PERPRES NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP DAN BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN PERSYARATAN
|
|
- Deddy Tanuwidjaja
- 8 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERPRES NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP DAN BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN PERSYARATAN 2013 by Indonesian Investment Coordina6ng Board. All rights reserved
2 Outline Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 tentang DaHar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal I. Deregulasi Ketentuan Bidang Usaha II. Bidang Usaha Dengan Pembatasan Kepemilikan Modal Asing Meningkat III. Bidang Usaha Dengan Pembatasan Kepemilikan Modal Asing Yang Berkurang IV. Bidang Usaha Yang Disesuaikan Dengan Undang- Undang V. Bidang Usaha Yang Tidak Tercantum Dalam Perpres Nomor 36 Tahun 2010 Menjadi Terbuka Dengan Persyaratan VI. Bidang Usaha Yang Sub Kelompoknya Digabungkan/ Disederhanakan VII. Matriks Sandingan Perpres Nomor 36 Tahun 2010 dengan Perpres 39 Tahun 2014 The Investment Coordina1ng Board of the Republic of Indonesia 2
3 Ketentuan Bidang Usaha Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan. Pasal 12 ayat (1) UU 25 Tahun 2007 Bidang usaha tertentu yang dilarang diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal Tertutup Bidang usaha tertentu yang dapat diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal dengan syarat tertentu Terbuka dengan persyaratan Dicadangkan untuk UMKMK Kemitraan Kepemilikan Modal: Dalam Negeri, Asing, ASEAN Lokasi Perizinan Khusus Persyaratan The Investment Coordina1ng Board of the Republic of Indonesia 3
4 I. Deregulasi Ketentuan Bidang Usaha Indonesia Investment Coordinating Board
5 Landasan Hukum Pasal 12 UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Ayat (4): Kriteria dan persyaratan bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan serta dahar bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan masing- masing akan diatur dengan Peraturan Presiden. PERPRES 76/2007 Tentang Kriteria Dan Persyaratan Penyusunan DaHar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal PERATURAN PELAKSANAAN PERPRES 39/2014 Tentang DaHar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal The Investment Coordina1ng Board of the Republic of Indonesia 5
6 PERPRES NOMOR 39 TAHUN 2014 DaHar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan LATAR BELAKANG PERUBAHAN: 1. Peningkatan kegiatan penanaman modal di Indonesia. 2. Pelaksanaan komitmen Indonesia dalam kaitannya dengan Associa6on of Southeast Asian Na6ons/ ASEAN Economic Community (AEC). PRINSIP PERUBAHAN: 1. Mengutamakan kepenvngan nasional dalam rangka peningkatan daya saing nasional. 2. Menjaga keberlanjutan pertumbuhan perekonomian Indonesia dan menganvsipasi dampak perlambatan perekonomian global dengan mendorong peningkatan investasi PMDN dan PMA. 3. Kebijakan Penanaman Modal yang lebih sederhana, dan memberikan kepasvan hukum kepada investor. The Investment Coordina1ng Board of the Republic of Indonesia 6
7 PERPRES NOMOR 39 TAHUN 2014 DaHar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan 1. DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP (LAMPIRAN I): Dilarang bagi kegiatan penanaman modal baik untuk penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing. 2. DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN PERSYARATAN (LAMPIRAN II): a. Dicadangkan untuk UMKMK b. Kemitraan c. asing d. Lokasi tertentu e. Perizinan khusus f. Modal dalam negeri 100% g. asing serta lokasi h. Perizinan khusus dan kepemilikan modal asing i. Modal dalam negeri 100% dan perizinan khusus j. Persyaratan kepemilikan modal asing dan/atau lokasi bagi penanam modal dari negara- negara ASEAN The Investment Coordina1ng Board of the Republic of Indonesia 7
8 II. Bidang Usaha Dengan Pembatasan Kepemilikan Modal Asing Meningkat Indonesia Investment Coordinating Board
9 Bidang Usaha dengan Pembatasan Kepemilikan Modal Asing Meningkat No Bidang Usaha KBLI Perpres 36/2010 Perpres 39/2014 A. Bidang ESDM 1. Pembangkit Listrik > 10 MW asing maksimal 95% 2. Transmisi Tenaga Listrik asing maksimal 95% 3. Distribusi Tenaga Listrik asing maksimal 95% asing maksimal 95% (maksimal 100% apabila dalam rangka Kerjasama Pemerintah Swasta/ KPS selama masa konsesi) asing maksimal 95% (maksimal 100% apabila dalam rangka KPS selama masa konsesi) asing maksimal 95% (maksimal 100% apabila dalam rangka KPS selama masa konsesi) 9
10 Bidang Usaha dengan Pembatasan Kepemilikan Modal Asing Meningkat (2) No Bidang Usaha KBLI Perpres 36/2010 Perpres 39/2014 B. Bidang Perhubungan 1. Penyediaan fasilitas pelabuhan (dermaga, gedung, penundaan kapal terminal pe6 kemas, terminal curah cair, terminal curah kering dan terminal Ro- Ro) asing maksimal 49% asing maksimal 49% (maksimal 95% apabila dalam rangka KPS selama masa konsesi) 2. Penyelenggaraan pengujian berkala kendaraan bermotor Tertutup asing maksimal 49% dengan persyaratan rekomendasi Menteri Perhubungan 3. Pembangunan terminal: Tertutup - Terminal penumpang angkutan darat (terbatas asing maksimal 49% hanya pada fasilitas umum) dengan persyaratan - Terminal barang untuk umum rekomendasi Menteri Perhubungan 10
11 Bidang Usaha dengan Pembatasan Kepemilikan Modal Asing Meningkat (3) No Bidang Usaha KBLI Perpres 36/2010 Perpres 39/2014 C. Bidang Kesehatan 1. Usaha Industri Farmasi asing maksimal 75% - Industri Bahan Baku Obat Industri Obat Jadi D. Bidang Pariwisata dan Ekonomi KreaVf 1. Pembuatan sarana promosi film, (iklan, poster, s6ll, photo, slide, klise, banner, pamflet, baliho, folder, dll) dalam negeri 100% asing 85% asing maksimal 51% untuk investor ASEAN E. Bidang Keuangan 1. Modal Ventura asing maksimal 80% asing maksimal 85% 11
12 III. Bidang Usaha Dengan Pembatasan Kepemilikan Modal Asing Yang Berkurang Indonesia Investment Coordinating Board
13 Bidang Usaha Dengan Pembatasan Kepemilikan Modal Asing Yang Berkurang No Bidang Usaha KBLI Perpres 36/2010 Perpres 39/2014 A. Bidang ESDM 1. Pembangkit Tenaga Listrik: Pembangkit Listrik skala kecil (1-10 MW) Kemitraan asing maksimal 49% 2. Jasa Pemboran: - Migas di darat asing maksimal 95% - Migas di laut asing maksimal 95% di Luar Kawasan Indonesia Bagian Timur 3. Jasa Penunjang Migas: - Jasa Operasi Sumur dan Pemeliharaan asing maksimal 95% - Jasa Desain dan Engineering Migas asing maksimal 95% PMDN asing maksimal 75% PMDN PMDN 13
14 Bidang Usaha Dengan Pembatasan Kepemilikan Modal Asing Yang Berkurang (2) No Bidang Usaha KBLI Perpres 36/2010 Perpres 39/2014 A. Bidang ESDM 4* Pembangunan dan Pemasangan Instalasi Tenaga Listrik: - Instalasi Penyediaan tenaga listrik asing maksimal 95% asing maksimal 95% - Instalasi pemanfaatan tenaga listrik PMDN * Catatan : Sesuai Perpers No. 36/2010, untuk bidang usaha Jasa Pembangunan dan Pemasangan Instalasi Tenaga Listrik (43211) persyaratan maks 95%, didalam revisi dipisahkan menjadi Instalasi Penyediaan tenaga listrik (42213) Maks 95% dan Instalasi pemanfaatan tenaga listrik (43211) persyaratan PMDN 14
15 Bidang Usaha Dengan Pembatasan Kepemilikan Modal Asing Yang Berkurang (3) No Bidang Usaha KBLI B. Bidang Komunikasi dan InformaVka Perpres 36/2010 Perpres 39/ Penyelenggaraan Jasa Telekomunikasi : Kemitraan asing - Layanan content (ring tone, sms premium, dsb) maksimal 49% - Pusat layanan informasi (call center) dan jasa nilai tambah teleponi lainnya - Jasa sistem komunikasi data - Jasa interkoneksi internet (NAP), Kepemilikan modal asing maksimal 95% Kepemilikan modal asing maksimal 65% asing maksimal 49% asing maksimal 49% * Catatan : Sesuai Surat Sekjen Kementerian Perhubungan (a.n. Menteri Perhubungan) Nomor: HK.006/1/1 APhb2014 tanggal 9 Januari 2014 kepada Menko Perekonomian perihal Rancangan Perpres tentang Daiar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. 15
16 IV. Bidang Usaha Yang Disesuaikan Dengan Undang- Undang Indonesia Investment Coordinating Board
17 Bidang Usaha Yang Disesuaikan Dengan Undang- Undang No Bidang Usaha KBLI Perpres 36/2010 Perpres 39/2014 A. Bidang Pertanian 1. Perbenihan hor6kultura: - Perbenihan Tanaman Buah Semusim asing maksimal 95% - Perbenihan Anggur Perbenihan Buah Tropis Perbenihan Jeruk Perbenihan Apel dan Buah Batu (Pome and Stone Fruit) - Perbenihan Buah Beri Perbenihan Tanaman Sayuran Semusim Perbenihan Tanaman Sayuran Tahunan Perbenihan Tanaman Obat - Perbenihan Jamur - Perbenihan Tanaman Florikultura Budidaya Hor6kultura: asing maksimal 95% - Budidaya Buah Semusim Budidaya Anggur - Budidaya Buah Tropis asing maksimal 30% asing maksimal 30% 17
18 Bidang Usaha Yang Disesuaikan Dengan Undang- Undang (2) No Bidang Usaha KBLI Perpres 36/2010 Perpres 39/2014 A. Bidang Pertanian - Budidaya Jeruk - Budidaya Apel dan Buah Batu (Pome and Stone Fruit) - Budidaya Buah Beri - Budidaya Sayuran Daun (antara lain: kubis, sawi, bawang daun, seledri) - Budidaya Sayuran Umbi (antara lain: bawang merah, bawang pu6h, kentang, wortel) - Budidaya Sayuran Buah (antara lain: tomat, men6mun) - Budidaya Cabe, Paprika - Budidaya Jamur - Budidaya Tanaman Hias - Budidaya Tanaman Hias Non Bunga 3. Industri Pengolahan Hor6kultura: - Usaha Pasca Panen Buah dan Sayuran asing maksimal 95% asing maksimal 30% 18
19 Bidang Usaha Yang Disesuaikan Dengan Undang- Undang (3) No Bidang Usaha KBLI Perpres 36/2010 Perpres 39/2014 A. Bidang Pertanian 4. Usaha peneli6an hor6kultura dan usaha laboratorium uji mutu hor6kultura Tidak tercantum asing maksimal 30% 5. Usaha Jasa Hor6kultura Lainnya: Tidak tercantum asing maksimal 30% - Usaha Jasa Pascapanen Usaha Perangkaian Bunga/Florist/dekorator - Konsultan Pengembangan Hor6kultura - Landscaping - Jasa Kursus Hor6kultura
20 V. Bidang Usaha Yang Tidak Tercantum Dalam Perpres Nomor 36 Tahun 2010 Menjadi Terbuka Dengan Persyaratan di Perpres Nomor 39 Tahun Indonesia Investment Coordinating Board
21 Bidang Usaha Yang Tidak Tercantum Dalam Perpres Nomor 36 Tahun 2010 Menjadi Terbuka Dengan Persyaratan di Perpres Nomor 39 Tahun 2014 No Bidang Usaha KBLI Perpres 36/2010 Perpres 39/2014 A. Bidang ESDM 1. Jasa Konstruksi Migas: - Plajorm Tidak tercantum asing maksimal 75% - Tangki Spherical Tidak tercantum asing maksimal 49% - Instalasi Produksi Hulu Minyak dan Gas Bumi di Darat Tidak tercantum PMDN - Instalasi Pipa Penyalur di Darat Tidak tercantum PMDN - Instalasi Pipa Penyalur di Laut Tidak tercantum asing maksimal 49% - Tangki Horisontal/Ver6kal Tidak tercantum PMDN - Instalasi Penyimpanan dan Pemasaran Minyak dan Gas Bumi di Darat Tidak tercantum PMDN 2. Jasa Survei: - Migas Tidak tercantum - Geologi dan Geofisika asing maksimal 49% - Panas Bumi Tidak tercantum asing maksimal 95% 21
22 Bidang Usaha Yang Tidak Tercantum Dalam Perpres Nomor 36 Tahun 2010 Menjadi Terbuka Dengan Persyaratan di Perpres Nomor 39 Tahun 2014 No Bidang Usaha KBLI Perpres 36/2010 Perpres 39/2014 A. Bidang ESDM 3. Jasa Penunjang Migas: - Jasa Inspeksi Teknis Tidak tercantum PMDN 4. Industri Penghasil Pellet Biomassa untuk Energi Pemeriksaan dan Pengujian Instalasi Tenaga 5. Listrik Tidak tercantum Kemitraan Tidak tercantum PMDN * Catatan : Sesuai Perpers No. 36/2010, untuk bidang usaha Jasa Pembangunan dan Pemasangan Instalasi Tenaga Listrik (43211) persyaratan mak 95%, didalam revisi dipisahkan menjadi Instalasi Penyediaan tenaga listrik (42213) Maks 95% dan Instalasi pemanfaatan tenaga listrik (43211) persyaratan PMDN 22
23 Bidang Usaha Yang Tidak Tercantum Dalam Perpres Nomor 36 Tahun 2010 Menjadi Terbuka Dengan Persyaratan di Perpres Nomor 39 Tahun 2014 No Bidang Usaha KBLI Perpres 36/2010 Perpres 39/2014 B. Bidang Pekerjaan Umum 1. Pengelolaan dan pembuangan sampah yang 6dak berbahaya Tidak tercantum asing maksimal 95% (Baik dalam rangka KPS maupun Non KPS) C. Bidang Perdagangan 1. Jasa perdagangan: - Distributor Tidak tercantum asing maksimal 33% - Pergudangan Tidak tercantum asing maksimal 33% - Cold Storage Tidak tercantum asing maksimal 33% bagi penanaman modal diwilayah Sumatera, Jawa, dan Bali (kolom g) 2. Penyelenggaraan Perdagangan Alterna6f : - Penyelengaraan sistem perdagangan alterna6f - Peserta sistem perdagangan alterna6f asing maksimal 67% bagi penanaman modal di wilayah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua (kolom g) Tidak tercantum dalam negeri 100% 3. Pialang Berjangka Tidak tercantum asing maksimal 95% Catatan: Kolom g adalah persyaratan kepemilikan modal asing dan lokasi 23
24 Bidang Usaha Yang Tidak Tercantum Dalam Perpres Nomor 36 Tahun 2010 Menjadi Terbuka Dengan Persyaratan di Perpres Nomor 39 Tahun 2014 No Bidang Usaha KBLI Perpres 36/2010 Perpres 39/2014 C. Bidang Perdagangan 4. Perdagangan Eceran Tidak tercantum dalam negeri 100% - Perdagangan eceran bukan di Supermarket atau Minimarket - Perdagangan eceran bukan di Toserba/Departement Store - Perdagangan Eceran teks6l - Perdagangan Eceran khusus alat permainan dan mainan anak di toko - Perdagangan Eceran kosme6k Perdagangan Eceran alas kaki - Perdagangan Eceran elektronik - Perdagangan Eceran Melalui Pemesanan Pos atau Internet - Perdagangan Eceran Makanan dan Minuman
25 Bidang Usaha Yang Tidak Tercantum Dalam Perpres Nomor 36 Tahun 2010 Menjadi Terbuka Dengan Persyaratan di Perpres Nomor 39 Tahun 2014 No Bidang Usaha KBLI D. Bidang Perhubungan Perpres 36/2010 Perpres 39/ Angkutan Mul6moda*) Tidak tercantum asing maksimal 49% untuk investor ASEAN maksimal 60% (kolom j) à harmonisasi 6 Januari 2014 * Catatan : Sesuai Surat Sekjen Kementerian Perhubungan (a.n. Menteri Perhubungan) Nomor: HK.006/1/1 APhb2014 tanggal 9 Januari 2014 kepada Menko Perekonomian perihal Rancangan Perpres tentang Daiar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. 25
26 VI. Bidang Usaha Yang Sub Kelompoknya Digabungkan/ Disederhanakan Indonesia Investment Coordinating Board
27 Bidang Usaha Yang Sub Kelompoknya Digabungkan/ Disederhanakan Contoh Bidang Pertanian No. Bidang Usaha KBLI 1. Usaha perbenihan/ pembibitan tanaman pangan pokok dengan luas lebih dari 25 Ha : - Padi Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Tanaman pangan lainnya (ubi kayu dan ubi jalar) Persyaratan Uraian Persyaratan a b c d e f g h i j c d e Maksimal - Rekomendasi 49% Menteri Pertanian Contoh Bidang Kehutanan 20. Industri kayu : Rekomendasi - Gergajian dengan kapasitas dari produksi di atas 2000 M3/tahun - veneer Kementerian Kehutanan - kayu lapis laminated veneer lumber (LVL) Industri serpih kayu (wood chip) Pelet kayu (wood pellet) Dan seterusnya.. Indonesia Investment Coordinating Board
28 VII. Matriks Sandingan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 dengan Perpres Nomor 39 Tahun Indonesia Investment Coordinating Board
29 Matriks Sandingan Perpres Nomor 36 Tahun 2010 dengan Perpres 39 Tahun 2014 Semula (Perpres 36/2010) Perpres 39/2014 No Bidang Tertutup Sub Kelompok Bidang Tertutup Sub Kelompok Terbuka dengan Terbuka dengan Persyaratan Persyaratan 1 Pertanian 1 18 Pertanian Kehutanan 2 34 Kehutanan Kelautan dan Perikanan 0 17 Kelautan dan Perikanan ESDM 0 18 ESDM Perindustrian 4 41 Perindustrian Hankam 0 3 Pertahanan dan Keamanan Keamanan 0 6 Perumahan Rakyat Pekerjaan Umum 0 6 Pekerjaan Umum Perdagangan 0 11 Perdagangan Budaya dan Pariwisata 5 27 Pariwisata dan Ekonomi Krea6f Perhubungan 7 25 Perhubungan Kominfo 1 13 Komunikasi dan Informa6ka Keuangan 0 12 Keuangan Perbankan 0 7 Perbankan Nakertrans 0 5 Nakertrans Pendidikan 0 4 Pendidikan dan Kebudayaan Kesehatan 0 27 Kesehatan 0 25 Total Total Indonesia Investment Coordinating Board
30 Thank You Terima Kasih Indonesian Investment Promotion Centre (IIPC) Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordina6ng Board Jln. Jend. Gatot Subroto No. 44 Jakarta Indonesia t f e. info@bkpm.go.id
DAFTAR NEGATIF INVESTASI PASCA DIUNDANGKANNYA PERPRES NOMOR 39 TAHUN 2014 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
2013 by Indonesian Investment Coordinating Board. All rights reserved DAFTAR NEGATIF INVESTASI PASCA DIUNDANGKANNYA PERPRES NOMOR 39 TAHUN 2014 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Jakarta, 17 Juni 2014 MEKANISME
Lebih terperinciPERPRES NO 39 TAHUN 2014 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP DAN BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN PERSYARATAN
2013 by Indonesian Investment Coordinating Board. All rights reserved PERPRES NO 39 TAHUN 2014 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP DAN BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN PERSYARATAN Disampaikan pada
Lebih terperinciUpaya Peningkatan Daya Saing Bidang Ketenagalistrikan di Indonesia Menghadapi Era Globalisasi
2013 by Indonesian Investment Coordinating Board. All rights reserved Upaya Peningkatan Daya Saing Bidang Ketenagalistrikan di Indonesia Menghadapi Era Globalisasi Disampaikan pada acara Coffee Morning,
Lebih terperinciBADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia able indonesia Invest invest in Rencana Pembatalan Surat Persetujuan/Izin Prinsip Penanaman
Lebih terperinciCAPAIAN Februari 2016 KOMITMEN INVESTASI
invest in Jakarta 15 Maret 2016 CAPAIAN Februari 2016 KOMITMEN INVESTASI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Franky Sibarani Kepala 2013 by Indonesia Investment Coordinating Board. All rights reserved Rp
Lebih terperinciPaket Kebijakan Ekonomi X
Paket Kebijakan Ekonomi X Pemerintah menambah 19 bidang usaha yang dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK) dalam revisi Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 tentang Daftar
Lebih terperinciSTRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG INVESTASI
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG INVESTASI Amalia Adininggar Widyasanti Direktur Perdagangan, Investasi, dan Kerjasama
Lebih terperinciSALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG
Lebih terperinciRealisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target
Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target Jakarta, 30 Januari 2018 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mempublikasikan data realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Lebih terperinciBADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL SIARAN PERS Realisasi Investasi Januari September Tahun 2017 Rp 513,2 triliun, Telah Mencapai 75,6% dari Target Jakarta, 30 Oktober 2017 Pada periode Triwulan III (Juli
Lebih terperinciPEDOMAN DAN TATA CARA PERMOHONAN FASILITAS IMPOR MESIN, BARANG & BAHAN, TAX ALLOWANCE DAN TAX HOLIDAY DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL
invest in remarkable INDONESIA Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia PEDOMAN DAN TATA CARA PERMOHONAN FASILITAS IMPOR MESIN, BARANG
Lebih terperinciMENCIPTAKAN IKLIM INVESTASI YANG KONDUSIF BAGI INDUSTRI PENUNJANG MIGAS
invest in MENCIPTAKAN IKLIM INVESTASI YANG KONDUSIF BAGI INDUSTRI PENUNJANG MIGAS Direktur Perencanaan Industri Agribisnis dan Sumber Daya Alam Lainnya Hanung Harimba Rachman BKPM Jakarta, 14 April 2015
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.
KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) menerbitkan Buku Saku Statistik Makro Triwulanan. Buku Saku Volume V No. 4 Tahun
Lebih terperinciPENANAMAN MODAL PASCA PERKA BKPM NOMOR 5 TAHUN 2013 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL SEPTEMBER 2013
PENANAMAN MODAL PASCA PERKA BKPM NOMOR 5 TAHUN 2013 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL SEPTEMBER 2013 TOPIK BAHASAN I. UNDANG UNDANG NO. 25 TAHUN 2007 tentang Penanaman Modal II. PERATURAN PRESIDEN NO. 27
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENANAMAN MODAL DI KEK DIREKTORAT PERENCANAAN JASA DAN KAWASAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL DI KEK DIREKTORAT PERENCANAAN JASA DAN KAWASAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 2013 by Indonesian Investment Coordinating Board. All rights reserved JENIS PERIZINAN YANG DILIMPAHKAN
Lebih terperinciANTISIPASI PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA TERHADAP STRUKTUR PASAR INDUSTRI BENIH HORTIKULTURA
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 ANTISIPASI PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA TERHADAP STRUKTUR PASAR INDUSTRI BENIH HORTIKULTURA Oleh : Bambang Sayaka Wahyuning K. Sejati
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BKPM NO. 5 TAHUN 2013 JO. PERATURAN KEPALA BKPM NO. 12 TAHUN 2013
PERATURAN KEPALA BKPM NO. 5 TAHUN 2013 JO. PERATURAN KEPALA BKPM NO. 12 TAHUN 2013 CHECK LIST IZIN USAHA BARU/ PERLUASAN/ ALIH STATUS/ PENGGABUNGAN *) *) pilih salah satu Menunjukan dokumen asli Fotokopi
Lebih terperinciBADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Siaran Pers Lampaui Target, Realisasi Investasi 2015 Rp 545,4 T Jakarta, 21 Januari 2016 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyampaikan hasil capaian realisasi investasi
Lebih terperinciREALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014
Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in indonesia Invest
Lebih terperinciBUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPELAYANAN PENANAMAN MODAL DI PTSP PUSAT-BKPM (Updating layanan izin investasi 3 jam)
invest in invest in PELAYANAN PENANAMAN MODAL DI PTSP PUSAT-BKPM (Updating layanan izin investasi 3 jam) Hotel Borobudur Jakarta, 9 Juni 2016 Peraturan Pemerintah No. 96 Tahun 2015 Fasilitas dan Kemudahan
Lebih terperinciPELAYANAN PENANAMAN MODAL DI PTSP PUSAT-BKPM
invest in invest in PELAYANAN PENANAMAN MODAL DI PTSP PUSAT-BKPM PTSP PUSAT-BKPM Jakarta, 16 Februari 2017 DASAR HUKUM: PTSP PUSAT BKPM Pemerintahan Daerah Penanaman Modal Pelayanan Publik UU No. 23 Tahun
Lebih terperinciREALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2016
Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in indonesia Invest
Lebih terperinciJakarta, 29 Juli 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Berita Pers Realisasi Investasi Triwulan II 2016 Naik 12,3 % Jakarta, 29 Juli 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong hari ini di Jakarta
Lebih terperinciSIARAN PERS. Realisasi Investasi Triwulan II Tahun 2017 Mencapai Rp 170,9 Triliun
SIARAN PERS Realisasi Investasi Triwulan II Tahun 2017 Mencapai Rp 170,9 Triliun Jakarta, 26 Juli 2017 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mempublikasikan data realisasi investasi Penanaman Modal Dalam
Lebih terperincitersebut hanya ¼ dari luas lahan yang dimiliki Thailand yang mencapai 31,84 juta ha dengan populasi 61 juta orang.
ELABORASI Letak geografis yang strategis menunjukkan betapa kaya Indonesia akan sumber daya alam dengan segala flora, fauna dan potensi hidrografis dan deposit sumber alamnya yang melimpah. Sumber daya
Lebih terperinciKementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Paket Kebijakan Ekonomi Minggu ke-ii Februari 2016 (Tahap X)
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Paket Kebijakan Ekonomi Minggu ke-ii Februari 2016 (Tahap X) Jakarta, 11 Februari 2016 2 Memperlonggar Investasi Dengan Meningkatkan Perlindungan Bagi Usaha
Lebih terperinciREALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2017
Invest in remarkable indonesia indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in Invest
Lebih terperinciBUPATI DONGGALA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DONGGALA,
BUPATI DONGGALA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS-DINAS
Lebih terperinciBADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Siaran Pers Realisasi Investasi TW I 2016 Rp 146,5 Triliun, Serap 327 Ribu Tenaga Kerja Jakarta, 25 April 2016 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mempublikasikan angka
Lebih terperinciRINCIAN KEWENANGAN PEMERINTAH YANG DILIMPAHKAN KEPADA DEWAN KAWASAN SABANG
RINCIAN KEWENANGAN PEMERINTAH YANG DILIMPAHKAN KEPADA DEWAN KAWASAN SABANG LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 83 TAHUN 2010 TANGGAL : 20 Desember 2010 1. Perdagangan 1) Penerbitan
Lebih terperinciJENIS PERIJINAN DAN NON PERIJINAN YANG DI LAYANI PTSP. Sesuai dengan Perda No.7 /2011 dan Peraturan Gubernur No.25 /2012
JENIS PERIJINAN DAN NON PERIJINAN YANG DI LAYANI PTSP Sesuai dengan Perda No.7 /2011 dan Peraturan Gubernur No.25 /2012 No Bidang Jenis Pelayanan Perizinan 1 2 3 Penanaman Modal Izin Prinsip Penanaman
Lebih terperinciIZIN PRINSIP PENANAMAN MODAL dalam bentuk. Sertifikat & Tanda Tangan Digital
invest in Jakarta, 6 Juni 2017 Sosialisasi Penerbitan IZIN PRINSIP PENANAMAN MODAL dalam bentuk Sertifikat & Tanda Tangan Digital DEPUTI BIDANG PELAYANAN PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,
PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015
Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015 Yth. : Para Pimpinan Redaksi dan hadirin yang hormati;
Lebih terperinciBADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
UPAYA MENDORONG INVESTASI DI DAERAH Ir. M.M. MM Azhar Lubis, MA Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal - RI Bappenas - Jakarta Tanggal 3 November 2008 1 1 KEBUTUHAN
Lebih terperinci- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.
- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA KELOLA PRODUK-PRODUK UNGGULAN PERTANIAN DAN PERIKANAN DI JAWA TIMUR I. UMUM Wilayah Provinsi Jawa Timur yang luasnya
Lebih terperinciPEDOMAN DAN TATA CARA PEMBERIAN FASILITAS TAX HOLIDAY DAN TAX ALLOWANCE. Mei 2018
PEDOMAN DAN TATA CARA PEMBERIAN FASILITAS TAX HOLIDAY DAN TAX ALLOWANCE Mei 2018 OUTLINE 1 Maksud Dan Tujuan 2 Tax Holiday 3 Tax Allowance 4 Tax Holiday 2 1. MAKSUD DAN TUJUAN PEMBERIAN FASILITAS PENANAMAN
Lebih terperinciBIDANG USAHA TERTENTU DAN DAERAH TERTENTU
BIDANG TERTENTU DAN DAERAH TERTENTU LAMPIRAN II PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2008 TANGGAL 23 SEPTEMBER 2008 BIDANG 1. Pengembangan tanaman pangan a. Pertanian Padi 01111 Industri
Lebih terperinciMATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: Sarana dan Prasarana
MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: Sarana dan Prasarana No / Fokus / Kegiatan Rencana Tahun 2010 Prakiraan Rencana Tahun 2011 Prakiraan Maju I SUMBER DAYA AIR I SUMBER DAYA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,
PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL TAHUN
Lebih terperinci2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun
2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun 2009-2012 PADI LADANG PADI SAWAH JAGUNG 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 LAROMPONG - - 4
Lebih terperinciREALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA
REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA Triwulan I Tahun 2018 Jakarta, 30 April 2018 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) - RI DAFTAR ISI I. TRIWULAN I 2018: Dibanding Tahun 2017 II. TRIWULAN I 2018: Sektor,
Lebih terperinci- 4 - LAMPIRAN II PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 39 TAHUN 2014 TANGGAL : 23 APRIL 2014
- 4 - DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN PERSYARATAN LAMPIRAN II PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 39 TAHUN 2014 TANGGAL : 23 APRIL 2014 1. Bidang Pertanian 1. Usaha perbenihan/pembibitan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS
Lebih terperinciTabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi
Tabel., dan Padi Per No. Padi.552.078.387.80 370.966 33.549 4,84 4,86 2 Sumatera Utara 3.48.782 3.374.838 826.09 807.302 4,39 4,80 3 Sumatera Barat.875.88.893.598 422.582 423.402 44,37 44,72 4 Riau 454.86
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Peraturan Presiden No 32 Tahun 2011 tentang MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) merupakan sebuah langkah besar permerintah dalam mencapai
Lebih terperinciKata Pengantar KATA PENGANTAR
2 Ne r a c asa t e l i tpa r i wi s a t ana s i o na l 201 6 KEMENTERI ANPARI WI SATA Websi t e:ht t p: / / www. kemenpar. go. i d ht t p: / / www. i ndonesi a. t r avel Emai l :pusdat i n@kemenpar. go.
Lebih terperinciSiaran Pers. Realisasi Investasi Januari-September 2016 Mencapai Rp 453 Triliun
Siaran Pers Realisasi Investasi Januari-September 2016 Mencapai Rp 453 Triliun Jakarta, 27 Oktober 2016 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengumumkan realisasi investasi pada triwulan ketiga (Juli-September)
Lebih terperinciKebijakan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional
Policy Brief TR 2016 02 Kebijakan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional Nazla Mariza, M.A.; Bambang Wicaksono, M.Si.; Joanna Octavia, M.Sc. Ringkasan Industri perikanan nasional Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dianggap sebagai sumber kehidupan dan lapangan kerja, maka pertanian
1 I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan kegiatan pemanfaatan sumberdaya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan dan industri. Apabila pertanian dianggap sebagai
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN
PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam upaya
Lebih terperinciBUPATI BATANG HARI A. FATTAH
LAMPIRAN I NOMOR 3 TAHUN 2008 SUSUNAN DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM PENDIDIKAN DASAR PENDIDIKAN MENENGAH DAN PERGURUAN TINGGI PENDIDIKAN NON FORMAL DAN KEBUDAYAAN Data dan Informasi Sekolah Dasar
Lebih terperinciRELEASE NOTE INFLASI JULI 2016
Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Inflasi Lebaran 2016 Cukup Terkendali INFLASI IHK Mtm
Lebih terperinci2012, No
2012,.1305 12 LAMPIRAN I PERATURAN DAFTAR PROVINSI DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PROVINSI DI BIDANG PENANAMAN MODAL YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Namun, secara umum tanaman cabai disebut sebagai pepper atau chili.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Subsektor hortikultura memegang peranan penting dalam pertanian Indonesia secara umum. Salah satu jenis usaha agribisnis hortikultura yang cukup banyak diusahakan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan. Kinerja.
No.701, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan. Kinerja. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG
PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMPANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN BANYUMAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang : a. bahwa dengan
Lebih terperinciINVESTASI DAN KETENAGAKERJAAN
INVESTASI DAN KETENAGAKERJAAN invest in Yuliot, Dirrektur Deregulasi Penanaman Modal Badan oordinasi Penanaman Modal 2015 by Indonesian Investment Coordinating Board. All rights reserved 1. DEREGULASI
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN WEWENANG PEMBERIAN IZIN PRINSIP/IZIN INVESTASI PENANAMAN MODAL KEPADA KEPALA ADMINISTRATOR
Lebih terperinci2013, No.1531
11 2013,.1531 LAMPIRAN I DAFTAR PROVINSI DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PROVINSI DI BIDANG PENANAMAN MODAL YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL
Lebih terperinciTUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL
5 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN DAN KELAS JABATAN SERTA TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN
Lebih terperinci1. Penyempurnaan Database 2. Penyempurnaan Aplikasi
1. Penyempurnaan Database 2. Penyempurnaan Aplikasi 1. Penyempurnaan Database Struktur Database Existing SIPD A. Data Umum 1. Demografi 2. Geografi 3. Pemerintahan B. Sosial Budaya 1. Kesehatan 2. Pendidikan,
Lebih terperinci2017, No serta Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Koordinasi Penanaman Modal; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hu
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1197, 2017 BKPM... Kinerja. Perubahan Kedua. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di daerah tropis karena dilalui garis khatulistiwa. Tanah yang subur dan beriklim tropis
Lebih terperinciNO. BIDANG JENIS IZIN / NON IZIN
LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 67 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.363, 2016 EKONOMI. Penyediaan Infrastruktur. Prioritas. Percepatan. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN
Lebih terperinciinvest in Jakarta 19 Maret, 2015 indonesia remarkable indonesia able indonesia Invest Invest in remarkable indonesia Invest in
Invest in remarkable indonesia Invest in indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in Invest in remarkable indonesia Invest in indonesia Invest in remarkable indonesia
Lebih terperinciTabel Lampiran 39. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Propinsi
Tabel 39., dan Bawang Merah Menurut 6.325 7.884 854.064 7,4 7,4 2 Sumatera 25.43 9.70 3.39 2.628 7,50 7,50 3 Sumatera Barat 8.57 3.873.238.757 6,59 7,90 4 Riau - - - - - - 5 Jambi.466.80 79 89 8,9 6,24
Lebih terperinciPenetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah nasional.
- 583 - BB. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah 1. Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI
Draf tanggal 25-26 Agustus 2014 RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciRENCANA KERJA PEMBANGUNAN HORTIKULTURA 2016
RENCANA KERJA PEMBANGUNAN HORTIKULTURA 2016 Disampaikan pada acara : Pramusrenbangtannas Tahun 2016 Auditorium Kementerian Pertanian Ragunan - Tanggal, 12 Mei 201 KEBIJAKAN OPERASIONAL DIREKTORATJENDERALHORTIKULTURA
Lebih terperinciKLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA 1997
KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA 1997 KODE KETERANGAN 000 KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA 011 PERTANIAN TANAMAN PANGAN, TANAMAN PERKEBUNAN, DAN HORTIKULTURA 012 PETERNAKAN 013 KOMBINASI PERTANIAN
Lebih terperinciSTATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013
STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 1 I. Aspek Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2009 2013 Komoditas
Lebih terperinciRealisasi Kinerja Program dan kerangka pendanaan Tahun Data Capaian pada Tahun Awal Perencanaan
Tabel 5.1. Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif Dinas Pertanian dan Kehutanan (Sumber Dana APBD Kabupaten Tujuan Sasaran Target Rp Target Rp Target 1
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 5,21 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2015
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 09/08/Th.XVII, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 5,21 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2015 Perekonomian
Lebih terperinciLAYANAN CEPAT INVESTASI
Invest in remarkable indonesia Invest in indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in Invest in remarkable indonesia Invest in indonesia Invest in remarkable indonesia
Lebih terperinciJENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
LAMPIRAN IIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1997 TANGGAL 7 JULI 1997 TENTANG JENIS DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (1) JENIS- YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN LUAR NEGERI
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG TAHUN PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 67 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI JAWA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.641, 2015 KEMENPU-PR. Eksploitasi. Iuran. Pengairan. Bangunan. Pemeliharaan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN
Lebih terperinciStatistik KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber
Lebih terperinciBERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERIZINAN USAHA DI BIDANG ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KETENAGALISTRIKAN
Lebih terperinciinvest in Pertemuan Koordinasi Pengembangan Industri Alat Kesehatan, 13 Juni 2017 Meeting JICA DIREKTORAT PERENCANAAN INDUSTRI MANUFAKTUR
invest in Pertemuan Koordinasi Pengembangan Industri Alat Kesehatan, 13 Juni 2017 Meeting JICA DIREKTORAT PERENCANAAN INDUSTRI MANUFAKTUR 2016 by Indonesia Investment Coordinating Board. All rights reserved
Lebih terperinciStatistik KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran, telah diatur
Lebih terperinci- 6 - TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL
- 6 - LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinci- 2 - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2013; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, p
- 2 - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2013; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-321/PJ/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG
GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENDELEGASIAN WEWENANG DARI GUBERNUR KEPADA KEPALA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN WEWENANG PEMBERIAN IZIN USAHA DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL KEPADA KEPALA ADMINISTRATOR
Lebih terperinciPEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah PEMERINTAH
- 763 - BB. PEMBAGIAN URUSAN AN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SUB 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah 1. Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah nasional.
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PRT/M/2015 TENTANG
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PRT/M/2015 TENTANG IURAN EKSPLOITASI DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN PENGAIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN
Lebih terperinciPENYEDERHANAAN PERIZINAN IMB
invest in Jakarta, 7 Juli 2015 PENYEDERHANAAN PERIZINAN IMB BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Franky Sibarani Kepala BKPM 2013 by Indonesia Investment Coordinating Board. All rights reserved PETA PERIZINAN
Lebih terperinciBUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG
BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 20 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN KEWENANGAN DARI BUPATI TANGGAMUS KEPADA KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini dunia sedang dilanda krisis Energi terutama energi fosil seperti minyak, batubara dan lainnya yang sudah semakin habis tidak terkecuali Indonesia pun kena
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 026 TAHUN 2014
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 026 TAHUN 2014 TENTANG KEWENANGAN PELAYANAN PERIZINAN DAN NONPERIZINAN PADA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 63/11/34/Th.XVIII, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 4,68 PERSEN, LEBIH LAMBAT
Lebih terperinciMP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan
Rubrik Utama MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan Oleh: Dr. Lukytawati Anggraeni, SP, M.Si Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor olume 18 No. 2, Desember
Lebih terperinci