Tragedi Mei 1998 dan Lahirnya Komnas Perempuan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tragedi Mei 1998 dan Lahirnya Komnas Perempuan"

Transkripsi

1 Tragedi Mei 1998 dan Lahirnya Komnas Perempuan Buku dan foto koleksi penulis Judul Buku: Tragedi Mei 1998 dan Lahirnya Komnas Perempuan Oleh Dewi Annraeni Penerbit Buku Kompas Tebal: xxxiv halaman Tragedi Mei 1998 masih menyimpan sejumlah misteri maha besar sampai sekarang. Tragedi ini adalah salah satu tragedi paling kelam dalam sejarah Indonesia setelah merdeka. Padahal sebagian besar para pelaku dan saksi-saksi sejarahnya masih hidup sampai dengan hari ini. Jadi, bagaimana pun, sampai kini, kegagalan membuka misteri tersebut tak lepas dari tidak adanya rasa tanggung jawab dan tidak adanya keberanian para pelaku dan saksi-saksi sejarahnya mengungkapkannya, dan pemerintah yang paling berwenang dan mempunyai kekuatan untuk membukanya, tetapi itu tak dilakukannya. 1

2 Sejak awal runtuhnya rezim Orde Baru Presiden Soeharto (21 Mei 1998), yang diganti dengan wakilnya, B.J. Habibie sampai dengan pemerintah yang sekarang, belum ada tanda-tanda keseriusan untuk mengungkapkan misteri tersebut. Salah satu misteri yang paling menarik perhatian baik secara nasional, maupun internasional adalah kasus perkosaan yang terutama sekali menimpa perempuan-perempuan etnis Tionghoa di Jakarta, antara tanggal Mei 1998, dan sesudahnya. Pada masa-masa itu sampai dengan beberapa tahun kemudian memang beredar luas di masyarakat bahwa di tengah-tengah terjadinya kerusuhan Mei 1998 itu telah terjadi juga perkosaan massal (gang rape) terhadap banyak sekali perempuan-perempuan etnis Tionghoa. Tetapi, informasi itu lebih banyak beredar dalam bentuk gosip. Gosip itu diperparah dengan beredarnya hoax berupa foto-foto yang katanya berasal dari perkosaan etnis Tionghoa, yang kemudian bisa dibuktikan palsu. Ini membuat kepercayaan terhadap Tim relawan semakin menipis. Tidak adanya korban perkosaan yang tampil di depan umum membuat publik kemudian meragukan kebenaran informasi tersebut. Pemerintah yang saat itu tidak terlalu serius menangani kasus itu diuntungkan dengan kondisi demikian. Padahal sebenarnya saat itu juga, sejumlah tokoh masyarakat, pekerja kemanusiaan, dan pembela hak asasi manusia (HAM), yang terdiri dari berbagai etnis, agama, dan profesi itu, tergugah untuk bersatu bahu-membahu melakukan investigasi terhadap kebenaran kasus perkosaan itu. Hasilnya, sungguh mengejutkan bahwa memang benar telah terjadi banyak kasus perkosaan yang menimpa perempuan-perempuan Tionghoa itu. Para relawan itu kemudian secara diam-diam melakukan pendekatan-pendekatan kemanusiaan terhadap para korban yang sebagian besar berada dalam keadaan sangat memprihatinkan baik dari aspek psikologis, maupun fisik. Mereka sangat tertutup, dan sangat ketakutan setiap kali melihat orang yang tidak dikenalnya, terutama laki-laki dalam jumlah banyak. 2

3 Tim Relawan tentang Kemanusiaan beberapa kali meminta bertemu dengan Menteri Pertahanan dan Keamanan / Panglima ABRI pada saat itu, Jenderal Wiranto, Menteri Peranan Wanita, dan Menteri Dalam Negeri, tetapi tidak mendapat respon sebagaimana mestinya. Akhirnya, para relawan itu memutuskan untuk meminta bertemu langsung dengan Presiden B.J. Habibie untuk melaporkan temuan mereka. Setelah beberapa kali berusaha, akhirnya Presiden Habibie bersedia bertemua dengan mereka. Pada 15 Juli 1998 berlangsunglah pertemuan itu di Bina Graha. Pada saat itu, yang hadir semua perempuan. Mereka menyampaikan laporannya, dan menuntut pemerintah meminta maaf, dan mengutuk kasus perkosaan terhadap perempuan itu. Habibie yang semula juga ragu dengankebenaran informasi tentang pemerkosaan itu, menjadi percaya setelah membaca laporan tim relawan yang disertai dengan sejumlah foto. Reaksi Habibie saat itu, wajahnya yang tadinya penuh keraguan menjadi berubah. Tiba-tiba dia berkata kepada para relawan itu, Saya ingat sekarang. Seorang keponakan saya, seorang dokter, pernah menceritakan hal serupa. Saya percaya anda sekalian. Keponakan saya tidak akan berbohong kepada saya, lalu katanya, dia atas nama pemerintah bersedia membuat pernyataan maaf dan mengutuk peristiwa perkosaan itu. Pernyataan itu dibaca Presiden Habibie pada hari itu juga di dalam suatu konferensi pers yang khusus diadakan untuk itu. Dari pertemuan dengan Habibie itu juga dihasilkan janji Habibie untuk mendirikan badan independen, yang nantinya dinamakan Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), dan dibentuknya Tim Gabungan Pencari Fakta atas Kerusuhan Mei Namun, sampai sekarang belum ada proses hukum lebih lanjut untuk meminta pertanggungjawaban para pelaku dan otaknya, Demikianlah yang ditulis di dalam buku yang berjudul Tragedi 1998 dan Lahirnya Komnas Perempuan (Penerbit Buku Kompas,2014), oleh Dewi Angraeni, seorang penulis aktif yang tinggal di Melbourne, Australia, yang juga adalah kontributor MajalahTempo. Dewi menulis buku ini berdaraskan dokumen-dokumen Tragedi Mei 1998 dan wawancara dengan para relawan yang terlibat langsung dalam investigasi dan penanganan korban-korban pemerkosaan Mei 1998 itu. 3

4 Buku itu diawali dengan kisah pertemuan dengan Presiden Habibie itu dengan penyampaian laporan hasil investigasi Tim Relawan untuk Kemanusiaan mengenai fakta terjadinya pemerkosaan massal terhadap perempuan etnis Tionghoa itu. Kemudian, flash-back di bab-bab berikutnya mengenai bagaimana sampai Tim Relawan untuk Kemanusiaan itu terbentuk sebagai respon atas jatuhnya korban jiwa dan korban pemerkosaan pada waktu itu. Buku Tragedi Mei 1998 dan Lahirnya Komnas Perempuan ini mengisahkan beratnya perjuangan para relawan tersebut, keprihatinannya terhadap reaksi masyarakat pada umumnya, dan lebih-lebih kepada pemerintah yang bersikap apatis terhadap kasus yang merendahkan martabat perempuan pada umumnya itu. Meskipun juga berhasil mendapat perhatian dari Presiden B.J. Habibie, yang secara langsung menyatakan permintaan maaf dan kutukan pemerintah atas kejadian tersebut. Misalnya, di halaman 59-60, ditulis mengenai kesaksian Guru Besar Ilmu Psikologi Universitas Indonesia ketika itu, Prof. Dr. Saparinah Sadli, yang Ketua Tim Relawan, kemudian juga diangkat sebagai Ketua Komnas Perempuan yang pertama (22 Juli 1998), yang saat itu sedang berupaya bertemu dengan Wiranto, secara tak sengaja perhatiannya tertarik pada tayangan televisi yang sedang menyiarkan pernyataan Wiranto, menjawab pertanyaan wartawan. Wiranto menjawab, anak buahnya sudah mendatangi semua rumah sakit di Jakarta dan kota-kota lainnya di Indonesia, bahkan juga di Singapura, untuk bertemu dengan korban-korban perkosaan yang laporannya mereka terima, namun mereka selalu mendapat jawaban, tidak ada korban perkosaan. Jadi, menurut Wiranto, itu semua hanya dugaan semata. Tidak ada bukti. Tidak ada korban. Tidak ada saksi. Bukan main marahnya Saparinah, karena dia baru saja datang dari kawasan Pluit menjumpai beberapa korban.dia langsung menghubungi beberapa rekan relawannya, memutuskan untuk bertemu langsung dengan Presiden Habibie. Kemudian terjadilah pertemuan 15 Juli 1998 yang disebutkan di atas. Diungkapkan pula di dalam buku ini, betapa sulitnya mereka meyakinkan publik, terutama pemerintah yang sangat kaku dalam menyikapi upaya pengungkapan kasus pemerkosaan itu. Bahkan seorang tokoh pembela 4

5 HAM internasional seperti Sidney Jones pun dikatakan sempat meragukan kebenaran adanya pemerkosaan-pemerkosaan terhadap etnis Tionghoa itu. Semua orang, termasuk Jones minta bukti berupa harus bisa melihat dan mendengar sendiri kesaksian-kesaksian para korban. Padahal para korban itu kondisi jiwa dan fisiknya rata-rata sangat, sangat memprihatinkan. Ada yang sampai dibuang keluarganya sendiri dengan alasan pembawa aib, ada yang gila, dan ada yang bunuh diri. Mereka sangat takut bila melihat orang yang tidak dikenalnya, terutama sekali laki-laki. Tim relawan sendiri memerlukan pendekatan yang ekstra hati-hati dan sabar sebelum bisa meyakinkan para korban bahwa tim relawan itu orang-orang yang bermaksud baik, sangat sungguh-sungguh mau menolong mereka. Perkosaan massal itu kebanyakan terjadi rumah korban, dan tidak sedikit juga yang terjadi di tempat umum (di jalanan). Pelaku setelah diperkosa, juga dirusak fisiknya, termasuk dimutilasi. Ada yang, misalnya dengan, maaf, dipotong kedua putingnya. Pada buku itu juga dimuat arsip berita di koran Suara Pembaruan (26/06/1998), mengenai saksi mata seorang wartawan Media Indonesia, bernama Selamet Saragih. Dia mengaku mengalami trauma yang dalam setelah melihat sendiri dengan mata kepalanya, di kawasan Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat, dua orang perempuan Tionghoa berusia sekitar 25 tahun, yang diseret keluar dari mobil sedan Honda mereka oleh sejumlah laki-laki, yang langsung menelanjangi mereka, melecehkan etnis mereka, kemudian diseret beramai-ramai ke arah Jembatan Grogol. Korban-korban perkosaan yang berhasil didekati para relawan itu menyatakan mereka diancam para pelaku pemerkosaan itu, kalau sampai berani muka mulut, mereka, atau anggota keluarga mereka yang lain akan diperkosa lagi dengan cara yang serupa atau yang lebih kejam lagi. Oleh karena itu bagi tim relawan sangat tak masuk akal kalau orang-orang itu meminta bertemu dan mendengar kesaksian para korban, sebelum mereka percaya adanya kasus pemerkosaan massal (di Jakarta) itu. Sri Palupi, koordinator investigasi dan pendataan Tim Relawan untuk Kemanusiaan, berkata, Bayangkan seandainya ibu kamu, kakak kamu, adik kamu, anak kamu adalah seorang korban perkosaan, apakah kamu 5

6 mau mereka muncul ke publik? Kredibilitas? Kredibilitas yang kami pentingkan bukan kredibilitas kalian, tapi kredibilitas para korban. Kepercayaan korban kepada kami. Tim relawan tak mau kepercayaan yang begitu sulit didapat dari para korban, dikhianati mereka dengan menampilkan para korban itu ke hadapan publik, atau mempertemukan mereka dengan orang lain. Terhadap korban perkosaan biasa saja hal itu sangat sulit dilakukan, apalagi terhadap korban perkosaan dalam kasus kerusuhan Mei 1998 itu. Semua korban bukan hanya diperkosa saja, secara bergilir, tetapi juga direndahkan etnisnya, dan disiksa secara fisik. Tidak sedikit yang dilakukan di hadapan keluarganya. Bahkan ada orangtua korban yang tak tahan lantas menyuruh anaknya bunuh diri sebelum pergi meninggalkannya begitu saja!. Belakangan Sidney Jones meminta maaf atas ketidakpercayaannya kepada Tim Relawan setelah terjadinya kasus pembunuhan yang dilakukan secara sadis terhadap Ita Martadinata. Ita Mardinata adalah seorang siswi SMA dari etnis Tionghoa, yang saat itu baru berusia 18 tahun. Dia adalah salah satu korban yang perlahan-lahan bersama keluarganya mulai berhasil merajut kembali kehidupannya. Ibunya bahkan bergabung dengan Tim Relawan. Ita sudah menyatakan kesediaannya untuk memberi kesaksian di hadapan beberapa kelompok internasional pembela hak asasi manusia di Amerika Serikat, siap beranbgkat bersama rombongan ke sana dipimpin Karlina Supeli. Tetapi, sebelum berangkat dia dibunuh secara keji di rumahnya, pada Jumat, 9 Oktober Sri Palupi menganalisis bahwa sejak krisis moneter pada 1997, sudah ada gejala-gejala akan timbulnya kerusuhan Mei 1998 itu, dengan memanfaatkan sentimen anti-tionghoa yang sebelumnya sudah dibentuk oleh beberapa pejabat/aparat pada berbagai kesempatan. Mereka, termasuk para jenderal yang tidak ada hubungannya dengan urusan ekonomi, berbicara dalam ranah publik seolah-olah mereka memahami betul masalah ekonomi. Dalam berbagai pernyataannya, mereka mengatakan bahwa krisis ekonomi melanda Indonesia karena orang Tionghoa melarikan uang rakyat ke luar negeri, sengaja menimbun sembako sehingga rakyat sengsara dan kelapran, orang Tionghoa-lah penyebab terjadinya krisis ini, dan sebagainya. 6

7 Analisis Sri Palupi ini sejalan dengan hasil investigasi dari TGPF yang dilaporkan di dalam buku Kerusuhan Mei 1998, Fakta, Data & Analisa (edisi revisi, 2007). Di dalam buku itu antara lain TGPF menemukan indikasi kuat kerusuhan Mei 1998 tidak lepas dari pengkondisian situasi, antara lain mengkristalkan sentimen anti-tionghoa (anti-cina) di kalangan masyarakat luas. TGPF bahkan menyebutkan pengkondisian tersebut sudah mulai dibentuk sejak 1995, dengan timbulnya berbagai kerusuhan anti-cina yang marak, antara lain di Situbundo, Tasikmalaya, Rengasdengklok, dan Ujung Pandang. Hasil investigasi TGPF menyebutkan khusus di Jakarta, korban tewas karena terperangkap dalam kebakaran berjumlah orang, 27 tewas karena senjata tajam.benda lain, 91 luka-luka. Sedangkan Polda Metro Jaya menyebut angka 451 tewas, luka-luka tidak tercatat. Kodam Jaya menyebut angka 463 tewas, 69 luka-luka. TGPF menyebutkan dalam laporannya bahwa kekerasan seksual/perkosaan benar telah terjadi. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang diketuai oleh Professsor Dr. Mahar Marjono melakukan verifikasi data dengan menggunakan prosedur yang dinamakan Protokol Jakarta yang bersumber pada Protokol Minnesota, dan mengakui kasus itu ada. Tim Relawan untuk Kemanusiaan juga menemukan fakta bahwa kerusuhan Mei memang sengaja dikobarkan, terbukti dengan tak hadirnya aparat di dalam setiap peristiwa. Atau kalau aparat ada, mereka hanya diam saja. Para provokar, pimpinan, dan sejumlah pelaku kerusuhan mempunyai ciri-ciri yang sama di setiap kerusuhan di seluruh wilayah. Laporan Tim Relawan menyatakan, Bagaimana kebetulan harus dijelaskan oleh fakta keluasan lingkup kejadian di wilayah seluas Jakarta dan sekitarnya? Bagaimana sang kebetulan itu harus dijelaskan oleh kesamaan waktu dari banyak peristiwa perusakan, penjarahan, dan pembakaran di wilayah seluas Jakarta dan sekitarnya? Bagaimana si kebetulan itu harus dijelaskan oleh berbagai kesamaan awal peristiwa perusakan, penjarahan, dan pembakaran? (misalnya, pengajak dan pemimpin perusakan tidak datang dari daerah warga setempat; modus kedatangan pengajak dan pemimpin perusakan dengan kendaraan; tidak ada peristiwa perusakan yang dimulai oleh warga setempat). Dan bagaimana si kebetulan itu harus dijelaskan 7

8 oleh kesamaan pola janggal berikut: bahw apara pengajak dan pimpinan perusak/pembakaran tidak ikut menjarah. Bahkan dalam banyak kasus, para pengajak dan pemimpin segera meninggalkan massa yang mulai bergerak untuk merusak dan menjarah. Sedangkan ciri khas para provokar dan penggerak kerusuhan itu sama di setiap wilayah, yakni: - Kelompok pemuda yang memakai pakaian pelajar SLTA atau pakaian yang biasa dipakai mahasiswa-jaket dengan warna-warna tertentu. - Kelompok remaha berpakaian lusuh, berwajah tanpa emosi, dingin, dan sangar, - Kelompok pemuda berbadan kekar, berambut cepak, bersepatu bot militer, - Kelompok pemuda yang berbadan kekar, berwajah dingin, sangar, dan bertato. Pada 13 Juli, Laporan Tim relawan untuk Kemanusiaan, juga juga diterbitkan Komnas Perempuan bersama dengan Laporan TGPF diserahkan kepada Komnas HAM yang saat itu dipimpin oleh Asmara Nababan. Judul laporannya: Dokumen Awal No. 3 tentang Perkosaan Massal dalam Rentetan Kerusuhan Puncak Kebiadaban dalam Kehidupan Bangsa. Di dalam laporan itu antara disebut dari 13 Mei 3 Juli 1998 dirincikan mengenai jumlah kasus perkosaan itu, secara total korban perkosaan dan pelecehan seksual massal yang melapor atau dilaporkan sebanyak 168 korban, 20 di antaranya tewas. Yang masih hidup kebanyakan menderita luka-luka fisik dan trauma psikologis yang dalam. Penulis buku ini, Dewi Anggraeni, menganalisis etnis Tionghoa dan perempuannya sengaja dijadikan sasaran kerusuhan dan pemerkosaan, karena kelompok ini dianggap paling lemah, paling gampang dijadikan sasaran, karena tidak bisa melawan. Kelompok ini sengaja dijadikan sasaran juga karena memang sebelumnya sudah dikondisikan sebagai obyek untuk memicu suatu kerusuhan. Dewi juga menulis di bukunya itu, etnis Tionghoa bukan sasaran utama dari kerusuhan Mei, tetapi mereka dimanfaatkan sebagai sasaran antara untuk menimbulkan kerusuhan besar itu. Kerusuhan sengaja diciptakan untuk maksud-maksud dan ambisi politik tertentu dari sutradaranya. 8

9 Massa sengaja diprovolkasi untuk melakukan perusakan, penjarahan, dan pembakaran aset-aset Tionghoa yang kemudian menjalar ke properti umum lainnya, sehingga pecahlah kerusuhan besar tersebut. Ini terbukti dari kemudian jatuhnya korban jiwa yang banyak dari etnis pribumi, yang sengaja pula dijadikan tumbal kerusuhan. Ketika mereka terpancing masuk menjarah di dalam gedung-gedung mall, dan pertokoan, pintu ditutup dan digembok dari luar. Kemudian para perusuh sebenarnya membakar gedung itu dari luar, sehingga para penjarah itu terperangkap di dalamnya, dan mati terbakar. Hal ini diduga sengaja dilakukan agar tercipta efek teror dan horor yang paling mengerikan, entah kepada siapa. Buku ini memberitahu kepada kita bahwa tragedi pemerkosaan terhadap perempuan etnis Tionghoa yang terjadi dalam kerusuhan Mei 1998 dan sesudahnya sungguh terjadi, dan bukan merupakan sesuatu yang begitu saja terjadi, tetapi merupakan bagian dari skenario besar dari terjadinya kerusuhan Mei Buku ini menggugah kita untuk melawan lupa, dan semoga saja bisa jugamenjadi salah satu pemicu bagi pemerintah yang baru kelak, sebab yang sekarng yang sebentar lagi berlalu, tidak bisa diharapkan lagi untuk mengustnya sampai tuntas. Menyeret mereka semua yang bertanggung jawab ke hadapan meja hijau. Untuk itu diperlukan suatu pengadilan-adhoc untuk mengadili para palaku dan aktor pelanggaran berat HAM. *** 9

Korban Perkosaan Capai 168 Orang

Korban Perkosaan Capai 168 Orang Banjarmasin Post 14 Juli 1998 http://www.indomedia.com/bpost/9807/14/depan/depan6.htm Laporan Resmi Tim Relawan: Korban Perkosaan Capai 168 Orang JAKARTA - Setelah melakukan investigasi intensif sejak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari pembahasan skripsi yang berjudul Gejolak Politik di Akhir Kekuasaan Presiden: Kasus Presiden Soeharto (1965-1967) dan Soeharto

Lebih terperinci

Habibi Serahkan Dokumen Tragedi 98

Habibi Serahkan Dokumen Tragedi 98 Habibi Serahkan Dokumen Tragedi 98 Bakal Ada yang Kejang2 Jelang Pilpres 2019 Friday, May 12, 2017 https://www.detikmetro.com/2017/05/habibi-serahkan-dokumen-tragedi-98.html DETIK METRO - Presiden ke-3

Lebih terperinci

Buku «Memecah pembisuan» Tentang Peristiwa G30S tahun 1965

Buku «Memecah pembisuan» Tentang Peristiwa G30S tahun 1965 Buku «Memecah pembisuan» Tentang Peristiwa G30S tahun 1965 Tulisan ini bukanlah resensi buku. Melainkan seruan atau anjuran kepada orang-orang yang mempunyai hati nurani dan berperkemanusiaan, atau yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru di Indonesia, namun selama ini selalu dirahasiakan atau ditutup-tutupi oleh keluarga maupun

Lebih terperinci

KEKERASAN DAN KEBIADABAN

KEKERASAN DAN KEBIADABAN Kolom IBRAHIM ISA Senin Malam, 15 Desember 2014 --------------------------- KEKERASAN DAN KEBIADABAN YANG MENYESAKKAN DENYUT HATI-NURANI Kemarin sore, hari Minggu, 14 Desember 2014, antara jam 16.00 s/d

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia seringkali menjadi sorotan karena konflik pertanahan. Hafid

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia seringkali menjadi sorotan karena konflik pertanahan. Hafid BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia seringkali menjadi sorotan karena konflik pertanahan. Hafid (2001: 1-2) mengatakan, semenjak tahun 1970an persoalan ini menjadi krusial karena Soeharto

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul 153 BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Cina Benteng di Tangerang Pada Masa Orde Baru (1966-1998) kesimpulan tersebut

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan

Lebih terperinci

Negara Jangan Cuci Tangan

Negara Jangan Cuci Tangan Negara Jangan Cuci Tangan Ariel Heryanto, CNN Indonesia http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160426085258-21-126499/negara-jangan-cuci-tangan/ Selasa, 26/04/2016 08:53 WIB Ilustrasi. (CNN Indonesia)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Masalah Kriminalitas merupakan suatu kejahatan yang tergolong dalam pelanggaran hukum positif (hukum yang berlaku dalam suatu negara). Berbagai macam jenis kejahatan yang

Lebih terperinci

Cari Kuburan Massal untuk Pelurusan Sejarah

Cari Kuburan Massal untuk Pelurusan Sejarah Cari Kuburan Massal untuk Pelurusan Sejarah Selasa, 26 April 2016 01:43 http://www.beritametro.co.id/feature/cari-kuburan-massal-untuk-pelurusan-sejarah Aktivis HAM menemukan kuburan massal yang diduga

Lebih terperinci

Perkosaan Massal Itu Terjadi.

Perkosaan Massal Itu Terjadi. Peristiwa Mei 1998 : Perkosaan Massal Itu Terjadi. Simak Ulasan Lengkapnya. https://www.jelasberita.com/2017/05/22/peristiwa-mei-1998/ Berbeda dari penyiksaan, pembakaran, dan penjarahan, perkosaan adalah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Penerapan konsep noodweer exces dalam kasus penganiayaan atas dasar

BAB V PENUTUP. 1. Penerapan konsep noodweer exces dalam kasus penganiayaan atas dasar BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Bahwa berdasarkan analisis yang diuraikan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Penerapan konsep noodweer exces dalam kasus penganiayaan atas dasar pembelaan

Lebih terperinci

Sebuah Upaya Meluruskan Sejarah

Sebuah Upaya Meluruskan Sejarah Resensi buku Talangsari 1989, Kesaksian Korban Pelanggaran HAM Peristiwa Lampung (Dimuat di harian Lampung Post, Sabtu 28 April 2007) Sebuah Upaya Meluruskan Sejarah Judul buku : Talangsari 1989, Kesaksian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindakan kekerasan yang terjadi di lingkungan masyarakat semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindakan kekerasan yang terjadi di lingkungan masyarakat semakin 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindakan kekerasan yang terjadi di lingkungan masyarakat semakin meresahkan. Dalam menyelesaikan suatu konflik atau permasalahan disertai dengan tindakan kekerasan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York,

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terorisme di dunia bukanlah merupakan hal baru, namun menjadi aktual terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York, Amerika Serikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kita hidup ditengah derasnya perkembangan sistem komunikasi. Media massa adalah media atau sarana penyebaran informasi secara massa dan dapat diakses oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari ketidakpuasan seseorang terhadap kondisi hidupnya sehingga melihat anak yang tidak berdaya sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kerusuhan di berbagai tempat di Indonesia hendaknya kita cermati sebagai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kerusuhan di berbagai tempat di Indonesia hendaknya kita cermati sebagai BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kerusuhan di berbagai tempat di Indonesia hendaknya kita cermati sebagai suatu dinamika sosial, politik, dan ekonomi. Kita tidak selalu harus menginterpretasikan

Lebih terperinci

KEJAHATAN SEKSUAL Lindungi Hak Korban. Masruchah Komnas Perempuan 11 Januari 2012

KEJAHATAN SEKSUAL Lindungi Hak Korban. Masruchah Komnas Perempuan 11 Januari 2012 KEJAHATAN SEKSUAL Lindungi Hak Korban Masruchah Komnas Perempuan 11 Januari 2012 KOMNAS PEREMPUAN Mei 1998 : kerusuhan dibeberapa kota besar, dengan berbagai bentuk kekerasan Kekerasan seksual menjadi

Lebih terperinci

pengalaman putra 'tokoh integrasi' Tionghoa Indonesia pada 1965

pengalaman putra 'tokoh integrasi' Tionghoa Indonesia pada 1965 'Dicina-cinakan' di jalan: pengalaman putra 'tokoh integrasi' Tionghoa Indonesia pada 1965 Endang NurdinBBC Indonesia 27 Oktober 2017 http://www.bbc.com/indonesia/dunia-41738253?ocid=wsindonesia.chat-apps.in-app-msg.whatsapp.trial.link1_.auin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Film Ip Man III Dikisahkan kehidupan seorang guru besar bela diri aliran Wing Chun yang sangat dihormati oleh masyarakat di wilayah itu bernama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki permasalahan dalam hidupnya, dan mereka memiliki caranya masing-masing untuk menangani masalah tersebut. Ada orang yang bisa menangani masalahnya,

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial BAB V Kesimpulan Berdasarkan tulisan diatas, dapat diambil argumen bahwa Media memiliki peranan yang sangat penting dalam isu politik dan hubungan internasional. Di kawasan Mesir dan Suriah bisa dikatakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. budaya, masyarakatnyapun memiliki keunikan masing-masing. Berbagai

I. PENDAHULUAN. budaya, masyarakatnyapun memiliki keunikan masing-masing. Berbagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang memiliki beragam karakteristik etnis budaya, masyarakatnyapun memiliki keunikan masing-masing. Berbagai macam permasalahan yang kerap

Lebih terperinci

Dokumentasi Peristiwa Reformasi 1998

Dokumentasi Peristiwa Reformasi 1998 AJI INDONESIA Foto: DR/Rully Kesuma Dokumentasi Peristiwa Reformasi 1998 Dokumentasi Peristiwa Reformasi 1998 Dokumentasi Peristiwa Reformasi 1998 Foto jurnalistik karya Rully Kesuma saat bekerja untuk

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti

Lebih terperinci

WAJAH ISLAM YANG SEBENARNYA

WAJAH ISLAM YANG SEBENARNYA WAJAH ISLAM YANG SEBENARNYA Pada 11 September 2001, saya melihat wajah Islam yang sebenarnya. Saya melihat kegembiraan di wajah bangsa kami karena ada begitu banyak orang kafir yang dibantai dengan mudahnya...saya

Lebih terperinci

Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara

Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara Impunitas yaitu membiarkan para pemimpin politik dan militer yang diduga terlibat dalam kasus pelanggaran

Lebih terperinci

BAB IV DAMPAK DARI KONFLIK DAYAK DAN MADURA DI SAMALANTAN. hubungan yang pada awalnya baik-baik saja akan menjadi tidak baik, hal

BAB IV DAMPAK DARI KONFLIK DAYAK DAN MADURA DI SAMALANTAN. hubungan yang pada awalnya baik-baik saja akan menjadi tidak baik, hal BAB IV DAMPAK DARI KONFLIK DAYAK DAN MADURA DI SAMALANTAN A. Dampak Negatif Dampak negatif antara kedua suku yang bertikai tentu membuat hubungan yang pada awalnya baik-baik saja akan menjadi tidak baik,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan pembahasan, dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1. Setting Sosial Tahun 1998, di Indonesia banyak terjadi demonstrasi hingga berujung pada

Lebih terperinci

Ini Pantauan CIA Saat Kejadian G30S/PKI

Ini Pantauan CIA Saat Kejadian G30S/PKI Selasa 26 September 2017, 15:58 WIB CIA Pantau PKI Momen Krusial! Ini Pantauan CIA Saat Kejadian G30S/PKI Fitraya Ramadhanny detiknews https://news.detik.com/berita/d-3658975/momen-krusial-ini-pantauan-cia-saat-kejadian-g30spki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara tentumengenal yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara tentumengenal yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara tentumengenal yang namanya seorang anak. Status seorang anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, dalam

Lebih terperinci

Kekerasan Seksual oleh Media dari Sudut Pandang Penyintas

Kekerasan Seksual oleh Media dari Sudut Pandang Penyintas Kekerasan Seksual oleh Media dari Sudut Pandang Penyintas I. Testimoni II. Kekerasan Seksual III. Meliput & Menayangkan Tentang Penyintas I. Testimoni Peristiwa 5 tahun, 8 tahun & 24 tahun Beda korban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Dari catatan Komnas Perempuan, yang dimuat pada harian Kompas

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Dari catatan Komnas Perempuan, yang dimuat pada harian Kompas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan kekerasan terhadap wanita adalah fenomena sosial yang sering kali terdengar di telinga masyarakat dan sudah lama terjadi. Baru-baru ini menjadi topik hangat

Lebih terperinci

No ekonomi. Akhir-akhir ini di Indonesia sering muncul konflik antar ras dan etnis yang diikuti dengan pelecehan, perusakan, pembakaran, perkel

No ekonomi. Akhir-akhir ini di Indonesia sering muncul konflik antar ras dan etnis yang diikuti dengan pelecehan, perusakan, pembakaran, perkel TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 4919 DISKRIMINASI.Ras dan Etnis. Penghapusan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 170) PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan. dengan akses dan kepemilikan lahan yang kemudian berujung pada konflik

BAB I PENDAHULUAN. Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan. dengan akses dan kepemilikan lahan yang kemudian berujung pada konflik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan pertentangan antara warga setempat dengan perusahaan swasta terkait dengan akses dan kepemilikan lahan yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat yang dilakukan oleh beberapa teroris serta bom bunuh diri.

BAB I PENDAHULUAN. Pusat yang dilakukan oleh beberapa teroris serta bom bunuh diri. BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Kasus teroris tidak pernah habis untuk dibahas dan media merupakan sebuah sarana atau alat untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat mengenai peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tindak kejahatan yang menjadi fenomena akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tindak kejahatan yang menjadi fenomena akhir-akhir ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tindak kejahatan yang menjadi fenomena akhir-akhir ini adalah kekerasan seksual terhadap anak. Anak adalah anugerah tidak ternilai yang dikaruniakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung dan pengayom masyarakat. Hal ini terbukti dari banyaknya jenis tindak pidana dan modus

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan

BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan Film Senyap mengungkapkan bahwa komunis merupakan korban pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang terjadi saat peristiwa pemberantasan komunis 1965 yang dampaknya masih terasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pengertian kejahatan dan kekerasan memiliki banyak definisi

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pengertian kejahatan dan kekerasan memiliki banyak definisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang kita jumpai beberapa kasus pembunuhan. Seolah tidak asing lagi dengan peristiwa kejahatan itu, media meliput berita pembunuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkuasa selama 32 tahun penuh dengan kejayaan pembangunan kemudian jatuh

BAB I PENDAHULUAN. berkuasa selama 32 tahun penuh dengan kejayaan pembangunan kemudian jatuh BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Masalah Sejarah akan selalu jadi kenangan bagi hidup manusia. Sejarah tidak selalu datang dengan penuh keramahan, tetapi juga datang dengan cara tidak terduga, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Media massa menjadi salah satu kebutuhan bagi masyarakat di era modern. Media massa memerankan beberapa fungsi, yakni fungsi penyalur informasi, fungsi mendidik,

Lebih terperinci

KASUS ETIKA PROFESI KASUS ANGELINE. Pembunuhan Berencana Angeline

KASUS ETIKA PROFESI KASUS ANGELINE. Pembunuhan Berencana Angeline KASUS ETIKA PROFESI KASUS ANGELINE Pembunuhan Berencana Angeline A. IDENTIFIKASI ISU 1. ISU FAKTUAL - APA YANG TERJADI? Pembunuhan berencana Angeline yang dilakukan oleh ibu angkat dan pembantunya. - DIMANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecil, memaksa para perempuan untuk menjadi tenaga kerja wanita di luar

BAB I PENDAHULUAN. kecil, memaksa para perempuan untuk menjadi tenaga kerja wanita di luar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan hidup yang relatif meningkat dan pendapatan yang lebih kecil, memaksa para perempuan untuk menjadi tenaga kerja wanita di luar negeri, karena mendapatkan

Lebih terperinci

PEMERKOSAAN,PERBUDAKAN SEKSUALITAS

PEMERKOSAAN,PERBUDAKAN SEKSUALITAS PEMERKOSAAN,PERBUDAKAN SEKSUALITAS Di dunia ini Laki-laki dan perempuan memiliki peran dan status sosial yang berbeda dalam masyarakat mereka, dan Komisi diharuskan untuk memahami bagaimana hal ini berpengaruh

Lebih terperinci

Karya Kreatif Tanah Air Beta

Karya Kreatif Tanah Air Beta Mulyanissa 1 Hapsari Athaya Mulyanissa Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 1 Desember 2011 Karya Kreatif Tanah Air Beta Bagian I: Tujuan Penulisan Tanah Air Beta adalah novel yang dibuat berdasarkan film

Lebih terperinci

pembentukan komisi kepresidenan

pembentukan komisi kepresidenan Keluarga korban pelanggaran HAM usul pembentukan komisi kepresidenan Setara dan keluarga korban mengatakan tidak ada rekonsiliasi tanpa pengungkapan kebenaran Published 3:47 PM, March 29, 2016 TUNTUT KEADILAN.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berasal dari Tuhan, dan tidak dapat diganggu gugat oleh. Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan salah satu nilai dasar

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berasal dari Tuhan, dan tidak dapat diganggu gugat oleh. Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan salah satu nilai dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia, dan mempunyai derajat yang luhur sebagai manusia, mempunyai budi dan karsa yang merdeka sendiri. Semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah Negara hukum berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah Negara hukum berdasarkan Pancasila 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia adalah Negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945 yang menjujung tingi hak dan kewajiban bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu hal penting yang telah menjadi perhatian serius oleh pemerintah pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),

Lebih terperinci

KEADILAN UNTUK MASYARAKAT PAPUA

KEADILAN UNTUK MASYARAKAT PAPUA KEADILAN UNTUK MASYARAKAT PAPUA Disusun Oleh : Nama : Rian Eka Putra Nim : 11.11.5130 Dosen : Drs. Tahajudin Sudibyo Kelompok : D Untuk memenuhi salah satu syarat Mata Kuliah Pendidikan Pancasila JURUSAN

Lebih terperinci

JAKARTA 14 FEBRUARI 2018

JAKARTA 14 FEBRUARI 2018 KAJIAN KRITIS DAN REKOMENDASI KOALISI PEREMPUAN INDONESIA TERHADAP RANCANGAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (R-KUHP) YANG MASIH DISKRIMINATIF TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK SERTA MENGABAIKAN KERENTANAN

Lebih terperinci

Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/ :41:24

Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/ :41:24 Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/2014 11:41:24 2 Buku BI 3 (12 des).indd 2 16/12/2014 11:41:25 Bintang berkunjung ke rumah Tante Menik, adik ibunya. Tante Menik seorang wartawati. Rumah Tante Menik kecil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk berpikir, kemampuan afektif merupakan respon syaraf simpatetik atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk berpikir, kemampuan afektif merupakan respon syaraf simpatetik atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempunyai tiga kemampuan yaitu kemampuan kognitif, afektif, dan perilaku. Kemampuan kognitif merupakan respon perseptual atau kemampuan untuk berpikir,

Lebih terperinci

KASUS PELANGGARAN HAM BERAT 1965*

KASUS PELANGGARAN HAM BERAT 1965* MASALAH IMPUNITAS DAN KASUS PELANGGARAN HAM BERAT 1965* Oleh MD Kartaprawira Bahwasanya Indonesia adalah Negara Hukum, dengan jelas tercantum dalam Pasal 1 ayat 3 UUD 1945. Siapa pun tidak bisa mengingkari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan cepat, dan memiliki tampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. membuat informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan cepat, dan memiliki tampilan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masyarakat kian tergantung dengan media massa, yang menjadi salah satu sumber informasi yang sangat dibutuhkan khalayak. Terlebih dengan kecanggihan teknologi di mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kontrol..., Agam, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kontrol..., Agam, Fakultas Psikologi 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, kasus tindak kekerasan semakin marak terjadi. Hal tersebut tidak hanya terjadi di tempat yang rawan kriminalitas saja tetapi juga banyak terjadi di berbagai

Lebih terperinci

Kenapa Isu PKI Muncul

Kenapa Isu PKI Muncul Kenapa Isu PKI Muncul ketika Pemerintah sedang Mengebut Pembangunan dan Penegakan Hukum? https://seword.com/politik/kenapa-isu-pki-muncul-ketika-pemerintah-sedang-mengebut-pembangunan-dan-penegakan-hukum/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pun mulai bebas mengemukakan pendapat. Salah satunya adalah kebebasan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. pun mulai bebas mengemukakan pendapat. Salah satunya adalah kebebasan di bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Runtuhnya orde baru dan beralih menjadi era reformasi di Indonesia telah memberikan kebebasan, dalam arti wartawan bebas memberikan suatu informasi. Masyarakat pun

Lebih terperinci

10 Kasus yang Belum Terselesaikan 67 Tahun Indonesia, Melawan Lupa

10 Kasus yang Belum Terselesaikan 67 Tahun Indonesia, Melawan Lupa http://id.berita.yahoo.com/10-kasus-yang-belum-terselesaikan.html 10 Kasus yang Belum Terselesaikan 67 Tahun Indonesia, Melawan Lupa Oleh Vista Yahoo! News Rab, 15 Agu 2012 Sebentar lagi Hari Raya Idul

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014 ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014 PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya hak-hak asasi dan kebebasan-kebebasan fundamental manusia melekat pada setiap orang tanpa kecuali, tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Abortus provocatus di Indonesia lebih populer disebut sebagai aborsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Abortus provocatus di Indonesia lebih populer disebut sebagai aborsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abortus provocatus di Indonesia lebih populer disebut sebagai aborsi (pengguguran kandungan). Maraknya aborsi dapat diketahui dari berita di surat kabar atau

Lebih terperinci

Tentu saja bukan hanya Amerika, menurut saya banyak negara, bahkan negara sekecil Singapura saja punya kepentingan.

Tentu saja bukan hanya Amerika, menurut saya banyak negara, bahkan negara sekecil Singapura saja punya kepentingan. Ray Rangkuti, Direktur Eksekutif Lingkar Madani Rakyat sengsara, karena selama ini presiden pilihannya menjadi boneka asing. Untuk meraup suara rakyat, maka menjelang Pileg 9 April lalu, calon presiden

Lebih terperinci

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA Oleh: Alva Nadia Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan Agama Dunia Maya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan kembali tercoreng. Sabtu 22 Maret 2014, Polda Metro

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan kembali tercoreng. Sabtu 22 Maret 2014, Polda Metro BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan kembali tercoreng. Sabtu 22 Maret 2014, Polda Metro Jaya mendapat laporan atas kejadian kasus pelecehan seksual. Korbannya adalah seorang murid

Lebih terperinci

Kepada Yth. Redaksi SKH Kedaulatan Rakyat Di tempat. Assalalamu alaikum wr. wb.

Kepada Yth. Redaksi SKH Kedaulatan Rakyat Di tempat. Assalalamu alaikum wr. wb. Kepada Yth. Redaksi SKH Kedaulatan Rakyat Di tempat Assalalamu alaikum wr. wb. Dengan hormat, Bersama ini saya kirimkan naskah terkait Hari Anak Nasional, dengan tema Selamatkan Anak dengan Gerakan Sadar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas merupakan fenomena yang sering terjadi, hal ini disebabkan oleh kecenderungan para pengemudi angkutan umum maupun kendaraan pribadi untuk mengambil

Lebih terperinci

Lembaran Fakta Universitas Pasundan, Saya Dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

Lembaran Fakta Universitas Pasundan, Saya Dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Lembaran Fakta Universitas Pasundan, Saya Dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Edisi Kedua, 27 September 2010. Oleh: Tisna Rudi Catatan Edisi Pertama Tgl. 27 Agustus 2010 sudah saya kirimkan sebagai attachment

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipakai untuk melakukan penyerangan kepada pihak musuh. Peraturanperaturan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipakai untuk melakukan penyerangan kepada pihak musuh. Peraturanperaturan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konvensi-konvensi Den Haag tahun 1899 merupakan hasil Konferensi Perdamaian I di Den Haag pada tanggal 18 Mei-29 Juli 1899. Konvensi Den Haag merupakan peraturan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki martabat yang berbeda beda dengan manusia yang lainnya karena Tuhan menciptakan manusia dengan sikap,perilaku dan fisik yang berbeda. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang akan dicapai dalam tugas akhir ini adalah membuat Film

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang akan dicapai dalam tugas akhir ini adalah membuat Film BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Tujuan yang akan dicapai dalam tugas akhir ini adalah membuat Film Drama Adaptasi Novel Cerita Pendek Tentang Cerita Cinta Pendek karangan Djenar Maesa Ayu

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA

PENDIDIKAN PANCASILA PENDIDIKAN PANCASILA KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena atas berkat dan rahmat-nya lah kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik, salawat serta

Lebih terperinci

(Matius 28:18-20, Kisah 1:8b)

(Matius 28:18-20, Kisah 1:8b) (Matius 28:18-20, Kisah 1:8b) Kita tidak diminta Tuhan Yesus datang ke gereja dengan konsep 4 D. Apa maksudnya? 4 D itu adalah Datang, Duduk, Diam, Dengar, tetapi kita perlu 4 P, apa itu? Pikirkan baik-baik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fenomena berpacaran sudah sangat umum terjadi dalam masyarakat. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan memahami lawan jenisnya

Lebih terperinci

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan Pendahuluan Kekerasan apapun bentuknya dan dimanapun dilakukan sangatlah ditentang oleh setiap orang, tidak dibenarkan oleh agama apapun dan dilarang oleh hukum Negara. Khusus kekerasan yang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penderitaan. Manusia diciptakan bersuku suku dan berbangsa bangsa untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. penderitaan. Manusia diciptakan bersuku suku dan berbangsa bangsa untuk saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya semua manusia mendambakan untuk hidup dalam suasana damai, tenteram, dan sejahtera, bahkan tak satupun makhluk hidup ini yang suka akan penderitaan.

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI III DPR-RI DENGAN KEPALA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL (BPHN) DALAM RANGKA PEMBAHASAN DIM RUU TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA ---------------------------------------------------

Lebih terperinci

Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris. dalam Genosida 65

Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris. dalam Genosida 65 Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris dalam Genosida 65 Majalah Bhinneka April 2, 2016 http://bhinnekanusantara.org/keterlibatan-pemerintah-amerika-serikat-dan-inggris-dalam-genosida-65/

Lebih terperinci

perkebunan kelapa sawit di Indonesia

perkebunan kelapa sawit di Indonesia Problem HAM perkebunan kelapa sawit di Indonesia Disampaikan oleh : Abdul Haris Semendawai, SH, LL.M Dalam Workshop : Penyusunan Manual Investigasi Sawit Diselenggaran oleh : Sawit Watch 18 Desember 2004,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 Pasal 28B ayat (2) yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 Pasal 28B ayat (2) yang menyatakan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3 Pelanggaran HAM Menurut Undang-Undang No.39 tahun 1999 pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. telah disaksikan tata pola penguasa negara. Jika dilihat kembali awal berdirinya Orde

I.PENDAHULUAN. telah disaksikan tata pola penguasa negara. Jika dilihat kembali awal berdirinya Orde I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kurang lebih 32 tahun Orde Baru berdiri, dan selama pemerintahan itu berlangsung telah disaksikan tata pola penguasa negara. Jika dilihat kembali awal berdirinya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 1999 TENTANG KOMISI INDEPENDEN PENGUSUTAN TINDAK KEKERASAN DI ACEH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 1999 TENTANG KOMISI INDEPENDEN PENGUSUTAN TINDAK KEKERASAN DI ACEH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 1999 TENTANG KOMISI INDEPENDEN PENGUSUTAN TINDAK KEKERASAN DI ACEH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berbagai tindak kekerasan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi dan proteksi Hak Asasi Manusia (HAM) boleh dikatakan telah menjadi agenda internasional. Jika sebelumnya, selama lebih dari 40 tahun, ide dan pelaksanaan HAM

Lebih terperinci

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 Oleh: Muh. Miftachun Niam (08430008) Natashia Cecillia Angelina (09430028) ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

KASUS ETIKA PROFESI POLISI BUNUH ANAK KANDUNG Brigadir Petrus Bakus

KASUS ETIKA PROFESI POLISI BUNUH ANAK KANDUNG Brigadir Petrus Bakus KASUS ETIKA PROFESI POLISI BUNUH ANAK KANDUNG Brigadir Petrus Bakus Nama anggota : NAMA NIM Agung Dwi Laksono 14102003 Ayu Rakhmawati 14102010 Bona Putra Sembiring 14102014 M. Fariz Azzam 14102030 Sania

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. segala bentuk dan prakteknya telah berupaya dikembangkan, namun. cacat dan kekurangan dari sistem tersebut semakin terlihat nyata.

BAB I PENGANTAR. segala bentuk dan prakteknya telah berupaya dikembangkan, namun. cacat dan kekurangan dari sistem tersebut semakin terlihat nyata. 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Setelah lebih dari satu dasawarsa reformasi dijalani bangsa Indonesia kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara cenderung mengalami kemunduran kualitas, meskipun sistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kejahatan yang semakin marak terjadi di kalangan masyarakat, dimana

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kejahatan yang semakin marak terjadi di kalangan masyarakat, dimana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perlindungan terhadap Anak yang dilakukan selama ini belum memberikan jaminan bagi Anak untuk mendapatkan perlakuan dan kesempatan yang sesuai dengan kebutuhannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Mendengar kata kekerasan, saat ini telah menjadi sesuatu hal yang diresahkan oleh siapapun. Menurut Black (1951) kekerasan adalah pemakaian kekuatan yang

Lebih terperinci

Kode Etik Jurnalistik

Kode Etik Jurnalistik Kode Etik Jurnalistik KEPRIBADIAN WARTAWAN INDONESIA Pasal 1 Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang dan tidak bertindak buruk. Penafsiran a. Independen berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahap interogasi / penyidikan sering terjadi tindakan sewenang-wenang

BAB I PENDAHULUAN. pada tahap interogasi / penyidikan sering terjadi tindakan sewenang-wenang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia merupakan pilar utama dalam setiap negara hukum, jika dalam suatu negara hak manusia terabaikan atau

Lebih terperinci

Kriminalitas Seksual di dalam Pendidikan

Kriminalitas Seksual di dalam Pendidikan Kriminalitas Seksual di dalam Pendidikan Disusun guna memenuhi tugas Bimbingan dan Konseling Dosen Pengampu: Muslikah Disusun Oleh: Andhika Cahya Purwanto 3401413084 Daftar Isi Pembukaan 1. Rumusan Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah saat ini sangat memprihatinkan bagi pendidik dan orangtua. Fenomena yang sering terjadi di sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan film di Indonesia akhir-akhir ini membuat sikap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan film di Indonesia akhir-akhir ini membuat sikap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan film di Indonesia akhir-akhir ini membuat sikap masyarakat menjadi berubah, masyarakat yang biasanya melihat film hanya untuk hiburan semata,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kata kekerasan sebenarnya sudah sangat sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari,

I. PENDAHULUAN. Kata kekerasan sebenarnya sudah sangat sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kata kekerasan sebenarnya sudah sangat sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah, di rumah maupun di masyarakat. Begitu banyaknya

Lebih terperinci