TUGAS AKHIR ) Pembimbing MSIE. 1. Ir. Farry Firman, 2. Ir. Rakhma Oktavina, MT. Universitas Gunadarma 1. Teknik Industri

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TUGAS AKHIR ) Pembimbing MSIE. 1. Ir. Farry Firman, 2. Ir. Rakhma Oktavina, MT. Universitas Gunadarma 1. Teknik Industri"

Transkripsi

1 TUGAS AKHIR Analisis Perancangan Lintasan Trolly Pada Lintasan Perakitan Bodi Lengkap Mobil Sedan Mercedes Benz E Class Tipe W 211 Di PT.DaimlerChrysler Indonesia Disusun Oleh Ujang Junaedi ( ) Pembimbing 1. Ir. Farry Firman, MSIE 2. Ir. Rakhma Oktavina, MT Universitas Gunadarma 1

2 BAB I Pendahuluan Latar Belakang Lintasan perakitan bodi lengkap mobil sedan Mercedes Bens E Class tipe W 211 di PT.DaimlerChrysler Indonesia memiliki permasalahan pada sudut belok antara stasiun kerja 13 dengan stasiun kerja 14 dalam hal perancangan tempat kerja yang kurang ergonomis dan efisien. Maka akan dirancang perbaikan lintasan kerja yang baru yaitu pada lintasan trolly untuk memindahkan bodi dari stasiun kerja 13 ke stasiun kerja 14 dengan memperhatikan segi keergonomisan dan keefisienan aktifitas perakitan. Universitas Gunadarma 2

3 BAB I Pendahuluan Batasan Masalah Dari 7 stasiun kerja yang telah disebutkan, yang akan dibahas disini adalah perancangan tempat kerja dan ergonomi khususnya perancangan lintasan trolly yang baru, tepatnya pada sudut belok perpindahan trolly dari stasiun kerja 13 ke stasiun kerja 14 pada lintasan perakitan bodi lengkap mobil sedan Mercedes Benz E Class tipe W 211 di PT.DaimlerChrysler Indonesia. Universitas Gunadarma 3

4 BAB I Pendahuluan Tujuan Merancang perbaikan lintasan trolly pada proses perakitan bodi lengkap mobil sedan Mercedes Benz E Class tipe W 211 yang disesuaikan dengan tempat kerja. Menganalisis perbandingan antara lintasan trolly yang lama dengan lintasan trolly yang baru. Yaitu analisis mengenai jarak dan waktu perjalanan trolly dari stasiun kerja 13 ke stasiun kerja 14. Menganalisis rancangan lintasan trolly yang lama dan perancangan lintasan trolly yang baru dengan menggunakan simulasi promodel. Menganalisis keuntungan perancangan lintasan trolly yang baru. Universitas Gunadarma 4

5 BAB III Metodologi Penelitian Identifikasi Masalah Tujuan Perancangan Lintasan Trolly Model Lintasan Trolly Menganalisis Jarak Perpindahan Trolly Menganalisis Waktu Perjalanan Trolly Rancangan Model Simulasi Perancangan Lintasan Trolly yang Baru Perancangan Model Lintasan Analisis Jarak Lintasan Perancangan Lintasan Trolly yang Baru Analisis Waktu Perjalanan Trolly yang Baru Perbandingan Lintasan Trolly yang Lama dengan Yang Baru Verifikasi dan Validasi Model Ya Percobaan Simulasi Tidak Analisis Kesimpulan Universitas Gunadarma 5

6 BAB IV Sistem Perakitan Badan Mobil Sedan 4.1. Identifikasi Masalah Kendaraan jenis sedan E Class yang diproduksi mengalami lima tahapan proses perakitan, yaitu : proses perakitan tahap awal pembentukan bodi (Bodyshop( Bodyshop), dibagi menjadi dua bagian yaitu pembentukan bodi utama dan bodi lengkap, tahapan berikutnya yaitu proses pengecatan (Paintshop( Paintshop), proses perakitan tahap menengah (Trim( Line), proses perakitan tahap akhir (Final( Assy), dan terakhir tahap pemeriksaan dan Finishing. Mobil sedan E Class tipe W 211 menjadi pokok dan pusat dalam penelitian ini khususnya pada proses perakitan bodi lengkap. Universitas Gunadarma 6

7 BAB IV Sistem Perakitan Badan Mobil Sedan Identifikasi Proses Produksi Perakitan Mobil Sedan Proses perakitan tahap awal perakitan bodi (Bodyshop( Bodyshop) Proses perakitan bodi dibagi menjadi dua proses yaitu proses perakitan bodi utama pada stasiun kerja 1 dan proses perakitan bodi lengkap pada stasiun stasiun Bodi yang sudah terbentuk pada proses pembentukan bodi utama biasa disebut dengan nama kabin. Kemudian, kabin akan diproses lebih lanjut untuk perakitan bodi lengkap dan siap dikirim ke Paintshop untuk proses pengecatan. Universitas Gunadarma 7

8 Identifikasi Proses Produksi Lintasan Perakitan Bodi Lengkap LINTASAN PERAKITAN BODI LENGKAP MOBIL SEDAN MERCEDES BENZ E CLASS TIPE W 211 Lintasan Perakitan Bodi Utama Mobil Sedan E Class Mesin II Lintasan Perakitan Bodi Mobil Sedan C Class Area Perakitan Bodi Lengkap C Class Stasiun 11 Stasiun 12 Stasiun 13 Jalan Lemari Peralatan 4 Area Perakitan Bodi Utama C Class dan Pengelasan Titik Ruang Menaruh Part dan Trolly Adanya Ruang Kosong ini, Untuk Menghindari Percikan Api Pengelasan Titik C Class Mengenai Bodi Mobil Sedan E Class yang sedang Dirakit Lintasan Perakitan Bodi Lengkap Mobil Sedan E Class Rak Part 4 Area Pembentukan Chasis dan Bagian Mesin E Class I Area Pembentukan Chasis dan Bagian Mesin C Class Lapisan Seng Tebal dengan Tinggi 4 M Perakitan Interior dan Exterior E Class Panjang Bodi = 4.52 m Lebar Bodi = 1.82 m Panjang Trolly = 5.0 m Lebar Trolly = 1.4 m Lebar Lintasan = 5.0 m Panjang St Kerja = 5.0 m Lebar L. Trolly = 1.2 m Tempat Penyimpanan Part PIE C Class Dibuat Oleh Ujang Junaedi Sumber PT.DaimlerChrysler Indonesia 2005 Tempat Bodi E Class yg Sudah Di Cat untuk proses perakitan selanjutnya 4 Stasiun 14 Stasiun 15 Stasiun 16 Stasiun 17 RUANG PENYIMPANAN BODI UNTUK DI CAT Universitas Gunadarma 8

9 Identifikasi Permasalahan Lintasan Perakitan Bodi Lengkap (Gambar Lintasan Rel Trolly) LINTASAN PERAKITAN BODI LENGKAP MOBIL SEDAN MERCEDES BENZ E CLASS TIPE W 211 Lintasan Perakitan Bodi sedan C Class Area Perakitan Bodi Lengkap C Class Area Perakitan Bodi Utama C Class dan Pengelasan Titik Area Pembentukan Chasis dan Bagian Mesin E Class I Stasiun 11 Stasiun 12 Stasiun 13 Jalan Lemari Peralatan 4 Ruang Menaruh Part dan Trolly Adanya Ruang Kosong ini, Untuk Menghindari Percikan Api Pengelasan Titik C Class Mengenai Bodi Mobil Sedan E Class yang sedang Dirakit Lintasan Perakitan Bodi Lengkap Mobil Sedan E Class Rak Part 4 Area Pembentukan Chasis dan Bagian Mesin C Class Lapisan Seng Tebal dengan Tinggi 4 M Perakitan Interior dan Exterior E Class Panjang Bodi = 4.52 m Lebar Bodi = 1.82 m Panjang Trolly = 5.0 m Lebar Trolly = 1.4 m Lebar Lintasan = 5.0 m Panjang St Kerja = 5.0 m Lebar L. Trolly = 1.2 m Dibuat Oleh Ujang Junaedi Tempat Penyimpanan Part PIE C Class Tempat Bodi E Class yg Sudah Di Cat untuk proses perakitan selanjutnya 4 Stasiun 14 Stasiun 15 Stasiun 16 Stasiun 17 RUANG PENYIMPANAN BODI UNTUK DI CAT Universitas Gunadarma 9

10 Identifikasi Permasalahan Lintasan Perakitan Bodi Lengkap (Gambar Rel Trolly) Gambar Lintasan Rel Trolly 24 Roda Trolly Tampilan Atas Tampak Belakang Lintasan Rel Troly Lintasan Rel Trolly Tampilan Samping 15 Dibuat Oleh Ujang Junaedi Universitas Gunadarma

11 Identifikasi Permasalahan Lintasan Perakitan Bodi Lengkap (Gambar Trolly) Tampilan Atas Bagian Depan Trolly Bagian Belakang Trolly CM Tampilan Samping M Dibuat Oleh : Ujang Junaedi Universitas Gunadarma 11

12 Identifikasi Permasalahan Lintasan Perakitan Bodi Lengkap (Permasalahan Lintasan Perakitan) LINTASAN PERAKITAN BODI LENGKAP MOBIL SEDAN MERCEDES BENZ E CLASS TIPE W 211 Lintasan Perakitan Bodi sedan C Class Area Perakitan Bodi Lengkap C Class Stasiun 11 Stasiun 12 Stasiun 13 Jalan Lemari Peralatan 4 Area Perakitan Bodi Utama C Class dan Pengelasan Titik Ruang Menaruh Part dan Trolly Adanya Ruang Kosong ini, Untuk Menghindari Percikan Api Pengelasan Titik C Class Mengenai Bodi Mobil Sedan E Class yang sedang Dirakit Lintasan Perakitan Bodi Lengkap Mobil Sedan E Class Rak Part 4 Area Pembentukan Chasis dan Bagian Mesin E Class I Area Pembentukan Chasis dan Bagian Mesin C Class Lapisan Seng Tebal dengan Tinggi 4 M Perakitan Interior dan Exterior E Class Panjang Bodi = 4.52 m Lebar Bodi = 1.82 m Panjang Trolly = 5.0 m Lebar Trolly = 1.4 m Lebar Lintasan = 5.0 m Panjang St Kerja = 5.0 m Lebar L. Trolly = 1.2 m Dibuat Oleh Ujang Junaedi Tempat Penyimpanan Part PIE C Class Tempat Bodi E Class yg Sudah Di Cat untuk proses perakitan selanjutnya Stasiun 14 Stasiun 15 Stasiun 16 Stasiun 17 PERMASALAHAN : SUDUT BELOK TERLALU TAJAM 90 DERAJAT DALAM MEMBELOKKAN BODI KE STASIUN BERIKUTNYA (KURANG ERGONOMIS) RUANG PENYIMPANAN BODI UNTUK DI CAT Universitas Gunadarma 12

13 BAB IV Sistem Perakitan Badan Mobil Sedan 4.2. Tujuan Perancangan Lintasan Trolly 4.2. Tujuan dari perancangan lintasan trolly adalah menganalisis kemungkinan perbaikan yang mungkin dapat dilakukan untuk meminimasi perubahan gerakan dari trolly yang cukup sulit dan berliku liku. Sebelum merancang perbaikan lintasan trolly, harus diperhitungkan dan diukur kemungkinan dari model lintasan trolly yang memindahkan bodi dari stasiun kerja 13 ke stasiun kerja 14, waktu perjalanan trolly serta jarak perjalanan dan perpindahan trolly dari stasiun 13 ke stasiun kerja 14. Universitas Gunadarma 13

14 Model Lintasan Trolly Model lintasan trolly letaknya terpisah dari stasiun kerja 13 ke stasiun kerja 14 yang berjarak meter bila ditarik garis lurus dari stasiun kerja 13 ke stasiun kerja 14. Rel penempatan trolly terputus hanya dari stasiun kerja 11 sampai stasiun kerja 13 dan dari stasiun kerja 14 ke stasiun kerja 17. Tidak adanya rel dalam pemindahan trolly yang mengangkut bodi lengkap mobil sedan dari stasiun kerja 13 ke stasiun kerja 14 membuat proses pemindahan menjadi agak lama. Pengaturan roda rel dalam membelokkan trolly pada setiap belokkan menjadi suatu permasalahan yang layak diperhitungkan Universitas Gunadarma 14

15 Gambar Model Lintasan Trolly yang akan Dirancang LINTASAN PERAKITAN BODI LENGKAP MOBIL SEDAN MERCEDES BENZ E CLASS TIPE W 211 Lintasan Perakitan Bodi sedan C Class Area Perakitan Bodi Lengkap C Class Stasiun 11 Stasiun 12 Stasiun 13 Jalan Lemari Peralatan Area Perakitan Bodi Utama C Class dan Pengelasan Titik Ruang Menaruh Part dan Trolly Adanya Ruang Kosong ini, Untuk Menghindari Percikan Api Pengelasan Titik C Class Mengenai Bodi Mobil Sedan E Class yang sedang Dirakit Lintasan Perakitan Bodi Lengkap Mobil Sedan E Class Rak Part Area Pembentukan Chasis dan Bagian Mesin E Class I Area Pembentukan Chasis dan Bagian Mesin C Class Lapisan Seng Tebal dengan Tinggi 4 M Perakitan Interior dan Exterior E Class Panjang Bodi = 4.52 m Lebar Bodi = 1.82 m Panjang Trolly = 5.0 m Lebar Trolly = 1.4 m Lebar Lintasan = 5.0 m Panjang St Kerja = 5.0 m Lebar L. Trolly = 1.2 m Dibuat Oleh Ujang Junaedi Tempat Penyimpanan Part PIE C Class Tempat Bodi E Class yg Sudah Di Cat untuk proses perakitan selanjutnya Stasiun 14 Stasiun 15 Stasiun 16 Stasiun 17 Rancangan Perbaikan Lintasan Trolly RUANG PENYIMPANAN BODI UNTUK DI CAT Universitas Gunadarma 15

16 Analisis Jarak Perpindahan Trolly Sebelum Perancangan Berdasarkan atas proses operasi ke 17 bahwa setelah operator mengolesi seluruh permukaan bodi dengan cairan Chermilite, operator menaruh kain dan cairan chermilite pada lemari peralatan. Kemudian operator kembali menuju trolly yang berjarak 2 meter dan mendorong bodi ke stasiun kerja 14 dengan menggunakan trolly. Adapun urutannya yaitu pertama bodi didorong sejauh 4 meter ke titik A kemudian diputar 900 ke kanan, selanjutnya bodi didorong sejauh 4.5 meter ke titik B kemudian diputar 900 ke kiri, selanjutnya bodi didorong sejauh 13 meter ke titik C kemudian diputar 900 ke kanan, selanjutnya bodi didorong sejauh 4.5 meter ke titik D kemudian diputar 900 ke kiri, terakhir bodi didorong masuk ke stasiun kerja 14 sejauh 4 meter ke titik E. total jarak yang ditempuh trolly adalah sejauh 30 meter. Universitas Gunadarma 16

17 Gambar Proyeksi Proses dan Jarak Perpindahan Trolly LINTASAN PERAKITAN BODI LENGKAP MOBIL SEDAN MERCEDES BENZ E CLASS TIPE W M M 0.5 M Stasiun 11 Stasiun 12 Stasiun 13 1 M Lemari Peralatan 4 M B A 1.4 M 4.5 M eter 2 M eter 2.5 M eter M eter C 5 4 M eter Rak Part Area Pembentukan Chasis dan Bagian Mesin C Class Perakitan Interior dan Exterior E Class 4.5 M eter 4 M M eter Panjang Bodi = 4.52 m Lebar Bodi = 1.82 m Panjang Trolly = 5.0 m Lebar Trolly = 1.4 m Lebar Lintasan = 5.0 m Panjang St Kerja = 5.0 m Lebar L. Trolly = 1.2 m Dibuat Oleh Ujang Junaedi Tempat Penyimpanan Part PIE C Class Tempat Bodi E Class yg Sudah Di Cat untuk proses perakitan selanjutnya D 2 M eter E Stasiun 14 Stasiun 15 Stasiun 16 Stasiun M RUANG PENYIMPANAN BODI UNTUK DI CAT Universitas Gunadarma 17

18 Analisis Waktu Perjalanan Trolly Sebelum Perancangan Untuk mengukur waktu perjalanan trolly dalam memindahkan bodi dari stasiun kerja 13 ke stasiun kerja 14, dapat digunakan metode pengukuran MOST. Model pengukuran MOST yang digunakan adalah model pengukuran dasar tentang urutan gerakan umum. Model ini digunakan karena perpindahan obyek bebas, dibawah kendali manual dan obyek berpindah tanpa hambatan Waktu Perpindahan Total = (Titik A + Titik B + Titik C + Titik D + Titik E) X Waktu Perpindahan Total = ( ) X = 3040 TMU TMU = Detik Jadi Waktu Perpindahan Total = 3040 X = 9.44 Detik Atau 1 Menit. 49 Detik.. Universitas Gunadarma 18

19 4.3. Perancangan Lintasan Trolly yang Baru Perancangan lintasan trolly yang baru terdiri dari rancangan dari model lintasan, analisis data jarak lintasan, rancangan lintasan trolly yang baru, analisis waktu perpindahan trolly yang baru. Universitas Gunadarma 19

20 Rancangan Model Lintasan Dari model lintasan perakitan sebelumnya pada Gambar Model Lintasan Trolly yang akan Dirancang terdapat kemungkinan meminimasi gerak dari trolly. Sudut belok 90 derajat dapat dihilangkan dan disesuaikan dengan aliran gerakan trolly dari stasiun kerja 13 menuju stasiun kerja 14 sejauh 7 meter horizontal dan 2.5 meter vertikal sudut belok dihilangkan Rancangan model lintasan yang akan dibuat dapat dilihat pada Gambar berikutnya Universitas Gunadarma 20

21 Gambar Rancangan Model Lintasan LINTASAN PERAKITAN BODI LENGKAP MOBIL SEDAN MERCEDES BENZ E CLASS TIPE W 211 Lintasan Perakitan Bodi sedan C Class Area Perakitan Bodi Lengkap C Class Area Perakitan Bodi Utama C Class dan Pengelasan Titik Area Pembentukan Chasis dan Bagian Mesin E Class I Stasiun 11 Stasiun 12 Stasiun 13 Jalan Lemari Peralatan 4 Rancangan Lintasan Perakitan Bodi Lengkap Mobil Sedan E Class 7 Rak Part Area Pembentukan Chasis dan Bagian Mesin C Class Lapisan Seng Tebal dengan Tinggi 4 M Perakitan Interior dan Exterior E Class 2.5 Panjang Bodi = 4.52 m Lebar Bodi = 1.82 m Panjang Trolly = 5.0 m Lebar Trolly = 1.4 m Lebar Lintasan = 5.0 m Panjang St Kerja = 5.0 m Lebar L. Trolly = 1.2 m Dibuat Oleh Ujang Junaedi Tempat Penyimpanan Part PIE C Class Tempat Bodi E Class yg Sudah Di Cat untuk proses perakitan selanjutnya Stasiun 14 Stasiun 15 Stasiun 16 Stasiun 17 RUANG PENYIMPANAN BODI UNTUK DI CAT Universitas Gunadarma 21

22 Analisis Jarak Lintasan Jarak lurus dari stasiun kerja 13 menuju stasiun kerja 14 dapat dihitung dengan menggunakan rumus pithagoras. Jarak horizontal lintasan trolly dari stasiun 13 ke stasiun 14 sejauh 18 meter sedangkan jarak vertikal lintasan trolly sejauh 9 meter. Maka jarak lurus dari stasiun kerja 13 ke stasiun kerja 14 adalah sejauh meter atau 20.1 meter Jarak lintasan trolly dari stasiun 13 ke stasiun 14 dapat dilihat pada Gambar berikutnya Universitas Gunadarma 22

23 9 Gambar Jarak Lintasan Trolly LINTASAN PERAKITAN BODI LENGKAP MOBIL SEDAN MERCEDES BENZ E CLASS TIPE W 211 Lintasan Perakitan Bodi sedan C Class Area Perakitan Bodi Lengkap C Class Stasiun 11 Stasiun 12 Stasiun 13 Jalan Lemari Peralatan Area Perakitan Bodi Utama C Class dan Pengelasan Titik Rancangan Lintasan Perakitan Bodi Lengkap Mobil Sedan E Class Area Pembentukan Chasis dan Bagian Mesin E Class I Area Pembentukan Chasis dan Bagian Mesin C Class Lapisan Seng Tebal dengan Tinggi 4 M Perakitan Interior dan Exterior E Class Panjang Bodi = 4.52 m Lebar Bodi = 1.82 m Panjang Trolly = 5.0 m Lebar Trolly = 1.4 m Lebar Lintasan = 5.0 m Panjang St Kerja = 5.0 m Lebar L. Trolly = 1.2 m Dibuat Oleh Ujang Junaedi Tempat Penyimpanan Part PIE C Class Tempat Bodi E Class yg Sudah Di Cat untuk proses perakitan selanjutnya Stasiun 14 Stasiun 15 Stasiun 16 Stasiun 17 RUANG PENYIMPANAN BODI UNTUK DI CAT Universitas Gunadarma 23

24 Rancangan Lintasan Trolly yang Baru Rancangan lintasan trolly yang baru dibuat berdasarkan rancangan model lintasan dan data jarak lintasan trolly. Rel penempatan trolly terputus hanya dari stasiun kerja 11 sampai stasiun kerja kerja 13 dan dari stasiun 14 ke stasiun kerja 17. Dalam desain rancangan lintasan trolly yang baru, lintasan trolly dibuat memanjang dari stasiun kerja 11 hingga stasiun kerja kerja 17. Pemanjangan yang dibuat pada stasiun kerja 13 hingga stasiun kerja 14 dengan pola penanaman rel trolly didalam tanah, sehingga tidak mengganggu aktivitas jalur lintasan trolly bodi mobil sedan C Class. Rancangan lintasan trolly yang baru dapat dilihat pada Gambar Sedangkan rancangan rel trolly yang baru dapat dilihat pada Gambar berikutnya Universitas Gunadarma 24

25 Gambar Rancangan Lintasan Trolly yang Baru LINTASAN PERAKITAN BODI LENGKAP MOBIL SEDAN MERCEDES BENZ E CLASS TIPE W 211 Lintasan Perakitan Bodi sedan C Class Area Perakitan Bodi Lengkap C Class Stasiun 11 Stasiun 12 Stasiun 13 Jalan Lemari Peralatan Area Perakitan Bodi Utama C Class dan Pengelasan Titik Ruang Menaruh Part dan Trolly Adanya Ruang Kosong ini, Untuk Menghindari Percikan Api Pengelasan Titik C Class Mengenai Bodi Mobil Sedan E Class yang sedang Dirakit Rancangan Lintasan Perakitan Bodi Lengkap Mobil Sedan E Class Rak Part Area Pembentukan Chasis dan Bagian Mesin E Class I Area Pembentukan Chasis dan Bagian Mesin C Class Lapisan Seng Tebal dengan Tinggi 4 M Perakitan Interior dan Exterior E Class Panjang Bodi = 4.52 m Lebar Bodi = 1.82 m Panjang Trolly = 5.0 m Lebar Trolly = 1.4 m Lebar Lintasan = 5.0 m Panjang St Kerja = 5.0 m Lebar L. Trolly = 1.2 m Dibuat Oleh Ujang Junaedi Tempat Penyimpanan Part PIE C Class Tempat Bodi E Class yg Sudah Di Cat untuk proses perakitan selanjutnya Stasiun 14 Stasiun 15 Stasiun 16 Stasiun 17 Penambahan Jalur Trolly kemudian sudut belok yang terlalu tajam dihilangkan dan di sesuaikan dengan lajur perpindahan trolly ke stasiun berikutnya. Lintasan dapat dikatakan selaras dan ergonomis RUANG PENYIMPANAN BODI UNTUK DI CAT Universitas Gunadarma 25

26 Gambar Rancangan Rel Trolly yang Baru Gambar Lintasan Rel Trolly Yang Baru Roda Trolly Lintasan Rel Trolly Tampak Belakang Lintasan Rel Troly Tampak Samping Atas Dibuat Oleh Ujang Junaedi Tampak Samping Universitas Gunadarma 26

27 Analisis Waktu Perjalanan Trolly yang Baru Urutan gerakan yang terjadi pada saat pemindahan bodi menggunakan trolly dari stasiun kerja 13 ke stasiun kerja 14 yaitu setelah operator menaruh kain dan cairan chermilite menuju lemari peralatan, operator kembali ke tempat trolly yang berjarak 2 meter, kemudian bodi didorong sejauh 2.5 meter ke titik A dan agak diputar 450 ke kanan, selanjutnya bodi didorong sejauh 20.1 meter ke titik B dan agak diputar 450 ke kiri, terakhir bodi didorong masuk ke stasiun kerja 14 sejauh 2.5 meter ke titik C setelah itu operator kembali menuju stasiun kerja 13 yang berjarak 25.1 meter. Proses diatas, ditentukan berdasarkan perpindahan trolly dari stasiun kerja 13 hingga mencapai stasiun kerja 14. Universitas Gunadarma 27

28 Gambar Proyeksi Proses dan Jarak Perpindahan Trolly yang Baru LINTASAN PERAKITAN BODI LENGKAP MOBIL SEDAN MERCEDES BENZ E CLASS TIPE W M 0.5 M Stasiun 11 Stasiun 12 Stasiun 13 1 M Jalan 1.5 M 2.5 M A M e ter M eter 2 M eter 1.4 M M ete r 5 Area Pembentukan Chasis dan Bagian Mesin C Class Perakitan Interior dan Exterior E Class 4.5 M eter 2.5 M M ete r Panjang Bodi = 4.52 m Lebar Bodi = 1.82 m Panjang Trolly = 5.0 m Lebar Trolly = 1.4 m Lebar Lintasan = 5.0 m Panjang St Kerja = 5.0 m Lebar L. Trolly = 1.2 m Dibuat Oleh Ujang Junaedi Tempat Penyimpanan Part PIE C Class Tempat Bodi E Class yg Sudah Di Cat untuk proses perakitan selanjutnya B Stasiun 14 Stasiun 15 Stasiun 16 Stasiun M e ter RUANG PENYIMPANAN BODI UNTUK DI CAT Universitas Gunadarma 28

29 Analisis Waktu Perjalanan Trolly yang Baru proses pemindahan trolly yang baru dari stasiun kerja 13 menuju stasiun kerja 14 memerlukan waktu seperti perhitungan dibawah ini. Waktu Perpindahan Total = (Titik A + Titik B + Titik C) X Waktu Perpindahan Total = ( ) X = 2070 TMU 1 TMU = Detik Jadi Waktu Perpindahan Total = 2070 X = Detik Atau 1 Menit. 14 Detik. Universitas Gunadarma 29

30 4.4. Analisis Menggunakan Simulasi Promodel Rancangan Model Simulasi Rancangan model simulasi dibuat berdasarkan rancangan lintasan trolly yang lama dan rancangan lintasan trolly yang baru. Urutan aktivitas perakitan yang terjadi pada model simulasi sebelum perancangan dan rancangan baru hampir sama. Waktu perakitan harian selama 8 jam perhari yaitu selama 480 menit. Kapasitas terpasang harian sebanyak 8 unit perhari. Perakitan bodi mobil yang terjadi hanya 5 unit perhari, yakni sistem akan berhenti jika akumulasi bodi lengkap yang dihasilkan mencapai 5 unit. Berdasarkan data data diatas dapat dibuat model simulasi sebelum perancangan dan model simulasi rancangan yang baru dapat dilihat Gambar berikutnya. Universitas Gunadarma 30

31 Gambar Model Sebelum Perancangan Universitas Gunadarma 31

32 Gambar Model Rancangan yang Baru Universitas Gunadarma 32

33 Simulasi Sistem Perancangan Lintasan trolly Setelah pembuatan model simulasi sebelum perancangan dan rancangan yang baru dan dari data data yang ada, maka dibuat kemungkinan agar model simulasi tersebut dapat dijalankan. Hasil dari percobaan simulasi menghasilkan output yang menjadi dasar dalam perbandingan lintasan trolly sebelum perancangan dan rancangan lintasan trolly yang baru. Output yang digunakan adalah pada bagian (Resources), dimana dapat dilihat rata rata perpindahan trolly dari stasiun 13 ke stasiun 14. Hasil percobaan simulasi sebelum perancangan dan hasil percobaan simulasi rancangan yang baru beserta ouput simulasinya dapat dilihat pada Gambar berikutnya Universitas Gunadarma 33

34 Gambar Percobaan Simulasi Sebelum Perancangan Universitas Gunadarma 34

35 Gambar Percobaan Simulasi Rancangan yang Baru Universitas Gunadarma 35

36 Gambar Output Simulasi Sebelum Perancangan Universitas Gunadarma 36

37 Gambar Output Simulasi Perancangan yang Baru Universitas Gunadarma 37

38 4.5. Perbandingan Lintasan Trolly yang Lama dengan yang Baru Berdasarkan analisis perpindahan jarak trolly sebelum perancangan, bahwa lintasan trolly yang lama memiliki jarak tempuh total sejauh 30 meter dan waktu perpindahan selama 9.44 detik. Sedangkan perpindahan jarak trolly yang baru memiliki jarak tempuh total sejauh meter dan waktu perpindahan selama detik. Hal ini menandakan perancangan lintasan trolly yang baru dapat meminimasi jarak tempuh sejauh 4.88 meter dan meminimasi waktu perpindahan selama detik, sehingga lebih baik dari sebelumnya. Universitas Gunadarma 38

39 4.6. Analisa Menilai Keergonomisan Lintasan Perakitan Rancangan tempat kerja yang lama memiliki jarak lintasan antara stasiun kerja 13 ke stasiun kerja 14 sejauh 30 meter, panjang lintasan dari stasiun kerja 11 sampai stasiun kerja 13 sejauh 15 meter dan panjang lintasan dari stasiun kerja 14 sampai stasiun kerja 17 sejauh 20 meter, serta waktu perjalanan trolly dari stasiun kerja 13 ke stasiun kerja 14 selama 9.44 detik. Sedangkan rancangan tempat kerja yang baru memiliki jarak lintasan antara stasiun kerja 13 ke stasiun kerja 14 sejauh meter, panjang lintasan dari stasiun kerja 11 sampai stasiun kerja 13 sejauh 15 meter dan panjang lintasan dari stasiun kerja 14 sampai stasiun kerja 17 sejauh 20 meter, serta waktu perjalanan trolly dari stasiun kerja 13 ke stasiun kerja 14 selama detik. Universitas Gunadarma 39

40 4.6. Analisa Menilai Keergonomisan Lintasan Perakitan Rancangan tempat kerja dan lintasan trolly yang baru dinilai sangat ergonomis, selain memudahkan operator memindahkan bodi dari stasiun kerja 13 ke stasiun kerja 14, jarak perpindahan trolly menjadi lebih pendek 4.88 meter, sehingga lebih efesien dan waktu perpindahan trolly menjadi lebih singkat selama detik, sehingga lebih efektif dari rancangan tempat kerja dan lintasan trolly yang lama. Pada lintasan trolly yang lama terjadi kemungkinan cacat bodi akibat tergores sebanyak 1 bodi per 0 perakitan. Sedangkan pada lintasan trolly yang baru kemungkinan cacat bodi tergores menjadi nol atau tanpa cacat sehingga lintasan trolly yang baru lebih baik dari perancangan lintasan trolly yang lama. Lintasan rel trolly yang dibuat dibawah tanah berguna untuk memperlancar aliran perpindahan trolly dari stasiun kerja 13 menuju stasiun kerja 14 dan juga tidak mengganggu jalannya perpindahan bodi lengkap mobil sedan C Class yang juga melewati jalur yang sama. Universitas Gunadarma 40

41 Keuntungan Rancangan Lintasan Trolly yang baru Selain rancangan lintasan trolly yang baru jaraknya lebih pendek dan waktu perpindahannya lebih singkat, namun rancangan ini memiliki keuntungan lain. dapat ditentukan kemungkinan penghematan waktu yang terjadi pada lintasan trolly yang baru melalui perhitungan dibawah ini : RT = R x Q x T Dimana : RT = Penghematan waktu pertahun R = Waktu yang diminimasi (34.92) Q = Jumlah produksi harian (5 unit/hari) T = Jumlah hari kerja pertahun (250 hari) Maka RT = x 5 x 250 = detik/tahun atau jam pertahun Universitas Gunadarma 41

42 Keuntungan Rancangan Lintasan Trolly yang baru Bila 1 hari kerja selama 8 jam dan menghasilkan 5 unit, maka penghematan waktu yang selama jam pertahun dapat menghindari terjadinya pemborosan waktu yang setara 1.5 hari kerja dan pemborosan materi sebanyak 7.5 unit badan mobil. Bila ditafsir 1 unit mobil sedan Mercedez Benz E Class tipe W 211 seharga Rp miliar, maka rancangan lintasan trolly yang baru diperkirakan telah menghindari pemborosan waktu yang dapat merugikan perusahaan sebesar Rp miliar pertahun. Universitas Gunadarma 42

43 4.6.3 Analisis Rancangan Trolly Lintasan rel trolly yang ditanam didalam tanah memang memiliki kelebihan tersendiri, namun trolly untuk mendorongnya perlu dirancang ulang agar lebih memudahkan operator dalam mendorong trolly. Rancangan trolly yang baru seperti Gambar berikut ini diharapkan berguna untuk perusahaan dimasa yang akan datang. Universitas Gunadarma 43

44 Gambar Rancangan Trolly yang Baru Tampilan Atas Bagian Depan Trolly Bagian Belakang Trolly CM 80 CM Tampilan Samping M Dibuat Oleh : Ujang Junaedi Universitas Gunadarma 44

45 BAB V Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Rancangan lintasan trolly yang baru memusatkan pada penyesuaian sudut belok yang diminimasi atau dihilangkan. Dengan menarik garis lurus antara stasiun kerja 13 menuju stasiun kerja 14, maka lintasan trolly dapat dibuat. panjang rel yang disesuaikan dengan jarak tempuh antara stasiun kerja 13 menuju stasiun kerja 14 dan rel lintasan trolly dibuat didalam tanah sehingga tidak mengganggu aliran dari perpindahan trolly mobil sedan C Class yang juga melewati tempat yang sama. Pada lintasan trolly yang lama, lintasan rel trolly memiliki jarak tempuh total sejauh 30 meter dan waktu perpindahan selama 9.44 detik. Sedangkan perpindahan jarak trolly yang baru memiliki jarak tempuh total sejauh meter dan waktu perpindahan selama detik. Hal ini menandakan perancangan lintasan trolly yang baru dapat meminimasi jarak tempuh sejauh 4.88 meter dan meminimasi waktu perpindahan selama detik, sehingga lebih baik dari sebelumnya. Selain rancangan lintasan trolly yang baru jaraknya lebih pendek dan waktu perpindahannya lebih singkat, namun rancangan ini memiliki keuntungan lain. Penghematan waktu yang terjadi pada lintasan trolly yang baru adalah jam pertahun, penghematan ini dapat menghindari terjadinya pemborosan waktu yang setara 1.5 hari kerja dan pemborosan materi sebanyak 7.5 unit badan mobil (1hari, 8 jam kerja = 5 Unit). Bila ditafsir 1 unit mobil sedan Mercedez Benz E Class tipe W 211 seharga Rp miliar, maka rancangan lintasan trolly yang baru diperkirakan telah menghindari pemborosan waktu yang dapat merugikan perusahaan sebesar Rp miliar pertahun. Universitas Gunadarma 45

46 BAB V Kesimpulan dan Saran Saran Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan karena dilakukan perseorangan yaitu oleh penulis sendiri. Penelitian dalam bentuk team atau kelompok akan menghasilkan ketelitian yang lebih tinggi dan kematangan dalam pengambilan keputusan. Rancangan yang dibuat pun masi jauh dari kesempurnaan. Karna dibuat dengan menggunakan visio. Model rancangan yang menggunakan autocad, arc design mungkin akan menghasilkan proyeksi rancangan yang lebih bagus lagi. Diharapkan beberapa peneliti dapat meneruskan dan melanjutkan kekurangan kekurangan yang kiranya masih terdapat dalam penulisan ini. Universitas Gunadarma 46

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. blok diagram dari sistem yang akan di realisasikan.

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. blok diagram dari sistem yang akan di realisasikan. 33 BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Diagram Blok Sistem Dalam perancangan ini menggunakan tiga buah PLC untuk mengatur seluruh sistem. PLC pertama mengatur pergerakan wesel-wesel sedangkan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Deskripsi Produk Produk yang telah dibuat dalam peta-peta kerja ini adalah meja lipat. Komponennya terdiri dari alas yang berukuran 50 cm x 33 cm, kaki meja yang berukuran

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Produk Meja Komputer LEX - 941 Sistem yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sistem perakitan komponen-komponen yang menyusun sebuah meja komputer (LEX 941).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada BAB IV HASIL & PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada Rangka Gokart Kendaraan Gokart terdiri atas beberapa komponen pembentuk baik komponen utama maupun komponen tambahan.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 1.1 JENIS PENELITIAN Jenis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Jenis penelitian deskriptif (Narbuko dan Achmadi, 2008) adalah jenis penelitian yang berusaha

Lebih terperinci

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR Telah disebutkan bahwa pada jalan rel perpindahan jalur dilakukan melalui peralatan khusus yang dikenal sebagai wesel. Apabila dua jalan rel yang terletak pada satu bidang saling

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN PERSIAPAN PEKERJAAN PERKERASAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN PERSIAPAN PEKERJAAN PERKERASAN JALAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN PERSIAPAN PEKERJAAN PERKERASAN JALAN NO. KODE : -P BUKU PENILAIAN DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB

Lebih terperinci

機車標誌 標線 號誌選擇題 印尼文 第 1 頁 / 共 12 頁 題號答案題目圖示題目. (1) Tikungan ke kanan (2) Tikungan ke kiri (3) Tikungan beruntun, ke kanan dahulu

機車標誌 標線 號誌選擇題 印尼文 第 1 頁 / 共 12 頁 題號答案題目圖示題目. (1) Tikungan ke kanan (2) Tikungan ke kiri (3) Tikungan beruntun, ke kanan dahulu 001 1 (1) Tikungan ke kanan (2) Tikungan ke kiri (3) Tikungan beruntun, ke kanan dahulu 002 1 (1) Tikungan ke kiri (2) Tikungan ke kanan (3) Tikungan beruntun, ke kiri dahulu 003 1 (1) Tikungan beruntun,

Lebih terperinci

ANALISIS PERBAIKAN KESEIMBANGAN LINI PERAKITAN TRANSMISI CURRENT DENGAN MENGGUNAKAN METODE KILLBRIDGE-WESTER

ANALISIS PERBAIKAN KESEIMBANGAN LINI PERAKITAN TRANSMISI CURRENT DENGAN MENGGUNAKAN METODE KILLBRIDGE-WESTER ANALISIS PERBAIKAN KESEIMBANGAN LINI PERAKITAN TRANSMISI CURRENT DENGAN MENGGUNAKAN METODE KILLBRIDGE-WESTER Disusun oleh: Nama : Eka Kurnia Npm : 32412408 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : I. Ir.

Lebih terperinci

機車標誌 標線 號誌是非題 印尼文 第 1 頁 / 共 15 頁 題號答案題目圖示題目. 001 X Tikungan beruntun, ke kiri dahulu. 002 O Persimpangan jalan. 003 X Permukaan jalan yang menonjol

機車標誌 標線 號誌是非題 印尼文 第 1 頁 / 共 15 頁 題號答案題目圖示題目. 001 X Tikungan beruntun, ke kiri dahulu. 002 O Persimpangan jalan. 003 X Permukaan jalan yang menonjol 001 X Tikungan beruntun, ke kiri dahulu 002 O Persimpangan jalan 003 X Permukaan jalan yang menonjol 004 O Turunan berbahaya 005 O Jembatan sempit 006 O Bundaran 007 X alan sempit 008 O Rel kereta api

Lebih terperinci

teknologi yang menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan. kendaraan antara 220 cm dan 350 cm. (Regulasi IEMC 2014)

teknologi yang menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan. kendaraan antara 220 cm dan 350 cm. (Regulasi IEMC 2014) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini semua pabrikan otomotif di dunia berlomba-lomba untuk membuat produk otomotif yang hemat bahan bakar dan atau menggunakan bahan bakar alternative selain minyak

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KONTROL LAMPU LALU LINTAS OTOMATIS BERBASIS LOGIKA FUZZY MENGGUNAKAN SENSOR KAMERA

PERANCANGAN SISTEM KONTROL LAMPU LALU LINTAS OTOMATIS BERBASIS LOGIKA FUZZY MENGGUNAKAN SENSOR KAMERA Seminar Tugas Akhir PERANCANGAN SISTEM KONTROL LAMPU LALU LINTAS OTOMATIS BERBASIS LOGIKA FUZZY MENGGUNAKAN SENSOR KAMERA Oleh : Andri Kuncoro NRP. 2406100042 Dosen Pembimbing : Ir. Moch. Ilyas Hs. NIP.194909191979031002

Lebih terperinci

TEKNIK LALU LINTAS EKONOMI KEGIATAN PERPINDAHAN/PERGERAKAN ORANG DAN ATAU BARANG POL KAM KEBUTUHAN AKAN ANGKUTAN PERGERAKAN + RUANG GERAK

TEKNIK LALU LINTAS EKONOMI KEGIATAN PERPINDAHAN/PERGERAKAN ORANG DAN ATAU BARANG POL KAM KEBUTUHAN AKAN ANGKUTAN PERGERAKAN + RUANG GERAK TEKNIK LALU LINTAS KEGIATAN EKONOMI SOSBUD POL KAM PERPINDAHAN/PERGERAKAN ORANG DAN ATAU BARANG KEBUTUHAN AKAN ANGKUTAN PERGERAKAN + RUANG GERAK PERGERAKAN ALAT ANGKUTAN LALU LINTAS (TRAFFICS) Rekayasa

Lebih terperinci

PERBAIKAN SISTEM KERJA DAN ALIRAN MATERIAL PADA PT. M MOTORS AND MANUFACTURING

PERBAIKAN SISTEM KERJA DAN ALIRAN MATERIAL PADA PT. M MOTORS AND MANUFACTURING PERBAIKAN SISTEM KERJA DAN ALIRAN MATERIAL PADA PT. M MOTORS AND MANUFACTURING Niken Parwati¹, Ibnu Sugandi². Program Studi Teknik Industri, Universitas Al Azhar Indonesia, Jakarta 12110 niken.parwati@uai.ac.id

Lebih terperinci

ERGONOMI & APK - I KULIAH 7: PETA KERJA (LANJUTAN)

ERGONOMI & APK - I KULIAH 7: PETA KERJA (LANJUTAN) ERGONOMI & APK - I KULIAH 7: PETA KERJA (LANJUTAN) By: Rini Halila Nasution, ST, MT CONTOH KASUS Berapakah jumlah mesin yang seharusnya bisa dilayani oleh seorang operator bilamana diketahui data sebagai

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. 3.1 Perancangan mekanik

BAB III PERANCANGAN. 3.1 Perancangan mekanik BAB III PERANCANGAN 3.1 Perancangan mekanik Dalam perancangan mekanik robot ini saya menggunakan software AutoCad 2009 untuk mendesign mekanik dan untuk bahan saya menggunakan Acrylic dengan ketebalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan (material handling equipment) adalah peralatan yang digunakan untuk memindahkan muatan yang berat dari satu tempat ke tempat lain dalam

Lebih terperinci

Analisis Simpang Bersinyal Metode Webster. Dr. Gito Sugiyanto, S.T., M.T. ARUS JENUH

Analisis Simpang Bersinyal Metode Webster. Dr. Gito Sugiyanto, S.T., M.T. ARUS JENUH // REKAYASA LALU LINTAS TKS 6 Analisis Simpang Bersinyal Metode Webster Dr. Gito Sugiyanto, S.T., M.T. ARUS JENUH Lebar pendekat Gradien Komposisi kendaraan Kendaraan belok kanan Kendaraan belok kiri Pejalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara Indonesia ini, perkembangan teknologi masa kini menuntut manusia untuk mengikuti perkembangan di berbagai sektor, salah satu diantaranya adalah sektor industri.

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sasaran utama perancangan transportasi massal adalah jumlah manusia atau barang yang dapat diangkut per satuan waktu. Pada moda transportasi darat, pengertiannya menjadi

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA SIMPANG HOLIS SOEKARNO HATTA, BANDUNG

EVALUASI KINERJA SIMPANG HOLIS SOEKARNO HATTA, BANDUNG EVALUASI KINERJA SIMPANG HOLIS SOEKARNO HATTA, BANDUNG Marsan NRP : 9921019 Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Bambang I.S., M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan atau Komunitas Perancangan tempat ganti popok bayi model lipat ini adalah produk yang berkaitan dengan kebutuhan orang tua untuk keperluan bayi. Karena produk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan 4.1.1 Gambar Rakitan (Assembly) Dari perancangan yang dilakukan dengan menggunakan software Autodesk Inventor 2016, didapat sebuah prototipe alat praktikum

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PRODUKSI PADA PEMENUHAN PESANAN DENGAN SIMULASI KEJADIAN DISKRIT: STUDI KASUS PADA INDUSTRI KAROSERI

EVALUASI SISTEM PRODUKSI PADA PEMENUHAN PESANAN DENGAN SIMULASI KEJADIAN DISKRIT: STUDI KASUS PADA INDUSTRI KAROSERI 1 EVALUASI SISTEM PRODUKSI PADA PEMENUHAN PESANAN DENGAN SIMULASI KEJADIAN DISKRIT: STUDI KASUS PADA INDUSTRI KAROSERI Nadiya Firma Zulfana, Nurhadi Siswanto, dan Dewanti Anggrahini Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Berikut ini adalah data-data yang dapat dikumpulkan pada stasiun-stasiun kerja yang ada di bagian produksi bedak wajah (two way cake powder), data-data

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum U-Turn Menurut Tata Cara Perencanaan Pemisah (1990), median atau pemisah tengah didefinisikan sebagai suatu jalur bagian jalan yang terletak di tengah, tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia industri saat ini sangat berkembang pesat di Indonesia. Akan tetapi kepedulian para pengusaha baik perusahaan besar maupun kecil terhadap

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V ANALISIS HASIL BAB V ANALISIS HASIL 5.1. Analisis Tata Letak Fasilitas Awal dan Usulan 5.1.1. Analisis Tata Letak Fasilitas Awal Pada kondisi awal lantai produksi, pengaturan tata letak pada PT TFI cenderung menempatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini teknologi dan ilmu pengetahuan berkembang dengan sangat pesat. Oleh karena itu pemerintah Indonesia ikut serta untuk memajukan pendidikan, dengan cara

Lebih terperinci

SABARUDIN Dosen Pembimbing I : Ir. Farry FirmanHidayat, MSIE Dosen Pembimbing II: Dr. Rakhma Oktavina, MT

SABARUDIN Dosen Pembimbing I : Ir. Farry FirmanHidayat, MSIE Dosen Pembimbing II: Dr. Rakhma Oktavina, MT ANALISIS BEBAN KERJA TERHADAP RESIKO CEDERA PADA PEDAGANG JAGUNG REBUS SABARUDIN 31401223 http://www.gunadarma.ac.id/ Dosen Pembimbing I : Ir. Farry FirmanHidayat, MSIE Dosen Pembimbing II: Dr. Rakhma

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kursi Roda adalah alat bantu untuk melakukan aktifitas bagi penderita cacat fisik seperti patah tulang kaki, cacat kaki, atau penyakit-penyakit lain yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia tidak lepas dari pekerjaan rutin yang biasa dilakukan sehari-hari seperti mencuci pakaian. Pastinya tidak semua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang industri skala kecil dan menengah merupakan dasar dari perkembangan perekonomian, karena banyak masyarakat yang bergerak di industri kecil

Lebih terperinci

BANDUNG AEROMODELING

BANDUNG AEROMODELING BANDUNG AEROMODELING WWW.BANDUNG-AEROMODELING.COM Petunjuk Perakitan dan Penerbangan Pesawat Layang Model Terbang Bebas Pelangi 45 Gambar Kit Pelangi 45 Pesawat layang model terbang bebas Pelangi 45 merupakan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 6.1.1 Perancangan fasilitas fisik Perancangan fasilitas fisik yang baik bagi gerbong kereta api Argo Wilis penumpang kelas eksekutif dilihat dari sudut pandang

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Alur Kerja Gambar 3.1 Bagan Alir Tahapan Kegiatan III - 1 3.2 Pelaksanaan Survey Lalu Lintas 3.2.1 Definisi Survey Lalu Lintas Survey lalu lintas merupakan kegiatan pokok

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Perlintasan Sebidang

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Perlintasan Sebidang BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Perlintasan Sebidang Jalan Tata Bumi Selatan ialah jalan kelas III, dengan fungsi jalan lokal sekunder yang menghubungkan antara kegiatan nasional dengan pusat kegiatan

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI PADA PT. HINO MOTORS MANUFACTURING INDONESIA

MEMPELAJARI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI PADA PT. HINO MOTORS MANUFACTURING INDONESIA MEMPELAJARI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI PADA PT. HINO MOTORS MANUFACTURING INDONESIA Disusun oleh: Nama : Rizki Arisandi Npm : 36412550 Jurusan : Teknik Industri Dosen Pembimbing : Mohammad Okki

Lebih terperinci

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2 c = b - 2x = 13 2. 2,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = mm mm = 82 mm 2 = 0,000082 m 2 g) Massa sabuk per meter. Massa belt per meter dihitung dengan rumus. M = area panjang density = 0,000082

Lebih terperinci

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd. T-17-2004-B Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi Daftar tabel. Daftar gambar Prakata. Pendahuluan. i ii ii iii

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL MODUL 6 WESEL DAN PERSILANGAN PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL MODUL 6 WESEL DAN PERSILANGAN PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL MODUL 6 WESEL DAN PERSILANGAN OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan fungsi dan jenis wesel yang umum digunakan di Indonesia Mahasiswa dapat menjelaskan standar pembuatan bagan wesel dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014 di Laboratorium Daya, Alat, dan Mesin Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. tanah adalah tidak rata. Tujuannya adalah menciptakan sesuatu hubungan yang

BAB III LANDASAN TEORI. tanah adalah tidak rata. Tujuannya adalah menciptakan sesuatu hubungan yang BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Geometrik Jalan Raya Geometrik merupakan membangun badan jalan raya diatas permukaan tanah baik secara vertikal maupun horizontal dengan asumsi bahwa permukaan tanah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau jalan rel atau jalan bagi pejalan kaki.(www.thefreedictionary.com/underpass;

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau jalan rel atau jalan bagi pejalan kaki.(www.thefreedictionary.com/underpass; BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Underpass Underpass adalah tembusan di bawah sesuatu terutama bagian dari jalan atau jalan rel atau jalan bagi pejalan kaki.(www.thefreedictionary.com/underpass; 2014). Beberapa

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Hasil & Analisa Dari hasil perancangan tata letak fasilitas, penempatan stasiun kerja disesuaikan dengan keterkaitan aktivitas antar stasiun kerja satu dengan stasiun kerja

Lebih terperinci

MENERAPKAN HUKUM GERAK DAN GAYA

MENERAPKAN HUKUM GERAK DAN GAYA MENERAPKAN HUKUM GERAK DAN GAYA Menguasai Konsep Gerak dan Gaya MUH. ARAFAH, S.Pd. e-mail: muh.arafahsidrap@gmail.com website://arafahtgb.wordpress.com GERAK DAN GAYA Benda disebut bergerak jika posisinya

Lebih terperinci

Geometri Serat Kertas

Geometri Serat Kertas Geometri Serat Kertas Rita Kertas sebagai media penyampaian dan pencarian ide,sebenarnya memiliki keunikan yang terabaikan. Selembar kertas memiliki serat serat yang berperan sebagai struktur dari kertas

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. dalam setiap industri modern. Desain mesin pemindah bahan yang beragam

BAB II PEMBAHASAN MATERI. dalam setiap industri modern. Desain mesin pemindah bahan yang beragam BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan merupakan bagian terpadu perlengkapan mekanis dalam setiap industri modern. Desain mesin pemindah bahan yang beragam disebabkan oleh

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Produksi Jurusan Teknik Mesin

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Produksi Jurusan Teknik Mesin III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Produksi Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lampung pada bulan September 2012 sampai dengan

Lebih terperinci

: Teknologi Industri Pembimbing : 1.Dr. Rr Sri Poernomo Sari, ST., MT. : 2.Irwansyah, ST., MT

: Teknologi Industri Pembimbing : 1.Dr. Rr Sri Poernomo Sari, ST., MT. : 2.Irwansyah, ST., MT ANALISIS PEMBUATAN JIG PENGUBAH SUDUT KEMIRINGAN VALVE SILINDER HEAD SEPEDA MOTOR MATIC Nama NPM : 20410985 Jurusan Fakultas : Ardi Adetya Prabowo : Teknik Mesin : Teknologi Industri Pembimbing : 1.Dr.

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. Latar Belakang Bab I Pendahuluan Latar Belakang Laboratorium Proses Manufaktur merupakan salah satu laboratorium yang baru saja didirikan dijurusan Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Universitas Telkom. Laboratorium

Lebih terperinci

PENULISAN ILMIAH IDENTIFIKASI KERUSAKAN MESIN DAN FASILITAS PENGELASAN TITIK BERGERAK DI AREA PENGELASAN BODI MOBIL TIPE OUTLANDER SPORT

PENULISAN ILMIAH IDENTIFIKASI KERUSAKAN MESIN DAN FASILITAS PENGELASAN TITIK BERGERAK DI AREA PENGELASAN BODI MOBIL TIPE OUTLANDER SPORT PENULISAN ILMIAH IDENTIFIKASI KERUSAKAN MESIN DAN FASILITAS PENGELASAN TITIK BERGERAK DI AREA PENGELASAN BODI MOBIL TIPE OUTLANDER SPORT Nama : Musafak NPM : 35412164 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dunia ini tidak semua manusia menjalani kehidupan yang diberikan oleh Tuhan dengan kondisi fisik yang normal. Berdasarkan kondisi fisik, manusia dapat digolongkan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berikut ini merupakan simpulan berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis, yaitu: 1. Tata letak awal pada gudang produk jadi PT Amico Primarasa belum optimal dalam

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan Bab I, pada bab ini berisi mengenai latar belakang penelitian yang akan mengarahkan penelitian menuju topik yang akan dibahas, merumuskan masalah yang menjadi permasalahan bagi perusahaan,

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DAN GELOMBANG KEJUT DI JALAN ASIA-AFRIKA BANDUNG AKIBAT BERHENTINYA BUS DAMRI DI HALTE BUS

ANALISIS KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DAN GELOMBANG KEJUT DI JALAN ASIA-AFRIKA BANDUNG AKIBAT BERHENTINYA BUS DAMRI DI HALTE BUS ANALISIS KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DAN GELOMBANG KEJUT DI JALAN ASIA-AFRIKA BANDUNG AKIBAT BERHENTINYA BUS DAMRI DI HALTE BUS Rony Simanjuntak NRP : 9621093 NIRM : 41077011960372 Pembimbing : Santoso

Lebih terperinci

PETA-PETA KERJA. Kata kunci : Peta-Peta Kerja, Proses Operasi, Kotak Kado

PETA-PETA KERJA. Kata kunci : Peta-Peta Kerja, Proses Operasi, Kotak Kado PETA-PETA KERJA Oke Sofyan,Ita Novita Sari Mahasiswa Jurusan Teknik Industri, Universitas Gunadarma, Jakarta Kampus J Universitas Gunadarma Jl. KH. Noer Ali, kalimalang, Bekasi Telp: (021) 94122603 Email:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan di dunia industri membuat setiap perusahaan harus memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan di dunia industri membuat setiap perusahaan harus memiliki 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketatnya persaingan di dunia industri membuat setiap perusahaan harus memiliki strategi yang tepat untuk dapat bersaing dengan para pesaingnya, terlebih perusahaan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Pengaruh Tekanan Udara Terhadap Laju Pengikisan Plat Baja ST 37 Pada Proses Sandblasting

TUGAS AKHIR. Pengaruh Tekanan Udara Terhadap Laju Pengikisan Plat Baja ST 37 Pada Proses Sandblasting TUGAS AKHIR Pengaruh Tekanan Udara Terhadap Laju Pengikisan Plat Baja ST 37 Pada Proses Sandblasting Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik

Lebih terperinci

FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA

FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA A. Perlengkapan Gambar 1. Drawing Pen ukuran 0,3 dan 0,5 mm 2. Maal 3 mm 3. Penggaris /

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 30 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1. Pengumpulan data 4.1.1 Layout Lini Produksi Sekarang Gambar 4.1 Layout Assembly Line Gambar di atas menunjukkan denah lini produksi PT. Federal Karyatama yang

Lebih terperinci

Analisis Display Sinyal Kereta Api di Stasiun Langen

Analisis Display Sinyal Kereta Api di Stasiun Langen Analisis Display Sinyal Kereta Api di Stasiun Langen Anggo Hapsoro Pambudy 1, Yayan Harry Yadi 2, Wahyu Susihono 3 1, 2, 3 Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa anggocc201@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Sandblasting Macam-Macam Abrasif Material untuk Sandblasting

Sandblasting Macam-Macam Abrasif Material untuk Sandblasting Sandblasting Sandblasting adalah suatu proses pembersihan dengan cara menembakan partikel (pasir) kesuatu permukaan material sehingga menimbulkan gesekan atau tumbukan. Permukaan material tersebut akan

Lebih terperinci

PEMBUATAN MESIN PENYAPU SAMPAH DAUN KAPASITAS 20 KG/JAM

PEMBUATAN MESIN PENYAPU SAMPAH DAUN KAPASITAS 20 KG/JAM PEMBUATAN MESIN PENYAPU SAMPAH DAUN KAPASITAS 20 KG/JAM PROYEK AKHIR Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Ahli Madya Disusun Oleh AGUS PURWANTO 2008 55 027 PROGRAM STUDI DIPLOMA

Lebih terperinci

PERBAIKAN TATA LETAK GUDANG KALENG DI SURABAYA

PERBAIKAN TATA LETAK GUDANG KALENG DI SURABAYA PERBAIKAN TATA LETAK GUDANG KALENG DI SURABAYA Indri Hapsari, Benny Lianto, Yenny Indah P. Teknik Industri, Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut, Surabaya Email : indri@ubaya.ac.id PT. JAYA merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan metode gabungan, yang menyatukan antara studi pustaka yang penulis lakukan dengan data-data yang diperoleh dari lokasi

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pembuat lubang biopori. Pengerjaan yang dominan

Lebih terperinci

BAB III TEORI PENUNJANG. penggerak frekuensi variable. KONE Minispace TM

BAB III TEORI PENUNJANG. penggerak frekuensi variable. KONE Minispace TM BAB III TEORI PENUNJANG 3.1. KONE MiniSpace TM KONE Minispace TM adalah lift dengan pengimbang menggunakan EcoDisc, motor sinkronisasi tanpa perseneling yang digerakkan oleh suatu penggerak frekuensi variable.

Lebih terperinci

PENGUKURAN WAKTU KERJA: METODE PENGUKURAN TIDAK LANGSUNG. Amalia, S.T., M.T.

PENGUKURAN WAKTU KERJA: METODE PENGUKURAN TIDAK LANGSUNG. Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN WAKTU KERJA: METODE PENGUKURAN TIDAK LANGSUNG Amalia, S.T., M.T. METODE PENGUKURAN KERJA Pengukuran Langsung Stop Watch Time Study Work Sampling Pengukuran Tidak Langsung Metode Standart Data/Formula

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN FUNGSI PRODUK RANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN FUNGSI PRODUK RANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN FUNGSI PRODUK RANCANGAN Fungsi produk yang menjelaskan tentang data yang didapat dari berbagai sumber yang digunakan sebagai acuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Mulai. Merancang Desain dan Study Literatur. Quality Control. Hasil Analisis. Kesimpulan. Selesai

BAB III METODE PERANCANGAN. Mulai. Merancang Desain dan Study Literatur. Quality Control. Hasil Analisis. Kesimpulan. Selesai BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Mulai Merancang Desain dan Study Literatur Proses Pembuatan Rangka -Pemotongan pipa -Proses pengelasan -Proses penggerindaan Proses Finishing -Proses

Lebih terperinci

(Sumber :

(Sumber : Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Laboratorium Proses Manufaktur merupakan salah satu laboratorium pada program studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri Universitas Telkom. Laboratorium ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini, pembangunan dalam bidang pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam upaya memberantas kebodohan dan kemiskinan serta untuk

Lebih terperinci

Wardaya College. Denisi Posisi, Jarak dan Perpindahan. Posisi, Jarak dan Perpindahan. Posisi, Jarak dan Perpindahan. Part II

Wardaya College. Denisi Posisi, Jarak dan Perpindahan. Posisi, Jarak dan Perpindahan. Posisi, Jarak dan Perpindahan. Part II Posisi, Jarak dan Perpindahan Part I Denisi Posisi, Jarak dan Perpindahan Jarak dan perpindahan adalah besaran gerak yang memiliki dimensi yang sama dengan besaran pokok panjang. Part II Posisi, Jarak

Lebih terperinci

Analisis Display Sinyal Kereta Api di Stasiun Langen

Analisis Display Sinyal Kereta Api di Stasiun Langen Analisis Display Sinyal Kereta Api di Stasiun Langen Anggo Hapsoro Pambudy 1, Yayan Harry Yadi 2, Wahyu Susihono 3 1, 2, 3 Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa anggocc201@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd. T-15-2004-B Perencanaan Separator Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi Daftar tabel. Daftar gambar Prakata. Pendahuluan. i ii ii iii

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Pesawat Pengangkat Banyak jenis perlengkapan pengangkat yang tersedia membuatnya sulit digolongkan secara tepat. Penggolongan ini masih dipersulit lagi oleh kenyataan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 14 BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1 Metode Material Handling 4.1.1 Faktor Peralatan Material Handling yang digunakan Metode yang di gunakan untuk mengirim part dari part preparation ke Line Assembling Engine

Lebih terperinci

TATA LETAK PABRIK KULIAH 2: PERENCANAAN LAYOUT

TATA LETAK PABRIK KULIAH 2: PERENCANAAN LAYOUT TATA LETAK PABRIK KULIAH 2: PERENCANAAN LAYOUT By: Rini Halila Nasution, ST, MT Alat, bahan dan pekerja harus diatur posisinya sedemikian rupa dalam suatu pabrik, sehingga hasilnya paling efektif dan ekonomis.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. yang diharapkan. Tahap terakhir ini termasuk dalam tahap pengetesan stand

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. yang diharapkan. Tahap terakhir ini termasuk dalam tahap pengetesan stand BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND 4.1. Hasil Rancang Bangun Stand Engine Cutting Hasil dari stand engine sendiri adalah dimana semua akhir proses perancangan telah selesai dan penempatan komponennya

Lebih terperinci

ANALISIS PENINGKATAN WAKTU PELAYANAN PRODUKSI KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

ANALISIS PENINGKATAN WAKTU PELAYANAN PRODUKSI KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR ANALISIS PENINGKATAN WAKTU PELAYANAN PRODUKSI KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Hernadewita (1), H e n d r a (2) (1) Staf Pengajar Sekolah Tinggi Manajemen Industri Departemen Perindustrian

Lebih terperinci

Analisis Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Dalam Upaya Peningkatan Produktifitas ( Topik Study Kasus pada Perakitan Rangka Kursi Rotan )

Analisis Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Dalam Upaya Peningkatan Produktifitas ( Topik Study Kasus pada Perakitan Rangka Kursi Rotan ) Analisis Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Dalam Upaya Peningkatan Produktifitas ( Topik Study Kasus pada Perakitan Rangka Kursi Rotan ) Indonesia merupakan negara terbesar ke 4 dunia dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Peta Kerja Peta kerja ( Peta Proses process chart ) merupaka alat komunikasi yang sistematis dan logis guna menganalisa proses kerja dari tahap awal sampai akhir (Sritomo,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab IV dimulai dari perhitungan performansi tata letak awal sampai dengan perancangan tata letak usulan dapat dianalisa

Lebih terperinci

Usulan Perbaikan Meja Kerja Yang Ergonomis Untuk Proses Pemasangan Karet Kaca Pada Kendaraan Niaga Jenis TD di PT XYZ

Usulan Perbaikan Meja Kerja Yang Ergonomis Untuk Proses Pemasangan Karet Kaca Pada Kendaraan Niaga Jenis TD di PT XYZ Usulan Perbaikan Meja Kerja Yang Ergonomis Untuk Proses Pemasangan Karet Kaca Pada Kendaraan Niaga Jenis TD di PT XYZ Ririn Regiana Dwi Satya Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Indraprasta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada proses pembuatan rancangan dan pengujian desain engine stand dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pada proses pembuatan rancangan dan pengujian desain engine stand dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada proses pembuatan rancangan dan pengujian desain engine stand dapat di uji menggunakan software komputer, seperti AutoCad, SAP, ANSYS, Midas, StandPro, dan Abaqus,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang

BAB I PENDAHULUAN. segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jalan adalah satu prasarana perhubungan yang berhubungan untuk melewatkan lalu lintas dari satu tempat ke tempat lain. Yang dimana meliputi segala bagian jalan,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 1.1 Pengumpulan Data Berdasarkan latar belakang perumusan masalah yang telah dikemukakan maka dilakukan pengumpulan data-data yang digunakan dalam perancangan tata

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 3.1 Perencanaan Dalam sebuah robot terdapat dua sistem yaitu sistem elektronis dan sistem mekanis, dimana sistem mekanis dikendalikan oleh sistem elektronis bisa berupa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Kendaraan tidak mungkin bergerak terus-menerus, akan ada waktunya kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau biasa

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Perlintasan Sebidang

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Perlintasan Sebidang BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Perlintasan Sebidang Jalan Timoho merupakan jalan kelas III, dengan fungsi jalan lokal primer, yang menghubungkan antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS PENELITIAN BAB 4 ANALISIS PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dilapangan di pool tipar cakung, analisa yang akan dikembangkan adalah perbaikan layout dan aliran kendaraan.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Perontok Padi 2.2 Rangka

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Perontok Padi  2.2 Rangka BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Perontok Padi Mesin perontok padi adalah suatu mesin yang digunakan untuk mempermudah pekerjaan manusia untuk memisahkan antara jerami dengan bulir padi atau

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Rak dan Gantungan Pakaian Perancangan rak dan gantungan pakaian yang akan ditempatkan dalam bis khusus rancangan alternatif 3. Dimensi dari lemari gantungan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 ANALISIS SISTEM LALU LINTAS Pemahaman tentang sistem yang akan dirancang sangat diperlukan sebelum perangkat lunak dibangun. Pembangunan perangkat lunak dimulai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Mengetahui cara mengoperasian mesin las GMAW

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Mengetahui cara mengoperasian mesin las GMAW 30 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 KESIMPULAN 5.1.1 Mengetahui cara mengoperasian mesin las GMAW mesin las GMAW ini adalah mesin las yang menggunakan shielding gas. Shielding gas berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA HASIL PERCOBAAN

BAB IV ANALISIS DATA HASIL PERCOBAAN BAB IV ANALISIS DATA HASIL PERCOBAAN Setelah dilakukan perancangan rangkaian kendali pada prototype mesin tetas yang baru maka dilakukan pengetesan terhadap sistem per blok hingga secara keseluruhan. 4.1

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3. Diagram Alur Perakitan Trolley Crane Jalan Elektrik dengan Daya Angkat Manual Proses perancangan alur kerja perakitan Trolley CraneHoistJalan Elektrik dengan Daya AngkatManual

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manual material handling (MMH) dapat diartikan sebagai tugas pemindahan barang, aliran material, produk akhir atau benda-benda lain yang menggunakan manusia sebagai

Lebih terperinci