BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Fanny Kartawijaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Epidemiologi Berdasarkan data dari WHO di seluruh dunia pada tahun 1991 sudah ditemukan 47 penderita HIV, kemudian pada tahun 1994 dilaporkan sudah meningkat menjadi 274 penderita. 10 Angka kumulatif sampai akhir tahun 2000 sudah 1500 kasus (HIV + dan AIDS). 11 Sampai akhir tahun 2002 diperkirakan terdapat 42 juta orang hidup dengan HIV atau AIDS di seluruh dunia. 12 Dari jumlah ini, 28,5 juta (68%) hidup di Afrika Sub-Sahara dan 6 juta (14%) berada di Asia Selatan dan Asia Tenggara. 13 Pada tahun 2002, diperkirakan 5 juta orang yang baru terinfeksi HIV dan diperkirakan 3,1 juta orang meninggal karena HIV/AIDS. 14 Infeksi HIV pada anak-anak terjadi dari orang tua yang menderita HIV sekitar 86% dan 12% terjadi melalui transfusi darah Etiologi HIV merupakan lentivirus dari famili retroviridae dan ditandai dengan genom RNA rantai tunggal. 13,14,15 Hal ini bergantung pada enzim reverse transcriptase untuk transkripsi kebalikan dari RNA menjadi DNA yang akan terintregasi kedalam genom host sebagai provirus. 12,13 Virus ini ditemukan oleh ilmuwan Institute Pasteur Paris, Barre-Sinoussi, Montagnier dan kolegakoleganya pada tahun 1983, dari seorang penderita dengan gejala "lymphadenopathy syndrome". Pada tahun 1984, Popovic, Gallo dan rekan
2 kerjanya dari National Institute of Health, Amerika Serikat, menemukan virus lain yang disebut Human T Lymphotropic Virus Type III (HTIV-III). 15, Penularan Infeksi HIV Proses penularan virus HIV melalui beberapa cara yakni secara horizontal melalui hubungan seksual dan melalui darah yang terinfeksi, atau secara vertikal penularan dari ibunya ke bayi yang dikandungnya. 17,18 Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang didapat, disebabkan oleh infeksi human immunodeficiency virus (HIV). 17,18 AIDS dikelompokkan dalam infeksi menular seksual (IMS) karena paling banyak ditularkan melalui hubungan seksual (95%). 2,17,19 Risiko penularan ini akan semakin meningkat bila terdapat infeksi menular seksual lain yang menyertai, terutama pada ulkus genital. 16,19,20 Secara global ditemukan bahwa proses penularan melalui hubungan seksual menempati urutan pertama yaitu 70-80%. 19,20 Disusul pada penggunaan jarum suntik bersamaan 5-10%. 20 Infeksi perinatal juga memiliki persentase tinggi yaitu 5-10%. Penularan melalui transfusi darah terdapat 3-5%. 17,19 Penularan pada petugas kesehatan seperti melalui luka kecelakaan akibat jarum hanya terdapat 0,01%. 17,19 Sekitar sepertiga bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV tertular virus HIV. Proses penularan terjadi terutama pada saat proses kelahiran. 2,15,20 Penularan pada bayi yang disusui ibunya juga bisa terjadi dengan risiko yang lebih kecil. 15,20
3 Cairan tubuh yang paling banyak mengandung HIV adalah air mani (semen), cairan vagina/serviks, dan darah sehingga penularan utama HIV adalah melalui 4 jalur yang melibatkan cairan tubuh tersebut: 12,13,15,20 (1) Jalur hubungan seksual (homoseksual/ heteroseksual). (2) Jalur pemindahan darah atau produk darah seperti transfusi darah, alat suntik, alat tusuk tato, tindik, alat bedah, dokter gigi, alat cukur dan melalui luka kecil di kulit (termasuk lesi mikro). (3) Jalur transplantasi alat tubuh. (4) Jalur transplasental, janin dalam kandungan ibu hamil dengan infeksi HIV dan infeksi perinatal. Penularan virus HIV transplasental dipengaruhi beberapa faktor. Disebutkan beberapa faktor yang meningkatkan risiko penularan virus HIV transplasental antara lain rendahnya sel CD4, rendahnya antibodi terhadap virus HIV, adanya keluhan terhadap infeksi HIV dan tingginya kadar virus HIV dalam tubuh ibu yang dapat terdeteksi melalui antigen p24 dalam serum ibu atau metode lain seperti mendeteksi asam nukleat HIV melalui PCR. 11,15,16,17,20,21 Penularan HIV juga tergantung pada beberapa faktor, seperti fase infeksi, kadar virus dalam serum, adanya trauma, infeksi sekunder, efisiensi fungsi barier epitel, adanya sel dengan reseptor terhadap virus, sistem imunitas orang yang terpapar dan intensitas paparan virus. 11,12,17,19-22 Salah satu cirri keadaan infeksius dari seorang penderita HIV adalah fase infeksi. 17,19-22 Pada kebanyakan infeksi virus, kadar virus tertinggi terjadi pada awal infeksi, sebelum terbentuk antibodi. Untuk HIV fase ini sulit ditemukan karena kebanyakan penderita asimtomatis pada fase ini dan respons anti-hiv tidak dapat diketahui. 15,23,24
4 2.4 Imunopatogenesis Sasaran utama virus HIV adalah subset limfosit yang berasal dari timus, yaitu sel helper/ inducer. 15,17,19-23 Pada permukaan sel ini terdapat molekul glikoprotein disebut CD4, yang diketahui berikatan dengan glikoprotein envelope virus HIV. Kerusakan CD4 pada limfosit ini merupakan salah satu penyebab terjadinya efek imunosupresif oleh virus. 23,24,25 Saat ini telah ditemukan bahwa CD4 juga ada di sel-sel yang lainnya, walaupun dalam densitas yang lebih rendah, seperti pada monosit dan makrofag termasuk yang di jaringan seperti sel langerhans di kulit dan sel dendritik di darah dan limfonodi. 15,17, Sel-sel ini juga merupakan sel yang berperan penting untuk memulai respons imun sehingga fungsi ini juga terganggu oleh adanya ikatan dengan virus HIV. CD4 atau molekul yang mirip juga dideteksi ada di otak walaupun belum diketahui dengan jelas sel mana yang mengekspresikan CD4 tersebut ,25 HIV yang sudah masuk ke dalam sel limfosit CD4 tersebut akan mengadakan multiplikasi dengan cara menumpang dalam proses pertumbuhan sel inangnya ,25,26 Di dalam sel limfosit CD4, HIV mengadakan replikasi dan merusak sel tersebut dan apabila sudah matang virus-virus baru keluar dan selanjutnya masuk ke dalam sel limfosit CD4 yang lainnya, berkembang biak dan selanjutnya merusak sel tersebut. 12,15,17-19,23-26 Sel limfosit CD4 berperan sebagai pengatur utama respons imun. Ketika sel ini diaktifkan oleh kontak dengan antigen, mereka akan berespons melalui pembelahan sel dan menghasilkan limfokin seperti interferon, interleukin dan tumour necrosis factor ,25 Limfokin ini berfungsi sebagai hormon lokal yang mengendalikan pertumbuhan dan maturasi sel limfosit tipe lainnya, terutama sel T
5 sitotoksik/supresor (CD8) dan limfosit B penghasil antibodi. Limfokin juga memicu maturasi dan fungsi monosit dan makrofag jaringan. 17,19,27 Awal setelah terinfeksi virus HIV, respons antibodi belum terganggu, sehingga timbul antibodi terhadap envelope dan protein core virus yang merupakan bukti prinsip adanya infeksi HIV ,25,28 Aktivasi poliklonal limfosit B selanjutnya ditunjukkan dengan adanya peningkatan konsentrasi imunoglobulin serum. Hal ini mungkin terjadi akibat aktivasi langsung virus terhadap sel B. Pada stadium penyakit selanjutnya, konsentrasi imunoglobulin cenderung untuk turun. 23 Efek paling penting dari virus HIV adalah terhadap respons imun selular (sel T). Pada awal infeksi, dalam beberapa hari atau minggu, seperti pada infeksi virus lainnya akan terdapat peningkatan jumlah sel sitotoksik/supresor CD8. 17,19 Tetapi, meski penderita masih berada dalam kondisi seropositif sehat, pada paparan ulang antigen tidak terjadi peningkatan sel CD8 lagi. 17,19 Hal ini mungkin disebabkan berkurangnya limfokin interleukin 2 yang dikeluarkan sel limfosit CD4 untuk memicu sel CD8. Seseorang akan tetap seropositif dan sehat untuk jangka waktu yang lama. 7,8,10,12,15 Petanda progresivitas dari penyakit ini, selain gejala klinis, ditunjukkan dengan cepatnya penurunan jumlah sel limfosit CD4. Sel limfosit CD8 juga bisa ikut berkurang 8,912,13,15. Pada tahap lebih lanjut akibat gangguan produksi limfokin oleh limfosit CD4, fungsi sel-sel lainnya seperti monosit, makrofag dan sel natural killer juga ikut terganggu. Infeksi progresif HIV pada akhirnya akan menyebabkan penurunan imunitas yang progresif. 6,9,10,11
6 2.5 Siklus Hidup HIV Seperti virus lain, HIV tidak dapat berkembang biak sendiri melainkan harus berada pada sel inang/hospes. Tidak semua sel hospes bisa terinfeksi oleh HIV tetapi hanya sel yang mempunyai reseptor CD4 seperti sel TCD4+ dan monosit/makrofag. Sejak menginfeksi sel hospes, HIV akan berkembang biak sangat cepat. Tanpa terapi antivirus, diperkirakan terbentuk virus baru sebesar 10 miliar virus setiap hari. Pengertian tentang proses/siklus perkembangbiakan HIV akan membantu memahami mekanisme kerja ARV. 6,9,15,20,21,22 HIV merupakan virus double stranded RNA. Sepanjang RNA virus mengandung tiga enzim yang berperan penting dalam replikasi HIV, yaitu enzim reverse transcriptase, integrate, dan protease. Permukaan luar virus dilapisi dengan protein gp120 dan gp41. 8,9,15,20,21,22,23 Proses replikasi HIV dalam sel hospes meliputi beberapa tahap: a. HIV memasuki sel hospes HIV menggunakan protein pada permukaannya untuk menempel pada bagian sel hospes melalui reseptor CD4 yang dibantu oleh ko-reseptor CCR5 dan CXCR4 sehingga HIV hanya bisa menginfeksi sel hospes yang mempunyai reseptor CD4 seperti sel T CD4 + dan monosit/makrofag. Setelah HIV menempel pada permukaan sel hospes, kemudian terjadi penggabungan HIV dengan sel hospes. Selanjutnya bagian-bagian virus akan masuk ke dalam sel hospes. ARV yang bisa menghambat proses tersebut adalah golongan fusion/entry inhibitors. Beberapa fusion/entry inhibitors dibuat dengan tujuan menghambat ko-reseptor sehingga bisa mencegah penggabungan HIV ke dalam sel hospes. 8,10,15,20,21,23,25
7 b. HIV mengambil alih kontrol pembelahan sel Di dalam sel, enzim reverse transcriptase HIV menginisiasi terjadinya kopi kode genetik virus (RNA) menjadi kode genetik pada sel hospes yang terinfeksi (DNA). ARV yang termasuk golongan reverse transcriptase inhibitors (RTIs) mempunyai efek menurunkan atau menghentikan aktivitas enzim reverse transcriptase. RTIs merupakan ARV yang digunakan pertama kali. Ada tiga jenis ARV yang termasuk dalam RTIs yaitu nudeoside analogue reverse transcriptase inhibitors (NRTIs), non-nucleoside analogue reverse transcriptase inhibitors (NNRTIs), dan nudeotide analogue reverse transcriptase inhibitors (NtRTIs). 8,15,20,21,23 c. HIV menjadi bagian dari sel yang terinfeksi Enzim virus yang kedua adalah enzim integrase, yang berperan pada masuk dan bergabungnya DNA virus yang baru kedalam DNA sel hospes, dengan demikian virus menjadi bagian dari sel hospes dan materi genetik virus terintegrasi dalam DNA hospes. Tahap ini merupakan tahap infeksi yang ireversibel dan tidak mungkin mengeliminasi virus dari sel yang sudah terinfeksi. ARV yang berperan untuk menghambat tahap ini adalah yang termasuk golongan integrase inhibitors. Obat yang termasuk golongan ini juga masih dikembangkan dan masih dalam taraf penelitian. 15,20,21,23 c. Replikasi HIV dalam sel hospes Pada tahap ini yang berperan adalah enzim protease yang berperan seperti gunting untuk memotong rantai protein menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang akan menjadi bagian dari virus-virus baru. Hal tersebut menyebabkan terjadinya multiplikasi virus-virus baru yang menghasilkan beberapa juta/miliar
8 virus dalam sehari. Virus-virus baru yang terbentuk akan keluar dari sel yang sudah terinfeksi untuk menginfeksi sel-sel lain. ARV yang berperan dalam menghambat tahap ini adalah golongan protease inhibitors (PI) yang menghambat aktivitas enzim protease yang berperan dalam reproduksi virion serta pengeluaran partikel HIV yang infeksius dari sel yang terinfeksi. 15,20,21, Perjalanan Penyakit Perjalanan infeksi virus HIV melalui beberapa tahapan, yaitu: (l) infeksi HIV akut, (2) infeksi seropositif HIV asimtomatis, (3) persisten Generalized Lymphadenophaty / PGL, (4) gejala-gejala yang berkaitan dengan HIV/ AIDS. 14,15,20, Infeksi HIV Akut Keadaan ini juga disebut sebagai infeksi primer HIV atau sindrom serokonversi akut. Antara 40-90% infeksi baru HIV memberikan keluhan yang ringan. Waktu dari paparan virus sampai timbulnya keluhan antara 2-4 minggu. Beberapa akan menunjukkan keluhan seperti demam pada influenza yang antara lain: demam, keluar ruam merah di kulit, artralgia, nyeri otot, sakit kepala, nyeri telan, badan lesu dan limfadenopati. Kadang-kadang terdapat sindroma neurologi akut yang biasanya sembuh sendiri. Gejala-gejalanya seperti meningitis aseptis, neuropati perifer, ensefalitis dan mielitis. Keluhan yang berat merupakan petanda buruk untuk penyakit pada masa selanjutnya. Pada masa ini diagnosis jarang dapat ditegakkan. Hal ini karena pertama, dokter belum mempertimbangkan adanya infeksi HIV. Kedua, keluhan menyerupai banyak penyakit lainnya. Ketiga, tes serologi standar untuk antibodi terhadap HIV masih memberikan hasil negatif
9 (windows periode). Tes serologi memberikan hasil positif pada 4-12 minggu setelah infeksi. Diagnosis infeksi HIV akut ditegakkan dengan ditemukannya antigen p24 RNA HIV di plasma. 1,6,10, Infeksi Seropositif HIV Asimtomatis Pada orang dewasa terdapat periode laten infeksi HIV yang bervariasi dan lama untuk timbulnya penyakit yang terkait HIV dan AIDS. Seseorang yang terinfeksi HIV bisa tidak mengalami keluhan apa pun selama 10 tahun atau lebih. Pada anak-anak masa infeksi asimtornatis ini lebih pendek daripada orang dewasa. Beberapa bayi menjadi sakit dalam beberapa minggu pertama. Kebanyakan anakanak menjadi sakit sebelum usia 2 tahun. Sebagian kecil bisa tetap sehat untuk beberapa tahun kemudian. Pada masa ini, meskipun penderita tidak nampak keluhan apa-apa, tetapi bila diperiksa darahnya akan menunjukkan seropositif. Hal ini akan sangat berbahaya dan berpotensi tinggi menularkan infeksi HIV pada orang lain. 13,15,20,21, Persisten Generalized Lymphadenophaty/PGL Pada masa ini ditemukan pembesaran limfonodi yang meliputi sedikitnya dua tempat selain limfonodi inguinal dan tidak ada penyakit lain atau pengobatan yang menyebabkan pembesaran limfonodi. 21,23 Pada saat ini, jaringan limfe berfungsi sebagai tempat penampungan utama HIV. 24 PGL terjadi pada sekitar sepertiga orang yang terinfeksi HIV tanpa gejala. 21,23 Pembesaran limfonodi menetap, menyeluruh, simetri dan tidak nyeri tekan. 21,23,25 Pada kondisi ini hasil biopsi pembesaran limfonodi akan memberikan gambaran hiperplasia reaktif yang tidak spesifik. 21,23,24,25 Bila pada pembesaran limfonodi terdapat gejala konstitusional, nyeri tekan, asimetri, mendadak, dan adanya limfadenopati
10 menyeluruh/generalisata, maka perlu pemeriksaan biopsi untuk mengetahui penyebab lainnya. 15, Gejala-gejala yang Berkaitan dengan HIV Hampir semua orang yang terinfeksi HIV, jika tidak diterapi, akan berkembang menimbulkan gejala-gejala yang berkaitan dengan HIV. Progresivitas infeksi HIV ini tergantung pada karakteristik virus dan hospes. Karakteristik virus meliputi tipe dan subtipe virus: HIV-1 dan beberapa subtipe HIV-1 menyebabkan progresivitas lebih cepat. Karakteristik hospes yang bisa menyebabkan progresivitas yang lebih cepat antara lain: usia kurang dari 5 tahun atau lebih dari 40 tahun; infeksi yang menyertainya, dan faktor genetik. 21,23,24,25,27 Bersamaan dengan progresivitas infeksi HIV dan penurunan imunitas, penderita menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Infeksi ini meliputi antara lain TBC, pneumonia, infeksi jamur rekuren pada kulit dan orofaring, herpes zoster, dan lain-lain. 21,23,26,27,28 Beberapa penderita mengalami gejala konstitusional (demam dan penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya), sebelumnya diketahui sebagai AIDS-related complex (ARC). Beberapa penderita mengalami diare kronis dengan penurunan berat badan, sering diketahui sebagai "slim disease". Beberapa gejala yang terkait HIV ini disebabkan terutama karena proses imunosupresif yang berat. Hal ini meliputi beberapa infeksi oportunistik (misal meningitis cryptococcal, pneumocystic carinii pneumonia) dan beberapa tumor (misal kaposi sarkoma, limfoma maligna). Pada tahap ini, kecuali untuk penderita yang mendapat terapi spesifik untuk infeksi HIV, biasanya akan meninggal kurang dari 2 tahun kemudian.
11 2.8. Diagnosis Karena banyak negara berkembang yang belum memiliki fasilitas pemeriksaan serologi maupun antigen HIV yang memadai, maka WHO menetapkan kriteria diagnosis AIDS sebagai berikut. Definisi kasus AIDS dicurigai bila paling sedikit mempunyai 2 gejala mayor dan 1 gejala minor dan tidak terdapat sebab-sebab penekanan imun yang lain yang diketahui, seperti kanker, malnutrisi berat atau sebab-sebab lain. 12,15,20,23,25 a. Gejala mayor yaitu: Penurunan berat badan > 10% berat badan Diare kronis lebih dari 1 bulan Demam lebih dari 1 bulan. b. Gejala minor yaitu: Batuk-batuk selama lebih dari 1 bulan Pruritus dermatitis menyeluruh Infeksi umum yang rekuren (misal herpes zoster) Kandidiasis orofaringeal Infeksi herpes simplek kronis progresif atau yang meluas Limfadenopati generalisata Adanya sarkoma Kaposi meluas atau meningitis cryptococcal sudah cukup untuk menegakkan AIDS. 15,25,27, Stadium Klinis Infeksi HIV Sesuai klinis penderita HIV dewasa dapat- dibagi menjadi 4 stadium yaitu: (a). Stadium 1: Asimtomatis
12 PGL Performance scale 1: asimtomatis, aktivitas normal (b) Stadium 2: Penurunan berat badan < 10% berat badan Manifestasi mukokutaneus minor (misal ulserasi oral, infeksi jamur kuku) Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir Infeksi saluran napas atas rekuren (misal sinusitis bakterial) dan/atau Performance scale 2: simtomatis, aktivitas normal (c) Stadium 3: Penurunan berat badan > 10% berat badan Diare kronis yang tidak jelas sebabnya selama lebih dari 1 bulan Demam lama yang tidak jelas sebabnya selama lebih dari 1 bulan Kandidiasis oral (oral thrush) Oral hairy leukoplakia Tuberkulosis paru Infeksi bakterial berat (pneumonia, piomiositis) dan/atau performance scale 3: tidak bangun dari tempat tidur <50% sehari dalam satu bulan terakhir. 15,25,27,28,33,25 (d) Stadium 4: HIV wasting syndrome Pneumocystic carinii pneumonia Toksoplasmosis otak Kriptosporidiosis dengan diare lebih dari 1 bulan Kriptotokokosis ekstrapulmonar
13 Penyakit infeksi sitomegalovirus (CMV) pada organ selain hati, limpa, kelenjar getah bening Infeksi virus herpes, mukokutan selama lebih dari 1 bulan atau pada organ viseral berapapun lamanya Progressive multifocal leukoencephalopathy (PML) Infeksi jamur endemik diseminata yang lain (misal histoplasmosis) Kandidiasis esofagus, trakea, bronkus atau paru-paru Mikobakteriosis atipikal, diseminata Septisemia salmonella non-typhoid Tuberkulosis ekstrapulmonar Limfoma Sarkoma Kaposi Ensefalopati HIVb dan/atau Performance scale 4: tidak bangun dari tempat tidur >50% sehari dalam satu bulan terakhir. HIV wasting syndrome-penurunan berat badan > 10% berat badan, dengan diare yang tidak jelas sebabnya selama lebih dari 1 bulan atau kelemahan kronis dan demam yang tidak jelas sebabnya selama lebih dari 1 bulan. 13,16,17,20 Encephalopati HIV adalah bentuk klinis ketidakmampuan mental atau disfungsi motorik, memengaruhi aktivitas sehari-hari, memberat selama berminggu-minggu dan berbulan-bulan, tanpa adanya penyakit atau kondisi penyebab selain infeksi HIV. 15,25,27
14 2.10. Manajemen Klinis Penderita HIV Pemeriksaan awal pada penderita HIV meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya yaitu: a. Riwayat - Faktor risiko. - Riwayat Infeksi Menular Seksual. - Riwayat infeksi oportunistik dan penyakit yang berkaitan dengan HIV, termasuk TBC. - Riwayat penyakit lain. - Riwayat pengobatan (profilaksis dan terapi infeksi oportunistik, ARV sebelumnya). - Riwayat alergi. - Tanda dan keluhan penyakit saat ini. b. Pemeriksaan klinis - Lakukan pemeriksaan fisik secara lengkap, termasuk berat badan, cari limfadenopati perifer, kelainan organ dan sistem organ. - Nilai stadium klinis infeksi HIV. - Cari infeksi oportunistik dan penyakit yang terkait HIV. - Saring kemungkinan TBC. - Nilai kemungkinan adanya kehamilan. c. Pemeriksaan laboratorium - Pemeriksaan darah lengkap: hemoglobin/ hematokrit, Total Lymphocyte Count (TLC). Bila alat untuk pemeriksaan TLC tidak tersedia, perkirakan jumlahnya dengan rumus: TLC = Jumlah sel darah putih x % limfosit.
15 - Jumlah sel T CD4. - X-ray dada. - Pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA) sputum. - Jika kemungkinan hepatitis: Periksa enzim fungsi hati Alanine Transaminase (ALT), Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT), Serum Glutamic Piruvic Transaminase (SGPT). - HbsAg jika memungkinkan dan anti-hcv jika ada riwayat penggunaan narkoba suntik pada penderita. - Tes Papanicolaou (Pap Smear) pada wanita. - Tes kehamilan jika diperlukan. - Tes laboratorium lain yang diperlukan untuk mendeteksi infeksi oportunistik. 15,25, Terapi Antiretroviral (ARV) Pada HIV Tujuan pengobatan ARV: (1) mengurangi laju penularan HIV di masyarakat, (2) menurunkan angka kesakitan dan kematian yang berhubungan dengan HIV, (3) memperbaiki kualitas hidup penderita HIV, (4) memulihkan dan/atau memelihara fungsi kekebalan tubuh (5) menekan replikasi virus secara maksimal dan secara terus-menerus. 15,25,27,29 Replikasi virus HIV sangat cepat dan terus-menerus sejak awal infeksi, sedikitnya terbentuk 10 miliar virus setiap hari. Namun karena waktu paruh virus bebas (virion) sangat singkat maka sebagian besar virus akan mati. Viral load menunjukkan tingginya replikasi virus sedangkan penurunan CD4 menunjukkan tingkat kerusakan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV.
16 Pemeriksaan CD4 ini berguna untuk memulai, mengontrol dan mengubah regimen ARV yang diberikan. 15,25,27,28,29 Pemberian ARV tergantung tingkat progresifitas masing-masing penderita. Terapi kombinasi ARV mampu menekan replikasi virus sampai tidak terdeteksi oleh pemeriksaan PCR. Pada kondisi ini penekanan virus berlangsung efektif mencegah timbulnya virus yang resistan. terhadap obat dan memperlambat progresivitas penyakit. Karena itu terapi kombinasi ARV harus menggunakan dosis dan jadwal yang tepat. Pada penderita yang pernah diterapi ARV, tidak boleh diberikan obat yang memiliki resistensi silang dengan obat yang pernah dipakai. 15,25,27,28 ARV terdiri dari kombinasi golongan nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI), non- nucleoside reverse transcriptase inhibitor dan protease inhibitor (PI). NRTI dan NNRTI dipakai bersamaan agar tubuh semakin kuat menghambat perkembangan virus, saat proses perubahan deoxyribo nucleic acid (DNA) menjadi ribo nucleic acid (RNA). NRTI dan NNRTI menghambat terbentuknya RNA, sedangkan antriretroviral golongan PI menghambat terbentuknya protein baru yang bakal menjadi virus baru. 15,25,27,28,33 Golongan obat-obatan ARV yang dianjurkan diberikan pada orang dewasa menurut WHO seperti yang terdapat pada tabel 1 dibawah ini:
17 Tabel 2.1. Dosis ARV untuk Penderita HIV/AIDS Dewasa Golongan/Nama Obat Nucleoside RTI (NRTIs) Abacavir (ABC) Didanosine (ddl) Lamivudine (3TC) Stavudine (d4t) Nucleotide RTI (Nt RTIs) Tenofovir (TDF) Non-Nucleoside RTIs (NN RTIs) Efavirenz (EFV) 600 mg sekali sehari Nevirapine (NVP) Dosis 300 mg setiap 12 jam 40 mg sekali sehari (250 mg sekali sehari jika BB < 60 kg) (250 mg sekali sehari bila diberikan bersama TDF) 150 mg setiap 12 jam atau 300 mg sekali sehari 40 mg setiap 12 jam (30 mg setiap 12 jam bila BB < 60 kg) 300 mg sekali sehari, (Catatan : interaksi obat dengan ddl perlu mengurangi dosis ddl) 200 mg sekali sehari selama 14 hari, kemudian 200 mg setiap 12 jam Protease inhibitors (Pls) Indinavir/ritonavir (IDV/r) 800 mg/100 mg setiap 12 jam Lapinavir/ritonavir (LPV/r) 400 mg/100 mg setiap 12 jam (533 mg/133 mg setiap 12 jam bila dikombinasikan dengan EFV atau NVP) Nelfinavir (NFV) 1250 mg setiap 12 jam Saquinavir/ritonavir (SQV/r) 1000 mg/100 mg setiap 12 jam atau 1600 mg/200 mg sekali sehari Ritonavir(RTV,r) f Kapsul 100 mg, larutan oral 400 mg/5 ml Dikutip dari kepustakaan no Indikasi dan Waktu Terapi Menurut WHO waktu diberikannya ARV dibagi dalam dua kategori, apakah ada perhitungan CD4 atau tidak ada perhitungan CD4. Perhitungan TLC dapat digunakan sebagai pengganti hitung CD4, meskipun hal ini dianggap kurang bermakna pada pasien asimtomatis. 21,22,23,25-28,33
18 Berdasarkan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan laboratorium yang tersedia, maka WHO memberikan acuan pemberian ARV pada penderita HIV seperti yang terdapat pada tabel 2 dibawah ini: Tabel 2.2. Panduan Pengobatan ARV Menurut WHO 2010 Populasi target 2010 HIV+ Asimtomatis CD 4 <350sel/mm 3 Individu yang belum mendapatkan ARV HIV + Simptomatik Stadium Klinis 2 berdasarkan WHO Individu yang belum mendapatkan jika ARV CD 4 350sel/mm 3 atau stadium klinis 3 atau 4 berdasarkan WHO terlepas dari jumlah CD 4 HIV+ Wanita hamil CD sel/mm 3 terlepas dari gejala klinis atau stadium klinis 3 atau 4 berdasarkan WHO terlepas dari jumlah CD 4 HIV/ Tuberkulosis koinfeksi Individu yang belum mendapatkan ARV HIV/HBV koinfeksi Individu yang belum mendapatkan ARV Adanya Tuberkulosis aktif, terlepas dari jumlah CD 4 Individu-individu yang memerlukan terapi untuk infeksi HBV terlepas dari jumlah CD 4 Dikutip dari kepustakaan no. 20 Sebelum memulai terapi perlu dilakukan penilaian klinis pada penderita yang terdiri dari hal-hal berikut ini: 15,27,28 - Penggalian riwayat penyakit secara lengkap. - Pemeriksaan fisik dan psikologis lengkap. - Pemeriksaan laboratorium rutin dan tambahan sesuai kondisi penderita. - Hitung limfosit total (Total lymphocyte count/tlc) dan pemeriksaan jumlah CD4. - Penilaian klinis tentang stadium klinis infeksi HIV, mengidentifikasi penyakit yang berhubungan dengan HIV masa lalu dan saat ini yang membutuhkan
19 pengobatan, serta pengobatan lain yang sedang dijalani yang dapat mempengaruhi pengobatan. 27,29, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Terapi Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil dari pemberian ARV pada penderita HIV/AIDS yaitu: (a) Kepatuhan penderita. Untuk mencapai penekanan virus sebesar 80% diperlukan kepatuhan minimal sebesar 95%. Penekanan virus gagal lebih dari 50% jika kepatuhan penderita kurang dari 90% (b) Viral load awal menentukan penekanan virus yang bisa dicapai setelah pemakaian antiretroviral. (c) Pengalaman terapi antivirus sebelumnya dimana terdapat hubungan yang terbalik antara respons yang diperoleh dengan terapi antivirus yang sudah pernah diminum sebelumnya yang meliputi jumlah antivirus yang diminum, kelas antivirus, dan waktu terapi. (d) Kadar terendah viral load menentukan lamanya respons terhadap terapi antiretroviral yang dicapai. (e) Kecepatan respons viral load menentukan kadar RNA HIV dalam plasma sehingga mempengaruhi waktu respons HIV (f) Pemilihan rejimen yang tepat yang berdasarkan efektivitas antivirus terbukti menghasilkan viral load < 50 sel/ml dalam waktu 24 minggu pada sekitar 40% penderita. Tetapi respon masing-masing penderita bervariasi, biasanya lebih baik pada viral load yang tinggj dan atau hitung CD4 yang rendah. 22,28-32
20 2.14. Pemantauan Terapi ARV Pada pemberian ARV perlu pemantauan klinis pada penderita meliputi: berat badan, pemeriksaan daerah mulut (kandidiasis oral, kelainan gusi dan mukosa mulut, tanda-tanda kandidiasis esofagus seperti kesulitan atau sakit menelan, nafsu makan menurun), dan efek samping lain baik efek samping jangka pendek maupun jangka panjang. 28,29,34,35 Pemantauan laboratorium yaitu: (a) monitoring sistem imun: hitung CD4, jumlah limfosit total (TLC), (b) monitoring virologis: pemeriksaan viral, (c) monitoring efek samping: darah lengkap, fungsi liver, fungsi ginjal, amilase, lemak darah, glukosa darah, kadar laktat. 22,28,36 Kegagalan terapi dapat dinilai secara klinis dengan progresivitas penyakit, secara laboratorium dengan penghitungan CD4, dan secara virologis dengan pengukuran viral load. 28,29,37,38 Secara klinis tanda-tanda kegagalan terapi di antaranya munculnya infeksi atau keganasan oportunistik yang baru, kambuhnya infeksi oportunistik yang sudah ada, atau kembalinya kondisi stadium III menurut WHO. 22,28,38,39 Penghitungan CD4 yang menggambarkan kegagalan terapi jika hitung CD4 kembali ke jumlah sebelum terapi atau dibawahnya tanpa ada sebab lain, atau kadar puncak CD4 turun >-50% tanpa ada penyebab lain. 15,25,38,39 Secara virologis terapi ARV dinilai gagal jika tidak bisa mencapai kadar viral load < 50 sel/ml atau kembalinya kadar viral load menjadi > 400 sel/mm 38,39
21 2.15 Kerangka Teori Virus HIV (Glikoprotein envelope) Berikatan dengan molekul glikoprotein CD4 pada subset limfost dari timus Penularan virus HIV masuk melalui : Horizontal hub seksual, darah terinfeksi(tranfusi), transplantasi organ, penggunaan narkoba Vertikal transplasenta,dari ibu ke bayi Multiplikasi Replikasi Terbentuklah virus-virus baru Pemberian ARV Virus-virus baru mengandung enzim reverse transcriptase, integrate, protease Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Laboratorium, laboratorium,foto thorak, Perhitungan jumlah CD4 (Menurut 2.15 Kriteria WHO) Jumlah CD4 Gejala Klinis CD4 banyak yang rusak digantikan oleh virusvirus HIV menurunkan imunitas seluler
BAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala
BAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). 10,11 Virus ini akan
Lebih terperinciACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR
ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR PENDAHULUAN Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah penyakit yg disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) HIV : HIV-1 : penyebab
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus ribonucleic acid (RNA) yang termasuk family retroviridae dan genus lentivirus yang menyebabkan penurunan imunitas tubuh.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Human Immunodeficiency Virus dan Acquired Immune
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Human Immunodeficiency Virus dan Acquired Immune Deficiency Syndrome HIV merupakan virus Ribonucleic Acid (RNA) yang termasuk dalam golongan Retrovirus dan memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi Human Immunodeficiency Virus(HIV) dan penyakitacquired Immuno
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi Human Immunodeficiency Virus(HIV) dan penyakitacquired Immuno Deficiency Syndrome(AIDS) saat ini telah menjadi masalah kesehatan global. Selama kurun
Lebih terperinciINFORMASI TENTANG HIV/AIDS
INFORMASI TENTANG HIV/AIDS Ints.PKRS ( Promosi Kesehatan Rumah Sakit ) RSUP H.ADAM MALIK MEDAN & TIM PUSYANSUS HIV/AIDS? HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Sexually Transmited Infections (STIs) adalah penyakit yang didapatkan seseorang karena melakukan hubungan seksual dengan orang yang
Lebih terperinciTINJAUAN TENTANG HIV/AIDS
BAB 2 TINJAUAN TENTANG HIV/AIDS 2.1 Pengenalan Singkat HIV dan AIDS Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, HIV adalah virus penyebab AIDS. Kasus pertama AIDS ditemukan pada tahun 1981. HIV
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan salah satu. Penurunan imunitas seluler penderita HIV dikarenakan sasaran utama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan salah satu infeksi yang perkembangannya terbesar di seluruh dunia, dalam dua puluh tahun terakhir diperkirakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab sekumpulan gejala akibat hilangnya kekebalan tubuh yang disebut Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1.1 Latar Belakang Penyakit human immunodeficiency virus/acquired immunodeficiency syndrome (HIV/AIDS) disebabkan oleh infeksi HIV. HIV adalah suatu retrovirus yang berasal dari famili
Lebih terperinciApa itu HIV/AIDS? Apa itu HIV dan jenis jenis apa saja yang. Bagaimana HIV menular?
Apa itu HIV/AIDS? Apa itu HIV dan jenis jenis apa saja yang HIV berarti virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Ini adalah retrovirus, yang berarti virus yang mengunakan sel tubuhnya sendiri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala akibat penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi human immunodeficiency virus
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi HIV/AIDS Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang didapat, disebabkan oleh infeksi
Lebih terperinciBerdasarkan data Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen P2PL) Kementerian Kesehatan RI (4),
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi dari virus HIV (Human Immunodeficiency
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus ribonucleic acid (RNA) yang termasuk family retroviridae dan genus lentivirus yang menyebabkan penurunan imunitas tubuh.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 HIV/AIDS 2.1.1 Definisi HIV/AIDS AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Jika diterjemahkan secara bahasa : Acquired artinya didapat, jadi bukan merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia. (2) Meskipun ilmu. namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. Tidak ada negara yang terbebas dari HIV/AIDS. (1) Saat ini
Lebih terperinciPENGETAHUAN DASAR TENTANG HIV/ AIDS. HIV yang merupakan singkatan dari HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS adalah Virus
PENGETAHUAN DASAR TENTANG HIV/ AIDS Apakah HIV itu? HIV yang merupakan singkatan dari HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS adalah Virus Penyebab AIDS. Virus ini menyerang dan merusak sistem kekebalan tubuh sehingga
Lebih terperinciPemberian ARV pada PMTCT. Dr. Janto G. Lingga,SpP
Pemberian ARV pada PMTCT Dr. Janto G. Lingga,SpP Terapi & Profilaksis ARV Terapi ARV Penggunaan obat antiretroviral jangka panjang untuk mengobati perempuan hamil HIV positif dan mencegah MTCT Profilaksis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1,2,3. 4 United Nations Programme on HIV/AIDS melaporkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi dari virus Human Immunodeficiency
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan wujud penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan tersebut terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran,
Lebih terperinciHIV dan Anak. Prakata. Bagaimana bayi menjadi terinfeksi? Tes HIV untuk bayi. Tes antibodi
Prakata Dengan semakin banyak perempuan di Indonesia yang terinfeksi HIV, semakin banyak anak juga terlahir dengan HIV. Walaupun ada cara untuk mencegah penularan HIV dari ibu-ke-bayi (PMTCT), intervensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular menjadi masalah dalam kesehatan masyarakat di Indonesia dan hal ini sering timbul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) yang menyebabkan kematian penderitanya.
Lebih terperinciV. Kapan mulai terapi antiretroviral pada bayi dan anak
ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) V. Kapan mulai terapi antiretroviral pada bayi dan anak Proses pengambilan keputusan untuk mulai ART pada bayi dan anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) telah menjadi masalah yang serius bagi dunia kesehatan. Menurut data World Health
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human immunodeficiency virus (HIV) adalah suatu jenis retrovirus yang memiliki envelope, yang mengandung RNA dan mengakibatkan gangguan sistem imun karena menginfeksi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada akhir tahun 2009 terdapat lebih dari kasus Acquired
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada akhir tahun 2009 terdapat lebih dari 1.000.000 kasus Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) terjadi di Amerika Serikat disebabkan oleh Human Immunodeficiency
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKAA. tertinggi dia Asia sejumlah kasus. Laporan UNAIDS, memperkirakan
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKAA 2.1 Epidemiologi HIV/AIDS Secara global Indonesia menduduki peringkat ketiga dengan kasusa HIV tertinggi dia Asia sejumlah 380.000 kasus. Laporan UNAIDS, memperkirakan pada tahun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Imunnodeficiency Syndrome (AIDS) HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan retrovirus bersifat limfotropik khas yang
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit epidemik di
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit epidemik di dunia, dimana penderita HIV terbanyak berada di benua Afrika dan Asia. Menurut World Health Organization
Lebih terperinciXII. Pertimbangan untuk bayi dan anak koinfeksi TB dan HIV
ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) XII. Pertimbangan untuk bayi dan anak koinfeksi TB dan HIV Tuberkulosis (TB) mewakili ancaman yang bermakna pada kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus RNA berpilin tunggal. HIV menginfeksi dan membunuh helper (CD4) T lymphocytes. Sel-sel lainnya yang mempunyai protein
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. imuno kompromis infeksius yang berbahaya, dikenal sejak tahun Pada
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu penyakit imuno kompromis infeksius yang berbahaya, dikenal sejak tahun 1981. Pada tahun 1983, agen penyebab
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menurunnya sistem kekebalan tubuh. AIDS yang merupakan singkatan dari Acquired
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang AIDS dapat terjadi pada hampir semua penduduk di seluruh dunia, termasuk penduduk Indonesia. AIDS merupakan sindrom (kumpulan gejala) yang terjadi akibat menurunnya
Lebih terperinciVirus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus).
AIDS (Aquired Immune Deficiency Sindrome) adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh. Penyebab AIDS adalah virus yang mengurangi kekebalan tubuh secara perlahan-lahan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir tahun 2015, United Nation Program on HIV/AIDS (UNAIDS) melaporkan bahwa secara global sekitar 36.7 juta orang hidup dengan HIV dan 2.1 juta orang baru terinfeksi
Lebih terperinciSATUAN ACARA PENYULUHAN HIV / AIDS. Oleh: KHOIRUL HARIS
SATUAN ACARA PENYULUHAN HIV / AIDS Oleh: KHOIRUL HARIS KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN KEPERAWATAN PRODI KEPERAWATAN MALANG 2012 SATUAN ACARA PENYULUHAN Bidang studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2013, United Nations Program on HIV/AIDS (UNAIDS) melaporkan bahwa diperkirakan 35,3 juta orang hidup dengan HIV secara global. Wilayah yang terkena dampak
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. HIV/AIDS 2.1.1. Definisi Menurut Martin (2003) Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan retrovirus yang menyebabkan AIDS. Terdapat 2 subtipe virus yaitu HIV-1 dan HIV-2.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan agen penyebab Acquired
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan agen penyebab Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) dan AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV. AIDS didefinisikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhasil mencapai target Millenium Development Goal s (MDG s), peningkatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menjadi tantangan global. Meskipun program pengendalian TB di Indonesia telah berhasil mencapai target
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum HIV/AIDS HIV merupakan virus yang menyebabkan infeksi HIV (AIDSinfo, 2012). HIV termasuk famili Retroviridae dan memiliki genome single stranded RNA. Sejauh ini
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan kriteria WHO, anemia merupakan suatu keadaan klinis
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia Pada Pasien HIV/AIDS 2.1.1 Definisi Anemia Berdasarkan kriteria WHO, anemia merupakan suatu keadaan klinis dimana konsentrasi hemoglobin kurang dari 13 g/dl pada laki-laki
Lebih terperinciMODEL MATEMATIKA. Gambar 1 Proses Infeksi Virus HIV terhadap sel Darah Putih Sehat (Feng dan Rong 2006)
5 MODEL MATEMATIKA Interaksi Virus Terhadap Sel Darah Putih Sehat AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV. Virus ini merusak sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga tubuh mudah diserang berbagai
Lebih terperinciVIRUS HEPATITIS B. Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage. Oleh AROBIYANA G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN
1 VIRUS HEPATITIS B Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage Oleh AROBIYANA G0C015009 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNUVERSITAS MUHAMADIYAH SEMARANG
Lebih terperinciPERANAN NON-VIRAL LOAD SURROGATE MARKER PADA PASIEN HIV(+) YANG DIMONITOR SELAMA PENGOBATAN ANTIRETROVIRAL
PERANAN NON-VIRAL LOAD SURROGATE MARKER PADA PASIEN HIV(+) YANG DIMONITOR SELAMA PENGOBATAN ANTIRETROVIRAL Dr. Donna Partogi, SpKK NIP. 132 308 883 DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FK.USU/RSUP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelenjar getah bening merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh kita. Tubuh memiliki kurang lebih 600 kelenjar getah bening, namun pada orang sehat yang normal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tersebut disebut AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome). UNAIDS
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus atau HIV merupakan virus yang menyerang imunitas manusia. Kumpulan gejala penyakit yang muncul karena defisiensi imun tersebut disebut AIDS
Lebih terperinciKEPUTUSAN KEPALA RSAU Dr.M.SALAMUN TENTANG KEBIJAKAN PANDUAN RUJUKAN PASIEN HIV/AIDS. DI RSAU Dr.M.SALAMUN
DINAS KESEHATAN ANGKATAN UDARA RSAU Dr.M.SALAMUN KEPUTUSAN KEPALA RSAU Dr.M.SALAMUN Nomor : Skep/ /IX/20 TENTANG KEBIJAKAN PANDUAN RUJUKAN PASIEN HIV/AIDS DI RSAU Dr.M.SALAMUN KEPALA RSAU Dr.M.SALAMUN
Lebih terperinciHIV AIDS. 1. Singkatan dan Arti Kata WINDOW PERIOD DISKRIMINASI. 2. Mulai Ditemukan
HIV AIDS 1. Singkatan dan Arti Kata HIV WINDOW PERIOD AIDS STIGMA ODHA OHIDHA VCT DISKRIMINASI 2. Mulai Ditemukan 1981 1987 1993 3. Cara Infeksi - Sex yang tidak aman - Napza suntik 4. Cara Pencegahan
Lebih terperinciEtiology dan Faktor Resiko
Etiology dan Faktor Resiko Fakta Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Virus hepatitis C merupakan virus RNA yang berukuran kecil, bersampul, berantai tunggal, dengan sense positif Karena
Lebih terperinciX. Perubahan rejimen ARV pada bayi dan anak: kegagalan terapi
ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) X. Perubahan rejimen ARV pada bayi dan anak: kegagalan terapi Kepatuhan yang kurang, tingkat obat yang tidak cukup, resistansi
Lebih terperinciINFORMASI TENTANG HIV/ AIDS. Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU
INFORMASI TENTANG HIV/ AIDS TAMBAR KEMBAREN Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU 1 PENGENALAN HIV(Human Immunodeficiency Virus) ad alah virus yang menyerang SISTEM KEKEBALAN tubuh
Lebih terperinciPEMERIKSAAN LABORATORIUM INFEKSI HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS PADA BAYI DAN ANAK
PEMERIKSAAN LABORATORIUM INFEKSI HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS PADA BAYI DAN ANAK Endang Retnowati Departemen/Instalasi Patologi Klinik Tim Medik HIV FK Unair-RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 15 16 Juli 2011
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya menjaga sistem kekebalan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. infeksi Human Immunodificiency Virus (HIV). HIV adalah suatu retrovirus yang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang AIDS (Accquired Immunodeficiency Syndrom) adalah stadium akhir pada serangkaian abnormalitas imunologis dan klinis yang dikenal sebagai spektrum infeksi Human Immunodificiency
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Imunnodeficiency Syndrome (AIDS) 2.1.1 Definisi HIV merupakan sebuah retrovirus yang memiliki genus lentivirus, genus ini memiliki
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi AIDS Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) dapat diartikan sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi
Lebih terperinciTerapi antiretroviral untuk infeksi HIV pada bayi dan anak:
Terapi antiretroviral untuk infeksi HIV pada bayi dan anak: Menuju akses universal Oleh: WHO, 10 Juni 2010 Ringkasan eksekutif usulan. Versi awal untuk perencanaan program, 2010 Ringkasan eksekutif Ada
Lebih terperinciLimfoma. Lymphoma / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Limfoma Limfoma merupakan kanker pada sistem limfatik. Penyakit ini merupakan kelompok penyakit heterogen dan bisa diklasifikasikan menjadi dua jenis utama: Limfoma Hodgkin dan limfoma Non-Hodgkin. Limfoma
Lebih terperinciLeukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Leukemia Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sumsum tulang dan sel-sel darah putih. Leukemia merupakan salah satu dari sepuluh kanker pembunuh teratas di Hong Kong, dengan sekitar 400 kasus baru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis B adalah infeksi hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB) yang dapat menyebabkan penyakit akut maupun kronis (WHO, 2015). Penularan hepatitis virus
Lebih terperinciVirologi - 2. Virologi - 3. Virologi - 4
Virologi dasar Klasifikasi dan morfologi Reproduksi (replikasi) virus Hubungan virus dengan sel Virus yang mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan menyusui Virologi - 2 Virologi adalah ilmu yang mempelajari
Lebih terperinciPartikel virus (virion), terdiri dari : Virologi adalah ilmu yang mempelajari tentang virus dan agent menyerupai virus:
Virologi dasar Klasifikasi dan morfologi Reproduksi (replikasi) virus Hubungan virus dengan sel Virus yang mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan menyusui Virologi - 2 Partikel virus (virion), terdiri dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Human Imunodeficiency Virus (HIV) 1. Pengertian HIV Human Imunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis retrovirus yang termasuk dalam family lintavirus, retrovirus memiliki kemampuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penyakit AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah gejala atau
I. PENDAHULUAN Penyakit AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah gejala atau infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusiaakibat infeksi virus HIV (Human Immunodeficiency
Lebih terperinciPeran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS. Astrid Wiratna
Peran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS Astrid Wiratna Psikologi dan HIV-AIDS HIV-AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV Virus HIV bisa menginfeksi tubuh seseorang karena perilakunya Psikologi
Lebih terperinciHepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis
Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis Apakah hepatitis? Hepatitis adalah peradangan hati. Ini mungkin disebabkan oleh obat-obatan, penggunaan alkohol, atau kondisi medis tertentu. Tetapi dalam banyak
Lebih terperinciPEDOMAN PRAKTIS DIAGNOSIS dan PENATALAKSANAAN HIV / AIDS Pada keadaan Sumber Daya Terbatas
PEDOMAN PRAKTIS DIAGNOSIS dan PENATALAKSANAAN HIV / AIDS Pada keadaan Sumber Daya Terbatas Agung Nugroho Divisi Peny. Tropik & Infeksi Bag. / SMF Ilmu penyakit Dalam FK-UNSRAT / RSUP. Prof. Dr. R.D. kandou
Lebih terperinciCURRENT DIAGNOSIS & THERAPY HIV. Dhani Redhono Tim CST VCT RS dr. Moewardi
CURRENT DIAGNOSIS & THERAPY HIV Dhani Redhono Tim CST VCT RS dr. Moewardi Di Indonesia, sejak tahun 1999 telah terjadi peningkatan jumlah ODHA pada kelompok orang berperilaku risiko tinggi tertular HIV
Lebih terperinciMakalah Biologi. Oleh : Ifa Amalina Esa Rosidah Muhammad Rizal
Makalah Biologi Oleh : Ifa Amalina Esa Rosidah Muhammad Rizal Muhammad Mirza I.B Tahun Pelajaran 2013/2014 Kata Pengantar Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT tuhan pemilik semesta alam. Berkat rahmat-nya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyebab Acquired
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyebab Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS (Ramaiah, 2008). Target dari HIV adalah sistem kekebalan tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) semakin nyata menjadi masalah kesehatan utama di seluruh
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep HIV/AIDS 2.1.1 Pengertian HIV/AIDS Human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus golongan Rubonucleat Acid (RNA) yang spesifik menyerang system kekebalan tubuh/imunitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV dapat menyebabkan penderita
Lebih terperinciManifestasi Infeksi HIV-AIDS Di Mulut. goeno subagyo
Manifestasi Infeksi HIV-AIDS Di Mulut goeno subagyo Jejak-jejak HIV-AIDS di mulut Mulut adalah organ yang unik Mikroorganisme penghuni nya banyak; flora normal dan patogen Lesi mulut dijumpai pada hampir
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. HIV/AIDS Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yaitu pada sel-sel darah putih yang bertugas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perbedaan antara virus hepatitis ini terlatak pada kronisitas infeksi dan kerusakan jangka panjang yang ditimbulkan.
BAB I PENDAHULUAN Hati adalah salah satu organ yang paling penting. Organ ini berperan sebagai gudang untuk menimbun gula, lemak, vitamin dan gizi. Memerangi racun dalam tubuh seperti alkohol, menyaring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber: Kemenkes, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang merupakan penyebab dari timbulnya Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), masih menjadi masalah kesehatan utama secara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. afektif, dan psikomotor. Dalam perkembangannya, teori Bloom ini. pengetahuan, sikap, dan praktik/tindakan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi pengetahuan, sikap, dan perilaku Benyamin Bloom membagi perilaku manusia menjadi 3 domain sesuai dengan tujuan pendidikan. Bloom menyebutkan 3 ranah yakni kognitif,
Lebih terperinciH.I.V DAN KANKER; PSIKOLOGI SEPANJANG PERJALANAN PENYAKIT. Oleh: dr. Moh. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok
H.I.V DAN KANKER; PSIKOLOGI SEPANJANG PERJALANAN PENYAKIT Oleh: dr. Moh. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok LATAR BELAKANG Psikologi memiliki peran penting pada penyakit kronis: Mulai mengidap Adaptasi terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembangunan dan kemajuan sosial. Banyak negara miskin yang sangat dipengaruhi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Epidemi HIV/AIDS merupakan krisis global dan tantangan bagi pembangunan dan kemajuan sosial. Banyak negara miskin yang sangat dipengaruhi oleh epidemi ini ditinjau dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Kita semua mungkin sudah banyak mendengar cerita-cerita yang menyeramkan tentang HIV/AIDS. Penyebrangan AIDS itu berlangsung secara cepat dan mungkin sekarang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Immunodeficiency Virus menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih,
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 HIV/AIDS Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. Human Immunodeficiency Virus menyerang salah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. enzim reverse transcriptase, yaitu enzim yang memungkinkan virus merubah
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 HIV/AIDS 2.1.1 Definisi HIV/AIDS Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang termasuk dalam golongan virus RNA, yaitu virus yang menggunakan RNA sebagai molekul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Infeksi Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang menimbulkan masalah besar di dunia.tb menjadi penyebab utama kematian
Lebih terperinciVI. Mulai dengan apa rejimen lini pertama yang diusulkan untuk bayi dan anak
ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) VI. Mulai dengan apa rejimen lini pertama yang diusulkan untuk bayi dan anak Pertimbangan untuk pengobatan dengan pendekatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan penyebab penyakit AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) yang sangat mematikan dan merupakan penyakit infeksi
Lebih terperinciBAB III KERANGKA TEORI, KONSEP DAN HIPOTESIS
BAB III KERANGKA TEORI, KONSEP DAN HIPOTESIS A. Kerangka Teori dan Konsep Penelitian 1. Kerangka Teori HIV masuk ke dalam tubuh manusia melalui berbagai cara yaitu secara vertical, horizontal dan transeksual.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia. Berdasarkan data yang diterbitkan oleh Joint United National Program on
BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) saat ini merupakan masalah kesehatan terbesar di dunia. Berdasarkan data yang
Lebih terperinciABSTRAK. Adherence Scale (MMAS).
iv ABSTRAK HIV positif merupakan kondisi ketika terdapat infeksi Human Immunodeficiency Virus di dalam darah seseorang. Sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul
Lebih terperinciJurnal Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Infeksi Rubella
Jurnal Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Infeksi Rubella TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit infeksi yaitu TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Merupakan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian HIV/AIDS HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Merupakan virus yang menyebabkan penyakit AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari selsel darah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. HIV / AIDS 2.1.1. Definisi HIV/AIDS Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang termasuk dalam famili lentivirus. Dua jenis HIV yang secara genetiknya berbeda
Lebih terperinciPelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 8 Anak menderita HIV/Aids. Catatan untuk fasilitator. Ringkasan Kasus:
Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Bab 8 Anak menderita HIV/Aids Catatan untuk fasilitator Ringkasan Kasus: Krishna adalah seorang bayi laki-laki berusia 8 bulan yang dibawa ke Rumah Sakit dari sebuah
Lebih terperinciKanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Prostat Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat disebabkan oleh infeksi virus. Telah ditemukan lima kategori virus yang menjadi agen
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit HIV & AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang dan menjadi masalah global yang melanda dunia. Indonesia merupakan negara di ASEAN yang paling tinggi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. HIV 2.1.1. Epidemiologi Epidemi HIV/AIDS merupakan krisis global dan tantangan yang berat bagi pembangunan dan kemajuan sosial (ILO, 2005). Pada tahun 2008, diseluruh dunia,
Lebih terperinci