Kerangka Pemikiran 2 TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kappaphycus alvarezii
|
|
- Utami Tedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 3 Kerangka Pemikiran Penempatan posisi tanam pada kedalaman yang tepat dapat meningkatkan produksi rumput laut dan kualitas kandungan karaginan rumput laut. Untuk lebih jelas, kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian, analisis berbagai kedalaman tanam terhadap laju pertumbuhan dan kualitas karaginan rumput laut Kappaphycus alvarezii. 2 TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kappaphycus alvarezii Rumput laut Kappaphycus alvarezii merupakan salah satu jenis alga merah (Rhodophyceae). Karena karaginan yang dihasilkan termasuk fraksi kappakaraginan, maka jenis ini secara taksonomi disebut Kappaphycus alvarezii. Namun nama cottonii umumnya lebih dikenal dan biasa dipakai dalam dunia perdagangan nasional maupun internasional untuk rumput laut jenis ini. Klasifikasi Kappaphycus alvarezii menurut Doty (1985) adalah sebagai berikut: Kingdom : Archaeplastida (Plantae) Divisi : Rhodophyta Kelas : Rhodophyceae Ordo : Gigartinales Famili : Solieracea Genus : Eucheuma Species : Kappaphycus alvarezii
2 4 Morfologi dan reproduksi Ciri umum fisik K. alvarezii adalah mempunyai talus silindris, permukaan licin dan tidak memperlihatkan adanya perbedaan antara akar, batang dan daun. Warna yang dimiliki oleh K. alvarezii beragam, ada yang berwarna hijau, hijaukuning, coklat, abu-abu atau merah (Gambar 2). Keragaman warna ini disebabkan oleh faktor lingkungan dan merupakan suatu proses adaptasi kromatik, yaitu penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan (Ahda et al. 2005). Bentuk talus K. alvarezii runcing dan memanjang, agak jarang dan tidak tersusun melingkar. Percabangannya tumbuh ke berbagai arah dengan batang utama keluar saling berdekatan ke daerah basal (pangkal). Cabang-cabang yang tumbuh membentuk rumpun dengan ciri khusus mengarah ke arah datangnya cahaya matahari. Percabangan yang tumbuh juga memiliki sifat lain, yaitu alternatus (berseling), tidak teratur, serta dapat bersifat dichotomus (percabangan dua-dua) atau trichotomus (percabangan tiga-tiga) (Atmadja et al. 1996). Gambar 2 Rumput laut K. alvarezii. Rumput laut memiliki dua macam pola reproduksi, yaitu: (1) reproduksi seksual yang terdiri dari tiga tipe yakni haplobiontik, haplobiontik diploid dan diplobiontik. Haplobiontik yaitu hanya satu individu bebas yang terlibat dalam daur hidup. Haplobiontik diploid, dalam hal ini individu yang melakukan daur hidup adalah diploid. Proses reproduksi diplobiontik, melibatkan dua individu yang terlibat dalam daur hidupnya, yaitu gametofit haploid yang menghasilkan gamet dan sporofit diploid yang menghasilkan spora. Pertemuan antara dua gamet (jantan dan betina) akan membentuk zigot yang kemudian berkembang menjadi sporofit. Individu baru inilah yang mengeluarkan spora dan berkembang melalui meiosis dalam sporagenesis menjadi gametofit; dan (2) reproduksi aseksual yakni pembentukan suatu individu baru rumput laut melalui pembelahan sel dan fragmentasi (Susanto dan Abdillah 2008). Habitat dan sebaran Alga merah umumnya terdapat di daerah pasang surut (intertidal) atau pada daerah yang selalu terendam air (subtidal), melekat pada substrat di dasar perairan yang berupa karang batu mati, karang batu hidup, batu gamping atau cangkang moluska. Umumnya rumput laut tumbuh dengan baik di daerah pantai yang terdapat terumbunya, karena di tempat inilah beberapa persyaratan untuk pertumbuhannya banyak terpenuhi, diantaranya kedalaman perairan, cahaya, substrat, gerakan air dan lainnya. Dibandingkan dengan jenis alga lainnya, alga merah dapat hidup pada lapisan air yang lebih dalam. Hal ini disebabkan, karena
3 adanya pigmen fikoeritrin yang berperan sebagai pigmen pelengkap dan mampu menyerap cahaya biru-hijau yang banyak tersedia pada lapisan tersebut (Dawes 1981). 5 Budidaya Kappaphycus alvarezii Bibit dan pertumbuhan Bibit rumput laut yang berkualitas baik memiliki beberapa kriteria, antara lain (Anggadiredja et al. 2006; SNI 2010): (1) bibit yang digunakan berasal dari talus muda yang bercabang banyak, rimbun dan berujung runcing; (2) berwarna cerah, segar dan tidak terdapat bercak, luka atau terkelupas sebagai akibat terserang penyakit ice-ice atau terkena bahan cemaran, seperti minyak; (3) bibit harus seragam dan tidak boleh tercampur dengan jenis lain; dan (4) bobot bibit harus seragam (100 g per rumpun). Penggunaan bibit yang berkualitas akan menunjang laju pertumbuhan maksimal bagi rumput laut, sehingga diperoleh hasil panen dengan kuantitas dan kualitas sesuai dengan yang diharapkan. Pertumbuhan rumput laut jenis Kappaphycus alvarezii tergolong relatif cepat, yaitu dengan bobot bibit 100 g dan budidaya dengan metode long-line, sudah dapat dipanen pada hari ke-45 dengan bobot per rumpun (ikat) ± 600 g (Atmawinata 2012; Hamid 2009). Adapun metode lepas dasar dengan bobot bibit dan umur panen yang sama, dihasilkan ± 500 g per ikat (Sadaruddin 2011). Panen Umur panen sangat berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas rumput laut yang dihasilkan. Pemanenan dilakukan pada saat rumput laut dianggap cukup matang dengan kandungan polisakarida maksimum, yaitu setelah 6-8 minggu pemeliharaan. Lama pemeliharaan ini sangat erat kaitannya dengan lokasi, jenis rumput laut serta metode budidaya. Rumput laut K. alvarezii mencapai bobot tertingginya pada hari ke-42 hingga 45 dan setelahnya akan cenderung menurun, hal ini disebabkan oleh massa rumput laut yang semakin berat sehingga mudah rontok ketika terkena arus dan gelombang air (Atmawinata 2012; Hamid 2009; Sadaruddin 2011). Demikian juga halnya dengan kandungan karaginan dari rumput laut K. alvarezii yang optimum diperoleh pada umur panen 45 hari (Atmawinata 2012; Sadaruddin 2011). Faktor Lingkungan Budidaya Suhu Suhu perairan erat kaitannya dengan laju fotosintesis disamping cahaya dan kandungan nutrien di perairan (Dawes 1981). Persyaratan suhu perairan yang cocok untuk budidaya K. alvarezii berkisar antara o C dan dengan fluktuasi suhu yang rendah antara malam dan siang hari (SNI 2010). Arus Arus dapat berpengaruh dalam kegiatan budidaya, baik pengaruh baik maupun pengaruh buruk. Pengaruh baiknya yaitu rumput laut memerlukan arus
4 6 untuk membantu ketersediaan pasokan nutrien. Adapun pengaruh buruknya yaitu jika arus terlalu besar akan merusak rumput laut tersebut. Lokasi untuk budidaya K. alvarezii harus terlindung dari arus dan hempasan ombak yang besar. Apabila hal ini terjadi, arus dan ombak akan merusak dan menghanyutkan tanaman (Anggadiredja et al. 2006). Salinitas Salinitas untuk pertumbuhan K. alvarezii yang optimum berkisar o / oo. Oleh sebab itu, lokasi budidaya harus jauh dari limpahan air tawar (muara sungai) (SNI 2010), agar terhindar dari fluktuasi salinitas yang tinggi, karena dapat mempengaruhi proses fisiologisnya, termasuk dalam hal ini adalah laju fotosintesis K. alvarezii (Dawes 1981). ph Derajat keasamaan atau ph merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan K. alvarezii. Kisaran ph yang optimum untuk menunjang kelangsungan hidup K. alvarezii adalah (SNI 2010). Substrat (dasar perairan) Dasar perairan yang baik untuk pertumbuhan K. alvarezii adalah yang stabil dan terdiri dari patahan karang mati (pecahan karang) dan pasir kasar serta bebas dari lumpur (SNI 2010). Kecerahan dan kekeruhan Kecerahan dan kekeruhan perairan sangat menentukan intensitas cahaya matahari yang masuk ke lapisan air. Nilai kecerahan dari suatu perairan sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan dan padatan tersuspensi (Effendi 2000). Nilai kecerahan yang ideal untuk budidaya rumput laut adalah > 1 meter (SNI 2010). Adapun nilai kekeruhan adalah < 40 NTU, sebab setiap peningkatan nilai kekeruhan sebesar 25 NTU akan mengurangi produktivitas primer sebesar %. Kedalaman Kedalaman air untuk usaha budidaya rumput laut berkisar 2-15 meter pada saat surut terendah (SNI 2010). Kondisi ini untuk menghindari rumput laut kekeringan pada saat surut dan mengoptimalkan perolehan cahaya matahari (Aslan 1998). Unsur hara Rumput laut memerlukan unsur hara sebagai bahan baku dalam proses fotosintesisnya. Unsur utama yang dibutuhkan oleh rumput laut adalah fosfor dalam bentuk fosfat (PO 4 ) dan nitrogen dalam bentuk nitrat (NO 3 ) untuk kelangsungan hidupnya (Effendi 2000). Nitrat dan amonium adalah sumber nitrogen utama di perairan. Akan tetapi amonium lebih disukai oleh tumbuhan sebagai sumber nitrogen. Kadar nitrat di perairan yang tidak tercemar, biasanya lebih tinggi dari amonium. Aslan (1998), menyebutkan bahwa kadar nitrat terendah untuk pertumbuahan alga berkisar mg/l.
5 Unsur hara penting lainnya yang dibutuhkan oleh rumput laut adalah fosfat. Kisaran fosfat yang optimum untuk pertumbuhan rumput laut adalah ppm (Indriani dan Sumiarsih 2004). Wetzel (1975) menyebutkan bahwa ortofosfat adalah bentuk fosfor yang dimanfaatkan langsung oleh tumbuhan akuatik dan keberadaannya dapat menetukan klasifikasi lingkungan perairan. Kadar ortofosfat mg/l merupakan perairan dengan tingkat kesuburan rendah, mg/l tergolong sedang dan mg/l tergolong perairan dengan tingkat kesuburan yang tinggi. 7 Peran Cahaya dan Kedalaman terhadap Kappaphycus alvarezii Cahaya merupakan syarat utama dalam kelangsungan hidup Kappaphycus alvarezii. Cahaya memiliki pengaruh yang besar terhadap komposisi kimia rumput laut dan aktivitas fotosintesisnya. Pada perairan terbuka, penetrasi cahaya dipengaruhi oleh kedalaman. Seiring bertambahnya kedalaman akan menurunkan kualitas dan intensitas cahaya yang masuk. Respon struktural pada alga karena pengaruh cahaya diantaranya adalah perubahan ukuran, perbedaan morfologi dan perubahan sitoplasma (Dawes 1981). Dawes (1981) menyebutkan bahwa distribusi alga secara vertikal dipengaruhi oleh intensitas cahaya dan mekanisme adaptasi alga merah (K. alvarezii) terhadap cahaya lebih baik dibanding semua jenis alga lainnya. Kemampuan ini sangat erat kaitannya dengan keberadaan pigmen fotosintesis yang dimiliki. Semua organisme fotosintesis mengandung pigmen organik yang digunakan untuk menghasilkan energi. Ada tiga kelas utama pigmen yaitu klorofil, karatenoid dan fikobilin (Richmond 2004). Alga pada umumnya memiliki pigmen fotosintesis utama berupa klorofil, karotenoid dan biliproteins (fikobilin). Klorofil merupakan pigmen utama dalam penyerapan cahaya pada proses fotosintesis. Klorofil secara umum dibagi menjadi 4 jenis, yaitu klorofil a, b, c dan d. Klorofil-a terdapat pada semua alga, adapun klorofil-b hanya terdapat pada alga hijau (Chlorophyta), klorofil-c hanya pada alga coklat (Phaeophyta) dan klorofil-d hanya terdapat pada alga merah (Rhadophyta) (Dawes 1981). Klorofil-a merupakan pigmen utama dalam proses fotosintesis sedangkan klorofil b, c dan d berfungsi sebagai pigmen pelengkap (pigment accessory) yang membantu klorofil-a dalam penyerapan cahaya (Dawes 1981; Saffo 1987). Karotenoid berfungsi sebagai pigmen aksesori yang membantu klorofil dalam menangkap cahaya. Karotenoid juga berperan sebagai pelindung, yaitu menerima molekul oksigen sehingga dapat mencegah fotooksidasi molekul klorofil. Konsentrasi karotenoid pada alga dapat digunakan untuk mengetahui distribusinya pada kedalaman air dan kualitas cahaya. Karotenoid dibagi menjadi dua kelas utama, yaitu karoten yang umumnya banyak ditemukan pada alga berwarna kuning atau kekuning-kuningan dan xantofil pada alga berwarna hijau (Anonymous 2012; Dawes 1981). Karoten berfungsi meneruskan sebagian besar cahaya berwarna kuning, sedangkan xantofil lebih banyak meneruskan gelombang cahaya oranye atau merah (Dawes 1981). Dawes (1981), menyebutkan bahwa fikobilin dibagi dua, yaitu fikosianin dan fikoeritrin. Fikosianin mampu merefleksikan cahaya biru (Cyanophyta),
6 8 sedangkan fikoeritrin mampu merefleksikan cahaya merah (Rhodophyta). Pada lapisan air yang lebih dalam, alga merah memiliki konsentrasi fikoeritrin yang lebih tinggi daripada yang lebih dangkal. Konsep ini disebut dengan adaptasi kromatik. Perbedaan signifikan pada rasio korelasi antara konsentrasi fikoeritrin dan cahaya yang tersedia menjadi penjelas distribusi alga berdasarkan kedalaman. Konsentrasi dan kombinasi klorofil dengan fikoeritrin juga dapat digunakan untuk mengetahui proses aklimatisasi alga terhadap perubahan cahaya secara vertikal pada lapisan air laut. Konsentrasi dan rasio pigmen fikoeritrin dengan klorofil-a pada Eucheuma berubah dari 20 : 1 di musim semi menjadi 1 : 1 di musim panas. Perubahan rasio ini berkorelasi dengan penurunan kejernihan air dan hilang atau menurunnya gelombang cahaya merah di perairan dangkal karena adanya peningkatan kelimpahan plankton di musim panas (Dawes 1981). Pigmen pada rumput laut memiliki ciri yang khas satu dengan yang lain, karena memiliki puncak penyerapan cahaya matahari pada panjang gelombang yang berbeda (Tabel 1). Rumput laut K. alvarezii diketahui memiliki dua jenis pigmen yang dominan dalam penentu laju fotosintesisnya. Kedua pigmen tersebut bekerja optimum pada panjang gelombang 664, 647 nm (klorofil-a) dan 455, 564 dan 592 (r-fikoeritrin). Tabel 1 Jenis pigmen dan panjang gelombang dalam penyerapan cahaya pada proses fotosintesis (Luning 1990) No. Jenis pigmen Panjang gelombang (nm) 1 Klorofil-a 380; 410; 430; 580; 615; 644; 647; Klorofil-b 455; Klorofil-c 1 444; 578; Klorofil-c 2 449; 582; Fukosantin Fikobiliprotein r-fikoeritrin 455; 498; 542; 564; 565; 592 r-fikosianin 553; 615 Allofikosianin 650 Keterangan : Puncak penyerapan spektrum cahaya oleh pigmen fotosintesis pada panjang gelombang (nm) yang dicetak tebal. Pigmen fotosintesis selain klorofil-a pada dasarnya merupakan pigmen pelengkap yang membantu klorofil-a untuk menyerap cahaya. Energi cahaya yang diserap selanjutnya diteruskan ke klorofil-a, sehingga dapat mengoptimalkan proses fotosintesis pada alga tersebut (Dawes 1981). Pigmen klorofil-a akan semakin berkurang dengan bertambahnya kedalaman, karena kemampuan penetrasi cahaya matahari yang semakin berkurang juga (Gambar 3). Pada saat penetrasi cahaya berkurang, pigmen pelengkap memegang peranan penting. Berkurangnya penetrasi cahaya matahari seiring dengan bertambahnya kedalam perairan juga menandakan semakin menyempitnya panjang gelombang cahaya yang menembus lapisan air tersebut. Namun hal tersebut tidak selalu berdampak negatif bagi alga. Pada umumnya fotosintesis meningkat sejalan dengan peningkatan intensitas cahaya sampai pada suatu nilai optimum tertentu
7 (cahaya saturasi). Intensitas cahaya yang sangat tinggi dapat menyebabkan terhambatnya proses fotosintesis (fotoinhibisi), karena pada intensitas cahaya yang tinggi kelebihan energi yang diserap dapat menonaktifkan sistem fotosintesis. Sedangkan intensitas yang terlalu rendah merupakan pembatas bagi proses fotosintesis (Mann 1982; Parsons et al. 1984; Neale 1987). 9 Gambar 3 Spektrum penetrasi cahaya matahari pada siang hari di berbagai kedalaman air laut (Jerlov 1978). Penentu utama laju pertumbuhan dan kualitas karaginan K. alvarezii adalah fotosintesis. Menurut Luning (1990), laju fotosintesis tertinggi bagi alga merah (K. alvarezii) didapatkan pada panjang gelombang nm (Gambar 4). Proses fotosintesis akan berlangsung dengan baik apabila intensitas cahaya yang diterima optimum, adapun kelebihan penerimaan cahaya akan mengakibatkan talus menjadi pucat, putih atau kehilangan pigmen. Kekurangan intensitas cahaya yang diterima K. alvarezii dapat menghambat proses fotosintesis sehingga berdampak negatif bagi laju pertumbuhan dan kualitas karaginannya (Doty 1985). Hal ini disebabkan karena setiap alga memiliki syarat minimum terhadap intensitas cahaya untuk membentuk talus agar lebih besar dan padat (Luning 1990). Gambar 4 Laju fotosintesis relatif berbagai jenis alga yang dipengaruhi oleh panjang gelombang cahaya (Luning 1990).
8 10 Karaginan Kappaphycus alvarezii Karaginan berasal dari getah rumput laut yang terdapat dalam dinding sel atau matrik intraseluler dan merupakan salah satu hasil fotosintesisnya (Distantina et al. 2011). Salah satu penentu kualitas fotosintesis rumput laut adalah kandungan sulfat pada rumput laut. Sulfat dalam rumput laut merupakan komponen yang berperan dalam pembentukan flavor, pigmen dan garam-garam mineral. Namun pada saat pengadaan komponen primer rumput laut (agar dan karaginan), tingginya kadar sulfat akan berdampak negatif bagi kualitas karaginan (Suptijah 2012). Dengan perlakuan kedalaman, diharapkan pemanfaatan sulfat oleh rumput laut semakin tinggi untuk dikonversi dalam proses metabolisme, sehingga kandungan sulfat yang tersimpan didalamnya redah, namun kemampuan laju pertumbuhannya tetap optimum. Karaginan merupakan hidrokoloid yang terutama terdiri dari ester sulfat amonium, kalsium, magnesium, kalium dan natrium dari galaktosa dan 3.6- anhidrogalaktosa polisakarida (FAO 2001). Karaginan juga merupakan komponen penyusun terbesar dari berat kering rumput laut dibandingkan dengan komponen lain. Karaginan diperoleh melalui ekstraksi ganggang merah (Rhodophyceae) menggunakan air panas atau larutan alkali panas (Distantina et al. 2011). Karaginan dibagi menjadi 3 fraksi berdasarkan unit penyusunnya yaitu kappa, iota dan lambda karaginan. Kappa karaginan tersusun dari (1.3)-Dgalaktosa-4-sulfat dan (1.4)-3.6-anhidro-D-galaktosa. Kappa karaginan juga sering ditemukan mengandung D-galaktosa-6-sulfat ester dan 3.6-anhidro-Dgalaktosa-2-sulfat ester. Adanya gugusan 6-sulfat, dapat menurunkan daya gelasi dari karaginan, tetapi dengan pemberian alkali mampu menyebabkan terjadinya transeliminasi gugusan 6-sulfat, yang menghasilkan 3.6-anhidro-D-galaktosa. Dengan demikian derajat keseragaman molekul meningkat dan daya gelasinya juga bertambah. Iota karaginan ditandai dengan adanya 4-sulfat ester pada setiap residu D-glukosa dan gugusan 2-sulfat ester pada setiap gugusan 3.6-anhidro-Dgalaktosa. Gugusan 2-sulfat ester tidak dapat dihilangkan oleh proses pemberian alkali seperti kappa karaginan. Iota karaginan mengandung beberapa gugusan 6- sulfat ester yang menyebabkan kurangnya keseragaman molekul yang dapat dihilangkan dengan pemberian alkali. Lambda karaginan berbeda dengan kappa dan iota karaginan, karena memiliki residu disulfat (1-4) D-galaktosa, sedangkan kappa dan iota karaginan selalu memiliki gugus 4-fosfat ester (Imeson 2000). Saat ini jenis karagenan kappa utamanya diperoleh dari rumput laut tropis Kappaphycus alvarezii. Rumput laut Eucheuma denticulatum atau Eucheuma spinosum adalah spesies yang menghasilkan jenis karagenan iota. Karagenan lamda diproduksi dari rumput laut Gigartina dan Condrus (Van de Velde et al. 2002). Metode ekstraksi Karaginan umumnya diperoleh dari rumput laut bersih yang diekstraksi dengan air panas dalam suasana alkali (ph 8-11). Larutan alkali mempunyai dua fungsi, yaitu membantu ekstraksi polisakarida dari rumput laut dan mengkatalisis hilangnya gugus-6-sulfat dari unit monomernya dengan membentuk 3.6- anhidrogalaktosa sehingga mengakibatkan terjadinya kenaikan kekuatan gel (Towle 1973). Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang menunjukkan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seaweed dalam dunia perdagangan dikenal sebagai rumput laut, namun
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput Laut Seaweed dalam dunia perdagangan dikenal sebagai rumput laut, namun sebenarnya dalam dunia ilmu pengetahuan diartikan sebagai alga (ganggang) yang berasal dari bahasa
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Kappaphycus alvarezii sering juga disebut cottonii, merupakan jenis rumput laut
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kappaphycus alvarezii Kappaphycus alvarezii sering juga disebut cottonii, merupakan jenis rumput laut penghasil kappa kraginan yang dibudidayakan secara komersial di daerah tropis
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Fisika Kimia Perairan Lokasi budidaya rumput laut diketahui memiliki dasar perairan berupa substrat pasir dengan serpihan karang mati. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. internasional. Menurut Aslan (1991), ciri-ciri umum genus Eucheuma yaitu : bentuk
I. PENDAHULUAN Eucheuma cottonii merupakan salah satunya jenis rumput laut merah (Rhodophyceae) yang mempunyai nilai ekonomi tinggi karena mengandung karaginan yang berupa fraksi Kappa-karaginan. Rumput
Lebih terperinciAlga (ganggang) Alga sering disebut ganggang.
Alga (ganggang) Alga sering disebut ganggang. Alga termasuk golongan tumbuhan berklorofil tubuh disebut talus yaitu tidak punya akar, batang dan daun. Alga dianggap sebagai bentuk tumbuhan rendah karena
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.
1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Rumput laut merupakan tanaman laut yang sangat populer dibudidayakan di laut. Ciri-ciri rumput laut adalah tidak mempunyai akar, batang maupun
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. berkembang pada substrat dasar yang kuat (Andi dan Sulaeman, 2007). Rumput laut
1 1. PENDAHULUAN Rumput laut atau yang biasa disebut seaweed tidak memiliki akar, batang dan daun sejati. Sargassum talusnya berwarna coklat, berukuran besar, tumbuh dan berkembang pada substrat dasar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dawson (1946) dalam Soegiarto, dkk,(1978), secara umum
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Gracilaria salicornia Menurut Dawson (1946) dalam Soegiarto, dkk,(1978), secara umum Gracilaria salicornia dapat di klasifikasikan sebagai berikut:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumput laut. Menurut Istini (1985) dan Anggraini (2004),
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia adalah negara kepulauan dengan kawasan pesisir dan lautan yang memiliki berbagai sumber daya hayati sangat besar dan beragam, salah satunya adalah rumput
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Rumput Laut
TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Rumput Laut Rumput laut terdiri dari karaginofit, agarofit dan alginofit. Karaginofit merupakan rumput laut yang mengandung bahan utama polisakarida karaginan. Agarofit penghasil
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 45 hari dengan menggunakan 4 perlakuan yakni perlakuan A (Perlakuan dengan
4.1. Laju Pertumbuhan Mutlak BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Laju pertumbuhan mutlak Alga K. alvarezii dengan pemeliharaan selama 45 hari dengan menggunakan 4 perlakuan yakni perlakuan A (Perlakuan dengan
Lebih terperinciPrarencana Pabrik Karagenan dari Rumput Laut Eucheuma cottonii I-1
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, termasuk salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia yaitu 95.181 km dan memiliki keanekaragaman hayati laut berupa
Lebih terperinciPertumbuhan Rumput Laut
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju pertumbuhan Laju pertumbuhan rumput laut Kappaphycus alvarezii yang diperoleh selama penelitian terdapat pada Tabel 1 berikut : Tabel 1.PertumbuhanRumputLautSetelah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Biologi Tetraselmis sp. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produktivitas Primer Fitoplankton Berdasarkan hasil penelitian di Situ Cileunca didapatkan nilai rata-rata produktivitas primer (PP) fitoplankton pada Tabel 6. Nilai PP
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PLANKTON Plankton merupakan kelompok organisme yang hidup dalam kolom air dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas (Wickstead 1965: 15; Sachlan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah rumput laut atau yang dikenal dengan sebutan ganggang laut atau alga laut. Beberapa diantaranya
Lebih terperinciKANDUNGAN KLOROFIL, FIKOERITRIN DAN KARAGINAN PADA RUMPUT LAUT Eucheuma spinosum YANG DITANAM PADA KEDALAMAN YANG BERBEDA
KANDUNGAN KLOROFIL, FIKOERITRIN DAN KARAGINAN PADA RUMPUT LAUT Eucheuma spinosum YANG DITANAM PADA KEDALAMAN YANG BERBEDA Veronika dan Munifatul Izzati Abstrak Telah dilakukan penelitian tentang perbedaan
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Lokasi Penelitian Lapangan 4.1.1 Gambaran umum Dusun Wael merupakan salah satu dari 8 Dusun nelayan yang berada di Teluk Kotania Seram Barat. Secara geografis Dusun Wael
Lebih terperinciPemanfaatan: pangan, farmasi, kosmetik. Komoditas unggulan. total luas perairan yang dapat dimanfaatkan 1,2 juta hektar
Komoditas unggulan Pemanfaatan: pangan, farmasi, kosmetik diperkirakan terdapat 555 species rumput laut total luas perairan yang dapat dimanfaatkan 1,2 juta hektar luas area budidaya rumput laut 1.110.900
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. kali di terjemahkan seaweed bukan sea grass yang sering di sebut dengan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Rumput laut Rumput laut atau seaweed merupakan nama dalam perdagangan nasional untuk jenis alga yang banyak di panen di laut. Rumput laut atau alga yang sering kali di terjemahkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. semuanya terdiri dari talus saja (Aslan, 1998). khusus, kebanyakan tumbuh di daerah pasang surut (intertidal) atau pada
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Rumput laut atau Algae termasuk tumbuhan bertalus karena mempunyai struktur kerangka tubuh (morfologi) yang tidak berdaun, berbatang dan berakar semuanya terdiri
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm.
3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Nannochloropsis sp Mikroalga adalah tumbuhan tingkat rendah yang memiliki klorofil, yang dapat digunakan untuk melakukan proses fotosintesis. Mikroalga tidak memiliki
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Budidaya Rumput Laut Desa Ketapang
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Budidaya Rumput Laut Desa Ketapang Budidaya rumput laut di Ketapang di mulai pada tahun 1990. Awalnya budidaya rumput laut dimiliki pengusaha asal Cina, sedangkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Spirulina sp.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Spirulina sp. Spirulina sp. merupakan mikroalga yang menyebar secara luas, dapat ditemukan di berbagai tipe lingkungan, baik di perairan payau, laut dan tawar. Spirulina
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA INTENSITAS CAHAYA DENGAN KEKERUHAN PADA PERAIRAN TELUK AMBON DALAM
HBNGAN ANTARA INTENSITAS CAHAYA DENGAN KEKERHAN PADA PERAIRAN TELK AMBON DALAM PENDAHLAN Perkembangan pembangunan yang semakin pesat mengakibatkan kondisi Teluk Ambon, khususnya Teluk Ambon Dalam (TAD)
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Fisika dan Kimia Perairan Kondisi alami sampel karang berdasarkan data (Lampiran 1) dengan kondisi tempat fragmentasi memiliki perbedaan yang tidak terlalu signifikan
Lebih terperinci3 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Materi Uji
13 3 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitiaan telah dilaksanakan di perairan Teluk Gerupuk, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (Gambar 2). Jangka waktu pelaksanaan penelitian terdiri
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Pada Tabel 2 dijelaskan bahwa pada minggu pertama nilai bobot biomasa rumput laut tertinggi terjadi pada perlakuan aliran air 10 cm/detik, dengan nilai rata-rata
Lebih terperinciBAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Kondisi saluran sekunder sungai Sawojajar Saluran sekunder sungai Sawojajar merupakan aliran sungai yang mengalir ke induk sungai Sawojajar. Letak
Lebih terperinciPERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii PADA KEDALAMAN PENANAMAN YANG BERBEDA
Media Litbang Sulteng III (1) : 21 26, Mei 2010 ISSN : 1979-5971 PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii PADA KEDALAMAN PENANAMAN YANG BERBEDA Oleh : Novalina Serdiati, Irawati Mei Widiastuti
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA. Rumput laut adalah tumbuhan tingkat rendah yang tidak memiliki akar,
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan taksonomi rumput laut Rumput laut adalah tumbuhan tingkat rendah yang tidak memiliki akar, batang, dan daun sejati. Tanaman ini biasanya melekat pada substrat dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Budidaya laut (marinecultur) merupakan bagian dari sektor kelautan dan perikanan yang mempunyai kontribusi penting dalam memenuhi target produksi perikanan. Walaupun
Lebih terperinciBab II Tinjauan Pustaka A. Definisi dan Biologi Rumput Laut
Bab II Tinjauan Pustaka A. Definisi dan Biologi Rumput Laut Rumput laut (seaweed) merupakan organisme fotosintetik tingkat rendah yang tidak memiliki akar, batang dan daun serta hidup di perairan, baik
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. : Volvocales. : Tetraselmis. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tetraselmis sp. Menurut B u t c h e r ( 1 9 5 9 ) klasifikasi Tetraselmis sp. adalah sebagai berikut: Filum : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Ordo : Volvocales Sub ordo Genus
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sangat kaya hasil alam terlebih hasil perairan. Salah satunya rumput laut yang merupakan komoditas potensial dengan nilai ekonomis tinggi
Lebih terperinciTUGAS LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA RUMPUT LAUT
TUGAS LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA RUMPUT LAUT DISUSUN OLEH : NAMA : ANANG SETYA WIBOWO NIM : 11.01.2938 KELAS : D3 TI-02 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012/2013 TEKNOLOGI BUDIDAYA
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis pantai 81.000 km merupakan kawasan pesisir dan lautan yang memiliki berbagai sumberdaya hayati yang sangat besar
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Eucheuma cottonii
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Eucheuma cottonii Menurut Doty (1985), Eucheuma cottonii merupakan salah satu jenis rumput laut merah (Rhodophyceae) dan berubah nama menjadi Kappaphycus alvarezii karena
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi dan Variasi Temporal Parameter Fisika-Kimiawi Perairan Kondisi perairan merupakan faktor utama dalam keberhasilan hidup karang. Perubahan kondisi perairan dapat mempengaruhi
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Faktor Lingkungan Faktor lingkungan yang dimaksud adalah kondisi oseanografi dan meteorologi perairan. Faktor oseanografi adalah kondisi perairan yang berpengaruh langsung terhadap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rumput laut atau algae termasuk divisi Thallophyta (tumbuhan Habitat dan sebaran Kappaphycus alvarezii (Doty)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Rumput laut atau algae termasuk divisi Thallophyta (tumbuhan bertalus) karena mempunyai struktur kerangka tubuh (morfologi) yang tidak berdaun, berbatang dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. makroskopik dan secara ilmiah dikenal dengan istilah alga. Istilah talus digunakan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput Laut 2.1.1 Deskripsi Rumput Laut Rumput laut (sea weed) adalah tumbuhan talus berklorofil yang berukuran makroskopik dan secara ilmiah dikenal dengan istilah alga. Istilah
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan
Lebih terperinciSTUDI KINETIKA PEMBENTUKAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT
Laboratoium Teknik Reaksi Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember STUDI KINETIKA PEMBENTUKAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT Dini Fathmawati 2311105001 M. Renardo Prathama A 2311105013
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kepadatan 5 kijing, persentase penurunan total nitrogen air di akhir perlakuan sebesar 57%, sedangkan untuk kepadatan 10 kijing
Lebih terperinciBOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO
BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO Pendahuluan Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja. Hal tersebut mengindikasikan
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Eucheuma cottonii (http://www.actsinc.biz/seaweed.html).
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Eucheuma cottonii Eucheuma cottonii merupakan salah satu jenis rumput laut merah (Rhodophyceae) dan berubah nama menjadi phycus alvarezii karena karaginan yang dihasilkan
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan
4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme, atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan
Lebih terperincin, TINJAUAN PUSTAKA Menurut Odum (1993) produktivitas primer adalah laju penyimpanan
n, TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Primer Menurut Odum (1993) produktivitas primer adalah laju penyimpanan energi sinar matahari oleh aktivitas fotosintetik (terutama tumbuhan hijau atau fitoplankton)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari mata air, air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran air
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Fisika dan Kimia Perairan Pulau Karya Tabel 2. Data parameter fisika dan kimia lokasi transplantasi di perairan Pulau Karya bulan September 2010 sampai dengan Juli
Lebih terperinciAD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HMT FAKTOR UTAMA YANG BERPENGARUH TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN KUALITAS HMT ADALAH : 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3.
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
19 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Pertumbuhan beberapa tanaman air Pertumbuhan adalah perubahan dimensi (panjang, berat, volume, jumlah, dan ukuran) dalam satuan waktu baik individu maupun komunitas.
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
35 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Faktor Fisiko dan Kimia Perairan Faktor lingkungan merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi alam tempat pembudidayaan rumput laut. Faktor lingkungan yang diukur
Lebih terperinciFakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi. Jl. Kampus Unsrat Bahu, Manado 95115, Sulawesi Utara, Indonesia.
Aquatic Science & Management, Edisi Khusus 2, 31-35 (Oktober 2014) Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jasm/index ISSN 2337-4403 e-issn 2337-5000 jasm-pn00066
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya
III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya rumput laut ini berada di Teluk Cikunyinyi, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii ABSTRAK...
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Mikroalga Tetraselmis sp. merupakan salah satu mikroalga hijau.
1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tetraselmis sp. Mikroalga Tetraselmis sp. merupakan salah satu mikroalga hijau. Klasifikasi Tetraselmis sp. menurut Bold & Wynne (1985) adalah sebagai berikut: Filum Kelas Ordo
Lebih terperinci5.1 Keadaan Umum Perairan Gugus Pulau Nain
55 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Perairan Gugus Pulau Nain 5.1.1 Kondisi perairan potensi budidaya rumput laut Rumput laut secara ekologis dapat memberikan manfaat lingkungan yakni dapat mengurangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada bidang akuakultur, mikroalga umumnya telah dikenal sebagai pakan alami untuk pembenihan ikan karena dan memiliki peran sebagai produsen primer di perairan dan telah
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh data mengenai biomassa panen, kepadatan sel, laju pertumbuhan spesifik (LPS), waktu penggandaan (G), kandungan nutrisi,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan
Lebih terperinciProduksi rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 2: Metode long-line
Standar Nasional Indonesia Produksi rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 2: Metode long-line ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciV ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN
49 V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN 5.1 Distribusi Parameter Kualitas Perairan Karakteristik suatu perairan dan kualitasnya ditentukan oleh distribusi parameter fisik dan kimia perairan yang berlangsung
Lebih terperinciMANAJEMEN KUALITAS AIR
MANAJEMEN KUALITAS AIR Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Sungai Air merupakan salah satu sumber daya alam dan kebutuhan hidup yang penting dan merupakan sadar bagi kehidupan di bumi. Tanpa air, berbagai proses kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih besar dari luas daratan, oleh karena itu dikenal sebagai negara maritim. Total
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki luas wilayah lautan lebih besar dari luas daratan, oleh karena itu dikenal sebagai negara maritim. Total panjang
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
. HASIL DAN PEMBAHASAN.. Hasil Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pola distribusi vertikal oksigen terlarut, fluktuasi harian oksigen terlarut, produksi primer, rincian oksigen terlarut, produksi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan
17 TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Danau Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponenkomponen biotik dan abiotik yang saling berintegrasi sehingga membentuk satu kesatuan. Di dalam ekosistem
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput Laut Rumput laut adalah salah satu sumber daya hayati yang terdapat di wilayah pesisir dan laut. Sumberdaya ini biasanya dapat ditemui di perairan yang berasiosiasi dengan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi dan Kelimpahan Plankton Hasil identifikasi plankton sampai tingkat genus pada tambak udang Cibalong disajikankan pada Tabel 1. Hasil identifikasi komunitas plankton
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.
Lebih terperinciBY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA
BY: Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya, karena hasil
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :
Lebih terperinciHASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis
IV. HASIL DA PEMBAHASA A. Penelitian Pendahuluan 1. Analisis Karakteristik Bahan Baku Kompos Nilai C/N bahan organik merupakan faktor yang penting dalam pengomposan. Aktivitas mikroorganisme dipertinggi
Lebih terperinci2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan
4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Chironomida Organisme akuatik yang seringkali mendominasi dan banyak ditemukan di lingkungan perairan adalah larva serangga air. Salah satu larva serangga air yang dapat ditemukan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif,
TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Estuari Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif, karena area ini merupakan area ekoton daerah pertemuan dua ekosistem berbeda (tawar dan laut)
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi dan Kelimpahan Plankton Hasil identifikasi komunitas plankton sampai tingkat genus di Pulau Biawak terdiri dari 18 genus plankton yang terbagi kedalam 14 genera
Lebih terperinciLumut/Bryophyta. Alat perkembangbiakan lumut hati
Lumut/Bryophyta 1. Ciri-ciri dan sifat lumut Pada umumnya kita menyebut "lumut" untuk semua tumbuhan yang hidup di permukaan tanah, batu, tembok atau pohon yang basah, bahkan yang hidup di air. Padahal
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Bab IV Hasil dan Pembahasan A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Wilayah pesisir Teluk Kupang cukup luas, agak tertutup dan relatif terlindung dari pengaruh gelombang yang besar karena terhalang oleh Pulau
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Gracilaria verrucosa menurut Dawes (1981) adalah:
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Gracilaria verrucosa Klasifikasi Gracilaria verrucosa menurut Dawes (1981) adalah: Kingdom Division Class Ordo Family Genus Species : Plantae : Rhodophyta
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai dingin dan
Lebih terperincibio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek
II. TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek Puntius Orphoides C.V adalah ikan yang termasuk anggota Familia Cyprinidae, disebut juga dengan ikan mata merah. Ikan brek mempunyai garis rusuk
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Chaetoceros sp. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi parameter kualitas air terkontrol (Lampiran 4). Selama kultur berlangsung suhu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk
Lebih terperinciFotografi Cahaya Terhadap Pigmen Warna Tanaman
Fotografi Cahaya Terhadap Pigmen Warna Tanaman Kasma Rusdi (G11113006) Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar, 2014 Abstrak Warna hijau pada daun merupakan salah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk
Lebih terperinci2.1. Pengertian Lumut (Bryophyta)
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lumut (Bryophyta) Lumut merupakan kelompok tumbuhan yang telah beradaptasi dengan lingkungan darat. Kelompok tumbuhan ini penyebarannya menggunakan spora dan telah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau, dengan garis pantai sekitar 81.000 km. Wilayah lautannya meliputi 5,8 juta km2 atau
Lebih terperinciVolume 6, No. 2, Oktober 2013 ISSN:
PENGARUH JARAK LOKASI PEMELIHARAAN TERHADAP MORFOLOGI SEL DAN MORFOLOGI RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii DI DESA LOBUK KECAMATAN BLUTO, KABUPATEN SUMENEP Ardiansyah Rozaki 1, Haryo Triajie 2, Eva Ari
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA UJI EFEKTIVITAS SECARA IN VITRO PENGAPLIKASIAN KARAGINAN RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii PADA PEMBUATAN SKIN LOTION BIDANG KEGIATAN : PKM PENELITIAN (PKM P)
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Gracilaria verrucosa
7 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Gracilaria verrucosa Gracilaria merupakan salah satu jenis rumput laut merah (Rhodophyta) dengan anggota kurang lebih 100 jenis, antara lain Gracilaria gigas Harv.
Lebih terperinciOleh : ONNY C
JENIS, KELIMPAHAN DAN PATOGENISITAS BAKTERI PADA THALLUS RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii YANG TERSERANG ICE-ICE DI PERAIRAN PULAU PARI, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA Oleh : ONNY C14103066 SKRIPSI Sebagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Jagung Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung termasuk dalam keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan
Lebih terperinci