vidya Paramita 0109U375 ABSTRAKSI Penelitian ini berjudul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih BAB I PENDAHULUAN` 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah di Indonesia mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2001. dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah menetapkan Undang- Undang (UU)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-undang No.25 Tahun 2000 tentang Program. Pembangunan Nasional , bahwa program penataan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-undang No.25 Tahun 2000 tentang Program. Pembangunan Nasional , bahwa program penataan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan Undang-undang No.25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional 2000-2004, bahwa program penataan pengelolaan keuangan daerah ditujukan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. berbatasan dengan Laut Jawa, Selatan dengan Samudra Indonesia, Timur dengan

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. berbatasan dengan Laut Jawa, Selatan dengan Samudra Indonesia, Timur dengan BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Sampel Provinsi Jawa Timur mempunyai 229 pulau dengan luas wilayah daratan sebesar 47.130,15 Km2 dan lautan seluas 110.764,28 Km2. Wilayah ini membentang

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI Oleh: Muhammad Alfa Niam Dosen Akuntansi, Universitas Islam Kadiri,Kediri Email: alfa_niam69@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan daerah merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan daerah merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan suatu bangsa. Dalam rangka pembiayaan pembangunan, potensi dan peranan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN, DAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BELITUNG

KONTRIBUSI PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN, DAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BELITUNG KONTRIBUSI PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN, DAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BELITUNG Deni Septriansa Alamat: Jl. Rawa Belong No. 9 Kemanggisan, Jakarta Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi keindahan dan kekayaan alam Indonesia. Pemanfaatan disini bukan berarti

BAB I PENDAHULUAN. potensi keindahan dan kekayaan alam Indonesia. Pemanfaatan disini bukan berarti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk didalamnya terdapat sektor pariwisata. Untuk lebih memantapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian kewenangan otonomi daerah dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana pemerintah daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari migas, pajak, non pajak. Dana yang berasal dari rakyat dengan jalan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari migas, pajak, non pajak. Dana yang berasal dari rakyat dengan jalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ada beberapa sumber dana yang dapat diperoleh pemerintah yaitu yang berasal dari migas, pajak, non pajak. Dana yang berasal dari rakyat dengan jalan melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah mencanangkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRACT... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. ABSTRACT... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI ABSTRACT... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Penelitian... 1 B. Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada jaman modern ini pariwisata telah berubah menjadi sebuah industri yang menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO (United Nations World

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

I. PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

Lebih terperinci

Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat. sekaligus menjadi ibu kota provinsi. Kota ini merupakan kota terbesar

Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat. sekaligus menjadi ibu kota provinsi. Kota ini merupakan kota terbesar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat sekaligus menjadi ibu kota provinsi. Kota ini merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan suatu penerimaan yang rutin, maka pemerintah menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan suatu penerimaan yang rutin, maka pemerintah menempatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan hal yang penting bagi suatu negara yang terus menerus berkembang. Dalam peningkatan dan pembangunan nasional pemerintah memerlukan suatu penerimaan

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN KARIMUN SKRIPSI. Disusun oleh: JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN KARIMUN SKRIPSI. Disusun oleh: JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN KARIMUN SKRIPSI Disusun oleh: RIKA MAYASARI 10975005773 JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembiayaan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan senatiasa memerlukan sumber penerimaan yang dapat diandalkan. Kebutuhan ini semakin

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan walaupun masih ada aliran dana dari pusat kepada daerah seperti dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. keuangan walaupun masih ada aliran dana dari pusat kepada daerah seperti dalam bentuk BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia membawa beberapa perubahan dalam sistem tata kelola pemerintahan. Pada UU no. 32/ 2004 tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik atau dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu kemandirian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah sejak tahun 2001, orientasi penyelenggaraan pemerintah daerah telah bergeser dari ketergantungan pemerintah pusat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah didanai dengan adanya Pendapatan Asli Daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah,

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BANJARMASIN

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BANJARMASIN Analisa Kontribusi Daerah Terhadap PAD (Trisna dan Phaureula Artha Wulandari) ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BANJARMASIN Trisna (1) dan Phaureula Artha Wulandari

Lebih terperinci

Tahun 2012 Wisatawan Nusantara Wisatawan Mancanegara. Tahun 2009

Tahun 2012 Wisatawan Nusantara Wisatawan Mancanegara. Tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandung selain dikenal sebagai Ibu kota Propinsi Jawa Barat, juga dikenal akan keindahan alamnya, dalam perkembangannya, Bandung telah menjadi kota jasa sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur, dan sejahtera berdasarkan Pancasila

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER Jurnal STIE SEMARANG VOL 9 No. 1 Edisi Februari 2017 ( ISSN : 2085-5656) ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi, tetapi setelah bergulirnya reformasi maka pola sentralisasi berganti

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi, tetapi setelah bergulirnya reformasi maka pola sentralisasi berganti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis moneter yang melanda Indonesia membawa dampak yang luar biasa, sehingga meruntuhkan fundamental ekonomi negara dan jatuhnya penguasa pada tahun 1998.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah menerapkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah Pembangunan Nasional. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah merupakan dampak reformasi yang harus dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota sebagai unit pelaksana otonomi daerah. Otonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan daerah yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang di arahkan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia demi mencapai masyarakat yang sejahtera. Namun, mengingat Negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia demi mencapai masyarakat yang sejahtera. Namun, mengingat Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan usaha yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia demi mencapai masyarakat yang sejahtera. Namun, mengingat Negara Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak bagi pemerintah daerah berperan sebagai sumber pendapatan yang utama dan juga sebagai alat pengatur. Pajak sebagai salah satu sumber pendapatan daerah yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki wilayah yang luas, dalam menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki wilayah yang luas, dalam menyelenggarakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki wilayah yang luas, dalam menyelenggarakan pemerintahan wilayah negara Indonesia dibagi atas daerah besar dan kecil dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat ini potensi yang ada masih terus digali. Pajak digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur yang merata baik materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut asas desentralisasi dengan memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa : BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Berdasarkan hasil Analisis Tipologi Klassen Pajak Daerah dan peta potensi Pajak Daerah dilihat dari

Lebih terperinci

Judul : Tata Cara Pemungutan, Perhitungan, Dan Pembayaran Pajak Hotel Dan Restoran Nama : Dewa Ayu Kartika Mahariani NIM : ABSTRAK

Judul : Tata Cara Pemungutan, Perhitungan, Dan Pembayaran Pajak Hotel Dan Restoran Nama : Dewa Ayu Kartika Mahariani NIM : ABSTRAK Judul : Tata Cara Pemungutan, Perhitungan, Dan Pembayaran Pajak Hotel Dan Restoran Nama : Dewa Ayu Kartika Mahariani NIM : 1406043071 ABSTRAK Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi merupakan babak baru dalam pemerintahan Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi merupakan babak baru dalam pemerintahan Indonesia, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Era reformasi merupakan babak baru dalam pemerintahan Indonesia, dimana pada era ini banyak melahirkan berbagai kebijakan baru. Salah satu kebijakan baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam upaya pelaksanaan pembangunan nasional, hal yang paling penting adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan pengeluaran pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah mencanangkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN ROKAN HULU

JURNAL PENELITIAN ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN ROKAN HULU JURNAL PENELITIAN ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN ROKAN HULU OLEH : ATNI FISANTI NIM. 1124112 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PASIR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan termasuk 1. 1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dengan diberlakukannya Otonomi Daerah sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendorong diterapkannya otonomi daerah untuk meningkatkan pelayanan publik guna

BAB I PENDAHULUAN. mendorong diterapkannya otonomi daerah untuk meningkatkan pelayanan publik guna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya tantangan berupa kemajemukan di tingkat lokal, regional, dan nasional mendorong diterapkannya otonomi daerah untuk meningkatkan pelayanan publik guna mewujudkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kepada daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah. Penyelenggaraan

I. PENDAHULUAN. kepada daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah. Penyelenggaraan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara kesatuan sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (1) UUD 1945. Sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembiayaan pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang dapat diandalkan.

Lebih terperinci

Jurnal Ekonomi Pembangunan

Jurnal Ekonomi Pembangunan Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 3, No. 2 (2017) 43 51 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Palopo Jurnal Ekonomi Pembangunan http://journal.stiem.ac.id/index.php/jurep/index Analisis Efektifitas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merata dan berkesinambungan (Halim, 2007:229). Pada Era Otonomi saat ini di

BAB I PENDAHULUAN. merata dan berkesinambungan (Halim, 2007:229). Pada Era Otonomi saat ini di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kewenangan otonomi yang luas mewajibkan pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat secara demokratis, adil, merata dan berkesinambungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu sumber utama Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan adalah pajak. Sehingga dalam pelaksanaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan. Otonomi daerah memberikan kesempatan yang luas kepada daerah untuk berkreasi dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah membawa perubahan dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, Undangundang tersebut

Lebih terperinci

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH (Studi Kasus Pada Kota Di Jawa Barat)

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH (Studi Kasus Pada Kota Di Jawa Barat) PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH (Studi Kasus Pada Kota Di Jawa Barat) Renny Nur ainy 1 Desfitrina 2 Rooswhan Budi Utomo 3 1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional, BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional, Indonesia menganut pada asas desentralisasi dengan memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah dalam

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. adalah tersedianya sumber sumber pembiayaan, sumber pembiayaan tersebut

BAB V PENUTUP. adalah tersedianya sumber sumber pembiayaan, sumber pembiayaan tersebut BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dalam melaksanakan otonomi daerah, salah satu syarat yang diperlukan adalah tersedianya sumber sumber pembiayaan, sumber pembiayaan tersebut disamping sumber dari pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hakikat mendasar dari prinsip kebijakan otonomi daerah sebagaimana yang dimaksudkan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, adalah

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH RETRIBUSI PARKIR KENDARAAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA SURAKARTA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS PENGARUH RETRIBUSI PARKIR KENDARAAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA SURAKARTA TAHUN NASKAH PUBLIKASI ANALISIS PENGARUH RETRIBUSI PARKIR KENDARAAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA SURAKARTA TAHUN 1990-2010 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersebut dibutuhkan sumber-sumber keuangan yang besar. Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang

I. PENDAHULUAN. tersebut dibutuhkan sumber-sumber keuangan yang besar. Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Daerah didasarkan asas otonomi daerah dengan mengacu pada kondisi dan situasi satuan wilayah yang bersangkutan.dengan daerah tidak saja mengurus rumah tangganya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan dalam penyelenggaraan suatu negara hal ini untuk

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan dalam penyelenggaraan suatu negara hal ini untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat ini potensi yang ada saat ini masih terus digali. Pemungutan pajak sangat diperlukan

Lebih terperinci

AKMENIKA UPY, Volume 2, 2008

AKMENIKA UPY, Volume 2, 2008 KONTRIBUSI PENDAPATAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN BANTUL (Periode 1996/1997 2005) Abstrak Supardi Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1). kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional merupakan pembangunan yang dapat diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, oleh karena itu hasil pembangunan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA BANDAR LAMPUNG. Nurmayani

PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA BANDAR LAMPUNG. Nurmayani PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA BANDAR LAMPUNG Nurmayani Dosen dan Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara Fak. Hukum Unila Abstrak Perda Kota

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kota Kediri)

EFEKTIVITAS PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kota Kediri) EFEKTIVITAS PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kota Kediri) Ayu Wulansari Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Univ. Islam Kadiri ABSTRAK Pemerintah daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengelolaan pemerintah daerahnya, baik ditingkat propinsi maupun tingkat kabupaten

I. PENDAHULUAN. pengelolaan pemerintah daerahnya, baik ditingkat propinsi maupun tingkat kabupaten I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistim pemerintahan daerah hampir di seluruh wilayah Republik Indonesia di dalam pengelolaan pemerintah daerahnya, baik ditingkat propinsi maupun tingkat kabupaten dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU No.23 Tahun 2014 yaitu desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Desentralisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata dewasa ini adalah sebuah mega bisnis. Jutaan orang mengeluarkan triliunan dollar Amerika, meninggalkan rumah dan pekerjaan untuk memuaskan atau membahagiakan

Lebih terperinci