KONTRIBUSI PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN, DAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BELITUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONTRIBUSI PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN, DAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BELITUNG"

Transkripsi

1 KONTRIBUSI PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN, DAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BELITUNG Deni Septriansa Alamat: Jl. Rawa Belong No. 9 Kemanggisan, Jakarta Barat No. Telp: deni_denot@ymail.com Dosen Pembimbing: Martin Surya Mulyadi SE., M.M., BKP ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan terhadap peningkatan Pajak Daerah dan Pendapatan Asli Daerah. Metode penelitian yang telah dilakukan adalah kualitatif. Analisis dilakukan dengan membandingkan peningkatan/penurunan penerimaan Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan dari target yang diharapkan dan realisasi yang dicapai setiap tahun penelitian. Lebih dari 50% kontribusi yang diberikan Pajak Hotel, Pajak restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan terhadap peningkatan penerimaan Pajak Daerah, dan kurang lebih 20% kontribusinya terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Disimpulkan, kontribusi ketiga pajak tersebut terhadap Pajak Daerah sangat siginifikan dengan terus meningkatnya kontribusi Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah. Disarankan, konsistensi dari optimalisasi ketiga pajak tersebut dapat terus dipertahankan. Kata kunci: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Daerah, Pendapatan Asli Daerah

2 PENDAHULUAN Belitung telah lama dikenal sebagai daerah pengahasiltambang terutama timah yang sudah membawa nama Indonesia ke mancanegara. Belakangan ini, Belitung mulai dikenal sebagai Negeri Laskar Pelangi yang memiliki pantai-pantai berpasir putih yang indah yang berpotensi meningkatkan pendapatan daerah dari sektor pariwisata. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan terhadap peningkatan Pajak Daerah dan Pendapatan Asli Daerah. METODE PENELITIAN Karakteristik dari penelitian ini adalah: 1. Jenis dari risetnya adalah riset eksploratoria (kualitatif, naturalis) 2. Dimensi waktu risetnya adalah melibatkan urutan waktu (time series) 3. Kedalaman risetnya tetap hanya melibatkan satu objek penelitian saja (studi kasus). 4. Metode pengumpulan datanya adalah kontak langsung dan tidak langsung 5. Lingkungan penelitiannya adalah lingkungan noncontived setting (lingkungan riil). 6. Unit analisisnya adalah instansi, yaitu Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Belitung. 7. Menentukan model empiris beserta definisi variabel-variabelnya Dalam penyusunan penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari DPPKAD Kabupaten Belitung, berupa data target dan realisasi Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Daerah dan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Belitung tahun anggaran 2009 sampai dengan 2011 serta peraturan-peraturan yang terkait dengan Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan. Dalam penulisan skripsi ini, metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan adalah: 1. Studi Kepustakaan Melakukan pengumpulan data-data dengan mencari, membaca, memilih sumber-sumber informasi yang berkaitan dengan topik skripsi, seperti dari Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah dan buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. Dengan tujuan dapat memahami dan memecahkan permasalahan yang akan berkaitan dengan penelitian. 2. Studi Lapangan Melakukan penelitian langsung pada instansi yang terkait untuk memperoleh data yang lebih spesifik dan relevan mengenai aspek-aspek yang berpengaruh pada pendapatan daerah. Melakukan penelitian dengan cara wawancara dan dokumentasi dengan mengumpulkan seluruh data informasi dan keterangan yang berkaitan dengan penelitian. Metode Analisis Datanya adalah: a. Metode analisis deskriptif, yaitu dengan merumuskan dan menafsirkan data yang diperoleh serta mengolahnya sehingga diperoleh gambaran masalah yang akan dibahas serta dianalisis kemudian dilakukan pembahasan secara umum. b. Metode analisis deduktif, yaitu menganalisis data yang berupa teori yang berlaku khusus yang sudah dikumpulkan kemudian dilakukan pembahasan secara umum. Dari seluruh informasi dan data yang diperoleh selama penelitian, maka informasi dan data penerimaan Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan tersebut bisa disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik ini, dapat dilihat seberapa besar kontribusi ketiga pajak tersebut terhadap peningkatan penerimaan Pajak Daerah dan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Belitung.

3 HASIL DAN BAHASAN 1. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hotel Kabupaten Belitung pada Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2011 Rp900,000, Rp800,000, Rp700,000, Rp600,000, Rp500,000, Rp400,000, Rp300,000, Target Realisasi Rp200,000, Rp100,000, Rp Gambar 1 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hotel Tahun Setiap tahunnya, realisasi penerimaan Pajak Hotel terus melebihi target penerimaan meskipun secara persentase mengalami penurunan. Pencapaian realisasi terbesar yang melebihi target penerimaan terjadi pada tahun 2010, yaitu sebesar Rp ,00. Sedangkan secara persentase, pencapaian realisasi terbesar yang melebihi target penerimaan terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar 81,42%. 2. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Restoran Kabupaten Belitung pada Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2011 Rp1,600,000, Rp1,400,000, Rp1,200,000, Rp1,000,000, Rp800,000, Rp600,000, Target Realisasi Rp400,000, Rp200,000, Rp Gambar 2 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Restoran Tahun Setiap tahunnya, realisasi penerimaan Pajak Restoran terus melebihi target penerimaan meskipun secara persentase juga mengalami penurunan seperti Pajak Hotel. Pencapaian realisasi terbesar yang melebihi target penerimaan terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar Rp ,00 atau 103,55%.

4 Realisasi penerimaan Pajak Hotel dan Pajak Restoran yang melebihi target penerimaan ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya: 1. Jumlah wisatawan yang datang ke Belitung Tingginya angka realisasi penerimaan Pajak hotel dan Pajak Restoran tidak terlepas dari tingginya angka wisatawan yang memanfaatkan jasa hotel dan restoran. Dengan terpilihnya sebagai daerah destinasi Sail Indonesia sejak tahun 2007 serta adanya program Visit Babel Archipelago pada tahun 2010 merupakan salah satu faktor penyebab arus kunjungan wisatawan ke Belitung tiap tahunnya yang terus meningkat. 2. Promosi yang ditawarkan pihak hotel dan travel Meningkatnya jumlah wisatawan tiap tahunnya yang berkunjung ke Belitung tidak lepas dari peran pihak hotel dan travel yang ikut membantu Pemerintah Daerah mempromosikan pariwisata Belitung. Terbukti, dengan gencarnya pihak hotel dan travel menawarkan promosi paket liburan dengan harga murah yang akan menarik minat wisatawan untuk datang ke Belitung terutama wisatawan domestik, tiap tahunnya jumlah wisatawan terus meningkat terutama wisatawan domestik dan peningkatan ini terjadi tiap bulannya yang sebelumnya pada tahun 2009, wisatawan yang berkunjung terbanyak hanya terjadi pada bulan-bulan tertentu saja. Sebelumnya, banyaknya wisatawan yang berkunjung tiap bulannya ke Belitung tergantung pada masa liburan, seperti memilih waktu berkunjung pada saat libur sekolah, libur lebaran, dan libur natal dan tahun baru. Selain itu bisa juga dipengaruhi oleh musim yang sedang terjadi baik di Belitung sendiri maupun di tempat asal para wisatawan terutama wisatawan asing, seperti memilih waktu berkunjung pada saat tidak terjadi musim hujan di Belitung, atau untuk menghindari musim panas maupun musim dingin di daerah asalnya. Hal ini menyebabkan jumlah wisatawan yang berkunjung hanya tinggi pada bulan-bulan tertentu saja. Namun, dengan adanya upaya promosi yang ditawarkan pihak hotel maupun travel, bisa mendatangkan wisatawan tidak hanya pada bulan-bulan tertentu saja sehingga rata-rata wisatawan yang berkunjung tiap bulannya bisa ditingkatkan tiap tahunnya. Pada tahun 2009, rata-rata kunjungan wisatawan ke Belitung tiap bulannya sebanyak wisatawan. Jumlah ini meningkat 19,58% atau sebesar 689 dari tahun 2009 menjadi wisatawan per bulannya pada tahun 2010 dan kembali meningkat 66,14% atau sebesar dari tahun 2010 menjadi wisatawan per bulannya pada tahun Peran penduduk lokal sebagai konsumen pun menjadi faktor lainnya Selain wisatawan asing maupun domestik yang memanfaatkan jasa restoran-restoran dengan kuliner khas Belitung, penduduk lokal pun mulai berpengaruh dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan restoran-restoran dengan jenis kuliner baik kuliner khas Belitung maupun jenis kuliner yang sudah umum di luar kuliner khas Belitung sendiri. 4. Jumlah wajib pajak yang terus bertambah Seiring dengan jumlah wisatawan yang terus meningkat, jumlah wajib pajak juga terus meningkat untuk mengimbangi jumlah wisatawan serta memberikan pilihan kepada para wisatawan. Jumlah wajib Pajak Hotel dan Pajak Restoran tiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2009, jumlah wajib Pajak Hotel dan Pajak Restoran masing-masing sebanyak 17 dan 192. Jumlah ini meningkat pada tahun 2010 masing-masing sebanyak 2 dan 31 menjadi 19 untuk wajib Pajak Hotel dan 215 untuk wajib Pajak Restoran. Pada tahun 2011, jumlah ini kembali meningkat masing-masing sebesar 2 dan 25 menjadi 21 untuk wajib Pajak Hotel dan 243 untuk wajib Pajak Restoran. Meskipun jumlah wajib Pajak Hotel cenderung masih sedikit, namun diperkirakan akan terus bertambah tiap tahunnya.

5 3. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Kabupaten Belitung pada Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2011 Rp20,000,000, Rp18,000,000, Rp16,000,000, Rp14,000,000, Rp12,000,000, Rp10,000,000, Rp8,000,000, Target Realisasi Rp6,000,000, Rp4,000,000, Rp2,000,000, Rp Gambar 3 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Tahun Pada tahun 2009, realisasinya tidak mencapai target penerimaan, hal ini bisa disebabkan oleh tiga faktor, yaitu : 1. Kontrak permintaan yang sudah habis atau permintaan pasar yang menurun sehingga produksi pun ikut menurun; 2. Perusahaan sudah kehabisan lahan untuk digali atau belum menemukan lahan baru, dan 3. Perusahaan sudah menutup usahanya. Realisasi penerimaan yang melebihi target penerimaan bisa disebabkan oleh: 1. Permintaan pasar yang tinggi, kaolin merupakan komoditi ekspor India, Bangladesh, Ras Al Khaimah, dan UAE, dan kaolin asal Belitung adalah satu-satunya jenis kaolin yang digunakan perusahaan keramik dengan nama dagang Essenza karena kaolin asal Belitung merupakan jenis kaolin yang terbaik dibandingkan dengan kaolin asal daerah lain. Selain itu, pasir bangunan dari Belitung juga menjadi komoditi ekspor ke Singapura untuk perluasan wilayahnya. 2. Harga jual perusahaan atas jenis-jenis mineral bukan logam dan batuan. Sejak tahun 2010 harga jual jenis-jenis mineral bukan logam dan batuan ditetapkan naik karena nilai pasar tambang mineral bukan logam dan batuan di Kabupaten Belitung tergolong rendah sehingga tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan pun ditetapkan naik pada tahun 2010 menjadi 25% dari 20% yang menyebabkan nilai objek pajak menjadi tinggi. 3. Luas areal galian yang terus meningkat dari tahun sebelumnya. Luas areal galian pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 masing-masing adalah M 2, M 2, dan M 2.

6 4. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten Belitung pada Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2011 Rp35,000,000, Rp30,000,000, Rp25,000,000, Rp20,000,000, Rp15,000,000, Rp10,000,000, Target Realisasi Rp5,000,000, Rp Gambar 4 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Tahun Setiap tahunnya, realisasi penerimaan Pajak Daerah terus melebihi target penerimaan baik secara nominal maupun persentase. Pencapaian realisasi terbesar yang melebihi target penerimaan terjadi pada tahun 2011, yaitu sebesar Rp ,30 atau 55,80%. Peningkatan penerimaan ini disebabkan oleh realisasi penerimaan Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan melebihi target penerimaan tiap tahunnya, kecuali realisasi penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan pada tahun 2009 yang tidak mencapai target penerimaan. Khusus pada tahun 2011, realisasi penerimaan Pajak Daerah yang begitu tinggi melebihi target penerimaan juga dikarenakan oleh adanya mutasi dua jenis Pajak Provinsi ke Pajak Kabupaten, yaitu Pajak Air Tanah dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan menjadi faktor tingginya angka penerimaan Pajak Daerah. 5. Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Belitung pada Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2011 Rp70,000,000, Rp60,000,000, Rp50,000,000, Rp40,000,000, Rp30,000,000, Rp20,000,000, Target Realisasi Rp10,000,000, Rp Gambar 5 Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Tahun

7 Setiap tahunnya, realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah juga terus melebihi target penerimaan. Pencapaian realisasi terbesar yang melebihi target penerimaan terjadi pada tahun 2011, yaitu sebesar Rp ,13 atau 22,64%. Realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang melebihi target penerimaan disebabkan oleh: 1. Realisasi penerimaan Pajak Daerah yang tiap tahunnya terus melebihi target penerimaan serta realisasi penerimaannya terus meningkat dari realisasi tahun-tahun sebelumnya. 2. Pendapatan dari Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan yang diterima dari hasil penyertaan modal tiap tahunnya terus melebihi target penerimaan meskipun target penerimaannya mengalami penurunan tiap tahunnya. 3. Pendapatan dari Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah tiap tahunnya juga terus melebihi target penerimaan meskipun realisasi penerimaannya mengalami penurunan tiap tahunnya. 6. Kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Terhadap Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten Belitung pada Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2011 Rp35,000,000, Rp30,000,000, Rp25,000,000, Rp20,000,000, Rp15,000,000, Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Pajak Daerah Rp10,000,000, Rp5,000,000, Rp Gambar 6 Kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Daerah Tahun Kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan terhadap penerimaan Pajak Daerah terus mengalami peningkatan tiap tahunnya. Peningkatan ini disebabkan oleh realisasi penerimaan Pajak Hotel sebesar 81,42% melebihi target penerimaan dan Pajak Restoran sebesar 103,55% melebihi target penerimaan meskipun realisasi penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan tidak mencapai target penerimaan serta realisasi penerimaan Pajak Kabupaten lainnya yang semuanya melebihi target penerimaan.

8 7. Kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Belitung pada Tahun 2009 sampai dengan Tahun % 5% Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Pajak Kabupaten Lainnya Retribusi Daerah 53% 24% Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain PAD yang Sah 3% Gambar 7 Kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Tahun 2009 Pada tahun 2009, penyumbang terbesar bagi PAD secara berurutan adalah: 1. Lain-lain PAD yang Sah 53% atau sebesar Rp ,79 2. Restribusi Daerah 24% atau sebesar Rp ,45 3. Jumlah Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 15% atau sebesar Rp ,00. 26% Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Pajak Kabupaten Lainnya 46% Retribusi Daerah 6% Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 5% 17% Lain-lain PAD yang Sah Gambar 8 Kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Tahun 2010 Pada tahun 2010, penyumbang terbesar bagi PAD secara berurutan adalah:

9 1. Lain-lain PAD yang Sah 46% atau sebesar Rp ,76 2. Jumlah Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 26% atau sebesar atau sebesar Rp , Restribusi Daerah 17% atau sebesar Rp ,77 Terjadi perubahan penyumbang terbesar bagi PAD pada tahun 2010, yaitu Jumlah Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan naik ke peringkat kedua sebagai salah satu penyumbang terbesar Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2010 karena mengalami peningkatan 11% atau sebesar Rp ,00 dari tahun 2009 ke tahun Kontribusi Lain-lain PAD yang Sah dan Retribusi Daerah mengalami penurunan masing-masing 7% atau sebesar Rp ,03 dan Rp ,68 dari tahun 2009 dikarenakan adanya penurunan target dan realisasi penerimaan dari tahun 2009 ke tahun 2010, selain itu penyebab menurunnya kontribusi Lain-lain PAD yang Sah dan Retribusi Daerah adalah karena meningkatnya kontribusi Jumlah Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Kabupaten lainnya, dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan yang meningkat masing-masing sebesar 11%, 1%, dan 2% dari tahun 2009 ke tahun Namun, kontribusi Lain-lain PAD yang Sah tetap menjadi penyumbang terbesar bagi Pendapatan Asli Daerah dan Retribusi Daerah turun ke peringkat ketiga penyumbang terbesar bagi Pendapatan Asli Daerah. 31% 32% Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Pajak Kabupaten Lainnya Retribusi Daerah 6% Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 17% 14% Lain-lain PAD yang Sah Gambar 9 Kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Tahun 2011 Pada tahun 2010, penyumbang terbesar bagi PAD secara berurutan adalah: 1. Jumlah Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 32% atau sebesar Rp , Lain-lain PAD yang Sah 31% Rp ,35 3. Restribusi Daerah 17% atau sebesar Rp ,29 Terjadi perubahan penyumbang terbesar bagi PAD pada tahun 2010, yaitu Jumlah Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan naik ke peringkat pertama sebagai penyumbang terbesar Pendapatan Asli pada tahun 2011 karena mengalami peningkatan 6% atau sebesar Rp ,00 dari tahun 2010 ke tahun Diikuti oleh kontribusi Lain-lain PAD yang Sah di peringkat kedua karena mengalami penurunan lagi sebesar 15% atau sebesar Rp ,41 dari tahun 2010 dikarenakan adanya penurunan target dan realisasi penerimaan lagi dari tahun 2010 ke tahun 2011, selain itu juga karena adanya peningkatan penerimaan lagi dari Pajak Kabupaten lainnya sebesar 8% atau sebesar Rp ,68. Sedangkan kontribusi Retribusi Daerah tetap berada di urutan ketiga penyumbang terbesar bagi Pendapatan Asli Daerah dengan tidak adanya perubahan secara

10 persentase dari tahun 2010 meskipun mengalami penurunan target dan realisasi penerimaan dari tahun 2010 ke tahun Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Belitung pada Tahun 2009 sampai dengan Tahun Pendapatan Asli Daerah Rp50,474,195, Rp50,051,051, Rp61,999,396, Pajak Daerah 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 20,75% 32,11% 46,19% Rp10,472,707, Rp16,073,621, Rp28,593,342, Gambar 10 Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Tahun Pada tahun 2009, sebesar 15% dari Pajak Daerah merupakan sumbangan dari penerimaan Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan. Pada tahun 2010 sebesar 26%, dan pada tahun 2011 sebesar 32%. Artinya, tiap tahun sumbangan yang diberikan Pajak hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan terus mengalami peningkatan, pada tahun 2010 meningkat sebesar 11% dari tahun 2009 dan pada tahun 2011 meningkat sebesar 6% dari tahun 2010 meskipun antara periode dan mengalami penurunan sebesar 5%.

11 SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Dari analisa dan pembahasan yang dilakukan, bisa disimpukan bahwa: 1. Pertumbuhan target penerimaan Pajak Hotel mengalami peningkatan pada tahun 2010 sebesar Rp ,00 atau lebih besar 87,66% dari tahun 2009 dan pada tahun 2011 kembali meningkat menjadi Rp ,00 atau lebih besar 77,66% dari tahun 2010 dengan rata-rata pertumbuhan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 sebesar 82,66%. Realisasi penerimaan Pajak Hotel pun selalu melebihi target penerimaan tiap tahunnya, antara lain pada tahun 2009 sebesar Rp ,00 atau sebesar 81,42% melebihi target penerimaan, tahun 2010 sebesar Rp ,00 atau sebesar 71,70% melebihi target penerimaan, dan pada tahun 2011 sebesar Rp ,00 atau sebesar 29,94% melebihi target penerimaan. Target penerimaan Pajak Hotel secara persentase mengalami penurunanan dari tahun 2009 ke tahun 2010 dengan tahun 2010 ke tahun 2011 sebesar 10%. Artinya pemungutan Pajak Hotel tiap tahunnya berjalan dengan efektif. 2. Pertumbuhan target penerimaan Pajak Restoran mengalami peningkatan pada tahun 2010 sebesar Rp ,00 atau lebih besar 37,18% dari tahun 2009 dan pada tahun 2011 kembali meningkat menjadi Rp ,00 atau lebih besar 38,60% dari tahun 2010 dengan rata-rata pertumbuhan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 sebesar 34,89%. Realisasi penerimaan Pajak Restoran pun selalu melebihi target penerimaan tiap tahunnya, antara lain pada tahun 2009 sebesar Rp ,00 atau sebesar 103,55% melebihi target penerimaan, tahun 2010 sebesar Rp ,00 atau sebesar 71,70% melebihi target penerimaan, dan pada tahun 2011 sebesar Rp ,00 atau sebesar 29,94% melebihi target penerimaan. Artinya pemungutan Pajak Restoran tiap tahunnya juga berjalan dengan efektif. 3. Pertumbuhan target penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan mengalami peningkatan pada tahun 2010 sebesar Rp ,00 atau lebih besar 40,56% dari tahun 2009 dan pada tahun 2011 kembali meningkat sebesar Rp ,00 atau lebih besar 37,26% dari tahun 2010 dengan rata-rata pertumbuhan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 sebesar 38,91%. Realisasi penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan tidak mencapai target penerimaan pada tahun 2009, yaitu kurang Rp ,00 atau kurang 1,34% dari target penerimaan, sementara pada realisasi penerimaan pada tahun berhasil melebihi target penerimaan sebesar Rp ,00 atau sebesar 21,36%, dan pada tahun 2011 meningkat menjadi Rp ,96 atau sebesar 37,15% melebihi target penerimaan. Meskipun pada tahun 2009 realisasi penerimaan tidak mencapai target penerimaan, namun bisa dibilang pemungutan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan berjalan dengan efektif. 4. Pertumbuhan target penerimaan Pajak Daerah mengalami peningkatan pada tahun 2010 sebesar Rp ,00 atau lebih besar 36,91% dari tahun 2009 dan pada tahun 2011 kembali meningkat sebesar Rp ,00 atau lebih besar 42,16% dari tahun 2010 dengan ratarata pertumbuhan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 sebesar 39,54%. Realisasi penerimaan Pajak Daerah pun selalu melebihi target penerimaan tiap tahunnya, antara lain pada tahun 2009 sebesar Rp ,00 atau sebesar 11,07% melebihi target penerimaan, tahun 2010 sebesar Rp ,12 atau sebesar 24,51% melebihi target penerimaan, dan pada tahun 2011 sebesar Rp ,30 atau sebesar 55,80% melebihi target penerimaan. Artinya pemungutan Pajak Daerah tiap tahunnya juga berjalan efektif. 5. Pertumbuhan target penerimaan Pendapatan Asli Daerah mengalami penurunan pada tahun 2010 sebesar Rp ,00 atau lebih kecil 9,36% dari tahun 2009 dan pada tahun 2011 kembali meningkat menjadi Rp ,00 atau lebih besar 86,61% dari tahun 2010 dengan rata-rata pertumbuhan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 sebesar 38,63%. Realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah berhasil melebihi target penerimaan tiap tahunnya, antara lain pada tahun 2009 sebesar Rp ,00 atau sebesar 5,42% melebihi target penerimaan, tahun 2010 sebesar Rp ,00 atau sebesar 14,32% melebihi target penerimaan, dan pada tahun 2011 sebesar Rp ,00 atau sebesar 22,64% melebihi target penerimaan. 6. Kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan terhadap peningkatan penerimaan Pajak Daerah tiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2009, kontribusinya sebesar Rp ,00 atau sebesar 75,15% dari penerimaan Pajak Daerah, meningkat menjadi Rp ,00 atau sebesar 80,27% dari penerimaan Pajak Daerah, pada tahun 2010, dan meningkat menjadi Rp ,50 atau sebesar 68,68% dari

12 2. Saran penerimaan Pajak Daerah pada tahun Pada tahun 2010, kontribusinya meningkat sebesar Rp ,00 dari tahun 2009 dan pada tahun 2011 meningkat sebesar Rp ,50 dari tahun Secara persentase, kontribusinya naik sebesar 5,12% dari tahun 2009 ke tahun 2010 dan mengalami penurunan sebesar 11,59% dari tahun 2010 ke tahun Kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan terhadap peningkatan penerimaan Pendapatan Asli Daerah tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2009, kontribusinya terhadap peningkatan penerimaan Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp ,00 atau sebesar 15% meningkat menjadi Rp ,00 atau sebesar 26% pada tahun 2010 dan kembali meningkat menjadi Rp ,50 atau sebesar 32% pada tahun peningkatan dari tahun 2009 ke tahun 2010 adalah sebesar Rp atau sebesar 11% dan peningkatan dari tahun 2010 ke tahun 2011 adalah sebesar Rp ,50 atau sebesar 6%. 8. Kontribusi Pajak Daerah terhadap peningkatan penerimaan Pendapatan Asli Daerah terus mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada tahun 2009, kontribusinya sebesar Rp ,00 atau sebesar 20,75% meningkat menjadi Rp ,12 atau sebesar 32,11% pada tahun 2010, dan meningkat menjadi Rp ,30 atau sebesar 42,16% pada tahun peningkatan dari tahun 2009 ke tahun 2010 adalah sebesar Rp ,12 atau sebesar 53,48% dan peningkatan dari tahun 2010 ke tahun 2011 adalah sebesar Rp ,18 atau sebesar 77,89%. Dari pembahasan yang telah dilakukan serta simpulan yang diambil, penulis bermaksud memberikan saran kepada DPPKAD Kabupaten Belitung sebagai bahan pertimbangan guna efektivitas pemungutan Pajak Daerah terus berlanjut, yaitu: 1. Karena belum adanya tempat penyetoran pajak selain di DPPKAD, diperlukan adanya tempat penyetoran yang ditunjuk oleh Bupati seperti Bank dan lain sebagainya yang terjangkau oleh para wajib pajak untuk memudahkan wajib pajak melakukan kewajiban perpajakannya, selain itu juga guna memudahkan pengawasan kepada wajib pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya. Bila perlu, diberlakukan sistem penyetoran dan pelaporan secara online untuk memudahkan wajib pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya. 2. Dikarenakan saat ini arus kunjungan wisatawan akan terus meningkat yang memberikan peluang bagi calon wajib Pajak Restoran, diperlukan adanya survei rutin untuk menghindari adanya calon wajib Pajak Restoran yang belum mendaftarkan diri sebagai wajib pajak. 3. Melihat dari target penerimaan yang bisa dianggap terlalu kecil dibandingkan dengan realisasi penerimaan, diharapkan adanya evaluasi terhadap penetapan target penerimaan semua jenis Pajak Daerah terutama target penerimaan Pajak Restoran. Hal ini agar optimalisasi penerimaan Pajak Daerah bisa terwujud dalam rangka membiayai belanja daerah yang selalu mengalami defisit meskipun realisasi penerimaan Pajak Daerah tiap tahunnya terus meningkat. 4. Melihat dari realisasi penerimaan baik realisasi penerimaan Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, maupun realisasi penerimaan Pajak Daerah yang melebihi target penerimaan, diperlukan konsistensi baik dalam pengawasan maupun sosialisasi guna mengoptimalisasi penerimaan daerah dari sektor pajak yang akan berdampak jangka pendek maupun jangka panjang dalam pembangunan dan penyejahteraan masyarakat di Belitung sendiri sehingga otonomi daerah yang diberikan oleh pemerintah pusat ke Pemerintah Daerah dapat dijalankan dengan baik dan benar.

13 REFERENSI (2010). Belitung Dalam Angka Belitung: Penerbit Bappeda Kabupaten Belitung (2011). Belitung Dalam Angka Belitung: Penerbit Bappeda Kabupaten Belitung (2012). Belitung Dalam Angka Belitung: Penerbit Bappeda Kabupaten Belitung Kabupaten Belitung, Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah Kabupaten Belitung, Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah. Mardiasmo (2009). Perpajakan Edisi Revisi Yogyakarta: Penerbit Andi. Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Repubik Indonesia, Undang-undang Nomor 33 Tahun 2000 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Repubik Indonesia, Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. (2010). Susunan Dalam Satu Naskah 9 (Sembilan) Undang-undang Perpajakan. Jakarta: Penerbit PT. Integral Data Prima. Sutedi, S. (2008). Hukum Pajak dan Retribusi Daerah. Bogor Selatan: Penerbit Ghalia Indonesia. Audyca (2013). Nilai IPM Tahun Diakses tanggal 10 Januari 2013 Badan Pusat Statistik (2012). Jumlah Akomodasi, Rata-rata Pekerja dan Jumlah Tamu per Hari Menurut Provinsi, Tahun (Akomodasi Lainnya). Diakses tanggal 2 September 2012 Humas Setda Kabupaten Belitung (2011). PAD Belitung Tertinggi di Babel. Diakses tanggal 1 Desember 2012 Humas Setda Kabupaten Belitung (2010). Pemkab Belitung Rencanakan Kenaikan Nilai Pasar Galian C. Diakses tanggal 17 November 2012

14 RIWAYAT PENULIS Deni Septriansa lahir di kota Tanjungpandan pada 24 September Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Akuntansi pada 2013.

BAB I PENDAHULUAN. Suatu pemerintahan Daerah memiliki tujuan untuk membangun daerahnya dan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu pemerintahan Daerah memiliki tujuan untuk membangun daerahnya dan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Suatu pemerintahan Daerah memiliki tujuan untuk membangun daerahnya dan mensejahterakan warganya. Untuk itu dibutuhkan pendapatan daerah yang diperoleh

Lebih terperinci

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI Zulistiani Universitas Nusantara PGRI Kediri zulis.tiani.zt@gmail.com Abstrak Kota Kediri mempunyai wilayah yang cukup strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional merupakan pembangunan yang dapat diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, oleh karena itu hasil pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, memiliki tujuan untuk melindungi segenap Bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan yang adil dan merata, sangat diperlukan sumber dana dan sumber daya yang berasal dari luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia. Salah satu dari sekian banyak reformasi yang membawa kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dijalankannya otonomi daerah merupakan salah satu bentuk dari desentralisasi pemerintahan. Otonomi daerah merupakan hak yang diperoleh dari pemerintah pusat, dan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur, dan sejahtera berdasarkan Pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Lombok Barat merupakan daerah tujuan wisata di kawasan Provinsi NTB dan merupakan daerah yang diberikan hak otonomi untuk mengelola daerahnya sendiri baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemandirian pembangunan diperlukan baik tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Hal ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan dalam pembangunan nasional sangat didukung oleh pembiayaan yang berasal dari masyarakat, yaitu penerimaan pajak. Segala bentuk fasilitas umum seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah tangganya sendiri dengan sedikit campur tangan pemerintah pusat. Pemerintah daerah mempunyai hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan tata cara pemerintahan terwujud dalam bentuk pemberian otonomi daerah dan desentralisasi fiskal dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Konsekuensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. penyelenggaraan pemerintah daerah. Berlakunya Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. penyelenggaraan pemerintah daerah. Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menerapkan peraturan mengenai pemerintah daerah yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang penyelenggaraan pemerintah daerah. Berlakunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merata dan berkesinambungan (Halim, 2007:229). Pada Era Otonomi saat ini di

BAB I PENDAHULUAN. merata dan berkesinambungan (Halim, 2007:229). Pada Era Otonomi saat ini di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kewenangan otonomi yang luas mewajibkan pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat secara demokratis, adil, merata dan berkesinambungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik atau dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu kemandirian,

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang dijadikan studi kasus adalah Dinas Pendapatan,

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang dijadikan studi kasus adalah Dinas Pendapatan, BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN III.1. Objek Penelitian Objek penelitian yang dijadikan studi kasus adalah Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Belitung. III.1.1. Sejarah

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEBAHASAN. Daerah Kabupaten Boyolali Tahun daerah kabupaten boyolali tahun :

BAB III ANALISIS DATA DAN PEBAHASAN. Daerah Kabupaten Boyolali Tahun daerah kabupaten boyolali tahun : BAB III ANALISIS DATA DAN PEBAHASAN A. Pembahasan Masalah 1. Kontribusi Pajak Penerangan Jalan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2013-2015 Pajak Penerangan Jalan ini termasuk ke

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN KARIMUN SKRIPSI. Disusun oleh: JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN KARIMUN SKRIPSI. Disusun oleh: JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN KARIMUN SKRIPSI Disusun oleh: RIKA MAYASARI 10975005773 JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup. Pelaksanaan pembangunan nasional berkaitan. dalam memperlancar pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup. Pelaksanaan pembangunan nasional berkaitan. dalam memperlancar pembangunan nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional di Indonesia mempunyai tujuan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, dan makmur dalam peningkatan taraf hidup. Pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Pemberlakuan undang - undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, undang - undang Nomor 33 tahun 2004 tentang

BAB I. Pendahuluan. Pemberlakuan undang - undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, undang - undang Nomor 33 tahun 2004 tentang BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Pemberlakuan undang - undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, undang - undang Nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengelola daerah masing-masing. Sebagai administrator penuh, masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan yang dilaksanakan secara bersama-sama. Untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah DPPKAD Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari Satuan Kerja Perangkat Daerah

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kota Kediri)

EFEKTIVITAS PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kota Kediri) EFEKTIVITAS PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kota Kediri) Ayu Wulansari Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Univ. Islam Kadiri ABSTRAK Pemerintah daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah menerapkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan termasuk 1. 1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dengan diberlakukannya Otonomi Daerah sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki banyak pulau dan di dalamnya terdapat daerah provinsi,

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki banyak pulau dan di dalamnya terdapat daerah provinsi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki banyak pulau dan di dalamnya terdapat daerah provinsi, kabupaten dan kota, serta

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur dalam naungan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur dalam naungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia mempunyai tujuan akhir menciptakan suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, penyelenggaraan pemerintah daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu cara dalam meningkatkan pembangunan nasional di Indonesia adalah dengan cara gotong royong nasional serta adanya kewajiban setiap warga Negara dalam menempatkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRACT... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. ABSTRACT... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI ABSTRACT... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Penelitian... 1 B. Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih BAB I PENDAHULUAN` 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah di Indonesia mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2001. dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah menetapkan Undang- Undang (UU)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 39 SERI B

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 39 SERI B BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 39 SERI B BUPATI BANJARNEGARA PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 788 TAHUN 2010 T E N T A N G TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Pajak Dan Retribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Pajak Dan Retribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kontribusi Pajak Dan Retribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Potensi pendapatan asli daerah adalah kekuatan yang ada di suatu daerah untuk menghasilkan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI Oleh: Muhammad Alfa Niam Dosen Akuntansi, Universitas Islam Kadiri,Kediri Email: alfa_niam69@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung adalah salah satu kota dan provinsi Jawa Barat yang pemerintah daerahnya senantiasa berupaya meningkatkan pendapatan dan pembangunan daerahnya dari tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi saat ini, Pemerintah Indonesia telah mengubah sistem sentralisasi menjadi desentralisasi yang berarti pemerintah daerah dapat mengurus keuangannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kesatuan, Indonesia mempunyai fungsi dalam membangun masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam upaya pelaksanaan pembangunan nasional, hal yang paling penting adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan pengeluaran pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan suatu fenomena yang menarik dalam kehidupan masyarakat dan negara. Saati ini pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi masyarakat Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat Daerah dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat Daerah dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah DPPKAD Karanganyar Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari Satuan Kerja Perangkat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pendapatan daerah kota Bandar Lampung tahun Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah di kota Bandar Lampung

III. METODE PENELITIAN. pendapatan daerah kota Bandar Lampung tahun Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah di kota Bandar Lampung III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian dilakukan pada instansi Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan Pemerintahan Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional, BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional, Indonesia menganut pada asas desentralisasi dengan memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bandung Barat adalah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bandung Barat adalah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia, sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Bandung Barat adalah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia, sebagai hasil pemekaran Kabupaten Bandung. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH ( PAD ) DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH ( PAD ) DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN ISSN-P 2407-2184 Jurnal Akuntansi Politeknik Sekayu ( ACSY ) Volume II, No. 1, Januari 2015, h. 1-10 ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH ( PAD ) DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN Sunanto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Saat ini, pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Saat ini, pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan suatu fenomena yang menarik dalam kehidupan masyarakat dan negara. Saat ini, pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembiayaan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan senatiasa memerlukan sumber penerimaan yang dapat diandalkan. Kebutuhan ini semakin

Lebih terperinci

ANALISIS EVEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PADANG PANJANG PERIODE

ANALISIS EVEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PADANG PANJANG PERIODE Vol. X Jilid 2 No.73 Desember 216 ANALISIS EVEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PADANG PANJANG PERIODE 211-215 Oleh Dina Anggraini, SE, M.Si, Fitrah Mulyani, SST,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 1 (satu) disebutkan, bahwa Pendapatan Asli Daerah bersumber dari Pajak

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 1 (satu) disebutkan, bahwa Pendapatan Asli Daerah bersumber dari Pajak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah pada Bab V (lima) Nomor 1 (satu) disebutkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada jaman modern ini pariwisata telah berubah menjadi sebuah industri yang menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO (United Nations World

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah yang sesuai dengan Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan.

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan. BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian, batasan penelitian, proses penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak bagi pemerintah daerah berperan sebagai sumber pendapatan yang utama dan juga sebagai alat pengatur. Pajak sebagai salah satu sumber pendapatan daerah yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan dapat diandalkan. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan untuk membiayai pengeluaran atau kebutuhan negara dalam meningkatkan pembangunan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan berdasarkan prinsip dari otonomi daerah. Dalam Undang Undang No. 32

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan berdasarkan prinsip dari otonomi daerah. Dalam Undang Undang No. 32 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan Daerah merupakan bagian dari Pembangunan Nasional yang dilakukan berdasarkan prinsip dari otonomi daerah. Dalam Undang Undang No. 32 Tahun 2004

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang diterapkan di Indonesia merupakan bentuk dari desentralisasi fiskal sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Otonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah di daerah, dapat diperoleh dari hasil penerimaan suatu daerah atau dapat

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah di daerah, dapat diperoleh dari hasil penerimaan suatu daerah atau dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka memenuhi pembiayaan, pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah di daerah, dapat diperoleh dari hasil penerimaan suatu daerah atau dapat pula dari luar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah menerapkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah Pembangunan Nasional. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu PAD. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD, adalah

BAB I PENDAHULUAN. daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu PAD. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD, adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendapatan daerah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Yang Sah. Sumber pendapatan daerah menurut Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah,

Lebih terperinci

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG 3.1 Tinjauan Teori 3.1.1 Landasan Teori Landasan teori yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam penerimaan negara non migas. Berdasarkan sudut pandang fiskal, pajak adalah penerimaan negara yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak lama telah mencanangkan suatu gerakan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak lama telah mencanangkan suatu gerakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia sejak lama telah mencanangkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional.uud 1945 dan pancasila menempatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan suatu penerimaan yang rutin, maka pemerintah menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan suatu penerimaan yang rutin, maka pemerintah menempatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan hal yang penting bagi suatu negara yang terus menerus berkembang. Dalam peningkatan dan pembangunan nasional pemerintah memerlukan suatu penerimaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kementrian Dalam Negeri (2013) dalam konteks pengembangan ekonomi suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam upaya menggali

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA, PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR : 43 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 788 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Kabupaten Pohuwato. Data diperoleh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Kabupaten Pohuwato. Data diperoleh 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Kabupaten Pohuwato. Data diperoleh dari Situs Perimbangan Keuangan Pemerintah (www.djpk.depkeu.go.id). Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini pemerintah daerah memiliki kewenangan penuh untuk mengatur dan mengelola pembangunan di daerah tanpa adanya kendala struktural yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Dalam undang-undang ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah daerah berusaha mengembangkan dan meningkatkan, perannya dalam bidang ekonomi dan keuangan. Dalam rangka meningkatkan daya guna penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung Potensi Daya Tarik Wisata Kabupaten Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung Potensi Daya Tarik Wisata Kabupaten Bandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung 1.1.1 Potensi Daya Tarik Wisata Kabupaten Bandung Sebagai daerah yang tengah mengembangkan pariwisatanya, Kabupaten Bandung dapat diklasifikasikan

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BANJARMASIN

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BANJARMASIN Analisa Kontribusi Daerah Terhadap PAD (Trisna dan Phaureula Artha Wulandari) ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BANJARMASIN Trisna (1) dan Phaureula Artha Wulandari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyelenggarakan pemerintahan

Lebih terperinci

Jurnal Ekonomi Pembangunan

Jurnal Ekonomi Pembangunan Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 3, No. 2 (2017) 43 51 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Palopo Jurnal Ekonomi Pembangunan http://journal.stiem.ac.id/index.php/jurep/index Analisis Efektifitas dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menganalisis dan mengetahui bagaimana tingkat efektivitas dan kontribusi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menganalisis dan mengetahui bagaimana tingkat efektivitas dan kontribusi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian Efektivitas dan Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Ngawi ini dilakukan untuk menganalisis dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui potensi dan apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan merupakan usaha terencana dan terarah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia yang menuntut adanya perubahan sosial budaya sebagai pendukung keberhasilannya

Lebih terperinci

TERM OF REFERENCE ( TOR ) / KERANGKA ACUAN KEGIATAN PENELITIAN POTENSI PAD SEKTOR PERUSAHAAN DAERAH DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2015

TERM OF REFERENCE ( TOR ) / KERANGKA ACUAN KEGIATAN PENELITIAN POTENSI PAD SEKTOR PERUSAHAAN DAERAH DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2015 TERM OF REFERENCE ( TOR ) / KERANGKA ACUAN KEGIATAN PENELITIAN POTENSI PAD SEKTOR PERUSAHAAN DAERAH DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN KANTOR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah dan desentralisasi fiskal mengakibatkan banyak dampak bagi daerah, terutama terhadap kabupaten dan kota. Salah satu dampak otonomi daerah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah merupakan dampak reformasi yang harus dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota sebagai unit pelaksana otonomi daerah. Otonomi

Lebih terperinci

KONTRIBUSI DAN EFEKTIFITAS PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN

KONTRIBUSI DAN EFEKTIFITAS PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN ISSN-P 2407-2184 Jurnal Akuntansi Politeknik Sekayu ( ACSY ) Volume II, No. 1, April 2015, h. 31-40 KONTRIBUSI DAN EFEKTIFITAS PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah sejak tahun 2001, orientasi penyelenggaraan pemerintah daerah telah bergeser dari ketergantungan pemerintah pusat

Lebih terperinci

Paragraf 2 Bagian Kesatu Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Pasal 22. Pasal 23

Paragraf 2 Bagian Kesatu Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Pasal 22. Pasal 23 Paragraf 2 Bagian Kesatu Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Pasal 22 Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan Pemerintahan Daerah dibidang pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengelola daerah masing-masing sesuai dengan Undangundang Nomor 32 Tahun 2004

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Kabupaten Gresik merupakan salah satu wilayah yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia sebagai negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia sebagai negara Kesatuan menganut asas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia sebagai negara Kesatuan menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik Indonesia disamping sektor migas dan ekspor barang-barang non migas. Sebagai salah satu

Lebih terperinci

Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kabupaten Jember

Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kabupaten Jember Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kabupaten Jember Khoirul Ifa STIE Widya Gama Lumajang khoirul_ifa@yahoo.co.id Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa, dan negara. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa, dan negara. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan dengan memanfaatkan segala potensi sumber daya yang ada yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber pendapatan daerah menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 157 meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-lain pendapatan daerah yang

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUSI DAN EFEKTIVITAS PAJAK SERTA RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BEKASI TAHUN

ANALISIS KONTRIBUSI DAN EFEKTIVITAS PAJAK SERTA RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BEKASI TAHUN ANALISIS KONTRIBUSI DAN EFEKTIVITAS PAJAK SERTA RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BEKASI TAHUN 2011-2015 Nama : Mutiara Yuang Triani NPM : 25212189 (Akuntansi) Dosen Pembimbing

Lebih terperinci