ARAH DAN KEBIJAKAN GREEN INVESTMENT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ARAH DAN KEBIJAKAN GREEN INVESTMENT"

Transkripsi

1 DISKUSI INTERAKTIF: MEWUJUDKAN INVESTASI PERUBAHAN IKLIM PERKEMBANGAN, TANTANGAN DAN PELUANG PADA FESTIVAL IKLIM 2018 ARAH DAN KEBIJAKAN GREEN INVESTMENT Oleh: Hanung Harimba Rachman Direktur Perencanaan Industri Agribisnis dan Sumber Daya Alam Lainnya, BKPM Jakarta, 17 Januari by Indonesian Investment Coordinating Board. All rights reserved

2 OVERVIEW KONDISI EMISI DI INDONESIA

3 TARGET NASIONAL UNTUK PENURUNAN EMISI (RPJMN ) Target Indonesia, penurunan emisi GRK sekitar 26 persen pada tahun 2019 Prioritas akan dilakukan di 5 (lima) sektor: kehutanan dan lahan gambut, pertanian, energi dan transportasi, industri, dan limbah. Dengan sasaran pembangunan sebagai berikut: No. Pembangunan Baseline 2014 Sasaran Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) 15,5% Turun 26% 2 Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) 63,0-64,0 66,5-68,5 3 Tambahan Rehabilitasi Hutan 2 juta ha (dalam dan luar kawasan) 750 ribu ha (dalam kawasan) Roadmap Kebijakan Energi Nasional Hydro power, 3% Geothermal, 1% Coal, 15% Natural Gas, 30% Oil, 20% Renewable energy; 17%* *): Keterangan Natural Gas, 29% Oil, 52% Coal, 33% Biofuel (5%) Geothermal (5%) Biomass, Nuklir, Hidro, Surya, Angin (5%) Coal Liquefaction (2%) 3

4 EMISI DI INDONESIA Sumber: World Resources Institute (WRI),

5 EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) SEKTORAL, Kebakaran Lahan Gambut 17% Energi 31% Penggunaan Lahan, Perubahan Penggunaan Lahan dan Kehutanan 35% Limbah 6% Pertanian 8% Proses Industri dan Penggunaan Produk 3% Sumber: Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (PPI),

6 SUMBER EMISI UTAMA PROVINSI DI INDONESIA Pada 2013 Indonesia baru mencapai 2.25% dari keseluruhan target penurunan emisi gas rumah kaca di tingkat provinsi tahun Melihat bahwa Indonesia hanya memiliki sisa empat tahun, provinsi-provinsi di Indonesia harus mendorong implementasi yang lebih baik untuk mengejar pencapaian target di tahun Sumber: World Resources Institute (WRI),

7 KEBIJAKAN GREEN INVESTMENT

8 AMANAT UU PENANAMAN MODAL TERKAIT LINGKUNGAN HIDUP No. Pasal Keterangan 1 Pasal 3 Ayat (1) Huruf h Penanaman modal diselenggarakan berdasarkan asas berwawasan lingkungan (asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup) 2 Pasal 12 Ayat (3) Pemerintah berdasarkan Peraturan Presiden menetapkan bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri, dengan berdasarkan kriteria kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan nasional, serta kepentingan nasional lainnya 3 Pasal 15 Huruf b Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan (tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat 4 Pasal 16 Huruf d Setiap penanam modal bertanggung jawab menjaga kelestarian lingkungan hidup 5 Pasal 17 Penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak terbarukan wajib mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan 6 Pasal 18 Ayat (3) Huruf g Penanaman modal yang mendapat fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah yang sekurang-kurangnya memenuhi salah satu kriteria menjaga lingkungan hidup 7 Pasal 24 Huruf b Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan atas fasilitas perizinan impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf c dapat diberikan untuk impor barang yang tidak memberikan dampak negatif terhadap keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, dan moral bangsa 8 Pasal 30 Ayat (7) Huruf a Dalam urusan pemerintahan di bidang penanaman modal, yang menjadi kewenangan Pemerintah adalah penanaman modal terkait dengan sumber daya alam yang tidak terbarukan dengan tingkat risiko kerusakan lingkungan yang tinggi 8

9 RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL (PERPRES NO. 16 TAHUN 2012) Pasal 2 Perpres 16 Tahun 2012 mencantumkan bahwa arah kebijakan penanaman modal, meliputi: Perbaikan iklim penanaman modal Persebaran penanaman modal Fokus pengembangan pangan, infrastruktur, dan energi Penanaman modal yang berwawasan lingkungan (Green Investment) Pemberdayaan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi (UMKMK) Pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal Promosi penanaman modal Arah kebijakan penanaman modal yang berwawasan lingkungan (Green Economy), antara lain: Perlunya sinergi dengan kebijakan dan program pembangunan lingkungan hidup, khususnya program pengurangan emisi gas rumah kaca pada sektor kehutanan, transportasi, industri, energi, dan limbah, serta program pencegahan kerusakan keanekaragaman hayati Pengembangan sektor-sektor prioritas dan teknologi yang ramah lingkungan, serta pemanfaatan potensi sumber energi baru dan terbarukan Pengembangan ekonomi hijau (Green Economy) Pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal diberikan kepada penanaman modal yang mendorong upaya-upaya pelestarian lingkungan hidup termasuk pencegahan pencemaran, pengurangan pencemaran lingkungan, serta mendorong perdagangan karbon (carbon trade) Peningkatan penggunaan teknologi dan proses produksi yang ramah lingkungan serta lebih terintegrasi, dari aspek hulu hingga aspek hilir Pengembangan wilayah yang memperhatikan tata ruang dan kemampuan atau daya dukung lingkungan 9

10 DEFINISI GREEN INVESTMENT Green Investment adalah kegiatan penanaman modal yang berfokus kepada perusahaan atau prospek investasi yang memiliki komitmen kepada konservasi sumber daya alam, produksi serta penemuan sumber alternatif energi baru dan terbarukan (EBT), implementasi proyek air dan udara bersih, serta kegiatan aktivitas investasi yang ramah terhadap lingkungan sekitar. Fokus pengembangan ekonomi hijau (Green Economy) harus sejalan dengan tujuan pembangunan lingkungan hidup seperti: perubahan iklim, pengendalian kerusakan keanekaragaman hayati dan pencemaran lingkungan, serta penggunaan energi baru dan terbarukan Menurut Kementerian Perindustrian RI, Green Investment harus memiliki aspek: Penggunaan material input ramah lingkungan Intensitas material input rendah Penerapan konsep reduce, reuse, recycle, dan recovery Intensitas energi rendah SDM yang memiliki tingkat kompetensi dibidangnya dan memiliki wawasan lingkungan, khususnya efisiensi sumber daya Volume air yang digunakan lebih rendah dan memenuhi baku mutu lingkungan Low carbon technology Penggunaan energi alternatif 10

11 RENCANA DAN REALISASI INVESTASI GREEN INVESTMENT, 2010-TW3/2017 Kelompok sektor investasi yang berpotensi didorong sebagai investasi hijau (Green Investment): Kehutanan* Pengusahaan tenaga panas bumi (geothermal) Industri pengolahan (industri biofuel) Pengadaan listrik (EBT, biogas, sampah) Pengelolaan sampah dan daur ulang Keterangan: * Yang dikelola secara ramah lingkungan No. Rencana dan Realisasi Investasi per Kelompok Bidang Usaha Potensial Investasi Hijau (Green Investment) 2010-TW3/2017 Kelompok Bidang Usaha PMA (USD juta) PMDN (Rp miliar) Rencana Realisasi % Realisasi Rencana Realisasi % Realisasi 1 Kehutanan (KBLI 02) 30,4 5,3 17,4 0,0 0,0-2 Pengusahaan Tenaga Panas Bumi (KBLI 0620) 1.087,1 864,9 79, ,2 0,0 0,0 3 Industri Pengolahan (KBLI 2011) 547, ,3 258, , ,8 35,2 4 Pengadaan Listrik (KBLI 3510) , ,6 9, , ,5 16,9 5 Pengelolaan Sampah dan Daur Ulang (KBLI 38) 392,3 3,3 0, ,4 53,1 3,4 11

12 DAFTAR NEGATIF INVESTASI UNTUK GREEN INVESTMENT (1) PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP DAN BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN PERSYARATAN Dl BIDANG PENANAMAN MODAL No. BIDANG USAHA KBLI DNI Sektor Energi 1. Pengumpulan Sampah Tidak Berbahaya Terbuka 100% 2. Pengelolaan dan pembuangan sampah tidak berbahaya, dengan atau tanpa menghasilkan bahan bakar substitusi 3. Pengadaan gas bio, termasuk perngolahan bahan bakar gas yang dapat dimanfaatkan secara langsung sebaga bahan bakar yang dihasilkan dari sampah/limbah 4. Jasa Pengoperasian dan Pemeliharaan Panas Bumi 5. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi dengan Kapasitas < 10 MW Terbuka 100% Terbuka 100% PMA Maks.90% PMA Maks.67% 12

13 DAFTAR NEGATIF INVESTASI UNTUK GREEN INVESTMENT (2) PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP DAN BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN PERSYARATAN Dl BIDANG PENANAMAN MODAL No. BIDANG USAHA KBLI DNI Sektor Perdagangan 1. Jasa Survei Lingkungan Hidup PMDN 100% Sektor Kehutanan 1. Pengusahaan Perburuan di Taman Buru dan Blok Buru PMA Maks. 49% 2. Penangkaran Satwa dan Tumbuhan serta Lembaga Konservasi 0172 PMA Maks. 49% 3. Pengusahaan Pariwisata Alam berupa Pengusahaan Sarana, Kegiatan dan Jasa Ekowisata dalam Kawasan Hutan meliputi Wisata Tirta, Wisata Petuangalan Alam dan Wisata Gua PMA Maks. 51% atau 70% bagi penanam modal dari negara-negara ASEAN 13

14 DAFTAR NEGATIF INVESTASI UNTUK GREEN INVESTMENT (3) PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP DAN BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN PERSYARATAN Dl BIDANG PENANAMAN MODAL No. BIDANG USAHA KBLI DNI Sektor Kehutanan 4. Pengadaan dan peredaran benih dan bibit tanaman hutan 5. Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan Air di Kawasan Hutan 6. Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar dari Habitat Alam 7. Penangkapan Spesies Ikan yang Tercantum dalam Appendix I Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) PMDN 100% PMDN 100% Tertutup PMDN 100% dan rekomendasi dari KLHK 14

15 DAFTAR NEGATIF INVESTASI UNTUK GREEN INVESTMENT (4) PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP DAN BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN PERSYARATAN Dl BIDANG PENANAMAN MODAL No. BIDANG USAHA KBLI DNI Sektor Kelautan dan Perikanan 1. Budidaya Koral / Karang Hias Pemanfaatan koral / Karang dari Alam untuk Bahan Bangunan / Kapur / Kalsium, Akuarium dan Souvenir / Perhiasan serta Koral Hidup atau Koral Mati dari Alam Sektor Perindustrian Industri Bahan Aktif Pestisida Industri Bahan Kimia Industri dan Bahan Perusak Lapisan Ozone 3. Industri Bahan Kimia Daftar-1 Konvensi Senjata Kimia Sebagaimana Tertuang Dalam Lampiran I UU No.9 Tahun 2008 tentang Penggunaan Bahan Kimia sebagai Senjata Kimia Rekomendasi dari KLHK Tertutup Tertutup Tertutup Tertutup 15

16 INSENTIF FISKAL DAN NON-FISKAL BAGI GREEN INVESTMENT PEMBEBASAN PAJAK PENGURANGAN PAJAK BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH FASILITAS BEA IMPOR (Peraturan Menteri Keuangan No.159 Tahun 2015) (Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 2016) (Peraturan Menteri Keuangan No.76 Tahun 2012) (Peraturan Menteri Keuangan No.76 Tahun 2012) 5-10 tahun Pembebasan pajak, terhitung sejak tahap produksi komersial. 50 % tambahandua tahun Pengurangan pajak penghasilan setelah Industri pionir 1. Industri logam dasar; 2. Industri pemurnian minyak bumi dan/atau kimia dasar organik (biofuel); 3. Industri mesin; 4. Industri dengan sumber daya terbarukan; 5. Industri peralatan komunikasi. Rp1 periode berakhir dan bisa diperpanjang. trilliun minimal investasi rencana & badan hukum setelah 15 Agustus % darinilaiinvestasi Pengurangan dari PPh badan netto selama 6 tahun, 5% per tahun. 145 bidangusaha Berhak masuk dalam kriteria, dari hanya 143 bidang dalam peraturan sebelumnya. Memenuhi persyaratan khusus antara lain: jumlah investasi dan tenaga kerja minimal,serta lokasi proyek (terutama di luar Pulau Jawa). Pertanian Peternakan Sapi Jagung Kedelai Padi Buah Tropis Pembangkit Geothermal Renewable energy Minyak dan Gas Kilang Minyak LNG Lubricant Industri Manufaktur Baja dan Besi Pakaian Semi konduktor Komponen Elektronik Komputer Alat Komunikasi Televisi Ban Farmasi Kosmetik Pengolahan Ikan dan Udang Kriteriasektorindustri Untuk memenuhi penyediaan barang dan/atau jasa untuk kepentingan umum dan peningkatan daya saing industri tertentu di dalam negeri Kriteriabarang/ bahan impor Belum diproduksi di dalam negeri Sudah diproduksi di dalam negeri namun belum memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan Sudah diproduksi di dalam negeri namun jumlahnya belum mencukupi kebutuhan industri Mesin, barang, bahan bakuuntukproduksi pengecualian bea impor selama 2 tahun atau 4 tahun untuk perusahaan yang menggunakan mesin produksi lokal (minimal 30%) dan dapat diperpanjang 1 tahun. Industri Yang memproduksi barang dan/atau jasa dalam bidang: 1.Budaya dan Pariwisata 2.Transportasi Umum 3.Kesehatan Masyarakat 4.Pertambangan 5.Konstruksi 6.Telekomunikasi 7.Pelabuhan PMA & PMDN Investasi baru atau perluasan minimal 30% 16

17 TAX ALLOWANCE UNTUK GREEN INVESTMENT (1) PERATURAN PEMERINTAH NO. 18 TAHUN 2015 JO. NO.9 TAHUN 2016 FASILITAS PAJAK PENGHASILAN UNTUK PENANAMAN MODAL DI BIDANG-BIDANG USAHA TERTENTU DAN/ATAU DI DAERAH-DAERAH TERTENTU No. BIDANG USAHA 1. Industri mesin fotokopi 2. Industri mesin pendingin KBLI CAKUPAN PRODUK PERSYARATAN Mesin fotokopi dan perlengkapan mesin fotokopi Evaporator dan kondensor untuk semua meisn pendingin Menggunakan teknologi ramah lingkungan Menggunakan teknologi ramah lingkungan 3. Pembangkitan tenaga listrik 4. Industri mesin fotokopi 5. Industri mesin pendingin Pengubahan tenaga energi baru (hidrogen, CBM, batubara tercairkan atau batubara tergaskan) dan energi terbarukan (tenaga air dan terjunan air, tenaga surya, angrn atau arus laut) menjadi tenaga listrik Mesin fotokopi dan perlengkapan mesin fotokopi Evaporator dan kondensor untuk semua meisn pendingin Menggunakan teknologi ramah lingkungan Menggunakan teknologi ramah lingkungan 17

18 TAX ALLOWANCE UNTUK GREEN INVESTMENT (2) PERATURAN PEMERINTAH NO. 18 TAHUN 2015 JO. NO.9 TAHUN 2016 FASILITAS PAJAK PENGHASILAN UNTUK PENANAMAN MODAL DI BIDANG-BIDANG USAHA TERTENTU DAN/ATAU DI DAERAH-DAERAH TERTENTU No. BIDANG USAHA KBLI CAKUPAN PRODUK DAERAH / PROVINSI PERSYARATAN 6. Pengelolaan dan pembuangan sampah yang tidak berbahaya Listrik, uap, bahan bakar substitusi, dan/atau biogas, yang dihasilkan dari pengolahan limbah organik (Sludge dan POME (Palm Oil Mill Elfluent) pabrik kelapa sawit. Seluruh Provinsi di Indonesia kecuali DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yoryakarta, Jawa Timur (tidak termasuk Kabupaten di Pulau Madura), Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur. 7. Pengusahaan tenaga panas bumi Pencarian - Pengeboran - Pengubahan tenaga panas bumi menjadi tenaga listrik. 18

19 TAX ALLOWANCE UNTUK GREEN INVESTMENT (3) PERATURAN PEMERINTAH NO. 18 TAHUN 2015 JO. NO.9 TAHUN 2016 FASILITAS PAJAK PENGHASILAN UNTUK PENANAMAN MODAL DI BIDANG-BIDANG USAHA TERTENTU DAN/ATAU DI DAERAH-DAERAH TERTENTU No. BIDANG USAHA KBLI CAKUPAN PRODUK 8. Industri semen Bermacam semen (semen hidrolik dan arang atau kerak besi), seperti portland, natural, semen mengandung aluminium, semen terak dan semen superfosfat dan jenis semen lainnya. DAERAH / PROVINSI Seluruh Provinsi di Indonesia kecuali Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI yograkarta, Jawa Timur (tidak termasuk Kabupaten di Pulau Madura), dan Sulawesi Selatan. PERSYARATAN Menggunakan teknologi ramah lingkungan 19

20 KEBIJAKAN IMPLEMENTASI EKONOMI HIJAU: SEKTOR KEHUTANAN Kontribusi sektor kehutanan dalam perubahan iklim; (i) Meningkatkan peran hutan dalam penyerapan karbon, (ii) Pengembangan bioenergi, (iii) Pembangunan dan infrastruktur hijau yang terkait dengan produk hutan. Pengelolaan sumberdaya hutan berkelanjutan; (i) Penguatan kesatuan pengelolaan hutan, (ii) Penerapan sistem sertifikasi kayu, (iii) Reforestasi kawasan hutan, pemulihan hutan terdegradasi serta perluasan hutan masyarakat, (iv) Pembangunan hutan tanaman. Penyedia jasa lingkungan lainnya (selain emisi GRK penyebab perubahan iklim). 20

21 KEBIJAKAN IMPLEMENTASI EKONOMI HIJAU: SEKTOR ENERGI Penyediaan/PasokanEnergi Masih yang Bertumpu Pada Sumber Energi Terbarukan. Konservasi dan Efisiensi Energi. (i) Inpres Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penghematan Energi dan Air, kepada semua lembaga pemerintah baik di pusat maupun di daerah. (ii) Penghematan pemakaian BBM Bersubsidi sebesar 10%, melalui pengaturan pembatasan penggunaan BBM Bersubsidi bagi kendaraan di lingkungan instansi masing-masing, dan di lingkungan BUMN dan BUMD, yang dilakukan sepanjang BBM Non Subsidi tersedia di wilayah masingmasing. 21

22 KEBIJAKAN IMPLEMENTASI EKONOMI HIJAU: SEKTOR PERTAMBANGAN Penggunaan teknologi bersih di pertambangan. Revegetasi dan integrasi perencanaan reklamasi dengan seluruh tahapan kegiatan penambangan. Reklamasi pada lahan bekas tambang berperan dalam mengurangi pemanasan global. Prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pertambangan dengan reklamasi. 22

23 KEBIJAKAN IMPLEMENTASI EKONOMI HIJAU: SEKTOR INDUSTRI Pembangunan industri dengan menjaga keseimbangan ekosistem, memelihara sumberdaya yang berkelanjutan, menghindari eksploitasi sumberdaya alam dan menjaga fungsi pelestarian lingkungan. Mengeluarkan larangan memproduksi bahan perusak lapisan ozon serta memproduksi barang yang menggunakan bahan perusak lapisan ozon. Revisi Undang-Undang tentang Perindustrian, salah satunya adalah mengatur tentang perencanaan, pelaksanaan, dan pengembangan industri hijau. Penyusunan rencana induk pengembangan industri hijau. Penyusunan standar industri hijau. Penyusunan katalog bahan baku dan bahan penolong ramah lingkungan. 23

24 POTENSI PENGEMBANGAN CLEAN ENERGY Solar Power Potential: GW Utilized: GW Geothermal Potential: 12.3 GW Reserve: 17.2 GW Utilized: 1.64 GW Hydro Power Potential: 75 GW Utilized: 5.12GW Wave Power Potential: 19.9 GW Utilized: 0 GW Wind Power Potential: 60.6 GW Utilized: 1.1 MW Bioenergy Potential: 32,6 GW Utilized: 1.78 GW Sumber: KESDM, 2017 Total Utilization = < 2% of Potential 24

25 INVESTASI DAN KEBUTUHAN PENDANAAN

26 PERAN INVESTASI TERHADAP GDP Investasi bersifat prosiklikal mengikuti naik-turunnya GDP Investasi cenderung mendahului GDP sekitar 1 hingga 4 kuartal sebelum GDP. Ini terlihat jelas pada periode pertengahan tahun 2001 hingga 2004 dan Ini menarik, karena tahun-tahun dimana investasi cenderung mengikuti pertumbuhan ekonomi adalah tahun-tahun dimana terjadi krisis. Sumber: Macroeconomic Dashboard UGM 26

27 Realisasi Penanaman Modal (Rp Triliun) PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI 2011 TW III 2017 (Rp Triliun) FDI DDI Share PMA: 62,1% Share PMDN: 37,9% (Rp Triliun) Jan-Sep 2017 Total PMA 175,3 221,0 270,4 307,0 365,9 396,6 318, ,7 Target PMA 177,2 206,8 272,6 297,3 343,7 386,4 429, ,0 PMDN 76,0 92,2 128,2 156,1 179,5 216,2 194, ,9 Target PMDN 62,8 76,7 117,7 159,3 175,8 208,4 249, ,5 Total Realisasi 251,3 313,2 398,6 463,1 545,4 612,8 513, ,6 Total Target 240,0 283,5 390,3 456,6 519,5 594,8 678, ,5 % Realisasi 104,7% 110,5% 102,1% 101,4% 105,0% 103,0% 75,6% Rata-rata pertumbuhan investasi (y-o-y) selama 2011 TW III ,0% Pertumbuhan (y-o-y) 21,6% 24,6% 27,2% 16,2% 17,8% 12,4% 13,2% % 41% 56% 44% 58% 42% Jan-Sept 2017 Jawa Luar Jawa % 42% 54% 46% 54% 46% 55,1% 44,9% 54% 46% 43,7% Rata-rata realisasi investasi di luar Pulau Jawa selama 2011 TW III

28 PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PER SEKTOR 2011 TW III 2017 Primer Sekunder Tersier PMA 2011PMDN PMA 2012PMDN PMA 2013PMDN PMA 2014PMDN PMA 2015PMDN PMA 2016PMDN PMA Jan-Sept 2017 PMDN Sektor PMA 2011PMDN PMA 2012PMDN PMA 2013PMDN PMA 2014PMDN PMA 2015PMDN PMA 2016PMDN PMAS1/2017 PMDN (Rp Triliun) Primer 44,0 16,5 53,4 20,4 61,1 25,7 75,2 16,5 77,9 17,1 61,3 27,7 60,4 32,6 Sekunder 61,1 38,5 105,9 49,9 149,9 51,2 140,1 59,0 147,0 89,0 229,0 106,8 139,8 73,0 Tersier 70,2 21,0 61,7 21,9 59,4 51,3 91,7 80,6 141,0 73,4 106,3 81,7 118,3 89,1 Total 175,3 76,0 221,0 92,2 270,4 128,2 307,0 156,1 365,9 179,5 396,6 216,2 318,5 194,7 251,3 313,2 398,6 463,1 545,4 612,8 513,2 Investasi sektor primer, 2011 TW III 2017 PMA: 21,1% PMDN: 15,0% Investasi sektor sekunder, 2011 TW III 2017 PMA: 47,3% PMDN: 44,8% Investasi sektor tersier, 2011 TW III 2017 PMA: 31,6% PMDN: 40,2% 28

29 PROYEKSI INVESTASI DAN SUMBER PENDANAAN

30 TARGET INVESTASI DAN KEBUTUHAN PEMBIAYAAN RKP 2018 TARGET INVESTASI 2018 SUMBER PEMBIAYAAN INVESTASI 2018 Sebagian besar dari kegiatan investasi masih bertumpu pada sumber internal perusahaan. Pendalaman lembaga keuangan belum terjadi 30

31 5 (LIMA) SEKTOR PRIORITAS INVESTASI INFRASTRUKTUR MW Pembangkit Listrik 24 Pelabuhan 2 PERTANIAN Food Estate Jagung Sapi Padat Karya Tekstil Makanan dan Minuman Furniture Alas Kaki Substitusi Impor Kimia & Farmasi Besi & Baja Komponen 3 INDUSTRI Orientasi Ekspor Elektronik Kelapa Sawit dan Produk Turunan Produk kayu, kertas dan bubur kertas Otomotif Hilirisasi Kakao Gula Smelter 4 MARITIM Perkapalan Cold Storage 5 PARIWISATA DAN KAWASAN 10 KEK Pariwisata Teknologi Kelautan 8 KEK Existing 7 KEK Baru 14 Kawasan Industri prioritas dan kawasan industri lainnya 16 Destinasi Prioritas Pariwisata 31

32 DUKUNGAN PERBANKAN TERHADAP INVESTASI

33 PERBANDINGAN SUKU BUNGA PERBANDINGAN BUNGA DEPOSITO DAN KREDIT NEGARA-NEGARA ASEAN (%) TINGKAT SUKU BUNGA DAN MARGIN SUKU BUNGA NEGARA-NEGARA ASEAN DAN BRICS Sumber: Kompas, 29 Februari 2016 Menurut Faisal Basri (2016), suku bunga pinjaman di Indonesia masih tertinggi dibanding Negara-negara tetangga baik untuk suku bunga pinjaman maupun deposit: Beberapa negara ASEAN telah berhasil melakukan konsolidasi perbankan sehingga modal semakin kuat dan tercapai keekonomian skala (economies of scale), dan efisiensi meningkat. Pasokan kredit relatif besar, sehingga memunculkan persaingan yang lebih ketat, Kredit domestik ke sektor swasta di Indonesia amat rendah hanya 38 persen dari produk domestik bruto (PDB). Thailand, Singapura, dan Malaysia di atas 100 persen sedangkan Vietnam nyaris 100 persen. Sumber: Katadata,

34 KONSOLIDASI PERBANKAN DAN PENETRASI KREDIT 34

35 TRANSAKSI BERJALAN (USD JUTA) Sumber: Bank Indonesia,

36 PERANAN LEMBAGA KEUANGAN NON BANK HARUS DITINGKATAN Peranan lembaga-lembaga keuangan non bank belum signifikan yang diindikasikan dari share aset yang rendah, sehingga belum bisa menjadikan sumber pendanaan penting bagi investasi dan belum menjadi kompetitor bank. Bidang usaha yang semakin beragam membutuhkan lebih banyak pilihan skema pendanaan sesuai karakteristik bidang usahanya, misalnya start up company di bidang e-commerce atau teknologi. 36

37 PERINGKAT EODB Peringkat EODB Indonesia Peringkat EODB Indonesia meningkat dari 129pada2012menjadi72pada2018 No. 10 Indicator Ease of Doing Business Total Rank of Indonesia Starting a business Dealing with construction permit Registering property Getting electricity Paying taxes Trading across boders Getting credit Protecting minority investor Enforcing contract Resolving Insolvency Source: World Bank Group ASEAN+ China & India Singapore Malaysia Thailand China Vietnam Indonesia Philippines India Cambodia Laos Myanmar Target Doing Business 2019: Peringkat 40 37

38 PERBAIKAN INDIKATOR DALAM EODB 2018 Indicator EODB 2017 EODB 2018 CHANGE EODB Rank Starting a Business Dealing with Construction Permits Getting Electricity Registering Property Getting Credit Protecting Minority Investors Paying Taxes Trading across Borders Enforcing Contract Resolving Insolvency

39 PERBAIKAN KEMUDAHAN AKSES KREDIT YANG TELAH DILAKUKAN 39

40 TERIMA KASIH Indonesia Investment Promotion Centre (IIPC) Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board Jln. Jend. Gatot Subroto No. 44 Jakarta Indonesia t f e. info@bkpm.go.id The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia 40

CAPAIAN Februari 2016 KOMITMEN INVESTASI

CAPAIAN Februari 2016 KOMITMEN INVESTASI invest in Jakarta 15 Maret 2016 CAPAIAN Februari 2016 KOMITMEN INVESTASI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Franky Sibarani Kepala 2013 by Indonesia Investment Coordinating Board. All rights reserved Rp

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU. Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU. Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012 1. Kondisi Industri I. LATAR BELAKANG Pembangunan sektor industri di Indonesia yang telah

Lebih terperinci

PENYEDERHANAAN PERIZINAN IMB

PENYEDERHANAAN PERIZINAN IMB invest in Jakarta, 7 Juli 2015 PENYEDERHANAAN PERIZINAN IMB BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Franky Sibarani Kepala BKPM 2013 by Indonesia Investment Coordinating Board. All rights reserved PETA PERIZINAN

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

BIDANG USAHA TERTENTU (1) (2) (3) (4) (5) 1. PERTAMBANGAN BATUBARA DAN LIGNIT

BIDANG USAHA TERTENTU (1) (2) (3) (4) (5) 1. PERTAMBANGAN BATUBARA DAN LIGNIT LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 16 2015 TENTANG : KRITERIA DAN/ATAU PERSYARATAN DALAM PEMANFAATAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN UNTUK PENANAMAN MODAL

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Konferensi pers persiapan penyelenggaraan Tropical Landscape Summit Jakarta, 31 Maret 2015

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Konferensi pers persiapan penyelenggaraan Tropical Landscape Summit Jakarta, 31 Maret 2015 Menteri Perindustrian Republik Indonesia Konferensi pers persiapan penyelenggaraan Tropical Landscape Summit Jakarta, 31 Maret 2015 Posisi Geografis Indonesia sangat rentan terhadap dampak dan perubahan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2009 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2009 adalah salah satu publikasi tahunan

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA CARA PERMOHONAN FASILITAS IMPOR MESIN, BARANG & BAHAN, TAX ALLOWANCE DAN TAX HOLIDAY DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL

PEDOMAN DAN TATA CARA PERMOHONAN FASILITAS IMPOR MESIN, BARANG & BAHAN, TAX ALLOWANCE DAN TAX HOLIDAY DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL invest in remarkable INDONESIA Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia PEDOMAN DAN TATA CARA PERMOHONAN FASILITAS IMPOR MESIN, BARANG

Lebih terperinci

Getting Electricity P E R B A I K A N K E B I J A K A N. Jakarta, 21 Januari 2016 DIREKTUR DEREGULASI. invest in

Getting Electricity P E R B A I K A N K E B I J A K A N. Jakarta, 21 Januari 2016 DIREKTUR DEREGULASI. invest in invest in Jakarta, 1 Januari 016 P E R B A I K A N K E B I J A K A N Getting Electricity INDONESIA INVESTMENT COORDINATING BOARD (BKPM) DIREKTUR DEREGULASI 01 by Indonesia Investment Coordinating Board.

Lebih terperinci

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia able indonesia Invest invest in Rencana Pembatalan Surat Persetujuan/Izin Prinsip Penanaman

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG INVESTASI

STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG INVESTASI KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG INVESTASI Amalia Adininggar Widyasanti Direktur Perdagangan, Investasi, dan Kerjasama

Lebih terperinci

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2019 Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara Jakarta, 16 Februari 2016 I. TUJUAN KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL 2 I. TUJUAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

Dr. Unggul Priyanto Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Dr. Unggul Priyanto Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Dr. Unggul Priyanto Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi 1 Pendahuluan Energi Primer Kelistrikan 3 Energy Resources Proven Reserve Coal 21,131.84 million tons Oil Natural Gas (as of 2010) 3,70

Lebih terperinci

Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian

Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian GREEN CHILLER POLICY IN INDUSTRIAL SECTOR Disampaikan pada: EBTKE CONEX Jakarta Convention Center 21 Agustus 2015 Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Peraturan Presiden No 32 Tahun 2011 tentang MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) merupakan sebuah langkah besar permerintah dalam mencapai

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI HILIR KARET ALAM DI PROVINSI RIAU

STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI HILIR KARET ALAM DI PROVINSI RIAU STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI HILIR KARET ALAM DI PROVINSI RIAU Djaimi Bakce, Almasdi Syahza, dan Nur Hamlim (LPPM Universitas Riau) Makalah disampaikan pada Seminar Nasional dan Kongres ISEI XIX dengan

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Yth. : 1. Menteri Perdagangan; 2. Menteri Pertanian; 3. Kepala BKPM;

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG RINCIAN BIDANG USAHA DAN JENIS PRODUKSI INDUSTRI PIONIR YANG DAPAT DIBERIKAN FASILITAS PENGURANGAN PAJAK

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi

Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi disampaikan pada Forum Sinkronisasi Perencanaan Strategis 2015-2019 Dalam Rangka Pencapaian Sasaran Kebijakan Energi Nasional Yogyakarta, 13 Agustus 2015

Lebih terperinci

Slide 1. Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta

Slide 1. Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta Slide 1 Pada pertemuan G-20 di Pittsburg tahun 2009, Pemerintah

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Disampaikan oleh

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Disampaikan oleh KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI REGULASI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ENERGI ANGIN Disampaikan oleh Abdi Dharma Saragih Kasubdit

Lebih terperinci

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 1 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BAGIAN I PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI 2 PERINGKAT GLOBAL MEMBAIK Realisasi Investasi (Rp Triliun) 313 399 463 +12,4%2 016 (y/y) 545 613 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Lebih terperinci

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015 Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional Kementerian Perindustrian 2015 I. LATAR BELAKANG 2 INDUSTRI AGRO Industri Agro dikelompokkan dalam 4 kelompok, yaitu

Lebih terperinci

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI MENUJU KEDAULATAN ENERGI DR. A. SONNY KERAF KOMISI VII DPR RI SEMINAR RENEWABLE ENERGY & SUSTAINABLE DEVELOPMENT IN INDONESIA : PAST EXPERIENCE FUTURE CHALLENGES JAKARTA, 19-20 JANUARI 2009 OUTLINE PRESENTASI

Lebih terperinci

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan Direktorat

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA CARA PEMBERIAN FASILITAS TAX HOLIDAY DAN TAX ALLOWANCE. Mei 2018

PEDOMAN DAN TATA CARA PEMBERIAN FASILITAS TAX HOLIDAY DAN TAX ALLOWANCE. Mei 2018 PEDOMAN DAN TATA CARA PEMBERIAN FASILITAS TAX HOLIDAY DAN TAX ALLOWANCE Mei 2018 OUTLINE 1 Maksud Dan Tujuan 2 Tax Holiday 3 Tax Allowance 4 Tax Holiday 2 1. MAKSUD DAN TUJUAN PEMBERIAN FASILITAS PENANAMAN

Lebih terperinci

FASILITAS PPh Energi Terbarukan

FASILITAS PPh Energi Terbarukan FASILITAS PPh Energi Terbarukan OUTLINE FASILITAS PPh BADAN Untuk Energi Terbarukan Dalam rangka Penanaman Modal Fasilitas PPh Badan 1 Tax Allowance 2 Tax Holiday Fasilitas Tax ALLOWANCE PP 18 Tahun 2015

Lebih terperinci

Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015

Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015 MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development Jakarta, 19 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN

Lebih terperinci

Upaya Peningkatan Daya Saing Bidang Ketenagalistrikan di Indonesia Menghadapi Era Globalisasi

Upaya Peningkatan Daya Saing Bidang Ketenagalistrikan di Indonesia Menghadapi Era Globalisasi 2013 by Indonesian Investment Coordinating Board. All rights reserved Upaya Peningkatan Daya Saing Bidang Ketenagalistrikan di Indonesia Menghadapi Era Globalisasi Disampaikan pada acara Coffee Morning,

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menteri Perindustrian Republik Indonesia BUTIR-BUTIR BICARA MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PEMERINTAH PUSAT, PEMERINTAH DAERAH, DAN BANK INDONESIA MEMPERCEPAT DAYA SAING INDUSTRI UNTUK

Lebih terperinci

Jakarta, 29 Juli 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas

Jakarta, 29 Juli 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Berita Pers Realisasi Investasi Triwulan II 2016 Naik 12,3 % Jakarta, 29 Juli 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong hari ini di Jakarta

Lebih terperinci

Insentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan

Insentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan Focus Group Discussion Pendanaan Energi Berkelanjutan Di Indonesia Jakarta, 20 Juni 2013 Insentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perjalanan menuju negara maju, Indonesia memerlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar disebabkan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA KELOMPOK I KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA TOPIK : PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO DAN KIMIA MELALUI PENDEKATAN KLASTER KELOMPOK INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN, KIMIA HULU DAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA digilib.uns.ac.id 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Insentif Pajak untuk Investasi Insentif pajak untuk investasi merupakan sebuah keringanan pajak yang diberikan oleh negara untuk meningkatkan investasi di

Lebih terperinci

Sidang Pendadaran, 24 Desember 2016 Prodi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ~VK

Sidang Pendadaran, 24 Desember 2016 Prodi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ~VK Sidang Pendadaran, 24 Desember 2016 Prodi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ~VK RAFIKA DEWI Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi Ilmu Ekonomi 2016 Dosen pembimbing: Bapak Ahmad Ma ruf, S.E., M.Si.

Lebih terperinci

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA 2011-2025 A. Latar Belakang Sepanjang

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015 Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015 Yth. : Para Pimpinan Redaksi dan hadirin yang hormati;

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/PMK.010/2018 TENTANG PEMBERIAN FASILITAS PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/PMK.010/2018 TENTANG PEMBERIAN FASILITAS PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/PMK.010/2018 TENTANG PEMBERIAN FASILITAS PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Indeks PMI Manufaktur Capai Posisi Terbaik Dibawah Kepemimpinan Presiden Jokowi

Indeks PMI Manufaktur Capai Posisi Terbaik Dibawah Kepemimpinan Presiden Jokowi KOPI, Jakarta Kinerja industri nasional kembali menunjukkan agresivitasnya seiring dengan peningkatan permintaan pasar domestik dan adanya perluasan usaha. Capaian ini terungkap berdasarkan laporan indeks

Lebih terperinci

Pembangunan Kehutanan

Pembangunan Kehutanan KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Pembangunan Kehutanan Sokoguru Pembangunan Nasional Berkelanjutan Dr. Ir. Hadi Daryanto, DEA (Sekretaris Jenderal) Disampaikan dalam Seminar

Lebih terperinci

Direktorat Pelayanan Fasilitas Penanaman Modal

Direktorat Pelayanan Fasilitas Penanaman Modal Invest in remarkable indonesia Invest in indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in Invest in remarkable indonesia Invest in indonesia Invest in remarkable indonesia

Lebih terperinci

Lampiran 2. Realisasi investasi industri pionir 2009-k1 2012

Lampiran 2. Realisasi investasi industri pionir 2009-k1 2012 Lampiran 2 Realisasi investasi industri pionir 2009-k1 2012 Tabel Realisasi Investasi PMA Menurut Sektor Periode 2008-Kuartal 1 2012 2008 2009 2010 2011 2012 (q1) Industri Pionir P I (US$. Industri Kimia

Lebih terperinci

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6149 KEUANGAN OJK. Efek. Utang. Berwawasan Lingkungan. Penerbitan dan Persyaratan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 281) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional Surabaya, 8 Oktober 2015 DAFTAR ISI Hal I Kinerja Makro Sektor Industri 3 II Visi, Misi,

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang di

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang di LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.300, 2014 SUMBER DAYA ENERGI. Nasional. Energi. Kebijakan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5609) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PELAYANAN ONLINE PERTANAHAN DAN PERALIHAN HGB TERTENTU DI WILAYAH TERTENTU

PELAYANAN ONLINE PERTANAHAN DAN PERALIHAN HGB TERTENTU DI WILAYAH TERTENTU PELAYANAN ONLINE PERTANAHAN DAN PERALIHAN HGB TERTENTU DI WILAYAH TERTENTU DIREKTORAT JENDERAL HUBUNGAN HUKUM KEAGRARIAAN KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL Landasan Hukum

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014 Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in indonesia Invest

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI I. KINERJA AGRO TAHUN 2012 II. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN AGRO III. ISU-ISU STRATEGIS

Lebih terperinci

Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target

Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target Jakarta, 30 Januari 2018 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mempublikasikan data realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Lebih terperinci

PROGRAM PEMERINTAH PENINGKATAN KEBUTUHAN DAMPAK LINGKUNGAN

PROGRAM PEMERINTAH PENINGKATAN KEBUTUHAN DAMPAK LINGKUNGAN PROGRAM PEMERINTAH PENINGKATAN KEBUTUHAN DAMPAK LINGKUNGAN PERMASALAHAN SUMBER DAYA ALAM PERMASALAHAN PEMUKIMAN POLUSI LINGKUNGAN KERUSAKAN HUTAN KEPUNAHAN HEWAN & TUMBUHAN PERLUASAN LAHAN KRITIS SANITASI

Lebih terperinci

Written by Danang Prihastomo Thursday, 05 February :00 - Last Updated Monday, 09 February :13

Written by Danang Prihastomo Thursday, 05 February :00 - Last Updated Monday, 09 February :13 RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2014 Jakarta, 5-7 Februari 2014 Rapat Kerja dengan tema Undang-Undang Perindustrian Sebagai Landasan Pembangunan Industri Untuk Menjadi Negara

Lebih terperinci

PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL Diskusi Panel National Integration of the Centre of Excellence Jakarta, 8 Oktober 2015 1 Daftar Isi 1. Membangun Kedaulatan

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

BAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PRESS CONFERENCE TENTANG KEBIJAKAN TAX HOLIDAY PMK 159/PMK.010/2015 JAKARTA, 27 AGUSTUS 2015

BAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PRESS CONFERENCE TENTANG KEBIJAKAN TAX HOLIDAY PMK 159/PMK.010/2015 JAKARTA, 27 AGUSTUS 2015 BAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PRESS CONFERENCE TENTANG KEBIJAKAN TAX HOLIDAY PMK 159/PMK.010/2015 JAKARTA, 27 AGUSTUS 2015 1. Fasilitas Tax Holiday adalah fasilitas pembebasan dan pengurangan Pajak

Lebih terperinci

Mendorong Industri Manufaktur, Memacu Pertumbuhan

Mendorong Industri Manufaktur, Memacu Pertumbuhan Mendorong Industri Manufaktur, Memacu Pertumbuhan Muliaman D. Hadad, PhD. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Surabaya, 8 Oktober 2015 Indonesia: bergerak ke sektor tersier? 2 Pangsa sektor industri

Lebih terperinci

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL SIARAN PERS Realisasi Investasi Januari September Tahun 2017 Rp 513,2 triliun, Telah Mencapai 75,6% dari Target Jakarta, 30 Oktober 2017 Pada periode Triwulan III (Juli

Lebih terperinci

CAPAIAN KINERJA PERDAGANGAN 2015 & PROYEKSI 2016

CAPAIAN KINERJA PERDAGANGAN 2015 & PROYEKSI 2016 Policy Dialogue Series (PDS) OUTLOOK PERDAGANGAN INDONESIA 2016 CAPAIAN KINERJA PERDAGANGAN 2015 & PROYEKSI 2016 BP2KP Kementerian Perdagangan, Kamis INSTITUTE FOR DEVELOPMENT OF ECONOMICS AND FINANCE

Lebih terperinci

PERPRES NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP DAN BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN PERSYARATAN

PERPRES NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP DAN BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN PERSYARATAN PERPRES NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP DAN BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN PERSYARATAN 2013 by Indonesian Investment Coordina6ng Board. All rights reserved Outline Peraturan

Lebih terperinci

POTENSI BISNIS ENERGI BARU TERBARUKAN

POTENSI BISNIS ENERGI BARU TERBARUKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI POTENSI BISNIS ENERGI BARU TERBARUKAN Maritje Hutapea Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim adalah fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna lahan dan kehutanan. Kegiatan

Lebih terperinci

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program 35.000 MW: Progres dan Tantangannya Bandung, 3 Agustus 2015 Kementerian ESDM Republik Indonesia 1 Gambaran Umum Kondisi Ketenagalistrikan Nasional

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN 1 (satu) bulan ~ paling lama Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia di bidang Industri sebagaimana

Lebih terperinci

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014 OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014 23 DESEMBER 2014 METODOLOGI 1 ASUMSI DASAR Periode proyeksi 2013 2050 dimana tahun 2013 digunakan sebagai tahun dasar. Target pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata sebesar

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya energi merupakan kekayaan alam sebagaimana

Lebih terperinci

PELAKSANAAN RPJMN BIDANG SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DAN DUKUNGAN RISET

PELAKSANAAN RPJMN BIDANG SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DAN DUKUNGAN RISET PELAKSANAAN RPJMN BIDANG SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DAN DUKUNGAN RISET Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup BPPT, 4 Maret 03 KERANGKA PAPARAN I. CAPAIAN PEMBANGUNAN NASIONAL II.

Lebih terperinci

- 2 - sistem keuangan dan sukses bisnis dalam jangka panjang dengan tetap berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan pemba

- 2 - sistem keuangan dan sukses bisnis dalam jangka panjang dengan tetap berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan pemba PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 51 /POJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN KEUANGAN BERKELANJUTAN BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN, EMITEN, DAN PERUSAHAAN PUBLIK I. UMUM Untuk mewujudkan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tim Batubara Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tim Batubara Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tim Batubara Nasional Kelompok Kajian Kebijakan Mineral dan Batubara, Pusat Litbang Teknologi Mineral dan Batubara,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2000 TENTANG KEWENANGAN PEMERINTAH DAN KEWENANGAN PROPINSI SEBAGAI DAERAH OTONOM *)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2000 TENTANG KEWENANGAN PEMERINTAH DAN KEWENANGAN PROPINSI SEBAGAI DAERAH OTONOM *) Page 1 of 6 Penjelasan PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2000 TENTANG KEWENANGAN PEMERINTAH DAN KEWENANGAN PROPINSI SEBAGAI DAERAH OTONOM *) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

INDONESIA GREEN AWARDS 2015

INDONESIA GREEN AWARDS 2015 SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA PENGANUGERAHAN INDONESIA GREEN AWARDS 2015 Yang saya hormati, 1. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan; 2. Menteri Kelautan dan Perikanan; 3. Chairman

Lebih terperinci

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI SUMBER DAYA ENERGI. Nasional. Energi. Kebijakan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 300) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL 1 tahun ~ pemberian izin masuk kembali bagi pemegang izin tinggal terbatas pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi pemegang izin tinggal

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH Dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal langsung baik melalui penanaman modal asing maupun

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal langsung baik melalui penanaman modal asing maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penanaman modal langsung baik melalui penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri merupakan salah satu faktor penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN :

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN : PRESIDEN RUPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya energi

Lebih terperinci

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta

Lebih terperinci

Siaran Pers. Realisasi Investasi Januari-September 2016 Mencapai Rp 453 Triliun

Siaran Pers. Realisasi Investasi Januari-September 2016 Mencapai Rp 453 Triliun Siaran Pers Realisasi Investasi Januari-September 2016 Mencapai Rp 453 Triliun Jakarta, 27 Oktober 2016 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengumumkan realisasi investasi pada triwulan ketiga (Juli-September)

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN EFEK BERSIFAT UTANG BERWAWASAN LINGKUNGAN (GREEN BOND)

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN EFEK BERSIFAT UTANG BERWAWASAN LINGKUNGAN (GREEN BOND) OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN EFEK BERSIFAT UTANG BERWAWASAN LINGKUNGAN (GREEN BOND) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun

Lebih terperinci

Dinamika Upaya Pengarusutamaan Kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Timur

Dinamika Upaya Pengarusutamaan Kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Timur P E M E R I N T A H KABUPATEN KUTAI TIMUR Dinamika Upaya Pengarusutamaan Kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Timur Oleh: Ir. Suprihanto, CES (Kepala BAPPEDA

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL INDONESIA

KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL INDONESIA KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL INDONESIA Invest in remarkable indonesia Invest in indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in Invest in remarkable indonesia Invest in indonesia

Lebih terperinci

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya energi merupakan kekayaan alam sebagaimana

Lebih terperinci

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Siaran Pers Lampaui Target, Realisasi Investasi 2015 Rp 545,4 T Jakarta, 21 Januari 2016 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyampaikan hasil capaian realisasi investasi

Lebih terperinci

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat 1. INDIKATOR MAKRO 2010 2011 2012 No Indikator Makro Satuan Realisasi Realisasi Realisasi Rencana / Realisasi % terhadap % terhadap APBN - P Target 2012 1 Harga Minyak Bumi US$/bbl 78,07 111,80 112,73

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Perusahaan Perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia diklasifikasikan kedalam sembilan sektor industri yang telah ditetapkan oleh JASICA (

Lebih terperinci

DEWAN ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL

DEWAN ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL Dasar Hukum RUEN UU No. 30/2007 Energi UU No.22/2001 Minyak dan Gas Bumi UU No.30/2009 Ketenagalistrikan PP No. 79/2014 Kebijakan Energi Nasional Perbaikan bauran

Lebih terperinci

Potensi pengurangan emisi. LULUCF 590 Mt (21%) Mt Mencegah deforestasi, SFM, reforestasi

Potensi pengurangan emisi. LULUCF 590 Mt (21%) Mt Mencegah deforestasi, SFM, reforestasi Lembar Fakta Emisi Karbon dan Pembangunan Emisi Saat Ini Baseline emisi Indonesia pada tahun 2005 diperkirakan sebesar 2,1 Gt CO2e, sehingga membuat Indonesia termasuk diantara negara penghasil emisi terbesar

Lebih terperinci

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Siaran Pers Realisasi Investasi TW I 2016 Rp 146,5 Triliun, Serap 327 Ribu Tenaga Kerja Jakarta, 25 April 2016 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mempublikasikan angka

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Rancangan Umum Pengembangan Bioenergi Berbasis Kehutanan : Sebuah Inisiasi

Rancangan Umum Pengembangan Bioenergi Berbasis Kehutanan : Sebuah Inisiasi Rancangan Umum Pengembangan Bioenergi Berbasis Kehutanan : Sebuah Inisiasi Wening Sri Wulandari Diskusi Ilmiah Badan Litbang Kehutanan Bogor, 22 April 2014 Sistematika Kondisi Energi Nasional dan Peran

Lebih terperinci

Account Representative

Account Representative Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi : Account Representative FASILITAS PEMBEBASAN ATAU PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN UNTUK PENANAMAN MODAL DI BIDANG-BIDANG USAHA

Lebih terperinci

Strategi Kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah Dalam Rangka Peningkatan Investasi Daerah

Strategi Kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah Dalam Rangka Peningkatan Investasi Daerah Strategi Kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah Dalam Rangka Peningkatan Investasi Daerah Direktur Perencanaan Industri Agribisnis dan Sumber Daya Alam Lainnya Bandung, 8 Maret 2017 2016 by Indonesian Investment

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Minyak dan Gas Bumi merupakan sumber

Lebih terperinci

OPSI NUKLIR DALAM BAURAN ENERGI NASIONAL

OPSI NUKLIR DALAM BAURAN ENERGI NASIONAL KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA OPSI NUKLIR DALAM BAURAN ENERGI NASIONAL Konferensi Informasi Pengawasan Oleh : Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Jakarta, 12

Lebih terperinci