LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DOSEN PEMULA LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DOSEN PEMULA POTENSI RUMPUT LAUT BANTEN DALAM BIOINDUSTRI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DOSEN PEMULA LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DOSEN PEMULA POTENSI RUMPUT LAUT BANTEN DALAM BIOINDUSTRI"

Transkripsi

1 Kode/Nama Rumpun Ilmu*: 161/ Teknologi Industri Pertanin (Agroteknologi) LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DOSEN PEMULA LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DOSEN PEMULA POTENSI RUMPUT LAUT BANTEN DALAM BIOINDUSTRI POTENSI Tahun RUMPUT ke satu LAUT dari rencana BANTEN satu DALAM tahun BIOINDUSTRI Tahun TIM ke PENGUSUL: satu dari rencana satu tahun Ketua : Ir. Tri Rosandari MSi ( ) Anggota : Dra. Setiarti TIM Sukotjo PENGUSUL: MSc ( ) Ketua : Ir. Tri Rosandari MSi ( ) Anggota : Dra. Setiarti Sukotjo MSc ( ) INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA Oktober 2013 INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA 1

2 HALAMAN PENGESAHAN Judul Penelitian : Potensi Rumput Laut Banten dalam Bioindustri Peneliti / Pelaksana Ketua Peneliti: a. Nama Lengkap : Ir. Tri Rosandari MSi b. NIDN : c. Jabatan Fungsional : Lektor d. Program Studi : Teknologi Industri Pertanian e. Nomor HP : f. Alamat surel ( ) : tri_rosandari@yahoo.com Anggota Peneliti (1) a. Nama Lengkap : Dra. Setiarti Sukotjo MSi b. NIDN : c. Perguruan Tinggi : Institut Teknologi Indonesia Tahun Pelaksanaan : Tahun ke satu dari rencana satu tahun Biaya Tahun Berjalan : Rp ,- Biaya Keseluruhan : Rp ,- 2

3 3

4 RINGKASAN Rumput laut Eucheuma cottonii adalah salah satu jenis rumput laut dari golongan alga merah (Rhodophyceae) penghasil metabolit primer senyawa hidrokoloid yang disebut karagenan. Kadar karagenan dalam setiap spesies Eucheuma berkisar antara % tergantung pada jenis dan lokasi tempat tumbuhnya. Masih terbatasnya pengetahuan petani tentang pengolahan rumput laut adalah salah satu masalah yang dihadapi hingga saat ini. Selain itu, problem utama dalam industri rumput laut adalah proses ekstraksi karagenan yang cukup rumit, membutuhkan waktu yang lama, sehingga relatif menghabiskan energi dan biaya yang cukup besar. Hal tersebut menyebabkan pengembangan industri karagenan Indonesia menjadi terhambat. Penelitian ini penting untuk dilakukan karena potensi produksi Eucheuma cottonii yang cukup tinggi, sehingga perlu adanya metode yang sederhana untuk mengolah rumput menjadi karagenan yang dapat diaplikasikan oleh petani. Indikator yang sering digunakan untuk mengevaluasi pengolahan karagenan adalah rendemen. Selain itu, kekuatan gel juga sering dipakai sebagai indikator, karena mutu dan harga karagenan dipengaruhi oleh nilai kekuatan gel. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan metoda sederhana dari ekstraksi karagenan yang dapat diaplikasikan di tingkat petani. Selain itu produk karagenan yang dihasilkan memiliki mutu yang sesuai standar pasar. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya pada petani rumput laut di Banten dan pada masyarakat luas secara umum mengenai pengolahan rumput laut menjadi karagenan. Dengan mengekstrak karagenan, diharapkan akan meningkatkan nilai ekonomi rumput laut, sehingga juga akan meningkatkan pendapatan petani rumput laut di Banten. 4

5 Penelitian ini bersifat deskriptif, yang terbagi menjadi 2 tahap, yaitu tahap pertama adalah penelitian pendahuluan dan tahap kedua adalah penelitian utama. Penelitian pendahuluan meliputi pengambilan sampel rumput laut di Banten, dan ujicoba metoda hasil modifikasi, sedangkan penelitian utama meliputi ekstraksi karagenan, analisis karagenan yang meliputi rendemen, kadar sulfat dan uji kekuatan gel. Hasil analisis tepung karagenan pada penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa sampel 2 menghasilkan rendemen lebih tinggi dibandingkan sampel 1, yaitu secara berurutan adalah 32,3 % dan 11,6 %. 5

6 PRAKATA Laporan Penelitian ini dilaksanakan di Institut Teknologi Indonesia, dengan penganbilan sampel di Kabupaten Banten. Pada kesempatan ini dibuat Laporan Kemajuan hasil penelitian yang berjudul Potensi Rumput Laut Banten dalam Bioindustri. Penelitian sudah berlangsung selama 2 bulan dan akan dilanjutkan pada bulan November 2013 hingga Desember Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan metode yang sederhana untuk mengolah rumput menjadi karaginan yang dapat diaplikasikan oleh petani. Indikator yang sering digunakan untuk mengevaluasi pengolahan karagenan adalah rendemen. Selain itu, kekuatan gel juga sering dipakai sebagai indikator, karena mutu dan harga karagenan dipengaruhi oleh nilai kekuatan gel. Pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sedalamdalamnya kepada berbagai pihak yang telah membantu terwujudnya penelitian ini: 1. DIKTI yang telah memberikan bantuan dana kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian ini. 2. Bapak Dr.rer.nat. Abu Amar, sebagai Ketua Lembaga Penelitian, Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat - ITI atas dukungan yang diberikan. 3. Berbagai pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. Penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan guna memperbaiki laporan ini dan semoga laporan ini dapat diterima dengan baik. Serpong 24 Oktober 2013 Peneliti 6

7 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL.. i HALAMAN PENGESAHAN.. ii RINGKASAN.. iii PRAKATA.. iv DAFTAR ISI.. v DAFTAR TABEL.. vi DAFTAR GAMBAR.. vii BAB 1. PENDAHULUAN.. 1 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.. 4 BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIA.. 9 BAB 4. METODE PENELITIAN BAB 5. HASIL YANG DICAPAI. 12 BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA. 14 BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN. 15 DAFTAR PUSTAKA. 16 7

8 DAFTAR TABEL Tabel hal. 1. Komposisi Kimia Rumput Laut Eucheuma cottonii Hasil Analisis Tepung Karagenan Hasil Analisis Kekuatan Gel Tepung Karagenan Jadwal Penelitian. 14 8

9 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1 Rumput Laut Eucheuma cottonii 6 2. Struktur Kappa Karagenan 7 9

10 BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan. Kurang lebih 70 persen wilayah Indonesia terdiri dari laut, yang pantainya kaya akan berbagai jenis sumber hayati, dan lingkungannya potensial. Daerah perairan Indonesia yang cukup luas, dengan panjang pantai kurang lebih km. merupakan wilayah pantai yang subur dan dapat dimanfaatkan. Salah satu kekayaan laut yang dimiliki adalah rumput laut yang tumbuh di sepanjang pesisir pantai di Indonesia. Produksi rumput laut Indonesia sebagian besar di ekspor dalam bentuk kering dan sebagian lagi dikonsumsi untuk keperluan perusahaan agar-agar atau dikonsumsi langsung oleh masyarakat sebagai sayuran. Rumput laut jenis Eucheuma cottonii menjadi komoditas hasil perikanan yang semakin populer di dunia perdagangan dan banyak dibudidayakan oleh masyarakat di wilayah perairan Banten, terutama di daerah pesisir. Umur budidaya yang relatif pendek menjadikan rumput laut sangat ideal sebagai bahan baku sebuah industri pengolahan. Sebagai salah satu komoditi unggulan yang dikembangkan Pemda Banten, produksi rumput laut terus ditingkatkan. Rumput laut yang dibudidayakan tersebut berpotensi untuk diolah menjadi karagenan. Karagenan termasuk produk turunan rumput laut yang dapat diperoleh dengan cara mengekstraksi rumput laut merah. Karagenan merupakan senyawa hidrokoloid dari suatu polisakarida kompleks. Fungsinya sebagai stabilisator (pengatur keseimbangan), gelling agent, thickener (bahan pengental) dan emulsifiying agent membuat karagenan banyak digunakan dalam berbagai bidang. Hingga saat ini, petani rumput laut di Banten hanya menjual rumput laut segar dengan harga Rp 3000 /kg atau rumput laut yang dikeringkan dengan harga Rp /kg. Untuk meningkatkan pendapatan petani, maka rumput laut yang dipanen dapat diolah menjadi karagenan. Dengan potensi yang dimiliki oleh petani di Banten, harga rumput yang rendah akan dapat ditingkatkan dengan mengolahnya menjadi 10

11 karagenan. Harga karagenan berkisar antara Rp hingga Rp /kg, tergantung pada kualitasnya. Dengan berpedoman pada nilai ekonomi kappa karagenan yang tinggi, serta potensi rumput laut Eucheuma cottoni, maka usaha pengolahan kappa karagenan berpeluang meningkatkan pendapatan masyarakat. Selain itu, pengolahan karagenan membuka lapangan usaha, terutama masyarakat yang bermukim di daerah pesisir sebagai sentra produksi rumput laut. Agar usaha pengolahan karagenan dapat berjalan, perlu diciptakan teknologi sederhana berskala rumah tangga yang mudah diadopsi masyarakat pedesaan. Teknologi pengolahan karagenan berskala rumah tangga telah banyak dipublikasi, akan tetapi teknologi tersebut masih sukar diterapkan di daerah pedesaan. B. Permasalahan Masih terbatasnya pengetahuan petani tentang pengolahan rumput laut adalah salah satu masalah yang dihadapi hingga saat ini. Selain itu, problem utama dalam industri rumput laut adalah proses ekstraksi karagenan yang cukup rumit, membutuhkan waktu yang lama, sehingga relatif menghabiskan energi dan biaya yang cukup besar. Hal tersebut menyebabkan pengembangan industri karagenan Indonesia menjadi terhambat. Penelitian tentang proses ekstraksi yang optimal masih perlu dilakukan khususnya waktu ekstraksi yang lebih singkat dan penggunaan bahan presipitasi karagenan selain IPA (Isopropil alkohol) yang harganya cukup mahal dipasaran, sehingga masalah proses ekstraksi tersebut dapat diminimalkan. Hal lain yang menjadi kendala dalam pengembangan untuk pengolahan karagenan ditingkat petani dapat dirumuskan sebagai berikut : penggunaan air yang masih sangat banyak, penggunaan bahan kimia yang relatif mahal dan waktu proses yang terlalu lama, karena adanya pembekuan pada pengepresan. Penelitian ini penting untuk dilakukan karena potensi produksi Eucheuma cottonii yang cukup tinggi, sehingga perlu adanya metode yang sederhana untuk 11

12 mengolah rumput laut menjadi karagenan yang dapat diaplikasikan oleh petani. Indikator yang sering digunakan untuk mengevaluasi pengolahan karagenan adalah rendemen. Selain itu, kekuatan gel juga sering dipakai sebagai indikator, karena mutu dan harga karagenan dipengaruhi oleh nilai kekuatan gel. C. Luaran Penelitian ini diharapkan akan menghasilkan luaran dalam bentuk metode yang mudah, murah dan dapat diaplikasikan oleh petani. Disamping itu, produk yang dihasilkan juga memiliki rendemen yang tinggi, kekekuatan gel dan kandungan sulfat yang memenuhi standar mutu pasar karagenan. Pada masa yang akan datang metode yang tepat diharapkan tidak hanya diaplikasikan untuk petani rumput laut saja, tapi dapat menjadi kontribusi ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan untuk petani rumput laut di daerah lain. 12

13 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA A. Rumput Laut Euchema cottonii Rumput laut merupakan salah satu hasil laut yang dapat menghasilkan devisa negara dan merupakan sumber pendapatan masyarakat pesisir. Sampai saat ini sebagian besar rumput laut umumnya diekspor dalam bentuk bahan mentah berupa rumput laut kering. Hasil olahan rumput laut seperti agar-agar, karagenan, dan alginat masih di impor dalam jumlah yang cukup besar dengan harga yang tinggi. Permintaan akan bahan baku rumput laut merah cenderung terus meningkat seiring dengan perkembangan pemanfaatan karagenan untuk berbagai keperluan dibidang industri makanan, tekstil, kertas, cat, kosmetik dan farmasi. Hal ini juga memacu perkembangan budidaya rumput laut di beberapa daerah di Indonesia seperti Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi dan Maluku. Meskipun Indonesia mempunyai potensi sumber daya rumput laut merah yang cukup besar, saat ini masih sangat jarang industri (±10 industri) di Indonesia yang mengolahnya menjadi produk olahan. Kegiatan pengolahan akan menciptakan suatu produk baru yang nilai tambahnya jauh lebih tinggi dari sekedar menjual bahan mentah. Diperkirakan, dalam kurun waktu lima tahun kedepan kebutuhan produk olahan rumput laut terus meningkat. Berdasarkan kecenderungan ekspor dan impor produk olahan rumput laut selama periode Anggadiredja et. al (2006) memperkirakan pasar dunia produk olahan rumput laut meningkat sekitar 10 persen setiap tahun untuk karagenan semirefine (SRC), agar, dan alginat untuk industri (industrial grade). Adapun alginat untuk makanan (food grade) meningkat sebesar 7,5 persen dan karagenan murni sebesar lima persen. Selain itu, Anggadiredja et. al (2006) juga mengestimasi kebutuhan bahan baku rumput laut penghasil karagenan pada tahun 2010 sebesar ton yang terdiri dari Euchema sp. sebesar ton dan jenis selain Eucheuma sp. sebesar ton. 13

14 Saat ini, pemanfaatan rumput laut tersebut semakin luas dan beragam, karena peningkatan pengetahuan akan jenis komoditi ini. Umumnya rumput laut banyak digunakan sebagai bahan makanan bagi manusia dan juga dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan (anticoagulant, antibiotics, antimehmetes, antihypertensive agent, pengurang kolesterol, dilatory agent, dan insektisida). Perkembangan produk turunan rumput laut juga sudah banyak diolah menjadi kertas, cat, bahan kosmetik, bahan laboratorium, pasta gigi, es krim, dan berbagai produk lainnya. Rumput laut Eucheuma cottonii adalah salah satu jenis rumput laut dari golongan alga merah (Rhodophyceae) penghasil metabolit primer senyawa hidrokoloid yang disebut karagenan. Pigmen merah dalam rumput laut ini disebabkan oleh pigmen fikoeritrin dalam jumlah yang banyak dibandingkan pigmen warna yang lain. Rumput laut Eucheuma cottonii mengandung komposisi kimia seperti karbohidrat, air, mineral, sedikit lemak dan protein. Komposisi kimia Eucheuma cottonii dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Komposisi Kimia Rumput Laut Eucheuma cottonii No Komponen Kadar (%) 1 Kadar Air 16,69 2 Protein 2,48 3 Lemak 4,30 4 Karbohidrat 63,19 5 Abu 23,04 Sumber : Angka dkk (2000) dalam Sari (2013) Rumput laut E. cottonii ini memiliki thalli (thallus dalam jamak) bervariasi mulai dari bentuk sederhana sampai kompleks. Duri-duri pada thallus runcing atau tumpul, agak jarang-jarang dan tidak bersusun melingkari thallus. Percabangan ke berbagai arah dengan batang-batang utama keluar saling berdekatan ke daerah basal (pangkal). 14

15 Tumbuh melekat ke substrat dengan alat perekat berupa cakram. Cabangcabang pertama dan kedua tumbuh dengan membentuk rumpun yang rimbun dengan ciri khusus mengarah ke arah datangnya sinar matahari (Atmadja 1996 dalam Samsuari, 2006). Gambar rumput laut jenis E. cottonii dapat dilihat pada Gambar 1. Sumber: Gambar 1. Rumput Laut Eucheuma cottonii B. Karagenan Beberapa jenis Eucheuma mempunyai peranan penting dalam dunia perdagangan internasional sebagai penghasil ekstrak karagenan. Kadar karagenan dalam setiap spesies Eucheuma berkisar antara % tergantung pada jenis dan lokasi tempat tumbuhnya. Jenis ini asal mulanya didapat dari perairan Sabah (Malaysia) dan Kepulauan Sulu (Filipina). Selanjutnya dikembangkan keberbagai negara sebagai tanaman budidaya. Lokasi budidaya rumput laut jenis ini di Indonesia antara lain Lombok, Sumba, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Lampung, Kepulauan Seribu, dan Perairan Pelabuhan Ratu (Samsuari, 2006 dalam Sari 2013). Kappa karagenan yang dapat membentuk gel yang kuat sangatlah berharga dalam aplikasi untuk hasil peternakan. Sumber utama kappa karagenan adalah Eucheuma cottonii, yang banyak dibudidayakan di Phillipina dan Indonesia. Karagenan yang dihasilkan dan karakter fisiknya seperti kekuatan gel, kemampuan 15

16 membentuk gel dan suhu meleleh serta kandungan kimianya menentukan harga dalam industri. Rumput laut biasanya diekstraksi dengan basa/ alkali pada temperatur yang meningkat. Perlakuan dengan alkali sangatlah penting dan merupakan reaksi dari karagenan yang sudah banyak diketahui dan digunakan secara komersial untuk meningkatkan sifat gelatinisasinya. Karagenan komersial memiliki berat molekul rerata berkisar sampai Selain galaktosa dan sulfat, beberapa karbohidrat juga ditemui, seperti xylosa, glucosa, uronic acids, dan substituen seperti methyl esters dan grup pyruvate (Van De Velde dalam Distantina et.al., 2010). Saat ini jenis karagenan kappa didominasi oleh rumput laut tropis Kappaphycus alvarezii, yang di dunia perdagangan dikenal sebagai Eucheuma cottonii. Menurut Van De Velde dalam Distantina et.al., 2010, polimer alam ini memiliki kemampuan untuk membentuk gel secara thermo-reversible atau larutan kental jika ditambahkan ke dalam larutan garam sehingga banyak dimanfaatkan sebagai pembentuk gel, pengental, dan bahan penstabil di berbagai industri seperti pangan, farmasi, kosmetik, percetakan, dan tekstil. Berdasarkan strukturnya, karagenan dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu kappa, iota, dan lambda. Kappa karagenan dihasilkan dari rumput laut jenis Eucheuma cottonii. Secara umum tahap-tahap proses pengolahan rumput laut menjadi karagenan terdiri atas persiapan bahan baku, ekstraksi karagenan, penyaringan, pemisahan karagenan, pengeringan dan penepungan. Persiapan bahan baku meliputi proses pencucian rumput laut untuk menghilangkan pasir, garam mineral dan benda asing yang masih melekat pada rumput laut. Kappa karagenan tersusun atas α (1,3)-D-galaktosa-4-sulfat dan β (1,4)-3,6- anhidro-d-galaktosa. Karaginan juga mengandung D-galaktosa-6-sulfat ester dan 3,6- anhidro-d-galaktosa-2-sulfat ester. Adanya gugusan 6-sulfat, dapat menurunkan daya gelasi dari karaginan, tetapi dengan pemberian alkali mampu menyebabkan terjadinya transeliminasi gugusan 6-sulfat, yang menghasilkan 3,6-anhidro-Dgalaktosa. Dengan demikian derajat keseragaman molekul meningkat dan daya gelasinya juga bertambah. Struktur kappa karaginan dapat dilihat pada Gambar 2. 16

17 Gambar 2. Struktur Kappa Karaginan C. Metode Ekstraksi Ekstraksi karagenan dilakukan dengan menggunakan air panas atau larutan alkali panas (Food Chemical Codex, 1981). Suasana alkalis dapat diperoleh dengan menambahkan larutan basa misalnya larutan NaOH, Ca(OH) 2 atau KOH sehingga ph larutan menjadi Volume air yang digunakan dalam ekstraksi sebanyak kali dari berat rumput laut kering. Ekstraksi biasanya mendekati suhu didih yaitu o C selama satu sampai beberapa jam. Penggunaan alkali mempunyai dua fungsi yaitu, membantu ekstraksi polisakarida menjadi lebih sempurna dan mempercepat eliminasi 6-sulfat dari unit monomer menjadi 3,6-anhidro-D-galaktosa, sehingga dapat meningkatkan kekuatan gel dan reaktifitas produk terhadap protein. Penelitian yang dilakukan Wijaya (2010), menunjukkan bahwa ekstraksi menggunakan KOH (1 10 %) berpengaruh terhadap kenaikan rendemen dan mutu karagenan yang dihasilkan. Pemisahan karagenan dari bahan pengekstrak dilakukan dengan cara penyaringan dan pengendapan. Penyaringan ekstrak karagenan umumnya masih menggunakan penyaringan konvensional yaitu kain saring dan filter press, dalam keadaan panas yang dimaksudkan untuk menghindari pembentukkan gel. Pengendapan karagenan dapat dilakukan dengan motode antara lain gel press, KCl freezing, KCl press atau pengendapan dengan alkohol (Samsuari, 2006 dalam Sari, 2013). 17

18 Pengeringan karagenan basah dapat dilakukan dengan oven atau penjemuran. Pengeringan menggunakan oven dilakukan pada suhu 60 o C (Dawes et al, 1977 dalam Wijaya, 2010). Karagenan yang telah kering kemudian digiling sehingga diperoleh tepung. Tepung karagenan berwarna putih hingga coklat kemerah-merahan (Food Chemical Codex, 1981). Ekstraksi menggunakan enzim selulase adalah salah satu metoda yang dilakukan untuk mengekstrak karagenan dari Kappaphycus alverezii atau lebih dikenal dengan nama Eucheuma cottonii (Soovendran, 2009). Optimasi ekstraksi karagenan dari rumput laut Eucheuma cottonii menggunakan metode selulase dimodifikasi dari metoda yang digunakan oleh Patindol et al (2007) untuk mengekstrak oligosakharida dari bekatul menggunakan enzim selulase. Pemurnian dengan pengendapan karagenan yang dilarutkan dalam isopropil alkohol, pengepresan gel dan kering beku menghasilkan sedikit perbedaan dalam komposisi kimia karagenan dari Eucheuma cottonii. Dalam penelitiannya Montolalu, menyebutkan bahwa baik rata-rata berat maupun nilai rata-rata berat molekul eksrak Eucheuma cottonii menurun dengan meningkatnya temperature ekstraksi dan waktu ekstraksi. Walau demikian, berbagai aspek dari modifikasi alkali, ekstraksi, dan fungsionalitas kuantitatif berkaitan dengan Eucheuma cottonii belum dipelajari secara mendalam. 18

19 BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT A Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metoda sederhana dari ekstraksi karagenan yang dapat diaplikasikan di tingkat petani. Selain itu produk karagenan yang dihasilkan memiliki mutu yang sesuai standar pasar. B. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya pada petani rumput laut di Banten dan pada masyarakat luas secara umum mengenai pengolahan rumput laut menjadi karagenan. Dengan mengekstrak karagenan, diharapkan akan meningkatkan nilai ekonomi rumput laut, sehingga juga akan meningkatkan pendapatan petani rumput laut di Banten. 19

20 BAB 4. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan selama 5 bulan, yaitu sejak Agustus hingga Desember Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Teknologi Pengolahan, program Studi Teknologi Industri Pertanian, Institut Teknologi Indonesia. Analisis akan dilakukan di Laboratorium Biokimia, program Studi Teknologi Industri Pertanian dan Laboratorium BPIHP, Bogor. B. Metodologi Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif, yang terbagi menjadi dua tahap, yaitu tahap pertama adalah penelitian pendahuluan dan tahap kedua adalah penelitian utama. Penelitian pendahuluan meliputi pengambilan sampel rumput laut di Banten, dan uji coba metoda hasil modifikasi. Penelitian utama meliputi ekstraksi karagenan, analisis karagenan yang meliputi rendemen, kadar sulfat dan uji kekuatan gel. 1. Penelitian Pendahuluan Penelitian Pendahulan dilakukan dalam tiga bagian, yaitu pertama adalah pengambilan sampel rumput laut di Banten, kedua adalah uji coba ekstraksi karagenan dengan metoda hasil modifikasi dengan skala laboratorium. Tahapan pelaksanaan adalah sebagai berikut: a. Persiapan Sampel Rumput laut kering jenis Eucheuma cottoniiditimbang sebanyak 200 gr, kemudian disortasi dan dicuci hingga bersih untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang melekat. Selanjutnya rumput laut direndam dengan air tawar sebanyak 8 liter selama 18 jam. Perbandingan antara rumput laut dengan air adalah 1 : 40 (1 kg rumput laut kering membutuhkan 40 liter air). Rumput laut ditiriskan dan direbus (dipanaskan) pada suhu 95 o C selama 40 20

21 menit dengan jumlah perbandingan yang sama (200 gr sampel : 8 liter air). Selanjutnya rumput laut tersebut dihancurkan dengan blender hingga menjadi seperti bubur. b. Ekstraksi Karagenan Sampel diberi larutan KOH 10 % dengan cara ditetesi sedikit demi sedikit hingga mencapai ph 13 dan dipanaskan pada suhu 95 o C selama 1 jam. Untuk mencegah kerak pada dasar wadah, selama proses ekstraksi berlangsung dilakukan pengadukan. Setelah proses ekstraksi selesai, dilakukan penyaringan dengan menggunakan alat press, sebelum suhu sampel menurun. Filtrat yang dihasilkan berupa cairan yang kemudian diendapkan dengan menggunakan isopropil alkohol (IPA) 85 % selama 1 jam. Perbandingan volumenya adalah 1:1,5 (1 kg filtrat membutuhkan 1,5 liter IPA). Selanjutnya hasil endapan yang berupa serat-serat karagenan tersebut disaring. c. Pengeringan dan Penghancuran Sampel dikeringkan di dalam oven pengering pada suhu 60 o C selama 4 jam. Kemudian sampel dihancurkan dan ditimbang beratnya. d. Cara Analisis Rendemen (Wijaya, 2010) Rendemen karagenan dihitung berdasarkan berat karagenan setelah pengeringan terhadap berat rumput laut kering. berat karagenan kering (gr) Rendemen (%) = x 100 % berat rumput laut kering (gr) 2. Penelitian Utama a. Persiapan Sampel Rumput laut kering jenis Eucheuma cottonii ditimbang sebanyak 200 gr, kemudian disortasi dan dicuci hingga bersih untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang melekat. Selanjutnya rumput laut direndam dengan air tawar sebanyak 8 liter selama 18 jam. Perbandingan antara rumput laut 21

22 dengan air adalah 1 : 40 (1 kg rumput laut kering membutuhkan 40 liter air). Rumput laut ditiriskan dan direbus (dipanaskan) pada suhu 95 o C selama 40 menit dengan jumlah perbandingan yang sama (200 gr sampel : 8 liter air). Selanjutnya rumput laut tersebut dihancurkan dengan blender hingga menjadi seperti bubur. b. Persiapan alat Alat pres yang digunakan dalam penelitan tahap dua diperbaiki pompa hidrolik dan diganti saringan yang dipakai untuk menyaring. Setelah diperbaiki dilakukan uji kerja alat terlebih dahulu sebelum digunakan untuk mengepres rumput laut yang akan diekstrak. 22

23 BAB 5. HASIL YANG DICAPAI A. Penelitian pendahuluan Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui rendemen dan kekuatan gel karagenan yang diperoleh dari Euchema cottonii dengan metoda ekstraksi menggunakan basa/alkali. Penelitian pendahuluan ini diawali dengan pembuatan tepung karaginan dari dua sampel yang berbeda. Hasil analisis tepung karaginan yang diperoleh dapat dilihat dalam Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Hasil Analisis Tepung Karaginan Jenis Rumput Laut E. cottonii (sampel 1) E. cottonii (sampel 2) Rendemen (%) Kadar Air (%) Warna Tepung 11,6 11,11 Putih kekuningan 32,3 11,00 Putih krem Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa sampel 2 menghasilkan rendemen yang lebih tinggi dibandingkan sampel 2, namun kadar air dari kedua sampel berbeda hanya 0,11%. Warna tepung tepung yang dihasilkan dari dua sampel juga relatif tidak terlalu memperlihatkan perbedaan yang signifikan. Rendemen yang berbeda dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain metode budidaya, waktu panen, umur rumput laut pada saat dipanen, nutrisi yang tersedia, dan berbagai perbedaan kondisi lingkungan lainnya Analisis rendemen karaginan hanya dilakukan pada sampel 2 karena menghasilkan rendemen yang lebih tinggi bila dibandngkan sampel 1, yaitu hampir tiga kali lipat. Hasil analisis kekuatan gel, viskositas, dan kadar sulfat dari karaginan yang diperoleh melalui ekstraksi sampel 2 dapat dilihat pada Tabel 3. di bawah ini. 23

24 Tabel 3. Hasil Analisis Kekuatan Gel Tepung Karaginan Jenis Rumput Laut E. cottonii (sampel 2) Kekuatan Gel (g/cm 2 ) Viskositas (cp) 735,1 235,3 2,04 Kadar Sulfat (ppm) B. Penelitian Utama Penelitian utama masih dalam persiapan dan akan dilaksanakan minggu kedua Oktober karena masih menunggu perbaikan alat press. Penelitian utama ini terutama dilakukan dengan alat yang lebih baik, sehingga dalam proses pengolahan rumput laut diharapkan akan dapat diperoleh rendemen yang lebih besar. 24

25 BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA Penelitian telah berlangsung 2 bulan dan sudah menyelesaikan penelitian pendahuluan atau tahap pertama. Selanjutnya penelitian dilanjutkan sesuai rencana kegiatan seperti yang terlihat pada Tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Jadwal Penelitian No Jenis Kegiatan 1 Persiapan bahan, alat dan survey lokasi 2 Survei dan pengambilan sampel 3 Pelaksanaan Penelitian 4 Pengolahan Data 5 Penulisan Laporan 6 Pertanggungjawaban dan Penyerahan Laporan Bulan (tahun 2013) Agust Sept Okt Nov Des 25

26 BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian pendahuluan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sampel dua menghasilkan rendemen yang lebih besar bila dibandingkan sampel 1. Saran Hasil belum mencukupi, karena penelitian masih sebatas pendahuluan, sehingga belum dapat diberikan saran yang kongkrit. 26

27 DAFTAR PUSTAKA Anggadiredja, Jana T., Zatnika, Achmad, Purwoto, Heri dan Sri Istini, Rumput Laut: Pembudidayaan, Pengolahan dan Pemasaran Komoditas Perikanan Potensial. Penebar Swadaya, Jakarta. Distantina, S.,Wiratni, Moh.Fahrurrozi, and Rochmadi, 2011.Carrageenan Properties Extracted From Eucheuma cottonii, Indonesia. World Academy of Science, Engineering and Technology: 54. Food Chamical Codex, Carrageenan.National Academy Press, Washington D.C. Distantina Sperisa, Fadilah, Rochmadi, Moh. Fahrurrozi, dan Wiratni, Proses Ekstraksi Karagenan dari Eucheuma cottonii. Prosiding Seminar Rekayasa Kimia dan Proses, ISSN : , 4-5 Agustus Universitas Diponegoro,Semarang. Soovendran A/l Varadarajan, Nazaruddin Ramli, Arbakariya Ariff, Mamot Said, and Suhaimi Md Yasir, Development of high yielding carragenan extraction method from Eucheuma cotonii using cellulase and Aspergillus niger. Prosiding Seminar Kimia Bersama UKM-ITB VIII 9-11 Jun Institut Teknologi Bandung, Bandung. Sari, Vita Nurmala, 2013.Ketahanan Bead pada ph dan Konsentrasi Karagenan yang berbeda.skripsi. Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Institut Teknologi Indonesia, Serpong. Wijaya, S Penggunaan KOH dan Jumlah Pelarut pada Ekstraksi Karagenan.Skripsi. Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Institut Teknologi Indonesia, Serpong. 27

28 28

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sangat kaya hasil alam terlebih hasil perairan. Salah satunya rumput laut yang merupakan komoditas potensial dengan nilai ekonomis tinggi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seaweed dalam dunia perdagangan dikenal sebagai rumput laut, namun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seaweed dalam dunia perdagangan dikenal sebagai rumput laut, namun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput Laut Seaweed dalam dunia perdagangan dikenal sebagai rumput laut, namun sebenarnya dalam dunia ilmu pengetahuan diartikan sebagai alga (ganggang) yang berasal dari bahasa

Lebih terperinci

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Ekstraksi Tepung Karaginan Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : 1. Sortasi dan Penimbangan Proses sortasi ini bertujuan untuk memisahkan

Lebih terperinci

Prarencana Pabrik Karagenan dari Rumput Laut Eucheuma cottonii I-1

Prarencana Pabrik Karagenan dari Rumput Laut Eucheuma cottonii I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, termasuk salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia yaitu 95.181 km dan memiliki keanekaragaman hayati laut berupa

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis pantai 81.000 km merupakan kawasan pesisir dan lautan yang memiliki berbagai sumberdaya hayati yang sangat besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumput laut. Menurut Istini (1985) dan Anggraini (2004),

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumput laut. Menurut Istini (1985) dan Anggraini (2004), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia adalah negara kepulauan dengan kawasan pesisir dan lautan yang memiliki berbagai sumber daya hayati sangat besar dan beragam, salah satunya adalah rumput

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI SEMI-REFINED CARRAGEENAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DENGAN VARIASI TEKNIK PENGERINGAN DAN KADAR AIR BAHAN BAKU

OPTIMALISASI PRODUKSI SEMI-REFINED CARRAGEENAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DENGAN VARIASI TEKNIK PENGERINGAN DAN KADAR AIR BAHAN BAKU OPTIMALISASI PRODUKSI SEMI-REFINED CARRAGEENAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DENGAN VARIASI TEKNIK PENGERINGAN DAN KADAR AIR BAHAN BAKU Made Vivi Oviantari dan I Putu Parwata Jurusan Analisis Kimia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 67 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... xii ABSTRAK...

Lebih terperinci

Pemanfaatan: pangan, farmasi, kosmetik. Komoditas unggulan. total luas perairan yang dapat dimanfaatkan 1,2 juta hektar

Pemanfaatan: pangan, farmasi, kosmetik. Komoditas unggulan. total luas perairan yang dapat dimanfaatkan 1,2 juta hektar Komoditas unggulan Pemanfaatan: pangan, farmasi, kosmetik diperkirakan terdapat 555 species rumput laut total luas perairan yang dapat dimanfaatkan 1,2 juta hektar luas area budidaya rumput laut 1.110.900

Lebih terperinci

PEMBUATAN TEPUNG KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT (EUCHEUMA COTTONII) BERDASARKAN PERBEDAAN METODE PENGENDAPAN

PEMBUATAN TEPUNG KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT (EUCHEUMA COTTONII) BERDASARKAN PERBEDAAN METODE PENGENDAPAN PEMBUATAN TEPUNG KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT (EUCHEUMA COTTONII) BERDASARKAN PERBEDAAN METODE PENGENDAPAN Prasetyowati, Corrine Jasmine A., Devy Agustiawan Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB Ι PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB Ι PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB Ι PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai macam obat dikonsumsi manusia untuk menjaga tubuhnya tetap sehat. Tetapi ada beberapa jenis obat yang bila dikonsumsi memiliki rasa atau aroma tidak enak sehingga

Lebih terperinci

STUDI KINETIKA PEMBENTUKAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT

STUDI KINETIKA PEMBENTUKAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT Laboratoium Teknik Reaksi Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember STUDI KINETIKA PEMBENTUKAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT Dini Fathmawati 2311105001 M. Renardo Prathama A 2311105013

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tepung Jagung Swasembada jagung memerlukan teknologi pemanfaatan jagung sehingga dapat meningkatkan nilai tambahnya secara optimal. Salah satu cara meningkatkan nilai tambah

Lebih terperinci

KETEKNIKAN SISTEM RUMPUT LAUT DAN PROSES PENGOLAHANNYA

KETEKNIKAN SISTEM RUMPUT LAUT DAN PROSES PENGOLAHANNYA KETEKNIKAN SISTEM RUMPUT LAUT DAN PROSES PENGOLAHANNYA DISUSUN OLEH : Yosua 125100601111007 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013 Rumput Laut Rumput laut adalah makroalga yang

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii SKALA RUMAH TANGGA ABSTRAK

KAJIAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii SKALA RUMAH TANGGA ABSTRAK Media Litbang Sulteng 2 (1) : 01 06, Oktober 2009 ISSN : 1979-5971 KAJIAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii SKALA RUMAH TANGGA Oleh : Mappiratu 1) ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kappaphycus alvarezii sering juga disebut cottonii, merupakan jenis rumput laut

TINJAUAN PUSTAKA. Kappaphycus alvarezii sering juga disebut cottonii, merupakan jenis rumput laut II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kappaphycus alvarezii Kappaphycus alvarezii sering juga disebut cottonii, merupakan jenis rumput laut penghasil kappa kraginan yang dibudidayakan secara komersial di daerah tropis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah rumput laut atau yang dikenal dengan sebutan ganggang laut atau alga laut. Beberapa diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kaya akan sumber daya alam salah satunya adalah rumput laut. Rumput

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kaya akan sumber daya alam salah satunya adalah rumput laut. Rumput BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah laut yang luas dan kaya akan sumber daya alam salah satunya adalah rumput laut. Rumput laut merupakan komoditas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Rumput laut merupakan tanaman laut yang sangat populer dibudidayakan di laut. Ciri-ciri rumput laut adalah tidak mempunyai akar, batang maupun

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013. Lokasi pengambilan sampel rumput laut merah (Eucheuma cottonii) bertempat di Perairan Simpenan,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ALKALI TREATED COTTONII (ATC) DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii PADA BERBAGAI KONSENTRASI KOH, LAMA PEMASAKAN DAN SUHU PEMANASAN OLEH :

KARAKTERISTIK ALKALI TREATED COTTONII (ATC) DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii PADA BERBAGAI KONSENTRASI KOH, LAMA PEMASAKAN DAN SUHU PEMANASAN OLEH : KARAKTERISTIK ALKALI TREATED COTTONII (ATC) DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii PADA BERBAGAI KONSENTRASI KOH, LAMA PEMASAKAN DAN SUHU PEMANASAN OLEH : AMRY MUHRAWAN KADIR G 621 08 011 Skripsi Sebagai salah

Lebih terperinci

OPTIMASI PROSES EKSTRAKSI PADA PEMBUATAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONI UNTUK MENCAPAI FOODGRADE

OPTIMASI PROSES EKSTRAKSI PADA PEMBUATAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONI UNTUK MENCAPAI FOODGRADE OPTIMASI PROSES EKSTRAKSI PADA PEMBUATAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONI UNTUK MENCAPAI FOODGRADE Dian Yasita dan Intan Dewi Rachmawati Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

PENENTUAN ph OPTIMUM ISOLASI KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT JENIS Eucheuma cottonii. I G. A. G. Bawa, A. A. Bawa Putra, dan Ida Ratu Laila

PENENTUAN ph OPTIMUM ISOLASI KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT JENIS Eucheuma cottonii. I G. A. G. Bawa, A. A. Bawa Putra, dan Ida Ratu Laila ISSN 1907-9850 PENENTUAN ph OPTIMUM ISOLASI KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT JENIS Eucheuma cottonii I G. A. G. Bawa, A. A. Bawa Putra, dan Ida Ratu Laila Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran

Lebih terperinci

II TINJAUN PUSTAKA. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Rumput Laut, (2) Rumput Laut

II TINJAUN PUSTAKA. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Rumput Laut, (2) Rumput Laut 11 II TINJAUN PUSTAKA Bab ini menguraikan mengenai: (1) Rumput Laut, (2) Rumput Laut Eucheuma spinosum, (3) Karaginan, (4) Ekstraksi Karaginan, (5) Pelarut, dan (6) Kegunaan Karaginan. 2.1. Rumput Laut

Lebih terperinci

OPTIMASI PEMBUATAN KARAGENAN DARI RUMPUT LAUT APLIKASINYA UNTUK PERENYAH BISKUIT. Jl. Kentingan No. 36 A Surakarta

OPTIMASI PEMBUATAN KARAGENAN DARI RUMPUT LAUT APLIKASINYA UNTUK PERENYAH BISKUIT. Jl. Kentingan No. 36 A Surakarta Optimasi Pembuatan Karagenan (Anes Agustin, dkk) OPTIMASI PEMBUATAN KARAGENAN DARI RUMPUT LAUT APLIKASINYA UNTUK PERENYAH BISKUIT Anes Agustin 1, Aprillia Intan Saputri 1, Harianingsih 2* 1 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput Laut Rumput laut adalah salah satu sumber daya hayati yang terdapat di wilayah pesisir dan laut. Sumberdaya ini biasanya dapat ditemui di perairan yang berasiosiasi dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKSTRAKSI ALGINAT DARI RUMPUT LAUT Sargassum sp. SERTA APLIKASINYA SEBAGAI PENSTABIL ES KRIM. Oleh : JUNITA SISWATI

KAJIAN EKSTRAKSI ALGINAT DARI RUMPUT LAUT Sargassum sp. SERTA APLIKASINYA SEBAGAI PENSTABIL ES KRIM. Oleh : JUNITA SISWATI KAJIAN EKSTRAKSI ALGINAT DARI RUMPUT LAUT Sargassum sp. SERTA APLIKASINYA SEBAGAI PENSTABIL ES KRIM Oleh : JUNITA SISWATI PROGRAM PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2002 ABSTRAK JUNITA SISWATI. Kajian

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI KOH PADA EKSTRAKSI RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DALAM PEMBUATAN KARAGENAN

PENGARUH KONSENTRASI KOH PADA EKSTRAKSI RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DALAM PEMBUATAN KARAGENAN KONVERSI Volume 4 No1 April 2015 ISSN 2252-7311 PENGARUH KONSENTRASI KOH PADA EKSTRAKSI RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DALAM PEMBUATAN KARAGENAN Wulan Wibisono Is Tunggal 1, Tri Yuni Hendrawati 2 1,2

Lebih terperinci

Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 1, No. 2, Agustus 2013

Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 1, No. 2, Agustus 2013 Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 1, No. 2, Agustus 213 KARAKTERISTIK SIFAT FISIKA KIMIA KARAGINAN RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii PADA BERBAGAI UMUR PANEN YANG DIAMBIL DARI DAERAH PERAIRAN

Lebih terperinci

Pemurnian Agarose dari Agar-agar dengan Menggunakan Propilen Glikol

Pemurnian Agarose dari Agar-agar dengan Menggunakan Propilen Glikol Pemurnian Agarose dari Agar-agar dengan Menggunakan Propilen Glikol Heri Purwoto ), Siti Gustini ) dan Sri Istini ),) BPP Teknologi, Jl. MH. Thamrin 8, Jakarta ) Institut Pertanian Bogor, Bogor e-mail:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sumber daya kelautan berperan penting dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah dan nasional untuk meningkatkan penerimaan devisa, lapangan kerja dan pendapatan penduduk.

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Faktor Lingkungan Faktor lingkungan yang dimaksud adalah kondisi oseanografi dan meteorologi perairan. Faktor oseanografi adalah kondisi perairan yang berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN PERMEN JELLY DARI KARAGENAN DAN KONJAK

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN PERMEN JELLY DARI KARAGENAN DAN KONJAK LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN PERMEN JELLY DARI KARAGENAN DAN KONJAK Disusun Oleh : NANDALIA FIRASTIKA (I 8313036) RADELA KUSUMA WARDANI (I 8313047) PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

EVALUASI SENSORI KONSUMEN PADA DODOL RUMPUT LAUT (Eucheuma cottoni) DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG KANJI DAN TEPUNG KETAN.

EVALUASI SENSORI KONSUMEN PADA DODOL RUMPUT LAUT (Eucheuma cottoni) DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG KANJI DAN TEPUNG KETAN. EVALUASI SENSORI KONSUMEN PADA DODOL RUMPUT LAUT (Eucheuma cottoni) DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG KANJI DAN TEPUNG KETAN Ira Maya Abdiani Staf Pengajar Jurusan Budidaya Perairan FPIK Universitas Borneo Tarakan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KIMIAWI PRODUK STIK RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii)

KARAKTERISTIK KIMIAWI PRODUK STIK RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) 1 KARAKTERISTIK KIMIAWI PRODUK STIK RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) Sry Wulan Dangkua 1, Asri Silvana Naiu 2, Faiza A Dali 2 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kimiawi

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA UJI EFEKTIVITAS SECARA IN VITRO PENGAPLIKASIAN KARAGINAN RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii PADA PEMBUATAN SKIN LOTION BIDANG KEGIATAN : PKM PENELITIAN (PKM P)

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1 Bahan

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1 Bahan III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1 Bahan Bahan-bahan yang digunakan yaitu Sargassum polycystum, akuades KOH 2%, KOH 10%, NaOH 0,5%, HCl 0,5%, HCl 5%,

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini adalah rumput laut

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini adalah rumput laut 22 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Bahan dan Alat Penelitian, (2) Metode Penelitian, (3) Deskripsi Percobaan. 3.1. Bahan dan Alat Penelitian 3.1.1. Bahan-bahan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki hasil perkebunan yang cukup banyak, salah satunya hasil perkebunan ubi kayu yang mencapai 26.421.770 ton/tahun (BPS, 2014). Pemanfaatan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Eucheuma cottonii

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Eucheuma cottonii 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Eucheuma cottonii Menurut Doty (1985), Eucheuma cottonii merupakan salah satu jenis rumput laut merah (Rhodophyceae) dan berubah nama menjadi Kappaphycus alvarezii karena

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN PERMEN JELLY DARI KARAGENAN DAN KONJAK

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN PERMEN JELLY DARI KARAGENAN DAN KONJAK LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN PERMEN JELLY DARI KARAGENAN DAN KONJAK Disusun Oleh : NANDALIA FIRASTIKA (I 8313036) RADELA KUSUMA WARDANI (I 8313047) PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie adalah produk pasta atau ekstruksi yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia (Teknologi Pangan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

Tabel 2 Data hasil pengukuran kekuatan gel. (a) (b)

Tabel 2 Data hasil pengukuran kekuatan gel. (a) (b) 7 Transfer energi pada ekstraksi konvensional tidak terjadi secara langsung, diawali dengan pemanasan pada dinding gelas, pelarut, selanjutnya pada material. Sedangkan pada pemanasan mikrogelombang, pemanasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidrogel adalah jaringan polimer tiga dimensi dengan ikatan silang (crosslinked) pada polimer hidrofilik, yang mampu swelling atau menyimpan air dan larutan fisiologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. food menurut Food and Agriculture Organization didefinisikan sebagai makanan

BAB I PENDAHULUAN. food menurut Food and Agriculture Organization didefinisikan sebagai makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan jajanan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. makroskopik dan secara ilmiah dikenal dengan istilah alga. Istilah talus digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. makroskopik dan secara ilmiah dikenal dengan istilah alga. Istilah talus digunakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput Laut 2.1.1 Deskripsi Rumput Laut Rumput laut (sea weed) adalah tumbuhan talus berklorofil yang berukuran makroskopik dan secara ilmiah dikenal dengan istilah alga. Istilah

Lebih terperinci

Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) Rumput laut segar

Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) Rumput laut segar Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) a. www.aquaportail.com b. Dok. Pribadi c. Mandegani et.al (2016) Rumput laut

Lebih terperinci

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN 1. Serealia ) Pengolahan jagung : a. Pembuatan tepung jagung (tradisional) Bahan/alat : - Jagung pipilan - Alat penggiling - Ember penampung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan berklorofil. Dilihat dari ukurannya, rumput laut terdiri dari jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan berklorofil. Dilihat dari ukurannya, rumput laut terdiri dari jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput Laut Rumput laut atau sea weeds secara ilmiah dikenal dengan istilah alga atau ganggang. Rumput laut termasuk salah satu anggota alga yang merupakan tumbuhan berklorofil.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau, dengan garis pantai sekitar 81.000 km. Wilayah lautannya meliputi 5,8 juta km2 atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini pemerintah menghimbau masyarakat dan pengusaha untuk meningkatkan ekspor non migas sebagai sumber devisa negara. Sangat diharapkan dari sektor pertanian,

Lebih terperinci

BEBERAPA CATATAN TENTANG KARAGINAN. Oleh. Abdullah Rasyid 1) ABSTRACT

BEBERAPA CATATAN TENTANG KARAGINAN. Oleh. Abdullah Rasyid 1) ABSTRACT Oseana, Volume XXVIII, Nomor 4, 2003: 1-6 ISSN 0216-1877 BEBERAPA CATATAN TENTANG KARAGINAN Oleh Abdullah Rasyid 1) ABSTRACT SOME NOTES ON CARRAGEENAN. Carrageenan is a name for galactan polysaccharides

Lebih terperinci

OLEH: YULFINA HAYATI

OLEH: YULFINA HAYATI PENGOLAHAN HASIL KEDELAI (Glycine max) OLEH: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Dalam usaha budidaya tanaman pangan dan tanaman perdagangan, kegiatan penanganan dan pengelolaan tanaman sangat penting diperhatikan

Lebih terperinci

Modifikasi Metode Ekstraksi Karaginan dari Eucheuma cottonii yang di Panen dari Perairan Sumenep - Madura

Modifikasi Metode Ekstraksi Karaginan dari Eucheuma cottonii yang di Panen dari Perairan Sumenep - Madura Modifikasi Metode Ekstraksi Karaginan dari Eucheuma cottonii yang di Panen dari Perairan Sumenep - Madura Titiek Indhira Agustin Correspondence: Fishery, Faculty of Marine Technology and Science, UHT,

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara maritim yang memiliki keanekaragaman

BABI PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara maritim yang memiliki keanekaragaman BAB. Pendahuluan BAB PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang ndonesia dikenal sebagai negara maritim yang memiliki keanekaragaman sumber daya hayati laut yang sangat potensial untuk dimanfaatkan b'llna memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi di berbagai negara di belahan dunia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi di berbagai negara di belahan dunia saat ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi yang terjadi di berbagai negara di belahan dunia saat ini sudah memasuki tahapan yang sangat serius dan memprihatinkan sehingga harus segera dicari

Lebih terperinci

Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 1, No. 1, Februari 2013

Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 1, No. 1, Februari 2013 KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA KARAGINAN RUMPUT LAUT JENIS Kappaphycus alvarezii PADA UMUR PANEN YANG BERBEDA DI PERAIRAN DESA TIHENGO KABUPATEN GORONTALO UTARA Maya Harun, Roike I Montolalu dan I Ketut Suwetja

Lebih terperinci

OPTIMASI METODE ISOLASI KARAGENAN DARI RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii Doty DENGAN DESAIN PERCOBAAN FAKTORIAL. Skripsi

OPTIMASI METODE ISOLASI KARAGENAN DARI RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii Doty DENGAN DESAIN PERCOBAAN FAKTORIAL. Skripsi OPTIMASI METODE ISOLASI KARAGENAN DARI RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii Doty DENGAN DESAIN PERCOBAAN FAKTORIAL Skripsi LUH ADE DYAH TANTRI LESTARI 1208505032 JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu dampak negatif perkembangan zaman yang begitu pesat saat ini adalah adanya pergeseran pola makan, dari pola makan yang seimbang dan alami menjadi pola makan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Rumput laut atau seaweeds adalah tanaman air dikenal dengan istilah alga atau

I. PENDAHULUAN. Rumput laut atau seaweeds adalah tanaman air dikenal dengan istilah alga atau I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumput laut atau seaweeds adalah tanaman air dikenal dengan istilah alga atau ganggang dan hidup pada salinitas tinggi, seperti di perairan payau ataupun di laut. Rumput

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan energi tidak pernah habis bahkan terus meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

SIFAT FISIK DAN KIMIAWI KARAGENAN YANG DIEKSTRAK DARI RUMPUT LAUT

SIFAT FISIK DAN KIMIAWI KARAGENAN YANG DIEKSTRAK DARI RUMPUT LAUT 41 SIFAT FISIK DAN KIMIAWI KARAGENAN YANG DIEKSTRAK DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii DAN E. spinosum PADA UMUR PANEN YANG BERBEDA PHYSICAL AND CHEMICAL CHARACTERISTICS OF CARRAGEENAN EXTRACTED FROM E.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia 41 V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT 5.1. Perkembangan Produksi dan Ekspor Rumput Laut Dunia 5.1.1. Produksi Rumput Laut Dunia Indonesia dengan potensi rumput laut yang sangat besar berpeluang menjadi salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kolagen alami hewan yang terdapat pada kulit, tulang, tulang rawan, dan

BAB I PENDAHULUAN. kolagen alami hewan yang terdapat pada kulit, tulang, tulang rawan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gelatin merupakan salah satu jenis protein yang diekstraksi dari jaringan kolagen alami hewan yang terdapat pada kulit, tulang, tulang rawan, dan jaringan ikat. Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Total produksi penangkapan dan perikanan udang dunia menurut Food and Agriculture Organization pada tahun 2009 berkisar 6 juta ton pada tahun 2006 [1] dan mempunyai

Lebih terperinci

Kerangka Pemikiran 2 TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kappaphycus alvarezii

Kerangka Pemikiran 2 TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kappaphycus alvarezii 3 Kerangka Pemikiran Penempatan posisi tanam pada kedalaman yang tepat dapat meningkatkan produksi rumput laut dan kualitas kandungan karaginan rumput laut. Untuk lebih jelas, kerangka pemikiran penelitian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri Lampung, Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratoriun

Lebih terperinci

EKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI SRC DARI RUMPUT LAUT JENIS Eucheuma cottonii. EXTRACTION AND CHARACTERIZATION OF SRC FROM SEAWEED TYPE Eucheuma cottonii

EKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI SRC DARI RUMPUT LAUT JENIS Eucheuma cottonii. EXTRACTION AND CHARACTERIZATION OF SRC FROM SEAWEED TYPE Eucheuma cottonii Prosiding Seminar Nasional Kimia UNY 217 Sinergi Penelitian dan Pembelajaran untuk Mendukung Pengembangan Literasi Kimia pada Era Global Ruang Seminar FMIPA UNY, 14 Oktober 217 EKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian

MATERI DAN METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian II. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi jaring, bambu, pelampung, hand refraktometer,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan luas perairan 5,8 juta kilometer persegi dan garis pantai 50 ribu mil kedua

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan luas perairan 5,8 juta kilometer persegi dan garis pantai 50 ribu mil kedua 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dengan luas perairan 5,8 juta kilometer persegi dan garis pantai 50 ribu mil kedua terpanjang di dunia, Indonesia merupakan lahan subur bagi rumput laut. Di perairan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ATC Kappaphycus alvarezii PADA PERLAKUAN UMUR PANEN DAN SUHU EKSTRAKSI BERBEDA

KARAKTERISTIK ATC Kappaphycus alvarezii PADA PERLAKUAN UMUR PANEN DAN SUHU EKSTRAKSI BERBEDA 27 Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XIV (1): 27-31 ISSN: 0853-6384 Full Paper KARAKTERISTIK ATC Kappaphycus alvarezii PADA PERLAKUAN UMUR PANEN DAN SUHU EKSTRAKSI BERBEDA THE CHARACTERISTIC OF ATC OF Kappaphycus

Lebih terperinci

OPTIMASI PENGERINGAN PADA PEMBUATAN KARAGINAN DENGAN PROSES EKSTRAKSI DARI RUMPUT LAUT JENIS Eucheuma cottonii

OPTIMASI PENGERINGAN PADA PEMBUATAN KARAGINAN DENGAN PROSES EKSTRAKSI DARI RUMPUT LAUT JENIS Eucheuma cottonii 1 OPTIMASI PENGERINGAN PADA PEMBUATAN KARAGINAN DENGAN PROSES EKSTRAKSI DARI RUMPUT LAUT JENIS Eucheuma cottonii Ahmad banadib (L2C005224) dan Khoiruman (L2C005272) Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

BIOETANOL DARI PATI (UBI KAYU/SINGKONG) 3/8/2012

BIOETANOL DARI PATI (UBI KAYU/SINGKONG) 3/8/2012 BIOETANOL DARI PATI (UBI KAYU/SINGKONG) Ubi kayu (Manihot utilissima Pohl) merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain ketela pohon, singkong, atau kasape. Ubi kayu berasal dari benua Amerika,

Lebih terperinci

Kapasitas Penyerapan dan Penyimpanan Air pada Berbagai Ukuran Gel dari Tepung Karaginan untuk Pembuatan Media Tanam Jeloponik

Kapasitas Penyerapan dan Penyimpanan Air pada Berbagai Ukuran Gel dari Tepung Karaginan untuk Pembuatan Media Tanam Jeloponik Kapasitas Penyerapan dan Penyimpanan Air pada Berbagai Ukuran Gel dari Tepung Karaginan untuk Pembuatan Media Tanam Jeloponik Muhammad Faisol Hakim*, Nintya Setiari*, Munifatul Izzati* *Laboratorium Biologi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. protein berkisar antara 20% sampai 30%. Kacang-kacangan selain sumber protein

I PENDAHULUAN. protein berkisar antara 20% sampai 30%. Kacang-kacangan selain sumber protein I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Buah Pala Di Indonesia buah pala pada umumnya diolah menjadi manisan dan minyak pala. Dalam perkembangannya, penanganan pascapanen diarahkan

Lebih terperinci

Linda dkk. ABSTRAK. Kata kunci: kompatibel, karaginan, Eucheuma cottonii, Eucheuma spinosum, media tumbuh mikroba.

Linda dkk. ABSTRAK. Kata kunci: kompatibel, karaginan, Eucheuma cottonii, Eucheuma spinosum, media tumbuh mikroba. UJI KOMPATIBILITAS KARAGINAN DARI Eucheuma cottonii DAN Eucheuma spinosum DENGAN AGAR KOMERSIAL SEBAGAI PEMADAT (SOLIDIFIER) MEDIA PENUMBUH MIKROBA Laksmiani, N. P. L. 1, Suciptha, K.R. 1, Widjaja, I N.,

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN HIDROGEL DARI RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DENGAN METODE KARBOKSIMETILASI DAN METODE CROSSLINKING

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN HIDROGEL DARI RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DENGAN METODE KARBOKSIMETILASI DAN METODE CROSSLINKING LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN HIDROGEL DARI RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DENGAN METODE KARBOKSIMETILASI DAN METODE CROSSLINKING Disusun Oleh: ATIKA SARI ASTUTI S I 8313007 FARADILA ARDHINING TYAS I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan oleh petani dan petani hutan. Umbi porang banyak tumbuh liar di

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan oleh petani dan petani hutan. Umbi porang banyak tumbuh liar di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umbi porang merupakan bahan baku glukomanan yang saat ini banyak dibudidayakan oleh petani dan petani hutan. Umbi porang banyak tumbuh liar di kawasan hutan dan lereng

Lebih terperinci

Agar hidrokoloid gelling yg kuat, terbuat dari ganggang laut Struktur : polimer D-galaktosa dan 3 6,anhydro-Lgalaktosa dengan sedikit ester sulfat

Agar hidrokoloid gelling yg kuat, terbuat dari ganggang laut Struktur : polimer D-galaktosa dan 3 6,anhydro-Lgalaktosa dengan sedikit ester sulfat Shinta Rosalia Dewi Agar hidrokoloid gelling yg kuat, terbuat dari ganggang laut Struktur : polimer D-galaktosa dan 3 6,anhydro-Lgalaktosa dengan sedikit ester sulfat Merupakan polisakarida yang terakumulasi

Lebih terperinci

REKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS)

REKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS) REKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS) BALAI BESAR BADAN LITBANG KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2014 PENETAPAN HARGA DASAR RUMPUT LAUT NASIONAL

Lebih terperinci

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA 59 V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA 5.1. Perkembangan Rumput Laut Dunia Rumput laut merupakan salah satu komoditas budidaya laut yang dapat diandalkan, mudah dibudidayakan dan mempunyai prospek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Singkong atau ubi kayu merupakan tanaman umbi umbian yang dikenal luas di masyarakat Indonesia. Pada tahun 2013 produksi singkong di Indonesia mencapai 23 juta ton

Lebih terperinci

PEMBUATAN ALGINAT DARI RUMPUT LAUT UNTUK MENGHASILKAN PRODUK DENGAN RENDEMEN DAN VISKOSITAS TINGGI

PEMBUATAN ALGINAT DARI RUMPUT LAUT UNTUK MENGHASILKAN PRODUK DENGAN RENDEMEN DAN VISKOSITAS TINGGI PEMBUATAN ALGINAT DARI RUMPUT LAUT UNTUK MENGHASILKAN PRODUK DENGAN RENDEMEN DAN VISKOSITAS TINGGI Marita Agusta Maharani (L2C605159) dan Rizki Widyayanti (L2C605171) Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, kemajuan ilmu pengetahuan menyebabkan masyarakat semakin peduli mengenai isu kesehatan. Menurut Wijaya (2002), hal ini mengakibatkan

Lebih terperinci

ABSTRACT THE EFFECT OF CONCENTRATION OF ADDITION IOTA CARRAGEENAN AND KAPPA CARRAGEENAN ON THE CHARACTERISTICS OF TOFU

ABSTRACT THE EFFECT OF CONCENTRATION OF ADDITION IOTA CARRAGEENAN AND KAPPA CARRAGEENAN ON THE CHARACTERISTICS OF TOFU ABSTRACT Alvin Avianto (03420060002) THE EFFECT OF CONCENTRATION OF ADDITION IOTA CARRAGEENAN AND KAPPA CARRAGEENAN ON THE CHARACTERISTICS OF TOFU xv + 64 pages: 9 Tables; 17 Picture; 37 Appendixes Carrageenan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Rumput laut merupakan sumber daya alam lautan yang memiliki nilai gizi lengkap dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Rumput laut makanan (edible seaweed) telah

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR GULA METODE NELSON-SOMOGYI. Kelompok 8 Dini Rohmawati Nafisah Amira Nahnu Aslamia Yunus Septiawan

PENENTUAN KADAR GULA METODE NELSON-SOMOGYI. Kelompok 8 Dini Rohmawati Nafisah Amira Nahnu Aslamia Yunus Septiawan PENENTUAN KADAR GULA METODE NELSON-SOMOGYI Kelompok 8 Dini Rohmawati Nafisah Amira Nahnu Aslamia Yunus Septiawan Latar Belakang Tujuan: Menentukan kadar gula pereduksi dalam bahan pangan Prinsip: Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Enzim merupakan unit fungsional dari metabolisme sel. Bekerja dengan uruturutan yang teratur, enzim mengkatalisis ratusan reaksi bertahap yang menguraikan molekul nutrien,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Untuk mendukung pengadaan ikan

1. PENDAHULUAN. perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Untuk mendukung pengadaan ikan 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu sumber pangan yang bergizi. Selain sebagai sumber protein juga sebagai sumber asam lemak esensial yang menunjang perbaikan kualitas sumberdaya

Lebih terperinci

Pengolahan Sagu (Metroxylon) sebagai Bahan Baku Pembuatan Es Krim

Pengolahan Sagu (Metroxylon) sebagai Bahan Baku Pembuatan Es Krim JURNAL EDUKASI KIMIA e-issn: 2548-7825 p-issn: 2548-4303 Pengolahan Sagu (Metroxylon) sebagai Bahan Baku Pembuatan Es Krim Ainun Mardhiah 1* dan Marlina Fitrika 2 1 Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

PENGOLAHAN HASIL JAGUNG (MEMBUAT SUSU JAGUNG DAN MIE JAGUNG) Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si.

PENGOLAHAN HASIL JAGUNG (MEMBUAT SUSU JAGUNG DAN MIE JAGUNG) Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. PENGOLAHAN HASIL JAGUNG (MEMBUAT SUSU JAGUNG DAN MIE JAGUNG) Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung memiliki nutrisi yang lebih komplek dibandingkan dengan beras. Jagung sangat

Lebih terperinci