BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Kualitas Pelayanan A. Pengertian Kualitas Faktor utama yang menentukan kinerja suatu perusahaan adalah kualitas barang dan jasa yang dihasilkan. Produk dan jasa yang berkualitas adalah produk dan jasa yang sesuai dengan apa yang diinginkan oleh konsumennya. Oleh karena itu, sebuah organisasi atau perusahaan perlu mengenal konsumen dan mengetahui kebutuhan serta keinginannya. Persaingan yang semakin ketat akan membuat para pelaku bisnis menjadi lebih bergairah dalam memberikan pelayanan terhadap konsumen yang bertujuan untuk memberikan rasa puas terhadap pelanggan dan dapat memiliki daya saing dibandingkan kompetitor. Kualitas pelayanan menjadi kunci utama pada perusahaan jasa, jika pelayanan diberikan secara maksimal tentu akan mempengaruhi loyalitas seorang konsumen. Menurut Tjiptono dan Chandra (2011:164) konsep kualitas dianggap sebagai ukuran kesempurnaan sebuah produk atau jasa yang terdiri dari kualitas desain dan kualitas kesesuaian. Kualitas desain adalah fungsi secara spesifik sebuah produk atau jasa, kualitas kesesuaian adalah ukuran seberapa besar tingkat kesesuaian antara sebuah produk atau jasa dengan persyaratan atau spesifikasi kualitas yang ditetapkan sebelumnya. Dapat dikatakan kualitas adalah apabila beberapa faktor dapat memenuhi harapan konsumen seperti pernyataan tentang kualitas oleh Goetsch dan Davis (2013:45), Kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, sumber daya manusia, proses, dan lingkungan memenuhi atau melebihi harapan. Kualitas adalah kemampuan sebuah produk atau jasa dalam memuaskan kebutuhan dari pengguna produk atau jasa yang tidak bercacat. Seperti menurut 10

2 Gregoire (2010:29) Quality of a product or service that bears on its ability to satisfy stated or implied needs and a product or service that is free of defects. Kotler dan Keller (2012:151) juga mengemukakan pengertian kualitas adalah fitur dan karakteristik keseluruhan dari sebuah produk atau jasa yang memberikan pemuasan terhadap sebuah kebutuhan. Komitmen perusahaan untuk selalu meningkatkan kualitas adalah hal penting bagi perusahaan untuk dapat bertahan bersaing dengan perusahaan lainnya. Bagi perusahaan yang bergerak di bidang jasa, salah satu cara agar penjualan jasa suatu perusahaan lebih unggul dibandingkan para pesaingnya adalah dengan memberikan layanan yang berkualitas, yaitu yang dapat memenuhi tingkat kepentingan pelanggan. Menurut beberapa definisi di atas, kualitas adalah sebuah bentuk pengukuran terhadap suatu nilai layanan yang telah diterima oleh konsumen terhadap kondisi suatu produk atau jasa dalam memenuhi harapan. B. Jasa dan Pelayanan Jasa sering dipandang sebagai suatu fenomena yang rumit. Kata jasa itu sendiri mempunyai banyak arti, dari mulai pelayanan personal sampai jasa sebagai suatu produk. Jasa menurut Kotler dan Keller (2012:346) adalah Jasa adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Produksi jasa dapat terikat atau tidak pada suatu produk fisik. Menurut Vargo & Lusch (2011:17) Service is an interactive process of doing something for someone. Diartikan bahwa jasa merupakan proses interaksi dalam melakukan sesuatu kepada seseorang. Sama dengan halnya menurut Lovelock & Wirtz (2011:37) Service are economic activities offered by one party to another. Jasa adalah sebuah tindakan yang ditawarkan oleh pihak satu kepada pihak lain. Menurut Gummesson (2011:22) mengungkapkan bahwa jasa adalah Something which can be bought and sold but which you cannot drop on your 11

3 feet. Sehingga dikatakan bahwa layanan merupakan hal yang dapat dipertukarkan melalui beli dan jual namun tidak dapat dirasakan secara fisik atau panca indera. Jasa dikatakan intangible sama halnya dengan pendapat yang diungkapkan oleh Gronroos (2010:27) Jasa adalah proses yang terdiri atas serangkaian aktivitas intangible yang biasanya (namun tidak harus selalu) terjadi pada interaksi antara pelanggan dan karyawan jasa dan/ atau sumber daya fisik atau barang dan/ atau sistem penyedia jasa, yang disediakan sebagai solusi atas masalah pelanggan. Menurut Tjiptono (2012:3) Sebagai layanan, istilah service menyiratkan segala sesuatu yang dilakukan pihak tertentu (individu maupun kelompok) kepada pihak lain (individu maupun kelompok). Dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan layanan adalah sesuatu yang bisa ditawarkan untuk memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan. Layanan bisa terdiri atas barang dan juga jasa yang dihasilkan oleh perusahaan dalam rangka memenuhi keinginan dan kebutuhan para pemakainya. Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa layanan tidak sekedar dihasilkan untuk memenuhi keinginan sebuah perusahaan dalam rangka untuk mencapai keuntungan, akan tetapi juga dalam rangka memberikan kepuasan bagi pemakainya sesuai dengan penilaian secara umum dari layanan tersebut. Dalam pengertian ini bisa saja konsumen yang satu akan mendapatkan kepuasan bila mengkonsumsi layanan jenis A, akan tetapi konsumen yang lain belum tentu terpuaskan bila menggunakan jenis layanan yang sama. Sehingga untuk mengetahui suatu layanan dapat memberikan kepuasan atau tidak haruslah diukur berdasarkan skala mayoritas atau skala umum. Secara umum pengertian dan layanan di sini adalah merujuk pada fungsi layanan tersebut bukan siapa yang menghasilkan. Dari beberapa definisi di atas, dapat juga disimpulkan bahwa layanan/jasa adalah sebagai berikut: a. Layanan/jasa adalah sebuah aktifitas atau tindakan yang ditawarkan oleh pihak pemberi. b. Layanan/jasa tidak berwujud sehingga tidak dapat dirasakan oleh panca indera. c. Adanya interaksi antara pihak pemberi dan pihak penerima layanan/jasa. 12

4 C. Konsep Kualitas Pelayanan Pelayanan suatu perusahaan kepada konsumen sering kali menjadi tolak ukur bagi para konsumen sebagai acuan untuk melihat kualitas barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Kualitas pelayanan akan menjadi elemen yang dominan dari penilaian pelanggan, dimana pelanggan atau jasa yang ditawarkan dapat dikombinasikan dengan produk fisik, kualitas pelayanan sangat penting dalam menentukan kepuasan pelanggan (Zeithmal, Bitner, and Gremler, 2013:87). Menurut Tjiptono (2012:157), terdapat faktor yang mempengaruhi kualitas sebuah layanan adalah expected service (layanan yang diharapkan) dan perceived service (layanan yang diterima). Jika layanan yang diterima sesuai bahkan dapat memenuhi apa yang diharapkan maka jasa dikatakan baik atau positif. Dari beberapa pendapat, dapat di ambil garis besar bahwa kualitas layanan adalah kemampuan sebuah perusahaan dalam memenuhi harapan konsumen dengan memberikan layanan kepada konsumen pada saat berlangsung dan sesudah transaksi berlangsung. SUMBER Zeithmal, Bitner, and Gremler (2013:87) Tjiptono (2012:157) Peneliti Tabel 2.1 Perbandingan Definisi Kualitas Pelayanan DEFINISI Kualitas pelayanan akan menjadi elemen yang dominan dari penilaian pelanggan, dimana pelanggan atau jasa yang ditawarkan dapat dikombinasikan dengan produk fisik, kualitas pelayanan sangat penting dalam menentukan kepuasan pelanggan Faktor yang mempengaruhi kualitas sebuah layanan adalah expected service (layanan yang diharapkan) dan perceived service (layanan yang diterima). Jika layanan yang diterima sesuai bahkan dapat memenuhi apa yang diharapkan maka jasa dikatakan baik atau positif Kemampuan sebuah perusahaan dalam memenuhi harapan konsumen dengan memberikan layanan kepada konsumen pada saat berlangsung dan sesudah transaksi berlangsung 13

5 Dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa persamaan dari definisi-definisi diatas yaitu (a) kepuasan konsumen, (b) harapan konsumen. Adapun dimensi dari kualitas pelayanan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini: Kualitas pelayanan memiliki lima dimensi utama yaitu: bukti fisik, kehandalan, kesigapan, jaminan, dan empati (Parasuraman et al, dalam Kotler and Keller 2010:382). 1. Bukti fisik adalah tampilan fisik yang dapat diamati langsung oleh pelanggannya seperti desain interior, gedung, penampilan fisik karyawan, ketersediaan fasilitas internet dan kebersihan gedung. 2. Kehandalan adalah kemampuan suatu badan usaha atau lini usaha dalam memahami dan memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan secara cepat dan tepat. Hal ini tercemin dari kemampuan perusahaan untuk menepati janji kepada pelanggannya. 3. Kesigapan adalah upaya perusahaan dalam menanggapi masalah yang dihadapi oleh pelanggannya secara cepat dan tepat. Beberapa tanggung jawab yang harus dilakukan perusahaan terhadap pelanggannya yaitu memberikan respon yang baik dan cepat terhadap kebutuhan pelanggan serta memberikan informasi yang dibutuhkan pelanggan secara akurat dan memberikan solusi yang terbaik bagi pelanggannya. 4. Jaminan adalah kemampuan perusahaan memberikan jaminan kepada pelanggannya bahwa produk/jasa yang ditawarkannya merupakan produk/jasa yang aman sehingga pelanggan bebas dari resiko bahaya dan keragu-raguan. 5. Empati adalah upaya suatu perusahaan atau unit usaha dalam memberikan perhatian serta memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan. Selain itu perusahaan juga mampu memberikan bantuan dan solusi atas permasalahan yang dialami oleh pelanggannya. 14

6 Tabel 2.2 Dimensi Kualitas Pelayanan SUMBER Kotler and Keller (2010:382) Peneliti Bukti Fisik Kehandalan Kesigapan Jaminan Empati Bukti fisik Kehandalan Kesigapan Jaminan Empati DIMENSI Dari penjelasan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan memiliki lima dimensi utama. Dimensi-dimensi tersebut semuanya diteliti dalam penelitian ini, karena semua dimensi tersebut diterapkan oleh Café Halaman Tamansari Store Atmosphere Menurut Utami (2014:255) Suasana toko (store atmosphere) merupakan kombinasi dari karakteristik fisik toko seperti arsitektur, tata letak, pencahayaan, pemajangan, warna, temperature, musik, aroma yang secara menyeluruh akan menciptakan citra dalam benak konsumen. Berdasarkan kutipan tersebut, memperkuat bahwa store atmosphere mempengaruhi pembelian konsumen. Ada beberapa toko yang sangat memperhatikan penampilan luarnya dibanding dengan atmosphere yang dapat diciptakan toko tersebut. Dulu masyarakat memang tertarik untuk mengunjungi suatu toko hanya karena penampilan luarnya dan lebih mengandalkan persepsinya mengenai toko tersebut. Namun di zaman sekarang, layout toko, desain toko, serta fasilitas-fasilitas pendukung juga pada akhirnya 15

7 mempengaruhi perilaku pembeli, baik terhadap perasaan pelanggan tersebut terhadap toko atau bahkan keputusan untuk kembali ke toko tersebut. Menurut Levy dan Weitz (2012:556) mendefinisikan Customer purchasing behavior is also influenced by the store atmosphere. Artinya bahwa store atmosphere juga dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Menurut Kotler (2012;60) Setiap toko mempunyai penampilan. Toko tersebut harus mempunyai atmosphere berencana yang sesuai dengan pasar sasarannya dan memikat konsumen untuk membeli Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa proses penciptaan store atmosphere adalah kegiatan merancang lingkungan pembelian dalam toko dengan menentukan karakteristik fisik toko tersebut melalui pengaturan dan pemilihan fasilitas fisik toko dan aktivitas barang dagangan. Lingkungan pembelian yang terbentuk pada akhirnya akan menciptakan image dari toko, menimbulkan kesan yang menarik dan menyenangkan bagi konsumen untuk melakukan pembelian. SUMBER Utami (2014:255) Levy dan Weitz (2012:556) Kotler (2012:60) Peneliti Tabel 2.3 Perbandingan Definisi Store Atmosphere DEFINISI Merupakan kombinasi dari karakteristik fisik toko seperti arsitektur, tata letak, pencahayaan, pemajangan, warna, temperature, musik, aroma yang secara menyeluruh akan menciptakan citra dalam benak konsumen Store atmosphere juga dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen Setiap toko mempunyai penampilan, toko tersebut harus mempunyai atmosphere berencana yang sesuai dengan pasar sasarannya dan memikat konsumen untuk membeli Kegiatan merancang lingkungan pembelian dalam toko dengan menentukan karakteristik fisik toko tersebut melalui pengaturan dan pemilihan fasilitas fisik toko dan aktivitas barang dagangan 16

8 Dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa persamaan dari definisi definisi diatas yaitu (a) penampilan toko, (b) karakteristik fisik toko, (c) menarik perhatian konsumen. Adapun dimensi dari store atmosphere tersebut dapat dilihati pada tabel berikut dibawah ini: Menurut Berman and Evans (2010:509) dimensi-dimensi dari store atmosphere terdiri dari: exterior, general interior, store layout, dan interior display. Masing-masing elemen tersebut akan dijelaskan dibawah ini: 1. Exterior Exterior toko memiliki pengaruh yang sangat kuat pada image toko tersebut dan harus direncanakan sebaik mungkin. Exterior terdiri dari: a. Bagian depan toko Bagian depan toko adalah total eksterior fisik yang ada di toko tersebut. b. Papan nama toko Papan nama toko adalah tanda yang digunakan untuk memajang nama atau logo suatu toko. Papan nama toko dapat dicat atau lampu neon, dicetak atau script, dan dapat terdiri dari nama atau logo saja atau dikombinasikan dengan slogan (merek dagang) dan informasi lainnya. c. Pintu masuk toko Ada tiga hal utama yang harus diperhatikan dalam memutuskan pintu masuk toko yaitu: 1) Jumlah orang yang akan masuk harus ditentukan 2) Jenis pintu masuk yang akan dipilih 3) Walkway yang akan didesain d. Tampilan pajangan Tampilan pajangan memiliki dua tujuan utama yaitu untuk mengidentifikasi suatu toko dan barang-barang yang ditawarkan serta untuk mendorong orang untuk masuk. e. Tinggi bangunan Tinggi bangunan dapat disamarkan atau tidak disamarkan. Dengan menyamarkan tinggi bangunan, bagian dari toko atau shopping center dapat dibawah ground level. Dengan tidak menyamarkan tinggi bangunan, maka seluruh toko atau center dapat dilihat oleh pejalan kaki. f. Toko dan area sekitar Lingkungan sekitar toko dapat mengisyaratkan kisaran harga, level of service, dan lainnya. Daerah sekitar toko mencerminkan demografi dan gaya hidup orang-orang yang tinggal dekat dengan toko. g. Fasilitas tempat parkir Fasilitas parkir yang luas, gratis, dekat dengan toko akan menciptakan citra positif dibandingkan dengan parkir yang langka, mahal dan jauh. 17

9 2. General Interior General interior terdiri dari: a. Jenis lantai Penentuan jenis lantai, ukuran, desain, dan warna lantai dapat mempengaruhi presepsi konsumen terhadap citra toko. b. Warna dan pencahayaan Pencahayaan yang terang, warna-warna cerah berkontribusi pada suasana yang berbeda daripada cahaya pastel atau dinding putih polos. Kadangkadang ketika warna berubah, pelanggan mungkin awalnya tidak nyaman sampai mereka terbiasa dengan skema yang baru. c. Musik Musik dapat mempengaruhi suasana hati pelanggan. d. Perabot toko Perabot toko dapat direncanakan berdasarkan kedua utilitas mereka dan estetika. e. Tekstur dinding Tekstur dinding dapat menimbulkan kesan tertentu pada konsumen dan dapat membuat dinding terlihat lebih menarik. f. Suhu udara Pengelola toko harus mengatur suhu udara dalam toko sehingga tidak terlalu panas ataupun tidak terlalu dingin. g. Lorong ruang Jarak antara rak barang harus diatur sedemikian rupa agar cukup lebar dan membuat konsumen merasa nyaman dan betah berada di dalam toko. h. Kamar pas Fasilitas kamar ganti dengan warna, desain serta tata cahaya dan privasi yang baik perlu diperhatikan dan dibuat sedemikian rupa memberikan keamanan dan kenyamanan bagi konsumen. i. Alat transportasi antar lantai Suatu toko yang terdiri beberapa lantai harus memiliki vertical transportation berupa elevator, escalator, dan/ atau tangga. j. Karyawan toko Karyawan yang sopan, rapi, berpengetahuan dapat membuat atmosphere yang positif. k. Teknologi Toko yang menggunakan teknologi akan mengesankan orang dengan operasi yang efisien dan cepat. 18

10 l. Kebersihan Kebersihan dapat menjadi pertimbangan utama bagi konsumen untuk berbelanja di toko tersebut. Pengelola toko harus mempunyai rencana yang baik dalam pemeliharaan kebersihan toko. 3. Store Layout Pengaturan dari peralatan, barang dagangan, gang-gang dalam toko serta fasilitas toko yang ditempatkan yang sesuai. Dalam merancang store layout perlu diperhatikan hal-hal berikut: a. Alokasi ruang lantai 1) Selling space Digunakan untuk memajang barang, berinteraksi antara konsumen dan karyawan toko, demonstrasi, dan lainnya. 2) Merchandise space Digunakan untuk ruang menyimpan barang yang tidak dipajang. 3) Personnel space Ruangan yang disediakan untuk karyawan berganti pakaian, makan siang dan coffee break, dan ruangan untuk beristirahat. 4) Customer space Ruangan yang disediakan untuk meningkatkan kenyamanan konsumen. b. Klasifikasi penawaran toko Mengklasifikasikan produk yang ditawarkan untuk menentukan penempatan produk, dilakukan berdasarkan karakteristik dari masingmasing produk. Klasifikasi produk dilakukan berdasarkan pada pembagian sebagai berikut: 1) Produk berdasarkan fungsi 2) Produk berdasarkan motivasi pembeli 3) Produk berdasarkan segmen pasar 4) Produk berdasarkan storability Mengatur lalu lintas di dalam toko dilakukan dengan menggunakan dua pola yaitu: straight (gridion) traffic flow dan curving (free-flowing) traffic flow. Masing-masing pola memiliki kelebihan tersendiri. 1) Dapat menciptakan atmosphere yang efisien 2) Menciptakan ruang yang lebih banyak untuk memajang produk 3) Menghemat waktu belanja 4) Mempermudah mengontrol barang dan dapat menerapkan self service Pola curving (free-flowing) traffic flow memiliki kelebihan sebagai berikut: 19

11 1) Dapat menciptakan atmosphere yang lebih bersahabat 2) Mengurangi rasa terburu-buru konsumen 3) Konsumen dapat berjalan-jalan keliling toko dengan pola yang berbeda-beda 4) Merangsang pembelian yang tidak direncanakan Pengaturan luas ruangan yang dibutuhkan diatur berdasarkan antara ruang penjualan dan ruang non penjualan. Pemetaan ruang toko dimaksudkan untuk mempermudah penempatan produk yang ditawarkan. Hasil terakhir yang menyangkut store layout adalah menyusun produk-produk yang ditawarkan sesuai dengan karakteristik produk. Produk dan merek yang paling menguntungkan harus ditempatkan dilokasi yang paling baik. Produk harus disusun berdasarkan ukuran, harga, warna, merek dan produk yang paling digemari konsumen. 4. Interior Display Poster, papan petunjuk dan ragam interior display lainnya dapat mempengaruhi atmosphere toko, karena memberikan petunjuk bagi konsumen. Selain memberikan petunjuk bagi konsumen, interior display juga dapat merangsang untuk melakukan pembelian. Macam-macam interior display antara lain: a. Assortment display Merupakan bentuk interior display yang digunakan untuk berbagai macam produk yang berbeda dan dapat mempengaruhi konsumen untuk merasakan, melihat, dan mencoba produk. Kartu ucapan, majalah, buku, dan produk sejenis lainnya merupakan produk-produk yang menggunakan assortment display. b. Theme-setting displays Merupakan bentuk interior displays yang menggunakan tema-tema tertentu. Theme-setting displays digunakan dengan tujuan untuk membangkitkan suasana atau nuansa tertentu. Biasanya, digunakan dalam event-event tertentu seperti menyambut hari kemerdekaan dan hari besar lainnya. c. Ensemble displays Merupakan bentuk interior displays yang digunakan untuk satu stel produk yang merupakan gabungan dari berbagai macam produk. Biasanya digunakan untuk produk satu stel pakaian (sepatu, kaos kaki, celana, baju, dan jaket). d. Rack displays Merupakan bentuk interior displays yang memiliki fungsi utama sebagai tempat atau gantungan untuk produk yang ditawarkan. Bentuk lain dari 20

12 rack displays adalah case displays digunakan untuk produk-produk seperti catatan, buku, dan sejenisnya. e. Cut case Merupakan interior displays yang murah hanya menggunakan kertas biasa. Biasanya digunakan di supermarket atau toko yang sedang menyelenggarakan diskon. Bentuk dari cut case adalah dump bin, merupakan tempat menumpuk pakaian-pakaian atau buku-buku yang sedang diskon. SUMBER Tabel 2.4 Dimensi Store Atmosphere DIMENSI Berman and Evans (2010:509) Exterior General Interior Store Layout Interior Display Peneliti Exterior General Interior Store Layout Interior Display Terdapat beberapa poin dalam dimensi tersebut yang tidak diteliti dalam penelitian ini dikarenakan poin tersebut dinilai tidak sesuai dengan konsep yang diterapkan oleh Café Halaman Tamansari atau poin-poin tersebut sudah diteliti sebelumnya dalam variabel kualitas pelayanan, dimana poin-poin tersebut adalah sebagai berikut: 1. Dalam dimensi exterior, poin bagian depan toko, pintu masuk toko, tampilan pajangan, dan tinggi bangunan tidak diteliti dalam penelitian ini karena untuk poin bagian depan toko sudah diteliti dalam variabel kualitas pelayanan, sedangkan untuk poin pintu masuk toko, Café Halaman Tamansari memiliki konsep outdoor sehingga poin ini dinilai tidak sesuai. Poin tampilan pajangan juga dinilai tidak sesuai karena Café Halaman Tamansari tidak memajang produk yang ditawarkannya. 2. Dalam dimensi general interior, poin jenis lantai, perabot toko, tekstur dinding, suhu udara, lorong ruang dan alat transportasi lantai antar lantai, karyawan toko, dan kebersihan tidak diteliti karena Café Halaman Tamansari 21

13 memiliki konsep kafe yang terbuka dimana tidak banyak dinding yang nenyekat ruangan yang ada di kafe tersebut dan Café Halaman Tamansari tidak memerlukan alat transportasi antar lantai karena Café Halaman Tamansari hanya memiliki satu lantai. Untuk poin lainnya seperti karyawan toko, dan kebersihan sudah diteliti dalam variabel kualitas pelayanan. 3. Dalam dimensi interior display, poin assortment display, ensemble displays, rack displays dan cut case dianggap tidak sesuai dengan konsep Café Halaman Tamansari karena Café Halaman Tamansari tidak mengimplementasikan poinpoin tersebut. Café Halaman Tamansari mengimplementasikan theme setting display dan wall decoration untuk menarik konsumen agar berkunjung ke Café Halaman Tamansari dan mempertahankan pelanggannya Loyalitas Pelanggan A. Pengertian Loyalitas Menurut Charantimath (2011:474), Loyalty is not simply repeated buying. Loyalty includes future purchase intentions, price sensitivity, and referral behavior (positive word of mouth). Dapat diartikan, loyalitas tidak hanya berupa pembelian ulang. Loyalitas juga termasuk memiliki niat untuk pembelian di masa depan, sensitivitas harga, dan perilaku seperti melakukan pembicaraan positif dari mulut ke mulut. Menurut Jasfar (2011:48), Loyalitas adalah sebagai salah satu bentuk dari sikap seperti behavioral intention dan propensity, dan ada pula yang menyebutkan sebagai repurchase behavior. Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat dikatakan loyal berarti setia, atau loyalitas dapat diartikan sebagai suatu kesetiaan. Kesetiaan ini timbul tanpa adanya paksaan, tetapi timbul dari kesadaran sendiri. B. Pelanggan Definisi pelanggan (customer) berasal dari kata custom yang didefinisikan sebagai membuat sesuatu menjadi kebiasaan atau biasa dan mempraktikan kebiasaan. Pelanggan adalah seseorang yang menjadi terbiasa untuk membeli. Kebiasaan itu terbentuk melalui pembelian dan interaksi yang sering selama periode waktu tertentu. Tanpa adanya hubungan yang kuat dan pembelian berulang, orang tersebut bukanlah pelanggan, ia adalah pembeli. ( 22

14 Menurut Charantimath (2011:451), A customer is anyone (organization) who receives and uses what an organization or individual provides. Diartikan pelanggan adalah seseorang atau organisasi yang menerima dan menggunakan apa yang disediakan oleh sebuah organisasi atau individu. Menurut Assauri (2012:15), Pelanggan merupakan pembeli atau konsumen yang melakukan pembelian atau mengkonsumsi kembali produk tertentu, berupa barang atau jasa semula. Berdasarkan beberapa definisi tersebut, pelanggan merupakan sebutan untuk pembeli yang memutuskan mengkonsumsi produk atau jasa dan pelanggan adalah pembeli yang pernah melakukan pembelian pada sebelumnya. C. Konsep Loyalitas Pelanggan Menjaga loyalitas pelanggan adalah hal utama dan merupakan asset yang mahal bagi perusahaan karena pelanggan yang loyal menjadi senjata perusahaan untuk tetap bertahan dalam dunia persaingan. Menurut Hoffman dan Bateson (2008:377), Customer loyalty is reflects an emotional attachment as well as a business attachment to the service firm. Diartikan loyalitas pelanggan mencerminkan ikatan emosional serta keterikatan pada perusahaan jasa. Loyalitas pelanggan menurut Lu Ting Pong dan Tang Pui Yee (2011:163) adalah, The willingness of customer to consistenly repatronize the same service provider/ service company. Diartikan ketersediaan pelanggan secara konsisten dalam melakukan pembelian ulang jasa di perusahaan yang sama. Berdasarkan definisi diatas, loyalitas pelanggan adalah sebuah sikap kesetiaan terhadap suatu produk atau layanan pada perusahaan yang sama dikarenakan pengalaman lalu yang telah dialami. Loyalitas pelanggan sangat penting artinya bagi perusahaan yang menjaga kelangsungan kegiatan usahanya. Pelanggan yang setia adalah mereka yang sangat puas dengan produk dan pelayanan tertentu, sehingga mempunyai antusiasme untuk memperkenalkannya kepada siapapun yang mereka kenal. 23

15 SUMBER Hoffman dan Bateson (2008:377) Lu Ting Pong dan Tang Pui Yee (2011:163) Peneliti Tabel 2.5 Perbandingan Definisi Loyalitas Pelanggan DEFINISI Diartikan loyalitas pelanggan mencerminkan ikatan emosional serta keterikatan pada perusahaan jasa Ketersediaan pelanggan secara konsisten dalam melakukan pembelian ulang jasa di perusahaan yang sama Sebuah sikap kesetiaan terhadap suatu produk atau layanan pada perusahaan yang sama dikarenakan pengalaman lalu yang telah dialami Dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa persamaan dari definisi definisi diatas yaitu (a) sikap kesetiaan (b) pada perusahaan yang sama. Adapun dimensi dari minat beli tersebut dapat dilihati pada tabel berikut dibawah ini: Menurut Griffin yang dikutip oleh Ratih Hurriyanti (2008:130), pelanggan yang loyal memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Melakukan pembelian ulang secara teratur Pelanggan yang merasa puas dengan produk atau jasa yang dibelinya, akan melakukan pembelian kembali. 2. Membeli diluar lini produk/jasa Selain melakukan pembelian produk atau jasa utama, pelanggan juga membeli produk di luar keinginan yang paling pokoknya. 3. Merekomendasikan kepada orang lain Memberikan rekomendasi kepada orang lain mengenai pembelian produk dan jasa pada perusahaan tersebut. 4. Menunjukkan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing Pelanggan tidak mudah beralih pada perusahaan lain yang menawarkan produk atau jasa yang serupa. 24

16 Tabel 2.6 Dimensi Loyalitas Pelanggan SUMBER Ratih Hurriyanti (2008:130) DIMENSI Melakukan pembelian ulang secara teratur Membeli diluar lini produk/jasa Merekomendasikan kepada orang lain Menunjukkan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing Peneliti Melakukan pembelian ulang secara teratur Merekomendasikan kepada orang lain Menunjukkan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing Pada tahap ini dimensi yang tidak diambil adalah membeli diluar lini produk/ jasa, karena Café Halaman Tamansari tidak menjual produk lain diluar makanan dan minuman sehingga untuk poin membeli diluar lini produk/ jasa tidak diteliti dalam penelitian ini karena dianggap tidak sesuai. 2.2 Penelitian Terdahulu Terkait Hubungan Antar Variabel Hubungan antar variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: A. Hubungan antara Variabel Kualitas Pelayanan dan Loyalitas Pelanggan Kualitas pelayanan memiliki pengaruh terhadap loyalitas pelanggan. Dari hasil penelitian sebelumnya, terbukti bahwa kualitas pelayanan memiliki pengaruh yang kuat dan positif terhadap loyalitas pelanggan. Semakin baik perusahaan mengelola kualitas pelayanannya maka loyalitas pelanggannyapun akan semakin baik juga. Penelitian sebelumnya terkait hal ini terangkum pada tabel berikut ini: 25

17 Tabel 2.7 Penelitian Terdahulu Terkait Hubungan Variabel Kualitas Pelayanan dan Loyalitas Pelanggan SUMBER HASIL PENELITIAN Surbakti (2010) Rita (2011) Kualitas pelayanan yang dilaksanakan Café ali baba Bandung pengaruhnya kuat dan positif dalam menciptakan loyalitas konsumen Penelitian ini menemukan bahwa 5 dimensi kualitas pelayanan tersebut mempengaruhi loyalitas pelanggan pada bisnis terutama dimensi tangible Dari tabel diatas, maka bisa digambarkan hubungan antara variabel kualitas pelayanan dan loyalitas pelanggan seperti yang terlihat pada gambar berikut ini: Kualitas Pelayanan Surbakti (2010) Rita (2011) Loyalitas Pelanggan Gambar 2.1 Hubungan antara Variabel Kualitas Pelayanan dan Loyalitas Pelanggan B. Hubungan antara Variabel Store Atmosphere dan Loyalitas Pelanggan Store atmosphere memiliki pengaruh terhadap loyalitas pelanggan. Dari hasil penelitian sebelumnya, terbukti bahwa Store atmosphere memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap loyalitas pelanggan. Store atmosphere yang menarik dapat menarik perhatian konsumen untuk berkunjung dan melakukan pembelian. 26

18 Tabel 2.8 Penelitian Terdahulu Terkait Hubungan Variabel Store Atmosphere dan Loyalitas Pelanggan SUMBER HASIL PENELITIAN Komalasari (2012) Kurniawan (2011) Store atmosphere mempunyai hubungan yang kuat dan positif terhadap loyalitas pelanggan pada Cafe Ngopi Doeloe Walaupun pelaksanaan store atmosphere yang dilakukan oleh China Emporium sudah baik namun konsumen China Emporium dinilai belum cukup loyal karena hanya memberikan pengaruh sebesar 19,26% Dari tabel diatas, maka bisa digambarkan hubungan antara variabel store atmosphere dan loyalitas pelanggan seperti yang terlihat pada gambar berikut ini: Store Atmosphere Komalasari (2012) Kurniawan (2011) Loyalitas Pelanggan Gambar 2.2 Hubungan antara Variabel Store Atmosphere dan Loyalitas Pelanggan C. Hubungan antara Variabel Kualitas Pelayanan, Store Atmosphere dan Loyalitas Pelanggan Kualitas pelayanan dan store atmosphere memiliki pengaruh terhadap loyalitas pelanggan. Dari hasil penelitian sebelumnya, terbukti bahwa kualitas pelayanan dan store atmosphere memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap loyalitas pelanggan. Semakin baik kualitas pelayanan yang diberikan dan semakin menarik store atmosphere yang dimiliki akan menarik konsumen untuk berkunjung dan apabila konsumen merasa puas dengan pelayanan yang diterimanya maka konsumen tersebut akan menjadi pelanggan yang loyal. 27

19 Tabel 2.9 Penelitian Terdahulu Terkait Hubungan Variabel Kualitas Pelayanan, Store Atmosphere dan Loyalitas Pelanggan SUMBER HASIL PENELITIAN Primarini (2011) Rahmawati (2012) Wiriji (2014) Kualitas pelayanan memiliki pengaruh yang sangat kuat dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan yaitu sebesar 56,4% dan pengaruh yang paling kecil adalah variabel suasana toko sebesar 12,5% terhadap loyalitas pelanggan Pengaruh store atmosphere dan kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan pada Resto Sobbers Bandung sebesar 22,7% dengan pengaruh yang signifikan. Secara parsial variabel yang memberikan pengaruh paling signifikan terhadap loyalitas pelanggan adalah kualitas pelayanan Terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara kualitas pelayanan, store atmosphere dan loyalitas pelanggan Dari tabel diatas, maka bisa digambarkan hubungan antara variabel kualitas pelayanan, store atmosphere dan loyalitas pelanggan seperti yang terlihat pada gambar berikut ini: Kualitas pelayanan Store Atmosphere Primarini (2011) Rahmawati (2012) Wiriji (2014) Gambar 2.3 Loyalitas Pelanggan Hubungan antara Variabel Kualitas Pelayanan, Store Atmosphere dan Loyalitas Pelanggan Dilihat dari hasil beberapa penelitian terdahulu ternyata baik dari variabel kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan dan variabel store atmosphere terhadap loyalitas pelanggan memiliki pengaruh yang kuat, signifikan dan positif, dan dari beberapa penelitian mengenai topik yang berkaitan dengan kualitas 28

20 pelayanan, store atmosphere dan loyalitas pelanggan. Maka yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah dari objek dan tempat penelitian serta variabel yang diteliti bersumber dari tiga variabel, yaitu: kualitas pelayanan, store atmosphere dan loyalitas pelanggan. Pada penelitian ini juga mengambil analisis pelanggan Café Halaman Tamansari. Walaupun terdapat perbedaan dengan penelitian terdahulu, namun beberapa hubungan variabel dan dimensi yang digunakan oleh peneliti terdahulu dijadikan sebagai rujukan dalam penelitian ini. 2.3 Kerangka Pemikiran Perkembangan industri saat ini menyebabkan tingginya persaingan dan semakin maraknya pertumbuhan perusahaan sejenis kafe di Kota Bandung, perusahaan harus melakukan strategi yang sesuai dan berusaha memenuhi atau memuaskan kebutuhan konsumennya. Memuaskan konsumen serta mendapatkan loyalitas merupakan salah satu tujuan dari suatu perusahaan. Perusahaan yang baik akan lebih memfokuskan kegiatan penjualannya pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumennya. Biaya yang dikeluarkan untuk mempertahankan konsumen yang sudah ada jauh lebih kecil dibanding dengan mencari konsumen baru. Untuk mempertahankan konsumen, perusahaan terlebih dahulu harus dapat memuaskan dan memenuhi kebutuhannya. Untuk itu, perusahaan harus mampu memahami bagaimana perilaku konsumen dalam memilih kafe dan bagaimana proses keputusan pembeliannya. Kualitas pelayanan merupakan salah satu hal yang nyata dalam mempengaruhi keputusan konsumen untuk berkunjung dan melakukan pembelian di kafe tersebut. Unsur-unsur yang termasuk di dalam kualitas pelayanan antara lain: Bukti fisik, yang meliputi kebersihan kafe, tampilan kafe, kenyamanan kafe Kehandalan, yang meliputi kecepatan pelayan, ketepatan pelayanan Kesigapan, yang meliputi daya tanggap pelayan, kesediaan pelayan Jaminan, yang meliputi kemampuan pelayan, sikap pelayan 29

21 Empati, yang meliputi perhatian pelayan, dan juga keramahan pelayan Kualitas pelayanan yang dianggap baik yaitu mampu memberikan layanan yang sesuai dengan harapan konsumen. Proses tersebut mempunyai arti suatu upaya perusahaan dalam menjalankan dan melaksanakan aktivitasnya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumennya. Selain itu store atmosphere juga merupakan salah satu hal yang nyata dalam mempengaruhi keputusan konsumen untuk berkunjung dan melakukan pembelian di kafe tersebut. Unsur-unsur yang termasuk di dalam store atmosphere antara lain: Exterior, yang meliputi papan nama toko, toko dan area sekitar, fasilitas tempat parkir General Interior, yang meliputi warna dan pencahayaan, musik, kamar pas, teknologi Store Layout, yang meliputi alokasi ruangan, arus lalu lintas Interior Display, yang meliputi theme setting display, dan wall decoration Store atmosphere yang baik yaitu yang mampu menarik perhatian konsumen untuk berkunjung dan melakukan pembelian. Semakin baik store atmosphere yang dimiliki suatu kafe makan konsumen yang berada di dalam kafe tersebut akan merasa nyaman dan akan melakukan kunjungan kembali. Loyalitas pelanggan merupakan tujuan suatu perusahaan, untuk mengukur tingkat loyal seorang konsumen terdapat beberapa indikator, diantaranya: Melakukan pembelian ulang secara teratur, yang terdiri dari pelanggan menjaga hubungan baik dengan kafe, adanya keinginan untuk beralih dari kafe sebelumnya Merekomendasikan kepada orang lain, yang terdiri dari faktor ketertarikan dan sikap loyal pelanggan, kesediaan pelanggan untuk merekomendasikan Menunjukkan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing, yang terdiri dari kesediaan pelanggan untuk membayar lebih, dan sikap pelanggan dalam memilih kafe Dengan demikian, jika kualitas pelayanan yang diberikan oleh pihak kafe baik, dan store atmosphere yang dimiliki kafe juga menarik, maka akan membuat 30

22 konsumen melakukan pembelian ulang dan pada akhirnya membantu perusahaan dalam mencapai tujuan akhir perusahaan yaitu menciptakan loyalitas pelanggan. Konsumen yang loyal akan melakukan pembelian ulang secara teratur, memberikan referensi, dan tidak tertarik terhadap produk pesaing. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka penulis menyusun paradigma penelitian sebagai berikut: Kualitas Pelayanan (X 1 ) Bukti Fisik Kehandalan Kesigapan Jaminan Empati Store Atmosphere (X 2 ) Exterior General Interior Store Layout Interior Display Loyalitas Konsumen (Y) Melakukan pembelian ulang secara teratur Merekomendasikan kepada orang lain Menunjukan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing Gambar 2.4 Paradigma Penelitian 2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: Hipotesis secara parsial H 0 : Variabel kualitas pelayanan tidak berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan Café Halaman Tamansari. H 1 : Variabel kualitas pelayanan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan Café Halaman Tamansari. 31

23 H 0 : Variabel store atmosphere tidak berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan Café Halaman Tamansari. H 2 : Variabel store atmosphere berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan Café Halaman Tamansari. Hipotesis secara simultan H 0 : Variabel kualitas pelayanan dan store atmosphere tidak berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan Café Halaman Tamansari. H 3 : Variabel kualitas pelayanan dan store atmosphere berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan Café Halaman Tamansari. 32

BAB I PENDAHULUAN. dibidang ini, semakin banyak pula pesaing yang dihadapi. Pada zaman sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. dibidang ini, semakin banyak pula pesaing yang dihadapi. Pada zaman sekarang ini BAB I PENDAHULUAN - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman kebutuhan manusia telah dan akan semakin kompleks. Kebutuhan manusia yang mendasar atau disebut dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Store Atmosphere Store atmosphere adalah suasana toko yang sangat berpengaruh bagi sebuah toko untuk membuat pelanggan merasa betah dan nyaman memilihmilih jenis

Lebih terperinci

Pengaruh Atmosfer Toko Terhadap Keputusan Pembelian

Pengaruh Atmosfer Toko Terhadap Keputusan Pembelian Pengaruh Atmosfer Toko Terhadap Keputusan Pembelian I. Pengertian Perilaku Konsumen Menurut Solomon (2000), perilaku konsumen adalah studi yang meliputi proses ketika individu atau kelompok tertentu membeli,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan usaha bisnis dalam era globalisasi saat ini semakin pesat ditandai dengan tingkat persaingan antar perusahaan yang semakin tinggi dan ketat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Info Bisnis, Maret 2007:30 (www.about;retail 8/10/2009).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Info Bisnis, Maret 2007:30  (www.about;retail 8/10/2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung saat ini terkenal dengan sebagai salah satu kota wisata yang sangat digemari oleh para wisatawan baik itu turis lokal maupun mancanegara, hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia. Seiring dengan berjalannya waktu kini makanan bukan hanya menjadi kebutuhan pokok tapi juga gaya hidup bagi masyarakat kota.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha bisnis ritel di kota Padang mengalami perkembangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Usaha bisnis ritel di kota Padang mengalami perkembangan yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha bisnis ritel di kota Padang mengalami perkembangan yang cukup pesat pada beberapa tahun terakhir ini dengan berbagai macam bentuk dan jenisnya. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman keberadaan bisnis eceran ditengahtengah masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan dalam pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengertian atmosfer toko adalah gambaran suasana keseluruhan dari sebuah toko yang

BAB I PENDAHULUAN. pengertian atmosfer toko adalah gambaran suasana keseluruhan dari sebuah toko yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kata atmosphere, berasal dari bahasa Inggris yang berarti suasana. Secara umum, pengertian atmosfer toko adalah gambaran suasana keseluruhan dari sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin ketatnya kondisi persaingan yang ada menuntut setiap perusahaan untuk mampu mempertahankan usahanya. Hal ini merupakan suatu peluang dan tantangan bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. henti-hentinya bagi perusahaan-perusahaan yang berperan di dalamnya. Banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. henti-hentinya bagi perusahaan-perusahaan yang berperan di dalamnya. Banyaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat saat ini, dapat dilihat bahwa sektor dunia usaha saat ini telah menjadi suatu arena persaingan yang sengit dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan usaha sektor jasa di Indonesia berlangsung cukup pesat, meskipun keadaan perekonomian Indonesia sedang mengalami masa yang cukup sulit pada saat sekarang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berikut hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh store

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berikut hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh store BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berikut hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh store atmosphere terhadap keputusan pembelian konsumen di the Summit Boutique Outlet Bandung. Hasil uji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota Bandung di akhir pekan dan hari libur. Hal ini dapat dilihat dari pusat perbelanjaan

BAB I PENDAHULUAN. kota Bandung di akhir pekan dan hari libur. Hal ini dapat dilihat dari pusat perbelanjaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berbagai jenis bisnis di Indonesia mengalami berbagai tantangan seiring dengan arus globalisasi dan perkembangan zaman yang memicu meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis UKDW

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bisnis ritel, merupakan bisnis yang menjanjikan karena dapat memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia di akhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di Indonesia saat ini belum juga menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di Indonesia saat ini belum juga menunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan ekonomi di Indonesia saat ini belum juga menunjukkan kemajuan yang lebih baik dalam usaha pemulihan keadaan perekonomian saat ini. Hal ini mengakibatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin besarnya antusiasme dan agresifitas para pelaku bisnis baik di sektor industri, jasa,

Lebih terperinci

diarahkan untuk memenuhi tujuan tersebut.

diarahkan untuk memenuhi tujuan tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Di satu sisi, eraglobalisasi memperluas pasar produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan berbagai barang konsumsi sehari-hari, mengalami. peningkatan dalam waktu-waktu belakangan ini.

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan berbagai barang konsumsi sehari-hari, mengalami. peningkatan dalam waktu-waktu belakangan ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat akan berbagai barang konsumsi sehari-hari, mengalami peningkatan dalam waktu-waktu belakangan ini. Karena itu, konsumen membutuhkan adanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan. Sedangkan menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan. Sedangkan menurut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata atau tourism secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan. Sedangkan menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Promosi Promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku pembeli,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah cafe and resto.saat ini sudah banyak produsen cafe and

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah cafe and resto.saat ini sudah banyak produsen cafe and BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Di masa kini ada berbagai macam bisnis yang bisa menjadi peluang usaha salah satunya adalah cafe and resto.saat ini sudah banyak produsen cafe and resto yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komposisi produk buku dengan Focal Point meliputi 68 persen buku dan 32

BAB I PENDAHULUAN. komposisi produk buku dengan Focal Point meliputi 68 persen buku dan 32 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Perkembangan ekonomi Indonesia di sektor ritel semakin meningkat. Hal ini terjadi karena pengusaha, baik dari dalam maupun luar negeri yang terus menerus melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Pelayanan 2.1.1 Pengertian Kualitas Pelayanan Pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Suasana Toko Utami (2006:238) definisi suasana toko adalah sebagai berikut: Suasana toko adalah desain lingkungan melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bauran Pemasaran Jasa Pemasaran dalam suatu perusahaan akan menghasilkan kepuasan pelanggan serta kesejahteraan konsumen dalam jangka panjang sebagai kunci untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam bidang ritel yang saat ini tumbuh dan berkembang pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam bidang ritel yang saat ini tumbuh dan berkembang pesat seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dunia usaha di Indonesia semakin ketat, setiap perusahaan bersaing untuk menarik pelanggan dan mempertahankan eksistensinya di pasar. Termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan sebuah investasi yang tak ternilai harganya. Pada saat ini begitu banyaknya berdiri rumah sakit-rumah sakit maupun tempat perawatan kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang semakin ketat baik antar perusahaan domestik

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang semakin ketat baik antar perusahaan domestik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas pasar produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat persaingan dunia usaha dewasa ini terasa semakin ketat seiring

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat persaingan dunia usaha dewasa ini terasa semakin ketat seiring 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tingkat persaingan dunia usaha dewasa ini terasa semakin ketat seiring dengan mulai stabilnya perekonomian Indonesia setelah bertahun-tahun ditimpa krisis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri makanan dan minuman merupakan industri yang mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Data dari Biro Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan industri makanan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh pelanggan atau tidak. Lovelock (2008:5) mendefinisikan jasa (service) adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh pelanggan atau tidak. Lovelock (2008:5) mendefinisikan jasa (service) adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Jasa Keunggulan suatu jasa akan sangat ditentukan oleh kualitas, keunikan dan manfaat yang diberikan oleh jasa tersebut, apakah sesuai dengan yang diharapkan oleh pelanggan

Lebih terperinci

B AB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

B AB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara yang termasuk dalam kawasan tropis, yaitu kawasan yang memiliki hawa yang sangat panas. Sebagian orang mungkin mengeluh dengan panasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memiliki pelanggan yang loyal adalah tujuan akhir dari semua bisnis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memiliki pelanggan yang loyal adalah tujuan akhir dari semua bisnis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memiliki pelanggan yang loyal adalah tujuan akhir dari semua bisnis yang ada, tetapi kebanyakan perusahaan tidak menyadarinya. Demi tercapainya tujuan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat persaingan yang terjadi di dunia usaha dan industri saat ini berkembang semakin ketat. Hal tersebut terutama disebabkan oleh adanya perkembangan teknologi yang

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 2, Juni 2016 PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT MEMBELI KONSUMEN PADA MINIMARKET MITRA JAYA DI PONTIANAK

Bisma, Vol 1, No. 2, Juni 2016 PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT MEMBELI KONSUMEN PADA MINIMARKET MITRA JAYA DI PONTIANAK PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT MEMBELI KONSUMEN PADA MINIMARKET MITRA JAYA DI PONTIANAK ABSTRAK Clara Meirista Email: Clarameirista@gmail.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Profil Perusahaan Sejarah Perusahaan 1.2 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Profil Perusahaan Sejarah Perusahaan 1.2 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian 1.1.1 Profil Perusahaan Nama Usaha : Siete Cafe & Garden Tahun Berdiri : Mei 2012 Alamat : Jalan Sumur Bandung No. 20 Telepon : 022-2500453 Jam Operasi :

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dalam keadaan pembuatan keputusan secara cepat tanpa memikirkan akibat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dalam keadaan pembuatan keputusan secara cepat tanpa memikirkan akibat BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Impulse Buying Impulse Buying adalah perilaku berbelanja yang terjadi secara tidak terencana dalam keadaan pembuatan keputusan secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern menyebabkan banyaknya. pembangunan toko ritel yang berkonsep swalayan. Beberapa tahun terakhir,

I. PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern menyebabkan banyaknya. pembangunan toko ritel yang berkonsep swalayan. Beberapa tahun terakhir, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jaman yang semakin modern menyebabkan banyaknya pembangunan toko ritel yang berkonsep swalayan. Beberapa tahun terakhir, toko berkonsep swalayan banyak bermunculan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia selalu tidak pernah merasa puas meskipun kebutuhannya telah terpenuhi, dan akan selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Setelah kebutuhan-kebutuhan

Lebih terperinci

BABA II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. yang sangat berarti pada kualitas pelayanan sehingga mempengaruhi pada tingkat

BABA II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. yang sangat berarti pada kualitas pelayanan sehingga mempengaruhi pada tingkat BABA II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1. Pengertian Kualitas Pelayanan Kualitas pelayanan adalah keunggulan yang di harapkan dan mengendalikan atas tingkat keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, pasar bisnis serta segala jenis usaha di Indonesia mengalami metamorfosa seiring dengan berkembangnya laju perekonomian, perubahan teknologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumennya akan mengakibatkan perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. konsumennya akan mengakibatkan perubahan-perubahan yang terjadi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, persaingan bisnis akan menjadi sangat ketat. Hal ini disebabkan oleh adanya perkembangan ekonomi global yang bergerak di bidang yang sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini bisnis kuliner khususnya restoran, menjadi bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini bisnis kuliner khususnya restoran, menjadi bisnis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini bisnis kuliner khususnya restoran, menjadi bisnis yang berkembang pesat dan memiliki potensi perkembangan yang besar. Sebuah hasil riset terbaru

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri kuliner semakin pesat di Indonesia. Menurut Tjahjono Haryono sebagai ketua Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (Apkrindo) cabang Jawa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pemasaran Pengertian pemasaran secara konseptual kerap mengalami perkembangan seiring dengan berjalannya waktu. Berikut disajikan definisi pemasaran awal versi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini perekonomian Indonesia mengalami masa yang cukup sulit. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini perekonomian Indonesia mengalami masa yang cukup sulit. Seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan usaha kuliner di Indonesia berlangsung sangat cepat, meskipun sekarang ini perekonomian Indonesia mengalami masa yang cukup sulit. Seiring dengan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Jasa Jasa sering dipandang sebagai suatu fenomena yang rumit. Kata jasa itu sendiri mempunyai banyak arti, dari mulai pelayanan personal (personal service)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memasuki situasi dimana persaingan telah menjadi menu utama yang harus

I. PENDAHULUAN. memasuki situasi dimana persaingan telah menjadi menu utama yang harus 1 I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Semakin berkembangnya perekonomian Indonesia memunculkan dampak positif terhadap perkembangan dunia usaha di tanah air, perkembangan yang telah memasuki situasi dimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan pada era globalisasi membuat

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan pada era globalisasi membuat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan pada era globalisasi membuat kebutuhan masyarakat kota menjadi semakin berkembang pula. Gaya hidup masyarakat kota

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian pemasaran Perusahaan-perusahaan yang sukses saat ini memiliki persamaan dalam satu hal, yaitu mereka sangat fokus pada pelanggan dan mempunyai komitmen yang kuat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Service menurut Gronroos (1990). A SERVICE IS AN ACTIVITY OR SERIES OF ACTIVITY OF MORE OR LESS INTANGIBLE

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Service menurut Gronroos (1990). A SERVICE IS AN ACTIVITY OR SERIES OF ACTIVITY OF MORE OR LESS INTANGIBLE BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Service (jasa) Pengertian Service menurut Gronroos (1990). A SERVICE IS AN ACTIVITY OR SERIES OF ACTIVITY OF MORE OR LESS INTANGIBLE NATURE THAT NORMALLY, BUT NOT NECESSARILY,

Lebih terperinci

PENGARUH DESAIN ATMOSFER TOKO TERHADAP TANGGAPAN EMOSIONAL KONSUMEN ABSTRAK

PENGARUH DESAIN ATMOSFER TOKO TERHADAP TANGGAPAN EMOSIONAL KONSUMEN ABSTRAK PENGARUH DESAIN ATMOSFER TOKO TERHADAP TANGGAPAN EMOSIONAL KONSUMEN Mohammad Najib najib_muhammad@rocketmail.com Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji: 1) Apakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selling, (Anderassen et al, 1997) dengan tujuan membangun citra yang kuat

BAB I PENDAHULUAN. selling, (Anderassen et al, 1997) dengan tujuan membangun citra yang kuat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan peningkatan di dalam sektor jasa pelayanan perhotelan saat ini cukup pesat sehingga membawa perubahan pada pola hidup masyarakat dan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat pariwisata yang menarik. Berdasarkan data. Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung, hingga bulan September 2011 sudah

BAB I PENDAHULUAN. tempat pariwisata yang menarik. Berdasarkan data. Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung, hingga bulan September 2011 sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandung merupakan kota pariwisata yang didalamnya terdapat berbagai tempat pariwisata yang menarik. Berdasarkan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. tersebut adalah untuk mengetahui hubungan antara variabel Store Atmosphere dan Store

BAB V PENUTUP. tersebut adalah untuk mengetahui hubungan antara variabel Store Atmosphere dan Store BAB V PENUTUP Bab ini merupakan kesimpulan dari hasil yang telah disajikan pada bab sebelumnya. Bab ini berisikan keterbatasan penelitian dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. Penelitian ini akan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil penelitian dengan menggunakan data primer menunjukan bahwa. Probabilitas signifikansinya sebesar

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil penelitian dengan menggunakan data primer menunjukan bahwa. Probabilitas signifikansinya sebesar BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1.Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diperoleh maka dibuat kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil penelitian dengan menggunakan data primer menunjukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku (Nazir,

III. METODE PENELITIAN. lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku (Nazir, III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data 3.1.1 Jenis Penelitian Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematik dalam waktu yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN ,68% ,61% ,89% ,8% ,2%

BAB I PENDAHULUAN ,68% ,61% ,89% ,8% ,2% BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin majunya perkembangan zaman dan teknologi, gaya hidup masyarakat sekarang mulai berangsur angsur berubah mengikuti perubahan zaman. Banyaknya tempat

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi

BAB II KERANGKA TEORI. atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi BAB II KERANGKA TEORI 2.6 Definisi Ritel Kata ritel berasal dari bahasa Perancis, ritellier, yang berarti memotong, memecah, atau membagi sesuatu menjadi bagian yang lebih kecil. Bisnis ritel dapat dipahami

Lebih terperinci

10 c. Persepsi sikap terhadap penggunaan (attitude) d. Persepsi minat perilaku (behavioral intention to use) Persepsi pengguna terhadap manfaat teknol

10 c. Persepsi sikap terhadap penggunaan (attitude) d. Persepsi minat perilaku (behavioral intention to use) Persepsi pengguna terhadap manfaat teknol BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model Penerimaan Teknologi Technology Acceptance Model (TAM) merupakan salah satu model yang dibangun untuk menganalisis dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai distribusi dan saluran terakhir dari distribusi adalah pengecer (retailer).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai distribusi dan saluran terakhir dari distribusi adalah pengecer (retailer). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Pada era globalisasi sekarang ini industri sedang berkembang cukup pesat terutama industri di bidang retail. Produsen yang memproduksi barang tidak hanya memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat krisis moneter melanda Indonesia di akhir tahun 1997, yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat krisis moneter melanda Indonesia di akhir tahun 1997, yang kemudian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada saat krisis moneter melanda Indonesia di akhir tahun 1997, yang kemudian berkembang menjadi krisis ekonomi, perekonomian Indonesia banyak tertolong

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha jasa salon merupakan bisnis yang dapat dijadikan bisnis jangka panjang, dikarenakan kebutuhan fisik untuk seorang wanita dibutuhkan, bahkan seorang pria pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laju perkembangan suatu rumah tangga perusahaan dalam rangka pembangunan bangsa ditentukan oleh kemampuan investasi, mutu produksi, efisiensi dan efektifitas

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. mengetahui hubungan antara variabel Store Atmosphere terhadap Impulse Buying. pada Konsumen Toko Naughty Plaza Andalas Padang.

BAB V PENUTUP. mengetahui hubungan antara variabel Store Atmosphere terhadap Impulse Buying. pada Konsumen Toko Naughty Plaza Andalas Padang. BAB V PENUTUP Bab ini merupakan kesimpulan dari hasil yang telah disajikan pada bab sebelumnya. Bab ini juga berisikan keterbatasan penelitian dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pendahuluan Menghasilkan pelanggan yang puas saat ini tidaklah cukup. Bagi kelangsungan bisnis, menciptakan pelanggan yang loyal menjadi agenda penting

Lebih terperinci

7. Surat Survei. 8. Catatan Bimbingan Skripsi. 9. Daftar Riwayat Hidup BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

7. Surat Survei. 8. Catatan Bimbingan Skripsi. 9. Daftar Riwayat Hidup BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 7. Surat Survei 8. Catatan Bimbingan Skripsi 9. Daftar Riwayat Hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dan pertumbuhan ekonomi dalam dunia bisnis dizaman modern ini merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan konsumen. Seperti yang diungkapkan oleh Boyld, dkk. (2000:4)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan konsumen. Seperti yang diungkapkan oleh Boyld, dkk. (2000:4) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah kegiatan yang menghubungkan antara perusahaan dengan konsumen. Seperti yang diungkapkan oleh Boyld, dkk. (2000:4)

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pertumbuhan di kota ekonomi Surabaya yang maju dan berkembang pesat, telah terjadi perubahan di bidang industri dan produksi. Kegiatan ritel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bebas terus bergulir dan sulit untuk dihindari. Terlebih di era

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bebas terus bergulir dan sulit untuk dihindari. Terlebih di era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan bebas terus bergulir dan sulit untuk dihindari. Terlebih di era kecanggihan informasi dan teknologi seperti sekarang ini, apapun bisa di perjual belikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Teori Perilaku Beralasan ( Theory Of Reasoned Action)

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Teori Perilaku Beralasan ( Theory Of Reasoned Action) BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Manusia 1. Teori Perilaku Beralasan ( Theory Of Reasoned Action) Salah satu karakteristik reaksi perilaku manusia yang menarik adalah sifat diferensialnya. Maksudnya satu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mempengaruhi segala aspek perusahaan. Tanpa pemasaran tidak ada satupun

BAB II LANDASAN TEORI. mempengaruhi segala aspek perusahaan. Tanpa pemasaran tidak ada satupun 21 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Kegiatan pemasaran merupakan suatu fungsi yang luas dan dalam, yang mempengaruhi segala aspek perusahaan. Tanpa pemasaran tidak ada satupun perusahaan

Lebih terperinci

A. Penelitian Terdahulu

A. Penelitian Terdahulu BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Siregar (2008) judul skripsi Analisis Persepsi Kualitas Produk Simpati Terhadap Loyalitas Konsumen Pada Mahasiswa Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kualitas pelayanan (service quality) dipandang sebagai salah satu alat

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kualitas pelayanan (service quality) dipandang sebagai salah satu alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini kualitas pelayanan (service quality) dipandang sebagai salah satu alat untuk tetap berkompetisi secara kompetitif dalam pemasaran jasa (Lassar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri ritel merupakan industri yang strategis bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Industri ini merupakan

Lebih terperinci

Kewirausahaan II. Menjalankan Usaha ( Bagian 4 ) Disain / Renovasi / Eksterior / Interior Studi Kasus : Restoran. Rizal, S.ST., MM.

Kewirausahaan II. Menjalankan Usaha ( Bagian 4 ) Disain / Renovasi / Eksterior / Interior Studi Kasus : Restoran. Rizal, S.ST., MM. Kewirausahaan II Modul ke: Menjalankan Usaha ( Bagian 4 ) Disain / Renovasi / Eksterior / Interior Studi Kasus : Restoran Fakultas EKONOMI Program Studi Manajemen http://www.mercubuana.ac.id Rizal, S.ST.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh adanya perkembangan ekonomi global yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh adanya perkembangan ekonomi global yang bergerak di bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini, persaingan bisnis akan menjadi sangat ketat. Hal ini disebabkan oleh adanya perkembangan ekonomi global yang bergerak di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi sekarang ini, kebutuhan manusia sangat ditunjang oleh kemajuan dari ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi komputerisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang cukup positif. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang cukup positif. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri ritel merupakan salah satu dari sekian banyak industri yang mengalami perkembangan yang cukup positif. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi persaingan yang semakin ketat menuntut setiap perusahaan untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi persaingan yang semakin ketat menuntut setiap perusahaan untuk mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi persaingan yang semakin ketat menuntut setiap perusahaan untuk mampu bertahan hidup. Hal ini merupakan suatu peluang dan tantangan bisnis bagi setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas pasar produk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap perusahaan bertujuan agar perusahaannya mendapat keuntungan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap perusahaan bertujuan agar perusahaannya mendapat keuntungan yang 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Pemasaran dan Konsep Pemasaran Setiap perusahaan bertujuan agar perusahaannya mendapat keuntungan yang maksimal. Tujuan tersebut dapat tercapai apabila perusahaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Sebelumnya penulis telah melakukan penelitian dengan mengumpulkan data-data dari para responden dan menganalisis tentang pengaruh store atmosphere dan shopping

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 12 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Layanan/ Jasa Menurut Vargo & Lusch dalam Tjiptono (2012 : 2), Service is an interactive process of doing something for someone. Diartikan bahwa layanan/ jasa merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kotler & Amstrong (2012) E-commerce adalah saluran online yang

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kotler & Amstrong (2012) E-commerce adalah saluran online yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 E-commerce 2.1.1 Pengertian e-commerce Menurut Kotler & Amstrong (2012) E-commerce adalah saluran online yang dapat dijangkau seseorang melalui komputer, yang digunakan oleh pebisnis

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh bauran eceran (retail mix)

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh bauran eceran (retail mix) BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh bauran eceran (retail mix) terhadap keputusan memilih Kadai Papi Convenience Store Padang dapat disimpulkan bahwa : 1. Keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Roemah Kopi adalah sebuah cafe yang menggunakan konsep etnik Indonesia sehingga memberikan nuansa yang berbeda dan ini bisa menjadi daya tarik bagi

Lebih terperinci

DESAIN INTERIOR I PERANCANGAN RUANG PENJUALAN D W I R E T N O S A., M. S N

DESAIN INTERIOR I PERANCANGAN RUANG PENJUALAN D W I R E T N O S A., M. S N DESAIN INTERIOR I PERANCANGAN RUANG PENJUALAN D W I R E T N O S A., M. S N PENTINGNYA PERANCANGAN TOKO Desain interior yang menunjang menjadi sangat penting bahkan dapat menjadi keunggulan kompetitif bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihindari dalam industri. Hal ini ditandai dengan perubahan perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. dihindari dalam industri. Hal ini ditandai dengan perubahan perubahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang masalah Persaingan global pada saat ini sudah merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari dalam industri. Hal ini ditandai dengan perubahan perubahan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu industri yang paling dinamis saat ini, pemilik

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu industri yang paling dinamis saat ini, pemilik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu industri yang paling dinamis saat ini, pemilik bisnis retail, terutama yang berbasis toko (store based retailing), harus mampu mengantisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, dimana dapat dijadikan andalan utama untuk berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, dimana dapat dijadikan andalan utama untuk berfungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan nasional, dimana dapat dijadikan andalan utama untuk berfungsi semaksimal mungkin dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat ketat untuk mendapatkan konsumen. Persaingan itu membuat para

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat ketat untuk mendapatkan konsumen. Persaingan itu membuat para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat sekarang ini perkembangan dunia usaha penyajian makanan dan minuman (food service) membawa para pelaku dunia usaha tersebut ke persaingan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan umbi-umbian. Hasil kerajinan ditukar dengan hewan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan umbi-umbian. Hasil kerajinan ditukar dengan hewan. Dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dahulu orang berbelanja untuk memenuhi kebutuhan pokok, sayur ditukar dengan umbi-umbian. Hasil kerajinan ditukar dengan hewan. Dalam perkembangannya orang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Service Quality (Kualitas Pelayanan) 2.1.1.1 Pengertian Quality (Kualitas) Menurut Yamit (2004) kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ritel dewasa ini di Indonesia semakin pesat, data terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ritel dewasa ini di Indonesia semakin pesat, data terakhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan ritel dewasa ini di Indonesia semakin pesat, data terakhir hingga tahun 2001 jumlah ritel di Indonesia sudah mencapai 2072 gerai (Foster, 2008:7).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan barang dagangan (merchandising), penetapan harga, pengelolaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan barang dagangan (merchandising), penetapan harga, pengelolaan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bauran Pemasaran ritel (Retail Marketing Mix) Amir (2004) menyatakan bauran pemasaran ritel biasanya terdiri dari pengelolaan barang dagangan (merchandising), penetapan harga,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini perdagangan eceran pada pasar modern di Indonesia mengalami pertumbuhan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini perdagangan eceran pada pasar modern di Indonesia mengalami pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perdagangan eceran pada pasar modern di Indonesia mengalami pertumbuhan dan persaingan pesat dengan masuknya perusahaan besar seperti Alfa, Makro, Carrefour,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bicara mengenai bisnis, akhir-akhir ini marak bermunculan yang namanya bisnis

I. PENDAHULUAN. Bicara mengenai bisnis, akhir-akhir ini marak bermunculan yang namanya bisnis I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bicara mengenai bisnis, akhir-akhir ini marak bermunculan yang namanya bisnis ritel atau dalam bahasa inggris disebut retail. Ritel merupakan kegiatan bisnis yang

Lebih terperinci